Serbalawan, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Sumatera Utara yang bergerak dalam
bidang perkebunan dan pengolahan getah berupa barang setengah jadi yang disebut
Pada awalnya PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate ini bernama Goodyear
Tire and Rubber, Co. yang diambil dari penemu proses vulkanisasi belerang yaitu
perusahaan dari Bridgestone Tire and Rubber Company yang berpusat di Akron, Ohio,
Amerika Serikat.
dibeli oleh perusahaan Goodyear dari Vrenide Indice Coltounderneering (VICO), yaitu
Pada Tahun 1917 dilakukan usaha penanaman pohon karet pertama sekali di
perkebunan Dolok Merangir. Beberapa pabrik didirikan dengan nama DM, DX dan FM.
Departement (FSD) dan CRD diganti menjadi Quality Control Departement (QCD).
Sekitar tahun 1942-1945 setelah berakhirnya Perang Dunia II, bangsa Jepang
bangsa Jepang maka Jepang pun mengalami kekalahan dan kemudian angkat kaki dari
Indonesia. Setelah bangsa Jepang tidak lagi berada di Indonesia, sekitar tahun 1946-
1949 perkebunan karet di Dolok Merangir diorganisir dan dibawahi oleh pemerintah
Negara (PPN). Sekitar tahun 1965-1967 Goodyear diambil alih oleh pemerintah
Indonesia berdasarkan Pempres No. 6/1964 sebagai akibat dari politik Dwikora yaitu
diganti dengan PP Ampera I yang kemudian dilebur menjadi PPN Karet XVIII.
Tahun 1967 oleh Pemerintah Orde Baru, manajemen perusahaan ini diserahkan
pihak Goodyear tertanggal 10 Oktober 1967. Kebun Aek Nabara diserahkan kepada
negara dan sebagai gantinya kebun Dolok Ulu dan Naga Raja yang sebelumnya milik
Dolok Merangir, Dolok Ulu, dan Naga Raja. Ketiganya dijadikan satu unit dan dibagi
atas 4 divisi yang luasnya masing-masing sama. Pada tahun itu juga, kebun Naga Raja
dan Dolok Ulu beralih dari PPN menjadi milik perusahaan Goodyear.
Pada 1967, setelah vakum selama dua tahun Goodyear menjadi perusahaan
PT. Haboko Tea Coy Aek Tarum diurus oleh Goodyear dari PT. Lonsum pada tanggal 1
Oktober 1982. Pada tahun 1988, Goodyear berganti nama dari Goodyear Sumatra
Plantations Company Ltd., menjadi PT. Goodyear Sumatra Plantations (GSP). Pada
tahun 1996, PT. Goodyear Sumatra Plantations menjual 5% sahamnya untuk berdikari
dalam persiapan mendapatkan hak paten baru, dan di tahun 1997 permintaan untuk
1.900.000 saham telah beralih kepada Bridgestone Coorporation (Jepang) dengan nama
perusahaan PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang merupakan badan hukum
Sirkuler pada Akte Notaris No. 80 Persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
R.I. No. C-02583 HT. 01. 04. TH, tanggal 2 Pebruari 2005 dan Persetujuan Badan
Koordinasi Penanaman Modal R.I. No. 236/B.2/A6/2005 tanggal 4 Oktober 2005. Dan
pada akhirnya, bulan Agustus 2005 PT. Goodyear Sumatra Plantations (GSP) menjual
sahamnya ke Bridgestone Group dan berganti nama manjadi PT. Bridgestone Sumatra
Rubber Estate (PT. BSRE). Peralihan kepemilikan dan perubahan nama perusahaan
telah diumumkan melalui Harian Media Indonesia dan Suara Pembaharuan pada tanggal
1 September 2005.
Saat ini PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate memiliki 5 divisi yaitu :
Kabupaten Asahan. Tiap divisi dikepalai oleh seorang manajer. PT. Bridgestone
Sumatera Rubber Estate berada di divisi II Dolok Merangir yang mempunyai 3 (tiga)
1. DX Factory
2. DM Factory
3. FM Factory
Namun sekarang ini, pabrik pengolahan tersebut tidak hanya tiga saja, tapi sudah
1. NB 1 Factory
2. NB 2 Factory
rubber tersebut pada dasarnya sama, hanya saja perbedaannya terletak pada spesifikasi
tanggal 2 Januari dan sertifikat HGU No.1 tanggal 15 Oktober 1982 dan telah
seluas 2.486,73.
