Disususn oleh:
Anita
Anissa
Delvi halimah
KELAS XI IPA 4
TP 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “prekonomian sejarah budaya melayu riau”Pada makalah ini kami banyak
mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak
.oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-
sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Penyusun
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana etos dan etika kerja dalam budaya melayu
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan orang melayu terhadap kerja
3. Untuk mengetahui apa mata pencaharian orang melayu
4. Untuk mengetahui bagaimana pandangan orang melayu terhadap harta
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kehidupan orang melayu, etika atau budaya kerja mereka telah di wariskan
oleh orang tuanya secara turun menurun. Masyarakat melayu dulunya memiliki budaya
kerja yang di sebut “ semangat kerja” yang tinggi, semangat yang mampu mengangkat
harkat dan martabat kaumnya” untuk duduk sama rendah tegak sama tinggi” dengan
masyarakat dan dengan bangsa lain. Sedangkan, budaya kerja masyarakat melayu yang
lazim di sebut dengan “ pedoman kerja melayu “, di akui oleh banyak ahli.
Karena hal ini sangat ideal dengan budaya kerja yang universal, terutama di dunia
islam.Dengan modal “ pedoman kerja melayu” tersebut masyarakat melayu mampu
membangun negri dan kampung halaman.Mereka juga mampu mensejahterakan
kehidupan masyarakat dan menghadapi persaingan.
Orang- orang tua melayu dulu mengatakan “ berat tulang ringan lah perut “ maksutnya
orang yang malas kerja hidupnya akan melarat. “ sebaliknya, “ ringan tulang berat lah
perut “ maksudnya adalah barang siapa yang bekerja keras, hidupnya pasti akan tenang
dan berkecukupan. Di dalam untaian ungkapan masyarakat melayu di katakan :
Kalau hendak menjadi orang
Rajin rajin membanting tulang
Manfaatkan umur sebelum petang
Pahit dan getir usah di pantang
Kalau hendak menjadi manusia
Ringankan tulang habiskan daya
Kerja yang berat usah di kira
Pahit dan manis supaya di rasa
Kalau tak ingin mendapat malu
Ingatlah pesan ayah dan ibu
Bekerja jangan tunggu menunggu
Manfaatkan hidup sebelum layu
Ungkapan di atas, dahulunya di sebarluaskan di tengah-tengah masyarakat di jabarkan,
di uraikan, dan di hayati secara keseluruhan oleh anggota masyarakat. Penyebarluasan
ungkapan tersebut melalui beberapa cara seperti dalam cerita, nasihat, upacara adat,
nyanyian rakyat, dll. Hal ini di lakukan agar dapat menumbuhkan semangat kerja yang
tinggi, sehingga setiap anggota masyarakat mampu mencari dan memanfaatkan peluang
yang ada bahkan mampu pula menciptakan usaha-usaha baru yang sesuai dengan
kemampuan dan keahlian mereka masing masing.
Dalam adat melayu, banyak menyerap nilai nilai agama islam , terdapat
suatuungkapan yang mengatakan “ adat bersendikan syara, syarak besendikan
kitabullah”. Menurut ungkapan ini orang yang tidak bekerja , apalagi sengaja
tidak mau bekerja, dianggap melalaikan kewajiban, tercela oleh masyarakat
melayu, yang di sebut “ tak ingat hidup akan mati, tak ingat hutang yang di
sandang, tak ingat beban yang dipikul “.
Oleh karena itu dalam masyarakat melayu, orang yang pemalas di rendahkan oleh
masyarakatnya. Itulah sebabnya orang orang tua dahulu mengatakan :
Kalau malu di rendahkan orang
Bantinglah tulang pagi dan petang
Bekerja jangan lang kepalang
Gunakan akal mencari peluang
Di dalam bekerja jangan berlengah
Manfaatkan peluang mana yang ada
Kuatkan hati lapangkan dada
Kalau tak mau hidup melarat
Carilah kerja cepat cepat
Jangan di kira ringan dan berat
Asal sesuai dengan syariat
Budaya melayu juga mengajarkan etika kerja. Adapun konsep etika kerja dalam
budaya melayu dapat di lihat dari pribahasa berikut ini :
1. Biar lambat asal selamat
Orang-orang tua melayu, menekankan pada anak anaknya supaya berhati hati
dalam bekerja dan mengambil keputusan.
