Ilmu Negara
Ilmu Negara
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
1. Pegertian Ilmu Kenegaraan
Jika ditinjau dari segi istilah, maka istilah Ilmu Kenegaraan
(Staatswetenschap/General Sate Science) merupakan istilah yang
tertua disamping Ilmu Negara (Staats Leer) dan Ilmu Politik
(Wetenschap der Politiek).
Pengertian istilah staatswetenschap bukanlah ilmu kenegaraan
yang ditinjau dari sudut hukum saja, tetapi juga dari sudut ekonomi
sebagai akibat dari pengaruh merkantilisme.
Merkantilisme adalah politik ekonomi di Eropa Barat yang
menyamakan uang dengan kekayaan, berusaha memperoleh emas,
meningkatkan hasil produksi pabrik dan ekspor, pembea-an impor dan
memeras negara jajahan.
Aliran merkantilisme disebut juga ajaran neraca perdagangan
karena berusaha untuk membuat neraca perdagangan lebih aktif,
artinya volume ekspor harus lebih besar dari impor sehingga
mendapatkan keuntungan.
menyelidiki dan menetapkan asal mula, inti sari dan wujud negara pada
umumnya.
Obyek penyelidikan ilmu negara adalah negara secara umum,
sehingga ia sering disebut sebagai ilmu negara umum.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup serta obyek
penyelidikan Ilmu Negara adalah negara dalam pengertian abstrak,
terlepas dari waktu dan tempat, bukan suatu negara tertentu yang secara
positif ada pada suatu waktu dan tempat tertentu. Ilmu Negara menyelidiki
pengertian-pengertian pokok (grondbegrippen) dan sendi-sendi pokok
(grondbeginselen) dari negara yang berlaku untuk dan terdapat pada
setiap negara.
1. Negara
Negara berasal dari bahasa latin, status atau statum yang
berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-
sifat yang tegak dan tetap.
Hasil Konvensi Montevideo Tahun 1993 menyatakan,bahwa :
Negara sebagai pribadi hukum internasional seharusnya memiliki
kualifikasi sebagai berikut :
a. Penduduk yang menetap.
b. Wilayah tertentu
c. Suatu pemerintahan
d. Kemampuan untuk berhubungan dengan negara-negara
lain.
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang
kekuasaannya, baik militer, politik, ekonomi maupun sosial budayanya
diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda
dengan bentuk organisasi lain terutama karena hak negara untuk
mencabut nyawa seseorang.
b. Segi Manfaat
Ilmu negara tidak mementingkan bagaimana caranya suatu
hukum itu harus dilaksanakan, oleh karena itu ilmu negara
lebih mementingkan negara secara teoritis sedangkan
Hukum Tata Negara dan Hukum administrasi Negara lebih
mementingkan segi prakteknya.
Selain itu, para ahli juga ada yang menyampaikan pendapat
mereka mengenai hubungan antara HTN dengan Ilmu Negara,
diantaranya adalah :
a. Dasril Radjab
a menyimpulkan bahwa ilmu negara merupakan ilmu
pengetahuan yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok
dan sendi-sendi dasar teoritis yang bersifat umum bagi
Hukum Tata Negara. Oleh karena itu untuk dapat mengerti
Hukum Tata Negara harus terlebih dahulu memiliki
pengetahuan secara umum tentang negara (Ilmu Negara).
Dengan demikian, Ilmu Negara dapat memberikan dasar-
dasar teoritis untuk Hukum Tata Negara positif dan Hukum
Tata Negara merupakan penerapan di dalam kenyataan
bahan-bahan teoritis dari Ilmu Negara.
b. Jellinek
Berdasarkan sistematika Jellinek maka jelaslah hubungan
antara HTN dengan ilmu negara, yaitu keduanya merupakan
bagian dari staatswissenschaft dalam arti luas.
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU NEGARA
Oleh karena itu, salah satu ciri dari demokrasi adalah turut sertanya
rakyat dalam pemerintahan dan turut sertanya rakyat secara langsung
berasal dari zaman Yunani Purba. Dengan turut serta secara langsung
dalam pemerintahan berarti rakyat melakukan pengawasan terhadap
jalannya pemerintahan. Pada saat itu, yang disebut ”rakayt” adalah warga
kota (citizen) yang merupakan sebagian kecil dari penduduk Athena.
sendiri maka luas suatu negara harus diukur. Suatu negara tidak boleh
memiliki luas yang tidak diketahui.
dari nilai pekerjaan yang mereka lakukan. Yang terpenting bagi setiap
individu adalah suatu kedudukan yang memungkinkan mereka untuk
berbuat sesuatu.
a. Plato
berpendapat bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, untuk
hidup manusia memerlukan bantuan dari mahluk lain.
b. Karena
manusia tidak dapat hidup sendiri maka manusia berkumpul
untuk merundingkan cara untuk memperoleh bahan-bahan
primer (sandang,pangan dan papan). Kemudian terjadilah
pembagian pekerjaan dimana setiap orang harus
menghasilkan sesuatu lebih dari yang diperlukan sendiri
untuk kemudian ditukarkan dengan orang lain. Hal in
imenimbulkan berdirinya desa.
c. Antara desa
dengan desa terjadi kerjasama dan seterusnya sehingga
kemudian terbentuk negara. Antara negara yang satu
dengan negara yang lainnya juga saling membutuhkan
sehingga terjadilah hubungan internasional.
a. Harus ada an
organic unity in social life.
b. Harus ada
systematic education
c. Harus ada
rational basic of aristocracy government
b. Politica
c. Rhetorica
B. ZAMAN ROMAWI
1. Masa Kerajaan
Yaitu masa koningschap atau kerajaan. Bentuk negara adalah
monarki dan dipimpin oleh seorang raja.
2. Masa Republik
Republik atau republiek berasal dari kata res (kepentingan) dan
publica (umum). Republik adalah pemerintahan yang dijalankan
untuk kepentingan umum.
3. Masa Prinsipat
Masa principat dimulai dari masa Caesar. Walaupun pada saat itu,
raja-raja Romawi belum mempunyai kewibawaan, namun pada
hakekatnya mereka memerintah secara mutlak.
Kemutlakan ini didasarkan pada Caesarismus, yaitu adanya
perwakilan yang menghisap, dari pihak Caesar terhadap
kedaulatan rakyat.
Kedaulatan rakyat saat itu disalahgunakan, dimana dalam
lapangan ilmu negara digunakan konstruksi Ulpianus yang
menyatakan, bahwa : kedaulatan rakyat diberikan kepada prinsep
atau raja melalui suatu perjanjian yang termuat dalam undang-
undang yang disusun olehnya dan diatur dalam Lex Regia. Jadi,
landasan hukumnya adalah perjanjian yang terletak dalam
lapangan hukum perdata. Setelah kekuasaan diberikan kepada
Prinsep maka rakyat pada kenyataannya tidak dapat meminta
pertanggung jawaban atas perbuatan prinsep.
Ahli hukum (doktoris iuris) yang terkenal pada saat itu adalah
Gajus, Modestinus, Paulus, Papinianus dan Ulpianus.
Dalam caesarismus dikenal semboyan yang berbunyi :
a. Solus publica suprema lex
(kepentingan umum mengatasi undang-undang)
b. Princepes legibus solutus est
(Rajalah yang menentukan kepentingan umum).
Pada dasarnya, pemerintahan untuk kepentingan umum tersebut
dirumuskan dalam undang-undang sehingga derajat kepentingan
umum lebih tinggi dari undang-undang. Namun, yang merumuskan
kepentingan umum adalah raja. Otomatis, dalam merumuskan
kepentingan umum tersebut raja bertindak demi kepentingan
pribadinya.
2. Thomas Aquino
Thomas Aquino merupakan tokoh dari aliran hukum alam.
Menurut sumbernya, hukum alam dapat berupa :
a. Hukum alam yang bersumber dari Tuhan (irrasional)
b. Hukum alam yang bersumber dari rasio manusia.
3. Dante Alighieri
Pada tahun 1313, Dante menerbitkan bukunya, De Monarchia,
salah satu karya besarnya dan merupakan satu-satunya peninggalan
Dante yang merupakan karya kenegaraan. Dalam bukunya, Dante
memimpikan suatu kerajaan dunia yang melawan kerajaan Paus.
Kerajaan dunia tersebut yang akan menyelenggarakan perdamaian
dunia. Tujuan negara menurut Dante adalah untuk menyelenggarakan
perdamaian dunia dengan cara memberlakukan undang-undang yang
sama bagi semua umat.
De Monarchia terdiri atas 3 bab, yaitu :
a. Bab I mempersoalkan kerajaan dunia.
Pada bab I, Dante menekankan perlunya kerajaan dunia,
yaitu untuk kepentingan dunia itu sendiri dalam rangka
menyelenggarakan perdamaian dunia.
Kerajaan dunia merupakan kemerdekaan dan keadilan
tertinggi. Rakyat yang hidup dengan berbagai peraturan
yang berbeda diatasi dengan peraturan yang dapat
menciptakan kerjasama diantara masyarakat.
Kerajaan dunia (imperium) merupakan satu kesatuan
kekuasaan, sebab jika kerajaan dibagi maka akan musnah.
b. Bab II menyelidiki apakah kaisar Jerman itu merupakan
kaisar yang sah?
c. Apakah kekuasaan kaisar berasal dari Tuhan atau berasal
dari perantara?
Genesis dianggap sebagai sumber bagi teori Innocentius III
untuk Teori Cahayanya sebagai kunci kekuasan Paus yang
D. ZAMAN RENAISSANCE
E. ZAMAN HUKUM KENEGARAAN POSITIF
BAB III
TEORI SIFAT HAKEKAT NEGARA
(das Wesssen des Staates)
BAB IV
TEORI PEMBENARAN HUKUM NEGARA
(Die Lehren von der Rechtsfertigung des Staates)
b. Thomas Aquinas
Menurut Thomas Aquinas, negara yang burukpun bukan
buatan setan tetapi tetap diakui sebagai perwujudan
kekuasaan dan kehendak Tuhan. Negara timbul dari
pergaulan antara manusia yang ditentukan oleh hukum dan
tata alam. Hukum tata alam juga terjadi dari kehendak
Tuhan dan menurut hukum Tuhan.
Tuhan menjadikan manusia sebagai mahluk yang bergaul
dan memberikan seorang pemimpin (raja). Oleh karena itu,
kekuasaan raja dalam memimpin negara juga berasal dari
Tuhan.
c. Ludwig von Haller
Menurut Ludwig von Heller, sifat negara adalah ketertiban.
Dalam negara ada tuan dan hamba, ada yang kuat dan yang
lemah, ada yang tinggi dan rendah serta ada yang kaya dan
miskin. Yang kuat berkuasa memerintah yang lemah. Hal ini
merupakan kodrat alam dan itulah yang dikehendaki dan
diatur oleh Tuhan. Manusia dengan segala kecerdasannya
tidak mungkin dapat mengubah keadaan yang telah
ditentukan oleh Tuhan. Dari kuasa dan kehendak Tuhanlah
asal segala kekuasaan dan asal berdirinya negara.
d. Friedrich Julius Sthal
Dalam bukunya, Die Philosophie des Rechts, ia berpendapat
bahwa negara timbul dari takdir ilahi. Kekuasaan dapat
tampak sebagai penyusunan kekuasaan oleh manusia, baik
dalam keluarga, kelompok, suku, bangsa atau gereja.
Namun, pada hakekatnya, kekuasaan terjadi karena
kehendak dan kekuasaan Tuhan. Peperangan,
penyerbuan,penaklukan, penyerahan dll terjadi karena
kehendak Tuhan. Selain itu, Friedrich juga berpendapat
c. Legitimasi Etis-Filosofis
Dasar keabsahan negara secara etis dapat dilihat dari
pendapat Wolf dan Hegel, yaitu bahwa pembentukan negara
merupakan keharusan moral yang tertinggi untuk
mewujudkan cita-cita tertinggi dari manusia dalam suatu
lingkungan politik yang bernama negara.
Legitimasi etis (moral) mempersoalkan keabsahan
wewenang kekuasaan politik dari segi norma moral, bukan
dari kekuatan politik riil yang ada dalam masyarakat, bukan
pula atas dasar ketentuan hukum (legalitas) tertentu.
Legitimasi etis-filosofis merupakan penyempurnaan akhir
dari kemauan dan kemampuan pihak penguasa. Walaupun
suatu pemerintahan memiliki banyak legitimasi sebagai
dasar kekuasaannya, namun tanpa adanya legitimasi etis
yang berpihak pada kepentingan kepentingan kemanusiaan
maka pemerintahan tersebut pasti akan dijatuhkan, baik
melalui pemberontakan sosial, demonstrasi people power,
revolusi, reformasi (evolusi) atau pergantian melalui
mekanisme konstitusional.
Tindakan berkuasa dari negara dibenarkan karena negara
merupakan cita-cita manusia yang membentuknya.
Dalam konteks negara Republik Indonesia, keberadaan
negara dimaksudkan untuk merealisasikan tujuan etis
secara kolektif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu pemeritahan negara
seharusnya berdiri tergak di atas legitimasi yang kokoh, di atas seluruh
legitimasi. Tidak hanya bersifat teologis, sosiologis (mendapat
pengkuan masyarakat) dan yuridis (berlaku sebagai hukum positif
dalam format yuridis ketatanegaraan tertentu) namun juga etisfilosofis.
BAB V
TEORI TERJADINYA NEGARA
Suatu negara tidak terjadi begitu saja tetapi melalui suatu proses
dengan dipenuhinya satu unsur kepada unsur lainnya sehingga pada
akhirnya seluruh unsur terpenuhi. Dengan dipenuhinya seluruh unsur
tersebut maka kapasitas negara sebagai entitas politik tidak diragukan
lagi sebagai subjek hukum (legal entity). Dalam hukum internasional
disebut sebagai subjek hukum internasional yang berkapasitas penuh
dalam kedaulatannya.
Proses terjadinya negara dapat dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu :
1. Terjadinya Negara Secara Primer (Primair Staatswording)
Teori terjadinya negara secara primer adalah teori yang
membahas tentang terjadinya negara yang tidak dihubungkan
dengan negara yang telah ada sebelumnya.
Menurut teori ini, perkembangan negara secara primer melalui 4
phase, yaitu :
a. Phase Genootshap (Genossenschaft)
Fase ini merupakan pengelompokkan dari orang-orang yang
menggabungkan dirinya untuk kepentingan bersama dan
disadarkan pada persamaan. Mereka menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan yang sama. Kepemimpinan
dipilih secara Primus Inter Pares (yang terkemuka diantara
yang sama).
Pada fase ini yang terpenting adalah unsur bangsa.
b. Phase Reich (Rijk)
Pada fase ini, kelompok orang yang telah menggabungkan
diri tersebut telah sadar akan hak milik atas tanah sehingga
kemudian muncul tuan-tuan tanah yang berkuasa atas tanah
BAB VI
TEORI TUJUAN NEGARA
(Die Lehren vom Zweck des Staates)
BAB VII
TEORI TIPE-TIPE NEGARA
BAB VIII
TEORI BENTUK NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN
A. BENTUK NEGARA
Bentuk negara menyatakan susunan atau organisasi negara secara
keseluruhan, mengenai struktur negara yang meliputi segenap umsur-
unsurnya, yaitu daerah, bangsa dan pemerintahan. Bentuk negara
melukiskan dasar negara, susunan dan tata tertib suatu negara
berhubungan dengan organ tertinggi di negara itu itu dan kedudukan
masing-masing organ dalam kekuasaan negara. Teori bentuk negara
bermaksud membahas sistem penjelmaan politis dari unsur-unsur
negara.
1. Monarchie
Monarchie (Kerajaan, Kesultanan, Kekaisaran) ialah negara yang
dikepalai oleh seorang raja, bersifat turun temurun dan menjabat
untuk seumur hidup. Selain raja, kepala negara monarki dapat
berupa Kaisar (Kaisar Jepang dan China sebelum dijajah Inggris),
Syah (Syah Iran) dan Sultan (Sultan Brunei).
Bentuk negara monarki dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
a. Monarki Mutlak (Absolut)
Yaitu seluruh kekuasaan negara berada di tangan raja dimana
raja mempunyai kekuasaan dan wewenang mutlak dan tidak
terbatas.
Misalnya :
1) Prancis di bawah Louis XIV dan XVI
2) Spanyol di bawah Raja Philip II
3) Rusia di bawah Tsar Nicholas
b. Monarki Terbatas (Monarki Terbatas/Monarki dengan undang-
undang).
Misalnya :
1) Kerajaan Inggris dengan konstitusinya yang
bersumber pada kebiasaan (konvensi).
b) Monarki Parlementer
Yaitu suatu monarchi dimana terdapat suatu parlemen
dimana para menteri bertanggung jawab sepenuhnya.
Contoh : Kerajaan Belanda.
2. Republik
Republik berasal dari bahasa latin, respublica yang artinya
kepentingan umum.
Negara republik adalah negara dengan pemerintahan rakyat yang
dikepalai oleh Presiden sebagai kepala negara yang dipilih dari dan
oleh rakyat untuk masa jabatan tertentu (Di AS, presiden menjabat
selama 4 tahun dan di Indonesia selama 5 tahun).
Negara yang berbentuk republik contohnya adalah Republik
Indonesia, Republik Filipina, Republik Rakyat China.
Macam-macam bentuk republik :
a. Republik dengan sistem pemerintahan secara langsung
(system referendum) → Yunani Kuno dan Romawi Kuno.
b. Republik dengan sistem pemerintahan perwakilan rakyat
(system parlementer) → Republik Indonesia pada saat
berlakunya UUD 1950.
c. Republik dengan sistem pemisahan kekuasaan (system
presidensil) → Republik Indonesia.
b. Aristokrasi
Bila negara diperintah oleh beberapa orang untuk
kepentingan orang banyak maka bentuk negara tersebut
adalah aristokrasi. Pemerosotan dari bentuk aristokrasi
adalah jika beberapa orang memerintah untuk kepentingan
golongan sendiri maka bentuk negara menjadi oligarkhi,
sedangkan jika untuk kepentingan orang kaya maka
dinamakan plutokrasi.
Aristokrasi adalah negara yang pimpinan tertingginya
dipegang oleh beberapa orang, biasanya dari golongan
feodal, golongan yang berkuasa.
Golongan orang yang memegang kekuasaan dapat
dibedakan berdasaran :
1) Kelahiran (kebangsawanan)
2) Umur
3) Hak milik atas tanah
4) Kekayaan
5) Kerajinan
6) Pendidikan
7) Fungsi militer dll.
c. Politiea
Jika yang memerintah seluruh orang dan demi kepentingan
seluruh orang pula maka bentuk negaranya adalah politiea.
Jika merosot menjadi perwakilan maka bentuk negaranya
dinamakan demokrasi.
6. Polybios
Menurut Polybios, demokrasi merupakan bentuk ideal
sedangkan bentuk pemerosotannya adalah ochlocratie atau
mobocratie.
B. BENTUK PEMERINTAHAN
Teori mengenai bentuk pemerintahan meninjau bentuk negara
secara yuridis. Bermaksud untuk mengungkapkan sistem yang
menentukan hubungan antara alat-alat perlengkapan negara dalam
menentukan kebijakan negara. Hal ini dapat ditemui dalam konstitusi
negara.
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah, yaitu :
1. Sistem
Menurut Carl J. Friedrich, sistem adalah suatu keseluruhan
terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan
fungsional baik diantara bagian-bagian maupun hubungan
fungsional terhadap keseluruhannya. Sehingga hubungan
tersebut menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-
bagian. Akibatnya, jika salah satu bagian tidak bekerja dengan
baik akan mempengaruhi keseluruhannya.
2. Pemerintahan
Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh
negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan
kepentingan negara sendiri.
Oleh karena itu jika kita membicarakan tentang sistem
pemerintahan pada dasarnya adalah membicarakan bagaimana
pembagian kekuasaan serta hubungan antara lembaga-
lembaga negara menjalankan kekuasaan-kekuasaan negara itu,
dalam rangka menyelenggarakan kepentingan rakyat.
Pada dasarnya sistem pemerintahan dapat dibedakan dalam :
1. Sistem Parlementer
Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan dimana
hubungan antara eksekutif dan legislative (badan perwakilan)
mempunyai hubungan yang erat. Hal ini disebabkan karena
adanya pertanggungjawaban para menteri kepada parlemen.
2. Sistem Presidensiil
Adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif tidak
bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat. Dengan
kata lain kekuasaan eksekutif berada di luar pengawasan
parlemen.
Ciri-ciri pemerintahan presidensiil :
a. Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin
kabinetnya yang semuanya diangkat olehnya dan
bertanggung jawab kepadanya. Ia sekaligus merupakan
kepala negra (lambang negara) dengan masa jabatan yang
telah ditentukan dengan pasti oleh UUD.
3. Sistem Quasi
Sistem pemerintahan quasi merupakan bentuk variasi dari
sistem pemerintahan presidensiil dan parlementer. Dalam
sistem ini dikenal dua macam quasi, yaitu :
a. Quasi Presidensiil
Presiden merupakan kepala pemerintahan dengan dibantu
oleh kabinet (ciri presidensiil) tetapi dia bertanggung jawab
kepada lembaga dimana dia bertanggung jawab sehingga
lembaga ini (legislatif) dapat menjatuhkan presiden/eksekutif
(ciri sistem parlementer).
Misalnya : sistem pemerintahan Republik Indonesia.
b. Quasi Parlementer
4. Sistem Referendum
Referendum adalah suatu kegiatan politik yang dilakukan oleh
rakyat untuk memberikan keputusan setuju atau tidak setuju
terhadap kebijaksanaan yang ditempuh oleh parlemen atau
setuju atau tidak setuju terhadap kebijaksanaan yang
dimintakan persetujuan kepada rakyat.
Sistem referendum merupakan bentuk variasi dari sistem quasi
(quasi presidensiil) dan sistem presidensiil murni. Tugas
pembuat undang-undang berada di bawah pengawasan rakyat
yang mempunyai hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam
bentuk referendum.Dalam sistem ini pertentangan antara
eksekutif dan legislatif jarang terjadi.
Berkaitan dengan pengawasan rakyat dalam bentuk referendum
maka dikenal tiga macam sistem referendum, yaitu :
a. Referendum Obligator
Jika persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam
suatu pembuatan peraturan perundang-undangan yang akan
mengikat rakyat seluruhnya. Misalnya : persetujuan yang
dibuat oleh rakyat dalam pembuatan UUD.
b. Referendum Fakultatif
Sekelompok masyarakat berhak untuk meminta disahkannya
suatu undang-undang (melalui referendum) yang telah
dibuat oleh parlemen setelah diumumkan. Hal ini biasanya
dilakukan terhadap undang-undang biasa.
c. Referendum consultatif
Yaitu referendum untuk soal-soal tertentu yang teknisnya
rakyat tidak tahu.
Keuntungan dari sistem referendum adalah bahwa dalam setiap
masalah negara, rakyat ikut serta menanggulanginya dan
kedudukan pemerintah stabil sehingga pemerintah akan
b. Kedudukan Presiden
Sebelum amandemen UUD 1945, kedudukan dan kekuasaan
Presiden sangat dominan, terutama dalam praktek
penyelenggaraan negara. Dengan amandemen UUD 1945 maka
kekuasaan Presiden dikurangi dengan mengembalikan kekuasaan
legislatif kepada DPR. Selain itu, periodisasi lembaga kepresidenan
dibatasi secara tegas, dimana seseorang hanya dapat dipilih
sebagai Presiden maksimal untuk dua kali periode jabatan.
c. Sistem Pemerintahan
UUD 1945 pasca amandemen menetapkan dengan jelas mengenai
sistem presidensiil dalam sistem pemerintahan.
Menurut Sri Soemantri, ciri-ciri sistem presidensiil dalam UUD
1945 pasca amandemen antara lain adalah :
1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat.
2) Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR karena
lembaga ini tidak lagi bertindak sebagai pelaksana kedaulatan
rakyat.
d. Kedudukan MPR dan DPR
Melalui amandemen UUD 1945, MPR tidak lagi berkedudukan
sebagai lembaga tertinggi negara dan pemegang kedaulatan rakyat
yang tertinggi.
Hal ini berimplikasi pada kewenangan MPR yang dulu memiliki
kedudukan strategis, melalui amandemen maka kewenangannya
menjadi :
1) Mengubah dan menetapkan UUD
2) Melantik Presiden dan atau Wakil Presiden
3) Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD 1945.
D. SUSUNAN NEGARA
2. Negara Federasi
Federasi berasal dari kata feodus yang berari perjanjian atau
persetujuan.
Dalam negara federasi atau negara serikat
(bondstaat/bundesstaat) merupakan dua atau lebih kesatuan
politik yang sudah atau belum berstatus negara berjanji untuk
bersatu dalam suatu ikatan politik, dimana ikatan tersebut akan
mewakili mereka secara keseluruhan. Jadi merupakan suatu
negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat, karena
yang berdaulat adalah persatuan dari negara-negara tersebut
yaitu negara serikat (pemerintah federal).
Jadi, awalnya masing-masing negara bagian tersebut
merupakan negara yang merdeka, berdaulat serta berdiri
sendiri. Dengan menggabungkan dalam suatu negara serikat
maka negara yang tadinya berdiri sendiri, sekarang menjadi
negara bagian dan melepaskan sebagian kekuasaan yang
dimilikinya dan menyerahkannya kepada negara serikat.
Kekuasaan yang diserahkan disebutkan satu demi satu
sehingga hanya kekuasaan yang disebutkan saja yang
diserahkan kepada negara serikat (delegated powers).
Umumnya, kekuaaan yang diserahkan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan luar negeri, pertahanan negara,
keuangan dan pos.
E. APLIKASI DI INDONESIA
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa : ”....maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang
Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada.....”
BAB IX
TEORI KEDAULATAN
BAB X
TEORI UNSUR-UNSUR NEGARA
(Die Rechtliche Stellung der Elemente des Staates)
2. Wilayah
Secara fisik, wilayah negara Republik Indonesia merupakan
bekas wilayah jajahan kerajaan Belanda yang disebut dalam
administrasi Hindia Belanda. Pemerintah Indonesia
menjalankan administrasi pemerintahan secara efektif kepada
seluruh penduduk dalam wilayahnya.
3. Pemerintahan yang berdaulat
Pemeritah Indonesia melakukan hubungan internasional yang
sederajat dan menjadi anggota organisasi-organisasi dalam
lingkup regional atau internasional. Hal ini menunjukkan adanya
pemerintahan yang berdaulat baik ke dalam maupun ke luar.
4. Pengakuan
Berdasarkan teori unsur-unsur negara maka Negara Kesatuan
Republik Indonesia sudah dapat disebut sebagai negara berdaulat atau
berkedudukan sebagai subjek hukum internasional penuh.
BAB XI
TEORI FUNGSI NEGARA