Anda di halaman 1dari 35

BAB II

Tinjauan Teori
1. Pengertian
Frakture adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh trauma (Mansjoer, Arif, et al. 2000).
Sedangkan menurut Linda Juall C (1999) fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang disebabkan adanya tekanan eksternal yang lebih
besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Humerus atau tulang lengan atas adalah tulang panjang pada lengan yang terletak antara bahu dan siku. Pada sistem rangka
terletak diantara skapula (tulang belikat) dan radius-ulna (tulang pengumpil-hasta). Secara anatomis tulang hemurus dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu: bagian atas humerus, badan humerus (corpus humerus), dan bagian bawah humerus. Kepala bonggol
humerus (caput humerus) bersendi dengan cavitas glenoidales dari skapula. Penyambungan ini dikenal dengan sendi bahu yang
memiliki jangkauan gerak yang luas. Pada persendian ini terdapat dua bursa yaitu bursa subacromialis dan bursa subscapularis.
Bursa subacromialis membatasi otot supraspinatum dan otot deltoideus. Bursa subscapularis memisahkan fossa subscapularis dari
tendon otot subscapularis.
Kestabilan sendi humerus dibantu oleh otot rottator cuff. Pada bagian siku terdapat persendian dengan ulna sehingga
memungkinkan gerak fleksi dan ekstensi. Gerakan ini terjadi pada bagian troklea humerus. Terdapat dua cekungan pada ujung bawah
humerus, yaitu fossa coronoidea dan fossa olecrani. Selain itu, terdapata banyak otot yang melekat pada humerus. Otot-otot tersebut
memungkinkan gerakan pada siku dan bahu. Otot khusus rotator cuff melekati bagian atas humerus dan dapat melakukan rotasi serta
abduksi pada bahu. Terdapat pula otot pada lengan bawah yang melekati humerus seperti otot pronator teres dan otot fleksor dan
ekstensor lengan bawah.
Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus (Mansjoer, Arif, et al, 2000).Fraktur humerus
adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan / trauma langsung maupun tak langsung (Sjamsuhidajat, R.
2004).
Jadi fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan/trauma langsung maupun tak langsung
karena diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus.
2. Klasifikasi
Frakture atau patah tulang humerus terbagi atas:
a. Fraktur suprakondilar humerus, jenis fraktur ini dapat dibedakan menjadi:
1. Jenis ekstensi: terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada siku dan lengan bawah pada posisi
supinasi dan lengan siku dalam posisi ekstensi dengan tangan terfiksasi.
2. Jenis fleksi: banyak pada anak yang terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi
pronasi dan siku dalam posisi sedikit fleksi.
b. Frakture interkondiler humerus: sering terjadi pada anak.
c. Frakture batang humerus: frakture ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur transfersal atau gaya
memutar tak langsung yang mengakibatkan fraktur spiral (fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi).
d. Fraktur kolum humerus: dapat terjadi pada kolum anatomikum (terletak dibawah kaput humeri) dan kolum sirurgikum (terletak
dibawah tuberkulum).
3. Etiologi
Penyebab frakture humerus diantaranya adalah:
a. Akibat peristiwa trauma: karena adanya tekanan tiba – tiba dengan kekuatan yang melebihi batas kemampuan tulang yang
berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Trauma ada dua, yaitu:
1. Trauma langsung: tulang bisa patah pada tempat yang terkena benturan, kemungkinan ada kerusakan pada jaringan lunak.
2. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami frakture pada tempat yang jauh dari tempat terkena benturan, kerusakan
jaringan lunak pada fraktur kemungkinan tidak terjadi.
b. Akibat tekanan: disebabkan adanya tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan retak pada tulang.
c. Kondisi abnormal pada tulang: fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal pada tulang jika tulang tersebut lemah misalnya
oleh tumor atau tulang tersebut dalam kondisi rapuh (osteoporosis).
4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada fraktur humerus adalah:
a. Nyeri terus menerus dan meningkat, terjadi karena adanya spasme otot dan kerusakan sekunder sehingga fragmen tulang tidak
bisa digerakkan.
b. Deformitas atau kelainan bentuk. Terdapat perubahan pada fragmen tulang yang disebabkan oleh adanya deformitas tulang dan
fraktur itu sendiri. Hal ini akan tampak saat dibandingkan dengan daerah yang tidak luka.
c. Terdapat gangguan fungsi. Setelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung menunjukkan
pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang
yang mana tulang tersebut saling berdekatan.
d. Bengkak dan memar, terjad karena adaya hematoma pada jaringan lunak.
e. Pemendekan. Pada frakture tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada ekstremitas yang disebabkan oleh kontraksi
otot yang berdempetan di atas dan di bawah lokasi fraktur humerus.
f. Krepitasi. Suara derik tulang dapat didengar atau dirasakan ketika humeri digerakkan yang disebabkan oleh trauma langsung
maupun tak langsung.
5. Patofisiologi
Trauma yang terjadi pada tulang humerus dapat menyebabkan fraktur. Fraktur dapat berupa fraktur tertutup ataupun terbuka. Fraktur
tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak di sekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jaringan lunak
seperti otot tendon, ligamen, dan pembuluh darah. Tekanan yang kuat dan berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka karena
dapat menyebabkan ragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan
peradangan dan kemungkinan terjadinya infeksi. Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan bakteri.
Tertariknya segmen tulang disebabkan karena adanya kejang otot pada daerah fraktur menyebabkan disposisi pada tulang sebab
tulang berada pada posisi yaang kaku.
6. Komplikasi
a. Dislokasi bahu. Fraktur dislokasi baik anterior maupun posterior sering terjadi. Dislokasi biasanya dapat direduksi secara
tertutup dan kemudian diterapi seperti biasa.
b. Cedera saraf. Kelumpuhan saraf radialis dapat terjadi pada fraktur humerus jika tidak ditangani dengan benar.
c. Lesi saraf radialis. Ketidakmampuan melakukan ekstensi pergelangan tangan sehingga pasien melakukan fleksi jari secara
efektif dan tidak dapat menggenggam lagi.
d. Kekakuan sendi. Kekakuan pada sendi terjadi jika tidak dilakukan aktivitas lebih awal.
e. Non-union. Penyembuhan tulang tidak terjadi walaupun ttelah memakan waktu lama karena:
1. Terlalu banyak tulang rusak pada cedera sehingga tidak ada yang menjembatani fragmen.
2. Terjadi nekrosa tulang karena tidak ada aliran darah.
3. Anemi endoceime imbalance yaitu ketidakseimbangan endokrin atau penyebab sistemik yang lain.
6.4 Pencegahan
Menurut Long B.C (1996; 356) untuk mencegah terjadinya fraktur humerus dapat dilakukan 3 hal, yaitu:
a. Dengan membuat lingkungan lebih aman.
b. Memberikan HE pada masyarakat mengenai:
1. Bahaya minum saat mengemudi.
2. Pentingnya pemakaian sabuk pengaman.
3. Berhati-hati saat mengangkat beban berat.
4. Berhati-hati saat olahraga.
c. Berikan HE pada wanita tentang osteoporosis yang mencakup dampak dan cara mengatasinya.
6.5 Penatalaksanaan
Menurut Sjamsuhidajat (1998) prinsip pengelolaan patah tulang adalah reposisi dan imobilisasi. Penatalaksanaan yang bisa
dilakukan antar lain:
a. Proteksi, misalnya untuk fraktur dengan kondisi ringan.
b. Immobilisasi dengan fiksasi atau immobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap perlu imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi
fragmen.
c. Reposisi dan immobilisasi.
d. Reposisi dengan traksi terus-menerus selama masa tertentu disertai immobilisasi.
e. Reposisi diikuti immobilisasi fiksasi luar.
f. Reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara operatif.
g. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi internal.
h. Eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan prostetis.
Pada prinsipnya pengobatan fraktur humerus dapat dilakukan secara tertutup dengan cara:
a. Fragmen-fragmen dikembalikan pada posisi anatomis (reposisi).
b. Dilakukan immobilisasi sampai terjadi penyambungan fragmen-fragmen tersebut (fiksasi atau immobilisasi).
c. Pemulihan fungsi (restorasi).
Hal di atas dapat dilakukan karena adanya toleransi yang baik terhadap pemendekan, serta rotasi rotasi fragmen patahan tulang.
Pengobatan secara tertutup dapat dilakukan dengan traksi skelet. Secara umum, tindakan yang dilakukan pada pasien dengan fraktur
tertutup antara lain:
a. Anjurkan pasien melakukan aktifitas seperti biasa sesegera mungkin selama kondisi pasien memungkinkan.
b. Ajarkan pasien dalam mengontrol nyeri.
c. Ajarkan pasien untuk aktif sebatas kemampuannya dalam kondisi immobilisasi fraktur.
d. Lakukan latihan untuk mempertahankan kondisi otot yang tidak rusak dan untuk meningkatkan kekuatan otot.
e. Ajarkan pasien cara menggunakan alat bantu secara aman.
f. Bantu pasien dalam memodifikasi lingkungan rumah mereka agar aman bagi pasien.
g. Ajarkan pasien untuk perawatan mandiri dan informasikan tentang pengobatan.
h. Monitoring potensial komplikasi, dan
i. Pertimbangkan kebutuhan pengawasan pelayanan kesehatan lanjutan.
6.6 WOC

