Anda di halaman 1dari 55

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN AKHIR KELOMPOK 13

TUGAS MERANCANG II

SWIRL TYPE MICRO-BUBBLE SKIMMER

Pembimbing : Ir. Warjito, M.Sc., Ph.D

Nama Mahasiswa NPM


Ahmad Fauzan 1506690385
Bagas Pratomo 1506730376
M. Rizky Habibie 1506674482
Taufan Cahyo W. 1506674186

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2018

1
HALAMAN PERNYATAAN

Buku Laporan Akhir Tugas Merancang dengan judul:


SWIRL TYPE MICRO-BUBBLE SKIMMER
adalah karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah dinyatakan dengan benar.

Depok, 11 Mei 2018

Ahmad Fauzan Bagas Pratomo

(1506690385) (1506730376)

M. Rizky Habibie Taufan Cahyo W.

(1506674482) (1506674186)

2
HALAMAN PERSETUJUAN

Buku Laporan Akhir Tugas Merancang II dengan judul:

“SWIRL TYPE MICRO-BUBBLE SKIMMER

dapat disetujui untuk penilaian akhir mata kuliah Tugas Merancang II

Depok, 11 Mei 2018


Dosen Pembimbing,

Ir. Warjito, M.Sc., Ph.D


NIP. 196308081990031002

3
RINGKASAN

Lobster Air Tawar atau Freshwater Crayfish (Cherax Quadricarinatus)


adalah salah satu genus yang termasuk dalam kelompok udang (Crustacea) air
tawar yang secara alami memiliki ukuran tubuh relatif besar dan memiliki siklus
hidup hanya di lingkungan air tawar. Lobster mempunyai kriteria tersendiri dalam
bertahan hidup, seperti kadar oksigen minimal 4 ppm, temperature air 25-29 derajat
celcius, pH antara 7-9 dan tingkat kekeruhan air yang tidak lebih dari 30-40cm.
Melihat kriteria diatas, tercetuslah ide untuk membuat Micro-Bubble Skimmer yang
dapat menghasilkan bubble berukuran mikro yang dapat menjaga kadar pH, kadar
oksigen terlarut dan membersihkan kotoran yang ada di dalam kolam, sehingga
hasil panen dari para peternak lobster lebih optimal.

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah mendesain dan memproduksi
alat yang dapat memecahkan permasalahan budidaya lobster air tawar yang ada di
masyarakat. Sehingga jika micro-bubble skimmer ini dapat dibuat, tentu saja akan
memberikan dampak yang positif bagi para peternak lobster.

4
SUMMARY

Lobster Air Tawar atau Freshwater Crayfish (Cherax Quadricarinatus)


adalah salah satu genus yang termasuk dalam kelompok udang (Crustacea) air
tawar yang secara alami memiliki ukuran tubuh relatif besar dan memiliki siklus
hidup hanya di lingkungan air tawar. Lobster mempunyai kriteria tersendiri dalam
bertahan hidup,seperti kadar oksigen minimal 4 ppm, temperature air 25-29 derajat
celcius, pH antara 7-9 dan tingkat kekeruhan air yang tidak lebih dari 30-40cm.
Melihat kriteria diatas, tercetuslah ide untuk membuat Micro-Bubble Skimmer yang
dapat menghasilkan bubble berukuran mikro yang dapat menjaga kadar pH, kadar
oksigen terlarut dan membersihkan kotoran yang ada di dalam kolam, sehingga
hasil panen dari para peternak lobster lebih optimal.

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah mendesain dan memproduksi
alat yang dapat memecahkan permasalahan budidaya lobster air tawar yang ada di
masyarakat. Sehingga jika micro-bubble skimmer ini dapat dibuat, tentu saja akan
memberikan dampak yang positif bagi para peternak lobster.

5
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan karena berkat
rahmat-Nya lah kami diberikan izin untuk mampu menyelesaikan Buku Laporan
Akhir Tugas Merancang II 2018.

Terima kasih kami ucapkan khususnya kepada dosen pembimbing kami


Bapak Ir. Warjito, M.Sc., Ph.D., karena berkat bimbingan beliau kami mampu
untuk menyelesaikan Buku Laporan Tugas Merancang II 2018. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu baik saat
penyusunan laporan hingga proses pembuatan tugas merancang kami. Semoga
bantuan yang diberikan dapat memberikan kebermanfaatan lebih yang diterima
oleh phak-pihak terkait.

Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan


dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pula dengan buku laporan ini yang telah kami selesaikan.
Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna laporan ini. Kami
melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Maka
dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari seluruh pembaca. Kami akan
menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki karya tulis kami di masa datang.

6
DAFTAR ISI

BAGIAN I

PENGANTAR

1.1 LATAR BELAKANG

Lobster Air Tawar atau Freshwater Crayfish (Cherax Quadricarinatus)


adalah salah satu genus yang termasuk dalam kelompok udang (Crustacea) air
tawar yang secara alami memiliki ukuran tubuh relatif besar dan memiliki siklus
hidup hanya di lingkungan air tawar. Lobster air tawar (LAT) pada umumnya dapat
hidup pada selang parameter air yang lebar. Mereka diketahui toleran terhadap
kandungan oksigen terlarut sangat rendah. Akan tetapi untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik tentu tidak akan dapat dilakukan pada kondisi demikian.
Untuk tumbuh dan berkembang dengan baik mereka memerlukan kadar oksigen
terlarut lebih dari 4 ppm (Agung Lukito, 2008).

Berdasarkan penelitian dan kajian ilmiah diketahui habitat alam lobster air
tawar adalah danau, rawa, atau sungai yang berlokasi didaerah pegunungan.
Disamping itu, diketahui pula bahwa lobster air tawar bersifat endemik karena
terdapat spesifikasi pada spesies lobster air tawar yang ditemukan di habitat alam
tertentu (native) (Agung Lukito, 2008).

Melihat bahwa dalam dunia perikanan, harga jual lobster air tawar berkisar
antara Rp 150.000 – Rp 250.000 per kilogram. Tentu harga yang tinggi ini
diakibatkan karena budidaya lobster air tawar yang sulit. Terutama adalah tentang
pemberian pakan dan kualitas air. Beberapa parameter dari kualitas air yang
diperlukan secara ideal untuk budidaya lobster air tawar antara lain yaitu kadar
oksigen minimal 4 ppm, temperatur ideal kolam adalah 25-29 derajat celcius, pH
antara 7-9 dan tingkat kekeruhan air tidak lebih dari 30-40 cm yang berarti kita
masih dapat melihat suatu objek dengan jelas di dalam air dengan jarak maksimal
30-40 cm (Strip Prayugo, 2008).

Selain membahas kualitas air, terlebih yang perlu diperhatikan adalah


tingkat kepadatan atau keramaian lobster air tawar dalam sebuah kolam budidaya.

7
Idealnya, dalam suatu kolam, lobster yang hidup berkisar 5-10 ekor per m2.

Kesulitan dalam menjaga beberapa parameter inilah yang membuat pembudidaya


sangat sulit menekan tingkat mortalitas yang ada saat budidaya lobster air tawar
yang dapat mencapai angka 40% (Strip Prayugo, 2008).

Atas dasar diperlukannya teknologi tepat guna yang dapat membantu para
pembudidaya lobster air tawar sehingga hasil panen lobster lebih maksimal, maka
kami membuat sekaligus mengoptimalisasikan sebuah alat bernama ”Micro Bubble
Skimmer” yang dapat mengurangi tingkat mortalitas lobster pada saat budidaya
dengan menyelesaikan permasalahan-permasalahan kualitas air pada kolam ternak
lobster terkait.

