Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG

DI DINAS TENAGA KERJA KOTA BITUNG


(30 Januari sampai dengan 22 Februari 2019)

GAMBARAN PENGAWASAN PENERAPAN SISTEM


MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA OLEH
DINAS TENAGA KERJA KOTA BITUNG DI PT. MANADO MINA
CITRA TARUNA BITUNG

OLEH :
EKA GLORIA GUIT
14111101246

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
magang selama tiga minggu (18 hari) di Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung.
Laporan ini di harapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas Tenaga Kerja
Kota Bitung sebagai tempat pelaksanaan kegiatan magang dan mengenai
kegiatan- kegiatan pelaksanaannya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak dapat di selesaikan tanpa campur
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Grace D. Kandow, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
2. dr. Budi T. Ratag, MPH selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
3. dr. Nancy S. H. Malonda, MPH selaku Wakil Dekan II Bidang Umum dan
Keuangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
4. dr. Paul A. T. Kawatu, MSc selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
5. dr. Ribka E. Wowor,.M.kes selaku Ketua Panitia Magang Tahun 2019
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
6. Dr. dr. Jeini E Nelwan,.M.Kes selaku Dosen Pembimbing Materi (DPM)
7. Weena CH. Nobel, SH.MH selaku Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung
8. Ir. Dolfi Rumampuk selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)
9. Seluruh Pegawai dan staf Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung
10. Yulianty Sanggelorang, SKM, MPH selaku Dosen Penguji Seminar Magang
11. Suami dan Anak tercinta serta Orang Tua yang membantu dalam doa serta
dukungan moral dan menyiapkan kebutuhan material.

Kiranya dengan adanya laporan ini, dapat bermanfaat dalam upaya


meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di PT. Manado Mina

i
Citra Taruna Bitung. Masukan dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan dan di perlukan untuk kesempurnaan laporan ini.

Manado, Juni 2019

Penulis,
Eka Gloria Guit
NIM. 14111101246

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ......................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................. iii

Daftar Gambar ......................................................................................................... v

Daftar Lampiran ....................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Tujuan Magang ................................................................................................. 2

1.3 Manfaat Magang ............................................................................................... 2

1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ......................................................................... 2

1.3.2 Manfaat Bagi Tempat Magang ................................................................. 3

1.3.3 Manfaat Bagi Fakultas ............................................................................. 3

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA KOTA BITUNG

2.1 Aanalisis Situasi Umum .................................................................................... 4

2.1.1 Kedudukan Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung .......................................... 4

2.1.2 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung ...................................... 4

2.1.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Dinsa Tenaga Kerja Kota Bitung .................... 5

2.1.4 Struktur Organisasi .................................................................................. 6

2.2 Analisis Situasi Khusus ..................................................................................... 7

2.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Penempatan, Perluasan, Pelatihan


dan Produktivitas Tenaga Kerja ............................................................... 7

2.2.2 Tugas dan Fungsi Seksi Perluasan Kerja, Penyaluran dan


Penempatan Tenaga Kerja ...................................................................... 8

iii
2.2.3 Tugas dan Fungsi Lowongan dan Bursa Kerja ........................................ 9

2.2.4 Tugas dan Fungsi Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja .................. 9

BAB III HASIL KAGIATAN

2.1 Uraian Kegiatan ............................................................................................... 11

2.2 Identivikasi Masalah dan Metode yang digunakan .......................................... 12

2.3 Alternatif Pemecahan Masalah ........................................................................ 12

2.4 Kontribusi bagi Instansi ................................................................................... 15

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Pengawasan Penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dinas Tenaga Kerja Kota
Bitung ............................................................................................................... 16

4.2 Gambaran Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja di PT. Manado mina Citra Taruna Bitung ............................ 17

4.3 Landasan Teori ................................................................................................. 19

4.3.1 Pengertian System Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ............ 19

4.3.2 Pedoman Penerapan System Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 20

4.3.3 Penerapan System Manajemen Keselammatan Dan Kesehatan Kerja ......... 20

4.3.4 Alat Pelindung Diri ....................................................................................... 28

4.3.4.1 Pemakaian Alat Pelindungdiri ............................................................. 27

4.3.4.2 Penyipanan Dan Peeliharaan Alat Pelindung Diri ............................... 29

4.3.4.3 Macam-Macam Alat Pelindung Diri .................................................... 29

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 34

5.2 Saran ................................................................................................................. 34

iv
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 35

LAMPIRAN ........................................................................................................... 36

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Struktur Organisasi Tenaga Kerja Kota Bitung .................................... 6

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakanag

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat dituntut dalam era


globalisasi ini, untuk itu semua pihak perlu mengembangkan dan menigkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja untuk menekan serendah mungkin resiko
kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan
produktivitas dan efesiensi kerja. Untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam suatu industri, pemerintah Indonesia mengharuskan semua perusahan
untuk membentuk suatu badan yang membantu perusahan dalam bidang
kesehatan dan keselamatan kerja.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja penting dilaksanakan diperusahan karena


K3 menjadi hak bagi setiap orang yang bekerja dalam suatu instansi atau
perusahan untuk melindungi pekerja dari resiko bahaya ditempat kerja. Hal ini
penting bagi perusahaan karena dampak dari terjadinya suatu kecelakaan kerja
tidak hanya kerugikan karyawan tetapi juga kerugian terhadap perusahaan.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Manado


Mina Citra Taruna Bitung tidak melaksanakan Sejak tahun 2018 karena Ahli
Kesehatan dan Keselamatan Kerja diberhentikan. Utuk Penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung, dalam
melakukan pekerjaan, pekerja sering mengabaikan perlengkapan keselamatan
kerja, misalnya tidak memakai masker saat melakukan pengasapan ikan kayu dan
tidak memakai sarung tangan. Alasan mereka pemakaian masker yang diberikan
kurang bermanfaat karena terlalu tipis dan pemakaian sarung tangan saat bekerja
dianggap mengganggu atau tidak nyaman.

Pengawasan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja oleh Dinas


Tenaga Kerja berupa pemeriksaan dokumen, program-program yang aktif di
perusahan, bagaiana perusahan menerapkan K3 tersebut, dan melakukan
pembinaan kepada kepala perusahaan agar terjalin hubungan baik dengan pekerja.
Sehubungan dengan pelaksanaan magang di Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung.

1
Maka penyusun laporan tertarik untuk membuat laporan magang yang berjudul
Gambaran Pengawasan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung di PT. Manado Mina Citra
Taruna Bitung.

1.2 Tujuan Magang

Menjelaskan Tentang Gambaran Pengawasan Penerapa Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung di PT.
Manado Mina Citra Taruna Bitung.

1.3 Manfaat Magang

1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa


1. Mendapatkan pengalaman dan ketrampilan yang berhubungan dengan
bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, terutama sesuai dengan bidang minat
yaitu Kesehatan dan Keselamatn Kerja.
2. Terpapar dengan kondisi dan pengalaman kerja di lapangan.
3. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang
tepat terhadap permasalahan yang di temukan di tempat magang.
4. Memperkaya kajian dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat terutama
sesuai dengan bidang minat Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
5. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat pemecahan
masalah kesehatan.
6. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan Masyarakat.
7. Mendapatkan bahan untuk penulisan Skripsi/karya ilmiah

1.3.2 Manfaat Bagi Tempat Magang


1. Tempat magang dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu
penyelesaian tugas-tugas yang ada sesuai kebutuhan di unit kerja masing-
masing.
2. Tempat magang mendapatkan alternatif calon pegawai/karyawan yang
telah dikenal kualitas dan kredibilitasnya.

2
3. Turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidikan perguruan
tinggi dalam menciptakan lulusan yang berkualitas, terampil dan
memiliki pengalaman kerja.

1.3.3 Manfaat Bagi Fakutas


1. Laporan magang dapat menjadi salah satu bahan audit internal kulitas
pengajaran
2. Memperkenalkan program kepada stakeholders terkait
3. Mendapatkan masukan bagi pengembangan program
4. Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat magang dalam upaya
meningkatkan ketertarikan dan kesepadanan antara substansi akademik
dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

3
BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG

2.1 Analisis Situasi Khusus

2.1.1 Kedudukan Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung


Untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah yang menyebutkan ketentuan mengenai
kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja perangkat daerah
ditetapkan dengan peraturan pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang perangkat
Daerah ( Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887 )
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 5 peraturan daerah Kota Bitung
Nomor 8 tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah Kota
Bitung menyebutkan ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan, susunan
organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja perangkat kerja dan unit kerja
dibawahnya ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan daerah Kota Bitung dengan
Nomor 8 tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah Kota
Bitung ( Lembaga Daerah Kota Bitung Tahun 2016 Nomor 8, tambahan lembaran
daerah Kota Bitung Nomor 132 ).

2.1.2 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung


Visi dan misi dibuat sebagai pedoman dalam penetapan arah kebijakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta pelayanan kepada
masyarakat selama lima tahun kedepan. Adapun visi dan misi Kota Bitung Tahun
2016-2021 adalah :
Visi : Bitung yang maju, berdaya saing, berbudaya dan sejahtera menjadi titik
simpul dan pintu gerbang Indonesia dikawasan Asia Pasifik.
Misi :
1. Mewujudkan Masyarakat Kota Bitung yang Religius, Aman, Damai,
Bebudaya dan Sejahtera
2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia dan Pelayanan Publik yang
Berkualitas

4
3. Mengembangkan dan Mengoptimalkan Ekonomi Kerakyatan dan Sumber
Daya Pariwisata yang Memiliki Daya Saing
4. Membangun dan Menciptakan Iklim Investasi yang bertumpu pada
Agroindustri, Agrobisnis Industri Rumah Tangga yang Ramah
Lingkungan
5. Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur dan Mewujudkan Kemudahan
Aksebilitas dan Mobilitas Ekonomi Daerah pada pusat-pusat Industri
6. Mewujudkan Bitung Sebagai Pintu Gerbang Indonesia Di Kawasan Asia
Pasifik dengan Kota Industri dan Bahari.

2.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung
Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung mempunyai tugas membantu Walikota
melaksanakn urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas
pembantuan di bidang tenaga kerja.
Dalam melaksanakan tugas Dinas menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan di lingkup ketenagakerjaan
2. Pelaksanaan kebijakan di lingkup ketenagakerjaan
3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di lingkup ketenagakerjaan
4. Pelaksanaan administrasi Dinas di lingkup ketenagakerjaan
5. Melakukan pembinaan kewenangan di lingkup ketenagakerjaan yang
ditetapkan oleh walikota
6. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan dan penyajian data
ketenagakerjaan sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh walikota
7. Pembinaan, penempatan dan perluasan tenaga kerja serta pembinaan pelatihan
dan produktivitas tenaga kerja
8. Pembinaan hubungan industrial, syarat-syarat kerja dan penyelesaian
perselisihan
9. Pembinaan pengawasan, perlindungan dan penegakan hokum serta
keselamatan dan kesehatan kerja
10. Pengolahan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan, keuangan,
kepegawaian, peralatan, perlengkapan serta perencanaan dan pelaporan dinas.

5
2.1.4 Struktur Organisasi

KEPALA DINAS SEKRETARIS


WEENAS CH. NOBEL, SH. MH
NIP. 197411182001121003 Ir. ELLEN KENDARTO
NIP. 196409091992032007

KASUBAG. UMUM, PERLENGKAPAN & KASUBAG. KEUANGAN PERENCANAAN &

KEPEGAWAIAN PELAPORAN
NOLVI A. TARUMINGKENG
Julva Th Lasarong
NIP. 196407281986032008 NIP. 19660612199091003

KEPALA BIDANG HUBUNGAN


KEPALA BIDANG PENEMPATAN, PERLUASAN,
INDUSTRIAL & SYARAT KERJA
PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA
KERJA
HARTATY PULUKADANG, S.Pi, MAP
NIP. 197710062002122006 Ir. DOLFI RUMAMPUK
NIP. 196804282001121001

KASIE. ORGANISASI PEKERJA & KEPALA BIDANG PENEMPATAN, PERLUASAN,


PENGUSAHA PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA
APHOLDIEN M. ANDAKI, S.Sos KERJA
NIP. 197002162002122001 FEBRI YANTO SAMBODE, SH

KASIE. PERSELISIHAN HUBUNGAN KASIE. LOWONGAN & BURSA KERJA


INDUSTRIAL SISKA J. PANGALILA, SE, MAP
HUBERTUS TARIJAN, S.Sos NIP. 197709032002122008
NIP. 197708182010011008

KASIE. PERSYARATAN KERJA & KASIE. PELATIHAN & PRODUKTIVITAS TENAGA

JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA KERJA

CICILIA N. WULLUR, SE ROSALIN PALAKO


NIP. 198411262010012004 NIP. 196010051982032013

Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung

6
2.2 Analisis Situasi Khusus

Bidang Penempatan, Perluasan, Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja


mempunyai tugas melaksanakan pembinaan tenaga kerja mandiri, penyaluran dan
penempatan tenaga kerja, teknologi tepat guna dan perluasan serta pelatihan dan
produktivitas tenaga kerja serta melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang
diberikan oleh Kepala Dinas.

2.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Penempatan, Perluasan, Pelatihan dan


Produktivitas Tenaga Kerja
1. Melakukan pembinaan penempatan dan perluasan tenaga kerja
2. Menyebarkan informasi pasar kerja, pendaftaran pencari kerja, lowongan
keja
3. Penyusunan, pengolahan dan penganalisaan data pencari kerja, lowongan
kerja serta memberikan pelayanan informasi pasar kerja, bimbingan
jabatan kerja pencari kerja dan pengguna tenaga kerja
4. Membina pejabat fungsional pengantar kerja dan memberikan penilaian
angka kredit jabatan fungsional pengantar kerja
5. Menerbitkan dan mengendalikan pendirian Lembaga bursa kerja serta
Lembaga penyuluhan dan bimbingan jabatan
6. Memberikan rekomendasi kepada swasta dalam penyelenggaraan pameran
bursa kerja ( Job Fair )
7. Memfasilitasi penempatan bagi pencari kerja penyandang cacat, lanjut usia
dan perempuan
8. Penyuluhan, rekrutmen seleksi, pengesahan pengantar kerja dan
penempatan tenaga kerja angkatan kerja antar daerah, angkatan kerja local
serta penerbitan surat persetujuan AKL.
9. Penerbitan rekomendasi izin operasional tenaga kerja sukarela, tenaga
kerja mandiri dan Lembaga sukarela Indonesia yang akan beroperasi
10. Penerbitan izin memperkerjakan tenaga asing, perpanjangan tenaga kerja
asing dan monitor, mengevaluasi penggunaan tenaga kerja asing yang
lokasi kerjanya dalam wilayah Kota.

7
11. Melaksanakan pelatihan / bimbingan teknis penyebarluasan dan
penerapan teknologi tepat guna serta penyelenggaraan program perluasan
kerja melalui bimbingan usaha mandiri, padat karya dan sector informal
12. Melaksanakan pembinaan penempatan tenaga kerja keluar negeri melalui
penyuluhan, pendaftaran, seleksi, pengawasan, monitoring dan
perlindungan tenaga kerja Indonesia
13. Penerbitan rekomendasi izin pendirian kantor cabang pelaksana
penempatan tenaga kerja Indonesia Swasta dan penerbitan rekomendasi
passport tenaga kerja Indonesia
14. Melaksanakan pembinaan pelatihan dan produktivitas tenaga kerja

2.2.2. Tugas dan Fungsi Seksi Perluasan Kerja, Penyaluran dan Penempatan
Tenaga Kerja
1. Mengumpulkan dan menginventarisasi data/bahan pembinaan model-
model perluasan kesempatan kerja antara lain melalui program usaha
mandiri, sector informal program padat karya
2. Menyelenggarakan program pembinaan perluasan kerja melalui
penempatan tenaga kerja sukarela
3. Pemberian rekomendasi izin operasional kerja sukarela luar negeri, tenaga
kerja sukarela Indonesia dan Lembaga Indonesia yang akan beroperasi di
tingkat Kota
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi penerapan teknologi tepat guna
5. Melaknasakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelatihan dan
bimbingan ushaan mandiri dan sector informal serta program padat karya
6. Mengumpulkan data dan informasi potensi sumber daya alam dan sumber
daya manusia dalam rangka penerapan teknologi tepat guna dan perluasan
pekerja
7. Menyiapkan bahan pedoman penyususnan perencanaan, penggunaan dan
pemberian izin tenaga asing
8. Menerbitkan izin memperkerjakan tenaga asing yang lokasi kerjanya di
wilayah kota
9. Memonitoring dan evaluasi penggunaan tenaga kerja sing yang lokasi
kerjanya dalam wilayah kota

8
10. Menyiapkan bahan penyusunan system dan bahan pedoman pembinaan
penempatan tenaga kerja pemuda dan wanita, tenaga kerja penyandang
cacat dan lanjut usia
11. Melaksanakan pembinaan penempatan tenaga kerja keluar negeri melalui
penyuluhan pendaftaran, seleksi pengawasan, monitoring dan
perlindungan tenaga kerja Indonesia
12. Melaksanakan monitoring dan penilaian pelaksanaan rencana penempatan
tenaga kerja pemuda dan wanita, dan
13. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
Bidang

2.2.3 Tugas dan Fungsi Lowongan dan Bursa Kerja


1. Menyiapkan bahan penyusunann sistem dan pedoman pembinaan
informasi persediaan dan kebutuhan tenaga kerja
2. Menyiapkan bahan penyusunan dan pedoman pembinaan informasi bursa
kerja di Lembaga-lembaga pelatihan kerja
3. Melaksanakan pembinaan pelaksanaan informasi pasar kerja dan bursa
kerja
4. Menyiapkan bahan pembinaan penempatan tenaga kerja, antar kerja local,
antar kerja daerah dan antar kerja negara
5. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan Analisa data jabatan serta
penyebarluasan informasi jabatan
6. Menyiapkan konsep system, metode dan Teknik pengguna Analisa jabatan
serta penyebarluasan informasi jabatan
7. Menyiapkan bahan penyusunan pedoman penyusunan jabatan dan
melaksanakan bimbingan jabatan pada instansi pemerintah, BUMN dan
perusahaan-perusahan swasta, dan
8. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala
bidang

2.2.4 Tugas dan Fungsi Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja


1. Merumuskan, merencanakan dan melaksanakan pembinaan kelembagaan,
instruksi, tenaga pelatihan, program dan system pelatihan di Kota guna

9
meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan pemerataan dalam
pelatihan tenaga kerja dan peningkatan produktivitas tenaga kerja
2. Menyusun database instruktur/pelatih, Lembaga pelatihan dan
produktivitas serta melaksanakan pembinaan di Kota
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan sertifikasi kompetensi dan akreditasi
Lembaga pelatihan kerja baik pemerintah maupun swasta
4. Melaksanakan pelatihan dan pengukuran produktivitas serta peningkatan
produktivitas tenaga kerja
5. Menyelenggarakan perizinan/pendaftaran Lembaga latihan serta
pengesahan kontrak/perjanjian magang dalam negeri
6. Memasyarakatkan dan mengembangkan program pemagangan di Lembaga
pelatihan, perusahaan serta mengembangkan keterkaitan kesepadanan atas
peran masyarakat dan penyelenggaraan pelatihan
7. Memasyarakatkan produktivitas melalui penyuluhan dan pembentukan
Lembaga pelatihan produktivitas di Lembaga swasta, perusahaan dan
masyarakat, dan
8. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala
bidang.

10
BAB III

HASIL KEGIATAN

3.1 Uraian Kegiatan

Kegiatan magang dilaksanakan di Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung pada tanggal
30 Januari sampai dengan 22 Februari 2019. Dalam pelaksanaan magang ini
penulis ditempatkan di bagian Penempatan, Perluasan, Pelatihan dan Produktivitas
Tenaga Kerja. Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan hari kerja Dinas Tenaga
Kerja Kota Bitung yaitu pada hari Senin sampai Kamis mulai pukul 08.00-16.00
WITA dan hari Jumat mulai pukul 07.30-16.00 WITA. Secara umum kegiatan
magang yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut;
 Hari pertama masuk magang diawali dengan orientasi, pengenalan secara
umum dan mendapat bimbingan mengenai SMK3.
 Hari kedua, mengikuti ibadah Bersama di BKKBN, dan bertemu dengan
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung untuk membicarakan maksud dan
tujuan untuk kami magang di tempat tersebut.
 Hari ketiga, mengikuti kegiatan TULUDE (acara adat) Kota Bitung.
 Hari keempat, mengikuti Apel Bersama, dan membuat surat tugas untuk
rencana turun ke perusahan.
 Hari kelima merupakan hari libur NASIONAL
 Hari keenam, membuat kerangka laporan magang
 Hari ketujuh, pergi ke perusahan PT. L&C Dock Yard Tandurusa Bitung
Bersama Pengawas dan Mediator untuk melakukan observasi, selanjutnya
mengantar surat ke perusahan PT. Agro Makmur Raya, dalam perjalanan
melakukan bimbingan mengenai judul laporan magang, lanjut ke PT. Etmico
Sarana Laut untuk mengikuti penyuluhan tentang SMK3nya.
 Hari kedelapan, kegiatan yang dilakukan pergi ke perusahan PT. Manado
Mina Citra Taruna Bitung Bersama DPL serta Pengawas dan Mediator.
 Hari kesembilan, Mengetik laporan magang.
 Hari kesepuluh, lanjut dengan mengetik laporan magang.
 ari kesebelas, lanjut juga dengan mengetik laporan magang, pergi ke
perusahan PT. Puri Bitung Gemilang Bersama DPL serta Pengawas dan staf

11
bagian HI. Lanjut ke perusahan PT. Aneka Gas, dan lanjut ke perusahan PT.
Indo Lautan Mas.
 Hari kedua belas, Apel Bersama Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung
dalam rangka penyambutan Tenaga Lepas Harian (THL).
 Hari ketiga belas, kegiatan yang dilakukan mengetik laporan magang, dan
melakukan bimbingan kepada DPL mengenai laporan.
 Hari keempat belas, lanjut mengetik laporan magang, dan juga bimbingan
mengenai laporan magang.
 Hari kelima belas, pergi ke perusahan PT. L&C Dock Yard Tandurusa Bitung
yang ke dua kalinya untuk observasi dan wawancara lebih lanjut mengenai
masalah yang kita dapatkan di lapangan waktu turun pertama.
 Hari keenam belas, kegiatan festival Tangkoko di Batu Putih.
 Hari ketujuh belas, kegiatan yang dilakukan mengetik laporan magang, serta
melakukan bimbingan mengenai laporan.
 Hari kedelapan belas, kegiatan yang dilakukan pergi ke perusahan CV. Puri
Bitung Gemilang, serta melapor kepada Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota
Bitung bahwa kami sudah menyelesaikan tugas tanggung jawab kami selaku
anak magang, dan menyelesaikan berkas-berkas yang terkait dengan instansi
tersebut.

3.2 Identivikasi Masalah dan Metode yang Digunakan

Berdasarkan hasil kerja magang yang dilaksanakan selama 4 minggu (18 hari
kerja) melalui metode wawancara dan observasi ditemukan permasalahan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi mengenai pengawasan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Manado Mina Citra Taruna
Bitung, yang tidak berjalan dengan baik karena masih ada pekerja yang tidak
mematuhi aturan yaitu tentang penggunaan surat tugas dan lembar penilaian
dalam melaksanakan tugas tersebut.

3.3 Alternatif Pemecahan Masalah


Alternatif pemecahan masalah mengenai pelaksanaan pengawasan dan pembinaan
ditentukan dengan metode analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity,

12
Threat). Secara sederhana analisis SWOT dapat diartikan sebagai suatu kajian
yang dilakukan terhadap suatu organisasi sedemikian rupa sehingga diperoleh
keterangan yang akurat tentang berbagai faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan tidak mendukung dalam pencapaian tujuan. Adapun penjelasan
analisi SWOT sebagai berikut;

a. Strength atau kekuatan adalah kemampuan yang dimiliki suatu program


yang merupakan suatu keunggulan komparatif sebagai faktor pendukung
berkembangnya suatu program. Faktor ini sangat menguntungkan bagi
suatu program dan sangat mendukung dalam pengembangan keputusan
b. Weakness atau Kelemahan adalah keterbatasan kemampuan suatu program
untuk berkompetisi atau berkembang. Faktor-faktor ini harus diatasi oleh
program untuk dapat bergerak menuju suatu kondisi yang baik dan
berkembang. Apabila program tidak dapat mengatasi kelemahan yang
dimiliki, maka kelangsungan program dapat terancam.
c. Opportunity atau peluang adalah kondisi yang menguntungkan bagi suatu
program untuk berkembang
d. Threat atau ancaman adalah kondisi yang tidak menguntungkan dan
merupakan ancaman bagi kelangsungan program. (Fajar,2016)
Strategi yaitu SO (Strength Opportunity), WO (Weakness Opportunity), ST
(Strength Threat), dan WT (Weakness Threat). Penjelasan empat alteratif strategi
yaitu sebagai berikut:
a. Strategi SO yaitu Strategi yang digunakan untuk maksimum kekuatan
untuk memanfaatkan peluang yang ada
b. Strategi WO yaitu Strategi yang digunakan dengan seoptimal mungkin
menimalisir kelemahan yang ada untuk memanfaatkan peluang dan
strategi
c. Strategi ST yaitu Strategi yang digunakan untuk memanfaatkan atau
mengoptimalkan kekuatan yang mengurangi ancaman yang ada
d. Strategi WT yaitu Strategi yang digunakan untuk meminimumkan
kelemahan dan tujuan untuk menghindari ancaman. (Fajar,2016).

13
Alternative Pemecahan Masalah Pelaksanaan Pengawasan Dan Pebinaan dalam
menggunakan metode SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat)

a. Kekuatan/Strengths (S)
1. Memiliki tenaga pengawasan dan pembinaan
2. Memiliki tujuan, tugas dan fungsi yang jelas
3. Adanya sarana dan prasarana yang menunjang untuk melaksanakan
tugas.
b. Keleahan/Weaknesses (W)
1. Kurang disiplin melaksanakan tugas
2. Kurangnya pengawasan dari pipinan untuk memberikan sanksi kepada
pekerja yang melanggar aturan
3. Kurangnya ketegasan dari pimpinan untuk memberikan sanksi kepada
pekerja yang melanggar aturan.
c. Kesempatan/Opportunities (O)
Keterlibatan penuh dari pimpinan dan pemerintah yang mendukung serta
mendorong pekerja untuk bisa terajak dalam memperhatikan aturan yang
ada.
d. Ancaman/Stheatss (T)
Tingkat kesadaran pada pekerja asih kurang

Alternative strategi pemecahan;

a. Strategi (S-O)
Memonitoring berjalannya tugas pelaksanaan pengawasan dan pembinaan
pada pekerja ditempat kerja secara berkala untuk menghindari terjadinya
kesalapahaman di tepat kerja.
b. Strategi (W-O)
Meningkatkan kesadaran pekerja tentang pentingnya tugas dan fungsi
yang dibuat di tepat kerja, dan meningkatkan keterlibatan yang penuh oleh
pihak pimpinan terhadap aturan tugas dan fungsi kerja yang dibuat.
c. Strategi (S-T)
Memotivasi pekerja untuk selalu jujur dan bijaksana selama di tempat
kerja dengan mematuhi aturan yang ada.

14
d. Strategi (W-T)
Memberlakukan dan mempertegas sanksi yang telah dibuat.

3.4 kontribusi Bagi Instansi

3.4.1 Kontribusi Bagi Instansi

Melalui kegiatan magang ini, diharapkan dapat memberikan masukan yang


bermanfaat bagi Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi pengawasan dan pebinaan di Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung.

3.4.2 kontribusi Bagi Mahasiswa

Dengan kegiatan magang, kontribusi bagi mahasiswa adalah:

1. Mendapat pengalaman dalam bekerja


2. Mendapat wawasan yang lebih luas dalam dunia pekerjaan
3. Mendapat pengalaman dalam sifat lebih bertanggung jawab dan disiplin
waktu dalam bekerja.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Pengawasan System Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung.

Penilaian dan Pengawasan Sistem Manajemen Keselaatan dan Kesehatan Kerja;

Implementasi Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di


perusahan tidak cukup hanya penerapan saja, dibutuhkan alat untuk enilai apakah
perusahan tersebut sudah terpenuhi semua terhadap prinsip-prinsipSMK3 PP
No.50 Tahun 2012. Apabila perusahan sudah tergolong masuk dala perusahaan
yang mempunyai potensi bahaya tinggi. Penilaian yang dimaksud adalah penilaian
atau Audit SMK3 independen yang telah tunduk oleh Menteri tenagakerjaan atas
permohonan perusahaan. Secara umu yang di Audit adalah ;

1. Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen


2. Pembuatan dan pengdokuentasian rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Pengendalian rencana dan peninjauan kontrak
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian dan pengembalian produk
6. Keamana bekerja berdasarkan SMK3
7. Standar pemantauan
8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan
9. Pengelolaan material dan perpindahannya
10. Pengumpulan dan penggunaan data
11. Pemeriksaan SMK3
12. Pengembangan keterampilan dan kemapuan.

Setelah lakukan Audit, Lembaga Audit independent ini elaporkan semua hasil
Audit ke Kemenker (Dirjend PNK3 Subdit SMK3) dengan tebusan perusahaan
yang bersangkutan, Disnaker setempat sebagai bahan pertimbangan untuk
peningkatan SMK3. Dan hasil Audit ini Kemnaker akan mengeluarkan sertifikat
SMK3 pada waktu yang telah ditetapkan anatara bulan Februari sampai April
setiap Tahunnya.

16
Pengawasan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PP No.50
Tahun 2012 meliputi;
1. Pembangunan dan terjadinya pelaksanaan komitmen
2. Organisasi perusahaan
3. Sumber daya manusia
4. Pelaksanaan peraturan undang-undangan bidang Keselamatan dan Kesehatan
kerja
5. Keamanan bekerja
6. Pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3
7. Pelaporan dan perbaikan kekurangan, dan
8. Lanjut atau tidaknya Audit

4.2 Gambaran Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja di PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu kondisi-kondisi atau faktor


yang mempengaruhi atau dapat memengaruhi keselamatan dan kesehatan
karyawan atau pekerja lainnya (termasuk pekerja sementara dan kontraktor),
tamu, atau orang lain di tempat kerja. (OHSAS 18001, 2007)
Pelaksanaan penerapan Keselamatan dan kesehatan kerja menjadi persyaratan
di PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung berlaku untuk seluruh karyawan yang
bekerja atau bertugas. Dan yang bertanggung jawab Untuk Penerapan
Keselamatan dan kesehatan kerja diberikan kepada Staf Perusahan yang
pengalaman.
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Manado Mina
Citra Taruna Bitung menggunakan aturan dari standar OHSAS 18001:2007, yang
dijabarkan sebagai berikut:
1. Komitmen dan Kebijakan
PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung, dalam hal ini perusahan
mempercayakan kepada seorang Staf Perusahan yang bertanggung jawab
untuk mengkomunikasikan dan memastikan pemahaman karyawan perusahan
terhadap kebijakan perusahan dan bertanggung jawab pula dalam pelaksanaan,
implementasi dan pemeliharaan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Perencanaan

17
PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung merencanakan pemenuhan kebijakan,
tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Perencanaan
yang telah dilakukan sebagai berikut :
a. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko
Identifikasi bahaya dan penilaian risiko berupa terdokumentasi yang
mempertimbangkan identifikasi bahaya dan penilaian resiko (IBPR).
Berdasarkan hasil penilaian resiko maka pihak K3 dapat memberikan
solusi atau langkah pengendalian dari bahaya yang ada sehingga tidak
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
b. Perundang-undangan
Setiap perusahan perencanaan kebijakan yang dihasilkan, mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu UU No.13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan, UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, Peraturan Menteri.
c. Indikator Kerja
Indikator Kerja di PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung dibuktikan
dengan adanya Form Identifikasi bahaya (Risk analiysis), dan Form
laporan kerja aman.
3. Pelaksanaan
PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung diaudit setiap tahunnya sebagaimana
yang terdapat pada Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 pasal 1 ayat
8: audit SMK3 ialah pemeriksaann secara sistematis dan independen terhadap
pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan
yang telah direncakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 diperusahan.
4. Pengukuran dan evaluasi
Perusahan memiliki Sistem untuk mengukur, memantau, dan mengevaluasi
kinerja Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan hasilnya
guna menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan
perbaikan. Pengukuran dan evaluasi yang dilakukan di PT. Manado Mina
Citra Taruna Bitung ialah diaudit setiap tahunnya dalam rangka mengetahui
sejauh mana penerapan prosedur-prosedur kerja yang aman ada dilokasi.

18
4.3 Landasan Teori

4.3.1 Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3)
Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut
Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Sedangkan Pengertian Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) menurut standar OHSAS 18001:2007 ialah bagian dari sebuah sistem
manajemen organisasi atau perusahaan yang digunakan untuk mengembangkan
dan menerapkan Kebijakan K3 dan mengelola resiko K3 organisasi (perusahaan)
tersebut. Elemen-Elemen Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bisa beragam tergantung dari sumber atau standar dan aturan yang kita gunakan.
Secara umum, Standar Sistem Manajemen Keselamatan Kerja yang sering atau
umum dijadikan rujukan ialah Standar OHSAS 18001:2007, ILO-OSH:2001 dan
Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Kesimpulan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. (PP No. 50 Tahun
2012).
Manfaat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) bagi perusahaan menurut Tarwaka (2008) adalah:
1. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem
operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden
dan kerugian-kerugian lainnya.

19
2. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di
perusahaan.
3. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang
K3.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang
K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.
5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.

4.3.2 Pedoman Penerapan System Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja
Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja setiap
perusahan wajib melaksanakan;
1. Penetapan Kebijakan
2. Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3. Pelaksanaan rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dan
5. Penanjauan danpeningkatan kinerja Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3)

4.3.3 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)


Penerapan standar System Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
melaluai tahapan-tahapan dan langkah-langkah sebagai berikut;
1. Tahap Persiapan
Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu
organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan manajemen dan sejumlah
porsonil, mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan kebutuhan sumber
daya yang diperlukan, adapun tahap persiapan ini antara lain;
1. Komitmen manajemen puncak
2. Menentukan ruang lingkup
3. Menetapkan cara penerapan
4. Membentuk kelompok penerapan
5. Menetapkan sumber daya yang diperlukan

20
2. Tahap pengembangan dan penerapan
Dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personel, mulai dari
menyelenggarakan penyuluhan dan melaksakan sendiri kegiatan audit internal
serta tindakan perbaikannya sampai melakukan sertifikasi. Langkah-langkah
tahap pengembangan dan penerapan yaitu sebagai berikut;
1. Menyatakan Komitmen
Pernyataan komitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapkan sebuah
Sistem Manajemen K3 dalam organisasi/perusahaan harus dilakukan oleh
manajemen puncak. Persiapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan
tanpa adanya komitmen terhadap sistem manajemen tersebut.
Manajemen harus benar-benar menyadari bahwa merekalah yang
paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan
penerapan Sistem K3. Komitmen manajemen puncak harus dinyatakan
bukan hanya dalam kata-kata tetapi juga harus dengan tindakan nyata agar
dapat diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan
karyawan perusahaan. Seluruh karyawan dan staf harus mengetahui bahwa
tanggung jawab dalam penerapan Sistem Manajemen K3 bukan urusan
bagian K3 saja. Tetapi mulai dari manajemen puncak sampai karyawan
terendah.
2. Menetapkan Cara Penerapan
Dalam menerapkan SMK3, perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan
dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Konsultan yang baik tentu memiliki pengalaman yang banyak dan
bervariasi sehingga dapat menjadi agen pengalihan pengetahuan secara
efektif, sehingga dapat memberikan rekomendasi yang tepat dalam
proses penerapan Sistem Manajemen K3.
b. Konsultan yang independen kemungkinan konsultan tersebut secara
bebas dapat memberikan umpan balik kepada manajemen secara
objektif tanpa terpengaruh oleh persaingan antar kelompok didalam
organisasi/perusahaan.

21
c. Konsultan jelas memiliki waktu yang cukup. Berbeda dengan tenaga
perusahaan yang meskipun mempunyai keahlian dalam Sistem
Manajemen K3 namun karena desakan tugas-tugas yang lain di
perusahaan, akibatnya tidak punya cukup waktu.
Perusahaan/organisasi dapat menerapkan Sistem Manajemen K3
tanpa menggunakan jasa konsultan, jika organisasi tersebut telah
memiliki personel yang mampu, memahami, dan juga berpengalaman
dalam menerapkan standar Sistem Manajemen K3.
3. Membentuk Kelompok Kerja Penerapan
Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota
kelompok kerja tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja.
Biasanya manajer unit kerja, hal ini penting karena merekalah yang
tentunya paling bertanggung jawab terhadap unit kerja yang bersangkutan.
Berikut penjelasan tentang Kelompok kerja:
a. Peran anggota kelompok
1. Menjadi agen perubahan sekaligus fasilisator dalam unit kerjanya.
2. Menjaga konsistensi dari penerapan Sistem Manajemen K3, baik
melalui tinjauan sehari-hari maupun berkala
3. Menjadi penghubung antara manajemen dan unti kerjanya.
b. Tanggung jawab dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh anggota
kelompok kerja adalah:
1. Mengikuti pelatihan lengkap dengan standar Sistem Manajemen
K3.
2. Melatih staf dalam unit kerjanya sesuai kebutuhan.
3. Melakukan latihan terhadap sistem yang berlangsung
dibandingkan dengan sistem standar Sistem Manajemen K3.
4. Melakukan tinjauan terhadap system yang berlangsung
dibandingkan dengan system standar Sistem Manajemen K3
5. Membuat bagan alir yang menjelaskan tentang keterlibatan unit
kerjanya dengan elemen yang ada dalam standar Sistem
Manajemen K3.

22
6. Bertanggung jawab untuk mengembangkan system sesuai dengan
elemen yang terkait dalam unit kerjanya. Sebagai contoh, anggota
kelompok kerja wakil dari divisi suber daya manusia bertanggung
jawab untuk pelatihan dan seterusnya.
7. Melakukan apa yang telah ditulis dalam dokumen baik diunit
kerjanya sendiri maupun perusahaan.
8. Ikut serta sebagai anggota tim audit internal.
9. Bertanggung jawab untuk mempromosikan standar Sistem
Manajemen K3 secara menerus baik di unit kerjanya sendiri
maupun di unit kerja lain secara konsisten serta bersama-sama
memelihara penerapan sistemnya.
c. kualifikasi anggota kelompok kerja yaitu sebagai berikut:
1. Memiliki taraf kecerdasan yang cukup sehingga mampu
berfikir secara konseptual dan berimajinasi.
2. Rajin dan bekerja keras.
3. Senang belajar termaksud suka membaca buku-buku tentang
standar Sistem Manajemen K3.
4. Mampu membuat bagan alir dan menulis.
5. Disiplin dan tepat waktu.
6. Berpengalaman kerja cukup didalam unit kerjanya sehingga
menguasai dari segi operasional.
7. Mampu berkomunikasi dengan efektif dalam presentasi dan
pelatihan.
8. Mempunyai waktu cukup dalam membantu melaksakan proyek
penerapan standar Sistem Manajemen K3 di luar tugas-tugas
utamanya.
Disamping itu untuk mengawal dan mengarahkan kelompok kerja
maka sebaiknya dibentuk panitia pengarah (Steering Committee),
yang biasanya terdiri dari para anggota manajemen, adapun tugas
panitia ini adalah memberikan arahan, menetapkan kebijakan,
sasaran dan lain-lain yang menyangkut kepentingan organisasi
secara keseluruhan. Dalam proses penerapan ini maka kelompok

23
kerja penerapan akan bertanggung jawab dan melaporkan kepada
Panitia Pengarah.
d. Jumlah anggota kelompok kerja
Mengenai jumlah anggota kelompok kerja dapat bervariasi
tergantung dari besar kecilnya lingkup penerapan, biasanya jumlah
penerapan anggota kelompok kerja sekitar delapan orang. Yang pasti
jumlah anggota kelompok kerja ini harus dapat mencakup semua
elemen sebagaimana disyaratkan dalam Sistem Manajemen K3. Pada
dasarnya setiap anggota kelompok kerja dapat merangkap
dalam working group, dan working group itu sendiri dapat saja
hanya terdiri dari satu atau dua orang. Kelompok kerja akan diketuai
dan dikoordinir oleh seorang ketua kelompok kerja, biasanya
dirangkap oleh manajemen representatif yang ditunjuk oleh
manajemen puncak.
Disamping itu untuk mengawal dan mengarahkan kelompok
kerja maka sebaiknya dibentuk panitia pengarah (Steering
Committee), yang biasanya terdiri dari para anggota manajemen,
adapun tugas panitia ini adalah memberikan arahan, menetapkan
kebijakan, sasaran dan lain-lain yang menyangkut kepentingan
organisasi secara keseluruhan. Dalam proses penerapan ini maka
kelompok kerja penerapan akan bertanggung jawab dan melaporkan
kepada Panitia Pengarah.
e. Kelompok kerja penunjang
Jika diperlukan, perusahaan yang berskala besar ada yang
membentuk kelompok kerja penunjang dengan tugas membantu
kelancaran kerja kelompok kerja penerapan, khususnya untuk
pekerjaan yang bersifat teknis administratif. Misalnya
mengumpulkan catatan-catatan K3 dan fungsi administratif yang lain
seperti pengetikan, penggandaan dan lain-lain.
4. Menetapkan Sumber Daya Yang Diperlukan
Sumber daya disini mencakup orang/personel, perlengkapan, waktu dan
dana. Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara

24
resmi diluar tugas-tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses
penerapan. Perlengkapan adalah perlunya mempersiapkan kemungkinan
ruangan tambahan untuk menyimpan dokumen atau komputer tambahan
untuk mengolah dan menyimpan data. Tidak kalah pentingnya adalah
waktu. Waktu yang diperlukan tidaklah sedikit terutama bagi orang yang
terlibat dalam penerapan, mulai mengikuti rapat, pelatihan, mempelajari
bahan-bahan pustaka, menulis dokumen mutu sampai menghadapi
kegiatan audit assessment. Sementara dana yang di perlukan adalah
dengan membayar konsultan (bila menggunakan konsultan), lembaga
sertifikasi, dan biaya untuk pelatihan karyawan diluar perusahaan.
Disamping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan Sistem
Manajemen K3 ini perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang
selama ini belum dimiliki. Sebagai contoh adala apabila perusahaan
memiliki kompresor dengan kebisingan diatas rata-rata, karena sesuai
dengan persyaratan Sistem Manajemen K3 yang mengharuskan adanya
pengendalian resiko dan bahaya yang ditimbulkan, perusahaan tentu harus
menyediakan peralatan yang dapat menghilangkan/mengurangi tingkat
kebisingan tersebut. Alat pengukur tingkat kebisingan juga harus
disediakan, dan alat ini harus dikalibrasi. Oleh karena itu besarnya dana
yang dikeluarkan untuk peralatan ini tergantung pada masing-masing
perusahaan.
5. Kegiatan penyuluhan
Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan untuk
kebutuhan personel perusahaan. Oleh karena itu harus dibangun rasa
adanya keikutsertaan dari seluruh karyawan dalam perusahan
melalui program penyuluhan. Kegiatan penyuluhan ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara, misalnya dengan pernyataan komitmen
manajemen, melalui ceramah, surat edaran atau pembagian buku-buku
yang terkait dengan Sistem Manajemen K3.
6. Peninjauan Sistem
Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja
untuk meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian

25
dibandingkan dengan persyaratan yang ada dalam Sistem Manajemen K3.
Peninjauan ini dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan meninjau
dokumen prosedur dan meninjau pelaksanaan:
e. Apakah perusahaan sudah mengikuti dan melaksanakan secara
konsisten prosedur atau instruksi kerja dari OHSAS
18001 atau Permenaker 05/men/1996.
f. Perusahaan belum memiliki dokumen, tetapi sudah menerapkan
sebagian atau seluruh persyaratan dalam standar Sistem Manajemen
K3.
g. Perusahaan belum memiliki dokumen dan belum menerapkan
persyaratan standar Sistem Manajemen K3 yang dipilih.
7. Penyusunan jadwal kegiatan
Setelah melakukan peninjauan sistem maka kelompok kerja dapat
menyusun suatu jadwal kegiatan. Jadwal kegiatan dapat disusun dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Ruang lingkup pekerjaan
b. Kemampuan wakil manajemen dan kelompok kerja penerapan
c. Keberadaan proyek
8. Pengembangan Sistem Manajemen K3
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan
Sistem Manajemen K3 antara lain mencakup dokumentasi, pembagian
kelompok, penyusunan bagan air, penulisan manual Sistem Manajemen
K3, Prosedur, dan instruksi kerja.
9. Penerapan Sistem
Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota kelompok
kerja kembali ke masing-masing bagian untuk menerapkan system yang
ditulis. Adapun cara penerapannya adalah:
1. Anggota kelompok kerja mengumpulkan seluruh stafnya dan
menjelaskan mengenai isi dokumen tersebut. Kesempatan ini dapat
juga digunakan untuk mendapatkan masukan-masukan dari lapangan
yang bersifat teknis operasional.

26
2. Anggota kelompok kerja bersama-sama staf unit kerjanya mulai
mencoba menerapkan hal-hal yang telah ditulis. Setiap kekurangan
atau hambatan yang dijumpai harus dicatat sebagai masukan untuk
menyempurnakan system.
3. Mengumpulkan semua catatan K3 dan rekaman tercatat yang
merupakan bukti pelaksanaan hal-hal yang telah ditulis. Rentang
waktu untuk menerapkan sistem ini sebaiknya tidak kurang dari tiga
bulan sehingga cukup memadai untuk menilai efektif tidaknya system
yang telah dikembangkan tadi. Tiga bulan ini sudah termasuk waktu
yang digunakan untuk menyempurnakan system dan memodifikasi
dokumen.
Dalam praktek pelaksanaannya, maka kelompok kerja tidak harus
menunggu seluruh dokumen selesai. Begitu satu dokumen selesai sudah
mencakup salah satu elemen standar maka penerapan sudah dapat dimulai
dikerjakan. Sementara proses penerapan sistem berlangsung, kelompok
kerja dapat tetap melakukan pertemuan berkala untuk memantau
kelancaran proses penerapan sistem ini.
Apabila langkah-langkah yang terdahulu telah dapat dijalankan
dengan baik maka proses sistem ini relatif lebih mudah dilaksanakan.
Penerapan sistem ini harus dilaksanakan sedikitnya tiga bulan sebelum
pelaksanaan audit internal. Waktu tiga bulan ini diperlukan untuk
mengumpulkan bukti-bukti (dalam bentuk rekaman tercatat) secara
memadai dan untuk melaksanakan penyempurnaan system serta
modifikasi dokumen.
10. Proses sertifikasi
Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Misalnya
Sucofindo melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05 /Men/1996.
Namun Untuk OHSAS 18001:1999 organisasi bebas menentukan
lembaga sertifikasi manapun yang diinginkan. Untuk itu organisasi
disarankan untuk memilih lembaga sertifikasi OHSAS 18001 yang paling
tepat.

27
4.3.4 Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan
oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan
adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (Siswanto, 2006).
Hal ini sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 14 butir yang menyebutkan bahwa “pengurus diwajibkan menyediakan
secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”.
(Tarwaka, 2008).
Adapun syarat-syarat APD agar dapat dipakai dan efektif dalam penggunaan
dan pemiliharaan APD sebagai berikut:
1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif pada
pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja.
2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
dipakai dan tidak merupakan beban tambahan bagi pemakainya.
3. Bentuk cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu memakainya.
4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis
bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian.
5. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
6. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta
gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang
cukup lama.
7. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda
peringatan.
8. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia di
pasaran.
9. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan
10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan.
(Siswanto, 1991).

28
4.3.4.1 Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Dalam pemakaian APD harus memperhatikan aspek keamanan dan aspek
ergonomi agar setiap pekerja yang memakainya merasa aman dan nyaman.
1) Aspek Keamanan
Alat pelindung diri harus memberikan perlindungan yang adekuat terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2) Aspek Ergonomi
Hendaknya APD beratnya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan bagi tenaga kerja yang berlebihan dan
bentuknya harus cukup menarik.

4.3.4.2 Penyimpanan dan Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD)


1) Tempat penyimpanan yang bebas dari debu, kotoran, dan tidak terlalu lembab,
serta terhindar dari gigitan binatang.
2) Penyimpanan harus diatur sedemikian rupa sehingga mudah diambil dan
dijangkau oleh pekerja dan diupayakan disimpan di lemari khusus APD.
Pemeliharaan APD di PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung yang dilakukan oleh
para karyawan sudah cukup baik karena perusahaan telah menyediakan lemari
untuk penyimpanan APD sehingga terbebas dari debu/kotoran. Adapun APD yang
sekali pakai dibuang di tempat sampah khusus yang sudah disediakan perusahaan,
APD tersebut seperti sarung tangan dan masker.

4.3.4.3 Macam-Macam Alat Pelindung Diri (APD)


PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung menyediakan APD kepada semua pekerja
secara cuma-cuma berdasarkan dengan peraturan UU No. 1 tahun 1970 pasal 9.
Adapun jenis-jenis APD yang tersedia khususnya dipakai pada pekerja Area
Terbatas adalah sebagai berikut:
1) Alat Pelindung Kepala (Safety Helmet)
Tujuan penggunaan alat pelindung kepala adalah untuk pencegahan:
a. Rambut pekerja terjerat oleh mesin.
b. Bahaya terbentur benda tajam atau keras yang dapat menyebabkan
luka gores, terpotong, tertusuk.

29
c. Bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda-benda yang melayang
dan meluncur di udara.
d. Bahaya percikan bahan kimia korosif, dan panas sinar matahari.
(Siswanto, 2006).
PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung menyediakan alat pelindung kepala
(Safety Helmet) berdasarkan Standar American National Standards
Institutet (ANSI Z89.1-1986), standar tersebut dapat digunakan terhadap
seluruh produk helm. Standar ANSI ditentukan oleh tahun, identitas helm
tidak boleh lebih dari 5 tahun sehingga persyaratan ANSI terbaru harus
terus diamati. ANSI mendefinisikan 3 kelas helm yaitu :
1. Class A dimana helm yang ditunjukan untuk melindungi kepala dari
tekanan akibat benturan benda melayang dan dari kejutan listrik
selama kontak dengan konduktor bertegangan rendah.
2. Class B dimana helm yang ditujukan untuk melindungi kepala dari
tekanan benda yang melayang dan dari kejutan listrik tegangan tinggi.
3. Class C dimana helm yang ditujukan untuk melindungi kepala dari
tekanan benda yang jatuh
Sebelum digunakan helm harus diperiksa apakah pecah atau terdapat tanda-
tanda keretakan seberapa pun kecilnya yang dapat mengurangi tingkat
perlindungan helm terhadap pemakainya.
2) Alat Pelindung Kaki (Safety Shoes)
Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya
kejatuhan benda-benda berat kepercikan larutan asam dan basa yang bersifat
korosif atau cairan yang panas, menginjak benda-benda tajam. PT. Manado
Mina Citra Taruna Bitung menyediakan alat pelindung kaki (Safety Shoes)
yang telah memenuhi standar keselamatan karena pada bagian luar kuat dan
tahan terhadap benturan ataupun kejatuhan benda-benda keras. Dalam
penyediaan Safety Shoes PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung mengacuh
berdasarkan Standar ANSI, dan terdapat 3 kategori pelindung kaki yaitu:
a. Safety Toe Footwear
Digunakan untuk melindungi ujung kaki dari tekanan atau benturan.
b. Metatarsal Footwear

30
Digunakan untuk melindungi kaki bagian atas dari bahaya benturan,
tekanan tusukan dan benda melayang.

c. Electrical Footwear
Digunakan untuk pekerjaan yang mengandung listrik atau dapat
menimbulkan listrik statis. Bagian alas kaki dan tumit harus dibuat dari
bahan karet yang tidak menghantarkan listrik.
Adapun jenis-jenis alat pelindung kaki:
1. Sepatu Keselamatan Listrik digunakan untuk melindungi jari kaki dari
hubungan yang bermuatan listrik.
2. Sepatu Karet Panjang Hitam digunakan untuk pekerjaan dengan menggunakan
bahan-bahan kimia, minyak dan pekerjaan lainnya.
3. Sepatu Karet Panjang Sampai Paha digunakan untuk pekerjaan tanah.
4. Sepatu Karet Panjang Putih digunakan untuk pekerjaan mengandung TEL.
5. Sepatu Panjang Kulit Sampai Lutut digunakan untuk pekerjaan luar ruangan
yang perlu perlindungan terhadap semak belukar, reptil, benda melayang,
benda konstruksi dan lainnya.
6. Pelindung Kaki Dari Kulit melindungi kaki dari percikan api las listrik, karbit,
dan pekerjaan tuang-menuang logam panas.
3) Alat Pelindung Telinga
Faktor yang memberikan kontribusi terhadap kerusakan intensitas
pendengaran diantaranya adalah tingkat kebisingan yang tinggi dalam
lingkungan kerja. Alat Pelindung Telinga ini bekerja sebagai penghalang
antara bising dan telinga dalam. PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung telah
menyediakan alat pelindung telinga sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Pada umumnya alat pelindung telinga dibedakan menjadi 2 jenis
yaitu:
a. Sumbat Telinga (Ear Plug)
Digunakan di tempat kerja yang mempunyai intensitas kebisingan antara
85 dB A sampai 95 dB A. Ukuran bentuk dan posisi saluran telinga untuk
tiap-tiap individu berbeda-beda dan bahkan antara kedua telinga dari

31
individu yang sama berlainan pula. Pemakaian Ear Plug ini contohnya
pada pekerja pemeriksaan K3 pada kapal di dermaga area terbatas.
b. Tutup Telinga (Ear Muff)
Tutup telinga (ear muff) terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga
dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara
frekuensi tinggi.
4) Alat Pelindung Badan
Rompi Keselamatan (Safety Vest) yang disediakan oleh PT. Manado Mina
Citra Taruna Bitung untuk pekerja Area Terbatas sudah sesuai dengan standar
yang berlaku yang berfungsi untuk memudahkan pekerja terlihat akan
keberadaannya saat bekerja dengan memakai safety vest sehingga mengurangi
potensi kecelakaan yang diakibatkan oleh pandangan mata.
5) Alat Pelindung Tangan
Alat pelindung tangan mungkin yang paling banyak digunakan. Hal ini tidak
mengherankan karena jumlah kecelakaan pada tangan adalah yang banyak dari
seluruh kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Sarung tangan yang
disediakan oleh PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung khususnya pekerja
Area Terbatas sesuai dengan pekerjaan dan potensi yang mereka hadapi.
Adapun macam-macam sarung tangan menurut bahaya yang harus dicegah:
a. Bahaya listrik: sarung tangan karet
b. Bahaya radiasi yang mengion: sarung tangan karet atau kulit yang dilapisi
Pb.
c. Benda-benda tajam atau kasar: sarung tangan kulit atau PVC atau sarung
tangan kulit yang dilapisi dengan logam krom.
d. Asam dan Alkali yang korosif: sarung tangan karet (Natural Rubber)
e. Pelarut Organik (Solvents): sarung tangan dari karet sintetik (Synthetic
rubber).
f. Benda-benda panas: Sarung tangan kulit.
6) Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung pernapasan yang disediakan oleh PT. Manado Mina Citra
Taruna Bitung memenuhi standar keselamatan. Alat pelindung jenis ini
digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu,

32
atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan.
Alat pelindung pernafasan dibedakan menjadi:
a. Masker
Masker umumnya terbuat dari kain kasa atau busa yang di desinfektan
terlebih dahulu. Penggunaan masker umumnya digunakan untuk
mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang lebih besar masuk ke
dalam saluran pernapasan.
b. Respirator
Respirator digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu,
kabut, uap logam, asap dan gas-gas berbahaya. Di PT. Manado Mina Citra
Taruna Bitung memiliki alat bantu pernafasan Self Contained Breathing
Apparatus (SCBA) yang digunakan untuk kondisi oksigen defisiensi dan
kondisi atmosfer yang sangat beracun.

33
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kerja magang melalui metode wawancara dan observasi


disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi mengenai pengawasan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Manado Mina Citra Taruna
Bitung, Tidak berjalan dengan baik karena masih ada pekerja yang tidak
mematuhi aturan yaitu pekerja tidak menggunakan surat tugas dan lembar
penilaian dalam melaksanakan tugas tersebut.

5.2 Saran

Untuk memaksimalkan Pengawasan Sistem keselamatan dan Kesehatan Kerja di


Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung, maka penulis memberi saran seperti:
1. Dalam melaksanakan tugas untuk melakukan pemeriksaan di perusahan
atau instansi terkait harus menggunakan surat tugas/perintah yang dibuat
oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung.
2. Harus disiapkan lembar pemeriksaan yang sudah ditetapkan atau dibuat
untuk melakukan pemeriksaan di Perusahan yang akan ditugaskan
3. Pimpinan harus meberikan sanksi bagi para pekerja yang tidak mematuhi
aturan yang telah dibuat.

34
DAFTAR PUSTAKA

Triyono, Dkk. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta


Dinas Tenaga Kerja.2016-2021. Visi dan Misi. Bitung
Fajar N.D. Fatimah.2016. Teknik Analisis SWOT. Yogyakarta: QUADRANT
FKM Unsrat.2019. Buku Panduan Magang. Manado: FKM Unsrat
Husni, Lalu.2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo
PT. Manado Mina Cira taruna.2019. Alat Pelindung Diri. Bitung
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: Sekretariat Negara
Ramli, Soehetman.2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat
Siswanto, 2006. Alat Pelindung Diri. Jawa Timur. Departemen Tenaga Kerja.
Tarwaka.2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta. Harapan Press
Wijaya.D.2016. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ikan Pada PT.
Celebes Minapratama Bitung. Jurnal EMBA Vol.4 No.2
Wirahadikusuma D Reini. 2-juni-2006. Tantang. Masalah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia. Diakses pada tanggal 27
Mei 2019.
https://www.researchgate.net/publication/268301568_Tantangan_Masalah_Kesela
matan_dan_Kesehatan_Kerja_pada_Proyek_Konstruksi_di_Indonesia

35
LAMPIRAN

36
Lampiran 1. Lembar Catatan Kegiatan Magang

37
38
39
Lampiran 2. Lembar Bimbingan DPL Magang

40
Lampiran 3. Lembar Bimbingan DPM Magang

41
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 2

Ket. Apel Bersama

Gambar 3.

Ket. Bimbingan dengan Dosen Pebimbing Lapangan (DPL)

42
Gambar 4.

Ket. Perusahan PT. Manado Mina Citra Taruna Bitung

43

Anda mungkin juga menyukai