Terapi Bekam Fixxxx
Terapi Bekam Fixxxx
OLEH :
KELOMPOK 2
2018/2019
i
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas keperawatan komplementer ini dengan judul “Konsep Terapi
Bekam Kering dalam Mengurangi Nyeri Pada Pasien Lansia Dengan Rheumatik”.
Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan komplementer.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku dan
sumber lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu melalui media
ini kelompok menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
kelompok miliki. Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Gambar 1.1: Persentase Penduduk Lansia di Dunia, Asia dan Indonesia Tahun 1950 - 2050
2
Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat
proses alamiah yaitu proses menua (Aging) dengan adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis, maupun social yang saling beriteraksi (Nugroho, 2000).
Permasalahan yang berkembang memiliki keterkaitan dengan perubahan
kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik pada lansia
diantaranya adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang
lebih buruk. Penurunan fungsi muskuloskeletal menyebabkan terjadinya
perubahan secara degeneratif yang dirasakan dengan keluhan nyeri, kekakuan,
hilanganya gerakan dan tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan, disertai pula
dengan pembengkakan yang mengakibatkan terjadinya gangguan imobilitas
(Christensen, 2006).
Dari hasil studi tentang kondisi social ekonomi dan kesehatan lansia
yang dilaksanakan Komnas Lansia tahun 2006, diketahui bahwa penyakit
terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%), penyakit sendi
ini merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Pusat Komunikasi
Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2008). Diperkirakan pada
tahun 2025 lebih dari 35 % akan mengalami kelumpuhan akibat kerusakan
tulang dan sendi (Handono&Isbagyo, 2005).
Menurut Arthritis Foundotion 2006, jumlah penderita arthritis atau
gangguan sendi kronis lain di Amerika Serikat terus meningkat. Pada tahum 1
990 terdapat 3 8 juta penderita dari sebelumnya 35 juta pada tahun 1985, data
tahun 1998 memperlihatkan hampir 43 juta atau I dmi 6 orang di Amerika
menderita gangguan sendi, dan pada tahun 2005 jumlah penderita arthritis
sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari 3 orang menderita gangguan sendi.
Sebanyak 42,7 juta di antaranya telah terdiagnosis sebagai arhritis dan 23,2
juta sisanya adalah penderita dengan keluhan nyeri sendi kronis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease
Control and Prevention (2007), 38% (17 juta) penderita penyakit rematik di
Amerika Serikat mengeluhkan keterbatasan fungsi fisik akibat dari pada
penyakitnya. Sementara, berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Qing, Y.Z.,
3
(2008) prevalensi nyeri rematik di beberapa negara asean adalah, 26.3%
Bangladesh, 18.2% India, 23.6-31.3% Indonesia, 16.3% Filipina, dan 14.9%
Vietnam. Dari data yang didapati ini, bisa dikatakan bahwa, negara Indonesia
mempunyai prevalensi nyeri rematik yang cukup tinggi dimana keadaan
seperti ini dapat menurunkan produktivitas negara akibat daripada
keterbatasan fungsi fisik penderita yang mengefek kualitas hidupnya (Eustice,
2007).
Menurut hasil penelitian terakhir Zeng et.al. 2008 di Indonesia
prevalensi nyeri rematik mencapai 23,6% hingga 31,3%. Seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk dunia maka jumlah penderita penyakit
rematik secara otomatis akan meningkat pula. Namun dengan pengetahuan
masyarakat saat ini yang masih kurang mengenai rematik dikhawatirkan
akibat dari penyakit, yaitu kecacatanpun akan meningkat (Torich,2011).
Di ketahui bahwa lansia yang mengalami nyeri rematik tidak
mendapatkan pengobatan khusus dan cenderung membiarkan nyeri yang
diderita. Keterbatasan kemampuan fisik dan kurangnya pengetahuan
menyebabkan lansia cenderung membiarkan rasa nyeri yang dialami.
Disamping itu lansia yang mengalami nyeri rematik lebih bertegantungan
dengan pengobatan farmakologis yakni obat-obatan untuk menghilangkan
rasa nyerinya, dan kebanyakan mereka melupakan bahkan ada yang tidak
mengetahui akan adanya pengobatan non farmakologis untuk mengatasi nyeri
rematik yang mereka alami.
