Anda di halaman 1dari 35

Makalah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran

Daftar Isi
Halaman Judul ............................................................................ 0
Daftar Isi ............................................................................ 1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran ............... 2
a. Faktor internal ................................................................ 2
1) Faktor fisiologis .................................................... 2
2) Faktorr psikologis .................................................... 3
b. Faktor eksogen/eksternal .................................................... 10
1) Lingkungan sosial .................................................... 10
2) Lingkungan nonsosial .................................................... 11
3) Faktor pendekatan belajar ................................................... 11
Daftar Pustaka ........................................................................... 14

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Belajar dan Pembelajaran
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal Kedua faktor tersebut saling memengaruhi
dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis
dan psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus
jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terha-
dap kegiatan belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan tonus
jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga
kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah:
o menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh,
karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan
mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar;
o rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;
o istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar
dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala
informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal
dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan
telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik,
baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar
yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara
periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
2) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi
proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
Ø Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-
organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak
merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu
sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas
manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu
mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain,
seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam
mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan
perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat
memahami tingkat kecerdasan siswanya.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan
tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill
sebagai berikut (Fudyartanto 2002).

Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision

Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi


140 – 169 Amat superior
120 – 139 Superior
110 – 119 Rata-rata tinggi
90 – 109 Rata-rata
80 – 89 Rata-rata rendah
70 – 79 Batas lemah mental
20 — 69 Lemah mental

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia,
yaitu:

a) Kelompok kecerdasan amat superior (very superior), IQ 140 - IQ 169;


b) Kelompok kecerdasan superior, IQ 120 - Q 139;
c) Kelompok rata-rata tinggi (high average), IQ 110 -IQ 119;
d) Kelompok rata-rata (average), IQ 90 - IQ 109;
e) Kelompok rata-rata rendah (low average) IQ 80 - IQ 89;
f) Kelompok batas lemah mental (borderline defective), IQ 70 - IQ 79;
g) Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective), IQ 20 - IQ 69, yang termasuk
dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.

Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru
atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat
superior, superior, ratarata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf
kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi
kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik
akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada
siswa.

Ø Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi
juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas
dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk
membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi
juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergan-
tung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik
untuk belajar antara lain adalah:
1. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
2. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
3. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-
orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
4. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya,
dan lain-lain.
5. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik
dengan koperasi maupun kompetisi.
6. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran .
7. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. (Frandsen, 1961:216) .
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan
guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif
akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
Ø Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah
istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai
faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan
kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,
karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak
memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar.
Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin
dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang
membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain
belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun
performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang
studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh
siswa sesuai dengan minatnya.

Ø Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa
dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam
belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru,
pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya sikap yang
negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan
bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang
guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan
kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya;
berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan;
meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.

Ø Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan
dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya,
maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan
berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan
sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung
upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih
mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.
Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-
bahasa lain selain bahasanya sendiri.
Ø Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari
segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian “ perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin
sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan
selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Begitupun sebaliknya kegagalan yang
berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri
sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar.

Ø Cita-Cita Siswa
Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-cita
dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi intrinsik. Tetapi adakalanya “gambaran yang
jelas” tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berperilaku
ikut-ikutan. Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu dididikkan. Didikan memiliki cita-
cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan
pencapaian cita-cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan
emansipasi diri siswa. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal
dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal sederhana ke yang semakin sulit.

b. Faktor faktor eksogen/eksternal


Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat
memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor
faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
· Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan
keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan
antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu
siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
· Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya
dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para
pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki
oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai
dengan bakatnya.
· Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa
akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran
dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilikinya.
2) Lingkungan nonsosial.
Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
· Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin,
sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan
tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung,
proses belajar siswa akan terhambat.
· Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan
olahraga. Contohnya, letak sekolah atau tempat belajar harus memenuhi syarat-syarat
seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu
bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Kedua, software,
seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain
sebagainya.
· Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan
dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan
dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran
dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

3) Faktor pendekatan belajar


Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yan direkayasa
sedemikianrupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu
(Lawson, 1991).
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor pendekatan belajar juga
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Seseorang siswa
yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, bepeluang sekali untuk
meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan
belajar surface atau repfroductive.
4) Bimbingan
Didalam belajar , anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan ini perlu diberikan untuk
mencegah usaha-usaha yang membuta, hingga anak tidak mengalami kegagalan,
melainkan dapat membawa kesuksesan. Bimbingan dapat menghindarkan kesalahan dan
memperbaikinya.
Bimbingan dapat diberikan sebelum ada usaha-usaha belajar atau sewaktu-waktu setelah
ada usaha-usaha yang tidak terpimpin. Keefktifan bimbingan ini tergantung dari macam-
macam tugas dan kebutuhan dari orang yang belajar. Karena ini dapat mencegah
kesalahan yang bisa timbul dan mengakibatkan adanya putus asa. Karena apabila pada
permulaannya sudah mengalami kegagalan ini akan berakibat bermacam-macam antara
lain kebencian terhadap guru yang memberikan mata pelajarannya, hingga dapat
menghambat keefektifan belajar.
Tetapi harus diingat bahwa bimbingan jangan diberikan secara berlebihan, karena hal ini
akan merusak tujuan. Apabila orang yang belajar telah menguasai inti tugasnya,
bimbingan harus dihilangkan. Karena kalau diberikan terlalu banyak bimbingan ini akan
mengakibatkan terhambatnya inisiatif, hingga tidak ada kemauan lagi untuk berusaha.
Dan sebaliknya apabila bimbingan diberikan terlalu sedikit, maka perhatian akan hilang
dan kepercayaan terhadapa diri sendiri akan menjadi lemah.
Contoh terlalu banyak bimbingan misalnya dalam memecahkan persoalan selalu
dibimbing, maka makin lama akan makin tidak ada usaha untuk berusaha sendiri dalam
menghadapi persoalan. Ia akan selalu menanati pertolongan di dalam segala hal. Motiv
ini sama saja dengan apa yang sering disebut dalam bahasa Inggris “Drive” atau “need”.
Yaitu sesuatu dalam diri manusia yang mendorong manusia untuk berbuat menuju ke
suatu tujuan.
Rangsang luar yang memberi dorongan pada suatu motive atau suatu drive atau need
untuk mencaari tujuan dan mencapai tujuan disebut intensif . sedangkan motivasi adalah
pemberian dorongan pada motive entah dari dalam , dari luar untuk dapat mencapai
tujuan. Jadi segala perbuatan yang menuju ke suatu tujuan adalah bermotive. Motivasi
ada dua macam yaitu motivasi yang asli dan motivasi yang didapat.
Di dalam pendidikan , motivasi ialah seni yang merangsang perhatian pada murid apabila
tidak mempunyai perhatian, atau yang belum dirasakn oleh murid atau menyempurnakan
perhatian yang sudah ada supaya menjadi perbuatan yang dikehendaki masyarakat.
Motivasi dalam belajar mengandung : membangkitkan , memberi kekuatan dan memberi
arah pada tingkah laku yang diinginkan.
5) Ulangan
Didalam belajar, perlu adanya ulangan-ulangan. Hal ini adalah elemen vital dalam
belajar. Adanya ulangan-ulangan ini dapat menunjukkan pada orang yang belajar
kemajuan-kemajuan dan kelemahan-kelemahan nya. Dengan demikian orang yang
belajar akan menambah usah nya untuk belajar. Penting diperhatikan tentang
memberitahukan hasil ulangan, supaya anak tahu hasil nya. Dan perlu pula
memperbincangkan kesalahan-kesalahan yang diperbuat, supaya kesalahan baru tidak
diperbuat lagi.
Dalil-dalil dalam ilmu tata bahasa akan lebih mudah dipelajari apabila dipergunakannya
dalam hubungan nya dengan pemakaian praktis dalam bahas tulis maupun lisan

Daftar Pustaka
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Dimyanti dan Mudiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Mustaqim dan Wahid, Abdul. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Melton Putra
Http://Faktorfaktor%20yang%20mempengaruhi%20belajar%20_%20Miklotof
%20Blog.htm

makalah psikologi pendidikan - faktor yang mempengaruhi belajar

BAB I
PENDAHULUAN
Menurut C.T. Morgan dalam buku Introduction To Psychology, Belajar adalah
suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat/hasil dari
pengalaman yang lalu. Ringkasnya ia mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan
yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman siswa mengalami suatu proses belajar.[1]
Menurut Syai’ful Bahri Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar” pengertian
belajar adalah serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.[2]
Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas
dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling
memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Tugas
utama seorang Guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila Guru bertindak
mengajar, maka diharapkan siswa untuk mampu belajar. Hal-hal seperti berikut,
diantaranya Guru telah mengajar dengan baik, ada siswa yang belajar dengan giat, siswa
yang berpura-pura belajar, siswa yang belajar dengan setengah hati, bahkan adapula
siswa yang sesungguhnya tidak belajar. Maka dari itu, sebagai Guru yang professional
harus berusaha mendorong siswa agar belajar dengan baik.
Ada beberapa aspek yang menentukan keberhasilan guru dalam proses belajar
mengajar, menurut Lukmanul Hakim “Tiga aspek yang mempengaruhi keberhasilan guru
dalam proses belajar mengajar yaitu: kepribadian, pandangan terhadap anak didik dan
latar belakang guru”.[3]
Terdapat bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa tidak belajar seperti
siswa yang enggan belajar karena latar belakang keluarga, lingkungan, maupun situasi
dan kondisi di kelas. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian ketika Guru
mengajarkan topic tertentu adapula siswa yang giat belajar karena dia bercita-cita
menjadi seorang ahli.
BAB II
ISI
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari
luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid
dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis
dan faktor psikologis.

1. Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik


individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.

· Pertama, keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat


mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar
akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya,
kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar
yang maksimal.

· Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar


berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi
hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik
akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.

2. Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat


mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.

A. Kecerdasan/intelegensi siswa
Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Ini berarti, semakin tinggi kemampuan intelijensi siswa maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses, sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelijensi siswa maka
semakin kecil peluangnya untuk memperoleh kesuksesan.
Setiap calon guru dan guru profesional sepantasnya menyadari bahwa
keluarbiasaan intelijensi siswa , baik yang positif seperti superior maupun yang negatif
seperti borderline, lajimnya menimbulkan kesuksesan belajar siswa yang bersangkutan.
Disatu sisi siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak mendapat perhatian yang
memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya.
Akibatny dia enjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keinginanya merasa
dibendung secara tidak adil. Disisi lain, siswa yang bodoh akan merasa payah mengikuti
sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan
akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif.
[4]
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah
penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman
dan Merill sebagai berikut:

a. Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ


140–169

b. Kelompok kecerdasan superior merentang antara IQ 120 – 139

c. Kelompok rata-rata tinggi (high average) merentang antara IQ 110 – 119

d. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90 – 109

e. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80 – 89

f. Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70 –


79

g. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ


20 - 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, dan
idiot.

B. Motivasi
Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalal diri
seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suat tujuan
(kebutuhan).[5]
Sedangkan motivasi dalam belajar menurut Clayton Aldelfer adalah
kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk
mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin.[6]
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa
yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena
membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannyatetapi sudah mejadi
kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif,
karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen, dalam Hayinah (1992)yang termasuk dalam
motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:

a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas

b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan
untuk maju

c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan


dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, dan teman-teman.

d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna


baginya.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi
memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
C. Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni : (1)
Menerima kesan, (II) Menyimpan kesan, dan (III) Memproduksi kesan
Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan
sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan
merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek
didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran,
kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran
yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat peraga
kesannya akan lebih dalam pada siwa. Di samping itu, pengembangan teknik
pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi siswa,
terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang
tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada G
(gudeg), D (dan), A (ayam), B (bebek) dan sebagainya..
D. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang
disertai rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara
dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan rasa
senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.[7]
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Namun lepas dari kepopulerannya,
minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena
itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain:
1. Dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan
tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang
membebaskan siswa mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh
domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi
aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.

2. Pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika
jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

E. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan
untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif .[8]
Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang
membawa diri sesuia dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan
terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan
belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan
kesempatan belajar tersebut.
F. Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Bakat atau
aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu
bidang atau kemampuan tertentu.[9]
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka
bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan
berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu,
akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang
mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Karena belajar juga
dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan
guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta
didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa
anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

3. Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada


pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan
bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta
selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian
selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat
selingan beberapa menit.

4. Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.
Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan teman- temannya. Semakin
sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan
dari umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Dan hal yang sebaliknya pun
dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri.
Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar.
Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi.
Maka, guru sebaiknya mendorong keberanian siswa secara terus-menerus, memberikan
bermacam-macam penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bagi siswa.

5. Kebiasaan Belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik.
Kebiasaan belajar tersebut antara lain:

a. Belajar pada akhir semester


b. Belajar tidak teratur

c. Menyia - nyiakan kesempatan belajar

d. Bersekolah hanya untuk bergengsi

e. Dating terlambat bergaya seperti pemimpin

f. Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain,

g. Bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.

Kebiasaa-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota


besar, kota kecil, pedesaan dan sekolah-sekolah lain. Untuk sebagian orang, kebiasaan
belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri
sendiri. Hal seperti ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.

6. Cita-cita Siswa

Pada umumnya, setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita itu
merupakan motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya “gambaran yang jelas” tentang tokoh
teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut-ikutan.
Cita-cita sebagai motivasi instrinsik perlu dididikan. Penanaman memiliki cita –
cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan
pencapaian cita – cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan
emansipasi diri siswa. Penanaman pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah sebaiknya
berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang
semakin sulit.
Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi, maka
siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.
B. Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga
dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, faktor-faktor eksternal yang
memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan
social dan faktor lingkungan nonsosial.

1. Lingkungan sosial

Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain
disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial
yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu
sendiri. Sifat-sifat orangtua, peraktk pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga,
semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegitan belajar dan hasil
yang dicapai oleh siswa.
a. Lingkungan sosial sekolah
seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan
seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b. Lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan
teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c. Lingkungan sosial keluarga.
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat
memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.

2. Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;


a. Lingkungan alamiah adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha
didalamnya. Dalam hal ini keadaan suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh
dalam belajar anak didik. Anak didik akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang
segar. Dari kenyataan tersebut, orang cenderung akan lebih nyaman belajar ketika pagi
hari, selain karena daya serap ketika itu tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas. Suhu dan
udara harus diperhatikan. Agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar dalam keadaan
suhu panas, tidak akan maksimal.[10]
b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan
olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-
peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan
dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru,
disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai
dengan konsdisi siswa.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar terdiri atas faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi balajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan factor
lingkungan nonsosial.
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi
fisik individu. Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
Faktor-faktor eksternal yang meliputi lingkungan social diantaranya faktor sekolah,
masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal lingkungan non-sosial diantaranya
lingkungan alamiah, instrumental, dan mata pelajaran.

REFERENSI
Djali, 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka Cipta.
Lukmanul Hakim, 2010. Perencanaan Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima
Muhibbin syah, 2003. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada
Nana Syaodih.S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Nashar, 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran.
Jakarta. Delia Press
Slameto, 2003. Belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. Rineka
Cipta
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian- belajar.html.

[1] http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian- belajar.html. diakses tgl 03


november 2013
[2] Drs. Syaiful Bahri Djamarah, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka
Cipta. hal. 13
[3] Lukmanul Hakim, 2010. Perencanaan Pembelajaran, Bandung, CV Wacana
Prima.hal. 91

[4] Muhibbin syah, 2003. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada.
Hal 147-148
[5] Djali, 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. Halalaman 101
[6] Nashar,2004. iPeranan Motivasi dan Kemampua awal dalam Kegiatan
Pembelajaran. Jakarta. Delia press. Hall 42
[7] Slameto, 2003. Belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhinya. Jakarta.
PT Rineka Cipta. Halalaman 57
[8] Muhibbin syah, 2003. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada.
Hal 151
[9] Nana Syaodih.S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung.
Remaja Rosdakarya. Hal 101
[10] Drs. Syaiful Bahri Djamarah, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka
Cipta. hal. 143-144

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

20.20 Makalah No comments

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang

Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai latihan

dan pengalaman. Bisa juga dikatakan belajar adalah proses adaptasi yang berlangsung
secara progresif. Banyak aktivitas yang oleh hampir setiap orang dapat disetujui kalau

disebut perbuatan belajar, misalnya mendapatkan perbendaharaan kata-kata baru,

menghafal syair, menghafal nyanyian, dan sebagainya. Belajar sebagai proses atau

aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar itu adalah banyak macamnya. Untuk itu penulis akan berusaha

membahasnya dalam pokok bahasan “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar”

2. Permasalahan

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah faktor-

faktor apa saja yang dapat mempengaruhi belajar?

B. Pembahasan
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan

kepada tiga macam, yaitu:1[1]

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani

siswa.

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

pembelajaran materi-materi pembelajaran.

Menurut Sumadi Suryabrata, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat


diklasifikasikan kepada: 2[2]

1[1] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet.
Ke-1, h. 130
2[2] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1998), Cet. Ke-8, h. 233
1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih dapat digolongkan menjadi

dua golongan, dengan catatan overlapping tetap ada, yaitu:

a. Faktor-faktor non-sosial

b. Faktor-faktor sosial

2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan inipun dapat lagi digolongkan

menjadi dua golongan, yaitu

a. Faktor-faktor fisiologis

b. Faktor-faktor psikologis

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu
sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau
bermotif extrinsic (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil
pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam sebaiknya seorang siswa yang
berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dan orang tuanya
(faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan
kualitas pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut di ataslah, muncul
siswa-siswa yang lebih high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers
(berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten
dan berprofesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha
mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat prose belajar mereka.3[3]
1. Faktor internal siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang
bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniyah).
a. Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran
organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai
pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)
sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk
mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi
makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa sangat dianjurkan memilih pola
istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan
berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makanan dan minuman dan
istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental
siswa itu sendiri.4[4]

3[3] Muhibbin Syah, op. cit, h. 131


4[4] Ibid.
Keadaan tonus jasmani pada umumnya melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan
jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan
hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan, yaitu”:5[5]
1) Nutrisi harus cukup, karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan
kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, cepat mengantuk,
cepat lelah dan sebagainya.
2) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu, misalnya pilek, influenza,
sakit gigi, batuk dan sebagainya
b. Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniyah siswa
yang pada umumnya dipandang lebih essensial adalah tingkat kecerdasan/intelegensi
siswa, sikap siswa, bakat siswa dan motivasi siswa.6[6]
1) Intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas
organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ
tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh tubuh
manusia.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak diragukan lagi, sangat menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi
seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin
rendah kemampuan intelegensi siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh
sukses.
2) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara relatif tetap terhadap objek
orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa
yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran tertentu merupakan pertanda awal
yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negataf siswa terhadap
guru dan mata pelajaran tertentu, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru atau kepada
mata pelajaran tertentu, dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
3) Bakat siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya
setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai
ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu
mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas
(superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut talented child, yaitu anak
berbakat.
4) Minat siswa

5[5] Sumadi Suryabrata, op. cit., h. 235


6[6] Muhibbin Syah, op. cit, h. 132
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Rober, minat tidak termasuk istilah
populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor
internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
5) Motivasi siswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme, baik manusia ataupun
hewan, yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi
berarti pemasok saja (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi terbagi
dua macam, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Perasaan menyenangi
materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut termasuk motivasi instrinsik.
Termasuk motivasi ekstrinsi adalah pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah,
suri teladan orang tua dan guru.
2. Faktor eksternal siswa
Faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi dua macam, yaitu faktor lingkungan
sosial dan faktor lingkungan non-sosial.
a. Lingkungan sosial
Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa adalah guru, para staf
administrasi, teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga, teman-teman sepermainan,
orang tua, dan keluarga. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang
simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal
belajar menjadi pendorong siswa. Begitu juga kondisi masyarakat di lingkungan yang
bersih dan rapi, sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketenangan keluarga
dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat menjadi pendorong dalam
kegiatan belajar siswa.
b. Lingkungan non-sosial
Faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti
pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. Biggers berpendapat bahwa belajar seperti
pagi hari lebih efektif dari pada belajar pada waktu-waktu lainnya. Menurut penelitian
beberapa ahli gaya belajar (learning style), hasil belajar itu tidak bergantung pada waktu
secara mutlak, tetapi bergantung pada waktu yang cocok dengan kesiapan siswa.
3. Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dipahami sebagai
segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi
dalam proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat
langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau
mencapai tujuan belajar tertentu.7[7]

C. Penutup
1. Kesimpulan

7[7] Ibid., h. 140


Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar siswa adalah:

a. Faktor internal siswa, yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.

b. Faktor eksternal siswa yaitu kondisi lingkungan sekitar siswa

c. Faktor pendekatan belajar siswa yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi

dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi

pembelajaran.

2. Kritik dan saran

Untuk kesempurnaan makalah ini, penulis menerima kritikan dan saran yang

membangun dari pembaca.

3. Referensi

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-1
Suryabrata,Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998, Cet. Ke-8

Belajar Mengajar Dan Faktor Yang Mempengaruhinya


Ibrahim MA
10:48 PM
teori pembelajaran
BELAJAR MENGAJAR DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

I. PENDAHULUAN

Dalam hidup manusia, pasti akan selalu terjadi sesuatu dalam perkembangnya. Setiap
manusia akan selalu mengalami, menikmati, dan merasakan setiap hal yang memang
sudah menjadi garis nasibnya. Adakalanya baik dan menyenangkan, namun tidak jarang
akan menemui sesuatu yang tidak mengenakkan.

Dalam proses perkembangannya tersebut, manusia pasti tidak akan pernah terlepas dari
masalah psikiologis yang mendera hidupnya. Dalam masa perkembangan tersebut, setiap
manusia akan selalu mengalami sesuatu secara psikiologis yang hanya dia sendiri yang
merasakannya. Itulah pengalaman pribadi dan juga bisa menjadi masalah pribadi bila hal
itu tidak mengenakan. Di dalam makalah ini, akan dijelaskan masalah belajar mengajar
dan factor-faktor yang mempengaruhinya yang dimana masalah tersebut sudah menjadi
hal wajar ketika orang memiliki masalah dalam pembelajaran.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Belajar
2. Pengertian Mengajar
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar-Mengajar
4. Prinsip-Prinsip Mengajar
5. Media Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar

III. PEMBAHASAN

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar yang diberikan oleh beberapa ahli pendidikan:

· Dr. Musthofa Fahmi

Innatta’alluma ‘ibarotun ‘an ‘amaliyati taghoyurin au ta’adiilin fissuluuki awil khibroh.


(sesungguhnya belajar adalah ungkapan yang menunjuk aktifitas yang menghasilkan
perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman).

· Harorld Spears

Learning is to observe, to read to imitate, to try something themselves, to listen, to follow


direction. (belajar adalah mengamati, membaca, meniru membaca sendiri tentang
sesuatu, mendengarkan, mengiktui petunjuk).

Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang


berhubungan dengan belajar, sepereti misalnya agar seseorang anak mahir dalam
matematika maka ia harus banyak dilatih mengerjakan soal-soal latiahan. Menurut James
O. whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan
atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan demikian perubahan-perubahan
tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk
sebagai belajar.

Setiap situasi diamanapun dan kapan saja memberi kesempatan belajar kepada seseorang.
Situasi ini ikut menentukan set belajar yang dipilih. Berikut ini dikemukakan beberapa
contoh aktifitas belajar.

a. Mendengarkan
Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ada ceramah atau kuliah dari guru atau
dosen. Tugas pelajar atau mahasiswa adalah mendengarkan. Tidak setiap orang dapat
memanfaatkan situasi ini untuk belajar, bahkan para pelajar atau mahasiswa yang diam
mendengarkan ceramah itu mesti belajar. Apabila hal mendengarkan mereka tidak
didorong oleh kebutuhan, motivasi, dan tujuan tertentu, maka sia-sialah pekerjaan
mereka.

<p>Your browser does not support iframes.</p>


b. Memandang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita pandang, akan tetapi tidak
semua pandangan atau penglihatan kita termasuk adalah belajar. Meskipun pandangan
kita tertuju kepada semua objek visual, apabila dalam diri kita tidak terdapat kebutuhan,
motivasi serta set tertentu untuk mencapai suatu tujuan, maka pandangan yang demikian
tidak termasuk belajar. Alam sekitar kita termasuk juga sekolah dengan segenap
kesibukannya, merupakan objek-objek yang memberi kesempatan untuk belajar, apabila
kita memandang segala sesuatu dengan set tertentu untuk mencapai tujuan yang
mengakibatkan perkembangan dari kita, maka dalam hal demikian itu sudah termasuk
belajar.

c. Meraba, membau, dan mencicipi atau mengecap


Meraba, membau, dan mengecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya pada
mendengarkan dan memandang. Segenap stimuli yang dapat diraba dicium, dan segenap
merupakan situasi yang memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar.

d. Menulis atau mencatat


Material atau objek yang ingin kita pelajari lebih lanjut harus memberi kemungkinan
untuk dipraktekkan, beberapa material diantaranya terdapat di dalam buku-buku, di kelas,
ataupun dibuat catatan kita sendiri, dan kita dapat membawa isi buku catatan dalam
kesempatan. Dari sumber manapun kita dapat fotokopi pelajaran.

e. Membaca
Seringkali ada orang yang membaca buku pelajaran sambil berbaring santai di tempat
tidurnya hanya dengan maksud agar dia bisa tidur, membaca seperti ini adalah bukan
aktivitas belajar, ada pula orang yang membaca sambil berbaring dengan tujuan belajar,
menurut ilmu jiwa, membaca yang demikian belum dapat dikatakan sebagai belajar.
Belajar aktif adalah dilakukan di meja belajar daripada di tempat tidur.

f. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi


Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar
adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting kita beri garis
bawah (underlaining). Hal ini sangt membantu kita dalam usaha menemukan kembali
materi itu di kemudian hari.

g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan


Materi non-verbal semacam ini sangat berguna bagi kita dalam mempelajari materi yang
relevan itu. Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan
ilustratif yang membantu pemahaman kita tentang susuatu hal.

h. Menyusun paper atau kertas kerja


Mengambil materi yang diatur dengan membentuk sajian yang sistematis dan lengkap,
dengan bahas yang bagus karena dibuat oleh para ahli, maka mereka memperoleh angka
lulus. Dalam membuat paper ini, pertama yang perlu mendapat perhatian ialah rumusan
topik paper itu, paper yang baik memerlukan perencanaan yang masak dengan terlebih
dahulu mengumpulkan ide-ide yang menunjang serta penyediaan sumber-sumber yang
relevan

i. Mengingat
Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk sebagai aktivitas
belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan
belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi jika mengingat itu
berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.

j. Berpikir
Dengan berpikir, orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu
tentang hubungan antar sesuatu.

k. Latihan atau praktek


Dalam kegiatan berltih atau praktek, segenap tindakan subjek terjadi intregatif dan
terarah ke suatu tujuan, hasilnya sendiri berupa pengalaman yang dapat mengubah diri
subjek serta mengubah lingkungannya.

2. Pengertian Mengajar

· Menurut Dr. Harold Benyamin

“teaching is the process of arranging conditions under which the learning changes his
ways consciously in the direction of his own goals” (mengajar ialah sesuatu proses
pengaturan-pengaturan kondisi-kondisi dengan mana pelajar merubah tingkah lakunya
dengan sadar kearah tujuan-tujuan sendiri)

· Menurut Prof. Drs. S. Nasution, MA

Mengajar ada yang bersifat teacher centered dan ada yang pupil centered, tipe pertma,
mengajar adalah menanamakan pengetahuan pada anak. Sedang tipe kedua guru sebagai
penglola yang aktif adalah siswanya sendiri. Namun, mengajar menurut faham lama
adalah guru senantiasa aktif menyampaikan dan memompakan informsi atau fakta-fakta
agar diskuasi siswa, siswanya sendiri pasif. Menurut faham baru mengajar adalah guru
sebagai pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan, materi, metode, dan alat
dengan siswa harus aktif.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar-Mengajar

Prestasi belajar yang dicapai seorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor
eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi
belajar yang sebaik-baiknya. Dan diantaranya:

Faktor internal, meliputi:

a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang
termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya

b. Faktor psikiologis baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:
a) Faktor intelektif yang meliputi:

1. Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat


2. Faktor kecapakan nyata yaitu prestasi yang pernah dimiliki
b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan,
minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri

Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal, yaitu:
a) Faktor sosial yang terdiri atas:
1) Lingkungan keluarga
2) Lingkungan sekolah
3) Lingkungan masyarakat
4) Lingkungan kelompok
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim
d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan

4. Prinsip-Prinsip Mengajar

Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah


merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu :

· Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan


peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c)pengembangan
kurikulum/ silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran
yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
· Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang:
(a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f)
berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h)
mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara berkelanjutan.

· Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian


dari masyarakat untuk : (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali
peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

· Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi


pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan
metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b)
materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-
hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional.

Selanjutnya guru harus mampu mengetahui sampai seberapa jauh kemampuan siswanya,
kelebihan dan kelemahannya, langkah-langkah yang ditempuh. Evaluasi ini senantiasa
didasarkan kepada tujuan yang telah ditetapkan dan bila ternyata kurang berhasil, maka
harus segera dicari factor-faktor penyebab baik dari pihak siswa maupun dari pihak guru
yang seterusnya mencari dan memilih alternative pemecahan sepanjang yang
memungkinkan dilaksanakan.

5. Media Dan Kegiatan Belajar-Mengajar

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara
harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan
dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran.
Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa
pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan
atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio
yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami
isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran
bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di
samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti:
biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.

Seorang guru dituntut untuk dapat menggunakan peralatan yang lebih ekonomis, efesien,
dan mampu dimiliki oleh sekolah serta tidak menolak digunakannya peralatan teknologi
modern yang relevan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman.
Permasalahan pokok dan cukup mendasar adalah kesiapan guru-guru dalam menguasai
penggunaan media pendidikan dan pengajaran disekolah untuk pembelajaran siswa
secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Agar seorang guru dalam menggunakan media pendidikan yang efektif, setiap guru harus
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan atau
pengajaran. Pengetahuan tersebut menurut Oemar Hamalik (1985:16), diantaranya:

1. Media sebagai alat komunikasi guru lebih mengefektifkan proses belajar mengajar
2. Media berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
3. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar
4. Hubungan antara metode mengajar dengan media pendidikan
5. Nilai dan manfaat media pendidikan
6. Memilih dan menggunakan media pendidikan
7. Mengetahui berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan
8. Mengetahui penggunaan media pendidikan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan
9. Melakukan usaha-usaha inovasi dalam media pendidikan

IV. ANALISIS

Belajar adalah suatu usaha untuk melakukan sesuatu demi tercapainya apa yang
diinginkan. Setelah belajar biasanya ada sesuatu yng beda, dimana yang sebelumnya
tidak tahu akhirnya menjadi tahu. Belajar meruapakan kebutuhan manusia yang harus
dipenuhi, dari mulai sejak masa dini sampai masa tua. Sehingga dengan belajar hidup
menjadi terasa terarah dan terkendali untuk kehidupan masa yang akan datang. Hadits
Nabi yang berbunyi: ”carilah ilmu walaupun sampai negeri china”, itu membuktikan
belajar tidak hanya dikelas akan tetapi dimana saja. Juga pepatah arab yang berbunyi:
”carilah ilmu dari ayunan bayi sampai ke liang lahat”, ini juga membuktikan orang hidup
adalah untuk belajar. Belajar apa yang ada di bumi seisinya dan apa yang dilangit, ayat
Allah SWT berfirman: ” Aku ciptakan jin dan manusia hanya untuk menyembah kepada-
Ku”, pertanyaannya bagaimana cara kita untuk bisa atau tahu yang benar untuk
menyembah atau beribadah kepada Allah SWT, yaitu dengan belajar ilmu agama
terutama agama Islam supaya bisa beribadah kepada Allah SWT dengan baik dan benar.

Belajar pada umumnya dilakukan di kelas atau diruangan yang dimana bersifat ceramah,
akan tetapi sekarang dengan teknologi modern yang semakin maju, pendidikan juga tidak
kalah akan memanfaatkannya demi tercapainya belajar yang efektif dan modern, peserta
didik juga lebih akan bisa memahami materi yang disampaikan dari pendidik. Metode
dan teknik pembelajaran juga bisa dilakukan diluar ruangan kelas, tidak hanya
berceramah menyampaikan materi akan tetapi menggunakan media atau teknologi untuk
proses pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Aktifitas belajar seperti itu peserta didik
akan lebih mudah mencerna materi dan tidak cepat bosan, akan tetapi peserta didik lebih
semangat untuk belajar.
Meskipun demikian juga tidak mudah pengajar menyampaikan materi kepada peserta,
hambatan dalam ini juga dipengaruhi oleh peserta didik juga, yang meliputi: faktor
internal dan eksternal. Jalan keluar yang terbaik untuk mengatasi hambatan seperti itu
adalah pengajar harus cerdik, waspada dan teliti mengamati peserta didik dan selalu
memperhatikan dari segi fisik maupun psikis, agar peserta didik menjadi generasi yang
cerdas, bermatabat dan berakhlakul karimah. Dan juga melalui metode pendekatan
individual kepada peserta didik yang mungkin mempunyai masalah dalam pembelajaran
atau materi.

Hal semacam ini dibutuhkan seorang pengajar yang profesional, selain memahami
teknologi pendidikan, pengajar juga memahami psikiologi anak ditransfer ke psikiologi
pendidikan supaya UUD yang berbunyi: untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bisa
tercapai. Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesinal komponen-komponen itu harus dimiliki oleh semua pengajar.

DAFTAR PUSTAKA

· Asnawir, Prof. Dr. H. dan Usman Basyiruddin, Drs. M. M.Pd, Media


Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002

· Supriyono Widodo Drs. Dan Abu Ahmadi H. Drs, Psikiologi Belajar, Solo:
Rineka Cipta, 2003

· Mustaqim, Drs. H. M.Pd, DIKTAT Psikiologi Pendidikan, Semarang:


Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007

· Derek Wood dkk, Kiat Mengatasi Gangguan Belajar, Jogjakarta:


KATAHATI, 2007

· http://gurupkn.wordpress.com/2008/01/17/kegiatan-pembelajaran-dan-
pemilihan-media-pembelajaran/

· http://www.slideshare.net/guestc6f390/standar-kompetensi-guru

Anda mungkin juga menyukai