LAPORAN FIX Torres Edit
LAPORAN FIX Torres Edit
TUGAS MERANCANG II
1
HALAMAN PERNYATAAN
(1506690385) (1506730376)
(1506674482) (1506674186)
2
HALAMAN PERSETUJUAN
3
RINGKASAN
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah mendesain dan memproduksi
alat yang dapat memecahkan permasalahan budidaya lobster air tawar yang ada di
masyarakat. Sehingga jika micro-bubble skimmer ini dapat dibuat, tentu saja akan
memberikan dampak yang positif bagi para peternak lobster.
4
SUMMARY
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah mendesain dan memproduksi
alat yang dapat memecahkan permasalahan budidaya lobster air tawar yang ada di
masyarakat. Sehingga jika micro-bubble skimmer ini dapat dibuat, tentu saja akan
memberikan dampak yang positif bagi para peternak lobster.
5
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan karena berkat
rahmat-Nya lah kami diberikan izin untuk mampu menyelesaikan Buku Laporan
Akhir Tugas Merancang II 2018.
6
DAFTAR ISI
BAGIAN I
PENGANTAR
Berdasarkan penelitian dan kajian ilmiah diketahui habitat alam lobster air
tawar adalah danau, rawa, atau sungai yang berlokasi didaerah pegunungan.
Disamping itu, diketahui pula bahwa lobster air tawar bersifat endemik karena
terdapat spesifikasi pada spesies lobster air tawar yang ditemukan di habitat alam
tertentu (native) (Agung Lukito, 2008).
Melihat bahwa dalam dunia perikanan, harga jual lobster air tawar berkisar
antara Rp 150.000 – Rp 250.000 per kilogram. Tentu harga yang tinggi ini
diakibatkan karena budidaya lobster air tawar yang sulit. Terutama adalah tentang
pemberian pakan dan kualitas air. Beberapa parameter dari kualitas air yang
diperlukan secara ideal untuk budidaya lobster air tawar antara lain yaitu kadar
oksigen minimal 4 ppm, temperatur ideal kolam adalah 25-29 derajat celcius, pH
antara 7-9 dan tingkat kekeruhan air tidak lebih dari 30-40 cm yang berarti kita
masih dapat melihat suatu objek dengan jelas di dalam air dengan jarak maksimal
30-40 cm (Strip Prayugo, 2008).
7
Idealnya, dalam suatu kolam, lobster yang hidup berkisar 5-10 ekor per m2.
Atas dasar diperlukannya teknologi tepat guna yang dapat membantu para
pembudidaya lobster air tawar sehingga hasil panen lobster lebih maksimal, maka
kami membuat sekaligus mengoptimalisasikan sebuah alat bernama ”Micro Bubble
Skimmer” yang dapat mengurangi tingkat mortalitas lobster pada saat budidaya
dengan menyelesaikan permasalahan-permasalahan kualitas air pada kolam ternak
lobster terkait.
Gambar 2.1 menunjukan perbedaan dari MBs dan NBs. MBs cenderung untuk
mengecil dan pada akhirnya pecah karena stagnansi yang lama dan peleburan dari
gas yang berada di dalamnya menjadi air pada sekelilingnya, dimana NBs tidak
mudah pecah bahkan bisa bertahan untuk beberapa bulan (Takahashi, 2009).
8
Gambar 1.1 Diagram skematik gelembung macro, micro dan nano (Takahashi
et al., 2007b)
9
Gambar 1.2 Penampang gas dan liquid pada Bubble
Terlihat pada gambar, gelembung mikro yang tetap stabil dalam waktu yang
relatif lama dan perlahan ukurannya menurun karena pelepasan gas interior oleh
cairan di sekitarnya dan akhirnya hilang, dan meninggalkan gelembung ukuran
nano yang kestabilannya dipengaruhi oleh molekul ionic dari cairan tersebut
(Takahashi, M., 2007).
