Laprak Chilling Dan Freezing
Laprak Chilling Dan Freezing
Oleh :
Muhammad Zainul A
(1504013)
Laurensius Wilfran N
(1505339)
Rizki Yanti Rahayu
(1500753)
Thia Ashipa
(1505073)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
BAB I.
PENDAHULUAN
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
a. Alat
1. Cling Warp
2. Styrofoam
3. Thermometer
4. Plastic
5. Refraktometer
6. Kulkas
7. Pisau
b. Bahan
1. Wortel
2. Toma
3. Pisang
4. Mentimun
5. Daging ayam
Prosedur Pisang
Menyiapkan pisang dan membersihkan pisang dan membiarkan pisang dalam
kondisi utuh. Bagi menjadi 2 bagian A dan B, mengukur masing-masing beratnya.
Bagian A yaitu pisang yang dimasukkan ke dalam plastic berlubang dan
menyimpan dalam kulkas di bagian rak, sedangkan bagian B adalah pisang yang
dimasukkan ke dalam plastic berlubang dan disimpan pada suhu ruang.
Mengamati karakteristik sensori pisang pada setiap kantong plastic, dan
menghitung beratnta sebaga berat awal pada hari ke-0. Menyimpan selama 3 hari
dan mengamati karakteristik sensori pisang dan menghitung beratnya sebagai
berat pada hari ke-3. Mencatat semua hasil pengamatan dalam tabel.
Prosedur Mentimun
Menyiapkan mentimun lalu membersihkan mentimun dan membiarkan dalam
kondisi utuh. Bagi menjadi 3 bagian A,B,C, dan mengukur masing-masing
beratnya. Bagian A adalah mentimun yang tidak dikemas dalam plastic, bagian B
adalah mentimun yang dimasukkan ke dalam plastic tanpa lubang sedangkan
bagian C adalah mentimun yang dimasukkan ke dalam plastic berlubang.
Mengamati karakteristik sensori mentimun pada setiap kantung plastic, sebelum
dimasukkan ke dalam kulkas dan menghitung beratnya sebagai awal pada hari ke-
0. Memasukkan semua sampel mentimun ke dalam kulkas. Menyimpan selama 7
hari dan mengamati karakteristik sensori mentimun dan menghitung beratnya
sebagai berat kahir pada hari ke-7. Mencatat semua hasil pengamatan pada tabel.
Peosedur Daging ayam
Menyiapkan daging dan membersihkan daging hingga bersih lalu meniriskan.
Mmbagi menjadi 4 bagian, dan megukur masing-masing beratnya. Dua bagian A
adalah daging ayam yang dikemas dalam plastic tanpa lubang, satu bagian A
memberi kode A1, menyimpan di dalam freezer, bagian lainnya (A2) menyimpan
di dalam kulkas bagian bawah (rak). Dua bagian B adalah daging ayam yang
dikemas dalam Styrofoam, dan mengalasi penyerap, dan menutupi dengan
clingwarp, satu bagian B diberi kode B1., menyimpan di dalam freezer, bagian
lainnya (B2) disimpan di dalam kulkas bagian bawah rak. Mengamati
karakteristik sensori daging ayam pada setiap kemasan, sebelum dimasukkan ke
dalam kulkas dan menghitung beratnya sebagai berat awal pada hari ke-0.
Menyimpan selama 7 hari dan mengamati karakteristik sensoro daging dan
menghitung beratnya sebagai berat akhir pada akhir ke-7. Dan mencatat hasil
pengamatan dalam tabel hasil pengamatan.
BAB IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Wortel A1 A2 B1 B2 B3
Suhu
Penyimpanan
Hari ke-0
Berat 57,3 gr 37,7 gr 33 gr 47 gr 16 gr
Kenampakan Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
Lonjong lonjong dadu dadu dadu
Aroma Khas wortel Khas Khas Khas Khas
++ wortel ++ wortel ++ wortel ++ wortel ++
Tekstur Keras ++++ Keras +++ Keras ++ Keras ++ Keras ++
+ ++ ++ ++
Warna Orange khas Orange Orange Orange Orange
wortel khas khas khas khas
wortel wortel wortel wortel
Gambar/Foto
Hari ke-7
Kenampakan 36,8 gr 57,2 gr 31,4 gr 46,6 gr 15,3 gr
Aroma Khas wortel Khas Khas Khas Khas
++ wortel + wortel + wortel ++ wortel +
Tekstur Keras++++ Keras +++ Keras ++ Keras ++ Keras ++
+ ++ ++ +++
Warna Orange khas Orange Orange Orange Orange
wortel khas pucat pucat khas
wortel wortel
Gambar/foto
Tomat A B1 B2
Suhu
Penyimpanan
Hari ke-0
Berat 100 gr 91 gr 92 gr
Kenampakan Segar segar Segar
Aroma Khas tomat Khas tomat Khas tomat
Tekstur Keras ++ Keras ++ Keras ++
Warna Orange Orange Orange
bercak hijau bercak hijau bercak hijau
Gambar/Foto
Hari ke-7
Berat 90,7 gr 91,9 gr 96,8 gr
Kenampakan Merah bercak Merah bercak Merah bercak
kuning hijau kuning hijau
sedikit kekuningan
Aroma Khas tomat Khas tomat Khas tomat
Tekstur Keras++ Keras ++ Keras ++++
Warna Merah bercak Merah bercak Merah bercak
kuning hijau hijau
sedikit kekuningan kekuningan
Gambar/foto
Pisang A B
Suhu
Penyimpanan
Hari ke-0
Berat 105 gr 99 gr
Kenampakan Segar segar
