Satuan Acara Pelatihan Basic Life Support
Satuan Acara Pelatihan Basic Life Support
ANGGOTA KELOMPOK:
A. LATAR BELAKANG
Pada masa remaja proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan,
sistem saraf berfungsi memproses informasi yang berkembang dengan cepat dalam
aktifitas kognitif tingkat tinggi seperti kemampuan merumuskan perencanaan
strategis atau kemampuan mengambil keputusan. Menurut Utami (2009) seringkali
remaja kurang peduli dan memahami kapan mereka membutuhkan pelatihan Basic
Life Support (BLS) atau disebut juga pertolongan pertama, padahal mereka
membutuhkannya pada saat mereka menjadi bagian masyarakat yang bertanggung
jawab sosial. Selain itu remaja memiliki sifat rasa ingin tahu, sehingga remaja dapat
dengan mudah menyerap pemahaman mengenai BLS. Remaja dengan berbekal
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki diharapkan bisa melakukan
pertolongan BLS didalam kehidupan masyarakat.
Basic Life Support (BLS) sebagai bantuan pertama pada penderita henti
jantung sangat diperlukan sebelum pasien mendapat pelayanan kesehatan secara
paripurna. Tindakan bantuan hidup jantung dasar secara garis besar dikondisikan
untuk kejadian di luar rumah sakit sebelum mendapat perawatan lebih lanjut atau
tanpa menggunakan peralatan medis. Intinya bantuan hidup jantung dasar harus
segera dilakukan oleh orang disekitar yang paling dekat jika menyaksikan
seseorang tidak sadarkan diri secara mendadak dan tidak adanya respon napas
pasien saat kejadian (Depkes RI, 2012) Untuk remaja dapat dilakukan pelatihan
BLS seperti yang dilakukan oleh Olympia (2005)
yang meneliti 1000 responden yang secara acak dari anggota National Association
School Nurse di Amerika 95% responden meningkat kepercayaan diri dalam
melakukan BLS setelah dilakukan pelatihan. Begitu juga dari hasil penelitian
Theresa (2012) yang meneliti 132 remaja di Jerman dalam melakukan pelatihan
BLS, setelah 4 bulan dilakukan evaluasi dan didapatkan 99% responden masih
benar dalam melakukan pertolongan pertama.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada remaja di Desa Menuran
dari 20 remaja anggota DASIAT belum mengetahui mengenai BLS dan cara
penanganan pada pasien yang membutuhkan BLS, maka dari itu kami dan petugas
Puskesmas Baki berkolaborasi memberikan pelatihan mengenai basic life support
(BLS) agar para remaja di Desa Menuran mengetahui mengenai cara bantuan hidup
dasar atau BLS.
B. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan pelatihan basic life support (BLS) selama 60 menit
remaja diharapkan dapat mengetahui dan memahami dengan jelas tentang BLS dan
dapat mempraktikkan secara langsung.
C. TUJUAN KHUSUS
1. Mengetahui pengertian dari BLS
2. Mengetahui indikasi diberikannya BLS
3. Mengetahui tujuan diberikannya BLS
4. Mengetahui langkah-langkah BLS
5. Mengetahui komplikasi yang disebabkan dari BLS
D. METODE
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi
E. MEDIA
1. Power point dan LCD
2. Leaflet
3. Panthom
F. ORGANISASI PELAKSANA
1. Moderator : Team Agregat Remaja
2. Penyaji : Team Agregat Remaja dan petugas puskesmas
3. Fasilitator : Team Agregat Remaja
4. Dokumentasi : Team Agregat Remaja
G. SETTING TEMPAT
Keterangan:
: Peserta
: Fasilitator
: Penyaji
: Moderator
: Layar LCD
: Layar Proyektor
H. MATERI
Materi terlampir
I. PENATALAKSANAAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan: 1. Menjawab salam
1. Memberi salam 2. Mendengarkan
2. Perkenalan dan
3. Menjelaskan tujuan memperhatikan
pembelajaran
2 15 menit Pelaksanaan: Menyimak dan
mendengarkan
Menjelaskan materi penyuluhan
secara berurutan dan teratur
3 15 menit Demonstrasi : Peserta menyimak
Memperagakan cara BLS dan memperhatikan
3 10 menit Sesitanya jawab Bertanya hal yang
sekiranya ingin lebih
diketahui
4 10 menit Evaluasi: Peserta lain
Meminta salah satu peserta untuk menyimak
mempraktikkan cara BLS
5 5 menit Penutup: Menjawab salam
Mengucapkan terima kasih dan
mengucapkan salam
J. KRITERIA EVALUASI
1. Struktur
a. Alat-alat di pergunakan ( Power Point, LCD, dan Leaflet) telah di
persiapkan.
b. Kontrak waktu dan tempat telah dilakukan.
c. Peserta siap diberikan pelatihan BLS.
d. Pelatihan BLS siap di berikan.
2. Proses
a. Waktu dan tempat sesuai kontrak
b. Peserta kooperatif saat dilakukan pelatihan BLS.
c. Peserta antusias dalam bertanya saatpelatihan BLS.
d. Peserta antusias tidak droup out ( keluar ) saat pelatihan dilaksanakan.
3. Hasil
a. Peserta memahami materi pelatihan.
b. Peserta dapat menjawab pertanyaan yang di berikan oleh moderator
c. Peserta dapat mempraktikkan kembali BLS yang telah diajarkan.
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian
Resusitasi membawa maksud menghidupkan kembali dengan usaha-
usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung
berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru (RJP) adalah
upaya mengembalikan fungsi nafas atau sirkulasi yang berhenti oleh mana-
mana sebab dan boleh membantu memulihkan kembali fungsi kedua
jantung dan paru ke keadaan normal. Bantuan hidup dasar atau basic life
support (BLS) termasuk mengenali jika terjadinya serangan jantung,
aktivasi respon sistem gawat darurat, dan defibrilasi dengan menggunakan
defibrillator.
Bantuan hidup dasar atau basic life support (BLS) adalah
pendekatan sistematik untuk penilaian pertama pasien, mengaktifkan respon
gawat darurat dan juga inisiasi CPR atau RJP yaitu resusitasi jantung paru.
RJP yang efektif adalah dengan menggunakan kompresi dan dilanjutkan
dengan ventilasi.
BLS boleh dilakukan oleh orang awam dan juga orang yang terlatih
dalam bidang kesehatan. Ini bermaksud RJP boleh dilakukan dan dipelajari
dokter, perawat, para medis dan juga orang awam. Keadaan di mana
terdapat kegagalan pernafasan yang boleh menyebabkan systemic
cardiopulmonary arrest (SCA) adalah seperti kecelakaan, sepsis, kegagalan
respiratori, sudden infant death syndrome dan banyak lagi
B. Indikasi
1. Henti nafas
Henti nafas primer (Respiratory arrest) dapat disebabkan oleh
banyak hal, misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam,
inhalasi asap / uap / gas, obstruksi jalan nafas oleh benda asing, tersengat
listrik, tersambar petir, serangan infark jantung, radang epiglottis,
tercekik (suffocation), trauma dan lain – lainnya. Sumbatan jalan nafas
dapat total atau partial.
C. Tujuan
Tindakan Basic life support (BLS) memiliki berbagai macam
tujuan,diantaranya yaitu:
1. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi oksigenasi organ – organ
vital (otak, jantung dan paru)
2. Mempertahankan hidup dan mencegah kematian.
3. Mencegah komplikasi yang bisa timbul akibat kecelakaan
4. Mencegah tindakan yang dapat membahayakan korban
5. Melindungi orang yang tidak sadar
6. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi
7. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari
korbanyang mengalami henti jantung atau henti napas melalui
Resusitasi Jantung Paru (RJP).
D. Langkah-langkah
1. Memeriksa keadaan pasien, respon pasien, termasuk mengkaji ada /
tidak adanya nafas secara visual tanpa teknik Look Listen and Feel.
Gambar 3. Head Tilt & Chin Lift (dikutip dari daftar pustaka no. 3)
E. Komplikasi
1. Backward tilt of head (menengadahkan kepala)
- Pada orang tua dengan aterostenosis, menengadahkan kepala maksimal,
atau memalingkan kepala ke samping bisa menyebabkan gangguan
sistem arteri vertebral-basilar, yang berakibat kerusakan batang otak.
- Pada kecelakaan lalu lintas, menengadahkan kepala maksimal
memalingkan kepala ke samping akan memperberat kerusakan/trauma
medulla spinalis dan menyebabkan kelumpuhan, sehingga pada
keadaan penderita demikian, hanya moderate backward tilt seperti pada
triple maneuver yang dianjurkan.
2. External Cardiac Compression (pijat jantung luar)
- Osteo-chondral costae terenggang/terpisah. Fraktur kosta multiple,
terutama pada orangtua. Fraktur sternum.
- Flail Chest, pneumothoraks, kontusi paru, tamponade jantung. 7,8
3. Inflation (hembusan/tiupan)
- Lambung menggelembung.
- Paru robek, terutama pada bayi atau anak jika dilakukan
tiupan/hembusan terlalu kuat, terjadi tension pneumothoraks.