MODUL 3
(LESI JARINGAN LUNAK MULUT)
Oleh:
AINUL MARDIAH
1310070110032
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
Dalam kesempatan ini dengan tulus dan segala kerendahan hati penulis
memberikan bantuan, dan dorongan. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memerlukan.
Ainul Mardiah
MODUL 3
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
Data Pasien
2. Umur : 22 tahun
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Agama : Islam
ABSTRACT
Introduction: Hormonal imbalances during stress emotional can result in
changes of oral mucosa. Oral mucosal abnormalities in common ie Recurrent
aphthous stomatitis (SAR) Minor. Objectives: This case report is to report a case
of Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor when stress. Case and management:
Male patients aged 22 years came to the Hospital University Baiturrahmah with
the complaints uper the inner lip sore, and patients admitted to frequent canker
sores before test. Based on the results of the examination of patients diagnosed
with Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor. The treatments for this case is
educating patients to maintain oral hygiene and do not much mind. Patients are
also instructed to consume fruits and vegetables and drink lots of water. Patients
are given prescriptions betadine gargel and vitamin becom-c. Conclusion: giving
betadine gargel can accelerate healing SAR minor.
ABSTRAK
Pendahuluan: Ketidakseimbangan hormon pada saat stres dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan-perubahan pada mukosa mulut. Kelainan pada mukosa
mulut yang umum terjadi yaitu Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor.
Tujuan: Melaporkan penatalaksanaan sebuah kasus Stomatitis Aphtosa Rekuren
(SAR) Minor akibat faktor stres. Kasus dan penatalaksanaan: Pasien laki-laki
berusia 22 tahun datang ke RSGM Universitas Baiturrahmah dengan keluhan bibir
atas bagian dalam terasa perih, pasien mengaku sering sariawan saat akan
menghadapi ujian. Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien didiagnosis Stomatitis
Aphtosa Rekuren (SAR) Minor . Perawatan kasus ini diberikan edukasi untuk
menjaga oral hygiene pasien dengan cara menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Pasien disarankan mengkonsumsi makanan yang berserat seperti buah-buahan dan
sayuran serta banyak minum air putih. Pasien juga diberikan resep obat betadine
gargel yang dikumur 2 kali sehari setelah makan, dan vitamin becom-c yang
dimakan satu kali sehari. Kesimpulan: Pemberian obat kumur betadine dan
mempercepat proses penyembuhan SAR minor.
PENDAHULUAN
sering diderita manusia dengan ciri khas ulkus single atau multiple, kambuhan,
kecil, bulat atau oval dengan batas jelas kemerahan, dan dasar abu-abu atau
kuning. Dikalangan awam, SAR dikenal sebagai sariawan yang merupakan salah
satu jenis ulkus yang muncul di rongga mulut. Istilah stomatitis memiliki arti
peradangan jaringan lunak mulut, aphtosa yang berarti terbakar dan rekuren
berarti ulkus pada rongga mulut selalu timbul tiba-tiba tanpa penyebab yang pasti
(Junhar,dkk, 2015).
SAR pada tahap awal umumnya sakit, dapat sembuh sendiri dalam waktu
10-14 hari tanpa pengobatan dan dapat kambuh kembali. Walaupun SAR tidak
saat makan, menelan atau saat berbicara akan menyebabkan rasa sakit. (Banuarea,
2009).
Etiologi stomatitis apthosa rekuren (SAR) sampai saat ini masih belum
diketahui dengan pasti. Ulser pada stomatitis apthosa rekuren (SAR) bukan karena
ulser. Faktor-faktor ini terdiri dari pasta gigi dan obat kumur sodium lauryl
karena tidak ada metode diagnosa laboratorium yang spesifik yang dapat
diandalkan untuk menegakkan diagnosa stomatitis apthosa rekuren (SAR).
