Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Skenario Kasus


Seorang anak SMA yang bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas di
Ibukota, anak tersebut berusia 15 tahun, memeriksakan keadaannya ke Rumah
Sakit terdekat karena demam, disertai menggigil, badan terasa lemah, keluhan
nyeri saat kencing disertai perasaan panas di daerah saluran kencingnya, pasien
juga mengeluhkan kadang air kencingnya berwarna kemerahan yang dirasakan
sejak seminggu yang lalu. Saat pulang sekolah sering menahan kencing dalam
waktu yang lama karena sedang asyik memainkan game online dan menunda
BAK, dan sedikit minum air putih setiap hari. Ia juga menderita rasa sakit dengan
skala 3 terus menerus, nyeri dibagian bawah perut, pemeriksaan fisik terasa nyeri
ketika di palpasi pada bagian perut bawah. Pemeriksaan fisik TTV: BP 110/90
mmHg, RR 20x/menit, N 90x/menit, T 38,5°C, disuria, pemeriksaan kultur urin
menunjukan adanya bakteri E.Coli, sehingga terjadi infeksi pada saluran kemih.

1.2 Analisa Kasus


1.2.1 Daftar Istilah Asing (Kata-kata Sulit)
1.2.1.1 Disuria
1.2.1.2 Kultur urin
1.2.1.3 Bakteri E. Coli

1.2.2 Daftar Pertaanyaan


1.2.2.1 Bagaimana proses pemeriksaan kultur urine?
1.2.2.2 Apa saja penyebab disuria?
1.2.2.3 Darimana saja sumber bakteri e.coli munsul sampai dengan
terjadinya hasil kultur urin infeksi?

1
2

1.2.2.4 Kenapa terjadinya nyeri perut bagian bawah pada kasus tersebut?
1.2.2.5 Kenapa terjadinya disuria kencing berwarna kemerahan?

1.2.3 Jawaban dari Istilah Asing (Kata-kata Sulit) dan Pertanyaan-pertanyaan


1.2.3.1 Jawaban dari Istilah Asing (Sulit)
1) Disuria adalah nyeri saat BAB
2) Kultur urin adalah pengambilan sampel urin, biasanya sampai
dengan 7 hari untuk pemeriksaan uji bakteri.
3) Bakteri E. Coli adalah bakteri yang menginfeksi yang ada
dalam saluran pencernaan

1.2.3.2 Jawaban dari Pertanyaan-pertanyaan


1) Bagaimana proses pemeriksaan kultur urine?
Jawab : Dengan pengambilan sampel urine untuk mndeteksi
jumlah kuman .
2) Apa saja penyebab disuria?
Jawab: Menahan kencing, minum air putih sedikit, menjaga
kebersihan.
3) Darimana saja sumber bakteri e.coli munsul sampai dengan
terjadinya hasil kultur urin infeksi?
Jawab: Jenis bakteri anaerob, yang pada daerah uretra terdapat
kumpulan bnyk bakteri sampai dengn kandung kemih, dan
dimana leukosit sel darah putih dalam urine positf.
4) Kenapa terjadinya nyeri perut bagian bawah pada kasus
tersebut?
Jawab: Nyeri terjadi karena proses inflamasi dimna bakteri
dari luar yg masuk ke dalam saluran perkemihan melalui uretra
dan berkembang biak.
3

5) Kenapa terjadinya disuria kencing berwarna kemerahan?


Jawab : normalnya urin berwarna kuning jernih. Dan
terjadinya ad luka pada saluran kemih dimna dstu trdpat banyk
pambuluh darah . Untuk memastikan darah dalam kencing mka
lebih lanjut d lakukan pemeriksaan laboratorium.
4

1.2.4 Skema, Pohon Masalah, Alur Pikir Sistematis

Akumulasi etiologi dan


faktor resiko (infeksi Makanan terkontaminasi Jaringan parut total
mokroorganisme, lanjut mikroorganisme mask lewat tersumbat
usia, cedera uretra, mulut
riwayat isk dll)
Obstruksi saluran kemih
HCL (Lambung) yang bermuara ke
vesikaurinaria

hidup Tidak hidup


Peningkatan tekanan Vesika
Urinaria (VU)
RESIKO INFEKSI
Usus terutama plag player
Penebalan dinding VU
Kuman mengeluarkan
Bakterimia primer
endotoksin
Penurunan Kontraksi otot
VU
Bakteri tidak di fagosit Bakteri di fagosit
Kesulitan berkemih

