Anda di halaman 1dari 159

22

TERAPI OKSIGEN
Anna Uyainah Z.N.

PENDAHULUAN Agar pemberian oksigen aman dan efektif diperlukan


pemahaman mengenai mekanisme hipoksia, indikasi, efek
Sejak penemuan penting mengenai molekul oksigen oleh terapi, dan jenis pemberian oksigen serta evaluasi
Joseph Priestley pada tahun 1775 dan bukti adanya penggunaan oksigen tersebut.
pertukaran gas pada proses pernapasan oleh Lavoisier,
oksigen menjadi suatu cara pengobatan dalam perawatan
pasien. Sebelum tahun 1920 suplementasi oksigen MEKANISME HIPOKSIA
dievaluasi oleh Baruch dkk dan akhirnya pada tahun 1920
ditetapkan suatu konsep bahwa oksigen dapat digunakan Pada saat istirahat rata-rata laki-1aki dewasa
sebagai terapi. Sejak itu efekhipoksia lebih dimengerti dan membuhrhkan kira-kira225)50 ml oksigen permenit, dan
pemberian oksigen pada pasien dengan penyakit paru meningkat sampai 10 kali saat beraktivitas. Jaringan akan
membawa dampak meningkahrya jumlah perawatan pasien. mengalami hipoksia apabila aliran oksigen tidak adekuat
Dua penelitian dasar di awal tahun 1960-an dalam memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan, hal
memperlihatkan adanya bukti membaiknya kualitas hidup ini dapat terjadi kira-kira 4 - 6 menit setelah ventilasi
pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) yang spontan berhenti.
mendapat suplemen oksigen. Pada studi The Nocturnal Berdasarkan mekanismenya, penyebab hipoksia
Oxygen Therapy ?lal (NOTT), pemberian oksigen selama jaringan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: 1). Hipoksemia
12 jam atau24jam sehari selama 6 bulan dapat memperbaiki artei, 2). Berkurangnya aliran oksigen karena adanya
keadaan umum, kecepatan motorik, dan kekuatan kegagalan transport tanpa adanya hipoksemia arleri, dan
genggaman, namun tidak memperbaiki emosional mereka 3). Penggunaan oksigen yang berlebihan dijaringan.
atau kualitas hidup mereka. Namun penelitian lain Jika aliran oksigen ke jaringan berkurang, atau jika
memperlihatkan bahwa pemberian oksigen pada pasien- penggunaan berlebihan di jaringan maka metabolisme akan
pasien dengan hipoksemia, dapat memperbaiki harapan berubah dari aerobik ke metabolisme anaerobik untuk
hidup, hemodinamik paru, dan kapasitas latihan. menyediakan energi yang cukup untuk metabolisme.
Keuntungan lain pemberian oksigen pada beberapa Apabila ada ketidakseimbangan, akan mengakibatkan
penelitian di antaranya dapat memperbaiki kor pulmonal, produksi asam laktat berlebihan, menimbulkan asidosis
meningkatkan fungsi jantung, memperbaiki fungsi dengan cepat, metabolisme selular terganggu dan
neuropsikiatrik dan pencapaian latihan, mengurangi mengakibatkan kematian sel.
hipertensi pulmonal, memperbaiki metabolisme otot, dan Pemeliharaan oksigenasi jaringan tergantung pada 3
diperkirakan dapat memperbaiki impotensi. sistem organ yaitu sistem kardiovaskular, hematologi, dan
Oksigen dapat diberikan secara temporer selama tidur resplrasl.
maupun saat beraktivitas pada penderita dengan Walaupun pada hipoksemia biasanya berhubungan
hipoksemia. Selanjutnya pemberian oksigen dikembangkan dengan rendahny aP aO ry an1merupakan gangguan fungsi
terus ke arah ventilasi mekanik, pemakaian oksigen di paru, namun kegagalan pengangkutan oksigen dapat
rumah. Pengembangan oksigen rawat jalan dapat disebabkan oleh kelainan sistem kardiovaskular ataupun
mengurangi perawatan di rumah sakit. sistem hematologi.

161
.162 KEGAWAXDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

Ada beberapa keuntungan dari terapi oksigen. Terapi


Sistem Gejala dan Tanda-tanda oksigen pada pasien PPOK dengan konsentrasi oksigen
Respirasi Sesak napas, sianosis yang tepat dapat mengurangi sesak napas saat aktivitas,
Kardiovaskular Curah jantung meningkat, palpitasi, dapat meningkatkan kemampuan beraktivitas dan dapat
takikardia, aritmia, hipotensi, angrna, memperbaiki kualitas hidup.
vasodilatasi, syok
SistEm saraf Sakit kepala, perilaku yang tidak sesuai, Manfaat lain terapi oksigen adalah memperbaiki
pusat bingung, eforia, delirium, gelisah, edema hemodinamik paru, kapasitas latihan, kor pulmonal,
papil, koma
Neuromuskular
menurunkan cardiac output, meningkatkan fungsi jantung,
Lemah, tremor, hiperrefleks, incoordination
Metabolik Retensi cairan dan kalium, asidosis laktat memperbaiki fungsi neuropsikiahik, mengurangi hipertensi
pulmonal, memperbaiki metabolisme otot dan diperkirakan
dapat memperbaiki impotensi.
MANIFESTASI KLINIK HIPOKSIA

Manifestasi klinik hipoksia tidak spesihk, sangat bervariasi, INDIKASI TERAPI OKSIGEN
tergantung pada lamanya hipoksia (akut atau kronik),
kondisi kesehatan individu dan biasanya timbul pada Dalam pemberian oksigen harus diperlimbangkan apakah
keadaan hipoksia yang sudah berat. Manifestasi klinik dapat pasien benar-benar membutuhkan oksigen , apakah
berupa perubahan status mental,lbersikap labil, pusing, dibutuhkan terapi oksigen jangka pendek (short-term
dispneu, takipneu, respiratory distress, dan aitmia. Sianosis o xy g en th er apy) atau terapi oksi gen j angk a p anjang (l o n g -
sering dianggap sebagai tanda hipoksia, namun hal ini hanya term oxygen therapy).
dapat dibenarkan apabila tidak terdapat anemia. Indikasi untuk pemberian oksigen harus jelas. Oksigen
Untuk mengukur hipoksia dapat digunakan alat yang diberikan harus diatur dalam jumlah yang tepat, dan
oksimetri (pulse oxymetty) dan analisis gas darah. Bila harus dievaluasi agar mendapat manfaat terapi dan
nilai saturasi kurang darig0o/o diperkirakan hipoksia, dan menghindari toksisitas.
membutuhkan oksigen.
Terapi Oksigen Jangka Pendek
Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang Lain Terapi oksigen jangka pendek merupakan terapi yang
Berbagai tanda dan gejala hipoksia bervariasi dan tidak dibutuhkan pada pasien-pasien dengan keadaan
spesifik, maka untuk menentukan hipoksia diperlukan hipoksemia akut, di arrtaranya pneumonia, PPOK dengan
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan yang paling sering eksaserbasi akut, asma bronkial, gangguan kardiovaskular,
digunakan adalah pemeriksaan PaO, arteri atau saturasi emboli paru. Pada keadaan tersebut, oksigen harus segera
oksigen arteri melalui pemeriksaan invasif yaitu analisis diberikan dengan adekuat. Pemberian oksigen yang tidak
gas darah arteri ataupun noninvasif yaitl pulse oximetry adekuat akan menimbulkan cacattetap dan kematian. Pada
(dengan menjepitkan alat oksimetri pada ujung jari atau kondisi ini, oksigen harus dibenkan dengan FiO, 60- 100%
daun telinga). Pada pemeriksaan analisis gas darah, dalam waktu pendek sampai kondisi membaik dan terapi
spesimen darah diambil dari pembuluh darah arteri yang spesifik diberikan. Selanjutnya oksigen diberikan
(a.radialis atau a.femoralis) dan akan didapatkan nilai PaO, dengan dosis yang dapat mengatasi hipoksemia dan
PCO2, saturasi oksigen dan parameter lain. Pada meminimalisasi efek samping. Bila diperlukan, oksigen
pemeriksaan oksimetri hanya dapat melihat saturasi harus diberi secara terus-menerus.
oksigen. Pengukuran saturasi oksigen melalui oksimetri Untuk pedoman indikasi terapi oksigen jangka pendek
ini tidak cukup untuk mendeteksi hipoksemia, karena hanya telah ada rekomendasi dari The American College of Chest
dapat memperkirakan PaOr> 60mmH gatauPaOr<60 mmHg. Physicians dan the National Heart, Lung and Blood
Berulang kali studi dilakukan, ternyata oksimetri tidakbisa Institute. (Tabel2)
untuk menentukan indikasi pemberian terapi oksigenjangka
panjang, namun pemeriksaan noninvasif ini efektif
lndikasi yang sudah direkomendasi
digunakan untuk evaluasi kebutuhan oksigen selama -
:

