Anda di halaman 1dari 16

ESKALATOR

Gambar 1.1 Eskalator


Sumber: www.pixabay.com
Pada umumnya istilah eskalator dapat dikenal dengan nama tangga berjalan. Alat
transportasi ini berfungsi seperti tangga manual pada umumnya yang menghubungkan satu
lantai dengan lantai lainnya dengan bantuan tenaga penggerak. Penempatan eskalator pada
bangunan secara vertical memerlukan ruangan yang cukup luas sehingga biasanya ditempatkan
pada bangunan yang bersifat publik seperti pusat pertokoan (mall) serta bandara.
Untuk jarak yang pendek eskalator digunakan di seluruh dunia untuk mengangkut
pejalan kaki yang mana menggunakan elevator tidak praktis. Pemakaiannya terutama di daerah
pusat perbelanjaan, bandara, sistem transit, pusat konvensi, hotel dan fasilitas umum
lainnya.Keuntungan dari eskalator yaitu mempunyai kapasitas memindahkan sejumlah orang
dalam jumlah besar dan tidak ada interval waktu tunggu terutama di jam-jam sibuk dan
mengarahkan orang ke tempat tertentu seperti ke pintu keluar atau pertemuan khusus.
a. Sejarah Eskalator
Pada tahun 1899, Charles D. Seeberger bergabung dengan Perusahaan Otis Elevator
Co,yang mana dari dia timbullah nama eskalator (yang diciptakan dengan menggabungkan kata
scala, yang dalam bahasa Latin berarti langkah-langkah (step), dengan elevator).
Bergabungnya Seeberger dan Otis telah menghasilkan eskalator pertama step type escalator
,untuk umum, dan eskalator itu dipasang di Paris Exibition 1900 dan memenangkan hadiah
pertama. Mr. Seeberger pada akhirnya menjual hak patennya ke Otis pada tahun 1910.
Eskalator lurus dan melengkung dalam perkembangannya, perusahaan Mitsubishi
Electric Corporation telah berhasil mengembangkan eskalator spiral (kenyataannya lebih
cenderung melengkung/curve daripada melingkar/spiral) dan secara eksklusif dijual sejak
pertengahan tahun 1980. Eskalator ini dipasang di Osaka, Jepang pada tahun 1985.
b. Komponen dan Layout Eskalator

Gambar 1.2 Komponen Eskalator


Sumber : dokumen.tips
Adapun komponen yang terdapat dalam eskalator yaitu :
1. Rangka struktur (frame)
2. Rel (rail)
3. Rantai dan roda gigi (chain & gear)
4. Anak tangga (step)
5. Dinding penyangga rel tangan (balustrade)
6. Pegangan tangan (hand rail)
7. Lantai pijak (landing plates)
8. Lantai bergerigi (combplates)
9. Ruang mesin
10. Pencahayaan (lighting)
11. Unit penggerak (drive unit)
12. Peralatan listrik (electrical parts)

 Rangka Struktur ( Frame )


Eskalator memiliki dua jenis rangka struktur, yaitu :
a. Rangka Struktur dengan Menggunakan Solid H - beam
Pada umumnya rangka struktur dengan menggunakan solid H – Beam ini dibagi
atas tiga bagian yaitu
1. Rangka atas (upper frame)
2. Rangka tengah (middle frame)
3. Rangka bawah (lower frame)
Ketiga bagian rangka tersebut dirakit dilokasi pemasangan dengan menggunakan
baut khusus (punch bolt). Keuntungan dari penggunaan rangka struktur dengan solid H
beam yaitu Memudahkan transportasi (bisa dimasukkan kedalam kontainer) ,
Memudahkan pengaturan jalan masuk ke lokasi pemasangan , lebih mudah untuk
dipindahkan setelah unit dipasang. Sedangkan kerugiannya yaitu lebih berat dari rangka
struktur konstruksi besi siku dan untuk pemasangannya diperlukan tenaga terampil.
b. Rangka Struktur dengan Pemasangan Konstruksi Besi Siku
Rangka jenis ini dikirim ke lokasi pemasangan dalam satu kesatuan yang telah dirakit
lebih dahulu di pabrik pembuat. Keuntungan dari penggunaan rangka konstruksi besi
siku, antara lain :
1. Lebih ringan dibandingkan rangka solid H beam
2. Lebih cepat didalam pemasangannya
Kerugiannya dari penggunaan rangka struktur besi siku ini yaitu :
1. Memerlukan transportasi khusus, terutama untuk unit – unit yang panjang/tinggi.
2. Jalan masuk kelokasi pemasangan perlu dipersiapkan dari awal saat pelaksanaan
pekerjaan.
3. Setelah dipasang agak sulit dipindahkan.

