Anda di halaman 1dari 4

TUBERCULOSIS EMPYEMA

Dibuat oleh: Tamia Salsabila Namira Lesmana/181336300013

>EMPIEMA

PENGERTIAN
Empiema merupakan suatu kondisi di mana terdapat kumpulan pus atau nanah di area ruang pleura.
Area ini terletak di antara paru-paru dan permukaan dalam dinding dada. Selain pada dinding dada,
cairan pleura encer dengan jumlah leukosit rendah,tetapi sering kali menjadi stadium fibropurulen dan
akhirnya sampai pada keadaan dimana paru-paru tertutup oleh membran eksudat yang kental.
Pus merupakan cairan yang berisi sel daya tahan tubuh, sel mati, dan bakteri. Pus yang terdapat di ruang
pleura tidak dapat dikeluarkan lewat batuk, melainkan harus menggunakan jarum atau prosedur
pembedahan.
Empiema dapat terjadi setelah seseorang mengalami pneumonia, yang merupakan infeksi jaringan paru-
paru.
Empiema merupakan salah satu penyakit yang sudah lama ditemukan dan berat. Di India terdapat 5 –
10% kasus anak dengan empiema toraks. Empiema toraks didefinisikan sebagai suatu infeksi pada ruang
pleura yang berhubungan dengan pembentukan cairan yang kental dan purulen baik terlokalisasi atau
bebas dalam ruang pleura yang disebabkan karena adanya dead space, media biakan pada cairan
pleura dan inokulasi bakteri. Empiema paling banyak ditemukan pada anak usia 2 – 9 tahun. Empiema
adalah akumulasi pus diantara paru dan membran yang menyelimutinya (ruang pleura) yang dapat
terjadi bilamana suatu paru terinfeksi. Pus ini berisi sel sel darah putih yang berperan untuk melawan
agen infeksi (sel sel polimorfonuklear) dan juga berisi protein darah yang berperan dalam pembekuan
(fibrin). Ketika pus terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan pada paru sehingga
pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya perjalanan penyakit maka fibrin-
fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi kantong kantong (lokulasi). Pembentukan jaringan
parut dapat membuat sebagian paru tertarik dan akhirnya mengakibatkan kerusakan yang permanen.
PENYEBAB
Empiema dapat terjadi setelah seseorang mengalami pneumonia. Terdapat banyak tipe bakteri yang
dapat menyebabkan pneumonia. Namun ada dua yang paling sering menjadi penyebab,
yaitu Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus.
Terkadang, empiema dapat terjadi setelah seseorang menjalani tindakan pembedahan pada area dada.
Hal ini terjadi akibat masuknya bakteri ke rongga pleura.
Sebagian rongga pleura umumnya mengandung cairan. Namun, infeksi dapat menyebabkan
peningkatan volume cairan akibat frekuensi produksi cairan yang lebih cepat dibandingkan
penyerapannya.
Cairan tersebut dapat terinfeksi oleh bakteri yang menyebabkan pneumonia atau infeksi yang sedang
dialami. Cairan yang terinfeksi pun umumnya mengalami penebalan. Sebagai akibatnya, lapisan paru-
paru dan rongga dada bisa melekat dan membentuk kantung, yang kemudian menjadi empiema.
Pada pasien dengan kondisi ini, paru-paru akan mengalami kesulitan untuk mengembang secara
sempurna, yang kemudian menyebabkan gangguan pernapasan.

ETIOLOGI
1. Berasal dari Paru
- Pneumonia
- Abses Paru
- Adanya Fistel pada paru
- Bronchiektasis
- TB
- Infeksi fungidal paru

PATOFISIOLOGI
Infeksi paru dapat menyebabkan terjadinya empiema. Infeksi adalah komplikasi yang paling sering
terjadi. Sumber infeksi yang paling jarang termasuk sepsis abdomen, yang mana pertama sekali dapat
membentuk abses subfrenik sebelum menyebar ke rongga pleura melalui aliran getah bening. Abses hati
yang disebabkan Entamoeba histolytica mungkin juga terlibat dan infeksi pada faring, tulang thoraks
atau dinding thoraks dapat menyebar ke pleura, baik secara langsung maupun melalui jaringan
mediastinum.
Pleura dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat menghambat
pengembangan paru atau alveolus atau keduanya. Reaksi ini dapat disebabkan oleh penekanan pada
paru akibat penimbunan udara, cairan, darah atau nanah dalam rongga pleura. Penimbunan eksudat
disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabelitas kapiler atau
gangguan absorbsi getah bening. Eksudat dan transudat dibedakan dari kadar protein yang
dikandungnya dan berat jenis. Transudat mempunyai berat jenis <1,015 dan kadar proteinnya kurang
dari 3%; eksudat mempunyai berat jenis dan kadar protein lebih tinggi, karena banyak mengandung sel.
Penimbunan cairan dalam rongga pleura disebut efusi pleura.
Infeksi oleh organisme-organisme patogen menyebabkan jaringan ikat pada membran pleura
menjadi edema dan menghasilkan suatu eksudasi cairan yang mengandung protein yang mengisi rongga
pleura yang dinamakan pus atau nanah. Jika efusi mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema.
Terjadinya empyema thoraks dapat melalui tiga jalan :
1. Sebagai komplikasi penyakit pneumonia atau bronchopneumonia dan abscessus pulmonum, oleh
karena kuman menjalar per continuitatum dan menembus pleuravisceralis2.
2. Secara hematogen , kuman dari focus lain sampai di pleura visceralis.
3. Infeksi dari luar dinding thorax yang menjalar ke dalam rongga pleura, misalnya pada trauma thoracis,
abses dinding thorax.
Terjadinya empyema akibat invasi basil piogenik ke pleura, timbul peradangan akut yang diikuti
dengan pembentukan eksudat serous dengan banyak sel-sel PMN (Polimerphonucleus) baik yang hidup
ataupun mati dan meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental.
Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah
tersebut.Apabila nanah menembus bronkus timbul fistel bronko pleura, atau menembus dinding thoraks
dan keluar melalui kulit disebut empyema nasessitatis. Stadium ini masih disebut empyema akutyang
lama-lama akan menjadi kronis (batas tak jelas) .Biasanya empyema merupakan suatu proses luas, yang
terdiri atas serangkaian daerah berkotak-kotak yang melibatkan sebagian besar dari satu atau kedua
rongga pleura. Dapat pula terjadi perubahan pleura parietal. Jika nanah yang tertimbun tersebut tidak
disalurkan keluar,maka akan menembus dinding dada ke dalam parenkim paru-paru dan menimbulkan
fistula.
Piopneumothoraks dapat pula menembus ke dalam rongga perut. Kantong-kantong nanah yang
terkotak-kotak akhirnya berkembang menjadi rongga-rongga abses berdinding tebal, atau dengan
terjadinya pengorganisasian eksudat maka paru-paru dapat menjadi kolaps sertadikelilingi oleh sampul
tebal yang tidak elastis .
Dalam penyebab yang lain, Pleura juga merupakan membran permeabel yang menjaga keseimbangan
antara cairan masuk dan keluar rongga pleura. Cairan masuk ke rongga pleura melalui filtrasi dari ujung
kapiler arteri kemudian sebagian besar direabsorbsi kembali oleh ujung jaringan vena. Akumulasi cairan
rongga pleura dapat terjadi karena gangguan hukum Starling yang mengatur filtrasi dan absorbsi,
gangguan drainase limfatik atau keduanya.
Cairan pleura dibagi menjadi 2 kelompok yaitu transudat dan eksudat seperti terlihat pada tabel berikut.

Transudat Eksudat
Tes Rivalta Negative Positif
Protein < 3 g/dL > 3 g/dL
Rasio dengan protein plasma < 0,5 > 0,5
Berat jenis < 1,016 > 1,016
Laktat dehidrogenase (LDH) < 200 IU > 200 IU
Rasio dengan LDH plasma < 0,6 > 0,6
Lekosit < 50% limfosit / > 50% limfosit (TB, keganasan)
mononuclear > 50% polimorfonuklear (radang
akut)
pH > 7,3 < 7,3
Glukosa = glukosa darah < glukosa darah (< 40)

Transudat terjadi bila kekuatan mekanik tekanan hidrostatik dan onkotik menyebabkan terjadinya
filtrasi cairan melebihi absorbsi. Permukaan pleura pada keadaan ini tidak terlibat secara langsung,
sebaliknya pada eksudat terjadi karena peningkatan permeabiliti kapiler misalnya pada penyakit
inflamasi yang melibatkan permukaan pleura atau gangguan yang menghambat drainase limfatik.

Perkembangan efusi parapneumonia dibagi menjadi 3 fase yaitu fase eksudatif, fibropurulen dan
organisasi. Pada fase eksudatif terjadi peningkatan cairan paru interstisial, perpindahan cairan melalui
pleura visceral yang menyebabkan penimbunan cairan steril. Cairan ini adalah suatu eksudat dengan
lekosit PMN, kadar glukosa dan pH normal. Selanjutnya akan menjadi fase fibropurulen yang merupakan
cirri khas infeksi cairan pleura. Cairan pleura menjadi keruh dan terkontaminasi bakteri dan berlanjut
menjadi fase organisasi atau kronik.
Empiema yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis mempunyai kadar glukosa rendah,
pemeriksaan hapus darah tepi lebih banyak ditemukan limfosit serta peningkatan kadar adenosine
deaminase > 30 IU/L.

GEJALA
 Napas pendek.
 Batuk kering.
 Demam.
 Berkeringat.
 Sakit di bagian dada ketika bernapas.
 Sakit kepala.
 Disorientasi.
 Kehilangan nafsu makan

Empiema dapat terbagi menjadi dua, yaitu empiema sederhana dan empiema kompleks. Empiema
sederhana umumnya terjadi pada tahap penyakit tersebut. Pada tipe ini, pus yang terbentuk dapat
mengalir dengan bebas.
Tanda dan gejala dari empiema sederhana mencakup:
 Sesak napas
 Batuk kering
 Demam
 Produksi keringat yang berlebih
 Nyeri dada saat bernapas, dengan kualitas nyeri menyerupai rasa tertusuk
 Nyeri kepala
 Kebingungan
 Penurunan nafsu makan

Empiema kompleks dapat terjadi pada tahap lanjut dari penyakit tersebut. Pada empiema kompleks,
peradangan yang terjadi dapat lebih berat. Jaringan parut dapat terbentuk dan rongga dada dapat
terbelah menjadi rongga-rongga yang lebih kecil. Hal ini disebut lokulasi dan akan lebih sulit untuk
ditangani.
Apabila infeksi terus memburuk, dapat menyebabkan pembentukan lapisan tebal pada pleura, yang
disebut pleural peel. Kondisi ini dapat menghambat paru-paru mengembang dan akan membutuhkan
prosedur pembedahan.
Tanda dan gejala lain yang mungkin timbul pada empiema kompleks mencakup:
 Kesulitan bernapas
 Penurunan suara napas
 Penurunan berat badan
 Nyeri dada

PEMERIKSAAN FISIK
 Foto rontgen dan ct-scan, Kedua metode pemeriksaan ini akan dilakukan pada bagian dada
untuk menunjukkan ada atau tidaknya cairan di dalam ruang pleura.
 USG dada, untuk mengetahui jumlah cairan dan lokasi yang sebenarnya.
 Tes darah, Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah putih dan C-reactive
protein (CRP). Peningkatan sel darah putih dan CRP dapat terjadi saat terjadi infeksi.
 Thoracocentesis, Selama prosedur thoracocentesis (punksi pleura), sebuah jarum akan
dimasukkan melalui bagian belakang dada di sela tulang rusuk ke dalam ruang pleura untuk
mengambil sampel cairan. Cairan tersebut kemudian dianalisis dan dicari penyebabnya.
PENGOBATAN

 Antibiotik
 Perctaneous thoracocentesis
 Operasi (thoracostomy, video-assisted thoracic surgery (VATS), dekortikasi terbuka)
PENCEGAHAN
Empiema sering kali didahului oleh infeksi pada paru-paru atau pneumonia. Karena itu kondisi empiema
dapat dicegah dengan deteksi dan penanganan dini pada pasien yang mengalami pneumonia.

KODE PENYAKIT
Empyema (chest) (double) (pleura) (supradiaphragmatic) (thorax) J86.9

KODE TINDAKAN
Thoracostomy 34.09

Anda mungkin juga menyukai