Hipoksemia akut (PaOz < 60 mmHg; SaO2 < 90%)


latihan, dan untuk mengevaluasi dan memastikan dosis - Henti jantung dan henti napas
oksigen bagi pasien yang menggunakan oksigen di rumah. - Hipotensi (Tekanan darah sistolik < 100 mmHg)
- Curah jantung yang rendah dan asidosis metabolik
(bikarbonat < 18 mmol/L)
- Respiratory disfress (frekuensi pernapasan > 24lmin)
MANFAATTERAPIOKSIGEN lndikasi yang masih dipertanyakan :

- lnfark miokard tanpa komplikasi


- Sesak napas tanpa hipoksemia
Tujuan terapi oksigen adaiah mengoptimalkan oksigenasi - Krisis sel sabit
jaringan dan meminimalkan asidosis respiratorik. - Angina
TERAPIOKSIIGEN 163

Terapi Oksigen Jangka Panjang


Banyak pasien dengan hipoksemia membutuhkan terapi Pemberian oksigen secara kontinyu
oksigen jangka panjang. Pasien dengan PPOK - PaOz istirahat < 55 mmHg atau saturasi oksigen < BB %
merupakan kelompok yang paling banyak menggunakan - PaOz istirahat 56-59 mmHg atau saturasi oksigen 89 %
pada salah satu keadaan :

terapi oksigen jangka panjang. Studi awal pada terapi -Edema yang disebabkan karena CHF
oksigen jangka panjang pada pasien PPOK -P pulmonal pada pemeriksaan EKG (gelombang P >
3 mm pada lead ll, lll, aVF)
memperlihatkan bahwa pemberian oksigen secara - Eritrosiiemia (hematokrit > 56 %)
kontinyu selama 4 -8 minggu menurunkan hematokrit, - PaOz > 59 mmHg atau oksigen saturasi > 89%
memperbaiki toleransi latihan, dan menurunkan tekanan Pemberian oksigen tidak kontinyu
vaskular pulmonar. - Selama latihan : PaOz < 55 mmHg atau saturasi oksigen <
BB%
Pada pasien dengan PPOK dan kor pulmonal, terapi - Selama tidur : PaOz < 55 mmHg atau saturasi oksigen < 88
oksigen jangka panjang (long-term oxygen therapy I Yo dengan komplikasi seperti hipertensi pulmoner'
UIOT) dapat meningkatkan jangka hidup sekitar enam somnolen, dan aritmia
sampai tujuh tahun. Angka kematian menurun pada pasien
dengan hipoksemia kronis apabila oksigen diberikan lebih
dari l2jam sehari dan manfaat survival lebih besar telah
ditunjukkan dengan pemberian oksigen berkesinambungan.
Berdasarkan beberapa penelitian didapatkan bahwa lndikasi Pendapaian terapi
terapi oksigenjangka panjang dapat memperbaiki harapan
PaOz < 55 mmHg or SaOz PaOz > 60mmHg atau SaO2 >
hidup. Karena adatya perbaikan dengan terapi oksigen < 88% 9jYo
jangka panjang, maka saat ini direkomendasikan untuk Dosis oksigen sebaiknya
disesuaikan saat iidur dan
pasienhipoksemia (PaO, < 55 mmHg atau saturasi oksigen
latihan
< 88 %) oksigen diberikan secara terus menerus 24 jam Pasien dengan kor PaOz > 60mmHg atau SaO2'>
dalam sehari. Pasien dengan PaO, 56 -59 mmHg atau pulmonal 90%
saturasi oksigen 89%o, kor pulmonal atau polisitemia juga PaOz 55-59 mmHg atau Dosis oksigen sebaiknya
SaOz > 89% disesuaikan saat tidur dan
memerlukan terapi oksigen jangka panjang. Adanya P pulmonal pada latihan
Pada keadaan ini , awal pemberian oksigen harus EKG, hematokrit > 55%
dehgan konsentrasi rendah (PiOr24 - 28 %) dan dapat dan gagal jantung
kongestif
ditingkatkan bertahap berdasarkan hasil pemeriksaan Dosis oksigen sebaiknya
lndikasi khusus
analisis gas darah, dengan tujuan mengoreksi hipoksemia Nocturnal hypoxemia disesuaikan saat tidur
dan menghindari penurunan pH di bawah 7,26. Oksigen
Tidak ada hipoksemia saal Dosis oksigen sebaiknya
dosis tinggi yang diberikan kepada pasien dengan PPOK istirahat, tetapi saturasi disesuaikansaat latihan
yang sudah mengalami gagal napas tipe II akan dapat menurun selama latihan
mengurangi efek hipoksik untuk pemicu gerakan bernapas atau tidur

dan meningkatkan mismat c/z ventilasi-perfu si. Hal ini akan


menyebabkan retensi CO, dan akan menimbulkan asidosis
respiratorik yang berakibat fatal. Pasien dengan gagal
napas tipe II mempunyai risiko hiperkapnia yang sering
lebih atau sama dengan 60 mmHg dantidakmempunyai
terjadi karena kelebihan pemberian oksigen dan tidak hipoksia kronik.
adekuatnya terapi yang diberikan.
. Pasien yang meneruskan merokok, karena kemungkinan
prognosis yang buruk dan dapat meningkatkan risiko
Pasien yang menerima terapi oksigen jangka panjang
kebakaran.
harus dievaluasi ulang dalam 2 bulan untuk menilai apakah
hipoksemia menetap atau ada perbaikan dan apakah masih
. Pasien yang tidak menerima terapi adekuat

dibutuhkan terapi oksigen? Hingga 40%o pasiet yang


mendapat terapi oksigen mengalami perbaikan setelah 1
bulan dan tidak perlu lagi meneruskan suplemen oksigen. TEKNIK PEMBERIAN OKSIGEN
Indikasi terapi oksigen jangka panjang yang telah
direkomendasi (Tabet 3 dan Tabel4) Cara pemberian oksigen dlbagi 2jenis yaitu sistem arus
rendah dan sistem arus tinggi, keduanya masing-masing
mempunyai keuntungan dan kerugian.
KONTRAINDIKASI
Alat oksigen arus rendah di antaranya kanul nasal,
topeng oksigen, r e s erv o ir m as k, katetet tr atstracheal, dan
Suplemen oksigen tidak direkomendasi pada : simple mask.
. Pasien dengan keterbatasan jalan napas yang berat Alat oksigen arus tinggi di antaranya venturi mask
dengan keluhan utama dispneu, tetapi dengan PaO, dan res ert,oir nebulizer blenders.
764 KEGA\I'ATDARURAIAN MEDIK DI BIDAI\G ILMU PENYAKIT DALAM

