Disusun oleh:
Nama : Emay Nurmayani
NIM : 835639676
Program : S 1 PGSD
Pokjar : Pasundan Garut
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Atas karunia dan nikmat dari Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan laporan ini
untuk diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP) pada program studi S1 PGSD Universitas Terbuka UPBJJ
Bandung Pokjar Pasundan Garut.
Laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan Bebas Plagiat
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
Daftar Tabel ...................................................................................................... vi
Daftar Grafik/Gambar ...................................................................................... vii
Daftar Lampiran ............................................................................................... viii
Abstrak ............................................................................................................. ix
2. Analisis Masalah
Permasalahan ini disebabkan karena kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa pembelajaran di sekolah masih berjalan secara konvensional. Umumnya,
banyak guru masih mendominasi pembelajaran, sehingga aktivitas siswa menjadi
pasif dan berdampak pada pencapaian hasil belajar yang kurang memuaskan. Hal
ini terungkap dari hasil kajian Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional tahun 2007. Dari hasil kajian tersebut diperoleh beberapa
permasalahan yang terjadi di setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah,
diantaranya yaitu : 1) Pelaksanaan pembelajaran di kelas masih konvensional; 2)
Metode pembelajaran kurang bervariasi, umumnya masih ceramah dan tanya
jawab; dan 3) Kegiatan belajar mengajar kurang mengaktifkan siswa.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: “Apakah penerapan pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik (PMR) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian
pada siswa kelas III SDN 1 Salakuray Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut
Tahun Pelajaran 2018/2019?”.
G. Belajar
1. Pengertian Belajar
Konsep tentang belajar sendiri telah banyak dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Gagne (dalam Nyimas Aisyah: 2007), Belajar adalah suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Definisi
belajar dikemukakankan juga oleh Driscroll yaitu perubahan yang terus menerus
dalam kinerja atau potensi kinerja manusia. Sedangkan Oemar Hamalik (2009)
berpendapat, Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman.
Pengertian belajar juga dijelaskan oleh James LM, Belajar adalah upaya
yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan
memperoleh sendiri. Sementara itu Garry dan Kingsley berpendapat bahwa
belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman
dan latihan-latihan. Konsep belajar juga dikemukakan oleh Robert dan Davies
bahwa Belajar adalah perubahan perilaku yang relative permanen sebagai suatu
fungsi praktis atau pengalaman.
Dari beberapa pengertian belajar oleh para ahli tersebut di atas, maka
penulis dapat menyimpulkan, bahwa belajar adalah suatu proses atau kegiatan
yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan perilaku baik kognitif, afektif,
dan psikomotor. Belajar juga merupakan suatu kebutuhan manusia supaya
terjadi perubahan-perubahan, baik pengetahuan, sikap dan nilai-nilai moral atau
nilai akhlak yang akan membentuk pribadi seseorang sebagai hasil interaksinya
terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
2. Tujuan Belajar
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam
aktifitas internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik (Dimyati dan Mudjiono, 2006:18).
Ranah kognitif menurut Bloom ada enam jenis yaitu : (1) pengetahuan, (2)
pemahaman, (3) penerapan, (4) analisis, (5) sintesis,dan (6) evaluasi. Siswa yang
belajar akan memperbaiki kemampuan internalnya dari kemampuan awal pada
pra-belajar, meningkat memperolah kemampuan-kemampuan yang tergolong pada
keenam jenis perilaku yang dididikkan di sekolah (Dimyati dan Mudjiono, 2006:
27).
Ranah afektif menurut Krathwhl, Bloom, dkk terdiri dari lima perilaku
yaitu : (1) penerimaan, (2) kesiapan, (3) penilaian, (4) organisasi, dan (5)
pembentukan pola hidup. Siswa yang belajar akan memperbaiki kemampuan-
kemampuan nternalnya yang afektif. Siswa mempelajari kepekaan tentang sesuatu
hal sampai pada penghayatan nilai sehingga menjadi suatu pegangan hidup
(Dimyati dan Mudjiono, 2006: 29).
Ranah psikomotorik menurut Simpson terdiri dari tujuh jenis perilaku
sebagai berikut : (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) gerakan terbimbing, (4) gerakan
yang terbiasa, (5) gerakan kompleks, (6) penyesuaian pola gerakan, (7) kreatifitas.