1.2 TINJAUAN PUSTAKA

1.2.1 Pengenalan tentang Micro-Nano Bubble dan aplikasinya


Microbubbles (MBs) dan nanobubbles (NBs) merupakan gelembung yang
berdiameter 10-50 µm untuk MBs dan <200 µm. Keberadaan NBs sebagai entitas
yang stabil telah diperdebatkan sejak dulu karena beberapa konsiderasi
termodinamika (Ljunggren and Eriksson, 1997; Eriksson and Ljunggren, 1999).

Gambar 2.1 menunjukan perbedaan dari MBs dan NBs. MBs cenderung untuk
mengecil dan pada akhirnya pecah karena stagnansi yang lama dan peleburan dari
gas yang berada di dalamnya menjadi air pada sekelilingnya, dimana NBs tidak
mudah pecah bahkan bisa bertahan untuk beberapa bulan (Takahashi, 2009).

8
Gambar 1.1 Diagram skematik gelembung macro, micro dan nano (Takahashi
et al., 2007b)

Dari gambar tersebut, terlihat secara skematis mengenai karakteristik tiap


bubble sesuai dengan ukurannya. Bahwa bubble berukuran micro dan nano
memiliki kestabilan dan life time yang lebih lama. Selain itu, micro-nano bubbles
juga mempunyai kecenderungan untuk menarik molekul bipolar dan terikat ke antar
permukaan air dan udaranya.

Gelembung mikro lama-kelamaan akan mengalami penurunan dalam ukuran


karena penyebaran gas interior oleh cairan sekitarnya dan akhirnya hilang,
meninggalkan beberapa Nano-Bubbles. Terlihat bahwa radikal bebas dihasilkan
selama runtuhnya gelembung mikro. Dewasa ini, penelitian berfokus pada biologi
aplikasi Micro / Nano-gelembung, seperti bioapplications, pengembangan
pengobatan biologis tingkat sel, dan konsep perangkat manipulasi sel pada tahap
yang lebih tinggi. Selain itu, masa depan aplikasi Micro / Nano-bubbles menjadi
Bio-computing System juga sedang diteliti oleh para ahli (Tomohiro Marui, 2010).

9
Gambar 1.2 Penampang gas dan liquid pada Bubble

(Takahashi, M. “ζ potential of micro-bubbles in


aqueous solutions: electrical properties of the gas/water
interface”, J. Phys. Chem. B 109, pp.21858-
21864(2005))

Terlihat pada gambar, gelembung mikro yang tetap stabil dalam waktu yang
relatif lama dan perlahan ukurannya menurun karena pelepasan gas interior oleh
cairan di sekitarnya dan akhirnya hilang, dan meninggalkan gelembung ukuran
nano yang kestabilannya dipengaruhi oleh molekul ionic dari cairan tersebut
(Takahashi, M., 2007).

Hubungan antara tekanan gas interior dan Diameter gelembung dinyatakan


oleh Young-Laplace persamaan: 𝑃 = 𝑃1 + 2𝜎/𝑟 ,dimana P = tekanan gas, Pl =
cairan tekanan, σ = tegangan permukaan, r = jari-jari gelembung. Peristiwa ini
menjelaskan perilaku runtuhnya gelembung. Terbukti bahwa radikal bebas
dihasilkan melalui proses runtuh gelembung mikro (Takahashi, M., 2007).

Ada beberapa metode untuk menghasilkan gelembung dalam air seperti


memasukkan gas melalui pori-pori kecil atau memanfaatkan gaya geser (shearing)
gas dengan memutar sudut. Namun, sulit untuk menghasilkan Microbubbles yang

10
berdiameter lebih kecil dari 50μm secara efisien. Metode ini dapat dilihat pada
Gambar 2.3.

Gambar 1.3 Contoh Micro Bubble Generator yang efisien

(Ohnari, H. US Patent 6382601 “Swirling fine-bubble generator”)

Salah satu generator gelembung Micro yang efisien ditunjukkan pada


Gambar 2.3, di mana cairan yang dimasukkan oleh sebuah pompa berputar di
sepanjang dinding, di mana gaya sentrifugal yang disebabkan oleh sirkulasi
kemudian bersama masuknya gas dari saluran masuk gas (Gas Inlet) akhirnya
membentuk pusaran gas sepanjang sumbu tengah (center axis). Badan gas
dipisahkan menjadi gelembung halus di outlet untuk membentuk micro bubbles
(Ohnari H., 2007)

Terdapat beberapa tipe dari micro-bubble generator. Antara lain :

1. Venturi-type (cavitation)
Sistem ini menggunakan teori continuity equation dimana dicantumkan
konserfasi massa. Flow rate yang masuk dan keluar dari sistem apapun seharusnya
sama kecuali ada pelepasan energi baik dalam bentuk reaksi kimia atau kebocoran.
Venturi tube memiliki 3 bagian yaitu inlet yang mengecil, pipa yang menghisap,
dan outlet yang membesar. Air masuk kedalam inlet dan saat pipanya mengecil
menjadi bagian terkecil pipa terebut, terbentuklah zona yang memiliki tekanan yang
kecil dan oleh karena itu udara dapat masuk. Metode ini efektif digunakan dalam

11
memproduksi gelembung dalam ukuran millimeter dan bukan gelembung
berukuran micro ataupun nano.

2. Pitot tube
Sistem ini tidak berbeda jauh dari venturi-type, perbedaan sistem ini yaitu
menggunakan bola sphere untuk membuat kavitasi agar gelembung dapat
terbentuk. Sistem ini memerlukan aliran air yang kencang agar gelembung micro
dapat terbentuk.

3. Swirl liquid flow type (rotatory type)


Swirl liquid flow type adalah microbubble generator yang paling umum
digunakan dan telah dipatenkan oleh peneliti di Jepang. Cara kerja dari alat ini
cukup mudah yaitu dengan memasukkan air kedalam tangki yang silinder dan
membuat arus yang berputar dan melewati permukaan dari silindernya, dan
terbentuklah tekanan yang rendah seperti pusaran air. Udara dihisap melalui lubang
yang ada di tengah impeller. Udara dan air dihisap dan tebentuklah microbubble
seperti pada gambar berikut.

Gambar 1.4 Skema Kerja Swirl Liquid Flow Type

www.tspace.library.utoronto.ca/bitstream/1807/70241/1/Arumugam_Palaniappan_201511_MAS_thesis.pdf

Pertimbangan kelompok untuk menggunakan Swirl liquid flow type


microbubble generator yaitu dikarenakan sistem ini tidak memerlukan flow air
yang tidak kencang dan gesekan pada pipanya tidak terlalu besar sehingga dapat
memproduksi microbubble dalam jumlah besar.

12
Begitu banyak manfaat yang ada dari penggunaan micro-nano bubbles.
Salah satu yang awam diketahui dari aplikasi ini adalah bagaimana pengaruh yang
diberikan terhadap biota laut seperti kerang, tiram dan lain sebagainya. Di sisi lain,
radikal yang terbentuk dari micro-nano bubbles digunakan sebagai anti bakterial
dan membantu untuk proses pemurnian pada cairan (Nakayama T., 2006). Namun,
pada dasarnya kehadiran dari micro-nano bubbles ini memberikan dampak yang
berbeda. Akan memberi dampak positif kepada makhluk hidup makro, dan
memberi dampak negatif pada makhluk hidup mikro. Hal ini bergantung pada
ketahanan dan kekuatan melawan radikal bebas, terutama ketika dihadapkan
dengan oksigen aktif.

Aplikasi lainnya dari micro-nano bubbles adalah tentang peranannya untuk alat
manipulasi sel. Sebagai contoh, dalam proses rekayasa pemisahan sel, bahwa
terdapat gas yang berada di antara dinding sel yang digunakan untuk membantu
pemisahannya. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.5.

Gambar 1.5 Praktikal pemisahan sel dengan micro-nano bubbles

(Siragami, .N et al. JP Patent 2752918”Micro-carrier cultivation of Animal Cell”)

Terlihat pada Gambar 2.5, di setiap celah antar sel terdapat micro-nano
bubbles spesifik yang menempel diantaranya. Karena kehadiran micro-nano
bubbles itulah, terdapat gaya sentrifugal yang ada dan digunakan untuk
memudahkan pemisahan sel tersebut.

13
Micro-nano bubbles memiliki prospek pemanfaatan yang menjanjikan.
Dengan mulai berkembangnya para peneliti dan institusi yang terlibat dalam
pengembangannya, maka kemajuan yang didapat sedikit demi sedikit terus
berkembang. Dan kedepan, micro-nano bubbles benar-benar dapat dimanfaatkan
demi kesejahteraan masyarakat khususnya Indonesia.

1.2.2 Pengenalan Budidaya Cryfish Water

Gambar 1.6 Cryfish Water Lobster

(http://www.faunadanflora.com/cara-budidaya-lobster-air-tawar-yang-mudah-bagi-pemula/)

Cherax quadricarinatus atau lobster air tawar dikenal dengan nama red
claw, termasuk dalam anggota Famili Parastaci-dae merupakan jenis lobster yang
habitat-nya berasal dari Queensland, Australia. Lobster ini memiliki kedua capit
berwarna merah. Lobster air tawar dikenal di Indonesia pada tahun 1990 sebagai
ikan hias. Memasuki tahun 2000, bisnis lobster air tawar mulai popular karena telah
ditemukan teknik budidaya yaitu pembenihan dan pembesaran lobster air tawar di
berbagai lokasi atau wilayah (Kurniawan dan Hartono 2007).

Lobster air tawar memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih mudah


dibudidayakan, memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, relatif tahan terhadap
penyakit, memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi, kadar lemak rendah serta
struktur daging yang relatif gurih dan empuk. Disamping itu juga memiliki nilai
jual yang relatif tinggi (Lukito dan Prayugo, 2008).

Lobster air tawar lebih mudah dibudidayakan dibandingkan jenis lain.


Teknik budidayanya relatif sederhana dan tidak memerlukan lahan yang luas, tidak
mudah stress dan tidak mudah terserang penyakit. Asal kebutuhan pakan, oksigen,

14
dan kualitas air terpenuhi maka si capit merah ini dapat tumbuh dengan baik
(Kurniasih, 2008).

Dalam hal ini, sumber air adalah fokusan utama dalam pengembangan
budidaya lobster. Sumber air memiliki peranan penting dalam budidaya ini dimana
volume air yang dibutuhkan lobster harus cukup, serta kualitas air harus baik
sehingga pertumbuhan dari lobster menjadi lebih cepat (Tumembouw, 2011).
Beberapa syarat dari kualitas air untuk budidaya lobster yaitu temperatur air sekitar
24°-31°C. Derajat keasaman (pH) ada di kisaran angka 6-8, kandungan amoniak
dari air maksimal 1,2 ppm, tingkat kekeruhan air pada angka 30-40cm (Setiawan,
2006).

Dalam budidaya ikan khususnya lobster air tawar, pengaruh dari kekeruhan
air sangatlah penting untuk menunjang kehidupan lobster dalam hal ini adalah
kandungan amoniak. Amoniak (NH4OH(aq)) adalah larutan amonia yang terlarut
di dalam air. Amonia (NH3) merupakan senyawa hasil buangan dari kotoran dan
sisa pakan lobster yang jika dibiarkan dalam waktu relatif lama akan terakumulasi
dan menjadi racun bagi lobster. Karena itu kadar dari senyawa ini perlu dipantau,
yakni maksimum 1ppm. Kekeruhan ini mutlak harus diperhatikan, karena ketika
semakin keruh air yang ada di kolam budidaya dapat menghambat pernafasan dari
lobster.

Kadar kekeruhan air dapat diukur dengan cara alternatif yang mudah yaitu
menggunakan sechni disc, yakni sebuah piringan (disc) dengan tongkat pengukur
kedalaman. Cara penggunaan alat ini adalah dengan mecelupkannya kedalam air
sampai piringan tersebut tidak kelihatan dengan kasat mata, kemudian mencatat
kedalamannya. Kedalaman yang ideal dari kekeruhan air tersebut sedalam 30-
40cm.

1.2.3 Skimmer
Dalam akuarium atau kolam yang kita miliki, mayoritas limbah organik
yang mengganggu dan menjadi polusi terkumpul di antara permukaan gas dan air
di dalam akuarium. Limbah-limbah ini terdiri dari kotoran ikan, makanan sisa, dan
materi lain yang membusuk yang membuat tingkat polusi di dalam akuarium makin
tinggi.

15
Kotoran yang ada sangat mengganggu kondisi kolam terlebih ketika kolam
yang dimaksud bertujuan sebagai kolam budidaya. Kualitas biota air yang
dibudidayakan juga akan menurun. Namun, sebenarnya beberapa limbah ini dapat
kita kurangi salah satunya dengan metode melalui fraksinasi busa atau lebih sering
dikenal dengan istilah skimming.

Dissolved Organic Compounds (DOC) menjadi salah satu istilah yang


sering dipakai dalam metode skimming. DOC adalah materi atau limbah yang
dilepaskan oleh skimmer lewat fraksinasi busa yang telah dijelaskan di atas.
Dikarenakan pada dasarnya DOC adalah molekul bipolar, dimana sebagian
surfaktan DOC akan tertarik oleh permukaan air, dan sebagian surfaktan akan
tertarik oleh permukaan udara, Hal ini sangat cocok dimana kita mengetahui yaitu
bubbles memiliki ciri salah satunya dapat mengikat molekul bipolar.

Dalam pembuatan skimmer, terdapat tiga bagian utama yang perlu untuk
dibuat dan disesuaikan perhitungan dimensi dan kemampuannya sehingga
didapatkan efisiensi yang optimal sesuai dengan tujuan penggunaan dari skimmer
yang dibuat.

Yang pertama adalah badan skimmer, dimana sebagian besar kontak antara
DOC dengan air terjadi. Yang kedua adalah area pemisahan busa atau tabung riser,
dimana busa sarat limbah akan dipisahkan dengan air. Dan yang ketiga adalah
Tempat pengumpul, dimana busa yang sudah berada di atas tabung riser
ditumpahkan dan dikeringkan.

Penjelasan mengenai desain umum skimmer dapat dilihat dalam Gambar 2.7
di bawah ini.