 Rel (rail)
Rel pada eskalator digunakan untuk mengarahkan gerakan luncuran roda rantai penggerak
anak tangga (step chain roller) dan roda anak tangga(step roller). Rel harus dipasang dan disetel
dengan benar agar gerakan roda anak tangga dan roda rantai penggerak anak tangga halus dan
lurus, didalam pengoperasiannya rel ini harus diberi pelumas, material untuk rel ini umumnya
besi siku.

 Rantai dan roda gigi (chain and gear)


Rantai dan roda gigi merupakan peralatan penggerak anak tangga dan pegangan tangan.
Ada beberapa jenis rantai dalam eskalator yaitu :
1. Rantai penggerak utama (driving chain)
2. Rantai penggerak anak tangga (step chain)
3. Rantai penggerak pegangan tangan (hand rail driving chain)
Dalam eskalator juga terdapat beberapa jenis roda gigi yaitu :
1. Poros roda gigi atas (upper terminal gear)
2. Poros roda gigi bawah (lower terminal gear)
Gambar 1.3 Rantai dan Roda Gigi
Sumber : kaskus.co.id

 Anak Tangga (step)


Anak tangga merupakan tempat pijakan dari penumpang eskalator dan bagian
permukaannya harus selalu dalam keadaan horizontal pada saat membawa penumpang.
Adapaun material yang digunakan harus terbuat dari bahan – bahan yang tidak mudah terbakar
seperti aluminium, stainless steel dan besi cor.
Untuk memudahkan penumpang dalam membedakan satu anak tangga dengan anak
tangga yang lain harus diberi warna kuning. Ukuran dari anak tangga ini pada umumnya yaitu
600 mm untuk satu orang per anak tangga, 800 mm (permintaan khusus) dan 100 mm untuk
dua orang per anak tangga.

 Dinding Penyangga Rel Tangan (balustrade)


Balustrade adalah dinding kiri dan kanan dari escalator. Dasar dinding yang berdekatan
dengan tangga biasanya terbuat dari kaca yang ditempeL dengan ketebalan 10 mm (tempered
glass balustrade), dapat juga menggunakan stainless steel balustrade. Stainless steel balustrade
dipakai untuk escalator yang dipasang pada stasiun kereta, bandar udara atau tempat lain yang
sejenis, dimana banyak kemungkinan balustrade tersebut terkena benturan dari luar.
Gambar 1.4 Balustrade
Sumber : www.thyssenkruppelevator.com

 Pegangan Tangan (handrail)


Dinding penyangga (balustrade) kiri dan kanan harus dilengkapi dengan rel penyangga
tangan (handrail) yang dapat bergerak kontinu dan bersamaan arah dengan gerak tangga saat
berjalan. Kecepatannya harus sama dengan kecepatan tangga saat berjalan. Pegangan tangan
berfungsi untuk membantu penumpang pada saat melangkah masuk atau keluar dari anak
tangga, agar penumpang tidak jatuh atau terseret.
Material yang dipergunakan untuk pegangan tangan ini adalah karet khusus (hypalon)
dengan yang tahan panas, dimana panas tersebut sebagai akibat – gesekan – gesekan, baik yang
disebabkan oleh mekanisme penggerak ataupun oleh gesekan antara handrail dengan frame
handrail (aluminium).
Untuk mekanisme handrail ini juga dilengkapi dengan switch pengaman terhadap benda
– benda asing yang terjepit. Pada handrail (1 unit escalator terdapat 2 handrail) kelilingnya
harus tersambung secara sempurna, artinya tidak boleh ada sambungan yang dapat
menyebabkan macet akibat toleransi dengan handrail yang kecil dan pemuaian akibat panas
(sifat zat apabila terkena panas akan memuai). Untuk itu diperlukan toleransi kurang lebih 2
mm, dengan sisi – sisi sampingnya. Panas yang timbul akibat gesekan adalah antara 400 – 45
0 C (merupakan panas maksimum untuk kondisi ruangan tanpa AC).
Mekanisme handrail ini menggunakan penggerak utama berasal dari rol – rol step yang
digerakkan oleh rantai dan ditekan pula dengan rol – rol khusus yang menekan handrail
sehingga akibat tekanan tersebut dan adanya putaran dari rol – rol tersebut menyebabkan
handrail dapat bergerak. Dalam 1 unit escalator terdiri dari 4 unit rol (2 unit untuk menekan
dan menggerakkan bagian atas dan 2 unit bagian bawah), penggerak handrail dan masing –
masing terdiri dari 4 rol. Bahan rol tersebut adalah besi cor dan dibagian permukaannya dilapisi
oleh karet tahan panas.
Gambar 1.5 Mekanisme Penggerak Handrail
Sumber: Wikipedia.com

