Anda di halaman 1dari 30

BAB III

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “A” GII P1001 AB000 UK 10-12 MINGGU DENGAN BLIGHTED
OVUM
DI RS MANU HUSADA

3.1 Pengkajian
Tanggal : 08 Maret 2014 Tgl MRS :08 Maret 2014
Jam : 15.50 WIB Jam MRS :15.35 WIB
Tempat : RS MANU HUSADA

A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama klien : Ny “A” Nama suami : Tn “S”
Umur : 30 tahun Umur : 31tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Sales
Alamat : Jl.Pelabuhan Selilir Alamat :Jl.Pelabuhan Selilir,
Wagir

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan keluar bercak darah sedikit kemarin pagi jam 05.30 dan merasa
sakit perut (mules) hilang timbul.

3. Riwayat kesehatan yang lalu


Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (TBC,), menurun (DM, Hipertensi,
Asma), dan menahun (Jantung).
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular(TBC), menurun seperti
(DM,Hipertensi,Asma),dan menahun (Jantung),ibu hanya pernah sakit batuk filek
dan tidak pernah masuk RS.

5. Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular(TBC,),menurun (DM, Hipertensi, Asma),dan menahun (jantung), serta tidak
ada riwayat kembar.
6. Riwayat haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 7 hari
Banyaknya : ganti pembalut ± 2-3/ hari
Keluhan waktu haid : Tidak ada keluhan
HPHT : 18-12-13
TP : 25-09-14

7. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Kawin
Kawin ke : 1 tahun
Lama : 9 tahun
Umur saat menikah : 21 tahun

8. Riwayat KB
Jenis : Suntik 3 bulan danPil KB
Lama : 1 tahun
Keluhan : terkadang sering ganti-ganti KB suntik 3 bulan dan pil KB
9. Rencana KB yang akan datang :
Jenis : belum ingin KB karena ingin punya anak
10. Riwayat kehamilan, pesalinan, dan nifas yang lalu

N Hamil Persalinan Anak MASALA


o Nifas H
H.k Jenis Pnlg Cara Pnyk se BB/PB H/M Umur HR ASI
e t x
1 I tungga bidan nor - P 2.800g/ H 7 th 40 hr lanc -
l mal 49 cm ar
-
2 Ha
mil -
ini

10 Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang


 Riwayat Kehamilan
 Trimester I : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ke bidan sebanyak 1 kali
mengeluh kadang mual muntah
HE : Jangan makan-makanan yang memicu mual, banyak
istirahat, makan sedikit-sedikit tapi sering.
Terapi : Hasil Plano Test (+) , Fe,Kalk, dan Vitamin BC.

11. Pola Kebiasaan Sehari-hari


Kebiasaan Sebelum Hamil Saat Hamil

Nutrisi Makan 3×/hari (pagi, siang, Makan 2-3x/hari.Makan


sore) dengan komposisi : sedikit karena kurang
nasi, lauk dan sayur. Minum nafsu makan dikarenakan
air putih 1000 l (± 8 mual-mual. Minum air 6-
gelas/hari), teh 500 cc (± 2 7 gelas/hari, kadang
gelas/hari), ditambah susu
minum the dan susu, Di
RS ibu dipuasakan.
Pola Eliminasi BAB 1-2 ×/hari rutin, BAB 1-2 ×/hari rutin,
konsistensi lunak, warna konsistensi lunak, warna
kuning, bau khas feses. kuning, bau khas feses.
BAK ± 52-3×/hari, warna BAK ± 5-6×/hari, warna
kuning jernih, bau khas. kuning jernih, bau khas.
Di RS, ibu BAK 1x
sebelum dikuretase.

Kebersihan Ibu mandi 2×/hari, keramas Ibu mandi 2×/hari,


2 hari sekali, ganti baju dan keramas 2 hari sekali,
celana dalam sehabis mandi. ganti baju dan celana
dalam sehabis mandi.

Aktivitas Ibu mengatakan kebiasaan Di RS Ibu hanya


di rumah mengerjakan berbaring di atas tempat
pekerjaan rumah tangga, tidur,karena akan
seperti memasak, mencuci dilakukan kuretase
dan membersihkan rumah
Rekreasi Ibu mengatakan waktu ibu menggunakan waktu
luangnya digunakan untuk luangnya untuk
menonton TV dan mengobrol dengan
berbincang-bincang dengan keluarga.
keluarga dan tetangga.

