LP Fraktur Humerus II
LP Fraktur Humerus II
Tinjauan Teori
1. Pengertian
Frakture adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh trauma (Mansjoer, Arif, et al. 2000).
Sedangkan menurut Linda Juall C (1999) fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang disebabkan adanya tekanan eksternal yang lebih
besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Humerus atau tulang lengan atas adalah tulang panjang pada lengan yang terletak antara bahu dan siku. Pada sistem rangka
terletak diantara skapula (tulang belikat) dan radius-ulna (tulang pengumpil-hasta). Secara anatomis tulang hemurus dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu: bagian atas humerus, badan humerus (corpus humerus), dan bagian bawah humerus. Kepala bonggol
humerus (caput humerus) bersendi dengan cavitas glenoidales dari skapula. Penyambungan ini dikenal dengan sendi bahu yang
memiliki jangkauan gerak yang luas. Pada persendian ini terdapat dua bursa yaitu bursa subacromialis dan bursa subscapularis.
Bursa subacromialis membatasi otot supraspinatum dan otot deltoideus. Bursa subscapularis memisahkan fossa subscapularis dari
tendon otot subscapularis.
Kestabilan sendi humerus dibantu oleh otot rottator cuff. Pada bagian siku terdapat persendian dengan ulna sehingga
memungkinkan gerak fleksi dan ekstensi. Gerakan ini terjadi pada bagian troklea humerus. Terdapat dua cekungan pada ujung bawah
humerus, yaitu fossa coronoidea dan fossa olecrani. Selain itu, terdapata banyak otot yang melekat pada humerus. Otot-otot tersebut
memungkinkan gerakan pada siku dan bahu. Otot khusus rotator cuff melekati bagian atas humerus dan dapat melakukan rotasi serta
abduksi pada bahu. Terdapat pula otot pada lengan bawah yang melekati humerus seperti otot pronator teres dan otot fleksor dan
ekstensor lengan bawah.
Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus (Mansjoer, Arif, et al, 2000).Fraktur humerus
adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan / trauma langsung maupun tak langsung (Sjamsuhidajat, R.
2004).
Jadi fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan/trauma langsung maupun tak langsung
karena diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus.
2. Klasifikasi
Frakture atau patah tulang humerus terbagi atas:
a. Fraktur suprakondilar humerus, jenis fraktur ini dapat dibedakan menjadi:
1. Jenis ekstensi: terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada siku dan lengan bawah pada posisi
supinasi dan lengan siku dalam posisi ekstensi dengan tangan terfiksasi.
2. Jenis fleksi: banyak pada anak yang terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi
pronasi dan siku dalam posisi sedikit fleksi.
b. Frakture interkondiler humerus: sering terjadi pada anak.
c. Frakture batang humerus: frakture ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur transfersal atau gaya
memutar tak langsung yang mengakibatkan fraktur spiral (fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi).
d. Fraktur kolum humerus: dapat terjadi pada kolum anatomikum (terletak dibawah kaput humeri) dan kolum sirurgikum (terletak
dibawah tuberkulum).
3. Etiologi
Penyebab frakture humerus diantaranya adalah:
a. Akibat peristiwa trauma: karena adanya tekanan tiba – tiba dengan kekuatan yang melebihi batas kemampuan tulang yang
berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Trauma ada dua, yaitu:
1. Trauma langsung: tulang bisa patah pada tempat yang terkena benturan, kemungkinan ada kerusakan pada jaringan lunak.
2. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami frakture pada tempat yang jauh dari tempat terkena benturan, kerusakan
jaringan lunak pada fraktur kemungkinan tidak terjadi.
b. Akibat tekanan: disebabkan adanya tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan retak pada tulang.
c. Kondisi abnormal pada tulang: fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal pada tulang jika tulang tersebut lemah misalnya
oleh tumor atau tulang tersebut dalam kondisi rapuh (osteoporosis).
4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada fraktur humerus adalah:
a. Nyeri terus menerus dan meningkat, terjadi karena adanya spasme otot dan kerusakan sekunder sehingga fragmen tulang tidak
bisa digerakkan.
b. Deformitas atau kelainan bentuk. Terdapat perubahan pada fragmen tulang yang disebabkan oleh adanya deformitas tulang dan
fraktur itu sendiri. Hal ini akan tampak saat dibandingkan dengan daerah yang tidak luka.
c. Terdapat gangguan fungsi. Setelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung menunjukkan
pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang
yang mana tulang tersebut saling berdekatan.
d. Bengkak dan memar, terjad karena adaya hematoma pada jaringan lunak.
e. Pemendekan. Pada frakture tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada ekstremitas yang disebabkan oleh kontraksi
otot yang berdempetan di atas dan di bawah lokasi fraktur humerus.
f. Krepitasi. Suara derik tulang dapat didengar atau dirasakan ketika humeri digerakkan yang disebabkan oleh trauma langsung
maupun tak langsung.
5. Patofisiologi
Trauma yang terjadi pada tulang humerus dapat menyebabkan fraktur. Fraktur dapat berupa fraktur tertutup ataupun terbuka. Fraktur
tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak di sekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jaringan lunak
seperti otot tendon, ligamen, dan pembuluh darah. Tekanan yang kuat dan berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka karena
dapat menyebabkan ragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan
peradangan dan kemungkinan terjadinya infeksi. Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan bakteri.
Tertariknya segmen tulang disebabkan karena adanya kejang otot pada daerah fraktur menyebabkan disposisi pada tulang sebab
tulang berada pada posisi yaang kaku.
6. Komplikasi
a. Dislokasi bahu. Fraktur dislokasi baik anterior maupun posterior sering terjadi. Dislokasi biasanya dapat direduksi secara
tertutup dan kemudian diterapi seperti biasa.
b. Cedera saraf. Kelumpuhan saraf radialis dapat terjadi pada fraktur humerus jika tidak ditangani dengan benar.
c. Lesi saraf radialis. Ketidakmampuan melakukan ekstensi pergelangan tangan sehingga pasien melakukan fleksi jari secara
efektif dan tidak dapat menggenggam lagi.
d. Kekakuan sendi. Kekakuan pada sendi terjadi jika tidak dilakukan aktivitas lebih awal.
e. Non-union. Penyembuhan tulang tidak terjadi walaupun ttelah memakan waktu lama karena:
1. Terlalu banyak tulang rusak pada cedera sehingga tidak ada yang menjembatani fragmen.
2. Terjadi nekrosa tulang karena tidak ada aliran darah.
3. Anemi endoceime imbalance yaitu ketidakseimbangan endokrin atau penyebab sistemik yang lain.
6.4 Pencegahan
Menurut Long B.C (1996; 356) untuk mencegah terjadinya fraktur humerus dapat dilakukan 3 hal, yaitu:
a. Dengan membuat lingkungan lebih aman.
b. Memberikan HE pada masyarakat mengenai:
1. Bahaya minum saat mengemudi.
2. Pentingnya pemakaian sabuk pengaman.
3. Berhati-hati saat mengangkat beban berat.
4. Berhati-hati saat olahraga.
c. Berikan HE pada wanita tentang osteoporosis yang mencakup dampak dan cara mengatasinya.
6.5 Penatalaksanaan
Menurut Sjamsuhidajat (1998) prinsip pengelolaan patah tulang adalah reposisi dan imobilisasi. Penatalaksanaan yang bisa
dilakukan antar lain:
a. Proteksi, misalnya untuk fraktur dengan kondisi ringan.
b. Immobilisasi dengan fiksasi atau immobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap perlu imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi
fragmen.
c. Reposisi dan immobilisasi.
d. Reposisi dengan traksi terus-menerus selama masa tertentu disertai immobilisasi.
e. Reposisi diikuti immobilisasi fiksasi luar.
f. Reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara operatif.
g. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi internal.
h. Eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan prostetis.
Pada prinsipnya pengobatan fraktur humerus dapat dilakukan secara tertutup dengan cara:
a. Fragmen-fragmen dikembalikan pada posisi anatomis (reposisi).
b. Dilakukan immobilisasi sampai terjadi penyambungan fragmen-fragmen tersebut (fiksasi atau immobilisasi).
c. Pemulihan fungsi (restorasi).
Hal di atas dapat dilakukan karena adanya toleransi yang baik terhadap pemendekan, serta rotasi rotasi fragmen patahan tulang.
Pengobatan secara tertutup dapat dilakukan dengan traksi skelet. Secara umum, tindakan yang dilakukan pada pasien dengan fraktur
tertutup antara lain:
a. Anjurkan pasien melakukan aktifitas seperti biasa sesegera mungkin selama kondisi pasien memungkinkan.
b. Ajarkan pasien dalam mengontrol nyeri.
c. Ajarkan pasien untuk aktif sebatas kemampuannya dalam kondisi immobilisasi fraktur.
d. Lakukan latihan untuk mempertahankan kondisi otot yang tidak rusak dan untuk meningkatkan kekuatan otot.
e. Ajarkan pasien cara menggunakan alat bantu secara aman.
f. Bantu pasien dalam memodifikasi lingkungan rumah mereka agar aman bagi pasien.
g. Ajarkan pasien untuk perawatan mandiri dan informasikan tentang pengobatan.
h. Monitoring potensial komplikasi, dan
i. Pertimbangkan kebutuhan pengawasan pelayanan kesehatan lanjutan.
6.6 WOC
FRAKTUR HUMERUS
MK: Nyeri
Perubahan jaringan sekitar
Kerusakan
fragmen tulang
Pergeseran Laserasi Spasme
fragmen kulit otot
Tekanan sumsum tulang >
tulang tinggi dari kapiler
MK: Pening
Putus katan
Deformitas Kerusakan Reaksi stres
vena/ tekanan
integritas klien
arteri kapiler
kulit
Gangguan
fungsi Pelepasan
perdarahan MK: resiko Pelepasan katekolamin
infeksi histamin
MK: Kehilangan
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 23 – 08 - 2017
No. Rekam Medis : 533863
Tanggal Pengkajian : 23 – 08 - 2017
Diagnosis Medis : Closed Fr. Humerus Sinistra 1/3 Distal
I. Identitas
1. Identitas Klien :
a. Nama : Sdr. O
b. Umur : 23 Th
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Alamat : Kebondalem RT 21 RW 05 Kendal
f. Suku / bangsa : Jawa
g. Pekerjaan : Tidak Bekerja
h. Pendidikan : SMA
i. Status perkawinan : Belum Menikah
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. F
b. Umur : 32 Th
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
j. Alamat : Kebondalem RT 21 RW 05 Kendal
e. Suku Bangsa : Jawa
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Buruh
h. Hubungan dengan klien : Orang Tua
i. No. Telepon : 08562668xxx
II. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Tidak adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas pada pasien
b. Breathing
RR : 20 x/menit.
Tidak ada kelemahan menelan atau batuk, tidak melindungi jalan nafas, tidaktimbulnya pernafasan yang sulit, suara
nafas tidak terdengar ronki atau aspirasi.
c. Circulation
TD : 110/70 mmHg.
Kulit dan membrane mukosa terlihat pucat, akral teraba dingin, CRT > 2 detik.
d. Disability
Kesadaran: Composmentis:
E: 4 M: 6 V: 5 Total GCS : 15
e. Exposure
Suhu : 360C
Terdapat jejas memar kebiruan di sekitar frakur. bahu sebelah kanan, terdapat luka dilutut kiri
2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri tangan kiri
b. Penampilan umum
Keadaan Umum Pasien datang rujukan dari Klinik Baitul Hikmah dengan
kondisi sudah terpasang bidai pada tangan kiri. Penampilan
pasien terlihat ada luka lecet dibagian lutut kaki kiri, pakaian
terlihat robek. Pasien terlihat menangis, dan berteriak
kesakitan
Kesadaran CM (Composmentis)
Antopometri BB : - TB : - IMT : -
Tanda-tanda TD : Suhu RR : 24 Nadi 70 kali/menit
Vital 160/100 :360C kali/menit
mmHh
Kekuatan otot:
11111 55555
Rontgen
Hasil foto rontgen menunjukkan adanya patah tulang pada radius distal sinistra
TERAPI
Terapi
Inj. Ranitidin 2x25 mg/IV Pengobatan jangka pendek tukak usus dua Hipersensitif Paling umum sakit kepala
belas jari aktif, tukak lambung aktif, dan terhadap ranitidine.
mengurangi gejala refluks esofagitis.
Terapi pemeliharaan setelah
penyembuhan tukak usus dua belas
jari, tukak lambung.
Pengobatan keadaan hipersekresi
patologik (misalnya: sindroma
Zollinger-Ellison, dan mastositosis
sistemik).
Ranitidin injeksi digunakan untuk pasien
rawat inap di rumah sakit dengan keadaan
hipersekresi patologis atau ulkus duabelas
jari yang sulit diatasi, atau sebagai
pengobatan alternatif pengobatan jangka
pendek pada pasien yang tidak dapat
diberikan obat secara peroral.
Ranitidine adalah antagonis kompetitif
reversibel reseptor histamin pada sel parietal
mukosa lambung, oleh karena itu ranitidine
efektif menghambat sekresi asam lambung.
Bioavailabilitas ranitidine peroral sekitar
50%. Kadar puncak rata-rata dalam darah
setelah 2-3 jam. Waktu paruh eliminasinya
2,5 - 3 jam. Ranitidine dieliminasi terutama
melalui eksresi ginjal.
Ringer 20 tpm /IV Mengembalikan keseimbangan elektrolit Hypernatremia panas
Laktat pada dehidrasi. Kelainan ginjal infeksi pada tempat
Kerusakan sel hati penyuntikan
Laktat asidosis trombosit vena atau
flebitis yang meluas dari
tempat penyuntikan
ekstravasasi
Dextoprofen 2x25 mg/IV Meningkatkan kondisi pasien dengan pasien dengan Gangguan pencernaan
melakukan fungsi menghalangi aksi siklook riwayat Mulas
sigenase hipersensitifitas Ketidaknyamanan perut
atau bahan Sembelit
tambahan yang Sakit kepala
terdapat di dalam
sediaan
pasien yang pernah
mengalami
serangan asma
rhinitis akut
polip nasal
pasien yang
menderita atau
riwaya tukak
lambung
wanita hamil dan
menyusui
Cefazolin 2x500 mg/IV Infeksi serius yang disebabkan oleh Pasien yang alergi Gangguan saluran cerna
organisme yang peka yaitu infeksi saluran terhadap Gangguan hati dan ginjal
nafas bagian atas, kulit dan stuktur kulit, sefalosforin Gangguan hematologi
tulang dan sendi , septicemia, profilaksis Alergi
perioperative, saluran kemih, saluran biliary, Reaksi lokal
genetalia, endokarditis
B. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. H
No. RM : 533724
Ruang : IGD
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
T: terus menerus
DO :
- Pasien terlihat menangis dan
menjerit-jerit ketika tanganya
digerakkan
- TD : 160/100 mmHg
- Nadi : 70x/menit
Lakukan pem
area fraktur
Anjurkan ke
membantu m
Kolaborasi u
merencanak
pengobatan
Kolaborasi
pemberian
untuk pasie
mengurang
dirasakan
Monitor TT
Evaluasi ke
analgesik t
D. IMPLEMENTASI
Tanggal No. Jam Tindakan Keperawatan dam Hasil (Evaluasi Paraf
Dx Formatif)
21/08/2017 1 10.15 Menyediakan lingkungan yang aman Team
S:-
S:-
S:-
S:-
E. EVALUASI
Tanggal No. Jam Evaluasi Somatif (SOAP) TTD
Dx
21 – 08 - 1 11.15 S : pasien mengatakan lebih nyaman sesudah Team
2017 tangannya dilakukan pembidaian
O : pasien nampak lebih tenang
A : masalah resiko cidera teratasi sebagaian
P : lanjutkan intervensi
- Rencana operasi
- Konsultasi dokter
P : Lanjutkan intervensi
Nb: judul makalah di cover depan diganti “asuhan keperawatan pada pasien dengan
close fraktur humerus sinistra post-op debridement hari ke-1”
Daftar pustaka
http://anatomi-dan-fisiologi-bahu..ac.id//.html