BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2.2.4 Kenapa terjadinya nyeri perut bagian bawah pada kasus tersebut?
1.2.2.5 Kenapa terjadinya disuria kencing berwarna kemerahan?
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Mansjoer (2001) dalam Rendi dan Margareth (2012) Infeksi Saluran
Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin dikandung kemih, yang
umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi urin.
Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih yang tidak hanya mengenai
kandung kemih.
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi akibat bakteri patogenik yang menyerang satu
atau lebih struktur saluran kemih. (Bardero, M, 2009)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu jenis infeksi yang sering terjadi,
Infeksi ini bisa terjadi disaluran ginjal (ureter), kandung kemih (bledder), atau
saluran kencing bagian luar (uretra). Wanita lebih banyak terserang ISK karena
uretra wanita lebih pendek dibandingkan dengan uretra pria sehingga bakteri
mudah menjangkaunya, infeksi saluran kemih banyak disebabkan oleh bakteri
Echerichia Coli. (Utami 2012)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa infeksi saluran kemih
adalah suatu peradangan yang terjadi pada saluran kemih yang diakibatkan
adanya bakteri.
6
7
2.4 Patofisiologi
Infeksi mikroorganisme dari makanan masuk kelambung melalui mulut
dilambung mikroorganisme yang lolos akan hidup masuk menyerang usus
terutama dibagian plak player, mikroorganisme yang hidup akan mengeluarkan
racun didalam darah (endotoksin) yaitu proses bakterimia primer Bakteri akan
mengalami dua hal
- Difagosit (bakteri akan dimakan sel darah putih dan bakteri mati)
- Tidak difagosit maka akan mengalami bakterimia sekunder
Pada etiologi dan factor resiko lain penggunaan steroid jaka panjang, usia lanjut,
anomaly saluran kemih cidera uretra dan riwayat ISK semua hal tersebut bisa
menimbulkan jaringan parut disaluran kemih yang mengakibatkan sumbatan
9
2.6 Penatalaksanaan
Menurut Nurarif & Hardhi, 2015 penataksanaan ISK adalah:
2.6.1 Non farmakologi
2.6.1.1 Istirahat
2.6.1.2 Diet: perbanyak vitamin A & C untuk mempertahankan epitel
saluran kemih.
2.6.2 Farmakologi
2.6.2.1 Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat
diberikan antibiotik antara lain cefotaxime, ceftriaxon,
kotrimoxsazol, trimetoprim, fluouroquinolon, amoksisiklin,
doksisiklin, aminoglikosid.
10
2.7 Komplikasi
Menurut Nuari & Widayati (2017) komplikasi ISK adalah:
2.7.1 Prostatitis
2.7.2 Epididimis
2.7.3 Striktura uretra
2.7.4 Sumbatan pada vasoepididinal
2.7.5 Pembentukan abses ginjal atau parierenal
2.7.6 Gagal ginjal
2.8 Pengkajian
Menurut Mary Baradero, dkk (2009), antara lain: Dalam melakukan pengkajian
pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu:
2.8.1 Data biologis meliputi :
2.8.1.1 Identitas klien
2.8.1.2 Identitas penanggung jawab
2.8.2 Riwayat kesehatan :
2.8.2.1 Riwayat infeksi saluran kemih
2.8.2.2 Riwayat pernah menderita batu ginjal
11
aktif Hypovolemia
Kegagalan mekanisme Management
regulasi Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb
dan hematocrit
Monitor tanda vital
Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk
menambah intake oral
Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
Monitor adanya tanda
gagal ginjal
2.10.2 Hipertermia
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Definisi : Peningkatan NOC NIC
suhu tubuh diatas kisaran
normal Thermoregulation Fever treatment
Monitor suhu sesering
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil mungkin
Konvulsi Suhu tubuh dalam Monitor IWL
Kulit kemerahan rentang normal Monitor warna dan
Peningkatan suhu Nadi dan RR dalam suhu kulit
tubuh diatas kisaran rentang normal Monitor tekanan
normal Tidak ada perubahan darah, nadi dan RR
Kejang warna kulit dan tidak Monitor penurunan
Takikardi ada pusing tingkat kesadaran
Takipnea Monitor WBC, Hb,
Kulit terasa hangat dan Hct
Monitor intake dan
Faktor Yang output
Berhubungan: Berikan anti piretik
Anastesia Berikan pengobatan
Penurunan respirasi untuk mengatasi
14
penanganan yang
diperlukan
Berikan anti piretik
jika perlu
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi,
suhu, dan R
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk atau berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
banding
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari
nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola
pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan Vital
sign
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
atau urinal
Menyediakan manuver
Crede, yang
diperlukan
Gunakan double-void
teknik
Masukkan kateter
kemih, sesuai
Anjurkan pasien /
keluarga untuk
merekam output urin,
sesuai
Instruksikan cara-cara
untuk menghindari
konstipasi atau
impaksi tinja
Memantau asupan dan
keluaran
Memantau tingkat
distensi kandung
kemih dengan palpasi
dan perkusi
Membantu dengan
toilet secara berkala
Memasukkan pipa ke
dalam lubang tubuh
untuk sisa
Menerapkan
kateterisasi intermiten
Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih
terhadap infeksi
Batasi pengunjun
Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Inspeksi kondisi luka
/ insisi bedah
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong masukan
cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur
positif
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang tepa
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
2.10 Evaluasi
2.10.1 Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Nyeri teratasi
2.10.2 Suhu tubuh dalam rentang normal
2.10.3 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) atau
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
2.10.4 Kandung kemih kosong secara penuh
2.10.5 Intake cairan dalam rentang normal
2.10.6 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2.10.7 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
25
“Bersihkan dari air kencing, karena sesungguhnya kebanyakan adzab kubur itu
dari air kencing (yang tidak dibersihkan)“ (HR. Daruquthni).
“Tidak ada shalat ketika makanan telah dihidangkan, begitu pula tidak ada
shalat bagi yang menahan akhbatsan (kencing atau buang air besar).”َّ (HR.َّ
Muslim no. 560).
Bagiَّulamaَّyangَّberpendapatَّbahwaَّkhusyu’َّtermasukَّdalamَّkewajibanَّdalamَّ
shalat,َّberartiَّmaksudَّkataَّ“laa”َّdalamَّhaditsَّmenunjukkanَّtidakَّsahnyaَّshalatَّ
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa infeksi saluran kemih adalah
suatu peradangan yang terjadi pada saluran kemih yang diakibatkan adanya
bakteri dengan tanda gejala rasa sakit/rasa panas diuretra sewaktu kencing
dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik, serta
ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual muntah, demam, menggigil, rasa
tidak enak atau nyeri pinggang.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-
penyakit dalam keperawatan anak salah satunya infeksi saluran kemih dan
juga meningkatkan kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan yang
baik dan benar.
3.2.2 Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan ketrampilan dalam
memberikan asuhan keperawtan serta pengetahuan sehingga dapat
memberikan asuhan keperawtan yang optimal khususnya pada anak yang
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reny Yuli. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: CV Trans Info Media
Nuari, Nian A & Widayati, Whina. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan
Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta : Deepublish.
Rendy, M. Clevo & Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan
Penyakit Dalam. Yogjakarta : Nuha Medika
Suharyanto, Toto dan Madjid, Abdul. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media