2. Anamnesis Keluhan yang paling sering dirasakan adalah nyeri pada sendi
lutut saat perubahan posisi lutut, saat bangun dari posisi duduk
untuk berdiri, saat jongkok, naik tangga .
Rasa kaku pada sendi lutut pagi hari kurang dari 30 menit
4. Kriteria Diagnosis
KELLGREN - LAWRENCE (radiografik)
Berat OA Tanda Radiografik
Grade 0 Tidak ada Tak ada tanda OA
Grade 1 Ragu Osteofit kecil, makna diragukan
Grade II Minimal Osteofit jelas, celah sendi tak rusak
Grade III Sedang Celah sendi berkurang
Grade IV Berat Celah sendi rusak/sempit, sklerosis tulang sub
kondral
1
Krepitus pada gerak aktif sendi
Kaku pagi lama 30 menit
Usia > 38 tahun
Pembesaran tulang lutut (pada pemeriksaan)
2
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 – 2015
LOW BACK PAIN / NYERI PUNGGUNG BAWAH ( ICD 10 : M54.5
2. Anamnesis Nyeri punggung dengan atau menjalar ke tungkai sampai kaki saat
perubahan posisi tubuh.
Riwayat trauma, kesalahan posisi menganggkat beban.
Kesemutan sampai rasa nyeri dan dapat juga terjadi kelumpuhan
pada anggota gerak bawah
3
5. Sindroma miofascial dan fibromyalgia ( M79.7
6. Stenosis spinalis
7. Fraktur kompresi dan osteoporosis
8. Spondylitis TBC
9. Spondylitis ankilosa
10. Tumor spinal
11. Low Back Post-operative
4
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 – 2015
FROZEN SHOULDER ( ICD 10 : M.75.0 )
1. Pengertian (Definisi) Adalah kekakuan dan nyeri sendi bahu disebabkan oleh
gangguan pada persendian bahu dan atau struktur
anatomi dan fungsional persendian bahu. .
2. Anamnesis Keluhan yang paling sering dirasakan adalah nyeri pada sendi
bahu dan keterbatasan gerak atau kaku pada sendi bahu,
kesulitan dalam melakukan aktivitas keseharian
5
mefenamat
Neurotropik vitamin Relaxan otot dan sedative,
neurotropik : B1, B6, B12
Inj.steroid intra artrikuler
2. Fisioterapi ( SWD,MWD,US,TENS )
3. Latihan ( pendulum exercise ) ,
4. Shoulder support
9. Edukasi 1. Latihan ROM bahu di rumah
(Hospital Health Promotion) 2. Latihan ADL
14. Indikator Medis Perbaikan ROM bahu, perbaikan nilai nyeri dengan VAS
15. Kepustakaan Panduan Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi
6
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 – 2015
Palsi serebral – Delayed of milles tone ( ICD 10 : R.62.0 )
5. Diagnosis Kerja Adanya gangguan gerakan gerak dan postur yang tidak
progersif
Terjadi pada masa tumbuh kembang
Keterlambatan proses tumbuh kembang
7
6. Diagnosis Banding 1. Pasca meningitis
2. Pasca trauma kapitis
3. Tumor otak
7. Pemeriksaan Penunjang
1. MRI
2. Darah rutin
3. Pemeriksaan fungsi pendengaran
4. Pemeriksaan fungsi penglihatan
8
15. Kepustakaan Panduan Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
9
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 – 2015
NYERI SERVIKAL ( ICD 10: M54.2 )
4. Kriteria Diagnosis 1. Nyeri daerah leher bahu, dada, pundak, scapula dan
lengan.
2. Terdapat gejala sensorik berupa paratesia, hiperastesi
dan hipoastesi
3. Terdapat kelemahan otot leher, lengan dan tangan
sampai atrofi otot instrinsik
5. Diagnosis Kerja 1. Nyeri daerah leher bahu, dada, pundak, scapula dan
lengan.
2. Pemeriksaan x foto rontgen ( AP/Lateral/Oblique
kanan / kiri
10
8. Terapi 1. NSAID ( Meloxicam, Na.Diclofenac, Asam mefenamat
2. Relaksasi otot ( Eperisone , tizanidine )
3. ANTI ANXIETAS ( Clobazam, Alprozolam )
3. Fisioterapi ( SWD,MWD,US,TENS, Traksi Servikal)
4. Latihan ( Exercise ) otot leher
5. Servikal Collar
9. Edukasi 1. Istirahat
(Hospital Health Promotion) 2. Sikap tubuh ergonomi
3. Hindari posisi leher yang monoton
11
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 – 2015
SEQULE STROKE ( ICD 10: G46 )
Vascular syndrome 0f brain in cerebrocascular disease )
12
8. Terapi 1. Fase awal :
a. Alih baring,
b. pasif ROM,
c. Perawatan saluran nafas dan kontrol BAB/BAK
2. Fase lanjutan ( SNH mulai hari ke 3 dan SH
setelah minggu ke 2 )
a. Sinar infra merah
b. Latihan Neuro development ( Bobath )
c. Latihan mobilisasi
d. Latihan ADL
e. Latihan komunikasi
9 . Edukasi 1. Latihan di rumah
(Hospital Health 2. Modifikasi lingkungan dalam rumah
Promotion)
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis Dr.jalalin,SpKFR
14. Indikator Medis Perbaikan Kemampuan fungsional ( perbaikan nilai
Barthel Index , Modifikasi Barthel Index, FIM )
15. Kepustakaan Panduan Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi
13
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 – 2015
CEDERA MEDULA SPINALIS ( ICD 10 : G82)
14
sensorik normal
15
11. Pre vokasional
12. Splint khusus untuk meningkatkan fungsi
tangan
13. Bowel Retraining
Diet : banyak serat dan cairan
Pemberian obat pelembek faeces
Waktu tertentu dilatih untuk defekasi, biasanya ½
jam setelah makan, karena saat ini terdapat refleks
gastrocolonic, dan waktu disesuaikan pula dengan
kebiasaan pasien
Pemberian laksantif dan manual ekstraksi dapat
dilakukan bila perlu.
14. Bladder Retraining
Pada 24 jam pertama setelah Cidera Medula Spinalis
di pasang dauer catheter untuk mencegah distensi
distensi yang berlebihan pada kandung kencing.
Selanjutnya di tentukan diagnosis / jenis kelainan
kandung kencingnya
1. Jenis “Uper Motor Neuron”
Pada jenis ini Refleks sacralis masih utuh, bahkan
meningkat
Untuk menimbulkan refleks berkemih, dapat
dilakukan dengan cara menepuk paha bagian dalam,
menarik – narik bulu pubis, meregangkan spincter
ani eksternus.
2. Jenis “Lower Motor Neuron”
Pada jenis ini refleks sacralis menurun bahkan
tidak ada
pasang dauer catheter Untuk menimbulkan
pongosongan kandung kemih dapat dilakukan
dengan cara menekan daerah
suprapubis( manuever Crede )
Program kateterisasi
Program kateterisasi diperlukan bila stelah dilakukan
miksi spontan / dengan rangsangan atau dengan
manuever Crede residu urine kurang dari 100 cc
Pada pasien yang menjalani kateterisasi secara
intermiten dalam waktu yang lama dapat dianjurkan
untuk melakukan sendiri dengan menggunakan kateter
yang bersih ( Clean Intermiten Catheter / CIC )
melalui edukasi kepada pasien / keluarga tentang tata
cara melakukannya.
9. Edukasi 1. Program latihan untuk meningkatkan / mempertahan
(Hospital Health Promotion)
16
keberhasilan fungsional yang sudah didapatkan
2. Edukasi bagi penderita, keluarga atau caregiver
17
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 – 2015
PPOK ( Penyakit Paru Obstruktif Khronis ) ( ICD 10 : J144.9 )
Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh
pelebaran rongga udara
distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding
alveoli
18
4. Perubahan postur: kiposis, kiposkoliosis, barrel chest
5. Pemeriksaan ekspansi thoraks
6. Pergerakan napas (simetris / asimetris), ekspansi toraks
(atas, tengah dan bawah), pernapasan paradoksal.
7. Wheezing inspirasi/ekspirasi, ronki, dahak, gallop
8. Atrofi otot-otot ekstremitas, edema tungkai
Aktivitas
1. Sesak napas atau napas pendek
2. Penurunan kapasitas fisik yang berakibat penurunan
kemampuan berjalan, naiktangga, penurunan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
3. Rasa cemas sampai depresi
Partisipasi
Gangguan pola tidur dan insomnia, penurunan rasa
percaya diri, terganggunya aktivitas sosial,
meningkatnya hari mangkir kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang 1. pemeriksaan rutin:
1. faal paru (spirometri dan uji bronkodilator)
2. darah rutin : Hb, Ht, leukosit
3. Foto toraks PA dan lateral
2. pemeriksaan khusus :
1. pemeriksaan bakteriologi sputum
8. Terapi Tujuan:
1. mengatasi sesak nafas
2. membantu ekspektorasi dahak bila perlu
3. mencegah sindroma dekondisi
19
parenteral atau inhalasi.
2. edukasi untuk posisi mengurangi sesak (waktu
berbaring, duduk, berdiri)
3. Relaksasi dengan imagery dan pernapasan pursedlip
( dengan sugesti musik)
4. latihan ankle pumping aktif/pasif
5. latihan lingkup gerak sendi ke 4 ekstremitas
6. Postural drainage, vibrasi, assited coughing (bila
perlu)
7. mobilisasi dini bila sesak berkurang
Fase pemulihan :
Tujuan: mencegah dan mengurangi frekuensi
eksaserbasi, memperbaiki
pola napas, meningkatkan toleransi latihan,
meningkatkan kemampuan
AKS/ aktivitas kerja.
Penatalaksanaan (di rumah sakit, rawat jalan, home
program):
Edukasi:
1. program berhenti merokok
2. Penggunaan obat dan tujuan/ manfaat latihan
3. Strategi pernapasan optimal.
4. Tehnik konservasi energi dan penyederhanaan kerja
5. posisi tubuh yang bena
6. penyesuaian aktivitas dengan pola napas
7. perencanaan dan prioritas aktivitas /kerja
8. pemakaian alat Bantu untuk meningkatkan kwalitas
hidup
Program latihan:
1. Latihan relaksasi pernapasan (PLB dan inspirasi
dalam sesuai toleransi) dan relaksasi Jacobson
2. Terapi fisik dada:
3. Kelenturan otot leher, bahu dan mobilitas dinding
dada serta koreksi postur (bila perlu).
4. Latihan pernapasan dalam dan torakal/ diafragma,
latihan pernapasan segmental
5. Postural drainage, vibrasi, huffing /coughing efektif
(bila perlu)
6. Latihan kombinasi: active cycle breathing technique
7. Latihan rekondisi:
8. Rekondisi kardiorespirasi: jalan, sepeda static,
treadmill
9. Rekondisi grup otot ekstremitas atas dan bawa
20
10. Unsupported arm exercise training dengan atau
tanpa beban
11. Latihan penguatan otot Quadriceps
12. Latihan penguatan abdominal dengan half sit up
13. Rekondisi otot pernapasan dengan perasat Muller
atau incentive spirometri
14. Pertimbangkan pemakaian oksigen selama latihan
(bila perlu)
21
3. treadmill (incremental atau steady state)
Dan uji latih ditentukan kemampuan fungsional:
meter/ watt/ VO2max
22
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 – 2015
CARPAL TUNEL SYNDROME ( ICD 10 : G56.0 )
2. Anamnesis Keluhan rasa kesemutan dan nyeri di jari – jari yang dirasakan
pada malam hari dan saat bangun dari tidur . Gejala pada siang hari
biasanya akibat melakukan pekerjaan dengan tangan fleksi atau
ekstensi . Nyeri berkurang bila mengibas-ngibaskan tangan ( flick
sign ) . Gangguan otonom berupa edema dan rasa dingin di tangan .
Gangguan motoris berupa kelumpuhan otot , benda terjatuh saat
digenggam
3. Pemeriksaan Fisik Bandingkan tangaan yang sakit dan sehat, apakah ada
tanda asimetris eminentia thenar.
Tes Phalen, test tunel dan test prayer
4. Kriteria Diagnosis Parestesi pada jari-jari tangan yang dipersyarafi oleh
N.Medianus
Hasil Tes Phalen, test tunel dan test prayer positif
Pemeriksaan EMG
23
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat Rekomendasi A/B/C
13. Penelaah Kritis Dr.jalalin,SpKFR
14. Indikator Medis Pemeriksaan kemampuan fungsional (functional status
scale)
15. Kepustakaan Panduan Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi
24
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 – 2015
BELLS PALSY ( ICD 10 : G51.0 )
8. Terapi 1. Kortikosteroid
2. NSAID(Meloxicam, Na.Diclofenac, Asam mefenamat )
3. Vitamin Neurotropik
4. Fisioterapi ( MWD foramen stylomastoidea )
5. IRR dan Electro Stimulasi
6. Latihan ( Exercise ) reedukasi otot wajah)
9. Edukasi 1. Proteksi mata ( air mata buatan, kaca mata gelap)
(Hospital Health Promotion) 2. Masase otot wajah secara mandiri
3. Latihan meniup lilin, berkumur, mengunyah permen
25
karet
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat Rekomendasi A/B/C
13. Penelaah Kritis 1. Dr.jalalin,SpKFR
14. Indikator Medis Skor UGOFISH
15. Kepustakaan Panduan Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi
26