Filsafat Ilmu Dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
Filsafat Ilmu Dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode
keilmuan. Metode ilmiah yang membedakan ilmu dengan buah pemikiran yang lainnya. Atau
dengan perkataan lain, ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode
keilmuan. Karena ilmu merupakan sebahagian dari pengetahuan, yakni pengetahuan yang
memiliki sifat-sifat tertentu, maka ilmu dapat juga disebut pengetahuan keilmuan.
Kebudayan Nasional merupakan kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita–cita suatu
bangsa. Demikian juga kebudayaan Nasional bangsa Indonesia adalah merupakan aspirasi dan
cita-cita bangsa Indonesia, yang dapat diwujudkan dengan kehidupan bernegara. Pengembangan
kebudayaan Nasional merupakan bagian dari kegoiatan suatu bangsa, baik disadari atau tidak
maupun dinyatakan secara eksplisit atau tidak.
Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi.
Pada satu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi
kebudayaanya. Sedangkan di pihak lain, pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalanya
kebudayaan. Ilmu terpadu secara intim dengan keseluruhan struktur sosial dan tradisi
kebudayaan, kata Talcot Parsons, mereka saling mendukung satu sama lain. Dalam beberapa tipe
masyarakat ilmu dapat berkembang pesat, demikian pula sebaiknya, masyarakat tersebut tak
dapat berfungsi dengan wajar tanpa didukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan
penerapan.”
Dalam rangka pengembangan kebudayaan Nasional ilmu mempunyai peranan ganda :
1. Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan
Nasional.
2. Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangasa.
Pada kenyataanya kedua fungsi ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan.
Pengkajian pengembangan kebudayaan Nasional kita tidak dapat dilepaskan dari pengembangan
ilmu. Dalam kurun dewasa ini yang dikenal sebagai kurun ilmu dan teknologi, kebudayaan
kitapun tak terlepas dari pengaruhnya, dan mau tidak mau harus ikut memperhitungkan faktor
ini. Sayangnya yang lebih dominan pengaruhnya terhadap kehidupan kita adalah teknologinya
yang merupakan produk dari kegiatan ilmiah. Sedangkan hakikat keilmuan itu sendiri yang
merupakan sumber nilai yang konstruktif bagi pengembangan kebudayaan Nasional
pengaruhnya dapat dikatakan minimal sekali.
Untuk itu maka pengkajian kita akan difokuskan pada usaha untuk meningkatkan peranan ilmu
sebagi sumber nilai yang mendukung pengembangan Kebudayaan Nasional. Dalam hal ini maka
pertama kali akan dikaji hakikat ilmu dan nilai-nilai yang dikandungnya serta pengaruhnya
terhadap pengembangan kebudayaan Nasional. Setelah itu akan dipikirkan langkah-langkah yang
mungkin dilakukan untuk meningkatkan peranan keilmuan.
Adapun hakikat ilmu dan nilai-nilai yang dikandungnya serta pengaruhnya terhadap
pengembangan kebudayaan Nasional, dapat diketahui dengan peranan ilmu sebagai berikut :
1. Ilmu sebagai suatu cara berfikir
Ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam menghasilkan sesuatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan yang dapat diandalkan. Berfikir ilmiah merupakan kegiatan berfikir yang
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, diantaranya harus mempunyai alur jalan pikiran
yang logis dan harus didukung dengan fakta empiris.
Dari hakikat berfikir ilmiah tersebut maka kita dapat menyimpulkan beberapa karakteristik dari
ilmu sebagai berikut :
a. Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
b. Mempunyai alur jalan pikiran yang logis, konsisten dengan pengetahuan yang telah ada.
c. Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran obyektif.
d. Memiliki mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
2. Ilmu sebagai asas Moral
Ilmu merupakan kegiatan berfikir untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, atau secara
sederhana “ ilmu” bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Kriteria kebenaran dalam ilmu
adalah jelas sebagaimana yang dicerminkan oleh karakteristik berfikir.Kriteria kebenaran ini
pada hakikatnya bersifat otonom dan terbebas dari struktur kekuasaan di luar bidang keilmuan.
Artinya dalam menetapkan sesuatu pernyataan apakah itu benar atau tidak maka seorang ilmuan
akan mendasarkan penarikan kesimpulanya kepada argumentasi yang terkandung dalam
pernyataan itu dan bukan kepada pengaruh yang berbentuk kekuasaan dari kelembagaan yang
mengeluarkan pernyataan itu.
Hal ini sering menempatkan kaum ilmuwan dalam posisi yang bertentangan dengan pihak yang
berkuasa yang mungkin mempunyai criteria kebenaran yang lain. Criteria ilmuwan dan politikus
dalam membuat pernyataan adalah berbeda seperti yang dinyatakan ahli fisika Szilard: jika
seorang ilmuwan mengatakan sesuatu maka rekan-rekannya pertama sekali akan bertanya apakah
yang itu mengandung kebenaran atau tidak. Sebaliknya jika seorang politikus mengatakan
sesuatu maka rekan-rekannya pertama sekali akan bertanya, “Mengapa ia menyatakan itu?; dan
bau kemudian, atau bahkan mungkin juga tidak, mereka mempertanyakan apakah pernyataan itu
mengandung kebenara.
Di samping itu kebenaran bagi kaum ilmuwan mempunyai keagunaan khusus yakni kegunaan
yang universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaannya. Secara
nasional maka ilmuwan tidak mengabdi golongan, klik politik atau kelompok-kelompok lainnya.
Secara internasional kaum ilmuwan tidak mengabdi ras, ideology dan factor-faktor pembatas
lainnya.
Dua karakteristik ini merupakan asas moral bagi kaum ilmuwan yakni meninggikan kebenaran
dan pengabdian secara universal. Tentu saja dalam kenyataannya pelaksanaan asas moral ini
tidak mudah sebab sejak tahap perkembangan ilmu yang sangat awal kegiatan ilmiah ini
dipengaruhi oleh structural kekuasaan dari luar. Hal ini, menurut Bachtiar Rifai, lebih menonjol
lagi di Negara-negara yang sedang berkembang,
karena sebagian besar kegiatan keilmuan merupakan kegiatan aparatur Negara.
Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi.
Pada satu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi
kebudayaanya. Sedangkan di pihak lain, pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalanya
kebudayaan. Ilmu terpadu secara intim dengan keseluruhan struktur sosial dan tradisi
kebudayaan.
Adapun hakikat ilmu dan pengaruhnya terhadap pengembangan kebuda yaan Nasional, dapat
diketahui dengan peranannya sebagai berikut :
a. Ilmu sebagai suatu cara berfikir.
b. Ilmu sebagai asas Moral, dan
c. Nilai-Nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional ( Nilai-nilai ilmiah akan
mempengaruhi pembentukan karakter dan pngembangan budaya bangsa ).
Ilmu dan kebudayaan berada pada posisi yang saling tergantung dan saling
mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari
kondisi kebudayaannya. Sedangkan dipihak lain , pengembangan ilmu akan mempengaruhi
jalannya kebudayaan.Ilmu terpadu secara intim dengan keseluruhan sistem sosial dan tradisi
kebudayaan.
Peranan ganda ilmu dalam pengembangan kebudayaan nasional adalah sebagai berikut :
Seiring perjalan waktu, dewasa ini kurun ilmu dan teknologi menjadi pengembangan utama
bidang ilmu dan secara tidak langsung kebudayaan kita tak terlepas dari pengaruhnya, sehingga
kita harus ikut memperhitungkan hal ini.
Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita cita
suatu bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara. Pengembangan kebudayaan
nasional merupakan bagian dari kegiatan suatu bangsa , baik disadari atau tidak maupun
dinyatakan secara eksplisit atau tidak.
kebudayaan saling mendukung satu sama lain: dalam beberapa tipe masyarakat ilmu
dapat berkembang dengan pesat, demikian pula sebaliknya, masyarakat tersebut tak
dapat berfungsi dengan wajar tanpa di dukung perkembangan yang sehat dari ilmu
dan penerapan”. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung
dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam suatu
aspirasi dan cita-cita suatu bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara.
Dalam kerangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunyai peranan
b. Ilmu merupakan sumber nilai yang meengisi pembentukan watak suatu bangsa.
dengan teknologi. Kebudayaan kita tak terlepas dari teknologi. Namun sayangnya
yang memiliki pengaruh yang dominan pada kebudayaan adalah teknologi, padahal
merupakan sumber nilai yang konstruktif memiliki ruang yang sempit dalam
kebudayaan nasional, setelah itu baru dibahas mengenai langkah-langkah apa yang
kebudayaan nasional.
produk dari kegiatan berpikir. Ilmu merupakan produk dari hasil proses berpikir
di Eropa. Moral reasioning adalah proses dimana tingkah laku manusia, institusi
atau kebijakan dinilai apakah sesuai atau menyalahi standar moral. Kriterianya:
Logis, bukti nyata yang digunakan untuk mendukung penilaian haruslah tepat,
Dua karakteristik yang merupakan asas moral bagi ilmuan antara lain
(Suriasumantri, 1990:274):
i. Meninggikan kebenaraan
terbebas dari struktur kekuasaan diluar bidang keilmuan. Ini artinya, untuk
politik ataupun yang lainnya. Akan tetapi seorang ilmuan harus mengabdi
Dari karakteristik ilmuan diatas, dapat kita ketahui bahwa ilmu yang merupakan
pengaruh asing diluar bidang keilmuan (bebas nilai) dan harus memiliki manfaat
yang dapat dirasakan oleh masyarakat luas bukan golongan tertentu. Namun
dalam hal ini para ilmuan dalam rangka untuk melakukan penelitian tidak dapat
terlepas dari nilai-nilai ilahiyah, norma yang berlaku dalam masyarakat dan
kerusakan yang berakibat fatal, baik bagi manusia itu sendiri maupun alam
semesata.
Nilai yang terpancar dari hakikat keilmuan yakni, kritis, rasional, logis, obyektif,
1990:275).
agar lebih sesuai dengan tuntutan zaman serta penumbuhan nilai-nilai bru yang
nasional tersebut maka diperlukan sifat kritis, rasional, logis, obyektif, terbuka,
Berdasarkan pada penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa ilmu memiliki
langkah yang sistemik dan sistematik untuk meningkatkan peranan dan kegiatan
i. Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab itu langkah-
ii. Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran, disamping itu
masih terdapat cara-cara lain yang sah sesuai dengan lingkup pendekatan
iii. Meninggikan integritas ilmuan dan lembaga. Dalam hal ini modus
keilmuan.
vi. Kegiatan ilmiah haruslah bersifat otonom yang terbebas dari kekangan
struktur kekuasaan. Namun ini bukan berarti kegiatan keilmuan harus bebas
dari sistem kehidupan. Seorang ilmuan tidak akan terlepas dari kehidupan
sosial, ideology dan agama, walaupun tidak mengikat namun seorang ilmuan