Aroma Khas pisang Khas pisang
Tekstur Keras ++ Keras ++
Warna Hijau kuning Hijau kuning
ada bercak ada bercak
hitam hitam
Gambar/Foto
Hari ke-3
Berat 103,8 gr 97 gr
Kenampakan Segar Tidak segar
dan berair
Aroma Khas pisang Khas pisang
yang sudah
matang sekali
Tekstur Keras++ Keras +
Warna Kuning Kuning
bercak bercak
kehitaman kehitaman
sedikit banyak
Gambar/foto
Mentimun A B C
Suhu
Penyimpanan
Hari ke-0
Berat 119 gr 142 gr 128 gr
Kenampakan Segar Segar Segar
Aroma Khas timun Khas timun Khas timun
Tekstur Keras +++ Keras +++ Keras +++
Warna Putih corak Putih corak Putih corak
hijau hijau hijau
Gambar/Foto
Hari ke-3
Kenampakan 92,8 gr 142,3 gr 127,3 gr
Aroma Khas timun + Khas timun + Khas timun +
+
Tekstur Keras++ Keras ++ Keras ++
Warna Hijau pucat Hijau pucat Hijau pucat
agak
kekuningan
Gambar/foto
Wortel A1 A2 B1 B2
Suhu
Penyimpanan
Hari ke-0
Berat 25 gr 25 gr 25 gr 25 gr
Kenampakan Daging filet Daging Filet Daging Filet Daging Filet
Aroma Khas daging Khas daging Khas daging Khas daging
Tekstur Keras + Keras + Keras + Keras +
Warna Putih Pucat Putih Pucat Putih Pucat Putih Pucat
Gambar/Foto
Hari ke-7
Kenampakan 24,2 gr 24,4 gr 25,3 gr 23,2 gr
Aroma Agak pucat Agak pucat Agak pucat Agak pucat
Tekstur Keras++ Keras ++ Keras +++ Keras ++
Warna Orange khas Orange khas Orange pucat Orange pucat
ayam ayam
Gambar/foto
4.2. Pembahasan
Nama : Muhammad Zainul Arifin Tanggal Praktikum : 22 Februari 2016
NIM : 1504013 Tanggal Laporan : 29 Februari 2016
Pangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air yang
terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu
sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar kemungkinan
kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal (metabolisme)
maupun masuknya mikroba perusak. kriteria yang dapat digunakan untuk
menentukan apakah makanan tersebut masih pantas di konsumsi, secara tepat sulit
di laksanakan karena melibatkan factor-faktor nonteknik, sosial ekonomi, dan
budaya suatu bangsa. Idealnya, makanan tersebut harus: bebas polusi pada setiap
tahap produksi dan penanganan makanan, bebas dari perubahan-perubahan kimia
dan fisik, bebas mikroba dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit atau
pembusukan (Winarno,1997).
Penyimpanan bahan pangan pada suhu rendah dapat memperlambat reaksi
metabolisme. Selain itu dapat juga mencegah pertumbuhan mikroorganisme
penyebab kerusakan/ kebusukan bahan pangan. Cara pengawetan bahan pangan
pada suhu rendah dibedakan menjadi 2 cara yaitu pendinginan dan pembekuan.
Pendinginan adalah penyimpanan bahan pangan pada suhu diatas titik beku 0 0C.
Pendinginan biasanya dapat memperpanjang masa simpan bahan pangan selama
beberapa hari/ beberapa minggu, sedangkan pembekuan dapat bertahan lebih lama
sampai beberapa bulan. Pendinginan dan pembekuan masing-masing berbeda
pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, warna, nilai gizi dan sifat-sifat lainnya.
Pengawetan dengan jalan pendinginan dapat dilakukan dengan penambahan es
yang bertujuan untuk mendinginkan dengan cepat suhu 0 0C, kemudian menjaga
suhu selama penyimpanan.(Fathonah, 2011)
Respirasi pada buah dan sayuran masih berlangsung setelah dipanen, sampai
buah dan sayuran tersebut membusuk. Untuk berlangsungnya respirasi diperlukan
suhu optimum, yaitu suhu dimana proses metabolisma (termasuk respirasi)
berlangsung dengan sempurna. Pada suhu yang lebih tinggi atau lebih rendah dari
suhu optimum, metabolisma akan berjalan kurang sampurna bahkan berhenti
sama sekali pada suhu yang terlalu tinggi atau terlalu vendah. Setiap penurunan
80C pada suhu penyimpanan, metabolisme berkurang setengahnya. Penyimpanan
suhu rendah dapat memperpanjang masa hidup jaringan-jaringan dalam bahan
pangan tersebut karena aktivitas respirasi menurun dan menghambat aktivitas
mikroorganisme. Penyimpanan dingin tidak membunuh, mikroba, tetapi hanya
menghambat aktivitasnya, oleh karena itu setiap bahan pangan yang akan
didinginkan harus dibersihkan lebih dahulu. (Koswara,2009)
Berikut akan dipaparkan beberapa tujuan aplikasi suhu rendah pada bahan
pangan:
Dalam lemari pendingin, suhu dapat dicapai jauh lebih rendah daripada
menyimpan dengan es, juga dapat digunakan untuk menyimpan berbagai bahan
pangan seperti buah, sayuran, daging, telur dan susu dalam waktu terbatas.