 Lantai pijak (Landing Plates)


Lantai pijak penting ditempatkan pada bagian masuk dan keluar escalator dikedua
ujung escalator. Lantai selain berfungsi untuk tempat pijakan masuk dan keluar juga berfungsi
sebagai penutup bagian mekanis escalator. Oleh karena itu harus dapat dibuka atau diangkat
untuk memudahkan perbaikan escalator. Lantai ini harus dibuat dari material yang tahan api
dan mampu memberikan kemantapan saat berpijak.

 Lantai Bergerigi (combplates)


Selain lantai pijak yang menutup ruang – ruang mesin maupun ruang mekanis escalator,
ada lagi lantai spesifik yang melengkapi escalator yaitu lantai pijak yang mempunyai alur –
alur bergerigi di ujungnya. Lantai ini fungsinya sebagai lantai pendarat bagi penumpang
escalator dan alur – alur geriginya berfungsi untuk menyisir kotoran yang ada pada tangga
(yang juga beralur).
Gigi pada combplates harus mempunyai kesejajaran dengan alur – alur pada tangga dan
ujungnya tidak boleh sampai mengenai alur – alur dalam ditangga tersebut. Bagian yang
begerigi harus dapat dipisahkan dengan bagian utama lantai sehingga jika gigi – gigi tersebut
patah akan mudah untuk menggantinya. Jarak antara ujung gigi dengan alur dalam ditangga
dan jarak antara akar gigi dengan bagian atas dari alur ditangga harus berada diantara 2,5 mm
sampai 4 mm.

 Ruang Mesin
Ruang mesin harus mempunyai kelonggaran yang cukup untuk seseorang melakukan
perbaikan atau perawatan bagian – bagian mekanis dari penggerak escalator. Ventilasi yang
tersedia harus cukup agar panas radiasi dari mesin dapat segera keluar.
Pencahayaan juga harus ada pada ruang mesin, lampu – lampunya harus dilindungi agar
tidak mudah pecah terkena alat – alat atau gerak – gerak mekanis komponen mesin. Pintu –
pintu untuk perawatan dan perbaikan harus mempunyai kunci yang hanya dapat dibuka oleh
orang yang berkepentingan saja sehingga tidak sembarang orang dapat membukanya.

 Pencahayaan (lighting)
Jaringan listrik untuk pencahayaan pada daerah yang dekat dengan kaki, pencahayaan
pada dinding balustrade, dan pencahayaan pada ruang mesin harus terpisah dari jaringan listrik
untuk motor penggerak sehingga jika terjadi kegagalan pada motor atau komponen lainnya,
lampu – lampu yang menerangi escalator akan tetap menyala.

 Unit Penggerak (drive unit)


Unit penggerak yang terdapat dalam eskalator yaitu motor penggerak (motor induksi) ,
Reduction gear box , Rem magnet (magnetic brake). Motor penggerak adalah motor induksi 3
phasa dengan arus bolak – balik, frekuensi 50 Hz, dapat terhubung bintang atau delta, dengan
star-delta starting ataupun direct on line starting.
Putaran dari motor penggerak ini kemudian diturunkan oleh reduction gear box,
sehingga didapat kecepatan linear kurang lebih 30 meter permenit. Untuk menahan gerakan
anak tangga pada saat motor terhenti, ataupun pada saat suplay daya terputus dipasang rem
magnet.

 Peralatan Listrik (Electrical Parts)


Peralatan listrik dapat dibagi atas :
1. Panel kontrol Panel kontrol berfungsi untuk pengatur arah gerak naik dan turun dan
juga berfungsi untuk mematikan atau menghidupkan motor escalator.
2. Kontak pengaman
3. Panel Pengoperasian (operating panel board) Panel pengoperasian sesuai dengan
namanya adalah untuk menghidupkan atau mematikan escalator.
Fungsi yang umum tersedia :
1. Tombol nyala (starting switch)
Tombol nyala harus ditempatkan pada kedua ujung escalator (atas dan bawah) dan
penempatannya harus sedemikian rupa sehingga saat dinyalakan oleh operator, ia
dapat melihat pergerakkan tangga. Tombol ini sebaiknya menggunakan type tombol
yang berfungsi dengan memutar kunci (key operated switch).
2. Tombol mati (stop switch)
Tombol mati mempunyai warna merah dan ditempatkan di kedua ujung escalator
berdekatan dengan tombol nyala. Jika tombol ini digunakan, maka ia harus dapat
memotong seluruh arus listrik yang bekerja pada motor penggerak maupun rem.

3. Tombol mati darurat (emergency stop switch)


Tombol darurat ini harus berwarna merah dan ditempatkan di kedua ujung escalator
pada posisi yang memungkinkan untuk segera dijangkau tetapi harus pula cukup
terlindung dari penyalaan yang tidak disengaja. Jika tombol ini ditekan, ia harus
segera mematikan arus yang bekerja ada motor penggerak maupun pada rem.
4. Tombol pendeteksi rantai putus ( broken step chain device)
Tiap escaltor harus dilengkapi dengan tombol yang dapat segera berfungsi
mematikan arus listrik ke motor penggerak dan mengaktifkan rem jika rantai tangga
terputus atau terenggang melampaui batas maksimum regangan jika gerak rantainya
terganggu.
5. Tombol pendeteksi kegagalan motor penggerak (broken drive devices) Jika
escalator mempunyai sistem penggerak menghubungkan motor dengan sproket
tangga melalui transmisi rantai, maka tombol ini harus ditempatkan pada posisi
yang memungkinkan segera memotong arus listrik ke motor dan mengaktifkkan
rem saat rantai penggerak putus.

c. Perletakan Eskalator
Adapun beberapa perletakan eskalator antara lain :
 Paralel. Diletakkan secara paralel. Perencanaannya lebih menekankan
segiarsitektural dan memungkinkan sudut pandang yang luas.
 Cross Over. Perletakan bersilangan secara menerus (naik saja atau turunsaja).
Kurang efisien dalam sistem sirkulasi tetapi bernilai estetis tinggi.
 Double Cross Over. Perletakan bersilangan antara naik dan turun,sehingga dapat
mengangkut penumpang dengan dalam jumlah lebih banyak.

Gambar 1.6 Jenis Perletakan Eskalato

Sumber : anzdoc.com
d. Sistem Kerja Eskalator

Gambar 1.7 Cara Kerja Eskalator

Sumber : dokumen.tips

 Pendaratan/Landing

Floor plate rata dengan lantai akhir dan diberi engsel atau dapat dilepaskan untukjalan
ke ruang mesin yang berada di bawah floor plates.Comb plate adalah bagian antara floor plate
yang statis dan anak tangga bergerak.Comb plate ini sedikit miring ke bawah agar geriginya
tepat berada di antara celah-celahanak tangga-anak tangga. Tepi muka gerigi comb plate berada
dibawah permukaan cleat.

 Landasan penopang/Truss
Landasan penopang adalah struktur mekanis yang menjembatani ruang
antarapendaratan bawah dan atas. Landasan penopang pada dasarnya adalah kotak berongga
yang terbuat dari bagian-bagian bersisi dua yang digabungkan bersama dengan menggunakan
sambungan bersilang sepanjang bagian dasar dan tepat dibawah bagian ujungnya. Ujung-ujung
truss tersandar pada penopang beton atau baja.
 Lintasan

Sistem lintasan dibangun di dalam landasan penopang untuk mengantarkan rantai anak
tangga, yang menarik anak tangga melalui loop tidak berujung. Terdapat dualintasan: satu
untuk bagian muka anak tangga (yang disebut lintasan roda anak tangga) dan satu untuk roda
trailer anak tangga (disebut sebagai lintasan roda trailer).
Perbedaan posisi dari lintasan-lintasan ini menyebabkan anak tangga-anak tangga
muncul daribawah combplate untuk membentuk tangga dan menghilang kembali ke dalam
landasan penopang.Lintasan pembalikan di pendaratan atas menggulung anak tangga-anak
tangga mengelilingi bagian ujung dan kemudian menggerakkannya kembali ke arah yang
berbeda. Lintasan overhead berfungsi untuk memastikan bahwa roda trailer tetap beradadi
tempatnya saat rantai anak tangga diputar kembali.

Gambar 1.8 Struktur Perletakan Eskalator pada Lantai Gedung

Sumber: septyanaririnalvita - WordPress.com

Gambar 1.9 Sistem Penggerak Eskalator

Sumber: septyanaririnalvita - WordPress.com


e. Sistem Pengamanan Eskalator

Sistem pengamanan eskalator dilengkapi dengan kontak – kontak pengaman, baik untuk
mencegah terjadinya kecelakaan pada penumpang, maupun untuk mencegah kerusakan
escalator itu sendiri. Ada dua jenis kontak pengaman yang terdapat pada eskalator yaitu :

1. Reset secara otomatis (automatic reset)


2. Reset secara manual (manual reset)
Adapun beberapa kontak pengaman yang umum dipasang yaitu :
 Handrail inlet safety switch
Handrail inlet safety switch berfungsi untuk mematikan escalator bila terdapat benda
asing yang menahan gerakan pegangan tangan (handrail). Ada 4 (empat) buah kontak
pengaman yang dipasang yaitu di kanan atas, kiri atas, kanan bawah, kiri bawah. namun
dilihat dari arah gerak escalator hanya 2 buah yang berfungsi yaitu arah naik ( kanan
dan kiri atas ) dan arah turun (kanan dan kiri bawah)
 Skirt guard safety switch
Skirt guard safety switch berfungsi untuk mematikan escalator bila ada benda asing
yang terjepit diantara skirt guard dan step (anak tangga), dipasang pada sisi kanan dan
kiri. Jumlahnya disesuaikan dengan panjang escaltor namun pada umumnya 6 (enam)
buah. Kontak adalah jenis reset otomatis.
 Driving chain safety switch
Driving chain safety switch berfungsi untuk mematikan escalator bila rantai penggerak
utama putus. Kontak tidak otomatis reset (manual reset).
 Step chain tension safety switch
Step chain tension safety switch berfungsi untuk mematikan escalator bila salah satu
rantai penggerak anak tangga (step chain) putus atau tidak tegang. Kontak tidak
otomatis reset.
 Step roller safety switch
Step roller safety switch berfungsi untuk mematikan escaltor bila roda anak tangga
keluar dari rel (tidak normal). Kontak tidak otomatis reset. Step travel safety switch
Berfungsi untuk mematikan escalator bila ada gerakan anak tangga yang tidak normal.
Kontak tidak otomatis reset.
f. Pertimbangan pemilihan Eskalotor

Dalam melakukan pemilihan terhadap eskalator perlu diperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
 Ketinggian dari lantai – kelantai (riser)
Setiap escalator dibuat berdasarkan ketinggian dari lantai kelantai dimana escalator
tersebut akan dipasang. Kesalahan menentukan ketinggian dari lantai ke lantai akan
mengakibatkan perbedaan permukaan escalator danlantai terakhir.
 Jumlah kapasitas
Berdasarkan kapasitas / kemampuan yang dipilih kemudian ditentukanjumlah dari
escalator yang akan dipasang perlantai baik untuk arah naikmaupun untuk arah turun.
 Konfigurasi pemasangan
Ada dua jenis konfigurasi1. Sejajar / paralel. Silang (crossing) Konfigurasi silang
merupakan pilihan terbaik untuk kelancaran aruspenumang, namun bila diinginkan
penumpang untuk berkeliling terlebihdahulu seperti halnya pada pusat perbelanjaan,
departemen store makakonfigurasi sejajar merupakan pilihan yang terbaik.
 Jenis balustrade
Untuk escalator dengan kondisi operasi urban traffic, hendaknya dipilih panelled
stainless balustrade, balustrade. Bila penerangan disekeliling tidak mencukupi atau bila
diinginkan oleh desainer interior dapat dipilih transparent balustrade dengan lampu
penerangan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pemasangan escalator :
 Reaksi dan jarak tumpuan (reaction and support spacing).
Berdasarkan jarak dari lantai kelantai yang telah ditentukan dan juga berdasarkan sudut
(30/35 derajat), maka dapat ditentukan support spacing yangdibutuhkan agar escalator
tersebut dapat terpasang, toleransi umunya berkisarantara 20 mm sampai 40 mm. Kita
tidak perlu menghitung karena brosurumumnya telah disediakan tabel dari support
spacing ini, beserta keteranganreaksi yang harus dipikul oleh struktur penunjangnya.
 Pit (sumuran)
Untuk escalator pada lokasi paling bawah diperlukan pit (sumuran), dimensiuntuk pit
ini (kedalaman, lebar dan panjang) harus dibuat sesuai dengankebutuhan dan kedap air
(water proof).
 Ruang antara (clearence)
Ruang antara yang dibutuhkan adalah minimum 2200 mm dihitung dari levelanak
tangga, sepanjang perjalanan dari anak tangga sedangkan untuk penggunaan pada
pusatperbelanjaan dan sejenis lebih cocok dipakai jenis transparant glass

g. Ukuran Standar eskalator


Umumnya Eskalator dipasang dengan kemiringan >10 atau sesuai standart perbandingan
antara datar dan ketinggian 30° – 35°. Panjang Eskalator disesuaikan dengan kebutuhan; lebar
untuk 1 orang 60cm. dan untuk 2 orang 100cm – 120cm. Menurut peraturan yang diterapkan
di Inggris, sudut ketinggian dieskalator dibatasi hingga 30°, apabila tangga tidak lebih dari 6
M dan kecepatan 0,5 m/detik. Dalam keadaan tertentu sudut tersebut tidak boleh lebih dari
30º . Menurut standar Inggris (BS), lebar tangga max 1050 cm dan minimal 600cm.
h. Kapasitas Eskalator

Berikut ini daftara kapasitas ( daya tamping ) eskalator berdasarkan kecepatan dan lebar
esakalator :

Kecepatan Lebar Kapasitas Angkut


(m/detik) (m) (Orang/menit)

0.45 0.85 65

1.05 95

1.25 125

0.60 0.85 90

1.05 120

1.25 150

0.75 0.85 95

1.05 125

1.25 155

Tabel 2.1 Perbandingan antara Kecepatan, Lebar dan Kapasitas Angkut Penumpang
Eskalator

i. Kelebihan dan Kekurangan Eskalator

Kelebihan dari penggunaan eskalator dalam suatu bangunan yaitu :


 Mempunyai kapasitas memindahkan sejumlah orang dalam jumlah besar
 Tidak ada interval waktu tunggu terutama di jam-jam sibuk
 Mengarahkan orang ke tempat tujuan dengan cepat, seperti ke pintu keluar, pertemuan
khusus, dan lain-lain
Adapun kekurangan yang dimiliki dari penerapan eskalator dalam suatu bangunan yaitu :
 Biaya pembuatan yang cukup mahal
 Membuat orang malas untuk bergerak
 Jika tidak hati-hati dapat menyebabkan kecelakaan
 Membutuhkan listrik untuk menggerakannya, apabila listrik padam escalator tidak
dapat digunakan

j. Eskalator di Dunia

 Eskalator spiral
Eskalator Spiral pada dasarnya merupakan perluasan dari teknik eskalator
melengkung - cukup lama untuk melanjutkan kurva dari sebuah eskalator spiral di atas
sendiri. eskalator Spiral telah diinstal Wheelock Place di Singapura, Saudi Arabia
Jeddah, di Landmark Tower di Jepang, Times Square shopping mall di Hong Kong,
Lotte World di Korea Selatan, Venetian Hotel dan Casino di Macau , Wynn Las Vegas
dan The Forum Toko di Caesars di Las Vegas, Nevada (di bawah), dan San Francisco
Centre di San Francisco, California.

Gambar 2.1 Eskalator Spiral


Sumber : elevatorworld.com

 Eskalator tertinggi
Umeda Sky Building di Osaka, Jepang, gedung tertinggi ketujuh di kota.
Dengan tinggi gedung 568 ft (173 m), selesai pada tahun 1993 dan terdiri dari dua
menara 40 lantai dengan serangkaian eskalator menyediakan akses untuk kedua menara
tersebut.
Gambar 2.2 Eskalator Tertinggi
Sumber : motifviral.com
 Eskalator tersempit
Eskalator sekitar 16 inci (40 cm) lebar sering kali diinstal oleh department store dan di
daerah transit (biasanya kereta) stasiun. Eskalator dibuat lebih sempit, mengingat
melambungnya obesitas di US.

Gambar 2.3 Eskalator Tersempit


Sumber : catataninfounik.com

Tangoro, Dwi. 2006. Utilitas Bangunan. Jakarta :UI Press


Wisma Karma Yoga. 2014. Sistem Transportasi pada Bangunan di https://id.scribd.com (
diakses 10 februari 2019 )
Debby Krisnandi. 2017. Sistem Transportasi Vertikal atau Mekanis di https://id.scribd.com (
diakses 10 februari 2019 )
Dwi Adintya Eradiputra. 2013. Transportasi Vertikal di https://id.scribd.com ( diakses 10
februari 2019 )

Anda mungkin juga menyukai