Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TENTANG “ NURSING ADVOKASI “

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

ANDIKA NOFRIAWAN PK 115 016 002


SITTI RAHMAWATI PK 115 016 032
MOH SYUKRIN L PK 115 016 135
ERLIN MARLINA S PK 115 016 009
SEPTIVANI PK 115 016 031
MULIASI PK 115 016 019

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU


TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang tiada terkira saya panjatkan kehadirat Tuhan yang
Maha Esa yang mana atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah “NURSING ADVOCACY” dengan tepat
waktu sesuai dengan yang direncanakan. Tujuan penyusunan makalah untuk
memenuhi tugas kelompok berhubungan dengan pelajaran keperawatan.
Kami menyadari akan kurang sempurna penulisan makalah ini, karena itu
kritik dan saran selalu kami harapkan untuk bahan perbaikan di kemudian hari.
Akhirnya dalam kesederhanaan Makalah ini semoga bisa bermanfaat.

Palu, 19 Januari 2019

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................

B. Tujuan Penulis...........................................................................................

C. Manfaat......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................

A. Advokasi....................................................................................................

B. Pengertian Perawat....................................................................................

C. Perawat Sebagai Advokat..........................................................................

D. Peran Perawat............................................................................................

E. Peran Perawat Sebagai Advokat................................................................

F. Tanggung Jawab Perawat Advokat.............................................................

G. Nilai-nilai Dasar yang Harus Dimiliki oleh Perawat Advokat..................

H. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari Peran Advokat...........................

I. Dasar Hukum Kewajiban Paiie dan Perawat..............................................

J. Masalah Dalam Praktek Keperawatan........................................................

BAB III PENUTUP.................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................

B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat adalah orang yang bersama individu selama kebanyakan waktu
kritis kehidupan mereka. Perawat adalah orang yang bersama individu ketika
mereka lahir, ketika mereka cedera atau sakit, ketika mereka meninggal.
Individu berbagi banyak hal yang intim dalam kehidupan mereka dengan
perawat; mereka menanggalkan pakaian untuk perawat, dan mempercayai
perawat untuk melakukan prosedur yang menimbulkan nyeri. Perawat berada
di samping tempat tidur individu yang sakit dan menderita selama 24 jam
sehari. Mereka ada ketika pasien tidak dapat tidur karena nyeri atau ketakutan
atau kesepian. Mereka ada untuk memberi makan pasien, memandikannya,
dan mendukung mereka. Perawat mempunyai sejarah panjang tentang
perawatan pasien dan berbicara untuk Kebutuhan pasien.
Salah satu fungsi dan peran seorang perawat adalah menjadi advokat
bagi pasien. Dalam hal ini peran perawat sebagai advokat pasien merupakan
dasar dan inti dari proses pemberian asuhan keperawatan. Pelayanan
kesehatan saat ini pula menbutuhkan pelayanan yang berkualitas, konsep dari
advokasi sangat dibutuhkan dalam hal ini. Sebagai peran utama dari perawat,
advokasi merupakan bagian dari kode etik pasien. perawat dalam perannya
sebagai advokat pasien menggunakan skill sebagai pendidik, konselor, dan
leader guna melindungi dan mendukung hak pasien.
Pada tahun 1985 “The American association colleges of nursing “
melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai
esensial dalam praktek keperawatan professional. Nilai-nilai esensial ini
sangat berkaitan dengan moral keperawatan dalam praktiknya. Perawat
memiliki komiten yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas
berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan professional.
Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat, dan
berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman.
Praktik keperawatan, termasuk etika keperawatan mempunyai dasar penting,
seperti advokasi, akuntabilitas, loyalitas kepedulian, rasa haru, dan
menghormati martabat manusia (Purba & Pujiastuti, 2009)
Advokasi merupakan peran profesional perawat untuk melakukan
pembelaan dan perlindungan kepada pasien. Dalam pelaksanaannya terdapat
faktor yang penghambat dan pendukung peran advokat perawat. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan peran advokat di ruang
rawat inap RS di Kabupaten Semarang. Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengambilan sampel dilakukan
secara purposif, berjumlah 5 informan. Tehnik pengambilan data dengan
wawancara mendalam. Penelitian ini menghasilkan 3 tema yaitu definisi
peran advokasi perawat, pelaksanaan tindakan peran advokasi perawat dan
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran advokasi perawat.
Definisi peran advokasi perawat yaitu tindakan perawat untuk
memberikan informasi dan bertindak atas nama pasien. Pelaksanaan tindakan
peran advokasi meliputi memberi informasi, menjadi mediator dan
melindungi pasien. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya terdiri dari
faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor yang menjadi penghambat
antara lain: kepemimpinan dokter, lemahnya dukungan organisasi, kurangnya
perhatian terhadap advokasi, kurangnya jumlah tenaga perawat, kondisi
emosional keluarga, terbatasnya fasilitas kesehatan dan lemahnya kode etik.
Sementara itu faktor yang mendukung meliputi: kondisi pasien, pengetahuan
tentang kondisi pasien, pendidikan keperawatan yang semakin tinggi,
kewajiban perawat dan dukungan instansi rumah sakit. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah advokasi tidak hanya diartikan sebatas pada tindakan
membela pasien tetapi juga meliputi tindakan memberi informasi, bertindak
atas nama pasien, menjadi mediator dan melindungi pasien. Perawat
diharapkan dapat mengoptimalkan perannya sebagai advokat yaitu dengan
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien, menjadi penghubung
antara pasien dan tim kesehatan lain, membela hak-hak pasien dan
melindungi pasien dari tindakan yang merugikan.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian advokasi
2. Menjelaskan peran perawat sebagai advokat pasien
3. Menjalaskan tanggung jawab perawat advokat
4. Menjalaskan nilai dasar perawat advokat
5. Menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan dari peran advokat klien
6. Menjelaskan peran dan tanggung jawab perawat
7. Menjelaskan Dasar Hukum Kewajiban Pasien dan Perawat di Rumah
Sakit
8. Masalah Dalam Praktek Keperawatan

C. Manfaat
Setelah mengetahui Peran perawat sebagai Advokat diiharapkan mampu
menjalankan tugas serta prinsip-prinsip dalam keperawatan yang telah diatur
dalam undang-undang keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Advokasi
Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan
terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-
mula digunakan di bidang hukum atau pengadilan.
Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap
setiap hal yang memiliki penyebab atau dampak penting. Defenisi ini hampir
sama dengan yang dinyatakan oleh Gadow (1983) bahwa advokasi
merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan
perawat secara aktif kepada individu untuk secara bebas menentukan
nasibnya sendiri (Priharjo,1995).
Menurut Kohnke dalam KoZier,B et all,. (1998) tindakan seorang
advocator adalah menginformasikan dan mendukung secara obyektif, berhati-
hati agar tidak bertentangan dengan setuju atau tidak setuju suatu keputusan
yang dipilih klien. Seorang advokator menginformasikan hak-hak klien dalam
situasi apapun sehingga klien dapat mengambil keputusan sendiri. Fokus
peran advokasi perawat adalah menghargai keputusan klien dan
meningkatkan otonomi klien. Hak-hak yang dimiliki oleh klien yakni hak
untuk memilih nilai-nilai yang sesuai dan penting bagi hidupnya, hak untuk
menentukan jenis tindakan yang terbaik untuk mencapai nilai-nilai yang
diinginkan dan hak untuk membuang nilai-nilai yang mereka pilih tanpa
paksaan dari orang lain.
Advokasi adalah tindakan membela hak-hak pasien dan bertindak atas
nama pasien. Perawat mempunyai kewajiban untuk menjamin diterimanya
hak-hak pasien. Perawat harus membela pasien apabila haknya terabaikan
(Vaartio, 2005; Blais, 2007). advokasi juga mempunyai arti tindakan
melindungi, berbicara atau bertindak untuk kepentingan klien dan
perlindungan kesejahteraan (Vaartio, 2005). Seringkali pasien mengalami
ketakutan dan kecemasan berlebihan terhadap penyakitnya. Perawat atau tim
kesehatan lain seharusnya dapat memberikan saran mengenai pengobatan dan
proses kesembuhannya. Saran yang diberikan dapat mengurangi kecemasan
yang dialami pasien sehingga dapat menunjang keberhasilan pengobatan
selanjutnya (Soetjiningsih, 2008).

B. Pengertian Perawat
Menurut Depkes RI (2002) perawat adalah seorang yang memberikan
pelayanan kesehatan secara professional dimana pelayanan tersebut berbentuk
pelayanan biologis, psikologi sosial, spiritual yang ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan
dan kewenangannya melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang
dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Gaffar).
Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan,
ketrampilan keperawatan, dan bertanggung jawab serta berkewenangan
melaksanakan asuhan keperawatan (Gaffar).
Perawat professional adalah perawat yang bertanggung jawab dan
berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya
(Depkes RI,2002).

C. Perawat sebagai advokat


Sebagai penghubung antara klien-tim kesehatan lain dalam rangka
pemenuhan kebutuhan klien. Membela kepentingan klien dan membantu
klien,memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan tim
kesehatan dengan pendeketan tradisional maupun profesional. (Dewi, 2008)
Advokasi adalah mendukung pasien, bicara mewakili individu pasien,
dan menengahi bila perlu. Advokasi ini adalah bagian dari perawatan perawat
dan bagian dari kedekatan dan kepercayaan antara perawat dan pasien yang
memberi keperawatan sebuah tempat yang sangat khusus dalam pelayanan
kesehatan (WHO, 2005)
Advokasi merupakan dasar filasafat dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas
menentukan nasibnya sendiri (Gondow, 1983).
Nursing Advocacy adalah proses dimana perawat secara objektif
memberikan klien informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dan
mendukung klien apapun keputusan yang ia buat.

Menurut para ahli perawat advokat ada 3 yaitu:

1. Ana pada tahun 1985


Melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan
keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika
yang dilakukan oleh siapapun.
2. Fry pada tahun 1987
Advokasi sebagai dukungan aktif tarhadap setiap hal yang memiliki
penyebab atau dampak penting.
3. Gondow pada tahun 1983
Advokasi merupakan dasar falsafat dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas
menentukan nasibnya sendiri.

Creasia dan Parker (2000) menjelaskan bahwa konsep advokasi memiliki tiga
pengertian, yaitu:
a. Model perlindungan terhadap hak
Model ini menekankan pada perawat untuk melindungi hak klien
agar tidak ada tindakan tenaga kesehatan yang akan merugikan pasien
selama dirawat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menginformasikan
kepada pasien tentang semua hak yang dimilikinya, memastikan pasien
memahami hak yang dimilikinya, melaporkan pelanggaran terhadap hak
pasien dan mencegah pelanggaran hak pasien.

b. Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut pasien


Model ini menekankan pada perawat untuk menyerahkan segala
keputusan tentang perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada
pasien itu sendiri, sesuai dengan nilai-nilai yang dianut pasien. Perawat
tidak diperbolehkan memaksakan nilai-nilai pribadinya untuk membuat
keputusan pada pasien, melainkan hanya membantu pasien
mengeksplorasi keuntungan dan kerugian dari semua alternatif pilihan
atau keputusan.
c. Model penghargaan terhadap orang lain
Model ini menekankan pada perawat untuk menghargai pasien
sebagai manusia yang unik. Perawat harus menyadari bahwa sebagai
manusia yang unik, pasien memiliki kebutuhan yang berbeda-beda satu
sama lain. Perawat harus mempunyai semua yang terbaik bagi pasien
sesuai dengan kebutuhannya saat itu.

D. Peran Perawat
Peran perawat adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang yang memenuhi kualifikasi sehingga dibenarkan
mempunyai kedudukan dalam suatu system pelayanan kesehatan
(Pusdiknakes,1989), menurut Doheney (1992) peran perawat terdiri dari:
1. Care giver/pemberi pelayanan
a. Memperhatikan individu dalam konteks sesuatu kebutuhan klien.
b. Perawat menggunakan nursing proses untuk mengidentifikasi
diagnosa keperawatan, mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai
masalah psikologis.
c. Peran utama adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnose
keperawatan yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana
sampai dengan komplek.
2. Clien advocate/pembela pasien
Perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasi informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil prsetujuan
(inform consent) atas tidakan keperawatan yang diberikan.
3. Consellor/konseling
a. Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola
interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
b. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan
metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
c. Konseling diberikan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa
lalu.
d. Pemecahan masalah difokuskan pada masalah mengubah perilaku
hidup sehat (prubahan pola interaksi)
4. Educator /pendidik
a. Peran ini dilakukan pada klien, keluarga, tim kesehatan lain baik
secara spontan (saat interaksi) maupun secara disiapkan.
b. Tugas perawat adalah membantu mempertinggi k. pengetahuan dalam
upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan
tindakan yang spesifik.
c. Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam Nursing care
Planning.
5. Coordinator/coordinator
Peran perawat adalah mengarahkan , merencanakan, mengorganisasikan
pelayanan dari semua tim kesehatan. Karena klien menerima banyak
pelayanan dari banyak profesional misalnya nutrisi maka aspek yang
harus diperhatikan adalah jenis, jumlah, komposisi, persiapan,
pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi edukasi dan
sebagainya.
6. Collaborator/kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya
berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk
tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, memberi
dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai profesional
pemberi pelayanan kesehatan.
7. Consultan/konsultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien dan
informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini
dapat dikatakan keperawatan adalah sumber informasi yang berkaitan
dengan kondisi spesifik klien.
8. Change agent/perubah
Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis
dalam hubungan dengan klien dan cara pemberian keperawatan kepada
klien.

Perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien tersebut
antara lain :
1. Hak atas informasi pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata
tertib dan peraturan di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat
klien menjalani perawat
2. Hak mendapat informasi yang meliputi hal berikut :
 Penyakit yang di deritanya
 Tindakan medic yang hendak dilakukan
 Kemungkinan penyulit sebagai tindakan tersebut dan tindakan
mengatasinya
 Alternatif terapi lain beserta resikonya
 Prognosis penyakitnya
 Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang
dideritanya
 Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur
 Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan yang mutu tanpa
diskriminasi
 Hak untuk menyetujui memberikan izin presetujuan atas tindakan
yang akan dilakukan
 Hak untuk menolak tindakan
 Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis
 Hak menjalankan ibadah sesuai agama
 Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan dirumah sakit
 Hak merima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
E. Peran Perawat sebagai Advokat
Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak klien
sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan
hak-haknya bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan informasi
tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang
terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak klien melalui
cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan yang mungkin
membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak klien.
Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian. (WHO, 2005).
Sebagai pembela pasien, perawat juga perlu berupaya melindungi hak
pasien dari pelanggaran. Hak untuk mendapat persetujuan (informed consent)
merupakan isu yang harus dihadapi pasien. hak pasien lain yang melibatkan
peran perawat sebagai pembela adalah hak privasi dan hak menolak terapi.
Sebagai bagian dan salah satu peran dari perawat, advokasi menjadi dasar
utama dalam pelayanan keperawatan kepada pasien, peran advokat
keperawatan adalah (Armstrong, 2007)
1. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum.
2. Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.
3. Memberi bantuan mengandung dua peran,yaitu peran aksi dan peran
non aksi.
4. Bekerja dengan profesi kesehatan yang lainnya dan menjadi penengah
antar profesi kesehatan
5. Melihat klien sebagai manusia, mendorong mereka untuk
mengidentifikasi kekuatannya untuk meningkatkan kesehatan dan
kemampuan klien berhubungan dengan orang lain
Perannya sebagai advokat, perawat diharapkan mampu untuk
bertanggung jawab dalam membantu pasien dan keluarga
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya serta mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
Hal ini harus dilakukan, karena pasien yang sakit dan dirawat di rumah sakit
akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan.

F. Tanggung jawab perawat advokat


Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa
tanggung jawab perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :
1. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan
cara : memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan
berguna bagi pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan
berbagai alternatif pilihan disertai penjelasan keuntungan dan kerugian
dari setiap keputusan, dan menerima semua keputusan pasien.
2. Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang
disekeliling pasien, dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan
yang dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi
komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar
setiap individu memiliki pemahaman yang sama, dan menjelaskan
kepada pasien peran tenaga kesehatan yang merawatnya.
3. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara :
memberikan lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi
pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi
semua kebutuhan pasien selama dalam perawatan.

G. Nilai-nilai Dasar yang Harus Dimiliki oleh Perawat Advokat


Menurut Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai
advokasi pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu :
1. Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk
menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
2. Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang
didasarkan atas dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan
dan kebutuhan perawatan kesehatan, dan saling bebas dalam berpikir
dan berperasaan.
3. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah
mengetahui cara memelihara kesehatannya.
Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus memiliki
sikap yang baik agar perannya sebagai advokat pasien lebih efektif.
Beberapa sikap yang harus dimiliki perawat, adalah:
1. Bersikap asertif
Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari
sudut pandang yang positif. Asertif meliputi komunikasi yang jelas
dan langsung berhadapan dengan pasien.
2. Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga
lebih utama walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang
lain.
3. Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan
konsultasi, konfrontasi atau negosiasi antara perawat dan bagian
administrasi atau antara perawat dan dokter.
4. Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan
yang berkualitas bagi pasien. Perawat harus mampu berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain yang ikut serta dalam perawatan
pasien.
5. Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis,
seperti melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada
pemerintah atau pejabat terkait yang memiliki wewenang/otoritas.

H. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari Peran Advokat Pasien


Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan
kemampuan pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan. Saat berperan
sebagai advokat bagi pasien, perawat perlu meninjau kembali tujuan peran
tersebut untuk menentukan hasil yang diharapkan bagi pasien.
Menurut Ellis & Hartley (2000), tujuan peran advokat adalah :
1. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah
partner dalam perawatan pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner
perawat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Sebagai partner,
pasien diharapkan akan bekerja sama dengan perawat dalam
perawatannya.
2. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan.
Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk
menentukan pilihan dalam pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban
untuk menjelaskan semua kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan
pasien.
3. Memiliki saran untuk alternatif pilihan.
Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan
alternatif pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien
untuk memilih sesuai keinginannya.
4. Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan
dengan pengobatannya.
Perawat berkewajiban menghargai semua nilai-nilai dan kepercayaan
pasien.
5. Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan.
Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam
melakukan berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk
membantu dan memenuhi kebutuhan pasien selama dirawat di rumah sakit.
6. Melindungi nilai-nilai dan kepentingan pasien.
Setiap individu memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang berbeda-beda.
Sebagai advokat bagi pasien, perawat diharapkan melindungi nilai-nilai
yang dianut pasien dengan cara memberikan perawatan dan pengobatan
yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.
7. Membantu pasien beradaptasi dengan sistem pelayanan kesehatan.
Saat pasien memasuki lingkungan rumah sakit, pasien akan merasa asing
dengan lingkungan sekitarnya. Perawat bertanggung jawab untuk
mengorientasikan pasien dengan lingkungan rumah sakit dan menjelaskan
semua peraturan-peraturan dan hak-haknya selama di rumah sakit,
sehingga pasien dapat beradaptasi dengan baik.
8. Memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan harus sesuai dengan protap
sehingga pelayanan lebih maksimal hasilnya.
9. Mendukung pasien dalam perawatan.
Sebagai advokat bagi pasien, perawat menjadi pendamping pasien selama
dalam perawatan dan mengidentifikasi setiap kebutuhan-kebutuhan serta
mendukung setiap keputusan pasien.
10. Meningkatkan rasa nyaman pada pasien dengan sakit terminal.
Perawat akan membantu pasien melewati rasa tidak nyaman dengan
mendampinginya dan bila perlu bertindak atas nama pasien menganjurkan
dokter untuk memberikan obat penghilang nyeri.
11. Menghargai pasien.
Saat perawat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat akan lebih
mengerti dan menghargai pasien dan hak-haknya sebagai pasien.
12. Mencegah pelanggaran terhadap hak-hak pasien.
Perawat sebagai advokat bagi pasien berperan melindungi hak-hak pasien
sehingga pasien terhindar dari tindakan-tindakan yang merugikan dan
membahayakan pasien.
13. Memberi kekuatan pada pasien.
Perawat yang berperan sebagai advokat merupakan sumber kekuatan bagi
pasien yang mendukung dan membantunya dalam mengekspresikan
ketakutan, kecemasan dan harapan-harapannya.

Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat (Ellis &
Hartley, 2000), adalah pasien akan :
1. Mengerti hak-haknya sebagai pasien.
2. Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan, prognosis, dan
pilihan-pilihannya.
3. Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
4. Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan memutuskan sendiri.
5. Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang.
6. Mendapatkan pengobatan yang optimal.
7. Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain.
8. Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan.
9. Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.

I. Dasar Hukum Kewajiban Pasien dan Perawat di Rumah Sakit


1. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan No, 647/Menkes/SK/IV/2000 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat
4. Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik No YM.02.04.3.5.2504
Tahun 1997 tentang Pedoman Hak dan Kewajban Pasien, Dokter dan
Rumah Sakit
5. Surat Keputusan Hak dan Kewajiban Perawat dan bidan di RS.

J. Masalah Dalam Praktek Keperawatan


Masalah kesehatan di Indonesia sangat memprihatinkan mulai dari
munculnya penyakit – penyakit degenaratif, bencana alam dan kemiskinan
yang semuanya itu membuat masyarakat harus dikelilingi oleh kondisi
kesehatan yang kurang baik. Kondisi ini diperburuk oleh kurangnya
tenaga kesehatan perawat yang tersebar didaerah – daerah terpencil
akibat tidak rasionalnya penempatan tenaga kesehatan didaerah – daerah
terpencil maupun daerah – daerah sangat terpencil. Selain itu masalah –
masalah sosial, ekonomi, politik dan keamanan yang mempengaruhi
penduduk, khususnya keluarga miskin untuk dapat menjangkau pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.
Berdasarkan hasil kajian (Depkes & UI, 2005) menunjukkan, bahwa
sebagian besar perawat (56.1%) melakukan asuhan keperawatan
dalam gedung Puskesmas dengan baik, (55.29%) melakukan asuhan
keperawatan keluarga dan (52.4%) sudah menerapkan asuhan keperawatan
pada kelompok dengan baik. Disamping itu, perawat juga melakukan tugas
lain, antara lain menetapkan diagnosis penyakit (92.6%); membuat
resep obat (93.1%); melakukan tindakan pengobatan di dalam maupun di luar
gedung puskesmas (97.1%); melakukan pemeriksaan kehamilan (70.1%);
melakukan pertolongan persalinan (57.7%). Hal ini terjadi tidak saja di
Puskesmas terpencil tetapi juga di Puskesmas tidak terpencil. Selain itu
(78.8%) perawat melaksanakan tugas petugas kebersihan dan (63.6%)
melakukan tugas administrasi antara lain sebagai bendahara (1). Tumpang
tindih pada tenaga keperawatan maupun dengan profesi kesehatan
lainnya merupakan hal yang sering sulit untuk dihindari dalam praktik,
terutama terjadi dalam keadaan darurat maupun karena keterbatasan tenaga di
daerah terpencil. Dalam keadaan darurat, perawat yang dalam tugasnya
sehari-hari berada disamping klien
selama 24 jam, sering menghadapi kedaruratan klien, sedangkan
dokter tidak ada. Dalam keadaan seperti ini perawat terpaksa harus
melakukan tindakan medis yang bukan merupakan wewenangnya demi
keselamatan pasien. Tindakan ini dilakukan perawat tanpa adanya delegasi
dan protapnya dari pihak dokter dan atau pengelola Rumah Sakit.
Keterbatasan tenaga dokter terutama di Puskesmas yang hanya memiliki satu
dokter yang berfungsi sebagai pengelola Puskesmas, sering menimbulkan
situasi yang mengharuskan perawat melakukan tindakan pengobatan.
Tindakan pengobatan oleh perawat yang telah merupakan pemandangan
umum di hampir semua Puskesmas terutama yang bearada di daerah
tersebut dilakukan tanpa adanya pelimpahan wewenang dan prosedur
tetap yang tertulis. Dengan pengalihan fungsi perawat ke fungsi dokter, maka
sudah dapat dipastikan fungsi perawat akan terbengkalai dan tentu saja hal ini
tidak dapat dipertanggungjawabkan secara professional.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Advokasi merupakan salah satu peran perawat dan menjadi dasar yang
penting dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Peran
perawat sebagai advokat pasien menuntut perawat untuk dapat
mengidentifikasi dan mengetahui nilai-nilai dan kepercayaan yang
dimilikinya tentang peran advokat, peran dan hak-hak pasien, perilaku
profesional, dan hubungan pasien-keluarga-dokter. Di samping itu,
pengalaman dan pendidikan yang cukup sangat diperlukan untuk memiliki
kompetensi klinik yang diperlukan sebagai syarat untuk menjadi advokat
pasien.

B. Saran
1. Bagi perawat
Mengaplikasikan teori ini dalam tatanan pemberian pelayana kesehatan
kepada masyarakat, dan melaksanakan peran perawat sebagai advokat
utama klien dan penghubung antar profesi kesehatan demi kepentingan
pasien

2. Bagi mahasiswa
Melakukan peneltian terkait tentang advokasi, karena masih banyak hal
yang bisa dieksplor dan dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Kusnanto, S.kp, M.Kes(2003). Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan


Profesional . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Lisa Kennedy Sheldon(2002). Komunikasi untuk Keperawatan


BERBICARADENGAN PASIEN. (edisi 2). Jakarta : Penerbit Erlangga

Purba. J. M. & Pujiastuti. S. E. (2009). Dilema Etik & Pengambilan Keputusan


Etis.Jakarta. EGC

file:///C:/Users/ACER/Downloads/1008-2125-1-SM.pdf pukul 20.25

file:///C:/Users/ACER/Downloads/Documents/18-92-1-PB.pdf Pukul 21.00

https://azharnasri.blogspot.co.id/2015/12/makalah-advokasi-dalam-
keperawatan.html Pukul 21.03

http://andibudiadiputra.blogspot.co.id/2013/07/nursing-advokasi-makalah.html
Pukul 20.49

https://novatrusty.wordpress.com/2012/01/07/7/ Pukul 19.11

http://tetiyuliani.blogspot.com/2010/10/nursing-advocacy.html pukul 19.29

https://sombon25.wordpress.com/2012/01/13/nursing-advocacy-paper/ 19.37

http://mellytamie.blogspot.com/2013/12/nursing-advocacy.html 19.45

http://riakhumairah.blogspot.com/2014/03/nursing-advocasy.html 20.00

http://mohammadridwan67.blogspot.com/2013/10/nursing-advokasi.html Pukul
20.15
http://rizkahayaturrahmi.blogspot.com/2016/07/prinsip-legal-etik-dan-nursing-
advocacy.html Pukul 20.30

http://nursingnw.blogspot.com/2013/12/nursing-advocacy-nursing-advocacy.html
Pukul 20.45

Anda mungkin juga menyukai