35 7 PB PDF
35 7 PB PDF
Patanjala
Volume 10 Nomor 1 Maret 2018
Patanjala bermakna air sungai yang tiada hentinya mengalir mengikuti alur yang dilaluinya hingga ke
muara. Seperti halnya karakteristik air sungai, manusia harus bekerja dan beramal baik, serta fokus
pada cita-citanya. Patanjala adalah majalah ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian tentang nilai
budaya, seni, dan film serta kesejarahan yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa
Barat di wilayah kerja Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Lampung. Redaksi juga menerima artikel hasil
penelitian di Indonesia pada umumnya. Patanjala diterbitkan secara berkala tiga kali setiap Maret, Juni,
dan September dalam satu tahun. Siapa pun dapat mengutip sebagian isi dari jurnal penelitian ini dengan
ketentuan menuliskan sumbernya.
Pelindung
Direktur Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Penanggung Jawab
Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Redaksi
Ketua : Iim Imadudin, S.S., M.Hum (Sejarah)
Anggota : 1. Dra. Ria Intani T. (Antropologi)
2. Dra. Lina Herlinawati (Sastra Indonesia)
3. Dra. Lasmiyati (Sejarah)
4. Hary Ganjar Budiman, S.S. (Sejarah)
5. Erik Rusmana, S.S., M.Hum
(Editor Bahasa Inggris)
Redaktur Pelaksana
Titan Firman, S.Kom.
Mitra Bestari
Prof. Dr. A. Sobana Hardjasaputra, S.S., M.A.
Dr. Ade Makmur K., M.Phil (Antropologi, UNPAD)
Dr. T.M. Marwanti, Dra., M.Si (Antropologi, STKS)
Dr. Mumuh Muhsin Z., M.Hum (Sejarah, UNPAD)
Dr. Bambang Rudito (SBM, ITB)
Dr. Dade Mahzuni, M.Si (Kajian Budaya, UNPAD)
Diterbitkan oleh
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung – Bandung 40294
Telp./Faks. (022) 7804942
e-mail: jurnalpatanjala@yahoo.com
http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id
http://bpsnt-bandung.blogspot.com
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar
Dicetak oleh
CV. HALIMAH
Jl. Dengki Selatan V No. 20
Bandung
Fokus kajian pada sejumlah artikel yang diterbitkan Jurnal Patanjala Vol. 10 No.
1 mencuatkan keragaman dalam berbagai aspeknya. Keragaman merupakan suatu
yang given dan inheren dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena, itu upaya
penyeragaman dalam keragaman merupakan anakronisme, jika bukannya dianggap
menentang kodrat dari kehidupan itu sendiri. Bahkan, sering terjadi upaya
memberi makna tunggal dalam suasana multimakna itu menghadirkan kegagalan.
Pesan keragaman cukup kuat terekam dalam sembilan artikel di bawah ini. Nilai
kebinekaan itu teridentifikasi pada hubungan antaretnis, adaptasi masyarakat,
interpretasi sejarah yang tidak pernah tunggal, dan tradisi yang berkembang
dinamis.
Iim Imadudin melakukan eksplanasi terhadap konflik tentara dengan laskar dan
jago di wilayah Karawang. Kelompok-kelompok perjuangan yang awalnya
memiliki semangat yang sama ternyata mengambil jalannya masing-masing.
Konflik antara tentara, laskar, dan jago terjadi disebabkan adanya keyakinan yang
besar terhadap janji-janji revolusi, perbedaan ideologis mengenai bagaimana
perjuangan harus dimenangkan, faktor ketidakpercayaan yang mengakibatkan
hubungan-hubungan yang tidak harmonis antarfaksi perjuangan di Karawang.
Yeni Mulyani Supriatin mengkaji resepsi sastra yang terkait dengan Peristiwa
Bubat yang terjadi pada abad ke-14. Resepsi sastra terhadap Perang Bubat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu resepsi dari aspek kesejarahannya,
pengaruhnya terhadap penciptaan karya baru, dan resepsi terhadap struktur sastra.
Peristiwa Bubat diresepsi setelah dua abad berlalu, yaitu pada abad ke-16 dan
peristiwa tersebut diresepsi ulang pada abad ke-20-an. Hasil resepsi sastra dari
abad ke-18 sampai dengan abad ke-20 cukup beragam. Keberagaman resepsi itu
menunjukkan terdapat perbedaan horizon harapan pembaca. Resepsi tersebut tidak
bersifat tunggal tergantung pada jiwa zamannya.
Selamat membaca!
ISSN 2085-9937
Patanjala
Volume 10 Nomor 1 Maret 2018
DAFTAR ISI
Representasi Tentara dan Relasi Sipil-Militer dalam Serial Patriot 115 - 130
The Representation of Army and Civil-Military Relations in Patriot Series
Hary Ganjar Budiman
Biodata Penulis
Pedoman Penulisan
Konstruksi Nilai Multikulturalisme..... (Suciyadi Ramdhani) 1
Suciyadi Ramdhani
IKKON Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)
Jln. Merdeka Selatan No.13 - Jakarta Pusat
e-mail: suciyadiramdhani@gmail.com
Naskah Diterima:9 Januari 2018 Naskah Direvisi:16 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018
Abstrak
Tulisan ini menjelaskan proses pembentukan nilai multikulturalisme pada masyarakat
Haurgeulis, Indramayu yang dikaji melalui metode kualitatif. Pengumpulan data menggunakan
teknik pengamatan terlibat, wawancara mendalam, dan studi literatur. Hasilnya menunjukkan
bahwa kehidupan multikultural di Haurgeulis dibentuk oleh empat kelompok etnik pendatang:
Jawa, Sunda, Arab, dan Tionghoa di awal abad ke-20. Setiap kelompok etnik memiliki
keahliannya masing-masing, seperti pertanian yang didominasi keturunan Jawa dan Sunda,
sebagaimana keturunan Arab dan Tionghoa di bidang perdagangan. Adanya keahlian pekerjaan
membentuk hubungan antaretnik menjadi saling ketergantungan dalam kehidupan ekonomi.
Dengan saling ketergantungan, masyarakat di Haurgeulis menunjukkan sikap penerimaan dan
tidak diskriminatif kepada liyannya. Pengalaman hidup bersama tersebut semakin membentuk
nilai-nilai multikulturalisme pada masyarakat Haurgeulis.
Kata kunci: etnisitas, multikultural, Haurgeulis.
Abstract
This paper describes the process of value creation of multiculturalism in Haurgeulis
Indramayu society which is studied through qualitative method. The Data is collected through
observational techniques, in-depth interviews, and literature studies. The results show that
multicultural life in Haurgeulis was formed by four ethnic groups of immigrants: Java, Sunda,
Arabian and Chinese in the early 20th century. Each ethnic group has its own expertise, such as
agriculture that dominated by Javanese and Sundanese descent, while the Arab and Chinese
descendants of trade. The existence of job skills forms inter-ethnic relations into interdependence
in economic life. With interdependence, people in Haurgeulis shows acceptance and non-
discriminatory attitude to the others. Life experience in living together increasingly shapes the
values of multiculturalism in Haurgeulis society.
Keywords: ehnicity, multicultural, Haurgeulis.
A. PENDAHULUAN
Tulisan ini mengkaji proses Multikulturalisme menekankan
pembentukan nilai multikulturalisme pada pemahaman dan penerimaan terhadap
masyarakat Haurgeulis, yang telah hidup perbedaan hidup dalam konteks sosial-
bersama dalam perbedaan sukubangsa dan budaya, baik secara individu maupun
agama serta disatukan oleh adanya kelompok (Kymlicka, 2002). Dalam
kemajemukan. masyarakat multikultural setiap golongan
2 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 1-16
etnik yang ada akan selalu dihadapkan 2006; Klinken, 2007; Hoon, 2012). Namun
pada hubungan dengan liyan, dan banyaknya pendatang (migran) di kota
perbedaan itu muncul ketika berhadapan Kecamatan Haurgeulis dalam rangka
dalam interaksi sosial yang dicirikan oleh penghidupan, tidak memunculkan
adanya persamaan, atau perbedaan secara persoalan tersebut. Kota Kecamatan
fisik maupun kultural (Lewellen, Haurgeulis terkesan damai meskipun
2003:166-167). terdiri atas beragam sukubangsa, sehingga
Kajian ini banyak ditemukan di itu mencerminkan masyarakat
Indonesia, khususnya di perkotaan atau multikulturalis, yang cenderung memiliki
tempat yang biasanya memiliki nilai sikap toleran dalam memandang individu
ekonomis berkat letaknya atau fungsinya atau kelompok lain yang berbeda latar
yang mempertemukan berbagai golongan belakang budayanya.
sosial budaya, sebagaimana fokus dalam Samovar dkk. (2014:200)
tulisan ini yaitu pada masyarakat menjelaskan hubungan antaretnik yang
multikultural. salah satunya dicirikan oleh adanya sikap
Haurgeulis merupakan kota kecil toleran akan meningkatkan percampuran
dengan cerminan masyarakat multietnik, budaya dan percampuran ini menghasilkan
yang penduduknya terdiri atas beragam orang-orang yang memiliki berbagai jenis
sukubangsa, di antaranya orang Sunda, identitas budaya, sehingga dapat
Jawa, Minangkabau, Arab dan Tionghoa. meminimalisasi konflik antargolongan.
Banyak penelitian di beberapa wilayah Sehubungan dengan pemahaman tersebut,
multietnik lain memaparkan tentang maka tulisan ini hendak mendeskripsikan
potensi konflik di kota-kota kecil (Klinken, bagaimana proses akulturasi budaya
2007). antargolongan sosial yang ada di
Di Kota Kecamatan Haurgeulis Haurgeulis.
walaupun terdiri atas beragam golongan Penelitian ini memerhatikan
budaya, konflik cenderung jarang terjadi beberapa konsep, yaitu (1) masyarakat
atau hanya dalam skala kecil, meskipun di multikultural; (2) mayoritas-minoritas dan
sekitar wilayah Haurgeulis terdapat dominan; (3) identitas dalam kerangka
beberapa tempat yang berstigma dan etnisitas; (4) struktur dan agen dalam
memiliki potensi konflik seperti adanya praktik kehidupan multikultural; (5)
tradisi dan lokalisasi PSK dan pesantren konflik dan resolusi konflik pada
Al-Zaytun yang dianggap kontroversi masyarakat multikultural.
karena diisukan memiliki visi meneruskan Tinjauan pertama mengenai
Negara Islam Indonesia (NII) (Hadi, 2013; masyarakat multikultural untuk
Humardhani, 2015; Santoso, 2013). mengetahui pola hubungan antaretnik pada
Selain itu, kota Kecamatan wilayah yang ditempati beragam
Haurgeulis yang secara geografis berada di sukubangsa. Tinjauan kedua tentang
wilayah pertanian, diimbangi juga oleh konsep mayoritas-minoritas dan dominan
perdagangan bersamaan dengan digunakan untuk mengetahui situasi
kedatangan penduduk dari berbagai latar budaya pada masyarakat multikultural,
belakang sosial budaya, sehingga karena di wilayah multikultural terdapat
hubungan di antara penduduknya yang dua kemungkinan yaitu memiliki atau
beragam itu menonjol pada aspek tidak memiliki kebudayaan dominan
perekonomian. Kajian-kajian lain sebagai bagian dari relasi antara mayoritas-
menunjukkan bahwa pertemuan antaretnik minoritas. Tinjauan ketiga, konsep
dengan kepentingan ekonomi dapat identitas dalam kerangka etnisitas
menjadi sumber-sumber konflik, terutama dimaksudkan untuk menguraikan
jika terdapat kesenjangan ekonomi identifikasi anggota suatu golongan etnik
antargolongan (Suparlan, 2005; Salim, yang memiliki budaya berbeda dengan
Konstruksi Nilai Multikulturalisme..... (Suciyadi Ramdhani) 3
menjadi syarat standar jarak sebuah stasiun Pada masa-masa ini pula (sekitar
ke stasiun lainnya, juga digunakan sebagai tahun 1910-1920-an) banyak kelompok
akses pengiriman komoditas yang orang dari beberapa wilayah berdatangan,
dihasilkan seperti beras dan kayu jati. khususnya Garut, Banten, Purwakarta.
Menurut informasi warga setempat, Orang-orang yang berasal dari Karawang,
pada masa itu (sekitar 1910-1940-an) Garut, dan Banten tergolong dalam
Pemerintah Hindia Belanda membangun golongan etnik Sunda, sedangkan Tegal
gudang produksi beras di bagian utara dan Brebes tergolong dalam etnis Jawa.
stasiun kereta yang sekarang telah menjadi Kendati tergolong dalam etnik Sunda dan
perumahan di wilayah Desa Cipancuh. Jawa, karakteristik bahasa maupun dialek
Pembangunan ladang-ladang sawah di yang digunakan cukup beragam sesuai dari
sekitar Kecamatan Haurgeulis dan Gantar wilayahnya masing-masing. Dengan kata
sudah menjadi rencana pemerintah lain, golongan etnik Sunda dari Garut,
Kolonial Hindia Belanda, sehingga Karawang, dan Banten memiliki dialek dan
mendatangkan pekerja-pekerja dari sekitar penggunaan kalimat yang berbeda, begitu
Indramayu, Cirebon, sampai Tegal. pun etnik Jawa. Kedatangan Orang Banten
Memang menurut informasi, pekerja- dan Garut memang tidak sebanyak Orang
pekerja ini dibayar oleh Pemerintah Hindia Karawang, karena saat itu kedatangan
Belanda dengan fasilitas sebidang tanah mereka hanya sebagai migrasi yang
untuk dijadikan tempat tinggal, yang didasari adanya perintah sesepuh untuk
sekarang ditengarai berada di wilayah berpindah karena merasakan wilayah
Desa Kertanegara dan Desa Karang asalnya itu sudah tidak aman.
Tumaritis, yang merupakan bagian dari Lain halnya dengan Orang Banten,
Kecamatan Haurgeulis. Garut, dan Karawang. Pendatang dari
Purwakarta merupakan kelompok orang
keturunan Arab yang sebagian besar sudah
berbahasa Sunda. Keturunan Arab yang
berasal dari Purwakarta merupakan suku
Arab Bajri/Bajre, Sungkar, dan Basefan.
Kedatangan keturunan Arab ke Haurgeulis
pada sekitar tahun 1920-an ini masih
tergolong kecil, atau hanya beberapa
kelompok keluarga saja. Begitu pun
perekonomian mereka di masa awal ini
terbilang sulit, karena hanya mampu
menjual benang kain dalam jumlah yang
Gambar 2. Waduk Cipancuh relatif sedikit, kecuali pada masa setelah
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2015 keturunan Orang Arab banyak berdatangan
ke Haurgeulis untuk berdagang terutama di
Untuk mendukung produksi sektor meubel.
komoditas pertanian tersebut, Hindia
Belanda membangun sebuah waduk yang b. Masa Pertengahan
sekarang masuk dalam wilayah perbatasan (tahun 1940-1980)
Kecamatan Gantar dengan Kecamatan Masa ini masuk dalam masa pra dan
Haurgeulis. Waduk tersebut memanfaatkan pasca kemerdekaan Indonesia, sehingga
air hujan untuk kemudian ditampung dan campur tangan dan kekuasaan Belanda
dialirkan ke pesawahan lebih dari 6.000 sudah berkurang di Indonesia, karena
hektar di wilayah Kecamatan Haurgeulis, sebagian wilayahnya diduduki kolonial
sebagian Kecamatan Gantar, Kroya, dan Jepang termasuk di sejumlah wilayah
Anjatan. Indramayu, yang dalam masanya muncul
Konstruksi Nilai Multikulturalisme..... (Suciyadi Ramdhani) 7
karena alasan keamanan yang lebih baik. banyak pula pendatang yang berdagang
Untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dari sektor usaha lain, mengingat nama
mereka menjual hasil pertanian pada warga Haurgeulis semakin terdengar setelah
yang sudah lebih dulu tinggal di sekitaran maraknya pemberitaan tentang bisnis
stasiun. Masa-masa pemberontakan walet. Seperti kedatangan dari wilayah
(zaman werit) ini dianggap selesai pada lainnya berdasarkan etnik adalah
tahun 1970-an seiring secara nasional Minangkabau, Batak, dan Tionghoa dari
dilakukan penangkapan-penangkapan Kalimantan Barat. Kedatangan mereka
terhadap pemberontak tersebut oleh bukan secara khusus untuk berbisnis walet,
Tentara Republik (saat ini TNI). melainkan memenuhi kebutuhan lainnya
Penumpasan anggota-anggota DI sendiri karena mereka menyadari semakin besar
selesai dengan susah payah pada tahun perputaran uang di suatu wilayah, maka
1962 di berbagai wilayah seiring semakin besar kebutuhan suatu masyarakat
diputuskannya vonis hukuman mati bagi sekalipun wilayah tersebut adalah kota
Kartosuwiryo (Santoso, 2013:15). Adapun kecil seperti Haurgeulis.
anggota-anggota PKI menurut pernyataan Mobilitas yang cukup tinggi
informan ditangkap dan “dibuang” di laut ditunjukkan oleh kedatangan orang Arab
Pantai Utara Indramayu. dan Tionghoa di Haurgeulis pada masa ini.
Sebagai golongan etnik yang dalam sejarah
c. Masa Sekarang kedatangannya cukup panjang di
(tahun 1980-sekarang) Indonesia, orang Tionghoa dan Arab di
Pada masa ini pemerintahan di Haurgeulis sebenarnya sudah berinteraksi
Haurgeulis sudah semakin baik, tata kota dengan masyarakat lokal. Hal ini
sudah semakin jelas dan memiliki didasarkan pada asal muasal mereka yang
organisasi atau kelembagaan yang sebelum bermigrasi ke Haurgeulis sudah
berfungsi dengan baik. Begitu pun peran tinggal di lingkungan yang ciri-ciri sosio-
masyarakat dalam membangun kulturalnya lokal seperti Jawa dan Sunda
perekonomian berjalan dengan pesat. (Arab dan Tionghoa), serta Melayu
Perekonomian masyarakat Haurgeulis pada (Tionghoa Kalimantan), sehingga
masa awal 1980-an terangkat oleh usaha kebiasaan-kebiasaan mereka sudah
sarang walet. Haurgeulis terkenal dengan menyerupai masyarakat Jawa, Sunda dan
kualitas sarang walet yang banyak diminati Melayu pada umumnya.
pasar, sehingga bermunculan pengusaha Mobilitas yang tinggi juga
lokal dan investor dari luar kota. Begitu ditunjukkan oleh kedatangan orang
banyaknya burung walet yang Minangkabau di Haurgeulis yang sebagian
berdatangan, sehingga para pengusaha dari mereka sudah menikah dengan orang
dadakan ini membuat gedung-gedung keturunan Jawa dan Sunda, sehingga
tinggi untuk dijadikan tempat atau kandang memilih untuk menetap di Haurgeulis dan
untuk burung walet. merasa dirinya sudah menjadi orang
Maraknya perdagangan sarang Haurgeulis. Sebagian besar orang
walet, menarik minat sebagian orang untuk Minangkabau sudah memiliki spesialisasi
berdatangan ke Haurgeulis, dan menetap perdagangan/jasa di sektor tertentu,
hingga sekarang. Walaupun bisnis sarang sehingga usahanya dengan cepat dapat
walet semakin menurun, warga pendatang berkembang di kota kecil ini. Selain itu,
ini sebagian besar tetap tinggal di spirit orang Minangkabau untuk merantau
Haurgeulis karena sudah memiliki bisnis pada dasarnya cukup tinggi. Ihwal spirit
sampingan yang bisa menghidupi tersebut, orang Minangkabau di Haurgeulis
kesehariannya. cenderung merujuk pada struktur etnik
Semakin ramainya perdagangan di mereka yang sejatinya harus merantau.
Kota Kecamatan Haurgeulis, semakin Ketika mereka sudah ada di tanah
Konstruksi Nilai Multikulturalisme..... (Suciyadi Ramdhani) 9
peristiwa itu bukan antara warga beragama yang ada, sekalipun warga dari golongan
Islam dengan warga Kristen, melainkan etnik minoritas. Namun, hal yang perlu
hanya sekelompok orang atau organisasi ditandai terkait preferensi pekerjaan
dengan warga agama lain yang kebetulan golongan etnik di Haurgeulis adalah
seorang Tionghoa atau Kristen. kedatangan mereka (generasi awal) yang
Ungkapan-ungkapan informan sudah memiliki keahlian-keahlian khusus.
terkait hubungan antara etnik dan agama Warga keturunan Sunda dan Jawa,
menyiratkan dua pandangan. Pertama, sejak awal kedatangannya berprofesi
bahwa agama dapat menumbuhkan rasa sebagai petani. Tidak heran mengapa jenis
kebersamaan atau membatasi antara satu pekerjaan penduduk Haurgeulis sampai
golongan etnik dengan etnik lainnya. sekarang yang paling banyak adalah di
Pandangan ini sebenarnya diungkapkan bidang pertanian. Itu karena orang Jawa
oleh informan-informan yang sebagian dan Sunda di Haurgeulis juga adalah
besar beragama Islam. Pandangan ini juga penduduk yang hampir berimbang dan
umumnya dilembagakan oleh masyarakat lebih besar dibandingkan golongan etnik
dalam masalah perkawinan, seperti “siapa lainnya. Demikian juga bagi orang Arab
dapat menikah dengan siapa”. Pernyataan dan Tionghoa, yang sejak masa awal
tersebut merupakan hal yang umum dalam kedatangannya berprofesi sebagai
kehidupan masyarakat Haurgeulis. Dengan pedagang. Mereka mengisi beragam jenis
kata lain, kriteria agama hanya berlaku perdagangan di pusat Haurgeulis.
dalam pengambilan keputusan perkawinan, Distribusi pekerjaan berdasarkan
dalam hubungan lainnya tidak begitu sukubangsa ini sangat penting, karena
dipermasalahkan. sumber masalah yang sering menjadi
Kedua, pandangan bahwa agama konflik adalah persoalan mendapatkan
tidak memengaruhi hubungan antaretnik. peluang yang sama dalam pekerjaan.
Hal ini diilustrasikan oleh informan Klinken (2007) mengingatkan bahwa
melalui penafsirannya bahwa sesama Islam konflik-konflik yang melibatkan etnisitas
atau sesama Kristen dapat terjadi konflik. salah satunya adalah akibat adanya
Artinya, konflik-konflik yang terjadi dalam ketimpangan distribusi pekerjaan antara
masyarakat multikultural bukan karena kelompok etnik satu dengan kelompok
dipersatukan atau dibedakan oleh agama, etnik lainnya, terutama antara tuan rumah
melainkan relativitas dari bagaimana cara dan pendatang. Jika merujuk analisis
individu memandang yang „liyan‟. Dengan Klinken tersebut, hal pertama yang tidak
demikian, bentuk-bentuk kerjasama berlaku di Haurgeulis adalah tidak adanya
antargolongan etnik di Haurgeulis lebih pembedaan antara tuan rumah dan
besar daripada konflik yang terjadi. pendatang berdasarkan sukubangsa; kedua,
Konflik itu pun hanya melibatkan bidang-bidang pekerjaan yang secara
kelompok dengan individu, alih-alih umum menjadi preferensi bagi masing-
meluas menjadi konflik antargolongan. masing golongan etnik di Haurgeulis sudah
jelas, sehingga distribusi pekerjaannya
tidak menimbulkan ketimpangan. Dengan
4. Distribusi Pekerjaan: Faktor kata lain, kecenderungan tersebut
Mutualisme Antargolongan Etnik mempersempit ruang konflik antaretnik di
Tidak adanya kebudayaan dominan Haurgeulis, karena masing-masing
di Haurgeulis, memberikan keleluasaan golongan etnik memiliki posisi di sektor
warga dari beragam golongan etnik pekerjaan tertentu yang satu sama lain
tersebut untuk berkompetisi dalam saling berperan.
menentukan pekerjaan. Dominasi- Prinsip saling membutuhkan tanpa
dominasi di berbagai sektor pekerjaan melihat latar belakang budaya, menjadi
lebih terbuka bagi setiap golongan etnik acuan terjadinya hubungan mutualis yang
Konstruksi Nilai Multikulturalisme..... (Suciyadi Ramdhani) 13
tua) dari beragam golongan etnik dapat kita tetap menjadi manusia yang
menyekolahkan anaknya di sekolah umum, bermanfaat dengan caranya masing-
karena kerukunan antarwarga multikultural masing.
di Haurgeulis salah satunya terbentuk dari
sejak masa sekolah yang siswanya
beragam latar belakang sukubangsa. DAFTAR SUMBER
Lalu keadaan negatif dapat muncul 1. Jurnal dan Skripsi
jika, organisasi-organisasi agama di Crouch, Melissa. 2006. “The Proselytisation
Kecamatan Haurgeulis bersikeras Case: Law, the Rise of Islamic
membawa nama kelompok etnik dan Conservatism and Religious
Discrimination in West Java”.
agamanya dalam setiap masalah sosial-
Australian Journal of Asian Law, Vol. 8
individu (seperti dapat dilihat dalam No.3.
riwayat konflik Haurgeulis); pemerintah
setempat bersikap tidak adil dalam Hadi, Syofyan. 2013. “Negara Islam Indonesia:
memberikan keleluasaan upacara Konsepsi Shajarah Tayyibah dalam
keagamaan khususnya pada golongan Konstruk Negara Islam”. Journal of
Qur’an and Hadith Studies, Vol. 2, No.
minoritas; terjadi ketimpangan antara lahan
1.
pertanian dan lahan perdagangan, karena
saat ini sedang banyak dibangun ruko Humardhani, Fiali. 2015. Tradisi Luruh Duit:
modern di bekas lahan pertanian. Maka, Studi Kasus tentang Ayla (Anak yang di
pemerintah bertanggung jawab dalam Lacurkan) di Kecamatan Haurgeulis
Kabupaten Indramayu. Skripsi.
mengelola masalah penggunaan lahan ini.
Purwokerto: Universitas Jendral
Soedirman.
Naskah Diterima:16 Januari 2018 Naskah Direvisi:13 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018
Abstrak
Pasca penggenangan Waduk Jatigede pada tahun 2015, sejumlah permasalahan muncul
pada masyarakat terdampak, seperti kesulitan dalam beradaptasi di lingkungan baru, antisipasi
pengetahuan yang minim, perubahan kondisi, dan mata pencaharian yang terbatas. Keterbatasan
juga terjadi pada kondisi sanitasi di lingkungan tempat tinggal mereka. Adaptasi dilakukan untuk
menyiasati keadaan alam dan lingkungan yang berimbas pada pemenuhan sarana sanitasi. Maka,
penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana kondisi lingkungan dan sanitasi masyarakat
Dusun Cipondoh Desa Pawenang Kecamatan Jatinunggal sebagai akibat pemukiman kembali
pembangunan Waduk Jatigede, dengan menggunakan metode etnografi dan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa pengelolaan lingkungan dan sanitasi warga Dusun
Cipondoh merupakan bagian dari proses adaptasi mereka di lingkungan barunya. Proses adaptasi
ini merupakan sebuah tindakan yang diawali oleh adanya pengetahuan mengenai keterbatasan
yang dihadapi, kemudian disusunlah strategi untuk memunculkan tindakan yang nyata dalam
menyikapi keterbatasan tersebut yang dioperasionalkan dengan pengelolaan lingkungan dan
sanitasi warga terdampak.
Kata kunci: strategi, adaptasi, sanitasi, dan lingkungan.
Abstract
After the flooding of Jatigede dam in 2015, a number of problems arise in impacted
communities in their daily activities, such as difficulties in adapting to a new environments,
minimizing knowledge anticipation, changing conditions, and limited livelihoods. This limitation
also occurs in sanitary conditions in their neighborhoods. Adaptation is done to deal with the
natural and environmental conditions that impact on the fulfillment of sanitation facilities. So, this
research is done to see how the environmental condition and sanitation of Cipondoh Village
Pawenang Village Jatinunggal Subdistrict as a result of resettlement of Jatigede dam development
by using ethnography approach to capture the point of view of indigenous people, their
relationship with life, and to realize their vision and world. The results of this study is that
environmental management and sanitation of Dusun Cipondoh residents is part of their adaptation
process in their new environment. This adaptation process is an action initiated by the knowledge
of the constraints faced, and then devised a strategy to bring tangible action in addressing the
limitations that are operated with environmental management and sanitation of affected people.
Keywords: strategy, adpatation, sanitation, and environment.
18 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34
kecamatan di Kabupaten Sumedang yaitu tempat mereka dahulu yang sangat subur
Wado, Darmaraja, Jatigede, dan dan hijau, kondisinya saat ini gersang dan
Jatinunggal. Dari total 23, hanya 6 desa panas. Perubahan ini terjadi setelah mereka
yang benar-benar harus tenggelam, sisanya direlokasi ke tempat baru.
tenggelam sebagian. Keenam desa tersebut Seperti halnya yang terjadi pada
adalah Desa Sukakarta (Kecamatan masyarakat relokasi di Dusun Cipondoh,
Jatigede), Desa Padajaya (Kecamatan Desa Pawenang Kecamatan Jatigede,
Wado), Desa Leuwihideung, Cibogo, mereka adalah masyarakat yang direlokasi
Cipaku, dan Cibungur (Kecamatan secara bedol desa yang berasal dari Desa
Darmaraja). Padajaya Kecamatan Wado yang
Pembangunan Waduk Jatigede tenggelam bersamaan dengan
merupakan sebuah musibah komunal yang pembangunan Waduk Jatigede. Sebagian
dirasakan oleh masyarakat Jatigede, besar dari mereka kembali berkumpul di
khususnya bagi mereka warga terdampak. Dusun Cipondoh, namun sebagian lainnya
Buktinya setelah dua tahun berselang memilih untuk tinggal di tempat lain.
pasca penggenangan, masih menyisakan Permasalahan yang mereka hadapi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi di tempat tinggal barunya tidaklah ringan,
masyarakat terdampak khususnya dalam selain berhadapan dengan kondisi alam
menjalani aktivitas mereka sehari-hari. yang tidak sama dengan sebelumnya,
Perubahan sosial budaya, ekonomi dan mereka juga harus mampu bertahan
lingkungan yang terjadi pada masyarakat dengan mata pencaharian yang terbatas
terdampak, secara otomatis menuntut demi kelangsungan hidupnya. Kondisi
perlunya sebuah strategi adaptasi untuk serba terbatas ini juga terjadi pada kondisi
menyikapi kesulitan-kesulitan yang sanitasi di lingkungan tempat tinggal
dihadapi. Strategi adaptasi secara sosial mereka. Adaptasi dilakukan untuk
juga diperlukan untuk mengantisipasi menyiasati keadaan alam dan lingkungan
pengetahuan masyarakat dalam yang berimbas pada pemenuhan kebutuhan
menghadapi situasi-situasi kritis yang hidup dasar.
terjadi pasca pemindahan lokasi dengan Penelitian ini dilakukan untuk
fasilitas pendukung yang sangat minim, melihat strategi adaptasi khususnya yang
yang tentunya dapat meningkatkan stress berkenaan dengan kondisi lingkungan dan
sehingga berakibat pada menurunnya sanitasi yang dilakukan oleh masyarakat
tingkat kesehatan pada masyarakat. Dusun Cipondoh Desa Pawenang
Masyarakat terdampak Kecamatan Jatigede sebagai akibat dari
pembangunan Waduk Jatigede terutama adanya program pemukiman kembali
yang berasal dari enam desa yang lingkungan tempat tinggal warga
tenggelam adalah yang paling merasakan terdampak pembangunan Waduk Jatigede.
dampak secara langsung dan berat dari Titik fokus penelitian ini adalah untuk
pembangunan Waduk Jatigede. Selain melihat bagaimana kondisi sanitasi dan
kehilangan mata pencaharian utama2 lingkungan yang mereka kembangkan
sebagai petani, mereka juga belum dapat dapat membantu mereka memenuhi
mengembangkan mata pencaharian lain di kebutuhan-kebutuhan hidup sebagai salah
tempat barunya hingga kemudian banyak satu upaya beradaptasi dengan lingkungan
dari mereka yang menganggur tanpa barunya.
pekerjaan yang jelas. Belum lagi Penelitian-penelitian mengenai
lingkungan alam tempat mereka tinggal kondisi sanitasi yang berhubungan dengan
saat ini kondisinya sangat berbeda dengan penyakit-penyakit endemik tertentu telah
banyak dilakukan oleh beberapa orang
2
Menurut hasil penelitian Wiryawan (2017) peneliti, seperti Kasnodihardjo, dkk.
sebanayak 88% warga terdampak kehilangan (2009), Yuliati, dkk. (2010), Amaliah
pekerjaannya.
20 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34
hidup dan tinggal. Pemukiman memiliki dan lapangan lainnya untuk sarana rekreasi
fungsi sebagai lingkungan untuk manusia dan olah raga untuk manusia, lalu juga
bisa beraktivitas. adanya pertamanan dan pemakaman.
Area pemukiman dapat memiliki
fungsi sebagai lingkungan perumahan 3. Sanitasi Lingkungan
dengan adanya sarana dan prasarana yang Dalam mengamati kondisi kesehatan
memadai untuk kehidupan manusia. suatu masyarakat, perlu diperhatikan juga
Pemukiman juga akan membentuk kondisi lingkungan yang ada di sekitar
lingkungan perumahan yang lebih masyarakat bersangkutan. Karena pada
terstruktur dan lebih efisien untuk dasarnya lingkungan memberikan dampak
kehidupan manusia di mana ia tinggal. yang cukup besar terhadap kondisi
Pemukiman akan lebih terstruktur dan kesehatan masyarakat. Selain lingkungan,
efisien jika ada prasarana atau penunjang perilaku masyarakat juga ikut menentukan.
yang memungkinkan untuk berjalannya Menurut Kasnodihardjo (2013: 415-416)
suatu lingkungan perumahan. Prasarana “kesehatan lingkungan adalah suatu
utama dalam lingkungan pemukiman yaitu kondisi lingkungan yang berada pada tahap
dengan adanya jalan yang memadai di area optimum, yang memiliki pengaruh baik
perumahan, pembuangan air limbah dan terhadap status kesehatan masyarakat”.
sampah yang baik di area perumahan, Sanitasi berasal dari bahasa Inggris
pembuatan saluran air/drainase air hujan yang berarti sanitation, secara harfiah
yang baik, pengadaan prasarana diartikan sebagai upaya-upaya menjaga
komunikasi, jaringan listrik, ketersediaan kesehatan. Dalam hubungannya dengan
bahan bakar, serta ketersediaan air bersih lingkungan terdapat istilah yang disebut
sebagai syarat untuk menjadi pemukiman sanitasi lingkungan. Sanitasi lingkungan
yang memadai bagi masyarakat. merupakan sebuah upaya untuk menjaga,
Pengadaan prasarana ini bisa didapatkan mencegah, dan memelihara status kesehatan
jika suatu pemukiman dikelola dengan baik pada lingkungan budaya, ekonomi,
baik oleh suatu badan usaha tertentu sosial, maupun lingkungan fisiknya secara
(Keman, 2005: 30-32). baik dan normal (Notoatmodjo, 2003: 5).
Setelah prasarana di dalam area Senada dengan Notoatmodjo,
pemukiman sudah memadai, akan lebih Slamet (2001: 67) juga mengungkapkan
memadai jika ada alat atau sarana yang bahwa dalam rangka mengendalikan
berupa fasilitas-fasilitas atau kemudahan- sanitasi lingkungan yang baik maka harus
kemudahan untuk melancarkan kehidupan lebih ditekankan kepada faktor
manusia dalam sisi sosial, ekonomi, dan pengawasan, pengendalian, serta kontrol
budaya; seperti adanya instansi-instansi terhadap situasi lingkungan manusianya
pemerintahan dalam pelayanan umum, seperti: kebersihan air minum; saluran
adanya tempat pendidikan seperti sekolah, pembuangan kotoran dan limbah; makanan
pesantren, madrasah dan lain-lain, adanya yang bersih dan sehat; perilaku hidup
sarana kesehatan seperti bangunan bersih; sterilisasi dari hewan pengerat; dan
Puskesmas, UPT, Posyandu, dan sarana kondisi udara yang bersih dan bebas dari
kesehatan lainnya, adanya tempat ibadah pencemaran.
seperti masjid, musala, gereja, pura, vihara, Untuk mengetahui kondisi sanitasi
dan tempat ibadah sesuai agama yang suatu masyarakat maka harus diperhatikan
dijadikan pedoman oleh manusia, adanya kondisi sanitasi lingkungannya. Terdapat
pusat perbelanjaan seperti pasar, mini beberapa hal yang penting untuk
market, warung kelontongan, supermarket, diperhatikan, yaitu MCK (Mandi Cuci,
mall dan tempat jual beli untuk kebutuhan Kakus) atau jamban, saluran pembuangan
manusia, adanya sarana rekreasi dan olah air limbah, air bersih, dan sarana
raga seperti lapangan bola, lapangan voli,
22 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34
pemerintah saat itu tidak memiliki yang layak huni dengan model-model
kemampuan dana yang cukup untuk rumah modern seperti di kota.
membayar kompensasi, maka pembebasan
lahan tersebut akhirnya jalan di tempat. 2. Kondisi Lingkungan dan Sanitasi
Pada akhirnya warga hanya diberikan ganti Masyarakat Terdampak di Dusun
rugi atas tanah dan bangunan yang nilainya Cipondoh12
tidak sesuai dengan ketentuan. Kondisi lingkungan dan sanitasi di
Masih banyak permasalahan yang Dusun Cipondoh Kecamatan Jatigede
belum terselesaikan saat itu sehingga masih minim. Hasil temuan di lapangan,
berakibat secara umum terhadap warga Dusun Cipondoh masih kekurangan
terhambatnya pembangunan waduk. pasokan air bersih terutama untuk minum.
“Jadi sebenarnya pembebasan waktu Air diperoleh dari sumur-sumur gali milik
itu masih bermasalah, banyak hak warga dan sumur umum. Rata-rata
masyarakat yang belum diberikan. kedalaman sumur gali yang baik untuk
Entah itu tentang harga, entah itu menghasilkan air yang layak minum
tentang kekurangan bayar, entah adalah 11-15 m untuk hasil yang
tentang kekurangan luasan. Karena maksimal. Ongkos pembuatan sumur gali
pada zaman itu, masyarakat nggak yang cukup mahal membuat keberadaan
tahu ini teh mau diapain, mau sumur-sumur dengan air layak minum
diapakan, diukur aja10.” masih sedikit, hanya beberapa rumah
Kemudian peraturan baru tangga saja yang memilikinya, bahkan ada
diterbitkan untuk menindaklanjuti kondisi yang sama sekali tidak memilikinya. Untuk
tersebut, yaitu dengan terbitnya Peraturan mengantisipasi hal tersebut dibuatlah
Presiden No.1 Tahun 2015 yang poin beberapa sumur umum yang dibangun di
utamanya adalah konversi relokasi sekitar wilayah permukiman mereka.
pemukiman, yang seharusnya masyarakat Biaya yang dibutuhkan untuk membuat
dimukimkan kembali dengan penggantian sebuah sumur umum sebesar 15 juta
tanah seluas 28 bata11, rumah setara tipe rupiah, yang dikumpulkan dari sumbangan
36, dan biaya hidup, kemudian dikonversi warga.
dalam bentuk uang sebesar 122 juta,
merata untuk setiap KK.
Di lokasi barunya yang kemudian
dinamakan Dusun Cipondoh, mereka
membangun rumah di lahan seluas 110 m2
dengan dana yang telah mereka terima dari
hasil ganti rugi. Sebagian masih
menempati tanah kas Desa Pawenang, dan
sebagian pada tanah miliknya sendiri.
Keterbatasan biaya bagi beberapa keluarga
menyebabkan pembangunan rumah tinggal
banyak yang tersendat (belum selesai), ada Gambar 2. Sumur dan MCK Umum
pula yang meminimalisir biaya dengan Sumber: Dok. Pribadi, 2017.
membangun rumah semi permanen. Rata-
rata mereka membangun rumah permanen Beberapa rumah tangga tidak
memiliki akses terhadap sumur dengan air
siap konsumsi karena kedalaman sumur
10 yang mereka miliki kurang. Oleh sebab itu
Wawancara dengan Bapak Teten Informan
Dusun Cipondoh, Desa Pawenang Tanggal 17 mereka hanya memanfaatkan air untuk
Oktober 2017
11
1 bata setara dengan luas 14 m2. Jadi 28 bata
12
berarti 28x14=392 m2 Disarikan dari wawancara dan observasi
Strategi Adaptasi..... (Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap) 27
keperluan cuci dan kakus saja. Sedangkan penampungan sampah sementara di Dusun
untuk pemenuhan kebutuhan air bersih Cipondoh, untuk membuang sampah.
siap minum, bagi rumah tangga yang tidak Biasanya mereka membakarnya atau
memiliki sumur yang layak minum, membuangnya begitu saja di lahan kosong
mereka akan memintanya kepada tetangga yang ada.
yang memilikinya. Sebagian lainnya
mengambil ke sumur umum. Ada pula
yang melakukan kegiatan mencuci di
sungai, jarak tempuh dari perkampungan
sekitar 500 m. Air yang mereka sudah
ambil dari sumur masih dikumpulkan di
dalam jerigen-jerigen sebagai pasokan air
mereka untuk kebutuhan sehari-hari,
namun bagi rumah tangga yang memiliki
akses terhadap air yang cukup, mereka
menampungnya di dalam torn yang lebih
besar. Gambar 4. Genangan Air hasil Pembuangan
Limbah Rumah Tangga
Sumber: Dok. Pribadi, 2017.
sebagai sarana transportasi yang relatif pemukiman, seperti Telkomsel dan XL.
lebih cepat untuk menempuh jarak jauh. Bahan bakar yang biasa digunakan oleh
Terdapat sebuah masjid di Dusun warga Cipondoh berupa gas elpiji tabung 3
Cipondoh, namun sarana rekreasi dan olah kg, namun masih ada keluarga yang
raga, seperti taman atau lapangan olah raga menggunakan kayu bakar untuk keperluan
belum tersedia. Fasilitas kesehatan umum dapur. Kayu-kayu bakar itu mereka
seperti Puskemas juga belum ada, apabila peroleh di lahan-lahan kosong sekitar
ada warga yang membutuhkan pengobatan, kampung.
mereka harus pergi ke layanan kesehatan Geliat perekonomian dan mata
terdekat yang berada di Kecamatan Wado. pencaharian warga Dusun Cipondoh masih
Jarak tempuh menuju tempat itu ditempuh sangat relatif. Setelah resettlement
sekitar kurang lebih satu jam. Kondisi ini dilakukan pada tahun 2015, masih banyak
mengakibatkan masyarakat Dusun warga tanpa memiliki mata pencaharian
Cipondoh kurang mendapatkan akses tetap. Usaha-usaha produktif yang biasa
pelayanan kesehatan yang cepat dan mereka lakukan sebagai petani di Desa
memadai agar bisa beradaptasi di dalam Padajaya sebelumnya tidak dapat lagi
kondisi lingkungan alam yang masih dikerjakan di tempat baru mereka, karena
terbilang cukup ekstrim. tidak adanya lahan garapan. Dengan luas
tanah 110 m2, sangat sulit bagi mereka
untuk bercocok tanam, sehingga mereka
membutuhkan usaha-usaha produktif lain
untuk bertahan hidup. Seperti misalnya
menggarap lahan kosong di bukit sebelah,
menangkap ikan di waduk, atau wiraswasta
berupa warung, atau toko-toko kecil
lainnya. Keterbatasan lahan pekerjaan dan
tingkat pendidikan, mengharuskan mereka
untuk mencari alternatif pekerjaan lain.
Buruh merupakan pekerjaan yang paling
Gambar 5. Infrastruktur Jalan Dusun Cipondoh banyak dilakukan oleh warga Dusun
Sumber: Dok. Pribadi, 2017. Cipondoh, sehingga sebagian besar tenaga
produktif di Dusun Cipondoh bekerja
Utilitas umum seperti listrik, menjadi buruh kayu, atau bangunan ke
telepon, dan bahan bakar sudah ada hanya kota kabupaten, sehingga hanya kaum tua,
dalam kondisi yang terbatas. Jaringan ibu-ibu rumah tangga dan anak-anaklah
listrik sudah terpasang. Aturan yang tinggal. Ibu-ibu yang masih berusia
pemasangan jaringan listrik di Dusun produktif beberapa di antaranya berdagang
Cipondoh, jika warga mempunyai Kartu bakulan keliling untuk menambah
Indonesia Sejahtera (KIS) maka dapat penghasilan.
dipasang listrik sebesar 450 atau 900 Watt Keberadaan Waduk Jatigede belum
di rumahnya. Sedangkan warga yang tidak mampu memberikan dampak yang
mempunyai KIS hanya boleh memasang signifikan terhadap peningkatan
listrik sebesar 1300 watt. Biaya listrik yang kesejahteraan masyarakat, khususnya
harus mereka keluarkan bagi rumah tangga mereka yang terkena dampak relokasi dan
dengan daya 1300 watt adalah 50 ribu resettlement. Kebijakan pemerintah
untuk 2 minggu hingga 300 ribu, setempat untuk melarang keberadaan
tergantung pemakaian. Jaringan
komunikasi telepon sudah masuk, dengan
dibangunnya beberapa tower
telekomunikasi swasta di sekitar
Strategi Adaptasi..... (Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap) 29
kolam ikan terapung13, membuat pilihan jantan tah tos upami tos anakan
mata pencaharian semakin terbatas. engke dialihkeun deui ka nu
Pemberdayaan perekonomian sanes.”15
khususnya pertanian pernah dilakukan oleh Adanya peternakan domba sedikit
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan banyak telah membantu perekonomian
Jawa Barat yang bekerja sama dengan masyarakat setempat. Domba-domba yang
ALG (Academic Leadership Grant) Unpad telah cukup umur dapat dijual, sedangkan
pada tahun 21017 ini, memberikan kotorannya dimanfaatkan sebagai pupuk
pelatihan terkait pemanfaatan lahan kosong kompos. Pembuatan kompos dilakukan
yang ada di sekitar rumah. Seperti, dengan cara menimbun kotoran ternak
halaman atau pekarangan, untuk dengan plastik terpal atau menguburnya
dimanfaatkan menjadi kebun tanaman dalam lubang buatan. Penimbunan
pangan sebagai bahan konsumsi sehari- dilakukan untuk menimbulkan efek panas,
hari. sehingga kotoran lebih cepat terurai.
“Eta kanggo pemerdayaan Pemanfaatan pupuk in masih sebatas untuk
lingkungan, misalkeun ayeuna konsumsi pribadi warga, yang biasa
gaduh pekarangan rumah, digunakan sebagai pupuk organik untuk
dipelakan naon kitu. Eta nembe ka berbagai tanaman pangan yang mereka
dinya wungkul teu ngaieukeun tanam halaman rumahnya.
pemberdayaan. Dina gaduh
pakarangan sakieu ku poly bag
dipelakan naon, kanggo kabutuhan
sehari-hari.”14
Bantuan dari beberapa lembaga
nirlaba juga pernah diperoleh warga
Dusun Cipondoh sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat dengan
menggulirkan peternakan domba. Bantuan
domba pertama kali diberikan sebanyak 5
ekor betina dan 1 jantan untuk 10 KK.
Domba-domba tersebut kemudian Gambar 6. Pembuatan Kompos dari
digulirkan kepada KK yang lain apabila Kotoran Domba
telah menghasilkan keturunan. Sumber: Dok. Pribadi, 2017.
“Ayeuna misalkeun dipasihan
saurang teh 5 betina sareng 1 Adanya perubahan pada kondisi
kesehatan merupakan ekses nyata yang
13
Di Waduk Saguling dan Cirata, warga dirasakan warga Dusun Cipondoh. Kondisi
terdampak dibolehkan membuat keramba lingkungan alam yang cukup ekstrim dari
terapung sebagai alternatif mata pencaharian cuaca yang cukup panas pada saat siang
pasca penggenangan, tidak demikian dengan hari dan dingin menggigit ketika malam
Waduk Jatigede. Hal ini disebabkan menurut tiba, memungkinkan terjadinya berbagai
pendapat pemerintah setempat seringkali macam penyakit baru yang sebelumnya
terjadi over capacity atau terlalu banyaknya jarang mereka rasakan di tempat tinggal
keramba dari yang seharusnya dibolehkan sebelumnya. Penyakit seperti batuk, flu,
untuk dibangun diatas waduk, sehingga
dan demam lebih sering menyerang. Anak-
kualitas air menjadi jenuh yang berakibat pada
kualitas dan kuantitas ikan yang dihasilkan anak berpotensi lebih rentan terkena
kurang baik. dampaknya, penyakit batuk flu dan demam
14 15
Wawancara dengan Bapak Teten, 17 Oktober Wawancara dengan Bapak Teten, 17 Oktober
2017. 2017.
30 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34
dikonsumsi dapat saja berakibat pada sanitasi kurang berperan, sebaliknya kedua
terjadinya penurunan tingkat kesehatan. hal ini sangat penting, karena efeknya
Hal yang sama dapat terjadi juga pada terhadap kondisi kesehatan warga di
saluran pembuangan air kotor dan limbah, Dusun Cipondoh.
yang menurut hasil pengamatan masih Adaptasi atau bentuk-bentuk
belum memadai. Limbah dan kotoran penyesuaian ini telah dilakukan selama dua
rumah tangga yang dibuang begitu saja di tahun, tantangan-tantangan yang dihadapi
sekitar pemukiman tanpa adanya saluran dengan segala keterbatasan telah mampu
pembuangan yang representatif dapat pula mereka lalui dengan pola-pola tindakan
menimbulkan dampak kesehatan yang yang dilakukan secara berulang-ulang.
cukup serius. Perilaku masyarakat terhadap lingkungan
Hal ini sebenarnya dapat difahami dan sanitasinya, seperti pemenuhan
mengingat pemukiman Dusun Cipondoh kebutuhan air untuk makan dan minum.
dibangun hanya berdasarkan site plane Strategi mereka tidak terfokus pada
melalui cut and fill lahan supaya dapat sumber air bersih yang berasal dari sumur-
dibangun pemukiman secara mandiri oleh sumur warga saja, tetapi mengembangkan
masyarakat, tanpa ada perencanaan alternatif pilihan lain seperti pembangunan
pembuatan dan pembangunan infrastruktur sumur umum, atau sungai sebagai sarana
lebih lanjut. Tidak adanya pengelola MCK, pembuangan limbah rumah tangga
pemukiman yang profesional sebagaimana juga merupakan perilaku adaptif mereka
diungkapkan oleh Keman (2005: 32), terhadap kondisi ketidakberdayaan
mengakibatkan kenyamanan sebuah ekonomi, begitu pula halnya dengan
lingkungan pemukiman menjadi hal yang pembuangan sampah. Sampah rumah
sulit untuk dicapai. Kenyamanan yang tangga merupakan sampah domestik paling
didasarkan pada kelengkapan sarana dan banyak yang diproduksi oleh setiap rumah
prasarana dasar, serta pembangunan tangga, untuk meminalisirnya mereka
infrastruktur masih jauh dari harapan membakar sampah-sampah tersebut atau
seluruh warga Dusun Cipondoh. Saat ini membuangnya di lahan-lahan kosong. Hal
mereka hanya berharap pada bantuan- ini dilakukan semata karena di
bantuan pemerintah dan lembaga-lembaga lingkungan pemukiman dengan akses yang
swasta untuk mengatasi kesulitan mereka sangat terbatas itu, pelayanan kebersihan
terhadap akses-askes infrastruktur, tidak dapat diharapkan, sehingga mereka
ekonomi, kesehatan, pendidikan, mengembangkan sendiri pola-pola
lingkungan, dan sanitasi. penanggulangannya.
Harapan-harapan yang digantungkan Begitu pula halnya dalam
pada asa dan kemurahan hati pemerintah menanggulangi kondisi lingkungan alam,
daerah setempat untuk setidaknya warga Dusun Cipondoh mengembangkan
meringankan beban hidup warga Dusun penghijauan sebagai bagian dari strategi
Cipondoh, ternyata tidak juga kunjung adaptasi mereka terhadap kondisi cuaca
datang. Di sisi lain kehidupan harus terus yang ekstrim. Dengan dilakukannya
berjalan, dan mereka harus tetap dapat penanaman pohon, warga berharap
bertahan dengan segala keterbatasan. lingkungan alam mereka menjadi lebih
Upaya-upaya adaptasi pun dilakukan untuk sejuk dan lebih hijau. Eksesnya penyakit-
menjamin keberlangsungan hidupnya. penyakit yang timbul dari kondisi cuaca
Adaptasi ekonomi memang memegang panas dapat diminimalkan. Pada kondisi
peranan penting dalam menjaga yang lain tanaman mangga yang ditanam
keberlangsungan hidup warga, dengan di pekarangan-pekarangan rumah warga
adanya penghasilan mereka bisa makan suatu saat akan berbuah, dan buahnya
untuk bertahan hidup. Namun demikian dapat dijual untuk pemenuhan kebutuhan
tidak berarti adaptasi lingkungan dan sehari-hari. Konsep yang sama mereka
32 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34
terapkan juga dalam membuat infrastruktur Cipondoh pada dasarnya memiliki hak
jalan. Sistem gotong royong yang mereka yang sama dengan warga lainnya sebagai
lakukan untuk membuat pengerasan jalan sesama warga negara di republik ini, dalam
menggunakan batu kali secara swadaya mengakses kehidupan yang layak
merupakan upaya adaptif warga Dusun sebagaimana diamanatkan dalam UUD
Cipondoh untuk memperoleh akses jalan 1945 pasal 27 dan pasal 34 yaitu dengan :
perkampungn yang lebih layak daripada 1. Mengoptimalkan sumber daya
jalan tanah. manusia yang ada dengan membuka
lahan-lahan pekerjaan yang layak
D. PENUTUP sebagai upaya pemenuhan
Tindakan maupun strategi yang kebutuhan dasar mereka;
dilakukan warga Dusun Cipondoh untuk 2. Mengupayakan pemenuhan sarana
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan prasana lingkungan dan sanitasi
tidak terjadi begitu saja, melainkan telah yang baik untuk mendukung
terpola karena tersusun dari sejumlah kesejahteraan fisik dan mental
tindakan-tindakan yang sama yang warga terdampak;
dilakukan berulang-ulang. Pola-pola 3. Memenuhi kebutuhan infrastruktur
tindakan ini muncul karena sebelumnya jalan yang sangat penting bagi
ada pengetahuan. Pengetahuan tentang aksesibilitas dan mobilitas warga
kondisi lingkungan alam, sanitasi, terdampak.
kesehatan, maupun sarana dan prasarana
dasar penunjang kehidupan suatu DAFTAR SUMBER
masyarakat diperoleh dengan cara melihat, 1. Jurnal, Makalah, Laporan
mendengar, dan merasakan sendiri Penelitian, Skripsi, dan Tesis
pengalaman-pengalaman lainnya, ketika Amaliah, Siti. “Hubungan Sanitasi Lingkungan
mereka mulai hidup dan menetap di Dusun dan Faktor Budaya Dengan Kejadian
Cipondoh. Mereka melihat ada hal-hal Diare Pada Anak Balita di Desa Toriyo,
yang kurang, mereka mendengar keluhan- Kecamatan Bendosari, Kabupaten
keluhan, dan mereka juga merasakan Sukoharjo” Makalah dalam Prosiding
adanya ketidaknyamanan. Konsep tahu ini Seminar Nasional Universitas
kemudian diwujudkan dalam sikap sebagai Muhammadiyah, Semarang, 2010.
reaksi atau respon terhadap segala Bartolome, Leopoldo Jose., Chris de Wet,
keterbatasan yang mereka alami. Harsh Mander, Bijay Kumar Nagraj.
Pengetahuannya mengenai kondisi 2000. “Displacement,
lingkungan dan segala keterbatasannya, Resettlement,Rehabilitation, Reparation,
membuat mereka menyusun strategi- and Development”. Makalah dalam
strategi untuk bertindak. Tahapan WCD Thematic Review Social Issues I.3.
penyusunan strategi tindakan inilah yang Cape Town : World Commission on
Dams (WCD).
dimaknai dengan sikap. Pada tahap
berikutnya pengetahuan dan sikap ini Kasnodiharjo dan Musadad, Anwar “Perilaku
dimekanisasi dalam bentuk tindakan, untuk Hidup Bersih dan Sehat yang Terkait
mewujudkan strategi adaptasi mereka dengan Hygien Perorangan, Gaya Hidup
terhadap lingkungan alam, dan sosialnya. dan Kondisi Sanitasi Lingkungan di
Berdasarkan pemaparan hasil Kepulauan Seribu, DKI Jakarta” dalam
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No.1.
penelitian di atas perlu kiranya dibuat
Maret 2009. Hlm. 886-894.
beberapa rekomendasi mengenai hal-hal
yang harus dilakukan terkait dengan Kasnodihardjo dan Elsi, Elsa. “Deskripsi
keberadaan dan kondisi masyarakat Sanitasi Lingkungan, Perilaku Ibu, dan
terdampak pembangunan Waduk Jatigede. Kesehatan Anak” dalam Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7
Walau bagaimanapun masyarakat Dusun
No. 9. April 2013. Hlm. 415-420.
Strategi Adaptasi..... (Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap) 33
Iim Imadudin
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Jln. Cinambo No.136 Ujungberung-Bandung 42094
e-mail: imadudin1975@gmail.com
Naskah Diterima:12 Januari 2018 Naskah Direvisi:18 Februari 2018 Naskah Disetujui: 3 Maret 2018
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengungkap konflik tentara dengan laskar dan jago di wilayah
Karawang. Penelitian ini mempergunakan metode sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Sama seperti halnya di daerah lain, revolusi kemerdekaan di
wilayah Karawang berlangsung dengan sengit. Dinamika perjuangan kemerdekaan di Karawang
terasa lebih keras lagi setelah proklamasi kemerdekaan. Pada masa perjuangan Karawang
merupakan “rumah” bagi tentara dan laskar perjuangan. Banyaknya kelompok laskar dan
kelompok jago yang sering menghadirkan kerusuhan menimbulkan permasalahan tersendiri
sebagaimana digambarkan pada artikel ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik antara
tentara, laskar, dan jago terjadi disebabkan adanya keyakinan yang besar terhadap janji-janji
revolusi, perbedaan ideologis mengenai bagaimana perjuangan harus dimenangkan, faktor
ketidakpercayaan yang mengakibatkan hubungan-hubungan yang tidak harmonis antarfaksi
perjuangan di Karawang.
Kata kunci: revolusi, kemerdekaan, konflik, Karawang.
Abstract
This study aims to reveal the conflict of soldiers with paramilitary troops and warior in
the area of Karawang. This study uses historical methods consisting of heuristics, criticism,
interpretation, and historiography. Just as in other areas, the revolution of independence in the
Karawang was fierce. The dynamics of the struggle for independence in Karawang was even
harder after the proclamation of independence. Karawang is a "home" for the army and the
paramilitary-troops struggle. The large number of paramilitary troops groups and groups of
warior often caused riots that raise their own problems as illustrated in this article. The results
show that the conflict between the army, the paramilitary troops and the warior occurred due to
the great conviction of the promises of the revolution, the ideological differences about how the
struggle should be won. The unbelieving factor resulted an unharmonious relationships between-
fraction struggle in Karawang.
Keywords: revolution, independence, conflict, Karawang
Realitas sosial dan politik yang antikolonial. Apabila Anton Lucas (1989)
terjadi menimbulkan ketidakpuasan umum. mengemukakan istilah “revolusi dalam
Namun yang paling penting adalah revolusi” dalam konteks pembongkaran
kekecewaan terhadap janji-janji struktur birokrasi lama dengan yang baru,
kemerdekaan bahwa nasib rakyat akan penelitian ini melihat adanya tujuan-tujuan
berubah secepatnya (Kahin, 1979: 101). tertentu dalam tujuan bersama
Kekecewaan tersebut berkembang mempertahankan kemerdekaan.
menjadi radikalisasi yang cenderung Kedua, terkait dengan perluasan
mengarah anarki. Sementara, pemerintah tema sejarah yang lokal sentris.
baru yang sedang berkuasa hampir tidak Kecenderungan penulisan sejarah lokal di
memiliki kemampuan mengendalikan Karawang2, khususnya periode perjuangan
seluruh dinamika revolusi yang sedang kemerdekaan lebih menitikberatkan pada
bangkit tersebut. Tindakan anarki bersifat Peristiwa Rengasdengklok. Hal tersebut
antiasing (kolonial), antifeodal, menimbulkan kesan bahwa hanya itulah
antipangreh praja. Oleh karena itu, tidak satu-satunya peristiwa penting yang terjadi
dapat dihindari pada fase-fase permulaan di Karawang. Peristiwa lain seakan-akan
revolusi, muncul huru-hara dan berbagai kurang memiliki makna penting. Banyak
pergolakan sosial (Ibrahim, 2010: 4-5). peristiwa menarik yang terjadi pada
Pada gilirannya beberapa pergolakan periode itu, antara lain Peristiwa Cikampek
sosial yang terjadi merepresentasikan dan Pembantaian Rawagede. Peristiwa
corak revolusi Indonesia yang tidak hanya yang disebut belakangan bahkan menjadi
memperjuangkan eksistensinya, tetapi salah satu isu kesejarahan dan politik yang
mengandung permasalahan-permasalahan cukup panas, baik di Indonesia maupun di
sosial di dalamnya. Revolusi Indonesia Negeri Belanda.
tidak hanya menghadirkan konflik politik, Kecenderungan tersebut agaknya
tetapi juga konflik sosial (Ibrahim, 2010: karena masyarakat, khususnya peminat
5). Dalam hal ini terjadi revolusi sosial sejarah, lebih tertarik pada peristiwa yang
yang ditandai dengan kemunculan berada pada level nasional. Padahal
kelompok-kelompok sosial penentang keberadaan sejarah lokal akan
penguasa yang sering bertindak kriminal memperkaya sejarah nasional. Sejarah
(Ibrahim, 2010: 16). nasional cenderung mengalami pemitosan
Ada dua alasan mengapa artikel ini
ditulis dari segi interesting (menarik) dan 2
Karawang memiliki tiga varian dalam
significant (penting).1 Pertama, dalam
penyebutannya, yaitu ”Kerawang”, ”Krawang”
konteks Karawang, revolusi sosial menjadi
dan ”Karawang”. Dari segi toponimi, istilah
menarik dilihat dari hubungan tentara, Karawang memiliki beberapa versi. Istilah
laskar, dan jago. Revolusi sosial bukan “Karawang” berasal dari kata 'Karawaan' yang
sekadar kekacauan dan avonturirisme mengandung arti daerah ini banyak terdapat
politik, tetapi bagaimana massa berperan rawa (Sudaryat, 2009: 65). Selanjutnya,
dalam jalannya suatu perubahan. Ada “Karawang” berasal dari perubahan pelafalan
ikhtiar untuk mengisi kekosongan politik „Caravan‟. Sejak abad ke-16 orang-orang
berlandaskan tatanan baru yang Portugis menyebut kawasan yang sebagian
tanahnya berawa tersebut dengan caravan atau
caravaon (Lubis, 2011: 86). Berikutnya,
1
Menurut Sobana Hardjasaputra (2013), topik “Karawang” berasal dari kata "Quro-wang".
yang dipilih untuk menulis sejarah, tidak Quro berasal dari tempat Syeh Quro yang
sembarang topik, tetapi harus memenuhi syarat merupakan pasantren yang pertama ada di
tertentu, yaitu: menarik (interesting topic), wilayah Tatar Sunda. Kata "wang” berasal dari
memiliki arti penting (significant topic), dan “wong” yang berarti orang". Karawang juga
dapat dikerjakan karena sumber-sumbernya berarti “dikarawang” yang bermakna tepi kain
tersedia dan dapat diperoleh (selendang) yang diberi ornamen berlubang
(manageable topic). agar menjadi indah.
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 37
dan generalisasi. Sementara, sejarah lokal cukup banyak, tetapi masih merupakan
(local voice) memberikan corak peristiwa tulisan yang lepas dan terpencar-pencar.
yang lebih dinamis dan unik. Kebanyakan buku-buku yang diterbitkan
Ruang lingkup spasial adalah membahas kronologi sejarah yang panjang.
Karawang sebagai wilayah administratif Meski demikian, ada juga buku yang lebih
setingkat kabupaten. Karawang menjadi khusus, seperti biografi, namun bersifat
kabupaten dengan bupati pertama Raden deskriptif dan terfokus pada peran
Singaperbangsa bergelar Kertabumi IV tokohnya.
yang dilantik 14 September 1633. Tanggal Buku pertama yang patut disebut
ini menjadi hari jadi Kabupaten Karawang. adalah Sejarah Purwakarta (2008) yang
Kemudian bupati berikutnya adalah R. ditulis Sobana Hardjasaputra. Buku ini
Anom Wirasuta 1677-1721, R. Jayanegara membahas perkembangan Purwakarta
(gelar R.A. Panatayuda II) 1721-1731, R. sejak masa penjajahan hingga Orde Baru.
Martanegara (R. Singanagara dengan gelar Dalam buku ini dijelaskan perjuangan
R.A. Panatayuda III) 1731-1752, R. kemerdekaan di wilayah Purwakarta yang
Mohamad Soleh (gelar R.A. Panatayuda ketika itu memiliki keterkaitan yang erat
IV) 1752-1786. Pada periode ini terjadi dengan Karawang secara kewilayahan.
peralihan penguasa dari Mataram kepada Selanjutnya, Sejarah Kabupaten
VOC. Karawang yang ditulis Nina Herlina Lubis
Hingga tahun 1809, Karawang et al (2011). Buku ini mengungkap
menjadi keresidenan, berubah menjadi perjalanan sejarah yang panjang sejak
kabupaten pada 1810, dan kembali menjadi masa prasejarah hingga kemerdekaan.
keresidenan pada 1811. Pada 1813 status Secara khusus, ada bab tentang perjuangan
keresidenan dihapus. Selanjutnya, pada kemerdekaan di Karawang. Meski
1818 Karawang menjadi keresidenan demikian, agak kurang mengungkap relasi
kembali. Pada 1901 Karawang berubah tentara, jago, dan laskar.
lagi menjadi kabupaten di bawah Robert Cribb menulis Para Jago
Keresidenan Batavia, pada 1925 Karawang dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-
kembali menjadi keresidenan, dan 1931 1949 (2010). Buku ini mengkaji secara
Karawang menjadi kabupaten. Pada masa khusus milisi rakyat yang tergabung dalam
Pendudukan Jepang, ibu kota Karawang perjuangan kemerdekaan Indonesia pada
Syi/Ken berada di Purwakarta (Yulifar, 1945, yaitu Laskar Rakyat Jakarta Raya
2016: 217). Pada masa revolusi, pusat (LRJR). Laskar ini mengalami kehancuran
Pemerintahan Kabupaten Karawang di tangan tentara pada akhir 1940-an. Buku
dipindahkan dari Purwakarta ke Subang. ini terfokus pada peran LRJR.
Ketika itu Kabupaten Karawang dipimpin Referensi berikutnya yang berbicara
Raden Juarsa. mengenai gejolak revolusi di Karawang
Ruang lingkup temporal mencakup dan sekitarnya adalah Jakarta-Karawang-
1945-1947. Pada rentang waktu ini, Bekasi dalam Gejolak Revolusi:
eskalasi perjuangan kemerdekaan di Perjuangan Moeffreni Moe‟min yang
Karawang semakin meningkat. Saat itu ditulis Dien Majid dan Darmiati (1999).
dapat dikatakan bahwa Karawang Buku yang bersifat biografis tersebut yang
merupakan “rumah” bagi tentara dan memberi gambaran kelahiran para laskar
laskar perjuangan. Banyaknya kelompok dengan kelompok nasionalis muda radikal.
laskar, khususnya yang berhaluan kiri, Buku ini merekam perjuangan
mengakibatkan konflik dengan tentara. kemerdekaan dalam perspektif pelakunya.
Selain itu, kehadiran para jago juga sering Her Suganda menulis
menimbulkan kekacauan. Rengasdengklok, Revolusi dan Peristiwa
Sejauh ini sumber sejarah tertulis 16 Agustus 1945 (2009). Buku ini
yang tersedia selama periode tersebut mengulas perjalanan sejarah
38 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 35 - 50
Pada masa revolusi, para bandit atau 1979: 23). Khususnya di Karawang berdiri
jagoan dihadapkan pada dua pilihan: beberapa badan kelaskaran yang berafiliasi
menjadi seorang kriminal atau dengan garis induknya sebagai berikut:
revolusioner. Namun, pada kenyataannya 1. Barisan Banten Republik Indonesia
para jagoan itu mencampuradukkan dua (BBRI) pimpinan Moh. Kosim yang
dunia yang bertolak belakang itu untuk bermarkas di Gedung Pegadaian
kepentingan pribadinya. Seorang penjahat Cinangoh;
sejati menganggap revolusi sebagai 2. BPRI (Barisan Pejuang Republik
kesempatan baik untuk melakukan Indonesia) pimpinan H. Agil Ahmad,
kejahatan. Seringkali, pemimpin bandit bermarkas di sebelah markas BBRI
mencari legitimasi untuk revolusi dengan (bekas Gedung Pagadaian);
cara mengadopsi status formal seorang 3. Hisbulah pimpinan MO Sobandi,
penguasa (Ibrahim: 2004, 221). Perlu bermarkas di Gang Yanten (bekas
dipahami bahwa gerakan revolusioner dan pabrik penggilingan padi);
gerakan sosial dalam menumbangkan 4. Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia),
rezim tertentu diboncengi oleh kekuatan dipimpin oleh Taryono Cayong,
kaum kriminal. Kadang-kadang pejuang bermarkas di Pengasinan (sekarang
menjadi kriminal, tidak jarang pula Jalan Dr. Taruno);
kriminal terlibat dalam perjuangan 5. SP 88 (Satuan Pemberontak) pimpinan
(Ibrahim, 2010: viii). A.S. Wagianto/Usman Somantri;
6. BR (Bambu Runcing) pimpinan Doyot;
C. HASIL DAN BAHASAN 7. Laskar Buruh;
1. Kelahiran BKR dan Laskar-Laskar 8. Sabilillah; dan
Perjuangan 9. Laskar Rakyat Jakarta Raya, dipimpin
Setelah proklamasi kemerdekaan oleh J. Hasibuan (Idris, 2001: 9).
kebutuhan akan adanya kekuatan militer Salah satu isu penting yang mencuat
yang cukup untuk menjaga keamanan dan pasca proklamasi kemerdekaan adalah
ketentraman dirasakan semakin mendesak. pengambilalihan kekuasaan dari tangan
Bahkan Oerip Soemohardjo pernah Jepang. Jepang tidak mau menyerahkan
berujar, “aneh, sebuah negara zonder kekuasaannya ke pihak Indonesia,
tentara”. Pada 23 Agustus 1945 dibentuk melainkan ke pihak Sekutu. Dalam situasi
BKR (Badan Keamanan Rakyat), yang demikian, di daerah-daerah rakyat
bertujuan menjamin ketentraman umum. mengambil gerakan sendiri untuk melucuti
Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, tentara Jepang, termasuk di Karawang. Di
Presiden Soekarno melalui RRI antara laskar-laskar saling berlomba
mengumumkan agar di daerah-daerah memperbanyak jumlah senjata sehingga
sesegera mungkin dibentuk Badan sering terjadi konflik sesama mereka
Keamanan Rakyat (Ekadjati et al., 1980: (Kosoh et al., 1994: 217).
94). Pejuang di wilayah Karawang sejak
Pembentukan BKR di Jawa Barat, meluasnya kabar penyerahan Jepang
terutama dipelopori para bekas PETA, terhadap Sekutu sudah lebih dulu
Chudancho, dan Heiho. Para pejuang di melakukan perlucutan tentara Jepang
Karawang menyatukan tekad bergabung dibandingkan wilayah lain di Jawa Barat.
dalam BKR di bawah pimpinan Nagdon Menjelang “penculikan” Soekarno-Hatta,
Suraji. Rengasdengklok sudah berada di tangan
Pembentukan BKR dibarengi pula pasukan PETA. Tentara Jepang berhasil
dengan lahirnya badan-badan kelaskaran. ditawan dan dilucuti. Bendera Hinomaru
Tidak kurang dari 18 badan kelaskaran diturunkan dan bendera merah putih
yang pernah muncul dan aktif di wilayah dinaikkan. Dengan demikian, dapat
Jawa Barat (Disjarahdam VI Siliwangi, dikatakan bahwa Rengasdengklok
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 41
Belanda. Persoalan lain adalah penolakan TRI. Dalam perundingan itu, Laskar
mereka untuk diintegrasikan ke dalam Rakyat Jakarta Raya tetap menolak untuk
tubuh TRI. Laskar bahkan sering menggabungkan diri.
memancing ketegangan dengan TRI
(Sukarman et al., 2006: 47). Laskar Rakyat
Jakarta Raya menentang kebijakan yang
ditempuh oleh Soekarno-Hatta yang
dikatakannya "Soekarno penjual Bangsa,
pengkhianat proklamasi" dan seterusnya.
Perihal tidak selarasnya Laskar
Rakyat dengan tentara memang dapat
dilihat dari status para pemimpinnya.
Beberapa pimpinan Laskar Rakyat
merupakan anggota dinas rahasia Belanda
di bawah pimpinan Letkol. Agerbeel dan
Kol. Drost.
Di sepanjang jalan Karawang, Gambar 1. Tugu Pimpinan Resimen V
Laskar Rakyat sering pamer kekuatan Cikampek
sambil menyanyikan lagu Darah Rakyat Sumber: Dok. Iim Imadudin, Januari 2018.
(Sukarman et al., 2006: 48).
Darah rakyat masih berjalan Salah satu Laskar Rakyat yang
Menderita sakit dan miskin berkedudukan di Lamaran yang dipimpin
Pada datangnya pembalasan Sujono memasuki kota untuk bergabung
Kita yang menjadi hakim. dengan laskar yang lain. Tujuannya untuk
Hayo. Hayo bergerak sekarang merebut kota yang dikuasai TRI. Komando
Kemerdekaan „tlah datang Keamanan Kota (K3) Karawang tidak
Merahlah panji-panji kita mampu menghadapi kekuatan LRJR yang
Merah warna darah rakyat (2x) menciptakan kekacauan di penjuru kota.
Pertahanan Jakarta Timur Pimpinan Resimen Cikampek
(Karawang) tidak mudah untuk menjadi sasaran tindakan liar Laskar
dikendalikan. Laskar Rakyat Jakarta Raya Rakyat Jakarta Raya. Sejumlah perwira
bukan saja tidak mau bergabung, malahan diculik dan dibunuh pada tanggal 28
memperlihatkan sikap permusuhan dengan November 1946 setelah kembali dari
pihak TRI. Aksi liar Laskar Rakyat perundingan di Kedung Gede. Mayor
Jakarta Raya (LRJR) semakin tidak Suroto Kunto dan Kepala Staf Kapten Adil
terkendali. Mereka menyerang pos-pos Sofyan beserta dua orang pengawal
TRI di sekitar Lemahabang-Cikarang. masing-masing bernama Kopral Muhajar
Konflik bersenjata berlangsung dengan dan Prajurit Murad menjadi sasaran
hebat. kekejaman laskar rakyat (Rivai, 1983: 160;
Pada pertengahan tahun 1947, Warliyah, 2003: 77; Lasmiyati et al., 2012:
berlangsung pertemuan di Kedung Gede. 69). Agaknya kejadian tersebut dipicu oleh
Menteri Pertahanan RI memutuskan agar gaya Suroto Kunto yang cenderung tegas
di Karawang dibentuk Detasemen Gerak dan memaksa dibandingkan upaya yang
Cepat untuk menyatukan wadah lebih halus untuk meminta bantuan para
perjuangan rakyat. Anggotanya berjumlah laskar. Suroto Kunto 3 berbeda dengan
150 orang, dari berbagai unsur, antara lain
BPRI, PBRI, PESINDO, Laskar Buruh, 3
Dilihat dari riwayat hidupnya, Suroto Kunto
Hizbullah, dan Sabilillah. Hal tersebut
juga sebagai upaya membangun termasuk pemuda radikal yang tidak mau
komunikasi yang lebih baik dengan pihak kemerdekaan Indonesia dipengaruhi Jepang.
Sejak menjadi mahasiswa Ikadaigaku (sekolah
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 43
Mufreni. Hubungan tentara dengan LRJR terhadap Laskar Rakyat Jakarta Raya.
semakin memburuk (Cribb, 2010: 153). Komandan Brigade Purwakarta, Letkol
Beredar spekulasi bahwa Suroto Daan Jahja segera bergerak ke Karawang.
Kunto tidak dibunuh oleh laskar rakyat Kekerasan berdarah antara TRI dengan
yang iri dengan pengangkatannya selaku Laskar Rakyat Jakarta Raya berlangsung
komandan resimen, namun oleh intel-intel dengan sengit.
Belanda (Matanasi, 2012: 43). Pendapat ini Pasukan Laskar Rakyat Jakarta Raya
diperkuat oleh Robert Cribb, bahwa upaya berhasil dilumpuhkan. Pemimpin-
pembunuhan tersebut sebagai cara untuk pemimpin dan anggota-anggota yang
melemahkan kekuatan Republik. tertangkap atau menyerahkan diri dibawa
Penculikan tersebut berlangsung ke Kalijati Subang untuk
sepulang melakukan perundingan dengan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dewan Pimpinan Laskar Rakyat Jakarta Pasukan laskar yang berhasil melarikan
Raya (LRJR) di Bekasi. Namun diri bergabung dengan HAMOT (Hare
sekembalinya dari berunding keempatnya Majesteit‟s Ongeregelde Troepen) atau
diculik di daerah Warungbambu, sebuah Laskar Sri Ratu.
daerah yang terletak di sisi jalan raya Bersama anak buahnya, Daan Jahja
Karawang-Cikampek. Keempatnya menahan salah satu pemimpin laskar
dinyatakan hilang. Mobil yang bernama Darwis, agar dapat ditukar bila
ditumpanginya ditemukan penuh bercak Suroto Kunto diculik dalam keadaan
darah oleh salah satu ajudannya, Kapten hidup (Cribb, 2010: 129).
Mursyid, pada 28 November 1946 sekitar Kabar keberadaan Suroto Kunto
pukul 01.00 dini hari. Jasadnya dan jasad belum menemukan titik terang. Darwis
para pengawalnya tidak pernah ditemukan hampir dibunuh bila AH Nasution tidak
sampai sekarang ini. Keberadaan Suroto mencegahnya. Akibat kejadian itu, Daan
Kunto dinyatakan vermist (hilang). Jahja dipindahkan dari Brigade Purwakarta
ke Tasikmalaya, dan digantikan Letkol
Sidik Brotoatmodjo.
Upaya pembersihan laskar-laskar
yang membangkang tidak dapat berjalan
dengan mudah. Belanda terus mengganggu
di sejumlah titik garis demarkasi antara
tentara Belanda dan TRI di pinggir timur
Kota Jakarta, tepatnya antara Tambun
sampai Karawang.
Gambar 2. Tugu Suroto Kunto Oleh karena itu, TRI meminta
Sumber: Dok. Iim Imadudin, Januari 2018. pemakluman tentara Belanda agar tidak
membuka front pertempuran sampai
Aksi Laskar Rakyat Jakarta Raya urusan dengan laskar selesai. Sidik
semakin membahayakan persatuan dan Brotoatmodjo mengirim telegram ke
kesatuan Republik Indonesia. Pimpinan Komandan Brigade II dari Divisi 7
pihak TRI melakukan tindakan tegas Desember Kolonel Thompson di Bogor
dan panglimanya di Jakarta. Pada April
1947, TRI bergerak mengepung LRJR,
kedokteran), ia terkenal pemberani, vokal, BPRI dan KRIS. Mereka digempur TRI
bahkan Jepang menyebutnya pemberontak Siliwangi atas perintah Nasution.
(Sukarman et al., 2006: 14). Ia juga bagian dari Selain aksi anarkis LRJR, Polisi-
kelompok muda yang mendesak Bung Karno Tentara (PT) pimpinan Wiwiek Hadi Bei
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. pada bulan November 1945, menangkap
lima anggota laskar rakyat Karawang
44 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 35 - 50
anggota laskar rakyat berasal dari efisien dengan komando yang ketat.
golongan tidak terpelajar. Mereka tidak Didirikannya laskar-laskar bersenjata
terbiasa dengan kedisplinan tinggi, apalagi justru menjadi hambatan alam perjuangan.
saat membawa senjata. Masuknya laskar Laskar bersenjata bertempur mengikuti
dalam distribusi sandang dan pangan di garis induknya, tanpa komando sentral di
Karawang dipengaruhi oleh kebutuhan tangan tentara.
ekonomi. Anggota laskar secara sepihak Ketidakpercayaan demikian yang
mengambil alih peran dan wewenang membuat Ki Bubar dan Pak Belah
aparat keamanan. menyerang tentara dan pejabat pribumi
Dalam kaitan ini, sebagaimana yang dianggapnya sebagai antek kolonial.
dikatakan Taufik Abdullah dalam (Majid Pimpinan Barisan Berani Mati dan
dan Darmiati, 1999: xiii), para laskar perlu Simanjuntak yang menetapkan dirinya
melakukan reinterpretasi kreatif dan sebagai penguasa baru menunjukkan
konstruktif di dalam suasana revolusi yang ketidakpercayaan terhadap pejabat lokal
hidup dalam dirinya ke dalam kehidupan yang dianggapnya tidak memiliki
sehari-hari yang terus berubah. legitimasi.
Kedua, secara ideologis, para Dalam kasus LRJR terdapat
pemimpin laskar umumnya menganut gambaran yang jelas bagaimana
aliran politik kiri dan radikal. Mereka bersekutunya para jago dengan tokoh
sering melakukan oposisi terhadap laskar yang berasal dari kaum nasionalis
pemerintah. Laskar terbesar di front timur kiri. Relasi yang terjadi di antara mereka
Jakarta memiliki garis politik bersifat simbiosis mutualistis. Para jago
berseberangan dengan pemerintah Perdana berharap di masa depan dengan
Menteri Sjahrir. Laskar Rakyat Jakarta keterlibatan kaum nasionalis kiri akan
Raya (LRJR) dengan tegas menolak memberi legitimasi bagi keberadaan
Perjanjian Linggajati. Keterdesakan mereka. Sementara itu, bagi kaum
mereka dari Jakarta sehingga memasuki nasionalis kiri, para jago mampu memberi
Karawang sedikit-banyaknya dipengaruhi perlawanan fisik yang dapat diandalkan.
oleh adanya tekanan yang kuat di Jakarta. Aksi-aksi sepihak para laskar rakyat
Kecenderungan ini menunjukkan bahwa dan jago tidak saja meresahkan
katup-katup konflik menyumbat di Jakarta masyarakat, tetapi juga menciptakan
sehingga merembes ke wilayah pinggiran. instabilitas. Tentara dalam situasi sulit,
Ketiga, konflik yang terjadi antara karena di saat yang sama mereka
tentara dan laskar banyak dipengaruhi oleh menghadapi kekuasaan asing yang hendak
cara pandangnya. Para nasionalis kiri yang berkuasa kembali. Kontrol yang cenderung
menjadi pimpinan laskar menunjukkan lemah terhadap daerah-daerah yang
ketidakpercayaannya pada tentara nasional. bergolak memudahkan laskar rakyat dan
Pimpinan tentara yang berasal dari eks jago melakukan kekerasan.
KNIL dan PETA dianggap sebagai warisan
D. PENUTUP
penjajah yang berjiwa fasis. Fasisme
Di wilayah Karawang, tentara tidak
dipandang lebih berbahasa dari
saja berhadapan dengan kekuatan asing
kolonialisme. Pimpinan tentara seperti
yang mencoba berkuasa kembali, tetapi
Nasution dianggap tidak ubahnya “agen
juga tantangan internal. Tantangan yang
NICA” yang ingin melumpuhkan
dimaksud aktivitas para jago dan pihak
pertahanan rakyat (Gie, 1999: 93).
laskar yang bergerak liar.
Sementara itu, pimpinan tentara
Kemunculan gerakan-gerakan
memandang pentingnya tentara memiliki
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.
wawasan politik yang luas dan tidak hanya
Pertama, aksi-aksi anarkis merupakan
menjadi alat yang mati dari pemerintah.
respons terhadap situasi pada permulaan
Pertahanan negara harus disusun secara
revolusi kemerdekaan. Keyakinan yang
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 49
kuat pada masa perjuangan kemerdekaan Makalah disampaikan pada acara Temu
dihadapkan dengan suasana ketidakpastian Tokoh dan Seminar Sejarah “Refleksi
dan eforia yang terus memuncak. Pada Nilai-nilai Juang „45” di Karawang.
gilirannya menimbulkan konflik. Cita Simandjuntak, Peninna.
revolusi yang tidak kunjung terealisasikan “Gerakan Sosial sebagai Peristiwa
dan kegagalan pemerintah mengontrol Sejarah”, dalam Historisme, Edisi No.
keadaan menimbulkan anarkisme di tengah 21 Agustus 2005, hlm. 46-55.
upaya mempertahankan kemerdekaan yang Yulifar, Leli.
belum lama diproklamasikan. “Purwakarta: Dari Ibukota Kabupaten
Kedua, pimpinan laskar yang Karawang Menjadi Kabupaten
berhaluan kiri cenderung mengambil peran Mandiri”, dalam Jurnal Pendidikan
sebagai oposisi pemerintah. Dengan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 9 (2)
kondisi demikian, mereka juga tidak November 2016, hlm. 213-220.
sejalan dengan kebijakan pimpinan tentara.
Ketiga, ada stigma yang melekat 2. Buku
kuat dalam pemikiran masing-masing. Cribb, Robert. 2010.
Pimpinan laskar memperlihatkan Para Jago dan Kaum Revolusioner
ketidakpercayaannya terhadap pimpinan Jakarta 1945-1949. Jakarta: Masup.
tentara yang dianggapnya fasis. Sementara, ________. 1986.
pimpinan tentara beranggapan, keberadaan Revolusi dan Transformasi Masyarakat.
laskar dan jago menjadi hambatan dalam Terj. Candra Johan. Jakarta: Rajawali.
perjuangan.
Ekadjati, Edi, Sobana Hardjasaputra, Ian
Kombinasi ketiga faktor menjadi Tiansah, Emon S. 1980/1981.
penyebab mengapa keadaan di wilayah Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah
Karawang menjadi demikian dinamis. Jawa Barat. Jakarta: Ditjarahnitra
Wilayah yang menjadi “pangkal Depdikbud.
perjuangan” menyimpan revolusi sosial
Garraghan, Gilbert J. 1957.
yang hebat, terutama pada tahun-tahun A Guide To Historical Method. New
pertama setelah kemerdekaan. York: Fordham University Press.
Naskah Diterima:15 Januari 2018 Naskah Direvisi:18 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengungkap peristiwa Perang Bubat yang terjadi pada abad ke-14
atau tahun 1357 M dan resepsi sastranya. Masalah yang dibahas adalah bagaimana latar
belakang terjadinya Perang Bubat, reaksi, dan tanggapannya. Teori yang digunakan adalah
resepsi sastra. Metode untuk pengumpulan data adalah kualitatif dengan menerapkan prinsip
resepsi sastra. Hasil penelitian menggambarkan bahwa terjadinya Perang Bubat disebabkan Raja
Sunda tidak tunduk pada kehendak Gajah Mada dan Gajah Mada ingin menyatukan Nusantara.
Resepsi sastra terhadap Perang Bubat dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu resepsi dari aspek
kesejarahannya, resepsi pengaruhnya terhadap penciptaan karya baru, dan resepsi terhadap
struktur sastra. Simpulan penelitian ini adalah peristiwa Bubat diresepsi setelah dua abad berlalu,
yaitu pada abad ke-16 dan peristiwa tersebut diresepsi ulang pada abad ke-20-an. Hasil resepsi
sastra dari abad ke-18 sampai dengan abad ke-20 cukup beragam. Keberagaman resepsi itu
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan horizon harapan pembaca.
Kata kunci: Perang Bubat; resepsi sastra; dan horizon harapan.
Abstract
This study aims to reveal the events of the Bubat War that occurred in the 14th century or
the year 1357 AD and literary receptions that emerged after the incident occurred. The issue
discussed is how the background of the Bubat War and the reactions and responses to the event
through literary receptions. The theory used in analyzing data is literary receptions. The method
used for data collection is qualitative by applying the principle of literary receptions. The results
of this study illustrate that the background of the Bubat War have two versions and both
controversial, the first version because the King of Sunda entourage do not obey to the will of
Gajah Mada, on the other hand, the second version is that Gajah Mada tactics in unifying the
archipelago while the Kingdom of Sunda is a state that has not been submitted. Literary receptions
to the War of Bubat can be grouped into three, they are the reception of its historical aspect, the
reception of its influence on the creation of new works, and the reception of the literary structure.
The conclusion of this research is Bubat event was perceived after two centuries passed, in the
16th century and the event was redrawn in the 20th century. Results of literary receptions in the
18th century until the 20th century quite diverse. The diversity of the receptions shows the
difference in the horizon of readers' expectations.
Keywords: Bubat War; literary receptions; and the expectation horizon.
Hayam Wuruk ingin mengikat persekutuan Mada, tetapi ada juga yang berpendapat
dengan Negeri Sunda. Setelah melamar bahwa dalam peristiwa tersebut Gajah
Dyah Pitaloka, Prabu Hayam Wuruk Mada hanyalah korban.
memutuskan bahwa upacara pernikahan Yang menjadi masalah dalam
akan berlangsung di Majapahit. penelitian ini adalah bagaimana terjadinya
Meskipun mendapat tantangan dari peristiwa Perang Bubat dan bagaimana
dewan kerajaan, Prabu Linggabuana, Dyah resepsi sastranya. Tujuan penelitian adalah
Pitaloka, dan rombongan pergi ke menunjukkan latar belakang terjadinya
Majapahit. Rombongan itu diterima dan Perang Bubat dan untuk mengungkapkan
ditempatkan di Pesanggrahan Bubat. peristiwa Perang Bubat atas resepsi
Mahapatih Gajah Mada yang ingin sastranya.
mewujudkan Sumpah Palapa, menyatukan Penelitian terhadap pembaca, baik
Nusantara memanfaatkan situasi yang pembaca sejarah (dalam hal ini Perang
tengah terjadi. Kedatangan rombongan itu, Bubat) maupun pembaca karya sastra
dipandang sebagai tanda takluk Kerajaan masih terbatas. Hal ini, antara lain karena
Sunda dan Dyah Pitaloka dipandang peneliti terfokus pada teks yang terdapat
sebagai upeti. Prabu Linggabuana menolak dalam karya sastra. Padahal, peranan
tawaran Gajah Mada. Sebagai ksatria pembaca yang tidak mengetahui proses
Sunda, ia lebih baik mati memertahankan kreatif pengarang memegang peran
kehormatan daripada takluk pada penting.
superioritas Majapahit. Pembaca sebagai peresepsi atau
Perang pun terjadi. Perang yang penerima, yang menerima sebuah karya
tidak seimbang antara prajurit Gajah Mada dapat menikmati, menilai, dan
dan rombongan Raja Sunda memanfaatkan pesan yang terkadung di
mengakibatkan gugurnya Prabu dalam karya itu. Bahkan, dalam resepsi
Linggabuana dan rombongannya. sastra, penulis atau pengarang yang
Peristiwa Perang Bubat pada abad mengetahui seluk-beluk karyanya tidak
ke-14 tersebut mendapat sambutan dan dipandang keberadaannya.
tanggapan masyarakat Sunda dan Penelitian ―Perang Bubat pada Abad
masyarakat Jawa berupa tulisan-tulisan, ke-14 dan Resepsi Sastranya‖ secara
baik berupa kritik, artikel, dan karya sastra. kepustakaan belum ada yang meneliti.
Tulisan-tulisan yang berkaitan dengan Yang ada adalah penelitian tentang novel-
Perang Bubat tersebut dapat dipandang novel Indonesia yang bertema Perang
sebagai respon masyarakat (pembaca) yang Bubat, kritik tentang Perang Bubat yang
dalam istilah sastra disebut dengan resepsi dipublikasikan dalam surat kabar, resensi
sastra. Sambutan dan tanggapan terhadap tentang Perang Bubat dalam surat kabar.
Perang Bubat yang disebut resepsi sastra Hidayat (2015) meneliti ―Pandangan
itu wujudnya, antara lain lahirnya Dunia Orang Sunda dalam Tiga Novel
penciptaan karya satra atas peristiwa Indonesia tentang Perang Bubat‖.
Perang Bubat, kritik sastra, resensi, dan Kemudian, Asmalasari (2010) meneliti
penelitian yang terbit dalam bentuk artikel ―Peristiwa Perang Bubat dalan Novel
jurnal. Perang Bubat Karya Yoseph Iskandar dan
Peristiwa Bubat pada abad ke-14 Novel Gajah Mada, Perang Bubat Karya
dan resepsi sastranya yang muncul Langit Kresna Hariadi (Kajian Sastra
beberapa abad kemudian menarik Bandingan)‖.
dibicarakan karena menggambarkan Sementara itu, tulisan tentang
konfigurasi pendapat, tanggapan, kritik Perang Bubat yang lain didominasi oleh
dan pandangan. Di antara tanggapan resensi, artikel dalam surat kabar, dan
tersebut ada yang berpandangan bahwa artikel dalam majalah. Sumarjo (2013)
perang itu terjadi karena ambisi Gajah menulis artikel tentang ―Sekitar Perang
Perang Bubat..... (Yeni Mulyani) 53
Bubat‖ dan Imran (2009) menulis artikel lewat sistem konvensi sastra yang
tentang ―Perang Bubat yang Lain‖. dimanfaatkan dalam karyanya.
Penelitian dan artikel dalam surat kabar Sastriyani (2001: 253)
serta majalah tersebut meneliti serta mendeskripsikan bahwa teks memiliki
memberi ulasan atau kritik tentang ―tempat-tempat terbuka‖ atau yang dikenal
peristiwa Perang Bubat yang terdapat dengan istilah openness atau blank. Proses
dalam novel karya Yoseph Iskandar atau pembacaan adalah mengisi tempat-tempat
tentang Perang Bubat karya Langit Kresna terbuka tersebut. Ternpat terbuka tejadi
Hariadi. karena sifat karya sastra yang asirnetris
Sementara itu, penelitian ini sehingga apabila pernbaca berhasil
mengkaji Perang Bubat dari sisi resepsi rnenjembatani kesenjangan tersebut
sastranya, yaitu melakukan penelitian komunikasi antara teks karya sastra dan
terhadap karya-karya yang berupa pernbaca dapat dilakukan (Iser, 1980: 12).
penelitian, kritik, artikel, karya sastra, Dalam kenyataan sejarah, tarnpak
resensi yang berkaitan dengan Perang bahwa teks cenderung berubah dan tidak
Bubat. Para penulisnya, dipandang sebagai stabil wujudnya sepanjang masa (Teeuw,
peresepsi atau penerima Perang Bubat. 1984: 250). Teks terbuka untuk mengalami
Penelitian resepsi sastra terhadap perubahan. Perubahan yang diadakan
Perang Bubat dipandang penting dalam sebuah teks dapat dibedakan,
sebagaimana diungkapkan oleh Wati perubahan rnungkin tejadi dalam ha1
(2013:3) bahwa penelitian resepsi sastra itu transliterasi dan penggarapan kembali
baru bermakna apabila suatu teks sebuah teks. Adakalanya teks diubah atas
mempunyai hubungan dengan pembaca. anjuran penerbit atau penyunting dengan
Suatu teks membutuhkan adanya kesan alasan politik atau moralitas.
yang tidak mungkin ada jika tidak ada Sastriyani (2010) mengutip pendapat
pembacanya. Chamamah bahwa penelitian resepsi dapat
Jadi, jika suatu teks tidak ada dilakukan dengan mempertimbangkan
pembacanya, teks tersebut tidak bermakna. kedudukan peneliti yang berupa penelitian
Abdullah (1991: 73) mengatakan eksperimental, penelitian melalui kritik
bahwa resepsi sastra adalah aliran yang sastra, keberadaan struktur teks, dan proses
meneliti teks sastra dengan bertitik tolak penyalinan. Penelitian eksperimental
pada pembaca yang memberi reaksi atau menerapkan objek estetik yang bermacam-
tanggapan terhadap teks. Pembaca selaku macam, menetapkan perbedaan dan
pemberi makna adalah variabel menurut persamaan antara objek estetik, dan
ruang, waktu, dan sosial-budaya. Hal itu menetapkan relasi antarobjek estetik yang
berarti bahwa karya sastra tidak sama ditemukan dari artefak.
pembacaan, pemahaman, dan penilaiannya Penelitian yang didasarkan pada
sepanjang masa atau dalam seluruh kritik yang ada tidak mengacu pada karya
golongan tertentu. individual, tetapi tanggapan yang mewakili
Menurut teori ini sambutan norma yang terikat pada masa tertentu dan
terhadap karya sastra diarahkan oleh waktu tertentu. Dalam penelitian ini, dapat
―horizon harapan‖. Horizon harapan ini diungkap apabila ada pertentangan dan
merupakan interaksi antara karya sastra ketegangan antara suatu pemakaian di luar
dan pembaca secara aktif, sistem atau konvensi dan suatu konvensi yang telah
horizon harapan karya sastra di satu pihak mapan dalam suatu masyarakat dengan
dan sistem interpretasi dalam masyarakat inovasi yang dilakukan oleh pengarang.
penikmat di lain pihak. Horizon harapan Penelitian resepsi dilihat dari fisik teks
karya sastra yang memungkinkan pembaca dapat berupa intekstual, penyalinan,
memberi makna terhadap karya tersebut penyaduran, dan penerjemahan
sebenarnya telah diarahkan oleh penyair (Charnamah, 2001: 162-163).
54 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 51 - 66
Arya yang ditulis tahun 1720 dan sastra dari Yosep Iskandar pada abad ke-
diterbitkan tahun 1972. Buku Sejarah 20 akan menunjukkan persamaan dan
Jawa Barat karya Saleh Danasasmita, dkk. perbedaan. Persamaan dan perbedaan
diterbitkan oleh Pemda Jabar tahun 1984. tersebut karena horizon harapan pembaca
Pengumpulan data tersebut tidak sama. Di samping itu, ruang dan
menghasilkan data yang cukup beragam, waktu akan menentukan hasil peresepsian.
antara lain berupa buku, artikel jurnal, Dengan demikian, resepsi sastra
kritik sastra dan resensi dalam surat kabar terhadap Perang Bubat akan cukup
dan majalah, dan karya sastra Indonesia beragam mengingat horizon harapan
modern. masyarakat datang dari berbagai kalangan.
Data yang terkumpul diklasifikasi Berkaitan dengan sejarah,
berdasarkan jenis tanggapan. Kemudian, dipertanyakan apakah Perang Bubat itu
dianalisis substansinya. Penganalisisan pernah terjadi atau hanya rekaan?
data dilakukan terhadap tanggapan- Sumarjo (2013: 1) menerima Perang
tanggapan. Analisis resepsi sastra terhadap Bubat sebagai peristiwa sejarah karena ada
Perang Bubat itu diarahkan pada substansi tiga sumber tua yang menceritakan adanya
dan horizon harapan si peresepsi. peristiwa tersebut, yaitu Kidung Sunda,
Analisis resepsi pembaca terhadap Pararaton yang berbahasa Jawa kuno, dan
Perang Bubat akan memperlihatkan makna Parahiyangan yang berbahasa Sunda
peristiwa Perang Bubat secara lengkap. kuno. Akhir-akhir ini muncul naskah
Pangeran Wangsakarta dari Cirebon yang
C. HASIL DAN BAHASAN berbahasa Jawa. Menilik sumber tua yang
1. Perang Bubat dan Resepsi Sastranya berasal dari dua masyarakat yang terlibat
Perang Bubat mengundang berbagai dalam Perang Bubat (Sunda dan
tanggapan dan reaksi masyarakat terutama Majapahit) kemungkinan besar tidak
setelah peristiwa itu diceritakan atau saling berhubungan, dapat ditafsirkan
dicatat dalam buku yang berbahasa Sunda bahwa Perang Bubat adalah peristiwa
dan Jawa. Resepsi masyarakat terhadap sejarah.
muncul abad ke-16 sampai dengan abad Sumber tertulis tersebut berasal dari
ke- 21. Secara umum resepsi sastra dari abad ke-16, sedangkan Perang Bubat
abad ke abad nyaris menanggapi terjadi pada abad ke-14. Jadi, terdapat
kepahlawan Raja Sunda, keberanian Putri selisih dua abad antara peristiwa itu terjadi
Dyah Pitaloka, kebesaran Kerajaan dan tuturannya. Meskipun demikian,
Majapahit, dan kekuatan Patih Gajah ingatan kolektif masyarakat pada peristiwa
Mada. tersebut masih cukup kuat yang kemudian
Resepsi sastra terhadap Perang tertuang dalam tradisi sastra kedua
Bubat tersebut berupa penceritaan kembali, masyarakat.
komentar dan tanggapan tentang sejarah Ekajati dalam Hidayat (2015: 103)
Sunda, karya sastra, penilaian atau resensi, berpendapat bahwa Perang Bubat adalah
dan kritik sastra. Tanggapan terhadap peristiwa sejarah yang pernah terjadi pada
Perang Bubat tercatat pada abad ke-16, abad ke-14 yang melibatkan Kerajaan
abad ke-17, abad 19, dan muncul kembali Sunda dan Kerajaan Majapahit. Disebut
abad ke-20. peristiwa sejarah karena Perang Bubat
Resepsi sastra terhadap Perang tercatat dalam beberapa sumber tradisional
Bubat secara substansi sangat bergantung historiografi Nusantara seperti dalam kitab
pada horizon harapan pembacanya saat Pararaton, Kidung Sunda, Kidung
tanggapan itu dikemukakan, misalnya Sundayana, dan Carita Parahiyangan.
resepsi sastra dari Hasan Wirasutisna pada Sementara itu, Anugrah (2015: 3)
abad ke-16, resepsi sastra dari Pangeran menyitir pendapat Aminuddin Kasdi,
Wangsakerta abad ke-18, dan resepsi sejarawan Universitas Negeri Surabaya,
56 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 51 - 66
bahwa sebagai sumber sejarah, Kidung Yoseph Iskandar, Dyah Pitaloka: Senja di
Sunda, merupakan sumber sekunder, langit Majapahit (2005) karya Hermawan
bahkan tersier. Berbagai fakta sejarah di Aksan, Perang Bubat: Tragedi di Balik
dalamnya tidak sesuai dengan sumber- Kisah Cinta Gajah Mada dan Dyah
sumber lain yang lebih kredibel seperti Pitaloka (2009) karya Aan Merdeka
prasasti. Perlu diperhatikan pula bahwa Permana, Gajah Mada, Perang Bubat
pada abad ke-19, kurun waktu penulisan (2006) karya Langit Kresna Hariadi.
Kidung Sunda, merupakan masa Hadirnya karya sastra yang
munculnya beberapa karya sastra bertema Perang Bubat, dapat dipandang
kontroversial. sebagai bentuk resepsi sastra yang
Edi Sedyawati dalam (Anugrah, mengimplikasikan bahwa Perang Bubat
2015: 4) bahkan menyoroti peran mendapat perhatian tidak saja oleh
Pemerintah Kolonial dalam masyarakat sezaman, tetapi menembus
memperkenalkan Peristiwa Bubat kepada zaman hingga masyarakat modern.
khalayak. ―Oleh Pemerintah Belanda, Kidung Sunda ditampilkan dalam
Kidung Sunda dijadikan bahan ajar bagi bentuk puisi yang ditembangkan. Peresepsi
siswa di Algemeene Middelbare School Kidung Sunda mendeskripsikan Raja
(AMS). Mengapa tidak menggunakan Hayam Wuruk yang masih muda mengutus
karya sastra yang lebih dikenal seperti patih muda melamar putri Maharaja di
Ramayana dan Bharatayudha. Ada Galuh setelah melihat gambar putri dalam
kepentingan Belanda di dalamnya,‖ ujar lukisan karya Arya Prabangkara. Maharaja
Sedyawati, mengaitkan terbitnya teks-teks Sunda bersyukur kepada Yang Maha
Sunda yang dekat dengan peristiwa Kuasa karena mendapat anugerah, putrinya
Sumpah Pemuda. Pasundan-Bubat diambil sebagai permaisuri Raja Agung
menjadi misteri yang butuh dipecahkan. Majapahit yang menguasai tujuh raja di
Karena peristiwa itu tertanam dalam Pulau Jawa. Raja Galuh memimpin
ingatan kolektif masyarakat. rombongan pengantin perempuan menuju
Beberapa pendapat tersebut Majapahit.
mengimplikasikan adanya kontroversi Sampai di Pesisir Galuh, Raja
tentang peristiwa Perang Bubat, yaitu Galuh termenung memandang laut
antara peristiwa sejarah yang benar terjadi berwarna merah darah dan gagak
dan suatu rekayasa demi kepentingan melayang-layang di udara meneteskan
politik. darah ke laut. Raja Galuh menangkap
Terlepas dari itu, Perang Bubat gelagat buruk bakal datangnya
yang terjadi pada abad ke-14 telah malapetaka. Raja Galuh pasrah, kalaupun
meramaikan jagat sastra Sunda dan hal itu terjadi, ia menerimanya sebagai
Indonesia. takdir. Memasuki pedalaman dari
pelabuhan Ujung Galuh menyusuri sungai
2. Resepsi Sastra Berupa Pengaruh dan sampailah di Bubat menunggu
terhadap Lahirnya Karya Baru jemputan Raja Hayam Wuruk. Raja dan
Peristiwa Perang Bubat pada abad yang lain gembira Raja Sunda tiba dengan
ke-14 mendapatkan tanggapan dan selamat , tetapi Patih Gajah Mada kecut
sambutan dari masyarakat. Masyarakat karena tidak menyetujui kehendak Raja
merespon peristiwa tersebut melalui karya- beristri Putri Galuh. Ia usul kepada Raja
karya sastra. agar menunda pertemuan dengan Raja
Karya sastra daerah adalah Carita Sunda dengan pertimbangan wibawa dan
Parahyangan, Kidung Sunda, Pararaton, keagungan raja serta Kerajaan Majapahit
Carita Purwaka Caruban Nagari. akan turun di mata raja-raja Pulau Jawa
Kemudian, karya sastra Indonesia modern, dan Nusantara. Kata-kata Gajah Mada
yakni Sang Mokteng Bubat (1991) karya memengaruhi sikap Hayam Wuruk.
Perang Bubat..... (Yeni Mulyani) 57
novel Perang Bubat: Tragedi di Balik Yang menjadi tokoh sentral adalah
Kisah Cinta Gajah Mada dan Dyah Dyah Pitaloka. Ia digambarkan sebagai
Pitaloka. putri Linggabuawana yang cantik, cerdas,
Protagonis novel, yaitu Dyah dan baik hati. Setelah menerima lamaran
Pitaloka berpandangan bahwa sebagai Raja Hayam Wuruk, Dyah Pitaloka pergi
perempuan apalagi perempuan putri raja, bersama rombongan Kerajaan Sunda
harus menerima apapun yang menimpa menyongsong masa depan ke Tanah Jawa.
pada dirinya dan harus pasrah. Sementara Masa depan yang disambutnya di
itu, Gajah Mada Muda atau Ramada luar dugaannya, Ia tidak sekadar
berkelana mencari kebahagiaan sampai ke menyerahkan diri, tetapi mengantar
Tanah Sunda. Ketika ―menjalin cinta‖ nyawanya. Putri Sunda itu tewas dengan
dengan Dyah Pitaloka, Ramada gagah berani di ujung tusuk konde. Ia
menemukan kebahagiaan. memilih mati bersama ayahanda dan
Namun, kebahagiaan itu tidak abadi. rakyatnya demi membela kehormatan
Sang Prabu, ayahanda Dyah Pitaloka, tidak negeri daripada takluk.
berkenan menerima Gajah Mada sebagai Penokohan novel ini dinilainya juga
menantu karena alasan kelas. Gajah Mada sebagai sesuatu yang berlebihan terutama
meneruskan perjalanan sampai ke saat menggambarkan Hayam Wuruk
Majapahit. Di sinilah, ia meniti karier sebagai Raja Majapahit yang gagah, tetapi
sampai mencapai patih. Patih Gajah Mada menangis meratapi kematian Dyah
menemukan kebahagiaan setelah berhasil Pitaloka, calon permaisuri yang tewas di
menyatukan Nusantara dengan sumpahnya medan laga.
yang termasyur, Sumpah Palapa. Sulwesi sebagai penerima dan
Hermawan Aksan meresepsi pembaca novel Senja di Langit Majapahit
peristiwa Perang Bubat sangat berbeda karya Hermawan Aksan juga menyoroti
dengan novel-novel lainnya. Ia aspek alur cerita yang diterimanya adanya
menggambarkan hubungan asmara antara pengembangan alur. Pengembangan alur
Dyah Pitaloka dan Gajah Mada sebelum dalam novel ini dipandang sebagai sesuatu
Gajah Mada menjadi Patih Majapahit. Jadi, yang menarik. Menurutnya,
dalam novel ini sesungguhnya Gajah Mada pengembangan alur tampak dari upaya
sudah mengenal Dyah Pitaloka ketika pengarang yang leluasa menggabungkan
Rombongan Raja Sunda mendatangi antara fakta dan imajinasi. Fakta diperoleh
Kerajaan Majapahit. Gajah Mada tidak rela dari peristiwa Perang Bubat, sedangkan
kekasihnya akan diperistri Raja Hayam fiksi sebagai imajinasi dan kreativitas
Wuruk. Hal ini antara lain yang menjadi pengarang.
latar belakang terjadinya Perang Bubat. Peresepsi sastra lain adalah Satria
Kemudian, Sulwesi (2006: 1-3) (2008:1) menyoroti tokoh Dyah Pitaloka
meresensi novel Senja di Langit Majapahit yang tidak menyerah pada keingingan
karya Hermawan Aksan. Secara khusus Gajah Mada supaya takluk pada Raja
Sulwesi meresensi tokoh Gajah Mada dan Hayam Wuruk, sebagai upeti. Namun,
Dyah Pitaloka. Ia menggambarkan Gajah Satria menyayangkan perempuan ini bunuh
Mada dengan penokohan yang memiliki diri. Menurut Satria, Dyah Pitaloka
dua sisi, yaitu sisi baik dan sisi buruk. Sisi seharusnya tidak bunuh diri. Ia harus tetap
baiknya, Gajah Mada adalah seorang patih tegar dan meneruskan perjuangan ayahnya
yang setia. Kesetiaannya kepada kerajaan yang membela negara sampai titik darah
tidak perlu diragukan. Hidupnya pun penghabisan.
dibaktikan demi kejayaan Majapahit. Sisi Di sisi lain, Satria juga meresepsi
buruknya, Gajah Mada adalah tokoh yang asal-muasal terjadinya Perang Bubat.
ambisius, licik, dan keji. Penulis artikel ini membuat semacam
sinopsis yang isinya mengungkapkan latar
Perang Bubat..... (Yeni Mulyani) 61
belakang terjadinya perang. Analisis Satia Raksa (2012) secara khusus meresepsi
diawali dengan ketertarikan Hayam Wuruk buku Kidung Sunda dengan judul ―Analisa
kepada putri Sunda Galuh yang bernama Kidung Sunda‖. Ia membahas isi Kidung
Dyah Pitaloka. Sunda dengan detail. Bahasan Raksa lebih
Namun, ketika antarkeluarga sudah tepatnya berupa kritik.
saling menyetujui, Mahapatih Gajah Mada Hal pertama yang dikritik oleh
memiliki pemikiran lain. Ia memandang Raksa (2012: 1) adalah jumlah armada dan
bahwa Sunda Galuh harus takluk kepada rombongan Raja Galuh ketika berkunjung
Kerajaan Majapahit dan Dyah Pitaloka ke Kerajaan Majapahit. Armada kapal
dianggap putri seserahan. Putri itu bukan kecil berjumlah 200 dan sejumlah kapal
calon istri yang sederajat dengan Raja berukuran besar. Hitungan matematis
Hayam Wuruk. sederhana menurut Raksa jumlah itu
Dalam kaitannya dengan mengimplikasikan bahwa satu perahu rata-
penerimaan pembaca, penulis artikel ini rata membawa 10 orang, berarti
mempertanyakan mengapa tokoh Dyah rombongan berjumlah 20.000 orang. Itu
Pitaloka sampai bunuh diri? Untuk bukan jumlah sedikit. Boleh dikatakan
menjawab pertanyaan itu agak sulit karena 20.000 orang adalah jumlah yang
tidak ada sumber sejarah yang berlebihan untuk sebuah acara pernikahan.
menerangkan secara detail apa motivasi Jumlah orang sebanyak itu cukup
Dyah Pitaloka bunuh diri. Pemahaman untuk sebuah rencana penggempuran atau
umum yang berkembang adalah karena penyerangan suatu negara atau kerajaan
semua keluarga tewas di medan laga, Dyah lain pada saat itu.
Pitaloka putus asa lalu bunuh diri. Jika rencana penyerangan terhadap
Satria juga menilai Langit Krisna kerajaan lain itu benar, yang menjadi
Hariadi termasuk pengarang kreatif yang pertanyaan adalah mengapa istri dan putri
memanfaatkan peristiwa Perang Bubat Raja Galuh ikut dalam perjalanan itu?
sebagai novel yang di dalamnya Raksa menerimanya sebagai sesuatu
mengandung kisah cinta romantik dengan yang biasa atau lumrah. Keikutsertaan istri
akhir yang tragis. Ia menampilkan kisah dan putri raja dalam perjalanan
hidup Dyah Pitaloka yang sebenarnya pertempuran hal yang wajar seperti yang
sudah terlanjur jatuh cinta kepada seorang dilakukan oleh pasukan Mongol—yang
rakyat jelata yang bernama Saniscara. melakukan perjalanan panjang ke negara
Saniscara adalah seorang pemuda lain sering membawa keluarga--. Mereka
yang pandai melukis. Ia selalu membawa keluarga sekaligus
mencurahkan rasa cintanya pada Dyah memanfaatkannya untuk persiapan upacara
Pitaloka melalui lukisan. Lukisan yang sebelum memulai perang. Keluarga juga
mengabadikan Dyah Pitaloka inillah yang dalam perjalanan panjang dapat menjadi
akhirnya sampai ke tangan Hayam Wuruk. motivator, menambah semangat tempur
Kisah cinta Dyah Pitaloka dengan bagi raja dan pasukan.
Saniscara gagal di tengah jalan. Dyah Interpretasi bahwa Raja Galuh
Pitaloka dan Saniscara tidak mungkin berangkat ke Bubat akan perang diperkuat
sampai ke pernikahan karena faktor politik oleh sebuah pernyataan dalam Kidung
dan status sosial yang berbeda. Sunda:
Hal ini memberikan ruang bagi ―Orang Sunda akan
pembaca untuk bereksplorasi tentang mempersembahkan putri raja, tetapi
apakah sesungguhnya cinta harus dihalangi tidak diperkenankan oleh
oleh norma-norma seperti politik dan bangsawan-bangsawannya. Mereka
status sosial? sanggup gugur di medan perang,
Pembaca lain yang juga menanggapi tidak akan menyerah, akan
peristiwa Perang Bubat adalah Raksa. mempertaruhkan darahnya.‖
62 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 51 - 66
berkonflik, melainkan kepada nalar dan Permana dalam novelnya Perang Bubat
dan logika yang diproses dari fakta-fakta yang diterbitkan oleh penerbit Qanita.
sejarah, misalnya saat di lapang Bubat, Narasi lain yang dilakukan Aan
pihak mana yang menyerang lebih dulu? tidak hanya peristiwa tentang Perang
Tentunya nalar dan logika akan berpihak Bubat seperti yang termaktub dalam
pada pihak yang tersinggung yang berbagai sumber sejarah seperti Pararaton,
menyerang terlebih dahulu. Kidung Sunda atau Kidung Sundayana.
LHK juga menggambarkan Imran juga menerangkan bahwa
penokohan Gajah Mada sebagai orang ketidaklaziman ini bukannya tidak disadari
yang bijkasana, strategis, dan taktis dalam oleh Aan Merdeka Permana. Berbeda
bidang politik kemiliteran. Digambarkan dengan para pengarang lain yang menulis
pula bahwa sikap Gajah Mada itu selalu novel yang berkonteks sejarah lewat
diselaraskan dengan sumpah saktinya yang berbagai riset dan pembacaan berbagai
termasyur. referensi. Aan Merdeka Permana menulis
Perepsesian sastra yang novel Perang Bubat berdasar pada sumber
mempertimbangkan pengarang juga lisan sejumlah orang dalam perjalanannya
disampaikan oleh Imran (2009: 2) yang dari Bandung Selatan, Garut sampai ke
meresepsi novel tentang Perang Bubat Bubat di Kecamatan Trowulan, Mojokerto,
yang berjudul Perang Bubat karya Aan Jawa Timur.
Merdeka Permana. Resensi tersebut Bahkan, kisah ini bertolak belakang
berjudul ―Perang Bubat yang Lain‖ yang dengan babon sejarah. Hal ini tentu tidak
dipublikasikan pada tanggal 31 Mei 2009 perlu dirisaukan karena data yang
di surat kabar Pikiran Rakyat. Judul artikel ditemukan tidak memiliki bukti otentik
mengisyaratkan ada peristiwa yang seperti yang diisyaratkan ahli sejarah.
berbeda atau lain dengan yang sudah ada. Aan Merdeka Permana secara tegas
Peresensi mengatakan bahwa ketika mengatakan bahwa novel Perang Bubat
imajinasi kolektif ihwal Perang Bubat itu bukan novel sejarah. Meskipun begitu,
hadir dari sudut pandang narasi yang lain, novel ini dipandang kontroversial. Dapat
hasilnya pun tidak sama. saja novel ini mengidentifikasi diri sebagai
Dalam novel ini Aan karya fiksi, tetapi ia bertutur tentang
menggambarkan bahwa di balik perang peristiwa yang ada dalam berbagai sumber
tersebut ternyata menyimpan kisah cinta tertulis dan menjadi bagian utuh dalam
antara Gajah Mada dan Dyah Pitaloka. imajinasi kolektif masyarakat.
Selain itu disebutkan bahwa Prabu Mahayana (2009: 1-2) meresepsi
Linggabuana dan Dyah Pitaloka novel Perang Bubat: Tragedi di Balik
sesungguhnya tidaklah gugur di Bubat. Kisah Gajah Mada dan Dyah Pitaloka
Diungkapkan pula latar belakang Gajah karya Aan Merdeka Permana. Dalam
Mada yang berasal dari Banten serta pengantar buku itu Mahayana
keturunan Cina. Semasa muda Gajah Mada menyampaikan bahwa novel tersebut
bernama Ramada. Ia pernah mengabdi di mengangkat kembali peristiwa Perang
Kerajaan Sunda Kawali. Bubat dalam jalinan kisah yang memukau,
Peresensi menjelaskan pula tentang filmis, dan asyik.
sebuah narasi yang mengatakan bagaimana Kritikus sastra dari FIB-UI itu
perang serta peristiwa tragis itu terjadi. mengatakan bahwa Perang Bubat adalah
Perang Bubat terjadi bukan semata-mata peristiwa sejarah yang menjadi kontroversi
ambisi politik Gajah Mada, melainkan di antara budaya Sunda dan Jawa.
adanya intrik politik di kalangan istana. Kontroversi ini melahirkan berbagai
Itulah narasi lain tentang Perang prasangka di antara keduanya. Misalnya,
Bubat yang diangkat Aan Merdeka mengapa rombongan Kerajaan Sunda yang
datang ke Bubat, Majapahit untuk
Perang Bubat..... (Yeni Mulyani) 65
3. Buku
Mahayana.Maman S. 2009.
―Perang Bubat : Tragedi di Balik Kisah
Cinta Gajah Mada dan Dyah Pitaloka.‖
In Qanita, 339.
Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.) 67
Ria Intani T.
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Jalan Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung
e-mail: ria_intani@yahoo.com
Naskah Diterima:12 Januari 2018 Naskah Direvisi:15 Februari 2018 Naskah Disetujui: 3 Maret 2018
Abstrak
Dongeng adalah cerita rakyat yang secara lisan diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya, pengarangnya anonim, ada dalam dunia khayal atau tidak benar-benar terjadi, dan
tidak diketahui secara jelas mengenai tempat dan waktunya. Dongeng merupakan salah satu
media yang sangat efektif dalam membentuk karakter anak sejak dini. Namun demikian nilai-
nilai dalam dongeng tidak akan tersampaikan apabila dari dongeng-dongeng yang ada tidak
pernah didongengkan. Padahal banyak sekali pula manfaat yang didapat dari aktivitas
mendongeng. Permasalahannya adalah akankah tradisi mendongeng di rumah-rumah itu
sekarang ini masih berlangsung. Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka penelitian ini
bertujuan untuk melihat bagaimana keberlangsungan dari kegiatan mendongeng di rumah-rumah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paparannya bersifat deskriptif. Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi antara tradisi “orang tua” yang gemar
mendongeng dengan tradisi mendongeng pada zaman sekarang.
Kata kunci: tradisi mendongeng, pembudayaan, nilai-nilai, keluarga.
Abstract
The tale is a folktale that is orally inherited from one generation to the next, its author is
anonymous, exists in an imaginary or unreal world, and is not known clearly about the place and
the time. Tale is one of the media that is very effective in shaping the character of children from an
early age. However, the values in the fairy tales will not be conveyed if the tales that have never
been told. Though, a lot of benefits also obtained from the activity of storytelling. The problem that
still exist, will the tradition of storytelling in these homes be still going on? In connection with
these problems, this study aims to see how the continuity of storytelling activities in homes. This
study uses a qualitative approach with descriptive arrangemen. The results of the study indicates
that there was a correlation between the tradition of "parents" who love storytelling with the
tradition of storytelling today.
Keywords: storytelling tradition, civilizing, values, family.
sampai SGB senang mendengarkan semata-mata dicari dari kegiatan ini. Ibu
kakek mendongeng. Oleh karena rajin Wiwin mengatakan “Kami merasa cukup
mendengarkan dongeng terutama dari dengan apa yang kami dapatkan. Kami
kakek dan guru, lama-lama hafal. bisa mendapat kebahagiaan batin yang
Setelah hafal jadi suka mendongeng sulit dinilai dengan uang ketika kami dapat
untuk adik-adik, teman, pokoknya menghibur anak-anak.”
yang berusia di bawah.” Cerita yang sering mereka bawakan
adalah kisah-kisah yang menarik, lucu, dan
Dongeng dan tradisi mendongeng
menginspirasi anak-anak. Menurut Ibu
adalah tinggalan masa lalu. Namun
Wiwin, apabila ia bercerita kisah inspiratif,
demikian keberlangsungannya mampu
anak-anak menjadi termotivasi.
menempuh ruang yang luas dan waktu
yang cukup panjang, hingga saat ini
mampu berdampingan dengan pendidikan
formal. Di sekolah taman kanak-kanak
(TK), di sekolah pendidikan anak usia dini
(PAUD), atau juga semacam Rumah
Bermain, kegiatan mendongeng sampai
sekarang masih berlangsung.
Selain institusi resmi tersebut,
kegiatan mendongeng sudah
disebarluaskan ke hampir seluruh wilayah
Nusantara dan beberapa negara “luar” oleh
Keluarga Pendongeng dari Ciganjur.
Perihal Keluarga Pendongeng tersebut
dituliskan oleh Ginting dan Heni dan
dimuat di Tabloid Nyata pada 11 April
2014, halaman 31.
Tersebutlah keluarga pendongeng:
Wiwin, Anabel, dan Sony. Keluarga ini Gambar 1. Keluarga Pendongeng
menjadikan kegiatan mendongeng sebagai dari Ciganjur
profesi. Pada tahun 2006 mereka Sumber: Tabloid Nyata, 11 April 2014.
membentuk sanggar di rumahnya, tepatnya Keberlangsungan dongeng tersebut
di Ciganjur, Jakarta Selatan. Sanggar menurut Yoseph Yapi Taum disebabkan
tersebut diberinya nama Kampung proses inovasi terhadap dongeng sangat
Dongeng. Tujuan dari pendirian sanggar tinggi, sehingga diciptakan secara baru dan
adalah untuk melatih murid-murid diapresiasi oleh publik secara baru pula
sanggarnya agar mampu mendongeng (Asis, 2015: 133).
dalam bahasa Indonesia dan bahkan bahasa Dongeng merupakan salah satu
Inggris. Bahasa asing turut serta diajarkan media yang sangat efektif dalam
mengingat Ibu Wiwin pada awalnya membentuk karakter anak sejak dini.
berprofesi sebagai pengajar bahasa Inggris Sebuah cerita mempunyai daya tarik
di sekolah dasar dan kelas kursus di tersendiri bagi seorang anak karena adanya
rumahnya. jalan cerita yang mengundang rasa
Keluarga Pendongeng dari Ciganjur penasaran, tokoh-tokoh cerita, dan latar
tersebut menerima job baik dalam rangka cerita yang menarik dan mengasah fantasi
perayaan ulang tahun anak, maupun acara- dan imajinasi. Peniruan karakter yang baik
acara yang diadakan oleh instansi, dan merupakan bentuk pembentukan karakter
bahkan luar negeri. Menurut mereka, pada diri seorang anak (Asis, 2015: 155).
meskipun mendongeng sudah menjadi Hurlock mengatakan usia dini
pekerjaan, namun bukan materi yang merupakan masa kritis bagi perkembangan
70 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82
membacakan dari buku karena putrinya mengetahui lebih dulu kisah para nabi itu,
terbiasa tidur tanpa penerang lampu. sebelum diajarkan di sekolah.
Sekarang, manakala Mita kecil telah
menjadi ibu, ia suka mendongeng untuk
putra semata wayangnya yang berusia 3
tahun. Ia mendongeng bukan saja
menjelang putranya tidur malam, tapi juga
sore hari manakala ia sudah beristirahat
sejenak sepulang dari kantor. Dongeng
yang ia bawakan lebih banyak karangan
sendiri karena memang anaknya menyukai
hal-hal yang sifatnya khayalan. Meskipun
demikian, di dalam ceritanya disisipkan
nasihat. Misalnya, tentang bagaimana anak
harus menurut nasihat orang tua yang
digambarkan lewat tokoh Budi. Selain itu
juga bagaimana seseorang tidak boleh
Gambar 3. Ibu Mita mengambil sesuatu yang bukan haknya
Sumber: RI, 2017. yang digambarkan lewat dongeng kancil
Mita, selain sebagai ibu rumah dan kura-kura. Setiap nasihat harus ada
tangga, ia juga seorang pekerja. Ia seorang alasannya karena menurutnya anak
muslim yang berpendidikan terakhir D3. sekarang lebih pintar dari generasinya.
Semasa kecil, Ibu Mita mengenal dongeng Selain dongeng karangan sendiri, ia
dari kakeknya. Ke depannya, dongeng juga juga mendongengkan dengan cara
dikenal lewat buku dan media lainnya yang membacakan buku-buku cerita. Sebut saja
kekinian. di antaranya yang berjudul: “Sayang
Semasa kecil, bersama ayah dan kepada Ibu”, “Sayang kepada Ayah”,
ibunya, ia tinggal di rumah kakek “Sayang kepada Saudara”, dan “Sayang
neneknya. Kedekatannya dengan sang kepada Paman”. Di akhir Ibu Mita
kakek oleh karena ayah ibunya bekerja, mendongeng tentang sayang kepada ibu, ia
hingga waktu untuk bersama tidak banyak. akan bertanya pada putra semata
Dari sang kakek itulah Mita kecil setiap wayangnya. Ia akan bertanya apakah
hari mendengarkan dongeng. Ia putranya sayang kepadanya atau tidak.
didongengkan dari sejak usia di bawah Juga sayang kepada yang lainnya.
lima tahun (balita) hingga sudah duduk di Menurut Ibu Mita, dengan sering
kelas 4 SD. Ia biasa didongengkan mendongengkan, putranya lebih penurut,
manakala mau tidur, sambil tidur-tiduran lebih mau mendengarkan kata-kata ibunya.
di tempat tidur. Seringkali tokoh Si Budi dalam dongeng,
Dongeng yang biasa dibawakan dibawa dalam keseharian putranya.
kakeknya adalah yang bernuansa agama, Misalnya kalau putranya ingin menaiki
yakni tentang kisah para nabi. Satu sesuatu yang posisinya tinggi padahal Ibu
dongeng yang sedikit ia ingat adalah Mita khawatir putranya jatuh. Ibu Mita
dongeng tentang Nabi Yusuf yang dibunuh cukup mengatakan “nanti kaya Budi lho
karena alasan ketampanannya. Menurut kalau nggak nurut Bunda.” Selanjutnya
Mita, kisah itu mengajarkan tentang sang anak memang tidak membatalkan
keikhlasan menerima apa yang telah keinginannya untuk memanjat, akan tetapi
diberikan oleh Allah. Ibu Mita berpendapat ia menawar untuk memanjat pada posisi
bahwa dengan dongeng-dongeng yang ia yang rendah saja supaya tidak jatuh.
dengar dari kakeknya, ia menjadi Menurut Ibu Mita, nasihat yang diberikan
Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.) 77
Biasanya baik Ibu Yeni maupun sang mendengarkan dongeng seperti anak-anak
suami mendongeng pada hari-hari lain yang didongengkan menjelang tidur
kerja/hari sekolah. Adapun di malam libur oleh orang tuanya.
atau pada hari libur lebih dimanfaatkan Meskipun kondisinya demikian,
untuk kebersamaan, saling canda, ditambah lagi akses untuk mendapatkan
menonton TV, rekreasi, dan sebagainya. buku-buku dongeng juga masih susah,
Respon sang putri manakala tidak berarti Susi kecil tidak pernah
didongengkan, sangat senang. Ia tidak mengenal dongeng. Ia masih dapat
akan terganggu dengan acara TV ataupun mendengarkan dongeng dari siaran sebuah
mainan-mainan yang dimilikinya. Bahkan radio swasta. Ini seperti yang pernah
seringkali dongeng yang sudah dilakukan oleh kakaknya sebelumnya.
disampaikan minta diulang di lain waktu. Tersebutlah sebuah radio swasta,
Ibu Yeni berpendapat bahwa dengan radio ini memiliki program yang bernama
mendongeng sesungguhnya bertujuan “Dongeng Sebelum Bobo”. Program ini
untuk mendorong putrinya mampu diputar setiap hari oleh Susi kecil seusai
berdialog. Kalau untuk nasihat yang magrib atau isya, Ibu Susi lupa lagi. Saat
tersisip di dalam cerita, kadangkala anak itu Susi kecil berumur sekitar tujuh tahun.
belum paham. Kalau ia akan menasihati Tak bosan-bosannya ia memutar program
atau menegur putrinya, ia memilih itu setiap malamnya, meskipun ada
langsung menyampaikannya tanpa melalui ceritanya yang diulang-ulang. Selain Susi
media. kecil memang suka mendengarkan
dongeng, pada zamannya radio masih
dipandang sebagai sarana hiburan yang
memadai.
Pada saat itu, dongeng yang biasa
disampaikan ada dongeng dari
mancanegara, ada dongeng lokal. Dongeng
dari mancanegara ada beberapa yang
diingatnya, di antaranya dongeng
“Cinderela” dan “Putri Salju”. Adapun
untuk dongeng lokal adalah “Bawang
Merah Bawang Putih” dan banyak lagi
legenda lainnya, sedangkan untuk dongeng
fabel di antaranya “Kancil dan Rusa”.
Di antara semua dongeng yang
Gambar 7. Ibu Susi
pernah didengarnya, dongeng yang paling
Sumber: RI, 2017.
diingat oleh Susi kecil adalah “Cinderela”.
Susi, Ibu Susi selain sebagai ibu Ia memang menyukai dongeng yang
rumah tangga, ia juga berkarir di kantor. bertemakan putri-putri. Kemungkinan
Meskipun sehari-hari disibukkan dengan karena ia seorang perempuan. Dongeng ini
urusan rumah tangga dan pekerjaannya di menggambarkan kehidupan putri kerajaan
kantor, namun demikian ia masih yang harus menderita lebih dulu sebelum
menyisihkan waktunya untuk kembali mendapatkan kebahagiaan. Menurutnya,
menempuh pendidikan ke jenjang yang semua dongeng itu, selalu berakhir dengan
lebih tinggi. happy ending „kebahagiaan‟.
Semasa kecil, kedua orang tuanya Saat ini Susi kecil sudah menjadi
bekerja. Waktu yang tersisa hanya untuk seorang istri dan menjadi ibu dari 3 orang
mengurus urusan rumah tangga dan anak. Si sulung laki-laki, berusia 14 tahun.
beristirahat. Tidak heran Susi kecil tidak Nomor 2 dan bungsu masing-masing
pernah berkesempatan untuk
80 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82
PENGOBATAN TRADISIONAL
DI DESA LEMAHABANG KULON,
KEC. LEMAHABANG, KAB. CIREBON
TRADITIONAL MEDICINE IN WEST LEMAHABANG VILLAGE,
LEMAHABANG SUB-DISTRICT, DISTRICT OF CIREBON
Irvan Setiawan
Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Jawa Barat
Jl. Cinambo no. 136 Ujungberung – Bandung 40294
e-mail: kamaliasetiawan@yahoo.co.id
Naskah Diterima:8 Januari 2018 Naskah Direvisi:15 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018
Abstrak
Pengobatan modern dan pengobatan tradisional merupakan dua jenis pengobatan yang
kerap dipakai untuk mengatasi sakit yang diderita. Masing-masing jenis pengobatan memiliki
keampuhan dan peminatnya. Indonesia sudah mensahkan obat tradisional sebagai media
alternatif untuk mengobati masyarakat. Obat tradisional merupakan sebuah kearifan lokal dari
generasi terdahulu yang didapat melalui berbagai proses untuk membuktikan keampuhannya.
Penelitian yang menggunakan metode deskripsi kualitatif ini bertujuan untuk menggali sumber
pengetahuan dan jenis pengobatan tradisional di lokasi penelitian. Diperoleh hasil bahwa garis
keturunan dan keingintahuan menjadi latar belakang penyembuh dalam memeroleh pengetahuan
pengobatan tradisional. Rasa percaya terhadap cara pengobatan, ikhlas, dan memasrahkan diri
pada Sang Pencipta menjadi unsur utama yang harus dimiliki pasien dan penyembuh untuk
mengobati penyakit yang sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat.
Abstract
Modern and traditional medicine are two types of treatment that are often used to
overcome illness. Each type of treatment has the power and also the followers. Indonesia has
legalized traditional medicine as an alternative media. Traditional medicine is a local wisdom of
previous generations that gained through various processes to prove its ability. The research uses
qualitative description method to explore and find the type of traditional medicine in the research
location. The result is obtained that the lineage and curiosity become the background of the healer
in obtaining knowledge of traditional medicine. Belief in the way of treatment, sincerity, and
surrender to the Creator becomes the main element that must be possessed by the patient and the
healer to treat the disease according to local socio-cultural conditions.
Keywords: traditional medicine, local wisdom.
84 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98
pendalaman informasi, baik melalui merujuk pada sumber data sekunder baik
sumber tertulis maupun lisan. dalam bentuk hasil penelitian, jurnal, dan
gambar serta data visual (video).
1. Metode dan Analisis
Penelitian ini berupaya untuk 3. Lokasi Penelitian
mendeskripsikan dan menganalisis Secara spesifik, fokus penelitian
beberapa permasalahan sebagai berikut: diarahkan pada wilayah yang masih
1. Sumber pengetahuan pengobatan menggunakan pengobatan dengan cara
tradisional tradisional. Kerangka ini kemudian
2. Penyebab penyakit dan jenis mengarah pada kampung adat atau pun
pengobatan tradisional. kampung yang masih memiliki aktivitas
Metode kualitatif yang menjadi ketradisionalan, yaitu di Desa Lemahabang
pilihan dalam penelitian ini berkutat pada Kulon, Kecamatan Lemahabang,
data dalam bentuk kata-kata dan gambar, Kabupaten Cirebon.
kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya
kalimat hasil wawancara antara peneliti C. HASIL DAN BAHASAN
dengan informan. Metode kualitatif 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
bergerak dengan objek yang bersifat Desa Lemahabang Kulon
fenomenologis yang dilakukan melalui merupakan salah satu dari 24 desa yang
observasi tidak terkontrol. Dengan ada di Kecamatan Lemahabang. Cuaca dan
demikian, objek yang dimaksud haruslah curah hujan di Desa Lemahabang Kulon
bersifat holistik dengan mementingkan adalah sama dengan desa lainnya di
realitas dinamis dari hasil penelitian. Kecamatan Lemahabang. Dengan curah
Kedinamisan ini amat mengutamakan hujan mencapai 219 mm pada tahun 2015
proses melalui perolehan informasi melalui untuk per 10 hari hujan per bulan. Oleh
pendekatan dengan objek atau informan karena itu, dapat dikatakan bahwa cuaca di
secara mendalam. Oleh karena itu logika Kecamatan Lemahabang dapat dikatakan
induktif menjadi pilihan dalam proses tergolong panas. Walaupun demikian,
penganalisisan sebuah data kualitatif. kondisi panas kurang begitu memengaruhi
Analisis yang digunakan intensitas air irigasi yang mengaliri area
berpedoman pada teori atau paradigma persawahan di kecamatan tersebut,
tentang fenomena dari sebuah budaya yang utamanya di Desa Cipeujeuh Kulon yang
ditambahkan dengan teori yang masuk merupakan desa penghasil padi terbanyak,
dalam kategori interaksionisme simbolik. yaitu mencapai 4.804,34 ton pada tahun
Tidak menutup kemungkinan bahwa data 2015. Berbeda halnya dengan Desa
yang masuk akan dipilah dalam sebuah Lemahabang Kulon yang tidak potensial
tabel kuantitatif namun dengan penjelasan dalam bidang persawahan. Selain bidang
kualitatif tentunya. pertanian, perekonomian Kecamatan
Lemahabang diperoleh dari unit jasa
2. Pengumpulan Data (bengkel, fotocopy, servis elektronik),
Sumber data adalah seperti yang keuangan (Bank), PNS, TNI, dan pegawai
disebutkan di atas yaitu data tidak tertulis swasta.
dan tertulis. Data tidak tertulis dapat Wilayah Desa Lemahabang Kulon
diperoleh dengan mencari data primer dapat dikatakan sebagai yang terpadat di
melalui proses wawancara dengan antara desa lainnya di Kecamatan
informan atau pun tokoh masyarakat. Lemahabang, yaitu 8.417 jiwa per km2.
Sementara data tertulis dicari dengan Sementara untuk desa dengan penduduk
terbanyak berada di Desa Cipeujeuh
Wetan, yaitu mencapai 8.658 jiwa. Apabila
menjalin interaksi dengan objek yang dilihat dari jumlah orang per keluarga,
ditelitinya.
Pengobatan Tradisional... (Irvan Setiawan) 87
Desa Cipeujeuh Kulon dan Desa Sigong dapat dilihat oleh mata biasa, dapat
memiliki anggota keluarga terbanyak, dirasakan baik dengan menggunakan
yaitu mencapai 5 orang per keluarga. tangan atau pun dengan menggunakan
Sarana pendidikan di Kecamatan peralatan medis. Sebagai contoh adalah
Lemahabang tergolong sudah lebih baik di penyakit demam yang ditandai dengan
tingkat SD, yaitu telah tersedianya 27 suhu tubuh yang lebih panas dari kondisi
Sekolah Dasar. Berbeda halnya pada normal, tubuh akan terlihat menggigil, dan
tingkat SLTP yang hanya berjumlah 2 unit rona wajah yang agak pucat.
dan SLTA sebanyak 1 unit. Hal ini Menurut informan, penyakit lahir
berdampak pada jumlah rasio mengajar. juga dapat mengakibatkan penyakit batin.
Pada tingkat SD jumlah rasio mencapai 22 Beberapa kasus yang diderita pasien
– 23 orang murid, sedangkan tingkat SLTP dengan masa sakit yang berkepanjangan
berjumlah 23 orang murid. Tingkat SLTA dapat mengakibatkan kondisi psikis pasien
mencapai 18-20 murid untuk 1 guru. menjadi jenuh, kesal, dan stress karena
Di bidang sarana kesehatan, Desa penyakitnya tidak kunjung sembuh. Dalam
Lemahabang Kulon telah tersedia beberapa kasus ekstrem, proses
Puskesmas sebanyak 1 unit, sementara penyembuhan yang tidak berkesudahan
untuk rumah sakit sama sekali belum membuat pasien mengalami depresi dan
tersedia di Kecamatan Lemahabang. memilih untuk mengakhiri hidupnya.
Hanya tersedia praktek dokter umum Penyebab dari alam, seperti angin
sebanyak 4 unit, dokter gigi sebanyak 1 merupakan salah satu penyebab penyakit
unit, dan dokter spesialis sebanyak 3 unit, yang banyak dikemukakan dan menjadi
serta Posyandu sebanyak 67 unit. penyakit yang banyak menyerang manusia,
Berdasarkan data statistik, jumlah tersebut seperti masuk angin dan angin duduk.
tidak mengalami peningkatan selama tiga Penyebab kedua penyakit tersebut
tahun berturut-turut (2013 – 2015). dilatarbelakangi oleh hawa dingin atau
angin saat sedang beraktivitas seperti
2. Pengobatan Tradisional di Desa mengendarai motor, keluar malam hari,
Lemahabang Kulon atau pun kehujanan. Penyakit masuk angin
a. Penyakit dan Penyebabnya tidak ada dalam istilah dunia kedokteran.
Penyakit yang diderita manusia Pasien menjabarkan gejala masuk angin
tidak lepas dari berbagai penyebab. melalui keluhan seperti merasa kedinginan,
Menurut penuturan informan berinisial US demam, perut kembung berisi angin,
bahwa kondisi fisik yang tidak bugar pegal-pegal, batuk, flu, dan buang angin
adalah penyebab utama yang terus-menerus. Angin juga dapat
mengakibatkan gejala penyakit itu muncul. mengakibatkan penyakit angin duduk.
Selain fisik, kondisi psikis atau mental Dalam dunia kedokteran, penyakit angin
turut menjadi penyumbang bagi sakitnya duduk disebut dengan nama Angina
manusia. Kedua penyebab tersebut secara Pectoris, atau dalam bahasa Indonesia
bersamaan akan membuat antibodi yang biasa dikenal dengan nama Sindroma
secara alami sebagai unsur utama Koroner Akut (SKA) yang merupakan
pencegah penyakit dalam tubuh manusia salah satu jenis dari penyakit jantung
akan menjadi lemah. koroner akut.
Penyakit yang menjadi masalah Berbeda halnya dengan penyakit
utama dalam diri manusia menurut lahir, penyakit batin sulit dideteksi baik
informan berinisial US terbagi dalam dua melalui panca indera atau pun
jenis, yaitu penyakit lahir dan penyakit menggunakan peralatan medis. Salah satu
batin. Penyakit lahir mengakibatkan rasa cara untuk mendeteksi penyakit batin
sakit yang diderita secara fisik dan akan menurut informan berinisial US adalah
nampak secara lahiriah. Pengertian tampak dengan melakukan pendekatan psikologis
88 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98
pada sang pasien agar dapat diketahui jenis Utara. Di daerah tersebut masih terdapat
penyakit batin apa yang dideritanya. Patut mitos yang menyebutkan bahwa penyakit
diperhatikan bahwa penyakit batin juga panas yang disertai kejang-kejang pada
dapat menjadi penyebab terjangkitnya bayi yang masih berusia kurang dari satu
penyakit lahir. Penyakit batin yang diderita minggu dipercayai karena ulah buburuk
menurut informan disebabkan baik oleh (genderuwo hitam). Pencegahannya adalah
latar belakang psikologis maupun serangan dengan terus menemani sang bayi setiap
dari makhluk gaib. Jenis makhluk gaib saat. Panas yang menyerang bayi pada sore
yang disinyalir kerap mengganggu hari harus segera diobati. Caranya dengan
manusia adalah jin, setan, dan siluman. membakar timbunan pasak (gabah padi)
Serangan yang datang dari makhluk gaib serta menaburkan garam dan cabai di
pada diri manusia sebenarnya dapat sekeliling rumah.
diantisipasi dengan kekuatan batin yang
sudah ada dalam diri manusia. Walaupun b. Sumber Pengetahuan Pengobatan
demikian, apabila serangan dilakukan Tradisional
dengan cara yang bertubi-tubi maka lambat Pengetahuan pengobatan tradisional
laun akan mengakibatkan efek samping yang dimiliki penyembuh biasanya
pada kondisi fisik manusia. diperoleh secara garis keturunan. Dari
Hal keberadaan makhluk gaib dalam bakat yang telah ada, mereka kemudian
diri manusia juga diyakini oleh informan memperdalamnya baik dengan membaca
berinisial AC yang berprofesi sebagai referensi lalu mempraktikkannya sendiri
paraji (dukun beranak), yang menyatakan (self education) atau pun belajar langsung
bahwa penyakit juga dapat dilatarbelakangi pada penyembuh lainnya.
keberadaan makhluk gaib yang mendekam Beberapa informan yang
dalam batin manusia. Salah satu ciri yang mendapatkan pengetahuan pengobatan dari
dapat diraba secara fisik adalah suhu tubuh garis keturunannya adalah seperti yang
manusia yang meningkat namun disertai dikemukakan informan berinisial US.
dengan keringat dingin. Lebih jauh lagi, Beliau memeroleh bakat penyembuhan
keberadaan makhluk halus yang dari orangtuanya (ayah). Sebagai guru
mendampingi manusia tidak hanya terbatas kerohanian (Ustadz), orangtuanya kerap
pada usia tertentu saja. Bahkan, bayi baru memberikan pertolongan kepada siapa saja
lahir pun sudah ada tanda-tanda bahwa yang membutuhkan pengobatannya. Sejak
bayi tersebut sudah didampingi oleh kecil, keingintahuannya memang cukup
makhluk halus. Salah satu cirinya adalah besar untuk melihat dan mengetahui apa
kondisi bayi yang bersih seperti habis yang dikerjakan orangtuanya. Sedikit demi
mandi sewaktu baru keluar dari rahim sang sedikit ia mulai menguasai teknik-teknik
ibu. Umumnya, bayi kerap dilumuri darah pengobatan tradisional. Selain itu, ia juga
dalam banyak proses kelahiran. Hal yang belajar sendiri melalui referensi baik
sangat jarang terjadi inilah yang dianggap sekunder maupun belajar dari penyembuh
bahwa ada sesuatu keanehan pada sang lainnya. Hingga kini pengetahuan tentang
bayi saat dilahirkan. pengobatan tradisional masih
Dunia batiniah dan keberadaan dipergunakan untuk mengobati pasiennya.
makhluk gaib dalam budaya masyarakat Selain pengetahuan herbal, bakat
terkadang masih kental. Tidak hanya pada pengobatan dengan terapi pijat juga
masyarakat pedesaan, sebagian masyarakat diturunkan dari orangtuanya. Teknik
di DKI Jakarta sebagai ibukota negara tersebut kemudian dikembangkan dengan
Republik Indonesia masih mempercayai melihat referensi baik dari sumber tulisan
keberadaan makhluk gaib. Sulaksono maupun lisan. Proses pemijatan yang
dalam Trubus dan Lumanau (1999: 28) dilakukannya dimulai dari kaki lalu
mencontohkan kasus di Cilincing Jakarta diteruskan hingga ke badan, tangan, dan
Pengobatan Tradisional... (Irvan Setiawan) 89
kepala. Proses pijat ini berguna untuk segelas air dan akan diminumkan kepada
memperlancar peredaran darah. Jantung pasien sehabis membacakan amalan
sebagai mesin utama dari peredaran darah tersebut. Amalan yang sudah diberikan dan
tubuh manusia menjadi fokus utama dilakoni secara tidak langsung akan
pijatan. Dengan menggunakan teknik pijat bersatu dengan jiwa sehingga tidak akan
yang dikuasainya, banyak pasien yang hilang meskipun tidak melakukan wirid.
telah disembuhkannya. Namun, tingkat kekhasiatan, apabila tidak
Informan lainnya, seperti halnya dilakukan wirid secara rutin, sedikit demi
dengan informan berinisial MD, sedikit akan berkurang khasiatnya.
mengkhususkan diri pada pendekatan yang Ihwal penguasaan ilmu pengobatan
murni spiritual dan lebih memprioritaskan yang dimilikinya saat ini yang diperoleh
pengobatan pada pasien yang terkena dengan cara belajar di Pondok Pesantren
gangguan makhluk halus. Keahlian dalam Baitul Jabar didasarkan atas keingintahuan
mengusir makhluk halus diperoleh setelah serta bakat yang diturunkan dari kakeknya.
berguru di Pondok Pesantren Baitul Jabar Sejak kecil, ia telah tertarik dengan ilmu
di daerah Sumber Kabupaten Cirebon. Saat yang dimiliki kakeknya. Apa yang menjadi
itu, ia berstatus sebagai pasien yang ketertarikan cucunya tersebut rupanya
terkena gangguan makhluk halus. Setelah bagai gayung tidak bersambut. Sang kakek
sembuh, ia berinisiatif untuk berguru di bersifat pasif dan tidak berniat untuk
pondok pesantren tersebut. Gayung mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada
bersambut, ia diterima sebagai murid dan cucunya tersebut. Namun demikian, apa
mulai belajar. Pelajaran pertama yang yang menjadi amalan dan perilaku
diterimanya adalah mempelajari kakeknya secara diam-diam dihapalkan
hasbunnallah yang bersumber dari oleh cucunya tanpa ada upaya untuk
Alquran. Sehubungan dengan usia yang menuangkannya dalam tulisan agar lebih
telah lanjut, ia hanya belajar intisarinya mudah dihapal. Yang menarik bahwa ia
saja. Intisari dari ajaran yang diperoleh di memang tidak mau mempelajari ilmu dari
pesantren kemudian dijadikan amalan yang kakeknya. Dengan kata lain, ia secara tidak
dilakoni kurang lebih seminggu dan sadar telah menghapal atau mempelajari
dilakukan secara rutin. Amalan dibacakan ilmu kakeknya itu. Sang kakek yang sudah
tujuh malam berturut-turut pada tengah mengetahui ketertarikan dan bakat cucunya
malam, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. itu kemudian berpesan bahwa apabila
Setiap amalan kadang harus dibacakan di butuh pertolongan, “kakek aja sambat”.
antaranya sebanyak 103 bahkan hingga Maksudnya, dengan cara menyebut dan
999 kali. Amalan yang diperintahkan memohon izin dari kakeknya, maka sang
biasanya ditulis dalam sehelai kertas kakek akan menolong apa yang menjadi
kemudian dibaca dan dihapalkan. Perintah kesulitan cucunya itu, baik dengan cara
selanjutnya, sang guru akan menyuruh tatap muka atau pun secara jarak jauh.
membuang kertas tersebut agar tidak Namun demikian, ia tetap berprinsip
dibaca oleh orang lain. Kuatir bahwa manusia tidak memiliki
disalahgunakan katanya. Amalan tersebut kemampuan apapun apabila tidak
harus dilakukan secara rutin. Apabila lalai, diberikan oleh Allah SWT. Dikaitkan
sang guru tidak akan mengajarkan ilmunya dengan pesan dari kakeknya, ia kemudian
lagi pada murid tersebut karena akan mengkolaborasikan keduanya sehingga
dianggap murid tersebut tidak serius keluhan atau permohonan bantuannya itu
belajar. disampaikan selain kepada kakeknya juga
Menurutnya, setiap amalan berisi 41 disampaikan kepada Allah SWT sebagai
perkara yang berarti sangat berguna untuk sang Maha Pencipta alam semesta. Jadi
mengobati sekian banyak penyakit. Setiap fokus utama dari permohonan bantuannya
kali mengamalkan ajaran selalu disediakan tersebut kepada Sang Maha Pencipta yang
90 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98
juga disampaikannya kepada sang kakek menjadi alternatif dalam membantu proses
(melalui amalan). penyembuhan pasien.
Sumber pengetahuan pengobatan
tradisional lainnya adalah seperti yang c. Penyakit Psikis
diungkapkan oleh Informan berinisial S, Psikis atau batiniah seseorang
yang berprofesi sebagai penjual jamu. memiliki kerentanan akibat masalah yang
Selain menimba ilmu “perjamuan” dari disebabkan lingkungan keluarga, sosial
berbagai referensi yang diperoleh dari atau pun kerjanya. Akibat dari hal tersebut,
mass media dan buku-buku pengobatan kondisi kejiwaan seseorang akan
yang banyak diperjualbelikan, ia juga mengalami gangguan. Apakah gangguan
memeroleh informasi pengetahuan tentang itu murni dari ketidakmampuan pikiran
jamu dari nenek (dari pihak ibu) yang ahli seseorang atau adanya unsur makhluk
dalam meracik jamu. Bakat yang mengalir gaib? Hal ini kemudian menjadikan
dari tubuh orangtuanya kemudian spesialisasi dari para penyembuh untuk
diberdayakan hingga saat ini. memperdalam ilmu penyembuhan yang
Teknik pijat juga menjadi salah satu disebabkan oleh gangguan kejiwaan atau
jenis pengobatan tradisional. Pengetahuan pun karena makhluk halus (gaib).
mengenai teknik pijat dimiliki oleh
informan berinisial A. Profesi sebagai - Pengobatan Penyakit Kejiwaan
pemijat bukanlah menjadi pekerjaan Penyakit batin seperti depresi, stress,
pertamanya. Ia terlebih dahulu berjualan bahkan gila, memerlukan penanganan yang
obat sejak tahun 1970-an. Proses sebagai spesial. Diawali dengan interaksi dan tanya
pemijat tidak dapat diketahui secara pasti jawab seputar latar belakang kehidupan
karena keahlian memijat diperoleh pasien untuk kemudian semakin menjurus
menurutnya, dari bakat turunan dari pada permasalahan utama yang menjadi
leluhurnya. Pada waktu itu, ia rajin penyebab penyakit batin. Dalam kaitannya
berpuasa dan melakukan berbagai aktivitas dengan depresi, Menurut Kusumanto
beribadah. Tujuannya kala itu hanya ingin (1981: 83), di zaman Hipocrates, penyakit
mendapatkan keselamatan dunia dan depresi disebut dengan istilah melancholy.
akhirat. Di antara berbagai amalan yang Depresi tidak mengenal batas usia, ras,
kerap dibacakannya dalam menjalankan jenis kelamin, dan strata sosial. Ada
wirid adalah surat Alfatihah. Ia kesedihan yang mendalam akibat
mengatakan bahwa surat Alfatihah ketidakkuatan mental dalam menghadapi
merupakan surat wajib yang dapat sebuah peristiwa yang tidak terduga dan
dibacakan atau diwiridkan sebanyak- tidak diharapkan. Hal ini kemudian
banyaknya. Ia mulai terjun untuk menimbulkan kekecewaan dan selanjutnya
mengobati dengan cara pijat pada tahun akan mengakibatkan depresi. Beberapa
1995. Kala itu, pasien pertamanya adalah teknik yang digunakan pengobat dalam
pamannya sendiri yang mengalami stroke. mengatasi penyakit kejiwaan adalah
Meskipun melakukan pengobatan sebagai berikut
secara tradisional, para penyembuh 1. Terapi Spiritual Islami
tersebut di atas memiliki pendapat yang Pengobatan yang dilakukan untuk
sama bahwa mereka tidak menafikan peran mengatasi penyakit batiniah di
pengobatan medis modern yang juga antaranya dengan terapi spiritual islami.
dikatakan ampuh dalam proses Terapi ini memandang bahwa kedekatan
penyembuhan pasien. Jenis pengobatan dengan Sang Pencipta, menjadi sebuah
modern tidak hanya merujuk jenis obat kekuatan dan kesadaran tersendiri (self
yang harus ditebus dengan resep dokter. awareness) yang membantu pasien
Obat medis bebas (non generik) juga dalam proses penyembuhan atas segala
penyakitnya. Cara yang dilakukan
Pengobatan Tradisional... (Irvan Setiawan) 91
menurut Taufiq (2006: 101) adalah dalam kategori tradisional pada tahun
dengan menggunakan konsep Alquran 2008 oleh Presiden RI kala itu telah
dan assunnah. Dengan melakukan dimasukkan menjadi Brand of
pendekatan diri kepada Allah SWT Indonesia. Kementerian Kesehatan
melalui wirid dan zikir secara teratur, melalui Sistem Kesehatan Nasional
menurut informan berinisial US, tahun 2009 telah memasukkan
dipercaya akan mampu meningkatkan pengobatan tradisional, alternatif, dan
energi positif yang berperan penting komplementer sebagai bagian dari
dalam proses penyembuhan pasien. subsistem upaya kesehatan (Yuningsih,
Bacaan wirid dan zikir yang 2012: 10).
diperintahkan penyembuh kepada Di antara beragam ramuan jamu yang
pasiennya dapat dimasukkan dalam banyak beredar di pasaran, informan
kelompok pengobatan terapi pikiran dan berinisial S lebih memilih mengolah
spiritual. sendiri jamu yang memang digunakan
2. Terapi Olah Nafas khusus untuk penyakit. Meskipun
Terkait dengan proses penyembuhan demikian, para penyembuh meyakinkan
bagi penyakit batin yang diakibatkan dirinya bahwa jamu hanyalah media
oleh penyakit lahir menurut informan penyembuh saja, sementara yang
berinisial US dilakukan dengan cara menentukan sehat dan sakit adalah Allah
olah nafas secara teratur dengan durasi SWT. Informan berinisial US
waktu yang tidak terlalu lama. mencontohkan bahwa jangankan
Keteraturan dalam olah nafas menggunakan jamu, hanya meminum
dikatakannya dapat membantu segelas air saja dan atas izin Allah SWT
meringankan beban psikis (batin) yang maka sang pasien akan mengalami
diderita pasien akibat penyakit lahir proses kesembuhan yang lebih cepat. Ia
yang tidak kunjung sembuh. Manfaat menambahkan bahwa tidak hanya
dari olah nafas menurut informan penyakit batin saja, penyakit lahir pun
berinisial US, selain membantu dapat disembuhkan dengan meminum
meringankan beban psikis (batin) juga segelas air yang telah mendapat izin dari
dapat merekonstruksi dan membangun Allah SWT. Salah satu doa yang
kembali zat antibodi dalam tubuh dipanjatkan kepada Allah SWT, yaitu
manusia yang tadinya berkurang atau saat sebelum meminum jamu adalah
lemah akibat diserang oleh penyakit. dengan mengucapkan kalimat “Ya Ilahul
3. Terapi Jamu Mahmudu Fikuli, Huu......”. Suku kata
Pengobatan tradisional juga dapat terakhir (“huu”) diucapkan dengan
dilakukan dengan melakukan beberapa tarikan nafas panjang dan disertai
proses sederhana dengan menggunakan dengan meminum jamu.
jamu yang dipercaya dapat 4. Terapi Pijat
menyembuhkan penyakit. Menurut Jenis terapi pijat yang dilakukan
informan berinisial S dan HS, jamu Informan berinisial A dan U biasanya
adalah jenis obat yang diperoleh dari adalah pijat refleksi yang ditujukan pada
alam dan digunakan untuk bagian syaraf-syaraf yang dirasa
menyembuhkan tidak hanya penyakit menjadi penyebab ketegangan pikiran
lahir tetapi juga batin. Paduan antara pasien. Alur pijatan tergantung pada
jamu dan doa-doa permohonan lokasi penyakit pasiennya. Ia juga
kesembuhan pada Allah SWT adalah mengatakan bahwa kondisi sehat dan
sebuah cara ampuh yang dikatakannya sakit pasien tergantung dari lancar dan
mampu menyembuhkan berbagai tidaknya peredaran darah. Oleh karena
macam penyakit. Sebagai salah satu itu, teknik pijat yang dilakukan adalah
alternatif pengobatan, jamu telah masuk
92 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98
sama pada setiap jenis penyakit yang pola pengobatan yang dilakukan adalah
berkaitan dengan urat syaraf atau otot. dengan membaca amalan pada pasien yang
5. Terapi Psikologis terkena gangguan makhluk gaib. Pola
Penyakit batin, demikian diistilahkan berupa pembacaan amalan pada pasien
oleh informan berinisial US, memiliki yang terkena gangguan makhluk halus,
tingkatan dan tidak dapat diprediksi terkadang harus disertai dengan adu ilmu
pasti jangka waktu kesembuhannya. Hal dengan makhluk halus yang mengganggu
ini disebabkan oleh kondisi daya pikir pasiennya. Baginya, setiap adu ilmu berarti
pasien untuk menangani permasalahan ia harus siap untuk menerima risiko
yang memang menjadi penyebab utama apabila kalah. Kalah dalam pengertian
penyakit batinnya tersebut. Dan, hal ini yang paling pahit menurutnya adalah
dapat dianalisis dari pola komunikasi kematian.
serta jawaban pasien saat ditanya oleh Metode pengobatan gaib yang
sang penyembuh. Tatanan bahasa dan dilakukannya pada beberapa pasien
terhubung atau tidaknya jawaban pasien tertentu menggunakan media atau
dapat menjadi salah satu pedoman untuk perantara untuk berkomunikasi antara
melihat jangka waktu kesembuhan pasien dengan makhluk halus yang
pasien. Selain tatanan komunikasi, turut mengganggu diri pasien. Seseorang yang
diperhatikan juga bahasa tubuh pasien berperan sebagai media, setelah dibacakan
saat dilakukan analisis keparahan amalan, kemudian mengalami trans karena
penyakitnya. Keselarasan dan dimasuki oleh makhluk gaib yang
keseriusan pasien terhadap lawan mengganggu pasien. Ia mencontohkan
bicaranya akan tergambar juga dalam makhluk gaib yang bernama Banaspati.
bahasa tubuh yang dimainkan. Apabila Setelah itu, ia menanyakan pada media
ditemukan gejala ketidaksinkronan mengenai alasan mengganggu pasiennya.
dapat dikatakan bahwa memang sang Media yang telah dimasuki makhluk gaib
pasien sudah mengalami gejala depresi tersebut kemudian dapat berkata-kata
yang cukup parah. mengenai alasannya mengganggu pasien.
Informan berinisial US Pasien saat berobat padanya tidak
beranggapan bahwa keputusan sembuh bersifat pasif karena harus turut serta
atau tidaknya adalah bergantung pada membacakan amalan dan syariat yang
diri pasien itu sendiri. Dikatakan diberikan olehnya. Saat membacakan
demikian karena dalam proses syariat, pasien harus percaya dan
penyembuhan, ada beberapa pasien yang bermohon kepada Sang Pencipta agar
sangat susah disembuhkan meskipun diberi kesembuhan. Oleh karena itu, saat
dengan menggunakan seluruh metode pertama bertatap muka dengannya,
penyembuhan. Walhasil, US pertanyaan pertama yang diberikan kepada
berkesimpulan bahwa pasien tersebut pasien adalah apakah pasien percaya
merasa sudah nyaman dengan penyakit kepada Sang Pencipta serta percaya
depresinya (gila). dengan cara-cara pengobatan yang
dilakukannya. Setelah percaya, pasien
- Pengobatan pada Gangguan Makhluk harus yakin bahwa kesembuhan akan
Gaib datang dengan sendiri dengan melakukan
Masih ada kepercayaan pada pengobatan yang dilakukannya. Apabila
masyarakat di lokasi penelitian bahwa pasien tidak percaya, ia sangat yakin
salah satu penyebab penyakit diakibatkan bahwa pasien tersebut tidak akan sembuh.
oleh adanya gangguan dari makhluk gaib. Sang penyembuh, yaitu dirinya, harus
Adapun pengobatannya adalah seperti tertanam secara teguh dalam hatinya
yang dikemukakan oleh informan bahwa ia berniat ikhlas dalam menolong
berinisial D dan AC. Ia mengatakan bahwa
Pengobatan Tradisional... (Irvan Setiawan) 93
dan tidak mengharapkan pamrih sedikit sebanyak satu ember yang sudah dicampur
pun dari pasiennya. dengan garam. Setelah itu, pada tempat-
Keahlian yang dimilikinya juga tempat tertentu di area rumahnya juga
dapat berupa kontrol batin pada seseorang harus ditaburi garam.
mengenai kondisi kesehatannya, terutama Musadad (2016: 51) mengatakan
apakah ada atau tidak energi gaib dalam bahwa profesi sebagai pengobat yang
diri seseorang. Kontrol tersebut dapat mengkhususkan diri pada penyakit yang
dilakukan baik pada saat tatap muka atau disebabkan makhluk gaib masuk dalam
pun dalam jarak jauh. kategori Foreteller (dukun/peramal).
Sebelum melakukan pengobatan Namun demikian, penyebutan dukun pada
atau kontrol energi, ia melakukan izin sebagian masyarakat Cirebon
terlebih dahulu pada Sang Pencipta. Dalam dikonotasikan sebagai profesi yang kurang
pengertian ini, Izin dilakukan secara baik karena keahliannya kerap
bertahap dimulai dari sesepuh guru, disalahgunakan untuk membantu
syeikh, wali, malaikat hingga berakhir seseorang melakukan kejahatan. Mereka
pada puncaknya yaitu Sang Pencipta. lebih menyukai istilah ajengan,
Tahapan ini wajib dilakukan. Ia pananyaan, atau pun kyai.
mencontohkan dalam pembuatan Kartu Penyakit lainnya yang disebabkan
Tanda Penduduk (KTP) yang harus oleh gangguan makhluk halus lainnya
dimulai dari RT, RW, kelurahan, hingga adalah kesurupan atau kerasukan. Ia
tingkat kecamatan. Setelah semua mengatakan bahwa kerasukan lebih
permohonan izin dilakukan, ia harus yakin disebabkan oleh masuknya makhluk gaib
dan ikhlas akan tingkat keberhasilan upaya yang bersifat jahat dalam diri manusia.
yang dilakukannya. Setelah itu, ia Perihal adanya orang yang kemasukan
kemudian menanyakan siapa nama pasien sosok tokoh agama dan pembesar kerajaan
dan nama orang tua pasien (ayahnya). seperti nabi atau Prabu Siliwangi
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah menurutnya adalah tidak benar. Apalagi
pasien pernah berobat ke dokter. Sang gerak-gerik dan ucapan saat kesurupan
pasien biasanya menjawab sudah namun tidak menggambarkan tokoh yang sudah
hasil visum dari dokter tidak ditemukan dikenal masyarakat sebagai tokoh yang
suatu penyakit apa pun dan pasien pun berwibawa dan kharismatik.
merasa ada penyebab yang bukan dari Dalam Kamus Bahasa Indonesia
dunia kedokteran sehingga menderita (208: 1397), kesurupan atau kerasukan
penyakit. Ia kemudian menyebutkan berasal dari kata surup, kesurupan,
Insyaallah mudah-mudahan sembuh. kemasukan (setan, roh) sehingga bertindak
Dalam pengobatan jarak jauh, ia yang aneh-aneh. Definisi tersebut
berkomunikasi dengan pasien melalui nampaknya memperkuat apa yang
telepon genggamnya. Dan, dengan ilmu informan sampaikan.
yang dimilikinya maka ia mulai melakukan Kasus yang disebutkan informan
kontrol jarak jauh untuk mendeteksi berinisial D mengenai kesurupan seseorang
penyebab penyakit yang diderita pasien. atau pun hewan dalam masyarakat Sunda
Pengalaman terberat saat mengobati dapat dilakukan dengan cara nyambat,
pasien menurutnya adalah pasien yang yaitu mendatangkan roh halus dan
terkena guna-guna, yaitu suatu penyakit membiarkan dirinya dimasuki dan
yang disebabkan oleh kiriman dari seorang dikendalikan oleh roh tersebut. Nyambat
dukun berdasarkan permintaan seseorang dapat dilakukan secara sendiri atau pun
yang benci atau sakit hati kepada pasien. memerlukan bantuan orang lain, yang
Setelah pasien sembuh dari guna-guna, dalam hal ini adalah dukun.
maka pasien diharuskan untuk “dipagar”,
yaitu dengan mandi menggunakan air
94 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98
kedua kemudian dilakukan dengan bagian yang sakit dua kali sehari. Air
memberikan air dawegan „air kelapa hijau rebusan daun sereh dibuat satu kali sehari.
muda‟ yang dicampur dengan 1 butir Sebelum dibuat mandi, ia mengambil satu
kuning telur ayam. Pengobatan dilakukan gelas air rebusan daun sereh tersebut untuk
dengan meminum ramuan tersebut tiga diminum.
gelas untuk pagi, siang, dan malam. Cara Upaya untuk melestarikan dan
tersebut terbukti ampuh untuk mengobati mengembangkan pengobatan herbal
penyakit maag. tersebut ditindaklanjuti dengan menanam
Penyakit yang diobati dengan sendiri tanaman-tanaman obat di halaman
menggunakan herbalmedicine tidak hanya rumahnya. Beberapa jenis tanaman obat
menghinggapi pasien dari luar lingkungan tersebut di antaranya daun sirsak,
keluarga. Informan berinisial S mengkudu, kunyit, temulawak, piahong,
menceritakan juga pengalaman kencur, jahe, cecenet, ciplukan, dan sirih.
menyembuhkan beberapa penyakit yang Dengan demikian, ia tidak perlu bersusah
mendera keluarganya bahkan dirinya payah lagi untuk mencari bahan yang
sendiri. Salah seorang anaknya yang digunakan untuk membuat ramuan jamu.
pernah menderita penyakit Pnemonomia Hanya sedikit uang yang dikeluarkan dan
berhasil disembuhkan. Bahan herbal yang itu pun digunakan untuk membeli bahan
digunakan untuk mengobati penyakit pendukung lainnya seperti gula merah dan
anaknya tersebut adalah jahe, kunyit, dan sedikit bahan lainnya yang tidak dapat
jeruk nipis. Ketiga bahan tersebut dibudidayakan di halaman rumahnya.
diekstrakkan menjadi setengah gelas untuk Hal ihwal pengobatan herbal seperti
sekali minum, dan dilakukan dua kali dikemukakan di atas dalam ilmu farmasi
minum sebelum makan dalam sehari. ada istilah Fitofarmaka. Menurut Dewoto,
Pengobatan pada dirinya juga Fitofarmaka adalah obat dari bahan alam
pernah dilakukan dengan cara herbal. Saat terutama dari alam nabati, yang khasiatnya
berusia 17 tahun, ia terkena serangan jelas dan terbuat dari bahan baku, baik
lumpuh kaki karena aktivitas olahraga. berupa simplisia atau sediaan galenik yang
Pengobatan pertama yang dilakukan adalah telah memenuhi persyaratan minimal,
dengan cara dipijat namun tidak kunjung sehingga terjamin keseragaman komponen
sembuh. Lalu ia berinisiatif untuk aktif, keamanan dan kegunaannya (2007:
melakukan pengobatan herbal dengan cara 205). Hal ini diperkuat dengan bukti-bukti
membalurkan air rebusan daun sereh pada yang sudah ada dan diakui oleh dunia
sekujur tubuhnya. Ramuan herbal untuk seperti halnya Kina (Cinchona ledgeriana)
diminum tidak dilakukan. Ia hanya yang sejak dahulu ampuh dalam mengobati
mengkonsumsi jamu kemasan bernama malaria.
“Jamu Encok Jago” dan terkadang Pengobatan modern menurut
ditambah dengan madu dan telur ayam persepsi para informan merupakan unsur
kampung. Konsumsi jamu kemasan tidak yang tidak kalah penting dalam proses
dilakukan secara rutin. Hanya madu dan penyembuhan. Hanya, penggunaan unsur
telur ayam kampung yang meski tidak kimia dianggapnya memiliki efek samping
rutin namun tetap dikonsumsi meski harus yang kurang menguntungkan. Oleh karena
melihat kondisi keuangan yang kala itu itu, rujukan untuk ke puskesmas atau
masih minim. Rutinitas yang tetap lembaga kesehatan lainnya kerap
dilakukannya adalah rebusan air campur digunakannya untuk melihat
daun sereh tersebut yang dilakoninya perkembangan seperti kadar gula,
sampai sembuh selama kurang lebih kolesterol, dan tekanan darah. Konsumsi
setahun. obat apabila terkena penyakit memang
Cara pengobatan untuk tidak begitu memprioritaskan pada
kelumpuhannya adalah dengan merendam pengobatan modern. Selain jamu, ia juga
96 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98
Namun demikian, penganan yang terbuat dilakukan oleh para informan di lokasi
dari kacang-kacangan seperti tahu dan penelitian menjadi salah satu alternatif
tempe boleh dikonsumsi. Begitu juga penyembuhan sakit yang diderita pasien.
dengan pantangan memakan daging Sangat disayangkan apabila tidak ada
kambing bagi pasien yang menderita tindak lanjut dari instansi terkait untuk
tekanan darah tinggi. memberdayakan dan mengembangkan
Fungsi pemijatan menurut informan pengobatan yang berasal dari leluhur
berinisial US tidak dapat dibedakan antara mereka.
pijat kebugaran dengan pijat pengobatan. Upaya inventarisasi dan minimal
Oleh karena itu, proses pemijatan, pada adanya sebuah lokakarya yang intensif
pasien yang sakit atau hendak untuk memperkaya khasanah dari para
membugarkan tubuh, adalah sama saja. pengobat tradisional tersebut adalah
Definisi US mengenai kondisi tubuh sebuah langkah yang patut mendapat
apakah sehat atau sakit dapat diketahui perhatian serius. Sistem pengobatan
pada saat pertama kali memegang tubuh modern yang terkadang membutuhkan
pasien. Apabila sedang berada dalam biaya cukup besar tidak akan dapat
kondisi sakit, pasien akan merasakan sakit dipenuhi oleh pasien yang memiliki tingkat
saat pertama kali dipijat. Selain itu, bagian ekonomi rendah. Dengan adanya sistem
tubuh pasien yang terpegang atau teraba pengobatan tradisional, setidaknya pasien
akan terasa panas atau terasa lebih dingin tersebut akan mampu untuk membiayai
dari bagian tubuh lainnya. Menurut US, atau bahkan membuat sendiri ramuan yang
suhu tubuh hangat dan tidak sakit saat dianjurkan oleh pengobat tradisional.
dipijat adalah ciri tubuh yang sehat.
Diakui oleh US bahwa penyakit fisik DAFTAR SUMBER
yang tergolong cukup berat dan perlu 1. Makalah, Laporan Penelitian,
penanganan dengan teknik pijat adalah Skripsi, Tesis, dan Jurnal
penyakit Stroke. Stroke ditangani dengan Arianto, Nurcahyo Tri. “Lokakarya
cara perlahan dan memerlukan niat kuat Antropologi Kesehatan, Kelompok
dari pasien untuk sembuh. Selain Perawatan Paliatif dan Bebas Nyeri”,
melakukan pengobatan dan terapi, Makalah, Rumah Sakit Dr. Soetomo
keteraturan pola hidup pasien itu sendiri Surabaya, tanggal 3 dan 10 Februari 2001.
amat dibutuhkan untuk mempercepat Dewoto, Hedi R.. “Pengembangan Obat
kesembuhan penyakit yang dideritanya. Tradisional Indonesia Menjadi
Fitofarmaka”, dalam Majalah Kedokteran
D. PENUTUP Indonesia, Volume: 57, Nomor: 7, Juli
Selain kebutuhan akan sandang, 2007.
pangan, papan serta pendidikan, kesehatan Musadad, Asep N. “Persinggungan Islam dan
juga merupakan salah satu kebutuhan dasar Tradisi Mistik Lokal: Studi Kasus
manusia, karena dengan kondisi kesehatan Pananyaan Dan Ahli Hikmah di
yang baik dan kondisi tubuh yang prima, Masyarakat Tasikmalaya”, dalam
manusia dapat melaksanakan proses Indonesia Journal of Islamic Literature
kehidupan, tumbuh dan menjalankan and Moslem Society Vol. 1, NO. 1,
aktivitasnya dengan baik. Apabila terjadi January – June 2016
suatu keadaan sakit atau gangguan Soejoeti, Sunanti Z., “Konsep Sehat, Sakit dan
kesehatan, maka obat akan menjadi suatu Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya”,
bagian penting yang berperan aktif dalam makalah, Jakarta: Pusat Penelitian
upaya pemulihan kondisi sakit tersebut. Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengobatan tradisional baik dalam Pengembangan Kesehatan Departemen
bentuk pengobatan herbalmedicine, terapi Kesehatan RI.
pijat, terapi psikis, dan terapi spiritual yang
98 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98
2. Buku
Biro Pusat Statistik. 1994.
Profil Statistik Wanita, Ibu dan Anak di
Indonesia. Jakarta: Biro Pusat Statistik.
Koord. Statistik Kec. 2016.
Lemahabang. Statistik Daerah
Kecamatan Lemahabang Kabupaten
Cirebon 2016, Cirebon: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Cirebon.
Kartono, Kartini. 1992.
Patologi Sosial, Jakarta: Rajawali Press.
Kusumanto, dkk. 1981.
Beberapa Pandangan Teori dan
Implikasi Praktek di Bidang Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Yayasan Dharma Graha.
Taufiq. 2006.
Panduan Lengkap & Praktis Psikologi
Islam. Jakarta: Gema Insani.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008.
Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
Bahasa.
3. Internet
“Mesir beralih ke bahan herbal saat persediaan
obat menipis”, dalam http://www.
antaranews.com/berita/606543/mesir-
beralih-ke-bahan-herbal-saat-
persediaan-obat-menipis, Jumat, 13
Januari 2017 17:42 WIB.
Bau Nyale..... (I Made Purna) 99
I Made Purna
Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali
Jl. Raya Dalung Abianbase No. 107 Kuta Utara Badung Bali
e-mail: made.purna@kemdikbud.go.id dan purna.bpsntbali@gmail.com
Naskah Diterima:10 Januari 2018 Naskah Direvisi:14 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018
Abstrak
Budaya spiritual etnis Sasak dalam perjalanannya telah mengalami perkembangan yang
cepat. Diawali dengan masuknya agama Islam dari Jawa dan Makasar, serta agama Hindu dari
Bali. Kehadiran kedua agama tersebut kemudian diolah masyarakat Sasak dalam konsep
sinkretisme, dan wadah puncaknya berupa ajaran Islam Wetu Telu. Pengejahwantahan dari
sinkretisme menghasilkan tradisi-tradisi sebagai penguat identitas etnis Sasak. Satu di antara
tradisi yang ada, yaitu Bau Nyale. Sebagai pokok sandaran analasis penulisan membatasi tiga
pokok rumusan, yaitu 1) apa fungsi tradisi Bau Nyale bagi masyarakat pendukungnya; 2) nilai-
nilai budaya apa saja yang dimuat dalam tradisi Bau Nyale; 3) Kenapa diberi pengakuan,
penghargaan dan kesetaraan tradisi Bau Nyale dengan tradisi yang lain yang hidup di Lombok
oleh komunitas lain. Pisau analisis untuk mengidentifikasi yaitu teori semiotika dan neo-
fungsionalisme. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik deskriptif
interpretatif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi dan nilai budaya
yang dimuat pada tradisi Bau Nyale. Dari hasil mengidentifikasi, maka karya budaya intangible
Bau Nyale layak sebagai tradisi yang memiliki nilai multikulturalisme dan pluralisme.
Kata kunci: Bau Nyale, sinkretisme, multikulturalisme dan pluralisme.
Abstract
Sasak ethnic spiritual culture in its journey has experienced rapid development. It starts
with the entry of Islam from Java and Makasar, as well as Hinduism from Bali. The presence of
the two religions is then processed by the Sasak community in the concept of syncretism, and the
top place is the teachings of Islam Wetu Telu. The implication of syncretism resulted traditions as
a reinforcement of Sasak ethnic identity. One of the existing traditions, is the Bau Nyale. There
are three main issues in this research, which are 1) what is the function of Nyale Bau tradition for
the support community; 2) what cultural values are contained in the Bau Nyale tradition; 3) why
is Bau Nyale tradition given the recognition, appreciation and equivalence with other traditions
that live in Lombok by other communities. Theories used to identify are the semiotics theory and
neo-functionalism. This research is a qualitative research with descriptive interpretative
technique. The purpose of this study is to identify the functions and cultural values contained in the
Bau Nyale tradition. From the results of identifying, the Bau Nyale cultural work deserves a
tradition that has value multiculturalism and pluralism.
Keywords: Bau Nyale, Sincritism, Multiculturalism and Pluralism.
dengan menaklukkan Kerajaan Seleparang. Hindu dan Islam pada etnis Sasak di
Pada abad tersebut pengaruh agama Islam Lombok disebut sinkretisme, yaitu
menyebar dengan cepat. Cepatnya perpaduan dua atau lebih religi untuk
penerimaan agama Islam pada etnis Sasak mencari keserasian, keseimbangan, dan
karena sebelumnya, yakni abad XIII kedamaian hati (Purna, 2003).
Islam sudah masuk ke Lombok oleh raja Tidak dapat dipungkiri kenyataan
Muslim Jawa (Sufisme Jawa). Muslim ini, dan harus diakui, bahwa fenomena ini
Makassar yang segera berpadu dengan adalah anugrah Tuhan Yang Mahaesa dan
sufisme Jawa ini dengan cepat mampu tidak mungkin ditolak keberadaannya.
mengkonversikan hampir seluruh etnis Kuatnya perlawanan pengaruh Hindu
Sasak ke dalam Islam, meskipun terhadap Islam telah mampu membentuk,
kebanyakan mereka masih membangun kepercayaan baru yang
mencampuradukkan antara Islam dengan disebut dengan ajaran “ Islam Wetu Telu”
kepercayaan lokal yang non-Muslim (Islam Waktu Tiga). Ajaran ini merupakan
(Budiwanti, 2000: 9). Kepercayaan perwujudan sinkretisme kepercayaan
sebelum Islam masuk, yaitu Sasak Boda, animisme, Hindu, dan Islam. Namun sejak
Hindu-Budhis yang sudah sejak abad VII tahun 1960-an pengalaman terhadap
masuk ke Lombok. ajaran ini berubah. Penganut ajaran Islam
Dengan adanya pengaruh agama, dengan acuan pertamanya berdasarkan
seperti Hindu, Budha, Islam, Kristen kitab suci Al Quran dan Hadis Nabi
bahkan Konghucu sejak zaman dahulu Muhammad SAW biasanya mereka sebut
menyebabkan kepercayaan etnis Sasak di “Islam Wetu Lima” (Islam Waktu Lima),
Lombok cukup baragam. Sebelum masuk dan dewasa sekarang hanya menyebut
pengaruh dari agama-agama tersebut, di Islam saja. Akan tetapi praktik tradisi
Lombok sudah mengenal kepercayaan sebagai warisan leluhur masih “hidup”,
Boda dengan sebutan lumrahnya Sasak- dan dilaksanakan. Dalam pelaksanaan
Boda. Meskipun demikian, Sasak-Boda “Islam Wetu Telu”, dalam kehidupan
tidak sama dengan Budhisme. Sasak- berupacara maupun kehidupan sehari-hari
Boda ditandai dengan adanya animisme masih berjalan, seperti pada tradisi
dan panteisme. Di samping itu, karena ada Maulid, Rowah Wulan dan Sampet Jumat,
kepercayaan dan pemujaan terhadap Maleman, Lebaran Tinggi dan Lebaran
leluhur termasuk berbagai dewa lokal Topat, Lebaran Pendek, Bubur Abang dan
lainnya yang menjadi fokus utama Bubur Puteq, Buang Awu/Bubus,
penganut kepercayaan tersebut. Ngurisang, Molang Maliq, Turun Tanaq,
Pencampuran kepercayaan ini tampaknya Merosok Gigi, Nyunantang, Merarik dan
terus berlanjut, terutama terlihat semakin Betikah, Selamet Bumi, Nelung, Mituq dan
menguatnya kepercayaan Hindu seiring Nyiwaq, Matang Pulu, Nyatus dan Nyiu,
terjadinya penaklukkan Kerajaan Perang Topat, Upacara Siklus Padi, dan
Makassar-Lombok oleh Kerajaan tradisi Bau Nyale. Semua jenis tradisi itu
Karangasem Bali. Pengaruh agama Hindu bagi “Islam Wetu Lima” dianggap
semakin menguat. Dengan demikian menyimpang dari ajaran Islam. Karena
tidaklah mengherankan jika ada pendapat dalam prosesi perayaan telah melakukan di
yang mengatakan bahwa etnis Sasak pada antaranya: 1) Melibatkan/menghadirkan
kondisi tertentu identik dengan arwah leluhur. 2) Menggunakan perantara
Hinduisme. Fenomena yang bernafaskan dalam berhubungan dengan Tuhan. 3)
Hindu seperti di ibukota Provinsi Nusa Kebiasaan minum berem/tuak sebagai
Tenggara Barat (Mataram) maupun di pelengkap upacara. 4) Memplotkan Nabi
Lombok Tengah seperti di pantai selatan Adam AS sebagai tujuan utama perayaan
pulau Lombok jalinan keduanya sangat prosesi, sedangkan Nabi Muhammad SAW
erat. Fenomena antara unsur-unsur agama
Bau Nyale..... (I Made Purna) 101
agak diabaikan (Natsir Abdullah, 2007: 49- sedikit perbedaan konsepsi mengenai
50). dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk
Oleh karena telah terjadi praktik organisasi sosial, sejarah, adat kebiasaan.
tradisi yang dianggap menyimpang oleh Menurut Blum (2001), multikulturalisme,
kelompok tertentu pada masyarakat etnis yaitu meliputi sebuah pemahaman,
Sasak, dan rasanya sulit dihapuskan, maka penghargaan, dan penilaian, atas budaya
perlu pemahaman terhadap tradisi melalui seseorang serta sebuah penghormatan dan
pandangan Pluralisme dan keingintahuan tentang budaya lain.
Multikulturalisme. Pluralisme dalam Pemikiran ini sifatnya lebih ke penilaian
terminologi gereja digunakan sebagai terhadap budaya-budaya lain, bukan
sebutan orang yang memegang lebih dari dalam arti menyetujui sepenuhnya budaya
satu jabatan. Secara filosofis menurut Toha lain, melainkan mencoba untuk bagaimana
(2005), pluralisme dimaknai sebagai budaya lain dapat mengekspresikan dirinya
sistem pemikiran yang mengakui adanya di antara para pendukungnya yang
landasan pemikiran yang mendasar lebih dilatarbelakangi oleh perbedaan dan
dari satu. Dalam perspektif sosial-politik, berbagai kualitas perbedaan antara
pluralisme dimaknai sebagai sistem yang mayoritas dan minoritas yang hidup dalam
mengakui keeksistensian keragaman harmoni di tengah-tengah pluralistik
kelompok, baik yang bercorak ras, suku, agama maupun kepercayaan.
aliran, maupun partai dengan tetap Para cendekiawan Muslim seperti,
menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan Farid Esak, Abdul Aziz Sachedina dan
yang sangat karakteristik di antara Syed Hasyim Al, berpendapat tentang
kelompok-kelompok tersebut (Sumerta, multikulturalisme dapat penulis jadikan
2016). Secara sederhana pemikiran dan sandaran untuk menerapkan
pandangan pluralisme, yaitu dimaknai multikulturalisme di tengah umat Muslim
keeksistensian berbagai kelompok atau yang ada pada etnis Sasak di Lombok.
keyakinan dengan tetap terpeliharanya Multikulturalisme sama sekali tidak
perbedaan-perbedaan karakteristik masing- bertentangan dengan Islam.
masing, sepanjang tujuan akhir suatu Multikulturalisme merupakan kondisi
keyakinan maupun kepercayaan ditujukan obyektif di lapangan yang mengharuskan
kepadaNya. umat muslim dan umat agama lain saling
Adapun multikultural berarti memahami, menghormati dan menjaganya.
keragaman budaya, di mana suatu individu Karena agama Islam sendiri mengakui dan
hidup di antara berbagai kelompok sosial menghormati multikulturalisme sebagai
dengan kebiasaan yang berbeda. tertuang dalam ayat 13 surat al Hujarat
Pemaknaan pandangan maupun pemikiran (Qodir, 2015: 186).
multikulturalisme menurut para ilmuan Kedua cara pandang maupun
sosial yaitu cara pandang, kebijakan, pemikiran tersebut di atas sangat tepat
penyikapan dan tindakan oleh masyarakat diaplikasikan di Indonesia umumnya dan
maupun negara yang majemuk dari segi di Pulau Lombok khususnya. Karena
etnis, budaya, agama, dan sebagainya. secara karakteristik Pulau Lombok sebagai
Namun mempunyai cita-cita untuk pulau yang menyimpan akar-akar
mengembangkan semangat kebangsaan keragaman agama, suku/etnis, seni budaya,
yang sama dan mempunyai kebanggaan tradisi, adat-istiadat, dan cara hidup yang
untuk mempertahankan kemajemukan berbeda-beda. Sangat tepat ungkapan
tersebut. Parekh (1997), memberi umum yang mengatakan “ di Lombok ada
pandangan terhadap multikulturalisme, agama Hindu dan budaya Bali, sedangkan
yaitu suatu masyarakat yang terdiri atas di Bali belum tentu ada budaya Sasak.
beberapa macam komunitas budaya Para pengelola negara maupun masyarakat
dengan segala kelebihannya, dengan yang berdomisili di Pulau Lombok harus
102 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 99 -114
ada hujan turun secara tiba-tiba dan keagamaan mereka. Bahkan legenda Putri
disertai munculnya pelangi yang sangat Mandalike menjadi mitos bagi masyarakat
indah di langit. Menurut istilah suku pendukungnya. Mitos Putri Mandalike
bangsa Sasak hujan yang turun setelah dipercaya sebagai kebenaran
nyale ditangkap disebut ''ujan atong keagamaan/religius. Mitos ini diterima
nyale" atau "ujan uleq nyale”. dan dipercaya oleh masyarakat Sasak
Dalam kepercayaan etnis Sasak, sebagai pemikiran dan kebenaran religius.
saat turunnya hujan itu dinilainya sebagai Sebagai kebenaran religius dimaksudkan
rahmat yang mendatangkan air bagi sawah oleh Malinowski (dalam Adibrata, 1990),
mereka yang mempercepat dan bahwa mitos bagi masyarakat
mempersubur tumbuhnya tanaman padi pendukungnya bukanlah sekedar cerita
mereka. Hujan dengan lebatnya turun, yang menarik atau yang dianggap
menandakan akan banyak nyale bersejarah. Akan tetapi merupakan satu
mengambang ke permukaan air laut pada pernyataan dari kebenaran yang tinggi atau
waktunya. Bagi manusia berarti suatu kenyataan yang utama yang memberikan
rezeki yang tidak ternilai harganya.Semua pola dan landasan bagi kehidupan dewasa
itu menunjukkan kebesaran Tuhan Yang ini.
Mahaesa. Manusia hanya menerima, dan
menikmati saja. Sebagai balasan, manusia 2. Wadah Integrasi dan Membangkitkan
diminta hanya mengakui kebesaran, dan Solidaritas
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Suatu kenyataan yang tidak dapat
Binatang-binatang itu pun disiplin. disangkal pada dua bulan terakhir mereka
Mereka tidak akan keluar jika bukan pada jarang bertemu satu dengan yang lain,
waktunya. Allah/Tuhan Yang Mahaesa karena kesibukan dengan tugas di sawah
melengkapi dengan naluri yang masing-masing. Di penyalean mereka
mengarahkan kepada disiplin yang tinggi dapat bertemu, dan masing-masing datang
tanpa membantah. Kemudian Allah /Tuhan dengan bekalnya. Pemilihan jadwal Bau
Yang Mahaesa telah menciptakan iklim Nyale yang disebabkan siklus alam,
baginya berupa hujan, guruh, dan kilat dikarenakan hasil kesepakatan masyarakat
yang menyertai “perkelaminannya”. Sasak, serta sangat berkaitan dengan
Sesungguhnya menurut ilmu pengetahuan kemampuan tanggapan aktif antara
pada saat itu binatang itu sedang manusia dengan alam lingkungan. Etnis
“berkelamin”. Nyale jantan melepaskan Sasak, walaupun sudah memeluk dan taat
bagiannya sepanjang 10-15 cm, dan yang ajaran agama Islam, akan tetapi peristiwa
betina melepaskan bagiannya sepanjang 10 alam yang diciptakan oleh Tuhan Yang
-15 cm juga. Bagian itu mengambang ke Mahaesa tetap dipercaya dan dijalankan
permukaan laut untuk mengadakan dengan suka cita. Bahkan penjadwalannya
“perkelaminan”. Nyale yang sebenarnya, ini dipercaya sebagai hari untuk
tetap tinggal di lubang-lubang karang yang menyambut kehadiran Putri Mandalike.
terhampar di bawah permukaan laut. Mitos Putri Mandalike inilah yang
Untuk memperkuat keyakinan, menjadi sumber pola pikir filosofis suku
bahwa tradisi Bau Nyale memiliki bangsa Sasak, yaitu aik meneng-tunjung
kedudukan fungsi religi dapat diamati dari tilah-empak bau, yang hingga kini masih
seni drama Putri Mandalike. Drama Putri tetap dianggap relevan sebagai dasar
Mandalike memberikan santapan pada pemikiran untuk penyelesaian berbagai
jiwa, karena di dalamnya terungkap ajaran masalah yang ada (Trisnawati, 2001).
moral dengan dimanifestasikan sentimen Kehadiran mereka bersama di pantai
kemasyarakatan menjadi berkobar-kobar menimbulkan rasa kebersamaan,
setiap penyelengggaraan pertujukan yang kekeluargaan, dan keakraban.
pada akhirnya meningkatkan emosi Menunjukkan adanya pertalian asal-usul
Bau Nyale..... (I Made Purna) 107
yang sama pula. Kesadaran mereka telah dalam laut menyambut gelombang yang
menimbulkan keharuan. Sebagian dari begitu besar karena ada kebanggaan telah
mereka, di tempat penyalean ini, bertemu memiliki tradisi yang belum tentu ada di
dengan istri mereka sebelum menjadi tempat lain. Kalaupun ada, akan tetapi cara
suami istri, sewaktu sama-sama masih menyikapinya tidak akan persis sama. Rasa
perawan dan jejaka. Kemudian mereka patriotismenya untuk menghadapi
menjadi suami istri (Lalu Wecana, lingkungan alamnya tidak sama.
1982/1983). Jiwa patriotisme hadir ke tepi pantai,
Sekali-sekali terdengar sorak-sorai bukan karena ingin mendapatkan jumlah
yang sambung-menyambung menyambut tangkapan. Namun karena percaya isi
gelombang yang gulung-gemulung cerita mitos Putri Mandalike. Dalam cerita
mengantarkan nyale ke tepi. Antara mitos Putri Mandalike, patriotisme
mereka saling memperlihatkan hasil tergambarkan mengenai sikap dan jiwa
tangkapan. Mereka masing-masing Putri Mandalike, yang lebih mencintai
tersenyum puas. Sedikit atau banyak hasil kerajaan dan rakyat banyak daripada
tangkapan, sama sekali tidak menimbulkan dirinya sendiri.
perasaan bangga, atau perasaan iri. Di situ
sungguh-sungguh terdapat perasaan 4. Wadah Enkulturasi Budaya
persaudaraan yang sejati, dan ikhlas. Para penangkap nyale bukanlah
Seolah-olah kedatangan mereka ke sana orang-orang yang berasal dari Kecamatan
bukanlah untuk mengutamakan Pujut saja, sebagai pemilik tradisi tersebut,
memperoleh hasil tangkapan, tetapi untuk tetapi juga orang-orang yang berasal dari
membangun integrasi, dan membangkitkan kecamatan lain, dan orang-orang dari Kota
rasa solidaritas kelompok. Mataram. Bagi mereka yang berasal dari
luar kelompok masyarakat pemilik tradisi
tersebut, kedatangannya ke sana hanyalah
untuk menyaksikan tradisi yang terkenal
itu. Tetapi secara tidak sadar mereka juga
menjadi perhatian anggota kelompok
masyarakat tradisional. Caranya
berpakaian, sikapnya, dan perkataannya
memberi pengaruh atau sebaliknya. Secara
tak langsung di situ terjadi proses
enkulturasi. Apalagi yang hadir di situ
Gambar 2. Ribuan Peserta Menangkap Nyale bukan semata-mata orang dewasa, tetapi
Dini Hari Sekitar Pukul 3 Pagi. juga anak-anak dan remaja.
Sumber: Dokomentasi Penulis. Anak-anak dan remaja menyaksikan
dalam praktik bagaimana proses tradisi itu
3. Wadah Pembinaan Semangat berlangsung. Di situ mereka dapat meniru,
Patriotisme dan berbuat serta mengambil contoh sesuai
Dalam suasana persatuan, kesatuan dengan yang mereka perlukan. Mereka
yang dilatarbelakangi oleh keindahan alam menyaksikan sendiri, dan ikut merasakan
pantai dengan lautnya yang luas, dan bagaimana seharusnya membina kesabaran
gelombang besar gulung-gemulung semalam suntuk menanti fajar
menimbulkan semangat patriotisme. menyingsing, saat keluarnya nyale ke
Kecintaan dan rela berkorban pada saat permukaan laut. Segalanya itu mereka
menjaga kehadiran nyale yang dibawa oleh hayati, dan mereka praktikkan bersama
ombak sungguh menakjubkan. Bahkan seluruh warga masyarakat tradisional yang
tidak sedikit mereka menganggap sebagai hadir di situ. Enkulturasi juga dapat
pejuang menyambut kehadiran Putri diajarkan dalam penyelenggaraan Bau
Mandalike. Mereka berani sampai ke
108 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 99 -114
dengan Tuhannya (adat gama), tata Saat makan, para peserta di penyalean
hubungan manusia dengan sesamanya (tap saling memberi makanan untuk mengisi
sila), dan tata hubungan manusia dengan kegiatan begadang. Walaupun zaman
alam lingkungannya (luwir gama). dahulu para peserta tangkap nyale,
Walaupun Pantai Seger dijadikan terutama kaum muda-mudinya, disibukkan
kawasan Mandalike dengan pembangunan dengan kegiatan berbalas pantun,
kepariwisataan oleh ITDC (Indonesian bertandak dan berbelanja. Karena itu tidak
Tourism Divelopment Corporations), mengherankan di pinggir jalan menuju
namun pola-pola ideal yang pernah pantai dan di pusat kegiatan Festival
dirasakan oleh masyarakat Sasak yang Pesona Bau Nyale berdiri warung-warung
hidup di bagian pesisir selatan Pulau dadakan yang digunakan jualan untuk
Lombok tetap dipertahankan. melayani para peserta. Garakan ekonomi
Etnis Sasak bagian selatan sangat pada saat penyelenggaraan Bau Nyale
yakin dan percaya, bahwa Tuhan Yang sangat tinggi, karena yang hadir untuk
Mahaesa ada. Tuhan Yang Mahaesa yang menangkap maupun yang menyaksikan
menciptakan alam semesta dan seluruh pementasan maupun penangkapan nyale
isinya, baik terindra maupun tidak terindra. ribuan orang. Tidak mungkin rasanya bagi
Semuanya ini dilengkapinya pula dengan yang hadir tidak akan belanja, baik untuk
kerangka eksistensi saling ketergantungan, membeli makanan, minuman maupun
sehingga keseluruhannya eksistensi di barang suvenir lainnya.
alam ini berbentuk sebuah dinamika relasi
saling butuh. Sumber dinamika adalah 9. Bau Nyale sebagai Event Pariwisata
Tuhang Yang Mahaesa. Kesadaran inilah Masyarakat Sasak di Lombok
yang menjadi dasar filosofis kebudayaan Tengah bagian selatan, khususnya di
maupun tradisi Bau Nyale. Untuk sekitar Pantai Seger Kuta, dahulu tidak
memperkuat kedudukan Bau Nyale, maka pernah berpikir maupun merencanakan jika
dibuatkan cerita mitos Putri Mandalike, Bau Nyale yang mereka lakukan akan
sehingga Bau Nyale menjadi kegiatan menjadi demikian besarnya. Mereka
sakral yang selalu ditunggu-tunggu. melaksanakannya lebih merupakan suatu
Mitos Putri Mandalike disakralkan, maka dukungan dan perwujudan rasa bakti
lingkungan pantai yang dijadikan pusat kepada leluhur dan kepercayaan yang
penangkapan nyale juga ikut sakral. mereka yakini. Mereka datang dengan
Masyarakat Sasak sangat takut merusak harapan tertentu yang tidak bersifat
Pantai Seger. Masyarakat sangat material. Atau yang bersifat pamrih
menyadari manusia tidak bisa membuat pribadi, tetapi dihubungkan dengan
pantai. Hanya bisa memeliharanya. keselamatan keberhasilan panen dan
Masyarakat Sasak sangat sadar laut kesejahteraan hidupnya dan menyambut
maupun pantai sumber untuk mendapatkan Putri Mandalike. Pertimbangan komersial
penghidupan. Karena itu laut dan pantai memang ada, tetapi tidak dominan.
harus dijaga dan dilestarikan habitatnya Komersial muncul jika setelah
seperti nyale itu sendiri. mendapatkan nyale banyak.Tentu yang
diutamakan kebutuhan keluarga, seperti
8. Bau Nyale sebagai Penggerak untuk dimakan, keperluan upacara
Ekonomi kesuburan tanah pertanian, kemudian
Waktu yang dibutuhkan untuk sisanya dijual.
menangkap nyale hanya 2 sampai 2,5 jam. Dewasa ini penyelenggaraan ritus
Namun waktu untuk menunggu puncak/ Bau Nyale sudah tidak ada
momen penangkapan cukup lama. Pada bekayaq/bertandaq, belancaran, tidak ada
saat menunggu puncak/momen ini juga kegiatan api unggun. Mereka lebih
memerlukan energi untuk modal begadang. memilih kesenian lain seperti pementasan
110 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 99 -114
mampu bekerja dari awal sampai akhir, Tuhan yang telah berkehendak terhadap
dan seorang ibu yang mampu mengerjakan ciptaan-Nya.
sawah dengan hasil yang berlimpah ruah. Sejalan dengan pendapat Farid
Apalagi perempuan Sasak mampu Esack, Syed Hasyim Ali dan Abdul Aziz
menjalankan hidupnya dengan: 1) Sachhedina (dalam Zuly Qodir, 2015),
Wibusana, berpakaian yang baik, 2) masing-masing menegaskan tentang
Wirasa, memiliki penghayatan yang baik, pemikiran multikulturalisme. Pertama,
baik terhadap orang tua, sebaya, maupun multikulturalisme merupakan kondisi
terhadap anak-anak. 3) Wiraga, seseorang yang dapat menerima
berpenampilan yang menarik. Jika hal (penerimaan) dan mengakui (pengakuan)
tersebut sudah terpenuhi, maka perempuan tentang keberlainan dan keragaman.
yang demikian itu disebut perempuan yang Multikulturalisme melampaui toleransi
“widagda ngawe bawa sakti mandraguna”. atas keberlainan. Sebab multikulturalisme
Perempuan Sasak yang mendekati hadir dalam diri yang tulus dan dalam
sempurna. Perempuan Sasak yang tindakan terhadap pihak lain yang
berkharisma. berlainan. Kedua, multikulturalisme
“kondisi masyarakat di mana kelompok
11. Bau Nyale dari Perspektif kebudayaan, keagamaan, dan etnis hidup
Pluralisme dan Multikulturalisme berdampingan dalam sebuah bangsa
Menyadari dari potensi fungsi dan (negara). Multikulturalisme juga berarti
nilai budaya yang dikandung pada tradisi bahwa realitas itu terdiri dari banyak
Bau Nyale seperti yang diuraikan tersebut substansi yang mendasar.
di atas. Karena itu sangat layak tradisi Bau Multikulturalisme juga merupakan
Nyale sebagai fenomena budaya dan keyakinan bahwa tidak ada sistem penjelas
kepercayaan mendapat pengakuan (pemahaman) tunggal atau pandangan
pemikiran yang mengakui adanya tentang realitas yang dapat menjelaskan
kebhinekaan, keragaman, kemajemukan seluruh realitas kehidupan”. Ketiga,
baik yang bercorak ras, etnis, aliran, dan pluralisme, bahwa “pluralisme merupakan
lain-lain. Perlu menjunjung tinggi aspek istilah atau kata ringkas untuk
perbedaan, maupun karakter yang dimiliki menyebutkan suatu tatanan dunia baru di
oleh kelompok yang ada. Perlu memberi mana perbedaan budaya, sistem
sikap penghargaan, penghormatan, kepercayaan, dan nilai-nilai
penilaian, atas perbedaan budaya membangkitkan kegairahan pelbagai
seseorang maupun kelompok, walaupun ungkapan manusia yang tidak kunjung
tidak menyetujui sepenuhnya. Bau Nyale habis sekaligus mengilhami pemecahan
merupakan fenomena budaya dan konflik yang tak kunjung terdamaikan”.
kepercayaan yang representatif untuk Ketiga cendekiawan Islam tersebut
mengungkap multikulturalisme dan sangat menyadari bahwa multikulturalisme
pluralisme. dan pluralisme merupakan kondisi obyektif
Dengan kata lain, pemikiran dan di lapangan yang mengharuskan tidak
sikap multikulturalisme dan pluralisme umat muslimnya saja yang harus saling
merupakan hal yang tidak bisa ditolak memahami, menghormati dan menjaganya.
keberadaannya. Karenanya, tidak Namun juga umat agama maupun
mengherankan apabila umat Islam di kelompok lain. Kondisi tersebut dapat
Lombok tidak melarang penyelenggaraan diciptakan dan di antara sesama umat
tradisi Bau Nyale. Bagi agama Islam beragama harus secara tegas menolak serta
multikulturalisme sudah menjadi mencegah jika terdapat kelompok orang
sunatullah, kehendak Tuhan, sehingga yang hendak menghancurkan kondisi
menentangnya sama dengan menentang obyektif multikulturalisme dan pluralisme
112 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 99 -114
di Lombok khususnya dan di Indonesia diyakini original dari Tuhan dan bukan
umumnya. konstruksi manusia (dalam Moh. Sabri
Kehidupan masyarakat di sekitar AR, 2015: 237). Oleh karena itu perlu
Desa Kuta maupun Pantai Seger, keterbukaan dalam menyikapi
Dundang, Orong Ejan, Muluq, Mereseq, multikulturalisme dan pluralisme yang
Boloan, Ebuah, Terasaq, dll, mereka lebih bersifat dialogis dengan mengajak
sangat menjunjung tinggi rasa berbagai bentuk agama maupun tradisi
persaudaraan dan kebersamaan. Karena yang autentik agar memiliki visi
hidup dijalankan dengan rasa persaudaraan “universal” dalam merumuskan apa yang
dan kebersamaan yang tinggi akan dalam filsafat disebut the meaningand the
menimbulkan rasa aman. Lebih-lebih di purpose of life (makna dan tujuan hidup
kawasan Pantai Kuta dan Seger dijadikan manusia). Hidup dalam keagamaan yang
Kawasan Pariwisata Mandalika. Dapat terpenting tidak pada tataran “formalnya”,
dipastikan kawasan Mandalika akan hidup namun lebih ditekankan pada aspek
dari berbagai ras, suku, agama, golongan, “dalamnya”.
okopasi, dll. Mereka akan hidup dengan
menghadapi penuh perbedaan di antara D. PENUTUP
mereka. Etnis Sasak di Lombok sangat kaya
Kebersamaan dan kerukunan yang akan fenomena budaya yang diwadahi
dirasakan di tempat penyelenggaraan pada tradisi bermuatkan nilai multikulturalisme
saat pelaksanaan tradisi Bau Nyale sangat dan pluralisme. Fenomena ini dimulai
tinggi. Tradisi Bau Nyale menjadi salah ketika agama Islam dari Jawa masuk yang
satu refleksi dan integritas etnis Sasak dibawa oleh Pangeran Prapen, putra Sunan
yang berada di kawasan pantai bagian Giri sekitar awal abad XVI. Pada saat itu
selatan Lombok Tengah. Hal ini dapat pula di Lombok sudah ada dua kerajaan
diamati pada saat persiapan ritual yang besar yaitu Kerajaan Seleparang di
harus dilengkapi dengan sesaji khusus. Lombok Timur dan Kerajaan Pejanggik.
Mereka hidup saling menghormati dan Didengar dua kerajaan tersebut sudah
membantu melengkapi peralatan ritual mulai masuk Islam maka Raja Bali
antarwarga. Mereka merasa berdosa jika Waturenggong dari Kerajaan Gelgel pada
tidak ikut membantu dalam tahun 1520 menyerang Kerajaan
penyelenggaraan warisan leluhur. Mereka Seleparang, tapi gagal. Sepuluh tahun
tidak memandang kelompok Islam Wetu kemudian penyerangan dilanjutkan dan
Telu maupun Islam Waktu Lima. Demikian sekaligus mengutus Dang Hyang Nirartha
dari umat lain, mereka bersatu untuk untuk mencari jalan damai. Kehadiran
melaksanakan tradisi Bau Nyale. unsur budaya Hindu di Lombok
Untuk amannya tradisi Bau Nyale dimantapkan lagi pada tahun 1580 ketika
sepanjang masa, maka para pemeluk Kerajaan Karangasem yang dipimpin Anak
agama tertentu jangan berangkat dengan Agung Ketut Karangasem ekspedisi. Atas
pemikiran bahwa hanya agama dan kitab dasar pertemuan dua budaya dan
sucinyalah sumber kebenaran, dan kepercayaan tersebut, sehingga lahirlah
sepenuhnya diyakini sebagai : 1) bersifat kelompok kepercayaan Islam Wetu Telu
konsisten dan berisi kebenaran-kebenaran dan Islam Waktu Lima. Islam Wetu Telu
yang tanpa kesalahan sama sekali; 2) lebih berorientasi terhadap kebudayaan dan
bersifat lengkap dan final dan karena itu keagamaannya lebih condong ke adat yang
memang tidak diperlukan kebenaran dari dipengaruhi oleh agama Hindu. Islam Wetu
agama maupun tradisi lain; 3) kebenaran Telu dianggap sebagai puncaknya
agama sendiri merupakan satu-satunya sinkretisme antara Islam-Hindu. Hasil dari
jalan keselamatan, pencerahan atau sinkretisasi yang masih dijalankan dewasa
pembebasan; 4) seluruh kebenaran itu sekarang seperti tradisi Bau Nyale.
Bau Nyale..... (I Made Purna) 113
2. Buku
Abdullah, Natsir. 2007.
Penyimpangan Ajaran Agama pada
Berbagai Ritual Perayaan di Lombok
Serta Dampaknya Terhadap Kehidupan
Bermasyarakat. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Bahasa dan Seni.
Mataram: Unram.
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2006.
Strukturlaisme Levi-Strauss Mitos dan
Karya Sastra. Yogyakarta: Kepel Press.
Baal, J. Van. 1976.
Pesta Alip di Bayan Lombok. Belanda.
Blum, A Lawrence. 2001.
Antirarisme, Multikulturalisme, dan
Komunitas Antar Ras, Tiga Nilai yang
Bersifat Mendidik bagi Sebuah
Masyarakat Multikultural, dalam Larry
May, dan Shari Colinn-Chobanian,
Etika Terapan; Sebuah Pendekatan
Multilkultura, Terjemahan; Sinta
Carolina dan Dadang Rusbiantoro,
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Budiwanti, Erni. 2000.
Islam Sasak: Wetu Telu Versus Waktu
Lima. Yogyakarta: LKiS.
Qodir, Zuly. 2015.
“Pemikiran Islam Multikulturalisme dan
Kewargaan” dalam buku: Fikih
Kebhinekaan. Bandung: PT Mizan
Pustaka.
Ritzer, George dan Douglas J. Gooman. 2005.
Teori Sosiologi Modern.Terjemahan.
Jakarta: Prenada Media.
Sabri AR, Mohd. 2015.
“Agama Mainstream, Nalar Negara dan
Fikih Kebinekaan: Menimbang
Philosophia Perennis” dalam Fikih
Kebinekaan, Pandangan Islam
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 115
REPRESENTASI TENTARA
DAN RELASI SIPIL-MILITER
DALAM SERIAL PATRIOT
THE REPRESENTATION OF ARMY AND CIVIL-MILITARY RELATIONS
IN PATRIOT SERIES
Naskah Diterima:12 Januari 2018 Naskah Direvisi:16 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018
Abstrak
Penelitian ini mencoba membedah muatan ideologis yang terdapat dalam serial televisi
Patriot. Selain itu, penelitian ini juga membaca representasi tentara dan hubungan sipil-militer
yang terlihat dalam serial tersebut. Serial Patriot dinilai penting karena menjadi serial televisi
pertama yang mengangkat kisah militer sejak jatuhnya Orde Baru pada 1998. Serial Patriot dalam
penelitian ini dilihat sebagai media massa yang merefleksikan nilai atau norma dalam
masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatatan kualitatif dengan memakai konsep codes of
television yang dikemukakan oleh John Fiske. Ia menyatakan bahwa kode dalam televisi memiliki
tiga tingkatan: reality, representation, dan ideology. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa
serial Patriot memiliki pesan ideologis yang tersirat, antara lain: nasionalisme, patriotisme,
didaktisme, dan menempatkan tentara sebagai penjaga nilai moral. Hubungan sipil-militer dalam
Patriot terlihat lebih didominasi oleh pihak militer. Peran pemimpin sipil tidak nampak dalam
Patriot. Pihak sipil digambarkan bergantung kepada pemimpin yang memiliki latar belakang
tentara.
Kata kunci: televisi, representasi, ideologi, tentara.
Abstract
This research tries to analyze the ideological contents that exist in the television series
Patriot. In addition, this study also review the representation of soldiers and civil-military
relations in the series. The Patriot series is important because it became the first television series
to raise the military stories since the fall of the New Order Regime in 1998. The Patriot series in
this study is seen as a mass media that reflects the value or norm in the society. This study uses a
qualitative approach using the concept of codes of television proposed by John Fiske. He stated
that is the code in television has three levels: reality, representation, and ideology. From this
research, it can be seen that the Patriot series has an implied ideological message, among others:
nationalism, patriotism, didactism, and placing the army as a guardian of moral values. The civil-
military relationship in the patriot appears to be more dominated by the military. The role of
civilian leaders is not seen in the Patriot. The civilian side is depicted depending on the leader who
has a military background.
Keywords: television, representation, ideology, soldier.
116 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130
digunakan oleh pemerintah Kota Jakarta sendi kehidupan, termasuk dalam ranah
untuk melakukan penggusuran (Zen RS, kebudayaan melalui pelibatan militer
2016). dalam Departemen Penerangan yang
Mietzner dan Kingsbury membawahi perfilman serta sistem
sebagaimana dikutip oleh Jusuf (2016) keanggotaan sensor (Nugroho dan Herlina,
menyatakan bahwa reformasi di tubuh 2015: 183).
TNI yang dirintis sejak 1999 ternyata Tak hanya itu, narasi sejarah dan
hanya berlangsung secara formal, hanya legitimasi kekuasaan Orde Baru juga
mengacu pada undang-undang pertahanan dibangun dalam bidang kebudayaan,
negara dan belum mengakui supremasi khususnya melalui film (Herlambang,
sipil. Dalam internal lembaganya sendiri, 2011; Heryanto, 2015; Irawanto, 2017).
TNI gagal melakukan pembaruan (Jusuf, Irawanto (2017) mendedahkan dengan
2016). Selain itu, setelah reformasi 1998, sangat cermat bagaimana film-film sejarah
persentuhan TNI dengan politik masih yang disponsori negara di masa Orde Baru,
begitu kentara. Tidak bisa dipungkiri, para mampu menyusupkan muatan ideologis
politisi sipil kerap mengikutsertakan faksi- seperti nasionalisme dan superioritas
faksi militer untuk mendukung dua calon tentara atas sipil. Dalam rezim represif ala
presiden yang berbeda seperti yang terjadi Orde Baru, kerja-kerja budaya di antaranya
pada pemilu 2014 lalu6. memang ditujukan untuk kepentingan
Semakin melebarnya pengaruh hiburan dan harus mampu bernegosiasi
militer dalam urusan sipil dan persentuhan mendukung penguasa (Nugroho dan
militer dengan politik di era pemerintahan Herlina, 2015: 213).
Jokowi, baik secara institusional maupun Meskipun kondisi politik dan
individual (purnawirawan TNI yang terjun kebudayaan saat ini berbeda dengan masa
dalam politik), agaknya bisa dibaca dalam Orde Baru--ditandai dengan perkembangan
sebuah kecurigaan; adakah militer atau teknologi, keterbukaan informasi dan
tentara saat ini juga mulai kembali demokratisasi--bukan berarti posisi dan
memperluas pengaruhnya dalam ranah persentuhan militer dalam kebudayaan
kebudayaan? Pasalnya persentuhan militer sama sekali hilang. Mungkin posisi militer
dengan kebudayaan bukanlah hal baru dalam ranah kebudayaan tidak hegemonik 7
dalam sejarah Indonesia. sebagaimana masa Orde Baru, tetapi posisi
Pada masa Orde Baru, Presiden mereka dalam ranah budaya pop,
Soeharto pernah memberikan ruang yang khususnya dalam film dan televisi, dalam
luas bagi militer untuk masuk ke semua delapan tahun terakhir ini justru
menunjukkan fenomena yang sangat
menarik.
Z1mp/sesko-tni-dukung-pendidikan-karakter- Setelah sebelas tahun reformasi
bandung-masagi, diakses 10 Desember 2017. bergulir, tepatnya pada 2009, tahun di
6
Misalnya Wiranto (mantan Panglima ABRI), mana SBY terpilih menjadi presiden untuk
Hendropriyono (mantan Jenderal TNI, mantan kedua kalinya dan Prabowo mulai ikut
Kepala BIN), dan Luhut Pandjaitan (Mantan serta menjadi calon wakil presiden
Dankodilat TNI AD, mantan Jenderal TNI) mendampingi Megawati, di saat yang sama
berada dalam satu kubu untuk mendukung militer mulai dimunculkan kembali dalam
Jokowi. Sementara, Djoko Santoso (mantan film. Pada tahun 2009 dirilis film Merah
Panglima TNI), Widodo AS (mantan
Laksamana TNI), dan M Yunus Yosfiah
Putih. Selang setahun, sequel Merah Putih
(mantan Panglima Pangdam II Sriwijaya) dirilis dengan judul Darah Garuda
berada dalam satu kubu untuk mendukung (2010), menyusul setahun kemudian seri
Prabowo(https://www.bantuanhukum.or.id/web
7
/35-jenderal-pendukung-jokowi-jk-5-jenderal- Untuk lebih jelasnya, bisa melihat hasil
diduga-bermasalah/ diakses 10 Desember penelitian Sen (1994), Sen dan Hill (2007),
2017) Herlambang (2011), dan Heryanto (2015).
118 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130
penutup dari Trilogi Merah Putih yang Barulah pada 30 Agustus 2015, dalam
berjudul Hati Merdeka (2011) dirilis di suasana Hari Kemerdekaan Indonesia, Net
bioskop-bioskop Indonesia. Semenjak TV merilis serial bergenre action dengan
Trilogi Merah Putih dirilis, pada tahun- judul Patriot. Serial tersebut secara
tahun selanjutnya film tersebut sering spesifik mengangkat kisah satuan
diputar oleh stasiun televisi swasta dalam Kopassus dalam mengamankan wilayah
suasana menyambut Hari Kemerdekaan NKRI dari ancaman sekelompok kartel
Indonesia. narkoba bersenjata. Hadirnya serial ini,
Film yang mengangkat kisah menjadi fenomena baru setelah 19 tahun
militer Indonesia pasca Orde Baru tidak kejatuhan Orde Baru, militer baru
banyak dan dominan, tetapi secara pasti dimunculkan dalam sebuah serial televisi.
tentara mulai sering ditampilkan dalam Pada 2017, Net TV juga merilis segmen
film. Tahun 2011 rilis film Badai di Ujung Garuda dalam bentuk news magazine;
Negeri (2011), kemudian terjadi mengangkat aktivitas, profil, sisi lain dan
kekosongan film bertema tentara pada cerita sosok prajurit yang jarang diketahui
2012 dan 2013. Pada periode 2014 hingga publik. Dalam akun resmi Net TV di
2017, film bertema dan mengangkat kisah Youtube dijelaskan bahwa segmen ini
militer mulai bermunculan, meskipun lagi- bertujuan untuk menumbuhkan rasa
lagi tidak dalam jumlah yang banyak: Tiga kebanggaan dan kecintaan pada sosok TNI
Nafas Likas (2014), Jenderal Soedirman sekaligus memupuk rasa cinta tanah air.
(2015), Doea Tanda Cinta (2015), Net TV yang mulai mengekspose
Dibalik 98 (2015), I Leave My Heart in militer melalui serial Patriot dan segmen
Lebanon (2016), dan Merah Putih Garuda dapat ditempatkan dalam
Memanggil (2017). Pada tahun 2014 juga pembacaan yang tak kalah menarik.
rilis dua film dokumenter yang Stasiun televisi ini baru resmi mengudara
mengangkat kisah hidup Prabowo pada 26 Mei 2013 di tengah eksistensi
Subianto, yaitu Sang Patriot (2014) dan stasiun televisi lain yang cenderung
Hungry is the Tiger (2014). Kedua film partisan9. Uniknya, dilihat dari content
tersebut hanya tayang melalui Youtube. berita, Net TV tidak terlihat melibatkan
Bisa dikatakan dalam delapan tahun diri pada polarisasi politik. Di sisi lain,
terakhir , militer—baik dalam bentuk tema sejak awal berdirinya Net TV memang
maupun keterlibatan mereka dalam membidik penonton dari kalangan
produksi—secara lamat-lamat mulai menengah muda perkotaan10, yang boleh
memasuki ranah budaya populer. jadi sudah mulai jengah dengan content
Fenomena lain yang lumayan media yang semakin terpolitisasi.
menarik dalam kerangka persentuhan Golongan menengah ini, meskipun
militer dengan budaya pop saat ini adalah jumlahnya tidak banyak di tengah 220 juta
mulai masuknya kembali militer dalam penduduk Indonesia, justru punya suara
segmen/acara televisi. Setelah kejatuhan lantang di ruang publik. Golongan ini pula
Orde Baru pada 1998, entah kebetulan atau
tidak, sejauh penelusuran penulis, tidak 9
pernah ada serial televisi yang secara Aburizal Bakrie (Golkar) pemilik ANTV,
spesifik mengangkat kiprah militer8. TVOne, Viva news; Surya Paloh (Nasdem)
sebagai pemilik Metro TV; Harry
Tanoesoedibjo (Perindo) pemilik RCTV,
8 Global TV, dan MNCTV.
Pada periode 2000-an pernah muncul segmen
10
acara Target dan Strategi di stasiun tv Indosiar, Yeffrie Yundiarto Prahadi, “Net TV Bidik
tetapi acara tersebut hanya mengangkat profil Kelas Menengah-Atas” dalam
dan kerja tentara dalam mengoperasikan https://swa.co.id/swa/trends/management/net-
alusista (akronim dari alat utama sistem tv-bidik-kelas-menengah-atas diakses 20
persenjataan) November 2017.
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 119
diduga sangat menarik perhatian elit filmis, yang memahami hakikat, fungsi,
politik dan ekonomi, entah sebagai calon dan efeknya (Irawanto, 2017: 13).
sekutu atau sebagai bibit musuh (Heryanto,
2015: 2). Dengan kata lain, Net TV justru B. METODE PENELITIAN
membidik penonton yang punya kekuatan Film secara metodologis menarik
secara politik dan ekonomi. Pada titik untuk diperhatikan karena film merupakan
inilah content yang disuguhkan oleh Net tv kristalisasi atau penegasan apa yang sudah
dalam bentuk budaya popular (film, serial, menjadi norma yang dominan di
musik, reality show, dan lain-lain) masyarakat. Film mungkin tidak
sepantasnya dicurigai memiliki muatan- mencerminkan realita tetapi jelas
muatan ideologis yang lebih tersamar menegaskan norma-norma yang sudah
daripada stasiun-stasiun televisi lain yang dominan (kuliah Ariel Heryanto, 22
lebih jelas posisi ideologis-politisnya. Oktober 2017). Narasi film dan televisi
Mengapa kecurigaan itu perlu? Pasalnya, memiliki potensi untuk membentuk makna
budaya populer telah menjadi arena ideologis dan wacana dominan yang tentu
pertempuran ideologis untuk mengisi saja terkait dengan kepentingan kekuasaan
kekosongan posisi hegemonik kekuasaan dan kelompok tertentu dalam masyarakat
yang ditinggalkan Orde Baru (Heryanto, (Setiawan, 2015). Setiawan (2015: 4)
2015: 2). Menarik untuk dicatat pula, menjelaskan sebagaimana dikemukakan
manakala militer mulai memasuki ranah Kellner (1995: 1) bahwa film dan televisi
budaya pop, ia boleh jadi masih berupa merupakan media untuk menciptakan
bibit kecil, yang harus berhadapan dengan konsensus dan kuasa melalui artikulasi
gelombang dahsyat budaya layar Korea beragam kepentingan kelompok, wacana,
dan tema-tema keislaman11 yang lebih dulu dan permasalahan yang berlangsung dalam
memengaruhi golongan menengah pasca masyarakat. Mengacu pada pemikiran
Orde Baru. Stuart Hall, struktur naratif dan praktik
Berangkat dari segala argumentasi diskursif film akan mempertemukan
yang dijelaskan di atas, tulisan ini berniat kepentingan ideologis bermacam
membedah muatan ideologis yang terdapat kelompok, termasuk negara, dalam sebuah
dalam serial Patriot sebagai segmen blok historis, sebuah aliansi strategis dari
televisi yang pertama kali mengangkat bermacam kelas dan kepentingan mereka
kisah dan kiprah militer sejak jatuhnya yang diarahkan oleh kelas penguasa
Orde Baru pada 1998. Tulisan ini juga (Setiawan, 2015: 4).
mencoba membaca representasi militer dan Dalam pandangan Marxian,
representasi hubungan sipil-militer yang agaknya film bisa didudukkan sebagai
digambarkan dalam serial Patriot, Net tv. Ideology State Apparatus, yaitu sebagai
Analisis akan penulis fokuskan pada institusi yang mampu menyediakan
keseluruhan episode Patriot yang terdiri “kesediaan kultural” agar rakyat/pekerja
dari 7 episode. Pada tulisan ini serial mau bekerja demi kepentingan penguasa
Patriot akan penulis dudukan dalam atau ideologi tertentu. Ideology State
perspektif komunikasi massa, di mana film Apparatus bekerja dengan jalan ideologi
dimaknai sebagai pesan-pesan yang pada ranah privat, misalnya agama,
disampaikan dalam sebuah komunikasi pendidikan, keluarga, hukum, politik
(partai, sistem politik), serikat buruh, dan
media (pers, radio, televisi). Proses
11
Penjelasan bagaimana budaya korea dan ideologisasi bekerja dengan menempatkan
tema-tema keislaman memengaruhi dalam individu sebagai subjek yang
budaya layar di Indonesia dijelaskan dengan terinterpleasi/terpanggil (hailing). Efek
amat rinci oleh Heryanto (2015) dalam dari ideologi ini adalah naturalisasi relasi
karyanya yang berjudul Identitas dan produksi atau menjadikan relasi produksi
Kenikmatan: Politik Budaya Layar Indonesia.
120 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130
yang ada nampak alamiah, seolah sudah kejatuhan Orde Baru? (2) Bagaimana pula
dari kodratnya demikian (Suryajaya dalam relasi sipil-militer digambarkan dalam
Althusser [terj], 2014; Hussein, 2012). serial Patriot?
Dalam tulisan ini, yang dinaturaslisasi oleh Agar pertanyaan tersebut dapat
Ideologi State Apparatus boleh jadi bukan terjawab, tulisan ini akan menggunakan
kapitalisme tetapi ideologi yang pendekatan kualitatif. Adapun untuk
dilanggengkan negara, misalnya mempertajam analisis, tulisan ini
nasionalisme dan patriotisme. menggunakan konsep codes of television
Mengacu pada pemikiran Gramsci, yang dikemukakan oleh John Fiske (1987).
agaknya film atau pun televisi bisa Fiske (1987: 4) menjelaskan: The code of
ditempatkan sebagai aparatus hegemonik television is a rule-governed system of
yang kontribusinya lebih pada proses signs, whose rules and conventions are
menegosiasikan kepentingan kelompok shared amongst members of a culture, and
dominan (Setiawan, 2015: 4). Hegemoni which is used to generate and circulate
dalam pandangan Gramsci cenderung meanings in and for that culture. Untuk
menekankan pada cara-cara persuasif yang menyederhanakan konsep, Fiske membagi
biasanya diterjemahkan dalam aturan- code of television ke dalam tiga tingkatan.
aturan hukum dan kebijakan politik. Tidak Menurutnya, segala hal yang ditampilkan
hanya itu, menurut Gramsci, kelas dalam televisi telah melalui proses
dominan memiliki cara yang terorganisir pengkodean melalui kode sosial, seperti
untuk mempertahankan, membela, dan penampilan, pakaian, make-up,
mengembangkan, apa yang disebut oleh lingkungan, perilaku, perkataan, gestur,
Gramsci sebagai front-front ideologis ekspresi, suara, dan lainnya. Inilah yang
(Gramsci dalam Durham & Kellner, 2006). disebut level pertama, yaitu reality. Reality
Jowett sebagaimana dikutip oleh ini kemudian dikodekan secara elektronik
Irawanto (2017: 15) menjelaskan bahwa melalui technical codes yang meliputi
lebih gampang disepakati bahwa media kamera, pencahayaan, editing, musik, dan
massa mampu merefleksikan masyarakat suara. Tahap ini kemudian menghasilkan
karena ia didesak oleh hakikat level kedua, yang disebut sebagai
komersialnya untuk menyajikan isi yang representation. Kemudian representation
tingkatnya akan menjamin kemungkinan ini ditransmisikan melalui conventional
audiens yang luas. Mengacu pada perpektif representational codes yang terwujud
ini, gambaran militer selama ini, dalam bentuk narasi, konflik, karakter,
khususnya dalam film-film bertema yang aksi, dialog, setting, dan pemain/aktor-
sama di masa Orde Baru, identik sebagai aktris. Level ketiga adalah Ideology yang
kelompok paling patriotik, dan kontruksi dibentuk secara koheren dan dapat
sipil-militer yang cenderung didominasi diterima secara sosial melalui ideological
oleh tentara (Irawanto, 2017: 213-214). codes seperti, individualisme, partiarki,
Untuk itu, tulisan ini mencoba ras, kelas, materialism, kapitalisme, dan
membuktikan, (1) apakah representasi sebagainya (Fiske, 1987: 5).
militer dalam serial Patriot masih berada Piliang (2004: 192) memberikan
dalam narasi yang sama seperti masa Orde penjelasan lain tentang konsep kode yang
Baru sebagai kelompok yang paling disinggung oleh Fiske. Menurutnya kode
patriotik dan nasiolis? ataukah serial adalah seperangkat aturan atau konvensi
Patriot merupakan upaya merekonstruksi bersama yang di dalamnya tanda-tanda
citra tentara, khususnya Kopassus 12 setelah dapat dikombinasikan, sehingga
12
Pasca reformasi, beberapa catatan Komisi para aktivis prodemokrasi (Tim Mawar,
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak sekarang Jenderal dalam https://tirto.id/dulu-
Kekerasan (Kontras) menunjukan bahwa tim-mawar-kopassus-kini-jenderal-bEYP,
Kopassus justru terlibat dalam penculikkan diakses 8 November 2017)
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 121
baik laki-laki maupun perempuan, hanya Rustam : Sama siapa? Sama mereka?
bisa melarikan diri. Tidak nampak sedikit Sangaji, kakek ini kan bekas
pun usaha perlawanan. Sikap resisten pejuang, pernah bertempur,
justru ditunjukkan Bapak Rustam, berperang. Kakek sedih
tengkulak ikan yang justru dulunya mengapa mereka melakukan
merupakan seorang tentara. itu ? padahal mereka itu
Di sisi lain, jalan senjata yang diambil sebangsa dengan kita.
oleh Kopassus dalam Patriot agaknya Kenapa mereka menjajah
menunjukkan tidak adanya negosiasi atau bangsa sendiri. (Camera
jalan diplomasi, yang biasanya merupakan close up)
wewenang pimpinan sipil. Pada Patriot
tidak diperlihatkan bagaimana Scene tersebut merepresentasikan
kompleksitas pengambilan keputusan di sikap keberanian Rustam. Selain itu secara
tingkat pusat kekuasaan manakala situasi implisit menyatakan pandangan ideologis
genting terjadi di Desa Mapu. Seolah-olah Rustam, bahwa tidak sepatutnya
jalan senjata adalah solusi satu-satunya. sekelompok orang menjajah bangsanya
Hal ini merepresentasikan hilangnya peran sendiri. Ini juga bisa dibaca sebagai
pimpinan sipil dalam sebuah negara yang pandangan nasionalis seorang Rustam.
notabene demokratis seperti Indonesia. Lebih dari itu, sikap Rustam
merepresentasikan citra dirinya sebagai
4. Membaca Karakter Rustam yang seorang veteran.
Bergerak di Ranah Sipil dan Militer Dalam sebuah scene lainnya di
episode 7 terlihat kembali sosok Rustam
Salah satu temuan yang cukup
yang lebih dimunculkan karakternya di
menarik dari serial Patriot adalah adanya
tengah pasifnya warga Desa Mapu. Ia
karakter Bapak Rustam. Karakter ini bisa
mencoba menginisiasi warga untuk
dikatakan hidup di ranah sipil tetapi
mencoba melawan para anggota kartel.
sempat merasakan kehidupan sebagai
“Kita tidak boleh begini terus, kita tidak
seorang tentara. Rustam merupakan
boleh lemah. Kita harus kuat dan kita
seorang veteran yang sempat turut
harus berbuat sesuatu”. Atas inisiatif
berjuang (tidak dinarasikan berjuang di
Rustam, akhirnya warga berani melawan
mana dan pada periode apa). Menurut
dengan mengeroyok seorang anggota
pembacaan penulis, Rustam ini karakter
kartel yang hendak memberi makan pada
yang unik, apalagi jika pembacaannya
warga. Setelah berhasil menumbangkan
nanti dikaitkan dengan konteks politik
salah satu anggota kartel, warga mencoba
yang terjadi dewasa ini. Dalam Patriot,
melarikan diri tetapi usaha mereka gagal
Rustam digambarkan sebagai sosok yang
karena dipergoki oleh Bunian dan anak
dituakan dan memiliki pengaruh bagi
buahnya.
penduduk Desa Mapu, paling tidak secara
Dari scene tersebut dapat terlihat
ekonomi karena penduduk menjual ikan
bagaimana sosok Rustam yang merupakan
hasil tangkapannya pada Rustam. Di sisi
seorang veteran/mantan tentara, mampu
lain, karakter Rustam terlihat lebih
memengaruhi warga Desa Mapu. Kondisi
menonjol dibandingkan penduduk desa
tersebut dapat ditafsirkan bagaimana
lain yang seolah datar dan nyaris tanpa
tentara, sekalipun ia sudah pensiun, lebih
inisiatif. Karakter Rustam lebih nampak
mampu memegang kendali dan mampu
menunjukkan sisi ketentaraannya,
menjadi leader daripada sosok dari pihak
misalnya ditunjukkan dalam salah satu
sipil itu sendiri. Asumsi ini agaknya
scene ketika ia bertemu dengan cucunya,
diperkuat oleh salah satu scene lainnya di
Sangaji di camp sandera (episode 6).
episode 7 ketika tahanan hendak
Sangaji : Kakek, kakek ga takut? dibebaskan oleh Panglima Timur.
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 127
Piliang, Yasraf Amir. “Semiotika Teks: Sebuah Hussein, Mohamad Zaki. 2017.
Pendekatan Analisis Teks” dalam Jurnal “Ideologi dan Reproduksi Masyarakat
Mediator Volume 5 Nomor 2, 2004: Kapitalis dalam
hlm. 189-198. https://indoprogress.com/2012/01/ide
ologi-dan-reproduksi-masyarakat-
Setiawan, Ikwan. “Film dan Televisi dalam kapitalis/, 1 Desember 2012, diakses
Paradigma Kajian Budaya”. Makalah 20 Oktober 2017.
disampaikan dalam Seminar Nasional
dengan tema Televisi dan Film dalam Jusuf, Windu. 2016.
Paradigma Cultural Studies. Fakultas “ABRI Masuk Bioskop: Catatan
Sastra Universitas Jember, 22 Oktober tentang Film-film Tentara Pasca
2015. 1998” dalam
https://cinemapoetica.com/abri-
2. Buku masuk-bioskop-catatan-tentang-film-
film-tentara-pasca-1998/, diakses 5
Althusser, Louis. 2015. Desember.
Ideologi dan Aparatus Ideologi Negara;
Catatan Investigasi. Terjemahan. Kresna, Mawa., Aditya Widya Putri dan Reja
Indonesia: Indoprogress. Hidayat, 2016.
Tim Mawar, sekarag Jenderal dalam
Fiske, John. 1987. https://tirto.id/dulu-tim-mawar-
Television Culture; Popular Pleasures kopassus-kini-jenderal-bEYP, diakses
and Politics. London: Routledge. 10 Desember 2017
Herlambang, Wijaya. 2011. Kresna, Mawa. 2017.
Kekerasan Budaya Pasca 1965: “Jendral Gatot dan Reformasi TNI”
Bagaimana Orde Baru Melegitimasi dalam https://tirto.id/jendral-gatot-
Anti-Komunisme Melalui Sastra dan dan-reformasi-tni-cBfA, diakses 10
Film. Yogyakarta: Marjin Kiri. Desember 2017.
Heryanto, Ariel. 2015. Prahadi, Yeffrie Yundiarto. 2017
Identitas dan Kenikmatan: Politik “Net TV Bidik Kelas Menengah-
Budaya Layar Indonesia. Jakarta: KPG. Atas” dalam
Irawanto, Budi. 2017. https://swa.co.id/swa/trends/managem
Film, Hegemoni, dan Militer; Hegemoni ent/net-tv-bidik-kelas-menengah-atas
Militer dalam Sinema Indonesia. diakses 20 November 2017.
Yogyakarta: Warning Book.
Raditya, Iswara N. 2018.
Nugroho, Garin dan Dyna Herlina S. 2015. “Dwi Fungsi ABRI dan Jalan Terbuka
Krisis dan Paradoks Film Indonesia. Politik Tentara” dalam
Jakarta: Kompas Media Nusantara. https://tirto.id/dwifungsi-abri-dan-
jalan-terbuka-politik-tentara-cC1R,
Sen, Krishna dan David T. Hill. 2007. diakses 16 Februari 2018.
Media, Culture, and Politics in
Indonesia. Jakarta: Equinox. Riandy,Erliana. 2017.
“Soal Nobar Film G30S/PKI,
Sen, Krishna. 2009. Panglima TNI: Itu Perintah Saya, Mau
Kuasa dalam Sinema: Negara, Apa?” dalam
Masyarakat, dan Sinema Orde Baru. https://news.detik.com/berita/d-
Yogyakarta: Ombak. 3647737/soal-nobar-film-g30spki-
panglima-tni-itu-perintah-saya-mau-
3. Internet apa, diakses 10 Desember 2017.
Haryanto, Alexander. 2015.
“Panglima TNI Wacanakan TNI Punya Zen, RS. 2016.
Hak Politik” dalam “Tentara Tak Pernah Salah” dalam
https://tirto.id/panglima-tni-wacanakan- https://tirto.id/tentara-tak-pernah-
130 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130
4. Video
Patriot (Net tv) episode 1-7, Tahun 2015 dalam
Channel Patriot Net TV
(youtube.com).
Video kuliah umum Ariel Heryanto di UI
Depok. 2017. “Historiografi Indonesia
yang Rasis” dalam channel
Jakrtanicus (youtube.com).
Video peluncuran buku Identitas dan
Kenikmatan di Universitas Brawijaya.
2015 dalam channel UBTV Brawijaya
(youtube.com).
Pencak Silat Ameng Timbangan... (Agus Heryana) 131
Agus Heryana
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung
e-mail: agus.yana17@yahoo.co.id
Naskah Diterima:16 Januari 2018 Naskah Direvisi:19 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018
Abstrak
Pencak silat Ameng Timbangan diciptakan R. Moezni Anggakoesoemah bersumber pada
ajaran Timbangan. Ajaran Timbangan bukanlah petunjuk teknis untuk melakukan jurus tertentu,
melainkan ajaran kerohanian Islam. Di dalamnya dibahas mengenai trilogi Islam, yaitu Iman-
Islam-Ihsan. Ajaran ini menjadi jiwa dalam gerak lahiriah Ameng Timbangan. Masalahnya
bagaimana teks ajaran itu menjelma menjadi gerak Ameng Timbangan. Tujuan penelitian adalah
menjelaskan teks ajaran Timbangan menjadi gerak Ameng Timbangan. Adapun metodenya
digunakan metode deskripsi, yang menggambarkan data apa adanya. Bentuk Ajaran Timbangan
disusun dalam bentuk puisi dan prosa yang disebut teks Naskah Timbangan, karena itu digunakan
pula metode analisis isi.Teknik penelitiannya wawancara mendalam dan partisipasi (ikut serta
latihan Ameng Timbangan). Simpulannya Ajaran Timbangan berisi pelajaran rohani, sedangkan
Ameng Timbangan menitikberatkan pada pelajaran lahiriah. Pengolahan lahiriah dalam bentuk
olah raga dan olah rasa memberikan ruang untuk membangkitkan kemampuan dan kekuatan
naluri bela diri. Hubungan keduanya merupakan hubungan kesatuan yang saling melengkapi.
Kata kunci: pencak silat, ajaran Timbangan, Ameng Timbangan.
Abstract
Pencak Silat Ameng Timbangan created by R. Moezni Anggakoesoemah derived from the
teachings called Timbangan. The Sci-op Teachings are not technical guidelines for performing a
specific moment, but rather the spiritual teaching of Islam, discussed about the Islamic trilogy,
namely Iman-Islam-Ikhsan. It is this doctrine which then becomes the soul or spirit in the outward
motion called Ameng Timbangan. The main problem is how the text containing the teachings is
transformed into a motion called Ameng Timbangan. The main purpose of the study is to explain
the text of the Timbangan teaching to the motion of Ameng Timbangan. In order to achieve these
objectives the writer used description method, which describes the data. Forms of
AjaranTimbangan are arranged in the form of poetry and prose called script of Naskah
Timbangan, then used the method of content analysis. The research technique are in-depth
interview, and participation (participate in Ameng Timbangan training). The conclusion are the
Doctrine and Ameng Timbangan is a unity. The Timbangan Teachings contain spiritual lessons
while Ameng Timbangan focuses on outer lessons. External processing in the form of sports and
taste provide space to awaken the ability and strength of martial instinct. Their relationship is a
complementary relationship.
Keywords: pencak silat, Timbangan doctrine, Ameng Timbangan.
132 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148
mengembangkan kepribadian dan karakter Dalam pada itu, aspek seni budaya
mulia seseorang. 2) Aspek Seni Budaya: yang menjadi daya tarik seseorang
tercermin pada bentuk seni tarian pencak mempelajari sekaligus menikmati pencak
silat, dengan musik dan busana tradisional. silat tidak diperoleh pada pencak Ameng
3) Aspek Bela Diri: Kemampuan teknis Timbangan. Iringan kendang penca yang
tercipta dari perpaduan unsur budaya, atraktif dan membangun jiwa pemberani
lingkungan dan seni yang diciptakan serta semangat bertarung itu dalam Ameng
pendiri pencak silat yangmenyesuaikan Timbangan tidak berlaku. Belum pernah
dengan karakter dari teknik itu sendiri. 4) anak murid Ameng Timbangan tampil di
Aspek Olahraga: Olahraga merupakan panggung hiburan disertai iringan kendang
tujuan dalam meningkatkan kondisi fisik penca. Ada satu kalimat yang sangat
seseorang. Aspek olahraga meliputi dipegang penganut Ameng Timbangan
pertandingan dan demonstrasi bentuk- berkaitan dengan upaya tampil di hadapan
bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda orang banyak, yaitu ulah sok nabeuh
atau regu yang dipertontonkan pada goong secara harfiah berarti “jangan suka
masyarakat umum nasional maupun menabuh gong”.
masyarakat internasional (Subroto dan Nabeuh goong (menabuh gong)
Rohadi,1996: 6; Mardotillah, 2016: 125- dalam khasanah tradisi Sunda memiliki
126). makna ganda. Pertama, makna harfiah
“Kriteria” pencak silat yang memukul atau menabuh gong. Yakni
meliputi fungsi melumpuhkan lawan dan seseorang menabuh gong sebagai bagian
memiliki 4 aspek/dimensi tersebut dari alat-alat musik atau gamelan. Dalam
membuahkan pertanyaan apakah pencak hal ini terkandung makna asal dari kata
silat yang keluar dari “kriteria” tersebut tersebut, yaitu memukul gong apa adanya.
masih bisa disebut bela diri? Hal ini perlu Kedua, nabeuh goong dalam makna
dikemukakan mengingat di Jawa Barat sekunder berarti angkuh, sombong, ujub
terdapat aliran pencak silat Ameng takabur, atau berbangga diri. Kalimat ulah
Timbangan yang jauh dari unsur kekerasan sok nabeuh goong berarti larangan untuk
(aspek bela diri dan olah raga, bahkan seni berlaku angkuh atau sombong. Penampilan
budaya). Tak ada sedikit pun unsur di hadapan orang banyak “dianggap”
kekerasan pada setiap gerakannya. tindakan menyombongkan diri. Atas pesan
Misalnya, gerakan mengepalkan tangan pendiri Ameng Timbangan tersebut perlu
menunjukkan adanya unsur kekerasan. ditafsirkan secara arif demi eksistensinya
Kepalan secara teknis berfungsi untuk oleh para pengikutnya.
mengeraskan telapak tangan yang dapat Dari empat aspek yang
digunakan untuk memukul. Pukulan yang dikemukakan, hanya satu aspek yang
disertai kepalan tangan dan pengerahan sangat menonjol, bahkan menjadi sumber
tenaga akan melahirkan kekuatan. Apalah keberadaannya, yaitu dimensi spiritual atau
jadinya apabila pukulan tersebut tepat aspek mental-spiritual. Hal ini disebabkan
sasaran pada organ atau anggota tubuh pencak silat Ameng Timbangan bersumber
seseorang yang menjadi targetnya. dari naskah ajaran tasawuf.1 Secara
Hasilnya adalah akan membuat orang lain etimologi kata ajaran berasal dari kata
sakit atau celaka. Justru, dalam pandangan “ajar”. Artinya petunjuk yang diberikan
pencak silat Ameng Timbangan hal kepada orang supaya diketahui (diikuti).
tersebut sangat dilarang sebab menyakiti
lawan bertentangan dengan prinsip 1
Perihal teks naskah pencak silat aliran Ameng
ajarannya, yaitu: lamun urang diteunggeul Timbangan telah dibahas pada Patanjala
nyeri atuh batur ge sarua nyerieun, andai Volume 5 No. 2 Juni tahun 2013, “Naskah
kita dipukul maka akan sakit, begitu juga Ajaran Islam dalam Pencaksilat Ameng
orang lain (lawan) pun akan sakit pula. Timbangan”. Tulisan berikut merupakan
lanjutan dari penelitian sebelumnya.
134 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148
Ajaran sebagai kata benda adalah (1) ajaran Islam yang berkaitan dengan
segala sesuatu yang diajarkan dapat berupa kehidupan kerohanian (batiniah)
nasihat, petuah maupun petunjuk; (2) terefleksikan dalam kelompok bidang
paham, pandangan (KBBI,2013). Dalam naskah tasawuf. Berkaitan dengan hal itu,
bahasa Sunda arti ajaran mengacu pada salah satu naskah ajaran yang dapat
padanan kata ageman yang berarti dikelompokkan ke dalam kelompok
cecekelan nu hade (pedoman yang baik) tasawuf adalah naskah Timbangan.
(Danadibrata,2006:7). Naskah Timbangan merupakan
Ajaran dalam pengertian terminologi karya R. Moezni Anggakoesoemah yang
oleh penganut kepercayaan terhadap Tuhan berisi ajaran kerohanian (Islam). Lebih
Yang Maha Esa sering disamakan dengan khusus lagi adalah buah renungan terhadap
pengertian tuntunan. Ajaran atau tuntunan berbagai masalah hidup pada masanya.
adalah petunjuk agar orang memahami dan Hasil renungannya ditulis dalam tiga
mengerjakan dengan sebaik-baiknya. bagian berbahasa Sunda yang disusun
Ajaran atau tuntunan di dalamnya dalam bentuk guguritan (geguritan), yaitu
mengandung nilai-nilai luhur yang Guaroma (Gurinda Alam Rohani Majaji),
mengejawantahkan keyakinan terhadap Ibtat (Imam Bener Tetengger Allah Ta‟ala)
Tuhan Yang Maha Esa (Ensiklopedi, dan Syatahama (Syareat, Tarekat,
2010:31). Adiwimarta (1993:130) memberi Hakekat, Ma‟rifat).
batasan ajaran dalam arti umum, yaitu Fungsi lain naskah Timbangan
segala sesuatu yang diajarkan dapat berupa selain sebagai ajaran kerohanian adalah
nasihat, petuah, petunjuk, anjuran atau pun sebagai dasar perwujudan pencak silat di
imbauan. Jawa Barat. Pencak silat yang didasarkan
Ajaran-ajaran dalam tradisi masa pada ajaran tersebut dinamai Ameng
lalu ditulis dalam bentuk naskah. Jadilah Timbangan. Pencak silat Ameng
naskah tersebut dikelompokkan ke dalam Timbangan adalah sebuah aliran penca di
naskah ajaran. Fungsi naskah ajaran adalah Jawa Barat yang dalam perwujudan bela
memberikan pendidikan (didaktik), dirinya tidak bertujuan melumpuhkan
menjaga trah/kehormatan, dan membentuk lawan, tetapi menyadarkan lawan bahwa
manusia ideal menurut ajarannya. Dalam pendekar Timbangan tidak beritikad buruk
kalimat lain fungsi naskah pertama, terhadapnya (Darmana, 1978: 68). Pecinta
motivasi untuk menghidupkan ingatan pencak silat di Jawa Barat menyebut elmu
kepada keluarga dan kedudukannya dalam Timbangan untuk mengacu pada ajaran
masyarakat, menekankan kehebatan dan Timbangan sebagai bagian dari khasanah
jasa mereka. Kedua, gambaran manusia bela diri. Mereka, umumnya, tidak
dalam sosok yang ideal, termasuk nilai mengetahui bahwa pencak silat
moral dan perilakunya, yang nampaknya Timbangan itu bersumber pada
berkaitan dengan agama atau pandangan pemahaman teks naskah ajaran
hidup tertentu (Ikram 1997: 171). Timbangan.
Naskah ajaran selalu berhubungan Sebuah ajaran berupa nasihat
dengan keyakinan atau agama yang dianut kebaikan dari seseorang kepada orang lain
oleh masyarakat dalam kurun waktu mungkinkah menjelma menjadi sebuah
tertentu. Oleh karena itu, setiap kurun bela diri. Justru persoalan cukup pelik
penulisan naskah akan membawa adalah bagaimana menghubungkan teks
kekhasan ajarannya sesuai dengan ajaran Timbangan dengan gerak Ameng
dominasi agama yang berkembang pada Timbangan. Ajaran dan Ameng Timbangan
masanya. Agama yang dimaksud adalah adalah dua hal yang berbeda.
Hindu-Budha dan Islam. Ajaran Hindu- Ajaran Timbangan merupakan buah
Budha terekam jejaknya dalam naskah- pikiran Rd. Moezni Anggakoesoemah
naskah kuna pra-Islam. Adapun uraian mengenai keseimbangan hidup manusia
Pencak Silat Ameng Timbangan... (Agus Heryana) 135
dalam berbagai hal. Dalam pemaparan tertentu dengan mengumpulkan data yang
lebih lanjut Ajaran Timbangan yang banyak (Nasution,2003: 5).
berada pada ranah teks itu memerlukan Kriteria data dalam penelitian
pemahaman dan penghayatan atas kualitatif adalah data yang pasti. Data
eksistensi manusia dan Tuhan-nya, yang pasti adalah data yang sebenarnya
sedangkan Ameng Timbangan lebih terjadi sebagaimana adanya, bukan data
mengacu pada gerak olah tubuh manusia. yang sekadar terlihat, terucap, tetapi data
Harus diingat, teks ajaran Timbangan tidak yang mengandung makna di balik yang
memuat petunjuk teknis tentang gerak olah terlihat dan terucap tersebut. Untuk
tubuh. Semua gerak Ameng Timbangan mendapatkan data yang pasti maka
disampaikan secara lisan dan praktik. Guru diperlukan berbagai sumber data dan
mencontohkan sebuah gerakan dan murid berbagai teknik pengumpulan data
pun melakukan hal sama seperti yang (Sudjana, 2004: 64).
dilakukan (dicontohkan) sang guru. Dalam pada itu metode deskriptif
Dalam tradisi pewarisan ilmu merupakan cara yang digunakan untuk
(Timbangan) sang guru sebelum memecahkan masalah dengan jalan
memberikan contoh gerak Ameng mengumpulkan data, menyusun atau
Timbangan terlebih dahulu melakukan apa mengklasifikasinya, menganalisis dan
yang disebut Guaroma, Gurinda alam menginterpretasinya (Surakhmad, 1982:
rohani. Yakni, sebuah “kata pengantar” 147; Ratna, 2007: 53). Di samping itu,
sebagai sarana penjelasan/penerangan atas dapat pula diartikan metode deskriptif
apa yang akan dan mesti dilakukan oleh tidak memberikan perlakuan, manipulasi,
seorang murid. Isi penjelasannya atau pengubahan pada variabel-variabel
bersumber dari teks naskah Ajaran bebas, tetapi menggambarkan suatu
Timbangan, terutama hal-hal yang kondisi apa adanya (Sukmadinata, 2006:
berkaitan dengan ketauhidan. 73).
Tujuan penelitian tidak lain adalah Berkaitan dengan tujuan penelitian
menjelaskan hubungan antara teks naskah di atas, maka metode yang digunakan pada
Timbangan dengan gerak Ameng penelitian ini adalah metode deskripsi.
Timbangan. yakni suatu metode yang memaparkan
data-data apa adanya yang kemudian
B. METODE PENELITIAN dianalisis sesuai dengan kebutuhan. Selain
Guna mencapai tujuan tersebut itu dilakukan pula teknik pengumpulan
digunakan pendekatan kualitatif dengan data berupa observasi
metode deskriptif. Pendekatan kualitatif partisipasi/pengamatan terlibat serta
adalah tradisi tertentu dalam ilmu komunikasi langsung dalam bentuk
pengetahuan sosial yang secara wawancara. Sumber data lain yang sifatnya
fundamental bergantung dari pengamatan sekunder adalah kepustakaan. Kepustakaan
pada manusia baik dalam kawasannya diperlukan untuk menunjang data
maupun dalam peristilahannya (Moleong, penelitian tentang kepercayaan masyarakat
2012: 4). Pendekatan penelitian yang diperoleh melalui wawancara
kualitatif pada hakikatnya adalah (Heryana, 2013: 5).
mengamati orang dalam lingkungan Penyajian apa adanya dalam metode
hidupnya, berinteraksi dengan mereka, deskriptif memberikan ruang teknik
berusaha memahami bahasa dan tafsīran penelitian secara fleksibel. Artinya
tentang dunia sekitarnya. Peneliti dalam disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat
penelitian kualitatif bertindak menjadi penelitian berlangsung. Pencak silat
penjelajah atau jurnalis yang terjun ke Ameng Timbangan berbeda dengan bela
lapangan untuk mempelajari manusia diri pada umumnya. Di samping adanya
tradisi lisan melalui tuturan yang
136 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148
terpenting dari hasil penelitian tersebut dengan gerak jurus pencaknya. Tanpa
adalah bahasan aliran Timbangan tidak disertai ajaran (patalekan) pun seseorang
menyentuh esensinya, - kecuali sekadar dapat mempelajari kedua aliran pencak
informasi awal - yaitu teks naskah tersebut. Dalam hal ini ajaran (patalekan)
Timbangan. Artinya, teks naskah bukan sebagai sumber lahirnya gerak
Timbangan tidak menjadi objek pencak aliran Cikalong dan atau Cimande
penelitiannya. Padahal teks inilah yang (Heryana, 2016: 43).
menjadi kelebihan sekaligus keunikan Berbeda dengan aliran pencak silat
ajaran Timbangan, yakni sebagai sumber pada umumnya, proses pembelajaran
bela diri aliran pencak silat (Ameng) pencak silat aliran Timbangan tidak
Timbangan (Heryana, 2016: 50). berlaku umum, bahkan cenderung
Selanjutnya, Heryana (2016) dilakukan berpola “balik sungsang”.
menulis tentang Ajaran dan Ameng Berawal dari penguasaan ajaran
Timbangan dalam sebuah disertasi. kerohanian kemudian dilanjutkan pada
Walaupun titik tolaknya adalah (teks) penguasaan gerakan. Oleh karena itu,
naskah sebagai hasil kajian filologis, dapat dipahami apabila berbagai
namun tidak dipungkiri kandungan dan pertanyaan muncul, di antaranya adalah
bentuk Ameng Timbangan pun turut serta apakah Timbangan itu kelompok ajaran
dibahas sebagai bagian yang melekat dari atau bela diri.
keseluruhan teks naskah Timbangan. Term ”ajaran” dan ”bela diri” adalah
dua hal yang berbeda sebagaimana
C. HASIL DAN BAHASAN dikemukakan di awal tulisan. Timbangan
1. Timbangan: Ajaran atau Bela diri sendiri menurut para penganutnya,
(Ameng)? bukanlah aliran pencak silat, melainkan
Masalah pengelompokan sebagai suatu gerak badan untuk meresapi ajaran
payung hukum keilmuan dalam pengkajian (teks) Timbangan. Oleh karena itu, para
selanjutnya adalah menetapkan ”status” penganutnya menolak halus Timbangan
Timbangan. Dalam pengertian dikelompokkan ke dalam rumpun pencak
menempatkan status Timbangan pada silat sebagaimana diungkapkan
kelompok yang sesuai dengan bentuk dan Bratakoesoemah:
sifat atau karakternya. Guna kepentingan Sipatna sareng carana ngajar
tersebut perlu dicermati dua hal, yaitu AMENGTIMBANGAN, benten ti
proses pembelajaran dan pengakuan dari nu sanes. Upami nu sanes
pendiri dan pengikutnya. ilaharna ti luar ka jero, tina
Proses pembelajaran aliran pencak lahiriah ka batiniah atanapi
silat pada umumnya bermula dari langkung eces deui, ti luar
penguasaan gerak dasar hingga menjadi heula teras nungtut ka jero,
sebuah susunan jurus. Tahap berikutnya dupi AMENGTIMBANGAN mah
adalah pemberian pelajaran kerohanian sawangsulna. Ieu mah ti jero ka
yang berfungsi sebagai pengendali luar, dugi ka nu kagunganana
penggunaan pencaknya. Pada tahap nyebatkeun TIMBANGAN teh
pemberian pelajaran kerohanian ini lain penca. (Kudjang TAUN V
diberikan pengajaran berupa ajaran-ajaran No. 254 Jumaah 25 Nopember
yang dirumuskan dalam bentuk talek 1960).
(sumpah atau janji pemenca). Sebagai
contoh adalah pelajaran rohani pada (Sifat dan cara mempelajari
pencak aliran Cimande dan Cikalong Ameng Timbangan berbeda dari
diberikan setelah atau bersamaan dengan yang lain. (Pencak silat) yang
pelajaran jurus-jurusnya. Fungsinya lain biasanya (dipelajari) mulai
sebagai “pelengkap” dan tidak berkaitan dari luar kemudian ke dalam,
138 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148
dari lahiriah menuju batiniah berarti bermain atau hal yang bersifat
atau lebih jelas lagi dari luar menghibur, meriangkan hati, bermain-
(jasmani) dahulu baru secara main (Zoetmulder, 2004:31); jalan-jalan,
bertahap mempelajari bagian pelesiran (berwisata) (Danabrata,
rohani. Adapun Ameng 2006:19); ngalampahkeun naon-naon
Timbangan kebalikan dari itu. pikeun katenangan hate (melakukan apa
Ia dimulai dari dalam menuju ke pun untuk ketenangan hati) (Satjadibrata,
luar sehingga pemiliknya 2005: 410). Dalam hubungannya dengan
mengatakan Timbangan bukan pengertian itu, sebutan Ameng Timbangan
pencak silat). memiliki makna ganda, yaitu Timbangan
sebagai ajaran mengacu pada arti rahib
Di lain pihak, kalangan ahli-ahli
atau orang agamis, sedangkan Timbangan
pencak silat memandang gerakan yang
sebagai ameng maka mengacu pada arti
dilatihkan dalam elmu Timbangan
bersenang-senang atau bermain-main.
mengandung unsur bela diri. Inilah yang
Ameng Timbangan merupakan akibat atau
menyebabkan bela diri Timbangan
”imbas” dari pendalaman elmu Timbangan
disejajarkan dengan aliran-aliran pencak
yang terdapat dalam naskah Timbangan.
silat lain, karena memang kebanyakan
Dalam khasanah budaya Sunda
orang yang mempelajari bela diri
terdapat pemakaian kata Timbangan atau
Timbangan itu sebelumnya telah
nama lain yang semakna dengan arti
mempunyai latar belakang pencak silat.
Timbangan, yaitu: sineger tengah. Kata
Namun, untuk menghormati penolakan
sineger tengah berarti berada di tengah-
Timbangan sebagai rumpun pencak silat,
tengah, tidak memihak kepada apa pun
maka diterakan nama Ameng di depan kata
atau siapa pun. Ungkapan lain yang
Timbangan (Bratakoesoemah, Kujang
memakai kata timbangan adalah (1)
1960). Pencantuman kata Ameng semata-
timbang taraju berarti pengadilan,
mata didasarkan pada teknis saja, yaitu
meminta keadilan. (2) kudu nimbang ka
agar setiap orang mengetahui bahwa yang
diri berarti ngukur maneh, mengukur diri.
dimaksud Ameng Timbangan adalah bela
Mengukur kemampuan, status atau posisi
dirinya. Artinya, seseorang dapat
diri dengan orang lain. (3) taya
membedakan Timbangan sebagai alat takar
tinimbangan sama dengan teu kira-kira,
menimbang beras dengan Timbangan
teu adil yang berarti tidak adil, berat
sebagai Ameng Timbangan. Jadilah,
sebelah. (4) ngukur ka kujur nimbang ka
Ameng Timbangan sebagai sebutan khusus
awak sama dengan nyurupkeun kana
untuk penca Timbangan.
kakuatan diri. Artinya menyesuaikan
Penelusuran kata Ameng dalam
sesuatu dengan kemampuan diri
khasanah budaya Sunda mengarah pada
(Danabrata, 2006).
naskah Sunda kuna Perjalanan Bujangga
Secara harfiah kata timbangan
Manik. Naskah ini memuat kisah
merupakan alat menakar sesuatu dengan
perjalanan seorang tokoh bernama
ukuran yang telah ditentukan. Apabila
Bujangga Manik mengelilingi Tanah Jawa
antara ukuran (dalam bentuk berat) sesuai
dan Bali. Di dalam naskah tersebut
dengan yang ditakarnya, maka disebutlah
Bujangga Manik membuat nama lain yaitu
seimbang. Seimbang antara berat ukuran
Ameng Layaran. Ameng berarti rahib atau
dengan barang yang ditakarnya. Dalam
pertapa atau seorang agamis (Nourduyn,
pengertian lebih luas manusia dalam
2009:382); Ameng Layaran berarti rahib,
mengarungi kehidupan ini wajiblah
pertapa atau orang agamis yang melakukan
mempunyai “timbangan” agar tercapai
perjalanan.
Penelusuran arti Ameng dalam
bahasa Sunda modern telah mengalami
perubahan arti. Sekarang arti Ameng
Pencak Silat Ameng Timbangan... (Agus Heryana) 139
keseimbangan antara kehidupan lahiriah karena itu, para pecinta atau peminat
dan batiniah.2 ajaran dan Ameng Timbangan senantiasa
beragama Islam. Hal itu bukan berarti
2. Hubungan Ajaran dengan Ameng mereka yang beragama non-Islam tidak
Timbangan bisa mempelajarinya. Ajaran dan Ameng
Sebuah ilustrasi untuk Timbangan merupakan sarana dalam
menggambarkan hubungan Ajaran dan mengembangkan agama (Islam); dalam
Ameng Timbangan adalah situasi akhir pandangan akademis sangat terbuka untuk
dalam sebuah pertarungan. Pertanyaannya dipelajari oleh siapa pun. Namun
apa yang akan dilakukan apabila lawan demikian, harus disadari bahwa
sudah tidak berdaya (teu walakaya), Timbangan, baik sebagai ajaran maupun
sedangkan kita berkemampuan untuk ameng (bela diri), ia lahir dari perenungan
melumpuhkan, bahkan membunuhnya. atas ayat-ayat Al-Quran dan pokok-pokok
“Lamun musuh geus ragrag, rek ajaran agama Islam.
dikumahakeun/ diteunggeul? dipaehan? Dalam pada itu Ajaran Timbangan
pek teh teuing” (Bila musuh sudah memberikan pemahaman untuk
dilumpuhkan apa tindakan selanjutnya? “menghadirkan” yang gaib itu dalam
dipukul? dibunuh? silakan saja). Tindakan wujud nyata sebagaimana kutipan teks
selanjutnya sangat bergantung pada hati berikut:
nuraninya. Di sinilah akan terjadi “perang
batin” yang menunjukkan karakter Muhammad minangka lahirna;
sesungguhnya dari orang yang Allah anu jadi batinna. Anu matak
bersangkutan. Membalas sesuai dengan lahir teu pisah ti batin; eusi teu
perbuatannya adalah haknya, tetapi pisah ti cangkang, Allah teu pisah
mengampuni merupakan kemuliaan. Jadi, ti Muhammad.
pertanyaan lanjutannya adalah apa yang Anu matak Muhammad disebut
menggerakkan hati berbuat kemuliaan? Rasulullah sabab utusan Allah;
dari mana pendekar Ameng Timbangan pikeun ngabuktikeun anu gaib
memeroleh kelembutan hati? Jawabnya sing nyata. Anu saruni masing
adalah Ajaran Timbangan. nalembrak. Anu nyarumput
masing katimu.
a) Prinsip Dasar
Ajaran Timbangan berpijak pada Muhammad sebagai wujud (lahir);
ajaran pokok agama Islam yang terdiri atas Allah sebagai batinnya. Oleh
rukun Islam, (rukun) Iman, dan Ihsan. karena itu lahir tidak akan terpisah
Ketiga “trilogi Islam” tersebut –walau dari batin; isi tidak terpisah
tidak tercantum dalam teks naskah dengan cangkang, Allah tidak
Timbangan secara utuh - merupakan terpisah dengan Muhammad.
pengajaran saat Malaikat Jibril bertanya Apa sebab Muhammad disebut
kepada Rasulullah tentang Islam, Iman, Rasulullah sebab utusan Allah
dan Ihsan (HR. Muslim Juz 1: 8)3. Oleh untuk membuktikan yang gaib
menjadi nyata. Yang sunyi bisa
2
Wawancara Kang Aom tanggal 12 januari tampak. Yang tersembunyi bisa
2012 ditemukan (Heryana,2016: 171).
3
https://haditsarbain.wordpress.com/2007/06/0
9/hadits-2-iman-islam-dan-ihsan/unduh 27-5- Penghadiran yang gaib dalam wujud
2015 nyata tidaklah diartikan secara harfiah,
https://albayyinatulilmiyyah.files.wordpress.co
namun dalam wujud lain berupa rasa;
m/2014/06/86-syarah-hadits-jibril-pdf.pdf c.f
Tim Redaksi JABAL, 2008: 24
140 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148
menyalurkan tenaga lawan. Jadi, lawan tersebut harus juga bisa dirasakan pada
jatuh karena perilakunya sendiri. shalat-shalat lain, terutama shalat wajib.
Seseorang jatuh karena perbuatannya Adapun merasakan hubungan diri
sendiri dalam ungkapan orang Sunda dengan sesama berpijak pada ungkapan
cilaka ku polah sorangan. Inilah apa yang dirasakan diri, pasti dirasakan
perwujudan atau buah dari ayat Fal-yauma pula oleh orang lain. Dalam ungkapan
lātuẓlamu nafsun syai‟aw wa lā tujzauna praktisi Ameng Timbangan “Ngarasakeun
illā mākuntum ta‟malun „maka pada hari rasa nu karasa ku batur; mun urang
itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit diteunggeulnyeri, batur ge nyerieun. Sarua
pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali pada-pada nyeri” „Merasakan rasa yang
dengan apa yang telah kamu kerjakan‟ dirasakan orang lain; bila diri sendiri
(QS. 36 Yasiin: 54). kesakitan ketika dipukul, orang lain pun
“Kekosongan jiwa” bukan berarti bakal kesakitan juga. Sama-sama
negatif, tidak sadar atas kondisi sekitarnya. kesakitan‟. Apa yang dirasakan diri akan
Kosong dalam arti jauh dari campur tangan dirasakan pula oleh diri-diri lain (orang
pikiran manusia. Sebagaimana kondisi lain). Diri akan merasa sakit apabila
seorang yang sedang shalat. Ia tidak dipukul, maka orang lain pun akan
sedang mabuk atau pingsan atau lupa, merasakan hal sama. Diri akan sakit hati,
tetapi ia sadar sedang berhadapan dengan manakala mendengar ucapan penghinaan,
Allah Yang Maha Segala. Ia tahu situasi demikian pula diri orang lain. Oleh karena
sekelilingnya, namun ia asyik dengan “rasa itu, seorang penganut Ameng Timbangan
jati”-nya yang melenakan sekelilingnya. berupaya keras untuk mencegah terjadinya
Namun demikian, ia menyadari berada di kontak tubuh (baca: perkelahian), namun
alam nyata. Buktinya ketika ada semut berupaya semaksimal mungkin untuk
menggigit, tanpa melihat ia menggaruknya. mengajak berdialog. Kontak tubuh dalam
bentuk perkelahian merupakan jalan
e) Pengkajian Diri dan Rasa (ngaji diri terakhir yang diambil, manakala semua
ngaji rasa) upaya yang dilakukan mengalami
Pencapaian penyerahan diri atau kebuntuan.
totalitas melalui proses panjang. Guna
mencapai hal tersebut dikembangkan dua f) Pijakan Ajaran Timbangan
cara pembelajaran, yaitu ngaji diri dan Ajaran Timbangan mengambil
ngaji rasa. Ngaji diri merupakan istilah pijakan bahasannya pada 4 (empat) ayat al-
sederhana dari konsep man arofa nafsahu Qurandan sebuah hadits, yaitu:
fa qod arofa robbahu yakni upaya 1) QS 17 Al-Isrā‟: 14: Iqra‟ kitābak,
mengkaji eksistensi diri sebagai manusia di kafā bi nafsikal-yauma „alaika ḥasībā
hadapan Tuhan-nya. Siapa aku? Untuk apa (Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu
aku hidup? Apa tujuannya? Mengapa aku sendiri pada waktu ini sebagai
hidup? Merupakan rentetan pertanyaan penghisab terhadapmu).
yang mengggelayut pada ngaji diri. 2) QS. 36 Yasiin: 54; Fal-yauma lā
Ngaji rasa merupakan “lanjutan” tuẓlamu nafsun syai‟aw wa lā
dari ngaji diri; yakni merasakan hubungan tujzauna illā mākuntum ta‟malun
diri dengan Tuhan juga dengan sesama. (maka pada hari itu seseorang tidak
Merasakan hubungan dengan Tuhan adalah akan dirugikan sedikit pun dan kamu
merasakan nikmatnya “bertemu” dengan tidak dibalasi, kecuali dengan apa
Yang Menjadikan dirinya. Contoh yang telah kamu kerjakan).
seseorang merasakan kekhusuan shalat 3) QS. 26 Asy-Syu‟arā: 88; Yauma lā
pada malam hari. Ia merasakan kedamaian, yanfa‟u māluw wa lā banūn „(yaitu)
ketenangan, kesyahduan, kedekatan di hari harta dan anak-anak laki-laki
dengan Tuhan dsb. Perasaan-perasaan tidak berguna).
Pencak Silat Ameng Timbangan... (Agus Heryana) 143
4. Internet
Hadits arbain.” Iman-Islam-dan-Ihsan”. diakses
dari https://haditsarbain.wordpress.com
/2007/06/09/hadits-2-iman-islam-dan-
ihsan/tanggal 27-5-2015, Pukul 10:06
WIB.
albayyinatulilmiyyah . “Syarah Hadits Jibril”
diakses dari
https://albayyinatulilmiyyah.
files.wordpress.com/2014/06/86-syarah-
hadits-jibril-pdf.pdf tanggal 27-5-
2015: 10:20.
148 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148
Tinjauan Buku 149
Tinjauan Buku
Judul Buku :
Musik Indonesia 1997-2001
Kebisingan dan Keberagaman Aliran
Lagu
Buku ini merupakan terjemahan dari buku Modern Noise, Fluid Genres:
Popular Music in Indonesia 1997-2001 yang diterbitkan tahun 2008 oleh The
University of Wisconsin Press. Penulisnya, Jeremy Wallach ialah Profesor di
Departemen Budaya Populer Bowling Green State University, Ohio dan
Antropolog yang spesialisasinya pada kajian musik populer di Asia Tenggara. Di
Indonesia, buku yang diterjemahkan oleh Tim komunitas Bambu diberi judul
“Musik Indonesia 1997-2001, Kebisingan dan Keberagaman Aliran Lagu”.
Buku hasil penelitian etnografi ini merekam beragam genre musik populer
di Indonesia ketika transformasi politik dan budaya terjadi. Penulisnya mengacu
pada definisi etnografi dari Shery Ortner yang mengungkapkan bahwa etnografi
sebagai “upaya untuk memahami dunia kehidupan lain menggunakan diri sendiri
– sejauh mungkin – sebagai instrumen untuk mengetahui” (h.4). Melalui
pendekatan etnografi yang digunakan, penulis memaparkan mengenai
operasionalisasi metode yang dilakukan ketika penelitian sebagai
pertangungjawaban ilmiahnya. Beragam teknik digunakan dalam penelitian yang
tertuang di buku ini. Sebagai konsekuensi dari metode etnografi yang dipilihnya
ialah penggunaan teknik observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Di
samping itu, penulis menganalisis berbagai artefak (material) yang berhubungan
dengan dunia musik, diantaranya rekaman musik (baik yang dirilis maupun
rekaman dari pertunjukan langsung), mempelajari sumber tertulis (surat kabar dan
150 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018:149 - 151
majalah), slogan di kaus, grafiti, stiker, poster, spanduk, sumber semiotika dan
internet.
Di bagian pendahuluannya, Wallach menulis bahwa ia “menggambarkan
dunia musik populer Indonesia bukan sebagai alur budaya satu arah dari
produsen ke konsumen, namun sebagai serangkaian diskursus, praktik dan
pertunjukan yang terus berkembang yang secara simultan melibatkan musisi,
teknisi, produsen, pendengar, kritikus dan pihak-pihak berkepentingan lainnya”
(h.21).
Struktur penulisan isi buku dibagi menjadi dua bagian dan dipecah
kembali menjadi beberapa bab. Bagian pertama berisi tentang beragam lokasi
produksi dan konsumsi musik. Pada bab satu, diuraikan tinjauan ringkas atas
genre-genre musik populer yang hadir di Indonesia dengan mengaitkannya pada
konteks sejarah dan sosial budaya Indonesia. Genre-genre tersebut diantaranya
yaitu pop barat, pop Indonesia, dangdut, musik daerah, musik underground (punk,
hardcore, death metal, grindcore, brutal death, hyperblast, black metal, grunge,
indie, industri, dan ghotic). Dari genre-genre ini memunculkan beragam bentuk
genre musik hibrida-hibrida baru hasil inovasi dan penjajaran, seperti dangdut
remix, ska-dhut, dan ska-pong (perpaduan musik daerah Sunda pengiring tarian
Jaipong dan ska). Selain hibriditas ini, dibahas pula secara singkat mengenai label
musik dunia dalam kaitannya dengan musik daerah dan dangdut. Pada bab dua,
dipaparkan konteks ibu kota Jakarta dan Indonesia sebagai latar etnografinya.
Lanskap wilayah, sosial, ekonomi dan politik diuraikan, disertai bahasa dan
budayanya sebagai bagian dari modernitas serta budaya populer Indonesia.
Empat bab selanjutnya membahas mengenai ruang sosial dan beragam
bentuk material terkait musik Indonesia. Dimulai dengan bahasan tentang ruang
tempat menjual rekaman musik, yaitu toko kaset. Penataan ruang oleh penjual,
ikonografi dan perilaku konsumen. Kemudian diperikan mengenai tempat
produksi rekaman, yaitu di studio musik, dan di lokasi pembuatan klip video
musik. Di akhir bagian pertama, diperlihatkan bagaimana ruang sosial musik di
kehidupan keseharian anak muda Jakarta. Pertunjukan informal musik, oleh dan
untuk mereka sendiri. Dari tempat nongkrong di warung kecil pinggir jalan,
hingga diskusi di kampus.
Bagian kedua buku menceritakan tentang ruang pertunjukan musik yang
lebih formal, dimana terdapat pembagian yang jelas antara penampil dan penonton
(pendengar). Uraiannya mencakup musisi jalanan (pengamen), pemusik di cafe
dan bar, hingga panggung konser megah artis tak luput dibahas dan dianalisis.
Pada bagian ini pula, ditampilkan etnografi dari genre musik populer di Indonesia
yaitu dangdut, rock dan pop, serta underground yang membentuk identitasnya
masing-masing. Tidak hanya musik sebagai komoditas yang membentuk gaya
hidup penikmatnya, namun fungsi sosialnya sebagai penguat ikatan sosial.
Tinjauan Buku 151
Pada akhir buku, dalam bab kesimpulan, yang diberi judul “Kaum Muda
Indonesia, Musik dan Globalisasi” diringkas berbagai temuan hasil penelitiannya
ini. Keseluruhan buku ini menggambarkan tentang “bagaimana perjuangan atas
modernitas nasional dilakukan dalam musik dan budaya Indonesia” (h. 265). Di
samping itu diungkapkan pemaknaan penulis akan pentingnya pengkajian
“metakultur modernitas” sebagai bagian dari inovasi dan kreativitas budaya, di
samping “metakultur tradisi” yang konvensional sebagai suatu yang lebih
diperhatikan dalam berbagai kajian sebelumnya.
Dalam alur penceritaan narasi-narasi di dalam buku ini, disisipkan catatan-
catatan lapangan hasil observasi dan pemaknaan ketika penulisnya melakukan
observasi partisipasi. Hal ini menarik, karena pembaca dapat lebih merasakan
konteks dari cerita-cerita yang dihadirkan. Namun sayangnya pemilihan jenis font
(huruf) yang dicetak tebal, dalam menampilkan catatan lapangan tersebut terasa
agak menggangu kelancaran membaca. Mungkin jika menggunakan font yang
hanya dicetak miring (italic) saja untuk catatan lapangannya, tidak akan
mengganggu kelancaran membaca. Foto-foto yang ditampilkan sebagai ilustrasi di
beberapa bagian teks cukup menarik dan bisa menjadi jeda saat membaca uraian
panjang penulis. Pemilihan gaya penceritaan etonografi dengan model orang
pertama “saya”, dirasa tepat ketika menampilkan data dan analisisnya. Pembaca
seolah sedang mendengarkan penulis bercerita pengalamannya melakukan
penelitian. Hal ini merupakan suatu kelaziman dalam penulisan etnografi.
Penyajian data dan analisis etnografinya dilakukan secara dinamis,
beranjak dari arah konseptual makro, kemudian memaparkan detail data lapangan
di aras mikro dan kembali menganalisisnya serta dikaitkan dengan proses
modernitas dan globalisasi yang bersifat makro. Buku yang layak dibaca oleh
peminat kajian budaya, musik, dan sejarah pada ranah kontemporer Indonesia.
(Arief Dwinanto).
Biodata Penulis
BIODATA PENULIS
Nama Penulis (Times New Roman 11, Bold, spasi 1, tanpa menyebut gelar)
Afiliasi lembaga (nama lembaga tempat penulis bekerja, alamat lembaga, tanpa nomor telp/fax
lembaga)
Alamat e-mail penulis (Times New Roman 10, spasi 1, spacing after 6 pt)
Abstrak (Times New Roman 10, Bold, spasi 1, before 0 pt, after 6 pt)
Abstrak diletakkan di bawah email pribadi. Abstrak bukan ringkasan, melainkan esensi isi
keseluruhan tulisan yang di dalamnya memuat: (1) tujuan penelitian; (2) metode yang digunakan;
(3) pernyataan singkat hasil yang diperoleh dari lapangan; (4) kesimpulan. Panjang abstrak
antara 100 sampai 150 kata, 1 spasi, dan ditulis dalam bentuk 1 paragraf. Di bawah abstrak
dituliskan kata kunci antara 3-5 kata. Kata kunci dapat berupa kata tunggal dan kata majemuk.
Kata kunci: panduan, penulis, artikel.
Abstract (Times New Roman 10, Bold, spasi 1, before 0 pt, after 6 pt)
Abstract put under the email of author. Abstract is a not a summary, but the essence of the
entire article that contains: (1) research purposes, (2) the methods that used, (3) a brief statement
of the results obtained from the field; (4) conclusion. Abstract length between 100 to 150 words, 1
space, and written in one paragraph. Under the abstract, write down keyword between 3-5 words.
Keywords can be single word and compound words.
Keywords: guidelines, author, article.
Hasil dan Bahasan, memuat uraian Tabel 1. Jumlah Perusahaan Industri dan
data hasil lapangan dan analisisnya. Hasil Tenaga Kerja di Provinsi Lampung
dan Bahasan menggunakan font Times Tahun Industri Besar
New Roman 11, spasi 1.
DAFTAR SUMBER
(Albertus Extra Bold 10, spasi 1)
Jumlah acuan sumber minimal
Gambar 5. Piduduk sepuluh, terdiri atas 80 persen sumber
Sumber: Wajidi, 2014.
primer (antara lain: jurnal, skripsi, tesis,
dan disertasi) dan 20 persen sumber
b. Instrumen Tabel
(Albertus Extra Bold 10) sekunder dan diwajibkan menggunakan
Untuk instrumen pendukung berupa lima sumber terbaru (sepuluh tahun
tabel, judul tabel dicantumkan di atas. terakhir). Derajat kebaruan tulisan yang
Adapun sumber tabel dicantumkan di diacu dengan melihat proporsi terbitan
bawah tabel. Tabel hanya menggunakan mutakhir merupakan tolok ukur mutu
garis horizontal. Contoh Tabel: berkala ilmiah yang penting. Hal tersebut
merupakan bagian dari state of the art ilmu
Judul Artikel… (nama penulis)
dan kebaruan temuan bagi ilmu (novelties, Bunga Rampai Kehidupan Sosial
new to science). Budaya Masyarakat Sumedang.
Bandung: Balai Pelestarian Nilai
1. Jurnal, Makalah, Laporan Budaya Bandung.
Penelitian, Skripsi, dan Tesis
(Albertus Extra Bold 10, spasi 1) 3. Surat Kabar dan Majalah
Abdalla, Ulil Abshar.
Penulisan daftar sumber menggunakan huruf “Serat Centhini, Sinkretisme Islam dan
Times New Roman, Ukuran 10. Untuk sumber Dunia Jawa”. Kompas, 4 Agustus 2000,
berupa blog/internet tidak dapat dijadikan hlm. 27.
rujukan utama.
4. Internet
Anatona. “Antara Buruh dan Budak: Nasib Hardjasaputra, A. Sobana. “Dinamika
Kuli Kontrak Perkebunan di Sumatera Kehidupan Sosial Ekonomi di Priangan
Timur pada Akhir Abad ke-19 Hingga 1870-1906”,diaksesdari http://resources
Awal Abad ke-20”, Makalah dalam .unpad.ac.id, tanggal 24 April 2011,
Konferensi Nasional Sejarah IX, Pukul 9.14 WIB.
Jakarta, 5-7 Juli 2011.