TEORI KOMUNIKASI I
KELAS D
KELOMPOK 9:
Marcelline Vania Teofani 180906654
Gregorius Yubilio 180906666
Daniel Aryo Bismo 180906668
Cristina S. Alusinsing 180906670
Bagaimana orang-orang yang berasal dari budaya individualis dan kolektif menegosiasikan wajah
dalam konflik? Face negotiation theory didasari oleh pengaturan wajah yang menjelaskan
bagaimana orang-orang dari kebudayaan yang berbeda mengelola negosiasi konflik untuk
mempertahankan wajah. Perhatian dari wajah diri dan wajah orang lain menjelaskan bagaimana
negosiasi yang dilakukan antarindividu dari berbagai kebudayaan yang berbeda. Teori ini bersifat
multifaset, menggabungkan penelitian dari komunikasi antarbudaya, konflik, kesopanan, dan
“facework” atau efek wajah/tatap muka. Teori ini memiliki daya tarik serta penerapan lintas
budaya karena Ting-Toomey berfokus pada sejumlah populasi dengan kebudayaan yang berbeda.
Wajah merupakan fitur penting dalam kehidupan, sebuah metafora untuk citra diri yang meliputi
seluruh aspek sosial kehidupan (Domenici & Littlejohn, 2006). Ting-Toomey berpendapat bahwa
wajah dapat dimaknai melalui dua cara utama: perhatian wajah dan kebutuhan wajah. Perhatian
wajah merupakan ketertarikan dalam memperhatikan wajah seseorang atau wajah dari orang lain.
Sedangkan kebutuhan wajah merupakan keinginan yang diasosiasikan atau tidak diasosiasikan
dengan orang lain.
Ting-Toomey dipengaruhi oleh penelitian tentang kesopanan. Secara umum, konsep kesopanan
memberikan perhatian pada kelayakan perilaku dan prosedur yang berhubungan dengan
membangun dan mempertahankan keharmonisan dalam hubungan (Kerbrat-Orecchioni, 2012).
Secara khusus, para pakar teori kesopanan (Brown & Levinson, 1978, 1987) berpendapat bahwa
orang-orang akan menggunakan strategi kesopanan berdasarkan pada persepsi ancaman wajah.
Menurut Danette Ifert Johnson (2007), teori kesopanan menyatakan bahwa sebuah pesan tunggal
dapat memancing lebih dari satu ancaman wajah dan dapat secara bersamaan mendukung dan
mengancam kebutuhan wajah, yang dapat memengaruhi pesan-pesan berikutnya. Ada dua jenis
kebutuhan universal: kebutuhan wajah yang bersifat positif dan negative. Wajah positif adalah
keinginan untuk disukai dan dikagumi oelh orang-orang terdekat dalam hidup kita, sedangkan
wajah negatif adalah keinginan untuk menjadi mandiri dan tidak dibatasi.
Kerja wajah berhubungan dengan bagaimana individu berusaha untuk menyelaraskan apa yang
mereka lakukan dengan wajah mereka. Ada tiga jenis kerja wajah: bijaksana, solidaritas, dan
penerimaan dengan baik. Pertama, kerja wajah bijaksana merujuk pada tingkat kerja wajah
hingga individu menghormati otonomi atau kebahagiaan orang lain. Jenis kedua adalah kerja
wajah solidaritas, yaitu menerima orang lain sebagai bagian dari kelompok. Dan jenis terakhir
adalah kerja wajah persetujuan/penerimaan yang lebih fokus pada aspek positif daripada aspek
negative orang lain.
SUARA
Suara berarti sesuatu tentang identitas kita,ketika kita menemukan suara kita atau
menggunakan suara kita, itu berarti bahwa kita memproyeksikan kepada orang lain siapa kita dan
tentang apa kita semua. Menurut Jason Stanley, seorang profesor filsafat di Universitas Rutgers,
mencatat bahwa pembungkaman adalah merampok orang lain dalam kemampuan untuk terlibat
dalam tindak tutur, seperti pernyataan.
SUDUT PANDANG
Dalam konsep teori, sudut pandang adalah lokasi, bersama oleh sebuah kelompok yang
mengalami status orang luar, dalam struktur sosial, yang meminjamkan pemahaman tertentu
mengenai pengalaman hidup seseoran. Konsep keterlibatan diperkuat oleh peneliti yang
membedakan antara sudut pandang dan perspektif, kedua hal ini sangat mudah membingungkan
tetapi ada sebuah perbedaan penting. Sebuah perspektif yang dibentuk oleh pengalama yang
terstruktur oleh tempat seseorang dalam hierarki sosial. Sebuah perspektif dapat menyebabkan
pencapaian sudut pandang, tetapi hanya sebatas usaha.Sementara sudut pandang harus dicari
secara aktif, diacapai melalui pengalaman penindasan diatambahkan ke keterlibatan aktif,refleksi,
dan pengakuan terhadap implikasi politik dari pengalaman tersebut.
Memiliki arti bahwa pengetahuan setiap orang didasarkan pada konteks dan keadaan.
Konsep ini menujukkan bahwa pengetahuan adalah beberapa kejadian dan terletak dalam
pengalaman. Seperti halnya, apa yang orang pelajari sebagai seorang pengasuh dalam merawat
orang tua yang sakit pasti akan berbeda dengan orang yang tumbuh sebagai tukang listrik karena
pengalaman dan situasi yang berbeda. Gagasan pengetahuan menurut situasi mengingatkan kita
bahwa apa yang kita ketahui dan lakukan adalah bukan bawaan melainkan merupakan hasil belajar
dari pengalaman kita.
PEMBAGIAN KERJA SECARA SESKUAL
Konsep ini meruapkan konsep penting dalam teori ini, pembagian kerja secara seksual
merupakan alokasi pekerjaan yang dibagi sesaui dengan jenis kelamin. Ini memiliki keterkaitan
dengan suatu pandangan feminis yang berbicara mengenai perempuan yang hanya diposisikan
sebagai pekerja domestik sehingga terjadi adanya tidak kesetraan gender. Sehingga dalam teori ini
menyoroti eksploitasi dan distorsi yang terjadi ketika tenaga kerja dibagi berdasarkan jenis
kelamin.