10
berdiameter lebih kecil dari 50μm secara efisien. Metode ini dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
1. Venturi-type (cavitation)
Sistem ini menggunakan teori continuity equation dimana dicantumkan
konserfasi massa. Flow rate yang masuk dan keluar dari sistem apapun seharusnya
sama kecuali ada pelepasan energi baik dalam bentuk reaksi kimia atau kebocoran.
Venturi tube memiliki 3 bagian yaitu inlet yang mengecil, pipa yang menghisap,
dan outlet yang membesar. Air masuk kedalam inlet dan saat pipanya mengecil
menjadi bagian terkecil pipa terebut, terbentuklah zona yang memiliki tekanan yang
kecil dan oleh karena itu udara dapat masuk. Metode ini efektif digunakan dalam
11
memproduksi gelembung dalam ukuran millimeter dan bukan gelembung
berukuran micro ataupun nano.
2. Pitot tube
Sistem ini tidak berbeda jauh dari venturi-type, perbedaan sistem ini yaitu
menggunakan bola sphere untuk membuat kavitasi agar gelembung dapat
terbentuk. Sistem ini memerlukan aliran air yang kencang agar gelembung micro
dapat terbentuk.
www.tspace.library.utoronto.ca/bitstream/1807/70241/1/Arumugam_Palaniappan_201511_MAS_thesis.pdf
12
Begitu banyak manfaat yang ada dari penggunaan micro-nano bubbles.
Salah satu yang awam diketahui dari aplikasi ini adalah bagaimana pengaruh yang
diberikan terhadap biota laut seperti kerang, tiram dan lain sebagainya. Di sisi lain,
radikal yang terbentuk dari micro-nano bubbles digunakan sebagai anti bakterial
dan membantu untuk proses pemurnian pada cairan (Nakayama T., 2006). Namun,
pada dasarnya kehadiran dari micro-nano bubbles ini memberikan dampak yang
berbeda. Akan memberi dampak positif kepada makhluk hidup makro, dan
memberi dampak negatif pada makhluk hidup mikro. Hal ini bergantung pada
ketahanan dan kekuatan melawan radikal bebas, terutama ketika dihadapkan
dengan oksigen aktif.
Aplikasi lainnya dari micro-nano bubbles adalah tentang peranannya untuk alat
manipulasi sel. Sebagai contoh, dalam proses rekayasa pemisahan sel, bahwa
terdapat gas yang berada di antara dinding sel yang digunakan untuk membantu
pemisahannya. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.5.
Terlihat pada Gambar 2.5, di setiap celah antar sel terdapat micro-nano
bubbles spesifik yang menempel diantaranya. Karena kehadiran micro-nano
bubbles itulah, terdapat gaya sentrifugal yang ada dan digunakan untuk
memudahkan pemisahan sel tersebut.
13
Micro-nano bubbles memiliki prospek pemanfaatan yang menjanjikan.
Dengan mulai berkembangnya para peneliti dan institusi yang terlibat dalam
pengembangannya, maka kemajuan yang didapat sedikit demi sedikit terus
berkembang. Dan kedepan, micro-nano bubbles benar-benar dapat dimanfaatkan
demi kesejahteraan masyarakat khususnya Indonesia.
(http://www.faunadanflora.com/cara-budidaya-lobster-air-tawar-yang-mudah-bagi-pemula/)
Cherax quadricarinatus atau lobster air tawar dikenal dengan nama red
claw, termasuk dalam anggota Famili Parastaci-dae merupakan jenis lobster yang
habitat-nya berasal dari Queensland, Australia. Lobster ini memiliki kedua capit
berwarna merah. Lobster air tawar dikenal di Indonesia pada tahun 1990 sebagai
ikan hias. Memasuki tahun 2000, bisnis lobster air tawar mulai popular karena telah
ditemukan teknik budidaya yaitu pembenihan dan pembesaran lobster air tawar di
berbagai lokasi atau wilayah (Kurniawan dan Hartono 2007).
