Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEKNIK PENANGANAN PERMASALAHAN AUD: MODELING DAN


IMITASI

Disusun untuk memenuhi tugas Individu mata kuliah Permasalahan AUD


Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Dosen Pengampu Eneng Sri Susilawati, M.Pd.

Disusun oleh :

Citra Triana : 4322316040002


Putri Atriyani : 4322316040020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) SETIA BUDHI RANGKASBITUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan umat islam di dunia.

Dengan terwujudnya makalah ini yang membahas tentang “Teknik


Penanganan Permasalahan Aud: Modeling Dan Imitasi”, penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan informasi, pelajaran dan ilmu yang bermanfaat
bagi pembacanya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah berikutnya.

Rangkasbitung, Desember 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengatar.................................................................................................... i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 3

C. Tujuan........................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 4

A. Teknik – teknik Konseling........................................................................... 4

B. Macam – Macam Teknik Dalam Konsesling............................................... 4

C. Teknik Modeling dan Imitasi....................................................................... 5

D. Jenis, Tujuan dan Manfaat Teknik Modeling dan Imitasi............................ 7

E. Tahap – Tahap Teknik Modeling Dan Imitasi.............................................. 9

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 12

A. Kesimpulan.................................................................................................. 12

Daftar Pustaka................................................................................................... 15

2
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Apa itu Permasalahan Anak Usia Dini? Membahas mengenai


permasalahan anak usia dini untuk dunia pendidikan menjadi menarik.
Karena, hal ini berkaitan dengan masa depan generasi muda yang akan
memimpin bangsa ini ke depan. Berbagai masalah di era modern sekarang ini
menurut pihak sekolah untuk meningkatkan profesionalitas pendidik,
sehingga mampu memecahkan setiap problem yang dialami siswa, baik
pribadi maupun sosial.

Kompleksitas problem di era globalisasi memang sulit dikendalikan. Ia


melaju dengan kecepatan mahadasyat dan selalu menimbulkan masalah
psikologi, moral, mental, mind set, dan transformasi kultural dan struktural
yang canggih dan supercepat. Lambat mengantisipasi dinamika akseleratif ini
membuat sekolah semakin ketinggalan zaman. Di sinilah urgensinya
optimalisasi fungsi konseling sebagai starting point mengembangkan potensi
besar anak didik dan menjaganya dari berbagai godaan dan penyimpangan,
yang setiap saat siap menerkam.

Menuju sekolah yang berkualitas dengan proses dan output yang


berkualitas membutuhkan sentuhan tangan dingin konselor yang profesional.
Hal ini harus dilakukan secara intensif untuk mengawali tujuan inti
pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia, yakni menjadikan
manusia sebagai makhluk terbaik yang diciptakan Tuhan di muka bumi ini.
Anak didik dipersiapkan menjadi manusia terbaik dengan sederet kualitas
unggul yang sulit tertandingi.

Menurut Prof. Dr. Sudarwan Danim (2007), lembaga pendidikan formal


atau sekolah dikonsepsikan untuk mengemban fungsi reproduksi, penyadaran,
dan mediasi secara simultan. Fungsi-fungsi sekolah itu diwadahi melalui
proses pendidikan dan pembelajaran sebagai inti bisnisnya. Pada proses

1
2

pendidikan dan pembelajaran itulah terjadi aktivitas kemanusiaan dan


pemanusiaan sejati.

Indikator yang sekarang ini menunjukan sumber daya manusia Indonesia


belum menunjukan tanda-tanda yang positif. Prof. Dr. E. Mulyasa, M.Pd.
(2007) menyebutkan beberapa indikator yang menunjukan pendidikan belum
mampu menghasilkan SDM berkualitas. Pertama, Masalah tenaga kerja yangs
sering terkantung-kantung, bahkan tanpa pemecahan yang jelas, seperti
masalah tenaga kerja Indonesia (TKI). Kedua, banyak isu teroris. Bahkan
Indonesia telah dituduh sebagai sarangnya teroris. Ketiga, hasil analisis
berbagai ahli yang menunjukan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa
koruptor terdepan di dunia. Keempat, banyak generasi muda, pelajar, dan
mahasiswa yang diharapkan menjadi tulang punggung justru menjadi beban
pembangunan karena keterlibatannya dengan narkoba, VCD porno, dan
perjudian. Kelima,sebagai akumulasi dari keempat indikator di atas, karena
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, belum tumbuh budaya mutu,
budaya malu, dan budaya kerja, baik di kalangan para pemimpin maupun
dimasyarakat.

Lima indikator di atas menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk


meningkatkan kualitas SDM yang kompetitif, sportif, dan produktif. Di
sinilah faktor bimbingan dan konseling menjadi amat vital. Karena, lewat
bimbingan dan konseling, penyadaran akan besarnya potensi yang ada pada
diri anak didik akan tumbuh dengan baik. Di sisi lain, anak didik juga
terhindar dari pegaulan negatif dan perilaku deviasi lainnya yang mengancam
masa depannya.

Bimbingan dan konseling di sekolah, selain meminimalisir angka


kenakalan murid, juga mempunyai peran vital dalam meningkatkan kualitas
anak didik. Hal tersebut, tidak lepas dari kualifikasi konselor yang
multifungsi. Seorang konselor adalah seorang psikolog yang pandai
menyelami dunia anak secara mendalam. Ia cepat mengidentifikasi,
memetakan, dan menemukan factor penyebab masalah, lalu menyusun
3

formula untuk menanganinya dengan cara mengetahui tehnik dan prosedur


dalam bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan konseling membutuhkan tehnik yang tidak mudah.


Diperlukan pembiasaan terhadap macam-macam tehnik yang ada, supaya
konselor mahir dalam kerja praktiknya. Di samping itu, keberanian dalam
mempraktikan macam-macam tehnik yang ada, supaya ada pengalaman dari
berbagai tehnik. Selain konselor harus menguasai tehnik juga harus paham
tentang prosedur-prosedur dalam bimbingan dan konseling.

Terkadang ada konselor yang sudah merasa nyaman dengan satu tehnik,
sehingga tidak mau untuk mencoba tehnik yang lainnya. Mental status quo
semacam ini harus dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi
yang terus-menerus untuk mengambangkan teknik konseling sebagai jawaban
terhadap kompleksitas suatu problem.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian teknik – teknik konseling?

2. Berapakah teknik – teknik dalam konseling?

3. Apa yang dimaksud dengan teknik modeling dan imitasi?

4. Apa jenis, tujuan dan manfaat teknik modeling dan imitasi?

5. Bagaimana tahap-tahap teknik modeling dan imitasi?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian teknik – teknik konseling

2. Mengetahui jumlah teknik – teknik dalam konseling

3. Mengetahui pengertian teknik modeling dan imitasi

4. Mengetahui ciri – ciri, tujuan dan manfaat teknik modeling dan imitasi
4

5. Mengetahui tahap-tahap teknik modeling dan imitasi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Teknik – teknik Konseling

Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan. Bimbingan ialah mengarahkan, memandu, mengelola, dan
menyetir. Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bantuan atau pertolongan.

Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh


dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada
klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu
individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan
konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu
membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang
diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.

Jadi, teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang
dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau
sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi
dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan
hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.

B. Macam – Macam Teknik Dalam Konsesling

Dalam konseling membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan


pembiasaan terhadap macam-macam teknik yang ada supaya konselor mahir
dalam kerja praktik. Di samping itu, diperlukan keberanian dalam
memperaktikkan macam-macam teknik yang ada, supaya ada pengalaman
dari berbagai teknik.

Terkadang, ada seseorang yang ketika enjoy dengan satu teknik, dia tidak
mau mencoba teknik lain. Mental status quo semacam ini harus dihilangkan.

5
6

Diperlukan eksperimentasi dan observasi terus-menerus untuk


mengembangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas
problem di era modernisasi dan informasi sekarang ini.

Pada hakikatnya, tidak ada satu pun teknik yang efektif untuk menangani
permasalahan anak yang berbeda-beda. Penggunaan suatu teknik akan
bergantung kepada karakteristik anak, jenis permasalahan,

Kemampuan serta keterampilan pemberi bantuan, serta faktor


feasibilitasnya. Di antara berbagai teknik yang dapat dilakukan orang tua dan
guru untuk membantu menangani permasalahan anak adalah sebagai berikut.

a. Latihan

b. Permainan

c. Saran dan nasihat

d. Pengkondisian (conditioning)

e. Model dan peniruan (modeling and imitation)

f. Konseling

C. Teknik Modeling dan Imitasi

Modeling dan imitasi merupakan salah satu teknik konseling yang


dikembangkan oleh Albert Bandura yang berakar dari teori belajar sosal
(social learning). Menurut Bandura (Amin, 2017:3) tekning modeling dan
imitasi merupakan observasi permodelan, mengobservasi seseorang lainnya
sehingga seseorang tersebut membentuk ide dan tingkah laku, kemudian
dijelaskan sebagai panduan untuk bertindak. Bandura juga menegaskan
bahwa modeling dan imitasi merupakan konsekuensi peilaku meniru orang
lain dari pengalaman, baik pengalaman langsung maupun tidak langsung,
sehingga reaksi-reaksi emosional dan rasa takut seseorang dapat dihapuskan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Cornier-cornier (Amin, 2017:3)
mengartikan modeling dan imitasi sebagai prosedur dimana seseorang dapat
7

belajar melalui mengobservasi tingkah laku orang lain, sebagai strategi terapi
untuk membantu klien memperoleh respon atau menghilangkan rasa takut.