16
Gambar 1.7 Desain umum skimmer

Dalam bab 9 dari buku “Aquatic Systems Engineering : Device and How
They Function” karya P.R. Escobal tahun 2000, beliau menyajikan beberapa kajian
teoritis terkait pembuatan desain skimmer sehingga skimmer yang dibuat bekerja
dengan optimal. Dari 6 hukum yang beliau buat, terdapat 3 hukum yang dipakai
sebagai pedoman dalam mendesain skimmer. Antara lain :

1. Hukum ke-2 : “The bombardment rate (number of times a clean air bubble
bumps into a drop of water) depends on the duration of the tank water
exchange and the diameter of the skimmer.” Hal ini berarti dalam
pembuatan desain, diameter skimmer perlu disesuaikan dengan head yang
dihasilkan oleh pompa sehingga gelembung yang dihasilkan dan mampu
bertahan akan lebih optimal.
2. Hukum ke-3 : “Increased skimmer length or height only raises the value of
the absolute contact time but does not affect the bombardment rate.” Hal
ini sangat berguna ketika skimmer yang kita desain memiliki ukuran
dimensi yang minimalis dan tidak memerlukan ukuran raksasa.
3. Hukum ke-5 : “The airflow rate entering a skimmer should produce a full
upward blossom of bubbles without excessive turbulence, and is
theoretically determined as a function of skimmer diameter, length,
bombardment rate and absolute contact time.” Hal inilah yang perlu

17
diperhatikan untuk bagaimana membuat aliran yang masuk ke dalam
skimmer harus menjadi fully develop flow.
Intinya, dalam proses desain skimmer, beberapa pertimbangan yang dapat
disimpulkan antara lain debit air yang melewati skimmer, tinggi skimmer, jumlah
udara yang terpompa dan masuk ke dalam skimmer, dan terakhir diameter dari
skimmer itu sendiri.

Di samping itu, terdapat beberapa tipe skimmer yang sudah ada di pasar
dunia dengan tingkat efisiensi masing-masing sesuai dengan penggunaannya,
antara lain Air Driven Skimmer (Gambar 2.8), Venturi Skimmer (Gambar 2.9),
Downdraft Skimmer (Gambar 2.10), dan Aspirating Impeller Skimmer (Gambar
2.11). Untuk dapat lebih mengenalnya, kami tampilkan contoh-contoh tipe skimmer
sebagai berikut :

Gambar 1.8 Air Driven Skimmer

Gambar 1.9 Venturi Skimmer

18
Gambar 1.10 Downdraft Skimmer

Gambar 1.11 Aspirating Impeller Skimmer

Gambar 2.7-2.11 bersumber dari : http://reefkeeping.com/issues/2002-06/fm/feature/index.php

Dari semua karakteristik yang ada di tiap tipe skimmer, kami cenderung
memiliki kesamaan prinsip kerja dengan venturi skimmer dimana lebih fokus pada
penyesuaian pipa terhadap pompa penghasil bubble untuk mempertahankan life
time dari bubble.

19
BAGIAN II

DESKRIPSI PERMASALAHAN DAN SOLUSI YANG DIBERIKAN

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah kami jabarkan
pada Bagian I, maka kami telah mendeskripsikan permasalahan dari tugas
merancang yang akan kami buat sebagai berikut :

1. Budidaya lobster air tawar merupakan budidaya yang memiliki


kompleksitas tinggi karena tingkat mortalitas mencapai 40%.
2. Dalam budidaya lobster air tawar, kualitas air yang perlu dijaga adalah
tingkat kekeruhan pada angka 30-40 cm, suhu air pada rentang 24-31 oC,
kadar oksigen minimal 4 ppm dan kandungan amoniak dari air maksimal
1,2 ppm. Penjagaan kualitas air menjadi permasalahan utama dalam
budidaya lobster air tawar.
3. tingkat kepadatan atau keramaian lobster air tawar dalam sebuah kolam

berkisar 5-10 ekor per m2

Oleh karena itu, kami dari kelompok 13 Tugas Merancang mengajukans solusi
untuk menyelesaikan beberapa permasalahan di atas dengan membuat “Swirl Type
Micro-Bubble Skimmer” yang akan digunakan untuk mengurangi tingkat mortalitas
lobster air tawar dengan menjaga kualitas kolam budidaya.

20
BAGIAN III

TUJUAN, MANFAAT DAN BATASAN RANCANGAN

3.1 TUJUAN

1. Mendesain dan memproduksi alat yang dapat memecahkan permasalahan


budidaya lobster air tawar yang ada di masyarakat.
2. Memaparkan inovasi baru dengan mengembangkan aplikasi dari
penggunaan Micro Bubble Generator.

3.2 MANFAAT

1. Membuka wawasan masyarakat akan penggunaan teknologi tepat guna


dalam usaha budidaya bidang perikanan dan kelautan.
2. Meningkatkan produktivitas budidaya lobster air tawar.

3.3 BATASAN RANCANGAN

1. Alat yang dibuat dirancang untuk menjaga tingkat kekeruhan air dengan
membuang kotoran dari dalam kolam oleh gelembung berukuran mikro dan
menjaga nilai pH

2. Alat yang dibuat tidak dirancang untuk menjaga kadar amoniak, suhu pada air
kolam, serta menjaga kualitas oksigen pada air kolam.

21
BAGIAN IV
HASIL RANCANGAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Tahap Dasar Perancangan

Melakukan studi literatur dari jurnal, buku, maupun situs resmi internet
yang mendukung. Dengan adanya studi literatur ini, diharapkan menjawab
masalah-masalah yang mungkin terjadi di lapangan. Dengan itu maka terproduksi
konsep sistem alat yang dapat dalam kehidupan masyarakat. Sebelum melakukan
perancangan desain, kami membuat flow diagram dari alat yang kami buat
diperlihatkan dalam diagram berikut untuk memastikan bahwa cara kerja dari alat
tetap sesuai meskipun terjadi perubahan desain yang direncanakan dan dianalisis
secara perhitungan.

Gambar 4.1 Diagram alur perancangan Micro Bubble Skimmer

22
Selanjutnya kami sadar bahwa disiplin ilmu pada aplikasi Micro Bubble
Skimmer ini begitu luas, sehingga kami membuat beberapa review tentang
penggunaan perhitungan yang kami gunakan. Antara lain:

1. Fully Develop Flow


 Turbulent Flow
𝐿
= 4,4(𝑅𝑒)1/6……….(1)
𝐷

 Laminar Flow
𝐿
= 0,06(𝑅𝑒)………….(2)
𝐷
𝜇𝐷
𝑅𝑒 = ………….........(3)
𝑣

2. NPSHa
𝑃𝑎 𝑃𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 = − − ℎ𝑙 − ℎ𝑙𝑠 …..(4)
𝛾 𝛾

3. Persamaan Bernoulli
1 1
𝑃1 + 𝜌𝑣1 2 + 𝜌𝑔𝐻1 = 𝑃2 + 𝜌𝑣2 2 + 𝜌𝑔𝐻2 ……..(5)
2 2

Penggunaan formula ini pasti digunakan sebagai pertimbangan dalam


desain skimmer sehingga skimmer yang dibuat mampu bekerja optimal sesuai
dengan tujuan awal. Namun, dalam proses desain ke depannya, masih akan banyak
kemungkinan menggunakan persamaan ataupun formula lain.

23
4.2 Tahap Pembuatan Desain

Sebelum mendapatkan desain terbaik, kami memiliki beberapa opsi desain


yang sebelumnya telah didiskusikan. Beberapa opsi desainnya antara lain :

a. Desain I (Hasil Diskusi Pertemuan ke-3 dengan Pembimbing)

Gambar 4.2 Desain I Tampak Depan Kolam

Gambar 4.3 Desain I Kolam Tampak Samping

24
Gambar 4.4 Desain I Pipa Penghubung Pompa dengan Penampung
Tampak Depan

Gambar 4.5 Desain I Tabung Penampung Tampak Depan

25
Gambar 4.6 Sketsa Sistem Desain I

Terdapat beberapa pertimbangan mengapa desain I bukan merupakan


desain terbaik yang kami gunakan untuk pembuatan Micro Bubble Skimmer ini.
Yang pertama, adalah tidak terdapatnya air inlet sebelum masuk pompa. Hal ini
justru menjadikan fluida setelah pompa tidak menghasilkan bubble. Kedua adalah
penggunaan pompa yang berada di luar kolam. Hal ini mengurangi nilai
ketidakefektifan terhadap skimmer yang kami buat. Setelah melakukan pertemuan
dengan pembimbing kami, kami melakukan beberapa perubahan terhadap desain
kami.

26
b. Desain II ( Hasil Pertemuan ke-5 dengan Pembimbing)

Pada desain ini, perubahan tidak dilakukan secara keseluruhan. Melainkan


perubahan terdapat di pompa (menggunakan submersible pump), pipa udara
masuk (air inlet) dan pipa air masuk (water inlet).

Gambar 4.7 Pipa Udara Masuk Desain II

Gambar 4.8 Pipa Air Masuk

27
Gambar 4.9 Sketsa Kerja Desain II Micro Bubble Skimmer

28
Setelah melakukan diskusi dengan pembimbing, terdapat pertimbangan
yang menjadikan desain II bukanlah merupakan desain terbaik. Hal yang menjadi
concern adalah adanya pipa air masuk. Hal ini dianggap tidak diperlukan, sehingga
hanya diperlukan pipa udara masuk ke dalam pompa. Kemudian, diperlukan adanya
katup yang dipasang di pipa udara masuk, untuk menghitung volume udara yang
masuk dengan dilakukannya percobaan ketika katup ditutup dan dibuka. Maka,
perubahan terhadap desain pun diperlukan.

c. Desain III (final design) ( Hasil pertemuan ke-8 dengan Pembimbing)

Dari hasil pertemuan dan diskusi, didapatkan desain final dari Micro-Bubble
Skimmer yang kami buat. Sebelumnya, kami menjelaskan terlebih dahulu process
flow diagram dari Micro-Bubble Skimmer hasil rancagan tim kami.

Gambar 4.10 Process Flow Diagram Micro-Bubble Skimmer

29
Setelahnya, kami membuat perhitungan dari seluruh spesifikasi alat dan
benda pendukung yang diperlukan, sebagai berikut.

4.2.1 Pertimbangan Spesifikasi Kolam


Berdasarkan jurnal “Hatchery Technique of Freshwater Lobster (Cherax
quadricarinatus) at BBAT Tatelu” (Kedis Langka,dll.2013) spesifikasi kolam yang
digunakan untuk pemeliharaan benih lobster adalah ( 2 x 1 x 1 ) m dengan
kepadatan ideal menurut Wie (2006) adalah 1 – 50 ekor/m2. Kolam dibuat dari hasil
galian tanah. Kami membuat bentuk kemiringan sebesar 450 pada kolam dengan
pertimbangan supaya air sirkulasi skimming akan turun menuju pompa.

Gambar 4.11 Sketsa Kolam yang Digunakan

30
Gambar 4.12 Engineering Drawing Kolam

4.2.2 Perhitungan dan Spesifikasi Pompa


Dalam proses perancangan micro bubble skimmer, ada beberapa variabel
yang kami tentukan dalam penentuan pompa. Pertama adalah volume yang akan
dihisap dalam satu kali proses skimming. Nilai volume tersebut adalah 1/6 dari
volume total. Nilai ini didapat dengan dasar bahwa pembersihan kolam budidaya
pada umumnya hanya menyaring 1/6 dari volume total untuk satu kali sirkulasi
(http://poolnjacuzzi.com/konsultasi/sirkulasi-kolam-renang-yang-benar.html,
diakses pada tanggal 21 Desember 2017).

Ketentuan yang kedua adalah lama waktu yang diperlukan untuk satu kali
proses skimming. Disini, kami mengambil waktu 5 menit. Waktu ini kami setujui
merupakan waktu yang tepat dan efisien untuk satu kali siklus serta tidak akan
menimbulkan flowrate yang besar untuk kondisi kolam yang berisikan lobster air
tawar. Sementara, rujukan terkait waktu skimming dalam satu sirkulasi bergantung
pada tujuan desain tersebut. Waktu 5 menit juga diambil dengan pertimbangan
flowrate yang ada dalam kolam tidak membuat stress lobster yang terdapat dalam
kolam.

𝑄 = 𝐴 × 𝑣………….(6)

31
Dimana nilai Q didapat dari perhitungan volume dalam satu siklus skimming
dibagi waktu yang telah ditentukan.

1
× 2 × 1 × 0,8
𝑄= 6
5 × 60

𝑸 = 𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟖𝟖𝟗 𝒎𝟑 /𝒔 = 48 L/menit

Dengan A yang digunakan adalah pipa diameter 1 inch (2.54 x 10-2 m),
maka nilai didapat kecepatannya yaitu :

0.000889
𝑣=
5,06 × 10−4

𝒗 = 𝟏, 𝟕𝟔 𝒎/𝒔

Selanjutnya mencari spesifikasi dari pompa yang akan digunakan, yaitu


head dari pompa tersebut dengan formula yang digunakan yaitu :

𝑃2 −𝑃1 𝑣2 2 −𝑣1 2
+ (ℎ2 − ℎ1 ) + = ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙………(7)
𝛾 2𝑔

Gambar 4.13. Skema Kondisi dalam Persamaan Head Actual

32
Dengan anggapan bahwa titik I berada pada inlet pompa dan titik II berada
pada area yang alirannya sudah fully develop flow. Dan dengan asumsi temperatur

air 25o C, dan nilai percepatan gravitasi senilai 9,81 m/s2, maka melalui tabel

literasi (terlampir) didapat nilai = 977,7 kg/m3. Sehingga, nilai = 9591,23 kg/m2s2.

Melalui persamaan kontinuitas, A1 x v1 = A2 x v2 , karena A bernilai sama, maka


nilai v1 = v2

Karena nilai (P2 – P1) belum diketahui, maka kita menggunakan Hukum Bernoulli

1 1
𝑃1 + 𝜌𝑣1 2 + 𝜌𝑔𝐻1 = 𝑃2 + 𝜌𝑣2 2 + 𝜌𝑔𝐻2
2 2
Dengan H1 = 1 m (inlet), H2 = 1 - (Le). Nilai Le merupakan entrance length pada
pipa keluar dari pompa. Untuk menghitung Le digunakan dari formula Reynold
Number terlebih dahulu.

𝜇𝐷
𝑅𝑒 =
𝑣

1,51 × 2,54 . 10−2


=
0,893 . 10−3

= 42949,6

Maka, aliran turbulen (>2600) dan kita akan menggunakan persamaan

𝐿
= 4,4(𝑅𝑒)1/6
𝐷

𝐿𝑒 = 0,66 𝑚

Maka, H2 = 0,34 m. Sehingga, didapatkan nilai (P2 -P1) pada persamaan Bernoulli
di atas bernilai 0,66 Pa. Dan pada akhirnya didapat nilai head actual pompa = 1,32
m. Selanjutnya kita akan mencari head losses yang ada di pipa 1 inch dan elbow
900 (spesifikasi pipa ini akan dibahas pada subbab selanjutnya).

𝑣 1,85 𝑙
𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 = 0,44 (𝑐 ) ……….(8)
𝐷 4,87

Dengan C adalah koefisien friction loss dari pipa.

33
Didapatkan nilai Hlosses = 0,77 m. Dengan dasar tabel friction loss
(terlampir), didapatkan nilai Helbow = 0,445 m. Sehingga, head loss total = 1,215 m.

𝐻𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐻𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 + 𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠 + ∆𝑍………….(9)

Dengan ∆𝑍 adalah perbedaan ketinggian antara pompa dan bak penampung (1m).

𝐻𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 1,32 + 1,215 + 1 = 3,535 𝑚

Micro bubble skimmer akan menghasilkan bubble dalam ukuran yang


micro. Bubble akan terbentuk jika terjadinya fenomena kavitasi. Kavitasi ini terjadi
ketika jumlah NPSHa < NPSHr .

𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 < 𝑁𝑃𝑆𝐻𝑟

𝑃𝑎 𝑃𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 = − − ℎ𝑠 − ℎ𝑙𝑠 ………….(10)
𝛾 𝛾

dimana, hs = 1m

dan hls = 0 (karena tidak ada pipa air masuk)

Namun, terlebih dahulu kita mencari nilai Pv

𝑃𝑣 = 𝑋𝑠𝑜𝑙𝑣𝑒𝑛𝑡 × 𝑃0 𝑠𝑜𝑙𝑣𝑒𝑛𝑡 …………(11)

dimana X = mol air/mol total

X = 0,999 (dengan perkiraan oksigen yang terlarut adalah 4ppm)

dan nilai P0 (pada suhu 25oC) = 3173,0724 Pa

Pv = 3169,89 Pa

Maka, nilai NPSHa = 11,23 m

Sesuai dengan hasil perhitungan diatas, maka spesifikasi pompa yang


diperlukan untuk micro bubble skimmer adalah pompa dengan spesifikasi :

a. Head total = 1,32 m


b. Debit pompa = 48 L/menit
c. NPSHr pompa < 11,23 m

34
Sesuai juga dengan hitungan yang sudah ditampilkan di atas, maka itulah
spesifikasi minimal dari pompa yang akan kita pakai. Dan setelah melakukan
pencarian pompa di lapangan, untuk alat Micro Bubble Skimmer yang kami buat,
kami menggunakan pompa dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Nama Produk : Shimizu Submersible Pump


b. Tipe : San-100 Bit
c. Kapasitas : 100 Liter/Menit
d. Head Tekan Maksimal : 6 meter
e. Daya : 250 watt
f. Motor : D5 Copper

Gambar 4.14 Submersible pump Shimizu San-100 Bit


(http://www.shimizu.co.id/products/san-100-bit)

Untuk penempatan pompa dalam kolam, kami menempatkan pada dasar kolam
yang lebih dalam sesuai dengan desain kolam. Untuk jarak dengan dinding kolam,
kami menempatkan jarak 5 cm dari dinding untuk menghindari kontak getaran
pompa sehingga kinerja pompa akan lebih optimal.

35
4.2.3 Perhitungan dan Spesifikasi Pipa
Dari sumber yang ditemukan (https://www.google.ch/patents/US7472893,
tanggal akses 21 Desember 2017), untuk membuat swirl type micro-bubble
generator (tipe yang dibuat oleh tim) dengan ukuran medium size system, maka
spesifikasi yang diperlukan adalah :

a. Daya pompa 200-400 Watt


b. Debit pompa minimal 40 liter/menit
c. Volume kolam minimal 5m3

Dengan spesifikasi di atas (sudah sesuai dengan desain yang dibuat tim),
didapatkan nilai dari diameter air inlet adalah sebesar 1 – 1,5 mm . Dalam hal ini,
tim menggunakan pipa dengan diameter ¼ inch.

Sementara untuk water outlet pipe dari pompa yang kita gunakan, pipa yang
dipakai adalah berdiameter 1 inch. Selanjutnya yang dilakukan oleh tim adalah
pengujian kekuatan pipa terhadap pompa yang digunakan.

Gambar 4.15 Skema Tekanan yang Diterima Water Outlet Pipe

36
𝑃𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 𝜌 . 𝑔 . ℎ………………..(12)

𝑃𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 9591,23 𝑃𝑎

Dari spesifikasi pipa PVC ukuran 1 inch (kriteria terlampir), maka pipa tersebut
mampu menahan tekanan yang didapat.

Gambar 4.16 Pipa Water Outlet

Gambar 4.17 Pipa air(udara) inlet

37
Gambar 4.18 Engineering Drawing air(udara) inlet pipe

Gambar 4.19 Engineering Drawing water outlet pipe

Kemudian, kita akan memastikan dengan spesifikasi pipa yang kita rancang,
apakah bubble yang terbentuk belum hilang atau pecah. Kita menggunakan
persamaan terminal velocity bubble :

38
2 𝜌 𝑔 𝑅2
𝑣= …………..(13)
9 𝜇

Dengan R adalah diameter bubble yang terbentuk. Dari data tabel


(terlampir), rata-rata diameter bubble yang terbentuk adalah 25 µm. Dengan µ
adalah viskositas dinamik air.

2 1,77 . 9,81 (25 × 10−6 )2


𝑣= .
9 1,846 × 10−5

𝑣 = 1,49 𝑚/𝑠

Maka, dalam waktu 1 detik bubble sudah sampai ke bak penampung. Terkait
dengan life time dari bubble tersebut, kami melakukan pendekatan dengan data
eksperimen yang diperlihatkan dari Gambar 3.20.

Gambar 4.20 Life Time Bubble Berdasarkan Waktu

(http://homen.vsb.cz/~wih15/Publikace/BubbleBreakup2.pdf)

Dari gambar tersebut, bahwa N adalah jumlah bubble setelah t (waktu)


dalam detik. No adalah jumlah bubble yang terbentuk saat t = 0 detik (baru
terbentuk). Sehingga panjang pipa 1 m sangat sesuai jika dikaitkan dengan life time
bubble.

39
Terakhir adalah pemasangan pipa ke pompa, dan pemasangan flowmeter ke
water outlet pipe. Untuk cara pemasangan air inlet pipe ke pompa, proses pertama
adalah melubangi impeller pompa terlebih dahulu dan memasukkan air inlet pipe
sebagai jalur udara. Kemudian menambahkan penjepit yang terhubung dari kolam
ke air inlet pipe sehingga dapat berdiri sampai ke permukaan air dari kolam.

Untuk pemasangan flowmeter, kami menggunakan hasil perhitungan dari


entrance length pada water outlet pipe. Artinya, flowmeter dipasang pada
ketinggian akhir dai entrance length (0,66 m dari dasar kolam). Ini dikarenakan
pembacaan flowmeter akan tepat jika aliran sudah fully develop flow.

4.2.4 Dimensi Bak Penampung


Untuk desain bak penampung, kami menentukan sendiri dimensi dari bak
penampung. Untuk bentuknya, kami menggunakan bentuk silindris dengan
pertimbangan bahwa akan mengurangi kehilangan bubble karena pengaruh sudut
bentuk bak. Diameter dari bak adalah 25,4 cm dan tinggi 50 cm.

Bak penampung juga akan diberikan akrilik untuk dapat melihat bubble
yang bergerak ke permukaan bak penampung. Sementara terdapat 1 jalur masuk air
dari water outlet pipe dengan jarak 30 cm dari dasar bak dan keran sebagai jalur
keluar dengan jarak 5 cm dari dasar bak. Untuk pemasangannya, kita menutup keran
sampai bak terisi penuh. Sehingga ketika proses skimming dimulai, bubbles yang
terbentuk dapat tumpah dari bak penampung dan masuk ke tempat penampungan
kotoran.

Gambar 4.21 Desain Bak Penampung

40
Gambar 4.22 Engineering Drawing Bak Penampung
4.2.5 Desain Final
Berikut adalah desain assembly final dari micro-bubble skimmer
rancangan tim kami.

Gambar 4.23 Desain Assembly Micro Bubble Skimmer

41
Gambar 4.24 P&ID Final Swirl Type Micro-Bubble Skimmer

42
BAGIAN V
PEMILIHAN MATERIAL DAN PROSES MANUFAKTUR

5.1 Pemilihan Material

Dalam proses pemilihan material, pertimbangan yang kami ambil adalah


pertimbangan harga dengan tetap memperhatikan rancangan yang telah dibuat
(material yang dipilih tidak mempengaruhi perhitungan rancangan). Untuk
mempermudah pemilihan dan belanja material, kami membuat rencana anggaran
atau “Bill of Material” sebagai berikut :

43
Gambar 5.1 Rencana Belanja Swirl Type Micro-Bubble Skimmer

Namun dalam proses belanja, kami merubah beberapa pemilihan material


terkait harga dan tersedianya material di pasaran. Atas dasar pertimbangan tersebut,
berikut Bill of Material Final yang kami gunakan dalam proses pembuatan Swirl
Type Micro-Bubble Skimmer.

Gambar 5.2 Bill of Material Final Swirl Type Micro-Bubble Skimmer

44
Tugas Merancang 2 - Micro Bubble Skimmer Kelompok 13
Timeline Kerja Pembuatan Swirl-Type Micro Bubble Skimmer

No Rencana Status % Target Total Target Realisasi Total Realisasi


3/4 5/4 8/4 9/4 11/4 13/4 15/4 18/4 20/4 23/4 3/4 5/4 8/4 9/4 11/4 13/4 15/4 18/4 20/4 23/4
1 Pembelian Alat 30%
1,1 Shimizu Submersible Pump San -100 Bit SELESAI 10% 1 1 1 1
1,2 PVC 1/4 inch pipe 2 m SELESAI 2% 1 1 1 1
1,3 PVC 1 inch pipe 2 m SELESAI 2% 1 1 1 1
1,4 Gate valve to 1/4 inch pipe SELESAI 2% 1 1 1 1

yang kami buat.


1,5 Junction T PVC Pipe 1 inch SELESAI 2% 1 1 1 1
1,6 Gate Valve to 1 inch pipe SELESAI 2% 1 1 1 1
1,7 Acrylic Sheets (30 x 30) cm SELESAI 2% 1 1 1 1
1,8 Flowmeter to 1 inch pipe SELESAI 2% 1 1 1 1
1,9 Fitting Elbow 1/4 inch SELESAI 2% 1 1 1 1
1,1 PVC Pipe 12 Inch 50 cm SELESAI 2% 1 1 1 1
5.2 Proses Manufaktur

1,11 Kayu penyangga 2 m SELESAI 2% 1 1 1 1


2 Fabrikasi 50%
2,1 Pemotongan 1/4 inch pipe (1 m dan 0,1 m) SELESAI 5% 1 1 1 1
2.2 Pemasangan 1/4 inch pipe (1 m dan 0,1 m) pada SELESAI 5% 1 1 1 1
fitting elbow 1/4 inch dengan langkah ulir (Part 1)
*Revisi menjadi menggunakan selang 1/4 inch

2.3 Pemotongan 1 inch pipe (1 m, 0,3 m dan 0,3 m) SELESAI 5% 1 1 1 1

SELESAI
2,4 Pemotongan 1 inch pipe panjang 1 m (0,7 m dan 0,3 m) 5% 1 1 1 1

2.5 Pemotongan Lembar akrilik menjadi 6 lembar ( 4 SELESAI 5% 1 1 1 1


lbr
15 x 10 cm, 2 lbr 10 x 10 cm)
2.6 Perakitan akrilik menjadi balok akrilik SELESAI 5% 1 1 1 1

2.7 Pelubangan 1 inch pada dasar balok akrilik dan SELESAI 3% 1 1 1 1


modifikasi akrilik dengan memasang keran dan
pelubangan kecil di bagian atas (Part 2)
2.8 Pemasangan gate valve ke pipa 1 inch 0,2 m dengan SELESAI 5% 1 1 1 1
langkah ulir (Part 3)
2.9 Pemasangan Flowmeter pada pipa 1 inch (0,7 m SELESAI 5% 1 1 1 1
dan
0,3 m) (Part 4)
2.10 Perakitan Bak penampung (memberi penutup pada BELUM SELESAI 3% 1 1 0 0
dasar pipa paralon)
2.11 Pelubangan 1 inch pada bak penampung (5 cm dari BELUM SELESAI 2% 1 1 0 0
dasar bak)
2.12 Pemotongan kayu penyangga menjadi 8 bagian BELUM SELESAI 2% 1 1 0 0

3 Assembly & Testing 20%


3.1 Assembly part 1 dengan Submersible Pump SELESAI 2% 1 1 1 1
3.2 Assembly Submersible Pump dengan Part 4 SELESAI 3% 1 1 1 1
3.3 Assembly part 2 dengan part 3 SELESAI 2% 1 1 1 1
3.4 Assembly part 4 dengan hasil assembly part 2&3 SELESAI 3% 1
serta 1 inch PVC pipe 0,3 m menggunakan T
junction (Part 5) 1 1 1
3.5 Assemby part 5 dengan bak penampung BELUM SELESAI 3% 1 1 0 0
3.6 Pemasangan Kayu penyangga untuk seluruh part BELUM SELESAI 2% 1 1 0 0
3.7 Testing Alat BELUM SELESAI 5% 1 1 13 0 0
Total 11 13 15 19 23 26 29 30 31 32 32 11 13 15 19 20 20 20 20 20 24 24

Gambar 5.4 Daftar pekerjaan pada S Curve Swirl Type Micro-Bubble Skimmer
terlebih dahulu jadwal pengerjaan yang dibagi menjadi tiga aspek utama, yaitu
Dalam proses manufaktur pembuatan alat ini, pertama kami menentukan

menampilkan grafik proses pengerjaan dari 0-100%. Berikut adalah S curve awal
proses pembelian alat dan material, dilanjutkan dengan fabrikasi bagian-bagian dari
alat dan terakhir adalah proses assembly dan testing. Untuk mempermudah

45
pengerjaan proses dan penjagaan jadwal pengerjaan, kami membuat S curve yang
Gambar 5.3 S Curve proses manufaktur Swirl Type Micro-Bubble Skimmer

Untuk memudahkan dalam melihat proses manufaktur dari pembuatan alat


ini, berikut merupakan road map atau alur proses manufaktur yang dikerjakan
secara garis besar mulai dari pembelian alat hingga tahap penyelesaian.

Gambar 5.5 Road Map Manufacturing Process Swirl Type Micro-Bubble Skimmer

46
BAGIAN VI
PENJELASAN PROSES PROTOTYPING

Swirl Type Micro-Bubble Skimmer yang dibuat oleh kelompok 13 memiliki


dimensi yang sama dengan dimensi rancangan yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Oleh karena itu, yang kami buat untuk tugas merancang ini adalah prototype. Hal
ini dimaksudkan sehingga kami dapat memvisualisasikan kerja dari alat kami
secara optimal.

Beberapa kesulitan yang kami alami selama proses prototyping terdapat


pada tahap fabrikasi dan testing. Untuk bagian fabrikasi, dimensi dari alat yang
kami buat cukup besar sehingga sedikit menyulitkan untuk dibuat berdiri tegak
melihat komponen alat yang sebagian besar adalah rangkaian pipa. Perbedaan
dimensi pada air inlet juga mempengaruhi proses prototyping karena diameter yang
diperlukan hanya sebesar ¼ inch. Untuk itu, kami mengganti material air inlet
dengan sebuah selang dengan diameter ¼ inch. Untuk membantu posisi dari
rangkaian, kami juga membuat dudukan pompa dengan fungsi untuk menahan
kedudukan rangkaian serta membuat jalur masuk air inlet lebih mudah masuk
pompa.

Kesulitan kedua yang kami alami adalah pada saat proses testing. Testing
menjadi parameter yang penting untuk menilai kinerja alat yang dibuat. Kesulitan
yang kami alami adalah mencari kolam yang memiliki dimensi sama dan parameter
air yang kami inginkan. Dikarenakan dimensi pompa yang cukup besar, maka
diperlukan pompa yang cukup dalam dan luas untuk dapat memaksimalkan kinerja
dari alat. Untuk mengatasi hal itu, parameter air kami catat untuk menghitung
perubahan dari air masuk pompa dan setelah keluar dari alat walaupun tidak ada
kondisi kolam seperti seharusnya (berisikan lobster dan kotorannya).

47
BAGIAN VII
HASIL YANG DICAPAI DAN DISKUSI

7.1 Pencapaian S Curve

Selama proses pengerjaan alat, seluruh progress dan jadwal pengerjaan


berpedoman terhadap S Curve yang telah dibuat. Namun dalam realitanya, terdapat
beberapa pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang sudah
diatur mengakibatkan tidak tercapainya S Curve secara maksimal. Ketercapaian S
Curve juga dipengaruhi karena dalam pembuatannya, terdapat beberapa pekerjaan
yang seharusnya dapat dikerjakan secara paralel namun dikategorikan sebagai
pekerjaan yang dibuat secara runtut. Hal ini sedikit merusak bentuk kurva yang
tertampil dan sulit untuk menentukan progress pembuatan alat terkait.

Gambar 7.1 Grafik pencapaian S Curve proses pembuatan Swirl Type Micro-
Bubble Skimmer

Dari permasalahan di atas, kami harus memperbaiki pendeskripsian proses


kerja mulai dari pembuatan jadwal dan pengkategorian jenis pekerjaan sehingga
progress pekerjaan dapat direpresentasikan dengan baik melalui S curve. Hal ini
penting karena dalam dunia pekerjaan, S curve juga digunakan sebagai
pertimbangan pemberian kompensasi (upah) terhadap sebuah proyek yang
dilaksanakan.

48
7.2 S Build Draw dan Revisi Perhitungan

7.3 Hasil dan Analisis

Swirl Type Micro-Bubble Skimmer buatan kelompok 13 memiliki beberapa


parameter keberhasilan untuk dapat membantu menyelesaikan permasalahan dalam
budidaya lobster air tawar. Beberapa parameter tersebut antara lain :
a. Terciptanya gelembung ukuran mikro pada sistem.
b. Tertariknya kotoran pada air kolam dan dapat disaring melalui bak
penampung.
c. Terkontrolnya pH air kolam.
Untuk mencapai parameter pertama, kami melakukan testing pada alat kami
dengan melakukan variasi pada bukaan valve untuk memperoleh flowrate yang
diinginkan, dan mengetahui apakah flowrate keluar pompa berpengaruh terhadap
terciptanya micro-bubble.

Tercipta Bubble
No Bukaan Valve Flowrate (LPM)
(Ya/Tidak)
1. 1/4 10 Tidak
2. 1/2 15 Tidak
3. 3/4 20 Tidak

Gambar 7.2 Hasil pengambilan data testing awal Swirl Type Micro-Bubble
Skimmer

Gambar 7.3 Hasil bubble terbentuk dari testing I

49
Melalui hasil percobaan, analisa pertama kami terkait tidak terjadinya bubble
adalah udara yang masuk tidak maksimal. Hanya bergantung pada hisapan pompa
tidak cukup membantu menarik udara dari luar masuk ke dalam pompa. Oleh
karena itu, tekanan dari udara perlu untuk dinaikkan. Maka, kami memasang nozzle
steam untuk menaikkan tekanan sehingga udara yang masuk lebih maksimal.

Gambar 7.4 Pemasangan Nozzle Steam pada selang udara masuk


Selain pemasangan nozzle, sebelum dilakukan percobaan kami perlu
memastikan bahwa tidak ada air yang asih tersimpan di dalam selang. Testing II
dilakukan hanya dengan mengecek bubble terbentuk keluar pompa lewat pipa
keluar 1 m. Dari testing tersebut, kami melihat perubahan dan micro-bubble pun
terbentuk dengan jumlah yang cukup banyak.

Gambar 7.5 Micro-Bubble terbentuk dari hasil testing II

50
Untuk langkah terakhir, kami melakukan testing III dengan merangkai seluruh
system dari alat Swirl Type Micro-Bubble Skimmer. Dengan variasi bukaan valve
yang sama, kami tidak mendapatkan hasil yang diharapkan seperti hasil pada testing
II.

Gambar 7.6 Bubble terbentuk pada testing III


Tidak terjadinya bubble pada hasil testing III ini menyebabkan system tidak
berfungsi sesuai tujuan awal dibuat dan tidak mampu memenuhi parameter-
parameter berikutnya seperti menarik kotoran dalam air kolam dan menjaga pH air
kolam. Analisa kami terkait hal ini adalah Head yang dihasilkan terlalu tinggi
menyebabkan perlu adanya pengaturan flowrate sehingga besarnya sesuai dengan
perhitungan pada rancangan awal dan salah satu cara pengaturannya adalah dengan
menggunakan valve dimana penggunaan valve akan menyebabkan gelembung akan
banyak menabrak halangan selama perjalanannya sebelum mencapai bak
penampung termasuk elbow pipe, T junction dan flowmeter.

7.4 Diskusi dan Saran

51
DAFTAR PUSTAKA
1. Lukito Agung dan Prayugo Strip. 2008. Panduan Lengkap Lobster Air
Tawar. Gudang Penerbit. Jakarta.
2. https://tspace.library.utoronto.ca/bitstream/1807/70241/1/Arumugam_Palani
appan_2015 11_MAS_thesis.pdf
3. Takahashi, M. “ζ potential of micro-bubbles in aqueous solutions: electrical
properties of the gas/water interface”, J. Phys. Chem. B 109, pp.21858-
21864(2005).
4. Ohnari, H. US Patent 6382601 “Swirling fine-bubble generator”.
5. Siragami, .N et al. JP Patent 2752918”Micro-carrier cultivation of Animal
Cell”
6. http://www.faunadanflora.com/cara-budidaya-lobster-air-tawar-
yang-mudah-bagi-pemula/ , diakses pada tanggal 19 Desember
2017.
7. Escobal P.R., Aquatic Systems Engineering: Devices and How They
Function, Dimension Engineering Press, 2000. ISBN: 1888381108.
8. Kedis Langka, Magdalena Kolopita, and Siti Asma. Hatchery Technique of
Freshwater Lobster (Cherax quadricarinatus) at BBAT Tatelu. Vol. 1 No. 1
: 15 – 21. 2013.
9. http://reefkeeping.com/issues/2002-06/fm/feature/index.php diakses pada
tanggal 20 Oktober 2017.
10. http://poolnjacuzzi.com/konsultasi/sirkulasi-kolam-renang-yang-
benar.html, diakses pada tanggal 21 Desember 2017.
11. https://www.google.ch/patents/US7472893 , tanggal akses 21 Desember
2017
12. http://homen.vsb.cz/~wih15/Publikace/BubbleBreakup2.pdf diakses pada
tanggal 21 Desember 2017.
13. www.abe-illinois.edu/courses/TSM352/lectures/pipeflow.doc diakses pada
tanggal 21 Desember 2017.
14. http://www.belajar-bareng.com/2015/11/gantt-chart-excel.html Diakses
pada tanggal 21 Desember 2017.

52
LAMPIRAN
a. Tabel Viskositas Air

b. Tabel Viskositas Udara

53
c. Roughness Coefficient

d. Friction Loss Equivalent

54
e. Pipe Stength

f. Water Density

55

Anda mungkin juga menyukai