14
dan kualitas air terpenuhi maka si capit merah ini dapat tumbuh dengan baik
(Kurniasih, 2008).
Dalam hal ini, sumber air adalah fokusan utama dalam pengembangan
budidaya lobster. Sumber air memiliki peranan penting dalam budidaya ini dimana
volume air yang dibutuhkan lobster harus cukup, serta kualitas air harus baik
sehingga pertumbuhan dari lobster menjadi lebih cepat (Tumembouw, 2011).
Beberapa syarat dari kualitas air untuk budidaya lobster yaitu temperatur air sekitar
24°-31°C. Derajat keasaman (pH) ada di kisaran angka 6-8, kandungan amoniak
dari air maksimal 1,2 ppm, tingkat kekeruhan air pada angka 30-40cm (Setiawan,
2006).
Dalam budidaya ikan khususnya lobster air tawar, pengaruh dari kekeruhan
air sangatlah penting untuk menunjang kehidupan lobster dalam hal ini adalah
kandungan amoniak. Amoniak (NH4OH(aq)) adalah larutan amonia yang terlarut
di dalam air. Amonia (NH3) merupakan senyawa hasil buangan dari kotoran dan
sisa pakan lobster yang jika dibiarkan dalam waktu relatif lama akan terakumulasi
dan menjadi racun bagi lobster. Karena itu kadar dari senyawa ini perlu dipantau,
yakni maksimum 1ppm. Kekeruhan ini mutlak harus diperhatikan, karena ketika
semakin keruh air yang ada di kolam budidaya dapat menghambat pernafasan dari
lobster.
Kadar kekeruhan air dapat diukur dengan cara alternatif yang mudah yaitu
menggunakan sechni disc, yakni sebuah piringan (disc) dengan tongkat pengukur
kedalaman. Cara penggunaan alat ini adalah dengan mecelupkannya kedalam air
sampai piringan tersebut tidak kelihatan dengan kasat mata, kemudian mencatat
kedalamannya. Kedalaman yang ideal dari kekeruhan air tersebut sedalam 30-
40cm.
1.2.3 Skimmer
Dalam akuarium atau kolam yang kita miliki, mayoritas limbah organik
yang mengganggu dan menjadi polusi terkumpul di antara permukaan gas dan air
di dalam akuarium. Limbah-limbah ini terdiri dari kotoran ikan, makanan sisa, dan
materi lain yang membusuk yang membuat tingkat polusi di dalam akuarium makin
tinggi.
15
Kotoran yang ada sangat mengganggu kondisi kolam terlebih ketika kolam
yang dimaksud bertujuan sebagai kolam budidaya. Kualitas biota air yang
dibudidayakan juga akan menurun. Namun, sebenarnya beberapa limbah ini dapat
kita kurangi salah satunya dengan metode melalui fraksinasi busa atau lebih sering
dikenal dengan istilah skimming.
Dalam pembuatan skimmer, terdapat tiga bagian utama yang perlu untuk
dibuat dan disesuaikan perhitungan dimensi dan kemampuannya sehingga
didapatkan efisiensi yang optimal sesuai dengan tujuan penggunaan dari skimmer
yang dibuat.
Yang pertama adalah badan skimmer, dimana sebagian besar kontak antara
DOC dengan air terjadi. Yang kedua adalah area pemisahan busa atau tabung riser,
dimana busa sarat limbah akan dipisahkan dengan air. Dan yang ketiga adalah
Tempat pengumpul, dimana busa yang sudah berada di atas tabung riser
ditumpahkan dan dikeringkan.
Penjelasan mengenai desain umum skimmer dapat dilihat dalam Gambar 2.7
di bawah ini.
16
Gambar 1.7 Desain umum skimmer
Dalam bab 9 dari buku “Aquatic Systems Engineering : Device and How
They Function” karya P.R. Escobal tahun 2000, beliau menyajikan beberapa kajian
teoritis terkait pembuatan desain skimmer sehingga skimmer yang dibuat bekerja
dengan optimal. Dari 6 hukum yang beliau buat, terdapat 3 hukum yang dipakai
sebagai pedoman dalam mendesain skimmer. Antara lain :
1. Hukum ke-2 : “The bombardment rate (number of times a clean air bubble
bumps into a drop of water) depends on the duration of the tank water
exchange and the diameter of the skimmer.” Hal ini berarti dalam
pembuatan desain, diameter skimmer perlu disesuaikan dengan head yang
dihasilkan oleh pompa sehingga gelembung yang dihasilkan dan mampu
bertahan akan lebih optimal.
2. Hukum ke-3 : “Increased skimmer length or height only raises the value of
the absolute contact time but does not affect the bombardment rate.” Hal
ini sangat berguna ketika skimmer yang kita desain memiliki ukuran
dimensi yang minimalis dan tidak memerlukan ukuran raksasa.
3. Hukum ke-5 : “The airflow rate entering a skimmer should produce a full
upward blossom of bubbles without excessive turbulence, and is
theoretically determined as a function of skimmer diameter, length,
bombardment rate and absolute contact time.” Hal inilah yang perlu
17
diperhatikan untuk bagaimana membuat aliran yang masuk ke dalam
skimmer harus menjadi fully develop flow.
Intinya, dalam proses desain skimmer, beberapa pertimbangan yang dapat
disimpulkan antara lain debit air yang melewati skimmer, tinggi skimmer, jumlah
udara yang terpompa dan masuk ke dalam skimmer, dan terakhir diameter dari
skimmer itu sendiri.
Di samping itu, terdapat beberapa tipe skimmer yang sudah ada di pasar
dunia dengan tingkat efisiensi masing-masing sesuai dengan penggunaannya,
antara lain Air Driven Skimmer (Gambar 2.8), Venturi Skimmer (Gambar 2.9),
Downdraft Skimmer (Gambar 2.10), dan Aspirating Impeller Skimmer (Gambar
2.11). Untuk dapat lebih mengenalnya, kami tampilkan contoh-contoh tipe skimmer
sebagai berikut :
18
Gambar 1.10 Downdraft Skimmer
Dari semua karakteristik yang ada di tiap tipe skimmer, kami cenderung
memiliki kesamaan prinsip kerja dengan venturi skimmer dimana lebih fokus pada
penyesuaian pipa terhadap pompa penghasil bubble untuk mempertahankan life
time dari bubble.
19
BAGIAN II
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah kami jabarkan
pada Bagian I, maka kami telah mendeskripsikan permasalahan dari tugas
merancang yang akan kami buat sebagai berikut :
Oleh karena itu, kami dari kelompok 13 Tugas Merancang mengajukans solusi
untuk menyelesaikan beberapa permasalahan di atas dengan membuat “Swirl Type
Micro-Bubble Skimmer” yang akan digunakan untuk mengurangi tingkat mortalitas
lobster air tawar dengan menjaga kualitas kolam budidaya.
20
BAGIAN III
3.1 TUJUAN
3.2 MANFAAT
1. Alat yang dibuat dirancang untuk menjaga tingkat kekeruhan air dengan
membuang kotoran dari dalam kolam oleh gelembung berukuran mikro dan
menjaga nilai pH
2. Alat yang dibuat tidak dirancang untuk menjaga kadar amoniak, suhu pada air
kolam, serta menjaga kualitas oksigen pada air kolam.
21
BAGIAN IV
HASIL RANCANGAN DAN PERHITUNGAN
Melakukan studi literatur dari jurnal, buku, maupun situs resmi internet
yang mendukung. Dengan adanya studi literatur ini, diharapkan menjawab
masalah-masalah yang mungkin terjadi di lapangan. Dengan itu maka terproduksi
konsep sistem alat yang dapat dalam kehidupan masyarakat. Sebelum melakukan
perancangan desain, kami membuat flow diagram dari alat yang kami buat
diperlihatkan dalam diagram berikut untuk memastikan bahwa cara kerja dari alat
tetap sesuai meskipun terjadi perubahan desain yang direncanakan dan dianalisis
secara perhitungan.