12. Keadaan Psikososial, Spiritual dan Budaya

1. Psikologis
Ibu mengatakan cemas dengan tindakan kuretase yang akan dialaminya
2. Sosial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga, dan tetangganya baik.
3. Spiritual
Ibu mengatakan beragama islam, Ibu selalu menjalankan Ibadah (sholat 5 waktu), saat ini
Ibu hanya bisa berdoa sambil berbaring
4. Budaya
Ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu dan jika sakit berobat ke petugas kesehatan.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : baik Kesadaran : CM
 Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 87 x/mnt TB : 150 cm
Suhu : 36,5oC BB : 50 kg
RR : 20 x/mnt lila :25 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala :Bulat, tidak ada luka, kulit kepala bersih.
Rambut : Hitam, lurus tidak rontok, bersih.
Muka : tidak Pucat, tidak ada oedem, ekspresi wajah grimace /
meringis,cloasma gravidarum tidak ada.
Mata : Simetris, sklera tidak icterus, konjungtiva merah muda,
tidak ada gangguan penglihatan.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran.
Hidung : Bersih, tidak ada secret,tidak ada polip.
Mulut : Bibir kering, tidak pecah-pecah.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
bendungan vena jugularis.
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dada.
Payudara : Simetris, tidak ada hiperpigementasi areola dan papila
mammae tidak menonjol, bersih,
Perut : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada strie gravidarum,
Genetalia : Vulva vagina terlihat bercak darah warna kecoklatan
,tidak ada kelainan pada vulva,
Anus : Tidak ada hemoroid.
Ekstremitas : Tidak ada oedem dan varises.
Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan
bendungan vena jugularis.
Payudara : Tidak terdapat benjolan abnormal, ASI belum keluar,
tidak ada nyeri tekan.
Perut : Kembung (-), TFU belum teraba, ballottement +, ada
nyeri tekan

Pemeriksaan Penunjang
- plano tes (+)
- USG Hasil : kehamilan kosong hanya terlihat kantong kehamilan dengan cairan
didalamnya.

3.2 Identifikasi Diagnosa danMasalah


Dx : Ny “A” GII P1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan blighted ovum
Ds : Ibu mengatakan keluar bercak darah sedikit sejak kemarin pagi dan merasa sakit
perut (mules) hilang timbul.

Do : K/U : baik
Kesadaran :composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 87 x/mnt TB : 150cm
Suhu : 36,5o C BB : 50 kg
RR : 20 x/mnt lila :24 cm
Inspeksi
Abdomen : tidak ada linea alba dan linea ngra, tidak ada luka bekas operasi
Genitalia :tampak keluar bercak darah, tidak ada tanda-tanda PMS.
Palpasi
Abdomen : TFU belum teraba, ballottement +
Ekstremitas : Tidak oedema

Auskultasi
Dada : Tidak ada wheezing / ronchi.
Perut : Bising usus(-)
Perkusi
Perut : kembung (-)

3.3 Identifikasi Diagnosadan Masalah Potensial


 Pada ibu
o Perdarahan pervaginam
o Infeksi setelah kuretase

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


- Kolaborasi dokter dalam penanganan blighted ovum dengan dilakukakn Curetase
- Kolaborasi dalam pemberian terapi analgesic dan antibiotik.
3.5 Intervensi
Tanggal :08 maret 2014 Jam : 16.00 WIB
Tempat : RS MANU HUSADA

Dx : Ny “A”GII P1001Ab000UK 10-12 minggu dengan blighted ovum


Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan kebidanan dalam 24 jam diharapkan
 Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
Keadaan umum :baik Kesadaran : CM
TTV :
TD : 90/60 – 130/90 mmHg
N : 70 – 90x/mnt
S : 36,5 – 37,5ºC
RR : 16 – 24x/mnt
- Kebutuhan pasien terpenuhi ( nutrisi, kebersihan, elliminasi, istirahat dan psikologis )
- Tidak terdapat tanda infeksi seperti demam, .

Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga.
R/ Membina hubungan yang harmonis sehingga proses asuhan dapat berjalan lancar
dan ibu kooperatif.
2. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Sebagai indikator untuk mengetahui adanya penyimpangan
3. Jelaskan pada ibu atas kehamilannya yang merupakan kehamilan kosong
R/ untuk memberikan pandangan bahwa janinnya tidak berkembang dan harus
diterminasi
4. Beri konseling pada ibu tentang tindakan kuretase yang harus dilakukan demi keselamatan
ibu karena kehamilan tersebut tidak normal.
R/ sebagai dasar bahwa yang dilakukan untuk keselamatan ibu
5. Siapkan ibu, untuk persiapan tindakan kuretase
R/ segala bentuk persiapan dilakukan sebelum kuretase dilakukan
6. Lakukan pemasangan oksigen sebelum kuretase
R/ memenuhi kebutuhan oksigen selama kuretase dilakukan
7. Lakukan tindakan kuretase oleh dokter spesialis
R/ untuk mengakhiri kehamilan
8. Observasi Tensi, SpO2, dan nadi pasien selama kuretase dilakukan
R/ mengidentifikasi adanya penyimpangan
9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
10. Melakuan pemantauan keadaan ibu pasca kuretase.

3.6 Implementasi
Tanggal :08 maret 2014 Jam : 16.55 WIB
1 Melakukan pendekatan pada keluarga guna untuk membina
hubungan yang harmonis sehingga proses asuhan dapat berjalan
lancar dan ibu kooperatif.
2 Mengobservasi tanda-tanda vital
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 36.5 °C
RR : 20x/menit
TD : 100/70 mmHg
3 Menjelaskan pada ibu atas kehamilannya yang merupakan
kehamilan kosong
Ibu mengerti bahwa kehamilannya saat ini merupakan kehamilan
kosong, ibu mencemaskan kehamilannya
4 Memberi konseling pada ibu tentang tindakan curretage yang harus
dilakukan demi keselamatan ibu karena kehamilan tersebut tidak
normal. Ibu mengerti, ibu dan suami bersedia dilakukan tindakan
curretage,
5 Menyiapkan ibu, untuk persiapan tindakan kuretase
Pasien siap ditempat tidur
6 Melakukan pemasangan oksigen sebelum kuretase
Oksigen terpasang dengan tekanan 1 liter/mnt
7 Melakukan tindakan curretage oleh dokter spesialis
kuretase telah dilakukan tgl 08 Maret 2014 jam 17.00-17.16,
kuretase berjalan lancar.
Perdarahan : ±80 cc, didapatkan selaput ketuban, cairan amnion, dan
jaringan