Belajar berbagai kemampuan gerak dapat dimulai dengan kepekaan memilah-
milah sampai pada kreatifitas pola gerak baru (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 32).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar
adalah mengubah tingkah laku berbagai ranah (kognitif, afektif, psikomotorik)
menjadi lebih baik.
3. Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 41-50) prinsip-prinsip belajar antara lain:
a) Perhatian dan Motivasi
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhan. Selain perhatian, motivasi juga
mempunyai peranan peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi
adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktifitas seseorang.
b) Keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat
aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpan
saja tanpa mengadakan transformasi.
c) Keterlibatan Langsung
Pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung
tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya. John Dewey berpendapat ”learning
by doing” belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.
d) Pengulangan
Berdasarkan teori psikologi, daya yang ada pada manusia yang terdiri atas
daya mengamati, menangkap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berpikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut akan berkembang apabila ada
pergaulan.
e) Tantangan
Agar anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik
maka bahan belajar harus menantang.
f) Balikan dan penguatan
Menurut Thordike, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Karena hasil yang baik kan
merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha
belajar selanjutnya.
g) Perbedaan individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa
yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain.
Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-
sifatnya sehingga guru dalam pembelajaran yang sifatnya klasikal juga
harus memperhatikan adanya perbedaan individual.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip
belajar antara lain perubahan tingkah laku, dorongan atau motivasi, proses atau
aktifitas, pengalaman, pengulangan, umpan balik, perbedaan individual.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Dalam hal ini penulis akan mengemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan proses belajar, ada berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa yang secara garis besarnya dapat
dibagi dalam dua bagian, yakni faktor internal dan faktor eksternal siswa.
a) Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu berupa
faktor fisiologis dan faktor psikologis pada diri siswa. Faktor kondisi
fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan
kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa adalah faktor: minat, bakat intelejensi, motivasi, dan kemampuan-
kemampuan kognitif, seperti: kemampuan persepsi, ingatan, berpikir, dan
kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor
tersebut terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental.
1) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial. Yang
termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti:
keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, dan malam),
tempat letak gedung Sekolah, dan sebagainya.
Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan prestasinya
termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa.
2) Faktor Instrumental
Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas,
sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru, dan kurikulum atau
materi pelajaran serta strategi belajar mengajaryang digunakan akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
H. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2011) mengemukakan, bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan belajar dan
rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini
dipengaruhi pula oleh guru sebagai perancang belajar mengajar. Secara umum,
belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap
dan terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku.
Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,
baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif da psikomotorik sebahai hasil dari
kegiatan belajar. Hal ini dipertegas lagi oleh Nawawi dalam Susanto (2013:5)
yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor
dan diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Susanto,
2013:5)
Menurut Gagne, hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian, sikap, apersepsi, dan ketrampilan. Menurut Bloom, hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sementara menurut
Lindgren, hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan
saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan
sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,
melainkan komprehensif (Suprijono, 2014 : 5-7).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta
didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini
meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan,
sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar diri peserta
didik, yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat (Susanto, 2013:12)
3. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil
belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar siwa merupakan
objek yang akan dinilai, sedangkan hasil belajar siswa mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2009: 3).
I. Matematika
1. Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya
diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan
itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
(knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya
yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir).
Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu
pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih
menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil
eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran
manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET,
1980 :148).
Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara
empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara
analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk
konsep-konsep matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu
mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka
digunakan bahasa matematika atua notasi matematika yang bernilai global
(universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika
adalah dasar terbentuknya matematika.
Beberapa Definisi Para Ahli Mengenai Matematika antara lain :
a. Russefendi (1988 : 23)
Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di
mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara
umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
b. James dan James (1976).
Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan,
besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya.
Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan
geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika
terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan
analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
c. Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972)
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian
yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah
yang didefinisikan dengan cermat , jelas dan akurat representasinya
dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide
daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur
yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif
berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau
teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang
keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni,
keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
d. Reys - dkk (1984)
Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan
atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
e. Kline (1973)
Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna
karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk
membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan
sosial, ekonomi, dan alam.
f. Karso (2002: 1.40)
Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan
penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan
hubungan di antara bentuk-bentuk atau stuktur-struktur yang abstrak
tersebut.
g. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan
dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan.
Dari berbagai pendapat dari para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah ilmu tentang logika dan penalaran tentang konsep bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan untuk memecahkan permasalahan mengenai
bilangan.
2. Pembelajaran Matematika di SD
Di dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, guru SD perlu
memahami bagaimana karakteristik matematika. Ciri khas matematika yang
deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh guru sehingga mereka dapat
membelajarkan matematika dengan tepat, mulai dari konsep sederhana sampai
yang kompleks (Karso, 2002: 2.17).
Pembelajaran matematika SD/MI perlu adanya penggunaan konteks dunia
nyata dan sesuai dengan sifat mereka. Oleh karena itu pengajaran masih harus
tetap berdasarkan sifat-sifat atau ciri-ciri perkembangan pada masa umum SD/MI.
suatu prinsip yang penting adalah bahwa sebagian besar anak-anak di SD/MI
masih dalam tahaf operasional konkret. Karena itu mereka kurang mampu untuk
berpikir abstrak seperti masa remaja. Ini berarti bahwa pengajaran di SD/MI
harus sekonkret mungkin dan betul-betul dialami. Pelajaran matematika sebaiknya
menggunakan objek yang konkrit untuk menunjukan konsep dan membiarkan
siswa memanipulasi objek mewakili prinsip-prinsip matematika. Penekanannya
pada penggunaan matematika untuk menyelesaikan permasalahan pada kehidupan
sehari-hari dengan nyata.
3. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Menurut Permen No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Adapun tujuan mata pelajaran matematika
menurut Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah matematika;
(2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika dengan benar; (3) memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)
mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah (Depdiknas, 2007: 417).
Hal senada juga diungkapkan oleh Soedjadi (2000) bahwa pendidikan
matematika memiliki dua tujuan besar yang meliputi: (1) tujuan yang bersifat
formal yang memberi tekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan
pribadi anak, dan (2) tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada
penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah matematika. Dari
tujuan di atas terlihat bahwa matematika sangat penting untuk menumbuhkan
penataan nalar atau kemampuan berpikir logis serta sikap positif siswa yang
berguna dalam mempelajari ilmu pengetahuan maupun dalam penerapan
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai landasan pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan tersebut disusun standar kompetensi dan
kompetensi dasar matematika. Standar kompetensi dan kompetensi dasar
dijadikan sebagai landasan guru untuk menyusun program dan kegiatan belajar-
mengajar di kelas.
3. Karakteristik PMR
Berikut adalah karakteristik PMR menurut Marpaung (2001):
a. Murid aktif, guru aktif ( Matematika sbg aktivitas manusia).
b. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah
kontekstual/ realistik.
c. Guru memberi kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan
cara sendiri.
d. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
e. Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil atau besar).
f. Pembelajaran tidak selalu di kelas (bisa di luar kelas, duduk di lantai, pergi
ke luar sekolah untuk mengamati atau mengumpulkan data).
g. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi, baik antara siswa dan
siswa, juga antara siswa dan guru.
h. Siswa bebas memilih modus representasi yang sesuai dengan struktur
kognitifnya sewaktu menyelesaikan suatu masalah (Menggunakan model).
i. Guru bertindak sebagai fasilitator (Tutwuri Handayani).
j. Kalau siswa membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah jangan
dimarahi tetapi dibantu melalui pertanyaan-pertanyaan dan usaha mereka
hendaknya dihargai.
4. Prinsip-prinsip PMR
Menurut Van den Heuvel-Panhuizen dan Drijvers (2014), terdapat enam
prinsip pembelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan Matematika
Realistik. Keenam prinsip pembelajaran dengan PMR itu meliputi:
a. Prinsip aktivitas (activity principle),
Melalui prinsip aktivitas, siswa diperlakukan sebagai partisipan aktif
dalam proses pembelajaran matematika. Artinya, matematika dipelajari
dengan cara melibatkan siswa secara langsung melalui pemecahan
permasalahan matematika (doing mathematics).
b. Prinsip realitas (reality principle),
Melalui prinsip realitas, pembelajaran matematika dimulai dengan situasi
realistik yang bermakna bagi siswa, dan bukan dimulai dari definisi atau
teori, kemudian contoh dan latihan soal. Melalui prinsip ini siswa
membangun konsep matematika dari situasi permasalahan yang bermakna.
Prinsip ini pun bermakna bahwa pengetahuan matematika yang dipelajari
siswa diharapkan dapat diterapkan dalam menyelesaikan permasalahan
hidup sehari-hari.
c. Prinsip tingkatan (level principle),
Prinsip tingkatan bermakna bahwa dalam proses belajar matematika siswa
melewati tingkatan-tingkatan pemahaman matematis: dari pemahaman
yang bersifat informal, semi-formal, hingga tahapan formal. Dalam hal ini
model matematis diperlukan untuk menjembatani antara matematika yang
bersifat informal dan matematika yang formal.
d. Prinsip keterkaitan (intertwinement principle),
Menurut prinsip keterkaitan, topik-topik matematika, seperti bilangan,
aljabar, dan geometri tidak dipandang sebagai topik-topik terpisah,
melainkan sebagai topik-topik yang saling terkait dan terintegrasi. Melalui
prinsip ini, siswa difasilitasi oleh permasalahan matematis yang kaya dan
mengkaitkan antar topik-topik matematika tersebut.
e. Prinsip interaktivitas (interactivity principle),
Prinsip interaktivitas memandang bahwa belajar matematika itu bukanlah
aktivitas individu semata, melainkan aktivitas sosial yang melibatkan
individu-individu lain. Melalui prinsip ini dalam proses pembelajaran
siswa diharapkan aktif berdiskusi, mengemukakan gagasan baik dalam
aktivitas kelas ataupun aktivitas berkelompok, sehingga terjadi interaksi
antar siswa serta antara siswa dan guru.
f. Prinsip pembimbingan (guidance principle).
Dalam prinsip pembimbingan, guru dituntut berperan aktif membimbing
siswa dalam proses pembelajaran, sehingga para siswa dapat melewati
tahap-tahap pemahaman matematis dari yang bersifat informal hingga
yang formal.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa prinsip realitas, prinsip
tingkatan, dan prinsip keterkaitan tercermin secara dominan pada bahan ajar yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Sedangkan prinsip aktivitas, prinsip
interaktivitas, dan prinsip pembimbingan secara dominan tercermin dalam proses
pembelajaran dengan menerapkan PMR.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
PERBAIKAN PEMBELAJARAN
2. Tempat Penelitian
Lokasi pelaksanaan pembelajaran adalah di SDN 1 Salakuray Kecamatan
Bayongbong Kabupaten Garut.
3. Waktu Penelitian
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jadwal di bawah ini :
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
No Siklus Tanggal Waktu Keterangan
1 1 10 September 2018 08.15-08.50
2 2 20 September 2018 08.15-08.50
b. Data tentang aktivitas guru dan siswa, yang diperoleh dari hasil observasi,
dianalisis secara kualitatif. Rumus yang digunakan adalah:
Untuk hasil observasi siswa
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 = 𝑥100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Untuk hasil observasi guru
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝐺𝑢𝑟𝑢 = 𝑥100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Data yang berupa nilai observasi tersebut kemudian dideskrifsikan
berdasarkan kriteria berikut ini:
Tabel 3.2
Kriteria Hasil Observasi Siswa dan Guru
Nilai Observasi Predikat Huruf
86-100 Sangat Baik A
76-85 Baik B
60-75 Cukup C
55-59 Kurang D
≤ 54 Sangat Kurang E
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik 4.1
Hasil Penilaian Tes Awal
Mata Pelajaran Matematika Pra Siklus
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
25 50 75 80 100
2. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Siklus I
Berdasarkan temuan pada studi pendahuluan dan hasil diskusi dengan
supervisor 2, penulis merencanakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan di
kelas dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan Pendekatan
Matematika Realistik (PMR).
Secara operasional dapat dijelaskan sebagai berikut:
j) Menganalisis masalah
k) Pemecahan masalah
l) Menentukan kompetensi dasar
m) Mentukan standar kompetensi
n) Menentukan indikator
o) Menentukan tujuan perbaikan
p) Menentukan materi.
q) Menentukan metode.
r) Membuat lembar observasi.
Skor Penilaian
No Aktivitas Guru Keterangan
1 2 3 4
KEGIATAN AWAL
1 Guru mengucapkan salam dan berdoa √
Guru mengkondisikan siswa sebelum
2 √
memulai pembelajaran
3 Guru mengabsen siswa √
Guru melakukan apersepsi dan
4 √
motivasi
Guru menyampaikan tujuan
5 √
pembelajaran
KEGIATAN INTI
Guru memberikan contoh soal cerita
6 permasalahan perkalian yang terdapat √
di dalam Lembar Kerja
7 Guru menjelaskan materi pelajaran √
Guru memberi lembaran soal cerita
8 √
kepada masing-masing siswa.
Guru meminta masing-masing siswa
untuk mengerjakan soal yang ada di
9 √
lembaran tersebut dengan cara mereka
sendiri.
Guru berkeliling sambil mengamati
10 kerja siswa dan membimbing siswa √
yang mengalami kesulitan.
11 Guru mengecek jawaban siswa √
Guru menyuruh siswa maju ke depan
12 menjelaskan penyelesaian soal √
tersebut.
Guru menyuruh siswa menanggapi
hasil pekerjaan temannya.
13 √
KEGIATAN AKHIR
Guru menyimpulkan materi yang telah
14 √
dipelajari hari ini.
Guru memberikan soal evaluasi akhir
15 dan masing-masing siswa √
mengerjakannya.
Guru menutup pelajaran dengan berdoa
16 bersama siswa dan mengucapkan √
salam.
SKOR 27 28
TOTAL SKOR 55/64
55
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝐺𝑢𝑟𝑢 = 64 𝑥100 = 85,9
Hal ini menunjukkan aktivitas guru pada siklus I yang cukup baik.
2) Hasil observasi berupa aktifitas siswa selama proses pembelajaran tertera pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Mata Pelajaran Matematika Siklus 1
Skor Penilaian
No Aktivitas Siswa Keterangan
1 2 3 4
KEGIATAN AWAL
Berdasarkan table 4.2 di atas, hasil observasi aktivitas siswa sudah baik. Hal ini
terlihat dari perolehan skor yang didapat yaitu 54 sehingga memperoleh nilai:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 = 𝑥100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
54
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 = 64 𝑥100 = 84,375
3) Hasil belajar berupa nilai dari tes pembelajaran
Tabel 4.4
Hasil Penilaian Tes Formatif
Mata Pelajaran Matematika Siklus 1
Grafik 4.2
Hasil Penilaian Tes Formatif
Mata Pelajaran Matematika Siklus 1
25
20
15
10
0
25 50 75 80 100
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat dilihat bahwa nilai yang belum
tuntas yaitu nilai yang kurang dari 70 ada 8 siswa sedangkan nilai yang tuntas
yaitu antara 50-100 ada 36 siswa. Untuk itu penulis mengadakan penelitian
mengapa pembelajaran menjelaskan materi perkalian pada pembelajaran
perbaikan siklus I tidak bisa diterima siswa dengan baik, dengan kenyataan hasil
evaluasi dari 44 siswa yang mendapat nilai diatas 70 atau tuntas hanya 36 siswa
(81,81%) dan siswa yang belum tuntas atau mendapat nilai kurang dari 60 ada 8
siswa (18,18%). Oleh karena itu, peneliti perlu mengadakan perbaikan
pembelajaran siklus II karena belum semua siswa mendapat nilai di atas KKM.
d. Tahap Refleksi Siklus I
Hasil observasi yang dilaksanakan bersama-sama supervisor 2, kemudian
didiskusikan. Berbagai masalah yang muncul selama pelaksanaan tindakan
diidentifikasi dan dianalisis. Hasil identifikasi dan analisis masalah dicari dan
ditentukan solusinya untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil refleksi pada proses pembelajaran maka perlu diadakan
perbaikan pembelajaran pada siklus kedua yaitu:
Guru harus pandai mengkondisikan kelas ke dalam suasana kelas yang
kondusif.
Guru harus pandai menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Guru harus menggunakan alat peraga yang lebih menarik, tepat dan sesuai
dengan materi.
Pengaturan waktu harus tepat.
3. Siklus II
a. Tahap Perencanaan Siklus II
Tahap perencanaan meliputi kegiatan sebagai berikut:
e) Menyusun RPP dengan materi bilangan pecahan.
f) Menyiapkan instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru
pada kegiatan belajar mengajar, lembar observasi untuk kegiatan siswa,
pedoman wawancara untuk guru dan siswa, lembar latihan soal-soal untuk
tes akhir pada siklus II.
g) Mempersiapkan sumber, alat peraga, dan media pembelajaran.
h) Menyiapkan alat evaluasi yang berupa tes tertulis dan Lembar Kerja Siswa
(LKS)
1 2 3 4
KEGIATAN AWAL
1 Guru mengucapkan salam dan berdoa √
Guru mengkondisikan siswa sebelum memulai
2 √
pembelajaran
3 Guru mengabsen siswa √
4 Guru melakukan apersepsi dan motivasi √
5 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
KEGIATAN INTI
6 Guru membentuk siswa menjadi 8 kelompok √
Guru memberikan contoh soal cerita
permasalahan perkalian yang terdapat di
7 √
dalam Lembar Kerja
Guru memberikan permen, kantong plastik
8 sebagai media penyelesaian permasalahan √
perkalian
Guru meminta masing-masing kelompok
9 untuk mengerjakan soal yang ada di lembaran √
tersebut dengan cara mereka sendiri.
Guru berkeliling sambil mengamati kerja
10 kelompok dan membimbing kelompok yang √
mengalami kesulitan.
Guru memberikan kesempatan siswa untuk
11 mengemukakan pendapat kelompoknya √
dengan melakukan presentasi di depan kelas
Guru menyuruh kelompok yang lainnya
12 √
menanggapi penjelasan dari kelompok yang maju.
KEGIATAN AKHIR
Guru menyimpulkan materi yang telah
13 √
dipelajari hari ini.
Guru memberikan soal evaluasi akhir dan
14 √
masing-masing siswa mengerjakannya.
Guru menutup pelajaran dengan berdoa
15 √
bersama siswa dan mengucapkan salam.
SKOR 9 48
TOTAL SKOR 57/60
Berdasarkan tabel aktivitas peneliti di atas yang diperoleh dari supervisor 2
menunjukkan aktivitas yang sangat baik pada siklus II yaitu mendapat skor 57
atau mendapat nilai:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝐺𝑢𝑟𝑢 = 𝑥100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
57
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝐺𝑢𝑟𝑢 = 60 𝑥100 = 95
2) Hasil observasi berupa aktifitas siswa selama proses pembelajaran tertera pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Mata Pelajaran Matematika Siklus II
Skor Penilaian
No Aktivitas Siswa Keterangan
1 2 3 4
KEGIATAN AWAL
1 Siswa menjawab salam √
2 Siswa membaca Basmalah √
Siswa merespon presensi kehadiran
3 yang √
dilakukan oleh guru
Siswa mendengarkan apersepsi dan
4 motivasi √
yang disampaikan guru
Siswa mendengarkan tujuan
5 pembelajaran √
yang dijelaskan guru
KEGIATAN INTI
Siswa membentuk menjadi 8 kelompok
6 √
Siswa menerima masalah realistik yang
7 ada pada Lembar Kerja √
Berdasarkan table 4.5 di atas, hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 2 sudah
menunjukkan hasil yang baik.. Hal ini terlihat dari perolehan skor observasi yaitu
57 yang berarti mendapat nilai:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 = 𝑥100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
57
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 = 60 𝑥100 = 95
Dari tabel di atas dapat dilihat juga melalui grafik seperti di bawah ini:
Grafik 4.3
Hasil Penilaian Tes Formatif
Mata Pelajaran Matematika Siklus II
30
25
20
15
10
0
25 50 75 80 100
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat dilihat bahwa nilai yang belum
tuntas yaitu nilai yang kurang dari 70 ada 0 siswa sedangkan nilai yang tuntas
yaitu antara 70-100 ada 44 siswa. Untuk itu peneliti tidak perlu mengadakan
perbaikan pembelajaran siklus II karena semua siswa mendapat nilai di atas
KKM. Oleh karena itu, perbaikan pembelajaran mata pelajaran Matematika
tentang perkalian berakhir pada siklus II.
d. Tahap Refleksi Siklus II
Hasil refleksi pada siklus II ini sudah menunjukan hasil yang memuaskan,
dilihat dari siswa yang mendapatkan nilai 100 ada 7 siswa, nilai 80 ada 17 siswa
dan nilai 60 ada 16 siswa semuanya itu sudah diatas KKM. Hal ini menunjukkan
hasil yang baik, baik dari segi materi pelajaran, metode dan media yang
digunakan, penggunaan waktu, keterlibatan siswa serta suasana kelas. Kondisi ini
harus dipertahankan dan ditingkatkan lagi
A. Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah pada bab I, maka peneliti memberikan
kesimpulann bahwa Pendekatan Matematika Realistik dapat meningkatkan
kemampuan menghitung perkalian siswa kelas III SD Negeri I Salakuray tahun
pelajaran 2018/2019. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 57,70, siklus pertama 77,80; dan ada
siklus kedua naik menjadi 90,90. Untuk siswa tuntas belajar (KKM 75) pada tes
awal 54,54%, tes siklus pertama 81,81%, dan pada tes siklus kedua siswa belajar
tuntas mencapai 100%.