22
Selanjutnya kami sadar bahwa disiplin ilmu pada aplikasi Micro Bubble
Skimmer ini begitu luas, sehingga kami membuat beberapa review tentang
penggunaan perhitungan yang kami gunakan. Antara lain:
Laminar Flow
𝐿
= 0,06(𝑅𝑒)………….(2)
𝐷
𝜇𝐷
𝑅𝑒 = ………….........(3)
𝑣
2. NPSHa
𝑃𝑎 𝑃𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 = − − ℎ𝑙 − ℎ𝑙𝑠 …..(4)
𝛾 𝛾
3. Persamaan Bernoulli
1 1
𝑃1 + 𝜌𝑣1 2 + 𝜌𝑔𝐻1 = 𝑃2 + 𝜌𝑣2 2 + 𝜌𝑔𝐻2 ……..(5)
2 2
23
4.2 Tahap Pembuatan Desain
24
Gambar 4.4 Desain I Pipa Penghubung Pompa dengan Penampung
Tampak Depan
25
Gambar 4.6 Sketsa Sistem Desain I
26
b. Desain II ( Hasil Pertemuan ke-5 dengan Pembimbing)
27
Gambar 4.9 Sketsa Kerja Desain II Micro Bubble Skimmer
28
Setelah melakukan diskusi dengan pembimbing, terdapat pertimbangan
yang menjadikan desain II bukanlah merupakan desain terbaik. Hal yang menjadi
concern adalah adanya pipa air masuk. Hal ini dianggap tidak diperlukan, sehingga
hanya diperlukan pipa udara masuk ke dalam pompa. Kemudian, diperlukan adanya
katup yang dipasang di pipa udara masuk, untuk menghitung volume udara yang
masuk dengan dilakukannya percobaan ketika katup ditutup dan dibuka. Maka,
perubahan terhadap desain pun diperlukan.
Dari hasil pertemuan dan diskusi, didapatkan desain final dari Micro-Bubble
Skimmer yang kami buat. Sebelumnya, kami menjelaskan terlebih dahulu process
flow diagram dari Micro-Bubble Skimmer hasil rancagan tim kami.
29
Setelahnya, kami membuat perhitungan dari seluruh spesifikasi alat dan
benda pendukung yang diperlukan, sebagai berikut.
30
Gambar 4.12 Engineering Drawing Kolam
Ketentuan yang kedua adalah lama waktu yang diperlukan untuk satu kali
proses skimming. Disini, kami mengambil waktu 5 menit. Waktu ini kami setujui
merupakan waktu yang tepat dan efisien untuk satu kali siklus serta tidak akan
menimbulkan flowrate yang besar untuk kondisi kolam yang berisikan lobster air
tawar. Sementara, rujukan terkait waktu skimming dalam satu sirkulasi bergantung
pada tujuan desain tersebut. Waktu 5 menit juga diambil dengan pertimbangan
flowrate yang ada dalam kolam tidak membuat stress lobster yang terdapat dalam
kolam.
𝑄 = 𝐴 × 𝑣………….(6)
31
Dimana nilai Q didapat dari perhitungan volume dalam satu siklus skimming
dibagi waktu yang telah ditentukan.
1
× 2 × 1 × 0,8
𝑄= 6
5 × 60
𝑸 = 𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟖𝟖𝟗 𝒎𝟑 /𝒔 = 48 L/menit
Dengan A yang digunakan adalah pipa diameter 1 inch (2.54 x 10-2 m),
maka nilai didapat kecepatannya yaitu :
0.000889
𝑣=
5,06 × 10−4
𝒗 = 𝟏, 𝟕𝟔 𝒎/𝒔
𝑃2 −𝑃1 𝑣2 2 −𝑣1 2
+ (ℎ2 − ℎ1 ) + = ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙………(7)
𝛾 2𝑔
32
Dengan anggapan bahwa titik I berada pada inlet pompa dan titik II berada
pada area yang alirannya sudah fully develop flow. Dan dengan asumsi temperatur
air 25o C, dan nilai percepatan gravitasi senilai 9,81 m/s2, maka melalui tabel
literasi (terlampir) didapat nilai = 977,7 kg/m3. Sehingga, nilai = 9591,23 kg/m2s2.
Karena nilai (P2 – P1) belum diketahui, maka kita menggunakan Hukum Bernoulli
1 1
𝑃1 + 𝜌𝑣1 2 + 𝜌𝑔𝐻1 = 𝑃2 + 𝜌𝑣2 2 + 𝜌𝑔𝐻2
2 2
Dengan H1 = 1 m (inlet), H2 = 1 - (Le). Nilai Le merupakan entrance length pada
pipa keluar dari pompa. Untuk menghitung Le digunakan dari formula Reynold
Number terlebih dahulu.
𝜇𝐷
𝑅𝑒 =
𝑣
= 42949,6
𝐿
= 4,4(𝑅𝑒)1/6
𝐷
𝐿𝑒 = 0,66 𝑚
Maka, H2 = 0,34 m. Sehingga, didapatkan nilai (P2 -P1) pada persamaan Bernoulli
di atas bernilai 0,66 Pa. Dan pada akhirnya didapat nilai head actual pompa = 1,32
m. Selanjutnya kita akan mencari head losses yang ada di pipa 1 inch dan elbow
900 (spesifikasi pipa ini akan dibahas pada subbab selanjutnya).
𝑣 1,85 𝑙
𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 = 0,44 (𝑐 ) ……….(8)
𝐷 4,87
33
Didapatkan nilai Hlosses = 0,77 m. Dengan dasar tabel friction loss
(terlampir), didapatkan nilai Helbow = 0,445 m. Sehingga, head loss total = 1,215 m.
Dengan ∆𝑍 adalah perbedaan ketinggian antara pompa dan bak penampung (1m).
𝑃𝑎 𝑃𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 = − − ℎ𝑠 − ℎ𝑙𝑠 ………….(10)
𝛾 𝛾
dimana, hs = 1m
Pv = 3169,89 Pa
34
Sesuai juga dengan hitungan yang sudah ditampilkan di atas, maka itulah
spesifikasi minimal dari pompa yang akan kita pakai. Dan setelah melakukan
pencarian pompa di lapangan, untuk alat Micro Bubble Skimmer yang kami buat,
kami menggunakan pompa dengan spesifikasi sebagai berikut :
Untuk penempatan pompa dalam kolam, kami menempatkan pada dasar kolam
yang lebih dalam sesuai dengan desain kolam. Untuk jarak dengan dinding kolam,
kami menempatkan jarak 5 cm dari dinding untuk menghindari kontak getaran
pompa sehingga kinerja pompa akan lebih optimal.
35
4.2.3 Perhitungan dan Spesifikasi Pipa
Dari sumber yang ditemukan (https://www.google.ch/patents/US7472893,
tanggal akses 21 Desember 2017), untuk membuat swirl type micro-bubble
generator (tipe yang dibuat oleh tim) dengan ukuran medium size system, maka
spesifikasi yang diperlukan adalah :
Dengan spesifikasi di atas (sudah sesuai dengan desain yang dibuat tim),
didapatkan nilai dari diameter air inlet adalah sebesar 1 – 1,5 mm . Dalam hal ini,
tim menggunakan pipa dengan diameter ¼ inch.
Sementara untuk water outlet pipe dari pompa yang kita gunakan, pipa yang
dipakai adalah berdiameter 1 inch. Selanjutnya yang dilakukan oleh tim adalah
pengujian kekuatan pipa terhadap pompa yang digunakan.
36
𝑃𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 𝜌 . 𝑔 . ℎ………………..(12)
𝑃𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 9591,23 𝑃𝑎
Dari spesifikasi pipa PVC ukuran 1 inch (kriteria terlampir), maka pipa tersebut
mampu menahan tekanan yang didapat.