Trauma langsung Trauma tak langsung Kondisi patologis

FRAKTUR HUMERUS

Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tulang

MK: Nyeri
Perubahan jaringan sekitar
Kerusakan
fragmen tulang
Pergeseran Laserasi Spasme
fragmen kulit otot
Tekanan sumsum tulang >
tulang tinggi dari kapiler
MK: Pening
Putus katan
Deformitas Kerusakan Reaksi stres
vena/ tekanan
integritas klien
arteri kapiler
kulit
Gangguan
fungsi Pelepasan
perdarahan MK: resiko Pelepasan katekolamin
infeksi histamin
MK: Kehilangan
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 23 – 08 - 2017
No. Rekam Medis : 533863
Tanggal Pengkajian : 23 – 08 - 2017
Diagnosis Medis : Closed Fr. Humerus Sinistra 1/3 Distal
I. Identitas
1. Identitas Klien :
a. Nama : Sdr. O
b. Umur : 23 Th
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Alamat : Kebondalem RT 21 RW 05 Kendal
f. Suku / bangsa : Jawa
g. Pekerjaan : Tidak Bekerja
h. Pendidikan : SMA
i. Status perkawinan : Belum Menikah
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. F
b. Umur : 32 Th
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
j. Alamat : Kebondalem RT 21 RW 05 Kendal
e. Suku Bangsa : Jawa
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Buruh
h. Hubungan dengan klien : Orang Tua
i. No. Telepon : 08562668xxx

II. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Tidak adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas pada pasien
b. Breathing
RR : 20 x/menit.
Tidak ada kelemahan menelan atau batuk, tidak melindungi jalan nafas, tidaktimbulnya pernafasan yang sulit, suara
nafas tidak terdengar ronki atau aspirasi.
c. Circulation
TD : 110/70 mmHg.
Kulit dan membrane mukosa terlihat pucat, akral teraba dingin, CRT > 2 detik.
d. Disability
Kesadaran: Composmentis:
E: 4 M: 6 V: 5 Total GCS : 15
e. Exposure
Suhu : 360C
Terdapat jejas memar kebiruan di sekitar frakur. bahu sebelah kanan, terdapat luka dilutut kiri
2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri tangan kiri
b. Penampilan umum
Keadaan Umum Pasien datang rujukan dari Klinik Baitul Hikmah dengan
kondisi sudah terpasang bidai pada tangan kiri. Penampilan
pasien terlihat ada luka lecet dibagian lutut kaki kiri, pakaian
terlihat robek. Pasien terlihat menangis, dan berteriak
kesakitan

Kesadaran CM (Composmentis)

GCS Total: 15 Eye :4 Verbal :5 Motoric:6

Antopometri BB : - TB : - IMT : -
Tanda-tanda TD : Suhu RR : 24 Nadi 70 kali/menit
Vital 160/100 :360C kali/menit
mmHh

