DOSEN PENGAMUH :
IKA GUSRIANI, S.TP., M.P
ASISTEN DOSEN :
NOPITA SARI (J1A116003)
STEVEN WELINGTON (J1A116063)
OLEH :
NAMA : KIKI FATKHU ROZIQIN
NIM : J1A117085
KELAS : R-001
SHIFT : 02
PENDAHULUAN
Sawi putih merupakan salah satu dari sekian banyak jenis tanaman hijau
yang biasa digunakan untuk membuat sayur dan bahan olahan makanan lainnya
seperti capcay. Alasan kebanyakan orang memilih sawi putih untuk dijadikan
pilihan bahan olahan makanan adalah selain harganya yang ekonomis, rasa dari
jenis tanaman hijau ini bersifat netral yaitu tidak terasa pahit dan juga tidak terlalu
manis. Namun sebenarnya selain dapat diolah menjadi sayuran biasa seperti capcay,
sawi putih juga dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan makanan khas
Korea yang disebut Kimchi. Kimchi adalah sejenis asinan sayuran hasil fermentasi
yang di beri bumbu pedas. Karena hasil fermentasi, kimchi memiliki rasa masam
seperti acar.
Selain memiliki cita rasa yang khas, kimchi juga dipercaya dapat memberi
manfaat bagi kesehatan tubuh manusia karena mengandung kadar serat makanan
yang tinggi dan memiliki kadar kalori yang rendah. Hal ini disebabkan karena
kimchi terbuat dari berbagai jenis sayuran, seperti bawang bombay, bawang putih,
dan cabai merah yang kaya akan vitamin dan dapat menyehatkan tubuh. Bakteri
laktobasillus yang berperan dalam proses fermentasi dapat menghasilkan asam
laktat dengan kadar tinggi, sehingga jika dikonsumsi dapat memperlancar sistem
pencernaan.
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fermentasi
1. Keasaman
Makanan yang mengandung asam biasanya tahan lama, tetapi jika oksigen
cukup jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung terus,
maka daya tahan awet dari asam tersebut akan hilang. Tingkat keasaman sangat
berpengaruh dalam perkembangan bakteri. Kondisi keasaman yang baik untuk
pertumbuhan bakteri adalah 3,5 – 5,5.
2. Mikroba
Fermentasi biasanya dilakukan dengan kultur murni yang dihasilkan di
laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan.
Pembuatan makanan dengan cara fermentasi di Indonesia pada umumnya tidak
menggunakan kultur murni sebagai contoh misalnya ragi pasar mengandung
beberapa ragi diantaranya Saccharomyces cereviseae yang dicampur dengan tepung
beras dan dikeringkan. Kultur murni biasa digunakan dalam fermentasi misalnya
untuk pembuatan anggur, bir, keju, sosis, dan lain-lainnya.
3. Suhu
Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan selama
fermentasi. Setiap mikroorganisme memiliki suhu maksimal pertumbuhan, suhu
minimal pertumbuhan dan suhu optimal. Suhu pertumbuhan optimal adalah suhu
yang memberikan pertumbuhan terbaik dan perbanyakan diri tercepat.
4. Alkohol
Mikroorganisme yang terkandung dalam ragi tidak tahan terhadap alkohol
dalam kepekatan (kadar) tertentu, kebanyakan mikroba tidak tahan pada
konsentrasi alkohol 12 – 15 %
5. Oksigen
Oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk
memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu, ragi yang
menghasilkan alkohol dari gula lebih baik dalam kondisi anaerobik. Setiap mikroba
membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau
membentuk sel-sel baru dan untuk proses fermentasi. Misalnya Saccharomyces sp
yang melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih cepat pada keadaan anaerobik,
akan tetapi mengalami pertumbuhan lebik baik pada keadaan aerobik sehingga
jumlahnya bertambah banyak.
Kimchi adalah makanan tradisional Korea, salah satu jenis asinan sayur
hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas. Setelah digarami dan dicuci, sayuran
dicampur dengan bumbu yang dibuat dari udang krill, kecap ikan, bawang putih,
jahe dan bubuk cabai merah. Sayuran yang paling umum dibuat kimchi adalah sawi
putih dan lobak. Di Korea, kimchi selalu dihidangkan di waktu makan sebagai salah
satu jenis banchan yang paling umum. Kimchi juga digunakan sebagai bumbu
sewaktu memasak sup kimchi (kimchi jjigae), nasi goreng kimchi (kimchi
bokkeumbap), dan berbagai masakan lain ( Jung-Sook Leea, et,. all. 2005).
Kimchi dibuat dari berbagai jenis sayuran sehingga mengandung kadar serat
makanan yang tinggi, namun rendah kalori. Sebagian besar kimchi dibuat dari
sayuran seperti bawang bombay, bawang putih, dan cabai yang baik untuk
kesehatan. Kimchi kaya dengan vitamin A, thiamine (B1), riboflavin (B2), kalsium,
zat besi, dan bakteri asam laktat yang baik untuk pencernaan ( Jung-Sook Leea, et,.
all. 2005).
Selama 50 tahun terakhir, banyak genus dan spesies bakteri, yeast, dan
jamur telah diisolasi kimchi. Diketahui bahwa mikroorganisme utama yang
bertanggung jawab untuk fermentasi kimchi adalah LAB (Lactic Acid Bacteria) dan
yeast diketahui memiliki peran melunakkan tekstur kimchi. Adapun genus dan
spesies utama LAB yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari kimchi adalah
Leuconostoc mesenteroides, Leuconostoc dextranicum, Leuconostoc citreum,
Lactobacillus brevis, Lactobacillus fermentum, Lactobacillus plantarum,
Pediococcus pentosaceus, dan Streptococcus faeculis (Cheigh, 1994).
Jenis fermentasi hetero LAB, Leuconostoc mesenteroides adalah bakteri
utama pada populasi kimchi dari awal ke tahap tengah fermentasi. Selama tahap
hetero fermentasi menghasilkan berbagai metabolit seperti asam laktat, asam asetat,
etanol, karbon dioksida, manitol, dan dekstran yang berhubungan dengan rasa
kimchi, dan LAB mencapai jumlah tertinggi selama periode pematangan optimum.
Namun, jumlah Leu. mesenteroides menurun tajam saat pH dari kimchi ini menurun
menjadi 4,0. Di sisi lain, jenis LAB pada homo fermentasi adalah Lac. plantarum,
yaitu LAB yang mampu bertoleransi pada konsentrasi asam organik tinggi. Dari
penelitian terakhir telah dilaporkan bahwa pengasaman pada kimchi pun
disebabkan oleh aktifitas Lac. plantarum. Pada temperatur fermentasi yang sama,
jumlah Leu. mesentreoides akan lebih tinggi pada kadar garam yang lebih rendah
daripada pada kadar garam tinggi (Lee, 1992).
Akan terbentuk lapisan yeast di permukaan kimchi yang diawetkan pada
jangka waktu yang lama, dan yeast ini menghasilkan poligalakturonase dan
berkontribusi untuk pelunakan tekstur kimchi dengan merendahkan substansi
pektik. Jumlah flora yeast selama fermentasi kimchi menurun jumlahnya pada suhu
tinggi (30oC), tetapi jumlah yeast ini menurun dan tetap konstan pada suhu di bawah
20oC. Namun demikian, populasi yeast selama fermentasi kimchi menunjukkan
perubahan yang khas tergantung pada suhu dan konsentrasi garam. Jumlah tidak
berubah pada 20-30oC, tetapi menunjukkan kurva kenaikan yang sampai proses
penurunannya (diperlambat secara perlahan) sampai pada fase akhir yaitu pada
suhu rendah (14-5oC) (Ha, 1960).
LAB telah lama dikenal untuk memproduksi protein yang disebut
antimikroba bakteriosin. Bakteriosin tertentu menghambat patogen makanan,
termasuk Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Listeria monocytogenes, dan
Staphylococcus aureus. Hal ini menunjukkan bahwa LAB memproduksi
bakteriosin berguna dalam biokontrol kimchi baik dengan menerapkan pembuatan
secara langsung (alami) atau dengan menambahkan bakteriosin diproduksi sebagai
pengawet alami. Bakteriosin merupakan senyawa protein yang memiliki efek
bakterisida terhadap mikroorganisme lain. Bakteriosin yang dihasilkan bakteri
asam laktat sangat potensial untuk digunakan sebagai pengawet makanan alami
(Kusmiati, 2002).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 23 April 2019 pada
pukul 08 : 00 – 10 : 00 WIB di Laboratorium Pengolahan (Dapur) Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Jambi.
3.2 Bahan dan Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu baskom, pisau, talenan,
pengaduk, sendok, panci teflon, gelas plastik, toples kedap udara, dan parutan.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu 1 bonggol sawi putih ukuran sedang,
½ buah bawang bombay, 1 wortel yang dipotong tipis-tipis, 1 sendok makan gula
pasir, ½ gelas garam kasar, ½ gelas air matang, ¼ ruas jahe, ½ gelas bubuk cabe, ¼
gelas saus ikan, ¼ lobak putih (diiris tipis memanjang), 2 batang daun bawang serta
1 sendok makan tepung terigu.
4.2 Pembahasan
Kimchi dibuat pada praktikum yaitu dari sawi putih yang mengandung
kadar serat makanan yang tinggi, namun rendah kalori, dan diberi tambahan bahan
seperti bawang bombay, bawang putih, jahe, daun bawang yang berfungsi sebagai
penambah flavor sertamenyebabkan rasa dan tekstur yang lebih kompleks pada
kimci, dan penambahan wortel untuk memperindah tampilan.
Produk utama hasil fermentasi berupa asam laktat, namun terdapat produk
metabolit lain seperti fruktosa, manitol, polisakarida dan lain-lain. Karakteristik
yang paling penting adalah perubahan komposisi gula dan vitamin (terutama asam
askorbat), pemebentukan dan akumulasi asam organik, dan degradasi tekstur dan
peluanakan. Kimchi merupakan sumber penting dari vitamin, mineral, serat, dan
nutrisi lainnya.
Tingkat fermentasi kimchi itu nyata dipengaruhi oleh konsentrasi garam dan
suhu fermentasi, dan kimchi yang paling optimal untuk dikonsumsi ketika
mengandung 0,6-0,8% keasaman (pH 4.2), garam 3%, dan tinggi asam organik
yang mudah menguap. Pada fermentasi kimchi ini proses peragian asam laktat
spontan kalau terlindung dari udara, dimana mula-mula berperan Leuconostoc
disertai pembentukan karbon dioksida, kemudian berperan Lactobacillus
plantarum, dimana Lactobacillus plantarum ini meragikan glukosa secara
hemofermentatif. Penguraian glukosa dimulai melalui alur pentosa fosfat, berati
melalui glukosa-6-fosfat, 6-fosfoglukonat dan ribulosa-5-fosfat. Zat-zat ini diubah
oleh suatu epimerase menjadi xilulosa-5-fosfat dan dengan reaksi yang tergantung
tiamina pirofosfat dipecah oleh fosfoketolase menjadi gliserinaldehidafosfat dan
asetilfosfat. Sel-sel Leuconostoc mesenteroides yang tidak tumbuh yang sudah
dicuci meragikan glukosa menjadi laktat, etanol dan karbon dioksida.
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Poses fermentasi kimchi terlibaat beberapa mikroba/bakteri asam laktat
dimana mikroba yang dominan adalah dari genus Leuconostoc dan lactobacillus.
Produk utama hasil fermentasi berupa asam laktat, namun terdapat produk
metabolit seperti fruktosa, manitol, polisakarida dan lain-lain, sehingga
menyebabkan rasa yang lebih kaya.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum pembuatan kimchi ini semua bahan-bahan dan
alat-alat sudah ada pada saat praktikum dan sesuai apa yang telah diberikan
informasi dari asisten dosen ataupun dosen.
DAFTAR PUSTAKA
Cheigh, H.S. and Park, K.Y. 1994. Biochemical, microbiological, and nutritional
aspects of kimchi (Koraen fermented vegetable products). Crit. Rev. in
Food Sci. Nutr (34):175-203.
Jung-Sook Leea, et,. all. 2005. Analysis of kimchi microflora using denaturing
gradient gel electrophoresis. International Journal of Food Microbiology.
Volume 102, Issue 2, 15 Juli, hlm. 143-150.
Lee, C.W., Ko, C.Y., and Ha, D.M. 1992. Microfloral changes of the lactic acid
bacteria during kimchi fermentation and identification of the isolates. Kor.
J. Applied Microbiology Biotechnology (20): 102-109.
Winarno, 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Winarno, Fardiaz. G., 1990. Tempe, Misteri Gizi dari Jawa, Info Pangan. Teknologi
Pangan dan Gizi, Fatameta, IPB, Bogor.
Winarno, Fardiaz. G., 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
LAMPIRAN