37
Gambar 4.18 Engineering Drawing air(udara) inlet pipe
Kemudian, kita akan memastikan dengan spesifikasi pipa yang kita rancang,
apakah bubble yang terbentuk belum hilang atau pecah. Kita menggunakan
persamaan terminal velocity bubble :
38
2 𝜌 𝑔 𝑅2
𝑣= …………..(13)
9 𝜇
𝑣 = 1,49 𝑚/𝑠
Maka, dalam waktu 1 detik bubble sudah sampai ke bak penampung. Terkait
dengan life time dari bubble tersebut, kami melakukan pendekatan dengan data
eksperimen yang diperlihatkan dari Gambar 3.20.
(http://homen.vsb.cz/~wih15/Publikace/BubbleBreakup2.pdf)
39
Terakhir adalah pemasangan pipa ke pompa, dan pemasangan flowmeter ke
water outlet pipe. Untuk cara pemasangan air inlet pipe ke pompa, proses pertama
adalah melubangi impeller pompa terlebih dahulu dan memasukkan air inlet pipe
sebagai jalur udara. Kemudian menambahkan penjepit yang terhubung dari kolam
ke air inlet pipe sehingga dapat berdiri sampai ke permukaan air dari kolam.
Bak penampung juga akan diberikan akrilik untuk dapat melihat bubble
yang bergerak ke permukaan bak penampung. Sementara terdapat 1 jalur masuk air
dari water outlet pipe dengan jarak 30 cm dari dasar bak dan keran sebagai jalur
keluar dengan jarak 5 cm dari dasar bak. Untuk pemasangannya, kita menutup keran
sampai bak terisi penuh. Sehingga ketika proses skimming dimulai, bubbles yang
terbentuk dapat tumpah dari bak penampung dan masuk ke tempat penampungan
kotoran.
40
Gambar 4.22 Engineering Drawing Bak Penampung
4.2.5 Desain Final
Berikut adalah desain assembly final dari micro-bubble skimmer
rancangan tim kami.
41
Gambar 4.24 P&ID Final Swirl Type Micro-Bubble Skimmer
42
BAGIAN V
PEMILIHAN MATERIAL DAN PROSES MANUFAKTUR
43
Gambar 5.1 Rencana Belanja Swirl Type Micro-Bubble Skimmer
44
Tugas Merancang 2 - Micro Bubble Skimmer Kelompok 13
Timeline Kerja Pembuatan Swirl-Type Micro Bubble Skimmer
SELESAI
2,4 Pemotongan 1 inch pipe panjang 1 m (0,7 m dan 0,3 m) 5% 1 1 1 1
Gambar 5.4 Daftar pekerjaan pada S Curve Swirl Type Micro-Bubble Skimmer
terlebih dahulu jadwal pengerjaan yang dibagi menjadi tiga aspek utama, yaitu
Dalam proses manufaktur pembuatan alat ini, pertama kami menentukan
menampilkan grafik proses pengerjaan dari 0-100%. Berikut adalah S curve awal
proses pembelian alat dan material, dilanjutkan dengan fabrikasi bagian-bagian dari
alat dan terakhir adalah proses assembly dan testing. Untuk mempermudah
45
pengerjaan proses dan penjagaan jadwal pengerjaan, kami membuat S curve yang
Gambar 5.3 S Curve proses manufaktur Swirl Type Micro-Bubble Skimmer
Gambar 5.5 Road Map Manufacturing Process Swirl Type Micro-Bubble Skimmer
46
BAGIAN VI
PENJELASAN PROSES PROTOTYPING
Kesulitan kedua yang kami alami adalah pada saat proses testing. Testing
menjadi parameter yang penting untuk menilai kinerja alat yang dibuat. Kesulitan
yang kami alami adalah mencari kolam yang memiliki dimensi sama dan parameter
air yang kami inginkan. Dikarenakan dimensi pompa yang cukup besar, maka
diperlukan pompa yang cukup dalam dan luas untuk dapat memaksimalkan kinerja
dari alat. Untuk mengatasi hal itu, parameter air kami catat untuk menghitung
perubahan dari air masuk pompa dan setelah keluar dari alat walaupun tidak ada
kondisi kolam seperti seharusnya (berisikan lobster dan kotorannya).