Bakteri hidup Bakteri mati


RETENSI URINE
Bakterimia sekunder

peradangan Hipotalamus Ureter Reinteraksi abdomen

Peningkatan Menekan Iritasi Ureteral Obstruksi


frekuensi kontraksi termoregulasi
uretra
oliguria Mual muntah
HIPERTERMI
Defresi saraf perifer
GANGGUAN ELIMINASI KEKURANGAN
URINE VOLUME CAIRAN
NYERI AKUT
5

1.2.5 Learning Objective


1.2.5.1 Definisi ISK
1.2.5.2 Etiologi ISK
1.2.5.3 Manifestasi klinis
1.2.5.4 Patofisiologi
1.2.5.5 Pemeriksaan penunjang
1.2.5.6 Penatalaksanaan
1.2.5.7 Komplikasi
1.2.5.8 Pengkajian
1.2.5.9 Diagnosa keperawatan
1.2.5.10 Intervensi keperawatan
1.2.5.11 Kajian islam
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan dimana adanya suatu proses
peradangan yang akut maupun kronis dari ginjal ataupu saluran kemih yang
mengenai pelvis ginjal, jaringan interstisial dan tubulus ginjal (pielonefritis) atau
kandung kemih (cystitis) dan uretra (uretritis). (Aspiani, 2015)

Menurut Mansjoer (2001) dalam Rendi dan Margareth (2012) Infeksi Saluran
Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin dikandung kemih, yang
umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi urin.
Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih yang tidak hanya mengenai
kandung kemih.

Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi akibat bakteri patogenik yang menyerang satu
atau lebih struktur saluran kemih. (Bardero, M, 2009)

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu jenis infeksi yang sering terjadi,
Infeksi ini bisa terjadi disaluran ginjal (ureter), kandung kemih (bledder), atau
saluran kencing bagian luar (uretra). Wanita lebih banyak terserang ISK karena
uretra wanita lebih pendek dibandingkan dengan uretra pria sehingga bakteri
mudah menjangkaunya, infeksi saluran kemih banyak disebabkan oleh bakteri
Echerichia Coli. (Utami 2012)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa infeksi saluran kemih
adalah suatu peradangan yang terjadi pada saluran kemih yang diakibatkan
adanya bakteri.

6
7

2.2 Etiologi Infeksi Saluran Kemih


2.2.1 Menurut Sudoyo Aru di dalam buku NANDA NIC NOC 2015.
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK< antara lain :
2.2.1.1 Pseudomonas, Proteus, Klesiella : penyebab ISK complicated
2.2.1.2 Escherichia Coli : 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2.2.1.3 Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, enterococci dan lain-
lain

2.2.2 Prevalensi penyebab ISK lainnya, yaitu :


2.2.2.1 Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.
2.2.2.2 Mobilitas menurun.
2.2.2.3 Nutrisi yang sering kurang baik.
2.2.2.4 System imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
2.2.2.5 Adanya hambatan pada aliran urin.
2.2.2.6 Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

2.3 Manifestasi klinis


2.3.1 Manifestasi klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang
terinfeksi:
2.3.1.1 Pada ISK bagian atas, ditemukan gejala seperti sakit pinggang,
suhu tinggi, mual dan muntah serta hematuria.
2.3.1.2 Pada ISK bagian bawah, yaitu sering kencig, disuria, dan nyeri
daerah supra pubik
2.3.2 Menurut Suharyanto dan Madjid (2009) tanda dan gejala yang
berhubungan dengan ISK bervariasi. Separuh dari klien yang ditemukan
adanya bakteri dalam urin (bakteriuria) tidak menunjukan adanya gejala
(asimtomatik).
Gejala yang sering ditemukan pada ISK adalah:
2.3.2.1 Nyeri dan rasa panas ketika berkemih (disuria), (polakisuria), dan
terdesak ingin berkemih (urgency).
8

2.3.2.2 Stanguria (sulit berkemih dan disertai kejang otot pinggang).


2.3.2.3 Tenesmus (rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung
kemih meskipun tekan kosong).
2.3.2.4 Nokturia (kecendrungan sering buang air kecil pada malam hari).
2.3.2.5 Prostatismus (kesulitan memulai berkemih).

