Anda di halaman 1dari 6

LITIUM

DISUSUN OLEH D1-2018

1. Afifah (1813015054) 8. Kiki Nur Azizah H.F (1813015019)

2. Andi Annisa Azahra (1813015064) 9. Lutviatul Muzhahadah (1813015059)

3. Andi Berbi Ollan Yunus (1813015159) 10. Marsya Chikita A(1813015079)

4. Bagaskara Adi Nugroho (1813015039) 11. Rizki Noor Amelia (1813015069)

5. Dayang Noor Afda (1813015259) 12. Suci Maulidiani (1813015004)

6. Dyah Ayu Pusporini (1813015234) 13. Winchy putri cantika (1813015119)

7. Eni Ayu Putri (1813015084) 14. Najla nabila azahra (1813015089)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
LITIUM

A. Sifat-Sifat Kimia Lithium


1. Lithium bereaksi dengan mudah terhadap air, namun hanya melepaskan energi yang
lebih rendah dibanding pelepasan energi pada peristiwa sama yang dilakukan oleh
logam-logam golongan alkali lainnya. Reaksi dengan air menghasilkan gas hidrogen
(H2) dan lithium hidroksida dalam larutan air. Karena reaktivitas yang tinggi
terhadap air menyebabkan penyimpanan logam lithium harus dihindarkan dari air ;
biasanya logam ini disimpan di bawah penutup dari hidrokarbon, seperti petroleum
jelly. lithium tak memiliki berat yang cukup untuk membuatnya mampu tenggelam
dalam minyak mineral.
2. Dalam udara yang mengandung air (lembab), kulit logam lithium cepat teroksidasi
membentuk lapisan hitam lithium hidroksida (LiOH dan LiOH•H2O), lithium nitrida
(Li3N) dan lithium karbonat (Li2CO3. yang merupakan hasil dari reaksi sekunder
antara LiOH dan CO2).
3. Saat dibakar dengan nyala api, senyawa lithium mengeluarkan warna merah
mencolok ; tapi bila terbakar pada api yang lebih panas, warna nyala api berubah
menjadi perak terang. Karena logam lithium mudah terbakar oleh oksigen dari
udara, maka adanya kontak yang massive dengan udara memiliki potensi terjadinya
ledakan. Reaksi antara lithium dan air pada suhu normal berlangsung cepat tapi
tanpa potensi ledakan.Kebakaran yang disebabkan reaksi antara lithium dan udara
sangat sulit untuk dipadamkan menggunakan air atau gas CO. Untuk memadamkan
kebakaran ini harus menggunakan bahan pemadam bubuk kering tipe D.
4. Lithium adalah satu-satunya logam yang mampu bereaksi dengan nitrogen di bawah
kondisi normal.
5. Lithium memiliki hubungan diagonal dengan magnesium, unsur yang sama atom
dan jari-jari ionik. Kemiripan kimia antara dua logam termasuk pembentukan nitrida
oleh reaksi dengan N2, pembentukan oksida (Li2O) dan peroksida (Li2O2) ketika
dibakar dalam O2, garam dengan serupa kelarutan, dan ketidakstabilan termal dari
karbonat dan nitrida.
6. Logam ini bereaksi dengan gas hidrogen pada suhu tinggi untuk menghasilkan
lithium hidrida (LiH). Senyawa lithium lainnya antara lain senyawa lithium halida
(LiF, LiCl, LiBr, LiI) dan sulfida (Li2S), lithium superoksida (LiO2), karbida
(Li2C2), dan sebagainya. Banyak senyawa anorganik lain yang dikenal, di mana
lithium bergabung dengan anionnya untuk membentuk berbagai garam: borat,
amida,karbonat, nitrat, atau borohidrida (LiBH4). Lithium aluminium hydride
.(LiAlH4) umumnya digunakan sebagai agen pereduksi dalam sintesis
organik.Beberapa reagen organolitium diketahui di mana ada ikatan langsung antara
karbon dan atom lithium yang secara efektif menciptakan senyawa Karbanion.
Dalam banyak jenis senyawa organolitium, ion lithium cenderung membentuk
agregat tersendiri dalam cluster tinggi yang simetris. LiHe, adalah ikatan van der
waals yang sangat lemah, dan dapat dideteksi pada suhu yang rendah.

