Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hewan-hewan yang terkenal berbahaya kebanyakan berada di darat
seperti singa, buaya dan ular. Tidak banyak orang mengira bahwa lautan juga
menyimpan para predator, yakni ikan-ikan berbahaya. Tetap waspada terhadap
hewan-hewan laut berbahaya yang dapat mengancam nyawa karena
mengandung racun maupun bisa. Bukan hanya waspada terhadap ikan hiu atau
buaya air asin saja. Melainkan terhadap hewan laut yang berukuran kecil atau
yang memiliki tampilan menarik.
Banyak nelayan atau orang yang sekedar berenang di laut tak sengaja
terkena sengatan dari ikan beracun atau berbisa. Ketika tersengat, sebaiknya
Anda jangan langsung menghiraukannya. Sengatan dari ikan ini bisa berakibat
fatal kepada tubuh Anda, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Ikan Baronang (Siganus Sp.) adalah ikan laut yang termasuk famili
Siginidae. Ikan beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-
beda satu sama lain seperti di Pulau Seribu dinamakan kea-kea, di Jawa
Tengah dengan nama biawasdan nelayan-nelayan di Pulau Maluku
menamakan dengan sebutan samadar. Baronang ditemukan di perairan
dangkal laguna di Indo-Pasifik dan timur Mediterania. ikan ini dalam bahasa
inggris disebut rabbitfish hal ini karena pemakan tumbuh-tumbuhan (rumput
laut) yang rapi seperti dipangkas mesin rumput kecil. Baronang merupakan
salah satu ikan yang menjadi favorit bagi para pemancing di laut.
Ikan baronang mempunyai duri-duri yang berbisa yang terdapat pada 13
duri keras sirip punggung, 4 duri keras sirip perut, dan 7 duri keras sirip
dubur. Bisa ikan baronang tidak mematikan bagi manusia dewasa , akan tetapi
dapat menimbulkan rasa sakit dan bahkan sampai berhari-hari hilang rasa
sakitnya.

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang Hewan
Laut Berbisa: Ikan Baronang.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui definisi Ikan
Baronang.
2. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui Klasifikasi dan
Morfologi Ikan Baronang.
3. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui Habitat dan
Kebiasaan Hidup Ikan Baronang.
4. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui Makanan dan
Kebiasaan Makan Ikan Baronang.
5. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui Perkembangbiakan
Ikan Baronang.
6. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui Cara Penanganan
terhadap Bisa Ikan Baronang.

1.3 Ruang Lingkup Penulisan


Makalah ini membahas tentang Hewan Laut Berbisa: Ikan Baronang.

1.4 Sistematika Penulisan


Makalah ini terdiri dari V bab utama. BAB I berisi pendahuluan, BAB II
merupakan tinjauan pustaka, BAB III merupakan kasus. BAB IV
merupakan pembahasan. BAB V merupakan penutup.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ikan baronang (Siganus canaliculatus) termasuk dalam Famili
Siganidae, merupakan jenis ikan demersal yang hidup di dasar atau dekat
dengan dasar perairan. Ikan ini banyak ditemukan di daerah terumbu
karang dan padang lamun (Safruddin, 2008). Nama dagang ikan beronang
adalah rabbit fish (ikan kelinci), nama ini mungkin berhubungan dengan
jenis makanan yang dimakan ikan beronang (rumput) atau mulut yang
kecil mirip kelinci. Sedangkan nama lokalnya cukup banyak, seperti
beronang, baronang, madar, masadar, limadar, Ilayak, Ilayak tutam, Ilayak
tembaga atau Ilayak emas (S. virgatus), marang, cemadar, cabe-cabe, kea-
kea, dan sebagainya. Ikan beronang merupakan salah satu ikan laut
bernilai ekonomis tinggi dan sangat laris dijual di restoran-restoran
makanan laut (sea food), bahkan di hotel-hotel berbintang (Ghufran,
2005). Makalah ini menjelaskan tentang siklus hidup ikan beronang
(Siganus sp.) mulai dari klasifikasi dan morfologi, habitat dan kebiasaan
hidup, makanan dan kebiasaan makan sampai pada perkembangbiakannya.