2.4 Patofisiologi
Infeksi mikroorganisme dari makanan masuk kelambung melalui mulut
dilambung mikroorganisme yang lolos akan hidup masuk menyerang usus
terutama dibagian plak player, mikroorganisme yang hidup akan mengeluarkan
racun didalam darah (endotoksin) yaitu proses bakterimia primer Bakteri akan
mengalami dua hal

- Difagosit (bakteri akan dimakan sel darah putih dan bakteri mati)
- Tidak difagosit maka akan mengalami bakterimia sekunder

Bakterimia sekunder akan berefek pada organ seperti hipotalamus, saluran


kemih dan abdomen . dibagian hipotalamus akan menekan termoregulasi
sehingga terjadi hipertermi pada organ saluran kemih akan terjadi peradangan
dan iritasi ureteral, peradangan akan terjadi peningkatan frekuensi kontraksi
uretral sehingga menyebabkan depresi saraf perifer yang menimbulkan nyeri
sedangkan Iritasi uretral menyebabkan oliguria gangguan eliminasi urine pada
organ abdomen bakterimia sekunder akan terjadi obstruksi yang mengakibatkan
mual muntah dan bisa terjadi kekurangan volume cairan .

Pada etiologi dan factor resiko lain penggunaan steroid jaka panjang, usia lanjut,
anomaly saluran kemih cidera uretra dan riwayat ISK semua hal tersebut bisa
menimbulkan jaringan parut disaluran kemih yang mengakibatkan sumbatan
9

saluran kemih yang beresiko terjadinya infeksi dan terjadinya peningkatan


tekanan vesika urinaria sehingga dinding vesika urinaria menebal dan terjadi
penurunan kontraksi otot vesika urinaria yang mengakibatkan kesulitan
berkemih dan terjadi retensi urine.

2.5 Pemeriksaan penunjang


Menurut Sudoyo Aru di dalam buku NANDA NIC NOC 2015 pemeriksaan
penunjang ISK antara lain:
2.5.1 Analisa urin rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine, serta
jumlah kuman/ml urine.
2.5.2 Infestigasi lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis:
2.5.2.1 Ultrasonogram (USG)
2.5.2.2 Radiografi : foto polos perut, pielografi IV, Micturating
cystogram.
2.5.2.3 Isotop scanning.

2.6 Penatalaksanaan
Menurut Nurarif & Hardhi, 2015 penataksanaan ISK adalah:
2.6.1 Non farmakologi
2.6.1.1 Istirahat
2.6.1.2 Diet: perbanyak vitamin A & C untuk mempertahankan epitel
saluran kemih.

2.6.2 Farmakologi
2.6.2.1 Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat
diberikan antibiotik antara lain cefotaxime, ceftriaxon,
kotrimoxsazol, trimetoprim, fluouroquinolon, amoksisiklin,
doksisiklin, aminoglikosid.
10

2.6.2.2 Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau


kombinasi penisilin dengan aminoglikosida.
2.6.2.3 Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksisilin, nitrofurantoin atau
sefalosporin.
Penatalaksanaan ISK pada lansia harus dilakukan sedini mungkin agar
progrefitasnya tidak berlanjut. Dalam memilih antibiotik harus diperhatikan
beberapa hal yaitu efek samping (terutama pada ginjal), harga, resistensi,
kapatuhan (compliance), dan interaksi obat. Antibiotik yang umum
digunakan untuk mengobati ISK tidak berkomplikasi pada lansia adalah
trimethoprim/sulfamethoxazol (TMP/SMX), fluorokuinolon, fosfomisin,
dan nitrofurantoin. (Rendy & Margareth, 2012)

2.7 Komplikasi
Menurut Nuari & Widayati (2017) komplikasi ISK adalah:
2.7.1 Prostatitis
2.7.2 Epididimis
2.7.3 Striktura uretra
2.7.4 Sumbatan pada vasoepididinal
2.7.5 Pembentukan abses ginjal atau parierenal
2.7.6 Gagal ginjal

2.8 Pengkajian
Menurut Mary Baradero, dkk (2009), antara lain: Dalam melakukan pengkajian
pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu:
2.8.1 Data biologis meliputi :
2.8.1.1 Identitas klien
2.8.1.2 Identitas penanggung jawab
2.8.2 Riwayat kesehatan :
2.8.2.1 Riwayat infeksi saluran kemih
2.8.2.2 Riwayat pernah menderita batu ginjal
11

2.8.2.3 Riwayat penyakit DM dan jantung.


2.8.3 Riwayat kesehatan :
2.8.3.1 Palpasi kandung kemih
2.8.3.2 Inspeksi daerah meatus
2.8.3.3 Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
2.8.3.4 Pengkajian pada costovertebrali

2.9 Diagnosa keperawatan


Menurut NANDA NIC NOC 2015
2.9.1 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan
mual, muntah.
2.9.2 Hipertermia b.d peningkatan laju metabolism dan proses penyakit.
2.9.3 Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih, dan struktur
traktus urinarius lain.
2.9.4 Retensi urine b.d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung
kemih.
2.9.5 Gangguan eliminasi urine b.d obsturksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
2.9.6 Resiko infeksi b.d port de entry kuman.
2.9.7 Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya sumber informasi tentang
kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

2.10 Intervensi keperawatan


Diagnosa keperawatan menurut NANDA NIC NOC 2015
12

2.10.1 Kekurangan volume cairan


Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan
hasil
Definisi : Penurunan NOC NIC
cairan intravaskular,
interstisial, dan atau  Fluid balance Fluid management
intraseluler. Ini mengacu  Hydration  Timbang
pada dehidrasi, kehilangan  Nutritional Status: popok/pembalut jika
cairan saat tanpa perubahan Food and Fluid di perlukan
pada natrium  Intake  Pertahankan catatan
intake dan output yang
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil : akurat
Perubahan status mental  Mempertahankan  Monitor status hidrasi
Penurunan tekanan darah urine output sesuai (kelembaban membran
 Penurunan tekanan dengan usia dan BB, mukosa, nadi adekuat,
nadi BJ urine normal, HT tekanan darah
 Penurunan volume normal ortostatik), jika
nadi  Tekanan darah, nadi, diperlukan
 Penurunan turgor kulit suhu tubuh dalam  Monitor vital sign
 Penurunan turgor lidah batas normal  Monitor masu kan
 Penurunan haluaran  Tidak ada tanda tanda makanan / cairan dan
urin dehidrasi, Elastisitas hitung intake kalori
 Penurunan pengisisan turgor kulit baik, harian
vena membran mukosa  Kolaborasikan
 Membran mukosa lembab, tidak ada rasa pemberian cairan IV
kering haus yang berlebihan  Monitor status nutrisi
 Kulit kering  Berikan cairan IV
 Peningkatan pada suhu ruangan
hematocrit  Dorong masukan oral
 Peningkatan suhu  Berikan penggantian
tubuh nesogatrik sesuai
 Peningkatan frekwensi output
nadi  Dorong keluarga
 Peningkatan kosentrasi untuk membantu
urin pasien makan
 Penurunan berat badan  Tawarkan snack (jus
 Tiba-tiba (kecuali pada buah, buah segar)
ruang ketiga)  Kolaborasi dengan
 Haus dokter
 Kelemahan  Atur kemungkinan
tranfusi
Faktor Yang  Persiapan untuk
Berhubungan tranfusi
 Kehilangan cairan
13

aktif Hypovolemia
 Kegagalan mekanisme Management
regulasi  Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb
dan hematocrit
 Monitor tanda vital
 Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
 Monitor adanya tanda
gagal ginjal

2.10.2 Hipertermia
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Definisi : Peningkatan NOC NIC
suhu tubuh diatas kisaran
normal Thermoregulation Fever treatment
 Monitor suhu sesering
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil mungkin
 Konvulsi  Suhu tubuh dalam  Monitor IWL
 Kulit kemerahan rentang normal  Monitor warna dan
 Peningkatan suhu  Nadi dan RR dalam suhu kulit
tubuh diatas kisaran rentang normal  Monitor tekanan
normal  Tidak ada perubahan darah, nadi dan RR
 Kejang warna kulit dan tidak  Monitor penurunan
 Takikardi ada pusing tingkat kesadaran
 Takipnea  Monitor WBC, Hb,
 Kulit terasa hangat dan Hct
 Monitor intake dan
Faktor Yang output
Berhubungan:  Berikan anti piretik
 Anastesia  Berikan pengobatan
 Penurunan respirasi untuk mengatasi
14

