Atlas Rotan Indonesia Jilid 3 PDF
Atlas Rotan Indonesia Jilid 3 PDF
Jasni
Krisdianto
Titi Kalima
Abdurachman
a
Diterbitkan oleh (Published by) :
Pusat Peneli an dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan
Hasil Hutan
(The Center for Research and Development on Forestry Engineering and
Forest Products Processing)
Alamat (Address) : Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Indonesia
Telepon (Phone) : (0251) 8633378
Fax (Faximile) : (0251) 8633413
E-mail : pep_p3hh@yahoo.com
website : www.pustekolah.org
b
SAMBUTAN
KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN
KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
i
ii
KATA PENGANTAR
iii
Puji syukur penulis panjatkan atas terselesaikan dan terbitnya
buku Atlas Rotan Jilid 3 ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Kapustekolah, Kabid PDTLP Pustekolah beserta mnya yang telah
memfasilitasi terbitnya buku ini. Kami juga memberikan penghargaan
se nggi- gginya kepada para editor yang telah membantu dengan
berbagai masukan konstruk f untuk materi buku ini.
Semoga bermanfaat.
iv
DAFTAR ISI
SAMBUTAN ................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ................................................................. 1
II. PENJELASAN ISI RISALAH .................................................. 3
A. Nama Botani ................................................................ 4
B. Nama Perdagangan dan Nama Daerah ......................... 4
C. Nama di Negara Lain ................................................... 5
D. Daerah Persebaran ...................................................... 5
E. Habitus ......................................................................... 6
F . Struktur Anatomi ......................................................... 6
G. Komponen Kimia ........................................................ 7
H. Sifat Fisis dan Mekanis ................................................. 8
I. Pelengkungan Rotan .................................................... 12
J. Ketahanan Terhadap Organisme Perusak .................... 13
K. Pemanfaatan Rotan ..................................................... 15
L. Silvikultur ..................................................................... 16
III. RISALAH ROTAN .................................................................. 17
A. Sigisi ............................................................................ 17
B. Udang .......................................................................... 22
C. Langgane ..................................................................... 27
D. Samare ........................................................................ 31
E. Susu ............................................................................ 35
F . Maldo Jormal .............................................................. 39
G. Pelah ............................................................................ 43
H. Kapuas ........................................................................ 47
v
I. Marau ......................................................................... 51
J. Sanjat ......................................................................... 55
vi
I. PENDAHULUAN
1
terhadap serangga dan pengolahan serta aspek ekonomi dan
perdagangannya. Namun demikian, informasi hasil peneli an tersebut
belum terpusat sehingga data dan informasinya terpisah satu dengan
yang lain. Salah satu upaya menyatukan data dan informasi peneli an
rotan adalah dengan menyusun Atlas Rotan Indonesia yang berisi data
dan informasi dasar batang rotan dan kemungkinan penggunaannya.
Data dan informasi sifat-sifat batang rotan tersebut dapat dijadikan
dasar penggunaan rotan oleh masyarakat, industri dan pemerintah
dalam mengambil kebijakan tentang komoditas rotan. Sampai saat
ini telah disusun Atlas Rotan Indonesia Jilid 1 dan 2, dan sebagai
kelanjutannya saat ini diterbitkan Atlas Rotan Indonesia Jilid 3.
2
II. PENJELASAN ISI RISALAH
Jenis rotan yang dimuat dalam Atlas Rotan Indonesia Jilid 3 ini
sebanyak 10 jenis. Jenis-jenis tersebut dipilih berdasarkan keberadaan
rotan yang tersebar di seluruh Indonesia. Rotan-rotan tersebut
sebagian besar telah digunakan secara lokal, namun belum digunakan
untuk tujuan komersial. Tujuan penerbitan Atlas Rotan Jilid 3 ini adalah
menginformasikan beberapa jenis dan sifat dasar batang rotan dan
kemungkinan pemanfaatan secara komersial.
Risalah yang disajikan dalam BAB II berisi data dan informasi
tentang ciri botani, tempat tumbuh, silvikultur, nama perdagangan,
nama daerah, nama negara lain, daerah persebaran, sifat
dasar antara lain: ciri umum, anatomi, kimia, fisis dan mekanis,
pelengkungan, ketahanan, serta ciri batang rotan yang terkait dengan
pemanfaatannya. Risalah ciri botani melipu nama botani, sinonim
(jika ada), nama lokal terseleksi dan nama dagangnya (jika ada). Selain
itu, keterangan tempat tumbuh dan daerah persebaran, perbanyakan
dan penanaman, sifat dan ciri batang, pemanfaatannya saat ini, serta
catatan yang berhubungan dengan pemanfaatan lain juga disajikan.
Pertelaan ringkas mengenai habitus rotan di hutan juga memuat
karakter morfologi yang mencirikan iden tas jenis rotannya.
Nama yang ditampilkan melipu nama botani, sinonim, nama
perdagangan, nama daerah dan nama lain yang mungkin berlaku di
daerah atau negara lain. Penetapannya mengacu kepada Dransfield
(1974, 1979, 1984 dan 1992); Dransfield dan Manokaran (1994, 1996);
Hadikusumo (1994); Boonsermsuk et al. (2007) dan Jasni et.al (2007,
2010a).
Dalam pertelaannya, beberapa is lah teknis morfologi tumbuhan
dak dapat dihindari walaupun diusahakan seminimal mungkin.
Dalam hal ini, ar is lah teknis morfologi dijelaskan dalam glosari yang
terdapat pada bagian akhir buku ini. Untuk lebih memahami jenis-jenis
rotan dalam buku ini, pada se ap jenis dilengkapi dengan foto batang
secara makro dan foto anatomi batang secara mikroskopis, serta
gambar bagian dari tumbuhannya.
3
Selain ciri botani, morfologi, habitus dan deskripsi struktur anatomi
batangnya, pertelaan jenis rotan dilengkapi dengan data dan informasi
tentang komponen kimia, sifat fisis-mekanis, sifat pelengkungan,
ketahanan terhadap serangga, pemanfaatan dan cara penanamannya.
Infomasi risalah diperoleh dari berbagai pustaka dan laporan hasil
peneli an terkini yang belum dipublikasikan, termasuk hasil peneli an
yang telah dilakukan oleh Pusat Peneli an dan Pengembangan
Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah), Pusat
Peneli an dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Pustekolah
(Puskonser), Pusat Peneli an Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), serta beberapa Perguruan Tinggi. Da ar pustaka yang
dipakai sebagai bahan acuan dapat dilihat pada bagian akhir buku ini.
A. Nama Botani
Se ap tumbuhan hanya memiliki satu nama ilmiah yang benar,
yang disebut dengan nama botani. Nama botani terdiri dari dua kata,
berbahasa la n. Kata yang pertama menunjukkan marga (genus) dan
yang kedua menunjukkan jenis/spesiesnya. Dalam naskah taksonomi,
di belakang kata kedua dituliskan nama pengarang. Misalkan untuk
rotan manau ditulis sebagai berikut :
Calamus manan Miquel
yang memiliki ar rotan manau termasuk dalam marga Calamus, nama
spesies manan dan peneli /taksonomis yang menerbitkan nama botani
rotan manau adalah Miquel. Nama family/suku dak dicantumkan
karena semua jenis rotan termasuk dalam satu suku yaitu Palmae atau
Arecaceae yang termasuk Ordo Palmales, kelas Monocotyledons, sub
divisi Angiospermae.
4
merupakan kumpulan beberapa rotan yang memiliki nama botani yang
berbeda-beda.
Selain nama dagang, rotan juga dikenal memiliki nama daerah/
lokal yang berbeda dari nama dagangnya dan sangat dipengaruhi oleh
sebutan nama daerah dimana rotan tersebut tumbuh. Suatu jenis
rotan misalnya, memungkinkan memiliki nama daerah lebih dari satu
karena adanya perbedaan dialek dan bahasa daerah dimana rotan
tumbuh. Jika memungkinkan, seluruh nama daerah akan dicantumkan
dalam pertelaan, namun jika dak, maka sedapat mungkin dari ap
pulau atau kepulauan utama sekurang-kurangnya dicantumkan satu
nama yang banyak digunakan di daerah tersebut.
D. Daerah Persebaran
Daerah persebaran rotan disusun menurut nama pulau dimana
jenis tersebut tumbuh. Daerah persebaran di luar Indonesia dak
dicantumkan walaupun banyak jenis rotan yang secara alami tumbuh
di sana. Informasi mengenai daerah persebaran mengacu pada pustaka
oleh Dransfield (1974, 1979 dan 1984); Dransfield dan Manokaran
(1994); Hadikusumo (1994); Tellu (2005) dan Jasni et.al (2007, 2010a).
E. Habitus
Rotan yang masih hidup perlu diketahui ciri-cirinya untuk
mengenal dan membedakan dengan jenis rotan lain. Ciri-ciri pen ng
yang dicantumkan dalam risalah ini melipu perawakan, batang, daun,
organ panjat, perbungaan dan bunga serta buah dan semai. Informasi
5
habitus mengacu kepada pustaka yang ditulis oleh Dransfield (1974,
1979 dan 1984); Alrasyid (1989); Tellu (1992, 2005, 2008); Dransfield
dan Manokaran (1994); Kalima (1996, 2008) dan Jasni et.al (2007,
2010a).
F. Struktur Anatomi
Pertelaan struktur anatomi batang rotan dikelompokkan dalam
dua ciri yaitu: ciri umum dan ciri anatomi. Ciri umum ditetapkan
berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis yang melipu
warna batang, diameter batang tanpa pelepah, panjang ruas,
kerapatan ikatan pembuluh (KIP) dan nggi buku. Penetapan ciri
umum berdasarkan pengamatan dan pengukuran secara visual dan
dengan bantuan lup. Penetapan KIP dilakukan melalui penghitungan
jumlah ikatan pembuluh dalam bidang 2 mm x 2 mm pada penampang
lintang batang rotan dengan menggunakan lup. Umumnya contoh
uji berukuran panjang 5 cm dan diameter tergantung diameter rotan
yang diukur. Pengukuran dilakukan pada bidang seluas 2 mm x 2 mm,
masing-masing di bagian tepi, tengah dan pusat rotan (Gambar 1). Hasil
pengukuran ke ga bagian sampel dijumlahkan, kemudian ditetapkan
banyaknya ikatan pembuluh per mm2 dengan rumus:
KIP = Pi + Te + Pu
12
Keterangan:
KIP = Kerapatan ikatan pembuluh ap 1 mm2
Pi = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian pinggir
Te = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian tengah
Pu = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian pusat
6
tepi
tengah
pusat
G. Komponen Kimia
Komponen kimia batang rotan yang disajikan melipu kadar
selulosa, lignin dan kadar pa . Penentuan kadar selulosa mengiku
prosedur SII 0443-1981 (Anonim, 1981), lignin mengiku prosedur
SNI 0492-1989 (Anonim, 1989), sedangkan penetapan kadar pa
mengiku prosedur SII – 70 - 1979 (Anonim, 1979). Informasi mengenai
persentase komponen kimia berpengaruh pada sifat-sifat batang rotan,
misalnya semakin nggi kadar selulosa yang terdapat dalam rotan
maka keteguhan lenturnya juga makin nggi. Selulosa juga merupakan
makanan serangga terutama rayap, makin banyak kadarnya dalam
batang rotan, maka mudah terserang oleh rayap.
Lignin merupakan polimer phenolik berbentuk amorf yang
berfungsi sebagai bahan perekat yang menyatukan serat. Penetapannya
dilakukan berdasarkan SNI 14-0492-1989 (Anonim, 1989). Lignin diduga
dapat menentukan kekuatan pada batang karena semakin nggi kadar
7
lignin dalam rotan maka rotan makin kuat sehingga ikatan antar serat
juga makin kuat.
Kadar pa merupakan kandungan zat pa di dalam batang rotan.
Pa yang merupakan cadangan karbohidrat pada tumbuhan ngkat
nggi, merupakan makanan utama bagi serangga bubuk rotan kering
sehingga semakin banyak kadarnya di dalam batang rotan menjadikan
rotan lebih mudah terserang oleh serangan bubuk rotan kering. Data
dan informasi kadar pa pen ng untuk mengetahui ketahanan atau
keawetan rotan. Penetapan kadar pa batang rotan dilakukan dengan
metode Standar SII 070-1979 (Anonim, 1979).
Informasi mengenai komponen kimia batang rotan mengacu
pada beberapa hasil peneli an yaitu Tellu (1992); Hadikusumo (1994);
Rachman (1996); Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007,
2010a, 2011 b).
1. Kadar air
Kadar air (KA) rotan adalah perbandingan jumlah air yang
terkandung dalam rotan dengan berat rotan kering tanur dan
dinyatakan dalam persen. Pada risalah ini, kadar air yang digunakan
8
adalah kadar air kering udara yang dihitung berdasarkan perbandingan
berat rotan pada kondisi kering udara dengan berat kering tanur. Untuk
menghitung kadar air secara teli harus dilakukan di laboratorium
dengan menggunakan mbangan dan oven. Besarnya kadar air rotan
dihitung menurut rumus:
BKU – BKT
KA (%) =
BKT
Keterangan:
BKU = Berat kering udara
BKT = Berat kering tanur
2. Berat jenis
Berat jenis (BJ) adalah perbandingan antara berat dan volume
rotan dengan perbandingan berat dan volume air, dihitung menurut
rumus :
Br/Vr
BJ =
Ba/Va
Keterangan:
Br = Berat rotan
Vr = Volume rotan
Ba = Berat air
Va = Volume air
9
grafik hubungan tegangan dengan regangan atau hubungan beban
dengan defleksi seper pada Gambar 2b.
P
Beban (kg)
Garis linear
P
Fe
Pe
L Defleksi (cm)
Fe
(a) (b)
Gambar 2. Pembebanan pada pengujian lentur sta k (a) dan grafik
hubungan beban dan kelengkungan (b)
0,424PeL3 Keterangan:
2
MOE=(kg/cm ) Pe =Bebanelastis(kg)
D44Fe
D Fe Fe =Defleksielastis(cm)
P =Bebanmaksimum(kg)
D =Diameterrotan(cm)
L =Jaraksangga(cm)
1,273PL
( 2
MOR=(kg/cm
3 )
D
D 3
10
Pengujian dilakukan di laboratorium dengan cara memberikan gaya
tarik pada rotan seper pada Gambar 3.
P
20 cm 10 d t
R
P
Gambar 3. Bentuk contoh uji kuat tarik sejajar serat
Keterangan:
P = Beban tarik maksimum (kg);
A = Luas bidang tarik = d.t. (cm2);
t = Tebal bidang tarik = 3 mm;
d = Diameter rotan (cm);
R = Jari-jari takik = 5d+3 mm
Data dan informasi sifat fisis dan mekanis rotan diperoleh dari
pengujian di laboratorium Pustekolah dan informasi yang diperoleh
dari hasil peneli an yang telah dipublikasikan seper Hadikusumo
(1994), Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011b).
11
I. Pelengkungan rotan
Data dan informasi sifat pelengkungan batang rotan sangat
diperlukan terutama sebagai dasar untuk melengkungkan batang rotan
untuk komponen mebel. Secara alami, rotan dapat dilengkungkan,
namun hasilnya sangat tergantung dari jenis dan cara melengkungkannya.
Untuk menghindari cacat dan rusak akibat dilengkungkan, batang rotan
memerlukan perlakuan pendahuluan. Perlakuan pendahuluan yang
lazim dilakukan adalah pengukusan (steaming) batang rotan dalam
waktu tertentu sebelum dilengkungkan. Selain cara tersebut, terdapat
beberapa metode perlakuan pendahuluan yang masih dalam tahap
peneli an seper penggunaan bahan kimia tertentu dan pemanasan
dengan gelombang mikro (microwave).
Data dan informasi pelengkungan rotan yang disajikan dalam buku
ini adalah hasil pengujian pada batang rotan berdiameter besar (>18
mm), dengan perlakuan pendahuluan berupa pengukusan dan atau
perebusan selama 30 menit. Pelengkungan batang rotan dilakukan
dengan bantuan mal (jig) dengan variasi diameter dari 5 – 50 cm.
Rotan dilengkungkan dengan bantuan penjepit (clamp-C). Batang rotan
dinyatakan mampu dilengkungkan pada radius tertentu jika kerusakan
yang terjadi dak lebih dari 5% jumlah sampel (Rachman, 2000).
Data dan informasi pelengkungan rotan diperoleh dari pengujian
di laboratorium Pustekolah dan industri rotan serta informasi yang
diperoleh dari hasil peneli an yang telah dipublikasikan seper
Hadikusumo (1994), Rachman (2000), Rachman et al. (2006b),
Rachman dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011b). Informasi yang disajikan
berupa radius pelengkungan dan waktu pengukusan/perebusan
yang dianjurkan. Klasifikasi mutu rotan berdasarkan kemampuannya
dilengkungkan disajikan berdasarkan tabel berikut:
12
Radius lengkung (cm) Kelas Mutu
< 10 I Sangat baik
10 - < 20 II Baik
20 - < 30 III Sedang
30 - < 40 IV Kurang
≥ 40 V Sangat kurang
13
pengujian yang nan nya ditentukan persen pengurangan berat dengan
rumus:
berat sebelum uji – berat setelah uji
% Pengurangan berat = x 100%
berat sebelum uji
2. Rayap tanah
Data ketahanan terhadap rayap tanah yang disajikan merupakan
hasil pengujian di laboratorium terhadap rayap tanah (Coptotermes
curvignathus Holmgren.). Contoh uji berukuran panjang 2 cm dan
lebar tergantung diameternya .dimasukkan ke dalam jampot, diletakan
dengan cara berdiri pada dasar jempot dan menyentuh dinding jampot.
Ke dalam jampot dimasukkan 200 gram pasir lembab yang mempunyai
kadar air +7% dibawah kapasitas menahan air (water holding
capacity). Selanjutnya ke dalam se ap jampot dimasukkan rayap tanah
sebanyak 200 ekor, kemudian contoh uji tersebut disimpan di tempat
gelap selama 4 minggu. Se ap minggu ak vitas rayap dalam jampot
diama dan masing-masing jampot di mbang. Jika kadar air pasir
turun 2% atau lebih, maka ke dalam jampot tersebut ditambahkan
14
air secukupnya sehingga kadar airnya kembali seper semula SNI 01-
7207-2006, modifikasi (Anonim, 2006a).