Alat Pemberian Oksigen dengan Arus Rendah pendorongan dengan arus tinggi tersebut.
Kateter nasal dan kanul nasal merupakan alat dengan Sistem arus tinggi ini dapat mengirimkan sampai 40Ll
sistem arus rendah yang digunakan secara luas. Kanul menit oksigen melalui mask,yangumumnya cukup unfuk
nasal arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring total kebutuhan respirasi. Dengan penggunaan mask ini
dengan aliran l-6Llm,dengan FiO, antaraI,24 - 0,44 (24% tidak mempengaruhi FiOr.
- 44%). Aliran yang lebih tinggi tidak meningkatkan FiO, Dua indikasi klinis untukpenggunaan oksigen dengan
secara bermakna di atas 44oh dan dapat mengakibatkan arus tinggi adalah pasien dengan hipoksia yang
mukosa membran menjadi kering. memerlukan pengendalian FiO, dan pasien hipoksia
Untuk memperbaiki efi siensi pemberian oksigen, telah dengan ventilasi abnormal.
didisain beberapa alat, di attaranya electronic demand
devices, reservoir nasal canulas, dan transtracheal Sistem Suplai Oksigen
cathethers, dan dibandingkan dengan kanul nasal Ada beberapa macam sistem untuk suplai oksigen, di
konvensional, alat- alat tersebut lebih efektif dan efi sien. arfiaratya: Oxygen concentrdtors, sistem gas kompresor
Electronic demand devices. Secara komersial dibuat dengan dan oksigen dalam bentuk cair. Masing-masing ada
perbedaan dalam hal waktu, frekuensi, dan volume. kerugian dan keuntungannya, oleh karena itu harus dipilih
yang mana yang terbaik ,disesuaikan dengan kondisi
Berdasarkan beberapa studi alat ini menunjukkan
penghematan oksigen 50 - 86%. Salah satu kerugiannya paslen.
adalahbunyi yang gaduh dari alat ini. Oksigen concentrators, secara elektrik bertenaga mesin,
Reservoir nasal canulas. Alat ini dapat mengurangi menyaring molekul oksigen udara lingkungan dengan
penggunaan oksigen 50- 15%. Namun kerugian konsentrasi oksigen9}o/o- 98o/o, dan aliran oksigen maksimum
penggunaan alat ini adalah tidak nyaman bagi pasien di dapat mencapai 3-5 L/menit. Concentrators merupakan
antaranya harus bernapas dengan cara bibir dikatup. sistem pemberian oksigen yang paling hemat biaya.

Transtracheal oxygen. Mengalirkan oksigen secara Compressed gas cylinders, silinder dengan gas yang
langsung melalui kateter ke dalam fiakea. Oksigen dipadatkan menyediakan oksigen kurang lebih 57 jam
transtrakeal dapat meningkatkan kesetiaan pasien dengan aliran oksigen 2Llmerit sampai 15 L/menit.
menggnnakan oksigen secara kontinyu selama 24 jam, dan
sering berhasil pada pasien dengan hipoksemia yang
refrakter. Dari hasil studi , dengan oksigen transtrakeal ini
Aliran 02 100% Fio, (%)
dapat menghemat penggunaan oksigen 30 - 60%.
Keuntungan dari pemberian oksigen transtrakeal yaitu Sistem aliran rendah
Kanul nasal
tidak menyolok mata, tidak ada bunyi gaduh dan tidak ada 1Um 24
iritasi muka/hidung. Rata-rata oksigen yang diterima 2Ll m aa

mencapai 80-96 %. Kerugian dari penggunaan oksigen 3L/m 32


4Llm 36
transtrakeal adalah biaya tinggi dan risiko infeksi lokal. 5L/m 40
Komplikasi yang biasa terjadi pada pemberian oksigen 6L/m 44
transtrakeal ini adalah emfisema subkutan, bronkospasme, Transtrakeal
dan batuk paroksismal. Komplikasi lain di antaranya infeksi 0,5-41lm 24-40

stoma, dan mulkus ball yang dapat mengakibatkan fatal. Mask Oksigen
5-6Um 40
Risiko retensi CO, ini perlu dihindari dengan berhati- 6-7Um 50
hati mengatur pemberian oksigen dengan mempertahankan 7-8 L/ m 60
PaOrantara60- 65 mmHg. Mask dengan kantong
reservorr 60
6L/m 70
Alat Pemberian Oksigen dengan Arus Tinggi 7Ll m 80
Alat oksigen arus tinggi di antaranya Venturi mask dan 8L/m 90
9L/m >99
Reservoir Nebulizer Blenders. '10 L/ m
Alat venturi mask menggunakan prinsip jet mixing Nonrebreathing 60-'100
(efek Bernoulll). Jet mixing masks, mask dengan arus 4-10 L/m
tinggi, bermanfaat untuk mengirimkan secara akurat Sistem aliran tinggi
Venturi mask
konsentrasi oksigen rendah ( 24-35%). Pada pasien 3 L/m 24
dengan PPOK dan gagal napas tipe II , bernapas dengan 6Um 2B
mask ini mengurangi risiko retensi CO, dan memperbaiki 9 L/m 40
12Llm 40
hipoksemia. Alat tersebut terasa lebih nyaman dipakai, 15 Um 50
dan masalah rebreathing diatasi melalui proses
TERAPIOKSIGEN 165

Liquid oxygen reservoirs, oksigen dalam bentuk cat yang KESIMPULAN


bertahan 5 sampai 7 hari dengan aliran oksigen 2 L/menit dan
dapat digunakan dengan mengisi ulang. Kerugian, alat ini Terapi oksigen merupakan sistem pengobatan yang telah
cukup mahal dan kadang-kadang terj adi pembekuan pada klep dikenal sejak lama, dapat diberikan pada pasien-pasien
apabila pemberian oksigen mencapai 8 L/menit, dan kadang dengan hipoksemia akut maupun kronik. Pemberian
terjadi penguapan oksigen cair tersebut apabila tidak oksigen dapat memperbaiki keadaan umum, mempermudah
digunakan. perbaikan penyakit dan memperbaiki kualitas hidup.
Oksigen dapat diberikan jangka pendek dan jangka
panjang. Untuk pemberian oksigen kita harus mengerti
HAL.HAL YANG PERLU DIPERHAIIKAN indikasi pemberian oksigen, tehnik yang akan dipakai, dosis
oksigen yang akan diberikan dan lamanya oksigen yang
Pada terapi oksigen jangka panjang, peningkatan PCO, akan diberikan serta waktu pemberian. Pemberian oksigen
arteri biasanya kecil dan ditoleransi baik. Namun, perlu dievaluasi melalui pemeriksaan analisis gas darah
kadangkala berkembang hiperkapnia yang serius sehingga atau dengan oksimetri, sehingga dapat mengoptimalkan
harus berhati-hati melanjutkan terapi oksigen. pemberian oksigen dan mencegah terjadinya retensi COr.
Penggunaan oksigen yang berlebihan pada pasien
PPOK dengan gagal napas tipe2 dapatmenimbulkan efek
toksisitas , retensi CO, dan asidosis respiratorik, yanggejala REFERENSI
awalnya dapat berupa adanya nyeri dada
substernal, takipnu, dan batuk yang tidak produktif. Bames PJ. Chronic obstructive pulmonary disease. New Eng J Med.
Karena untuk deteksi toksisitas oksigen tidak mudah, 2000:343; 4:269-280.
maka perlu dilakukan pencegahan timbulnya toksisitas Brusasco V, Pellegrino R. Oxygen in the rehabilitation of patients
oksigen dengan cara pemberian oksigen harus dilakukan with chronic obstructive pulmonary disease. Am J Respir Crit
Care Med. 2003;168:1021 -2.
dengan dosis dan carayar'g tepat. Pemberian oksigen
Celli B.R., MacNee W, and Committee members. Standard for the
yang paling aman dilakukan pada FiO, 0,5 - l. diagnosis and treatment of patients with COPD Eur Respir J.
Menggunakan suplemen oksigen berisiko terhadap api, 2OO4:23;932-46.
oleh karena itu hindari merokok, dan tabung harus Emtner M, Porszasz J, Burns M, et all. Benefits of supplemental
diyakinkan aman agar tidakjatuh dan meledak. oxygen in exercise training in nonhypoxemic chronic obstruc-
tive pulmonary disease patients. Am J Respir Crit Care Med.
2003;168:1034-42.
Michael F. Beers. Oxygen therapy and pulmonary oxygen toxicity.
In: Fishman AP, ed. 3'd ed. Fishman's pulmonary diseases and
disorders. 1998;2627 -42.
Tarfu SP, Celli BR. Long term oxygen therapy. Review article. New
Eng J Med. 1995;333:11:710-4.
23
DUKUNGAN VENTILATOR MEKANIK
Ceva W. Pitoyo, Zulkifli Amin

