01 PDF
01 PDF
PRAKTIK DASAR-DASAR K3
TIM PENYUSUN PEDOMAN PRAKTEK DASAR-DASAR K3 TAHUN 2014
Penerbitan Buku Pedoman Praktikum Dasar-Dasar K3 ini merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar pada Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jakarta II Jurusan Kesehatan Lingkungan.
Tim Penyusun
Buku Pedoman Praktikum Dasar - dasar K3
Wastyo Wiarawan
Yusuf Dawudi
Editor
Wakhyono Budianto,SKM.,Msi
HALAMAN
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………………………………. ii
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………………………….. 1
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan ilmu multi disiplin yang menerapkan
upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja , keselamatan kerja
dan melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan
serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,
kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan kerja. Tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja adalah melindungi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan
kerja untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan jaminan
keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja serta menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan nyaman dimana tenaga kerja dapat terhindar dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Hazard kimia adalah faktor bahaya di lingkungan kerja, kadar debu, kadar gas CO,
kadar CO2 , kadar gas amonia dan sebagainya. Hal tersebut dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan tenaga kerja yang pada akhirnya dapat menurunkan
produktivitas tenaga kerja.
Hazard fisik adalah faktor bahaya dilingkungan kerja seperti tingkat kebisingan,
tekanan panas, penerangan, getaran, radiasi sinar ultra violet dan gelombang
elektromagnetik. Hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan kesehatan tenaga
kerja yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja.
Hazard biologis adalah faktor bahaya di lingkungan kerja potensi bahaya yang di
sebabkan oleh mahluk hidup (biologi) gangguan kesehatan pada pekerja yang
terpajan . Potensi bahaya yang menyebabkan alergi / iritasi akibat bahan-bahan
biologis (debu kapas, dedaunan, bulu, bunga, dll) Bahaya faktor biologi atau
biological hazard (biohazard) didefinisikan sebagai agen infeksius atau produk yang
dihasilkan agen biologi atau biological agent didefinisikan sebagai mikroorganisme,
Hazard Psychosocial adalah suatu bahaya non fisik yang timbul karena adanya
interaksi dari aspek-aspek (uraian tugas) job description, disain kerja dan organisasi
serta managemen di tempat kerja serta konteks lingkungan sosial yang berpotensi
menimbulkan ganggua fisik, sosial dan psikologi.
Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agar
produktivitas kerja dapat tetap terjaga. Hal ini dapat ditinjau dari dua faktor yaitu:
a. Dari aspek Kesehatan adalah untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
yang timbul karena faktor-faktor yang ada di tempat kerja, dan
a. Dari aspek Keselamatan adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan karena
orang yang terkena stress memiliki risiko yang lebih besar untuk terjadinya
kecelakaan.
1.2.1 Maksud
Tersedianya penduan praktikum Kesehatan dan keselamatan kerja yang dapat di
jadikan pedoman dalam melakukan pengukuran / monitoring dan evaluasi
dilingkungan kerja.
1. Langkah Awal
Menentukan titik pengukuran ,
Pengenalan Lingkungan (Hazar Indentifikasi)
Memahami tahap-tahap proses produksi atau kegiatan yang menyangkut
kegiatan operasional perusahaan dan faktor-faktor bahaya yang timbul
dalam proses tersebut, jumlah tenaga kerja yang terpapar sehingga dapat
mengetahui bagian mana dan parameter apa dapat diketahui secara jelas.
2. Langkah Kedua
Penilaian Lingkungan (Risk Assesment) pada tahap ini di ketahui bagian apa
dan parameter apa diadakan pengukuran di lapangan dan pengambilan
sampel dengan menggunakan peralatan sesuai yang di butuhkan, setelah
sampling di analisis, hasil nya di bandingkan dengan Standart Nilai Ambang
Batas (NAB).
3. Langkah Ketiga
Pengendalian (Risk Control) dalam tahap ini setelah didapat hasil analisa di
bandingkan dengan NAB, ternyata melebihi NAB yang telah ditentukan,
maka langkah pengendalian dari faktor-faktor lingkungan tersebut.
1. Dasar Teori
Tekanan panas adalah faktor di tempat kerja yang ditimbulkan oleh perpaduan
kondisi suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan radiasi. Pengujian
yang dilakukan ditentukan dengan mengukur suhu kering, suhu basah dan suhu
bola dimana satuan dan rumus yang digunakan dinyatakan sebagai Indeks Suhu
Basah dan Bola ( ISBB).
2. Tujuan
Memahami konsep dasar pengukuran tekanan panas di dan melakukan
pengukuran di lingkungan kerja dengan menggunakan parameter Indeks Suhu
Basah dan Bola (ISBB), sesuai dengan Nilai Amabang Batas (NAB) yang
ditentukan.
3. Alat
Area Heat Stress Monitor
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan panas pada area kerja
4. Cara Kerja
a. Tentukan lokasi dan titik sampling
b. Lakukan pengukuran tekanan panas di dekat tenaga kerja yang sedang
melakukan aktivitas.
c. Posisikan Area Heat Stress Monitor berada di dekat tenaga kerja.
d. Tekan tombol On pada alat heat stress monitor diamkan selama 10 menit
berada ditempat pengukuran.
e. Setelah 10 menit amati dan baca pada layar monitor tercantum suhu
udara kering, suhu udara basah, suhu udara basah, suhu udara bola
(globe), kelembaban udara, indeks suhu bola basah (ISBB) Indoor dan Out
door.
f. Catat pda formulir hasil pengukuran tekanan panas
g. Bandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) Kepmenakertrans No : 13
tahun 2011 tentang NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DAN FAKTOR
KIMIA DI TEMPAT KERJA
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi:
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering.
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas
radiasi :
Catatan :
Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilo
kalori/jam.
Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan
kurang dari 350 Kilo kalori/jam.
Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan
kurang dari 500 Kilo kalori/jam.
Catatan :
1. Hasil dari ISBB rata-rata adalah hasil yang digunakan untuk dibandingkan
dengan regulasi yang dijadikan acuan yaitu peratuan-peraturan yang terkait.
2. Waktu Kerja dan Istirahat disesuaikan dengan lamanya waktu kerja yang
dilakukan oleh pekerja di ruangan tersebut, yang dinyatakan dalam
persentase.
3. Perhitungan kategori beban kerja adalah sebagai berikut :
a. Grandjen (1998),menyatakan bahwa salah satu pendekatan untuk
mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi
kerja, konsumi oksigen, kapasitas vasilitas paru & suhu inti tubuh.
Sumber (SUMA’MUR,1982)
Contoh : Seorang pekerja dengan berat badan sekitar 65 kg bekerja sebagai tukang
batu dibawah terik matahari , maka berdasarkan data tersebut diatas / baris 21 ,
diperoleh jumlah kalori yang dibutuhkan adalah :
Beban kerja ini termasuk dalam kategori beban kerja berat ( > 350- 500 Kilokal
/jam-----Kepmenaker No.51 th 1999)
1. Dasar Teori
Intensitas penerangan di tempat kerja dimaksudkan untuk menberikan
penerangan kepada benda-benda yang merupakan obyek kerja, peralatan atau
mesin dan proses produksi serta lingkungan kerja. Untuk itu diperlukan intensitas
penerangan yang optimal. Selain menerangi obyek kerja, penerangan juga
diharapkan cukup memadai menerangi keadaan sekelilingnya.
2. Tujuan
Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka
diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem
pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja.
5. Cara Kerja
a. Hidupkan Luxmeter
b. Letakan alat ke titik pengukuran yang telah ditentukan, baik penerangan
setempat atau umum.
c. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa
saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
d. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil.
e. Matikan lux meter setelah pengukuran.
f. Bandingkan dengan Nilai Ambang Batas (Permenkes) Nomor :
1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri.
Catatan :
Hasil dari perhitungan rata-rata pencahayaan ruangan adalah hasil yang
digunakan untuk dibandingkan dengan regulasi yang dijadikan acuan yaitu
peraturan-peraturan yang terkait.
b) Pencahayaan Setempat
Rumus pengolahan data pencahayaan setempat adalah sebagai berikut :
Dalam satu titik tempat kerja (objek kerja) dilakukan 3 kali
pembacaan/pengukuran karena angka yang tertera pada alat lux meter
/ light meter berubah-ubah tidak stabil.
Perhitungan rata-rata pencahayaan per titik (objek kerja) :
P1 + P2 + P3 = .... lux
∑P
Catatan :
Hasil (Lux)
Ruangan Rata-rata
Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukran 3
2. Alamat : ………………………………………………………………………………………………………………………….
2. Tujuan
Memahami konsep dasar intensitas kebisingan dan melakukan pengukuran
kebisingan dengan Sound Level Meter di lingkungan kerja. Dengan prinsip
kebisingan diterima oleh mikrofon pada sound level meter dan dirubah menjadi
gelombang listrik yang kemudian dibaca pada monitor dalam satuan desibel (dB).