47
BAGIAN VII
HASIL YANG DICAPAI DAN DISKUSI
Gambar 7.1 Grafik pencapaian S Curve proses pembuatan Swirl Type Micro-
Bubble Skimmer
48
7.2 S Build Draw dan Revisi Perhitungan
Tercipta Bubble
No Bukaan Valve Flowrate (LPM)
(Ya/Tidak)
1. 1/4 10 Tidak
2. 1/2 15 Tidak
3. 3/4 20 Tidak
Gambar 7.2 Hasil pengambilan data testing awal Swirl Type Micro-Bubble
Skimmer
49
Melalui hasil percobaan, analisa pertama kami terkait tidak terjadinya bubble
adalah udara yang masuk tidak maksimal. Hanya bergantung pada hisapan pompa
tidak cukup membantu menarik udara dari luar masuk ke dalam pompa. Oleh
karena itu, tekanan dari udara perlu untuk dinaikkan. Maka, kami memasang nozzle
steam untuk menaikkan tekanan sehingga udara yang masuk lebih maksimal.
50
Untuk langkah terakhir, kami melakukan testing III dengan merangkai seluruh
system dari alat Swirl Type Micro-Bubble Skimmer. Dengan variasi bukaan valve
yang sama, kami tidak mendapatkan hasil yang diharapkan seperti hasil pada testing
II.
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Lukito Agung dan Prayugo Strip. 2008. Panduan Lengkap Lobster Air
Tawar. Gudang Penerbit. Jakarta.
2. https://tspace.library.utoronto.ca/bitstream/1807/70241/1/Arumugam_Palani
appan_2015 11_MAS_thesis.pdf
3. Takahashi, M. “ζ potential of micro-bubbles in aqueous solutions: electrical
properties of the gas/water interface”, J. Phys. Chem. B 109, pp.21858-
21864(2005).
4. Ohnari, H. US Patent 6382601 “Swirling fine-bubble generator”.
5. Siragami, .N et al. JP Patent 2752918”Micro-carrier cultivation of Animal
Cell”
6. http://www.faunadanflora.com/cara-budidaya-lobster-air-tawar-
yang-mudah-bagi-pemula/ , diakses pada tanggal 19 Desember
2017.
7. Escobal P.R., Aquatic Systems Engineering: Devices and How They
Function, Dimension Engineering Press, 2000. ISBN: 1888381108.
8. Kedis Langka, Magdalena Kolopita, and Siti Asma. Hatchery Technique of
Freshwater Lobster (Cherax quadricarinatus) at BBAT Tatelu. Vol. 1 No. 1
: 15 – 21. 2013.
9. http://reefkeeping.com/issues/2002-06/fm/feature/index.php diakses pada
tanggal 20 Oktober 2017.
10. http://poolnjacuzzi.com/konsultasi/sirkulasi-kolam-renang-yang-
benar.html, diakses pada tanggal 21 Desember 2017.
11. https://www.google.ch/patents/US7472893 , tanggal akses 21 Desember
2017
12. http://homen.vsb.cz/~wih15/Publikace/BubbleBreakup2.pdf diakses pada
tanggal 21 Desember 2017.
13. www.abe-illinois.edu/courses/TSM352/lectures/pipeflow.doc diakses pada
tanggal 21 Desember 2017.
14. http://www.belajar-bareng.com/2015/11/gantt-chart-excel.html Diakses
pada tanggal 21 Desember 2017.
52
LAMPIRAN
a. Tabel Viskositas Air
53
c. Roughness Coefficient
54
e. Pipe Stength
f. Water Density
55