1. Tidak lari gunung di kejar
Orang melayu di sarankan tidak tergopoh gopoh dan selalu bersabar dalam
bekerja, sebab dengan tergopoh gopoh hasilnya tidak baik.
2. Awal di buat, akhir di ingat
Pekerjaan yang di kerjakan secara tergesa gesa selalu menimbulkan kesulitan dan
tidak lengkap, tidak terurus. Oleh sebab itu, masyarakat melayu jika hendak
membuat suatu aktivitas selalu di fikirkan semasak masaknyasehingga hasilnya
maksimal
3. Alang-alang berdawat, biarlah hitam
Jangan asal asalan dalam bekerja
4. Kerja beragak-agak tidak menjadi, kerja berangsur angsur tidak bertahan
5. Sifat padi, semakin berisi semakin merunduk
6. Baru berlatih hendak berjalan, langsung bersembam
7. Selera bagai taji, tulang bagai kanji, menanti nasi tersaji di mulut
8. Bekerja jangan lah berulah dan degil
9. Hemat dan cermat merupakan amalan terpuji bagi orang melayu
2. Pandangan orang Melayu Terhadap Kerja
Mata pencarian masyarakat orang melayu beraneka ragam, mulai dari usaha
yang bergantung kepada alam sampai pada usaha yang mengandalkan jasa.
Kekayaan yang di miliki oleh bumi melayu merupakan anugrah allah, dan
membuat masyarakatnya hidup dalam serba cukup. Secara geografis, mata
pencaharian tradisional masyarakat bisa di bagi dalam dua kelompok, yaitu,
masyarakat yang hidup di daerah daratan yang berhutan lebat, bersungai sungai
dan berawa rawa dan masyarakat yang hidup di daerah pesisir yang berlaut
luas.maka usaha tradisionalpun di sesuaikan dengan keadaan kedua daerah
tersebut.
Pada dasarnya, dahulu kedua jenis daerah ini sistem mata pencahariannya
adalah dengan cara mengumpulkan bahan bahan makanan yang di sediakan
alam.akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya masyarakatnya tidak bisa lagi
menggantungkan kehidupannya hanya pada pemberian alam saja. Perkembangan
ini lambat laun menimbulkan pula pembagian kerja secara alamiah. mereka yang
hidup di pesisir akhirnya terdiri dari masyarakat taniu adan masyarakat nelayan.
Dan mereka yang hidup di daerah pedalaman yang berhutan, bersungai dan
berawa-rawa, dalam perkembangan kemudian lebih mengutamakan bercocok
tanam dengan sistem ladang.
Paling kurang, ada delapan mata pencaharian tradisional masyarakat melayu.
Kedelapan pencaharian ini di sebut juga tapak lapan, maksudnya dari situlah
kehidupan berpijak atau bertumpu ( hamidy, 1999 : 212). Adapun tapak delapan
tersebut adalah :
a. Berkebun , seperti membuat kebun getah dan kebun kelapa
b. Beladang, yakni menanam padi, jagung dan sayur-sayuran
c. Beniro, yaitu mengambil air enau lalu menjadikannya manisan atau gula
enau
d. Beternak, seperti memelihara ayam, itik, kambing, sapi dan kerbau.
e. Bertukang, membuat rumah, sampan, tongkang dan peralatan lainnya
f. Berniaga atau menjadi saudagar
g. Nelayan, yaitu mengambil hasil laut atau di sungai
h. Mendulang ( mengambil emas disepanjang sungai ) serta mengambil hasil
hutan berupa rotan, damar jelutung, dan lain lain sebagainya
Seperti yang telah kita bahas bersama-sama tadi, maka dapat ditarik
kesimpulan, bahwa gambaran tentang Budaya kerja masyarakat Melayu,
serbagian besar masih terdapat dalam masyarakat Melayu, baik yang tinggal
dikota maupun dikampung-kampung. Nilai luhur budaya Melayu ini tentulah akan
member manfaat apabila disimak, di cerna, dan dihayati dengan baik dan benar.
Mudah-mudahan dengan apa yang telah kami paparkan, kita semua dapat
mengenal dan mengetahui bahwa masyarakat Melayu memiliki budaya kerjanya
sendiri. Secara teoritis dan filosofis, orang Melayu memiliki budaya kerja yang
hampir sempurna, walaupun banyak anggapan bahwa orang Melayu serba
ketinggalan, perajuk dan sebagainya.