c. Riwayat penyakit dahulu


Tidak ada riwayat penyakit serius yang pernah dialami, tidak ada riwayat alergi pada klien, dan klien mengatakan
tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
d. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan bahwa ia terjatuh dari sepeda motor miliknya karena menabrak kendaraan yang berhenti didepannya
sewaktu akan berangkat kerja. Sebelum dirujuk ke RSUD dr. H. Soewondo Kendal klien terlebih dahulu mendapat
perawatan di RS Baitul Hikmah Kendal.
e. Pengkajian nyeri
P: pasien mengatakan nyeri pada tangan sebelah kiri
Q: seperti di tusuk-tusuk
R: radius distal
S: skala 8
T: terus menerus
f. Pemeriksaan fisik
- Kepala
Mesocephal, simetris, penyebaran rambut kepala merata, mata tidak anemis, tidak terlihat cuping hidung, mukosa
terlihat kering, telinga simetris kanan dan kiri.
- Dada
Inspeksi: Bentuk simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada (RR : 24xmenit)
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan pada dada klien
Perkusi: Suara paru sonor
Auskultasi: Tidak ada bunyi suara tambahan, suara vesikuler
- Abdomen
Inspeksi: Tidak tedapat luka maupun jejas pada bagian abdomen
Auskultasi: Terdengar bising usus 3 kali/menit
Perkusi: Suara abdomen saat diperkusi timpani
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan saat dilakukan palpasi
- Genetalia
Klien mengatakan tidak ada gangguan pada genitalia
- Ekstremitas
Sianosis, CRT > 2 detik, akral teraba dingin

Kekuatan otot:

11111 55555

Rontgen

Hasil foto rontgen menunjukkan adanya patah tulang pada radius distal sinistra
TERAPI

Jenis Dosis/Rute Indikasi & Cara Kerja Kontraindikasi Efek Samping

Terapi

Inj. Ranitidin 2x25 mg/IV Pengobatan jangka pendek tukak usus dua  Hipersensitif  Paling umum sakit kepala
belas jari aktif, tukak lambung aktif, dan terhadap ranitidine.
mengurangi gejala refluks esofagitis.
 Terapi pemeliharaan setelah
penyembuhan tukak usus dua belas
jari, tukak lambung.
 Pengobatan keadaan hipersekresi
patologik (misalnya: sindroma
Zollinger-Ellison, dan mastositosis
sistemik).
Ranitidin injeksi digunakan untuk pasien
rawat inap di rumah sakit dengan keadaan
hipersekresi patologis atau ulkus duabelas
jari yang sulit diatasi, atau sebagai
pengobatan alternatif pengobatan jangka
pendek pada pasien yang tidak dapat
diberikan obat secara peroral.
Ranitidine adalah antagonis kompetitif
reversibel reseptor histamin pada sel parietal
mukosa lambung, oleh karena itu ranitidine
efektif menghambat sekresi asam lambung.
Bioavailabilitas ranitidine peroral sekitar
50%. Kadar puncak rata-rata dalam darah
setelah 2-3 jam. Waktu paruh eliminasinya
2,5 - 3 jam. Ranitidine dieliminasi terutama
melalui eksresi ginjal.
Ringer 20 tpm /IV Mengembalikan keseimbangan elektrolit  Hypernatremia  panas
Laktat pada dehidrasi.  Kelainan ginjal  infeksi pada tempat
 Kerusakan sel hati penyuntikan
 Laktat asidosis  trombosit vena atau
flebitis yang meluas dari
tempat penyuntikan
 ekstravasasi
Dextoprofen 2x25 mg/IV Meningkatkan kondisi pasien dengan  pasien dengan  Gangguan pencernaan
melakukan fungsi menghalangi aksi siklook riwayat  Mulas
sigenase hipersensitifitas  Ketidaknyamanan perut
atau bahan  Sembelit
tambahan yang  Sakit kepala
terdapat di dalam
sediaan
 pasien yang pernah
mengalami
serangan asma
 rhinitis akut
 polip nasal
 pasien yang
menderita atau
riwaya tukak
lambung
 wanita hamil dan
menyusui
Cefazolin 2x500 mg/IV Infeksi serius yang disebabkan oleh  Pasien yang alergi  Gangguan saluran cerna
organisme yang peka yaitu infeksi saluran terhadap  Gangguan hati dan ginjal
nafas bagian atas, kulit dan stuktur kulit, sefalosforin  Gangguan hematologi
tulang dan sendi , septicemia, profilaksis  Alergi
perioperative, saluran kemih, saluran biliary,  Reaksi lokal
genetalia, endokarditis
B. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. H
No. RM : 533724
Ruang : IGD

ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi

1. DS : Nyeri Akut (00132) Agen cidera fisik ( Fraktur radius


- Pasien mengatakan sakit ketika distal)
tangan kirinya digerakkan
P: pasien mengatakan nyeri pada
tangan sebelah kiri
Q: seperti di tusuk-tusuk
R: radius distal
S: skala
8

T: terus menerus
DO :
- Pasien terlihat menangis dan
menjerit-jerit ketika tanganya
digerakkan
- TD : 160/100 mmHg
- Nadi : 70x/menit

2. DS : Resiko cedera (00035) Fisik (gangguan mobilitas)


- Pasien mengeluh kesakitan pada
tangan sebelah kiri
DO :

- Pasien terlihat kesulitan merubah


posisinya
- Tangan kiri odem, nyeri gerak (+),
tangan sebelah kiri tidak bisa
digerakkan.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko cedera berhubungan dengan fisik (gangguan mobilitas) - 00035
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera fisik ( Fraktur radius distal) – 00132
C. PERENCANAAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ke

1. Resiko cedera berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen lingk


dengan fisik (gangguan selama 30 menit diharapkan pasien tidak Keselamatan
mobilitas) - 00035 terjadi keparahan cidera fisik dengan  Sediakan ling
kriteria hasil: aman untuk p
- Tidak terjadi cidera lebih lanjut  Pasang side
pada area fraktur tidur
- Tidak terjadi perubahan posisi  Anjurkan kel
pada area fraktur menemani pa
Identifikasi resiko

 Lakukan pem
area fraktur
 Anjurkan ke
membantu m
 Kolaborasi u
merencanak
pengobatan

2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyer


dengan Agen cidera fisik ( selama 60 menit diharapkan klien dapat
 Lakukan p
Fraktur radius distal) – mengontrol nyeri dengan kriteria hasil:
secara kom
00132 - Pasien dapat mengontrol nyeri
 Ajarkan
- Pasien tampak lebih tenang
nonfarmak
- TTV dalam rentang normal
 Berikan du
pasien
Pengaturan Posis
 Posisikan
senyaman m
Pemberian Ob
(2210)

 Kolaborasi
pemberian
untuk pasie
mengurang
dirasakan
 Monitor TT
 Evaluasi ke
analgesik t

D. IMPLEMENTASI
Tanggal No. Jam Tindakan Keperawatan dam Hasil (Evaluasi Paraf
Dx Formatif)
21/08/2017 1 10.15 Menyediakan lingkungan yang aman Team

S:-

O: lingkungan pasien terlihat aman

2 10.15 Memposisikan pasien senyaman mungkin Team

S: pasien menganggukkan kepala ketika


ditanyakan tentang kenyaman posisi

O: pasien terlihat terlihat nyaman


1 10.17 Memasang side rail tempat tidur Team

S:-

O : pasien terlihat nyaman

1 10.20 Melakukan TTV Team

S:-

O: TD: 160/100mmHg, Nadi: 70x/menit, RR:


24x/menit, Suhu: 36oC

1 10:30 Melakukan pengkajian nyeri secara Team


komprehensif

S : pasien mengatakan nyeri dibagian tangan


kiri, terasa seperti ditusuk-tusuk, klien
mengatakan nyeri terasa terus menerus dengan
skala 8

O: pasien terlihat menangis dan berteriak


kesakitan

2 10:35 Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk Team


mengurangi nyeri (teknik relaksi nafas dalam
dan distraksi)

