BP, Makalah Faktor
BP, Makalah Faktor
Daftar Isi
Halaman Judul ............................................................................ 0
Daftar Isi ............................................................................ 1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran ............... 2
a. Faktor internal ................................................................ 2
1) Faktor fisiologis .................................................... 2
2) Faktorr psikologis .................................................... 3
b. Faktor eksogen/eksternal .................................................... 10
1) Lingkungan sosial .................................................... 10
2) Lingkungan nonsosial .................................................... 11
3) Faktor pendekatan belajar ................................................... 11
Daftar Pustaka ........................................................................... 14
Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia,
yaitu:
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru
atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat
superior, superior, ratarata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf
kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi
kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik
akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada
siswa.
Ø Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi
juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas
dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk
membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi
juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergan-
tung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik
untuk belajar antara lain adalah:
1. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
2. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
3. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-
orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
4. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya,
dan lain-lain.
5. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik
dengan koperasi maupun kompetisi.
6. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran .
7. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. (Frandsen, 1961:216) .
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan
guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif
akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
Ø Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah
istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai
faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan
kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,
karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak
memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar.
Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin
dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang
membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain
belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun
performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang
studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh
siswa sesuai dengan minatnya.
Ø Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa
dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam
belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru,
pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya sikap yang
negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan
bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang
guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan
kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya;
berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan;
meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
Ø Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan
dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya,
maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan
berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan
sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung
upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih
mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.
Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-
bahasa lain selain bahasanya sendiri.
Ø Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari
segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian “ perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin
sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan
selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Begitupun sebaliknya kegagalan yang
berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri
sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar.
Ø Cita-Cita Siswa
Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-cita
dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi intrinsik. Tetapi adakalanya “gambaran yang
jelas” tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berperilaku
ikut-ikutan. Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu dididikkan. Didikan memiliki cita-
cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan
pencapaian cita-cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan
emansipasi diri siswa. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal
dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal sederhana ke yang semakin sulit.
Daftar Pustaka
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Dimyanti dan Mudiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Mustaqim dan Wahid, Abdul. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Melton Putra
Http://Faktorfaktor%20yang%20mempengaruhi%20belajar%20_%20Miklotof
%20Blog.htm
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut C.T. Morgan dalam buku Introduction To Psychology, Belajar adalah
suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat/hasil dari
pengalaman yang lalu. Ringkasnya ia mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan
yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman siswa mengalami suatu proses belajar.[1]
Menurut Syai’ful Bahri Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar” pengertian
belajar adalah serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.[2]
Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas
dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling
memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Tugas
utama seorang Guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila Guru bertindak
mengajar, maka diharapkan siswa untuk mampu belajar. Hal-hal seperti berikut,
diantaranya Guru telah mengajar dengan baik, ada siswa yang belajar dengan giat, siswa
yang berpura-pura belajar, siswa yang belajar dengan setengah hati, bahkan adapula
siswa yang sesungguhnya tidak belajar. Maka dari itu, sebagai Guru yang professional
harus berusaha mendorong siswa agar belajar dengan baik.
Ada beberapa aspek yang menentukan keberhasilan guru dalam proses belajar
mengajar, menurut Lukmanul Hakim “Tiga aspek yang mempengaruhi keberhasilan guru
dalam proses belajar mengajar yaitu: kepribadian, pandangan terhadap anak didik dan
latar belakang guru”.[3]
Terdapat bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa tidak belajar seperti
siswa yang enggan belajar karena latar belakang keluarga, lingkungan, maupun situasi
dan kondisi di kelas. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian ketika Guru
mengajarkan topic tertentu adapula siswa yang giat belajar karena dia bercita-cita
menjadi seorang ahli.
BAB II
ISI
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari
luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid
dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis
dan faktor psikologis.
1. Faktor fisiologis
2. Faktor psikologis
A. Kecerdasan/intelegensi siswa
Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Ini berarti, semakin tinggi kemampuan intelijensi siswa maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses, sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelijensi siswa maka
semakin kecil peluangnya untuk memperoleh kesuksesan.
Setiap calon guru dan guru profesional sepantasnya menyadari bahwa
keluarbiasaan intelijensi siswa , baik yang positif seperti superior maupun yang negatif
seperti borderline, lajimnya menimbulkan kesuksesan belajar siswa yang bersangkutan.
Disatu sisi siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak mendapat perhatian yang
memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya.
Akibatny dia enjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keinginanya merasa
dibendung secara tidak adil. Disisi lain, siswa yang bodoh akan merasa payah mengikuti
sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan
akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif.
[4]
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah
penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman
dan Merill sebagai berikut:
B. Motivasi
Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalal diri
seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suat tujuan
(kebutuhan).[5]
Sedangkan motivasi dalam belajar menurut Clayton Aldelfer adalah
kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk
mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin.[6]
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa
yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena
membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannyatetapi sudah mejadi
kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif,
karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen, dalam Hayinah (1992)yang termasuk dalam
motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan
untuk maju
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi
memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
C. Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni : (1)
Menerima kesan, (II) Menyimpan kesan, dan (III) Memproduksi kesan
Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan
sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan
merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek
didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran,
kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran
yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat peraga
kesannya akan lebih dalam pada siwa. Di samping itu, pengembangan teknik
pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi siswa,
terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang
tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada G
(gudeg), D (dan), A (ayam), B (bebek) dan sebagainya..
D. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang
disertai rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara
dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan rasa
senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.[7]
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Namun lepas dari kepopulerannya,
minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena
itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain:
1. Dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan
tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang
membebaskan siswa mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh
domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi
aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.
2. Pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika
jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
E. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan
untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif .[8]
Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang
membawa diri sesuia dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan
terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan
belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan
kesempatan belajar tersebut.
F. Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Bakat atau
aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu
bidang atau kemampuan tertentu.[9]
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka
bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan
berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu,
akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang
mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Karena belajar juga
dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan
guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta
didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa
anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
3. Konsentrasi Belajar
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.
Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan teman- temannya. Semakin
sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan
dari umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Dan hal yang sebaliknya pun
dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri.
Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar.
Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi.
Maka, guru sebaiknya mendorong keberanian siswa secara terus-menerus, memberikan
bermacam-macam penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bagi siswa.
5. Kebiasaan Belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik.
Kebiasaan belajar tersebut antara lain:
6. Cita-cita Siswa
Pada umumnya, setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita itu
merupakan motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya “gambaran yang jelas” tentang tokoh
teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut-ikutan.
Cita-cita sebagai motivasi instrinsik perlu dididikan. Penanaman memiliki cita –
cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan
pencapaian cita – cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan
emansipasi diri siswa. Penanaman pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah sebaiknya
berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang
semakin sulit.
Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi, maka
siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.
B. Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga
dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, faktor-faktor eksternal yang
memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan
social dan faktor lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan sosial
Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain
disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial
yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu
sendiri. Sifat-sifat orangtua, peraktk pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga,
semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegitan belajar dan hasil
yang dicapai oleh siswa.
a. Lingkungan sosial sekolah
seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan
seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b. Lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan
teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c. Lingkungan sosial keluarga.
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat
memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar terdiri atas faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi balajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan factor
lingkungan nonsosial.
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi
fisik individu. Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
Faktor-faktor eksternal yang meliputi lingkungan social diantaranya faktor sekolah,
masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal lingkungan non-sosial diantaranya
lingkungan alamiah, instrumental, dan mata pelajaran.
REFERENSI
Djali, 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka Cipta.
Lukmanul Hakim, 2010. Perencanaan Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima
Muhibbin syah, 2003. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada
Nana Syaodih.S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Nashar, 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran.
Jakarta. Delia Press
Slameto, 2003. Belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. Rineka
Cipta
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian- belajar.html.
[4] Muhibbin syah, 2003. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada.
Hal 147-148
[5] Djali, 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. Halalaman 101
[6] Nashar,2004. iPeranan Motivasi dan Kemampua awal dalam Kegiatan
Pembelajaran. Jakarta. Delia press. Hall 42
[7] Slameto, 2003. Belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhinya. Jakarta.
PT Rineka Cipta. Halalaman 57
[8] Muhibbin syah, 2003. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada.
Hal 151
[9] Nana Syaodih.S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung.
Remaja Rosdakarya. Hal 101
[10] Drs. Syaiful Bahri Djamarah, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka
Cipta. hal. 143-144
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai latihan
dan pengalaman. Bisa juga dikatakan belajar adalah proses adaptasi yang berlangsung
secara progresif. Banyak aktivitas yang oleh hampir setiap orang dapat disetujui kalau
menghafal syair, menghafal nyanyian, dan sebagainya. Belajar sebagai proses atau
aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar itu adalah banyak macamnya. Untuk itu penulis akan berusaha
2. Permasalahan
Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah faktor-
B. Pembahasan
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani
siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
1[1] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet.
Ke-1, h. 130
2[2] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1998), Cet. Ke-8, h. 233
1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih dapat digolongkan menjadi
a. Faktor-faktor non-sosial
b. Faktor-faktor sosial
2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan inipun dapat lagi digolongkan
a. Faktor-faktor fisiologis
b. Faktor-faktor psikologis
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu
sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau
bermotif extrinsic (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil
pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam sebaiknya seorang siswa yang
berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dan orang tuanya
(faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan
kualitas pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut di ataslah, muncul
siswa-siswa yang lebih high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers
(berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten
dan berprofesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha
mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat prose belajar mereka.3[3]
1. Faktor internal siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang
bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniyah).
a. Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran
organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai
pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)
sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk
mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi
makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa sangat dianjurkan memilih pola
istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan
berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makanan dan minuman dan
istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental
siswa itu sendiri.4[4]
C. Penutup
1. Kesimpulan
a. Faktor internal siswa, yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
c. Faktor pendekatan belajar siswa yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi
dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pembelajaran.
Untuk kesempurnaan makalah ini, penulis menerima kritikan dan saran yang
3. Referensi
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-1
Suryabrata,Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998, Cet. Ke-8
I. PENDAHULUAN
Dalam hidup manusia, pasti akan selalu terjadi sesuatu dalam perkembangnya. Setiap
manusia akan selalu mengalami, menikmati, dan merasakan setiap hal yang memang
sudah menjadi garis nasibnya. Adakalanya baik dan menyenangkan, namun tidak jarang
akan menemui sesuatu yang tidak mengenakkan.
Dalam proses perkembangannya tersebut, manusia pasti tidak akan pernah terlepas dari
masalah psikiologis yang mendera hidupnya. Dalam masa perkembangan tersebut, setiap
manusia akan selalu mengalami sesuatu secara psikiologis yang hanya dia sendiri yang
merasakannya. Itulah pengalaman pribadi dan juga bisa menjadi masalah pribadi bila hal
itu tidak mengenakan. Di dalam makalah ini, akan dijelaskan masalah belajar mengajar
dan factor-faktor yang mempengaruhinya yang dimana masalah tersebut sudah menjadi
hal wajar ketika orang memiliki masalah dalam pembelajaran.
1. Pengertian Belajar
2. Pengertian Mengajar
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar-Mengajar
4. Prinsip-Prinsip Mengajar
5. Media Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar
III. PEMBAHASAN
1. Pengertian Belajar
· Harorld Spears
Setiap situasi diamanapun dan kapan saja memberi kesempatan belajar kepada seseorang.
Situasi ini ikut menentukan set belajar yang dipilih. Berikut ini dikemukakan beberapa
contoh aktifitas belajar.
a. Mendengarkan
Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ada ceramah atau kuliah dari guru atau
dosen. Tugas pelajar atau mahasiswa adalah mendengarkan. Tidak setiap orang dapat
memanfaatkan situasi ini untuk belajar, bahkan para pelajar atau mahasiswa yang diam
mendengarkan ceramah itu mesti belajar. Apabila hal mendengarkan mereka tidak
didorong oleh kebutuhan, motivasi, dan tujuan tertentu, maka sia-sialah pekerjaan
mereka.
e. Membaca
Seringkali ada orang yang membaca buku pelajaran sambil berbaring santai di tempat
tidurnya hanya dengan maksud agar dia bisa tidur, membaca seperti ini adalah bukan
aktivitas belajar, ada pula orang yang membaca sambil berbaring dengan tujuan belajar,
menurut ilmu jiwa, membaca yang demikian belum dapat dikatakan sebagai belajar.
Belajar aktif adalah dilakukan di meja belajar daripada di tempat tidur.
i. Mengingat
Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk sebagai aktivitas
belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan
belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi jika mengingat itu
berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.
j. Berpikir
Dengan berpikir, orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu
tentang hubungan antar sesuatu.
2. Pengertian Mengajar
“teaching is the process of arranging conditions under which the learning changes his
ways consciously in the direction of his own goals” (mengajar ialah sesuatu proses
pengaturan-pengaturan kondisi-kondisi dengan mana pelajar merubah tingkah lakunya
dengan sadar kearah tujuan-tujuan sendiri)
Mengajar ada yang bersifat teacher centered dan ada yang pupil centered, tipe pertma,
mengajar adalah menanamakan pengetahuan pada anak. Sedang tipe kedua guru sebagai
penglola yang aktif adalah siswanya sendiri. Namun, mengajar menurut faham lama
adalah guru senantiasa aktif menyampaikan dan memompakan informsi atau fakta-fakta
agar diskuasi siswa, siswanya sendiri pasif. Menurut faham baru mengajar adalah guru
sebagai pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan, materi, metode, dan alat
dengan siswa harus aktif.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar-Mengajar
Prestasi belajar yang dicapai seorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor
eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi
belajar yang sebaik-baiknya. Dan diantaranya:
a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang
termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya
b. Faktor psikiologis baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:
a) Faktor intelektif yang meliputi:
Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal, yaitu:
a) Faktor sosial yang terdiri atas:
1) Lingkungan keluarga
2) Lingkungan sekolah
3) Lingkungan masyarakat
4) Lingkungan kelompok
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim
d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan
4. Prinsip-Prinsip Mengajar
Selanjutnya guru harus mampu mengetahui sampai seberapa jauh kemampuan siswanya,
kelebihan dan kelemahannya, langkah-langkah yang ditempuh. Evaluasi ini senantiasa
didasarkan kepada tujuan yang telah ditetapkan dan bila ternyata kurang berhasil, maka
harus segera dicari factor-faktor penyebab baik dari pihak siswa maupun dari pihak guru
yang seterusnya mencari dan memilih alternative pemecahan sepanjang yang
memungkinkan dilaksanakan.
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara
harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan
dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran.
Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa
pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan
atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio
yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami
isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran
bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di
samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti:
biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
Seorang guru dituntut untuk dapat menggunakan peralatan yang lebih ekonomis, efesien,
dan mampu dimiliki oleh sekolah serta tidak menolak digunakannya peralatan teknologi
modern yang relevan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman.
Permasalahan pokok dan cukup mendasar adalah kesiapan guru-guru dalam menguasai
penggunaan media pendidikan dan pengajaran disekolah untuk pembelajaran siswa
secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Agar seorang guru dalam menggunakan media pendidikan yang efektif, setiap guru harus
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan atau
pengajaran. Pengetahuan tersebut menurut Oemar Hamalik (1985:16), diantaranya:
1. Media sebagai alat komunikasi guru lebih mengefektifkan proses belajar mengajar
2. Media berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
3. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar
4. Hubungan antara metode mengajar dengan media pendidikan
5. Nilai dan manfaat media pendidikan
6. Memilih dan menggunakan media pendidikan
7. Mengetahui berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan
8. Mengetahui penggunaan media pendidikan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan
9. Melakukan usaha-usaha inovasi dalam media pendidikan
IV. ANALISIS
Belajar adalah suatu usaha untuk melakukan sesuatu demi tercapainya apa yang
diinginkan. Setelah belajar biasanya ada sesuatu yng beda, dimana yang sebelumnya
tidak tahu akhirnya menjadi tahu. Belajar meruapakan kebutuhan manusia yang harus
dipenuhi, dari mulai sejak masa dini sampai masa tua. Sehingga dengan belajar hidup
menjadi terasa terarah dan terkendali untuk kehidupan masa yang akan datang. Hadits
Nabi yang berbunyi: ”carilah ilmu walaupun sampai negeri china”, itu membuktikan
belajar tidak hanya dikelas akan tetapi dimana saja. Juga pepatah arab yang berbunyi:
”carilah ilmu dari ayunan bayi sampai ke liang lahat”, ini juga membuktikan orang hidup
adalah untuk belajar. Belajar apa yang ada di bumi seisinya dan apa yang dilangit, ayat
Allah SWT berfirman: ” Aku ciptakan jin dan manusia hanya untuk menyembah kepada-
Ku”, pertanyaannya bagaimana cara kita untuk bisa atau tahu yang benar untuk
menyembah atau beribadah kepada Allah SWT, yaitu dengan belajar ilmu agama
terutama agama Islam supaya bisa beribadah kepada Allah SWT dengan baik dan benar.
Belajar pada umumnya dilakukan di kelas atau diruangan yang dimana bersifat ceramah,
akan tetapi sekarang dengan teknologi modern yang semakin maju, pendidikan juga tidak
kalah akan memanfaatkannya demi tercapainya belajar yang efektif dan modern, peserta
didik juga lebih akan bisa memahami materi yang disampaikan dari pendidik. Metode
dan teknik pembelajaran juga bisa dilakukan diluar ruangan kelas, tidak hanya
berceramah menyampaikan materi akan tetapi menggunakan media atau teknologi untuk
proses pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Aktifitas belajar seperti itu peserta didik
akan lebih mudah mencerna materi dan tidak cepat bosan, akan tetapi peserta didik lebih
semangat untuk belajar.
Meskipun demikian juga tidak mudah pengajar menyampaikan materi kepada peserta,
hambatan dalam ini juga dipengaruhi oleh peserta didik juga, yang meliputi: faktor
internal dan eksternal. Jalan keluar yang terbaik untuk mengatasi hambatan seperti itu
adalah pengajar harus cerdik, waspada dan teliti mengamati peserta didik dan selalu
memperhatikan dari segi fisik maupun psikis, agar peserta didik menjadi generasi yang
cerdas, bermatabat dan berakhlakul karimah. Dan juga melalui metode pendekatan
individual kepada peserta didik yang mungkin mempunyai masalah dalam pembelajaran
atau materi.
Hal semacam ini dibutuhkan seorang pengajar yang profesional, selain memahami
teknologi pendidikan, pengajar juga memahami psikiologi anak ditransfer ke psikiologi
pendidikan supaya UUD yang berbunyi: untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bisa
tercapai. Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesinal komponen-komponen itu harus dimiliki oleh semua pengajar.
DAFTAR PUSTAKA
· Supriyono Widodo Drs. Dan Abu Ahmadi H. Drs, Psikiologi Belajar, Solo:
Rineka Cipta, 2003
· http://gurupkn.wordpress.com/2008/01/17/kegiatan-pembelajaran-dan-
pemilihan-media-pembelajaran/
· http://www.slideshare.net/guestc6f390/standar-kompetensi-guru