Kebun Dolok Merangir dan Dolok Ulu diusahai berdasarkan SK Menteri Dalam
Kebun Aek Tarum diusahai berdasarkan Hak Guna Usaha No. 1/Perk. A. Tarum
dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Perkebunan karet merupakan sumber
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate memiliki misi dan spirit/ semangat
melalui keamanan serta kenyamanan semua orang dan memberikan kegembiraan serta
inspirasi.
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate tidak akan berhenti pada produk, pelayanan dan
teknologi tetapi akan terus mengejar suatu kualitas tertinggi dalam semua kegiatan
perusahaan. Dasar dari kesemuanya adalah manusianya. PT. Bridgestone Sumatera
tanggung jawab, sambil memakai hasil musyawarah dan keinginan bersama dengan
masyarakat sebagai pedoman dari semua kegiatan, PT. Bridgestone Sumatera Rubber
Tindakan).
Lokasi perkebunan dan juga pabrik PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate
Sumatera Utara, Indonesia.yang memiliki 108 km dari Medan (ibu kota Propinsi
Sumatera Utara) dan juga berjarak 20 km dari kota Pematang Siantar. Perkebunan dan
pabrik ini terletak pada ketinggian ± 42 m dari permukaan laut, dengan topografi yang
Umbong.
Pendirian perusahaan tersebut memiliki letak yang sangat strategis. Hal tersebut
disebabkan karena :
1. Sumber bahan getah karet tidak jauh dari lokasi pabrik karena perkebunan karet
2. Didukung oleh sarana transportasi dan komunikasi yang menunjang serta prasarana
jalan yang baik. Sehingga hal ini akan memudahkan pengiriman bahan baku, barang
3. Disekitar lokasi pabrik tersedia tenaga kerja yang cukup dan memiliki ketrampilan
setempat.
Luas area yang dimanfaatkan untuk kegiatan usaha perkebunan dan pengolahan
karet oleh PT. BSRE sesuai dengan luas areal HGU (Hak Guna Usaha) yang berlaku
setelah diukur secara kadesteral dengan mengeluarkan seluas 202,827 ha areal untuk
kawasan industri Kabupaten Simalungun dan peluasan wilayah ibu kota Kecamatan
Tapian Dolok, Kantor Imigrasi Pematang Siantar serta peruntukkan jalan maka luas
areal HGU PT. BSRE di kabupaten Simalungun menjadi seluas 11.023, 553 ha. Izin
HGU tersebut berlaku selama 25 tahun sejak diperpanjangan pada tanggal 1 Januari
1998.
getah karet menjadi produk Crumb Rubber atau SIR yang sudah melalui tahapan
pengontrolan kualitas pada bagian Quality Control Department. Oleh karena itu, banyak
negara-negara yang membeli produk Crumb Rubber atau SIR yang dihasilkan oleh
Daerah-daerah pemasaran produk Crumb Rubber atau SIR yang dihasilkan oleh
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate diekspor ke negara Jepang tepatnya ke kota
Yokohama, Tokyo, Hakata, Moji dan Yokkaichi. Selain negara Jepang, negara Brazil
juga mengimpor produk tersebut, tepatnya di kota Santos dan Savanah. Selain itu juga,
tujuan ekspor produk tersebut adalah negara Amerika Serikat yaitu di kota New
Orleans.
produk Crumb Rubber atau SIR dikirimkan dari Dolok Merangir ke pelabuhan Belawan
transportasi laut yang ada di kota Medan dengan menggunakan truk-truk pengangkutan
menjadi bahan setengah jadi (Crumb Rubber). Untuk mendapat kualitas/ mutu produk
Crumb Rubber yang baik bermula dari penanaman dan perawatan karet di lapangan
yang kemudian dilanjutkan dengan proses pengolahan yang melalui beberapa tahap di
pabrik.
Rubber Estate melakukan pengawasan mutu. Pengawasan mutu dilakukan pada saat
penerimaan bahan baku, proses maturasi, proses pembentukan crumb, sampai dengan
finishing product. Untuk itu PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate menerapkan
standar mutu berdasarkan Standard Indonesian Rubber (SIR), maka PT. Bridgestone
Sumatra Rubber Estate melakukan pengawasan mutu dimulai dari standar bahan baku,
standar proses maturasi, standar produk serta pendeteksian metal. Berikut merupakan
a. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan berasal dari dua sumber yaitu, karet yang dihasilkan
b. Proses Maturasi
Merupakan cara yang digunakan untuk proses pengeringan pada periode yang
ditentukan, agar kadar kering bahan baku semakin tinggi sebelum diolah menjadi
crumb. Proses maturasi dilakukan selama 3 minggu, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan kadar kering yang tinggi. Kadar kering dari bahan baku sangat
menentukan kualitas produk akhir, salah satunya adalah adanya bintik-bintik putih
pada produk yang dikenal dengan white spot. Untuk itu perlu dilakukan proses
pemeriksaan bahan baku. Prosedur pengujian DRC pada proses maturasi adalah
sebagai berikut :
3. Petugas Quality Control mengambil sampel dan ditempatkan dalam tas atau
nampan.
4. Sampel akan dibawa ke Quality control Departement untuk diuji kadar DRC
nya.
5. Hasil dari test akan mendefenisikan kuantitas dari DRC sebelum diproses.
a. Sampel yang diambil ditimbang, sampel tersebut adalah sampel basah, diberi
nama (A)
b. Sampel tersebut kemudian digiling sekitar 15-20 pass atau sampai homogen
memastikan bebas dari air di permukaan dan berat 100% lapisan basah,
ditimbang
DRC 1 + DRC 2
DRC =
2
c Pendeteksian Metal
Agar produk crumb rubber yang dihasilkan tidak mengandung material seperti besi,
ataupun batu, maka PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate melakukan prosedur
berikut :
3. Jika bandela tidak terkontaminasi logam, maka lampu utama dan alarm tidak
4. Jika bandela terkontaminasi, maka lampu utama dan alarm akan menyala. secara
otomatis. Bandela akan diperiksa ulang melewati detektor logam pada posisi
sebaliknya.
5. Apabila lampu utama dan alarm masih menyala, maka bandela akan di tolak.
Bandela yang ditolak akan akan diproses kembali. Bandela akan dipotong
terkontaminasi, maka B dipotong menjadi 2 yaitu B1 dan B2. Prosedur ini akan
berlanjut sampai akhirnya logam ditemukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
A B A B1 B2
d. Produk
Produk yang dihasilkan oleh PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Berdasarkan
standard mutu karet olahan Standard Indonesian Rubber (SIR). SIR digolongkan
SIR 3 L (Light)
SIR 5
SIR 10
SIR 20
SIR 3 CV, SIR 3 L dan SIR 3 WF dari lateks. SIR 5, SIR 10 dan SIR 20 dari
koagulum lateks. Untuk memilih jenis bahan olah yang sesuai dengan rencana
produksi, produsen SIR dapat berpedoman kepada Standard bahan olah karet.
Standard Indonesia Rubber disajikan dalam bentuk bandela dengan berat dan
ukuran tertentu. Ukuran bandela SIR yang diperdagangkan adalah panjang 675 ± 25
mm dan lebar 35 mm, dapat mempunyai berat sebesar 33 1/3 atau 35 kg atau sesuai
No Jenis Mutu Bahan Olah Sir3CV Sir3L SIR3WF SIR 5 SIR 10 SIR 20
3 Kadar zat menguap (b/b) % Max0.80 Max0.80 Max0.80 Max0.80 Max0.80 Max0.80
7 Kemantapan Viskositas
Wallace)
8 Viskositas Mooney ML
(1+4) - *) - - - - -
1. Kadar Kotoran
Kotoran adalah benda asing yang tidak larut dan tidak dapat melalui saringan
mesh. Adanya kotoran di dalam karet yang relatif tinggi dapat mengurangi sifat
dinamika yang unggul dari vulkanisat karet alam antara lain kalor timbul dan
culkanisat tipis.
2. Kadar Abu
Abu didalam karet terjadi dari oksida, karbonat dan fosfat dari kalium,
magnesium, kalsium, natrium dan beberapa unsur lain dalam jumlah yang
berbeda-beda. Abu dapat pula mengandung silicat yang berasal dari karet atau
mengenai jumlah bahan mineral didalam karet. Beberapa bahan mineral didalam
karet yang meninggalkan abu dapat mengurangi sifat dinamika yang unggul
seperti kalor timbul dan ketahanan retak lentur dari vulkanisat karet slam.
3. Zat Menguap
Zat menguap didalam karet sebagian besar dari uap air dan sisanya adalah zat-zat
lain seperti serum yang mudah menguap pada suhu 100o C. Kadar zat menguap
adalah bobot yang hilang dari potongan uji setelah pengeringan. Adanya zat yang
Penentuan Plasticity Retention Index (PRI) adalah cara pengujian yang sederhana
dan cepat untuk mengukur ketahanan karet terhadap degradasi oleh oksidasi pada
suhu tinggi. Nilai PRI yang tinggi menunjukkan ketahanan yang tinggi terhadap
degradasi oleh oksidasi. Kadang-kadang ada warna karet yang tidak dapat
dibandingkan karena terlampau kuning, kehijau-hijauan atau abu-abu. Jika hal ini
terjadi maka karet tersebut dianggap sebagai karet yang mempunyai warna tidak
normal. Warna yang tidak normal dapat terjadi karena pemisahan fraksi-fraksi
Untuk menjaga kualitas produk yang telah ditetapkan oleh SNI, maka dilakukan
pengambilan sampel dari produk. Untuk mengetahui ada tidaknya white spot yang
tekandung dalam bandela, maka setiap 6 bandela akan dipotong. Ada tidaknya white
spot akan ditentukan oleh visualisasi operator. Untuk persyaratan mutu seperti Tabel
2.1, maka sampel akan diambil dari setiap 9 bandela. Misalnya dapat dilakukan
terhadap bandela nomor 2, 11, 20 dan seterusnya atau bandela 5, 14, 23 dan seterusnya
atau yang biasa dilakukan di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate adalah
pemotongan bandela 9, 18, 27 dan seterusnya. Syarat pengambilan contoh bandela pada
1. Bandela yang terpilih diletakkan diatas meja yang bersih dengan posisi mendatar
3. Potongan lainnya diambil dengan cara yang sama pada sudut berlawanan dengan
arah diagonal.
5 cm
5 cm
Bandela Contoh
5. Berat satu potongan contoh (A atau B) adalah 150 sampai 300 gram
7. Contoh akan diberi label yang menerangkan mengenai tanggal produksi nomor
pallet/ contoh, nomor potongan/ bandela dan keterangan lain bila dibutuhkan.
untuk diuji.
Dalam proses produksi terdapat tiga bahan yang digunakan, bahan tersebut
diantaranya, bahan baku merupakan bahan utama pada proses produksi. Bahan
tambahan merupakan bahan yang ditambahkan ke bahan utama dengan presentasi yang
kecil. Bahan penolong merupakan bahan yang ikut membantu bahan utama dalam
Bahan baku adalah semua bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
suatu produk dan ikut dalam proses produksi. Penggunaan bahan baku memiliki
Pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate khususnya pada DX Factory, bahan baku
1. BSRE Lump
BSRE Lump merupakan bahan baku yang berasal dari perkebunan Bridgestone
Sumatra Rubber Estate. Getah karet ditampung didalam mangkuk yang menyerupai
Bahan baku yang digunakan adalah cup lump (getah mangkuk). cup lump didapat
dari kebun sendiri yang dikelola oleh PT. bridgestone Sumatra Rubber Estate.
b. Tidak mengandung bahan kimia seperti TSP yang biasanya terkandung pada
pupuk karet.
c. Kandungan tatal dan daun tidak boleh lebih dari lima helai per bongkah
Out Purchase Lump atau disingkat dengan OP lump merupakan karet yang
berdasarkan penyortiran menjadi C1 dan C2. Berikut spesifikasi dari OP lump C1.
c. Kandungan tatal dan daun tidak boleh lebih dari lima helai per bongkah
c. Kandungan Tatal dan daun tidak lebih dari 15 helai per bongkah.
Bahan tambahan adalah semua bahan yang digunakan pada proses produksi
untuk memberikan nilai tambah suatu produk dan terdapat pada akhir. Biasanya bahan
tambahan mempunyai presentasi yang sangat kecil dibandingkan dengan bahan baku.
1. Plastik
standard SNI. Karakteristik yang harus sesuai dengan SNI diantaranya, warna
plastik pembungkus, warna pita plastik, tebal plastik pembungkus dan titik leleh
plastik.
2. Pallet
Pallet digunakan untuk meyimpan bandela-bandela yang telah dibungkus. Selain itu
pallet, yang ditentukan oleh jumlah bandela yang dapat ditampung didalamnya.
Bahan penolong merupakan bahan yang ikut membantu bahan utama dalam
proses produksi tetapi tidak ikut di dalam proses produksi. Air merupakan bahan
penolong yang digunakan pada proses pembuatan crumb rubber. Air sangat diperlukan
karena pada umumnya industri pengolahan crumb rubber memerlukan proses pencucian
yang banyak. Pada proses produksi pembuatan crumb rubber di PT. Bridgestone
Sumatra Rubber Estate, setidaknya ada enam buah tangki pencucian. Hal ini
membuktikan bahwa air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk membantu
Proses pengolahan Crumb Rubber pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate
b. Penyortiran
c. Precleaning
d. Proses maturasi
3. Finishing Product
a. Penimbangan
b. Pengujian Sampel
c. Deteksi Metal
d. Pengemasan
f Penyimpanan
terbagi dua yaitu penimbangan isi dan penimbangan kosong. Penimbangan isi
dilakukan pada saat truk masih berisi bahan baku, sedangkan penimbangan kosong
dilakukan pada saat bahan baku telah disortir. Hal ini dilakukan untuk mengetahu
kuantitas dari bahan baku yang dibawa oleh truk. Bagi karet yang dibeli dari
kepada pemilik karet. Harga karet ditentukan oleh kuantitas dari karet yang dijual
serta kadar DRC (Dry Rubber Content), Dirt Content, Ash Content.
b. Penyortiran
Bahan baku disortir pada area penerimaan bahan baku, disini muatan truk
dibongkar. Pekerja menyortir dan memisahkan bahan baku berdasarkan grade yang
c. Precleaning
Bahan baku yang telah disortir dan dipisahkan berdasarkan grade, kemudian dibawa
ke area precleaning. Bahan baku diturunkan didaerah ini dan diangkut dengan
menggunakan belt conveyor ke mesin slab cutter. Pada mesin slab cutter bahan
baku dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil. Setelah melewati mesin slab cutter
bahan baku akan masuk ke settling tank I. Settling tank I berfungsi untuk
mengendapkan kotoran. Arus air yang mengalir mengitari bak pencucian akan
membawa bahan baku ke mesin pre breaker. Pada mesin pre breaker kemudian
akan dipotong dengan partikel yang lebih kecil. Setelah melewati mesin pre breaker
bahan baku akan masuk washing tank untuk pencucian. Setelah melewati washing
tank. Bahan baku kemudian dibawa ke settling tank II dengan kem menggunakan
bucket conveyor. Pada settling tank II bahan baku kembali akan mengalami proses
pencucian. Dari settling tank II kemudian bahan baku akan dipompakan ke truk
yang telah menunggu. Truk kemudian membawa bahan baku ke area BIN yang
d. Proses Maturasi
Maturasi merupakan cara yang digunakan untuk proses pengeringan pada periode
yang ditentukan agar kadar kering bahan baku semakin tinggi sebelum diolah. Pada
proses maturasi ini bahan baku dijemur di area BIN untuk mendapatkan kadar karet
kering sebesar 75%-80%. Selama proses maturasi petugas Quality Control akan
mengambil sampel untuk menguji Dry Rubber Content (DRC). Nilai dari DRC akan
Bahan baku yang telah melewati proses maturasi dan kadar kekeringan telah
sesuai dengan standar, akan dibawa ke DX Factory untuk pembentukan crumb. Bahan
baku terlebih dahulu ditumpuk, kemudian bahan baku diletakkan di drag conveyor oleh
pekerja untuk diproses pada mesin slab cutter. Pada mesin slab cutter bahan baku
dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil. Pada mesin slabg cutter, bahan baku akan
mengalami penekanan oleh screw press untuk melewati die plate. Die plate mempunyai
diameter lubang sebesar 25 mm. Bahan baku yang keluar dari die plate akan dipotong
dengan besi pemotong yang bekerja secara berlawanan, sehingga ukuran bahan baku
semakin kecil. Setelah melewati mesin slab cutter, bahan baku akan masuk ke dalam
settling tank I. Tangki ini berfungsi untuk mengendapkan kotoran. Bahan baku yang
telah melewati settling tank I akan di transfer blending tank dengan bucket conveyor I.
Pada proses pentransferan denga bucket conveyor I bahan baku juga mengalami proses
pencucian. Pada blending tank bahan baku dicuci dengan putaran mixer, fungsinya
Bahan baku kemudian akan dipotong kembali dengan menggunakan mesin pre
breaker setelah terlebih dahulu ditransfer dengan menggunakan bucket conveyor II.
Sama seperti prinsip kerja mesin slab cutter, mesin pre breaker juga berfungsi untuk
mengurangi ukuran partikel dari bahan baku serta menghilangkan serum dan kotoran.
Dengan bantuan arus air, maka bahan baku akan berpindah ke settling tank II. Pada
settling tank II partikel karet dibersihkan dalam tangki diaduk untuk mengendapkan
kotoran. Setelah melewati settling tank bahan baku akan ditransfer ke dalam system
pneumatic transfer. Bahan baku akan ditransfer ke mesin hammer mill dengan
tinggi. Dengan bantuan arus air, bahan baku keluar dari hammer mill dan akan
ditampung di settling tank III. Disini bahan baku akan diaduk, sehingga kotoran
mengendap. Dari settling tank III bahan baku akan dibawa dengan screw conveyor
kedalam system pneumatic transfer. Melalui system pneumatic transfer bahan baku
akan dibawa ke dalam settling tank IV. Sama dengan settling tank sebelumnya, fungsi
settling tank IV adalah mengendapkan kotoran yang ada pada partikel karet.
pneumatic transfer. Melalui system pneumatic transfer partikel karet akan ditransfer ke
mesin extruder I. Pada mesin extruder partikel karet akan mengalami proses penekanan
agar dapat melewati die plate. Diameter die plate pada extruder I sebesar 3-3,5 mm.
Mesin extruder akan memotong dan mengekstruksi partikel karet dengan pemotongan
kecepatan tinggi, sehingga menghasilkan partikel karet yang kecil. Mesin extruder
mengurangi serum dan kotoran. Arus air akan akan membawa partikel karet ke settling
tank V. Pada settling tank V partikel karet akan dicuci untuk mengendapkan kotoran.
pneumatic transfer. Partikel karet akan ditransfer oleh system pneumatic transfer ke
mesin extruder II. Pada mesin extruder II bahan baku akan mengalami proses
penekanan untuk melewati die plate dengan diameter 2,4mm–3mm. Pada mesin
extruder II, partikel karet akan akan dipotong dan diekstruksi. Produk crumb yang
diekstrusi dimasukkan ke blower arus udara, partikel karet akan ditransfer secara
pneumatik ke trolley.
Partikel karet dipisahkan dari udara menggunakan aliran gas siklon. Karet turun
ke dalam trolley dan partikel udara habis, sehingga dihasilkan kualitas produk akhir.
Trolley diisi dengan partikel karet dengan menggunakan Hydrocyclone pump dan
blower. Di dalam trolley berisi 28 kotak, masing-masing kotak berukuran 75cm x 40cm
x 25cm. Setelah setiap bagian trolley diisi oleh partikel karet, maka trolley akan
dimasukkan kedalam dryer dan akan dipanaskan selama ± 14 menit dengan suhu
1200C-1350C. Setelah 14 menit, trolley akan keluar secara otomatis. Selanjutnya akan
dilakukan pembongkaran crumb biscuit oleh pekerja. Crumb biscuit akan diletakkan
a. Penimbangan
yang mengadung white spot atau kontaminasi akan diambil secara paksa
sampelnya.
b. Pengambilan Sampel
Sampel diambil setiap sembilan bandela (yaitu 4 sampel per pallet). Sampel diambil
dari setiap sudut yang berlawanan secara diagonal . Sampel yang diambil sekitar
350 gr sampel. Sampel diberi label, dibungkus dan dikirim untuk analisis. Setiap
bandela yang mengandung white spot atau kontaminasi ditolak oleh petugas QCD.
Bandela kemudian dipotong dua setiap 6 bandela, secara visual diperiksa untuk
memeriksa white spot dan kontaminasi. Bandela dibungkus sesuai dengan kriteria
c. Penimbangan Ulang
ulang untuk memastikan bahwa berat dari produk sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
d. Pendeteksian Metal
conveyor. Jika terkontaminasi bandela akan ditolak oleh inspektur QCD dan
kemudian dipisahkan.
e. Pengemasan
Bandela diberi label atau nomor dan kemudian dikemas setelah mendapatkan
persetujuan kualitas dari QCD. Bandela yang tidak sesuai dengan kualitas kemudian
dipisahkan dalam “on hold area” untuk kemudian diproduksi kembali. Bandela
pallet terlebih dahulu dilapisi dengan plastik alas. Penimpaan pallet dengan batu ini
g. Penyimpanan
Bandela akan ditempatkan dipallet, setiap pallet berisi 36 bandela. Pallet kemudian
dipindahkan ke pallet storage dengan alat tranportasi berupa forklift. Pada pallet
tertera alamat dan tujuan pengiriman beserta spesifikasi produk. Pallet kemudian
dibungkus dan kemudian disusun bertingkat dengan menggunakan fork lift, dan
melakukan proses produksi pengolahan karet, PT. bridgestone Sumatra Rubber Estate
Kecepatan : 50 rpm
Diameter : 460 mm
Panjang : 2780 mm
Lebar : 446 mm
Panjang : 5000 mm
Lebar : 640mm
a. Blower
Fungsi Mesin : Mencincang bahan baku menjadi ukuran yang lebih kecil.
Diameter Screen : 25 mm
Trolley : 16 section mm
Kelembapan : 100%
Conveyor Detector
Panjang : 3190 mm
Tinggi : 450 mm
Lebar : 700 mm
Peralatan merupakan suatu alat yang digunakan pada proses produksi yang tidak
Diameter : 1400 mm
Panjang : 2800 mm
Diameter : 1400 mm
Panjang : 2800 mm
dryer.
Panjang : 4880 mm
Lebar : 1450 mm
Tinggi : 850 mm
Bahan : Alumunium
Panjang : 4880 mm
Lebar : 670 mm
Tinggi : 37 mm
Bahan : Alumunium
pendinginan
Panjang : 4880 mm
Lebar : 124 mm
Tinggi : 700 mm
Bahan : Kayu
pengambilan sampel
Panjang : 600 mm
Lebar : 10 mm
Panjang : 500 mm
Bahan : Besi
memberikan dampak ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat yang ada di sekitar
lokasi pabrik. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar karyawan yang bekerja di
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan penduduk daerah setempat.
Sehingga dengan banyaknya tenaga kerja yang diserap di lokasi tersebut dapat
PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate sendiri, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Perumahan
3. Rumah sakit
4. Poliklinik
5. Unit Pelayanan KB
6. Rumah Ibadah
7. Sarana Trasnportasi
13. Koperasi
14. Kantin
15. Pelatihan
Jamsostek, dan kepesertaan tersebut terdaftar sejak tanggal 1 April 1978 dengan No.
B0040013. Adapun jumlah iuran yang dibayar tiap bulannya sebesar 6,54% yang
Jumlah iuran yang disubsidi oleh perusahaan tiap bulannya tersebut dirinci
sebagai berikut :
dibayarkan lagi. Hal ini dikarenakan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate telah
terdapat bahwa hubungan lini sebagai hubungan utama dan hubungan fungsional
sebagai pelengkap. Hubungan lini pada struktur organisasi tersebut menunjukkan bahwa
bawahan tersebut hanya menerima tugas, tanggung jawab, wewenang serta haknya dari
atasannya. Oleh karena itu, seorang bawahan hanya mengenal seorang atasan. Struktur
organisasi lini tersebut terlihat pada Production Director yang memiliki bawahan yaitu
misalnya Bagian MFA dibagi lagi menurut fungsinya yaitu Manager Filed, Training
Struktur organisasi PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Struktur Organisasi PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate
Board Of Commisioners
Board Of Director
President Director
Latex Specialist
Manager Field
Processing Engineering Estate Inspector
Division
TD / AWS
FSD
Traffic Medan Office
Pembagian tugas dan wewenang masing-masing bagian yang ada di dalam
1. Manager Director
perusahaan.
2. Director
produksi.
e. Bertanggung-jawab secara menyeluruh atas perbaikan alat.
3. Finance Director
4. Production Director
baik crumb rubber (karet remah) atau concentrate latex (getah cair yang
pengolahan.
d. Turut berpartisipasi dalam masalah pemeriksaan mutu dan penilaian mutu
oleh manajemen.
jadi.
8. Project Manager
diusahakan.
9. Field Inspector
Perkebunan).
setiap hari.
pembagian tugas.
(General Manager).