Penanganan penderita rematik difokuskan pada cara mengontrol rasa
sakit, mengurangi kerusakan sendi, dan meningkatkan atau mempertahankan
fungsi dan kualitas hidup. Menurut American Collage Rheumatology,
penanganan untuk rematik dapat meliputi terapi farmakologis (obat-obatan),
nonfarmakologis dan tindakan operasi (Purwoastuti, 2009).
Tindakan nonfarmakologis cukup banyak untuk penderita yang
menagalami nyeri rematik salah satu diantaranya adalah terapi bekam, baik itu
bekam kering maupun bekam basah. Karena bekam kering atau basah
4
dipercayai juga dapat menghilangkan berbagai macam penyakit salah satunya
ialah rematik. Akan tetapi terkhusus pada kondisi penderita yang mengalami
nyeri rematik (lansia), sebaiknya lebih mengunakan terapi bekam kering,
disamping kondisi lansia juga sudah mengalami penururnan atau kelemahan
fisik, terapi ini juga diharapkan agar lebih praktis, efektif dan efesien dalam
mengatasi masalah nyeri pada penderita rematik.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Konsep Terapi Bekam
Kering dalam Mengurangi Nyeri Pada Pasien Lansia Dengan Rheumatik
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
suatu pembelajaran bagi mahasiswa yang nantinya ilmu tersebut dapat
dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
respirasi, sistem pencernaan, system endokrin, sistem integument, dan
muskuloskeletal.
b. Perubahan mental dipengaruhi beberapa faktor berawal dari perubahan
fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), dan
lingkungan. Biasanya lansia akan menunjukkan perubahan mental
pada memori (kenangan) dimana kenangan jangka panjang lebih
dominan dibandingkan kenangan jangka pendek. Intelegensi akan
menurun dengan bertambahnya usia seseorang. Beberapa perubahan
seperti perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan
keterampilan serta perubahan daya imajinasi
c. Perubahan psikososial seperti pensiun maka lansia akan mengalami
berbagai kehilangan yaitu kehilangan finansial, kehilangan status,
kehilangan teman atau relasi, dan kehilangan pekerjaan , merasakan
atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality),
kehilangan pasangan, berpisah dari anak dan cucu, perubahan dalam
cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan, dan penyakit kronis dan
ketidakmampuan.
Melihat proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia
maka dapat mempengaruhi pengetahuan dan memori lansia. Lansia
akan mengalami perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor
(Christensen, 2006). Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia dapat
dilihat dari penurunan intelektual terutama pada tugas yang
membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka
pendek serta terjadi perubahan pada daya fikir akibat dari penurunan
sistem tubuh, perubahan emosi, dan perubahan menilai sesuatu
terhadap suatu objek tetentu merupakan penurunan fungsi afektif.
Sedangkan penurunan psikomotor dapat dilihat dari keterbatasan
lansia menganalisa informasi, mengambil keputusan, serta melakukan
suatu tindakan (Nugroho, 2000).
7
2.2. Penyakit Rematik
2.2.1 Pengertian Rematik
Menurut Endang Purwastuti (2009), Rematik adalah penyakit yang
menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi.
Menurut Arif Muttaqin (2008), Rematik merupakan suatu istilah tentang
sekelompok penyakit (gabungan dari 100 penyakit) dengan manifestasi
klinis berupa pembengkakkan jaringan sekitar sendi dan tendon, kelainan
terutama terjadi pada sendi, penyakit rematik dapat pula mengenai ekstra
artikular. Menurut Aqila Smart (2010), Rematik adalah penyakit kelainan
pada sendi yang menimbulkan nyeri dan kaku pada system Autoimun.
2.2.2 Faktor Penyebab Rematik
Faktor penyebab rematik yakni faktor usia, jenis kelamin, serta faktor
genetik. Semakin bertambahnya usia, semakin tinggi resiko terkena
rematik. Wanita lebih rawan terkena rematik dibandingkan pria, dengan
faktor resiko 60%. Rematik yang terjadi pada orang dalam masa usia
produktif disebabkan karena peradangan. Peradangan ini bisa karena asam
urat atau sebab-sebab lain. Hal ini disebabkan karena hasil dari
metabolisme purin yang tertimbun di persendian sehingga menyebabkan
sakit di persendian (Muttaqin, 2008).
