OLEH :
EKA GLORIA GUIT
14111101246
Segala Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
magang selama tiga minggu (18 hari) di Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung.
Laporan ini di harapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas Tenaga Kerja
Kota Bitung sebagai tempat pelaksanaan kegiatan magang dan mengenai
kegiatan- kegiatan pelaksanaannya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak dapat di selesaikan tanpa campur
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Grace D. Kandow, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
2. dr. Budi T. Ratag, MPH selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
3. dr. Nancy S. H. Malonda, MPH selaku Wakil Dekan II Bidang Umum dan
Keuangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
4. dr. Paul A. T. Kawatu, MSc selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
5. dr. Ribka E. Wowor,.M.kes selaku Ketua Panitia Magang Tahun 2019
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
6. Dr. dr. Jeini E Nelwan,.M.Kes selaku Dosen Pembimbing Materi (DPM)
7. Weena CH. Nobel, SH.MH selaku Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung
8. Ir. Dolfi Rumampuk selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)
9. Seluruh Pegawai dan staf Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung
10. Yulianty Sanggelorang, SKM, MPH selaku Dosen Penguji Seminar Magang
11. Suami dan Anak tercinta serta Orang Tua yang membantu dalam doa serta
dukungan moral dan menyiapkan kebutuhan material.
i
Citra Taruna Bitung. Masukan dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan dan di perlukan untuk kesempurnaan laporan ini.
Penulis,
Eka Gloria Guit
NIM. 14111101246
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
2.1.2 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung ...................................... 4
2.1.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Dinsa Tenaga Kerja Kota Bitung .................... 5
iii
2.2.3 Tugas dan Fungsi Lowongan dan Bursa Kerja ........................................ 9
2.2.4 Tugas dan Fungsi Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja .................. 9
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
iv
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 35
LAMPIRAN ........................................................................................................... 36
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Maka penyusun laporan tertarik untuk membuat laporan magang yang berjudul
Gambaran Pengawasan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung di PT. Manado Mina Citra
Taruna Bitung.
2
3. Turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidikan perguruan
tinggi dalam menciptakan lulusan yang berkualitas, terampil dan
memiliki pengalaman kerja.
3
BAB II
4
3. Mengembangkan dan Mengoptimalkan Ekonomi Kerakyatan dan Sumber
Daya Pariwisata yang Memiliki Daya Saing
4. Membangun dan Menciptakan Iklim Investasi yang bertumpu pada
Agroindustri, Agrobisnis Industri Rumah Tangga yang Ramah
Lingkungan
5. Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur dan Mewujudkan Kemudahan
Aksebilitas dan Mobilitas Ekonomi Daerah pada pusat-pusat Industri
6. Mewujudkan Bitung Sebagai Pintu Gerbang Indonesia Di Kawasan Asia
Pasifik dengan Kota Industri dan Bahari.
2.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung
Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung mempunyai tugas membantu Walikota
melaksanakn urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas
pembantuan di bidang tenaga kerja.
Dalam melaksanakan tugas Dinas menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan di lingkup ketenagakerjaan
2. Pelaksanaan kebijakan di lingkup ketenagakerjaan
3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di lingkup ketenagakerjaan
4. Pelaksanaan administrasi Dinas di lingkup ketenagakerjaan
5. Melakukan pembinaan kewenangan di lingkup ketenagakerjaan yang
ditetapkan oleh walikota
6. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan dan penyajian data
ketenagakerjaan sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh walikota
7. Pembinaan, penempatan dan perluasan tenaga kerja serta pembinaan pelatihan
dan produktivitas tenaga kerja
8. Pembinaan hubungan industrial, syarat-syarat kerja dan penyelesaian
perselisihan
9. Pembinaan pengawasan, perlindungan dan penegakan hokum serta
keselamatan dan kesehatan kerja
10. Pengolahan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan, keuangan,
kepegawaian, peralatan, perlengkapan serta perencanaan dan pelaporan dinas.
