Hamil Anggur
Hamil Anggur
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
PEMBAHASAN
Pada hamil anggur, sel-sel telur dan plasenta yang tidak mampu
berkembang ini akan membentuk kista (gelembung berisi cairan) yang
bentuknya menyerupai anggur putih.
Kehamilan yang sempurna harus terdiri dari unsur ibu yang akan
membentuk bagian embrional (anak) dan unsur ayah yang diperlukan untuk
membentuk bagian ekstraembrional (plasenta, air ketuban dan lain-lain),
secara seimbang. Pada konsepsi normal, setiap sel tubuh manusia
mengandung 23 pasang kromosom, dimana salah satu masing-masing
pasang dari ibu dan yang lainnya dari ayah. Dalam konsepsi normal,
sperma tunggal dengan 23 kromosom membuahi sel telur dengan 23
kromosom, sehingga akan menghasilkan 46 kromosom.
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi
mulai dari spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini
dapat dimulai sesaat sebelum abortus atau yang lebih sering lagi
timbul secara intermiten selama berminggu-minggu atau setiap
bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan
sering dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang
sering dijumpai.
2. Ukuran Uterus
Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia kehamilan
yang sebenarnya. Mungkin uterus lewat palpasi sulit dikenali dengan
tepat pada wanita multipara, khusus karena konsistensi tumor yang
lunak di bawah abdomen yang kenyal. Ovarium kemungkinan
mempunyai konsistensi yang lebih lunak.
3. Aktivitas Janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis,
secara khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun
dilakukan test dengan alat yang sensitive sekalipun. Kadang-kadang
terdapat plasenta yang kembar pada kehamilan mola hidatidosa
komplit. Pada salah satu plasentanya sementara plasenta yang
lainnya dan janinnya sendiri terlihat normal. Demikian pula sangat
jarang ditemukan perubahan mola inkomplit yang luas pada
plasenta dengan disertai dengan janin yang hidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma
villus dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena.
Jumlah tersebut dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan
gejala serta tanda emboli pulmoner akut bahkan kematian. Keadaan
fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa
stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru
terlalu kecil untuk menghasilkan penyumbatan pembuluh darah
pulmoner namun lebih lanjut trofoblas ini dapat menginfasi parenkin
paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti lewat pemeriksaan
radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja (corio
carsinom metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola
hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa
diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapat
terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau
bulan kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi
dan menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan
pengobatan yang efektif.
5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar
sebelum mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam
uterus lewat tindakan. Ekspulsi spontan paling besar
kemungkinannya pada kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang
lebih dari 28 minggu.
a. Usia Ibu
Peningkatan resiko untuk MHK karena kedua usia reproduksi
yang ekstrim (terlalu muda dan terlalu tua). Hal ini berhubungan
dengan keadaan patologis ovum premature dan postmature. Ovum
patologis terjadi karena gangguan pada proses meiosis, sehingga
ovum tidak memiliki inti sel. ovum dari wanita yang lebih tua lebih
rentan terhadap pembuahan yang abnormal. Dalam sebuah
penelitian, resiko untuk MHK meningkat 2,0 kali lipat untuk wanita
yang lebih tua dari 35 tahun dan 7,5 kali lipat untuk wanita yang lebih
tua dari 40 tahun.
b. Status Gizi
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi
meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial
ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
Studi kasus kontrol dari Italia dan Amerika Serikat telah
menunjukkan bahwa asupan makanan rendah karoten dapat
dikaitkan dengan peningkatan resiko kehamilan MHK. Daerah
dengan tingginya insiden kehamilan mola juga memiliki frekuensi
tinggi kekurangan vitamin A. Faktor diet, karena itu, sebagian dapat
menjelaskan variasi regional dalam insiden MHK (Berek, 2007).
c. Riwayat Obstetri
Resiko untuk MHK dan MHP meningkat pada wanita dengan
riwayat aborsi spontan sebelumnya. Sebuah MH sebelumnya juga
merupakan faktor resiko yang kuat (Berek, 2009). Ibu multipara atau
pernah melahirkan lebih dari satu kali cenderung beresiko terjadi
kehamilan mola hidatidosa apabila terjadi trauma kelahiran (Saleh,
2005).
1. Perbaikan Umum
Pengeluaran gelembung mola yang disertai perdarahan
memerlukan transfusi sehingga penderita tidak jatuh syok.
Disamping itu setiap evakuasi jaringan mola dapat diikuti
perdarahan. Hingga persiapan darah menjadi program vital pada
waktu mengeluarkan mola dengan curetage dipasang infus dan
uretoronika dulu sehingga pengecilan rahim dapat mengurangi
perdarahan.
4. Pengawasan Lanjut
Pengawasan lanjutan pada wanita dengan mola hidatidosa yang
uterusnya dikosongkan sangat penting karena mungkin timbul tumor
ganas. Penentuan kadar kuantitatif HCG subyektif unit beta
dilakukan tiap minggu.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
3.2 SARAN