Anda di halaman 1dari 20

Laporan Penyuluhan

ASI EKSKLUSIF

Oleh :

Delarisa Rebeca Lindo

17014101037

Masa KKM : 4 Februari – 17 Maret 2019

Dokter Pembimbing :

dr. Freilly Kuhon

dr. Zwingly C. J. G. Porajow

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dikoreksi dan disetujui laporan penyuluhan dengan judul :

ASI EKSKLUSIF

Oleh :

Delarisa Rebeca Lindo

17014101037

Masa KKM : 4 Februari – 17 Maret 2019

Telah dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2019

Bertempat di Puskesmas Wenang

Mengetahui,

Dokter Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Freilly Kuhon dr. Zwingly C. J. G. Porajow

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya
penyusun dapat menyelesaikan laporan penyuluhan ini yang berjudul “Asi
Eksklusif”.

Adapun laporan penyuluhan ini dibuat sebagai tugas penunjang selama masa
Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) di Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado dan juga saat ditugaskan
di Puskesmas Wenang.

Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun laporan penyuluhan ini masih


terdapat beberapa kekurangan, maka diharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan penyuluhan ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih, semoga laporan penyuluhan


ini bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.

Manado, 13 Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Tujuan Penyuluhan............................................................................................... 2
C. Sasaran Penyuluhan ............................................................................................. 2
D. Metode Penyuluhan .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 3

A. Definisi ................................................................................................................. 3
B. Klasifikasi ASI ................................................................................................... 10
C. Evaluasi Keberhasilan Kegiatan ........................................................................ 10
D. Indikator Keberhasilan Kegiatan........................................................................ 11
E. Hasil Evaluasi Program ...................................................................................... 11
F.
G. Perencanaan dan Persiapan ................................................................................ 10
H. Evaluasi Keberhasilan Kegiatan ........................................................................ 10
I. Indikator Keberhasilan Kegiatan........................................................................ 11
J. Hasil Evaluasi Program ...................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 13

LAMPIRAN ............................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan,
bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan
merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Gangguan kekurangan gizi tingkat buruk yang
terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dipulihkan walaupun kebutuhan
gizi selanjutnya terpenuhi.1
Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi yang baru lahir maka ibu
harus sesegera mungkin menyusui bayinya karena ASI memberikan peranan
penting dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi.
Oleh karena itu, bayi yang berumur kurang dari enam bulan dianjurkan hanya
diberi ASI tanpa makanan pendamping.1,2
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang
bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam
prosespertumbuhan dan perkembangan bayi. Definisi WHO menyebutkan bahwa
ASI ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat
apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai
usia 6 bulan. Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO)
merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun
pada tahun 2001WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan
menjadi 6 bulan kemudian dilanjutkan selama 2 tahun dengan panambahan
makanan pendamping yang tepat waktu, aman, benar dan memadai.2,3
Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa persentase bayi yang
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Pemerintah telah
menetapkan target cakupan pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2010 pada bayi
0-6 bulan yaitu sebesar 80%. Program peningkatan pemberian ASI menjadi
prioritas karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita,
upaya peningkatan kualitas hidup manusia harus dimulai sejak dini yaitu sejak

1
masih dalam kandungan hingga usia balita.2Referat ini akan membahas tentang
ASI eksklusif secara keseluruhan.

B. Tujuan Penyuluhan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan pentingnya pemberian ASI eksklusif pada
masyarakat di wilayah Puskesmas Wenang.
b. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kenapa harus
diberikan ASI eksklusif, komposisi ASI, kapan waktu pemberian yang
tepat, keuntungan ASI dibandingkan susu formula, bagaimana
merangsang produksi ASI dan cara mengetahui jika bayi sudah
mendapatkan ASI yang cukup
b. Meningkatkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.

C. Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan ini adalah masyarakat di wilayah Puskesmas Wenang.

D. Metode Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah dengan media leaflet.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi,
hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi.
Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan.4
ASI Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun. Setelah
usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI,
sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih.3,4

B. Klasifikasi ASI
ASI dikelompokan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut5:
1. ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang pertama
disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4.
Kolostrum sangat baik untuk mengeluarkan “mekonium” yaitu air
ketuban dan cairan lain yang tertelan masuk perut bayi saat proses
persalinan. Jumlah (volume) kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.
2. ASI Stadium II adalah ASI transisi yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum menjadi ASI yang matang. ASI ini diproduksi pada hari ke-4
sampai hari ke-10.
3. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10
sampai seterusnya.

C. Fisiologi Pengeluaran ASI


Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu
dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan
yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian
yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks
Let Down/Pelepasan ASI).