3. Alat
Integrating Sound Level Meter (SLM)
Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan pada frequensi yang
berbeda-beda dan untuk mengukur intensitas bunyi dengan frequensi
tertentu.
Noise Dosimeter
Merupakan sound level meter yang digunakan untuk mengukur dose
paparan bising hubungan dengan waktu, alat ini di pergunakan
pengukuran kebisingan personal yang diterima oleh pekerja selama 8
jam/hari terutama bagi tenaga kerja yang berpindah-pindah.
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
6. Cara Kerja
a. Tentukan lokasi dan titik pengukuran .
b. Tekan tombol on pada sound level meter
c. Tekan tombol Respon (jenis suara) slow / fast.
d. Atur tombol Jaringan A atau C.
e. Baca angka yang tertera pada monitor
1) Array yaitu urutkan dari data yang terkecil sampai dengan data yang
terbesar.
2) Range yaitu cari nilai Range dengan menggunakan menghitung selisih dari
data terbesar dikurangi data terkecil.
Range = Data max. – Data Min.
3) Kelas (K) yaitu mencari banyaknya kelas dengan menggunakan rumus
Sturgess.
K = 1 + 3,3 log n
4) Interval (I) yaitu mencari nilai interval dengan membagi Nilai Range dengan
Nilai Kelas.
I=R/K
5) Kemudian masukkan kedalam Tabel Distribusi Frekuensi
Keterangan :
dst
2. Alamat : ………………………………………………………………………………………………………………………….
6. Petugas : ………………………………………………………………………………………………………………………….
1. Dasar Teori
Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya (meja, kursi, dan
perlengkapan lainnya) diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap
tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukan gerak-gerakan yang
dibutuhkan. Dimensi tubuh manusia sangat bervariasi antara satu orang dengan
orang lainnya, antara laki-laki dan perempuan dan beberapa suku bangsa.
2. Alat
Alat ukur tinggi
Meteran kain
Pengaris segitiga
Busur
Lembar pengamatan
3. Cara Kerja
Langkah-langkah dalam melakukan praktikum pengukuran Antropometri
adalah sebagai berikut :
Dengan menggunakan alat-alat yang telah disediakan, ukurlah dimensi-
dimensi tubuh manusia.
Untuk memudahkan pengamatan, gambar antropometri bisa dilihat di
lampiran dengan keterangan sebagai berikut :
4. Pedoman Pengukuran
A. Tinggi tempat duduk
a) Tinggi tempat duduk
Tinggi tempat duduk diukur dari lantai sampai pada permukaan atas
bagian depat alas duduk.
Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lekuk lutut
sampai ke telapak kaki (tinggi belakang lutut sampai telapak kaki).
Ukuran yang disarankan adalah 38 - 48 cm (tergantung ukuran
antropometri pekerja).
d) Sandaran pinggang
Bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung
tulang belikat dan bagan bawahnya setinggi garis pinggul.
Sandaran pinggang dapat disetel ke atas dan ke bawah dan bergerak
8 - 12 cm di atas alas duduk.
Dalamnya sadaran pinggang adalah 35-38cm dari ujung depan epan
alas duduk
g) Tinggi meja
Tinggi meja dan bagian bawah alas meja (kolong) harus melebihi dari
tinggi lutut depan.
Tinggi meja tidak melebihi tinggi dada dan tidak lebih rendah dari
tinggi siku pada saat posisi duduk.
OSHA (2000) dalam Health & Safety Guidelines For Video Diaplay
Terminal in Workplace, juga menetapkan beberapa kriteria ,antara lain
sebagai berikut :
a. Layar display (monitor)
Karakter (huruf ) tidak boleh berkedip-kedip.
Tulisan dan simbol-simbol tidak boleh kelihatan pecah atau buyar.
Ukuran karakter harus cukup untuk jarak pandang (ANSI/HFS-
100,1988)
Pekerja harus dapat mengatur program untuk meningkatkan
ukuran karakter sehingga mudah dibaca.
Layar harus mempunyai pengatur tingkat keterangan (brightness)
dan kontras dan operator harus mengetahui cara mengaturnya.
Warna background harus kontras dengan warna karakter.
Sisi atas layar tepat atau seikit dibawah posisi pandangan operator.
Jarak pandang adalah 16-29 inch.
b. Keyboards
Harus terlepas dari monitor untuk mendapatkan posisi dan sudut
yang dapat diatur sesuai kebutuhan.
Keyboard harus tipis untuk meminimalkan masalah pada
pergelangan tangan (pegal).
Tuts harus cukup sensitif dan mengeluarkan suara yang tida terlalu
keras.
Permukaan keyboard tumpul.
Keyboard mempunyai alas pergelangan tangan yang tingginya
tidak melebihi tuts baris pertama.
d. Document holder
Documen holder harus stabil dan dapat diatur tinggi,jarak dan
sudut pandangnya.
Document holder dapat diletakan disamping layar/monitor atau
antara monitor dan keyboard,sehingga meminimalkan gerakan
kepala dan leher operator.
26 Panjang kepala Pk
27 Lebar kepala lk
2. Tujuan
Mengidentifikasi sumber-sumber pencemaran debu di ruang kerja, mengetahui
kadar debu di udara ruang kerja, membandingkan kadar debu dengan standar /
peraturan perundangan dan membuat rencana pengendalian debu di ruang
kerja.
3. Alat
LVS (Low Volume Sampler) atau HVS (High Volume Sample)
Timbangan Analitik
Oven
Pinset
Desikator
Thermohygrometer
4. Cara Kerja
Timbang Kertas saring dengan Analitic Balance (timbangan elektrik)
Keringkan filter dengan menggunakan oven temperature 1000C selama 30
menit, kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15 menit.
Timbang filter kering dengan menggunakan timbangan elektrik dengan
teliti (A)
Masukkan filter kedalam filter holder, rangkaian dengan pompa hisap
Nyalakan pompa dan atur volume udara yang akan dihisap (Flow Rate)
selama 1 jam
Matikan alat, lepas filter holder dan dengan hati-hati keluarkan filter
Keringkan kembali lakukan seperti sebelum ditimbang
Timbang kembali filter (B) dan lakukan penghitungan
Keterangan :
Catatan :
3. Lakukan konversi hasil dari berat kertas saring dari gram (g) menjadi
miligram (mg) dan konversikan juga tekanan (daya hisap) alat LVS
dari liter/menit menjadi m3/menit terlebih dahulu, karena satuan
yang dipakai pada NAB adalah mg/m3.
1 gram = 1000 mg
1 liter/menit = 10-3 atau 0,001 m 3/menit
Keterangan :
C = kadar debu total (mg/l) atau (mg/ m3);
W2 = berat filter contoh setelah pengambilan contoh (mg);
W1 = berat filter contoh sebelum pengambilan contoh (mg);
B2 = berat filter blanko setelah pengambilan contoh (mg);
B1 = berat filter blanko sebelum pengambilan contoh (mg);
V = volume udara pada waktu pengambilan contoh (l) atau (m3).
Waktu
Lokasi Nomor Flowrate SK RH Keterangan
No Pengukuran
Pengukuran Filter (l/menit) (ºC) (%)
(menit)
CATATAN Pengukuran suhu dan kelembaban adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan saat
pengambilan contoh.
1. Dasar Teori
Kata Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya
berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Terdapat
dua jenis kelelahan yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot
merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot.
Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang
sebabnya adalah persyaratan atau psikis (Suma’mur).
2. Tujuaan
Tujuan ada dua yaitu :
Kerja otot dinamis, yaitu kerja otot yang rythmis dan berirama, dimana
pengerutan dan pengendoran terjadi silih berganti, bekerja sebagai pompa
peredaran darah, berjalan sesuai dengan tingkat kontraksi otot.
Kerja otot statis, yaitu kerja otot yang menetap untuk periode tertentu
secara kontinyu, dimana pembuluh darah akan tertekan dan peredaran
darah berkurang, sehingga otot tubuh merasa sakit dan mudah lelah.
Keterangan:
K(kelas) = 4 (rendah,sedang,tinggi, dan sangat tinggi)
Xn = 4 x 30
Xi = 1 x 30
Langkah:
1. Hitunglah jumlah skor pada masing-masing kolom(1,2,3 dan 4) dari 30
pernyataan di atas.
2. Kemudian Jumlahkan masing-masing hasil jumlah skor kolom 1,2,3, dan 4.
3. Kemudian hasil penjumlahan tersebut dimasukan kedalam klasifikasi
kelelahan yang ada yaitu termasuk kelelahan rendah,sedang,tinggi dan sangat
tinggi(skor terendah 30 dan skor tertingi 120).
2. Tujuan
Mengidentifikasi faktor – faktor stress kerja : lingkungan organisasi ( TuntutanTugas,
tuntutan Peran, tuntutan sosial, struktur organisasi, Kepemimpinan, dan
pengembangan organisasi ), Individu (masalah dalam keluarga,masalah ekonomi
keluarga)
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Saya tidak mempunyai waktu untuk melakukan hobi atau
kegiatan lain di luar pekerjaan
2 Saya sering membawa pekerjaan ke rumah dan mengerjakannya
pada malam hari
3 Saya tidak dapat melakukan pekerjaan atau tugas sebaik biasanya
. Kadang-kadang saya merasa penilaian saya kabur dan tidak
sebaik biasanya
4 Kelihatannya pada hari kerja saya tidak tersedia cukup waktu
untuk mengerjakan semua hal yang harus saya kerjakan
5 Saya sering merasa tidak sabar dengan kecepatan kerja yang ada
6 Kadang-kadang saya sangat enggan pergi kerja
7 Saya coba menyelesaikan tugas banyak dalam waktu yang lebih
sedikit. Hal ini kadang-kadang mengakibatkan saya tidak
mempunyai waktu lagi untuk mengatasi masalah – masalah yang
timbul tak terduga
a) Nilai 4
Anda tidak dalam keadaan stress akibat kerja dan tidak mudah dan
kemungkinan kecil untuk menjadi stress akibat kerja.
b) Nilai 5 – 13
Anda cenderung untuk mendapat stress akibat kerja dan menderita efek
negative dan stress kerja. Anda sebaiknya melakukan pengendalian tergadap
stress dan mengikuti konseling.
c) Nilai ≥ 14
Anda sangat mudah kena stress akibat kerja dan dampak negatifnya. Dan
harus secepatnya mengatasi hal tersebut segera konsultasi ke dokter dan
mencari konselor yang ahli dalam manajemen stress.
Keterangan :
1. Judul
Jenis pengukuran yang dilakukan.
2. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya pengukuran tersebut.
3. Manfaat
Manfaat bagi mahasiswa dan pekerja yang tempat kerjanya dilakukan
pengukuran.
4. Tinjauan Pustaka
Pustaka yang mendukung isi pembahasan dari hasil praktikum, berisi teori
dan peraturan yang mendukungnya.
6. Cara Kerja
Cara kerja pada saat melakukan praktikum, hal-hal yang di ukur dan
diamati pada saat pengukuran.
7. Hasil
Data hasil pengukuran yang telah dilakukan pengolahan.
8. Pembahasan
Pembahasan hasil pengolahan data, dibandingkan dengan teori atau
peraturan yang ada.
1. TEKANAN PANAS
Hitunglah ISBB rata-rata di dalam ruangan spinning tersebut, jika beban kerjanya
termasuk beban kerja sedang dan waktu kerjanya 75-100%. Kemudian
lakukan pembahasan hasil ISBB rata-rata yang didapat dibandingkan dengan
regulasi yang digunakan yaitu PERMENAKER No. 13 Tahun 2011 tentang
NAB faktor fisik dan kimia.
2. KEBISINGAN
2) Titik Kedua :
93, 90, 87, 86, 84, 85, 82, 86, 87, 89, 88, 92, 88, 85, 93, 86, 89, 85, 82, 85
88, 87, 89, 93, 86, 88, 87, 86, 85, 82, 88, 90, 86, 87, 91, 86, 87, 92, 87, 84
86, 91, 87, 93, 84, 82, 86, 90, 86, 92, 87, 90, 87, 85, 82, 86, 89, 93, 88, 86
3) Titik Ketiga :
91, 86, 84, 89, 87, 85, 80, 82, 80, 85, 88, 90, 84, 85, 87, 91, 86, 88, 85, 84
89, 86, 83, 81, 85, 90, 87, 89, 86, 84, 85, 89, 90, 87, 91, 86, 87, 84, 80, 81
85, 88, 87, 90, 87, 91, 87, 85, 83, 86, 87, 90, 86, 83, 82, 86, 85, 80, 84, 86
3. PENCAHAYAAN
4. DEBU
1. Pagi Hari
W1 = 0,09562 g
W2 = 0,09570 g
t = 60 menit
V = 10 liter/menit
2. Siang Hari
W1 = 0,09551 g
W2 = 0,09561 g
t = 60 menit
V = 10 liter/menit
3. Sore Hari
W1 = 0,09557 g
W2 = 0,09568 g
t = 60 menit
V = 10 liter/menit
Hitunglah kadar debu total dari alat LVS diruangan Cold Forming tersebut.
Kemudian lakukan pembahasan hasil yang di dapat secara umum dan setempat
dibandingkan dengan regulasi yang dijadikan acuan yaitu Kepmenkes 1405
Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri.