SENTRALISASI OBAT
MATA KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN
Dosen Pembimbing :
Duwi Basuki M.Kep
Kelas D Semester 6
Nama Kelompok 4 :
1. Yudha Putra Kusuma (201601119)
2. Khoirunnisa’atur Rosydah (201601134)
3. Miftakhul Maghfiroh (201601146)
4. Noviani Iatian (201601154)
5. Fina Ika Febrianti (201601155)
6. Syahriar Rahman Palallo (201601156)
7. Moses Pardjer (201601157)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat. Respon
yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah konkrit
dalam pelaksanaanya (Nursalam, 2014). Salah satunya adalah dalam pengelolaan
obat pasien. Teknik pengelolaan secara sentralisasi merupakan pengelolaaan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya
kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat juga sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.
Pengawasan terhadap penggunaan obat oral maupun injeksi merupakan salah
satu tugas perawat. Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai
kerugian pada pasien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman
penyakit dapat terjadi jika konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan
baik. Kerugian lain yang bisa terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau
timbulnya efek samping obat yang tidak diharapkan. Selain itu penggunaan obat
yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian pasien secara ekonomi. Oleh karena
itu diperlukan suatu cara yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar
dapat dikontrol oleh perawat dan pasien/keluarga serta resiko kerugian baik secara
material maupun non material dapat dihindari, pada akhirnya kepercayaan pasien
terhadap perawat juga semakin meningkat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk menyusun
makalah tentang sentralisasi obat untuk mengetahui lebih terhadap penggunaan
obat. Sehingga perawat melakukan pengawasan saat penggunaan obat secara benar-
benar agar tidak menimbulkan suatu keriguan yang tidak diharapkan oleh
pasien.Serta adanya role play tentang sentralisasi obat ini sangat perlu dilakukan
agar mahasiswa paham mengenai sentralisasi obat dan dapat mengaplikasikannya
kelak saat bekerja.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa definisi dari sentralisasi obat ?
2. Apa tujuan dari sentralisasi obat ?
3. Apa manfaat dari sentralisasi obat ?
4. Bagaimana teknik pengelolaan sentralisasi obat ?
5. Bagaimana peran dari sentralisasi obat ?
6. Bagaimana pengelolaan obat kontrol tidak penuh (desentralisasi) ?
7. Bagaimana Petunjuk Teknik Pengisian Format Surat Persetujuan Sentralisasi
Obat?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diambil tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari sentralisasi obat.
2. Untuk mengetahui tujuan dari sentralisasi obat.
3. Untuk mengetahui manfaat dari sentralisasi obat.
4. Untuk mengetahui teknik pengelolahan sentralisasi obat.
5. Untuk mengetahui peran dari sentralisasi obat.
6. Untuk mengetahui pengelolaan obat kontrol tidak penuh (desentralisasi).
7. Untuk mengetahui petunjuk teknik pengisian format surat persetujuan setralisasi
obat.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
3
2.2 Tujuan Sentralisasi Obat
Menurut Nursalam (2002), tujuan dari sentraliasi obat yaitu :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian obat.
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun secara
moral.
3. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisiensi.
4. Menyeragamkan pengelolaan obat.
5. Mengamankan obat-obat yang dikelola.
6. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat, dosis, waktu, dan cara.
Tujuan sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi (Nursalam, 2011).
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat
perlu disentralisasikan:
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek.
3. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti, dibuathanya untuk mencoba.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan.
5. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa
sesudah batas kadaluarsa.
6. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
7. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Nursalam, 2011).
4
3. Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat
C. Bagi Institusi
1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat
2. Terciptanya model asuhan keperawatan professional
5
c. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap shift oleh perawat yang
bertugas berdasarkan format pemberian obat. Obat yang hampir habis akan
diinformasikan oleh perawat untuk diresepkan kembali oleh dokter
penanggung jawab dan diambil oleh keluarga di kamar obat atau apotek.
3. Penambahan Obat Baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal
pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format
pemberian obat oral/ injeksi.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi dilakukan pada format pemberian obat oral / injeksi.
4. Obat Khusus
a. Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang cukup mahal,
memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang
cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format pemberian obat
oral/ injeksi khusus untuk obat tersebut dan dilakukan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada klien/keluarga meliputi nama obat, kegunaan
obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan tempat
obat, sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian
obat. Usahakan terdapat saksi dari keluarga pada saat pemberian obat.
5. Pengembalian Obat
Bila klien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka obat
dikembalikan kepada klien/keluarga dengan ditanda tangani oleh klien/keluarga
serta tanggal dan waktu penyerahan.
2.5 Peran Perawat Sentalisasi Obat
A. Kepala Ruangan
1. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktek.
2. Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
3. Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
B. Perawat Primer
1. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
2. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
6
3. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
4. Melakukan pendelegasian tentang pemberian obat kepada PA.
C. Perawat Associate
1. Melakukan tindakan perawatan sesuai dengan rencana.
2. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan.
3. Melaksanakan program medis pemberian obat dengan penuh tanggung
jawab
4. Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama klien
dirawat.
D. Instrumen dalam pelaksanaan sentralisasi obat
1. Lemari atau kotak sentralisasi obat.
2. Surat persetujuan dilakukan sentralisasi obat
Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf
mengenai obat dengan cara-cara berikut :
1. Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan
penggunaan dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua
staf.
2. Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan
gantungkan di dinding.
3. Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab beborosan obat.
4. Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat.
5. Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis
obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf.
6. Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di
perpustakaan (Mc Mahon, 1999).
7
2.6 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat
Dokter
Pasien
‘
8
2.7 Pengelolahan Obat Kontrol Tidak Penuh (Desentralisasi)
Pengelolaan obat diserahkan kepada keluarga seeluarga telah keluarga /
pasien mendapatkan pengertian yang memadai seputar penggunaan obat dari
perawat .
A. Penerimaan dan Pencatatan Obat
1. Obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat.
2. Obat yang diserahkan dicatatan dalam buku masuk obat.
3. Perawat menyerahkan kartu pemberian obat kepada keluarga/pasien.
4. Keluarga/ pasien mendapatkan penyuluhan tentang: rute pemberian obat,
waktu pemberian obat, tujuan pemberian dan efek samping yang mungkin
timbul.
5. Perawat menyerahkan kembali obat pada keluarga/pasien; pasien/keluarga
mendatangi lembar penyuluhan.
B. Pemberian Obat
1. Obat yang telah diminum dicek adanya efek samping , juga dilakukan
pengecekan obat tiap hari (pagi) untuk menentukan apakah obat benar-benar
diminum tepat dosis.
2. Obat yang hilang/berkurang/jumlah klarifikasi tidak sesuai dengan
perhitungan; diklasifikasikan pada keluarga/pasien.
C. Penambahan Obat
1. Penambahan obat baru harus dilaporkan pada perawat untuk dicatat dalam
buku masuk obat.
2. Bila terdapat obat jenis baru, maka dilakukan penyuluhan khusus tentang
obat baru tersebut sebelum di serahkan pada pasien.
D. Obat Khusus
1. Penjelasan / penyuluhan tentang obat khusus akan diberikan oleh perawat
primer
2. Pemberian obat khusus sebaiknya dilakukan oleh perawat
9
Sifat pekerjaan kesehatan dan pengetahuan mengenai penyakit dan
pengobatannya harus berubah seiring dengan penemuan obat-obat baru. Sebagian
akibatnya, ‘daftar standar’ seringkali ‘ketinggalan jaman ‘ atau tidak adekuat lagi
daftar obat standar mungkin perlu diubah atas alasan-alasan berikut ini:
1. Terdapat penyakit baru yang belum pernah ditangani , atau pasien yang
sebelumnya merupakan pasien rawat di rumah sakit , sekarang berobat jalan
2. Terdapat obat-obat baru
3. Anggaran untuk membeli obat tidak cukup lagi untuk membeli semua obat yang
tertera dalam daftar sehingga diperlukan obat pengganti yang lebih murah.
Selang waktu pemberian adalah selang waktu antara dua kali kedatangan
obat berturut-turut , biasanya tiga atau enem bulan jumlah pasien yang diobati
dengan obat tertentu atau yang terjangkit yang akan diobati dengan obat tersebut
dpengobatan perhitungkan dari catatan atau pendaftaran klinik.
10
memerlukannya obat-obatan tersebut sudah siap .tindakan ini memiliki beberapa
keuntungan:
a. Pasien menerima pengobatan dosis penuh yang tepat.
b. Menghemat waktu , sehingga menunggu dan antri saat taplet dihitung dapat
dihindari.
c. Dapat memberi petunjuk tercetak dalam bungkus atau dituliskan di amplop
untuk memberitaukan kepada pasien bagai mana dan kapan obat di minum.
Harus di pikirkan tanda khusus untuk memberikan keterngan yang sama bagi
pasien buta hurup , misal gambar matahari terbit menandakan pagi hari .
d. Cara ini terutama barguna untuk klinik tertentu yang memberikan pengopbatan
standat kepada semua pasien, misal tablet besi dan asam folat untuk wamita
hamil .
e. Pengamatan dan pengawasan pengeluaran obat menjadi lebih mudah .
11
6. Masukkan jumlah obat yang tepat untuk pengobaatan dosis penuh ke dalam
masing-masing amplop .rekatkan petunjuknya pada amplop.
12
13
KEGIATAN SENTRALISASI OBAT
A. Pelaksanaan :
Topik : Sentralisasi Obat
Hari/Tanggal : Selasa/ 28 mei 2013
Waktu : 10.00- 11.00 WIB
Tempat : Ruang Helikonia RSUD Ibnu Sina Gresik.
B. Metode
1. Pengawasan nama obat, jumlah, rencana pemakaian, penerima dan pemberi
obat sesuai dengan identitas pasien dan dicatat dalam buku serah terima obat.
2. Pengawasan dan pencatatan nama obat, dosis, frekuensi, jadwal dan jam
pemberian obat, jenis pemberian obat oral atau injeksi, sesuai dengan
indentitas pasien pada format kontrol dan pemakaian obat.
C. Instrumen
1. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat
2. Lemari / kotak sentralisasi obat, tempat obat dan baki
3. Tanda bukti serah terima obat dari keluarga pasien
4. Format pemberian obat oral dan injeksi
D. Struktur Pengorganisasian :
Karu :
PP :
PA :
Pembimbing Akademik : 1.
2.
Pembimbng Klinik : 1.
Supervisor :
14
E. Mekanisme Sentralisasi Obat
15
5. PP meminta keluarga dan atau pasien
untuk mengisi persetujuan dilakukan
sentralisasi obat.
6. Keluarga menandatangani persetujuan
sentralisasi obat.
7. PP menginformasikan pada keluarga dan
pasien bersedia dilaksanakan sentralisasi
obat.
8. PP memeriksa obat dari keluarga atau
klien.
9. PP dan keluarga menghitung jumlah obat
dibantu oleh PA yang kemudian
didokumentasikan dalam lembar surat
terima obat.
1. PA melakukan pencatatan pada lembar Bed pasien
pemberian obat dan jumlah obat yang Nurse Station
diterima dari keluarga juga dicatat. Bed pasien
2. PP dan PA menyiapkan obat sesuai Bed pasien
program terapi baik oral maupun injeksi. Bed pasien
3. PP dan PA memberikan obat oral maupun Bed pasien
injeksi pada pasien sesuai dengan jadwal. Bed pasien
4. PP memberikan penjelasan pada pasien
dan keluarga mengenai nama obat yang
akan diberikan, manfaat, dosis, cara
pemberian, efek samping obat, dan kontra
indikasinya.
5. PA memberikan obat kepada pasien
dengan melibatkan keluarga.
6. PA menandatangani daftar pemberian
obat serta mengobservasi efek samping
dari obat yang telah diberikan.
16
7. Setelah obat diberikan, keluarga diminta
menandatangani daftar pemberian obat
tersebut.
1. Karu mengecek kembali kelengkapan 5 menit Nurse station
sentralisasi obat, antara lain dokumentasi
pada daftar pemberian obat, lembar surat
Post terima obat dan informed consent serta
pelaksanaan cara pendokumentasian pada daftar
pemberian obat.
2. Karu memberikan reward kepada PP dan
PA.
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan dilakukan 4 hari sebelum pelaksanaan sentralisasi obat
b. Penyusunan proposal sentralisasi obat
c. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
d. Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan sehari sebelum pelaksanaan
sentralisasi obat
e. Penentuan pasien yang akan dilakukan sentralisasi obat
2. Evaluasi Proses :
Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang telah
di tentukan dan pasien telah menyetujui inform consent untuk dilakukan
sentralisasi obat.
a. Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan rencana dan alur yang telah
ditentukan.
b. Perawat yang bertugas sesuai perannya
3. Evaluasi Hasil:
a. Pasien sudah menandatangani persetujuan sentralisasi obat
b. Klien percaya dengan pelaksanaan sentralisasi obat
c. Obat dapat diberikan secara tepat dan benar sesuai 6T dan 1W
d. Perawat mudah mengontrol pemberian obat.
17
e. Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar
Dapat dilakukan sentralisasi obat untuk mencapai kinerja yang optimal
serta dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang dikonsumsi klien
sehigga berdampak pada peningkatan kepercayaan klien/keluarga kepada
perawat.
18
BAB 3
TRIGER CASE
Pada hari Kamis 22 Oktober 2015. Sekitar pukul 09.00 WIB Pasien Bp. C dengan
diagnosis Typoid dari ruangan UGD di rujuk ke ruangan Dahlia Rumah Sakit Bina Sehat.
Pasien diantar oleh keluarga dan perawat UGD menuju ruang Dahlia dengan kursi roda.
Keadaan umum pasien lemah dan kesadaran compos mentis. Sesampai di ruang Dahlia,
perawat ruangan dan perawat UGD melaksanakan serah terima pasien baru. Setelah pasien
baru (OB) diterima di Ruang Dahlia kemudian perawat ruang akan melaksanakan kegiatan
desentralisasi/sentralisasi obat.
19
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat, pengeluaran dan
pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat
Sentralisasi obat bertujuan untuk Meningkatkan mutu pelayanan kepada
klien terutama dalam pemberian obat, mempermudah pengelolaan obat secara
efektif dan efisien, mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat klien,
dosis, waktu, cara dan pendokumentasian.
4.2 Saran
Untuk perawat primer sebagai pelaksana sentralisasi obat diharapkan selalu
melakukan dokumentasi baik pada lembar observasi maupun pada daftar pemberian
obat. Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat menjadikan makalah
sebagai referensi
20
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, V., Mardiono, & Faruk Ibrahim, D. A. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan
dengan sikap perawat dalam pelaksanaan ronde keperawatan di ruang Aster dan Iccu
Rsud Dr. Doris sylvanus. Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1, 236-240.
Chrismilasari, L. A., Afiyanti, Y., & Azidin, Y. (2015). Pengalaman Kepala Ruangan dalam
Menjalankan Fungsi Pengarahan Di Rumah Sakit Banjarmasin. 1-10.
Ernalinda, R. (2014). Pengaruh ronde keperawatan terhadap tingkat kepuasan kerja perawat
pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Solok Tahun 2014. Karya Ilmiah Universitas
Andalas.
Maliya, A., & Susilaningsih, E. Z. (2009). Pelatihan ronde kasus untuk meningkatkan kinerja
Staf keperawatan di Rumah Sakit Umum. WARTA, Vol .12, No.2, 184 - 191.
Moi, M. F. (2019). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan ronde Di Ruang Rawat
Inap RSUD Bajawa. Skripsi FIK Universitas Airlangga, 32-51.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Rohita, T., & Yetti, K. (2017). Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan melalui ronde
dan pendokumentasian. Dunia Keperawatan, Volume 5, No. 1, 50-55.
Saleh, Z. (2012). Pengaruh Ronde Keperawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Kerja Perawat
Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Universitas Indonesia, 1-180.
Sari, R. M., & Zainaro, M. A. (2018). Motivasi perawat dan gaya kepemimpinan terhadap
ronde keperawatan. Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.4, 244-252.
Siahaan, J. V., Siagian, A., & Bukit, E. K. (2018). Pengaruh pelatihan ronde keperawatan
terhadap kinerja perawat dalam asuhan keperawatan di rs royal prima medan.
JUMANTIK Vol. 3 No. 1, 1-15.
Simamora, R. H., Bukit, E., Purba, J. M., & Siahaan, J. (2017). Penguatan kinerja perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan melalui pelatihan ronde keperawatan di Rumah
Sakit Royal Prima Medan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 23 No. 2,
300-304.
Suni, A. (2018). Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika.
21
LAMPIRAN
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN
SENTRALISASI OBAT
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Untuk : ( ) diri sendiri ( ) istri ( ) suami
( ) anak ( ) orang tua ( ) lainnya
Nama pasien :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Ruang :
No reg :
(…………………………) (…………………………….)
Saksi 1:…………….......(…………………………..)
Saksi 2:…………………..(…………………………….)
NB: harap di isi dengan nama jelas dan tanda tangan *)
23
JURNAL SENTRALISASI OBAT
24
Trisna PERSEDIAAN untuk pasien pengguna BPJS
Herawati OBAT UNTUK Kesehatan di RSUD Kabupaten
PASIEN Buleleng secara keseluruhan
PENGGUNA BPJS dilaksanakan dengan baik sesuai
(BADAN dengan unsur-unsur dari
PENYELENGGARA pengendalian inter berdasarkan
JAMINAN SOSIAL) referensi yang ada.
KESEHATAN DI
RSUD (RUMAH
SAKIT UMUM
DAERAH)
KABUPATEN
BULELENG
3. Petty Aprilia 2013 ANALISIS Dari hasil analisis secara
Sari PENGENDALIAN keseluruhan klinik Ibumas
OBAT-OBATAN Tanjungpinang telah memiliki
UNTUK PASIEN prosedur yang telah disusun
UMUM DI KLINIK dengan baik, masih berpotensi
IBUMAS terjadi kelalaian dan kecurangan
TANJUNGPINANG yang dilakukan oleh karyawan dan
pengendalian intern persediaan
obat-obatan untuk pasien umum di
klinik ibumas Tanjungpinang telah
efektif walaupun masih ada
beberapa kekurangan.
4. Anang 2011 PENERAPAN Dari hasil penelitian Metode
Tjahjono, ADAPTIVE NEURO paling baik untuk prediksi
Entin FUZZY distribusi obat melalui uji coba ini
Martiana, INFERENCE adalah Adaptive Neuro Fuzzy
Taufan SYSTEM (ANFIS) Inference System (ANFIS). Karena
Harsilo UNTUK SISTEM ANFIS Memiliki RMSE yang
Ardhinata PENGAMBILAN paling baik dibanding semua
KEPUTUSAN metode yang lain. Metode paling
25
DISTRIBUSI OBAT tidak sesuai untuk prediksi
PADA SISTEM distribusi obat melaui ujicoba ini
INFORMASI adalah regresi exponensial. Karena
TERINTEGRASI memiliki nilai RMSE paling tinggi.
PUSKESMAS DAN
DINAS
KESEHATAN
26
OBAT DI RSUD obat, kepemimpinan tim tentang
SIDOARJO sentralisasi obat, dan pengetahuan
perawat tidak terdapat hubungan
dengan ketepatan pemberian obat.
27
SKENARIO ROLE PLAY SENTRALISASI OBAT
P(OB) : Selamat pagi Ns., Saya Fina ingin memberitahu bahwa ada pasien baru Ibu Rosy
diagnosis medis Typoid dari ruangan UGD di rawat inap di ruang Dahlia. Keadaan
umum pasien lemah dan kesadaran compos mentis. Saya telah menerima pasien dan
saat ini pasien sudah berada di ruang rawat inap Dahlia dan saat ini saya limpahkan
wewenang untuk tindakan desentralisasi/sentralisasi obat kepada Ns. Yudha
Katim : baik Ns. Fina saya terima pelimpahan wewenang perawatan Ibu Rosy untuk
tindakan selanjutnya Prosedur desentralisasi/sentralisasi obat pasien.
P(OB) : baik Ns. Kalau begitu saya lanjutkan tugas saya yang lainnya.
Katim : iya Ns. Fina silahkan dan terima kasih.
P(OB) : sama-sama Ns. Yudha selamat pagi
Katim memintakan ijin kepada Karu untuk melaksanakan desentralisasi/sentralisasi
obat pasien
Katim : selamat pagi Ns. Agus
Karu : iya selamat pagi Ns. Yudha, ada apa ini Ns?
28
Katim : ini Ns, kita memiliki pasien baru Ibu Rosy dengan diagnose Typoid dengan
keadaan umum pasien lemah dan kesadaran compos mentis, yang tadi sudah
dilakukan Penerimaan Pasien Baru oleh Ns. Fina. nah, sekarang saya akan
melakukan Desentralisasi/sentralisasi obat pasien baru, bagaimana menurut Ns.
Mifta
Karu : baik Ns. Yudha, saya setuju untuk dilakukan Desentralisasi/sentralisasi obat
pasien baru. Bagaimana tindakan pelaksanaan dan keperluan instrumennya?
Katim : untuk tindakannya pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat. Tujuan
pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari
pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.
Instrument yang kita butuhkan antara lain :
1. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat
2. Lemari / kotak sentralisasi obat, tempat obat dan baki (kita sudah memiliki)
3. Tanda bukti serah terima obat dari farmasi
4. Format pemberian obat oral dan injeksi
Karu : untuk formatnya bias saya lihat Ns?
Katim : ini pak (menunjukan format).
Karu : baik Ns. Yudha, saya rasa persiapannya sudah matang bias dilakukan sekarang
Ns.
Katim : baik Ns. Mifta terimakasih untuk perijinannya. Ns. Aldy
PA : iya Ns. Yudha
Katim : kita segera saja lakukan Desentralisasi/sentralisasi obat pasien baru bangsal 2A.
PA : iya Ns. Yudha Jadi yang harus saya lakukan sekarang apa Ns?
Katim : baik Ns. Aldy kita bagi tugas, saya persiapkan lembar persetujuannya, Ns. Aldy
yang memanggil keluarga pasien.
PA : baik Ns. Yudha segera saya laksanakan.
Katim : terima kasih Ns.
PA : sama-sama Ns.
Perawat asosiet menuju ruang bangsal pasien
PA : selamat pagi, dengan keluarga pasien Ibu Rosy yang masuk pagi ini tadi?
KP : iya sus, saya orang tua Ibu Rosy ada apa ya sus?
PA : perkenal nama saya Ns. Aldy, saya perawat pelaksana dapa Dinas Sift pagi hari
ini.Bapak tadi sudah dijelaskan maupun diorientasikan mengenai ruangan oleh Ns.
29
Fina, sesuai dengan prosedur keselamatan dan kenyamanan pasien selama dirawat
di Ruangan Dahlia RSU Bina Sehat, maka saya akan meminta persetujuan bapak
untuk pengaturan dan pengelolaan obat pasien, tujuan pengelolaan obat adalah
menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga
kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi. Bagaimana bapak setuju?
KP : baik sus, saya setuju.. selanjutnya bagaimana sus? Kami belum memiliki obat apa
pun sus.
PA : baik pak, nanti kami jelaskan secara lebih rinci di ruangan, sekarang bapak ikuti
saya keruangan, kepala tim keperawatan yang menjelaskannya.
KP : sebentar ya nak, bapak tinggal ke ruangan sebentar, biar kamu segera
mendapatkan perawatan yang baik.
Perawat Asosiet dan keluarga pasien menuju ruangan
PA : selamat siang Ns. Yudha
Katim : iya, selamat siang Ns. Aldy … ini yang keluarga Ibu Rosy
KP : iya pak, saya orang tua Ibu Rosy
Katim : ohh iya pak silahkan duduk.. perkenalkan saya Ns. Yudha saya bagian Kepala
Tim perawat Dinas Pagi diruangan ini, bapak sudah sedikit dijelaskan alas an
bapak saya undang keruangan hari ini?
KP : iya pak, saya tadi sedikit dijelaskan alasan saya diundang kemari, katanya Ns.
Aldy akan dilakukan pengaturan dan pengelolaan obat pasien dengan meminta
persetujuan saya.
Katim : iya pak benar sekali, jadi saya jelaskan kembali ya pak, mohon diperhatikan
dengan baik dan jika ada yang kurang dimengerti silahkan ditanyakan.Sesuai
dengan Prosedur Standart keselamatan dan kenyamanan pasien kami akan
melaksanakan Prosedur Desentralisasi/sentralisasi Obat pasien. Sentralisasi obat
adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien
diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat.
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi. Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa
obat perlu disentralisasi, antara lain :
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
30
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standart yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan
yang sama.
3. Meresapkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba“.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan
membuang atau lupa untuk minum.
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadarluarsa.
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak aktif.
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9. Mengeluarkan obat ( dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri .
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
1. Penangguang jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
oprasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
3. Penerimaan obat.
a. Obat yang telah diserapkan ditunjukan kepada perawat dan obat yang
telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima
lembar terima obat
b. Perawat menuliskan nama pasien, regestrasi, jenis obat, jumlah dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu control, dan diketahui (ditandatangani)
oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien
selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut
akan habis, serta penjelasan tentang 5T (jenis, dosis, waktu, pasien, dan
cara pemberian).
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kartu sediaan obat.
d. Obat yang telah diserahkan selnjutnya disimpan oleh perawat dalam
kontak obat
4. Pembagaian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
penmberian obat.
31
b. Obat yang telah disimpan untuk selnjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat: dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi
diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, dan efek samping, usahakan tempat atau wadah
obat kembali keperawat setelah obat dikonsumsi, pantau efeksamping
pada pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditujuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat. Obat – obatan yang hamper habis akan diinformasikan
kepada keluarga dan kemudian dimintakan resep (jika masih perlu
dilanjutkan) kepada dokter penanggung jawab pasien
5. Penambahan Obat:
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian oabat, maka informasi ini akan dimasukan
dalam buku masuk obat sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu
sedian obat.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja) maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
6. Obat khusus :
a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
sampingyang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu /
sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan menggunkan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga: nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukan
kepada keluarga setelah pemberian,. Usahakan terdapat saksi dari
keluarga saat pemberian obat
Bagaimana pak, ada yang ditanyakan? Atau sudah cukup jelas?
32
KP : sudah pak, sudah sangat jelas..
Katim : baik pak mari saya bantu untuk mengisi berkas format persetujuan. Ini
berkasnya silahkan di baca terlebih dahulu.
KP : baik pak..
Keluarga pasien mengisi format persetujuan Desentralisasi/sentralisasi obat
KP : sudah pak.
Katim : baik pak, ini ada resep yang harus bapak tebus di apotik ruangan, dan ini untuk
surat pengambilan obat pak. saya tunggu diruangan untuk obat yang sudah
ditebus ilahkan diantar kesini.
KP : baik pak, saya tebus resep dulu pak.
Setelah keluarga pasien menebus obat
KP : permisi pak, ini obat yang sudah saya tebus.
Katim : baik pak, saya terima obatnya, saya cek dulu silahkan bapak duduk disini.
KP : baik pak.
Katim : pak ini ada obat …… (katim menunjukan obat yang sudah ditebus kepada
keluarga Pasien). Silahkan bapak bertandatangan di format pernyataan serah
terima ini, tapi sebelumnya silahkan dipelajari yang tertera didalam
persetujuannya.
KP : baik pak, saya setuju dan saya tanda tangan di sebelah sini pak.
Katim : iya pak benar … baik bapak bisa kembali keruangan dan menemani Bp. (.......)
nanti saat konsumsi obat di antar oleh perawat pelaksana.
Keluarga pasien keluar dari ruang Nurse stationer
Katim : Ns. Aldy tolong ini obat Ibu Rosy di atur dalam rak obat pasien dan berikan obat
untuk siang ini.
PA : baik Ns. Yudha
Katim melimpahkan wewenang mengelola obat dan mendistribusikan obat pasien
kepada Perawat Asosiet
PA : permisi selamat siang pak ?
PX : Iya sus
PA : perkenalkan nama saya Ns. Aldy, saya perawat pelaksana yang bertugas pada
dinas siang ini. Saya akan memberikan obat injeksi maupun obat oral kepada Ibu
Rosy Sesuai dengan standar aturan keselamatan pasien, maka sebelum
memberikan obat saya akan menanyakan identitas bapak terlebih dahulu. Ini
bertujuan untuk menjaga hak pasien dalam penerimaan obat yaitu 6 Benar :
33
Benar obat, benar pasien, benar dosis, benar rute, benar waktu, benar
dokumentasi. Maka dari itu saya akan melaksanakan dengan Benar Pasien
terlebih dahulu saya ingin tanyakan identitas bapak sesuai dengan gelang yang
bapak gunakan. Jadi bapak sebutkan nama dan alamat bapak saya cocokan
dengan yang tertera di gelang. Bisa dipahami pak?
PX : iya sus, nama saya Ibu Rosy alamat jabon
PA : baik bapak, identitas yang bapak sebutkan sudah sesuai dengan yang tertera di
dalam Gelang. Selanjutnya saya akan menginjeksikan obat ini melalui selang
infus bapak, saya harap bapak rileks saaat saya suntikkan obatnya. Obat akan
terasa sedikit sakit saat memasuki pembuluh darah bapak, reaksi obat jika sudah
diserap oleh tubuh adalah bapak akan merasakan mengantuk, dan itu baik untuk
memulihkan kesehatan bapak. Nanti kalau ada yang ditanyakan lagi, atau butuh
bantuan keperawatan, bapak bisa memanggil saya di ruang keperawatan
PX : baik sus terima kasih
PA : baik pak kalau begitu saya permisi dulu, selamat siang dan selamat beristirahat.
Perawat Asosiet menuju ruang keperawatan
PA : Ns. Yudha saya sudah memberikan obat injeksi kepada pasien Ibu Rosy sesuai
standart keamanan pasien, dan Desentralisasi obat pasien Ibu Rosy sudah saya
rapikan di loker obat pasien.
Katim : baik Ns. Aldy terima kasih sudah bekerja dengan baik. Ns. Mifta tindakan
Desentralisasi/sentralisasi obat pasien Ibu Rosy sudah dilaksanakan sesuai
prosedur keselamatan pasien.
Karu : baik Ns. Yudha, terima kasih sudah bekerja dengan baik sesuai Standart
operasional Prosedur.
34