Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Secara umum iklim merupakan hasil interaksi proses-proses fisika dan kimia yang
melibatkan parameter seperti suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan yang terjadi
pada suatu tempat di muka bumi. Iklim merupakan suatu kondisi rata-rata dari cuaca, dan
untuk mengetahui kondisi iklim suatu tempat, diperlukan nilai rata-rata dari parameter-
parameternya selama kurang lebih 10 sampai 30 tahun. Iklim muncul setelah berlangsung
suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas
proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari perputaran planet bumi
mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini
menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh bumi tidak merata, sehingga
secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem peredaran udara,
selain itu matahari dalam memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke
waktu.
Secara alamiah, sinar matahari yang masuk ke bumi sebagian akan dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan
tersebut akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi, yang disebut gas
rumah kaca (GRK), sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal
dengan efek rumah kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas
yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga
dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.

1
Gambar 1. Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca ini sebenarnya sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang
ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-
rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari
temperaturnya semula jika tidak ada efek rumah kaca, sehingga suhu bumi dapat menjadi
hanya -18 °C dan es akan menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, sebaliknya bila gas-
gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan berubahnya komposisi GRK
di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia. Hal
ini menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa,
sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya
jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata
permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan pemanasan global. Karena suhu adalah
salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, sehingga
terjadilah perubahan iklim secara global.
Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan suhu,
mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya garis pantai, musim
kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat, namun semakin
tinggi intensitasnya, dan anomaly-anomali iklim seperti El Nino – La Nina dan Indian Ocean
Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya beberapa pulau dan

2
berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen, krisis pangan, banjir,
wabah penyakit, dan lain-lainnya.
Ketika para pemimpin dunia berusaha mengimplementasikan solusi dalam
memerangi perubahan iklim, efeknya terus meningkat dan lebih intensif dengan sering
terjadinya badai, banjir, kekeringan, hawa panas, angin ribut, dan yang lainnya.
Akhir-akhir ini, pemerintah di seluruh dunia lebih fokus dalam kebijakan untuk
mengurangi emisi CO2; akan tetapi, informasi terakhir mengenai metana harus membuat
pemerintah lebih fokus terhadap kebijakan untuk mengurangi metana. Walaupun metana
merupakan gas kedua dalam efek rumah kaca, akan tetapi gas ini menjadi ancaman yang
paling berbahaya, yang bukan hanya menambah efek rumah kaca tetapi juga membuat
rusaknya ozon yang dapat merusak kesehatan manusia.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika
terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang
berguna. Apabila gas metana tingkat tinggi mengurangi kadar oksigen di dalam atmosfer
hingga dibawah 19,5%, maka akan menyebabkan sesak nafas. Kadar yang bertambah juga
dapat menyebabkan kebakaran tingkat tinggi dan ledakan apabila bercampur dengan udara.
Untuk memulai berbagai upaya dalam mengurangi ataupun mencegah terjadinya
pemanasan global dan perubahan iklim melalui pengurangan emisi gas metana di udara,
maka terlebih dahulu diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai gas metana itu sendiri,
sifat-sifatnya, maupun bagaimana dinamika gas metana tersebut mulai dari sumber penghasil
gas metana sampai pada akhirnya gas tersebut menimbulkan dampak negatif terhadap
makhluk hidup maupun lingkungan. Dengan demikian, barulah dapat diperkirakan berbagai
cara untuk mengurangi emisi metana secara drastis demi kepentingan bumi dan seluruh
penghuninya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana sifat-sifat dari metana?
2. Apa contoh aplikasi gas metana dalam kehidupan sehari-hari?
3. Apa saja sumber-sumber emisi gas metana?
4. Bagaimana proses pembentukan emisi gas metana?
5. Apa saja dampak pencemaran oleh gas metana?

3
6. Bagaimana cara pencegahan pencemaran oleh gas metana?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui sifat-sifat metana beserta aplikasinya dalam kehidupan.
2. Mengetahui sumber-sumber emisi gas metana.
3. Mengetahui proses pembentukan emisi gas metana.
4. Mengetahui dampak-dampak dan cara pencegahan pencemaran oleh gas metana.

1.4 MANFAAT PENULISAN

Paper ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap kepada
pembaca mengenai emisi gas metana, baik dari mulai sifat-sifat metana itu sendiri,
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, sumber-sumber emisi dan proses pembentukan
emisinya, hingga mengenai dampak negative yang tibul dari pencemaran oleh gas metana
beserta cara pencegahannya.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. METANA DAN SIFAT-SIFATNYA


Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan rumus kimia
CH4. Metana murni tidak berbau, tapi jika digunakan untuk keperluan komersial, biasanya
ditambahkan sedikit bau belerang untuk mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi.
Metana memiliki titik didih -161 ° C pada tekanan satu atmosfer . Sebagai gas, zat ini mudah
terbakar hanya selama rentang konsentrasi 5-15% di udara. Metana cair tidak terbakar
kecuali dikenakan tekanan tinggi (biasanya 4-5 atm).
Metana ditemukan dan diisolasi oleh Alessandro Volta antara 1776 dan 1778 ketika
mempelajari gas rawa dari Lake Maggiore. Kelimpahan metana di alam dan proses
pembakarannya yang sempurna, membuat CH4 menjadi bahan bakar yang sangat baik dan
harganya mahal. Akan tetapi, karena wujudnya yang berupa gas pada temperatur dan tekanan
normal, CH4 sangat sulit untuk dipindahkan dari tempat asalnya. Dalam bentuk gas alam,
CH4 biasanya dialirkan dengan menggunakan pipa atau kendaraan pembawa LNG.
Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu molekul CO2
(karbondioksida) dan dua molekul H2O (air):

CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O

Gambar 2. Struktur Metana

5
CH4 merupakan gas rumah kaca dengan konsentrasi terbesar kedua setelah
karbondioksida. Diperkirakan tiap molekul CH4 memiliki radiative forcing 21 kali lebih
besar daripada CO2 per molekul. CH4 menyumbangkan 20% radiative forcing sehingga
pengaruhnya terhadap pemanasan global cukup signifikan. Radiative forcing merupakan
perubahan pada selisih antara energi radiasi yang masuk dan yang keluar di tropopause.
Radiative forcing yang semakin besar akan menyebabkan suhu bumi semakin panas.
Laju emisi CH4 ke atmosfer merupakan yang paling cepat diantara keenam gas rumah
kaca. Konsentrasi CH4 meningkat 150% dari konsentrasinya sebelum jaman revolusi industri
tahun 1750. Proyeksi emisi CH4 oleh Nakicenovic et al. pada tahun 2000 memperlihatkan
bahwa konsentrasi CH4 akan terus meningkat hingga tahun 2050. Akan tetapi, sejak awal
1990, laju peningkatan konsentrasinya menurun secara drastis dan bahkan pada periode
1998-2002, konsentrasi CH4 di atmosfer cenderung stabil dan mengarah ke tren negatif.
Fenomena ini menyebabkan timbulnya wacana untuk meninjau ulang status CH4 sebagai
salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global karena pengaruhnya yang
semakin kecil.
Sebagian besar gas metana di atmosfer hilang bersama proses oksidasi oleh hidroksil
radikal (OH) di troposfer dan sekitar 7-11% hilang di stratosfer, selain itu CH4 yang
dikonsumsi oleh bakteri ditanah menyumbang menghilangkan CH4 atmosfer sekitar 1-10%.
Secara kimia, konsentrasi CH4 berkurang di atmosfer karena adanya reaksi fotokimia
yang terjadi antara CH4 dengan radikal hidroksil (OH). Radikal OH merupakan senyawa
pengoksidasi terbesar di troposfer. Meskipun senyawa ini tidak bereaksi dengan sebagian
besar senyawa utama yang ada di atmosfer, tapi radikal OH bereaksi dengan senyawa-
senyawa dengan konsentrasi kecil di troposfer seperti CH4. Radikal OH sendiri berasal dari
rangkaian reaksi yang melibatkan fotolisis ozon (O3).
O3 + hν → O• + O2
O• merupakan atom oksigen yang tereksitasi karena adanya energi yang dibawa,
dimana sebagian besar atom ini akan kembali ke keadaan dasarnya sebagai atom O yang
tidak tereksitasi (kehilangan energinya), dan sebagian kecil tetap berada pada bentuk ini.
Atom O yang tetap dalam keadaan tereksitasi ini kemudian akan bereaksi dengan uap air
(H2O) yang berada di troposfer sehingga membentuk 2 radikal OH.
O• + H2O → 2OH•

6
Radikal OH yang terbentuk inilah yang kemudian bereaksi dengan CH4 di troposfer.
CH4 + OH• → CH3O2• + H2O
Reaksi yang terjadi di troposfer ini akan mengurangi jumlah CH4 yang ada di troposfer. Jadi,
konsentrasi CH4 di troposfer dipengaruhi oleh jumlah radikal OH yang nantinya akan
bereaksi dengan CH4. Jumlah radikal OH sendiri dipengaruhi oleh radiasi ultraviolet (hv),
jumlah uap (H2O), dan konsentrasi ozon (O3) troposferik. Peningkatan intensitas radiasi
ultraviolet di troposfer, tingginya kandungan uap air karena jumlah penguapan yang tinggi,
serta meningkatnya konsentrasi ozon atmosferik berdampak pada meningkatnya jumlah
radikal OH yang dihasilkan yang nantinya akan bereaksi dengan CH4 sehingga
konsentrasinya di atmosfer akan menurun.
Wilayah Indonesia yang sebagian besar merupakan peraiaran berpotensi untuk
menyumbangkan uap air yang berasal dari penguapan air laut dan sungai, yang mengarah
pada pembentukan radikal OH. Stabilitas konsentrasi CH4 atmosferik tidak hanya
dipengaruhi oleh luasnya wilayah perairan. Waktu tinggal CH4 di troposfer yang mencapai
hingga 11 tahun menyebabkan konsentrasi CH4 di troposfer bersifat akumulatif sehingga
konsentrasi CH4 tidak akan jauh berbeda di berbagai tempat di dunia.
Jumlah gas metana (CH4) di atmosfer adalah sekitar 4850 Tg CH4 (1 Tg = 10E12 g =
1 juta ton) dan rata-rata emisi gas metana secara global adalah sekitar 500-600 Tg per tahun.
Dari 600 Tg CH4 yang diemisikan tersebut 24,17 % (145 Tg) berasal dari lahan gambut,
penggunaan energi sekitar 18,33 % (110 Tg), emisi dari padi sawah sekitar 13,33 % (80 Tg)
dan peternakan sekitar 13,33 % (80 Tg) .

2.2. APLIKASI GAS METANA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

a) Sebagai Bahan Bakar

Metana adalah penting sebagai pembangkit listrik, yaitu dengan cara membakar gas
metana sebagai bahan bakar dalam turbin gas atau uap boiler. Dibandingkan dengan bahan
bakar hidrokarbon, pembakaran metana menghasilkan lebih sedikit karbondioksida.

Sekitar 891 kJ/mol, panas pembakaran gas metana lebih rendah daripada hidrokarbon
lain tetapi rasio panas pembakaran (891 kJ / mol) dengan massa molekul (16,0 g / mol)
menunjukkan bahwa gas metana, sebagai hidrokarbon yang paling sederhana, menghasilkan

7
panas lebih banyak per satuan massa (55,7 kJ/g) dari hidrokarbon kompleks lainnya. Di
banyak kota, gas metana disalurkan ke rumah-rumah untuk pemanasan domestik dan
keperluan memasak. Dalam konteks ini biasanya gas metana dikenal sebagai gas alam, dan
dianggap memiliki kandungan energi sebesar 39 megajoule per meter kubik, atau 1.000 BTU
per kaki kubik.

Metana dalam bentuk gas alam terkompresi yang digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan, dan diklaim lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil lain seperti
bensin / bensin dan solar.

Penelitian sedang dilakukan oleh NASA mengenai potensi gas metana sebagai bahan
bakar roket . Salah satu keuntungan dari gas metana adalah bahwa gas ini melimpah di banyak
bagian tata surya dan berpotensi dapat dipanen di situ (yaitu di permukaan sistem tubuh-
solar yang lain ), untuk menyediakan bahan bakar untuk perjalanan pulang.

Baru-baru ini gas metana yang dipancarkan dari tambang batubara telah berhasil
dikonversi ke energi listrik.

b) Penggunaan dalam Industri

Gas metana digunakan dalam proses kimia industri dan dapat diangkut sebagai cairan
pendingin (gas alam cair, atau LNG ). Sementara kebocoran dari wadah cair didinginkan
pada awalnya lebih berat dari udara karena peningkatan kepadatan gas dingin, gas pada suhu
lingkungan lebih ringan dari udara. Pipa gas mendistribusikan sejumlah besar gas alam,
dimana metana merupakan komponen utamanya.Dalam industri kimia, metana adalah
feedstock pilihan untuk produksi hidrogen, metanol, asam asetat, dan anhidrida asetat. Ketika
digunakan untuk memproduksi salah satu bahan kimia, pertama metana dikonversi menjadi
gas sintetis, berupa campuran karbon monoksida dan hidrogen, dengan reformasi uap. Dalam
proses ini, gas metana dan uap bereaksi dengan katalis nikel pada suhu tinggi (700-1100 °C).

8
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 SUMBER-SUMBER EMISI GAS METANA

3.1.1 SUMBER ALAMI

Gas metana sebenarnya ada yang bersumber dari alam, baik ada di permukaan bumi,
perut bumi, maupun di dasar laut. Volume metana yang melingkupi permukaan bumi
mungkin belum seberapa. Di perut bumi dan dasar laut kutub utara terkubur 400 miliar ton
gas ini, atau 3.000 kali volume yang ada di atmosfer.

Pada tahun-tahun sebelumnya sumber gas metan dari geologi biasanya tidak
dipertimbangkan, akan tetapi akhir-akhir ini sumber gas tersebut dipertimbangkan khususnya
dari kegiatan geothermal dan letusan gunung api. Dari hasil letusan gunung api diperkirakan
sekitar 5–13 Tg per tahun gas metana dilepaskan ke atmosfer, sedangkan dari proses
geothermal emisi gas metana per tahunnya diperkirakan sekitar 2,5-6,3 Tg. Di Eropa,
diperkiran gas metana yang dilepaskan dari proses letusan gunung api dan geothermal adalah
sekitar 4000-16000 ton per tahun dimana hanya sekitar 720 ton yang berasal dari letusan
gunung api. Dan dari seluruh kegitan geologi secara global, gas metana yang diemisikan di
udara adalah sekitar 40-60 Tg per tahun.

Terdapat sejumlah besar metana (CH4) di Bumi yang membeku menjadi sejenis es
yang disebut hidrat metana. Hidrat dapat terbentuk dari gas apapun dan bentuknya berupa
sebuah 'kurungan' molekul air yang melingkupi gas tersebut. (Istilah 'klatrat' secara umum
adalah zat padat yang berisi gas yang terperangkap di dalam segala jenis ‘kurungan’,
sementara hidrat adalah istilah khusus untuk jenis ‘kurungan’ yang terbuat dari molekul air).
Terdapat hidrat CO2 di Mars, sementara di Bumi, sebagian besar hidrat berisi metana.
Sebagian besar hidrat ada dalam endapan di lautan, tapi sebagian lagi, terdapat di dalam
lapisan tanah es.

9
3.1.2 SUMBER ANTROPOLOGIK

Sumber-sumber pencemaran oleh gas metana secara antropologik misalnya saja pada
lahan persawahan konvensional yang tergenang air ditemukan mikroba metanogen yang
anaerob atau bekerja dalam kondisi tanpa udara. Bakteri ini menghasilkan gas metana. Selain
itu, emisi gas metana di sawah pada sistem SRI ternyata juga dihasilkan oleh bakteri
metanogenik yang ada dalam usus cacing tanah (Aporrectodea caliginosa, Lumbricus
rubellus, dan Octolasion lacteum), yaitu saat cacing tanah membuat lubang untuk
meningkatkan aerasi tanah sawah.

Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap,
ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton
per tahun secara berturut-turut).

Gas metana yang dihasilkan akibat aktivitas manusia merupakan salah satu
penyumbang gas metana yang terbesar yang khususnya berasal dari pembakaran tanaman
organik (pembakaran tumbuhan untuk membuka lahan dan pemanfaatan lahan) serta industri
peternakan. Metana dari sektor industri pertambangan batu bara, kilang minyak, dan
kebocoran saluran pipa gas dapat diminimalkan melalui perubahan dan kemajuan teknologi.
Akan tetapi metana dari industri peternakan merupakan penyumbang emisi terburuk dan
terbesar dari aktivitas manusia.

Gambar 3. Peternakan Sapi

10
Seperti dilaporkan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) tahun 2006, dari industri
peternakan tercatat emisi gas penyebab efek rumah kaca paling dominan adalah metana (37
%), sedangkan karbon dioksida (CO2) hanya 9 %. Masih menurut FAO, dalam lingkup global
pun industri peternakan penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) tertinggi, yaitu 18 %,
bahkan melebihi emisi gas yang berasal dari sektor transportasi, yang hanya 13%.

3.2. PROSES PEMBENTUKAN EMISI GAS METANA

Untuk proses mulai terbentuknya gas metana hingga pada akhirnya menjadi gas
polutan, akan ditekankan pada pembentukan hidrat metana dan juga pembentukan gas
metana di TPA atau Tempat Pembuangan Akhir sampah.

Sebagian besar dari hidrat metana berupa endapan di lautan. Sebagian besar dari itu
dapat disebut sebagai deposit yang berlapis-lapis. Karbon organik dari plankton terkubur
selama lebih dari jutaan tahun. Ratusan meter di bawah dasar laut, bakteri memproduksi
metana dari bangkai plankton. Jika metana diproduksi dengan cukup cepat, sebagian akan
membeku menjadi hidrat metana. Jenis deposit semacam ini terdiri dari ratusan gigaton
karbon dalam bentuk metana. Sebagai perbandingan, jenis bahan bakar fosil tradisional yang
terbanyak adalah batu bara, yang biasanya terbentuk dari 5.000 Giga ton karbon.

Sedangkan, dalam proses dekomposisi sampah di TPA, khususnya sampah zat


organik dalam kondisi anaerobik dapat mengakibatkan produksi gas bio. Secara garis besar
proses pembentukan gas bio dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu: hidrolisis, asidifikasi
(pengasaman) dan pembentukan gas metana.

Pada tahap hidrolisis, bahan organik dienzimatik secara eksternal oleh enzim
ekstraselular (selulose, amilase, protease dan lipase) mikroorganisme. Bakteri memutuskan
rantai panjang karbohidrat komplek, protein dan lipida menjadi senyawa rantai pendek.
Sebagai contoh polisakarida diubah menjadi monosakarida sedangkan protein diubah
menjadi peptida dan asam amino.

Pada tahap ini bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa rantai pendek hasil
proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen dan karbondioksida. Bakteri

11
tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat tumbuh dan berkembang pada keadaan
asam. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon
yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Pembentukan asam pada kondisi
anaerobik tersebut penting untuk pembentuk gas metana oleh mikroorganisme pada proses
selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah
menjadi alkohol, asam organik, asam amino, karbondioksida, H2S, dan sedikit gas metana.

Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa dengan berat


molekul rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi. Sebagai contoh bakteri ini
menggunakan hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk membentuk metana dan CO2. Bakteri
penghasil asam dan gas metana bekerjasama secara simbiosis. Bakteri penghasil asam
membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk bakteri penghasil metana. Sedangkan bakteri
pembentuk gas metana menggunakan asam yang dihasilkan bakteri penghasil asam. Tanpa
adanya proses simbiotik tersebut, akan menciptakan kondisi toksik bagi mikroorganisme
penghasil asam.

Komposisi gas bio berkisar antara 60 – 70% metana dan 30 – 40% karbon dioksida.
Gas bio mengandung gas lain seperti karbon monoksida, hidrogen, nitrogen, oksigen
hidrogen sulfida, kandungan gas tergantung dari bahan yang masuk ke dalam biodigester.
Nitrogen dan oksigen bukan merupakan hasil dari proses. Hidrogen merupakan hasil dari
tahap pembentukan asam, pembentukan hidrogen sulfida oleh bakteri sulfat disebabkan oleh
konsentrasi ikatan sulfur. Walaupun hanya sedikit tetapi dapat mencapai 5 % untuk beberapa
kotoran (Meynell, 1976).

3.3 DAMPAK PENCEMARAN OLEH GAS METANA

3.3.1. DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN

Penumpukan metana di atmosfer menyebabkan terhalangnya panas matahari yang


harus dipantulkan kembali untuk menjaga suhu bumi tetap stabil. Akibatnya, panas pun
terperangkap dan suhu rata-rata bumi meningkat. Hal itu menyebabkan perubahan-
perubahan, seperti menaiknya permukaan air laut akibat es yang mencair di daerah kutub

12
sehingga terjadi penyempitan luas daratan. Daerah hangat yang menjadi lebih lembab
karena lebih banyak air yang menguap dari lautan sehingga curah hujan pun meningkat dan
lebih sering mengakibatkan banjir. Pada beberapa daerah, air tanah lebih cepat menguap
dan terjadilah kekeringan.

Informasi terakhir yang paling hangat membuktikan bahwa gas metana mempunyai
efek pemanasan 25 kali lebih kuat dalam menyebabkan pemanasan global dibandingkan
CO2. Perhitungan ini berdasarkan rata-rata dari efek pemanasan metana selama 100 tahun.
Akan tetapi, setelah 1 dekade, gas metana sulit dilacak dan hampir menghilang setelah 20
tahun, dengan demikian secara dramatis akan menghabiskan rata-rata 1 abad untuk
mengurangi dampaknya. Dan karena kita tidak mempunyai waktu 100 tahun untuk
mengurangi efek gas rumah kaca kita maka perhitungan terbaru menunjukkan bahwa
selama periode 20 tahun efek pemanasan metana menjadi 72 kali lebih kuat.

3.3.2 DAMPAK TERHADAP MAKHLUK HIDUP

Kandungan metana yang tinggi akan mengurangi konsentrasi oksigen di atmosfer.


Jika kandungan oksigen di udara hingga di bawah 19,5 persen, akan mengakibatkan aspiksi
atau hilangnya kesadaran makhluk hidup karena kekurangan asupan oksigen dalam tubuh.
Gejala ringan dari keracunan gas metana adalah pusing, sakit kepala, mual, mengantuk dan
pingsan.

Dengan tingginya konsentrasi gas metana beserta gas-gas rumah kaca lainnya di
udara, dapat meningkatkan suhu di bumi dan menyebabkan terjadinya pemanasan
global.Jika ini terjadi, maka hewan -hewan pun akan mencari daerah yang lebih sejuk,
karena habitat lamanya telah menjadi semakin panas. Akan tetapi, pembangunan manusia
akan menghalangi migrasi ini. Beberapa spesies yang tidak mampu bermigrasi pun
kemungkinan akan punah. Suhu yang tinggi pun dapat menyebabkan gagal panen sehingga
akan muncul kelaparan, malnutrisi, dan penyakit-penyakit, seperti diare, busung lapar,
penyakit kulit, dan lain-lain. Ditambah dengan polusi udara hasil emisi gas-gas yang dapat
menimbulkan penyakit saluran pernafasan, seperti asma, alergi, coccidiodomycosis,
penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

13
Lebih buruknya lagi, jika penghitungan jumlah rata-rata metana dalam 20 tahun
terakhir meningkat 72 kali lebih besar dibandingkan dengan CO. Bila itu terjadi, ancaman
kepunahan spesies di muka bumi akan membayang, seperti yang pernah terjadi pada masa
Paleocene-Eocene Thermal Maximum (PETM) 55 juta tahun lalu dan pada akhir periode
Permian sekitar 251 juta tahun lalu. Dimana lepasnya gas metana dalam jumlah besar
mengakibatkan turunnya kandungan oksigen di muka bumi ini hingga mengakibatkan
punahnya lebih dari 94 persen spesies di muka bumi.

3.4 PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH GAS METANA

Setelah mengetahui sifat-sifat dari gas metana, serta dinamika gas tersebut mulai dari
sumber hingga timbul dampak negatifnya terhadap makhluk hidup dan lingkungan, dapat
diperkirakan berbagai macam upaya pencegahan meningkatnya emisi gas metana di udara,
terutama perlunya penekanan dalam meningkatkan penggunaan emisi-emisi gas metana
menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan kembali.

Metana mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, gas metana yang dimampatkan dapat
digunakan sebagai bahan bakar mesin, gas metana diklaim lebih ramah lingkungan jika
dibandingkan dengan bahan bakar fosil yang lain. Di dalam industri kimia, metana adalah
bahan baku untuk produksi hidrogen, metanol, asam cuka, dan anhidrida asetat. Di beberapa
negara maju, metana telah didistribusikan ke rumah-rumah penduduk untuk kebutuhan
domestik, bahkan NASA juga sedang melakukan penelitian tentang kemungkinan gas metana
digunakan sebagai bahan bakar roket.

Setiap usaha pengurangan emisi harus memperhitungkan nilai ekonomis dari sector
penghasil emisi. Berbagai alternatif pengurangan emisi gas metana pada sektor pertanian
meliputi:

a) Penanaman Padi
Untuk mengurangi emisi dan meningkatkan mutu padi, beberapa alternatif
yang perlu dikakukan adalah manajemen air, pengolahan kondisi tanah dan
manajemen jenis panen. Dengan irigasi terkendali (pengairan yang dibiarkan

14
menggenang pada waktu tertentu dan dibasahi pada saat yang lain) dapat
mengurangi emisi gas metan. Pemakaian pupuk urea tablet sebagai pengganti urea
dapat mengurangi emisi metan dalam jangka pendek. Dan dalam jangka panjang
penggunaan pupuk sulfit ammonium ([NH4]2SO4) akan mengurangi emisi metan
yang lebih banyak. Emisi metan juga dapat dikurangi dengan diversivikasi
pertanian menggunakan padi palawija. Cara lain yang mudah adalah pemakaian
padi varietas unggul misalnya IR-64.
Satu hal yang juga perlu dilakukan adalah diversifikasi konsumsi
karbohidrat, agar tidak hanya beras tetapi memanfaatkan sumber karbohidrat lain
seperti sagu, kentang dan lainnya. Upaya ini diharapkan dapat menurunkan
konsumsi beras sehingga mengurangi perluasan pertanian padi, yang juga secara
langsung akan mengurangi emisi gas metana oleh lahan padi.

Gambar 4. Persawahan dapat menimbulkan emisi gas metana

b) Peternakan
Salah satu sektor yang menghasilkan emisi gas metana terbesar adalah
peternakan. Dalam sektor ini, yang dapat kita lakukan untuk mengurangi tingkat
gas metana salah satunya dengan cara mengurangi konsumsi daging dan produk-
produk yang terbuat dari susu.
Teknik lain yang dilakukan untuk mengurangi emisi gas metana adalah
modifikasi diet ternak sehingga bisa lebih efisien mencerna makanan. Dengan
demikian, makanan tersebut bias dipakai secara lebih baik oleh ternak dan tidak

15
terbuang sia-sia dalam bentuk gas metan. Makanan yang bergizi tinggi akan
menghasilkan emisi yang lebih sedikit daripada makanan berkualitas rendah.
Cara lain yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan rekayasa
genetika, sehingga dapat menghasilkan ternak-ternak dengan kualitas yang lebih
baik daripada sebelumnya, yaitu yang lebih tahan terhadap penyakit, mempunyai
kemampuan reproduksi yang lebih baik dan mempunyai metabolisme yang lebih
sempurna.
c) TPA Sampah
Untuk mengurangi emisigas metana dari sampah dapat dilakukan hal-hal
berikut:
Pembakaran sampah di kotak sampah, pembakaran di incinerator, dan
daur ulang. Membakar sampah adalah teknik yang paling sederhana dan paling
umum dilakukan di Indonesia. Pembakaran sampah akan mengurangi tgumpukan
sampah dan mengurangi emisi gas metan. Pembakaran sampah akan
menghasilkan emisi CO2 tetapi CO2 memiliki Indeks potensi pemanasan global
(IWP) yang lebih kecil dibanding gas metana. Namun dalam jangka panjang tidak
dianjurkan menggunakan teknik pembakaran sampah karena akan menimbulkan
polusi. Pembakaran menggunakan incinerator adalah alternatif untuk mengatasi
polusi, tetapi teknologi nya masih cukup mahal sehingga jumlah incinerator
sangat terbatas.

16
BAB 4

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 SIMPULAN
Emisi-emisi gas rumah kaca salah satunya yang paling besar pengaruhnya terhadap
lingkungan adalah gas metana (CH4). Sumber-sumber emisi gas metana dapat berasal dari
sumber alami seperti hidrat metana, serta ada pula yang berasal dari aktivitas manusia,
seperti dari peternakan, pertanian, pertambangan, pembuangan sampah, dan lain sebagainya,
dengan proses pembentukan emisi gas yang berbeda-beda .
Dampak negative yang dapat timbul dari pencemaaran oleh emisi gas metana adalah
keracunan gas metana pada makhluk hidup hingga dapat berujung pada kematian, pemanasan
global dan perubahan iklim, ataupun hingga menimbulkan kepunahan dari beberapa spesies
makhluk hidup di bumi seperti berjuta-juta tahun yang lalu
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau mencegah timbulnya efek
atau dampak dari pencemaran oleh gas metana, salah satunya yang dapat dengan mudah kita
lakukan adalah dengan mengurangi konsumsi daging-dagingan, ataupun makanan lain yang
berasal dari hewan ternak, sehingga dapat mengurangi polusi yang berasal dari peternakan.

4.2. SARAN

Diperlukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai pemanfaatan emisi gas metana dan
gas-gas rumah kaca lainnya yang dihasilkan dari aktivitas manusia, untuk mencegah
terjadinya pemanasan global maupun perubahan iklim di bumi yang dapat membahayakan
makhluk hidup dan lingkungan sekitar kita.

17

Anda mungkin juga menyukai