2.2.3 Tanda dan Gejala
a. Keluhan sakit bahkan kadang disertai bengkak pada persendian,
terutama sendi penumpu berat badan seperti sendi panggul, lutut, dan
pergelangan kaki.
b. Keluhan morning stiffness atau kaku pagi hari saat bangun tidur,
disertai nyeri sendi dan bengkak yang membaik apabila sendi
diistirahatkan, dan nyeri ini berlangsung sekitar 30-60 menit.
c. Bengkak dan nyeri, umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri
pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) (Smart, 2010).
d. Atralgia yaitu gejala yang ditemukan pada sendi,berupa pegal
linu(Junaidi,2006)
8
2.3 Rematik Pada Lansia
2.3.1 Pengertian
Rematik sering tampak pada lansia. Karena salah satu faktor
timbulnya rematik adalah usia, semakin tinggi usia maka semakin
tinggi resiko terjadinya rematik (Darmojo, 2006).
2.3.2 Gangguan Rematik Pada Lansia
Beberapa rematik yang terjadi pada lansia adalah Osteoartritis,
Osteoporosis, Tendinitis, Bursitis, fibromyalgia, Low Back Pain,
Artropati Kristal, Gout, Arthritis Rematoid, Polimyalgia Rheumatik,
Arthritis karena keganasan (Bjelle 1994 dalam Darmojo, 2006).
9
e. Distraksi
f. Hipnosis
g. Stimulasi Kutaneus
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk
menghilangkan nyeri. Massase, mandi air hangat, terapi bekam,
kompres dingin atau kompres hangat merupakan langkah-langkah
sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri.
10
membekam yang menghisap kulit dan jaringan dibawah kulit, sehingga
menyebabkan komponen darah mengumpul di bawah kulit.
Bekam atau hijamah merupakan suatu metode pengobatan yang sudah
dikenal sejak jaman dahulu.Berawal dari kerajaan Sumeria, kemudian terus
berkembang sampai Babilonia, Mesir, Saba’ dan Persia.Selanjutnya bekam
juga digunakan oleh umat Islam, kemudian berkembang juga pada jaman Cina
kuno dan di Eropa pada kurun waktu abad ke-18 atau abad ke-13 Hijriyah
(Kasmui, 2010).Oleh sebab itu istilah bekam dapat dikatakan beragam sesuai
dengan tempat atau daerah berkembangnya bekam.Praktik bekam telah
dikenal bangsabangsa purba sejak Kerajaan Sumeria berdiri, lalu berkembang
di Babilonia, Mesir, Saba dan Persia. Cara pengobatan dengan bekam juga
sudah dipakai sejak 2000 tahun sebelum Masehi di Cina, jauh sebelum masa
Rasulullah saw (Sunardi, 2008).
Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan
darah yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui
permukaan kulit ari. Dalam istilah medis dikenal dengan istilah ‘Oxidant
Release Therapy’ atau ‘Oxidant Drainage Therapy’ atau istilah yang lebih
populer adalah ‘detoksifikasi’. Definisi lainnya menyebutkan bekam adalah
mengeluarkan darah kotor atau racun dari dalam tubuh melalui permukaan
kulit dengan melakukan penyedotan dan penyayatan pada bagian tertentu
(Anonim, 2010).
Sementara Sunardi (2008) mengemukakan hijamah atau bekam
menurut bahasa berarti peristiwa penghisapan darah dan mengeluarkannya
dari permukaan kulit, yang kemudian ditampung dalam gelas khusus yang
menyebabkan penarikan dan penyedotan darah, kemudian dilakukan
penyayatan pada kulit dengan pisau atau jarum sehingga darah akan keluar.
Jadi dari berbagai pengertian tersebut dapat didefinisikan bahwa terapi
bekam adalah salah satu jenis terapi Body Manipulation/Manual Therapy
yang merupakan tindakan medis dilakukan dengan menggunakan cup atau
gelas pada titik titik tertentu yang dapat menghisap kulit dan jaringan dibawah
11
kulit. Peristiwa penghisapan kulit dalam terapi bekam dapat dilakukan dengan
melakukan penyayatan atau tusukan dengan jarum sehingga akan
mengeluarkan darah kotor atau mengeluarkan darah yang terkontaminasi
toksin atau oksidan dalam tubuh. Selain itu terapi bekam juga dapat dilakukan
dengan tanpa melakukan perlukaan atau sayatan atau penusukan dan hanya
dilakukan penghisapan.
Secara lebih khusus lagi, tujuan dari bekam yang dilakukan ialah
menyembuhkan berbagai penyakit, mencegah terjadinya suatu penyakit,
memulihkan serta meningkatkan sistem daya tahan tubuh, meningkatkan
kinerja dan sistem saraf-saraf yang tidak aktif atau lemah dan mengelurkan
racun yang ada di dalam darah (Aiman, 2005).
Ada beberapa manfaat luar biasa dari terapi bekam untuk mengobati penyakit
rematik yang bisa anda dapatkan, diantaranya adalah sebagai berikut:
12
Meminimalisir kerusakan pada tulang rawan
Mengurangi kram otot disekitar sendi
Terapi bekam dapat dibedakan menjadi terapi bekam basah dan terapi
bekam kering. Terapi bekam basah yaitu melukai bagian tubuh yang dibekam
setelah dilakukan bekam kering menggunakan jarum tajam (lancet) atau
sayatan pisau steril (surgical blade) lalu disekitarnya dihisap dengan alat
cupping set atau hand pump untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam
tubuh. Lamanya tiap hisapan 3-5 menit dan maksimal 9 menit.Penghisapan
tidak lebih dari 7 kali penghisapan.(Kasmui, 2010).Sedangkan, terapi bekam
kering atau bekam angin, yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat
tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Kulit yang dibekam akan
tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari atau akan terlihat memar
selama 1-2 pekan. Sedotan pada bekam kering hanya sekali dan dilakukan
selama 5-10 menit. (Fatahillah,2006). Prosedur bekam kering :
13
2.6 ETIK DAN LEGAL PENERAPAN TERAPI BEKAM
14
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan atau
pemulihan kesehatan (rehabilitatif).
15
menimbulkan kerugian bagi klien. Saat akan melakukan terapi bekam harus
dilakukan pengkajian terlebih dahulu unuk menghindari terjadinya reaksi
yang menimbulkan cedera bagi klien.
4. Veracity (kejujuran)
Berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran dan
tidak berbohong atau menipu orang lain. Perawat harus mengkomunikasikan
segala tindakan terapi bekam yang dilakukan.
5. Confidentiality (kerahasiaan)
Berkaitan dengan penghargaan perawat untuk merahasiakan semua informasi
tentang klien.
6. Fidelity (kesetiaan)
Berkaitan dengan kewajiban perawat untuk selalu setia pada kesepakatan dan
tanggung jawab yang telah dibuat.Perawat harus memegang janji yang
dibuatnya pada klien. Perawat terlebih dahulu melakukan kontrak waktu dan
menjelaskan prosedur apa saja yang akan dilakukan selama terapi bekam.
7. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk berlaku adil pada
semua orang dan tidak memihak atau berat sebelah.Terapi bekam dilakukan
secara profesional sesuai kebutuhan tiap klien dengan memerhatikan kondisi
tubuh dan penyakit yang dialami oleh klien.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi
mahasiswa keperawatan khusus pada mata kuliah keperawatan
komplementer.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aiman Al Husaini. 2005. Bekam, Mukjizat Pengobatan Nabi SAW. Jakarta: Pustaka
Azzam.
Kim IN, Lee MS, Lee DH, Boddy K, Ernst E. 2011. Cupping for Treating Pain : A
Systematic Review. Evidence based Complementary Alternative Medicine.
18
Tae, H.K, Jung, W.K, Kun, H.K, Min, H.L, Jung, E.K, Joo, H.K, Seunghoon, L, Mi,
S.S, Soyoung, J, Ae, R.K, Hyo, J.P & Kwon, E.H. ( 2012 ). Cupping for Treating
Neck Pain in Video Display Terminal (VDT) Users: A Randomized Controlled Pilot
Trial. Journal of Occupational Health. J Occup Health 2012; 54: 416–426
19