2.2 Klasifikasi dan Morfologi


Ikan baronang (Siganus canaliculatus) termasuk dalam Famili Siganidae,
merupakan jenis ikan demersal yang hidup di dasar atau dekat dengan dasar
perairan. Ikan ini banyak ditemukan di daerah terumbu karang dan padang
lamun (Safruddin, 2008). Ikan baronang dikenal oleh masyarakat dengan
nama yang berbeda-beda satu sama lain seperti di Pulau Seribu dinamakan
kea-kea, di Jawa Tengah dengan nama biawas, dan nelayan-nelayan di Pulau
Maluku menamakannya samadar. Menurut Gufran (2005), secara sistematik
ikan beronang diklasifikasikan sebagai berikut:

3
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes (=Percomorphi)
Famili : Siganidae
Genus : Siganus
Spesies: Siganus canaliculatus; S. javus; S. guttatus; S. vermiculatus; S.
lineatus; S. virgatus; S. corallinus; S. chrysospilos; S. puellus; S.
doliatus; S. punctatus; dan S. apinua.

Gambar 1. Ikan Beronang (Siganus sp.)


Tubuh ikan beronang lebar dan pipih, ditutupi oleh sisik-sisik halus
dengan warna tubuh yang bervariasi, warna umumnya kecoklatan sampai
kehijau-hijauan. Pada bagian punggung terdapat bintik putih, coklat,
kelabu atau emas, sedangkan di bagian perut kadang-kadang bintik
tersebut kabur dan kelihatan seperti garis-garis. Di bagian belakang tutup
insang sebelah atas titik-titik ini berwarna hitam atau hilang sama sekali.
Warna ikan beronang dapat berubah-ubah dengan cepat sesuai dengan
kondisi lingkungan dan untuk menghindarkan diri dari bahaya
(kamuflase). Ikan beronang yang hidup di alam mempunyai warna tubuh
yang terang atau cerah, sedangkan ikan beronang yang hidup di tambak
mempunyai warna tubuh yang suram (seperti air tambak), ikan baronang
mempunyai duri-duri yang berbisa yang terdapat pada 13 duri keras sirip

4
punggung, 4 duri keras sirip perut, dan 7 duri keras sirip dubur (Ghufran,
2005).
Sesuai dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu
mulutnya kecil, mempunyai gigi seri pada masing-masing rahang, gigi
geraham berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus
halusnya panjang dan mempunyai permukaan yang luas; ikan baronang
termasuk herbivora, namun bila dibudidayakan ikan ini mampu memakan
makanan apa saja yang diberikan seperti pakan buatan (Mayunar, 1992
dalam Ghufran, 2005). Ikan baronang (Siganus canaliculatus) adalah jenis
ikan yang umum ditemukan di daerah padang lamun. Beberapa peneliti
melaporkan bahwa ikan baronang adalah ikan herbivora yang dapat
memakan lamun (Ghufran, 2005). Berikut merupakan beberapa jenis ikan
beronang yang dikenal secara umum menurut Ghufran (2005), yaitu:
1. Siganus canaliculatus
Jenis ini panjangnya mencapai 23 cm. Lebar badannya antara 2,4
– 2,7 kali dari panjang standar dengan badan yang berbentuk oval
dan menyamping. Badannya berwarna kecoklat-coklatan dengan
bintik-bintik putih yang tersebar di seluruh tubuh;
2. Siganus virgatus
Jenis yang dikenal sebagai Ilayak tembaga atau beronang emas
ini panjangnya mencapai lebih dari 20 cm. Bentuk badannya oval
dan menyamping dengan lebar badan 1,9 – 2,2 kali dari panjang
standar. Badannya berwarna coklat tua kekuning-kuningan atau
keemasan;
3. Siganus guttatus
Jenis ini mempunyai tubuh berwarna abu-abu kebiruan dan
bagian bawahnya berwarna keperakan dengan beberapa bintik
sebesar bola mata. Di bawah sirip punggung terdapat bercak besar
berwarna kuning. Bentuk badannya oval menyamping dengan
lebar badan antara 1,8 – 2,3 kali panjang standar. Siganus guttatus
mempunyai 17 jari-jari keras dan 10 jari-jari pada sirip punggung,