PENDAHULUAN Dari berbagai tipe yang ada, ventilator yang dipilih


hendaknya mudah untuk mengontrol konsentrasi
Ventilator adalah suatu sistem alat bantuan hidup yang oksigen, volume tidal, frekuensi napas serta yang
dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi terpenting adalah yang dikuasai oleh operator mesin
pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian ventilator. Ventilator juga sebaiknya diperlengkapi alarm
dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan untuk diskoneksi tipe ventilator mendadak' batas
fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pressure, dan volume eksPirasi.
pemapasan kembali ke keadaan normal. Ventilator mekanik
dibagi menjadi dua, yaitu ventilator mekanik invasif dan
ventilator mekanik non invasif MAN FAAT PEMASANGAN VENTILATOR

. Mengatasi hipoksemia
PEMILIHAN DAN TIPE VENTILATOR . Mengatasi asidosis respiratorik akut
. Mengatasi distres pemapasan
Pada saat manusia bernapas spontan, udara masuk ke paru
. Mencegah atau mengatasi atelektasis paru
akibat tekanan negatif (hisapan) dari dalam paru karena . Mengatasi kelelahan otot bantu pemapasan
paru dan rongga toraks mengembang. Ventilator tekanan . Memudahkan pemberian sedatif atau blokade
negatif bekerja dengan mengembangkan rongga dada. neuromuskular.
Ventilator tipe ini saat ini sudah tidak digunakan lagi. . Menurunkan kebutuhan pemakaian oksigen sistemik
Ventilator tekanan positif bekerja dengan meng- danmiokard.
hembuskan udara melalui saluran napas ke dalam paru. . Menurunkan tekanan intrakranial
Ventilator tipe inilah yang saat ini umum digunakan dan . Menstabilkan dinding dada.
oleh karena itu tulisan ini akan lebih dibahas tentang Harus diingat bahwa ventilator mekanik hanya
ventilator tekanan positif. Beberapa tipe ventilator berfungsi sebagai pendukung sampai penyebab utama
disebutkan di bawah ini: kondisi yang memerlukan dukungan ini teratasi.
. Ventilatortekanan a. Cuirass ventilator Tekanan positif dapat mengembangkan kembali
negatif b. Tank ventilator (iron lung) atelektasis atau mempe tbaiki mis m at chin g (ketidak-
. Ventilator tekanan a. Pressure limit devices imbangan) ventilasi-perfusi dan memperbaiki oksigenasi
positif (Bird, Bennet PR-2) daerah yang ventilasinya buruk. Usaha bernapas pasien
b. Volume limit devices (MA-2' yang tak adekuat dengan memakai otot napas tentunya
Bear 2) mengkonsumsi oksigen berlebihan, dengan "positive
c. Time cycled devices (Siemens pressure mode" ventilator dapat usaha ini
9008, e00c) dan penyampaian oksigen yang erpenuhi'
. Ventilatorfrekuensi a. Jet ventilators Tekanan positif ventilator dapat juga digunakan untuk
tinggi b. High frequency venti lators menstabilkan dinding dada pada keadaan fungsi bernap as
c. Ossilators terganggu seperti pada "Jlail chest".

r66
DUKUNGAN VENTILAI1OR MEKANIK t67

MODUS BANTUAN VENTILATOR paru-pam mengembang. Hal ini mengakibatkan distribusi


gas ke seluruh paru lebih homogen. Kerugiannya adalah
Untuk dapat memahami berbagai modus/metode kerja pengantaran volume pada setiap respirasi tergantung pada
ventilator harus dipahami dulu istilah-istilah initiation/ compliance paru dan rongga dada. Perubahan dinamis
trigger, target/limit, dan cycle off (disingkat cycle). pada mekanik paru mengakibatkan tidal volumebervariasi.
Hal ini membutuhkan pengawasan ketat dan mungkin
Trigger (initiulion) adalah pencetus awal inspirasi. Inisiatif
membatasi kegunaan cara ini pada pasien dalam keadaan
atau pencetus awal inspirasi pada pernapasan dengan
gawat darurat. Ventilator jenis terbaru dapat menyediakan
ventilator bisa berasal dari mesin (machine triggered /
ventilasi volume-assured pressure cycled.
controlled breath) atau dari pasien sendiri Qtatient
P ada volume-cycl ed inhalasi berj alan sampai volume
triggered/assisted breath). Jenis trigger yang dipakai pada
tidal dihantarkan dan diikuti pengeluaran udara secara
suatu modus ventilator seringkali menjadi kata kedua dari
pasif. Dasar daricara ini adalah gas dihantarkan dengan
nama modus tersebut, misalnya pada modus Volume
pola aliran inspirasi yang konstan, mengakibatkan puncak
C ontrolled Ventilation, Volume As sisted Vent ilation, dll.
tekanan yang ada dalam jalan napas lebih tinggi dari yang
Kebanyakan ventilator dapat diatur untuk menghantarkan
yang dibutuhkan untuk mengembangkan paru (plateau
udara baik dengan cara terkontrol (mandatory I control
pressure). Karena volume yang dihantarkan konstan,
mode) maupun dengan cara bantuan (assist mode).
tekanan jalan napas berubah-ubah sesuai perubahan
Limit (larget) adalah jenis batas pemberian udara inspirasi compliance paru dan resistensi jalan napas. Kerugian
oleh ventilator. Ada dua jenis limit pada ventilator yang utama adalah tekanan jalan napas yang berlebihan akan
saat ini ada yaitu volume limited dan pressure limited. mengakibatkan barotrauma. Pengawasan ketat dan
Padavolume limited, jumlah volume udara yang diberikan pembatasan tekanan bermanfaat untuk menghindari
saat inspirasi oleh ventilator ditentukan oleh operator mesin, masalah ini. Karena volume-cycled menjamin volume
sedangkan pada pressure targeted, operator menentukan yang konstan, cara ini menjadi pilihan awal di unit gawat
besar tekanan yang diberikan pada saat inspirasi. Jenis darurat.
target ini sering kali dipakai sebagai kata pertama pada nama P ada cycling berdasarkan flow, ventilator akan mulai
modus ventilator, seperti pada Pressure Support ekspirasi bila mesin mendeteksi bahwa aliranudara inspirasi
Ventilation, Vo lume Controll ed Ventil ation, dll. oleh pasien sudah menurun atau dianggap tidak adalagi
oleh mesin. Cycling ini ada pada pasien yang bernapas
Cycle/cycle off/cycling to exhalation adalah proses
spontan ata:u assisted-spontaneous breaths. Ambang di
perpindahan dari inspirasi ke ekspirasi. Proses cyclingbisa
mana mesin m ergatggap flow inspirasi telah berhenti bisa
didasarkan atas waktu (time cycled), volume (volume
didasarkan atas nilai flow yang absolut atau persentase
cycled), tekanan (pressure cycled), atau besarnya aliran
dari peakJlow rate (mtmnya25%). Umumnya ambang
tdara Qflow cyclefi. Ventilator jenis baru sering kali
ini sudah diset tetap oleh pembuat ventilator tetapi ada
menggabungkan antara beberapa parameter cycling,
juga ventilator yang ambangnya dapat diubah-ubah. Bila
misalnya arfiara volume cycling dan pressure cycling.
ambang ini diturunkan makaberarti memperlama inspirasi
Pada cycling berdasarkan waktu, inspirasi berhenti demikian pula sebaliknya.
pada waktu yang telah ditentukan (Ti) oleh operator mesin
dan akan terjadi proses ekspirasi. Cara menset waktu
lamanya inspirasi adalah dengan menentukan jumlah CONTROLMODES
napas dalam semenit (frekuensi) dan dilanjutkan dengan
menentukan rasio inspirasi : ekspirasi (I:E ratio) dalam Padamodes ini inisiatifbemapas seluruhnya dikontrol oleh
setiap napasnya. Caru lain menentukan lamanya inspirasi ventilator, alat menghantarkan volume tidal (volume r4asuk
adalah dengan menentukan volume tidal disertai pola sekali napas) tanpa usaha napas dari pasien. Pada pasien
aliran(flow) inspirasi dan laju aliran tertinggi(peakflow apnea atau pasien yang'peak airway pressure'rrya
rate).Yentllator jenis lama atau yang kecil, seperti venti- melebihi ventilator (asma) atau terbatas usaha napasnya
lator unfuk transportasi, dioperasikan dengan cara time atau yang pernapasannya cepat (>25 kali/menit) cara
cycled. terkontrol ini adalah pilihan utama. Cara ini menjamin
Pada pressure-cycled, puncak tekanan inspirasi penghantaran ventilasi yang sesuai setiap menit. Ada dua
ditetapkan dan perbedaan tekanan antara ventilator dan macam control mode yang bisa diberikan pada pasien,
paru-paru mengakibatkan pemompaan sampai puncak yaiht Volume Controlled Ventilation (VCV) dan Pressure
tekanan tercapai. Apabila puncak tekanan tercapai inspirasi Controlled Ventilation (PCV).
akan berhenti diikuti katup ekspirasi akan terbuka dan
pengeluaran udara secara pasifakan terjadi. Keuntungan
utama dari pressure-cycled adalah deselerasi pola aliran Vol u me Controlled Ventilation (VCV)
inspirasi, di mana aliran inspirasi semakin berkurang saat Sesuai namanya modus ini adalah volume targeted dan
{68 KEGAWATDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

