Anda di halaman 1dari 3

INOVASI KREATIF “BUGIZA” TEROBOSAN BARU DALAM PENANGGULANGAN KASUS GIZI BURUK

Bermula dari keprihatinan karena banyaknya kasus balita gizi buruk yang mencapai 80 orang pada tahun
2016 di Kabupaten Pangandaran serta ditemukannya kasus gizi buruk dan gizi kurang di wilayah kerja
Puskesmas Padaherang dalam Survey Mawas Diri (SMD) 2016 di masyarakat, membuat Kepala Puskesmas
Padaherang, Ibu Suryati, SKM, M.Si, menjadikannya sebagai prioritas utama masalah kesehatan
masyarakat yang harus segera diselesaikan, selaras dengan aturan dari Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor: 111 6/MENKES/SK/VI II/2003 yang diperbaharui dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 45
tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan Penyakit yang
salah satunya membahas tentang pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD KLB).
Disebutkan bahwa kasus gizi buruk adalah termasuk KLB (Kejadian Luar Biasa) yang penuntasannya harus
segera dilakukan.

Langkah pertama yang dilakukan oleh Ibu Suryati kemudian adalah membahas masalah-masalah
kesehatan prioritas yang ada di masyarakat dalam MMD singkatan dari Musyawarah Masyarakat Desa,
salah satunya adalah masalah gizi buruk dan gizi kurang, saat sedang mencari alternative pemecahan
masalah dalam MMD itulah Ibu Suryati, SKM, M.Si kemudian menggagas sebuah inovasi yang
dimaksudkan untuk menanggulangi masalah kurang gizi di masyarakat yang diberi nama BuGiZa,
singkatan dari Lumbung Gizi Desa, BuGiZa itu sendiri adalah sebuah inovasi yang dimaksudkan sebagai
sebuah wadah untuk mengumpulkan dana bantuan dari donatur di masyarakat yang kemudian diolah
kembali oleh masyarakat yang ikut dalam kepanitiaan BuGiZa untuk kepentingan masyarakat yang
mempunyai balita dengan masalah gizi buruk dan gizi kurang di desa. Pertama kali ide ini tercetus adalah
dalam MMD di Desa Cibogo yang kemudian menjadi Desa Pilot Project pertama penerapan inovasi
BuGiZa.

Kesuksesan penerapan inovasi BuGiZa di Desa Cibogo yang berhasil mengentaskan kasus gizi buruk yang
ada di Desa dari 2 balita gizi buruk menjadi tidak ada balita gizi buruk di Desa Cibogo pada saat itu,
membuat 8 Desa lain di wilayah kerja Puskesmas Padaherang tertarik untuk mereplikasi inovasi BuGiZa di
desa masing-masing dan ternyata inovasi BuGiZa ini dalam pelaksanaannya cukup mudah direplikasi oleh
setiap desa dan secara bertahap berhasil mengentaskan kasus-kasus gizi yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Padaherang.

Penerapan Inovasi Lumbung Gizi Desa itu sendiri dilaksanakan secara bertahap, dimulai dari pelaksanaan
MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) untuk membahas solusi dari masalah-masalah yang ditemukan
dalam MMD, termasuk didalamnya masalah gizi buruk dan kurang gizi balita, mengusulkan dan
memaparkan kegiatan lumbung gizi desa sebagai alternatif pemecahan masalah dan mendiskusikan
bersama masyarakat, menyusun struktur organisasi lumbung gizi desa, membangun komitmen bersama
antara masyarakat desa, aparatur desa dan petugas puskesmas dalam mendukung suksesnya BugiZa.
Selanjutnya adalah Melaksanakan kegiatan pelatihan kepada kader dalam menerapkan system
kewaspadaan gizi. Setelah kader mengetahui ciri-ciri gizi buruk dan gizi kurang, kader melaporkan balita
yang ditemukan memiliki masalah gizi ke bidan desa yang diteruskan ke petugas gizi. Petugas gizi dan tim
MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) kemudian memvalidasi ulang berat badan dan tinggi badan balita
serta mengecek kesehatan balita. Apabila menurut Petugas gizi balita yang ditemukan positif berstatus
gizi buruk atau kurang maka kader akan langsung merekap balita tersebut kedalam daftar balita penerima
bantuan lumbung gizi.
Apabila balita yang ditemukan dan positif gizi buruk setelah diperiksa kesehatannya oleh dokter dari tim
MTBS ternyata disertai penyakit penyerta, maka bantuan yang diberikan akan disertai dengan pengobatan
rutin dasar yang bisa dilakukan oleh dokter Puskesmas. Sedangkan apabila ada balita yang mengalami
keterlambatan perkembangan maka bantuan dari lumbung gizi desa akan disertai dengan pelatihan dari
petugas bagian fisioterapi untuk mengejar keterlambatan perkembangan balita.
Berkat adanya terobosan inovatif BuGiZa, maka angka kemunculan kasus gizi buruk dapat ditekan
menjadi 4 orang balita per juli 2018, itu pun dengan penyakit penyerta berat seperti TBC dan jantung dan
bahkan 2 diantaranya adalah warga baru pendatang dari daerah lain. Inovasi BuGiZa yang unik ini
melengkapi pelayanan pemerintah yang diberikan kepada balita gizi buruk menjadi lebih sempurna.
Bantuan dari pemerintah terhadap balita gizi buruk diantaranya bantuan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) dari APBD dan Kemkes selama 3 bulan berturut-turut dalam setahun, dilanjutkan oleh pemberian
PMT dari BuGiZa, yang berbeda adalah ditambahkan pemberian multivitamin, buah-buahan dan bantuan
dana bagi pendamping balita gizi buruk dengan penyakit penyerta berat yang membutuhkan pelayanan
di Rumah Sakit, melengkapi fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar Gratis yang membiayai transport
ambulance ke Rumah Sakit. Selain itu balita gizi buruk dengan penyerta berat yang belum mempunyai JKN
juga diberikan bantuan biaya pengobatan ke Rumah Sakitnya oleh BuGiZa sambil tetap diberikan
penyuluhan agar mengikuti kepesertaan JKN
Berkat inovasi BuGiZa yang inovatif dan dianggap mampu menyelesaikan masalah serta mudah dalam
replikasinya Ibu Suryati, SKM, M.Si selaku sang inovator diganjar dengan berbagai macam
penghargaan diantaranya adalah masuk kedalam 3 besar lomba inovasi pelayanan public tingkat
Kabupaten Pangandaran 2017, TOP 11 inovasi pelayanan publik Jawa Barat 2018, dan 3 besar ASN
berprestasi Jawa Barat tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai