Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur‟an diturunkan dalam bentuk bahasa Arab, sebab masyarakat
yang dihadapi pada masa itu adalah masyarakat Arab.
Dalam al-Qur‟an banyak terdapat ayat-ayat yang menceritakan hal-hal
yang samar dan abstrak. Manusia tidak mampu mencernanya jika hanya
mengandalkan akalnya saja. Sehingga sering kali ayat-ayat tersebut
diperumpamakan dengan hal-hal yang konkret agar manusia mampu
memahaminya.
Bermacam-macam uslub dalam Al-Qur‟an ditujukan untuk memikat
hati mereka, agar mereka tertarik untuk menerima kebenaran wahyu Allah
SWT. Di antara uslub yang dipergunakan adalah amtsal dan aqsam. Untuk
memahami itu semua maka ulama‟ tafsir menganggap perlu adanya ilmu
yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam al-Qur‟an agar manusia
mampu mengambil pelajaran dengan perumpamaan-perumpamaan tersebut.
Karena itulah penulis mencoba menjelaskan tentang ilmu tersebut,
yaitu uslub al-qur‟an yang terdiri dari amtsal dan aqsam dalam al-Qur‟an.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah pengertian Uslub Al-Qur‟an ?
2) Apa yang dimaksud dengan Amtsal ?
3) Apa yang dimaksud dengan Aqsam ?

C. Tujuan Penulisan
1) Dapan menjelaskan pengertian dari kata uslub dan pengertian dari
Uslub Al-Qur‟an.
2) Dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan Amtsal Al-Qur‟an
dan memberikan contohnya.
3) Dapat menjelaskan pengertian Aqsam Al-Qur‟an dan memberikan
contoh-contohnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Uslub Dalam Al-Qur’an

1. Pengertian Uslub
Kata Uslub berasal dari bahasa Arab yang artinya “jalan” ,”cara”,
“sistem atau metode”. Adapun pengertian Uslub dalam bahasa Arab ialah
makna yang terdapat dalam suatu bentuk susunan lafadz-lafadz (kalimat)
agar lebih mudah dimengerti oleh pendengar atau pembacanya.

Uslub al-Qur‟an bukanlah mufradat (kosa kata) dan susunan kalimat,


akan tetapi metode yang dipakai al-Qur‟an dalam memilih mufradat dan
gaya kalimatnya. Oleh karena itu, uslub al-Qur‟an berbeda dengan hadist,
syi'ir, kalam dan buku-buku yang ada, meskipun bahasa yang digunakan
sama dan mufradat (kosa kata) yang dipakai membentuk kalimatnya juga
sama.

‫بش ِِ ْان ًُ ْعز َ ًِ ّس‬


ِ ‫ت ِ ِِل ْػ َج‬ ْ ‫آٌ َي‬
ٍ ْٚ ‫ظ َٓ ُس غ َِس‬ ُ ْٕ ُ‫أ ُ ْظه‬
ِ ‫ة ْانقُ ْس‬
Artinya : Uslub al-qur‟an, ialah sumber kekaguman karena
kandungan kemukjizatannya yang berlangsung terus menerus.1

Jadi Uslub al-Qur‟an adalah metode analisis dan pendekatan yang


refrensif dalam menyusun kalimat-kalimatnya dan pemilihan lafaz-lafaznya.
Uslub al-Qur‟an mempunyai karakteristik, yaitu: sentuhan lafaz al-Qur‟an
melalui keindahan intonasi al-Qur‟an dan keindahan bahasa al-Qur‟an,
dapat diterima semua lapisan masyarakat, al-Qur‟an menyentuh (diterima)
akal dan perasaan, keserasian rangkaian kalimat al-Qur‟an dan kekayaan
seni redaksional.

Uslub terbagi menjadi tiga bagian yaitu :


1 Aminullah, Uslub Al-Quran, (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1635/1/Arab-Aminullah3.pdf). USU digital
library: Medan.
a. Uslub Khitaby (Gaya Bahasa Retorika)
Retorika merupakan salah satu seni yang berlaku pada bangsa Arab
yang mempunyai karakteristik dengan kandungan makna yang kuat,
memakai lafadz yang serasi, argumentasi yang relevan dan kekuatan IQ
oratornya. Biasanya seorang orator berbicara mengenai tema yang relevan
dengan realitas kehidupan untuk membawa audiens mengikuti
pemikirannya. Uslub yang indah, jelas, lugas merupakan unsur yang
dominan dalam retorika untuk mempengaruhi aspek psikis audiens.2

b. Uslub ‘Ilmy (Gaya Bahasa Ilmiah)


Uslub „ilmy harus jauh dari aspek subyektif dan emotif penuturnya,
karena eksperimen ilmiah itu obyektif dan tidak ada hubungannya dengan
aspek psikis, emotif dan kondisi orang yang melakukannya.3 Uslub „ilmiah
membutuhkan logika yang baik, pemikiran yang lurus serta jauh dari
imajinasi dan emosi, karena sasarannya adalah pikiran dan menjelaskan
fakta-fakta ilmiah.

Karakteristik uslub „ilmiah adalah jelas dan lugas. Namun juga harus
menampakkan efek keindahan dan kekuatan penjelasan, argumentasi yang
kuat, redaksi yang mudah, rasa yang brilian dalam memilih kosa kata dan
informasi yang dapat dipahami dengan mudah. Oleh karena itu, uslub
„ilmiah harus tematik dan terhindar dari majaz, kinayah dan permainan kata-
kata lainnya.

c. Uslub Adaby (Gaya Bahasa Sastra)


Uslub adaby sangat subyektif, karena ia merupakan ungkapan jiwa
pengarangnya, pemikirannya dan emosinya. Oleh karena itu, uslub adaby
sangat spesifik.

2 „Ali al-Jarim dan Mustafa Amin, al-Balagah al-Wadihah, (Mesir: Dar al-Ma„arif, t.t.), h. 12.

3 Munawwir Abdul Fattah dan Adib Bisyri, Kamus al-Bisyri, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999), h. 335
2. Macam-macam Uslub Al-Qur’an
Dalam buku-buku ilmu tafsir kita menjumpai beberapa pembahasan
yang apabila kita teliti, pembahasan tersebut dapat digolongkan pada
pembicaraan tentang uslub. Pembahasan uslub-uslub Al-Qur‟an tersebut
meliputi :
1) Amtsalul-Quran (perumpamaan dalam Al-Qur‟an)
2) Jadalul-Quran (pembantahan dalam Al-Qur‟an)
3) Aqsamul-Quran (sumpah-sumpah dalam Al-Qur‟an)
4) Qasasul-Quran (kisah-kisah dalam Al-Qur‟an)
5) Balaghatul-Quran
Namun, dalam pembahasan ini penulis hanya akan menguraikan
tentang Amtsal dan Aqsam Qur‟an saja.

B. Amtsal Dalam Al-Qur’an

1. Pengertian Amtsal
Kata amtsal merupakan bentuk jamak dari mufrod mitslu. Kata mitslu
secara etimologi mempunyai 3 arti, yaitu :
1) Kata mitslu yang artinya sama dengan kata syibhu yaitu
penyerupaan.
2) Sebagian ulama‟ mengatakan bahwa lafazh mitslu adalah keadaan
atau cerita yang menakjubkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh
orang Arab yaitu :
ٌِ ْ ‫ َج ِخ ْانشَؤ‬ْٛ ‫ص ِخ ْان َؼ ِج‬
َّ ‫ُطهَ ُق ْان ًِثْ ُم َػهَٗ اْن َحب ِل َٔ ْان ِق‬
ْ َٚٔ
Arti ini banyak digunakan dalam penerapan lafazh mitslu pada al-
Qur‟an. Sebagaimana dalam surat Muhammad ayat 15:
َ ‫ َّْس‬َٛ‫َزَغ‬ٚ ‫بز ِي ٍْ نَجَ ٍٍ نَ ْى‬
ًُُّ ‫ط ْؼ‬ ٌ َٓ َْ َ ‫ َٓب أ‬ِٛ‫ ُٔ ِػدَ ْان ًُزَّقٌَُٕ ف‬ِٙ‫َيث َ ُم ْان َجَُّ ِخ انَّز‬
ٌ َٓ َْ َ‫ ِْس َءا ِظ ٍٍ َٔأ‬ٛ‫بز ِي ٍْ َيبءٍ َغ‬
ِ ‫ َٓب ِي ٍْ ُك ِّم انث َّ ًَ َسا‬ِٛ‫صفًّٗ َٔنَ ُٓ ْى ف‬
ٌ ‫د َٔ َي ْغ ِف َسح‬ َ ‫ع ٍم ُي‬ ٌ َٓ َْ َ ‫ٍَ َٔأ‬ٛ‫بز ِث‬
َ ‫بز ِي ٍْ َػ‬ ِ ‫ش‬ َّ ‫بز ِي ٍْ َخ ًْ ٍس نَرَّحٍ ِنه‬ ٌ َٓ َْ َ ‫َٔأ‬
‫ط َغ أَ ْي َؼب َء ُْ ْى‬
َّ ‫ ًًب َف َق‬ًِٛ ‫ظقُٕا َيب ًء َح‬
ُ َٔ ‫بز‬ ِ َُّ ‫ ان‬ِٙ‫ِي ٍْ َز ِثّ ِٓ ْى َك ًَ ٍْ ْ َُٕ خَب ِند ٌ ف‬
Artinya: “(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang
dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya
ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya,
sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-
sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya
dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka
memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan
ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal
dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih
sehingga memotong-motong ususnya.”
3) Ada juga sebagian ulama‟ yang mengatakan bahwa mitslu adalah :
ٌ ‫ َٓب غ ََساثَخ‬ْٛ ِ‫ص ِخ إِذَا َكبٌَ نَ َٓب شَؤ ْ ٌٌ َٔف‬
َّ ‫صفَ ِخ أ َ ْٔ ْان ِق‬
ّ ِ ‫ َْس ْان ًِثْ ُم ِن ْه َحب ِل أ َ ْٔ ْان‬ٛ‫َٔقَدْ أ ا ْظز ُ ِؼ‬
Yaitu keadaan, sifat atau cerita yang asing dan aneh.

Melihat dari pengertian-pengertian mitslu di atas, maka amtsal Al-


Qur‟an setidaknya berupa penyamaan keadaan suatu hal dengan kedaan hal
yang lain. Penyerupaan tersebut baik dengan cara isti‟arah (menyamakan
tanpa menggunakan adat tasybih), ayat-ayat yang menunjukkan makna yang
indah dan singkat, atau syarat-syarat yang digunakan untuk menyamakan
dengan hal lain. Karena itulah, kesimpulan akhir dalam mendefinisikan
amtsal Al-Qur‟an adalah :
َ ‫ ًٓب أَ ْٔ قَ ْٕ ًِل ُي ْس‬ْٛ ‫َذ رَ ْش ِج‬
‫ظ ًل‬ َ ‫ ْانَُّ ْف ِط‬ِٙ‫ص ْٕ َزحٍ َزائِ َؼ ٍخ ُي ْٕ ِجصَ حٍ نَ َٓب َٔقَؼُ َٓب ف‬
ْ َ‫ظ َٕا ٌء كَب‬ ُ ِٙ‫اش ْان ًَ ْؼَُٗ ف‬
ُ ‫ِإث َْس‬
Yaitu menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah
dan singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun
majaz mursal (ungkapan bebas). Definisi inilah yang relevan dengan yang
terdapat dalam al-Qur‟an, karena mencakup semua macam amtsal al-Qur‟an.

2. Macam-macam Amtsal Al-Qur’an


Secara garis besar, amtsal Al-Qur‟an terbagi menjadi dua. Pertama
perumpamaan yang disebutkan secara jelas dan tegas. Imam Jalaluddin as-
Suyuthi dalam al-Itqaan menyebutnya sebagai matsal zhahir musharrah bih.
Sedangkan yang kedua disebutkan secara tersirat (matsal kaamin).4 Namun
apabila diamati secara seksama maka amtsal al-Qur‟an bisa dibagi menjadi
tiga macam, yaitu:
1) Al-amtsal al-musharrahah, yaitu perumpamaan yang jelas yang
didalamnya terdapat lafazh matsal atau lafazh lain yang
menunjukkan arti persamaan atau perumpamaan. Amtsal jenis ini
banyak terdapat dalam al-Qur‟an. Seperti yang terdapat dalam
surat al-Baqarah ayat 261:
‫ظ ُْجُهَ ٍخ ِيبئَخُ َحجَّ ٍخ‬
ُ ‫ ُك ِّم‬ِٙ‫ظَُبثِ َم ف‬ ْ ‫َّللاِ َك ًَث َ ِم َحجَّ ٍخ أ َ َْ َجز‬
َ ‫َذ َظ ْج َغ‬ َ ِٙ‫ُ ُْ ِفقٌَُٕ أ َ ْي َٕانَ ُٓ ْى ف‬ٚ ٍَِٚ‫َيث َ ُم انَّر‬
َّ ‫ ِم‬ِٛ‫ظج‬
َّ َٔ ‫َشَب ُء‬ٚ ٍْ ًَ ‫ف ِن‬
‫ ٌى‬ٛ‫َّللاُ َٔا ِظ ٌغ َػ ِه‬ ُ ‫ضب ِػ‬ َّ َٔ
َ ُٚ ُ‫َّللا‬
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-
Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Dalam ayat ini dijelaskan keuntungan besar bagi orang-orang


yang mau berinfak dengan menyamakannya terhadap orang yang
menanam 1 butir biji yang kelak menghasilkan 700 butir biji.
Penyamaan pahala orang yang infak dengan hasil tanaman pada
ayat ini jelas menggunakan lafazh matsal (‫ُ ُْ ِفقُ ٌَْٕ أ َ ْي َٕانَ ُٓ ْى‬ٚ ٍَْٚ‫)… َيث َ ُم انَّ ِر‬.
Dalam ayat ini yang disamakan adalah keuntungan.

2) Al-amtsal al-kaaminah, yaitu perumpamaan yang tidak jelas


dengan tanpa menggunakan lafazh matsal atau sejenisnya, akan
tetapi artinya menunjukkan arti perumpamaan yang indah dan
singkat. Tegasnya, amtsal jenis ini merupakan perumpamaan
maknawi yang tersembunyi, bukan perumpamaan lafzhi yang jelas.

4 Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqaan fii Uluum al-Qur‟an (Mesir: Mushthafa ats-Tsani, 1951), h.132.
Salah satu contoh al-amtsal al-kaaminah adalah sebagaimana
ungkapan yang disebutkan orang Arab yang berupa ‫ ُْس ْاْل ُ ُي ْٕ ِز‬ٛ‫َخ‬
َ ْٔ َ‫( أ‬sebaik-baiknya perkara adalah tengah-tengah). Ungkapan
ُ ‫ظ‬
‫ط َٓب‬
ini merupakan hasil perumpamaan dari beberapa ayat al-Qur‟an, di
antaranya:
 Surat al-Baqarah ayat 68:
ٌ َٕ ‫ض َٔ َِل ِث ْك ٌس َػ‬
…‫خ‬ٚ‫ٍَْ ذَنِكَ …اْل‬َٛ‫اٌ ث‬ ِ َ‫إََِّ َٓب ثَقَ َسح ٌ َِل ف‬
ٌ ‫بز‬
Artinya: “…bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang
tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu…”
 Surat al-Furqan ayat 67:
‫ٍَْ ذَنِكَ قَ َٕا ًيب‬ٛ‫ ْقز ُ ُسٔا َٔ َكبٌَ َث‬َٚ ‫ُع ِْسفُٕا َٔنَ ْى‬ٚ ‫ٍَ ِإذَا أ َ َْفَقُٕا نَ ْى‬ِٚ‫َٔ َّانر‬
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan
(harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian.”

3) Al-amtsal al-mursalah, yaitu beberapa jumlah kalimat yang bebas


yang tidak jelas tanpa menggunakan lafazh tasybih. Al-amtsal al-
mursalah ini adalah beberapa ayat al-Qur‟an yang berlaku sebagai
perumpamaan. Contohnya seperti dalam surat Yusuf ayat 51:
…‫خ‬ٚ‫ص ْان َحق…اْل‬ ِ ‫ذ ْاي َسأَح ُ ْان َؼ ِص‬
ْ ‫ٌَ َح‬ٜ‫ص ْا‬ٚ
َ ‫ص َح‬ ِ َ‫قَبن‬
Artinya: “…Berkata isteri Al-Aziz: “Sekarang jelaslah
kebenaran itu…”
Begitu juga pada surat al-Baqarah ayat 216:
َ ‫عٗ أ َ ٌْ ر ُ ِحجٕا‬
…‫خ‬ٚ‫ئًب َْٔ َُٕ ش ٌَّس نَ ُك ْى…اْل‬ْٛ ‫ش‬ َ ‫عٗ أَ ٌْ ر َ ْك َسُْٕا‬
َ ‫ ٌْس نَ ُك ْى َٔ َػ‬ٛ‫ئًب َْٔ َُٕ َخ‬ْٛ ‫ش‬ َ ‫َٔ َػ‬
Artinya: “…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu…”
3. Faedah-faedah Amtsal Al-Qur’an
Apabila diamati berbagai macam dan contoh amtsal dalam al-Qur‟an,
maka ditemukan bahwa pengungkapan amtsal dalam al-Qur‟an mempunyai
banyak faedah. Di antara faedah-faedah tersebut adalah:
1) Menampilkan sesuatu yang abstrak (yang hanya bisa digambarkan
dalam pikiran) ke dalam bentuk sesuatu yang konkret (material)
yang dapat ditangkap indera agar akal dapat menerima pesan yang
disampaikan oleh perumpamaan itu. Karena makna yang abstrak
bisa jadi membuat hati masih ragu maka perlu adanya
penggambaran dalam bentuk konkret agar mudah dicerna.
Contohnya pada surat al-Baqarah ayat 264:
ِ َُّ‫ُ ُْ ِف ُق َيبنَُّ ِزئ َب َء ان‬ٚ ِ٘‫صدَقَبرِ ُك ْى ثِ ْبن ًَ ٍِّ َٔ ْاْلَذَٖ كَبنَّر‬
ٍُ‫ُْْ ِي‬ٚ ‫بض َٔ َِل‬ َ ‫ٍَ َءا َيُُٕا َِل رُج ِْطهُٕا‬ِٚ‫ َٓب انَّر‬َٚ‫َبأ‬ٚ
َ َٗ‫ػه‬
‫ءٍ ِي ًَّب‬ْٙ ‫ش‬ َ ٌَٔ‫َ ْقد ُِز‬ٚ ‫ص ْهد ًا َِل‬ َ َ ‫ ِّ ر ُ َساةٌ فَؤ‬ْٛ َ‫اٌ َػه‬
َ ُّ‫صبثَُّ َٔاثِ ٌم فَز ََس َك‬ ٍ َٕ ‫ص ْف‬َ ‫ ِخ ِس فَ ًَثَهُُّ َك ًَثَ ِم‬ٜ‫َ ْٕ ِو ْا‬ٛ‫بَّللِ َٔ ْان‬
َّ ِ‫ث‬
َ ‫َك‬
‫خ‬ٚ‫عجُٕا…اْل‬
Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan…”
Dalam ayat tersebut, hilangnya pahala sedekah (abstrak) yang
disebabkanriya‟ (pamer) disamakan dengan hilangnya debu di atas batu licin
(konkret) yang disebabkan hujan.
2. Menyingkap makna yang sebenarnya dan menampilkan hal yang
gaib dalam sesuatu yang tampak. Seperti dalam surat al-Baqarah ayat 275:
ّ ِ ًَ ‫طبٌُ ِيٍَ ْان‬
‫خ‬ٚ‫ط…اْل‬ َ ْٛ ‫ش‬
َّ ‫طُّ ان‬ ّ ِ ٌَُٕ‫ؤ ْ ُكه‬َٚ ٍَِٚ‫انَّر‬
ُ َّ‫ز َ َخج‬َٚ ِ٘‫قُٕ ُو انَّر‬َٚ ‫قُٕ ُيٌَٕ ِإ َِّل َك ًَب‬َٚ ‫انس َثب َِل‬
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila…”
Ayat di atas adalah menceritakan keadaan pemakan riba ketika bangkit
dari kubur kelak pada hari kiamat. Keadaan mereka pada saat itu yang masih
gaib diserupakan dengan keadaan orang gila yang kemasukan setan.[18]
3. Menghimpun arti-arti yang indah dalam ungkapan yang singkat,
sebagaimana yang terdapat dalam amtsal kaaminah dan amtsal mursalah.
4. Mendorong orang untuk beramal dan menimbulkan minat dalam
ibadah dengan melaksanakan hal-hal yang dijadikan perumpamaan yang
menarik dalam al-Qur‟an. Seperti dalam surat al-Baqarah ayat 261:
َّ َٔ ‫ظ ُْجُهَ ٍخ ِيبئَخُ َحجَّ ٍخ‬
ُ‫َّللا‬ ُ ‫ ُك ِّم‬ِٙ‫ظَُبثِ َم ف‬ ْ ‫َّللاِ َك ًَث َ ِم َحجَّ ٍخ أ َ َْ َجز‬
َ ‫َذ َظ ْج َغ‬ َ ِٙ‫ُ ُْ ِفقٌَُٕ أ َ ْي َٕانَ ُٓ ْى ف‬ٚ ٍَِٚ‫َيث َ ُم انَّر‬
َّ ‫ ِم‬ِٛ‫ظج‬
َّ َٔ ‫َشَب ُء‬ٚ ٍْ ًَ ‫ف ِن‬
‫ ٌى‬ٛ‫َّللاُ َٔا ِظ ٌغ َػ ِه‬ ُ ‫ضب ِػ‬
َ ُٚ
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Dengan adanya iming-iming lipat gandanya pahala bagi orang
menafkahkan hartanya di jalan Allah dengan menyerupakannya kepada
keuntungan besar yang diraih seseorang dalam menanam biji-bijian maka
manusia akan terdorong untuk beramal.
5. Dapat menjauhkan seseorang dari sesuatu yang tidak disenangi
jiwa. Seperti dalam surat al-Hujurat ayat 12:
…‫خ‬ٚ‫زًب فَك َِس ْْز ُ ًُُِٕ…اْل‬ْٛ ‫ ِّ َي‬ٛ‫ؤ ْ ُك َم نَحْ َى أ َ ِخ‬َٚ ٌْ َ ‫ ُِحت أ َ َحد ُ ُك ْى أ‬َٚ‫ض ُك ْى َث ْؼضًب أ‬
ُ ‫ ْغزَتْ َث ْؼ‬َٚ ‫َٔ َِل‬
Artinya: “…Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian
yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya….”
Manusia pasti akan merasa jijik dan tidak suka memakan daging orang
lain yang telah meninggal. Karena itulan Allah SWT menyamakan
perbuatan menggunjing orang lain dengan hal tersebut agar manusia
menjauhi perbuatan tercela itu.
6. Untuk memuji sesuatu yang dicontohkan, seperti pujian Allah
kepada para sahabat Rasulullah dalam surat al-Fath ayat 29:
… َٗ‫ظ فَب ْظز ََٕٖ َػه‬ ْ ‫ ِم كَصَ ْزعٍ أ َ ْخ َس َج ش‬ٛ‫اْل َْ ِج‬
َ َ‫َطؤَُِ فَآشَ َزُِ فَب ْظزَ ْغه‬ ِ ْ ِٙ‫ انز َّ ْٕ َزاحِ َٔ َيث َهُ ُٓ ْى ف‬ِٙ‫ذَنِكَ َيثَهُ ُٓ ْى ف‬
َ َّ‫ظ ِث ِٓ ُى ْان ُكف‬
‫خ‬ٚ‫بز…اْل‬ َ ٛ‫َ ِغ‬ٛ‫ع ِن‬
َ ‫ُ ْؼ ِجتُ انص َّزا‬ٚ ِّ ِ‫ظٕق‬ ُ
Artinya: “…Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-
sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya
maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan
tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-
penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mu‟min)…”
Dalam ayat ini Allah para sahabat Rasul. Pada permulaan Islam, kaum
yang mau beriman hanyalah sedikit, tidak lebih dari 10. Namun dalam
waktu yang terbilang singkat, yaitu 23 tahun, para sahabat jumlahnya
menjadi sangat banyak dan mampu menaklukkan kaum musyrikin dalam
peristiwa fathu Makkah.
7. Digunakan untuk mencela. Ini terjadi apabila sesuatu yang
menjadi perumpamaan adalah hal yang dianggap buruk oleh manusia.
Seperti dalam surat al-A‟raf ayat 176:
ِ ‫ض َٔارَّجَ َغ ْ ََٕاُِ فَ ًَثَهُُّ َك ًَثَ ِم ْانك َْه‬
ِّ ْٛ َ‫ت إِ ٌْ رَحْ ًِ ْم َػه‬ ِ ‫َٔنَ ْٕ ِشئَُْب نَ َسفَ ْؼَُبُِ ثِ َٓب َٔنَ ِكَُُّّ أ َ ْخهَد َ إِنَٗ ْاْل َ ْز‬
‫خ‬ٚ‫َبرَُِب…اْل‬ٚ‫ٍَ َكرَّثُٕا ثِآ‬ِٚ‫ث ذَنِكَ َيثَ ُم ْانقَ ْٕ ِو انَّر‬ ْ َٓ ‫َ ْه‬ٚ ُّ‫ث أ َ ْٔ رَزْ ُس ْك‬ْ َٓ ‫َ ْه‬ٚ
Artinya: “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami
tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya
seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika
kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah
perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami…”
Dalam mencela orang-orang yang berilmu namun mereka tetap
cenderung kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya, Allah menyerupakan
mereka dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya.
8. Pesan yang disampaikan melalui amtsal lebih mengena di hati,
lebih mantap dalam menyampaikan nasihat atau larangan serta lebih kuat
pengaruhnya. Dalam kaitan ini Allah berfirman dalam surat az-Zumar ayat
27:
ِ ‫ َْرَا ْانقُ ْس َء‬ِٙ‫بض ف‬
ٌَٔ‫َزَرَ َّك ُس‬ٚ ‫اٌ ِي ٍْ ُك ِّم َيث َ ٍم نَؼَهَّ ُٓ ْى‬ َ ْ‫َٔنَقَد‬
ِ َُّ‫ض َس ْثَُب ِنه‬
Artinya: “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al
Qur‟an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.”

4. Tujuan Amtsal Al-Qur’an


Para ulama‟ ahli tafsir tidak secara jelas menyebutkan tujuan
dari amtsal al-Qur‟an. Namun apabila dicermati dari berbagai faedah dan
ayat-ayat amtsal al-Qur‟an maka dapat dikatakan bahwa tujuan
dari amtsal adalah agar manusia menjadikannya pelajaran dan bahan
renungan dalam arti contoh yang baik dijadikan sebagai teladan sedangkan
perumpamaan yang jelek sedapat mungkin dihindari.[19] Hal ini
sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat az-Zumar ayat 27.
Mengenai kedudukanamtsal dalam al-Qur‟an, Rasulullah SAW bersabda
dalam hadits riwayat Abu Hurairah:
‫ع ِخ أ َ ْٔ ُج ٍّ َح َل ٍل َٔ َح َس ٍاو َٔ ُيحْ ك ٍَى َٔ ُيزَشَب ِث ٍّ َٔ أ َ ْيثَب ٍل فَب ْػهَ ًُ ْٕا ثِ ْبن َح َل ِل‬
َ ًْ ‫إٌ ْانقُ ْسأٌََ ََصَ َل َػهَٗ َخ‬
َّ
‫او َٔارَّجِؼُ ْٕا ْان ًُحْ ك ََى َٔأَ ِيُُ ْٕا ثِ ْبن ًُزَشَبثِ ِّ َٔا ْػزَجِ ُس ْٔا ثِ ْبْل َ ْيثَب ِل‬
َ ‫َٔاجْ زَُِج ُْٕا ْان َح َس‬
Artinya: (Sesungguhnya al-Qur‟an turun dengan menggunakan lima
sisi: halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal. Kerjakanlah
kehalalannya; tinggalkanlah keharamannya; ikutilah muhkamnya; imanilah
mutasyabihnya; dan ambillah pelajaran dari amtsalnya)
Dari dalil al-Qur‟an dan hadits di atas maka jelaslah bahwa
tujuan amtsal al-Qur‟an adalah sebagai teladan dan bahan renungan
sehingga manusia terbimbing menuju jalan yang benar demi meraih
kebahagiaan hidup dunia maupun akhirat.

C. Aqsam Dalam Al-Qur’an

1. Pengertian Aqsam
Secara etimologi kata Aqsama merupakan bentuk jamak
dari Qasama yang artinya sumpah. Adapun kata yang memiliki makna sama
dengan kataqasama adalah yamin atau al-half.[20] Tentang yamin, Ibrahim
Anis dkk seperti yang dikutip oleh Hasan Mansur Nasution mengatakan
bahwa qasam sama dengan yamin yang bermakna
sumpah. Qasam dan yaminadalah dua kata sinonim yang berarti
sama. Qasam didefinisikan sebagai “mengikat hati jiwa (hati) agar tidak
melakukan atau melakukan sesuatu, dengan suatu makna yang dipandang
besar, agung, baik secara hakiki maupun secara I‟tiqadi, oleh orang yang
bersumpah itu. Bersumpah dinamakan juga dengan yamin (tangan kanan)
karena orang arab ketika bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya.
Selain Qasamsama dengan yamin, Qasam juga sama dengan half.[21]
Sedangkan secara terminologi ilmu Aqsamul Qur‟an adalah ilmu yang
membicarakan tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam al-
Qur‟an.Kemudian yang dimaksud sumpah sendiri adalah sesuatu yang
digunakan untuk menguatkan pembicaraan. Menurut al-Jurjani seperti yang
dikutip oleh Hasan Mansur Nasution sumpah adalah sesuatu yang
dikemukakan untuk menguatkan salah satu dari dua berita dengan
menyebutkan nama Allah atau sifatnya.[22]

2. Unsur-unsur Yang Membentuk Sumpah Dalam Al-Qur’an


Lahirnya suatu sumpah mengharuskan adanya unsur-unsur yang
mendukungnya, yaitu hal-hal yang dengannya terbentuk sumpah
Allah.Tanpa adanya unsur-unsur dimaksud maka tidak dapat disebut dengan
sumpah Allah.Menurut Ahmad Syadzali sedikitnya terdapat tiga unsur yang
harus dipenuhi jika dikehendaki suatu ucapan menjadi sebuah sumpah,
yaitu: fi‟il yangdimuta‟addikan atau ditransitifkan dengan “ba”,muqsam
bih dan muqsam „alayh[23]
1). Fi‟il yang berbentuk muta‟addi dengan diawali huruf ba‟
Sighat qasam baik yang berbentuk uqsimu atau ukhlifu tidak akan
berfungsi tanpadita‟addiyahkan dengan huruf ba‟
Contoh:
Artinya: mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya
yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang
mati". (tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai
suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui,[24]
Oleh karena qasam sering dipergunakan dalam percakapan maka ia
diringkas, yaitu fi‟il qasam dihilangkan dan dicukupkan dengan huruf ba‟.
Kemudian ba‟pun dihilangkan dengan wawu pada isim dzahir , kadangkala
dengan huruf ta‟ pada lafadz jalalah.
Contoh dengan huruf wawu:

Artinya: demi malam apabila menutupi (cahaya siang),[25]


Contoh dengan huruf ta‟:

Artinya: demi Allah, Sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya


terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya
2). Muqsam Bih
Muqsam bih adaah lafad yang terletak sesudah adat qasam yang
dijadikan sebagai sandaran dalam bersumpah yang juga disebut sebagai
syarat Muqsam bih atau mahluf bihmaksudnya adalah sesuatu yang
dengannya sumpah dilakukan.Misalnya Allah bersumpah dengan Allah
sendiri atau dengan sebagian makhluk-Nya.[26] Allah dalam al-Qur‟an
bersumpah dengan Zatnya sendiri Yang Maha Suci atau dengan tanda-tanda
kekuasaan-Nya Yang Maha Besar.[27]
Contoh Allah bersumpah dengan dzatnya sendiri:

Artinya: orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali


tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar
kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan." yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.[28]
Allah bersumpah dengan makhluk-Nya, karena makhluk itu
menunjukkan pada Pencipta-Nya, yaitu Allah di samping menunjukkan pula
akan keutamaan dan kemanfaatan makluk tersebut, agar dijadikan pelajaran
bagi manusia.[29]
Contoh Allah bersumpah dengan makhluk ciptaan-Nya:

Artinya: demi matahari dan cahayanya di pagi hari,[30]


3). Muqsam „Alaih
Muqsam „alaih adalah bentuk jawaban dari syarat yang telah
disebutkan sebelumnya (muqsam bih). Posisi Muqsam „alaih terkadang bisa
menjadi taukid, sebagai jawaban qasam. Karena yang dikehendaki dengan
qasam adalah untuk mentaukidimuqsam „alaih danmentahkikannya.[31]
Jawab qasam itu pada umumnya disebutkan. namun terkadang ada
juga yang dihilangkan, sebagaimana jawab “lau” (jika) sering dibuang,
seperti firman Allah:

Artinya: janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan


yang yakin.[32]
Penghilangan seperti ini merupakan bentuk/uslub penghilangan yang
paling baik, sebab menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya. Dan takdir
ayat ini adalah: “Seandainya kamu mengetahui apa yang akan kamu hadapi
secara yakin, tentulah kamu akan melakukan kebaikan yang tidak
terlukiskan banyaknya”.
Penghilangan jawab qasam, misalnya:

Artinya: demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan
yang ganjil.[33]
Jawab qasam terkadang dihilangkan karena sudah ditunjukkan oleh
perkataan yang disebutkan sesudahnya seperti:
Artinya: tidak aku bersumpah demi hari kiamat, dan tidak aku
bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri).[34]
Jawab qasam disini sudah dihilangkan karena sudah ditunjukkan oleh
firman sesudahnya yaitu:

Artinya: Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan


mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?.[35]
Takdirnya adalah : Sungguh kamu akan dibangkitkan dan dihisab.
Untuk fi‟il madli yang muttasharif yang tidak didahului ma‟mul, maka
jawab qasamnya sering kali menggunakan “lam” atau “qad” contoh:

Artinya: dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

3. Macam-macam Aqsam
Qasam itu adakalanya zahir (jelas,tegas) dan
adakalanya mudmar (tidak jelas, tersirat).
1). Zahir adalah sumpah yang didalamnya disebutkan fi‟il
qasam dan muqsam bih. Dan diantaranya ada yang dihilangkan fi‟il
qasamnya, sebagaimana pada umumnya, karena dicukupkan dengan huruf
jar, berupa “ba”, “wawu”, dan “ta”.
Di beberapa tempat, fi‟il qasam terkadang didahului (dimasuki) “la”
nafy, seperti:

Artinya: tidak aku bersumpah demi hari kiamat, dan tidak aku
bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri).
Dikatakan “la” di dua tempat ini adalah “la” nafi yang berarti tidak ,
untuk menafikan sesuatu yang tidak disebutkan yang sesuai dengan konteks
sumpah. Dan takdir (perkiraan arti) nya adalah: “Tidak benar apa yang kamu
sangka,bahwa hisab dan siksa itu tidak ada”. Kemudian baru dilanjutkan
dengan kalimat berikutnya: “Aku bersumpah dengan hari kiamat dan dengan
nafsu lawwamah, bahwa kamu kelak akan dibangkitkan”. Dikatakan pula
bahwa “la” tersebut untuk menafikan qasam, seakan-akan Ia mengatakan:
“Aku tidak bersumpah kepadamu dengan hari itu dan nafsu itu. Tetapi aku
bertanya kepadanya tanpa sumpah, apakah kamu mengira bahwa Kami tidak
akan mengunpulkan tulang belulangmu setelah hancur berantakan karena
kematian? Sungguh masalahnya teramat jelas, sehingga tidak lagi
memerlukan sumpah”, tetapi dikatakan pula, “la” tersebut zaidah
(tambahan).Pernyataan jawab qasam dalam ayat di atas tidak disebutkan
tetapi telah ditunjukkan oleh perkataan yang sesudahnya. Takdirnya adalah:
“Sungguh kamu akan dibangkitkan dan akan dihisab.
2). Mudmar adalah sumpah yang didalamnya tidak dijelaskan fi‟il
qasam dan tidak pula muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh lam taukid
yang masuk kedalam jawab qasam, seperti firman Allah:

Artinya: “ Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan


dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-
orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang
mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati.
jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk urusan yang patut diutamakan.”[36]

4. Faedah Aqsam dalam Al-Qur’an


Bahasa arab mempunyai keistimewaan tersendiri berupa kelembutan
ungkapan dan beraneka ragam uslubnya sesuai dengan berbagai tujuannya.
Lawan bicara (mukhatab) mempunyai beberapa keadaan yang dalam ilmu
ma‟ani disebut adrubul khabaras-salasah atau tiga macam pola penggunaan
kalkimat berita, ibtida‟i, thalabi, dan ingkari.
Mukhatab terkadang seorang yang berhati kosong (khaliyuz
zhanni) sama saekali tidak mempunyai persepsi akan pernyataan (hukum)
yang diterangkan kepadanya, maka perkataan yang disampaikan kepadanya
tidak perlu memakai penguat (ta‟kid). Penggunaan perkataan demikian
dinamakan ibtida‟i.
Terkadang pula ia ragu-ragu terhadap kebenaran pernyataan yang
disampaikan kepadanya. Maka perkataan untuk orang semacam ini
sebaiknya diperkuat dengan suatu penguat guna menghilangkan
keraguannya.Perkataan yang demikian dinamakan thalabi.
Dan terkadang ia inkar atau menolak isi pernyataan. Maka
pembicaraan untuknya harus disertai penguat sesuai dengan kadar
keingkarannya, kuat atau lemah. Pernyataan demikian dinamakan inkari.
Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk
memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa.al-Qur‟an
diturunkan untuk seluruh manusia dan manusia mempunyai sikap yang
bermacam-macam terhadapnya. Di antaranya ada yang meragukan, ada yang
mengingkari dan ada pula yang amat memusuhi. Karena itu dipakailah
qasam dalam kalamullah guna menghilangkan keraguan, melenyapkan
kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar, dan menetapkan
hukum dengan cara yang paling sempurna.[37]
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik konklusi, bahwa uslub al-
Quran adalah metode analisis dan pendekatan yang refrensif dalam
menyusun kalimat-kalimatnya dan pemilihan lafaz-lafaznya. Uslub al-Quran
mempunyai karakteristik, yaitu: sentuhan lafaz al-Quran melalui keindahan
intonasi al-Quran dan keindahan bahasa al-Quran, dapat diterima semua
lapisan masyarakat, al-Quran menyentuh (diterima) akal dan perasaan,
keserasian rangkaian kalimat al-Quran dan kekayaan seni redaksional.
Amtsal al-Qur‟an adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam
bentuk yang indah dan singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk
tasybih maupun majaz mursal (ungkapan bebas), Macam-macam amtsal al-
Qur‟an adalah amtsal yang jelas dengan menggunakan lafazh mitslu atau
sesamanya, amtsal yang terselubung tanpa menggunakan
lafazh mitslu dan amtsal yang berupa ungkapan bebas tanpa ada adat
tasybih.
Faedah mempelajari amtsal al-Qur‟an yang terpenting adalah
mendorong manusia untuk melakukan amal ibadah dan mencegahnya
melakukan hal-hal yang dibenci oleh agama serta menggambarkan hal-hal
abstrak dengan hal-hal yang nyata agar pemahamannya semakin mantap
dalam hati manusia.. Tujuannya agar manusia mengambil pelajaran dari al-
Qur‟an dengan mengambil hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang
buruk demi mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Amtsal al-
Qur‟an lebih mampu dinalar karena hal-hal yang masih abstrak
diumpamakan dengan nyata dan indah sehingga lebih mengena di hati.

Aqsamul Qur‟an adalah salah satu kajian dalam Ulumul Qur‟an yang
membahas tentang pengertian, unsur-unsur, bentuk-bentuk, tujuan, serta
manfaat (faedah) sumpah-sumpah Allah, dalam menegaskan suatu
pernyataan tertentu, yang terdapat di dalam al-Qur‟an, dimana sumpah-
sumpah dalam al-Qur‟an itu menyebut nama Allah atau ciptaan-Nya sebagai
Muqsam bih.

Aqsamul Qur‟an mempunyai tujuan untuk memberikan penegasan atas


suatu informasi yang disampaikan dalam al-Qur‟an atau untunuk
memperkuat informasi kepada orang lain yang mungkin sdang mengingkari
suatu kebenarannya, sehingga informasi itu dapat diterimanya dengan penuh
keyakinan.

Anda mungkin juga menyukai