B. Sifat Fisika Litium


1. Fase : Padat
2. Titik lebur : 180,54 oC
3. Titik didih : 1342 oC
4. Kepadatan : 0,534 g/cm3
5. Kalor peleburan : 3.00 kJ/mol
6. Kalor penguapan : 147,1 kJ/mol
7. Kapasitas kalor molar : 24,860 J/(mol.K)
8. Kalor jenis : 3,6 J/gK
9. Kekerasan : 0,6 Mohs
10. Volume Molar : 13 cm3/mol

C. Keberadaan Di Alam
1. Pada Kerak Bumi

Ditemukan pada tahun 1817, diperkirakan kelimpahan nya sebesar 0,05% di


kerak bumi. Estimasi kandungan litium dalam kerak bumi berada dalam kisaran 20
sampai 70 ppm berat. Litium adalah unsur yang relatif jarang walaupun ditemukan
dalam banyak batuan dan beberapa sumber lain. Bijih yang paling umum sebagai
sumber litium adalah podumene, petalite dan lepidalite.

2. Pada air laut

Litium juga ditemukan pada air laut dengan menguapkan air laut akan
meninggalkan padatan gara (NaCl), kalium klorida (KCl) dam litium klorida (LiCl).
total kandungan litium dalam air laut sangan besar, dengan estimasi sekitar 220 milyar
ton, karena konsentrasinya dalam air laut relatif konstam dalam kisaran 0,14 sampai
0,25 ppm atau 25 mikromolar.

3. Pada biologi

Litium dijumpai dalam jumlah renik dalam sejumlah tumbuhan, plankton dan
invertebrata pada kisaran konsentrasi antara 69 hingga 5.760 bagian permilyar (pbb).
pada vertebrata, konsentrasinya sedikit lebih rendah dan hampir seluruh jaringan dan
cairan tubuh vertebrata mengandung litium pada kisaran 21 hingga 763 pbb.
Organisme laut cenderung membioakumulasi litium lebih banyak darpada organisme
terestrial.

4. Proses Pengolahan
Saat ini kebutuhan untuk lithium (Li) meningkat sangat tinggi, akibat kisaran
penggunaan yang luas sebagai bahan baku untuk baterai rechargeable, logam alloy untuk
pesawat, dan untuk bahan bakar nuklir fusi masa depan. Sumber daya lithium di tanah
sejumlah lebih dari 14 juta ton (Garret, 2004). Lithium diperoleh dari biji lithium
terutama dari mineral yang terkandung pada granite, pegmatite, atau air asin (brine)
(Ryabstev dkk., 2002).
Litium disintesis menggunakan teknologi elektrolisis dengan cara
memasukkan satu elektron ke ion logam Litium yang bersifat elektropositif. Biji Litium
yang penting adalah spodamene (LiAl(SiO3)2. Litium alfa diubah menjadi litium beta
pada suhu 1100°C, kemudian dicampur dengan H2SO4 panas, lalu di ekstraksi dalam air
untuk mendapatkan Litium Sulfat Li2SO4.
Li2SO4 ditambahkan natrium karbonat untuk mendapat garam Li2CO3 yang
tidak mudah larut dalam air.
Li2SO4 + Na2CO3 → Na2SO4 + Li2CO3
Reaksi dari Litium dengan HCl akan menghasilkan LiCl yang siap untuk
dielektrolisis.
Li2CO3 + 2HCl → 2LiCl + CO2 + H2O
Lithium yang diekstraksi dari biji lithium pada umumnya memerlukan proses
recovery kimiawi dengan energi intensif yang jauh lebih mahal dibandingkan bila
recovery dari air asin. Air asin bawah permukaan tanah saat ini menjadi paling dominan
sebagai bahan baku produksi lithium karena biaya produksinya jauh lebih murah
dibandingkan biaya pengolahan dari biji lithium. Air asin dengan kadar lithium relatif
rendah (< 100 ppm) direcover dengan cara pemekatan dan diendapkan sebagai
Li2NaPO4, yang selanjutnya diubah menjadi lithium karbonat sebagai produk akhir.
Air asin yang mengandung Li lebih dari 200 ppm dengan kadar logam alkali
tanah yang rendah direcovery dengan penguapan sinar matahari. Logam alkali tanah
dihilangkan dengan pengendapan. Lithium karbonat diendapkan dengan penambahan
Na2CO3 pada air asin pekat panas. Teknologi recovery yang dapat digunakan untuk
recovery lithium dari air asin adalah:
(1) ekstraksi selektif,
(2) pengendapan,
(3) adsorpsi.
Ekstraksi selektif salah satu merupakan proses yang digunakan untuk recovery
Lithium dari air asin. Pelarut yang digunakan adalah senyawa aliphatic alcohol seperti n-
butanol, amyl alkohol, n-ethyl heksanol, dipivaloyl-methane, turunan β-diketone. Dasar
proses ekstraksi selektif adalah kelarutan senyawa penyusun air asin pada pelarut
tertentu.
Lithium akan diendapkan sebagai LiOH, tetapi karena konsentrasi Li dalam
brine sangat kecil (< 400 ppm) sementara kelarutan LiOH dalam air cukup besar
(12,6%), maka metode presipitasi langsung sebagai LiOH menjadi sangat sulit. Oleh
karena itu LiOH akan diendapkan dengan cara menyisipkannya ke dalam kisi kristal
senyawa lain, yaitu Al(OH)3 yang memiliki kelarutan cukup rendah (1 ppm). Jadi reaksi
interkalasi lithium dilakukan dengan tahap:
a. Reaksi pembentukan LiOH yang terjadi karena larutan dibuat menjadi basa:
Li+ + OH- → LiOH
b. Reaksi interkalasi/ko-presipitasi yang berupa pengendapan Al(OH)3 dengan
memerangkap LiOH di antara kisi kristalnya. Al(OH)3 terbentuk akibat reaksi antara
Al3+ (yang berasal dari Al2(SO4)3) dengan OH- :

Al3+ + 3 OH- → Al(OH)3 ↓


Adsorpsi yang dilakukan dalam usaha merecover lithium adalah dengan
menggunakan metode pertukaran ion. Ion lithium yang berada dalam larutan dilewatkan
pada suatu resin penukar ion, sehingga ion Li akan terikat pada resin tersebut. Proses
pelepasan lithium dari resin dilakukan pada tahap regenerasi terhadap resin.
5. Manfaat Dalam Bidang Kesehatan
1. Sebagai Neuroprotective
Penggunaan litium bahkan bisa digunakan untuk kesehatan. Litium bisa mengurangi
eksitotoxicity glutamat karena kemampuan lithium untuk menghambat masuknya
kalsium. Untuk itu litium bisa digunakan untuk membantu mengatasi gangguan
suasana hati, diabetes, alzheimer, penyakit radang, kanker dan juga autoimun.
2. Menghambat Apoptosis
Litium bisa meningkatkan heat shock protein sehingga bisa mendorong pelipatan
protein dan membuang protein abnormal.
3. Membantu Otak dan Jantung
Perawatan dengan menggunakan litium bisa meningkatkan VEGF sehingga bisa
meningkatkan pertumbuhan sel dan juga remodelling pembuluh darah sesudah
terserang stroke. Dengan meningkatkan VEGF tersebut, maka pengobatan dengan
menggunakan litium, maka seseorang bisa lebih cepat sembuh dari stroke atau
serangan jantung. (VEFG) Faktor pertumbuhan endotel vaskular awalnya dikenal
sebagai faktor permeabilitas vaskular ( VPF ), adalah protein sinyal yang diproduksi
oleh sel yang merangsang pembentukan pembuluh darah.
4. Menstabilkan Suasana Hati
Pada percobaan hewan, litium secara konsisten bisa menurunkan aktivitas eksplorasi
dan juga agresi. Litium memiliki efek menenangkan dan menstabilkan suasana hati
yang juga terjadi pada manusia. Untuk itulah litium sering digunakan untuk
mengatasi depresi, gangguan bipolar dan juga skizofrenia. Litium karbonat
merupakan obat yang banyak digunakan untuk mengendalikan penyakit manik
depresif dan mengurangi serangan manic.
5. Mengurangi Autoimunitas dan Peradangan
Litium mempunyai efek yang bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dengan
menghambat GSK 3, litium bisa berguna untuk hewan dalam kondisi autoimun.
Litium bisa menurunkan produksi dan aktivitas prostanglandin sehingga mencegah
efek negatif di sistem kekebalan. Litium juga bisa menurunkan frekuensi dan durasi
infeksi herpes labial dan genital berulang sekaligus mencegah terjadinya flu biasa.
(GSK 3) Glycogen synthase kinase 3 adalah protein kinase serin / treonin yang
memediasi penambahan molekul fosfat ke residu asam amino serin dan treonin .

Anda mungkin juga menyukai