Anda di halaman 1dari 9

Tahun 1860[sunting | sunting sumber]

 2 Januari 1860, serangan terhadap Kapal van Os di Pulau Petak


 9 Februari 1860, serangan terhadap Kapal Suriname di Lontontour hingga mengalami
kerusakan dan pertempuran Masjid Amuntai.
 22 Februari 1860, serangan terhadap Kapal Montrado di Lontontour.
 31 Maret 1860, penyerbuan Benteng Amawang, dipimpin Demang Lehman.
 18 Maret 1860, pertempuran di Pamangkih, Walangku, Kasarangan, Pantai Hambawang,
Barabai dan Aluan.
 15 Mei 1860, pertempuran di Tanjung, dipimpin Tumenggung Jalil.
 11 Juni 1860, Kesultanan Banjar dihapuskan secara sepihak oleh Belanda dengan
proklamasi yang ditandatangani Residen Surakarta Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzenyang
merangkap Komisaris Pemerintah Belanda untuk Daerah Afdeeling Borneo Selatan-Timur.
 9 Agustus 1860, serangan terhadap Benteng Kelua, dipimpin Pangeran Antasari.
 17 Agustus 1860, Pangeran Antasari mendirikan Benteng Tabalong.
 27 Agustus 1860, serangan di Martapura dipimpin Pangeran Muda.
 September 1860, pertempuran di Rumpanang dan Tambarangan, dipimpin Singa Jaya.
 3 September 1860, Pertempuran Benteng Madang pertama, dipimpin Demang Lehman dan
Tumenggung Antaludin.
 4 September 1860, pertempuran Benteng Madang kedua.
 13 September 1860, pertempuran Benteng Madang ketiga.
 15 September 1860, pertempuran di Sungai Malang, Amuntai, dipimpin H. Abdullah.
 18 September 1860, pertempuran Benteng Madang keempat.
 22 September 1860, pertempuran Benteng Madang kelima.
 13 Oktober 1860, pertempuran Benteng Batu Mandi, dipimpin Tumenggung Jalil.
 17 Oktober 1860, pertempuran di Jati, dipimpin Kyai Jayapati.
 25 Oktober 1860, pertempuran di Bulanin, dipimpin Demang Lehman.
 27 Oktober 1860, pertempuran di Jati lagi, dipimpin Kyai Jayapati dan Demang Jaya Negara
Seman.
 November 1860, pertempuran di masjid Jati, dipimpin Tumenggung Diparaksa.
 1 November 1860, Belanda mendinamit bangkai Kapal Onrust di Lontontour.
 10 Desember 1860, Sultan Hidayatullah II membuat surat yang berisi pelantikan Gamar
dengan gelar Tumenggung Cakra Yuda dan 3 orang lainnya untuk melancarkan Perang
Jihad melawan Belanda.[33]
Tahun 1861[sunting | sunting sumber]

Benteng Gunung Tungka.

 24 Februari 1861, pertempuran di Amalang dan Maleno, dipimpin Demang Lehman dan
Guna Wijaya.
 3 Maret 1861, pertempuran di Rantau, dipimpin Jaya Warna.
 19 Maret 1861, pertempuran di Karang Intan, dipimpin Tumenggung Gamar.
 21 April 1861, Pertempuran benteng Amawang, 2 tahun Perang Banjar, dipimpin
Tumenggung Antaludin dan Demang Lehman, tewasnya Von Ende.
 23 April 1861, serangan di Bincau.
 April 1861, penangkapan dan hukuman mati untuk Pangeran Kasuma Ningrat (paman
Pangeran Hidayat), Kyai Nakut dan Pambakal Matamin serta pertempuran di Binuang,
Tumpakan Mati, Karang Jawa, Kandangan dan Nagara.[34]

 4 Mei 1861, pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda.


 13 Mei 1861, pertempuran di Gunung Wowong, Karau, Dayu dan Sihong.
 16 Mei 1861, serangan di Paringin, dipimpin H. Dulgani.
 18 Mei 1861, pertempuran di Pagat.
 27 Mei 1861, pertempuran di Barabai, dipimpin Gusti Wahid.
 Mei 1861, pertempuran di Martapura, Tanah Laut, Rantau, Kandangan, Barabai, Amuntai,
Paringin, Tabalong dan daerah Barito.
 10 Juni 1861, pertempuran di Gunung Kupang, Awang Bangkal dan Batu Mahalon.
 18 Juni 1861, serangan awal di Martapura.
 19 Juni 1861, pertempuran di Gunung Pamaton, dipimpin Pangeran Hidayatullah.
 20 Juni 1861, pertempuran di Kuala Tambangan, dipimpin Tumenggung Gamar.
 22 Juni 1861, serangan di Mataraman dan Suwatu, dipimpin Pambakal Mail dan
Tumenggung Buko.
 3 Juli 1861, serangan di benteng Barabai, dipimpin Raksa Yuda.
 18, 22, 24 Juli 1861, pertempuran di Buntok.
 Agustus 1861, pertempuran di Gunung Pamaton dan Gunung Halau-halau, dipimpin
Tumenggung Antaludin dan Kiai Cakrawati (Galuh Sarinah).
 1 Agustus 1861, pertempuran di benteng Limpasu, tewasnya Letnan Hoyyel.
 10 Agustus 1861, pertempuran di benteng Pagger, dipimpin Pangeran Singa Terbang.
 2 September 1861, pertempuran di benteng Batu Putih, gugurnya Pangeran Singa Anum
dan Gusti Matali.
 24 September 1861, gugurnya Tumenggung Jalil pada pertempuran Benteng Tundakan.
 2 Oktober 1861, Demang Lehman masuk Martapura menemui Regent Martapura.
 6 oktober 1861, Demang Lehman ke Banjarmasin berunding dengan ResidentVerpyck,
perundingan secara empat mata, selesai perundingan rombongan kembali ke Martapura.
 8 Oktober 1861, pertempuran di Habang dan Kriniang, dipimpin H. Badur.
 18 Oktober 1861, pertempuran di Banua Lawas dipimpin H. Badur.
 Oktober 1861, pertempuran di Banua Lawas dan Teluk Pelaeng, gugur 18 orang.
 6 November 1861, pertempuran di Pelari, dipimpin Pangeran Antasari dan Tumenggung
Surapati.
 8 November 1861, pertempuran di Gunung Tungka dipimpin Pangeran Antasari,
Tumenggung Surapati dan Gusti Umar, tewasnya Kapten Van Vloten.
 9 November 1861, serangan di Teluk Selasih, tewasnya Regent Amuntai.
 25 Nopember 1861, pertemuan Pangeran Hidayatullah dengan Demang Lehman dan
diputuskan Pangeran Hidayatullah menemui Ibu Ratu Siti di Martapura.
 November 1861, pertempuran di Gunung Marta Niti Biru dan Kria Wijaya Bepintu, dipimpin
Kyai Karta Nagara.
 5 Desember 1861, pertempuran di Jatuh dipimpin Penghulu Muda, tewasnya Opsir Koch.
 15 Desember 1861, pertempuran di Banua Lawas, tewasnya Letnan Ajudan I Cateau van
Rosevelt.
 16 Desember 1861, terbunuhnya Kontrolir Fujick di Margasari dan Letnan Croes juga tewas
di Sungai Jaya, oleh Tagab Obang.
Tahun 1862-1905[sunting | sunting sumber]
 28 Januari 1862, Pangeran Hidayatullah dan Ratu Siti masuk Martapura, berdiam di rumah
Residen Martapura.
 30-31 Januari 1862, perundingan antara Pangeran Hidayatullah dengan RegentLetnan
Kolonel Verpyck di pendopo rumah Asisten Resident, Pangeran Hidayatullah tertipu oleh
janji Belanda.
 3 Februari 1862, Pangeran Hidayatullah menuju ke Pasayangan.
 4 Februari 1862, Pangeran Hidayatullah meninggalkan Pasayangan menuju Gunung
Pamaton serta Masjid Pasayangan yang berumur 140 tahun dibakar Belanda.
 22 Februari 1862, tertangkapnya Ratu Siti serta dibawanya Pangeran Wira Kasuma ke
Banjarmasin.
 28 februari 1862, Pangeran Hidayatullah masuk Martapura menemui Ratu Siti di
pendopo Regent Martapura.
 3 Maret 1862, Pangeran Hidayatullah dibawa dengan Kapal Bali menuju Batavia,
dikawal Kontrolir Kuin Letnan Verstege.[35]
 14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H), Pangeran Antasari dinobatkan
sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, sebagai kepala pemerintahan,
pemimpin agama, dan panglima tertinggi pengganti Sultan Banjar.[36]
 11 Oktober 1862, wafatnya Pangeran Antasari di Tanah Kampung Bayan Begok Sampirang,
Murung Raya.[37][38
Perang Banjar tahun 1859-1863
Perang Banjar merupakan perlawanan rakyat terhadap Belanda di Kalimantan Selatan. Seperti
halnya di daerah lain di Indonesia sebab-sebab perang adalah:
- Faktor ekonomi. Belanda melakukan monopoli perdagangan lada, rotan, damar, serta hasil
tambang yaitu emas dan intan. Monopoli tersebut sangat merugikan rakyat maupun pedagang di
daerah tersebut sejak abad 17. Pada abad 19 Belanda bermaksud menguasai Kalimantan
Selatan untuk melaksanakan Pax Netherlandica. Apalagi di daerah itu diketemukan tambang
batu bara di Pangaronan dan Kalangan.
- Faktor politik. Belanda ikut campur urusan tahta kerajaan yang menimbulkan berbagai ketidak
senangan. Pada saat menentukan pengganti Sultan Adam maka yang diangkat adalah
Pangeran Tamjidillah yang disenangi Belanda. Sedangkan Pangeran Hidayatullah yang lebih
berhak atas tahta hanya dijadikan Mangkubumi karena tidak menyukai Belanda.

Campur tangan Belanda di keraton makin besar dan kedudukan Pangeran Hidayatullah makin
terdesak maka ia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama Pangeran Antasari,
sepupunya. Siapakah para pengikut perjuangan tersebut? Tidak kurang dari 3000 orang
bersedia membantu termasuk tokoh-tokoh agama seperti Kyai Demang Leman, Haji Langlang,
Haji Nasrum dan Haji Buyasih. Pasukan Antasari berusaha menyerang pos-pos Belanda di
Martapura dan Pangaron. Sebaliknya pada pertempuran tanggal 27 September 1859 Belanda
dapat menduduki benteng pasukan Pangeran Antasari di Gunung Lawak.

Tindakan Belanda berikutnya adalah menurunkan Sultan Tamjidillah dari tahta sementara itu
Pangeran Hidayatullah menolak untuk menghentikan perlawanan lalu perti meninggalkan kraton,
maka pada tahun 1860 kerajaan Banjar dihapuskan dan daerah tersebut menjadi daerah
kekuasaan Belanda.

Apakah tindakan Belanda terebut menyurutkan perlawanan Pangeran Antasari? Ternyata tidak.
Walaupun Kyai Damang Laman menyerah dan Pangeran Hidayatullan tertangkap alalu dibuang
ke Cianjur namun Pangeran Antasari tetap memimpin perlawanan bahkan ia diangkat oleh
rakyat menjadi pemimpin tertinggi agama dengan gelar Panembahan Amirudin Khalifatul
Mukminin pada tanggal 14 Maret 1862. Ia dibantu oleh para pemimpin yang lain yaitu Pangeran
Miradipa, Tumenggung Surapati dan Gusti Umah yang memusatkan pertahanan di Hulu Teweh.
Perlawanan Antasari berakhir sampai meninggal dunia tanggal 11 Oktober 1862 kemudian
dilanjutkan oleh puteranya bernama Pangeran Muhamad Seman.
SEJARAH TERJADINYA PERANG
BANJAR
Sejarah terjadinya perang banjar dalam artikel ini mencoba
mendeskripsikan sejarah terjadinya perang banjar. Perang Banjar terjadi di
Kalimantan Selatan dan terjadi beberapa tahun kemudian setelah Sultan
Adam wafat. Adapun sebab-sebab terjadinya Perang Banjar dapat
diterangkan sebagai berikut:

1. Rakyat tidak puas terhadap campur tangan Belanda dalam penggantian


tahta di Banjar.

Sultan Adam memerintah tahun 1825-1857. Sebelum wafat beliau


mengangkat puteranya yang bernama Prabu Anom sebagai penggantinya.
Pemerintah Belanda tidak menyetujuinya, karena Belanda mengetahui bahwa
Prabu anom memusuhi Belanda. Belanda menunjuk putera Sultan Adam yang
lain yang bernama Bagusnya, tetapi meninggal dunia pada tahun 1852.

Selanjutnya terjadilah kericuhan-kericuhan dalam soal pemilihan calon


pengganti sultan. Akhirnya Sultan Adam menunjuk cucunya yang bernama
Pangeran Hidayatullah, tetapi Belanda mencalonkan cucunya yang lain yang
bernama Pangeran Tamjidillah. Setelah Sultan Adam wafat (tahun 1857),
Belanda memaksakan Pangeran Tamjidillah untuk menjadi sultan Banjar yang
ke-21, dan Pangeran Hidayatullah sebagai mangkubumi dengan maksud
untuk menghapuskan Kesultanan Banjar.
Pangeran Tamjidillah setelah menjadi sultan, memfitnah Pangeran
Hidayatullah dengan cara menyuruh orangnya untuk merusak bangunan-
bangunan tambang batu bara di Pengaron yang menjadi milik Belanda
dengan maksud agar kesalahannya ditimpakan kepada Pangeran
Hidayatullah. Tetapi setelah diadakan pengusutan, tipu muslihat Pangeran
Tamjidillah itu diketahui oleh Belanda. Pangeran Tamjidillah terpaksa
diturunkan dari tahta dan daerah Kesultanan Banjarmasin dihapuskan oleh
Belanda (Juni 1860).

2. Belanda menangkap Prabu Anom (1857) seorang bangsawan yang


terkenal memusuhi Belanda.

Dengan adanya penangkapan Prabu Anom yang terus diasingkan ke


Bandung, menimbulkan kemarahan rakyat. Akibatnya rakyat Banjar
mengadakan perlawanan di bawah pimpinan Pangeran Antasari yang
mendapat dukungan dari: Kyai Demang Leman, Tumenggung Surapati,dan
lain-lain.

Jalannya Peperangan

Pada bulan April 1859 Pangeran Antasari melakukan serangan terhadap pos-
pos Belanda di Martapura dan berhasil merebut benteng Belanda di Tabanio.
Pada bulan Desember 1859 rakyat Banjar di bawah pimpinan Kyai Demang
Leman mengadakan pertempuran sengit melawan Belanda. Perlawanan itu
semakin meluas setelah Pangeran Hidayatullah bergabung dengan Pangeran
Antasari. Dalam pertempuran di sungai Barito, Tumenggung Surapati dapat
menghancurkan kapal Onrust milik Belanda. Belanda lalu mengirimkan kapal
Suriname, tetapi dapat ditembak oleh Tumenggung Surapati dari bentengnya
sehingga mengalami kerusakan. Rakyat Banjar menjadi tambah marah
setelah mendengar bahwa Kesultanan Banjar dihapuskan oleh Belanda
secara resmi pada tanggal 11 Juni 1860. Sejak itulah perlawanan rakyat
Banjar makin meluas dan menghebat. Para kepala daerah dan kaum ulama
ikut mengadakan pemberontakan. Walaupun Pangeran Hidayatullah sudah
menguras tenaga untuk berjuang dengan mati-matian melawan Belanda,
namun karena kurang lengkap persenjataannya, maka pasukan Pangeran
Hidayatullah makin terdesak dan makin lemah. Akhirnya pada tahun 1861
Pangeran Hidayatullah menyerah dan dibuang oleh Belanda ke Cianjur.