5
2.1.4 Struktur Organisasi
KEPEGAWAIAN PELAPORAN
NOLVI A. TARUMINGKENG
Julva Th Lasarong
NIP. 196407281986032008 NIP. 19660612199091003
6
2.2 Analisis Situasi Khusus
7
11. Melaksanakan pelatihan / bimbingan teknis penyebarluasan dan
penerapan teknologi tepat guna serta penyelenggaraan program perluasan
kerja melalui bimbingan usaha mandiri, padat karya dan sector informal
12. Melaksanakan pembinaan penempatan tenaga kerja keluar negeri melalui
penyuluhan, pendaftaran, seleksi, pengawasan, monitoring dan
perlindungan tenaga kerja Indonesia
13. Penerbitan rekomendasi izin pendirian kantor cabang pelaksana
penempatan tenaga kerja Indonesia Swasta dan penerbitan rekomendasi
passport tenaga kerja Indonesia
14. Melaksanakan pembinaan pelatihan dan produktivitas tenaga kerja
2.2.2. Tugas dan Fungsi Seksi Perluasan Kerja, Penyaluran dan Penempatan
Tenaga Kerja
1. Mengumpulkan dan menginventarisasi data/bahan pembinaan model-
model perluasan kesempatan kerja antara lain melalui program usaha
mandiri, sector informal program padat karya
2. Menyelenggarakan program pembinaan perluasan kerja melalui
penempatan tenaga kerja sukarela
3. Pemberian rekomendasi izin operasional kerja sukarela luar negeri, tenaga
kerja sukarela Indonesia dan Lembaga Indonesia yang akan beroperasi di
tingkat Kota
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi penerapan teknologi tepat guna
5. Melaknasakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelatihan dan
bimbingan ushaan mandiri dan sector informal serta program padat karya
6. Mengumpulkan data dan informasi potensi sumber daya alam dan sumber
daya manusia dalam rangka penerapan teknologi tepat guna dan perluasan
pekerja
7. Menyiapkan bahan pedoman penyususnan perencanaan, penggunaan dan
pemberian izin tenaga asing
8. Menerbitkan izin memperkerjakan tenaga asing yang lokasi kerjanya di
wilayah kota
9. Memonitoring dan evaluasi penggunaan tenaga kerja sing yang lokasi
kerjanya dalam wilayah kota
8
10. Menyiapkan bahan penyusunan system dan bahan pedoman pembinaan
penempatan tenaga kerja pemuda dan wanita, tenaga kerja penyandang
cacat dan lanjut usia
11. Melaksanakan pembinaan penempatan tenaga kerja keluar negeri melalui
penyuluhan pendaftaran, seleksi pengawasan, monitoring dan
perlindungan tenaga kerja Indonesia
12. Melaksanakan monitoring dan penilaian pelaksanaan rencana penempatan
tenaga kerja pemuda dan wanita, dan
13. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
Bidang
9
meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan pemerataan dalam
pelatihan tenaga kerja dan peningkatan produktivitas tenaga kerja
2. Menyusun database instruktur/pelatih, Lembaga pelatihan dan
produktivitas serta melaksanakan pembinaan di Kota
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan sertifikasi kompetensi dan akreditasi
Lembaga pelatihan kerja baik pemerintah maupun swasta
4. Melaksanakan pelatihan dan pengukuran produktivitas serta peningkatan
produktivitas tenaga kerja
5. Menyelenggarakan perizinan/pendaftaran Lembaga latihan serta
pengesahan kontrak/perjanjian magang dalam negeri
6. Memasyarakatkan dan mengembangkan program pemagangan di Lembaga
pelatihan, perusahaan serta mengembangkan keterkaitan kesepadanan atas
peran masyarakat dan penyelenggaraan pelatihan
7. Memasyarakatkan produktivitas melalui penyuluhan dan pembentukan
Lembaga pelatihan produktivitas di Lembaga swasta, perusahaan dan
masyarakat, dan
8. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala
bidang.
10
BAB III
HASIL KEGIATAN
Kegiatan magang dilaksanakan di Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung pada tanggal
30 Januari sampai dengan 22 Februari 2019. Dalam pelaksanaan magang ini
penulis ditempatkan di bagian Penempatan, Perluasan, Pelatihan dan Produktivitas
Tenaga Kerja. Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan hari kerja Dinas Tenaga
Kerja Kota Bitung yaitu pada hari Senin sampai Kamis mulai pukul 08.00-16.00
WITA dan hari Jumat mulai pukul 07.30-16.00 WITA. Secara umum kegiatan
magang yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut;
Hari pertama masuk magang diawali dengan orientasi, pengenalan secara
umum dan mendapat bimbingan mengenai SMK3.
Hari kedua, mengikuti ibadah Bersama di BKKBN, dan bertemu dengan
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung untuk membicarakan maksud dan
tujuan untuk kami magang di tempat tersebut.
Hari ketiga, mengikuti kegiatan TULUDE (acara adat) Kota Bitung.
Hari keempat, mengikuti Apel Bersama, dan membuat surat tugas untuk
rencana turun ke perusahan.
Hari kelima merupakan hari libur NASIONAL
Hari keenam, membuat kerangka laporan magang
Hari ketujuh, pergi ke perusahan PT. L&C Dock Yard Tandurusa Bitung
Bersama Pengawas dan Mediator untuk melakukan observasi, selanjutnya
mengantar surat ke perusahan PT. Agro Makmur Raya, dalam perjalanan
melakukan bimbingan mengenai judul laporan magang, lanjut ke PT. Etmico
Sarana Laut untuk mengikuti penyuluhan tentang SMK3nya.