3
Pembentukan ASI dimulai sejak kehamilan. Selama kehamilan terjadi
perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan
oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar
pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses
proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta,
yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron. Pada
akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung
puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena
pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise.
Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang
dihasilkan tidak berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran
air susu dihambat oleh hormon estrogen.
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan
lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi
hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang
sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu.
Penurunan kadar estrogen memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan
produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan
disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui,
prolaktin akan meningkat pada keadaan stres atau pengaruh psikis,anestesi,
operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan.
Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya yaitu
pada keadaan ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan.
Refleks pelepasan ASI merupakan proses pelepasan ASI yang berada
dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu
akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel
mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat
keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya mengalir
melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi
bayi.
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks ini yaitu pada saat ibu
melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan

4
untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat refleks
ini yaitu stres atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti
atau merasakan nyeri.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi
sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu
mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka
bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini). Dengan
seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin
baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-
hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik
untuk kembalinya uterus ke bentuk semula.4-6

D. Komposisi ASI
ASI mengandung air sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang mendapat
cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat
yang mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran
cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal
tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat
susu formula. Berikut beberapa zat penting yang terdapat dalam ASI:
1. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah
satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI
hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau
susu formula. Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan
karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan
pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan
laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula.
Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya
meningkat terutama laktosa pada ASI transisi. Sesudah melewati masa ini
maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.7

5
2. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi
terdiri dari protein whey dan kasein. Protein dalam ASI lebih banyak
terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi,
sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein kasein yang lebih
sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein kasein yang terdapat dalam
ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung protein ini dalam
jumlah tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari
protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat
dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial
menyebabkan alergi.
Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang
terlihat dari profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI
mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi.
Salah satu contohnya adalah asam amino taurin; asam amino ini hanya
ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam susu sapi. Taurin diperkirakan
mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam amino ini
ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang
berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur, karena
kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat rendah.
ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa
organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan
fosfat) dibanding dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam
jumlah sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik
dibanding susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam
meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang
pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi
dan daya tahan tubuh.8-10
3. Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu
formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung

6
pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa
perbedaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi
atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada
perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI.
Disamping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai
panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat
(ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina
mata. Susu sapi tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena itu
hampir terhadap semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA ini.
Tetapi perlu diingat bahwa sumber DHA & ARA yang ditambahkan ke
dalam susu formula tentunya tidak sebaik yang terdapat dalam ASI.
Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI
matang, tetapi mempunyai persentasi asam lemak rantai panjang yang
tinggi.9,10
4. Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi
yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI
mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama
menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi.
Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan
bayi yang mendapat susu formula.7,10
5. Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai
faktor pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempatnya kadar
dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk
terjadi perdarahan, walapun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh
karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya
dalam bentuk suntikan.9
6. Vitamin D
Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal
ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari
maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar

7
matahari. Sehingga pemberian ASI eksklusif ditambah dengan
membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi
menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.9-10
7. Vitamin E
Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel
darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya
anemia hemolitik. Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E yang
tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal.10
8. Vitamin A
Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk
mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI
mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga
bahan bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan
mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan
daya tahan tubuh yang baik.10
9. Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,
vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu
berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan
B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat
mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Karena vitamin B6
dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistim syaraf maka pada ibu
yang menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin
B12 cukup di dapat dari makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang
vegetarian.6,9,10
10. Mineral
Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi
oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status
gizi ibu. Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan
lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam
susu sapi.

8
Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang
mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi
jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih
rendah dari susu sapi, tapi tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan
kalsium ini dipengaruhi oleh kadar fosfor, magnesium, vitamin D dan
lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis lemak diatas yang menyebabkan
perbedaan tingkat penyerapan. Kekurangan kadar kalsium darah dan
kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang mendapat susu
formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI.
Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula
keduanya rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI
mempunyai risiko yang lebih kecil utnuk mengalami kekurangan zat besi
dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula. Hal ini disebabkan
karena zat besi yang berasal dari ASI lebih mudah diserap, yaitu 20-50%
dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula. Keadaan ini tidak perlu
dikuatirkan karena dengan pemberian makanan padat yang mengandung
zat besi mulai usia 6 bulan masalah kekurangan zat besi ini dapat diatasi.
Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral
yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh.
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan mineral ini adalah
acrodermatitis enterophatica dengan gejala kemerahan di kulit, diare
kronis, gelisah dan gagal tumbuh. Kadar zincASI menurun cepat dalam
waktu 3 bulan menyusui. Seperti halnya zat besi kandungan mineral zinc
ASI juga lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat penyerapan lebih
baik. Penyerapan zinc terdapat di dalam ASI, susu sapi dan susu formula
berturut-turut 60%, 43-50% dan 27-32%. Mineral yang juga tinggi
kadarnya dalam ASI dibandingkan susu formula adalah selenium, yang
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat.10-12

E. Perencanaan dan Persiapan


1. Perencanaan
a. Tempat Pelaksanaan : PuskesmasKarombasan

9
b. Waktu Pelaksanaan : Jumat, 07Desember 2018

2. Persiapan
a. Media : Leafleat
1) Keuntungan media leaflet antara lain jenis media ini praktis,
mudah dibawa dan mudah disimpan. bila sewaktuwaktu
dibutuhkan, sudah sering dilihat oleh masyarakat banyak, sehingga
mempermudah penerimaan pesan pada target audience, mudah
penyebarannya dalam waktu yang sama sekaligus, mudah dibaca di
manapun dalam waktu lama, mampu memuat informasi lebih
detail.
2) Kekurangan media leaflet antara lainumurnya tidak tahan lama,
apabila masyarakat kurang berminat maka leaflet ini akan dibuang
begitu saja, bersifat statis sehingga mudah menimbulkan
kebosanan, bila tampilan visual kurang menarik maka leaflet hanya
akan dibaca secara singkat dan memungkinkan untuk tidak dibaca
kembali.
b. Materi penyuluhan yang akan diberikan sudah disiapkan dan akan
disebarluaskan dalam leaflet yang berisi gambar dan tulisan
(diasumsikan seluruh audien bisa membaca).
c. Penyediaan sarana promosi kesehatan sesuai standar (banner, poster,
leaflet, LCD projector)

F. Evaluasi Keberhasilan Kegiatan


1. Masyarakat dapat memahami pengertian ASI eksklusif, kapan
waktu pemberian yang tepat dan cara mengetahui jika bayi sudah
mendapatkan ASI yang cukup
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai komposisi ASI
dan keuntungan ASI dibandingkan susu formula,
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara untuk
merangsang produksi ASI.

10
G. Indikator Keberhasilan Kegiatan
1. Indikator Input:
a. Puskesmas Wenang
b. Dokter
c. Petugas Kesehatan
2. Indikator Proses:
a. Memantau dan mengawasi jalannya kegiatan promosi kesehatan di
wilayahnya.
3. Indikator Output:
Perorangan: persentase faktor perilaku berisiko (pola hidup sehat) belum
dinilai.

H. Hasil Evaluasi Program


1. Derajat Keberhasilan :
a. Berhasil apabila terdapat kesadaran dan dilakukannya pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan.
2. Faktor Penunjang :
a. Adanya upaya dokter atau petugas kesehatan lain untuk memberikan
informasi melalui penyuluhan.
b. Masyarakat dapat mengaplikasikan hasil dari penyuluhan
3. Faktor Penghambat :
a. Pemahaman yang masih kurang akibat ketidakpedulian terhadap
kesehatan.
b. Psikis dan emosi ibu dan keluarga yang belum siap dalam memberikan
ASI.
c. Kurangnya dorongan dari keluarga dan lingkungan

11
BAB III

PENUTUP

Demikianlah penyuluhan dengan media leaflet telah dilaksanakan pada


tanggal 13 Februari 2019 berlangsung dengan baik karena antusias dan kesadaran
masyarakat di Puskesmas Wenang tentang ASI eksklusif sudah baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Solihin P. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta :Buku kedokteran EGC; 2000.
h.10-14.
2. Prasetyawati. Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Dalam Millennium
Development Goals. Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika;2011. h.6-13.
3. World Health Organization. Community-Based strategies for Breastfeeding
Promotion and Support in Developing Countries. 2003.
4. Baskoro A. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Ed.1. Yogyakarta: Banyu
Medika; 2008. h.83-97.
5. Jan R, Auerbach KG. Menyusui dan Laktasi. Jakarta: Buku kedokteran EGC;
2007. h.101-19.
6. Kristiyanasari. ASI, Menyusui & SADARI. Yogyakarta: Penerbit Nuha
Medika; 2011. h.12-35.
7. Victora CG, Bahl R, Barros AJ, Franca GV, Horton S, Krasevec J, et al.
Breastfeeding in the 21st century: epidemiology, mechanisms, and lifelong
effect. Lancet. 2016;387:475-90.
8. Victora CG, Horta BL, Mola CL, Quevedo L, Pinheiro RT, Gigante DP, et al.
Association between breastfeeding and intelligence, educational attainment,
and income at 30 years of age: a prospective birth cohort study from Brazil.
Lancet. 2015;3:199-205.
9. Yeung H, Leff M, Rhee KE. Effect of exclusive breastfeeding among
overweight and obese mothers on infant weight-for-length percentile at 1 year.
Breastfeeding Med. 2017;12:1-9.
10. Mekuria G, Edris M. Exclusive breastfeeding and associated factors among
mothers in Debre Markos, Northwest Ethiopia: a cross-sectional study. Int
Breastfeeding J. 2015;10:1-7.
11. Quigley MA, Carson C, Sacker A, Kelly Y. Exclusive breastfeeding duration
and infant infection. Eur J Clin Nutr. 2016;70:1420-7.
12. Flaherman VJ, Chan S, Desai R, Agung FH, Hartati H, Yelda F. Barriers to
exclusive breast-feeding in Indonesian hospitals: a qualitative study of early
infant feeding practices. Public Health Nutr. 2018:1:1-9.

13
LAMPIRAN

14
15
16

Anda mungkin juga menyukai