Perubahan yang disebabkan oleh enzim dari mikroba dapat dipertahankan
walaupun tidak seluruhnya dapat dicegah. Suhu dalam lemari pendingin berbeda
untuk masing-masing tempat di dalam ruang "refrigerator". Suhu yang paling
tinggi adalah pada suhu bagian terbawah dari kabinet dan yang terendah pada
tempat tepat dibawah ruang beku. Umumnya suhu di dalam laci buah dan sayuran
kira-kira 10% atau lebih rendah. Suhu pada bagian tengah lemari pendingin
biasanya antara 3,3 - 5,50C, dan suhu di bawah ruang beku adalah 1,60C atau
lebih rendah.(Koswara,2009)
Pembekuan cepat mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan cara
lambat karena kristal es yang terbentuk sehingga kerusakan mekanis yang terjadi
lebih sedikit, pencegahan "pertumbuhan mikroba juga berlangsung cepat dan
kegiatan enzim juga cepat berhenti. Bahan makanan yang dibekukan dengan cara
cepat mempunyai mutu lebih baik daripada pembekuan lambat. (Koswara,2009)
Buah-buahan yang akan disimpan pada suhu rendah haruslah yang bermutu
baik dan tidak memar. Buah sebelum didinginkan harus dicuci dan ditiriskan,
buah jangan disimpan dalam keadaan basah, sebab akan merangsang
pertumbuhan kapang dan pembusukan dapat cepat terjadi. Untuk mengurangi
suatu kelayuan dan pengeringan, buah dibungkus dalam kantong plastik yang
berpori-pori agar tetap terjadi sirkulasi udara. (Koswara,2009)
Suhu pendinginan yang digunakan tergantung pada jenis buah, biasanya suhu
pendinginan cocok untuk buah-buahan seperti "strawberry", apel, mangga dan
juwet. Sedang pisang, advokat, nenas dan semangka lebih baik tidak disimpan di
dalam lemari es, karena pada suhu di bawah 13,30C akan terjadi "chilling
inyury". Buah seperti nenas, pepaya dan pisang bila disimpan di dalam lemari
pendingin sebelum matang, setelah dikeluarkan lagi tidak akan mengalami
pematangan yang normal. (Koswara,2009)
Ada beberapa pengecualian pada sayuran, karena beberapa sayuran paling
baik dimakan segera sesudah dipanen. Tanaman terus bernafas dan terjadi
perubahan selama penyimpanan yaitu, gula yang ada digunakan untuk respirasi.
Serat (wood uess) terbentuk terutama pada sayuran berserat dan kemanisan
berkurang karena gula menghilang. pelunakan terjadi akibat protopektin berubah
menjadi pektin yang larut. Umumnya perubahan-perubahan ini dipercepat pada
suhu tinggi dan terhambat pada suhu yang lebih rendah. Cara mempertahankan
mutu sayuran tergantung pada sifat aslinya. (Koswara,2009)
Umumnya sayuran seperti umbi, bawang, kentang dan biji-bijian dapat
disimpan pada suhu ruang dalam jangka waktu relatif lama tanpa terjadi
penurunan mutu yang serius. Terung, wortel, buncis, ketimun dapat disimpan
pada ruang sejuk misalnya pada ruang bawah tanah (basement). Sayuran yang
lain sebaiknya disimpan di dalam lemari pendingin. Sebelum disimpan, sayuran
tersebut harus dibungkus dengan plastik berpori atau daun pisang untuk
menghindari kelayuan. Lobak dan wortel dapat tahan lebih lama di dalam lemari
pendingin, asalkan daunnya dilepas. Ercis dan buncis dapat lebih tahan dan tetap
baik bila disimpan dalam bentuk polong. Jagung manis dapat tetap segar bila
disimpan dalam lemari pendingin tanpa di buka kulitnya. Kentang dan bawang
dapat taban lama bila disimpan pada tempat yang sejuk, kering dan berventilasi.
Suhu yang tinggi dengan kelembaban yang relatif tinggi penyimpanan
menyebabkan pertunasan dan pembusukan. Sebaiknya, penyimpanan pada suhu
rendah (4,40C) atau lebih rendah menyebabkan terjadinya akumulasi gula sebat
aktifitas metabolisme berlangsung agak lambat. Gula menyebabkan kentang
mempunyai rasa manis, rasa yang tidak disenangi dan menimbulkan reaksi
pencoklatan yang terlalu keras pada waktu digoreng. Sayuran daun membutuhkan
penyimpanan dingin dan lembab. Jadi penyimpanan dalam kantong plastik yang
tahan air dapat mengurangi kelayuan. (Koswara,2009)
Komoditi yang digunakan pada praktikum kali ini adalah wortel, tomat,
pisang, mentimun dan daging ayam. Setiap komoditi ini meiliki karakteristik
masing-masing sehingga perlakuan yang diberikan tidak sama. Praktikum ini
dapat menyimpulkan perlakuan seperti apa yang baik diterapkan pada setiap
komoditi bahan pangan yang dijadikan sampel.