machine triggered. Modus ini disebut juga controlled ASSISTED VENTILATION MODES
mechanical ventilation (CMV). Pada modus ini volume
tidal umumnya dihantarkan dengan pola flow yang telah
diatur sebelumnya sehingga merupakan volume cycled Volume Assisted Ventilafion (VAV)
ata:: /low cycled, namun bisa pula ditambahkan pause
Modus ifi adalah patient's triggered dan volume limited.
setelah akhir inspirasi selama waktu tertentu sehingga Ventilator akan bekerja memb anf.t (as s isting) memberikan
merupakan time cycled. Karena volume tidal dan waktu udara inspirasi bila mendeteksi usaha napas dari pasien.
inspirasi ditentukan mesin, maka untuk mencegah Modus ini disebut j.uga assisted mechanical ventilation.
barotrauma, tidak boleh terjadi peningkatan tekanan jalan Besamya volume tidal yang diberikan ditentukan oleh
napas, misalnya akibat batuk, pasien berontak, mesin (volume limiteQ. Sama seperti VCV modus ini
bronkospasme atau complience rongga toraks yang memakai volume cycled atau /low cycled. Modus ini
menurun. Untuk itu modus ini hanya digunakan pada diindikasikan pada pasien yang bemapas spontan namun
pasien dengan sedasi berat, anestesia, paralisis otot tidak adekuat (selama masih cukup adekuat untuk terbaca
napas atau gangguan neuromuskular berat. Selain itu oleh mesin). Berkebalikan dari VCY modus ini tidak boleh
harus terpasang alarm untuk membatasi tekanan jalan diberikan pada pasien henti napas, dalam sedasi b erat atau
napas (umumnya diatur pada 60 cmHg). Keuntungan pelemas otot. Modus ini juga berbahaya pada pasien
modus ini adalah hilangnya work of breathing (WOB) dengan hiperventilasi sentral karena akan meningkatkan
pada pasien yang memang harus diturunkan/ volume semenit (VE), menyebabkan hipokarbia, alkalosis
diistirahatkan WOBnya. respirasi akut, hipokalemia dan aritmia.

Pressure Co ntro I led Ve nti I ati o n ( PCV) P ressu re S u pport Venti lation (PSVI
Pada modus ini mesin bekerja dengan machine Modus ini sering disingkat PS saja. Modus ini bekerja
triggered, pressure targeted dan time cyled. Pada saat secara patient's trigerred, pressure targeted, flow
mesin secara otomatis memberikan napas, tekanan jalan cycled. Apabila pasien memicu mesin, mesin akan
napas segera mencapai peak airway pressure dan memberikan udara secara cepat sehingga tekanan jalan
selanjutnya menurun sampai titik awal. Kecuali bila napas yang ditargetkan dicapai. Seperti halnya pada
modus ini dioperasikan dengan PEEP maka titik awal PCV, apabila PEEP digunakan lebih dari 0 mmHg, maka
adalah 0 mmHg. Bila modus ini dioperasikan dengan peak airway pressure yang terjadi adalah PEEP
positive end expiratorlt pressure (PEEP) maka titik awal ditambah nilai PS (besarnya tekanan maksimal yang
dib erikan oleh me s in). S el anj utnya/ ow akarr disesuaikan
tekanan adalah PEEP itu sendiri. Apabila PEEP
digunakan, maka besarnya peak airway pressure adalah terus untuk mempertahankan tekanan jalan napas
PEEP ditambah tekanan yang telah 'ditugaskan' (man- tersebut, sehingga selama pasien masih menarik napas
datory) pada mesin untuk diberikan. Karena modus ini (berarti pasien membuat tekanan negatif) maka mesin
didasarkan atas time cycled, ekspirasi hanya akan terjadi terus memberikan udara/tekanan. Apabila flow inspirasi
bila waktu inspirasi (Ti) habis. Apabila penurunan pasien menurun sampai ambang cycle off mesin
tekanan saat inspirasi telah mencapai titik awal (umumnya 25oh dari peak expiratory pressure), mesin
sebelum Ti maka akan terjadi pause dt mana tekanan akan beralih ke ekspirasi.
jalan napas akan dipertahankan sampai waktu ekspirasi PSV dirancang untuk menghindari barotrauma dan
tiba. mengurangi kerja napas. PSV berbeda dengan IMV/SIMV,
di mana PSV dikondisikan untuk membantu setiap usaha
napas spontan. PSV sekarang menjadi pilihan pada pasien
I nterm ittent M a ndatory Ventil ati on (lMVl dengan gagal napas yang tidak terlalu berat dan memiliki
Modus ini bukan murti controlled mode karena pasien usaha napas yang adekuat. Hasilnya dapat meningkatkan
juga bernapas spontan. Napas dari mesin dihantarkan kenyamanan pasien, mengurangi efek buruk terhadap
setiap interval waktu tertentu (machine triggered), dan kardiovaskular, mengurangi risiko barotrauma, dan
pasien dapat melakukan pernapasan spontan di antara meningkatkan distribusi gas.
bantuan napas ventilator. Lebih tepat bila mode ini
disebut sebagai VCV pada pasien bernapas spontan.
Agar pasien dapat bernapas spontan, pada mesin harus Assisfed-co ntro I I ed ve nti I ati o n m ode
dibuat memiliki aliran udara yang terus menerus Pada modus-modus tipe ini ventilator mendeteksi inisiatif
walaupun mesin sedang tidak memberikan inspirasi. inspirasi dari pasien dan menyediakan bantuan tekanan
Apabila inspirasi mesin terjadi saat pasien baru selama inspirasi. Pada mesin juga diset frekuensi napas
ekspirasi dapat muncul risiko barotrauma atau minimal. Bila pasien bernapas di bawah target
volutrauma. Oleh karena itu cara ini telah digantikan minimal tersebut maka mesin memberikan napas secara
dengan synchronized IMV (SIMV). otomatislmandatory.
DUKUNGAI{ VENTIL.TIiTOR MEI(ANIK
t69

e Assi sted -Co ntro I I ed Ve nti I ation (VACV)


Vo I u m PaCOrnya meningkat mendadak dan menimbulkan
VACV sering disebut assist-control ventilation atat asidosis.
disingkat A/C saja. Modus ini adalah volume limited dan
volume time cycled. Pasien menginisiasi inspirasi
ata:u Hipoksemia
seperti pada VAV namun frekuensi minimal sudah diatur di . PaO, <60mmHg atau SatO2<90% pada FiO2>50o
mesin sehingga bila pasien bernapas sangat lambat atau . Adanya 'shunt'(pada atelektasis, edema paru, pneu-
sangat lemah, modus ini akan menjadi VCV' Pada modus monia, emboliparu)
ini setting frelttensi inpirasi terkontrol tidak boleh di bawah . Adanya ketidakimbangan ventilasi-perfusi (V/Q) atau
kebutuhan minimal pasien. percampuran dar ena (pada asma dan PPOK)
. Adanya hipoventilasi dan peninggian tekanan PaCO2
(pada henti napas, gagal napas akut).
Synchronous lntermittent Mandatory Ventilation . Pada FiO, yang rendah, tekanan barometrik yang rendah,
(srMV)
dan adanya toksin tertentu (kebakaran, ketinggian
Modus ini bekerja secara patient s triggered dan volume
tertentu, keracunan CO).
targeted seperti halnya VSV. Namun walaupun pasien bisa
. Keseimbangan difusi yang tak adekuat (anemia, curah
mentrigger mesin, bila pasien tidak juga bemapas dalam
jantung yang tinggi, umumnya ini adalah faktor yang
wakfu terlentu, mesin akan memberi napas secara otomatis
memperburuk bukan faktor utama)
seperti pada VCV atau IMV. Usaha penyelarasan
(synchronis ation) adalah untuk mengurangi barotrauma,
yang mungkin timbul dengan cara IMV, ketika napas Hiperkapnia
diantarkan kepada pasien yang sudah dalam keadaan PaCOr> 55 dengan asidosis atau peningkatan PaCO, dari
inspirasi maksimal atau sedang berusaha penuh untuk keadain awal yang disertai asidosis). Hal ini dapat terjadi
ekspirasi. pada :

Pilihan awal modus ventilasi (misalnya SIMV atauA/ . Peningkatan beban kerja melebihi kapasitas keq'a karena
C) tergantung dokter atau institusi yang bersangkutan. - Compliance yatgtertdah(ARDs, luka bakar daerah
Ventilasi CMV, juga NC, adalah cara bantuan penuh di dada, efusi pleura, obesitas, pneumonia)
mana ventilator bisa mengambil alih seluruh usaha napas. - Resistensi yang tinggi (asma, PPOK, tumor atau
Kedua cara ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan sumbatan pada saluran naPas)
ventilasi semenit (VE) yang tinggi. Dukungan penuh, akan . Peningkatan YCO2 bersamaan dengan terbatasnya
mengurangi kerja otot pernapasan (tvork of breathing) kapasitas kerja (diet, PPOK)
sehingga mengurangi konsumsi O, dan produksi CO, dari . Peningkatandead space (ruang rugi) yang memerlukan
otot-otot pernapasan. Suatu kekurangan yang mungkin peningkatan ventilasi bersamaan dengan keterbatasan
terdapat pada modus A/C pada pasien dengan penyakit kapasitas kerja.
sumbatan jalan napas adalah perburukan dari keadaan . Penurunan kapasitas kerja.
udara yang terperangkap (air trapping) dan napas yang - Karena penurunan pusat napas di otak pada
berlumpukan (breath stacking). overdosis obat dan sindrom hipoventilasi sentral
Ketika bantuan napas penuh diberikan pada pasien - Penyakit neuromuskular (miastenia gravis, sindrom
yang dilumpuhkan dengan blokade neuromuskular, tidak Cuillain-Bane)
ada perbedaan antara VE pada berbagai cara ventilasi yang - Mechanical disadvantage ( hipetventilasi, auto
ada. Pada pasien apnoe, A/C dengan frekuensi napas 10 PEEP)
dan VT 500 ml mengantarkan VE yang sama dengan SIMV - Atrofi otot napas (pada malnutrisi, paralisis jangka
dengan parameter yang sama. SIMV membutuhkan usaha lama, steroid)
napas lebih besar daripada A/C karena itu SIMV jarang - Gangguan metabolik (asidosis, penurunan O,
dipakai sebagai modus awal ventilator. delivery)
- Kelelahan.

IN DIKASI PEMASANGAN VENTILATOR


TATA LAKSANA VE NTI LATO R
Indikasi utama pemasangan ventilator adalah adanya gagal
napas atau keadaan klinis yang mengarah ke gagal napas. Pada ventilator invasif, pasien mulanya harus diintubasi
Kondisi yang mengarah ke gagal napas adalah termasuk dulu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Karena
hipoksemia yang refrakter, hiperkapnia akut, atau kombinasi memerlukan pemantauan gas darah berulang maka kanula
keduanya. Indikasi lainnya adalah pneumonia berat yang untuk pengambilan darah arterial harus dipasang juga.
tetap hipoksemia walaupun sudah diberikan oksigen
. Pilihlah ventilator yang paling anda kuasai atatpahng
dengan tekanan tinggi atau eksaserbasi PPOK di mana familiar dengan anda, dan sesuai dengan kebutuhan
170 KEGA\I/AIDARURAf,AN MEDIK DI BIDAI\G ILMU PENYAKIT DALAI\il

