A. KOMPETENSI
Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa akan mampu melakukan
proses pemilihan induk ikan berdasarkan prinsip-prinsip yang benar.
B. DASAR TEORI
Induk ikan dapat berasal dari hasil budidaya ataupun tangkapan alam. Kriteria
seleksi utama yang digunakan dalam mengidentifikasi ikan dewasa yang
cocok untuk digunakan sebagai induk adalah kecepatan tumbuh dan ketahanan
terhadap penyakit. Selain kedua karakter utama tersebut, terdapat beberapa
kriteria tambahan yang telah terbukti berperan dalam keberhasilan kegiatan
pembenihan (Moretti et al., 1999) antara lain:
- Ukuran dan warna tubuh normal
- Bebas cacat
- Sehat (tidak ada luka, hemoragi, infeksi, parasit dan nekrosis)
- Tingkah laku normal seperti respon terhadap makanan cepat, berenang
dengan lincah, dan gerakan stabil dalam air.
- Ukuran paling besar dalam kelompok ikan yang seumur.
- Memiliki pertumbuhan dan tingkat konversi pakan yang terbaik dalam
kelompok ikan yang seumur.
Kriteria induk yang baguspun berbeda tergantung dari spesies ikan tersebut.
Untuk ikan lele terdapat beberapa ciri-ciri ikan dalam kategori induk yang
bagus (Hernowo dan Suyanto, 2006).
1
Ciri-ciri indukan lele betina yang bagus adalah sebagai berikut :
- Perut indukan betina mengembang dan terasa lembek jika diraba.
- Sehat, tidak cacat, tidak dalam keadaan luka dan fisik yang lemah.
- Memiliki berat badan >500g.
- Panjang 20 cm atau lebih.
- Dan indukan lele betina telah mencapai umur 1 tahun.
Ciri-ciri indukan jantan yang bagus adalah sebagai berikut :
- Memiliki perut langsing.
- Sehat, tidak cacat, tidak luka serta tidak lemah.
- Berat badan sekitar >500g.
- Memiliki panjang 20 cm atau lebih.
- Induk lele telah mencapai umur 1 tahun.
2
E. PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja pada praktikum ini sebagai berikut:
1) Ikan dewasa yang akan dipilih dipisahkan dalam 2 kolam yang berbeda
sesuai dengan jenis kelamin 1 hari sebelum dilakukan praktikum.
2) Ikan diberi pakan dan dilihat responnya terhadap pakan yang
diberikan.
3) Ikan diamati kondisi fisiknya (bebas dari luka dan cacat).
4) Lakukan penimbangan bobot dan pengukuran panjang tubuh terhadap
calon induk ikan yang telah dipilih sesuai dengan kriteria fisik ikan
sehat.
5) Ikan yang telah dipilih dipindahkan ke kolam induk.
6) Ikan jantan dan betina dipasangkan sesuai dengan bobot tubuh.
7) Setiap hasil pengamatan dan penimbangan dicatat dalam lembar kerja.
F. EVALUASI
1) Mahasiswa diminta untuk menjelaskan ciri-ciri ikan dewasa yang
dapat dipilih menjadi calon induk dalam kegiatan pembenihan.
2) Mengapa ikan yang cacat tidak dapat dipilih sebagai calon induk?
3) Mengapa ikan jantan dan betina harus dipelihara dalam kolam yang
berbeda?
G. DAFTAR PUSTAKA
Hernowo dan Suyanto SR. 2006. Pembenihan dan Pembesaran Lele. Jakarta:
Penebar Swadaya.
3
LEMBAR KERJA
JUDUL :
KOMPETENSI : Mahasiswa mampu melakukan proses pemilihan
induk ikan berdasarkan prinsip-prinsip yang
benar.
NAMA/NIM :
KELOMPOK :
TANGGAL PRAKTEK :
PENGASUH :
HASIL KERJA
4
Ikan jantan Ikan betina
Gambar 1. Ikan yang dipilih sebagai calon induk
5
Hal-hal lain yang dijadikan sebagai catatan:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Jawaban pertanyaan:
1) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
....................................................................................................................
2) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
....................................................................................................................
3) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...................................................................................................................
6
PRAKTIKUM : 02
A. KOMPETENSI
Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa akan mampu menentukan
induk ikan yang siap untuk dipijahkan dengan menggunakan metode kanulasi
dan stripping gonad.
B. DASAR TEORI
Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat
perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Menurut
Affandi dan Tang (2002), pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat
stadium matang gonad dapat mencapai 10–25 persen dari bobot tubuh, dan
pada ikan jantan 5–10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin
bertambahnya tingkat kematangan gonad, telur yang ada dalam gonad akan
semakin besar. Gonad sebagai organ reproduksi ikan merupakan salah satu
dari 3 komponen yang terlibat dalam reproduksi ikan, selain sinyal lingkungan
dan sistem hormon.
7
- TKG III (matang). Gonad lebih besar, panjang 20-30 mm, berwarna
kuning agak kecokelatan. Butir-butir telur mengisi lebih setengah rongga
perut dan mulai mendesak alat pencernaan kearah dorsal (punggung).
- TKG IV (matang sekali). Gonad membesar dengan panjang 30-50 mm,
berwarna kuning kecoklatan, mengisi dua pertiga rongga perut.
- TKG V (Gonad Lisis). Gonad ikan pada tahap ini telah mengalami lisis
(hancur) pada inti sel telurnya sehingga ukurannya telah mengkerut dan
tidak bulat lagi.
Pengertian tingkat kematangan gonad ikan jantan I sampai dengan IV sebagai
berikut:
- TKG I (belum matang). Gonad kecil dengan panjang 5-12 mm, berwarna
putih, dan permukaan gonad mulai tidak rata.
- TKG II (mulai matang). Gonag semakin besar dengan panjang 12-30 mm,
warna mulai berubah putih jernih, dan berbentuk gerigi mulai terlihat
jelas.
- TKG III (matang). Gonad lebih besar, dengan panjang 20-45 mm dan
mengisi dua pertiga rongga perut. Warna jernih dan gerigi pada gonad
semakin besar.
- TKG IV (matang sekali). Gonad besar dan panjang, mengisi dua pertiga
rongga perut. Gonad mengembung dan berwarna jernih. (Khairuman dan
Amri, 2007)
8
D. ALAT DAN BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
10 ekor ikan lele betina dewasa berukuran >500g
E. PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja pada praktikum ini sebagai berikut:
9
8) Amati juga warna telur ikan lele yang keluar:
- Hijau (belum matang gonad)
- Kuning (matang gonad tapi belum maksimal)
- Coklat (titik puncak kematangan telur dan gonad)
F. EVALUASI
1) Mahasiswa diminta untuk menjelaskan tujuan dari pemeriksaan gonad
induk ikan sebelum dilakukan pemijahan!
2) Sebutkan metode lain yang dapat dilakukan untuk memeriksa tingkat
kematangan gonad pada ikan!
G. DAFTAR PUSTAKA
Affandi R dan Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri Press.
Khairuman dan Amri. 2007. Budidaya Lele Lokal Secara Intensif. Agro
Media: Jakarta.
10
LEMBAR KERJA
JUDUL :
KOMPETENSI : Mahasiswa mampu menentukan induk ikan yang
siap untuk dipijahkan dengan menggunakan
metode kanulasi dan stripping gonad.
NAMA/NIM :
KELOMPOK :
TANGGAL PRAKTEK :
PENGASUH :
HASIL KERJA
11
Gambar 2. Telur ikan yang teramati
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
12
....................................................................................................................................
........................................................................................................................
Jawaban pertanyaan:
1) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
....................................................................................................................
2) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
....................................................................................................................
3) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...................................................................................................................
13
PRAKTIKUM : 03
LOKASI/TEMPAT : LABORATORIUM
A. KOMPETENSI
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan mampu menyediakan
ekstrak hipofisa dari ikan donor.
B. DASAR TEORI
Di habitat aslinya, ikan dapat memijah secara alami dengan mudah sesuai
dengan nalurinya tanpa campur tangan manusia. Namun ikan tersebut belum
tentu mau memijah dalam lingkungan budidaya sehingga diperlukan
rangsangan melalui penyuntikan hormon yang dapat berasal dari kelenjar
hipofisa (Hernowo dan Suyanto, 2006).
Hormon diambil dari kelenjar hipofisa yang terletak di bagian bawah otak
kecil ikan. Kelenjar hipofisa ini hanya sebesar kacang hijau bahkan lebih kecil
dan berwarna putih susu. Untuk penyuntikan ikan lele diperlukan kelenjar
hipofisa yang diambil dari ikan donor, sedangkan penerimanya disebut
resepien. Sebagai donor, sebaiknya dipilih ikan yang sudah dewasa.
Efektivitas jantan maupun betina sama saja.
14
Alat yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1) Pisau
2) Pinset/tusuk gigi
3) Talenan
4) Cawan petri
5) Tabung penggerus/plastik kecil
6) Spuit 1ml
E. PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja pada praktikum ini sebagai berikut:
1) Potong kepala ikan donor hingga putus. Potongan kepala tersebut
kemudian diletakkan dengan mulut menghadap ke atas.
2) Potonglah kepala ikan ke arah bawah mulai dari bawah lubang hidung
hingga tulang tengkorak terbuka dan otak terlihat.
3) Otak kemudian disingkapkan dengan menggunakan pinset. Kelenjar
hipofisa terlihat berwarna putih di bawah otak sebesar kacang hijau.
4) Dengan menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diangkat kemudian
diletakkan dalam sebuah cawan yang bersih untuk dicuci menggunakan
aquabidest/larutan fisiologis steril hingga darah yang melekat hilang. Cara
membersihkannya dengan dibilas menggunakan pipet.
5) Setelah hipofisa bersih lalu dimasukkan ke dalam tabung penggerus.
Sebagai pengganti tabung penggerus dapat menggunakan kantung plastik
kecil. Lalu kelenjar hipofisa tersebut digerus atau dipencet dengan jari dari
luar kantong plastik hingga hancur.
6) Selanjutnya, kelenjar tersebut diencerkan dengan 1-1,5ml
aquabidest/larutan fisiologis/cairan infus 0,9%. Larutan tersebut
diendapkan beberapa menit hingga kotoran mengendap didasar. Cairan
bagian atas diambil dengan menggunakan spuit untuk disuntikkan pada
ikan.
15
7) Dokumentasikan setiap prosedur ekstraksi hipofisa yang dilakukan selama
kegiatan praktikum berlangsung!
F. EVALUASI
1) Sebutkan syarat ikan yang bisa digunakan sebagai ikan donor!
2) Apakah prosedur pengambilan kelenjar hipofisa sama pada semua jenis
ikan?
3) Apakah terdapat perbedaan efektivitas antara ekstrak hipofisa dan hormon
perangsang pemijahan yang dihasilkan oleh pabrik (contoh: Ovaprim)
apabila disuntikkan pada ikan? Jelaskan!
G. DAFTAR PUSTAKA
Hernowo dan Suyanto SR. 2006. Pembenihan dan Pembesaran Lele. Jakarta:
Penebar Swadaya.
16
LEMBAR KERJA
JUDUL :
KOMPETENSI : Mahasiswa mampu menyediakan ekstrak hipofisa
dari ikan donor.
NAMA/NIM :
KELOMPOK :
TANGGAL PRAKTEK :
PENGASUH :
HASIL KERJA
17
Hal-hal lain yang dijadikan sebagai catatan:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
18
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
........................................................................................................................
Jawaban pertanyaan:
1) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
....................................................................................................................
2) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
....................................................................................................................
3) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...................................................................................................................
19
PRAKTIKUM : 04
A. KOMPETENSI
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan mampu menentukan dosis
hormon dengan tepat sesuai dengan bobot tubuh induk dan mahasiswa akan
mampu menyuntik induk dengan benar dan melakukan pemijahan semi
buatan.
B. DASAR TEORI
20
perut. Sedangkan induk jantan ditandai dengan warna alat kelamin yang juga
berwarna kemerah-merahan. Jumlah induk jantan dan induk betina tergantung
pada rencana produksi dan sistem pemijahan yang digunakan.
Pada sistem pemijahan buatan terutama ikan lele (Clarias sp) diperlukan
banyak jantan dikarenakan induk tersebut harus dibedah untuk mengambil
spermanya atau jumlah sperma pada seekor induk jantan tidak cukup untuk
membuahi telur yang dikeluarkan oleh induk betina seperti pada ikan mas
(Cyprinus carpio). Sedangkan pada pemijahan alami dan semi alami jumlah
perbandingan antara jantan dan betina dapat berimbang. Induk yang akan
digunakan sebaiknya dipelihara secara terpisah dalam kolam tanah atau bak
beton dengan padat tabr 5 ekor/m2, dapat dengan air mengalir ataupun air
tergenang. Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan kandungan
protein diatas 25% dengan jumlah pemberian pakan sebanyak 2 – 3 % dari
bobot biomasa dan dengan frekuensi pemberian sebanyak 3 kali per hari
(Hernowo dan Suyanto, 2006). Berikut akan disajikan gambar tentang cara
praktis untuk membedakan antara induk jantan dan induk betina pada ikan
lele.
21
C. ORGANISASI KEGIATAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dibagi ke dalam 5 kelompok. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk
melakukan semua prosedur dalam pemijahan induk semi alami.
E. PROSEDUR KERJA
22
3) Tempatkan kekaban/ ijuk yang sebelumnya sudah dibersihkan serta telah
dirangkai dan diberi pemberat kedalam bak fiber sebanyak 1/5 bagian dari
luas fiber.
4) Lakukan penimbangan kedua induk untuk menentukan dosis hormon
ovaprim yang akan disuntikkan (0,5 ml/ kg induk untuk 2 kali
penyuntikan).
5) Suntikkan hormon kepada kedua induk sebanyak 1 kali pada induk jantan
dan 2 kali penyuntikkan untuk induk betina (perhatikan bagan di bawah)
dengan dosis 2/3 dari hasil perhitungan hormon yang didapat untuk
penyuntikan pertama.
6) Selang 6 jam setelah penyuntikan pertama, lakukan penyuntikan kedua
dengan sisa dosis hasil perhitungan sebelumnya.
7) Tutup bak fiber dengan penutup terpal untuk menghindari stress dan
gangguan pada ikan yang kita pijahkan.
23
F. EVALUASI
1) Bagaimanakah cara menyuntikkan hormon dengan benar ke dalam tubuh
ikan?
2) Mengapa ikan yang akan dipijahkan harus dihindarkan dari stres dan
gangguan lainnya?
G. DAFTAR PUSTAKA
Hernowo dan Suyanto SR. 2006. Pembenihan dan Pembesaran Lele. Jakarta:
Penebar Swadaya.
24
LEMBAR KERJA
JUDUL :
KOMPETENSI : Mahasiswa mampu menentukan dosis hormon
dengan tepat sesuai dengan bobot tubuh induk dan
mahasiswa akan mampu menyuntik induk dengan
benar dan melakukan pemijahan semi alami.
NAMA/NIM :
KELOMPOK :
TANGGAL PRAKTEK :
PENGASUH :
HASIL KERJA
Betina:
Betina:
25
Dosis penyuntikan pertama
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
26
Jawaban pertanyaan:
1) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
2) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
27
PRAKTIKUM : 05
LOKASI/TEMPAT : LABORATORIUM
A. KOMPETENSI
B. DASAR TEORI
Penetasan telur ikan terjadi jika embrio telah menjadi lebih panjang dari
lingkaran kuning telur dan telah terbentuk perut. Selain itu, penetasan juga
disebabkan oleh gerakan larva akibat peningkatan temperatur, intensitas
cahaya, dan pengurangan tekanan oksigen. Setelah telur menetas, embrio
memasuki fase larva. Telur lele yang telah dibuahi akan menetas setelah 24-48
jam (Hernowo dan Suyanto, 2006).
Penetasan telur ditandai dengan adanya lapisan minyak di permukaan air dan
adanya pengendapan cangkang telur atupun telur yang tidak menetas. Pada
bak penetasan, untuk larva usian 1-8 hari, air bak penetasan harus tenang.
28
C. ORGANISASI KEGIATAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dibagi ke dalam 5 kelompok. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk
melakukan semua prosedur dalam penetasan telur ikan lele.
E. PROSEDUR KERJA
29
6) Inkubasi/ penetasan telur akan berlangsung selama ± 24 – 48 jam.
7) Jika semua telur yang terbuahi menetas segera pindahkan kekaban/ ijuk
tersebut untuk menghindari terperangkapnya larva, kemudian lakukan
pemeliharaan larva ± selama 20 hari dengan tetap memperhatikan kualitas
air media dan tahapan ukuran pakan sesuai dengan perkembangan tubuh
larva.
8) Lakukan penghitungan berikut:
a. Perhitungan tingkat pembuahan telur (fertile rate) berdasarkan rumus
Effendie (1979),
jumlah telur yang dibuahi
FR x100 %
jumlah telur yang dikeluarka n
30
F. EVALUASI
1) Proses apakah yang terjadi selama inkubasi telur?
2) Jelaskan parameter lingkungan yang optimal dalam penetasan telur ikan
lele!
G. DAFTAR PUSTAKA
Effendie M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri Bogor.
Hernowo dan Suyanto SR. 2006. Pembenihan dan Pembesaran Lele. Jakarta:
Penebar Swadaya.
31
LEMBAR KERJA
JUDUL :
KOMPETENSI : Mahasiswa mampu melakukan penetasan telur
ikan lele hasil pemijahan.
NAMA/NIM :
KELOMPOK :
TANGGAL PRAKTEK :
PENGASUH :
HASIL KERJA
32
Hal-hal lain yang dijadikan sebagai catatan:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Jawaban pertanyaan:
1) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
2) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
33
PRAKTIKUM : 06
LOKASI/TEMPAT : LABORATORIUM
A. KOMPETENSI
Mahasiswa akan mampu menetaskan kista Artemia dengan derajat penetasan
yang tinggi.
B. DASAR TEORI
Penetasan kista Artemia adalah suatu proses inkubasi kista Artemia di media
penetasan (air laut ataupun air laut buatan) sampai menetas. Proses penetasan
terdiri dari beberapa tahapan yang membutuhkan waktu sekitar 18-24 jam.
a. Proses penyerapan air
b. Pemecahan dinding cyste oleh embrio
c. Embrio terlihat jelas masih diselimuti membran
d. Menetas dimana nauplius berenang bebas
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetaskan cyste Artemia
adalah:
- Aerasi
- Suhu
- Kadar garam
- Kepadatan cyste
- Cahaya
Agar diperoleh hasil penetasan yang baik maka oksigen terlarut di dalam air
harus lebih dari 5 ppm. Untuk mencapai nilai tersebut dapat dilakukan dengan
pengaerasian yang kuat. Disamping untuk meningkatkan oksigen,
pengaerasian juga berguna agar cyste yang sedang ditetaskan tidak
mengendap. Suhu sangat mempengaruhi lamanya waktu penetasan dan suhu
optimal untuk penetasan Artemia adalah 26-29ºC. Pada suhu dibawah 25ºC
34
Artemia akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menetas dan pada
suhu diatas 33ºC dapat menyebabkan kematian cyste. Kadar garam optimal
untuk penetasan adalah antara 5 – 35 ppt, namun untuk keperluan praktis
biasanya digunakan air laut (kadar garam antara 25–35 ppt). Nilai pH air harus
dipertahankan pada nilai 8 agar diperoleh penetasan yang optimal. Adapun
iluminasi pada saat penetasan sebaiknya 2000 lux.
Hal lain yang menentukan derajat penetasan cyste adalah kepadatan cyste
yang akan ditetaskan. Pada penetasan skala kecil (volume < 20l) kepadatan
cyste dapat mencapai 5 g per liter air. Akan tetapi pada skala yang lebih besar
agar diperoleh daya tetas yang baik maka kepadatan harus diturunkan menjadi
2 g per liter air. Artemia akan menetas setelah 18-24 jam. Artemia yang sudah
menetas dapat diketahui secara sederhana yakni dengan melihat perubahan
warna di media penetasan. Artemia yang belum menetas pada umumnya
berwarna cokelat muda, akan tetapi setelah menetas warna media berubah
menjadi oranye. Warna oranye belum menjamin Artemia sudah menetas
sempurna, oleh karena itu untuk meyakinkan bahwa Artemia sudah menetas
secara sempurna disamping melihat perubahan warna juga dengan mengambil
contoh Artemia dengan menggunakan beaker glass. Jika seluruh nauplius
Artemia sudah berenang bebas maka itu menunjukkan penetasan selesai. Akan
tetapi jika masih banyak yang terbungkus membran, maka harus ditunggu
1-2 jam agar semua Artemia menetas secara sempurna (Jusadi, 2003).
35
Alat yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1) Wadah penetasan artemia
2) Blower/aerator
3) Selang aerasi dan batu aerasi
4) Selang air
5) Timbangan
6) Sendok
E. PROSEDUR KERJA
1) Siapkan alat dan bahan
2) Siapkan wadah penetasan Artemia
Gambar 7. Wadah penetasan Artemia yang dibuat dari botol plastik bekas
air minum kemasan (volume ±1,5 liter)
36
11) Buka kran dasar (jika ada) atau lakukan penyiponan dasar dengan selang.
12) Saring naupli yang terpanen dan bilaslah dengan air bersih.
F. EVALUASI
1) Sebutkan pakan alami lainnya yang dapat diberikan pada larva ikan!
2) Mengapa dalam pemanenan artemia harus dipastikan tidak ada cangkang
yang ikut dipanen?
G. DAFTAR PUSTAKA
37
LEMBAR KERJA
JUDUL :
KOMPETENSI : Mahasiswa mampu menetaskan kista Artemia
dengan derajat penetasan yang tinggi.
NAMA/NIM :
KELOMPOK :
TANGGAL PRAKTEK :
PENGASUH :
HASIL KERJA
38
39
Hal-hal lain yang dijadikan sebagai catatan:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Jawaban pertanyaan:
1) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
2) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
40
PRAKTIKUM : 07
A. KOMPETENSI
Mahasiswa akan mampu memelihara larva hingga mencapai stadia benih.
B. DASAR TEORI
Menurut Effendi (2002), larva adalah anak ikan yang berukuran sangat kecil
dan belum memiliki bentuk morfologi yang definitif (seperti induknya). Larva
masih dalam proses perkembangan menuju bentuk yang definitif. Pada saat
tersebut, larva belum memiliki organ tubuh yang lengkap, bahkan organ yang
sudah adapun masih bersifat sederhana (primitif) sehingga belum berfungsi
maksimal.
Untuk keperluan perkembangan larva lebih lanjut setelah menetas, larva
membawa cadangan makanan (energi) dalam bentuk kuning telur dan butir
minyak. Larva memanfaatkan cadangan energi tersebut (endogenous feeding)
untuk perkembangan organ tubuh, terutama untuk keperluan pemangsaan
(feeding) seperti sirip, mata, mulut, dan saluran pencernaan. Oleh karena itu,
kuning telur dan butir minyak akan menyusut dan habis sejalan dengan
perkembangan organ tubuh larva. Sebelum kuning telur dan butir minyak
tersebut habis, larva diharapkan sudah bisa memangsa dan mengkonsumsi
serta mencerna pakan dari luar (exogenous feeding). Dengan demikian, terjadi
overlap antara endogenous feeding dan exogenous feeding. Apabila terjadi gap
kemungkinan besar larva akan mati. Stadia larva merupakan fase yang paling
kritis dalam fase hidup ikan.
Dengan ukuran tubuh larva yang kecil dan bukaan mulut yang juga kecil,
dibutuhkan pakan dengan ukuran yang lebih kecil dari bukaan mulut tersebut.
Pakan larva ikan umumnya berupa pakan alami dari golongan zooplankton.
41
C. ORGANISASI KEGIATAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dibagi ke dalam 5 kelompok. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk
melakukan semua prosedur dalam pemeliharaan larva.
E. PROSEDUR KERJA
1) Bersihkan akuarium berukuran (60 x 40 x 40)cm3 dengan menggunakan
sikat dan deterjen, kemudian diisi dengan air sebanyak 50% dari tinggi
akuarium serta diberi larutan PK sebanyak 10 ppm.
2) Lakukan pengendapan selama ± 24 jam dengan aerasi yang tetap
dihidupkan serta menghidupkan heater yang ditempatkan pada akuarium
dengan suhu 29ºC.
3) Bilas akuarium dengan air bersih, kemudian akuarium diisi dengan air
sampai ketinggian 15-20cm, aerasi diatur dengan gelembung udara
terkecil.
4) Tetaskan kista Artemia sesuai dengan waktu pemberian pakan pada hari
kedua setelah telur menetas.
5) Larva lele yang telah berumur 3 hari diberi pakan dengan frekuensi 5x
sehari (pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00, 23.00 WITA) selama 7 hari.
42
6) Setelah 7 hari larva mulai dikenalkan dengan pakan berbentuk tepung
dengan pemberian metode overlap (pengurangan Artemia secara bertahap)
selama 7 hari sampai larva menjadi benih berbenduk definitif dan mampu
memakan pakan pelet tanpa tambahan Artemia (benih berukuran ± 1cm).
F. EVALUASI
1) Mengapa stadia larva pada ikan disebut sebagai fase paling kritis?
2) Selain Artemia, pakan alami lain apakah yang dapat diberikan pada larva?
G. DAFTAR PUSTAKA
Effendi I. 2002. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya
43
LEMBAR KERJA
JUDUL :
KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memelihara larva hingga
mencapai stadia benih.
NAMA/NIM :
KELOMPOK :
TANGGAL PRAKTEK :
PENGASUH :
HASIL KERJA
44
45
Hal-hal lain yang dijadikan sebagai catatan:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
........................................................................................................................
Jawaban pertanyaan:
1) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
....................................................................................................................
2) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..................................................................................................................
46
PRAKTIKUM : 08
A. KOMPETENSI
Mahasiswa akan mampu memelihara benih sampai ukuran yang sesuai
dengan keinginan pasar dan menguasai dasar-dasar teknik sampling untuk
menentukan ukuran benih ikan.
B. DASAR TEORI
Benih adalah anak ikan yang memiliki bentuk morfologi tubuh sudah definitif
seperti induknya. Benih berbeda dengan induknya dalam ukuran dan tingkah
laku reproduksinya saja. Tingkah laku makan (feeding habits) ikan pada stadia
ini sudah mengarah pada jenis makanan seperti yang dikonsumsi secara alami
oleh induknya.
Laju pertumbuhan ikan stadia benih mulai meningkat dan akan melesat lebih
cepat lagi pada stadia juvenil. Oleh karena itu, pada fase ini faktor pakan dan
pemberian pakan serta lingkungan, terutama oksigen terlarut (DO), amoniak,
karbondioksida dan suhu, harus diperhatikan dengan seksama. Faktor
lingkungan akan mempengaruhi nafsu makan ikan atau jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh ikan (Effendi, 2002).
47
D. ALAT DAN BAHAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1) Benih ikan yang sudah definitif (berumur 14 hari).
2) Pakan ikan lele berbentuk tepung.
3) Pakan lele berdiameter 1 mm.
E. PROSEDUR KERJA
1) Semua wadah pemeliharaan dibersihkan sesuai dengan prosedur yang
dilakukan pada praktikum sebelumnya.
2) Benih ikan ditebar dalam akuarium dengan kepadatan 5000 ekor/m2 dan
dipelihara selama 2 minggu (pendederan 1).
3) Pakan berbentuk tepung diberikan dengan frekuensi 4x sehari secara ad
satiation (pemberian pakan sekenyangnya).
4) Setelah 1 minggu pemeliharaan benih diperkenalkan pada pakan pelet
berukuran 1mm dengan metode overlap. Adaptasi terhadap pakan baru
dilakukan selama 1 minggu secara bertahap sampai benih dapat
mengkonsumsi pakan pelet tanpa campuran pakan tepung.
5) Setelah 2 minggu pemeliharaan, benih dipindahkan ke bak pendederan
dengan padat tebar 1000 ekor/m2 (pendederan 2).
6) Pada tahap pendederan 2, benih dipelihara selama 2 minggu dengan tetap
diberikan pakan pelet dan diperhatikan kualitas air pemeliharaan.
7) Setelah 2 minggu dilakukan penjarangan kepadatan (pendederan 3)
menjadi 500 ekor/m2.
48
8) Pada tahap pendederan 3, dipelihara selama 2 minggu dengan tetap
diberikan pakan pelet dan diperhatikan kualitas air pemeliharaan.
9) Lakukan penggantian air jika diperlukan.
10) Setiap 10 hari dilakukan sampling ukuran (panjang) benih dengan
menggunakan metode sampling acak (20 ekor/wadah pemeliharaan).
F. EVALUASI
1) Apakah tujuan dilakukan pendederan ikan?
2) Mengapa pada saat penggantian pakan, benih ikan harus diadaptasikan
terlebih dahulu dengan memberikan pakan secara overlap?
G. DAFTAR PUSTAKA
Effendi I. 2002. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya
49
LEMBAR KERJA
JUDUL :
KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memelihara benih sampai
ukuran yang sesuai dengan keinginan pasar dan
menguasai dasar-dasar teknik sampling untuk
menentukan ukuran benih ikan.
NAMA/NIM :
KELOMPOK :
TANGGAL PRAKTEK :
PENGASUH :
HASIL KERJA
50
Tabel 8. Hasil sampling benih ikan selama pendederan
51
Hal-hal lain yang dijadikan sebagai catatan:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Jawaban pertanyaan:
1) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
2) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
52
PRAKTIKUM : 09
A. KOMPETENSI
Mahasiswa akan mampu melakukan pemanenan benih dengan benar dan
menguasai cara packing benih ikan dan menentukan model transportasi yang
tepat sesuai dengan lokasi pelanggan.
B. DASAR TEORI
53
ini berfungsi untuk mempermudah dalam pekerjaan pemanenan (Angin KP,
2013).
E. PROSEDUR KERJA
1) Saat melakukan panen benih, air kolam disurutkan secara perlahan hingga
mencapai ketinggian 20 – 30 cm. Pemanenan harus dilakukan hati-hati
agar tubuh benih ikan tidak lecet/luka. Untuk itu, sebaiknya panen
dilakukan dua tahap, yaitu panen awal dan panen total dengan
menggunakan alat panen (waring). Panen awal dilakukan saat menunggu
air surut. Sementara panen total dilakukan setelah air surut.
2) Sebelum dipanen, benih dipuasakan 1 malam.
3) Pengepakan dan pengangkutan benih dapat dilakukan dengan 2 cara
(Prihatman K, 2000):
a. Cara tertutup
54
- Kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan
sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari
tabung dimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam
plastik 1/3–1/4 bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.
- Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya
tidak mudah pecah.
b. Cara terbuka (bila jarak pengangkutan tidak terlaku jauh)
- Wadah lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan
sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih
ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal
10.000/m3 atau 10 ekor/liter.
F. EVALUASI
1) Jelaskan hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam proses pemanenan
benih ikan!
2) Berapakah ukuran benih lele yang paling diminati oleh pembudidaya di
daerah Anda?
G. DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KERJA
55
JUDUL :
KOMPETENSI : Mahasiswa mampu melakukan pemanenan benih
dengan benar dan menguasai cara packing benih
ikan dan menentukan model transportasi yang
tepat sesuai dengan lokasi pelanggan.
NAMA/NIM :
KELOMPOK :
TANGGAL PRAKTEK :
PENGASUH :
HASIL KERJA
56
Hal-hal lain yang dijadikan sebagai catatan:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
57
Jawaban pertanyaan:
1) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
2) ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
58
59