Hari kedelapan, kegiatan yang dilakukan pergi ke perusahan PT. Manado
Mina Citra Taruna Bitung Bersama DPL serta Pengawas dan Mediator.
Hari kesembilan, Mengetik laporan magang.
Hari kesepuluh, lanjut dengan mengetik laporan magang.
ari kesebelas, lanjut juga dengan mengetik laporan magang, pergi ke
perusahan PT. Puri Bitung Gemilang Bersama DPL serta Pengawas dan staf
11
bagian HI. Lanjut ke perusahan PT. Aneka Gas, dan lanjut ke perusahan PT.
Indo Lautan Mas.
Hari kedua belas, Apel Bersama Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung
dalam rangka penyambutan Tenaga Lepas Harian (THL).
Hari ketiga belas, kegiatan yang dilakukan mengetik laporan magang, dan
melakukan bimbingan kepada DPL mengenai laporan.
Hari keempat belas, lanjut mengetik laporan magang, dan juga bimbingan
mengenai laporan magang.
Hari kelima belas, pergi ke perusahan PT. L&C Dock Yard Tandurusa Bitung
yang ke dua kalinya untuk observasi dan wawancara lebih lanjut mengenai
masalah yang kita dapatkan di lapangan waktu turun pertama.
Hari keenam belas, kegiatan festival Tangkoko di Batu Putih.
Hari ketujuh belas, kegiatan yang dilakukan mengetik laporan magang, serta
melakukan bimbingan mengenai laporan.
Hari kedelapan belas, kegiatan yang dilakukan pergi ke perusahan CV. Puri
Bitung Gemilang, serta melapor kepada Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota
Bitung bahwa kami sudah menyelesaikan tugas tanggung jawab kami selaku
anak magang, dan menyelesaikan berkas-berkas yang terkait dengan instansi
tersebut.
Berdasarkan hasil kerja magang yang dilaksanakan selama 4 minggu (18 hari
kerja) melalui metode wawancara dan observasi ditemukan permasalahan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi mengenai pengawasan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Manado Mina Citra Taruna
Bitung, yang tidak berjalan dengan baik karena masih ada pekerja yang tidak
mematuhi aturan yaitu tentang penggunaan surat tugas dan lembar penilaian
dalam melaksanakan tugas tersebut.
12
Threat). Secara sederhana analisis SWOT dapat diartikan sebagai suatu kajian
yang dilakukan terhadap suatu organisasi sedemikian rupa sehingga diperoleh
keterangan yang akurat tentang berbagai faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan tidak mendukung dalam pencapaian tujuan. Adapun penjelasan
analisi SWOT sebagai berikut;
13
Alternative Pemecahan Masalah Pelaksanaan Pengawasan Dan Pebinaan dalam
menggunakan metode SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat)
a. Kekuatan/Strengths (S)
1. Memiliki tenaga pengawasan dan pembinaan
2. Memiliki tujuan, tugas dan fungsi yang jelas
3. Adanya sarana dan prasarana yang menunjang untuk melaksanakan
tugas.
b. Keleahan/Weaknesses (W)
1. Kurang disiplin melaksanakan tugas
2. Kurangnya pengawasan dari pipinan untuk memberikan sanksi kepada
pekerja yang melanggar aturan
3. Kurangnya ketegasan dari pimpinan untuk memberikan sanksi kepada
pekerja yang melanggar aturan.
c. Kesempatan/Opportunities (O)
Keterlibatan penuh dari pimpinan dan pemerintah yang mendukung serta
mendorong pekerja untuk bisa terajak dalam memperhatikan aturan yang
ada.
d. Ancaman/Stheatss (T)
Tingkat kesadaran pada pekerja asih kurang
a. Strategi (S-O)
Memonitoring berjalannya tugas pelaksanaan pengawasan dan pembinaan
pada pekerja ditempat kerja secara berkala untuk menghindari terjadinya
kesalapahaman di tepat kerja.
b. Strategi (W-O)
Meningkatkan kesadaran pekerja tentang pentingnya tugas dan fungsi
yang dibuat di tepat kerja, dan meningkatkan keterlibatan yang penuh oleh
pihak pimpinan terhadap aturan tugas dan fungsi kerja yang dibuat.
c. Strategi (S-T)
Memotivasi pekerja untuk selalu jujur dan bijaksana selama di tempat
kerja dengan mematuhi aturan yang ada.
14
d. Strategi (W-T)
Memberlakukan dan mempertegas sanksi yang telah dibuat.
15
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah lakukan Audit, Lembaga Audit independent ini elaporkan semua hasil
Audit ke Kemenker (Dirjend PNK3 Subdit SMK3) dengan tebusan perusahaan
yang bersangkutan, Disnaker setempat sebagai bahan pertimbangan untuk
peningkatan SMK3. Dan hasil Audit ini Kemnaker akan mengeluarkan sertifikat
SMK3 pada waktu yang telah ditetapkan anatara bulan Februari sampai April
setiap Tahunnya.
16
Pengawasan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PP No.50
Tahun 2012 meliputi;
1. Pembangunan dan terjadinya pelaksanaan komitmen
2. Organisasi perusahaan
3. Sumber daya manusia
4. Pelaksanaan peraturan undang-undangan bidang Keselamatan dan Kesehatan
kerja
5. Keamanan bekerja
6. Pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3
7. Pelaporan dan perbaikan kekurangan, dan
8. Lanjut atau tidaknya Audit
17
PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung merencanakan pemenuhan kebijakan,
tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Perencanaan
yang telah dilakukan sebagai berikut :
a. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko
Identifikasi bahaya dan penilaian risiko berupa terdokumentasi yang
mempertimbangkan identifikasi bahaya dan penilaian resiko (IBPR).
Berdasarkan hasil penilaian resiko maka pihak K3 dapat memberikan
solusi atau langkah pengendalian dari bahaya yang ada sehingga tidak
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
b. Perundang-undangan
Setiap perusahan perencanaan kebijakan yang dihasilkan, mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu UU No.13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan, UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, Peraturan Menteri.
c. Indikator Kerja
Indikator Kerja di PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung dibuktikan
dengan adanya Form Identifikasi bahaya (Risk analiysis), dan Form
laporan kerja aman.
3. Pelaksanaan
PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung diaudit setiap tahunnya sebagaimana
yang terdapat pada Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 pasal 1 ayat
8: audit SMK3 ialah pemeriksaann secara sistematis dan independen terhadap
pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan
yang telah direncakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 diperusahan.
4. Pengukuran dan evaluasi
Perusahan memiliki Sistem untuk mengukur, memantau, dan mengevaluasi
kinerja Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan hasilnya
guna menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan
perbaikan. Pengukuran dan evaluasi yang dilakukan di PT. Manado Mina
Citra Taruna Bitung ialah diaudit setiap tahunnya dalam rangka mengetahui
sejauh mana penerapan prosedur-prosedur kerja yang aman ada dilokasi.
18
4.3 Landasan Teori
19
2. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di
perusahaan.
3. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang
K3.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang
K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.
5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.
20
2. Tahap pengembangan dan penerapan
Dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personel, mulai dari
menyelenggarakan penyuluhan dan melaksakan sendiri kegiatan audit internal
serta tindakan perbaikannya sampai melakukan sertifikasi. Langkah-langkah
tahap pengembangan dan penerapan yaitu sebagai berikut;
1. Menyatakan Komitmen
Pernyataan komitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapkan sebuah
Sistem Manajemen K3 dalam organisasi/perusahaan harus dilakukan oleh
manajemen puncak. Persiapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan
tanpa adanya komitmen terhadap sistem manajemen tersebut.
Manajemen harus benar-benar menyadari bahwa merekalah yang
paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan
penerapan Sistem K3. Komitmen manajemen puncak harus dinyatakan
bukan hanya dalam kata-kata tetapi juga harus dengan tindakan nyata agar
dapat diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan
karyawan perusahaan. Seluruh karyawan dan staf harus mengetahui bahwa
tanggung jawab dalam penerapan Sistem Manajemen K3 bukan urusan
bagian K3 saja. Tetapi mulai dari manajemen puncak sampai karyawan
terendah.
2. Menetapkan Cara Penerapan
Dalam menerapkan SMK3, perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan
dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Konsultan yang baik tentu memiliki pengalaman yang banyak dan
bervariasi sehingga dapat menjadi agen pengalihan pengetahuan secara
efektif, sehingga dapat memberikan rekomendasi yang tepat dalam
proses penerapan Sistem Manajemen K3.
b. Konsultan yang independen kemungkinan konsultan tersebut secara
bebas dapat memberikan umpan balik kepada manajemen secara
objektif tanpa terpengaruh oleh persaingan antar kelompok didalam
organisasi/perusahaan.
21
c. Konsultan jelas memiliki waktu yang cukup. Berbeda dengan tenaga
perusahaan yang meskipun mempunyai keahlian dalam Sistem
Manajemen K3 namun karena desakan tugas-tugas yang lain di
perusahaan, akibatnya tidak punya cukup waktu.
Perusahaan/organisasi dapat menerapkan Sistem Manajemen K3
tanpa menggunakan jasa konsultan, jika organisasi tersebut telah
memiliki personel yang mampu, memahami, dan juga berpengalaman
dalam menerapkan standar Sistem Manajemen K3.
3. Membentuk Kelompok Kerja Penerapan
Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota
kelompok kerja tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja.
Biasanya manajer unit kerja, hal ini penting karena merekalah yang
tentunya paling bertanggung jawab terhadap unit kerja yang bersangkutan.
Berikut penjelasan tentang Kelompok kerja:
a. Peran anggota kelompok
1. Menjadi agen perubahan sekaligus fasilisator dalam unit kerjanya.
2. Menjaga konsistensi dari penerapan Sistem Manajemen K3, baik
melalui tinjauan sehari-hari maupun berkala
3. Menjadi penghubung antara manajemen dan unti kerjanya.
b. Tanggung jawab dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh anggota
kelompok kerja adalah:
1. Mengikuti pelatihan lengkap dengan standar Sistem Manajemen
K3.
2. Melatih staf dalam unit kerjanya sesuai kebutuhan.
3. Melakukan latihan terhadap sistem yang berlangsung
dibandingkan dengan sistem standar Sistem Manajemen K3.
4. Melakukan tinjauan terhadap system yang berlangsung
dibandingkan dengan system standar Sistem Manajemen K3
5. Membuat bagan alir yang menjelaskan tentang keterlibatan unit
kerjanya dengan elemen yang ada dalam standar Sistem
Manajemen K3.
22
6. Bertanggung jawab untuk mengembangkan system sesuai dengan
elemen yang terkait dalam unit kerjanya. Sebagai contoh, anggota
kelompok kerja wakil dari divisi suber daya manusia bertanggung
jawab untuk pelatihan dan seterusnya.
7. Melakukan apa yang telah ditulis dalam dokumen baik diunit
kerjanya sendiri maupun perusahaan.
8. Ikut serta sebagai anggota tim audit internal.
9. Bertanggung jawab untuk mempromosikan standar Sistem
Manajemen K3 secara menerus baik di unit kerjanya sendiri
maupun di unit kerja lain secara konsisten serta bersama-sama
memelihara penerapan sistemnya.
c. kualifikasi anggota kelompok kerja yaitu sebagai berikut:
1. Memiliki taraf kecerdasan yang cukup sehingga mampu
berfikir secara konseptual dan berimajinasi.
2. Rajin dan bekerja keras.
3. Senang belajar termaksud suka membaca buku-buku tentang
standar Sistem Manajemen K3.
4. Mampu membuat bagan alir dan menulis.
5. Disiplin dan tepat waktu.
6. Berpengalaman kerja cukup didalam unit kerjanya sehingga
menguasai dari segi operasional.
7. Mampu berkomunikasi dengan efektif dalam presentasi dan
pelatihan.
8. Mempunyai waktu cukup dalam membantu melaksakan proyek
penerapan standar Sistem Manajemen K3 di luar tugas-tugas
utamanya.
Disamping itu untuk mengawal dan mengarahkan kelompok kerja
maka sebaiknya dibentuk panitia pengarah (Steering Committee),
yang biasanya terdiri dari para anggota manajemen, adapun tugas
panitia ini adalah memberikan arahan, menetapkan kebijakan,
sasaran dan lain-lain yang menyangkut kepentingan organisasi
secara keseluruhan. Dalam proses penerapan ini maka kelompok
23
kerja penerapan akan bertanggung jawab dan melaporkan kepada
Panitia Pengarah.
d. Jumlah anggota kelompok kerja
Mengenai jumlah anggota kelompok kerja dapat bervariasi
tergantung dari besar kecilnya lingkup penerapan, biasanya jumlah
penerapan anggota kelompok kerja sekitar delapan orang. Yang pasti
jumlah anggota kelompok kerja ini harus dapat mencakup semua
elemen sebagaimana disyaratkan dalam Sistem Manajemen K3. Pada
dasarnya setiap anggota kelompok kerja dapat merangkap
dalam working group, dan working group itu sendiri dapat saja
hanya terdiri dari satu atau dua orang. Kelompok kerja akan diketuai
dan dikoordinir oleh seorang ketua kelompok kerja, biasanya
dirangkap oleh manajemen representatif yang ditunjuk oleh
manajemen puncak.
Disamping itu untuk mengawal dan mengarahkan kelompok
kerja maka sebaiknya dibentuk panitia pengarah (Steering
Committee), yang biasanya terdiri dari para anggota manajemen,
adapun tugas panitia ini adalah memberikan arahan, menetapkan
kebijakan, sasaran dan lain-lain yang menyangkut kepentingan
organisasi secara keseluruhan. Dalam proses penerapan ini maka
kelompok kerja penerapan akan bertanggung jawab dan melaporkan
kepada Panitia Pengarah.
e. Kelompok kerja penunjang
Jika diperlukan, perusahaan yang berskala besar ada yang
membentuk kelompok kerja penunjang dengan tugas membantu
kelancaran kerja kelompok kerja penerapan, khususnya untuk
pekerjaan yang bersifat teknis administratif. Misalnya
mengumpulkan catatan-catatan K3 dan fungsi administratif yang lain
seperti pengetikan, penggandaan dan lain-lain.
4. Menetapkan Sumber Daya Yang Diperlukan
Sumber daya disini mencakup orang/personel, perlengkapan, waktu dan
dana. Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara
24
resmi diluar tugas-tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses
penerapan. Perlengkapan adalah perlunya mempersiapkan kemungkinan
ruangan tambahan untuk menyimpan dokumen atau komputer tambahan
untuk mengolah dan menyimpan data. Tidak kalah pentingnya adalah
waktu. Waktu yang diperlukan tidaklah sedikit terutama bagi orang yang
terlibat dalam penerapan, mulai mengikuti rapat, pelatihan, mempelajari
bahan-bahan pustaka, menulis dokumen mutu sampai menghadapi
kegiatan audit assessment. Sementara dana yang di perlukan adalah
dengan membayar konsultan (bila menggunakan konsultan), lembaga
sertifikasi, dan biaya untuk pelatihan karyawan diluar perusahaan.
Disamping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan Sistem
Manajemen K3 ini perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang
selama ini belum dimiliki. Sebagai contoh adala apabila perusahaan
memiliki kompresor dengan kebisingan diatas rata-rata, karena sesuai
dengan persyaratan Sistem Manajemen K3 yang mengharuskan adanya
pengendalian resiko dan bahaya yang ditimbulkan, perusahaan tentu harus
menyediakan peralatan yang dapat menghilangkan/mengurangi tingkat
kebisingan tersebut. Alat pengukur tingkat kebisingan juga harus
disediakan, dan alat ini harus dikalibrasi. Oleh karena itu besarnya dana
yang dikeluarkan untuk peralatan ini tergantung pada masing-masing
perusahaan.
5. Kegiatan penyuluhan
Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan untuk
kebutuhan personel perusahaan. Oleh karena itu harus dibangun rasa
adanya keikutsertaan dari seluruh karyawan dalam perusahan
melalui program penyuluhan. Kegiatan penyuluhan ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara, misalnya dengan pernyataan komitmen
manajemen, melalui ceramah, surat edaran atau pembagian buku-buku
yang terkait dengan Sistem Manajemen K3.
6. Peninjauan Sistem
Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja
untuk meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian
25
dibandingkan dengan persyaratan yang ada dalam Sistem Manajemen K3.
Peninjauan ini dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan meninjau
dokumen prosedur dan meninjau pelaksanaan:
e. Apakah perusahaan sudah mengikuti dan melaksanakan secara
konsisten prosedur atau instruksi kerja dari OHSAS
18001 atau Permenaker 05/men/1996.
f. Perusahaan belum memiliki dokumen, tetapi sudah menerapkan
sebagian atau seluruh persyaratan dalam standar Sistem Manajemen
K3.
g. Perusahaan belum memiliki dokumen dan belum menerapkan
persyaratan standar Sistem Manajemen K3 yang dipilih.
7. Penyusunan jadwal kegiatan
Setelah melakukan peninjauan sistem maka kelompok kerja dapat
menyusun suatu jadwal kegiatan. Jadwal kegiatan dapat disusun dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Ruang lingkup pekerjaan
b. Kemampuan wakil manajemen dan kelompok kerja penerapan
c. Keberadaan proyek
8. Pengembangan Sistem Manajemen K3
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan
Sistem Manajemen K3 antara lain mencakup dokumentasi, pembagian
kelompok, penyusunan bagan air, penulisan manual Sistem Manajemen
K3, Prosedur, dan instruksi kerja.
9. Penerapan Sistem
Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota kelompok
kerja kembali ke masing-masing bagian untuk menerapkan system yang
ditulis. Adapun cara penerapannya adalah:
1. Anggota kelompok kerja mengumpulkan seluruh stafnya dan
menjelaskan mengenai isi dokumen tersebut. Kesempatan ini dapat
juga digunakan untuk mendapatkan masukan-masukan dari lapangan
yang bersifat teknis operasional.
26
2. Anggota kelompok kerja bersama-sama staf unit kerjanya mulai
mencoba menerapkan hal-hal yang telah ditulis. Setiap kekurangan
atau hambatan yang dijumpai harus dicatat sebagai masukan untuk
menyempurnakan system.
3. Mengumpulkan semua catatan K3 dan rekaman tercatat yang
merupakan bukti pelaksanaan hal-hal yang telah ditulis. Rentang
waktu untuk menerapkan sistem ini sebaiknya tidak kurang dari tiga
bulan sehingga cukup memadai untuk menilai efektif tidaknya system
yang telah dikembangkan tadi. Tiga bulan ini sudah termasuk waktu
yang digunakan untuk menyempurnakan system dan memodifikasi
dokumen.
Dalam praktek pelaksanaannya, maka kelompok kerja tidak harus
menunggu seluruh dokumen selesai. Begitu satu dokumen selesai sudah
mencakup salah satu elemen standar maka penerapan sudah dapat dimulai
dikerjakan. Sementara proses penerapan sistem berlangsung, kelompok
kerja dapat tetap melakukan pertemuan berkala untuk memantau
kelancaran proses penerapan sistem ini.
Apabila langkah-langkah yang terdahulu telah dapat dijalankan
dengan baik maka proses sistem ini relatif lebih mudah dilaksanakan.
Penerapan sistem ini harus dilaksanakan sedikitnya tiga bulan sebelum
pelaksanaan audit internal. Waktu tiga bulan ini diperlukan untuk
mengumpulkan bukti-bukti (dalam bentuk rekaman tercatat) secara
memadai dan untuk melaksanakan penyempurnaan system serta
modifikasi dokumen.
10. Proses sertifikasi
Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Misalnya
Sucofindo melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05 /Men/1996.
Namun Untuk OHSAS 18001:1999 organisasi bebas menentukan
lembaga sertifikasi manapun yang diinginkan. Untuk itu organisasi
disarankan untuk memilih lembaga sertifikasi OHSAS 18001 yang paling
tepat.
27
4.3.4 Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan
oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan
adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (Siswanto, 2006).
Hal ini sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 14 butir yang menyebutkan bahwa “pengurus diwajibkan menyediakan
secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”.
(Tarwaka, 2008).
Adapun syarat-syarat APD agar dapat dipakai dan efektif dalam penggunaan
dan pemiliharaan APD sebagai berikut:
1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif pada
pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja.
2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
dipakai dan tidak merupakan beban tambahan bagi pemakainya.
3. Bentuk cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu memakainya.
4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis
bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian.
5. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
6. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta
gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang
cukup lama.
7. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda
peringatan.
8. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia di
pasaran.
9. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan
10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan.
(Siswanto, 1991).
28
4.3.4.1 Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Dalam pemakaian APD harus memperhatikan aspek keamanan dan aspek
ergonomi agar setiap pekerja yang memakainya merasa aman dan nyaman.
1) Aspek Keamanan
Alat pelindung diri harus memberikan perlindungan yang adekuat terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2) Aspek Ergonomi
Hendaknya APD beratnya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan bagi tenaga kerja yang berlebihan dan
bentuknya harus cukup menarik.
29
c. Bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda-benda yang melayang
dan meluncur di udara.
d. Bahaya percikan bahan kimia korosif, dan panas sinar matahari.
(Siswanto, 2006).
PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung menyediakan alat pelindung kepala
(Safety Helmet) berdasarkan Standar American National Standards
Institutet (ANSI Z89.1-1986), standar tersebut dapat digunakan terhadap
seluruh produk helm. Standar ANSI ditentukan oleh tahun, identitas helm
tidak boleh lebih dari 5 tahun sehingga persyaratan ANSI terbaru harus
terus diamati. ANSI mendefinisikan 3 kelas helm yaitu :
1. Class A dimana helm yang ditunjukan untuk melindungi kepala dari
tekanan akibat benturan benda melayang dan dari kejutan listrik
selama kontak dengan konduktor bertegangan rendah.
2. Class B dimana helm yang ditujukan untuk melindungi kepala dari
tekanan benda yang melayang dan dari kejutan listrik tegangan tinggi.
3. Class C dimana helm yang ditujukan untuk melindungi kepala dari
tekanan benda yang jatuh
Sebelum digunakan helm harus diperiksa apakah pecah atau terdapat tanda-
tanda keretakan seberapa pun kecilnya yang dapat mengurangi tingkat
perlindungan helm terhadap pemakainya.
2) Alat Pelindung Kaki (Safety Shoes)
Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya
kejatuhan benda-benda berat kepercikan larutan asam dan basa yang bersifat
korosif atau cairan yang panas, menginjak benda-benda tajam. PT. Manado
Mina Citra Taruna Bitung menyediakan alat pelindung kaki (Safety Shoes)
yang telah memenuhi standar keselamatan karena pada bagian luar kuat dan
tahan terhadap benturan ataupun kejatuhan benda-benda keras. Dalam
penyediaan Safety Shoes PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung mengacuh
berdasarkan Standar ANSI, dan terdapat 3 kategori pelindung kaki yaitu:
a. Safety Toe Footwear
Digunakan untuk melindungi ujung kaki dari tekanan atau benturan.
b. Metatarsal Footwear
30
Digunakan untuk melindungi kaki bagian atas dari bahaya benturan,
tekanan tusukan dan benda melayang.
c. Electrical Footwear
Digunakan untuk pekerjaan yang mengandung listrik atau dapat
menimbulkan listrik statis. Bagian alas kaki dan tumit harus dibuat dari
bahan karet yang tidak menghantarkan listrik.
Adapun jenis-jenis alat pelindung kaki:
1. Sepatu Keselamatan Listrik digunakan untuk melindungi jari kaki dari
hubungan yang bermuatan listrik.
2. Sepatu Karet Panjang Hitam digunakan untuk pekerjaan dengan menggunakan
bahan-bahan kimia, minyak dan pekerjaan lainnya.
3. Sepatu Karet Panjang Sampai Paha digunakan untuk pekerjaan tanah.
4. Sepatu Karet Panjang Putih digunakan untuk pekerjaan mengandung TEL.
5. Sepatu Panjang Kulit Sampai Lutut digunakan untuk pekerjaan luar ruangan
yang perlu perlindungan terhadap semak belukar, reptil, benda melayang,
benda konstruksi dan lainnya.
6. Pelindung Kaki Dari Kulit melindungi kaki dari percikan api las listrik, karbit,
dan pekerjaan tuang-menuang logam panas.
3) Alat Pelindung Telinga
Faktor yang memberikan kontribusi terhadap kerusakan intensitas
pendengaran diantaranya adalah tingkat kebisingan yang tinggi dalam
lingkungan kerja. Alat Pelindung Telinga ini bekerja sebagai penghalang
antara bising dan telinga dalam. PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung telah
menyediakan alat pelindung telinga sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Pada umumnya alat pelindung telinga dibedakan menjadi 2 jenis
yaitu:
a. Sumbat Telinga (Ear Plug)
Digunakan di tempat kerja yang mempunyai intensitas kebisingan antara
85 dB A sampai 95 dB A. Ukuran bentuk dan posisi saluran telinga untuk
tiap-tiap individu berbeda-beda dan bahkan antara kedua telinga dari
31
individu yang sama berlainan pula. Pemakaian Ear Plug ini contohnya
pada pekerja pemeriksaan K3 pada kapal di dermaga area terbatas.
b. Tutup Telinga (Ear Muff)
Tutup telinga (ear muff) terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga
dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara
frekuensi tinggi.
4) Alat Pelindung Badan
Rompi Keselamatan (Safety Vest) yang disediakan oleh PT. Manado Mina
Citra Taruna Bitung untuk pekerja Area Terbatas sudah sesuai dengan standar
yang berlaku yang berfungsi untuk memudahkan pekerja terlihat akan
keberadaannya saat bekerja dengan memakai safety vest sehingga mengurangi
potensi kecelakaan yang diakibatkan oleh pandangan mata.
5) Alat Pelindung Tangan
Alat pelindung tangan mungkin yang paling banyak digunakan. Hal ini tidak
mengherankan karena jumlah kecelakaan pada tangan adalah yang banyak dari
seluruh kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Sarung tangan yang
disediakan oleh PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung khususnya pekerja
Area Terbatas sesuai dengan pekerjaan dan potensi yang mereka hadapi.
Adapun macam-macam sarung tangan menurut bahaya yang harus dicegah:
a. Bahaya listrik: sarung tangan karet
b. Bahaya radiasi yang mengion: sarung tangan karet atau kulit yang dilapisi
Pb.
c. Benda-benda tajam atau kasar: sarung tangan kulit atau PVC atau sarung
tangan kulit yang dilapisi dengan logam krom.
d. Asam dan Alkali yang korosif: sarung tangan karet (Natural Rubber)
e. Pelarut Organik (Solvents): sarung tangan dari karet sintetik (Synthetic
rubber).
f. Benda-benda panas: Sarung tangan kulit.
6) Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung pernapasan yang disediakan oleh PT. Manado Mina Citra
Taruna Bitung memenuhi standar keselamatan. Alat pelindung jenis ini
digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu,
32
atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan.
Alat pelindung pernafasan dibedakan menjadi:
a. Masker
Masker umumnya terbuat dari kain kasa atau busa yang di desinfektan
terlebih dahulu. Penggunaan masker umumnya digunakan untuk
mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang lebih besar masuk ke
dalam saluran pernapasan.
b. Respirator
Respirator digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu,
kabut, uap logam, asap dan gas-gas berbahaya. Di PT. Manado Mina Citra
Taruna Bitung memiliki alat bantu pernafasan Self Contained Breathing
Apparatus (SCBA) yang digunakan untuk kondisi oksigen defisiensi dan
kondisi atmosfer yang sangat beracun.
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 1. Lembar Catatan Kegiatan Magang
37
38
39
Lampiran 2. Lembar Bimbingan DPL Magang
40
Lampiran 3. Lembar Bimbingan DPM Magang
41
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan
Gambar 2
Gambar 3.
42
Gambar 4.
43