Anda di halaman 1dari 20

ETIKA SEBAGAI SUATU BIDANG STUDI DAN ILMU

ETIKA SEBAGAI SUATU BIDANG STUDI


DAN ILMU Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu
ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu :
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk
jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai
untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai
arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan
(K.Bertens, 2000). Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata
maka kita akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus
mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari
perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata ‘etika’ yang terdapat dalam
Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 – mengutip dari
Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000),
mempunyai arti: 1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak). 2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. 3.
nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Istilah Moral
berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk
jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan,
adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’
sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu
kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka
rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari
bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak
bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-
norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu
bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang
tidak baik. ‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya
sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu
perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik
dan buruk. 1. Macam-macam norma: 1. Norma agama merupakan norma yang berfungsi
sebagai petunjuk dan pegangan hidup bagi umat manusia yang berasal dari Tuhan yang
berisikan perintah dan larangan. Pelanggaran terhadap norma ini mendapatkan sanksi dosa
dan di masukkan ke dalam neraka ketika di akhirat nanti. 2. Norma hukum adalah suatu
rangkaian aturan yang ditunjukkan kepada anggota masyarakat yang berisi ketentuan,
perintah, kewajiban, dan larangan, agar dalam masyarakat tercipta suatu ketertiban dan
keadilan yang biasanya dibuat oleh lembaga tertentu. Aturan ini lazimnya tertulis yang
diklasifikasikan dalam berbagai bentuk kitab undang-undang atau tidak tertulis berupa
keputusan hukum pengadilan adat. Karena sebagian besar norma hukum adalah tertulis
maka sanksinya adalah yang paling tegas jika dibandingkan dengan norma lain dari mulai
denda sampai hukuman fisik (penjara atau hukuman mati). 3. Norma kesusilaan adalah
peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan akhlak sehingga
seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Pada dasarnya norma ini merupakan norma untuk melaksanakan nilai moral yaitu dalam
rangka menghargai harkat dan martabat orang lain. Sebagai contoh: telanjang di depan
umum atau berpakaian minim. 4. Norma kesopanan adalah petunjuk hidup yang mengatur
bagaimana seseorang harus bertingkah laku dalam masyarakat. Sebagai contoh: meludah
di depan orang, menyerobot antrean, membuang sampah sembarangan, dll. 5. Norma
kebiasaan adalah sekumpulan peraturan yang dibuat bersama secara sadar atau tidak
menjadi sebuah kebiasaan. Sebagai contoh: menengok teman yang sakit, melayat,
menghadiri undangan pernikahan, dll. 1. Teori etika dibagi menjadi 2,yaitu: 1. Etika Teologi
yaitu etika yang mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibatnya yang ditimbulkan atas tindakan
yang dilakukan. Suatu tindakan dinilai baik, jika bertujuan mencapai sesuatu yang baik,atau
akibat yang ditimbulkannya baik dan bermanfaat. Misalnya : mencuri sebagai etika teleology
tidak dinilai baik atau buruk. berdasarkan tindakan itu sendiri, melainkan oleh tujuan dan
akibat dari tindakan itu. Jika tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik. 2. Teori
Deontologi yaitu : berasal dari bahasa Yunani , “Deon“ berarti tugas dan “logos”
berartipengetahhuan. Sehingga Etika Deontologi menekankan kewajiban manusia untuk
bertindak secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan
akibatnya atau tujuan baik dari tindakanyang dilakukan, melainkan berdasarkan tindakan itu
sendiri sebagai baik pada diri sendiri. Dengan kata lainnya, bahwa tindakan itu bernilai moral
karena tindakan itu dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindkan itu. 1. Etika
dibagi menjadi 2,yaitu: 1. Etika umum yang berisi prinsip serta moral dasar. 2. Etika khusus
atau etika terapan yang berlaku khusus. Etika khusus ini masih dibagi lagi,yaitu: 1) Etika
individual 2) Etika sosial Etika sosial dibagi menjadi 6,yaitu: a) Sikap terhadap sesama b)
Etika keluarga c) Etika profesi d) Etika politik e) Etika lingkungan hidup f) Kritik ideologi Etika
PENTINGNYA ETIKA DALAM PROFESI BIDANG AKUNTANSI Untuk pertama kalinya,
dalam kongres tahun 1973 IAI menetapkan kode etik bagi profesi akuntan di Indonesia,
yang saat itu diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengatur
standar mutu terhadap pelaksanaan pekerjaan akuntan. Standar mutu ini penting untuk
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan. Setelah mengalami
perubahan, maka tahun 1998 Ikatan Akuntan Indonesia menetapkan delapan prinsip etika
yang berlaku bagi seluruh anggota IAI baik di pusat maupun di daerah. Kode Etik Ikatan
Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik
yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi
pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab
profesionalnya. Pengertian Etika menurut : • Kamus Besar Bhs. Indonesia (1995) Etika
adalah Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat • Etika
adalah Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral •
Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah Seperangkat aturan atau norma atau pedoman
yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus
ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi”. Dari
asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti adat istiadat/ kebiasaan
yang baik Perkembangan etika yaitu Studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan
kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai
manusia dalam kehidupan pada umumnya. Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi
tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja
tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut
terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi: • Kredibilitas. Masyarakat
membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi. • Profesionalisme. Diperlukan
individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai
profesional di bidang akuntansi. • Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa
yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi. • Kepercayaan.
Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional
yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri
dari tiga bagian: (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, dan (3) Interpretasi Aturan Etika. Prinsip
Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku
bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan
hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika
merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah
memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai
panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai
Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk
menggantikannya. Kepatuhan Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua
standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan
tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya
pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya
mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan,
terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan
standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau
menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Fungsi Etika : • Sarana untuk memperoleh orientasi
kritis berhadapan dengan pelbagai moralitas yang membingungkan. • Etika ingin
menampilkanketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk berargumentasi secara rasional
dan kritis. • Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam suasana
pluralisme. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika : • Kebutuhan Individu •
Tidak Ada Pedoman • Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak
Dikoreksi • Lingkungan Yang Tidak Etis • Perilaku Dari Komunitas Sanksi Pelanggaran Etika
: • Sanksi Sosial adalah Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yangdapat
‘dimaafkan’. • Sanksi Hukum adalah Skala besar, merugikan hak pihak lain. Jenis-jenis Etika
: • Etika umum yang berisi prinsip serta moral dasar . • Etika khusus atau etika terapan yang
berlaku khusus. Ada tiga prinsip dasar perilaku yang etis : • Hindari pelanggaran etika yang
terlihat remeh. Meskipun tidak besar sekalipun, suatu ketika akan menyebabkan
konsekuensi yang besar pada profesi. • Pusatkan perhatian pada reputasi jangka panjang.
Disini harus diingat bahwa reputasi adalah yang paling berharga, bukan sekadar
keuntungan jangka pendek. • Bersiaplah menghadapi konsekuensi yang kurang baik bila
berpegang pada perilaku etis. Mungkin akuntan akan menghadapi masalah karier jika
berpegang teguh pada etika. Namun sekali lagi, reputasi jauh lebih penting untuk
dipertahankan.
http://kaukesbokan.blogspot.co.id/2013/11/etika-sebagai-suatu-bidang-studi-dan.html
1. Pengertian Etika Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan
dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control“, karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok itu sendiri.
Etika disebut juga filsafat moral merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang
tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan
mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini
ditentukan oleh bermacam-macam norma, diantaranya norma hukum, norma moral,
norma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan
perundang-undangan, norma agama berasal dari agama, norma moral berasal dari
suara hati dan norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari. Berikut ini
skema dari klasifikasi Etika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), Etika dirumuskan kedalam tiga arti
yaitu: 1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral 2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak 3. Nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Menurut Bertens tiga arti Etika dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Etika dipakai
dalam arti : nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut
juga sebagai “sistem nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup
bermasyarakat. Misalnya Etika orang Jawa. 2. Etika dipakai dalam arti : kumpulan
asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik, misalnya Kode Etik
Advokat Indonesia, Kode Etik Notaris Indonesia. 3. Etika dipakai dalam arti : ilmu
tentang yang baik atau yang buruk. Arti Etika di sini sama dengan filsafat moral.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang
berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :   Drs.
O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat :
etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik
dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.  Drs. H. Burhanudin Salam :
etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. Etika dalam perkembangannya sangat
mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia
menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika
membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kitauntuk mengambil keputusan
tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yangpelru kita pahami bersama
bahwa etika ini dapat diterapkann dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita,
dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan
aspek atau sisi kehidupan manusianya. 2. Peranan dan Manfaat Etika Manusia hidup
dalam jajaran norma moral, religius, hukum, kesopanan, adat istiadat dan
permainan. Oleh karena itu, manusia harus siap mengorbankan sedikit
kebebasannya. Sekalipun sudah ada norma hukum, etika tetap diperlukan karena :
1. norma hukum tidak menjangkau wilayah abu-abu,
2. norma hukum cepat ketuinggalan zaman, sehingga sering terdapat celah-celah
hukum, 3. norma hukum sering tidak mampu mendeteksi dampak secara etis
dikemudian hari, 4. etika mempersyaratkan pemahaman dan kepedulian tentang
kejujuran, keadilan da prosedur yang wajar terhadap manusia, dan masyarakat, 5.
asas legalitas harus tunduk pada asas moralitas. Manfaat etika antara lain: 1.
mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan secara
otonom, 2. mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang tertib,
teratur, damai dan sejahtera. 3. Macam-macam Etika Dalam membahas Etika
sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama
halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara
utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas
keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani
dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya.
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan
dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut: Etika
Deskriptif Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu
yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa
adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait
dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang
kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang
dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara
etis. Etika Normatif Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal
dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh
manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif
merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik
dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat. Dari berbagai pembahasan definisi tentang
etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu
sebagai berikut: a. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang
khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
b. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik
buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak melihat
kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan
tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik. c.
Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan
evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia.
Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan
dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif. Etika
Umum Etika yang berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia
bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori
etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam
bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika
umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai
pengertian umum dan teoriteori. Etika Khusus Etika khusu merupakan penerapan
prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa
berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori
dan prinsipprinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud :
Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan
kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia
bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tindakan,
dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya. Etika khusus dibagi menjadi
dua bagian, yaitu: 1. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri. 2. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap
dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. 4. Metaetika Cara lain
untuk mempraktekan etika sebagai ilmu adalah metaetika. Awalan meta- (dari
bahasa Yunani) mempunyai arti ”melebihi”, ”melampaui”. Istilah ini diciptakan untuk
menunjukan bahwa yang dibahas disini bukanlah moralitas secara langsung,
melainkan ucapan-ucapan kita dibidang moralitas. Menurut Siagian (1996:3), etika
mempelajari dan menentukan apakah suatu tindakan baik atau buruk, atau tindakan
apa yang seyogyanya dibenarkan dan tidak dibenarkan. Sasaran etika sebagai suatu
bidang studi ialah menentukan standar untuk membedakan antara karakter yang
baik
dan yang tidak baik. Menurut Velasquez (2005:10), etika merupakan ilmu yang
mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ia
mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan kita
dan apakah standar masuk akal atau tidak masuk akal standar, yaitu apakah
didukung dengan penalaran yang bagus atau yang jelek. Menurut Gumbira-Sa’id
(2006) etika dalam prakteknya terdapat tiga arti: a. Nilai-nilai dan norma-norma
(pedoman aturan standar atau ukuran, baik yang tertulis maupun tidak tertulis) moral
yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. b. Kumpulan asas atau nilai moral (Kode Etik). c. Ilmu tentang perihal yang
baik atau buruk. Bartens (1993:35), agama mempunyai hubungan yang erat dengan
moral. Setiap agama mengandung suatu ajaran moral. Ajaran moral yang terpendam
dalam suatu agama dapat dipelajari secara kritis dam sistematis dengan tetap tinggal
dalam konteks agama itu. Beberata teori mengenai moral dan etika. Menurut
Velasquez (2005) ada lima ciri yang berguna untuk menentukan hakikat standar
moral, yaitu   Standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan
merugikan secara serius atau benar-benar akan menguntungkan manusia. Standar
moral ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoratif tertentu. Namun,
validitas standar moral terletak pada kecukupan nalar yang digunakan untuk
mendukung dan membenarkannya, jadi sejauh nalarnya mencukupi, maka
standarnya tetap sah.  Jika seseorang mempunyai kewajiban moral untuk
melakukan sesuatu, maka ia diharapkan melakukannya bahkan jika hal tersebut
bertentangan dengan nilai nonmoral lainnya atau kepentingan diri.   Secara umum,
standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak. Standar moral
diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu. Teori mengenai etika
membantu kita untuk memilih keputusan etis. Teori etika menyediakan kerangka
yang memungkinkan kita memastikan benar tidaknya keputusan moral kita.
Berdasarkan suatu teori etika, keputusan yang diambil bisa menjadi beralasan.
Beberapa teori etika yang penting dalam pemikiran moral (Bertens, 2000:66) : a.
Utilitarisme Utilis berarti ”bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik
jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua
orang melainkan masyarakat secara keseluruhan. Menurut suatu perumusan
terkenal, dalam rangka pemikiran utilitarisme,
kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah the greatest
happinest of the greatest number, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar.
b. Deontologi Melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan. Intilah
”deontologi” ini berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Perbuatan
tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik, melainkan hanya karena wajib
dilakukan. Perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak
menjadikan perbuatan itu baik. Kita tidak pernah boleh melakukan sesuatu yang
jahat supaya dihasilkan sesuatu yang baik. c. Teori Hak Sebetulnya teori hak
merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan
kewajiban. Malah bisa dikatakan hak dan kewajiban bagaikan dua sisi koin yang
sama. Kewajiban satu orang biasanya dibarengi dengan hak dari orang lain. d. Teori
Keutamaan Teori ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau
akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur,
atau murah hati, melainkan: apakah orang itu bersikap adil, jujur, murah hati, dan
sebagainya. 5. Masalah Yang Dihadapi Oleh Etika Ada 3 jenis masalah yang
dihadapi dalam Etika yaitu 1.Sistematik Masalah-masalah sistematik dalam etika
bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik,
hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi. 2.Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan
yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup
pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional
perusahaan individual sebagai keseluruhan. 3.Individu Permasalahan individual
dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar individu tertentu dalam
perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas keputusan, tindakan
dan karakter individual. 6. Etika dan Etiket Etika (ethics) berarti moral sedangkan
etiket (etiquette) berarti sopan santun. Persamaan antara etika dengan etiket yaitu:
 Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai hanya
mengenai manusia, tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika
maupun etiket.  Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya
memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag
harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Adapun perbedaannya adalah :
 Etiket menyangkut cara melakukan suatu perbuatan. Etiket menunjukkan cara
yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan
tertentu. Etika tidak terbatas pada cara melakukan suatu perbuatan, justru etika
memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah
sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.   Etiket hanya
berlaku untuk pergaulan. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain. Etiket
bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Etika lebih absolut. Perintah seperti “jangan
berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-
tawar.  Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika
memandang manusia dari segi dalam. Penipu dapat saja bertutur kata dengan
lembut, berarti memegang etiket, namun itu dilakukan untuk menipu, berarti
mempunyai etika tidak baik. Orang munafik biasanya selalu mempunyai etiket yang
baik namun etikanya selalu tidak baik karena apa yang ada di dalam berbeda
dengan apa yang dikeluarkan. Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata
aturan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma
serta panutan dalam bertingkah lake sebagai anggota masyarakat yang baik dan
menyenangkan.Menurut K. Bertens, dalam buku berjudul Etika, 1994. yaitu selain
ada persamaannya, dan juga ada empat perbedaan antara etika dan etiket, yaitu
secara umumnya sebagai berikut: 1. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh
dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya.
Etiket adalah menetapkan cara, untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan
yang diharapkan. 2. Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis
dan baik yang sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas
(lahiriah), tampak dari sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan.
3. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik
mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi.Etiket bersifat relatif, yaitu
yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan daerah tertentu, tetapi belum
tentu di tempat daerah lainnya. 4. Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau
tidaknya orang lain yang hadir. Etiket hanya berlaku, jika ada orang lain yang hadir,
dan jika tidak ada orang lain maka etiket itu tidak berlaku. 7. Etika dan Moral Ajaran
moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat pada
sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana orang harus hidup.
Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang
bernilai serta kewajiban manusia. Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan
ajaran moral. Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran
filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat rasional, kritis, mendasar, sistematik dan
normatif (tidak sekadar melaporkan pandangan moral melainkan menyelidiki
bagaimana pandangan moral yang sebenarnya). Pluralisme moral diperlukan
karena:  Pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku,
daerah budaya dan agama yang hidup berdampingan  Modernisasi membawa
perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan masyarakat yang akibatnya
menantang pandangan moral tradisional  Berbagai ideologi menawarkan diri
sebagai penuntun kehidupan, masing-masing dengan ajarannya sendiri tentang
bagaimana manusia harus hidup. 8. Etika dan Agama Etika tidak dapat
menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan orientasi
moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam agamanya.
Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat memberikan
orientasi, bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan sebagai
berikut:
a. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas
mendengar bahwa Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapi ia juga ingin mengerti
mengapa Tuhan memerintahkannya. Etika dapat membantu menggali rasionalitas
agama. b. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan
interpretasi yang saling berbeda dan bahkan bertentangan. c. Karena perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka agama menghadapi masalah
moral yang secara langsung tidak disinggung-singgung dalam wahyu. Misalnya bayi
tabung, reproduksi manusia dengan gen yang sama. d. Adanya perbedaan antara
etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional semata-
mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh karena itu ajaran agama
hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan etika terbuka bagi setiap
orang dari semua agama dan pandangan dunia. DAFTAR PUSTAKA
http://rezacephy.blogspot.com/2008/11/arti-etika.html, diakses tanggal 9 September
2011. http://adulaja.blogspot.com, diakses tanggal 9 September 2011.
http://adeirfanhilmi.wordpress.com, diakses tanggal 9 September 2011.
http://tugaskelompok.webnode.com, diakses tanggal 9 September 2011.
https://dokumen.tips/documents/makalah-etika-55a35a5606d26.html
ETIKA SEBAGAI SUATU BIDANG STUDI DAN ILMU

A. Pengertian Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan
moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “
Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidupseseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Berdasarkan perkembangan arti tadi, etika dapat dibedakan antara
etika perangai dan etika moral.
B. Peran Dan Manfaat Etika
Manusia hidup dalam dalam jajaran norma moral, religious, kesopanan, adat istiadat, dan
permainan. Oleh karena itu, manusia harus siap mengorbankan sedikit kebebasannnya.
Sekalipun sudah ada norma hukum, etika tetap diperlukan karena hukum belum
menjangkau wilayah abu-abu, hukum cepat ketinggaln zaman, da hukum sering tidak
mampu medeteksi dampak yang akan muncul dikemudian hari, maka dari itu muncul
manfaat etika antara lain ;
Mengajak orang bersikap kritis dan rasionel dalam mengambil keputusan secara otonom.
Mengarahkan prilaku masyartkat menuju suasana yang tertib, teratur, damai dan sejahtera.

C. Macam-Macam Etika
Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta
apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai.

Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh
manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai
dalam hidup ini.

D. Etika Ilmu Pengetahuan


Ilmu mengungkapkan realitas sebagaimana adanya. Hasil-hasil kegiatan keilmuan
memberikan alternatif untuk membuat keputusan politik dengan mengacu pada
pertimbangan etika dan moral (Surajiyo, 2007).

Menurut Bahm (dalam Ihsan Fuad, 2010) definisi ilmu pengetahuan melibatkan enam
macam komponen yaitu masalah (problem), sikap (attitude), metode (method), aktivitas
(activity), kesimpulan (conclusion), dan pengaruh (effects).

E. Kaitan Ilmu dengan Etika


Hubungan etika dan ilmu berarti juga penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu sendiri. Dengan demikian, etika dibutuhkan sebagai pertimbangan pemikiran
yang kritis, yang dapat membedakan antara apa yang sah dan yang tidak sah, membedakan
apa yang benar dan apa yang tidak benar.
F. Sikap Ilmiah Ilmuwan
Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan menurut Abbas Hamami M., (1996) sedikitnya
ada enam , yaitu:
Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness)
Bersikap selektif
Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indera
serta budi (mind).
Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti
(conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian.
Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap
penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk riset, dan riset sebagai
aktivitas yang menonjol dalam hidupnya.
Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk
mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus
untuk pembangunan bangsa dan negara.

G. Ilmu Bebas Nilai dan Ilmu Tidak Bebas Nilai


Ilmu pengetahuan yang bebas nilai juga bertujuan agar ilmu pengetahuan dapat mencapai
kebenaran ilmiah yang objektif dan rasional (Keraf & Dua, 2001). Tidak dibenarkan bila
suatu ilmu pengetahuan hanya berlaku bagi kepentingan suatu pihak tertentu. Jika demikian
maka ilmu pengetahuan tidaklah bersifat universal. Maka suatu ilmu pengetahuan yang
bebas nilai amatlah penting. Hal itu untuk mencapai tujuan akhir diciptakannya ilmu
pengetahuan. Tujuan akhir dari ilmu pengetahuan ini ialah untuk mencari dan memberi
penjelasan tentang fenomena dalam alam semesta ini, serta memberi pemahaman kepada
manusia tentang berbagai masalah clan fenomena dalam hidup (Keraf & Dua, 2001).
H. Pelanggaran Etika dan Kaitannya dengan Hukum
Jan Hoesada (2002) mencatat beberapa factor yang berpengaruh pada keputusan atau
tindakan-tindakan tidak etis dalam sebuah perusahan, antara lain adalah:
Kebutuhan individu
Tidak ada pedoman
Perilaku dan kebiasan individu
Lingkung tidak etis
Perilaku atasan
Selanjutnya, etika juga tidak terlepas dari hokum urutan kebutuhan (needs theory). Menurut
kerangka berpikir Maslow, yang paling pokok adalah pemenuh kebutuhan jasmaniah terlebih
dahulu agar daoat merasakan urgensi kebutuhan ekstrim dan aktualisasi diri sebagai
professional
THANKS
ETIKA SEBAGAI SUATU BIDANG STUDI DAN ILMU
Oleh :

Ekea Multi Febriyanti (0049 04 18 2014)


Nurtis’atul Mukarramah (0052 04 18 2014)
Ayu Puspitasari (0050 04 18 2014)

Kelompok : I (Satu)
Kelas: MAKSI-2

I. Berbagai Macam Etika yang Berkembang di Masyarakat


Sony Keraf (1991) mencatat adanya dua macam norma yang berkembang, yaitu norma
umum dan norma khusus. Norma umum merupakan norma yang memiliki sifat universal.
Adapun norma khusus merupakan aturan yangberlaku dalam bidang kegiatan atau
kehidupan dalam lingkup yang lebih sempit seperti misalnya menyangkut aturan
mengunjungi pasien disebuah rumah sakit, aturan bermain dalam olahraga dan sebagainya.

https://prezi.com/n7lollwettww/etika-sebagai-suatu-bidang-studi-dan-ilmu/

Anda mungkin juga menyukai