Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMEN

PENENTUAN KONSENTRASI Cu (TEMBAGA) DALAM SAMPEL

Cu(NO3)2 DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-Vis

DISUSUN OLEH :
UMMU HANISYIFA
4311416064
KELOMPOK 7

KIMIA ROMBEL 2
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UIVERSITAS NEGERI SEMARANG
LAPORAN AKHIR

PENENTUAN KONSENTRASI Cu (TEMBAGA) DALAM SAMPEL

Cu(NO3)2 DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-Vis

A. TUJUAN
Mahasiswa dengan rasa tanggung jawab, cermat dan seksama mampu dan terampil
menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk menentukan konsentrasi larutan tembaga sulfat
dengan metode kurva kalibrasi dan adisi standar secara tepat sesuai prosedur mutu
laboratorium.

B. PRINSIP DASAR
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum
phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu
alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif
dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopi memakai
sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm)
dengan memakai instrumen spektrofotometer (Fajrin et al, 2014).
Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang
panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri
perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga
spektrofotometri adsorpsi atomic (Harjadi, 1990). Spektroskopi merupakan suatu teknik
pengukuran serapan cahaya dengan mengaplikasikan hukum Lambert-Beer. Hukum ini
menyatakan bahwa absorbansi cahaya sebanding dengan konsentrasi dan ketebalan media/cuvet
(Junaidi, 2017).
Bila suatu sinar (radiasi elektromagnetik) berinteraksi dengan materi maka sinar tersebut
akan mengalami beberapa kemungkinan, yaitu sinar tersebut sebagian diteruskan (emisi), diserap
(absorpsi), dipendarkan (fluoresensi) atau dihamburkan (scattering). Metode analisis kimia yang
didasarkan atas pengukuran banyaknya radiasi elektromagnetik yang diserap oleh materi disebut
metode spektroskopi absorpsi. Jika materi yang menyerap radiasi elektromagnetik tersebut
adalah berupa molekul maka metode tersebut secara spesifik disebut spektroskopi molekul.
Suatu atom/molekul akan dapat menyerap radiasi elektromagnetik dengan energi yang
spesifik sesuai dengan persamaan Planck E = h.v, dimana E adalah energi foton, v frekuensi dan
h adalah tetapan Planck. Suatu foton memiliki energi tertentu dan dapat menyebabkan transisi
tingkat energi suatu atom/molekul. Metode spektrofotometri molekul berprinsip pada absorpsi
radiasi elektromagnetik oleh molekul. Molekul-molekul akan menyerap radiasi elektromagnetik
pada panjang gelombang tertentu dan spesifik, tergantung pada sifat molekulnya.
Dalam analisis dengan metode spektrofotometri molekul berlaku hukum Lambert-Beer
yang menyatakan bahwa banyaknya sinar yang diserap oleh suatu materi/molekul berbanding
lurus dengan konsentrasinya.
A= Ɛ.b.c
dimana A = absorbansi (banyaknya sinar yang diserap oleh molekul)
Ɛ = koefisien ekstingsi molar
b = tebal media penyerap (kuvet)
c = konsentrasi sampel (mol/l)
(Agung, 2019)
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
 Labu ukur 10 mL 2 buah
 Kuvet 6 buah
 Pipet tetes 2 buah
 Spektrofotometer UV Vis 1 buah
 Gelas beaker 1 buah
 Tabung reaksi 6 buah

Bahan :
 Aquades
 Larutan Cu(NO3)2
D. CARA KERJA
 Metode kurva kalibrasi :

Labu takar 10 mL disiapkan

Diisi larutan Cu(NO3)2 sebanyak 0,1,2,3,4,5 mL

Diencerkan dengan aquades hingga tanda batas

Dikocok sampai homogen

Diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis

Diperoleh data grafik

Dibuat grafik hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi larutan


standar Cu(NO3)2

HASIL
E. DATA PENGAMATAN
 Metode Kurva Kalibrasi (Faktor pengenceran = 10 kali)
Konsentrasi Cu Absorbansi
0 0,0000
100 ppm 0,0049
200 ppm 0,0128
300 ppm 0,0162
400 ppm 0,0199
500 ppm 0,0278
Sampel artificial 0,0166

F. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN


 Perhitungan :

Grafik hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi larutan standar Cu(NO3)2


Konsentrasi Cu dalam sampel :
 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan analisis penentuan kadar Cu dalam sampel
larutan Cu(NO3)2 dengan spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer merupakan
alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut
kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan dan
ada pula yang di pantulkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan
sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet. Pengabsorpsian sinar
ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi
elektron bonding, akibatnya panjang gelombang absorpsi maksimum dapat
dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul yang sedang diselidiki.
Oleh karena itu spektroskopi serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi
gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul.
Pada percobaan pertama, terlebih dahulu dibuat larutan sampel dengan
konsentrasi 0,100,200,300,400,500 ppm. Kemudian diencerkan dengan aquades
sampai tanda batas pada labu ukur 10 mL. Setelah semua labu takar dikocok sampai
homogen kemudian diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 640 nm. Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan
analisis adalah panjang gelombang dimana suatu zat memberikan penyerapan paling
tinggi yang disebut λ maks. Hal ini disebabkan jika pengukuran dilakukan pada
panjang gelombang yang sama, maka data yang diperoleh makin akurat atau
kesalahan yang muncul makin kecil.
Dan didapat hasil absorbansinya berturut – turut 0,0000; 0,0049; 0,0128;
0,0162; 0,0199; dan 0,0278. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar
konsentrasi larutan standar, maka semakin besar pula absorbansinya. Hal ini sesuai
dengan teori, berdasarkan hukum Lambert-Beer absorbansi akan berbanding lurus
dengan konsentrasi, karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε merupakan
suatu tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan
makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang
dihasilkan makin rendah. Diukur pula serapan dari sampel artificial. Setelah diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer UV Vis diperoleh absorbansi sebesar 0,0166.
Dari data yang didapatkan, selanjutnya dibuat kurva hubungan antara
konsentrasi dan absorbansi. Dari kurva tersebut didapatkan persamaan linear y =
0,0001x + 0,0002. Persamaan ini digunakan untuk menghitung kadar tembaga yang
ada di dalam sampel ( Cu(NO3)2 ). Dimana (y) menyatakan nilai pengukuran
absorbansi dan (x) menyatakan kadar Cu dalam sampel. Setelah dilakukan
perhitungan, diperoleh konsentrasi (x) Cu yang terdapat dalam sampel adalah sebesar
1640 mg/L.

G. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
 Panjang gelombang maksimum adalah 640 nm karena memiliki nilai absorbansi
tertinggi.
 Semakin besar konsentrasi larutan standar, maka semakin besar pula absorbansinya.
 Konsentrasi (x) Cu yang terdapat dalam sampel adalah sebesar 1640 mg/L.

 Pengenceran yang dilakukan dengan cara yang tidak tepat akan mengakibatkan nilai
absorbansi yang didapatkan menjadi kurang tepat

H. DAFTAR PUSTAKA

Fajrin et al. 2014. Ketoprofen, Penetapan Kadarnya Dalam Sediaan Gel Dengan Metode
Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel. Jurnal Farmasi. Vol 11 No 01.

Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.


Junaidi. 2017. Spektrofotometer UV-Vis untuk Estimasi Ukuran Nanopartikel Perak. Jurnal Teori
dan Aplikasi Fisika. Vol. 5 No. 1 : 97-102 .

Tri Prasetya, A. 2019. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Semarang : UNNES.

Anda mungkin juga menyukai