Mengobservasi Tensi, SpO2 pasien selama curretage dilakukan


8 TD: 70/60 mmHg
SpO2 : 100
9 Kolaborasi dengan dokter pemberian obat selama curretage:
- Injeksi Prrimperan 1 ampul (IV)
- injeksi Gentamicin 1 ampul (IV)
- injeksi metergin 0,2 mg, 1 ml (IV)

10 Melakuan pemantauan keadaan ibu pasca curretage.


Keadaan ibu dipantau dengan lembar observasi
Hasil: TD:100/70 perdarahan : ± 20 cc
N : 72 x/mnt

3.7 Evaluasi
Tanggal : 08 Maret 2014
Jam : 18.10 WIB
Dx : Pada Ny “ A” GIIP1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan post
curretage
S : ibu mengatakan kepalanya masih pusing dan serasa mengantuk
setelah dikuretase,
O :- Keadaan umum : lemah
- Kesadaran : samnollen
- Ekspresi wajah : grimace / meringis
- TTV dalam batas normal :
TD : 100/70 mmHg Perdarahan : ± 20 cc
N : 72 x/menit
S : 36.5℃
RR : 20 x/menit
- ibu belum BAK/BAB
- ibu belum makan/minum
A : Pada Ny “ A” GIIP1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan post
curretage
Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi (10)

Catatan Perkembangan

Tanggal : 08 maret 2014 jam: 19.00 WIB


Dx : Pada Ny “ A” GIIP1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan post
curretage
Ds : - ibu sudah tidak pusing lagi
- Ibu sudah bisa duduk ditempat tidur
Do : Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- TTV dalam batas normal :
TD : 100/70 mmHg Perdarahan : ± 20 cc
N : 78 x/menit
S : 36.5c
RR : 18 x/menit
- Ibu sudah BAK, BAB (-)
- Ibu sudah makan dan minum
A : masalah teratasi
P : 1. Anjurkan ibu untuk mobilisasi duduk dan berjalan.
2. KIE tentang nutrisi (gizi seimbang)
3. Observasi perdarahan ibu
4. jelaskan bahwa perdarahan ibu akan berhenti beberapa hari setelah kuretase
5. berikan konseling tentang rencana kehamilan selanjutnya
6. berikan ibu obat oral :
- Amoxan3x1 Dosis 500 mg
- Pospargin 3 x1/hari
BAB IV
PEMBAHASAN
Kuretase dapat dilakukan atas indikasi blighted ovum Setelah dilakukan
pengkajian data pada NY”A” didapatkan bahwa NY”A” GII P1001 Ab000 dengan
Blighted Ovum.
Dari hasil pengkajian didapatkan diagnosa NY”A” GII P1001 Ab000 dengan
Blighted Ovum . Untuk mencegah terjadinya komplikasipasca kuretase maka
dilakukan identifikasi kebutuhan segera yaitu : Observasi TTV, Observasi
perdarahan, Observasi cairan infus, Observasi kesadaran, melakukan KIE dan
kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi.
Dari diagnosa diatas direncanakan tindakan perawatan yaitu : Melakukan observasi TTV
sebagai indikator untuk mengetahui penyimpangan, , melakukan observasi cairan infus,
memotivasi ibu untuk mobilisasi bertahap guna untuk mempercepat pemulihan kondisi ibu,
memotivasi ibu untuk makan makanan bergizi, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
dalam pemberian terapi, adapun terapi yang diberikan untuk NY”A” adalah injeksi :
Primperan,Gentamicin. obat oral: Amoxan3x1 Dosis 500 mg, Pospargin 3 x1/hari,.Rencana
tindakan diatas semuanya dilakukan pada NY”A”,berjalan lancar sesuai rencana tanpa ada
masalah. Setelah diberikan penanganan dan dievaluasi NY”A” membaik dan diijinkan
pulang . Nasihat yang diberikan pada NY”A” sebelum pulang antara lain : Personal hygenis,
aktivitas yang berat dihindari, menjaga kebersihan dirii, dan pola nutrisi. Hasil yang
didapatkan NY”A” paham tentang cara perawatan dirinya, dan NY”A” kooperatif dalam
tindakan yang dilakukan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di
dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala
kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning
sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes
kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif. Pada kasus didapatkan
ny”A” GII P1001 Ab000 dengan blighted ovum dilakukan terminasi kehamilan dengan
dilakukan kuretase.
5.2 Saran
• Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan serta harus mampu mengenali tanda-
tanda bahaya yang terjadi pada ibu post partum sehingga dapat memberikan
pelayanan yang cepat dan tepat sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki
peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasi-komplikasi ini bila dapat dideteksi
lebih awal maka akan dapat ditangani dengan baik. Blighted ovum atau kehamilan kosong
merupakan salah satu komplikasi atau kelainan dalam kehamilan yang dapat menyebabkan
perdarahan dalam kehamilan trimester dini.
Sebuah Blighted Ovum (kehamilan kosong) merupakan salah satu jenis keguguran
yang terjadi pada awal kehamilan. Disebut juga anembryonic pregnancy, blighted ovum
terjadi ketika telur yang dibuahi berhasil melekat pada dinding rahim, tetapi tidak berisi
embrio, hanya terbentuk plasenta dan kulit ketuban. Sebagian besar kasus Blighted Ovum
akan dikeluarkan secara alamiah, tetapi kadang-kadang jaringan dalam rahim memerlukan
tindakan medis.
Blighted Ovum umum terjadi pada kehamilan. Bahkan, terjadi sedikitnya 60% dari
semua keguguran dari setiap trimester kehamilan. Namun, karena BO terjadi sangat awal,
banyak wanita tidak menyadari bahwa mereka sedang hamil ketika mereka menderita
Blighted Ovum. Akibatnya banyak wanita tidak sadar akan kondisinya.
Pada ibu hamil dengan Blighted Ovum, kantung uterus akan berhenti perbesarannya. Pada
waktu itu embrio tiada lagi berkembang lalu mati. Kemudian, gugurlah bahan-bahan atau
produk kehamilan. Proses keguguran itu bisa berlangsung berminggu-minggu, dimulai
dengan hadirnya bercak-bercak kecoklatan hingga perdarahan dalam jumlah banyak. Tak
jarang keguguran berlangsung secara spontan. Berdasakan penelitian, hamil yang keguguran
spontan sekitar 50% merupakan kehamilan blighted ovum. Jadi janin memang tidak
berkembang dan mekanisme tubuh secara alami mengeluarkannya.
Oleh sebab itu penulis tertarik mengambil kasus ini, dengan harapan dapat
memberikan asuhan dan perawatan sebagai salah satu usaha untuk menghindari
resiko pada ibu.

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan blighted ovum
1.2.2 Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan diagnosa kehamilan blighted
ovum, maka diharapkan siswa mempunyai bekal kemampuan :
1. Mengidentifikasi data klien dengan kehamilan blighted ovum.
2. Merumuskan diagnosa kebidanan atau identifikasi masalah pada klien dengan
blighted ovum.
3. Merumuskan rencana tindakan kebidanan pada ibu hamil dengan blighted ovum
4. Melaksanakan rencana tindakan pada pasien blighted ovum.
5. Mampu mengevaluasi hasil tindakan kebidanan.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup asuhan kebidanan dalam makalah ini hanya pada masalah kehamilan
blighted ovum.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan data yang digunakan penulis pada asuhan kebidanan menggunakan
metode studi kasus dengan pendekatan deskriptif dengan melakukan tinjauan kasus melalui
:
a. Wawancara / anamnesa
Komunikasi langsung yang bertujuan untuk mencari informasi guna melengkapi data
pasien maupun keluarga pasien untuk memperoleh data yang adekuat.
b. Observasi
Dengan cara mengatasi perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang
kesehatan pasien.
c. Studi dokumentasi
Mempelajari dan melengkapi data dengan jalan melihat catatan atau status pasien
d. Studi pustaka
Dari buku-buku penunjang

BAB II

KONSEP DASAR

2.1 KONSEP DASAR BLIGHTED OVUM


2.1.1 Definisi Blighted Ovum
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi
tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga
merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah
pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi
pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun
laboratorium hasilnya pun positif.
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat
berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang
sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian
plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG
(human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada
indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil
konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala
kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi
positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya
mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin).

2.1.2. Etiologi

 Hampir 60% kehamilan kosong disebabkan adanya kelainan kromosom


dalam proses pembuahan sel telur dan sel sperma.
 Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH,
kelainan imunologi, dan sakit kencing manis/diabetes melitus yang tidak
terkontrol. Pada ibu hamil dapat menjadi menyebabkan terjadinya kehamilan
kosong.
 Kian tua usia istri dan suami serta semakin banyak jumlah anak yang dimiliki
juga dapat memperbesar peluang terjadinya kehamilan kosong.
 Kadang-kadang Blighted Ovum disebabkan rendahnya kadar hormon dalam
tubuh, akan tetapi penyebab utama kondisi ini nampaknya karena faktor
kromosom. Blighted Ovum terjadi ketika kromosom – kromosom yang
membentuk janin rusak atau terganggu, mengakibatkan kerusakan genetik
yang parah. Kemudian tubuh anda mengenali abnormalitas kromosom ini dan
secara alami berusaha untuk mengakhiri kehamilan.
2.1.3 Tanda Gejala
Sebagian besar wanita yang menderita Blighted Ovum sering tidak menyadari
bahwa mereka hamil pada saat itu. Gejala dapat ringan atau bahkan tidak ada.
Seringkali wanita terlambat haid dan hasil tes urin positif, kehamilan berjalan normal
sampai kemudian secara tidak sengaja diketahui bahwa kehamilan kosong saat
pemeriksaan USG oleh spesialis kandungan saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu.
Wanita yang mendapatkan tes kehamilan positif kemungkinan akan mengalami
gejala umum kehamilan biasa, kemudian dapat timbul gejala tidak khas yaitu
perdarahan spotting coklat kemerah-merahan, kram perut, dan bertambahnya ukuran
rahim yang lambat.

2.1.4. Diagnosis
Satu-satunya cara untuk memastikan diagnosa Blighted Ovum adalah melalui
pemeriksaan USG. USG abdominal atau transvaginal akan mengungkapkan ada
tidaknya janin yang berkembang dalam rahim Anda.

2.1.5. Pencegahan
 Melakukan imunisasi pada si ibu untuk menghindari masuknya virus rubella
ke dalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus selalu menjaga
kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggalnya.
 Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu pastikan
bahwa calon ibu benar-benar sehat saat akan merencanakan kehamilan.
 Melakukan pemeriksaan kromosom
 Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan
kebiasaan merokok dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi.
 Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang
terdekteksi saat usia kandungan masih di bawah delapan bulan.

2.1.6. Kehamilan Selanjutnya


Sebagian besar wanita yang menderita Blighted Ovum mendapatkan
kehamilan sehat di masa depan. Meskipun ada kemungkinan untuk menderita abortus
/ keguguran berulang, ini sangat dimungkinkan ada beberapa penyebab / masalah
reproduksi. Untuk memberikan waktu tubuh Anda untuk normal kembali, disarankan
menunggu satu sampai tiga siklus haid sebelum mencoba untuk hamil kembali.
Gunakan kontrasepsi selama waktu tersebut untuk mencegah kehamilan terlebih
dahulu.
Jika Anda telah mengalami lebih dari dua kali keguguran berurutan, sebaiknya Anda
berkonsultasi dengan spesialis kandungan/ahli reproduksi. Anda atau pasangan Anda
mungkin menderita suatu masalah yang mengganggu kehamilan, sehingga
diperlukan pemantauan dan terapi khusus yang dapat membantu Anda untuk
mencegah keguguran selanjutnya dan membawa kehamilan sampai genap bulan.

2.2 KONSEP DASAR KURETASE


2.2.1 Pengertian Kuretase
Kuratase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuratase
(sendok kerokan). Sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya
uterus gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi
(Harnawatiaj, 2008).
Sebuah kuret adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan
biologis atau puing di sebuah biopsi, eksisi, atau prosedur pembersihan. (Michelson,
1988).

2.2.2 Tujuan Kuretase


Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada dua
yaitu:
a. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk
membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak
diharapkan.
b. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim,
apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang
dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan yang harus dilakukan
pasien sebelum menjalani kuret.