Menyerahnya Pangeran Hidayatullah itu, mengakibatkan semangat juang


Pangeran Antasari makin gigih. Beliau terus berjuang sampai wafatnya
(Oktober 1862). Sepeninggal Pangeran Antasari, perlawanan terhadap
Belanda masih berjalan terus, dan dilanjutkan oleh pejuang-pejuang yang lain.
Para pejuang itu akhirnya banyak yang ditangkap oleh Belanda, di antaranya
ialah Kyai Demang Leman yang dijatuhi hukuman gantung di Martapura.
Karena banyaknya pemimpin-pemimpin Banjar yang ditangkap dan gugur,
menyebabkan perjuangan rakyat Banjar semakin menjadi lemah. perlawanan
mereka yang pantang mundur itu cukup menghambat penguasaan Belanda
atas daerah Kalimantan Selatan. Demikianlah artikel tentang sejarah
terjadinya perang banjar.

Perang Banjar
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jump to navigationJump to search

Perang Banjar

Bagian dari Kampanye Militer Kerajaan Belanda


Kapal uap Celebes berperang melawan benteng rakit apung yang

disebut Kotamara dikemudikan orang Dayak pada tanggal 6 Agustus 1859 di pulau

Kanamit, sungai Barito.

Lokasi Kesultanan Banjarmasin

Hasil Kemenangan pihak Hindia Belanda

Pihak terlibat

Kerajaan Belanda Kesultanan Banjarmasin

Tokoh dan pemimpin

 Kolonel AJ Andresen  Pangeran Hidayatullah (POW)

 Letnan-Kolonel GM Verspyck
 Demang Lehman (POW)

 Amin Ullah

 Pangeran Antasari

Rute Operasi Perang

Bagian dari Kampanye Militer Kerajaan Belanda


Naskah peta keadaan dan operasi militer Belanda saat Perang

Banjar. Lokasi militer Belanda ditunjukkan dengan adanya

bendera Belanda. Angka Romawi, merujuk ke distrik militer,

distrik militer yang lebih besar dalam garis merah ganda.

Pawai Letnan Kolonel Verspyck melalui hutan ke Bayan

Begok.

Lingkup operasi Kesultanan Banjar

Lokasi Kesultanan Banjar

Perencana Kolonel Verspyck

Pemimpin Kolonel Verspyck

Tanggal Oktober-November 1862

Perang Banjar[1] atau Perang Banjar-Barito atau Perang Kalimantan Selatan[2] adalah perang
perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda yang berlangsung antara tahun 1859-
1905/1906 yang terjadi di Kesultanan Banjar yang meliputi wilayah provinsi Kalimantan Selatan
dan Kalimantan Tengah.[3]
Perang Banjar[4][5][6] berlangsung antara 1859 -1905 (menurut sumber Belanda 1859-1863[7][8]).
Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak monopoli
dagang di Kesultanan Banjar. Dengan ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan,
kekalutan makin bertambah. Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota,
mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1785-1808) dan
membunuh semua putra almarhum Sultan Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya pewaris
tahta yang selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dengan dukungan
pamannya Gusti Kasim (Arung Turawe), tetapi gagal. Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari)
akhirnya tertangkap dan dibuang ke Ceylon (kini Sri Langka).

Anda mungkin juga menyukai