Anda di halaman 1dari 6

Oleh karena itu penanganan yang tepat dan cepat sangat dibutuhkan dalam mengatasi

kegawatdaruratan syok. Dibutuhkan banyak referensi untuk menyusun tahapan syok hipovolemik
dan penanganannya. Maka dari itu kami mencoba untuk menyusun tahapan dan penanganan syok
berdasarkan sumber yang ada. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa
tentang penanganan syok dan menambah referensi pustaka bagi mahasiswa stikep PPNI khususnya
dalam penanganan syok hipovolemik.
BAB III

PEMBAHASAN

Membandingkan dari beberapa jurnal yang ada, manifestasi klinik berdasarkan derajat
keparahan syok, pertolongan pertama dalam penanganan syok dan penatalaksanaan Airway,
Breathing, Circulation (ABC)nya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

JURNAL MANIFESTASI KLINIK PENATALAKSANAAN


Dehidrasi dan Syok Terdiri dari 3 stadium: 1. Menentukan defisit cairan
Oleh: Ery Lesmana 1. Kompensasi: 2. Atasi syok dengan cairan kristaloid 20
 Takikardi ml/kgBB dalam ½-1 jam, dapat diulang
 Gelisah 3. Sisa defisit 50% dalam 8 jam pertama,
 Kulit pucat dan dingin 50% dalam 16 jam berikutnya
 Pengisian kapiler lambat 4. Cairan RL atau NaCl 0.9 %
2. Dekompensasi: 5. Kondisi hipovolemia telah teratasi apabila
 Takikardia produksi urin 0,5-1 ml/kg BB/jam
 tekanan darah sangat rendah
 perfusi ferifer buruk
 asidosis
 oligouria
 kesadaran menurun
3. irreversible:
 nadi tidak teraba
 tekanan darah tidak terukur
 anuria
 tanda-tanda kegagalan organ (MOD:
multifle organ disfunctions)
Kegawatdaruratan Indikasi parameter pengkajian: Tujuan alam penatalaksanaan syok hipovolemik
syok oleh: 1. Kehilangan cairna minimal ( kehilngan adalah:
Ernita Dewi dan Sri volume cairan intravaskuler 10-15%) 1. Memulihkan volume intravaskuler
Rahayu  Takhikardi ringan sehingga tidak terjadi gangguan perfusi
 Tek.darah supinasi normal jaringan
 Penurunan sistol lebih dari 16 mmhg  Pastikan jalan nafas adekuat, menjamin
atau penigkatan denyut nadi lebih ventilasi dan memaksimalkan sirkulasi
dari 20x/menit  Jika pasien mengalami haemoghagi,
 Urin output lebih dari 30 ml/jam dilakukan pemasangan tekanan pada area
 Kulit pucat dan dingin perdarahan
2. Kehilangan cairan sedang( Kehilangan  Pemasangan 2 jalur venadengan jarum
aira intravaskuler sektar 25%) besar untuk pemberian cairan (RL dan NaCl
 Nadi cepat dan lemah 0,9%, Koloid (albumin dan dekstran 6%)
 Hipotensi supinasi  Pemberian posisi tandelenberg yang
 Kulit dingin dimodifikasi dengan meninggikan tungkai
 Urin output sekitar 10-30ml/jam 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus
 Sangat kehausan horizontal dan kepala agak dinaikka
 Gelisah, bingung, cepat marah 2. Meredistribusi cairan:
3. Kehilangan cairan berat (kehilangan  Kaji jumlah kehilangan cairan
cairan intravaskuler 40%)  Kaji AGD
 Takikardi yang nyata  Beri terapi oksigen sesuai order
 Hipotensi yan nyata  Monitor vital sign
 Nadi perifer yang lemah bahkan  Monitor hemodinamik, termasuk
menghilang CVP,PAWP dan cardiac output tiap 15 menit
 Kulit dingin dan sianosis  Monitor intake output
 Output urin < 10ml/jam  Berikan transfuse sesuai order
 Penurunan kesadaran  Berikan dopamin atau norepineprin sesuai
order
 Awasi tanda-tanda koagulapati
3. Memperbaiki penyebab yang mendasari
kehilangan cairan secepat mungkin
 Berikan support emosional
 Siapkan pasien jika akan dilakukan
pembedahan
Syok dan  Hipotensi 1. Mempertahankan suhu tubuh, beri selimut
penanganannya  Keringat dingin 2. Pemberian cairan
Oleh: Cemy Nur Fitria  Sianosis  Jangan beri minum pada pasien tidak sadar
 Urin berkurang  Jangan beri minum pada penderita yang akan
 Oligouria dioperasi
 Gangguan kesadaran  Pemberian minum harus dihentikan apabila
 Sesak nafas terjadi mual muntah
 Cairan intravena seperti larutan isotonis
kristaloid merupakan pilihan pertama dalam
mengembalikan volume ekstravaskuler
 Pantau Balance input dan output
3. Pemantauan tekanan vena sentral
4. Perhatikan oksigenasi darah dan tindakan untuk
menghilangkan nyeri
5. Pada gangguan organ majemuk (MOD)
diperlukan pemantauan CVP, swan Gans
cateter dan pemeriksaan AGD
Syok Hipovolemik 1. Perdarahan derajat I (kehilangan Tiga tujuan penanganan kegawatdaruratan pasien
Oleh:Paul Kolecki darah 0-15%) dengan syok hipovolemik antara lain:
 Tidak ada komplikasi, hanya (1) memaksimalkan pengantaran oksigen-
terjadi takikardi minimal. dilengkapi dengan ventilasi yang adekuat,
 Biasanya tidak terjadi perubahan peningkatan saturasi oksigen darah, dan
tekanan darah, tekanan nadi, memperbaiki aliran darah,
dan frekuensi pernapasan.  bebaskan jalan nafas
 Perlambatan pengisian kapiler  dibuat 2 jalur intravena, , cairan yang
lebih dari 3 detik sesuai untuk pertama digunakan untuk resusitasi
kehilangan darah sekitar 10% adalah kristaloid isotonik, seperti
2. Perdarahan derajat II (kehilangan Ringer Laktat atau Saline Normal.
darah 15-30%) Bolus awal 1-2 liter pada orang
 Gejala klinisnya, takikardi dewasa (20 ml/kgBB pada pasien
(frekuensi nadi>100 kali anak), dan respon pasien dinilai.
permenit), takipnea, penurunan  Pengadaan infus arteri perlu
tekanan nadi, kulit teraba dingin, dipertimbangkan
perlambatan pengisian kapiler,  Pantau TTV
dan anxietas ringan  Jika pasien sekarat dan hipotensi
 Penurunan tekanan nadi adalah berat (syok derajat IV), diberikan
akibat peningkatan kadar cairan kristaloid dan darah tipe O.
katekolamin, yang menyebabkan Pedoman pemberian kristaloid dan
peningkatan resistensi pembuluh darah tidak diatur, terapi yang
darah perifer dan selanjutnya diberikan harus berdasarkan kondisi
meningkatkan tekanan darah pasien.
diastolik.  Posisi pasien dapat digunakan untuk
3. Perdarahan derajat III (kehilangan memperbaiki sirkulasi; salah satu
darah 30-40%) contohnya menaikkan kedua kaki
 Pasien biasanya mengalami pasien sementara cairan diberikan.
takipnea dan takikardi, Contoh lain dari posisi yang
penurunan tekanan darah bermanfaat adalah memiringkan
sistolik, oligouria, dan perubahan pasien yang sementara hamil dengan
status mental yang signifikan, trauma kearah kirinya, dengan tujuan
seperti kebingungan atau agitasi. memposisikan janin menjauhi vena
 Pada pasien tanpa cedera yang cava inferior dan meningkatkan
lain atau kehilangan cairan, 30- sirkulasi. Posisi Trendelenburg tidak
40% adalah jumlah kehilangan dianjurkan untuk pasien dengan
darah yang paling kecil yang hipotensi karena dikhawatirkan
menyebabkan penurunan terjadi aspirasi. Posisi Trendelenburg
tekanan darah sistolik. juga tidak memperbaiki keadaan
 Sebagian besar pasien ini kardiopulmonal dan dapat
membutuhkan transfusi darah, mengganggu pertukaran udara.
tetapi keputusan untuk
pemberian darah seharusnya (2) mengontrol kehilangan darah lebih lanjut,
berdasarkan pada respon awal dan
terhadap cairan.  pada pasien dengan nadi tidak
4. Perdarahan derajat IV (kehilangan teraba diindikasikan untuk
darah >40%) dilakukan trakeotomi
 Gejala-gejalanya berupa  cegah terjadinya perdarahan
takikardi, penurunan tekanan dengan menekan area
darah sistolik, tekanan nadi perdarahan
menyempit (atau tekanan  Pada pasien dengan perdarahan
diastolik tidak terukur), gastrointestinal, vasopressin
berkurangnya (tidak ada) urine intravena dan H2 bloker telah
yang keluar, penurunan status digunakan.
mental (kehilangan kesadaran),
dan kulit dingin dan pucat. (3) resusitasi cairan.
 Jumlah perdarahan ini akan
mengancam kehidupan secara
cepat.

Dari beberapa jurnal diatas kami dapat menyimpulkan bahwa penatalaksanaan syok dapat dilakukan
dengan mengenal terlebih dahulu tanda dan gejala yang ditimbulkan berupa manifestasi klinik.

Adapun tahapan identifikasi syok dapat disimpulkan sbb:

1. Kehilangan cairan minimal ( kehilngan volume cairan intravaskuler 10-15%)


 Takhikardi ringan
 Tek.darah supinasi normal
 Penurunan sistol lebih dari 16 mmhg atau penigkatan denyut nadi lebih dari
20x/menit
 Urin output lebih dari 30 ml/jam
 Kulit pucat dan dingin
2. Kehilangan cairan sedang( Kehilangan aira intravaskuler sektar 25%)
 Nadi cepat dan lemah
 Hipotensi supinasi
 Kulit dingin
 Urin output sekitar 10-30ml/jam
 Sangat kehausan
 Gelisah, bingung, cepat marah
3. Kehilangan cairan berat (kehilangan cairan intravaskuler 40%)
 Takikardi yang nyata
 Hipotensi yan nyata
 Nadi perifer yang lemah bahkan menghilang
 Kulit dingin dan sianosis
 Output urin < 10ml/jam
 Penurunan kesadaran
Adapun penatalaksanaan syok hipovolemik dapat disimpulkan sebagai berikut:

Tiga tujuan penanganan kegawatdaruratan pasien dengan syok hipovolemik antara lain:

1. memaksimalkan pengantaran oksigen-dilengkapi dengan ventilasi yang adekuat, peningkatan


saturasi oksigen darah, dan memperbaiki aliran darah,
 bebaskan jalan nafas
 dibuat 2 jalur intravena, , cairan yang pertama digunakan untuk resusitasi adalah
kristaloid isotonik, seperti Ringer Laktat atau Saline Normal. Bolus awal 1-2 liter pada
orang dewasa (20 ml/kgBB pada pasien anak), dan respon pasien dinilai.
 Pengadaan infus arteri perlu dipertimbangkan
 Pantau TTV
 Jika pasien sekarat dan hipotensi berat (syok derajat IV), diberikan cairan kristaloid
dan darah tipe O. Pedoman pemberian kristaloid dan darah tidak diatur, terapi yang
diberikan harus berdasarkan kondisi pasien.
 Posisi pasien dapat digunakan untuk memperbaiki sirkulasi; salah satu contohnya
menaikkan kedua kaki pasien sementara cairan diberikan. Contoh lain dari posisi yang
bermanfaat adalah memiringkan pasien yang sementara hamil dengan trauma kearah
kirinya, dengan tujuan memposisikan janin menjauhi vena cava inferior dan
meningkatkan sirkulasi. Posisi Trendelenburg tidak dianjurkan untuk pasien dengan
hipotensi karena dikhawatirkan terjadi aspirasi. Posisi Trendelenburg juga tidak
memperbaiki keadaan kardiopulmonal dan dapat mengganggu pertukaran udara.

2. Mengontrol kehilangan darah lebih lanjut, dan


 pada pasien dengan nadi tidak teraba diindikasikan untuk dilakukan trakeotomi
 cegah terjadinya perdarahan dengan menekan area perdarahan
 Pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal, vasopressin intravena dan H2 bloker
telah digunakan.

3. Resusitasi cairan.
 resusitasi adalah kristaloid isotonik, seperti Ringer Laktat atau Saline Normal. Bolus
awal 1-2 liter pada orang dewasa (20 ml/kgBB pada pasien anak), dan respon pasien
dinilai.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa kami dapat disimpulkan bahwa penanganan pada syok
hipovolemik didasarkan pada kondisi syok yang ada. Derajat syok dan manistasi yang
menyertainya mungkin dapat di jadikan pedoman dalam penanganan syok hipovolemik.
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal gejala-gejala
syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja
kita pada saat-saat/menit-menit pertama pasien mengalami syok

2. SARAN
Perlu adanya pengujian klinik untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penerapan
identifikasi derajat syok terhadap penanganan syok yang dilakukan. Dengan adanya
makalah Evidence Based Nursing ini diharapkan tumbuhnya minat mahasiswa Stikep PPNI
khususnya untuk melakukan penelitian tentang tatalaksana kasus kegawatdaruratan syok
hipovolemik.

Anda mungkin juga menyukai