2.2.3 Persiapan Sebelum Kuretase


A. Prosedur Kuretase
Persiapan Pasien Sebelum Kuretase
1. Puasa
Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan dirinya.
Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong
sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
.2. Persiapan Psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang
bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi
ada pula yang biasa-biasa saja. Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit
tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam
menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret,
maka munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah
kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan
bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah bekerja lebih dahulu.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi
rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang
diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik. Untuk itu sebaiknya sebelum
menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat
berjalan dengan baik. Persiapan psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk
mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi
masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat
seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya.
3. Minta Penjelasan Dokter
Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan kepada dokter
secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret, persiapan yang harus
dilakukan, hingga masalah atau risiko yang mungkin timbul. Jangan takut
memintanya karena dokter wajib menjelaskan segala sesuatu tentang kuret. Dengan
penjelasan lengkap diharapkan dapat membuat ibu lebih memahami dan bisa lebih
tenang dalam pelaksanaan kuret
(Fajar, 2007).
B. Persiapan Tenaga Kesehatan Sebelum Kuretase
Melakukan USG terlebih dahulu, mengukur tekanan darah pasien, dan
melakukan pemeriksaan Hb, menghitung pernapasan, mengatasi perdarahan, dan
memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit (Damayanti, 2008).
C. Persiapan Alat
. Alat tenun,
1) Baju operasi
2) Laken
3) Doek kecil,
. Alat kuretase
1) Spekulum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIM/L (2) ukuran S/M/L)
2) Sonde penduga uterus
a. Untuk mengukur kedalaman rahim
b. Untuk mengetahui lebarnya lubang vagina
3) Cunam muzeus atau cunam porsio
4) Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
5) Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 set)
6) Cunam tampon satu buah
7) Kain steril dan handscoon 2 pasang
8) Tenakulum 1 buah
9) kom
10) Lampu sorot
11) Larutan antiseptik
12) Tensimeter, stetoskop, sarung tangan DTT
13) Set infus, aboket, cairan infus
14) Kateter karet 1 buah
15) Spuit 3 cc dan 5 cc
16) Oksigen dan regulator (Yara, 2011).
D. Saat Kuretase
Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi
(dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien
terbius, barulah proses kuretase dilakukan.Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan alat
bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan kanula/selang. Sendok kuret biasanya
dipilih oleh dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu
karena pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih
untuk mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus
endometrium.
Alat kuretase baik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam rahim lewat
vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim akan dikerok dengan cara
melingkar searah jarum jam sampai bersih. Langkah ini harus dilakukan dengan
saksama supaya tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila sudah berbunyi “krok-
krok” (beradunya sendok kuret dengan otot rahim) menunjukkan kuret hampir
selesai. Sedikit berbeda dengan selang, bukan dikerok melainkan disedot secara
melingkar searah jarum jam. Umumnya kuret memakan waktu sekitar 10-15 menit
(Fajar, 2007).
E Teknik Kuretase
Tentukan Letak Rahim
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat – alat yang dipakai umumnya
terbuat dari metal dan biasanya melengkung karena itu memasukkan alat – alat ini
harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunanya supaya jangan terjadi salah arah (fase
route) dan perforasi.
Penduga Rahim (sondage)
Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan
panjang ataudalamnya penduga rahim. Caranya adalah, setelah ujung penduga rahim
membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada
portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.
. Dilatasi dan Kuretase
Setelah pasien ditidurkan dalam letak litotomi dan dipersiapkan sebagaimana
mestinya, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk sekali lagi menentukan besar dan
letaknya uterus serta ada atau tidaknya kelainan disamping uterus.
Sesudah premedikasi diberikan, infus glukosa 5 % intravena dengan 10
satuan oksitosin dipasang dan diteteskan perlahan-lahan untuk menimbulkan
kontraksi dinding uterus dan mengecilkan bahaya perforasi. Kemudian anastesi
umum, misalnya dengan penthotal sodium, diberikan. Setelah spekulum vagina
dipasang, satu atau dua serviks menjepit dinding depan porsio uteri. Spekulum depan
diangkat dan spekulum belakang dipegang oleh seorang pembantu. Cunam dipegang
dengan tangan kiri si penolong untuk mengadakan fiksasi pada serviks uteri dan
untuk dapat mengatur kekuatan untuk dapat memasukkan busi Hegar melalui ostium
uteri internum. Sonde uterus dimasukkan dengan hati-hati untuk mengetahui letak
dan panjangnya kavum uteri. Sesudah itu dilakukan dilatasi kanalis servikalis dengan
busi hegar dari nomer kecil hingga yang secukupnya, tetapi tidak lebih dari busi
nomer 12 pada seorang multipara. Panjang busi yang dimasukkan tidak boleh
melebihi panjang sonde uterus yang dapat masuk sebelumnya. Dilatasi pada seorang
primigravida lebih sulit dan mengandung lebih besar terjadinya luka pada serviks
uteri, sehingga lebih baik dilakukan pada kehamilan yang lebih muda dan diadakan
dilatasi yang sekecil-kecilnya.
Pada kehamilan sampai 6 atau 7 minggu pengeluaran isi rahim dapat
dilakukan dengan kuret tajam. Harus diusahakan agar seluruh kavum uteri dikerok,
agar ovum kecil tidak terlewat, kerokan dilakukan secara sistematis menurut puteran
jarum jam.
Apabila kehamilan melebihi 6-7 minggu, digunakan kuret tumpul sebesar
yang dapat dimasukkan. Setelah hasil konsepsi untuk sebagian besar lepas dari
dinding uterus, maka hasil tersebut dapat dikeluarkan sebanyak mungkin dengan
cunam abortus, kemudian dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang cukup
besar. Apabila perlu, dimasukkan tampon kedalam kavum uteri dan vagina, yang
harus dikeluarkan esok harinya.
. Dilatasi dengan dua tahap
Pada seorang primigravida, atau pada seorang multipara yang memerlukan
pembukaan kanalis servikalis yang lebih besar (misalnya untuk mengeluarkan mola
hidatidosa) dapat dilakukan dilatasi dalam dua tahap. Dimasukkan dahulu ganggang
laminaria dengan diameter 2-5 mm dalam kanalis servikalis dengan ujung atasnya
masuk sedikit kedalam kavum uteri dan ujung bawahnya masih di vagina, kemudian
dimasukkan tampon kasa kedalam vagina.
Ganggang laminaria memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi air,
sehingga diameternya bertambah dan mengadakan pembukaan dengan perlahan-
lahan pada kanalis servikalis. Sesudah 12 jam ganggang dikeluarkan dan pembukaan
dapat dibesarkan dengan busi hegar, bahaya pemakaian ganggang laminaria adalah
infeki dan perdarahan mendadak.
Kuretase dengan cara penyedotan (suction curettage)
Dalam tahun-tahun terakhir cara ini lebih banyak digunakan oleh karena
perdarahan tidak seberapa banyak dan bahaya perforasi lebih kecil.
Setelah diadakan persiapan seperlunya dan letak serta besarnya uterus
ditentukan dengan pemeriksaan bimanual, bibir depan serviks dipegang dengan
cunam serviks, dan sonde uterus dimasukkan untuk mengetahui panjang dan jalannya
kavum uteri. Anastesi umum dengan penthotal sodium, atau anastesia paracervikal
block dilakukan dan 5 satuan oksitosin disuntikkan pada korpus uteri dibawah
kandung kencing dekat pada perbatasannya pada serviks. Sesudah itu, jika perlu
diadakan dilatasi pada serviks agar dapat memasukkan kuret penyedot yang besarnya
didasarkan pada tuanya kehamilan (diametr antara 6 dan 11 mm). Alat tersebut
dimasukkan sampai setengah panjangnya kavum uteri dan kemudian ujung luar
dipasang pada alat pengisap (aspirator).
Penyedotan dilakukan dengan tekanan negatif antara 40-80 cm dan kuret
digerakkan naik turun sambil memutar porosnya perlahan-lahan. Pada kehamilan
kurang dari 10 minggu abortus dapat diselesaikan dalam 3-4 menit. Pada kehamilan
yang lebih tua, kantong amnion dibuka dahulu dengan kuret dan cairan serta isi
lainnya diisap keluar. Apabila masih ada yang tertinggal, sisa itu dikeluarkan dengan
kuret biasa (Prawirohardjo, 2007).
Cunam Abortus
Pada abortus inisipiens, dimana sudah kelihatan jaringan, pakailah cunam
abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lainnya. Dengan
demikian sendok kuret hanya dipakai untuk membersihkan sisa – sisa yang
ketinggalan saja.
Perhatian : Memegang, mamasukkan dan menarik alat – alat haruslah hati –
hati. Lakukanlah dengan lembut sesuai dengan arah dan letak rahim (Harnawatiaj,
2008).
3. Perawatan Setelah Kuretase
Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain. Harus
menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat,
tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya
benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang diberikan biasanya
adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit. Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang
terus berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke
dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa
jaringan yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan
baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.
Hal-hal yang perlu juga dilakukan:
1. Setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan
terus memastikan apakah pasien sudah bernapas spontan atau belum
2. Setelah itu pasien dipindahkan ke recovery room
3. Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih
4. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi
keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan.
5. Konseling pasca tindakan
6. Melakukan dekontaminasi alat dan bahan bekas operasi

4. Dampak Setelah Kuretase


Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh dokter
kandungan yang sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi. Bisa
saja pada saat melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah
kaku atau membatu seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat.
Berikut adalah dampaknya:
a. Perdarahan
Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi
perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa
sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera
dilakukan. Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak
dokter kesulitan melakukan pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada
jaringan yang tersisa. Namun biasanya bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan
memberi tahu kepada si ibu, “Jika terjadi perdarahan maka segera datang lagi ke
dokter.”
b. Cerukan di Dinding Rahim
Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan
cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan
mengganggu kesehatan rahim.
c. Gangguan Haid
Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim,
dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.
d. Infeksi
Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa
memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang
basah oleh cairan seperti darah.

2.3. KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

2.3.1 Pengkajian Data


Dilakukan di (tempat) ...... tgl ...... jam ......
a. Data Subyektif
1. Biodata
Untuk mengetahui nama ibu dan suami, agama, pendidikan, pekerjaan ibu dan suami
serta alamat ibu dan suami sekarang.
2. Alasan datang
Alasan ibu menemui petugas kesehatan
3. Keluhan utama
Apa yang menjadi keluhan ibu saat ini.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah ibu sekarang sedang menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis), menurun (DM,
Hipertensi, Asma), PMS (Kondiloma,Sifilis HIV/AIDS dll) dan menahun (Jantung).
5. Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah ibu pernah menderita penyakit/ tidak sedang menderita penyakit menular(TBC,
Hepatitis), menurun (DM, Hipertensi, Asma), PMS (Kondiloma,Sifilis, HIV/AIDS dll) dan
menahun (Jantung).
6. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit /tidak sedang menderita penyakit
menular (TBC, Hepatitis), menurun (DM, Hipertensi, Asma), PMS (Kondiloma,Sifilis
HIV/AIDS dll) dan menahun (Jantung).
7. Riwayat haid
Menanyakan umur pertama menstruasi, berapa lama menstruasi, teratur / tidak, ada
keluhan / tidak selama menstruasi.Untuk mengetahui HPHT / TP, keluhan saat hamil,
keputihan atau tidak.
8. Riwayat pernikahan
Status pernikahan, berapa kali menikah, umur pertama kali menikah dan lama
menikah.
9. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
 Kehamilan : - kehamilan yang ke berapa
- ANC berapa kali
- saat UK berapa, ibu tahu dirinya hamil
- keluhan saat hamil
 Persalinan : - melahirkan pada UK
- di mana, apakah normal / dengan tindakan
 Nifas : - ada / tidak kelainan saat nifas
- bagaimana pengeluaran lokhea
- bagaimana pengeluaran ASI
10. Riwayat kehamilan sekarang
Trimester I : apakah ibu mengalami keluhan yang biasanya terjadi
pada hamil muda seperti mual muntah, periksa ke mana, sebanyak berapa kali dan
mendapattablet tambah darah,vitamin lain
Trimester II : apakah ibu mengalami keluhan , apakah ibu sudah
merasakanadanya gerakan janin, periksa sebanyak berapa kali, mendapat TT berapa kali
apakah ibu mengikuti senam hamil dan melakukan perawatan payudara.
Trimester III : apakah ibu mengalami keluhan seperti merasakan sesak,
sering kencing, dll. Periksa kemana,apakah ibu sudah merasakan kenceng-kenceng dan
mengeluarkan cairan darah/lendir dari kemaluannya.
11. Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan kontrasepsi apa, apa rencana KB, alasan memilih KB
tersebut dan ingin berapa lama.
12. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Berhubungan dengan persiapan kuretase, pasien diharuskan untuk puasa sebelum operasi
karena berhubungan dengan proses anastesi terhadapsaluran pencernaan yang dapat
berpengaruh terhadap jalannya kuretase.
b. Pola eliminasi
Sebelum dilakukan operasi, harus dilakukan lavemen/huknah untuk mengosongkan usus (saluran
pencernaan) tujuannya agar pada waktudilakukan operasi, feses tidak keluar karena pengaruh
anastesi sehingga kesterilan ruangan tetap terjaga.
c. Personal hygiene
Berhubungan dengan kebersihan tubuh, terutama alat reproduksi (dariarah depan ke belakang),
berapa kali ibu mandi, ganti pakaian atau membersihkan genetalianya.
d. Pola istirahat/tidur
Berhubungan dengan kecukupan kebutuhan istirahat, normalnya 9-10 jam.Polaaktivitas
berhubungan dengan kegiatan ibu sehari-hari, apakah mempengaruhi kehamilan dan
janinnya.
e. Pola seksual
Terutama hormon progesteron yang tidak cepat turun walaupun UKcukup, sehingga kepekaan
uterus terhadap oksitoxin kurang. Dan yangpaling menentukan adalah produksi
prostaglandin kurang yang menyebabkan his tidak kuat / tidak ada.
f. Pola kebiasaan lain
Berhubungan dengan kebiasaan minum alkohol, jamu-jamuan yang dapat mempengaruhi proses
persalinan.
13. Data psikososial
Bagaimana hubungan ibu dan keluarga, apakah ibu terlibat dalam kegiatan:
a. sosial di sekitar rumah. Bagaimana tanggapan keluarga terhadap kehamilan
sekarang.

b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Untuk mengetahui keadaan ibu, apakah normal / tidak
KU : baik, cukup, sedang
Kesadaran : CM, apatis, somnolen, koma.
TTV dalam batas normal
TD : 90/60 – 130/90 mmHg
Nadi : 80 – 88 x/mnt
Suhu : 36,5 – 37,5 ºC
RR : 16 – 24 x/mnt
TB : > 145 cm
BB : Kenaikan BB normal 9 – 13,5 kg selama hamil
2. Pemeriksanaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : Apakah bersih, rambut rontok
Muka : Apakah pucat, apakah odem, adakah kloasma
gravidarum
Mata : Apakah konjungtiva pucat, sklera kuning / tidak,
penglihatan normal / tidak
Hidung : Simetris, ada sekret / tidak
Telinga : Simetris, ada serumen / tidak
Mulut : Bersih / tidak, pucat / tidak, caries gigi / tidak,
stomatitis / tidak
Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis
Abdomen : Ada bekas operasi/ tidak, ada striae livida / albican,
linea nigra / tidak
Genetalia : Bersih / tidak, ada varises / tidak, lochea
Anus : Ada hemoroid
Ekstrimitas : Simetris, ada odem, tidak varises, ada nyeri tekan / tidak
b. Palpasi
Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis
Payudara : Adakah benjolan abnormal/tidak, colostrum –/+
Abdomen : Apakah kembung, terdapat pus, TFU berapa, UC
Ekstrimitas : Adanya odem / tidak, varises ada / tidak
c. Auskultasi
Dada : Apakah ada wheezing / ronchi.
Perut : Bagaimana bising usus, kembung

3. Data Penunjang
USG: Hasil : kehamilan kosong hanya terlihat kantong kehamilan dengan cairan
didalamnya.

2.3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah


Dx : GII P1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan blighted ovum
Ds : - Ibu mengatakan keluar darah sedikit kemarin pagi jam 05.30 WIB
-Ibu mengatakan perutnya sakit dan mules tapi hilang timbul
-Ibu mengatakan kemarin melakukan USG dan janinnya tidak berkembang dan
harus dikuret
Do :
Keadaan Umum : ..
Kesadaran : ..
Tanda – tanda vital
T : ..mmHg
N : ..x/menit
S : ..oC
RR : ..kali/menit
Inspeksi
Abdomen : tampak linea nigra dan linea alba
Genitalia : Ada bercak darah keluar sedikit, tidak berbau

Palpasi
Abdomen : TFU belum teraba, ballottement (+)

2.3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


 Pada ibu
 Perdarahan pervaginam
 Infeksi setelah kuretase

2.3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


- Kolaborasi dokter dalam pemberian terapi.
- KIE motivasi dan dukungan moral ibu

2.3.5 Intervensi
Dx : GII P1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan blighted ovum
Tujuan : Kuretase berjalan normal tanpa komplikasi.
Kriteria hasil : - Tanda-tanda vital dalam batas normal.
 Keadaan umum ibu baik
Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga.
R/ Membina hubungan yang harmonis sehingga proses asuhan dapat berjalan lancar dan
ibu kooperatif.
2. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Sebagai indikator untuk mengetahui adanya penyimpangan
elaskan pada ibu atas kehamilannya yang merupakan kehamilan kosong
R/ untuk memberikan pandangan bahwa janinnya tidak berkembang dan harus
diterminasi
4. Beri konseling pada ibu tentang tindakan kuretase yang harus dilakukan demi keselamatan
ibu karena kehamilan tersebut tidak normal.
R/ sebagai dasar bahwa yang dilakukan untuk keselamatan ibu
5. Siapkan ibu, untuk persiapan tindakan kuretase
R/ segala bentuk persiapan dilakukan sebelum kuretase dilakukan
6. Melakukan tindakan kuretase oleh dokter spesialis
R/ untuk mengakhiri kehamilan
2.3.6 Implementasi
Sesuai dengan intervensi
2.3.7 Evaluasi
Mengacu pada kriteria hasil

Anda mungkin juga menyukai