 Dehidrasi penyebab demam


 Pemajanan  Selimuti pasien
lingkungan yang  Lakukan tapid sponge
panas  Kolaborasi pemberian
 Penyakit cairan intravena
 Pemakaian pakaian  Kompres pasien pada
yang tidak sesuai lipat paha dan aksila
dengan suhu  Tingkatkan sirkulasi
lingkungan udara
 Peningkatan laju  Berikan pengobatan
metabolism untuk mencegah
 Medikai terjadinya menggigil
 Trauma  Temperature
 Aktivitas berlebihan regulation
 Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
 Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
 Monitor warna dan
suhu kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
 Tingkatkan intake
cairan dan nutris
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan
kemungkinan efek
negatif dan kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dan
hipotermi dan
15

penanganan yang
diperlukan
 Berikan anti piretik
jika perlu
 Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan R
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk atau berdiri
 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
banding
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari
nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab
dari perubahan Vital
sign

2.10.3 Nyeri akut


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil
Definisi : Pengalaman NOC NIC
sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan yang  Pain Level, Pain Management
16

muncul akibat kerusakan  Pain control  Lakukan pengkajian


jaringan yang aktual atau  Comfort level nyeri secara
potensial atau digambarkan komprehensif
dalam hal kerusakan Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
sedemikian rupa  Mampu mengontrol karakteristik, durasi
(International Association nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas dan
for the study of Pain): nyeri, mampu faktor presipitasi
awitan yang tiba-tiba atau menggunakan tehnik  Observasi reaksi
lambat dan intensitas nonfarmakologi nonverbal dan
ringan hingga berat dengan untuk mengurangi ketidaknyamanan
akhir yang dapat nyeri, mencari  Gunakan teknik
diantisipasi atau diprediksi bantuan) komunikasi terapeutik
dan berlangsung <6 bulan.  Melaporkan bahwa untuk mengetahui
nyeri berkurang pengalaman nyeri
Batasan Karakteristik : dengan menggunakan pasien
 Perubahan selera manajemen nyeri  Kaji kultur yang
makan  Mampu mengenali mempengaruhi respon
 Perubahan tekanan nyeri (skala, nyeri
darah intensitas, frekuensi  Evaluasi pengalaman
 Perubahan frekwensi dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
jantung  Menyatakan rasa  Evaluasi bersama
 Perubahan frekwensi nyaman setelah nyeri pasien dan tim
pernapasan berkurang kesehatan lain tentang
 Laporan isyarat ketidakefektifan
 Diaforesis kontrol nyeri masa
 Perilaku distraksi Iampau
(mis,berjaIan mondar-  Bantu pasierl dan
mandir mencari orang keluarga untuk
lain dan atau aktivitas mencari dan
lain, aktivitas yang menemukan dukungan
berulang)  Kontrol lingkungan
 Mengekspresikan yang dapat
perilaku (mis, gelisah, mempengaruhi nyeri
merengek, menangis) seperti suhu ruangan,
 Masker wajah (mis, pencahayaan dan
mata kurang kebisingan
bercahaya, tampak  Kurangi faktor
kacau, gerakan mata presipitasi nyeri
berpencar atau tetap  Pilih dan lakukan
pada satu fokus penanganan nyeri
meringis) (farmakologi, non
 Sikap melindungi area farmakologi dan inter
nyeri personal)
 Fokus menyempit  Kaji tipe dan sumber
(mis, gangguan nyeri untuk
persepsi nyeri, menentukan intervensi
17

hambatan proses  Ajarkan tentang teknik


berfikir, penurunan non farmakologi
interaksi dengan orang  Berikan anaIgetik
dan lingkungan) untuk mengurangi
 Indikasi nyeri yang nyeri
dapat diamati  Evaluasi keefektifan
 Perubahan posisi kontrol nyeri
untuk menghindari  Tingkatkan istirahat
nyeri  Kolaborasikan dengan
 Sikap tubuh dokter jika ada
melindungi keluhan dan tindakan
 Dilatasi pupil nyeri tidak berhasil
 Melaporkan nyeri  Monitor penerimaan
secara verbal pasien tentang
 Gangguan tidur manajemen nyeri
 Analgesic
Faktor Yang Administration
Berhubungan :  Tentukan lokasi,
 Agen cedera (mis, karakteristik, kualitas,
biologis, zat kimia, dan derajat nyeri
fisik, psikologis) sebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
18

pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala

2.10.4 Retensi urine

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil
Definisi :Pengosongan NOC NIC
kandung kemih tidak
komplit  Urinary elimination Urinary Retention Care
 Urinary continence  Monitor intake dan
Batasan Karakteristik : output
 Tidak ada haluaran Kriteria Hasil :  Monitor penggunaan
urine  Kandung kemih obat antikolionergik
 Distensi kandung kosong secara penuh  Monitor derajat
kemih  Tidak ada residu urin > distensi bladder
 Menetes 100-200 cc  Instruksikan pada
 Disuria  Bebas dari ISK pasien dan keluarga
 Sering berkemih  Tidak ada spasme untuk mencatat output
 Inkontinensia aliran bladder urine
berlebih  Balance cairan  Sediakan privacy
 Residu urine seimbang untuk eliminasi
 Sensasi kandung  Stimulasi refleks
kemih penuh bladder dengan
 Berkemih sedikit kompres dingin pada
abdomen
Faktor Yang  Katerisasi jika perlu
Berhubungan :  Monitor tanda dan
 Sumbatan gejala ISK
 Tekanan ureter tinggi (panas,hematuria,
 Inhibisi arkus reflex perubahan bau dan
 Sfingter kuat konsistensi urine)
 Urinary Elimination
Management
19

2.10.5 Gangguan eliminasi urin


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Definisi : Disfungsi pada NOC NIC
eliminasi urine
 Urinary elimination Urinary Retention Care
Batasan Karakteristik :  Urinary Contiunence  Lakukan penilaian
 Disuria kemih yang
 Sering berkemih Kriteria Hasil : komprehensif
 Anyang-anyangan  Kandung kemih berfokus pada
 Inkontinensia kosong secara penuh inkontinensia
 Nokturia  Tidak ada residu (misalnya, output urin,
 Retensi urine > 100-200 cc pola berkemih kemih,
 Dorongan  Intake cairan dalam fungsi kognitif, dan
rentang normal masalah kencing
Faktor Yang  Bebas dari ISK praeksisten)
Berhubungan :  Tidak ada spasme  Memantau
 Obstruksi anatomic bladder penggunaan obat
 Penyebab multiple  Balance cairan dengan sifat
antikolinergik atau
 Gangguan sensori seimbang
properti alpha agonis
motoric
 Memonitor efek dari
 lnfeksi saluran kemih
obat-obatan yang
diresepkan, seperti
calcium channel
blockers dan
antikolinergik
 Menyediakan
penghapusan privasi
 Gunakan kekuatan
sugesti dengan
menjalankan air atau
disiram toilet
 Merangsang refleks
kandung kemih
dengan menerapkan
dingin untuk perut,
membelai tinggi batin,
atau air
 Sediakan waktu yang
cukup untuk
pengosongan kandung
kemih (10 menit
 Gunakan spirit
wintergreen di pispot
20

atau urinal
 Menyediakan manuver
Crede, yang
diperlukan
 Gunakan double-void
teknik
 Masukkan kateter
kemih, sesuai
 Anjurkan pasien /
keluarga untuk
merekam output urin,
sesuai
 Instruksikan cara-cara
untuk menghindari
konstipasi atau
impaksi tinja
 Memantau asupan dan
keluaran
 Memantau tingkat
distensi kandung
kemih dengan palpasi
dan perkusi
 Membantu dengan
toilet secara berkala
 Memasukkan pipa ke
dalam lubang tubuh
untuk sisa
 Menerapkan
kateterisasi intermiten
 Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih

2.10.6 Risiko infeksi


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil
Definisi : Mengalami NOC NIC
peningkatan resiko
terserang organisme  Immune Status Infection Control
patogenik  Knowledge : Infection (Kontrol infeksi)
control  Bersihkan
Faktor Resiko :  Risk control lingkungan setelah
Penyakit kronis. dipakai pasien lain
 Diabetes mellitus Kriteria Hasil:  Pertahankan teknik
 Obesitas  Klien bebas dari tanda isolasi
21

 Pengetahuan yang dan gejala infeksi  Batasi pengunjung


tidak cukup untuk  Mendeskripsikan bila perlu
menghindari proses penularan  Instruksikan pada
pemanjanan patogen. penyakit, faktor yang pengunjung untuk
 Pertahanan tubuh mempengaruhi mencuci tangan saat
primer yang tidak penularan serta berkunjung dan
adekuat. penatalaksanaannya setelah berkunjung
 Gangguan peristalsis  Menunjukkan meninggalkan pasien
 Kerusakan integritas kemampuan untuk  Gunakan sabun
kulit (pemasangan mencegah timbulnya antimikrobia untuk
kateter intravena, infeksi cuci tangan
prosedur invasif)  Jumlah leukosit dalam  Cuci tangan setiap
 Perubahan sekresi pH batas normal sebelum dan sesudah
 Penurunan kerja  Menunjukkan perilaku tindakan
siliaris hidup sehat keperawatan
 Pecah ketuban dini  Gunakan baju,
 Pecah ketuban lama sarung tangan
 Merokok sebagai alat
 Stasis cairan tubuh pelindung
 Trauma jaringan (mis,  Pertahankan
trauma destruksi lingkungan aseptik
jaringan) selama pemasangan
 Ketidakadekuatan alat
pertahanan sekunder  Ganti letak IV
 Penurunan hemoglobin perifer dan line
 Imunosupresi (mis, central dan dressing
sesuai dengan
imunitas didapat tidak
petunjuk umum
adekuat, agen
farmaseutikal  Gunakan kateter
termasuk intermiten untuk
imunosupresan, menurunkan infeksi
steroid, antibodi kandung kencing
monoklonal,  Tingktkan intake
imunomudulator) nutrisi
 Supresi respon  Berikan terapi
inflamasi antibiotik bila perlu
 Vaksinasi tidak  Infection Protection
adekuat (proteksi terhadap
 Pemajanan terhadap infeksi)
patogen lingkungan  Monitor tanda dan
meningkat gejala infeksi
 Wabah sistemik dan lokal
 Prosedur invasive  Monitor hitung
 Malnutrisi granulosit, WBC
 Monitor kerentangan
22

terhadap infeksi
 Batasi pengunjun
 Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
 Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
 Pertahankan teknik
isolasi k/p
 Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka
/ insisi bedah
 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
 Dorong masukan
cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur
positif

2.10.7 Defisiensi pengetahuan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil
Definisi : Tidak adanya NOC NIC
atau kurangnya informasi
kognitif sehubungan  Kowlwdge : disease Teaching : disease
23

dengan topic spesifik. process Process


 Kowledge : health  Berikan penilaian
Batasan karakteristik : Behavior tentang tingkat
 Memverbalisasikan pengetahuan pasien
adanya masalah Kriteria Hasil : tentang proses
 Ketidakakuratan  Pasien dan keluarga penyakit yang spesifik
mengikuti instruksi menyatakan  Jelaskan patofisiologi
 Perilaku tidak sesuai. pemahaman tentang dari penyakit dan
penyakit, kondisi, bagaimana hal ini
Faktor yang prognosis dan berhubungan dengan
berhubungan : program pengobatan anatomi dan fisiologi,
 Keterbatasan kognitif  Pasien dan keluarga dengan cara yang
 Interpretasi terhadap mampu tepat.
informasi yang salah melaksanakan  Gambarkan tanda dan
 Kurangnya keinginan prosedur yang gejala yang biasa
untuk mencari dijelaskan secara muncul pada penyakit,
informasi benar dengan cara yang tepat
 Tidak mengetahui  Pasien dan keluarga  Gambarkan proses
sumber-sumber mampu menjelaskan penyakit, dengan cara
informasi. kembali apa yang yang tepat
dijelaskan  Identifikasi
perawat/tim kemungkinan
kesehatan lainnya penyebab, dengna cara
yang tepat
 Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
 Hindari harapan yang
kosong
 Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
 Dukung pasien untuk
24

mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang tepat
 Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang tepa
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

2.10 Evaluasi
2.10.1 Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Nyeri teratasi
2.10.2 Suhu tubuh dalam rentang normal
2.10.3 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) atau
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
2.10.4 Kandung kemih kosong secara penuh
2.10.5 Intake cairan dalam rentang normal
2.10.6 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2.10.7 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
25

2.11 Kajian Islam


َّ‫ّللاه إِن‬
َّ َّ‫ين ي ُِحب‬
َّ‫ين هوي ُِحبَّ التوابِ ه‬ ‫ْال ُمت ه ه‬
َّ‫ط ِه ِر ه‬

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan


menyukai orang-orangَّyangَّmensucikanَّdiri.”َّ(QS.َّAl-Baqarah: 222)
Dariَّ Anas,َّ bahwasanyaَّ iaَّ berkata,َّ bahwasanyaَّ Rasulullahَّ shallallahuَّ ’alahiَّ
wassalam bersabda:

‫ب ْالقَب ِْر ِمنَه‬


ِ ‫ تَن ََّزهُوا ِمنَ ْالبَ ْو ِل ؛ فَإ ِ َّن َعا َّمةَ َعذَا‬: ‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫َع ْن أَنس قَا َل‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬

“Bersihkan dari air kencing, karena sesungguhnya kebanyakan adzab kubur itu
dari air kencing (yang tidak dibersihkan)“ (HR. Daruquthni).

Berdasarkan hadist diatas dikatakan bahwa pentingnya menjaga kebersihan diri,


termasuk membersihkan diri dari hadast. Membersihkan diri (termasuk organ
kemaluan) setelah kencing wajib hukumnya, karena hal tersebut dapat
menghindari diri kita dari tidak sah nya sholat, adzab kubur & berbagai macam
penyakit (khususnya penyakit saluran perkemihan).

Dariَّ‘Aisyah,َّiaَّberkataَّbahwaَّiaَّmendengarَّRasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,
ِ َ ‫ط َع ِام َوالَ َوه َُو يُدَافِعُهُ األ َ ْخ َبث‬
‫ان‬ َّ ‫صالَة َ ِب َحض َْرةِ ال‬
َ َ‫ال‬

“Tidak ada shalat ketika makanan telah dihidangkan, begitu pula tidak ada
shalat bagi yang menahan akhbatsan (kencing atau buang air besar).”َّ (HR.َّ
Muslim no. 560).

Bagiَّulamaَّyangَّberpendapatَّbahwaَّkhusyu’َّtermasukَّdalamَّkewajibanَّdalamَّ
shalat,َّberartiَّmaksudَّkataَّ“laa”َّdalamَّhaditsَّmenunjukkanَّtidakَّsahnyaَّshalatَّ
26

dengan menahan kencing. Sedangkan menurut jumhur atau mayoritas ulama


bahwaَّkhusyu’َّdihukumiَّsunnah,َّbukanَّwajib.َّSehinggaَّ“laa”َّyangَّdimaksudَّ
dalam hadits adalah menafikan kesempurnaan shalat atau hadits itu diartikan
“tidak sempurna shalat dari orang yangَّ menahanَّ kencing”.َّ Selainَّ dariَّ segiَّ
ibadah menahan kencing juga dapat berakibat buruk pada kesehatan. Ketika
seseorang menahan buang air kecil, maka kandung kemih akan melakukan
mekanisme seperti halnya melar atau pun meregang, hal ini tentunya akan
mengakibatkan pompa di kandung kemih tidak bisa berfungsi dengan baik saat
buang air kecil. Sehingga tak jarang banyak orang yang baru selesai buang air
kecil, tak lama kemudian akan timbul kembali rasa ingin pipis. Beberapa
penyakit yang mengancan apabila sering menahan buang air kecil, seperti:
infeksi ginjal, batu ginjal, gagal ginjal & infeksi saluran kemih (ISK.)
27

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa infeksi saluran kemih adalah
suatu peradangan yang terjadi pada saluran kemih yang diakibatkan adanya
bakteri dengan tanda gejala rasa sakit/rasa panas diuretra sewaktu kencing
dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik, serta
ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual muntah, demam, menggigil, rasa
tidak enak atau nyeri pinggang.

Pemeriksaan penunjang pada infeksi saluran kemih diantaranya analisa urine,


urine kultur, cystoscopy dengan penatalaksanaan diet, perbanyak vitamin A & C
untuk mempertahankan epitel saluran kemih dan pemberian antibiotik sesuai
kultur. Sedangkan komplikasi yang sering tejadi pada infeksi saluran kemih
adalah pyelonephritis dan gagal ginjal.

3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-
penyakit dalam keperawatan anak salah satunya infeksi saluran kemih dan
juga meningkatkan kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan yang
baik dan benar.
3.2.2 Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan ketrampilan dalam
memberikan asuhan keperawtan serta pengetahuan sehingga dapat
memberikan asuhan keperawtan yang optimal khususnya pada anak yang

27
28

menderita penyakit infeksi saluran kemih dan perawat mampu menjadi


edukator yang baik bagi pasien dan keluarganya.
29

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: CV Trans Info Media

Baradero, Mary. (2009). Seri Asuuhan Keperawatan Klien Gangguan Perkemihan.


Jakarta: EGC

Nurarif, Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction

Nuari, Nian A & Widayati, Whina. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan
Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta : Deepublish.

Utami (2012). Antibiotik Alamai Untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta:


Agromedia Pustaka

Rendy, M. Clevo & Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan
Penyakit Dalam. Yogjakarta : Nuha Medika

Sudoyo Aru di dalam buku NANDA NIC NOC 2015

Suharyanto, Toto dan Madjid, Abdul. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai