Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

‘PARASITOLOGI I’

GENUS DIENTAMOEBA (Dientamoeba fragilis)

KELOMPOK 3

NI PUTU AYU NATALIA DEWI (18071014)


WILHELMINA WAMBRAUW (18071018)
KADEK ANIDIA RASMI (18071019)
NI PUTU SARASWATI KRISTINA (18071020)
BARBARA LUSINDA AHOREN (18071023)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tidak terhingga dihaturkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), karena atas rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul

“Genus Dientamoeba (Dientamoeba fragilis)” dapat diselesaikan sesuai harapan.

Makalah ini disusun dengan mengerahkan segala pemikiran dan upaya yang ada,

termasuk bantuan dan bimbingan serta sumbang saran dari berbagai pihak, baik langsung

maupun tidak langsung.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari yang sempurna. Hal ini disebabkan

oleh keterbatasan penulis dalam pengetahuan, kemampuan menulis, mencari sumber dan

pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan. Semoga

makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 13 April 2019

Penulis,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 4

2.1 Nama Penyakit Dientamoeba fragilis.......................................................... 4

2.2 Sejarah Dientamoeba fragilis....................................................................... 4

2.3 Distribusi Geografis Dientamoeba fragilis.................................................. 5

2.4 Hospes Dientamoeba fragilis....................................................................... 5

2.5 Habitat Dientamoeba fragilis....................................................................... 6

2.6 Morfologi (Spesifikasi) Dientamoeba fragilis............................................. 6

2.7 Siklus Hidup Dientamoeba fragilis.............................................................. 8

2.8 Patologi dan Gejala Klinik Dientamoeba fragilis........................................ 8

2.9 Gambaran Klinik (Simtomatologi) Dientamoeba fragilis........................... 9

2.10 Diagnosis (Pemeriksaan Laboratorium) Dientamoeba fragilis................... 9

2.11 Epidemiologi Dientamoeba fragilis............................................................ 10

2.12 Pencegahan Penyakit Dientamoeba fragilis................................................ 10

2
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 11

3.1 Simpulan....................................................................................................... 11

3.2 Saran.............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penyebaran Dientamoeba fragilis.................................................................... 6


Gambar 2.2 Bentuk Trofozoit Dientamoeba fragilis........................................................... 7
Gambar 2.3 Siklus Dientamoeba fragilis............................................................................. 8
...............................................................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan hospes enam spesies amoeba yang hidup dalam rongga usus besar
yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni, Iodamoeba butsclii,
Dientamoeba fragilis, Endolimax nana, dan satu spesies amoeba yang hidup dalam rongga
mulut yaitu Entamoeba gingivalis. Semua spesies Entamoeba ini hidup sebagai komensal
pada manusia kecuali Entamoeba histolytica (Ramadhani, 2010).
Selain hidup pada rongga usus besar, golongan Rhizopoda ada pula yang hidup bebas
di air tawar, air laut, atau tempat berlumpur. Di antara amoeba golongan Rhizopoda yang
hidup secara bebas (free living amoeba) ada dua genus yang hidup fakultatif dan patogen
pada manusia, yaitu genus Naegleria dan Achantamoeba yang dapat menyebabkan
penyakit meningitis amebic (Ramadhani, 2010).
Dientamoeba fragilis adalah trichomonas parasit non flagellata yang merupakan salah
satu parasit kecil yang dapat hidup di usus besar manusia. Tidak seperti kebanyakan
protozoa usus lainnya, siklus hidupnya tidak memiliki tahap kista sehingga infeksi antara
manusia terjadi selama tahap trofozoit. Organisme ini bergerak aktif pada tinja yang segar
dengan pengumpalan tinja dibiarkan berdiri, peka terhadap lingkungan aerobik, dan akan
mati jika ditempatkan dalam air garam, air keran, atau air suling. Dientamoeba fragilis
telah terdeteksi di limbah yang tidak diobati (Chan et al., 1993).
Penularan Dientamoeba fragilis juga melalui berbagai mamalia dan burung hanya
diidentifikasi primata non-manusia sebagai tuan rumah alami dan tidak pernah di hewan
peliharaan domestik. Namun baru-baru ini prevalensi tinggi infeksi telah dilaporkan pada
babi. Dengan demikian, ada transmisi zoonosis mungkin parasit ini, meskipun sebagian
besar infeksi diyakini melalui direct fecal-oral menyebar dan mungkin melalui co-infeksi
telur Enterobius vermicularis (yaitu cacing kremi) (Chan et al., 1993; David, 2016).
Organisme ini menginfeksi mukosa usus besar yang terletak dekat dengan epitel
mukosa, dari sekum ke rektum. Namun, sekum dan kolon proksimal biasanya terpengaruh.
Parasit ini tidak dikenal invasif dan tidak menyebabkan kerusakan sel. Ini mungkin
memanggil respon inflamasi eosinofilik di mukosa kolon, dengan demikian gejala yang
berhubungan dengan iritasi mukosa kolon dangkal. Mirip dengan beberapa parasit lainnya
(misalnya, Cyclospora cayetanensis, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum), parasit

1
2

Dientamoeba fragilis telah ditujukan untuk menyebabkan penyakit pada manusia


tanpa memandang status kekebalan tubuh mereka (Chan et al., 1993; Djokopurwo, 2015).
Oleh karena itu perlunya menambah wawasan tentang beberapa spesies Rhizopoda
khususnya spesies-spesies yang patogen terhadap manusia agar dapat mencegah timbulnya
penyakit yang disebabkan oleh spesies Rhizopoda ini (Ramadhani, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka adapun rumusan masalah yang akan
dibahas, antara lain:
1. Apa penyakit yang disebabkan oleh Dientamoeba fragilis?
2. Bagaimana sejarah dari Dientamoeba fragilis?
3. Bagaimana distribusi geografis dari Dientamoeba fragilis?
4. Bagaimana hospes Dientamoeba fragilis?
5. Dimana habitat Dientamoeba fragilis?
6. Bagaimana morfologi (spesifikasi) Dientamoeba fragilis?
7. Bagaimana siklus hidup Dientamoeba fragilis?
8. Bagaimana patologi dan gejala klinik dari Dientamoeba fragilis?
9. Bagaimana gambaran klinik (simtomatologi) Dientamoeba fragilis?
10. Bagaimana diagnosis (pemeriksaan laboratorium) dari Dientamoeba fragilis?
11. Bagaimana epidemiologi Dientamoeba fragilis?
12. Bagaimana pencegahan penyakit yang disebabkan oleh Dientamoeba fragilis?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh Dientamoeba fragilis.
2. Untuk mengetahui sejarah dari Dientamoeba fragilis.
3. Untuk mengetahui distribusi geografis dari Dientamoeba fragilis.
4. Untuk mengetahui hospes Dientamoeba fragilis.
5. Untuk mengetahui habitat Dientamoeba fragilis.
6. Untuk mengetahui morfologi (spesifikasi) Dientamoeba fragilis.
7. Untuk mengetahui siklus hidup Dientamoeba fragilis.
8. Untuk mengetahui patologi dan gejala klinik dari Dientamoeba fragilis.
9. Untuk mengetahui gambaran klinik (simtomatologi) Dientamoeba fragilis.
3

10. Untuk mengetahui diagnosis (pemeriksaan laboratorium) dari Dientamoeba fragilis.


11. Untuk mengetahui epidemiologi Dientamoeba fragilis.
12. Untuk mengetahui pencegahan penyakit yang disebabkan oleh Dientamoeba fragilis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Nama Penyakit Dientamoeba fragilis


Nama penyakit yang disebabkan oleh Dientamoeba fragilis adalah Dientamoebiasis.
Dientamoebiasis adalah kumpulan gejala akibat iritasi mukosa usus besar dengan gejala
yang paling umum adalah nyeri di bagian perut, penurunan berat badan, diare, anoreksia,
mual-mual, demam, dan kelelahan. Jika infeksi sudah kronis, gejala yang muncul akan
berlangsung hingga lebih dari dua bulan (Chan et al., 1993).

2.2 Sejarah Dientamoeba fragilis


Sejak ditemukan pertama Dientamoeba fragilis oleh Jepps dan Dobell pada tahun
1918, Dientamoeba fragilis telah dianalisis untuk menemukan parasit ini patogen atau
tidak. Karena terdapat semakin banyakan laporan kasus dari berbagai negara di seluruh
dunia yang berhubungan dengan protozoa parasit ini, laporan klinisnya seperti diare, sakit
perut, perut kembung, dan anoreksia. Sejumlah penelitian bahkan dicurigai Dientamoeba
fragilis sebagai penyebab sindrom iritasi usus besar, kolitis alergi, dan diare pada pasien
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Meskipun Dientamoeba fragilis ini paling sering
diidentifikasi dengan menggunakan permanen smear atau kotoran bernoda, kemajuan
terbaru dalam teknik kultur yang menyederhanakan serta meningkatkan kemampuan
peneliti untuk mendeteksi organisme ini (Diagnostic, 2007; Djokopurwo, 2015).
Jepps dan Dobell dianggap sebagai inti dari Dientamoeba fragilis menjadi fitur
karakteristik organisme, karena mereka mengamati bahwa bentuk dominan adalah
binukleat, fitur yang mudah dibedakan itu dari amoeba usus manusia lainnya. Meskipun
mereka telah terisolasi, Dientamoeba fragilis dari tujuh orang, enam di antaranya memiliki
riwayat disentri atau diare kronis, mereka merasa bahwa observasi ini tidak memiliki
makna klinis. Kesimpulan ini didasarkan pada pengamatan mereka bahwa Dientamoeba
fragilis memiliki modus serupa gizi dengan organisme patogenik Entamoeba coli dan
Endolimax nana, berbeda dengan Entamoeba histolytica, yang kemudian dianggap sebagai
“parasit jaringan”. Mereka mengusulkan bahwa manusia adalah tuan rumah yang
menyimpang, dimana kista tidak berkembang, dan menyatakan bahwa Dientamoeba
fragilis terdapat pada sejumlah hewan dimana mampu melakukan enkistasi atau
membentuk kista (Diagnostic, 2007).

4
5

Sampai saat ini masih belum ada bukti untuk mendukung keberadaan hospes alami
selain manusia atau memiliki tahap kistik Dientamoeba fragilis yang pernah meyakinkan.
Selain itu, kurangnya model hewan yang cocok dan mampu mendukung siklus hidup
Dientamoeba fragilis yang mengembangkan gejala klinis serupa sangat terganggu
penelitian yang lebih rinci tentang biologi organisme (Diagnostic, 2007).
Kemajuan yang signifikan telah dibuat dalam klasifikasi biologi organisme ini, yang
awalnya digambarkan sebagai amoeba. Bagaimana organisme ditransmisikan tetap menjadi
misteri, meskipun ada beberapa bukti bahwa Dientamoeba fragilis mungkin ditularkan
melalui telur dari cacing kremi, Enterobius vermicularis. Selain itu, masih harus dijawab
apakah kedua genotipe yang berbeda dari Dientamoeba fragilis baru-baru ini diidentifikasi
merupakan organisme dengan virulensi yang berbeda (Diagnostic, 2007).

2.3 Distribusi Geografis Dientamoeba fragilis


Pada umumnya Dientamoeba fragilis ditemukan di Amerika Serikat dan negara-
negara maju lainnya yang paling sering 2-4%. Namun demikian, prevalensi harga lebih
tinggi (19-69%) telah dilaporkan dalam populasi tertentu, seperti individu yang hidup
dalam kondisi ramai (misalnya lembaga, komunal hidup), individu hidup dalam kondisi
miskin dengan kebersihan yang buruk, dan mereka yang bepergian ke negara-negara
berkembang. Siapapun dapat terinfeksi parasit ini. Namun, risiko infeksi mungkin lebih
tinggi untuk orang-orang yang tinggal di atau melakukan perjalanan ke pengaturan dengan
kondisi sanitasi yang buruk atau yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah (Andreas et
al., 2013; Natadisastra, 2014).

2.4 Hospes Dientamoeba fragilis


Manusia merupakan hospes Dientamoeba fragilis. Dimana semua spesies Entamoeba
ini hidup sebagai komensal pada manusia kecuali Entamoeba histolytica. Selain hidup
pada rongga usus besar, golongan Rhizopoda ada pula yang hidup bebas di air tawar, air
laut, atau tempat berlumpur. Di antara amoeba golongan Rhizopoda yang hidup secara
bebas (free living amoeba) ada dua genus yang hidup fakultatif dan patogen pada manusia,
yaitu genus Naegleria dan Achantamoeba yang dapat menyebabkan penyakit meningitis
amoebic (Girginkardesler et al., 2003; Diagnostic, 2007).

2.5 Habitat Dientamoeba fragilis


Habitat dari Dientamoeba fragilis yaitu pada usus besar manusia terutama bagian
colon dan sekum. Dientamoeba fragilis juga ditemukan pada usus besar beberapa hewan,
di antaranya kera atau hewan primata lainnya dan juga domba. Penularan Dientamoeba
6

fragilis juga melalui berbagai mamalia dan burung hanya diidentifikasi primata non-
manusia sebagai tuan rumah alami dan tidak pernah di hewan peliharaan domestik. Namun
baru-baru ini prevalensi tinggi infeksi telah dilaporkan pada babi (Chan et al., 1993;
Girginkardesler et al., 2003; Brooks et al., 2008).

Gambar 2.1 Penyebaran Dientamoeba fragilis (David, 2016).

2.6 Morfologi (Spesifikasi) Dientamoeba fragilis


Setelah lama digolongkan bersama amoeba, organisme yang kadang-kadang bersifat
patogen tersebut saat ini dikenal sebagai ameboflagelata pada ordo yang sama seperti
trikomonas. Dientamoeba fragilis bersifat patogen ringan pada sekitar 25% individu yang
terinfeksi (Brooks et al., 2008).
Dientamoeba fragilis mempunyai ukuran 6-18 µm dan rata-rata 12 µm. Ektoplasma
jernih, nukleus kelihatan tidak begitu jelas. Sukar dibedakan dengan Entamoeba
histolytica, kecuali dengan pewarnaan Iron Hematoksilin. Lebih kurang 4% mengandung
sel darah merah (Girginkardesler et al., 2003; Brooks et al., 2008; Natadisastra, 2014).

Jumlah inti dua buah (60-70%) dan satu buah (30-40%) yang memiliki dua lobus atau
berbentuk seperti kacang. Kariosom terdiri atas 4 fragmen (tetrad). Tidak ditemukan
kromatin pada membran inti (Girginkardesler et al., 2003; Brooks et al., 2008;
Natadisastra, 2014).
Dientamoeba fragilis hanya mempunyai bentuk trofozoit dengan dua inti berukuran 5-
8 µm sehingga merupakan amoeba usus yang terkecil. Sitoplasmanya tidak mengandung
eritrosit, tetapi mempunyai enam butir kromatin berukuran besar yang tersusun mirip
bintang (Soedarto, 2016).
7

Endoplasma kelihatan lebih jelas, dan pseudopodia seperti daun dan jernih.
Endoplasma mempunyai sitoplasma granuler dengan partikel makanan, bakteri (+), RBC
(-). Terdapat kristal, sel tumbuh-tumbuhan, sering dalam vakuola, dan tidak makan sel
darah merah. Trofozoit dewasa berinti 2 dengan kumpulan bercak-bercak (Girginkardesler
et al., 2003).
Bentuk trofozoit memiliki karakteristik sebagai berikut.
a Hidup di dalam usus besar.
b Bentuk trofozoit mempunyai 2 inti.
c Tidak mempunyai bentuk kista atau tidak membentuk kista.
d Bentuk stadium trofozoit merupakan bentuk stadium menular yang infektif. Satu-
satunya tuan rumah adalah manusia.
e Bentuk trofozoit berukuran 9-12 µm dan rata-rata 5-15 µm.
f Pseudopodium banyak dengan bentuk seperti daun.
g Sitoplasma sangat rapuh.
h Bergerak aktif.
i Batas ekto dan endoplasma jelas.
j Kromatin besar, biasanya 6 buah, berkelompok seperti bintang (Girginkardesler et al.,
2003).

Gambar 2.2 Bentuk Trofozoit Dientamoeba fragilis (David, 2016)


2.7 Siklus Hidup Dientamoeba fragilis
Sampai saat ini, siklus hidup lengkap Dientamoeba fragilis tidak diketahui. Para ahli
telah mengembangkan deskripsi berikut siklus hidup Dientamoeba fragilis berdasarkan
data klinik yang tersedia.
1. Tahap trofozoit dari Dientamoeba fragilis ditemukan dalam kotoran manusia yang
terinfeksi karena tidak memiliki tahap kista.
2. Penularan mungkin terjadi melalui rute fecal-oral.
3. Penularan juga dapat terjadi dalam kombinasi dengan telur helminth, terutama
Enterobius vermicularis tetapi juga Ascaris dan lain-lain.
4. Setelah penularan terjadi Dientamoeba fragilis trofozoit menjajah usus besar di crypst
mukosa. Organisme menyebabkan iritasi permukaan tetapi tidak menyerang jaringan.
Reproduksi aseksual terjadi melalui pembelahan biner, dan trofozoit meninggalkan
tubuh dalam tinja. Masa inkubasi tidak diketahui (Diagnostic, 2007).
8

Gambar 2.3 Siklus Dientamoeba fragilis (Sumber: https://emedicine.medscape.com)

2.8 Patologi dan Gejala Klinik Dientamoeba fragilis


Infeksi oleh Dientamoeba fragilis disebut Dientamoebiasis, dengan gejala yang paling
umum adalah nyeri di bagian perut, penurunan berat badan, diare, anoreksia, mual-mual,
demam, dan kelelahan. Jika infeksi sudah kronis, gejala yang muncul akan berlangsung
hingga lebih dari dua bulan (Chan et al., 1993).
Organisme menginfeksi diabadikan mukosa usus besar yang terletak dekat dengan
epitel mukosa, dari sekum ke rektum. Namun, sekum dan kolon proksimal biasanya
terpengaruh. Parasit ini tidak dikenal invasif dan tidak menyebabkan kerusakan sel. Ini
mungkin memanggil respon inflamasi eosinofilik di mukosa kolon. Dengan demikian,
gejala yang berhubungan dengan iritasi mukosa kolon dangkal. Mirip dengan beberap
parasit lainnya (misalnya Cyclospora cayetanensis, Giardia lamblia, Cryptosporidium
parvum), parasit Dientamoeba fragilis telah ditujukan untuk menyebabkan penyakit pada
manusia tanpa memandang status kekebalan tubuh mereka (Chan et al., 1993;
Djokopurwo, 2015).

2.9 Gambaran Klinik (Simtomatologi) Dientamoeba fragilis


Ciri-ciri orang yang terinfeksi Dientamoeba fragilis akan mengalami penurunan berat
badan, diare, anorexia, nyeri di bagian perut, mual, serta demam dalam waktu yang cukup
lama (Chan et al., 1993).
Tidak ada yang mengetahui bagaimana Dientamoeba fragilis menyebar. Parasit rapuh
dan mungkin tidak bisa hidup sangat lama di lingkungan. Infeksi dapat disebarkan oleh:
9

1. Sengaja menelan telur cacing kremi (yang mungkin melindungi parasit ini rapuh) atau
telur parasit lainnya.
2. Menelan sesuatu, seperti air atau makanan, atau menyentuh (dan membawa jari-jari ke
mulut) sesuatu yang terkontaminasi tinja dari orang yang terinfeksi Dientamoeba
fragilis (Chan et al., 1993).

2.10 Diagnosis (Pemeriksaan Laboratorium) Dientamoeba fragilis


Untuk mendiagnosis Dientamoeba fragilis, pasien akan dimintai untuk memberikan
sampel tinja untuk pengujian. Karena parasit tidak selalu ditemukan di setiap sampel tinja,
pasien mungkin diminta untuk mengirimkan sampel tinja lebih dari satu hari. Pasien
mungkin juga akan diuji untuk telur cacing kremi, yang umumnya (tetapi tidak selalu)
ditemukan pada orang yang terinfeksi Dientamoeba fragilis. Diagnosis tergantung dari
teknik pengumpulan dan teknik processing yang benar (paling sedikit disiapkan 3
spesimen tinja). Morfologi masanya terbatas, sehingga pemeriksaan tinjanya harus segera
diawetkan/fiksatif setelah defekasi.Yang penting dibuat pilasan permanen dan diperiksa
dengan mikroskop objektif 100 kali ditambah oil emersi (Girginkardesler et al., 2003).

2.11 Epidemiologi Dientamoeba fragilis


Jumlah kasus paling umum Dientamoeba fragilis ini antara 2-5%. Namun tingkat
prevalensi lebih tinggi (19-69%) telah dilaporkan pada populasi tertentu, seperti individu
yang hidup dalam kondisi ramai (misalnya lembaga, hidup komunal), individu yang hidup
dalam kondisi dengan kebersihan yang buruk, dan mereka yang bepergian ke negara-
negara berkembang (Natadisastra, 2014).
Kolonisasi dapat terjadi tanpa perkembangan penyakit, dan pada orang dewasa,
kolonisasi asimtomatik pernah berpikir untuk hadir dalam 75-85% dari individu yang
terinfeksi oleh parasit. Baru-baru ini, tidak dapat dipercaya bahwa kereta asimtomatik
adalah lazim seperti yang pernah terpikirkan dan pada anak-anak, gejala penyakit
berkembang pada sebanyak 90% dari mereka yang terjajah. Pada tahun 2014, penelitian
baru dipresentasikan pada 24 European Congress Clinical Microbiology and Infectious
Diseases (ECCMID) yang mempertanyakan patogenisitas parasit (Andreas et al., 2013).
Tidak ada kematian spesifik dikaitkan dengan enteropathogen ini. Morbiditas terkait
dengan infeksi akut terjadi pada 1-2 minggu pertama penyakit, dengan gejala-gejala
didominasi oleh diare dan sakit perut. Infeksi kronis terjadi setelah 1-2 bulan dari penyakit
dan dimanifestasikan oleh nyeri perut (Andreas et al., 2013).
Infeksi dapat terjadi pada semua usia. Usia yang paling umum dimana infeksi telah
dilaporkan pada anak-anak adalah 5-10 tahun. Menariknya, Enterobius vermicularis
10

(cacing kremi) infeksi juga bisa terjadi pada kelompok usia yang sama (Andreas et al.,
2013).

2.12 Pencegahan Penyakit Dientamoeba fragilis


Pencegahan terjadinya infeksi oleh Dientamoeba fragilis dapat dilakukan dengan cara:
a Mencuci tangan dengan sabun dan air hangat, terutama setelah menggunakan toiler,
mengganti popok bayi, dan sebelum menyiapkan makanan.
b Mengajarkan anak-anak pentingnya mencuci tangan untuk mencegah infeksi.
c Meningkatkan kebersihan pribadi (Andreas et al., 2013).
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Nama penyakit yang disebabkan oleh Dientamoeba fragilis adalah Dientamoebiasis.
Dientamoebiasis adalah kumpulan gejala akibat iritasi mukosa usus besar dengan
gejala yang paling umum adalah nyeri di bagian perut, penurunan berat badan, diare,
anoreksia, mual-mual, demam, dan kelelahan. Jika infeksi sudah kronis, gejala yang
muncul akan berlangsung hingga lebih dari dua bulan.
2. Sejak ditemukan pertama Dientamoeba fragilis oleh Jepps dan Dobell pada tahun
1918, Dientamoeba fragilis telah dianalisis untuk menemukan parasit ini patogen atau
tidak. Sampai saat ini masih belum ada bukti untuk mendukung keberadaan hospes
alami selain manusia atau memiliki tahap kistik Dientamoeba fragilis yang pernah
meyakinkan. Selain itu, kurangnya model hewan yang cocok dan mampu mendukung
siklus hidup Dientamoeba fragilis yang mengembangkan gejala klinis serupa sangat
terganggu penelitian yang lebih rinci tentang biologi organisme.
3. Pada umumnya Dientamoeba fragilis ditemukan di Amerika Serikat dan negara-
negara maju lainnya, namun prevalensi harga lebih tinggi telah dilaporkan dalam
populasi tertentu, seperti individu yang hidup dalam kondisi ramai (misalnya lembaga,
komunal hidup), individu hidup dalam kondisi miskin dengan kebersihan yang buruk,
dan mereka yang bepergian ke negara-negara berkembang.
4. Manusia merupakan hospes utama dari Dientamoeba fragilis. Kera, monyet, domba,
burung dan babi juga berperan sebagai hospes Dientamoeba fragilis.
5. Habitat dari Dientamoeba fragilis yaitu pada usus besar manusia terutama bagian
colon dan sekum. Dientamoeba fragilis juga ditemukan pada usus besar beberapa
hewan, di antaranya kera atau hewan primata lainnya dan juga domba.
6. Setelah lama digolongkan bersama amoeba, Dientamoeba fragilis saat ini dikenal
sebagai ameboflagelata pada ordo yang sama seperti trikomonas. Dientamoeba
fragilis mempunyai ukuran 6-18 µm dan rata-rata 12 µm. Ektoplasma jernih, nukleus
kelihatan tidak begitu jelas. Sukar dibedakan dengan Entamoeba histolytica, kecuali
dengan pewarnaan Iron Hematoksilin. Lebih kurang 4% mengandung sel darah merah.
Jumlah inti dua buah (60-70%) dan satu buah (30-40%) yang memiliki dua lobus atau

11
12

7. berbentuk seperti kacang. Kariosom terdiri atas 4 fragmen (tetrad). Tidak ditemukan
kromatin pada membran inti.
8. Sampai saat ini, siklus hidup lengkap Dientamoeba fragilis tidak diketahui. Para ahli
telah mengembangkan deskripsi siklus hidup Dientamoeba fragilis berdasarkan data
klinik yang tersedia.
9. Organisme menginfeksi diabadikan mukosa usus besar yang terletak dekat dengan
epitel mukosa, dari sekum ke rektum. Namun, sekum dan kolon proksimal biasanya
terpengaruh. Parasit ini tidak dikenal invasif dan tidak menyebabkan kerusakan sel. Ini
mungkin memanggil respon inflamasi eosinofilik di mukosa kolon.
10. Ciri-ciri orang yang terinfeksi Dientamoeba fragilis akan mengalami penurunan berat
badan, diare, anorexia, nyeri di bagian perut, mual, serta demam dalam waktu yang
cukup lama.
11. Untuk mendiagnosis Dientamoeba fragilis, pasien akan dimintai untuk memberikan
sampel tinja untuk pengujian.
12. Jumlah kasus paling umum Dientamoeba fragilis ini antara 2-5%. Kolonisasi dapat
terjadi tanpa perkembangan penyakit, dan pada orang dewasa, kolonisasi asimtomatik
pernah berpikir untuk hadir dalam 75-85% dari individu yang terinfeksi oleh parasit.
13. Pencegahan penyakit Dientamoeba fragilis dapat dilakukan dengan menjaga
kerbersihan diri dan lingkungan.

3.2 Saran
Diperlukan penelitian yang lebih lanjut tentang siklus hidup dan tingkat patogenitas
yang disebabkan oleh Dientamoeba fragilis agar bisa dilakukan pencegahan yang lebih
baik. Walaupun Dientamoeba fragilis bersifat patogen ringan, sangat penting dilakukan
pencegahan lebih dini dengan menjaga kesehatan diri sendiri dan lingkungan.
Untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh
Dientamoeba fragilis atau parasit lainnya, sangat disarankan menjaga pola makan yang
baik, rajin berolahraga, tidak mengonsumsi obat-obatan terlarang, serta menjaga pola
hidup yang bersih dan sehat. Hal ini dilakukan agar daya tahan tubuh kuat untuk
menangkal parasit patogen yang dapat menyebabkan penyakit. Kebersihan lingkungan juga
penting dilakukan, yaitu dengan membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal seperti
membuang sampah, membuat jamban dan tidak membakar sampah. Maka dari itu pula,
pentingnya digencarkan gerakan masyarakat hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Andreas, M., J. Orgen, O. Dienus, S. Lofgren, P. Iveroth. 2013. Dientamoeba fragilis DNA
Detection in Enterobius vermicularis Eggs. (serial online), [cited 2019 April 3].
Available from https://onlinelibrary.wiley.com.

Brooks, G. F., J. S. Butel, S. A. Morse. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Buku Terjemahan,


Edisi 23. Jakarta: EGC.

Chan, F. T. H., M. X. Guen, A. M. R. Makenarie. 1993. Application of Indirect


Immunofluorescence to Detefication of Dientamoeba fragilis Trophozoites in Fecal
Specimens. Journal Clinical Mikrobiology 31:1710.

David, R. M. 2016. Dientamoeba fragilis Infection. (serial online), [cited 2019 April 3].
Available from https://emedicine.medscape.com.

Diagnostic Parasitology Laboratory. 2007. Dientamoeba fragilis. London School of Hygiene


and Tropical Medicine.

Djokopurwo. 2015. Buku Ajar Parasitologi II. (serial online), [cited 2019 April 3]. Available
from https://researchget.net.

Girginkardesler, N., S. Coskun, I. C. Balcioglu, P. Ertanz, U. Z. Ok. 2003. Dientamoeba


fragilis, Penyebab Diabaikan Diare, Berhasil Diobati dengan Secnidaole. Clinical
Microbiology Menginfeksi 9: 110-113.

Natadisastra, D. 2014. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang.
Jakarta: EGC.

Ramadhani, R. 2010. Dientamoeba fragilis. (serial online), [cited 2019 April 3]. Available
from https://academia.edu.

Soedarto. 2016. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi 2, Cetakan Pertama. Surabaya:
Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai