Anda di halaman 1dari 5

NAMA : OFI SHOPIYYAH

KELAS : TIR-15A PAGI


NPM : 15113052

RANGKUMAN SOFT SYSTEM METHODOLOGY

Soft System Metodology


 SSM merupakan suatu rangkaian untuk memahami sebuah problematical situation,
merumuskan suatu permasalahan dan bagaimana mengatasi permasalahan tersebut.
 Perumusan masalah diperoleh dari problematical situation dimana problematical
situation tersebut terbentuk dari proses pembelajaran atas individu-individu yang
memiliki pola pikir, sudut pandang dan pengalaman berbeda atas suatu situasi.
 Secara umum, SSM merupakan suatu kegiata yaitu, “action to improve” yang
merupakan purposeful activity digambarkan dalam pattern berikut:
1. Finding out
2. Model building
3. Discussing/debating
4. Defining/ranking action

Soft System Methodology Learning Cycle


1. Finding Out
 Dalam SSM, pada umumnya terdapat 4 cara untuk mengetahui problematical situation.
Dalam bahasa SSM, cara tersebut dikenal dengan “making Rich Picture” dengan
menggunakan 3 tool yang disebut “ Analysis One, Analysis Two dan Analysis Three”.
Tujuan penggunaan 3 tools ini adalah untuk mengetahui intervensi, sosial analisis dan
political analisis.
 Untuk membuat sebuah rich picture, perlu mengetahui situasi real sehingga peneliti
harus bertindak seperti spons yang mampu menyerap setiap informasi sebanyak-
banyaknya (interview, FGD, etc) termasuk mengenai kompleksitas, interaksi dan
hubungan antara manusia yang ada didalam situasi/ keadaan tersebut. Untuk mengatasi
permasalahan yang melebar dan tidak berhubungan, maka diperlukan suatu basis diskusi.
 Tujuan membuat rich picture adalah untuk mencapture pihak/entitas utama, struktur,
viewpoints dari suatu situasi serta proses yang sedang terjadi, issu yang sedang
berkembang serta kejadian yang potensial terjadi.
 Analysis One (Intervention), dalam SSM, analysis one digunakan untuk melakukan
organisasi atas sequence dari real situation. Sequence dari real situation tersebut
diperoleh dari kehadiran 3 kunci utama yang memiliki peran (role) disebut:
a) Client, orang atau kelompok yang melakukan intervensi atas suatu kedaan dengan
kata lain merupakan pihak yang tanpa kehadirannya investigasi lebih lanjut tidak
dibutuhkan
b) Practicioner, orang atau kelompok yang melakukan investigasi
c) Owner, merupakan pihak yang merupakan concern atau dipengaruhi oleh situasi dan
outcomes sehingga atasnya diperlukan usaha untuk melakukan improvement.
Dalam analysis one, peneliti perlu dan harus mencermati aspirasi client dalam
melakukan intervensi. Peran client adalah issue owner.
 Analysis Two ( Social), dalam melakukan analisis ini, peneliti harus memiliki sense of
social reality. Untuk memiliki sense of social reality yang efektif, maka harus benar-
benar mengetahui culture dan mengetahui hal-hal yang terkait di dalamnya. Hal ini
merupakan bagian yang sangat penting dalam SSM karena merupakan action-orriented
approach. Dalam menganalisis suatu keadaan melalui investigasi, improvement yang
akan dilakukan tidak hanya semata-mata berasal dari suatu argumen yang kuat,
pemikiran dan harapan yang secara intuitif dapat dilakukan, melainkan harus culturally
feasible. Dengan kata lain, harus possible for these particular people, with their particular
history and their particular ways of looking at the world. Dengan kata lain, dalam stage
analisis ini, role, norm dan value merupakan elemen penting.
 Analysis Three (Political), fokus analysis three adalah untuk mengetahui disposition of
power dalam suatu keadaan dan bagaimana suatu proses dilakukan. Bagian ini
merupakan elemen penting untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan culturally
feasible dan batasan-batasan suatu intervensi berada dalam ruang lingkup culturally
feasible.

2. Making Purposeful Activity Models


 Setelah melakukan proses enquire dan learning, maka tahap selanjutnya adalah membuat
models of purposeful activity dan menggunakan model tersebut sebagai pertanyaan dasar
atas real world. Model ini merupakan hal yang penting karena dalam kenyataannya,
manusia melakukan kegiatan dan berinteraksi merupakan perwujudan dari kegiatan-
kegiatan yang diharapkan memiliki purpose.
 Untuk membuat suatu purposeful activity model system diperlukan suatu statement yang
mendeskripsikan activity sistem yang dijadikan sebagai model. Dalam bahasa SSM, hal
ini disebut Root Definition, merupakan suatu statement yang merupakan gambaran dari
core way of describing the system. Penggabaran dengan satu statemen mengenai suatu
situasi akan menjadi tidak jelas. Dengan demikian, atas satu statement tersebut diperlukan
rich description yang berasal dari pertanyaan-pertanyaan relevan dengan real situation
atas Root Definition tersebut.
 Guideline dalam modelling process sebagai berikut:
a) Dalam bahasa SSM, menggunakan tools yang disebut “the PQR Formula” : do P, by
Q in order to achive R dimana PQR digunakan untuk menjawab pertanyaan what,
how dan why.
b) Formula PQR merupakan suatu tools untuk dapat menyimpulkan Root Definition yang
merupakan penggambaran dari purposeful activity model sebagai bentuk proses
transformasi.
c) Ketika ide berupa Root Definition sedang dikembangkan sebagai sumber model, untuk
tujuan thinking enrichment, maka model dapat menggunakan analisis CATWOE.
Dalam model C (Customer) A (Actor) TWO(Owner) E (Environment), konsep
purposeful activity didefinisikan sebagai transformation process (T) dan worldview
(W):
 Membutuhkan actor (A) untuk melakukan aktivitas T
 Mempengaruhi customer (C) yang akan memberikan manfaat positif atau negatif
 Akan memberikan pengaruh bagi pihak lain dari environment (E) kepada pihak
diluar Environment tersebut.
 Dapat dihentikan atau diubah oleh orang atau pihak yang dapat disebut sebagai
owner (O)
Dalam menggunakan CATWOE, maka peneliti harus berada pada track berpikir:
performa apa yang diukur, dengan menggunakan sistem apa, yang akan ditentukan
oleh apa? Terdapat 3 kriteria yang akan relevan dalam tiap kasus, yaitu:
 Kriteria untuk mengatakan apakah transformasi T berlangsung sesuai dengan
outcome yang diharapkan (kriteria untuk efficacy)
 Kriteria untuk mengatakan apakah transformasi diperoleh dengan sumber daya
minimum (kriteria efficiency)
 Kriteria untuk mengatakan apakah transformasi cukup membantu untuk mencapai
suatu tujuan dalam jangka panjang atau high level achievement (kriteria untuk
effectiveness)
d) Ketika melakukan formulasi Root Definition untuk membuat suatu model, evaluasi
perlu dilakukan dengan mempertimbangkan apakah Root Definition tersebut adalah
‘primary task” atau “issu based definition” agar model yang dibangun tersebut tidak
berasal dari kesimpulan intuitif.
 Logical sequences untuk membuat model relevan ketika proses pemodelan mengalami
kesulitan, dapat menggunakan guideline berikut:
a) Menentukan PQR, CATWOE dan RD
b) Menuliskan 3 kelompok aktivitas yang berhubungan dengan hal yang akan
ditransformasikan
c) Menghubungkan setiap aktivitas dengan panah untuk menentukan/menggambarkan
dependensi antara satu dengan lainnya
d) Menambahkan monitoring dan control activities
e) Melakukan cek model dengan membandingkan dengan guidelines dengan menjawab
pertanyaan: (1) apakah setiap phrase dalam RD membentuk suatu model?(2) apakah
setiap aktivitas dalam model dapat dikembalikan dalam bentuk RD, CATWOE. Jika
jawabannya adalah ‘ya’, maka model yang dibentuk adalah defensible model.

3. Using Models to Structure Discussion about the Situation and its Improvement
 Ketika peneliti telah memasuki tahap memahami problematic situation, membuat
sebuah rich picture dan melakukan analysis one, two and three, peneliti sedang
membentuk sebuah rich appreciation atas suatu situasi. Rich appreciation tersebut
merupakan tools untuk menginventarisir list of possible issue owners.
STUDI KASUS PADA POWERPOINT

1. Feed Mix Production


Didalam kasus ini masalah yang dihadapi oleh produsen pakan adalah untuk menentukan
'resep' dari bahan-bahan yang tersedia yang memenuhi persyaratan gizi ayam, sementara pada
saat yang sama meminimalkan biaya per kilogram yang dihasilkan. Masalahnya menjadi
lebih rumit jika pabrikan menghasilkan sejumlah campuran umpan yang berbeda dan hanya
memiliki akses terbatas pada sejumlah bahan berharga tertentu.
Masalah ini dapat dipecahkan dengan menggunakan pemrograman linear - teknik
pengoptimalan. Ada banyak masalah di mana pembuat keputusan ingin mengalokasikan
sumber daya yang langka ke sejumlah penggunaan yang berbeda, masing-masing
menghasilkan manfaat tertentu. Pemrograman linier dapat digunakan untuk menemukan
alokasi terbaik ini. Pemrograman linier dan berbagai perluasannya dapat diterapkan untuk
sejumlah masalah keputusan lainnya.

2. Evironmental & Economic Consideration: The Deep Cove Project


Pada studi kasus ini menceritakan pertengahan tahun 80-an sebuah perusahaan Amerika
mengusulkan untuk menangkap perairan murni yang dibuang dari Pembangkit Listrik
Manapouri di Taman Nasional Fiordland di bagian bawah Pulau Selatan NZ dan
mengangkutnya dengan kapal tanker laut besar menuju Pantai Barat AS dan Timur Tengah.
negara-negara.
Perusahaan telah menunjukkan tanggung jawab yang cukup besar dalam merencanakan
seluruh operasi sedemikian rupa sehingga dampak lingkungan di fiord akan dijaga serendah
layak secara ekonomi. kelompok-kelompok lingkungan menentang proyek ini. Berikut adalah
beberapa alasan mereka: Pertama, itu akan memperkenalkan kegiatan komersial non-turis di
perairan Taman Nasional yang bertentangan dengan piagam Taman Nasional. Mereka
khawatir bahwa penghapusan hingga 60% dari air tail race akan mengubah keseimbangan
antara air tawar dan air asin dan mempengaruhi flora dan fauna unik suara yang telah
berevolusi selama jutaan tahun. Karena kondisi cuaca yang parah di bagian N.Z., kecelakaan
yang mengakibatkan tumpahan minyak akan sulit untuk dicegah, bahkan dengan niat baik,
dengan konsekuensi yang berpotensi menimbulkan bencana.
N.Z. Pemerintah memiliki keputusan terakhir dalam hal ini. Apa yang harus dilakukan?
Mengingat potensi dampak lingkungan dari proyek ini, keputusan untuk atau menentangnya
tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan alasan ekonomi. Ini membutuhkan keseimbangan
yang hati-hati terhadap faktor ekonomi dan lingkungan yang penting. Ada tujuan yang
bertentangan, yaitu memaksimalkan kesejahteraan ekonomi N.Z., versus meminimalkan
dampak lingkungan yang mungkin ireversibel untuk melestarikan kawasan hutan belantara
yang unik untuk dinikmati generasi mendatang, serta membatasi intrusi kegiatan komersial ke
dalam taman nasional. Masalah-masalah tujuan ganda dan mungkin bertentangan sering
terjadi di sektor publik.
3. Breast Cancer Screening Policies
Studi kasus ini menceritakan bahwa sekitar 95% dari semua potensi pertumbuhan kanker
yang ditemukan pada tahap preinvasive dapat disembuhkan. Dengan demikian penting bahwa
pertumbuhan semacam itu dapat dideteksi sedini mungkin. Dalam uji coba skrining 70-an
dilakukan di sejumlah negara, seperti Swedia, Inggris, dan AS, dalam upaya untuk
mengurangi angka kematian kanker payudara.
Mamografi adalah metode paling efektif untuk mendeteksi pertumbuhan jaringan abnormal.
Penelitian menunjukkan bahwa untuk wanita usia 50 mamografi dapat mendeteksi sekitar
85% dari semua pertumbuhan jaringan abnormal yang dapat diharapkan berkembang menjadi
kanker payudara dalam 12 bulan berikutnya setelah pemeriksaan. Ini secara signifikan lebih
tinggi daripada metode penyaringan lainnya. Persentase potensi pertumbuhan kanker
terdeteksi menurun secara substansial karena interval waktu antara pemutaran menjadi lebih
lama. Karena kebutuhan akan pengenalan kebijakan skrining yang efektif akhirnya diakui
oleh para profesional kesehatan dan pemerintah, masih ada kontroversi mengenai kebijakan
penyaringan 'terbaik' yang akan digunakan. Kebijakan penyaringan ditentukan oleh rentang
usia wanita yang akan diskrining dan frekuensi skrining, mis., Semua wanita antara usia 48
dan 65 pada interval tahunan.
Selain faktor medis dan sebagian kehilangan nyawa manusia yang dapat dihindari, Karena
rentang usia dan frekuensi skrining meningkat, jumlah mesin dan personel terlatih yang
dibutuhkan juga meningkat. Mendapatkan mesin-mesin ini dan melatih personel yang
diperlukan sehingga melibatkan pengeluaran modal yang sangat besar. Jadi, masalah yang
dihadapi oleh otoritas kesehatan di banyak negara adalah apa kebijakan yang menawarkan
kompromi terbaik antara pertimbangan ekonomi dan penderitaan manusia, dan bagaimana
kebijakan yang akhirnya dipilih dilaksanakan. Seperti proyek Deep Cove, ini adalah
keputusan yang tidak akan terbebas dari pertimbangan politik.

Anda mungkin juga menyukai