5
7 jari-jari keras dan 9 jari-jari lunak sirip dubur. Sirip ekornya
berbentuk segi atau sabit pada ikan-ikan dewasa;
4. Siganus javus
Jenis beronang ini mempunyai punggung berwarna perunggu
gelap dan agak pucat di bagian perut, bintik-bintik biru terdapat
pada kepala dan sisi tubuh bagian atas. Bentuk badannya oval
menyamping dengan lebar badan sekitar 2,0 – 2,3 kali panjang
standar. Beronang ini memiliki 13 jari-jari keras dan 10 jari-jari
lunak pada sirip punggung, 7 jari-jari keras dan 9 jari-jari lunak
pada sirip dubur dan mempunyai 30 – 35 baris sisik antara gurat
sisi dan pangkal sirip punggung;
5. Siganus vermiculatus
Jenis ini biasa disebut Ilayak tutam. Tubuhnya tertutup oleh garis
berkelok seperti cacing. Sirip ekornya sedikit cekung dan duri
terakhir pada sirip dubur sedikit memanjan. Lebar badannya
mencapai 1,9 – 2,2 kali panjang standar. Siganus vermiculatus
memiliki 13 jari-jari keras dan 10 jari-jari lunak pada sirip
punggung, 7 jari-jari keras dan 9 jari-jari lunak pada sirip dubur.

2.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup


Habitat (tempat hidup) ikan beronang pada umumnya di lingkungan
perairan terumbu karang yang banyak tumbuhan lautnya dan di daerah padang
lamun (sea grass), namun ciri-ciri khusus tersebut berbeda-beda antar spesies.
Jenis S. canaliculatus hidup di daerah yang berumput di padang lamun dan
hutan-hutan mangrove; jenis S. vermiculatus hidup di laut dangkal, di perairan
payau dan sering keluar masuk sungai; jenis S. javus hidup di laut, perairan
payau dan juga sering keluar masuk sungai; jenis S. lineatus hidup di perairan
berterumbu karang, darah bervegetasi, dan sepanjang dermaga pelabuhan;
sedangkan jenis S. virgatus hidup di terumbu karang dan sekitar pantai yang
payau (Ghufran, 2005). Sejalan dengan pendapat Zainuri (2011) yang
menyatakan ikan baronang ini banyak ditemui disekitar padang lamun dan

6
daerah terumbu karang. Menurut Latuconsina (2011), S. canaliculatus lebih
menjadikan padang lamun sebagai daerah asuhan dan pembesaran, dan saat
dewasa akan menuju ekosistem di sekitarnya seperti terumbu karang untuk
menghabiskan sebagian masa dewasanya pada ekosistem tersebut. Menurut
Peristiwady (1992 dan 1993) dalam Makatipu (2007), berdasarkan kategori
status penghuniannya ikan baronang termasuk penghuni musiman, yaitu jenis-
jenis ikan yang hadir di padang lamun secara periodik dengan jumlah yang
besar, contohnya Siganus canaliculatus. Menurut Darsono (1993), sebagian
besar jenis Siganus sp. hidup menggerombol (schooling).
Habitat ikan baronang yang luas ini disebabkan dalam mencari makan dan
berkembang biak, beronang berpindah dari satu habitat kehabitat lain. Ikan ini
dapat beradaptasi dari habitat satu ke habitat lain yang kondisi lingkungannya
berbeda, seperti dari laut yang bersalinitas tinggi (lebih dari 30 ppt) keperairan
payau (10 – 20 ppt) hingga ke air tawar (0 ppt). Walaupun beronang dapat
mentolelir perubahan salinitas yang cukup luas, tetapi sangan sensitif terhadap
perubahan yang drastis. Beronang dapat mentolelir dan beradaptasi dengan
baik bila perubahan terjadi secara perlahan-lahan. Selain salinitas beronang
juga sangan sensitif terhadap perubahan suhu dan oksigen yang drastis.
Oksigen dibawah 2,0 ppm membuat baronang stress (Ghufran, 2005). Kisaran
suhu 28 – 32oC adalah suhu ideal untuk hidup beronang (Siganus sp.)
(Kusumah, 1985).
Beronang bersifat fototaksis positif atau tertarik pada sinar atau cahaya,
terutama ikan-ikan yang masih muda. Pada waktu malam beronang tidak aktif
bergerak, melainkan bersadar pada rumput atau tumbuhan laut, batu dan
terumbu terutama ikan dewasa. Ikan akan menghindar dengan cepat bila
dikejutkan dengan gerakan disekitarnya. Beronang dikenal sebagai ikan yang
peka terhadap gangguan di sekitarnya (Ghufran, 2005).

7
2.4 Makanan dan Kebiasaan Makan
Ikan beronang adalah jenis ikan yang memakan berbagai macam makanan
di alam, sehingga sebagian ahli menggolongkannya sebagai hewan karnivora
(pemakan segalanya), namun sebagian besar makanan yang dimakan adalah
rumput laut dan ganggang, lumut dan tumbuhan lainnya sehingga
digolongkan kedalam herbivora (pemakan tumbuhan) atau vegetasi. Ikan
beronang pada tingkat larva memakan plankton dan kemudiam menjadi
karnivora atau herbivora di saat mulai aktif mencari makan. Beronang
mempunyai kebiasaan makan dengan melihat-lihat ganggang, rumput atau
lumut, dang kemudian menggigit dan memotong-motong makanan tersebut
dengan giginya yang kecil-kecil (Ghufran, 2005).
Menurut Ghufran (2005), beberapa jenis ikan beronang memiliki
kebiasaan jenis makanan yang berbeda, yaitu:
 Siganus canaliculatus: makanannya terutama rumput laut Enhalus dan
Halophila;
 S. Vermiculatus : potongan laga, Hypnea, Padina, Halophila, dan
berbagai tumbuhan laut;
 S. lineatus : tumbuhan laut Enhalus, Halophila, Hypnea,
Syringodium, Halodulae, dan berbagai jenis alga;
 S. Doliatus :komponen utama adalah Hypnea dan beberapa
komponen keluarga dari tumbuhan Boeldea,
Dictyota, Padina, Microcoeleus, dan Tolypioeladia;
 S. apinua : terutama Couerpa dan Microcoeleus;
 S. puelleus : makanan utanyanya adalah Schiz omerix;
 S. puncatatus : terutama keratos sponge, sedikit Halophila, dan
Schiz omerix.
Menurut Merta (1982), dalam penelitiannya mendapatkan bahwa ikan
beronang terutama memakan lamun yang terdiri dari Halophila ovalis,
Cymodocea rotundata, dan Syringodium isoetifolium, begitupun dengan hasil
penelitian Westernhagen (1973) dimana analisis isi perut pada S.
canaliculatus mennunjukan bahwa jenis lamun yang dimakan oleh ikan

8
tersebut didominasi oleh Halophila ovalis. Dalam mencari makan atau
berenang, beronang selalu bergerombol dalam populasi yang cukup banyak
hingga mencapai ratusan ekor, tetapi bila kondisi lingkungan memburuk
maka masing-masing ikan berenang secara sendiri-sendiri untuk
mempertahankan diri pada suatu daerah tertentu (Ghufran, 2005).

2.5 Perkembangbiakan
Ikan beronang memijah berbeda-beda sesuai dengan jenis dan keadaan
lingkungan, tetapi pada umumnya beronang bergerombol di daerah pantai
pada saat air pasang dan mulai memijah setelah tengah malam disaat air surut.
Pembuahan terjadi di luar tubuh dan telur yang dibuahi berdiameter antara
0,42 – 0,70 mm dan menetas sekitar 25 – 62 jam setelah pembuahan. Larva
yang baru menetas berukuran antara 0,76 – 2,00 mm. Larva beronang masih
menyerap kuning telur pada tubuhnya hingga hari ke-3 (58 jam setelah
menetas), sedangkan butiran minyak pada tubuhnya habis pada hari ke-4 (86
jam setelah menetas) dengan lebar mulut 94,5 mm. Benih beronang
menjadikan daerah padang lamun (sea grass) sebagai daerah asuhan (nursery
ground). Benih beronang bergerombol di daerah-daerah yang banyak
tumbuhan lautnya dan airnya dangkal antara 10 cm hingga 1 meter (Ghufran,
2005). Menurut Mayunar (1992) dalam Latuconsina (2011), musim
pemijahan S. canaliculatus yang pertama berlangsung sekitar Januari-April
dan musim pemijahan ke dua berlangsung sekitar Juli-Oktober. Grandcourt et
al (2006) dalam Latuconsina (2011), menemukan pemijahan ikan beronang
terjadi antara April dan Juli dimana ukuran pertama kali matang gonand bagi
ikan jantan adalah 21,5 cm dan bagi ikan betina 25,7 cm. Haque et al (1999)
dalam Latuconsina (2011), menemukan S. canaliculatus memijah sekitar fase
bulan baru dari April-Juni, dimana fase bulan memicu aktivitas reproduksinya
untuk memijah.

9
2.6 Cara Penanganan terhadap Bisa Ikan Baronang
Bisa ikan baronang tidak mematikan bagi manusia dewasa , akan tetapi
dapat menimbulkan rasa sakit dan bahkan sampai berhari-hari hilang rasa
sakitnya. Cara menghilangkan bisa ikan baronang salah satunya adalah
usahakan jangan panik dan kurangi yang tidak perlu atau istirahatkan korban,
mengobati bisa ikan baronang pada pertolongan pertama adalah hisap pada
luka sampai darah keluar dan harus dimuntahkan dan usahakan cuci mulut
sehabis menghisap.
Untuk menghilangkan efek bisa dari patil baronang bisa juga
menggunakan resep tradisional yaitu pakai minyak tanah, aplikasinya
dioleskan pada bagian tubuh yang terkena patil. Untuk obat tertusuk duri ikan
baronang bisa juga menggunakan obat antiracun/bisa dan segera minum obat
penghilang rasa sakit.
Tanda dan gejala apabila terkena bisa ikan baronang dapat menyebabkan
nyeri dan kemerahan serta dapat menyebabkan lemas, berkeringan, demam,
muntah, kram otot atau bahkan kelumpuhan.
Hal yang perlu dilakukan untuk pencegahan dari hewan laut yang
berbahaya:
1. Ketika anda pergi kepantai, baca tanda peringatan terkait makhluk laut
berbahaya didekat area.
2. Menjauh dari perahu nelayan dan hindari air jika kaki anda berdarah
karena darah bisa menarik perhatian hewan laut misalnya hiu dari
jarak bermil-mil jauhnya.
3. Bila anda berjalan didalam air dangkal seret kaki, jangan melangkah,
jika anda berjalan didalam air laut, menyeret kaki anda bisa membantu
anda menghindari menginjak hewan. Binatang juga mungkin akan
merasakan kedatangan anda dan pergi menjauh.
4. Jangan menyentuh hewan laut termasuk bagian dari mereka, bahkan
jika mereka sudah mati. Sebuah tentakel masih bisa berbahaya.
5. Selalu mengenakan sepatu khusus didalam air untuk penjegahan
terkena hewan laut berbahaya.

10
BAB III
KASUS

Seorang nelayan berumur 43 tahun sedang mencari ikan dilaut lalu tersengat
ikan baronang dikarenakan nelayan tersebut mengganggu hidup habitat ikan
tersebut. Dengan keadaan umum lemah, nadi lemah, kehilangan fungsi jantung,
kesulitan bernapas dan korban dalam keadaan sadar. Kemudian nelayan ditolong
oleh nelayan sekitarnya. Tindakan yang dilakukan dalam memerikan pertolongan
pertama yaitu:
1. Keluarlah dari air setenang mungkin. Untuk menghindari kemungkinan
dikeluarkan racun berulang kali dan mulai mencari perawatan, carilah
daratan segera setelah kejadian
2. Kemudian lakukan hal-hal berikut :
 Hati-hati HIV dan memakai APD lengkap
 Airway : membuka jalan nafas dengan teknik chin lift kemudian
pasang neckolar/servikal
 Breating : kemudian cek pernafasan (dewasa 20x/menit),tidak ada
dyspnea, lakukan pemeriksaan fisik (inspeksi,aukultasi,perkusi).
Berikan oksigen (nasa kanul 2L/menit)
 Circulation : lakukan CPR untuk mengembalikan fungsi jantung
serta suntikan efinefrin
 Disability :periksa GCS pasien
 Exporsure : periksa bagian belakang tubuh pasien apakah ada
bekas sengatan lain

11
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah di lakukan tindakan airway, breathing, circulation, disability dan


exposure (ABCDE) kemudian di lanjutkan dalam tindakan penanganan bisa dari
marbled cone snail tersebut yaitu :

1. Cobalah segera menetralisir rasa sakit tersebut dengan air garam. Jika
memiliki air garam hangat yang tersedia, tuangkan ke daerah yang
tersengat sambil tetap diam sebisa mungkin. Air garam hangat sekarang
ini merupakan respon atau tindakan yang disarankan oleh petugas
kesehatan profesional
2. Tetaplah benar-benar diam (tidak banyak gerak). Jika Anda mengalami
shock, pastikan seseorang telah menghubungi layanan gawat darurat dan
cobalah tenangkan diri Anda sendiri sebisa mungkin.
3. Buang semua benda yang terkena kontak dengan nematosis ubur-ubur
tersebut. Singkirkan hingga 0% kemungkinan Anda secara tidak sengaja
akan tersengat lagi.
4. Jika kulitnya masih kelihatan iritasi atau luka, dengan pelan-pelan tutupi
area tersebut menggunakan perban, dan bungkus dengan kain kasa. Tiga
kali sehari, bersihkan area tersebut dengan air hangat dan gunakan minyak
(salep) antibiotik, misalnya Neosporin. Kemudian bungkus area tersebut
dengan perban dan kain kasa
5. Gunakan es untuk mematikan (menghilangkan) rasa sakit setelah marbled
cone snail tersebut menyengat. Es, yang biasanya digunakan untuk luka
sebagai satu cara untuk mematikan rasa sakit, mungkin bukan merupakan
pilihan perawatan yang paling membantu “dengan segera” setelah marbled
cone snail tersebut menyengat. Namun, setelah sengatannya lebih kurang
mereda, cobalah meletakkan sebungkus es pada area yang tersengat untuk
mematikan rasa sakit serta menghilangkan pembengkakan
6. Segera bawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut

12
Peringatan :
1. Hindari menggunakan cuka pada daerah yang terkena sengatan. Terdapat
laporan yang bertentangan mengenai efektifitas cuka. Beberapa sumber
mengatakan untuk menggunakan cuka pada luka apapun akibat sengatan
hewan beracun. Namun penemuan terbaru menyatakan bahwa cuka
mungkin sebenarnya bahkan membuat masalahnya lebih parah
2. Jangan mencoba mengatasi sengatan marbled cone snail dengan air
kencing
3. Hindari menggunakan air tawar untuk sengatannya. Sebagian besar
marbled cone snail berada dalam air asin. Itu berarti nematosis memiliki
konsentrasi air garam yang besar dalam sel-sel racunnya. Perubahan
apapun pada larutan air garam dalam nematosis ini akan menyebabkan sel-
sel racunnya menembak (pecah). Air tawar melakukan hal ini. Maka,
tetaplah gunakan air garam
4. Jangan gunakan zat (enzim) pelunak daging untuk menonaktifkan
sengatan. Tidak ada satu penelitianpun yang membuktikan penggunaan itu
benar-benar berhasil, dan mungkin bahkan lebih memperparah daripada
menyembuhkan
5. Ketahuilah bahwa alkohol yang digunakan langsung ke kulit dapat
menjadi bumerang. Seperti menambahkan larutan air tawar pada kulit,
alkohol sebenarnya menyebabkan nematosis melepaskan lebih banyak
racun, yang menyebabkan mengalami rasa sakit yang lebih parah.

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ikan baronang (Siganus sp.) termasuk dalam Famili Siganidae, merupakan
jenis ikan demersal yang hidup di dasar atau dekat dengan dasar perairan. Ikan
ini banyak ditemukan di daerah terumbu karang dan padang lamun. Beberapa
jenis ikan beronang yang dikenal secara umum yaitu Siganus canaliculatus,
Siganus javus, Siganus guttatus, Siganus virgatus, dan Siganus vermiculatus;.
Ikan baronang mempunyai duri-duri yang berbisa yang terdapat pada 13
duri keras sirip punggung, 4 duri keras sirip perut, dan 7 duri keras sirip
dubur. Bisa ikan baronang tidak mematikan bagi manusia dewasa , akan tetapi
dapat menimbulkan rasa sakit dan bahkan sampai berhari-hari hilang rasa
sakitnya.

5.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih memahami
mengenai hewan laut yang berbahaya salah satunya ikan baronang serta dapat
dijadikan referensi dalam melakukan kegiatan. Namun makalah ini mungkin
masih ada kekurangan dalam penyampaian, saran dan kritik yang positif
sangat diperlukan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ghufran, M, Dkk. 2005. Pengolahan Kualitan Air Dalam Budidaya Perairan.


Edisi I. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Safruddin. 2008. Zona potensial penangkapan ikan baronang lingkis (siganus


canaliculatus) berdasarkan parameter oseanografi di Perairan Pulau Tanakeke
Kabupaten Takalar Torani, 18(4): 325-331

Latuconsina et al. 2011. Asosiasi Ikan Baronang Pada Ekosistem Padang Lamun
Perairan Teluk Ambon Dalam. Universitas Hasanuddin. Makassar

15

Anda mungkin juga menyukai