Pengamatan dilakukan setelah 4 minggu pengujian yang nan nya
ditentukan persentase pengurangan berat dengan rumus:
K. Pemanfaatan Rotan
Data dan informasi pemanfaatan batang rotan jenis tertentu saat
ini adalah hasil dari wawancara dengan masyarakat di daerah dimana
rotan ditemukan dan berdasarkan data yang telah dipublikasikan oleh
Dransfield dan Manokaran (1994, 1996); SNI 01-7208-2006 (Anonim,
2006b); Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007, 2010 a,
2011b).
L. Silvikultur
Uraian mengenai silvikultur rotan melipu : tempat tumbuh, cara
perbanyakan dan cara penanaman. Faktor lain yang mempengaruhi
15
pertumbuhan rotan diuraikan secara singkat, terutama kondisi tempat
tumbuh pada umumnya seper ke nggian dari permukaan laut.
Uraian mengenai permudaan melipu permudaan alam dan buatan.
Pada beberapa jenis rotan juga diuraikan mengenai persemaiannya.
Informasi mengenai silvikutur ini diperoleh dari Dransfield (1979;
1984); Dransfield dan Manokaran (1994; 1996) dan Jasni et.al (2007,
2010 a).
16
III. RISALAH ROTAN
A. SIGISI
Nama Botani : Calamus orthostachys Warburg ex Beccari
Sinonim :-
Nama Perdagangan : Rotan sigisi
Nama Daerah : Rotan sigisi (Gorontalo), Popini
Nama di Negara Lain : -
Daerah Persebaran : Sulawesi (Utara, Selatan, Barat, Tenggara dan
Tengah) (Gambar 4)
17
daun 46 pada satu sisi rakis. Pada permukaan atas dan bawah rakis
berduri rapat seper pada tangkai daun. Perawakan rotan dapat dilihat
pada Gambar 5.
18
(Foto : Jasni)
Ciri anatomi:
Diameter metaksilem : 209 μm
Diameter protoksilem : 62 μm
Panjang sel serat : 1.577 μm
Diameter serat : 26 μm
Tebal dinding sel serat : 2,4 μm
19
Komponen Kimia
Selulosa : 59,20%
Lignin : 21,20%
Pa : 20,01%
Pelengkungan
Radius pelengkungan dengan pengukusan termasuk kelas I (sangat
baik).
Ketahanan
Terhadap bubuk : Kelas I (sangat tahan)
Terhadap rayap tanah : Kelas IV (buruk)
Pemanfaatan
Batang rotan ini dapat digunakan sebagai komponen mebel
baik secara natural maupun setelah melalui proses lanjutan seper
pengikisan/dipoles dengan kualitas produk mebelnya baik. Rotan ini
mampu dilengkungkan dengan mudah dan hasil pelengkungannya baik,
sehingga rotan ini dianjurkan untuk digunakan membuat komponen
mebel yang memerlukan bentuk lengkung dengan radius yang kecil.
20
Silvikultur
Tempat tumbuh rotan Calamus orthostachys Furtado adalah di
dataran rendah dan lereng pegunungan yang termasuk dalam hutan
primer mulai dari ke nggian 25 – 2000 meter di atas permukaan
laut. Perbanyakan untuk penanaman umumnya dilakukan dengan
menggunakan bijinya.
21
B. UDANG
22
A B
C
(Foto: J.P. Mogea dan TiƟ Kalima)
23
Struktur Anatomi Batang
Ciri umum:
Diameter tanpa pelepah : 7 – 20 mm
Panjang ruas : 9 – 25 cm
Tinggi buku rata-rata : 0,20 – 0,70 mm
KIP : 9 buah/mm2
Warna : Kemerahan
(Foto: Jasni)
Ciri anatomi:
Diameter metaksilem : 265 μm
Diameter protoksilem : 63 μm
Panjang sel serat : 2.342 μm
Diameter serat : -
Tebal dinding sel serat : 2,1 μm
24
(Foto: RaƟh DamayanƟ)
Komponen Kimia
Selulosa : 51,21%
Lignin : 22%
Pa : 19,81%
Pelengkungan
Radius pelengkungan dengan pengukusan termasuk kelas III (sedang).
Ketahanan
Terhadap bubuk : Kelas I (sangat tahan)
Terhadap rayap tanah : -
25
Pemanfaatan
Batang rotan dapat digunakan untuk komponen mebel
Silvikultur
Tempat tumbuh rotan K. echinometra tersebar luas dan sangat
toleran terhadap gangguan dan kondisi yang kurang menguntungkan
untuk rotan jenis lain. Umumnya tumbuh di dataran rendah dan lereng
bukit hutan pegunungan mulai pada ke nggian 400-1100 meter di
atas permukaan laut. Perbanyakan umumnya dengan biji, jenis rotan
ini telah dibudidayakan oleh para petani pada skala kecil di Sarawak
bagian barat, sedangkan pasokan rotan yang tumbuh alami hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal, seper pembuatan keranjang
oleh perajin lokal.
26
C. LANGGANE
Perawakan
Rotan tumbuh tunggal kadang berumpun, memanjat nggi
mencapai 30 m atau lebih. Diameter batang dengan pelepah 30 – 150
mm. Pelepah daun warna hijau mengkilap, ditumbuhi duri melingari
batang, panjang duri 2 cm. Lutut dak ada. Okrea dak ada, panjang
daun sangat variabel yaitu sekitar 2-7 m, panjang sirus 1-3,5 m,
panjang tangkai daun 10-20 cm, helaian anak daun berbentuk lonjong,
tersusun menyirip dak teratur, berkelompok, se ap kelompok terdiri
atas 2-5 anak daun, ukuran helaian anak daun 40 cm x 7 cm, berwarna
hijau tua permukaan atasnya licin. Jumlah helaian anak daun 11-35
pada satu sisi rakis. (Gambar 13)
27
A B
C
(Foto: TiƟ Kalima)
28
(Foto: Jasni)
Ciri anatomi:
Diameter metaksilem : 267 μm
Diameter protoksilem : 72 μm
Panjang sel serat : 2.766 μm
Diameter serat : 28,1 μm
Tebal dinding sel serat : 2,3 μm
4
1
2
3
5
29
Komponen Kimia
Selulosa : -
Lignin : 17,75%
Pa : 23,32%
Pelengkungan
Data belum tersedia
Ketahanan
Terhadap bubuk : Kelas IV (buruk)
Terhadap rayap tanah : Kelas IV (buruk)
Pemanfaatan
Batang rotan ini direkomendasikan dimanfaatkan dalam bentuk
poles untuk kerangka mebel.
Silvikultur
Tempat tumbuh Plectocomia muelleri di hutan primer dan
sekunder dataran rendah sampai hutan pegunungan, pada tanah
miskin hara, pada ke nggian sampai 1400 meter di atas permukaan
laut.
Perbanyakan dengan biji
30
D. SAMARE
Perawakan
Rotan tumbuh berumpun, memanjat nggi mencapai 35 m.
Diameter batang dengan pelepah 35 mm. Pelepah daun warna hijau
mengkilap dengan ditumbuhi indumentum warna keabu-abuan. Lutut
dak ada. Okrea sangat jelas sampai 3 cm panjangnya warna kuning
jingga. Daun sangat variabel sekitar 2,75 m panjangnya termasuk
sirus 1,25 m dan tangkai daun dak ada. Helaian anak daun berbentuk
sudip, tersusun menyirip dak teratur atau berkelompok 2-5 anak
daun, ukuran helaian anak daun 40 cm x 7 cm, warna hijau tua licin
pada bagian permukaan atas. Jumlah helaian anak daun 9 pada satu
sisi rakis. Perawakan rotan dapat dilihat pada Gambar 17.
31
A (Foto: TiƟ Kalima) B
Gambar 17. Habitus rotan samare (A), pelepah daun rotan samare
32
(Foto: Jasni)
Ciri anatomi:
Diameter metaksilem : 320 μm
Diameter protoksilem : 92 μm
Panjang sel serat : 2.370 μm
Diameter serat : -
Tebal dinding sel serat : 2,4 μm
33
Komponen Kimia
Holoselulosa : 65,80%
Alphaselulosa : 50,75%
Lignin : -
Pa : 19,36%
Pelengkungan
Data belum tersedia
Ketahanan
Terhadap bubuk : -
Terhadap rayap tanah : Kelas V (sangat buruk)
Pemanfaatan
Batang rotan ini hanya dapat digunakan dalam bentuk poles untuk
kerangka mebel yang lurus, dak membutuhkan proses pelengkungan.
Silvikultur
Tempat tumbuh di hutan primer dan sekunder dataran rendah
dan hutan dipterokarpa, pada berbagai jenis tanah, pada ke nggian
sampai 900 meter di atas permukaan laut. Perbanyakan dengan biji.
34
E. SUSU
Perawakan
Rotan tumbuh berumpun, memanjat sampai nggi 15 m pada
kanopi hutan. Diameter batang dengan pelepah 60–70 mm. Pelepah
daun warna kuning pudar, ditumbuhi duri rapat dengan bagian pangkal
duri membengkak, tersusun dalam kelompok 3-5, bentuk duri segi ga
pipih, panjang duri 1 –70 mm, diantara duri besar terdapat duri kecil-
kecil. Lutut jelas dan ditumbuhi duri. Okrea jelas panjangnya 5 mm.
Daun panjangnya 451 cm termasuk tangkai dan sirus; panjang tangkai
70 - 80 cm dan panjang sirus 150 cm dilengkapi duri kelompok 4 - 5.
Helaian anak daun berbentuk pita sampai lanset, tersusun menyirip
teratur, bentuk pita – lanset, berukuran 19 - 59 cm x 2 -4,5 cm, warna
35
permukaan atas dan bawah anak daun berwarna hijau, jumlah anak
daun 84 pada satu sisi rakis. Pelepah rotan dapat dilihat pada Gambar
21.
(Foto: Jasni)
36
(Foto: Jasni)
Ciri anatomi:
Diameter metaksilem : 266 μm
Diameter protoksilem : 76 μm
Panjang sel serat : 3.038 μm
Diameter serat : 26 μm
Tebal dinding sel serat : 2,2 μm
37
Komponen Kimia
Selulosa : 55,87%
Lignin : 18,33%
Pa : 20,08%
Pelengkungan
Radius pelengkungan dengan pengukusan termasuk kelas I (sangat
baik).
Ketahanan
Terhadap bubuk : Kelas I (sangat tahan)
Terhadap rayap tanah : -
Pemanfaatan
Batangnya cukup baik, digunakan dalam bentuk bulat yang
umumnya cukup dikikis buku atau dipoles sebagai kerangka mebel dan
sebagai komponen bahan baku pembuat mebel yang membutuhkan
bentuk lengkung dengan radius kecil.
Silvikultur
Tempat tumbuh D. macroptera di hutan pegunungan pada
ke nggian 50-1000 meter di atas permukaan laut. Perbanyakan dengan
menggunakan biji.
38
F. MALDO JORMAL
39
Perawakan
Rotan tumbuh berumpun, memanjat sampai 30 m ngginya.
Diameter batang dengan pelepah daun 35 mm. Pelepah daun hijau
tua, dengan indumentum warna coklat keabu-abuan. Lutut dak ada.
Okrea ada. Daun termasuk sirus panjangnya 376 cm, tangkai daun
sampai 7 cm; tangkai daun sirus dengan duri kelompok 1-5. Helaian
anak daun berjumlah 28-30 pada satu sisi rakis, tersusun menyirip
teratur, berukuran 30-48 cm x 3,5-4,5 cm, bentuk ellips, warna hijau
terang berkilau, tulang sekunder jelas berjumlah 5. Perawakan rotan
dapat dilihat pada Gambar 25.
A B
Gambar 25. A. Habitus, B. Pelepah daun rotan maldo jormal
40
(Foto: Jasni)
Ciri anatomi:
Diameter metaksilem : 705 μm
Diameter protoksilem : 64 μm
Panjang sel serat : 2.682 μm
Diameter serat : -
Tebal dinding sel serat : 2,3 μm
Keterangan:
1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=floem; 4=berkas serat; 5=parenkim aksial;
6=parenkim dasar; 7 = Yellow cap
41
Komponen Kimia
Selulosa : 61,85%
Lignin : 21,94%
Pa : 21,85%
Pelengkungan
Radius pelengkungan dengan pengukusan termasuk kelas III (sedang).
Ketahanan
Terhadap bubuk : Kelas I (sangat tahan)
Terhadap rayap tanah : Kelas II (tahan)
Pemanfaatan
Rotan berwarna gelap, tampilan kurang menarik, sebaiknya
digunakan sebagai komponen rangka mebel dan/atau anyaman
pengisi.
Silvikultur
Tempat tumbuh Plectocomiopsis geminiflora di hutan primer
dipterokarpa dataran rendah, pada berbagai jenis tanah, pada
ke nggian sampai 600 meter di atas permukaan laut. Perbanyakan
dengan biji
42
G. PELAH
Perawakan
Rotan tumbuh berumpun, memanjat sampai 11 m ngginya,
Diameter batang dengan pelepah diameter 3,5 cm. Pelepah daun warna
hijau ditutupi duri pipih berwarna hijau muda kekuningan, panjang duri
5 cm, tersusun seper sisir, berlutut. Daun panjang mencapai 3,5 m,
tangkai daun sampai 85 cm, panjang sirus 80 cm. Anak daun berukuran
40-53 cm x 2-4 cm, tersusun menyirip dak teratur. Perawakan rotan
dapat dilihat pada Gambar 29.
43
A B
C
(Foto: TiƟ Kalima)
44
(Foto: Jasni)
Ciri anatomi:
Diameter metaksilim : 198 μm
Diameter protoksilem : 82 μm
Panjang sel serat : 1.689 μm
Diameter serat : -
Tebal dinding sel serat : 2,1 μm
45
Komponen Kimia
Selulosa : 50,44%
Lignin : 24,62%
Pa : 20,68%
Pelengkungan
Data dak tersedia
Ketahanan
Terhadap bubuk : -
Terhadap rayap tanah : -
Pemanfaatan
Rotan ini baik digunakan untuk komponen bahan baku pembuat
mebel seper sandaran kursi dan untuk pembuatan keranjang.
Silvikultur
Tempat tumbuh D. rubra di hutan primer dataran rendah, pada
berbagai jenis tanah, pada ke nggian sampai 150-200 meter di atas
permukaan laut. Perbanyakan dengan biji
46
H. KAPUAS
Perawakan
Rotan tumbuh berumpun dan bercabang, mencapai nggi 40 m.
Diameter batang dengan pelepah diameter 30- 40 mm. Pelepah daun
hijau pudar dengan sisik warna coklat jingga dan cepat luruh, ditumbuhi
duri bentuk segi ga warna coklat muda, panjang duri sampai 6 cm.
Daun mencapai 250 cm panjangnya termasuk sirus 100 cm dan tangkai
30 cm. Helaian anak daun berbentuk jajaran genjang, berukuran 30 cm
x 15 cm, panjang tangkai anak daun 1 cm ; permukaan atas helaian
anak daun hijau terang, bawahnya warna abu-abu kepu han. Jumlah
helaian anak daun pada satu sisi rakis 6-8. (Gambar 33)
47
A (Foto : TiƟ Kalima) B
Gambar 33. A. Habitus, B. Pelepah daun rotan kapuas
(Foto: Jasni)
48
Ciri anatomi:
Diameter metaksilem : 333 μm
Diameter protoksilem : 66 μm
Panjang sel serat : 1.802 μm
Diameter serat : -
Tebal dinding sel serat : 2,2 μm
Komponen Kimia
Selulosa : 51%
Lignin : 26,35%
Pa : 22%
49
Pelengkungan
Data dak tersedia
Ketahanan
Terhadap bubuk : Kelas II (tahan)
Terhadap rayap tanah : Kelas I (sangat tahan)
Pemanfaatan
Rotan ini dapat digunakan dalam bentuk poles untuk kerangka
mebel dan dapat juga diolah dalam bentuk ha atau fitrit.
Silvikultur
Tempat tumbuh K. ferox di hutan primer dataran rendah pada
ke nggian sampai 800 meter di atas permukaan laut. Perbanyakan
dengan biji.
50
I. MARAU
Perawakan
Rotan tumbuh berumpun, memanjat dan bercabang di kanopi,
nggi mencapai 16 m. Diameter batang tanpa pelepah daun
berdiameter 10 - 20 mm dengan pelepah daun berdiameter sampai
17-25 mm, panjang ruas 20 cm. Pelepah coklat, daun warna hijau
pudar, ditumbuhi banyak Indumentum dan duri berwarna coklat
keabu-abuan, durinya berbentuk segi ga, ngginya 1 mm. Duri-
durinya tersebar dipermukaan pelepah daun tersusun dak terlalu
51
rapat. Lutut dak ada. Okrea sangat jelas, panjangnya mencapai 4 cm,
melekat erat pada pelepah daun, hanya sedikit membelah pada bagian
tepi atas seper serabut. Daun bersirus, panjang rakisnya mencapai
75 cm, panjang sirus sampai 75 cm permukaannya ditumbuhi barisan
duri, duri-duri tersebut mengelompok se ap kelompok terdiri atas
4-5. Panjang tangkai daun 9,5-10 cm permukaannya berduri. Helaian
anak daun berbentuk rhomboid berukuran 15 cm x 8 cm, permukaan
helaian anak daun bagian atas hijau muda, bagian bawahnya abu-
abu kecoklatan sampai kebiruan; jumlah anak daun 4-6 pada ap sisi
rakis. Perawakan rotan dan sebagian duri daunnya dapat dilihat pada
Gambar 37.
52
(Foto : Jasni)
Ciri anatomi:
Diameter metaksilem : 345 μm
Diameter protoksilem : 91 μm
Panjang sel serat : 3.248 μm
Diameter serat : -
Tebal dinding sel serat : 2,6 μm
53
Komponen Kimia
Selulosa : 49%
Lignin : 22,15%
Pa : 20,36%
Pelengkungan
Data dak tersedia
Ketahanan
Terhadap bubuk : Kelas II (tahan)
Terhadap rayap tanah : -
Pemanfaatan
Batang rotan digunakan dalam bentuk poles atau digunakan untuk
kerangka mebel. Selain itu, batang rotan marau dapat diambil ha nya
atau menjadi fitrit, dan digunakan sebagai bahan anyaman.
Silvikultur
Tempat tumbuh C. paspalanthus di hutan primer dataran rendah
sampai pegunungan, pada ke nggian sampai 1000 meter di atas
permukaan laut. Perbanyakan dengan biji.
54
J. SANJAT
Perawakan
Rotan tumbuh tunggal, memanjat lebih dari 20 m. Diameter
batang dengan pelepah daun mencapai 35-40 mm. Pelepah daun hijau
pudar, ditumbuhi duri bentuk segi ga pipih warna hitam, panjang duri
3-5 cm, mulut pelepah dikelilingi duri tegak kaku panjangnya sampai
8 cm. Lutut sangat jelas. Okrea berupa lembaran. Flagela panjang
sampai 2 m dengan duri keras. Daun panjangnya 200 cm termasuk
tangkai sampai 80 cm. Helaian anak daun tersusun menyirip teratur,
berukuran 30 cm x 1 cm, permukaan atas helaian anak daun hijau dan
bawah hijau keabu-abuan. Jumlah helaian anak daun 60-90 pada satu
sisi rakis. Perawakan rotan dapat dilihat pada Gambar 41.
55
A B
56
Struktur Anatomi Batang
Ciri umum:
Diameter tanpa pelepah : 5 – 10 mm
Panjang ruas : 11 – 15 cm
Tinggi buku rata-rata : 0,5 – 0,58 mm
KIP : 5 buah/mm2
Warna : pu h krem
(Foto: Jasni)
Ciri anatomi:
Diameter metaksilem : 305,9 μm
Diameter protoksilem : 73,3 μm
Panjang sel serat : 2.774 μm
Diameter serat : 21,1 μm
Tebal dinding sel serat : 2,2 μm
57
Komponen Kimia
Selulosa : 59%
Lignin : 23,35%
Pa : 19,42%
Pelengkungan
Data dak tersedia
58
Ketahanan
Terhadap bubuk : Kelas I (sangat tahan)
Terhadap rayap tanah : Kelas III (sedang)
Pemanfaatan
Batang rotan ini cocok untuk bahan baku mebel, untuk anyaman
pada sandaran kursi, untuk alas meja dan keranjang.
Silvikultur
Tempat tumbuh di hutan primer dataran rendah sampai
pegunungan, pada ke nggian sampai 1000 meter di atas permukaan
laut. Perbanyakan dengan biji.
59
60
DAFTAR PUSTAKA
61
__________. 1979. A Manual of the Ra an of Malay Peninsula. Malayan
Forest Record No. 29. Malaysa: FRIM.
__________. 1984. The Ra an of Sabah. Sabah Forest Record. No 13.
Sabah: Forest Department Sabah.
__________. 1992. Ra ans of Sarawak. Kucing, Sarawak, Malaysia:
Royal Botanic Gardens, KEW. Richmond, Surrey TW9 3AB UK
& Sarawak Forest Department.
___________ and N. Manokaran. 1994. PROSEA 6: Ra ans. Bogor,
Indonesia: PROSEA.
___________ dan N. Manokaran. 1996. PROSEA 6: Rotan. Yogyakarta
dan Bogor: Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, dan PROSEA,
Bogor.
Hadikusumo, S. A. 1994. Explora on of physical and mechanical
proper es of precently unused Ra an. Bule n Fakultas
Kehutanan 25:1-19.
Hartono. 1998. Prospek industri rotan dan saran yang diperlukan.
Makalah pada Workshop tentang deregulasi rotan. Jakarta:
Asmindo.
Jasni.R. Damayan dan T. Kalima. 2007. Atlas Rotan Indonesia. Jilid 1.
Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor.
_______, R. Damayan , T.Kalima dan Abdurachman. 2010a. Atlas
Rotan Indonesia. Jilid II. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor.
______ dan H. Roliadi. 2010b. Daya tahan 25 jenis rotan terhadap
rayap tanah (Coptotermes curvignathus). Jurnal Peneli an
Hasil Hutan. Pusat Peneli an Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan, Bogor. Vol.28(1):55 – 65.
_____ dan H.Roliadi. 2011a. Daya Tahan 16 Jenis Rotan terhadap
Bubuk Rotan (Dinoderus minutus Fabr.). Jurnal Peneli an
Hasil Hutan. Pusat Peneli an Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan, Bogor. Vol.29(2):115 – 127.
_____. R.Damayan , Abdurachman dan Krisdianto. 2011 b. Basic
62
Proper es of Ten Lesser Use Species of Ra an. Disampaikan
pada Seminar Interna onal. Strategis and Challenges on
Bamboo and Potensial Non Timber Forest Products (NTFPs)
Monogenen and U liza on. Centre Forest Produc vity
Improvement Researh and Development. Bogor.
Kalima, T. 1996. Flora rotan di Pulau Jawa serta kerapatan dan
persebaran populasi rotan di ga wilayah kawasan Taman
Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Tesis S2. Depok,
Indonesia: Program Studi Biologi Program Pasca Sarjana.
Universitas Indonesia. Tidak diterbitkan.
______ 2008. Keragaman spesies rotan yang belum dimanfaatkan
di hutan Tumbang Hiran, Ka ngan Kalimantan Tengah. Info
Hutan Vol.5. No.2. Pusat Peneli an dan Pengembangan
Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.
Krisdianto dan Jasni. 2005. Struktur Anatomi Tiga Jenis Batang Rotan.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis: 3 (2). Cibinong:
Masyarakat Peneli Kayu Indonesia.
Nasa. 1989. Studi perbandingan beberapa sifat fisik, mekanik dan kimia
antara rotan bubuai (Plectocomia elongata Bl) dengan rotan
manau (Calamus manan). Skripsi S1. Jurusan Teknologi Hasil
Hutan. Fakultas Kehutanan, IPB: x + 121 hal. Tidak diterbitkan.
Rachman, O. 1996. Peranan Sifat Anatomi, Kimia dan Fisis terhadap
mutu rekayasa rotan. Disertasi Doktor. Bogor: Program Pasca
Sarjana IPB. Tidak diterbitkan.
_______, O. 2000. Protokol pengujian pelengkungan rotan utuh.
Laboratorium pengerjaan kayu. Puslitbang Teknologi Hasil
Hutan, Bogor. Tidak diterbitkan.
________, Jasni dan Krisdianto. 2006. Teknologi Pelengkungan
dan Peningkatan Kemampuan Radius Lengkung untuk
Efisiensi Industri Pengolahan Rotan. Sub judul: Peningkatan
kemampuan radius lengkung rotan sebagai bahan baku
mebel. Laporan Hasil Peneli an. Bogor: Pusat Litbang Hasil
Hutan.
63
________ dan Jasni. 2008. Rotan Sumberdaya, Sifat dan Pengolahannya.
Jakarta: Badan Peneli an dan Pengembangan Kehutanan.
133 hal.
Siripatanadilok, S. 1974. Anatomical inves ga on of Javanese Ra an
cane as a quide to their iden fica on. Bogor, Indonesia:
Biotrop Tropical Forest Research.
Tellu, T. 1992. Anatomi dan morfologi jenis rotan dari Sulawesi Tengah.
Tesis Pasca Sarjana S2. Bandung: Ins tut Teknologi Bandung.
Tidak diterbitkan.
Tellu, T. 2005. Kunci iden fikasi rotan (Calamus sp.) asal Sulawesi
Tengah berdasarkan struktur anatomi batang. Biodiversitas:
6 (2) Bulan April: 113-117.
Tellu,T. 2008. Sifat kimia jenis-jenis rotan yang diperdagangkan di
Propinsi Sulawesi Tengah. Biodiversitas: 9 (2) Bulan April:
108-111.
Wiener, G. and W. Liese. 1990. Ra an stem anatomy and taxonomic
implica ons. IAWA Bulle n: 11 (1):61-70.
64
GLOSARI
65
HaƟ (core): hasil pembelahan rotan yang berdiameter di atas 5 mm.
Ikatan pembuluh: sel-sel metaksilem, floem, protoksilem dan sel-sel
serat yang membentuk suatu ikatan yang terletak menyebar
di antara jaringan parenkim dasar.
Indumentum: bulu-bulu yang biasanya terdapat pada helai daun dan
pelepah daun.
Kadar air (%): merupakan hasil pengukuran kandungan air rotan pada
kondisi kering udara.
Keranjang: hasil anyaman jalinan bahan baku rotan bulat WS, rotan
bulat pendek, rotan kikis buku, rotan bulat kupas, kulit rotan
atau ha rotan yang ditandai dengan aneka bentuk kerajinan
bermo f kembang.
Kucir: organ panjat dari rotan yang dikembangkan dari perpanjangan
ujung daun.
Lignin: Polimer kompleks dari unit fenilpropana dengan berat
molekul nggi yang berfungsi memberikan kekakuan pada
batang rotan.
Lutut: suatu pembengkakan pelepah daun pada pangkal tangkai.
Mebel: hasil pengerjaan dari beberapa bentuk bahan baku yang
sudah dirakit menjadi suatu produk barang jadi.
Metaksilem: xilem yang berdiameter besar yang terdapat dalam ikatan
pembuluh yang berfungsi sebagai saluran air dan zat hara
dari akar ke daun.
Modulus elasƟsitas/Modulus of ElasƟcity/MOE: perbandingan antara
tegangan dan regangan yang berlaku sepanjang garis elas s.
Modulus patah/Keteguhan lentur staƟs maksimum/ Modulus of
Rupture/MOR: tegangan pada batas maksimum.
Okrea: perpanjangan pelepah daun yang melampaui pangkal
tangkai.
PaƟ: homopolimer glukosa dengan ikatan alfa glikosidik
66
Pinak daun (leaflet) : lembar daun majemuk.
Protoksilem: xilem berdiameter kecil yang terdapat dalam ikatan
pembuluh, dindingnya berbentuk spiral, dan berfungsi
sebagai saluran air dan zat hara dari akar ke daun.
Rakis: dalam selembar daun, sumbu tempat pinak-pinak daun
tumbuh; dalam suatu perbungaan, sumbu yang ditumbuhi
cabang-cabang ngkat pertama.
Rotan: palem memanjat yang termasuk anak suku Calamoideae.
Ruas: antar buku-bagian dari batang antara dua buku.
Sel serat : sel-sel jaringan dalam komponen struktural yang
memberikan kekuatan pada rotan, dimana tebal dinding sel
serat merupakan parameter anatomi yang paling pen ng
dalam menentukan kekuatan rotan dan dinding yang lebih
tebal membuat rotan menjadi lebih keras dan lebih berat.
Selulosa: molekul gula linier berantai panjang dalam golongan
holoselulosa yang berfungsi untuk memberikan kekuatan
tarik dan lentur batang. Kemurnian selulosa alami ditunjukkan
oleh prosentase alfaselulosa.
Silika: zat kaca yang sangat keras yang dapat menumpulkan pisau
pengolahan dan diperoleh setelah rotan diabukan.
Tumbuh berumpun (cluster): rotan tumbuh lebih dari satu batang
pada satu rumpun.
Tumbuh tunggal (soliter): rotan tumbuh tunggal, dak mempunyai
tunas-tunas pada batang.
Tunas: cabang atau ran ng tumbuh yang muda.
Rayap Tanah: Jenis rayap yang bersarang didalam tanah memerlukan
kelembaban dan menyerang komponen kayu, komponen
perligno solusi luar, pada bangunan, gedung dan mebel.
67
INDEKS NAMA ROTAN
NAMA DAERAH/LOKAL/NAMA DAERAH LAIN
68
INDEKS NAMA BOTANI
69
70