Anda di halaman 1dari 3

Litium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki

lambang Li dan nomor atom 3. Unsur ini termasuk dalam logam alkali dengan warna
putih perak. Dalam keadaan standar, litium adalah logam paling ringan sekaligus
unsur dengan densitas (massa jenis) paling kecil. Seperti logam-logam alkali lainnya,
litium sangat reaktif dan terkorosidengan cepat dan menjadi hitam di udara
yang lembap. Oleh karena itu, logam litium biasanya disimpan dalam wadah yang
diisi minyak anhidrat.
Menurut teorinya, litium (kebanyakan 7Li) adalah salah satu dari sedikit unsur yang
disintesis dalam kejadian Dentuman Besar walaupun kelimpahannya sudah jauh
berkurang. Sebab-sebab menghilangnya litium dan proses pembentukan litium yang
baru menjadi topik penting dalam astronomi. Litium adalah unsur ke-33 paling
melimpah di bumi,[1] namun oleh karena reaktivitasnya yang sangat tinggi membuat
unsur ini hanya bisa ditemukan di alam dalam keadaan bersenyawa dengan unsur lain.
Litium ditemukan di beberapa mineral pegmatit, namun juga bisa didapatkan dari air
asindan lempung. Pada skala komersial, logam litium didapatkan
dengan elektrolisis dari campuran litium klorida dan kalium klorida.
Sekelumit litium terdapat dalam samudera dan pada beberapa organisme walaupun
unsur ini tidak berguna pada fungsi biologis manusia. Walaupun demikian, efek
neurologi dari ion litium Li+ membuat garam litium sangat berguna sebagai obat
penstabilan suasana hati. Litium dan senyawa-senyawanya mempunyai beberapa
aplikasi komersial, meliputikeramik dan gelas tahan panas, aloi dengan rasio kekuatan
berbanding berat yang tinggi untuk pesawat terbang, danbaterai litium. Litium juga
memiliki tempat yang penting dalam fisika nuklir.
Sejak akhir Perang Dunia II, produksi litium meningkat. Logam litium dipisahkan
dari unsur lain dalam batuan mineral, misalnya petalit. Garam litium diekstraksi dari
air mata air mineral, kolam penampungan air garam, deposit air garam. Logam
diproduksi dengan mengelektrolisisleburan campuran litium klorida dan kalium
klorida. Pada tahun 1998 harga logam litium adalah 95 US$ / kg (atau
43 US$/pound).[2]
Ada harapan luas untuk menggunakan baterai litium pada kendaraan listrik, tapi satu
studi menyimpulkan "lithium karbonat secara realistis produksinya akan memadai
untuk hanya sebagian kecil saja dari masa depan PHEV dan kendaraan listrik dalam
kebutuhan pasar yang global", bahwa "permintaan dari sektor elektronik portabel
akan menyerap lebih banyak rencana penambahan produksi pada dekade ke depan",
dan bahwa "produksi massal litium karbonat tidak ramah lingkungan, ini akan
menyebabkan kerusakan ekologis pada ekosistem yang tidak dapat diperbaiki yang
seharusnya dilindungi dan bahwa tenaga penggerak LiIon tidak kompatibel dengan
gagasan 'Mobil Hijau'".
Fakta Singkat Lithium
Nomor atom: 3
Massa atom: 6,941 g/mol
Elektronegativitas menurut Pauling: 1.0
Titik lebur: 180,5 C
Titik didih: 1342 C

Radius Vanderwaals: 0.145 nm


Radius ionik: 0,06 nm
Isotop: 2
Energi ionisasi pertama: 520,1 kJ/mol
Ditemukan oleh: Johann Arfvedson pada tahun 1817
Sifat Kimia dan Fisika Lithium
Lithium adalah unsur alkali pertama dalam tabel periodik. Di alam, lithium ditemukan
dalam campuran isotop Li6 dan Li7.
Unsur ini merupakan logam padat paling ringan, lunak, berwarna putih keperakan,
dengan titik leleh rendah serta bersifat reaktif.
Banyak sifat fisik dan kimia lithium lebih mirip dengan logam alkali tanah daripada
dengan kelompoknya sendiri.
Sifat terpenting lithium diantaranya adalah kapasitas kalor tinggi, interval suhu besar
dalam keadaan cair, konduktivitas termik tinggi, viskositas rendah, dan kepadatan
yang sangat rendah.
Logam lithium larut dalam amina alifatik rantai pendek, seperti etilamine, namun
tidak larut dalam hidrokarbon.
Lithium dapat bereaksi dengan reaktan organik serta dengan reaktan anorganik.
Logam ini bereaksi dengan oksigen membentuk monoksida dan peroksida. Lithium
merupakan satu-satunya logam alkali yang bereaksi dengan nitrogen pada suhu kamar
untuk menghasilkan nitrure hitam.
Unsur ini bereaksi dengan hidrogen pada suhu hampir 500 C untuk membentuk
lithium hidrida. Reaksi logam lithium dengan air terjadi amat kuat.
Seperti semua logam alkali, lithium mudah bereaksi dengan air dan tidak terdapat
bebas di alam karena sifat reaktifnya.
Lithium merupakan unsur yang terdapat cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 65
ppm).
Ini menempatkan lithium bawah nikel, tembaga, dan tungsten dan diatas cerium dan
timah, mengacu pada kelimpahannya.
Penggunaan Lithium
Senyawa lithium utama hasil industri adalah monohidrat lithium hidroksida.
Senyawa ini lazim digunakan dalam industri keramik dan dalam kedokteran sebagai
antidepresan.

Bromin dan lithium klorida dikenal membentuk air garam terkonsentrasi yang
memiliki sifat menyerap kelembaban dalam berbagai macam interval suhu.
Penggunaan utama industri lithium adalah dalam bentuk lithium stearatum sebagai
pengental pelumas dan gemuk.
Aplikasi penting lain senyawa lithium adalah untuk tembikar, khususnya untuk glasir
porselen, serta sebagai aditif untuk meningkatkan kinerja dan masa hidup baterai.
Paduan lithium dengan aluminium, kadmium, tembaga, dan mangan digunakan untuk
membuat bagian-bagian pesawat kinerja tinggi.
Efek Kesehatan Lithium
Uap lithium yang terhirup dapat menimbulkan sensasi terbakar, batuk, sulit bernapas,
dan sakit tenggorokan.
Menghirup uap lithium juga akan memicu edema paru. Gejala-gejala edema paru
sering tidak muncul sampai beberapa jam setelah paparan.
Jika tertelan, lithium bisa memicu kram perut, nyeri perut, mual, dan muntah.
Unsur ini juga bersifat korosif pada mata, kulit, dan saluran pernapasan.
Dampak Lithium terhadap Lingkungan
Logam lithium akan bereaksi dengan nitrogen, oksigen, dan uap air di udara.
Akibatnya, permukaan lithium akan dilapisi oleh campuran lithium hidroksida
(LiOH), lithium karbonat (Li2CO3), dan lithium nitrida (Li3N).
Litium hidroksida merupakan senyawa sangat korosif yang berpotensi berbahaya pada
organisme air.

Anda mungkin juga menyukai