Sedangkan Gantina Komalasari dkk (2011;176) mengartikan modeling


merupakan balajr melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi
tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus,
dan melibatkan proses kognitif

Modeling sebagai suatu proses pemadatan sekuensi ide dan tingkah laku
yang memungkinkan seseorang menyelesaikan suatu tugas. Dalam belajar,
modeling merupakan basis percepatan belajar juga merupakan suatu konsep
bagi proses memproduksi/membentuk perilaku yang dipelajari melalui
mengobservasi orang lain dan aktivitas/simbol selaku contoh sebagai alat
memepermudah perubahan tingkah laku. Modeling erat kaitannya dengan
observational learning yang merupakan sebuah konsep bagi proses dimana
dengan proses tersebut tersebut orang belajar dengan mengamati tingkah laku
orang lain (yang disebut model) atau suatu teknik belajar respon-respon baru
melalui mengamati kinerja orang lain (Amin, 2017:3).

Selain itu modeling juga terdapat kaitan dengan imitasi/meniru, akan tetapi
meniru tidak sama dengan modeling, karena modeling bukan hanya semata
meniru atau mengulangi apa yang dilakukan orang lain, dalam modeling
melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang teramati,
menggeneralisir berbagai pengalaman dan pengamatan sekaligus sebagai
proses kognitif (Amin, 2017:4)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modeling


merupakan salah satu teknik konseling dimana seseorang belajar membuat
dan menerapkan perilaku baru melalui proses pengamatan, mengobservasi,
menggeneralisir perilaku orang lain (model), dimana dalam modeling ini juga
melibatkan proses kognitif dan kreatif bukan semata-mata meniru/imitasi
saja.
8

D. Jenis, Tujuan dan Manfaat Teknik Modeling dan Imitasi

Bandura dalam Pavin&John (Amin, 2017:4) membagi jenis-jenis modeling


menjadi dua, yaitu:

1. Live modeling with partisipan, penokohan langsung oleh seseorang


sebagai model

2. Symbolic model, penokohan dengan simbol seperti film dan audio


visual Corey menjabarkan jenis modeling menjadi 3 jenis, yaitu:

 Live models, penokoh langsung kepada orang yang dikagumi


sebagai model untuk diamati

 Symbolic models, menggunakan penokohan dengan simbol dari


film atau audio visual lain.

 Multiple models, penokohan ganda yang terjadi dalam kelompok


dimana seseorang anggota dari suatu kelompok mengubah sikap
dan dipelajari suatu sikap baru setelah mengamati bagaimana
anggota-anggota lain dalam kelompok bersikap.

Cornier-cornier (Amin, 2017:4) membagi jenis modeling menjadi:

1. Modeling langsung, penokohan langsung kepada seseorang sebagai


model

2. Modeling diri sendiri, menggunakan diri sendiri sebagai model. Dapat


disebut pula pengaturan diri (self regulation), dimana individu dalam
kegiatan belajar mengamati perilaku sendiri, menilai perilakunya
sendiri dengan standar yang dibuat sendiri, dan memperkuat atau
menghukum diri sendiri bila barhasil ataupun gagal dalam berprilaku
(Amin, 2017:5)
9

3. Modeling partisipan, dilakukan dengan demonstrasi model, latihan


terpimpin, dan pengalaman-pengalaman sukses orang lain.

4. Modeling tersembunyi, dilakukan dengan meminta klien


membayangkan suatu model melakukan tingkah laku melalui
instruksi-instruksi

5. Modeling simbolis, penokohan dengan simbol seperti film dan audio


visual.

6. Modeling kognitif, prosedur konselor menunjuk apa yang dikatakan


oleh orang lain pada diri mereka selagi mereka melakukan suatu
tugas/perilaku.

Menurut Bandura terdapat beberapa tujuan dari modeling, yaitu:

1. Development of new skill, artinya mendapatkan respon atau


keterampilan baru dan memperlihatkan perilaku setelah memadukan
apa yang diperoleh dari pengamatan dengan perilaku baru

2. Facilitation of preexisting of behaviour, menghilangkan respon takut


setelah melihat tokoh (bagi si pengamat)

3. Changes in inhibitation about self axspression, pengembilan suatu


respon-respon yang diperlihatkan oleh suatu tokoh dengan
pengamatan kepada model.