S: pasien mengatakan masih merasa sakit

O : pasien terlihat meringis menahan nyeri

1 10:35 Memberikan dukungan kepada pasien Team


(memotivasi)
S: pasien mengatakan sakit pada bagian tangan
kirinya

O : pasien tampak lebih tenang

1 10:40 Melakukan pembidaian pada area frakur Team

S : pasien mengatakan sakit ketika selama


pembidaian

O : pasien tampak menangis dan berteriak sakit

1 11:10 Menganjurkan keluarga untuk membantu Team


mobilitas pasien

S : keluarga pasien mengatakan akan membantu


pasien

O : keluarga pasien terlihat menganggukkan


kepalanya

2 11:10 Melakukan kolaborasi pemberian analgesic Team

S : pasien mengatakan setuju untuk di lakukan


tindakan pemberian analgesic

O : pasien terlihat gelisah

2 11:15 Monitoring vital sign pasien Team

S:-

O : pasien terlihat tenang

2 11:15 Melakukan evaluasi keefektifan analgesic tanda Team


dan gejala

S : pasien mengatakan dapat mengontrol nyeri


O : pasien terlihat lebih tenang

1 11:15 Merencanakan tindak lanjut untuk proses Team


pengobatan

S: pasien mengatakan setuju untuk dilakukan


tindak lanjut untuk melakukan pengobatan
tindak lanjut

O: pasien terlihat menganggukkan kepala

E. EVALUASI
Tanggal No. Jam Evaluasi Somatif (SOAP) TTD
Dx
21 – 08 - 1 11.15 S : pasien mengatakan lebih nyaman sesudah Team
2017 tangannya dilakukan pembidaian
O : pasien nampak lebih tenang
A : masalah resiko cidera teratasi sebagaian
P : lanjutkan intervensi
- Rencana operasi
- Konsultasi dokter

2 11.20 S : pasien mengatakan masih merasa nyeri pada Team


tangan kirinya

O : pasien terlihat kesakitan dan gelisah

A : masalah nyeri akut belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Kolaborasi pemberian analgetik


- Monitoring vital sign
- Posisikan pasien senyaman mungkin
- Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam dan
distraksi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Contoh Kasus


Tn. K (20 tahun) korban kecelakaan lalu lintas dibawa ke rumah sakit dengan
keluhan lengan kiri tidak dapat di gerakan. Pasien mengalami penurunan kesadaran selama
30 menit kemudian dibawa ke rumah sakit dan dilakukan operasi debridement untuk
pembersihan luka serta pemasangan skin traksi. TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 100/menit,
RR 20x/menit, suhu : 37,5o C. Tn. K di diagnosa close fraktur humerus sinistra.
3.2 Asuhan Keperawatan
3.2.1 Pengkajian
1. Anamnesa
Identitas Klien
Nama : Tn. K
Umur : 20 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Surabaya
Keluhan utama : Lengan kiri tidak bisa digerakan dan terasa sangat nyeri.
Riwayat penyakit sekarang : pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan lengan kiri
tidak bisa digerakkan setelah kecelakaan beberapa jam yang lalu. pasien mengalami
KLL, menghindari mobil motor jatuh ke sebelah kiri dengan lengan kiri pasien
menahan beban. pasien mengalami penurunan kesadaran selama 30 menit kemudian
dibawa ke rumah sakit dan dilakukan operasi debridement untuk pembersihan luka
serta pemasangan skin traksi.
Riwayat penyakit dahulu : -
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang menderita patah tulang
sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik
TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 100/menit, RR 20x/menit, suhu : 37,5o C
ROS (Review of System)
B1 (Breathing) : RR= 20x/min, irama nafas reguler, bunyi nafas vesikuler.
B2 (Blood) : sklera konjungtiva anemis, TD=110/70 mmHg, nadi 100xmin.
B3 (Brain) : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, dan mukosa mulut tidak
mengalami peradangan
B4 (Bladder) : warna urine jernih kekuningan
B5 (Bowel) : mual muntah (+), makan 3x/hari porsi tidak habis. Tn. K mengatakan
perutnya mual saat makan. Tn.K makan mandiri.
B6 (Bone) : gerak sendi terbatas,
kekuatan otot
5 3
5 5
keterangan: 5= kekuatan otot penuh
4= ada gerakan tapi tidak penuh
3= bisa melawan gravitasi
2= bisa gerak tapi tidak bisa melawan gravitasi
1= tidak ada kekuatan.
Close Fraktur Humerus Sinistra, terpasang skin traksi.
Nyeri (+)
P : setiap saat dan semakin hebat saat terjadi pergerakan
Q : tumpul menyebar
R : lengan kiri menjalar sampai dengan jari-jari tangan kiri
S : skala 9
T : saat terjadi pergerakan
terdapat luka bekas operasi pasca pemasangan traksi.
Personal Higien: seka (+) pagi dan sore dibantu keluarga, sikat gigi (-), kuku bersih
pendek, ganti baju 2hari sekali.
3.2.2 Analisa Data
(analisa datanya tidak ada revisi, langsung copast dari soft copy yang maju
kemaren aja,,,,)
3.2.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan laserasi kulit
3. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka dan bekas luka operasi
3.2.4 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang
Tujuan : klien menyatakan nyeri berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
- Dalam 1x24 jam skala nyeri turun menjadi 4-5.
- Pasien tampak tenang dan tidak menahan sakit.
- Pasien tampak rileks, RR=20x/min, Nadi= 100x/min
Intervensi Rasional
1. Pertahankan imobilasasi bagian Mengurangi nyeri dan mencegah
yang sakit dengan tirah baring, gips, malformasi.
bebat dan atau traksi

2. Tinggikan posisi ekstremitas yang Meningkatkan aliran balik vena,


terkena. mengurangi edema/nyeri.

3. Lakukan dan awasi latihan gerak Mempertahankan kekuatan otot dan


pasif untuk area yang terdapat meningkatkan sirkulasi vaskuler.
fraktur (ekstremitas sinistra atas)
dan ROM aktif untuk daerah yang
bebas frakture (ekstremitas bawah
sinistra dextra dan ekstremitas atas
dextra).
Meningkatkan sirkulasi umum,
4. Lakukan tindakan untuk menurunakan area tekanan lokal dan
meningkatkan kenyamanan kelelahan otot.
(masase, perubahan posisi)
Mengalihkan perhatian terhadap
5. Ajarkan penggunaan teknik nyeri, meningkatkan kontrol terhadap
manajemen nyeri (latihan napas nyeri yang mungkin berlangsung lama.
dalam, imajinasi visual, aktivitas
dipersional)
Menurunkan edema dan mengurangi
6. Lakukan kompres dingin selama rasa nyeri.
fase akut (24-48 jam pertama)
sesuai keperluan di area sekitar luka
dan fraktur.
Menurunkan nyeri melalui mekanisme
7. Kolaborasi pemberian analgetik penghambatan rangsang nyeri baik
sesuai indikasi. secara sentral maupun perifer.

Menilai perkembangan masalah klien.


8. Evaluasi keluhan nyeri (skala,
petunjuk verbal dan non verval,
perubahan tanda-tanda vital)

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan laserasi kulit


Tujuan : klien menyatakan ketidaknyamanan hilang
Kriteria Hasil :
- lesi berkurang sesuai dengan tahap penyembuhan luka
Intervensi Rasional
1. Pertahankan tempat tidur yang Menurunkan risiko kerusakan/abrasi
nyaman dan aman (kering, kulit yang lebih luas.
bersih, alat tenun kencang,
bantalan bawah siku, tumit).
2. Masase kulit terutama daerah Meningkatkan sirkulasi perifer dan
penonjolan tulang dan area distal meningkatkan kelemasan kulit dan
bebat/gips. otot terhadap tekanan yang relatif
konstan pada imobilisasi.
3. Menjaga skin traksi dengan Mencegah gangguan integritas kulit
dengan rawat luka. dan jaringan akibat kontaminasi
fekal.
4. Observasi keadaan kulit, Menilai perkembangan masalah
penekanan gips/bebat terhadap klien.
kulit, insersi pen/traksi.
3. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
Tujuan : Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik pada lengan yang
mengalami fraktur
Kriteria Hasil :
- klien dapat menggerakkan ujung-ujung jari
- klien dapat mengangkat bahu
Intervensi Rasional
1. Pertahankan pelaksanaan aktivitas Memfokuskan perhatian,
rekreasi terapeutik (radio, koran, meningkatakan rasa kontrol
kunjungan teman/keluarga) sesuai diri/harga diri, membantu
keadaan klien. menurunkan isolasi sosial.

2. Bantu latihan rentang gerak pasif Meningkatkan sirkulasi darah


aktif pada ekstremitas yang sakit muskuloskeletal, mempertahankan
maupun yang sehat sesuai keadaan tonus otot, mempertahakan gerak
klien. sendi, mencegah kontraktur/atrofi
dan mencegah reabsorbsi kalsium
karena imobilisasi.
3. Berikan papan penyangga kaki, Mempertahankan posis fungsional
gulungan trokanter/tangan sesuai ekstremitas.
indikasi.
4. Bantu dan dorong perawatan diri Meningkatkan kemandirian klien
(kebersihan/eliminasi) sesuai dalam perawatan diri sesuai
keadaan klien. kondisi keterbatasan klien.
5. Ubah posisi secara periodik sesuai Menurunkan insiden komplikasi
keadaan klien. kulit dan pernapasan (dekubitus,
atelektasis, penumonia)
6. Dorong/pertahankan asupan cairan Mempertahankan hidrasi adekuat,
2000-3000 ml/hari. men-cegah komplikasi urinarius
dan konstipasi.
7. Berikan diet TKTP. Kalori dan protein yang cukup
diperlukan untuk proses
penyembuhan dan mem-
pertahankan fungsi fisiologis
8. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi tubuh.
sesuai indikasi. Kerjasama dengan fisioterapis
perlu untuk menyusun program
9. Evaluasi kemampuan mobilisasi aktivitas fisik secara individual.
klien dan program imobilisasi. Menilai perkembangan masalah
klien.

4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penyumbatan pembuluh darah


Tujuan : klien akan menunjukkan fungsi neurovaskuler baik
Kriteria Hasil :
- akral hangat, tidak pucat dan tidak sianosis, dapat bergerak secara aktif
Intervensi Rasional
1. Dorong klien untuk secara rutin Meningkatkan sirkulasi darah dan
melakukan latihan menggerakkan mencegah kekakuan sendi.
jari/sendi distal cedera.
2. Hindarkan restriksi sirkulasi Mencegah stasis vena dan sebagai
akibat tekanan bebat/spalk yang petunjuk perlunya penyesuaian
terlalu ketat. keketatan bebat/spalk.
3. Pertahankan letak tinggi Meningkatkan drainase vena dan
ekstremitas yang cedera kecuali menurunkan edema kecuali pada
ada kontraindikasi adanya adanya keadaan hambatan aliran
sindroma kompartemen. arteri yang menyebabkan
penurunan perfusi.
4. Berikan obat antikoagulan Mungkin diberikan sebagai upaya
(warfarin) bila diperlukan. profilaktik untuk menurunkan
trombus vena.
5. Pantau kualitas nadi perifer, aliran Mengevaluasi perkembangan
kapiler, warna kulit dan masalah klien dan perlunya
kehangatan kulit distal cedera, intervensi sesuai keadaan klien
bandingkan dengan sisi yang
normal.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka dan bekas luka operasi
Tujuan : Klien mengalami penyembuhan luka sesuai waktu
Kriteria Hasil :
- bebas drainase purulen atau eritema dan demam
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan pen steril dan Mencegah infeksi sekunderdan
perawatan luka sesuai protokol mempercepat penyembuhan luka.
2. Ajarkan klien untuk Meminimalkan kontaminasi.
mempertahankan sterilitas insersi
pen.
3. Kolaborasi pemberian antibiotika Antibiotika spektrum luas atau
dan toksoid tetanus sesuai indikasi. spesifik dapat digunakan secara
profilaksis, mencegah atau
mengatasi infeksi. Toksoid tetanus
untuk mencegah infeksi tetanus.
4. Analisa hasil pemeriksaan Leukositosis biasanya terjadi pada
laboratorium (Hitung darah proses infeksi, anemia dan
lengkap, LED, Kultur dan peningkatan LED dapat terjadi
sensitivitas luka/serum/tulang) pada osteomielitis. Kultur untuk
mengidentifikasi organisme
5. Observasi tanda-tanda vital dan penyebab infeksi.
tanda-tanda peradangan lokal pada Mengevaluasi perkembangan
luka. masalah klien.

Nb: judul makalah di cover depan diganti “asuhan keperawatan pada pasien dengan
close fraktur humerus sinistra post-op debridement hari ke-1”
Daftar pustaka

Sjamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC


Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius
OTA (orthopaedic trauma association, 2010) dan AAOS (American Academy of
Orthopaedic Surgeons). Available [online]:
<http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00513>[1 Mei 2012]
Nugroho, Denmoci. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur Humerus.
Available [online]: <http://dentingberdetak.blogspot.com/2011/07/askep-pada-klien-
dengan-fraktur-humerus.html>[31 Mei 2012]
Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta,
1999.
Phieno. 2009. Kuliah Otot.Available [online]:
<http://phieno10.wordpress.com/2009/11/06/macam-macam-otot>[31 Mei 2012]
Wijaya, Surya. pakar anatomi kedokteran,kinesiology. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia,Jakarta,1998.

http://anatomi-dan-fisiologi-bahu..ac.id//.html

Anda mungkin juga menyukai