Dientamoeba Fragilis
Dientamoeba Fragilis
‘PARASITOLOGI I’
KELOMPOK 3
Puji dan syukur yang tidak terhingga dihaturkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), karena atas rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul
Makalah ini disusun dengan mengerahkan segala pemikiran dan upaya yang ada,
termasuk bantuan dan bimbingan serta sumbang saran dari berbagai pihak, baik langsung
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari yang sempurna. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan penulis dalam pengetahuan, kemampuan menulis, mencari sumber dan
pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan. Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis,
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 4
2
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 11
3.1 Simpulan....................................................................................................... 11
3.2 Saran.............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
Sampai saat ini masih belum ada bukti untuk mendukung keberadaan hospes alami
selain manusia atau memiliki tahap kistik Dientamoeba fragilis yang pernah meyakinkan.
Selain itu, kurangnya model hewan yang cocok dan mampu mendukung siklus hidup
Dientamoeba fragilis yang mengembangkan gejala klinis serupa sangat terganggu
penelitian yang lebih rinci tentang biologi organisme (Diagnostic, 2007).
Kemajuan yang signifikan telah dibuat dalam klasifikasi biologi organisme ini, yang
awalnya digambarkan sebagai amoeba. Bagaimana organisme ditransmisikan tetap menjadi
misteri, meskipun ada beberapa bukti bahwa Dientamoeba fragilis mungkin ditularkan
melalui telur dari cacing kremi, Enterobius vermicularis. Selain itu, masih harus dijawab
apakah kedua genotipe yang berbeda dari Dientamoeba fragilis baru-baru ini diidentifikasi
merupakan organisme dengan virulensi yang berbeda (Diagnostic, 2007).
fragilis juga melalui berbagai mamalia dan burung hanya diidentifikasi primata non-
manusia sebagai tuan rumah alami dan tidak pernah di hewan peliharaan domestik. Namun
baru-baru ini prevalensi tinggi infeksi telah dilaporkan pada babi (Chan et al., 1993;
Girginkardesler et al., 2003; Brooks et al., 2008).
Jumlah inti dua buah (60-70%) dan satu buah (30-40%) yang memiliki dua lobus atau
berbentuk seperti kacang. Kariosom terdiri atas 4 fragmen (tetrad). Tidak ditemukan
kromatin pada membran inti (Girginkardesler et al., 2003; Brooks et al., 2008;
Natadisastra, 2014).
Dientamoeba fragilis hanya mempunyai bentuk trofozoit dengan dua inti berukuran 5-
8 µm sehingga merupakan amoeba usus yang terkecil. Sitoplasmanya tidak mengandung
eritrosit, tetapi mempunyai enam butir kromatin berukuran besar yang tersusun mirip
bintang (Soedarto, 2016).
7
Endoplasma kelihatan lebih jelas, dan pseudopodia seperti daun dan jernih.
Endoplasma mempunyai sitoplasma granuler dengan partikel makanan, bakteri (+), RBC
(-). Terdapat kristal, sel tumbuh-tumbuhan, sering dalam vakuola, dan tidak makan sel
darah merah. Trofozoit dewasa berinti 2 dengan kumpulan bercak-bercak (Girginkardesler
et al., 2003).
Bentuk trofozoit memiliki karakteristik sebagai berikut.
a Hidup di dalam usus besar.
b Bentuk trofozoit mempunyai 2 inti.
c Tidak mempunyai bentuk kista atau tidak membentuk kista.
d Bentuk stadium trofozoit merupakan bentuk stadium menular yang infektif. Satu-
satunya tuan rumah adalah manusia.
e Bentuk trofozoit berukuran 9-12 µm dan rata-rata 5-15 µm.
f Pseudopodium banyak dengan bentuk seperti daun.
g Sitoplasma sangat rapuh.
h Bergerak aktif.
i Batas ekto dan endoplasma jelas.
j Kromatin besar, biasanya 6 buah, berkelompok seperti bintang (Girginkardesler et al.,
2003).
1. Sengaja menelan telur cacing kremi (yang mungkin melindungi parasit ini rapuh) atau
telur parasit lainnya.
2. Menelan sesuatu, seperti air atau makanan, atau menyentuh (dan membawa jari-jari ke
mulut) sesuatu yang terkontaminasi tinja dari orang yang terinfeksi Dientamoeba
fragilis (Chan et al., 1993).
(cacing kremi) infeksi juga bisa terjadi pada kelompok usia yang sama (Andreas et al.,
2013).
3.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Nama penyakit yang disebabkan oleh Dientamoeba fragilis adalah Dientamoebiasis.
Dientamoebiasis adalah kumpulan gejala akibat iritasi mukosa usus besar dengan
gejala yang paling umum adalah nyeri di bagian perut, penurunan berat badan, diare,
anoreksia, mual-mual, demam, dan kelelahan. Jika infeksi sudah kronis, gejala yang
muncul akan berlangsung hingga lebih dari dua bulan.
2. Sejak ditemukan pertama Dientamoeba fragilis oleh Jepps dan Dobell pada tahun
1918, Dientamoeba fragilis telah dianalisis untuk menemukan parasit ini patogen atau
tidak. Sampai saat ini masih belum ada bukti untuk mendukung keberadaan hospes
alami selain manusia atau memiliki tahap kistik Dientamoeba fragilis yang pernah
meyakinkan. Selain itu, kurangnya model hewan yang cocok dan mampu mendukung
siklus hidup Dientamoeba fragilis yang mengembangkan gejala klinis serupa sangat
terganggu penelitian yang lebih rinci tentang biologi organisme.
3. Pada umumnya Dientamoeba fragilis ditemukan di Amerika Serikat dan negara-
negara maju lainnya, namun prevalensi harga lebih tinggi telah dilaporkan dalam
populasi tertentu, seperti individu yang hidup dalam kondisi ramai (misalnya lembaga,
komunal hidup), individu hidup dalam kondisi miskin dengan kebersihan yang buruk,
dan mereka yang bepergian ke negara-negara berkembang.
4. Manusia merupakan hospes utama dari Dientamoeba fragilis. Kera, monyet, domba,
burung dan babi juga berperan sebagai hospes Dientamoeba fragilis.
5. Habitat dari Dientamoeba fragilis yaitu pada usus besar manusia terutama bagian
colon dan sekum. Dientamoeba fragilis juga ditemukan pada usus besar beberapa
hewan, di antaranya kera atau hewan primata lainnya dan juga domba.
6. Setelah lama digolongkan bersama amoeba, Dientamoeba fragilis saat ini dikenal
sebagai ameboflagelata pada ordo yang sama seperti trikomonas. Dientamoeba
fragilis mempunyai ukuran 6-18 µm dan rata-rata 12 µm. Ektoplasma jernih, nukleus
kelihatan tidak begitu jelas. Sukar dibedakan dengan Entamoeba histolytica, kecuali
dengan pewarnaan Iron Hematoksilin. Lebih kurang 4% mengandung sel darah merah.
Jumlah inti dua buah (60-70%) dan satu buah (30-40%) yang memiliki dua lobus atau
11
12
7. berbentuk seperti kacang. Kariosom terdiri atas 4 fragmen (tetrad). Tidak ditemukan
kromatin pada membran inti.
8. Sampai saat ini, siklus hidup lengkap Dientamoeba fragilis tidak diketahui. Para ahli
telah mengembangkan deskripsi siklus hidup Dientamoeba fragilis berdasarkan data
klinik yang tersedia.
9. Organisme menginfeksi diabadikan mukosa usus besar yang terletak dekat dengan
epitel mukosa, dari sekum ke rektum. Namun, sekum dan kolon proksimal biasanya
terpengaruh. Parasit ini tidak dikenal invasif dan tidak menyebabkan kerusakan sel. Ini
mungkin memanggil respon inflamasi eosinofilik di mukosa kolon.
10. Ciri-ciri orang yang terinfeksi Dientamoeba fragilis akan mengalami penurunan berat
badan, diare, anorexia, nyeri di bagian perut, mual, serta demam dalam waktu yang
cukup lama.
11. Untuk mendiagnosis Dientamoeba fragilis, pasien akan dimintai untuk memberikan
sampel tinja untuk pengujian.
12. Jumlah kasus paling umum Dientamoeba fragilis ini antara 2-5%. Kolonisasi dapat
terjadi tanpa perkembangan penyakit, dan pada orang dewasa, kolonisasi asimtomatik
pernah berpikir untuk hadir dalam 75-85% dari individu yang terinfeksi oleh parasit.
13. Pencegahan penyakit Dientamoeba fragilis dapat dilakukan dengan menjaga
kerbersihan diri dan lingkungan.
3.2 Saran
Diperlukan penelitian yang lebih lanjut tentang siklus hidup dan tingkat patogenitas
yang disebabkan oleh Dientamoeba fragilis agar bisa dilakukan pencegahan yang lebih
baik. Walaupun Dientamoeba fragilis bersifat patogen ringan, sangat penting dilakukan
pencegahan lebih dini dengan menjaga kesehatan diri sendiri dan lingkungan.
Untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh
Dientamoeba fragilis atau parasit lainnya, sangat disarankan menjaga pola makan yang
baik, rajin berolahraga, tidak mengonsumsi obat-obatan terlarang, serta menjaga pola
hidup yang bersih dan sehat. Hal ini dilakukan agar daya tahan tubuh kuat untuk
menangkal parasit patogen yang dapat menyebabkan penyakit. Kebersihan lingkungan juga
penting dilakukan, yaitu dengan membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal seperti
membuang sampah, membuat jamban dan tidak membakar sampah. Maka dari itu pula,
pentingnya digencarkan gerakan masyarakat hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Andreas, M., J. Orgen, O. Dienus, S. Lofgren, P. Iveroth. 2013. Dientamoeba fragilis DNA
Detection in Enterobius vermicularis Eggs. (serial online), [cited 2019 April 3].
Available from https://onlinelibrary.wiley.com.
David, R. M. 2016. Dientamoeba fragilis Infection. (serial online), [cited 2019 April 3].
Available from https://emedicine.medscape.com.
Djokopurwo. 2015. Buku Ajar Parasitologi II. (serial online), [cited 2019 April 3]. Available
from https://researchget.net.
Natadisastra, D. 2014. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang.
Jakarta: EGC.
Ramadhani, R. 2010. Dientamoeba fragilis. (serial online), [cited 2019 April 3]. Available
from https://academia.edu.
Soedarto. 2016. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi 2, Cetakan Pertama. Surabaya:
Sagung Seto.