Proposal Penelitian
Proposal Penelitian
Proposal Penelitian
MAPPACCING
DISUSUN OLEH :
Nama : St Hajar Said
Kelas : B2 Ilmu Komunikasi
Stambuk : 06520170066
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif yang di
pilih oleh peneliti yaitu untuk memahami isi pesan yang terkandung dalam Tradisi
Budaya Mappaccing (Analisis Semiotika Pierce). Penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui cara mempertahankan budaya
mappaccing sehingga dapat dikatakan sebuah kewajiban dan untuk mngetahui
tanggapan agama islam tentang mempertahankan budaya mappaccing. Penelitian
kualitatif bertujuan menjelaskan fenomena secara mendalam melalui
pengumpulan data secara wawancara.
A. LATAR BELAKANG
Dalam hidup, manusia tak pernah lepas dari kebudayaan dan adat istiadat.
Budaya juga berfungsi sebagai identitas dan ciri khas. Untuk itu, keberadaannya
amatlah penting. Tak heran jika setiap kelompok atau golongan masyarakat
tertentu memiliki budayanya yang berbeda – beda.
Kebudayaan merupakan hasil dari karya cipta, rasa, dan karsa manusia.
Lingkupnya mencakup banyak aspek kehidupan seperti hukum, keyakinan, seni,
adat atau kebiasaan, susila, moral, dan juga keahlian. Kehadirannya mampu
mempengaruhi pengetahuan seseorang, gagasan, dan ide meskipun budaya
berwujud abstrak.
Mengenai agama dan budaya, secara umum dapat dikatakan bahwa agama
bersumber dari Allah, sedangkan budaya bersumber dari manusia. Agama adalah
“karya” Allah, sedangkan budaya adalah karya manusia. Dengan demikian, agama
bukan bagian dari budaya dan budaya pun bukan bagian dari agama. Ini tidak
berarti bahwa keduannya terpisah sama sekali, melainkan saling berhubungan erat
satu sama lain. Melalui agama, yang dibawa oleh para nabi dan rasul, Allah Sang
Pencipta menyampaikan ajaran-ajaran-Nya mengenai hakekat Allah, manusia,
alam semesta dan hakekat kehidupan yang harus dijalani oleh manusia. Ajaran-
ajaran Allah, yang disebut agama itu, mewarnai corak budaya yang dihasilkan
oleh manusia-manusia yang memeluknya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah dengan cara mempertahankan budaya mappaccing dapat dikatakan
sebuah kewajiban ?
2. Bagaimana tanggapan agama islam tentang mempertahankan budaya
mappaccing dan menjadikannya sebuah kewajiban ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui cara mempertahankan budaya mappaccing sehingga
dapat dikatakan sebuah kewajiban
2. Untuk mngetahui tanggapan agama islam tentang mempertahankan budaya
mappaccing dan menjadikannya sebuah kewajiban
BAB 2
LANDASAN TEORI
Kata Mappaccing berasal dari Paccing yang berarti pacar dan diibaratkan
sebagai alat untuk menyucikan sang gadis dari hal-hal yang bersifat kekotoran,
baik secara fisik maupun batin, agar memperoleh keselamatan, kesejahteraan
dalam mengarungi kehidupan berumah tangga kelak. Sebagai rangkaian
perkawinan adat Bugis Makassar, mappaccing menggunakan symbol-symbol yang
sarat makna akan menjaga keutuhan keluarga, dan memelihara kasih sayang
dalam rumah tangga seperti Benno, Tai Bani, Bantal, Sarung yang disusun tujuh
lapis, Daun Pisang, Daun Nangka dan Bekkeng.
Kebanyakan kata kerja dalam bahasa bugis diawali dengan kata ‘Ma’,
seperti; maggolo (main bola), mattinju (bertinju), mallaga (berkelahi), mammusu’
(bertempur), makkiana’ (melahirkan), dsb. Kata mapaccing dan Mappacci
merupakan dua kata yang kalau dilihat sekilas agaknya sama, namun memiliki arti
yang berbeda. Yang pertama merupakan kata sifat dan yang kedua kata kerja. Kita
sering mendengarkan penggunaan kedua kata ini dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya di masyakat Bugis.
Mappacci menjadi salah satu syarat dan unsur pelengkap dalam pesta
perkawinan di kalangan masyarakat Bugis-Makassar. Namun, ketika Islam datang,
prosesi ini mengalami sinkretisme atau berbaur dengan budaya Islam. Bahkan
Islam sebagai agama mayoritas suku Bugis-Makassar telah mengamini prosesi ini,
melalui alim ulama yang biasa digelar Anregurutta.
Diatas daun pisang, terkadang diletakkan daun nangka. Daun nangka tentu
tidak memiliki nilai jual, tapi menyimpan makna yang mendalam. Anregurutta di
Bone pernah berkata dalam bahasa Bugis; Dua mitu mamala ri yala sappo ri
lalenna atuwongnge, iyanaritu; unganna panasae (lempuu) sibawa benona
kanukue (paccing). Maksudnya, dalam mengarungi kehidupan dunia, ada dua
sifat yang harus kita pegang, yaitu; Kejujuran dan Kesucian. Jadi, dalam
mengarungi bahtera rumah tangga, calon pengantin senantiasa berpegang pada kejujuran
dan kebersihan yang meliputi lahir dan batin. Dua modal utama inilah yang menjadi
pegangan penting, bagi masyarakat Bugis-Makassar dalam mengarungi bahtera rumah
tangga.
Diatas daun pisang, terkadang juga diletakkan gula merah dan kelapa
muda. Dalam tradisi masyarakat Bugis-Makassar, menikmati kelapa muda, terasa
kurang lengkap tanpa adanya gula merah. Sepertinya, kelapa muda sudah identik
dengan gula merah untuk mencapai rasa yang nikmat. Seperti itulah kehidupan
rumah tangga, diharapkan suami-istri senantiasa bersama, untuk saling
melengkapi kekurangan dan menikmati pahit manisnya kehidupan duniawi.
B. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penetian
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan
proposal ini, maka lokasi penelitian dilakukan di Desa Lengkese Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Mappaccing bukanlah sebuah kewajiban karena tidak semua masyarakat
melakukan budaya mappaccing karena adanya perbedaan dari segi pemikiran,
pemahaman, agama dan ekonomi. Mempertahankan budaya itu boleh akan
tetapi jangan samakan dengan sebuah kewajiban.
2. Dalam agama khususnya Islam kewajiban itu ialah melaksanakan Rukun
Iman dan Rukun Islam. Selain itu kalian juga bisa berdasar pada Al-Qur’an
dan Hadist. Jadi jangan pernah menganggap mappaccing ialah kewajiban
akan tetapi kalian boleh melakukannya sebagai bentuk melestarikan budaya
dan bentuk penghargaan leluhur sebelum kita.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun saran yang
dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat yang melakukan mappaccing diharapkan mengetahui betul
makna dan tata cara mappaccing.
2. Masyarakat yang melakukan mappaccing harus paham tentang agama agar ia
dapat membedakan yang mana kewajiban sebagai pemeluk agama islam dan
yang mana pula cara melestarikan sebuah budaya.
3. Masyarakat yang melakukan mappaccing juga harus paham akan
pengetahuan tentang budaya yang ada di daerah masing-masing dan paham
tentang sejarah-sejarah kebudayaannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://thegorbalsla.com/pengertian-kebudayaan/
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-masyarakat.html
https://www.dictio.id/t/bagaimana-islam-melihat-agama-dan-budaya/8774/2
https://southcelebes.wordpress.com/2008/05/26/mappaccing/
https://www.kompasiana.com/syahrulhs/5500967da33311a872511814/mappacci-
dan-nilai-filosofisnya-bagi-masyarakat-bugis-makassar
http://nasruddin-ibrahim.blogspot.com/2016/02/nilai-nilai-islami-dalam-
upacara.html
LAMPIRAN DAN DRAF WAWANCARA