Suhu yang diterapkan pada praktikum ini adalah 10 sampai -15 o C (suhu
dalam freezer), 5-10o C (suhu dalam chiller) dan 27o C (suhu ruang). Adapun
kemasan palstik yang digunakan adalah plastik high density polyethylene (HDPE)
dan low density polyethylene (LDPE), sedangkan pada satu sampel daging
digunakan Styrofoam yang dialasi absorben/penyerap dan ditutupi clingwrap
(salah satu jenis plastik LDPE) sebagai kemasan. Menurut Robertson (1993)
HDPE lebih tahan terhadap zat kimia dibandingkan dengan LDPE dan memiliki
ketahanan yang baik terhadap minyak dan lemak. Suhu dan pengemasan yang
berbeda-beda pada penyimpanan sangat berpengaruh terhadap masa simpan
bahan pangan.
Wortel (Daucus carota L.) adalah tanaman semusim berbentuk rumput yang
mempunyai umbi berwarna kuning sampai kemerahan. Umbi ini terbentuk dari
akar yang berubah bentuk dan fungsi sehingga bisa dikonsumsi. Wortel termasuk
kedalam famili Umbilliferae, yaitu tanaman yang bunganya mempunyai susunan
bentuk mirip dengan payung dan pertama kali ditemukan di Eropa bagian selatan,
Afrika utara dan di perbatasan Asia. Tanaman wortel telah lama dibudidayakan
disekitar jalur Mediterania (Rukmana, 1995).
Sampel wortel dibagi menjadi lima perlakuan berbeda, yaitu wortel A1
adalah wortel tanpa treatment apapun (tidak dikupas/peeling, tidak dicuci)
dan dimasukkan dalam plastik LDPE berlubang, wortel A 2 adalah wortel
tanpa treatment apapun dan dimasukkan ke dalam plastik LDPE tanpa
lubang, wortel B1 adalah wortel yang diberikan treatment dan dimasukkan ke
dalam plastik LDPE berlubang, wortel B 2 dan B3 adalah wortel yang
diberikan treatment dan dimasukkan ke dalam plastik LDPE tanpa lubang.
Wortel A1, A2, B1, dan B2 disimpan dalam laci kulkas bawah selama 7 hari
sedangkan wortel B3 disimpan dalam freezer. Setelah penyimpanan selama 7
hari dalam kulkas dilakukanlah pengamatan sensori semua sampel wortel.
Semua tekstur wortel pada awal praktikum adalah keras sekali (++++),
setelah dilakukan proses penyimpanan dalam lemari es tekstur keras pada
wortel A1 berkurang (+++) dan wortel B3 berubah menjadi agak lunak (++).
Perbedaan penyusutan berat pada wortel A1 sangat terlihat jelas, sedangkan
pada wortel A2 tidak mengalami penyusutan berat. Sama seperti pada wortel
B1 dan B2 yang diberikan treatment dengan perbedaan pengemasan. Hal ini
dikarenakan pada wortel A2 dan B2 digunakan kemasan plastik tanpa lubang
yang mengakibatkan kandungan O2 dalam plastik tanpa lubang lebih rendah
dibandingkan dengan plastik berlubang yang O2 dalam plastiknya bercampur
dengan O2 di lingkungan. Konsentrasi O2 rendah antara lain adalah dapat
menyebabkan laju respirasi dan oksidasi substrat menurun dan
mengakibatkan CO2 turun, pemotongan tertunda, perombakan klorofil
tertunda, produksi C2H4 rendah, laju pembentukan asam askorbat berkurang,
laju degradasi senyawa pektin terhambat, perbandingan asam-asam lemak
jenuh berubah serta pembusukan berkurang (Anonim, 2006, hlm 14). Tekstur
pada wortel A1 lebih lunak dibandingkan sebelumnya dan pada wortel A2
tidak mengalami perubahan karena, pengemasan dengan konsentrasi O2
rendah seperti yang telah disebutkan diatas sapat menghambat laju degradasi
pektin.
Perubahan karakteristik pada wortel tanpa treatment lebih tinggi
dibandingkan dengan wortel yang diberi treatment karena wortel tanpa
treatment memiliki kemungkinan lebih banyak terkontaminasi dengan
mikroorganisme dan pada penyimpanan suhu dingin hanya menghambat
aktivitas mikroorganisme tidak meinaktivkannya.
Wortel yang disimpan dalam freezer seharusnya mengalami perubahan
tekstur yang tidak begitu dibandingkan wortel lainnya, karena wortel
memiliki suhu optimum 0-1,5o C (Potter, 1986) yang cocok dengan suhu
freezer, namun pada praktikum perubahannya lebih besar dibandingkan
dengan wortel lainnya. Kesalahan yang terjadi adalah seringnya buka-tutup
freezer yang mengakibatkan suhu tidak stabil.
Aroma yang khas dan kenampakan pada wortel tidak berubah atau hilang
setelah proses penyimpanan selama 7 hari.
Pada awal praktikum semua warna wortel sama orange dan setelah
penyimpanan A1, B1, dan B3 warna pada wortel semakin bertambah tidak
seperti kedua wortel lainnya. Hal ini berkaitan dengan dengan konsentrasi O 2
pada wortel A2 dan B2 lebih rendah sehingga perombakan klorofil tertunda.
Menurut Soesarsono (1981), rasa pahit pada wortel selama penyimpanan
dapat terjadi dan diduga akibat dari metabolisme abnormal yang disebabkan
oleh etilen. Hal ini terjadi pada wortel yang disimpan bersama-sama dengan
apel atau buah-buahan yang lain. Senyawa yang menyebabkan rasa pahit pada
wortel adalah isokumarin.Sintesa senyawa ini dipacu melalui peranan
katalitik gas etilen (seperti yang dibebaskan pada pematangan buah).
Buah pisang termasuk ke dalam buah klimaterik, yaitu buah yang proses
pematangan dan pemasakan ber lang-sung cepat. Selama pematangan
(maturation) dan pemasakan (ripening) akan terjadi kenaikan laju respirasi
dan kadar etilen, sehingga dapat mempercepat kerusakan atau pembusukan
buah (Kader, 1992).
Sebelum penyimpanan semua pisang bertekstur agak lunak (++),
berkenampakan lonjong melengkung dan berwarna hijau kekuningan.
Pendinginan pada suhu di bawah 10° C kecuali waktu yang sangat singkat
tidak mempunyai pengaruh yang menguntungkan bila komoditas itu peka
terhadap cacat suhu rendah (chilling injury) (Winarno, 1990). Secara lebih
jelas chilling injury adalah peristiwa terjadinya kerusakan pada membran sel
atau kematian sel dan jaringan tanaman yang peka terhadap suhu dingin
karena terakumulasinya metabolit toksis seperti asetal dehida, etanol,
oksalasetat, dan lain-lain (Partha,et.al., 2008). Dan suhu optimum pisang
adalah 11 – 20o C dengan Rh 85 – 95 %, lebih tinggi dibandingkan dengan
suhu chiller dan lebih rendah dibandingkan suhu ruang. Penggunaan suhu
simpan pisang pada praktikum kali ini tidak sesuai dengan suhu optimum
pisan dampak yang diakibatkan adalah proses kerusakan yang lebih cepat,
setelah penyimpanan selama 3 hari kenampakan pisang A tidak terlalu
berubah, warna mejadi kecoklatan akibat chilling injury dan aroma masih
seperti khas pisang; sedangkan pisang B kenampakan menjadi keriput, warna
menjadi coklat kehitaman dan aroma berubah menjadi aroma pisang busuk.
Kerusakan pada pisang B lebih cepat terjadi dibandingkan dengan pisang
A, karena kecepatan reaksi metabolisme lebih cepat 2 kali apabila suhu naik
10o C, sebaliknya pada penurunan suhu 10o C reaksi metabolisme akan
melambat setengah kali walaupun bukan pada suhu optimumnya.
D. Daging ayam
a. Jumlah kristal air yang banyak, berukuran kecil, dan terbagi merata
dalam bahan makanan sehinga mengakibatkan kerusakan yang minimal.
b. Difusi zat-zat yang terlarut minimal
c. Kecepatan reaksi biokimia yang lambat sehingga dapat
memberikan kerusakan yang tidak berarti
Perubahan yang terjadi pada makanan selama waktu penyimpanan antara lain:
a. Enzim-enzim dan reaksi-reaksi kimia terus berjalan sekalipun
lambat dan mengadakan perubahan pada makanan
b. Cairan gula dan garam-garam yang tidak bisa beku akan keluar
dari makanan berupa cairan kental yang disebut cairan metacryotic
c. Jika suhu dalam ruangan berubah-ubah, kristal es akan membesar
dan mengakibatkan destruksi dari makanan
d. Terjadi kekeringan pada permukaan makanan karena sublimasi dari
es, maka terjadilah “freezer burn”. Permukaan makanan itu akan kelihatan
kering dan coklat kehitam-hitaman. Untuk mencegah terjadinya freezer
burn, bahan makanan perlu dibungkus yang moisture-vapour-proof.
e. Karena tidak dapat makanan, maka makin berkurang jumlah
mikroorganismenya.
Menurut Irving dan Sharp (1976), mutu bahan pangan yang dibekukan akan
menurun dengan kecepatan yang tergantung dari suhu penyimpanan dan jenis
bahan pangan. Pada umumnya sebagian besar bahan pangan akan mempunyai
mutu penyimpanan yang baik sekurang-kurangnya 12 bulan bila disimpan pada
suhu -180C, kecuali bahan pangan dengan kandungan lemak tinggi. Bila suhu
penyimpanan naik 30C maka kecepatan kerusakan akan berlipat ganda. Makanan
beku yang mempunyai Mutu penyimpanan yang baik selama 12 bulan pada suhu
-18OC, akan tahan simpan masing-masing hanya 6 bulan atau 3 bulan pada suhu
-150C atau -120C.
Kulkas menjadi salah satu kebutuhan yang krusial bagi rumah tangga
masyarakat Indonesia di masa sekarang. Kulkas umumnya digunakan untuk
menyimpan bahan makanan mentah, sayur-sayuran, buah-buahan, minuman
kaleng, dan es krim agar tidak membusuk, tahan lama, dan tetap terjaga awet di
dalam suhu yang telah dikondisikan.
Bila dikategorikan secara umum, ada 9 komponen utama dalam kulkas dengan
fungsinya masing-masing, yaitu:
3. Lalu ada Filter, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran yang mungkin
terbawa masuk aliran pendingin ke kulkas setelah proses sirkulasi.