Beberapa manfaat dan pengaruh dari modeling adalah sebagai berikut:

 Pengambilan respon atau keterampilan baru dan memperlihatkannya


dalam perilaku baru

 Hilangnya respon takut setelah melihat tokoh melakukan suatu yang


menimbulkan rasa takut konseli, tidak beraktibat buruk bahkan
berakibat positif

 Melalui pengamatan tehadap tokoh, seseorang terdorong untuk


melakukan suatu yang memungkin sudah diketahui atau dipelajari dan
tidak ada hambatan
10

Jones (Amin, 2017:6) juga mengemukakan beberapa fungsi dari teknik


modeling yaitu:

 Menghambat dan menghilangkan atau mengurangi hambatan perilaku


yang sudah ada dalam repertoar.

 Sebagai fasilitasi respon, perilaku yang dijadikan model dapat


berfungsi sebagai pengingat atau isyarat bagi orang untuk melakukan
perilakukan yang sudah ada dalam repertoar

 Membangkitkan rangsangan emosional. Orang dapat mempersepsikan


dan berprilaku berbeda dalam keadaan rangsangan yang meningkat

 Symbolic modeling, membentuk gambaran orang tentang realitas


sosial diri dengan cara itu ia memotret berbagai hubungan menusia
dan kegiatan yang mereka ikuti.

E. Tahap – Tahap Teknik Modeling Dan Imitasi

Bandura (syamsu yusuf, 2009:9) meyakini bahwa modeling melibatkan


empat proses, yaitu sebagai berikut:

1. Attentional, yaitu proses dimana observer/individu menaruh


perhatian terhadap perilaku atau penampilan model. Dalam hal ini
seseorang cenderung memperlihatkan model yang menarik,
berhasil, atraktif, dan popular. Lebih jauh lagi Jones (Amin,
2017:6) menyebutkan variabel dari attention adalah, karakteristik
stimuli modeling (mencakup, ketersediaan, kekhasan, atraktivitas
personal, nilai fungsional) dan karakteristik pengamat (mencakup,
kapasitas sensorik, tingkat rangsang, kebiasaan perceptual, dan
reinforcement sebelumnya)

2. Retention, yaitu proses yang merujuk pada upaya individu untuk


memasukan informasi tentang model. Baik verbal maupun gambar
dan imajinasi
11

3. Production, yaitu proses mengontrol tentang bagaimana anak dapat


mereproduksi respon atau tingkah laku model. Kemampuan
mereproduksi dapat berbentuk keterampilan fisik atau kemampuan
mengidentifikasi perilaku model.

4. Motivational, yaitu proses pemilihan tingkah laku model. Dalam


proses ini terdapat faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu
reinforcement dan punisment

5. Vicarious learning, yaitu proses belajar dengan cara mengobsevasi


consequences tingkah laku orang lain. Seseoran gakan mengamati
hal-hal yang menjadi akibat/komsekuensi yang didapat orang lain
untuk digunakannya sebagai patokan dalam berprilaku.

Langkah-langkah proses modeling dapat dilakukan dengan cara sebagai


berikut (Gantina Komalasari dkk, 2011:179):

 Menetapkan bentuk penokohan (live model, symbolic model,


multiple model)

 Pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya
konseli yang memiliki kesamaan seperti usia, status ekonomi, dan
penampilan fisik.

 Bila mungkin gunakan lebih dari sati model.

 Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan


tingkat perilaku konseli.

 Kombinasikan modeling dengan aturan, instruksi, behavioral


rehearsal, dan penguatan.

 Pada saat konseli memperhatikan penampilan tokoh berikan


penguatan alamiah.

 Bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli menirukan model


secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada penguatan
12

alamiah. Bila tidak maka buat perencenaan pemberian penguatan


untuk setiap peniruan tingkah laku yang tapat.

 Bila perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling dilakukan


mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar.

 Scenario modeling harus dibuat realistik.

 Melakukan pemodelan dmana tokoh menunjukkan perilaku yang


menimbulkan rasa takut bagi konseli (Dengan sikap manis,
perhatian, bahasa yang lembut, dan perilaku yang menyenangkan).

Sementara secara umum, langkah-langkah dalam penerapan teknik


modeling adalah sebgai berikut:

1. Telaah masalah, telaah masalah disini merupkan analisis tingkah


laku konseli dan tingkah laku lingkungan konseli. Dalam
pendekatan behavior tingkah laku konseli harus dijabarkan secara
spesifik konkrit tidak berlabel, dapat diamati, dan dapat diukur.

2. Merumuskan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.

3. Menentukan model dan cara modeling. Dalam teknik ini, ada


persyaratan juga yang harus dipenuhi seseorang untuk menjadi
model, seperti: karekteristiknya sesuai dengan perilaku yan akan
dikembangkan, sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku, usia
yang sebaya, menarik, dan favorit.

4. Melakukan modeliling / perilaku. Konselor mananyakan sikap


perasaan, dan memberi motivasi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan. Bimbingan ialah mengarahkan, memandu, mengelola, dan
menyetir. Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bantuan atau pertolongan.

Kemampuan serta keterampilan pemberi bantuan, serta faktor


feasibilitasnya. Di antara berbagai teknik yang dapat dilakukan orang tua dan
guru untuk membantu menangani permasalahan anak adalah sebagai berikut.

a. Latihan

b. Permainan

c. Saran dan nasihat

d. Pengkondisian (conditioning)

e. Model dan peniruan (modeling and imitation)

f. Konseling

Modeling dan imitasi merupakan salah satu teknik konseling yang


dikembangkan oleh Albert Bandura yang berakar dari teori belajar sosal
(social learning). Menurut Bandura (Amin, 2017:3) tekning modeling dan
imitasi merupakan observasi permodelan, mengobservasi seseorang lainnya
sehingga seseorang tersebut membentuk ide dan tingkah laku, kemudian
dijelaskan sebagai panduan untuk bertindak. Bandura juga menegaskan
bahwa modeling dan imitasi merupakan konsekuensi peilaku meniru orang
lain dari pengalaman, baik pengalaman langsung maupun tidak langsung,
sehingga reaksi-reaksi emosional dan rasa takut seseorang dapat dihapuskan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Cornier-cornier (Amin, 2017:3)
mengartikan modeling dan imitasi sebagai prosedur dimana seseorang dapat
belajar melalui mengobservasi tingkah laku orang lain, sebagai strategi terapi
untuk membantu klien memperoleh respon atau menghilangkan rasa takut.

13
14

Sedangkan Gantina Komalasari dkk (2011;176) mengartikan modeling


merupakan balajr melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi
tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus,
dan melibatkan proses kognitif

Bandura dalam Pavin&John (Amin, 2017:4) membagi jenis-jenis modeling


menjadi dua, yaitu:

1. Live modeling with partisipan, penokohan langsung oleh seseorang


sebagai model

2. Symbolic model, penokohan dengan simbol seperti film dan audio


visual Corey menjabarkan jenis modeling menjadi 3 jenis, yaitu:

 Live models, penokoh langsung kepada orang yang dikagumi


sebagai model untuk diamati

 Symbolic models, menggunakan penokohan dengan simbol dari


film atau audio visual lain.

 Multiple models, penokohan ganda yang terjadi dalam kelompok


dimana seseorang anggota dari suatu kelompok mengubah sikap
dan dipelajari suatu sikap baru setelah mengamati bagaimana
anggota-anggota lain dalam kelompok bersikap.

Menurut Bandura terdapat beberapa tujuan dari modeling, yaitu:

1. Development of new skill, artinya mendapatkan respon atau


keterampilan baru dan memperlihatkan perilaku setelah memadukan
apa yang diperoleh dari pengamatan dengan perilaku baru

2. Facilitation of preexisting of behaviour, menghilangkan respon takut


setelah melihat tokoh (bagi si pengamat)

3. Changes in inhibitation about self axspression, pengembilan suatu


respon-respon yang diperlihatkan oleh suatu tokoh dengan
pengamatan kepada model.

Beberapa manfaat dan pengaruh dari modeling adalah sebagai berikut:


15

 Pengambilan respon atau keterampilan baru dan memperlihatkannya


dalam perilaku baru

 Hilangnya respon takut setelah melihat tokoh melakukan suatu yang


menimbulkan rasa takut konseli, tidak beraktibat buruk bahkan
berakibat positif

 Melalui pengamatan tehadap tokoh, seseorang terdorong untuk


melakukan suatu yang memungkin sudah diketahui atau dipelajari dan
tidak ada hambatan

Bandura (syamsu yusuf, 2009:9) meyakini bahwa modeling melibatkan


empat proses, yaitu sebagai berikut:

1. Attentional
2. Retention
3. Production
4. Motivational
5. Vicarious Learning
16
DAFTAR PUSTAKA

Komalasari, gantina, dkk. 2016. Teori dan Tekning Konseling. Jakarta: PT Indeks

Nurun Amin, Zakki. 2017. Portofolio Teknik – Teknik Konseling. Unnes


(Universitas Semarang)

Yusuf Syamsu. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya

17

Anda mungkin juga menyukai