Karakter klinis stomatitis apthosa rekuren (SAR) dibagi menjadi 4 tahap yaitu
pada 24 jam pertama perkembangan lesi stomatitis apthosa rekuren (SAR). Pada
waktu prodormal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat
terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi stomatitis apthosa rekuren
(SAR). Pada tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi
eritematous. Intensitas rasa nyeri akan meningkat sewaktu tahap preulserasi ini.
Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap
ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan
fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang. Tahap
penyembuhan terjadi pada hari ke – 4 hingga 5. Ulser tersebut akan ditutupi oleh
epitelium. Penyembuhan luka terjadi dan selalu tidak meninggalkan jaringan parut
dimana lesi stomatitis apthosa rekuren (SAR) pernah muncul (Haikal 2010).
Stomatitis aphtosa rekuren secara klinis terbagi kedalam tiga jenis : SAR
minor, SAR mayor, dan SAR herpetiformis. Tipe minor mengenai sebagian besar
pasien SAR yaitu 75% sampai dengan 85% dari keseluruhan SAR, yang ditandai
dengan adanya ulser berbentuk bulat dan oval, dangkal, dengan diameter 1-10
mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematous. Ulserasi dari tipe minor
bukal dan dasar mulut. Ulserasi biasa tunggal atau merupakan kelompok yang
terdiri atas 4-5 ulser dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa
meninggalkan bekas jaringan parut (Cawson dan Odell, 2008 cit Marwati, 2011).
BAB II
LAPORAN KASUS
Baiturrahmah dengan keluhan bibir atas bagian dalam terdapat sariawan yang
dirasakan 4 hari yang lalu. Sariawan tersebut belum pernah diobati. Pasien
mengatakan kadaan tersebut menimbulkan rasa sakit, sakit semakin parah saat
memakan makanan pedas dan minum minuman asam. Pasien mengaku sering
mengalami sariawan hampir setiap akan mengikuti ujian. Dari anamnesa pasien
Pemeriksaan ekstra oral wajah simetris dan limpnode tidak teraba. Pasien
tidak memiliki kelainan TMJ. Hasil pemeriksaan intra oral terdapat ulser
berukuran 3 mm pada bibir atas bagian dalam berbentuk bulat berwarna ke abu-
abuan dikelilingi daerah eritem dan dangkal. Oral hygiene pasien baik.
Gambar 1.
Stomatitis Apthosa Rekuren Minor Sebelum Perawatan
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan diagnosis untuk
pasien tersebut adalah Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor. Perawatan yang
dilakukan yaitu DHE dan pemberian resep obat. Operator menjelaskan bahwa
merupakan suatu kondisi yang umum terjadi akibat pengaruh stres. Pasien
cukup. Pasien juga diberikan resep obat Triamnisolone actinide salep dengan
dioleskan pada daerah yang sakit 2 kali sehari pagi san sore, betadine gargel yang
dikumur 2 kali sehari setelah makan, dan vitamin becom-c yang diminum satu kali
sehari.
RESEP
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
YAYASAN PENDIDIKAN BAITURRAHMAH
Izin Dinkes : PPK.03.2186 V.2009
Jl.Raya By Pass KM 15 Aie Pacah Padang. Telp.0751-463871
Gambar 2.
Stomatitis Apthosa Rekuren Minor Setelah Perawatan
BAB III
PEMBAHASAN
dalam rongga mulut yang dipicu oleh faktor predisposisi. SAR dapat terjadi pada
berbagai kalangan usia dengan prevalensi sangat tinggi pada negara maju. Etiologi
SAR tidak sepenuhnya jelas dan sangat bervariasi tergantung faktor predisposisi
(Junhar, 2015).
Pada stadium awal stomatitis apthosa rekuren (SAR) tipe minor timbul
rasa sakit dan terbakar pada mukosa 1 sampai 2 hari sebelum ulser terlihat.
beberapa jam terlihat papula kecil berwarna putih. Dalam 2 sampai 3 hari terjadi
ulserasi yang berangsur-angsur membesar dengan rasa yang sangat sakit, terutama
jika terkena lidah, rangsangan, atau makanan. Pasien mengalami kadang demam
ringan, kelenjar limpa dan malaise. Lesi bentuknya bundar atau oval dengan
diameter <1 cm. Permukaan abu-abu sampai kuning. Tepi lesi dikelilingi jaringan
eritematous menggembung dengan lesi yang dangkal. Jumlah lesi 2 sampai 6 dan
mulut, dan lidah. Penyembuhan dapat terjadi dalam beberapa hari sampai 2
Etiologi SAR hingga saat ini masih tidak diketahui dengan pasti. Terdapat
nutrisi, infeksi bakteri dan virus, perubahan hormonal, stres (Putra, 2015).
Faktor stres dapat memicu terjadinya stomatitis sebab stres dapat
tubuh dan menyebabkan tubuh rentan terhadap serangan penyakit, tidak hanya
Pada laki-laki SAR sering muncul karena tingkat stress pada laki-laki lebih
tinggi. Keadaan stress dapat memicu timbulnya SAR, stress dipengaruhi oleh
hormon kortisol dan adrenalin yang meningkat dan di kelenjar adrenal. Stress
diartikan sebagai respon nonspesifik tubuh akibat perubahan sosial dari modernisasi
(Junhar, 2015).
Diagnosa banding dari SAR minor adalah ulkus traumatikus dan herpes
simplek. Ulkus traumatikus adalah bentukan lesi ulseratif yang disebabkan oleh
adanya trauma. Ulkus traumatikus dapat terjadi pada semua usia dan pada kedua
jenis kelamin. Lokasinya biasanya pada mukosa pipi, mukosa bibir, palatum, dan
tepi perifer lidah. Ulkus traumatikus disebabkan oleh trauma berupa bahan-bahan
kimia, panas, listrik, atau gaya mekanik (Regezi JA, 2008 cit Anindita dkk, 2013).
PERBEDAAN SAR MINOR DENGAN ULKUS TRAUMATIKUS
ULKUS
KETERANGAN TRAUMATIKUS SAR MINOR
Gambar
BAB IV
PENUTUP
munculnya ulser yang berulang di mukosa mulut pada pasien tanpa tanda-tanda
dari penyakit lainnya. Ulser dapat berjumlah tunggal atau multiple dengan bentuk
bulat atau oval disertai pseudomembran fibrinous berwarna putih pada bagian
selama 10 sampai 14 hari dan dapat sembuh secara spontan. Etiologi dari SAR
minor ini tidak diketahui tetapi faktor stres, menstruasi defisiensi nutrisi,
defisiensi hematologik ( zat besi, asam folat, vit B12), trauma, herediter serta
kelainan imun dapat berperan. Perawatan dari SAR minor ini berupa DHE dan
instruksi pada pasien agar meningkatkan asupan nutrisi yang baik serta
SAR tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Junhar. Melky G., dkk, 2015, Gambaran Stomatitis Aftosa Rekuren dan Stress
Pada Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas II B Bitung,
Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Putra, R.H, 2015. Perbedaan Waktu Sembuh Klinis Pengobatan Salep Ekstrak
Daun Sirih 35% dengan Salep Povidone Iodine 1% pada Stomatitis
Apthosa Rekuren (Eksperimental Klinis). Surabaya : Universitas
Airlangga.
Selye H. Stress and the general adaptation syndrome. British Medical Journal
June 1950; 1383-92.
Sulling, PL,. Dkk. 2012. Angka kejadian lesi yang diduga sebagai Stomatitis
Aftosa Rekuren pada mahasiwa Program Studi Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Sulawesi Utara :
Universitas Sam Ratulangi.
Swain, N., Pathak, J., Poonja, L, S., Penkar, Y. 2012, ‘Etiological Factors of
Recurrent Aphtous Stomatitis’, J. Contempt Dent, vol. 2, no. 3, hlm. 96-
100.