4. Ada Evaporator, memiliki fungsi untuk menyerap kalor dari benda yang
dimasukkan, kalor yang sudah terhisap akan mendinginkan bahan makanan
itu.
Refrigeran dengan suhu yang lebih tinggi tersebut selanjutnya mengalir melalui
kondensor, dimana terjadi transfer #energi panas ke kumparan pendingin
kondensor. Akhirnya, refrigeran tersebut kehilangan energi panasnya dan berubah
menjadi energi dingin kembali, serta mengalami peristiwa kondensasi menjadi
cairan.
Tohari (2009)
5. Evaporator
Zat pendingin cair dari receiver drier dan kondensor harus dirubah kembali
menjadi gas dalam evaporator, dengan demikian evaporator harus menyerap
panas, agar penyerapan panas ini dapat berlangsung dengan sempurna, pipa–pipa
evaporator juga diperluas permukaannya dengan memberi kisi–kisi (elemen) dan
kipas listrik (blower), supaya udara dingin juga dapat dihembus ke dalam ruangan.
Rumah evaporator bagian bawah dibuat saluran/pipa untuk keluarnya air yang
mengumpul disekitar evaporator akibat udara yang lembab. Air ini juga akan
membersihkan kotoran–kotoran yang menempel pada kisi–kisi evaporator, karena
kotoran itu akan turun bersama air. Evaporator di buat dari bahan logam anti
karat, yaitu tembaga dan almunium.
5. Thermostat
Jika suhu pengabutan refrigrant menurun dibawah 0°C maka akan terbentuk
pembekuan (frost) pada fan evaporator dan hal ini menyebabkan menurunya
aliran udara serta kapasitas pendinginan menurun.. Untuk mencegah seperti
pembekuan / frosting ini, dan agar temperatur ruang dalam kendaraan dapat
disetel sesuai dengan suhu yang diinginkan, maka thermostats dipasangkan. Alat
berupa saklar ini terpasang pada evaporator case dengan pipa kapilernya
terpasang dan terbungkus rapat pada pipa saluran masuk evaporator. Thermostat
dihubungkan ke magnetic clutch pada kompresor secara seri. Thermostat akan
melepaskan magnetic clutch ketika temperatur permukaan evaporator fan ada
dibawah sekitar 1 C dan akan menghubungkan magnetic clutch dengan kompresor
ketika suhunya telah mencapai > 4 C.
6. Heater
Untuk menghancurkan salju yang ada dalam mesin pendingin kulkas. Hampir
keseluruan kulkas nofrost dan sebagian kecil kulkas defrost dilengkapi dengan
pemanas ( heater ). Pemanas berfungsi mencairkan bunga es yang terdapat di
evaporator. selain itu pemanas dapat mencegah terjadinya penimbunan bunga es
pada bagian rak es dan rak penyimpan buah di bawah rak es.
7. Fan Motor
Fan motor atau kipas angin berguna untuk menghembuskan angin. Pada mesin
pendingin kulkas ada dua jenis fan:
Fan motor evaporator
Berfungsi menghembuskan udara dingin dari evaporator keseluruh bagian rak (
rak es , sayur ,dan buah ).
Fan motor kondensor
Kipas angin ini diletakkan pada bagian bawah kulkas yang memiliki kondensor
yang berukuran kecil yang berfungsi mengisap atau mendorong udara melalui
kondensor dan kompresor. Selain itu berfungsi mendinginkan kompresor.
Supli (2012: 54) mengungkapkan bahwa, sistem kerja lemari es dimulai dari
bagian kompresor sebagai jantung kulkas yang berfungsi sebagai tenaga
penggerak. Pada saat dialiri listik, motor kompresorakan berputar dan
memberikan tekanan pada bahan pendingin. Bahan pendingin yang berwujud gas
apabila diberi tekanan akan menjadi gas yang bertekanan dan bersuhu tinggi.
Dengan wujud seperti itu, memungkinkan refrigerant mengalir menuju kondensor.
Dengan begitu refrigerant akan naik ke evaporator akibat tekanan kapilaritas
yang dimiliki oleh pipa kapiler. Di dalam evaporator, refrigerant mencair dan
menguap sehingga wujudnya berubah menjadi gas dan memiliki tekanan dan suhu
yang sangat rendah. Akibatnya udara yang ada di dalam terjebak di antara
evaporator dan akhirnya wujudnya menjadi cari. Hal tersebut jika terjadi berulang
dapat mengakibatkan terbentuknya butiran-butiran es.
Pengolahan Pangan dengan Proses Pendinginan dan Pembekuan
Penggunaan suhu rendah dapat dilakukan untuk menghambat atau mencegah
reaksi-reaksi kimia, reaksi enzimatis atau pertumbuhan mikroba, sedangkan suhu
yang tinggi akan merusak mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme
sempurna dapat ditekan dengan suhu beku karena air untuk pertumbuhan
mikroorganisme tersebut.
Di sisi lain kekurangan dari penyimpanan pada suhu rendah yaitu dapat
menghambat kerusakan makanan, antara lain kerusakan fisiologis, kerusakan
enzimatis maupun kerusakan mikrobiologis. Pada pengawetan dengan suhurendah
dibedakan antara pendinginan dan pembekuan. Pendinginan dan pembekuan salah
satu cara pengawetan yang tertua. Pengolahan dan pengawetan dengan suhu
rendah dapat digolongkan dalam berbagai variasi antara lain: (1) penyimpanan
sejuk, (2) penyimpanan dingin, atau chilling dan (3) penyimpanan beku, atau
freezing. Namun yang akan dipaparkan pada pengamatan kali ini yaitu menegnai
pengawetan dengan teknik penyimpanan dingin (chilling) dengan penyimpanan
beku (freezing).
Bahan pangan hasil pertanian seperti sayur dan buah pada umunya merupakan
bahan pangan perriversibel atau mudah rusak. Hal tersebut terjadi karena sayur
dan buah memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Kandungan air tersebut
dapat memicu aktivitas ezimatis dan mikroorganisme. Sehingga sayur dan buah
masa simpannya pendek.
Pangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air yang
terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu
sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar kemungkinan
kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal (metabolisme)
maupun masuknya mikroba perusak. kriteria yang dapat digunakan untuk
menentukan apakah makanan tersebut masih pantas di konsumsi, secara tepat sulit
di laksanakan karena melibatkan factor-faktor nonteknik, sosial ekonomi, dan
budaya suatu bangsa. Idealnya, makanan tersebut harus: bebas polusi pada setiap
tahap produksi dan penanganan makanan, bebas dari perubahan-perubahan kimia
dan fisik, bebas mikroba dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit atau
pembusukan (Winarno,1997).
Untuk meningkatkan masa simpan sayur dan buah dapat dilakukan dengan
pengolahan dan pengawetan dengan suhu rendah. Penggunaan suhu rendah dapat
dilakukan untuk menghambat reaksi-reaksi kimia, reaksi enzimatis, dan
pertumbuhan mikroba. Sehingga bahan pangan tidak mudah rusak.
Penyimpanan dingin (chilling) umunya merupakan suatu metode pengawetan
yang ringan, pengaruhnya kecil sekali terhadap mutu bahan pangan secara
keseluruhan. suhu yang digunakan pada penyimpanan dingin (cilling) yaitu 5oC
sampai 10oC. Perubahan-perubahan pada makanan baik yang enzimatis maupun
mikrobiologis tidak dapat dicegah, tetapi hanya diperlambat saja (Effendi (2012).
Sedangakan penyimpanan beku menurutEffendi (2012) merupakan cara
pengawetan bahan pangan dengan cara membekukan bahan pada suhu di bawah
titik beku pangan tersebut.mutu atau kualitas bahan pangan dapat dipertahankan
karena dengan bekunya sebagian ansungan air bahan pangan dengan
terbentuknya es sehingga ketersediaan air menuru, maka kegiatan enzim dan jasad
renik dapat dihambat atau dihentikan.
1. Wortel
Secara umum semua sampel wortel baik itu A1, A2, B1, B2, dan B3
mengalami susut bobot atau penurunan berat. Sampel A1 pada awalnya
memiliki berat 57,3 gram, sampel A2 37,7 gram, B1 33 gram, B2 47 gram, dan
B3 16 gram. Namun setelah disimpan di dalam rak kulkas (A 1, A2, B1 dan B2)
dan di dalam freezer (B3) beratnya jadi berkurang. Wortel A 1 beratnya 57,2
gram, A2 36,8 gram, B1 31,4 gram, B2 46,6 gram dan B3 15,3 gram.
Terjadinya susut bobot pada sampel yang telah dilakuan chilling dan
freezing disebabkan karena terjadinya dehidrasi dan pengerutan sel selama
pendingan. Sehingga air menguap dan berkurangnya kadar air pada wortel
tersebut menyebabkan berkurangnya berat atau susut bobot.
2. Tomat
Tomat A1 (plastik berlubang mengalami susut bobot sebesar 2,3 gram,
mengalami perubahan warna yang semula berwarna kuning bercak hijau
setelah mengalami chilling dengan suhu 10oC warnanya menjadi merah bercak
kuning, namun tidak terjadi perubahan pada aroma dan tekstur. Terjadinya
perubahan warna pada tomat ini bisa disebabkan oleh aktivitasgas etilen yang
tetap bekerja walaupun daam lingkungan dengan suhu yang dingin. Sementara
susut bobot terjadi karena dehidrasi dan pengerutan sel selama pendingan.
Hal sebaliknya justru terjadi pada tomat B1 dan B2 mengalami kenaikan
berat B1 naik 0,9 gram dan B2 naik 4,6 gram. Hal tersebut terjadi karena
adanya penyerapan kadar ari dari luar kedalam tomat itu sendiri. Tetapi tidak
terjadi perubahan aroma pada kedua sampel tomat.
3. Pisang
Pisang A (pisang yang dimasukkan ke dalam plastik berlubang dan
disimpan dalam kulkas di bagian rak)mengalami susut bobot sebesar 1,2 gram
dari berat awal. Tidak terjadi perubahan aroma dan tekstur, namun terjadi
perubahan warna menjadi kuning kehitaman sedikit. Hal tersebut disebut
dengan chilling injuring yaitu kerusakan bahan pangan yang terjadi karena
sayur atau buah di simpan pada suhu yang lebih rendah dari suhu optimalnya.
Pisan B (pisang yang dimasukkan ke dalam plastik berlubang dan di
simpan pada suhu ruang) mengalami susut bobot sebanyak 1,3 gram dari berat
awal. Hal ini terjadi karena proses respirasi sehingga air dari dalam pisang
menguap. Tekstur menjadi lebih lembek sebagai akibat dari proses resprasi.
4. Mentimun
Mentimun A (tidak dikemas dalam plastik) mengalami susut bobot, dimana
pada hari k-0 memiliki berat 119 gram pada hari k-7 82,8 gram. Tidak ada
perubahan aroma, namun secara fisik mentimun A teksturnya lembek dan
sangat keriput. Hal tersebut terjadi karena chilling injuring yaitu kerusakan
bahan pangan yang terjadi karena sayur atau buah di simpan pada suhu yang
lebih rendah dari suhu optimalnya.
Sebaliknya mentimun justru mengalami kenaikan bobot, yaitu naik 0,3 dan
tapi mentimun C mengalami susut bobot 0,7 gram. Mentimun B dan C tidak
mengalami perubahan tekstur, namun warna keduanya menjadi pucat. Hal
tersebut merupakan pengaruh dari suhu dingin selama penyimpanan.
5. Daging
Sampel daging A1, A2, dan B2mengalami susut bobot, hanya B1yang
mengalami kenaikan erat. Tidak ada perubahan yang cukupsignifikan. Hanya
dari kesegaraannya daging ayam yang dimasukkan kedalam frezer lebih segar
dibanding dengan daging ayam yang di siman di chiler. Hal tersebut terjadi
karena pada pegimpanan dingin (chilling) reakri enzimatis dan mikrobiologis
masih bisa terjadi namun hanya dihambat saja oleh suhu yang rendah
sementara pada penyimpanan beku (freezing) semua reaksi enzimatis dan
mikrobiologis tidak dapat terjadi. Sehingga daging ayam akan lebih mudah
rusak bila disimpan di chiler dibanding di frezer.
Pada hakikatnya penyimpanan bahan pangan seperti buah, sayur, maupun
daging memerlukan temperatur yang optimum untuk mempertahankan mutu dan
kesegaran. Karena jika disimpan pada temperatur yang lebih rendah dari
temperatur optimumnya dapat menyebabkan kerusakan karena pendinginan
(chilling injuring).
Setiap bahan pangan emiliki suhu optimun tersendiri yang memunginkan
metabolisme oksidatif seperti respirasi berjalan lebih sempurna. Adapun kondisi
optimum untuk buah dan sayur serta daging ayam adalah sebagai berikut:
Suhu
Komoditi
Optimum
Wortel 0-1°C
Mentimu
7oC
n
Tomat 10-15°C
Pisang 11-20oC
Daging -2-7°C
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan:
7. Pada proses freeze dan chiller yang berbeda adalah suhu yang digunakan.
Jika pada freeze diatas suhu pembekuan yaitu -2 - 100 sedangkan
Pembekuan dilakukan pada suhu -12 sampai -240C
8. Pada saat penyimpanan bahan makanan maka suhu optimum pada bahan
haruslah diperhatikan agar tidak terjadi kerusakan chiling injury dan freeze
injury.
Kesimpulan :
Kesimpulan :
a) Pengawetan bahan pangan pada suhu rendah dapat terbagi menjadi 2 cara
yaitu chilling (pendinginan) dan freezing (pembekuan).
b) Penyimpanan bahan pangan pada kulkas yang benar dapat menguntungkan
sebagai pengawetan bahan pangan itu sendiri terutama pada sayur dan
buah, namun di tempatkan pada tempat yang sesuai karena setiap komoditi
bahan pangan memiliki suhu optimum masing-masing untuk
mempertahankan proses pengawetannya di dalam suhu rendah tersebut.
c) Proses pengawetan bahan pangan pada suhu rendah hanya sebatas
menghentikan aktivitas mikrorganisme bukan untuk mematikannya, jadi
setelah bahan pangan telah cair kembali bisa saja mikroorganisme aktif
kembali dan bisa memicu terjadinya pembusukan pada bahan pangan
tersebut yang diakibatkan bakteri patogen tersebut.
d) Mengemas bahan pangan yang baik dapat meminimalisir terjadinya
kontaminasi bahan angan antar produk agar pembusukan dapat terhindar.
5.2 Saran
Ketika akan membekukan bahan pangan sebaiknya menggunakan quick
freezing. Quick freezing lebih baik jika dibandingkan dengan slow freezing
karena krital es pada quick freezing lebih kecil sehinggatidakakan merusak tesktur
pada bahan pangan. Kemudian semakin cepat pembekuan makasemakin cepat
pula penghambatan segala aktivitas mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA
Puspitasari, S. (2012). Pengawetan Suhu Rendah pada Ikan dan Daging. Program
Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang.
Winarno, F.G. (1990). Tempe, Misteri Gizi dari Jawa, Info Pangan. Teknologi
Pangan dan Gizi, Fatameta, IPB, Bogor: Pustaka Utama.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit Gramedia.
Gugun. (2014). Prinsip Kerja Kulkas (Lemari Es). [Online] Diakses dari
http://www.prinsipkerja.com/perangkat-elektronik/prinsip-kerja-kulkas-
lemari-es/
Herudiyanto, M.S. (2008). Pengantar Teknologi Pengolahan Pangan. Bandung :
Widya Padjadjaran.