Saturday, January 26th 2013. | Dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat, Pendidikan Kesehatan Masyarakat Institusi
Konsep impowerment itu sendiri merupakan sebuah konsep yang masih terlalu umum dan kadang-
kadang hannya menyentuh “cabang” atau “daun” namun tidak menyentuh “akar” permasalahan, baik
yang bersifat mendasar maupun yang akan terjadi dalam proses. Kita harus menempatkan konsep
pemberdayaan itu tidak hannya indivudual, tertapi juga secara kolektif (individual self empowerment
maupun collektive self empowerment), dan sesuatu itu harus menjadi bagian dari aktualisasi dan
koaktualisasi eksistensi manusia dan kemanusiaan. Dengan demikian, konsep empowerment pada
dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradap manjadikan semakin
imfektif secara struktural, baik didalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional,
maupun dalam bidang politik, ekonomi dan sebagainya.
Hulme dan Tunner (1990) berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses
perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan
pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal dan nasional. Oleh karena itu, pemberdayaan
sifatnya individual sekaligus kolektif. Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut
hubungan-hubungan kekuasaan/kekuatan yang berubah antara individu, kelompok dan lembaga-
lembaga sosial.
Menurut definisinya, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan
masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi, memengaruhi dan mengendalikan kelembangaan
masyarakat secara bertanggung-gugat demi perbaikan kehidupannya. Pemberdayaan dapat juga
diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya (empowermnet) atau kekuatan (strength) kepada
masyarakat. Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat mampu
bertahan (survive) dan (dalam pengertian yang dinamis) maupun mengembangkan diri untuk mencapai
tujuan-tujuannya. Oleh karena itu, memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk (terus-menerus)
meningkatkan harkat dan mertabat lapisan masyarakat “bawah” tidak mampu melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan masyarakat adalah
meningkatkan kemampuan dan meningkatkan kemandirian masyarakat.
Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat (dengan
atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya
yang secara lasung maupun tidak lansung berpengaruh dalm kesehatan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat sebagaimana telah tersirat dalam definisi yang diberikan, ditinjau dari lingkup
dan objek pemberdayaan mencakup beberapa aspek yaitu :
a. peningkatan kepemilikan aset (sumber daya fisik dan finansial) serta kemanpuan (secara individu dan
kerlopok) untuk memamfaatkan aset tersebut demi perbaikan kehidupan mereka;
b. Hubunagan antara individu dan kelompoknya, kaitannya dengan pemikan aset, dan kemampuan
mamamfaatkannya;
c. Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan;
d. Pengemabangan jejaring dan kemitraan kerja, baik di tingkat lokal, regional maupun global.
Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masyarakat terdapat tiga jalur kegitan yang harus
dilaksanakan yaitu :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Titik
tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap masnusia dan masyarakatnya memiliki potensi (daya) yang
dapat dikembangkan;
2. pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memberikan motivasi,
dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta upaya untuk mengembangkannya;
3. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
artinya masyarkat harus manjadi subjek dan bukan objek semata dari usaha kesehatan. Mereka harus
dididik dan dibekali berbagai pengetahuan dan keterampilan dasar dalam usaha-usaha kesehatan serta
dilibatkan secara aktif sejak perencanaan dalam usaha-usaha tersebut. Tokoh dan wakil masyarakat
yang dilibatkan misalnya benar-benar yang mencerminkan aspirasi masyarakat yang sebenarnya.
Membutuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan kesehatan mereka, dan mendorong mereka
untuk berperan aktif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut seperti membentuk organisasi-
organisasi kesehatan (LSM, seperti masyarakata anti rokok, anti narkoba), turut membiayai usaha
kesehatan, ikut akses atau JPKM), ikut dalam politik kesehatan (memilih partai yang peduli kesehatan)
dan sebagainya.
c. Membutuhkan wirausahawan sosial atau sosial entrepreneur dalam bidang kesehatan promotif dan
preventif
usaha-usaha kesehatan khususnya dalam mengubah prilaku harus lebih bersifat pendekatan dari bawah
(buttom up appoach) berdasarkan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, untuk itu,
dibutuhkan orang-orang yang sosial yang dapat mengembangkan dan menjalankan usaha-usaah
pemantapan perilaku sehat bertumpu pada masyarakat. Biasanya orang-orang ini akan menjalankan
kegitanb dengan mendirikan LSM dalam bidang kesehatan tertentu pada wilayah tertentu pula.
secara bertahap pemerintah harus mengurangi alokasi dana pada usaha-usaha kesehatan yang sudah
mulai dapat dibiayari sendiri oleh masyarakat seperti pelayanan kesehatan, apalagi kuratif, kecuali bagi
masyarakat kurang mampu. Alokasi dana harus lebih diberukan dan ditingkatkan pada kegiatan-kegiatan
promotif-preventif, seraya mendorong keterlibatan masyarakat, swasta/LSM menuju kemandirian