pasien. Ingat tujuan utama kita adalah untuk memberikan memperpanjang waktu ekspirasi pada penyakit
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, mengurangi sumbatan jalan napas. Dengan bantuan ventilasi,
beban napas pasien, sinkronisasi alat dan pasien, dan s ens it ivity diatur pada 1 -2 cm HrO.
menghindari tekanan inspirasi yang tinggi. . Bila ada kesulitan dengan oksigenasi, ventilasi atau
Berilah FiO, awal 100%, kemudian FiO, ini diturunkan terjadi tekanan inspirasi tinggi berlebihan yang tak bisa
dengan titrasi unfuk memperlahankan saturasi O, pada dikoreksi dengan berbagiai cara, maka untuk
92-94%. mensinkronkan pasien dengan alat boleh
Pasanglah volume tidal awal pada 8- I Oml/kgBB. Pasien dipertimbangkan pemakaian sedasi, analgesik atau ubah
dengan gagal napas akut karena gangguarr pos1s1.
neuromuskular sering memerlukan volume tidal sampai . Konsultasi kepada yang lebih berpengalaman untuk
10-l2ml/kgBB, sedangkan beberapa kasus ARDS kasus/alat bersangkutan bila masih ada kesulitan.
memerlukan volume tidal 5-8m1/kgBB, lebih baik
menghindari tekanan inspirasi saluran napas yang )
tinggi. ATURANMEMULAI PEEP
Respiratory Rale (RR). Pilih frekuensi pernapasan yang
sesuai dengan keadaan klinis pasien. Targetkan ke pH Mulailah PEEP pada 5 cm HrO dan tingkatkan secara
bukan saja PaCOr. Pernapasan yang terlalu cepat berlahap dengan 2-3 cm HrO. Efek rekruitment penuh
mengurangi waktu untuk ekspirasi, meningkatkan mungkin belum muncul untuk beberapa jam.
tekanan jalan napas rata-rata dan menyebabkan udara Monitor selalu tekanan darah, denyut jantung, PaO,
terperangkap pada pasien dengan penyakit sumbatan saat menaikkan PEEP, dan pada interval waktu tertentu.
jalan napas. Pernapasan awal dapat dibuat 5-6 kali per Ingat selalu efek buruk PEEP yaitu: barotrauma, hipotensi,
menit pada pasien dengan asma, dengan teknik turunnya curah jantung, peninggian PaCO, dan gagalnya
hiperkapnik. oksigesnasi.
Inspiration/expiration ratio (IlE ratio). Rasio normal
dimulai dengan l:2. Kemudian dikurangi menjadi 1:4
atau 1:5 pada keadaan penyakit sumbatanjalan napas
Modifikasi Seting Ventilator
Setelah pasien diintubasi (pada ventilator invasif) dan
dalam usaha menghindari udara terperangkap dan pada
auto atau intrinsik PEEP.
tersambung ke ventilator mekanik, dengan teliti
perhatikan efek dari intervensi ini. Lihat frekuensi napas
Pasanglah PEEP pada kelainan paru yang difus, untuk
pasien, atur laju pernapasan oleh mesin. Pasien yang
menunjang oksigenasi dan menurunkan FiO,. Pada
sebagian besar kasus gagal napas. PEEi, juga tetap takipnea setelah terpasang ventilasi mungkin
memerlukan sedatif. Diazepam (2-5 mg iv) tiap 2 jam
meningkatkan tekanan puncak inspirasi saluran napas,
suatu efek yang sebenarnya tak diinginkan. Jarang
elektilpada keadaan ini.
Penting memonitor hasil pemeriksaan gas darah secara
diperlukan tekanan PEEP melebihi 15 cm H,O. PEEP
serial. Hasil ini sebagai dasar untuk mengubah seting ven-
memindahkan cairan dari alveoli ke ruang interstisial
tilator. Mengingat pH normal adalah 7,40, P aCO rnormal
perivaskular. PEEP tidak mengurangi jumlah total dari
cairan ekstravaskular paru. Umumnya PEEP diatur
40, dan PaO, normal sekitar 100. Maka kita perlu
mengetahui data dasar analisis gas darah ini. Hal ini
secara fisiologis pada 3-5 cmHrO untuk mencegah
penumnan fungsi kapasitas residu paru. PEEP 6 - l0
membantu untuk mengetahui nilai dasar, karena pasien
dengan penyakit paru kronik mungkin merasa nyaman
cmH2O dipakai untuk mencegah atelektasis pasca
dengan Pa0, 50. Nilai normal ini merupakan target saat
bedah. Alasan peningkatan PEEP pada pasien dengan
mengatur seting ventilator.
penyakit berat adalah untuk menyediakan cukup
oksigen, dan menurunkan FIO, pada keadaan non-
Kurang tepat merubah lebih dari satu paramcter
sebelum memeriksa efek dari perubahan sebelumnya
toksik (FIOr<0,5). Tingkat PEEP harus diselaraskan
dengan pemeriksaan gas darah. Walaupun begitu masih
sehingga tekanan intratorakal yang berlebihan (dengan
dapat diterima mengubah dua parameter secara bersamaan
resultan berupa penurunan aliran balik vena dan risiko
sepanjang yang satu mempengaruhi Pa0, dan yang lain
barotrauma) tidak terjadi.
mempengaruhi PaC0, (seperti FI0, dan frekuensi/RR).
Jika ventilator memerlukan pengaturun flow rate
Jangan merubah PEEP dan FI0, secara bersamaan karena
gnakanlahfl owrateatauRRyangmenghindarinapas
hal ini akan menyulitkanmeramalkan efekyang diinginkan.
yang bertumptkan(stacking) dan auto PEEP. Inspira-
Periksalah gas darah arterial 30-60 menit setiap setelah
totyflow rates adalah fungsi dari VT, VE ratio dan RR
mengubah seting ventilator.
yang bisa dikendalikan secara internal oleh ventilator.
Inspiratory flow rates diatur pada 60 l/menit. Mengubah Pa0r. Pa0, dipengaruhi olehperubahanFI0, dan
Pengaturan ini dapat ditingkatkan sampai 100 l/menit PEEP. Berikan FI0, kurang dari 60% untuk menghindari efek
untuk mengantarkan VT secara cepat dan toksik oksigen.
' DUKUNGAN vENnL/tg1oR MEKAT{IK
17t

a). Pa0, tinggi. Bila Pa0, tinggi, FIO, dapat diturunkan bedah faktor yang penting diperhatikan adalah rasa sakit
dengan menggunakal "rule o"f 7" sebagai patokan sayatan akibat operasi mempengaruhi lama bantuan
pengaturan FIOr. Setiap penurunan 1% FI0r, Pa0, akan turun ventilator. Akibatnya pasien setelah laparotomi atau
7. Contoh :jika Pa0r 380 pada FI0, 9}o/o,Dengantarget Pa0, torakotomi (keduantr a sakit sayatan lebih lama) akan
100, maka adalah aman untuk menurunkan FI0, dari 90% membutuhkan periode lebih panjang dalam intubasi dan
menjadi 50%(40 X 7:280). Jikapasien sudahpadaposisi ventilator dibanding yang disebabkan oleh median
FI0, rendah, maka bila PaO, tetap tinggi, PEEP dapat sternostomy (relatif kurang sakit). Parameter yang harus
diturunkan. Direkomendasikan penurunan PEEP dengan ada sebelum menyapih pasien adalah sebagai berikut:
tahapan 2cm Hr0, periksa hasil gas darah tiap saat sesudah 1. Pasien harus memperoleh oksigenasi yang adekuat
pemrmnan tersebut. Turunkan PEEP pada level fisiologis (ditentukan oleh PaOr), pada PEEP fisiologis dan FI0,
3-5 cm H20. Karena efek toksik oksigen, pasien dengan tidak lebih besar dari 500/o. Secara obyektif harus
Pa02 tinggi pertama-tama harus diturunkan FIO, nya barulah ditemukan Pa0, lebih besar dari 70 pada penurunan
kemudianPEEP. secara serial PEEP 3-5 dan FIOr 40-50%.

b). PaO, rendah. Pasien dengan PaO, yang rendah, PEEP a. Pa0r<60 memerlukan kembali pada level sebelum
pada level hsiologis dapat meningkatkan Pa0, dengan hanya pemasangan alat bantu pernapasan.
mengatur Fi0, sekitar 50-60%. Kemudian mulailah menaikkan b. Pa0, 60-70 % memerlukan menunggu pada level
PEEP pada kenaikan 2. Monitor efek tiap-tiap perubahan yang baru pada alat bantu pernapasan.
dengan memeriksa gas darah, apabila diperlukan PEEP >10 c. Pa0, >70 diperkenankanuntukpenyapihan.
cm HrO maka kateter arteri pulmonalis perlu dipasang untuk 2. Pasien harus memperoleh ventilasi adekuat (ditentukan
memonitor efek dari penambahan PEEP, karena PEEP dapat oleh PaC0r) yang harus kurang dari 45 sebelum
menurunkan aliran balik darah ke jantung dan ekstubasi.
mengakibatkan efek terbalik terhadap curah jantung. a. Sapihlah sampai frekuensi 2-4. hka gas darah tetap
Besarnya curah jantung bervariasi dari pasien ke pasien. memperlihatkan ventilasi adekuat ( PaCO, rtormal)
atau pada pasien yang sama pada waktu yang berbeda. ubah seting ventilator ke CPAP (Continous Positive
PEEP dengan level tinggi juga berisiko menyebabkan Airway Pressure). Perhatikan laju pernapasan
barotrauma (pneumotorak, pneumediastinum atau pneumo pasien dengan baik. Jika pasien menjadi takipnu
peritoneum). Pada beberapa sentra, pasien yang diberi PEEP pada frekuensi rendah, atau setelah dengan seting
tinggi dipasang prohlaksis chest tube bilateral. ke CPAP, maka penyapihan j angan diteruskan dulu.
Jangan membiarkan pasien pada frekuensi ventila-
Merubah PaC0r. PaC0, dipengaruhi oleh pengaturan tor 2, atau CPAP terlalu lama setelah diputuskan
frekuensi dan volume tidal. penyapihan tidak diteruskan' Pernapasan melalui
a. PaC0, tnggi. PaC0, tinggi menandakan hipoventilasi; pipa endotrakeal tidak seperti pemapasan normal
jagalah volume tidal pada 10-15 ml,&gBB. Sesudah itu melalui mulut dan tidak tepat membiarkan pasien
naikkan frekuensi untukmemperbaiki ventilasi semenit (\{E), bernapas terlalu lama melalui tube. Walaupun
periksa efek tiap perubahan dengan analisis gas darah. kebanyakan orang menggun akkan T-p iece sebelum
ekstubasi, jika pasien bisa menerima CPAP pada 5
b. PaCO, rendah. Menandakan adarrya ventilasi yang
cm Hr0, maka sebetulnYa
berlebihan dan biasanya diikuti oleh keadaan alkalosis.
b. MenenfukankemamPuan
Jagalah volume tidal tidak lebih dari 15 ml&gBB. Turunkan
harus diperoleh parameter respirasi atau disebut
frekuensi ventilator. Jika pasien takipnu pemberian sedatif
juga faktor mekanik pemapasan, meliputi volume
atau paralisis mungkin diperlukan untuk mengontrol
tidal (VT), negative inspiratory force (NIF) dan Wtal
ventilasi. Perhatikan kemungkinan munculnya takipnu
Capacity (YC). Agar ekstubasi berjalan lancar maka,
setelah penumnan frekuensi(rate).Hal ini menunjukkan
NIF harus 25 cm HrO atau lebih besar (lebih negatif).
kelelahan karena kurangnya bantuan ventilasi dan hal ini
Volume tidal harus 400 pada ukuran dewasa normal.
memerlukan peningkatan frekuensi ventilator.
3. Mempersiapkan ekstubasi.
Prinsip umum untuk mengubah seting ventilator. a). Bila a. Tentukan tingkat kesadaran, pasien harus sadar
pasien memburuk baru lakukan intervensi. b). Mengubah (bangun) dan kooperatif. Mintalah pasien untuk
FIO, selalu dibatasi kemungkinan keracunan oksigen. c). mengangkat kepalanya untuk memperlihatkan
Mengubah VE dibatasi oleh kemungkinan penurunan PaC0, kekuatan yang adekuat dan kemampuan untuk
dengan akibat alkalosis. d). Mengubah PEEP dibatasi mengikuti perintah.
kemungkinan penurunan PaC0, dengan akibat alkalosis. b. Berikan oksigenasi dan ventilasi yang adekuat, Pa0,
e). Mengubah PEEP dibatasi oleh kemungkinan penurunan dan PaC0, harus mencukupi pada CPAP + 5 cm HrO
curah jantung. dan FI0, tidak lebih dati 50o/o. Pernapasan mekanik
Penyapihan (weaning) dari ventilator. Pada pasien pasca harus memperlihatkan NIF tidak kurang dari 25
172 KEGA\ilATDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PET.WAKIT DALAM

dengan tidal volume 400 ml atau lebih besar. penyapihan dari ventilator invasif.
Frekuensi pernapasan harus 25 atau kurang. . Tingkat kesadaran stabil atau membaik
c. Tanda vital stabil atau tidak ada risiko aspirasi atau . Tanda vital stabil
tidak terkontrolnya pemapasan. . Frekuensi napas < 25lmenit
4. Prosedur ekstubasi. Sebagai kunci ekstubasi yang . gas darah mendekati atau pada :
sukses dijelaskan kepada pasien prosedur yang akan P0r>7OmmHg
dilakukan PC0r<5OmmHg
a. pasien 'disuction' melalui rongga mulut dan selang pH < 7,35.
endotrakeal . Kapasitas vital >15 ml/kg
b. kempeskan balon selang endotrakeal. Persyaratan . Volumetidal >400ml (50-T0kgdewasa)

Kemungkinan perlu
ventilasi mekanik

Anam nesis/pem eriksaan fisik Kapasitas vital

Depresi pusat pernapasan -l<-- Penyakit paru kronik

V!,
K ro nik Prognosis ad malam
+
Apneu H
t
iperkapn ia I
mHg PaCO, < 50 mmHg Teruskan tera pi

Kesadaran menurun Kesadaran ba k

I
Teruskan tera pi

Penyakit paru akut

PaCO, < 60 mmHg PaCO, > 60 mmHg


Trauma dinding toraks
Fto, 1,0

Fail chest ringan Fail chest beral


PaCO, > 45 mmHg PaC0, < 4$ p16q
PaCO, < 45 mmHg PaCO,> 45 mmHg I

t-t
Kesadaran menurun Kesadlran baik
Hemodinamik stabil Hemodinamik tak stabil

I
Lanjutkan terapi Kelelahan
[-----------l
jelas Tidak ada kelelahan

T.,.r.ki t.,,.pi
l\.4 asalah neurom uskula r

Bukan Pascasurgical Kapasitas vital Kapasitas vital


<'10 ml/kg >'1 0 ml/kg

YV
By pass Bukan bypass Sukar menelan Bisa menelan
kardiopulmonari kard iopu lm ona ri
rJi
Kelelahan lelas Tidak ada kelelahan
I
+ +
Teruskan terapi
Prosed ur surgical major

Obesitas Efek obat prolong Hemodinamik Peninggiantekanan Asidosismetabolik


tak stabil intrakranial berat

l\itungkin perlu IPPV

Gambar 1.
173
DUKI,JNGAI\ VENTILATOR MEI(ANIK

' NIF (negative inspiratoty force) > -25 cm HrO distensi berlebihan alveolar (volutrauma), meningkatkan
(lebih negatifl. permeabilitas mikrovaskular dan kerusakan parenkim.
c. Sebelum pipa endotrakeal dilepas, pasien harus Konsentrasi oksigen inspirasi yang tinggi (FIO, lebih besar
dalam fase inhalasi. Jadi saat pelepasan pipa, pasien dari 0,5) mengakibatkan pembentukan radikal bebas dan
adalah pada fase ekshalasi yang akan membantu kerusakan sel sekunder. Konsentrasi oksigen yang tinggi
mencegah terhisapnya sekret yang ada di trakea ke ini dapat mengakibatkan hilangnya nitrogen alveolar dan
paru. atelektasis sekunder.
d. Ingat bahwa pipa berbentuk lengkung dan ikutilah
lengkungan itu saat melePasnYa.
Pengaruh pada Kardiovaskular
5. Pesan penting setelah ekstubasi.
Jantung, aor1a, dan pembuluh darah pulmonal berada di
a. Pasang40-50o%maskermuka dalam rongga dada dan potensial dalam meningkatkan
b. Sucsion bilamana perlu tekanan intra torakal. Hasilnya berupa penurunan curah
c. Bila pasien telah mengalami bantuan pernapasan
jantung sehingga aliran balik vena ke jantung kanan
dalam waktu lama, biarkanlah ventilator di samping
menurun, disfungsi ventrikel kanan, dan pembesaran
pasien selama24 jam, karena setiap waktu dapat
jantung fi.i. P"nr*nan curah jantung akrbat preload
dipergunakan bila terjadi hal kegawatat yang
ventrikel kanan kurang, banyak dijumpai pada pasien
memerlukan ventilator kembali.
hipovolemik dan memberikan reaksi pada penambahan
d. Cek gas darah setelah 30-60 menit
volume cairan.
e. Periksa spirometn tiap jam
f Rangsang batuk dan napas dalam
o Perhatikan takipnu, yang sering merupakan peftanda
b' Pengaruh pada Ginjal, Hati, dan Saluran Cerna
awal gagal napas. Tekanan ventilasi positif bertanggung jawab pada
keseluruhan penunrnan fungsi ginjal dengan penurunan
volume urin dan ekskresi natrium.
Fungsi hati mendapat pengaruh buruk dari penurunan
KOMPLIKASI
curah jantung, meningkatnya resistensi pembuluh darah
Keputusan untuk memasang ventilator harus hati, dan peningkatan tekanan saluran empedu'
dipertimbangkan secara matang. Sebanyak 75o% pasien yang Iskemia mukosa gaster dan perdarahan sekunder
dipasang ventilator umumnya memerlukan alat tersebut lebih
mungkin terjadi akibat penurunan curah jantung dan
dari 48 jam. Bila seseorang terpasang ventilator lebih dari 48
peningkatan tekanan vena lambung.
jam maka kemungkinan dia tetap hidup keluar dari rumah
sakit (bukan saja lepas dari ventilator)jadi lebih kecil Ventilator Noninvasif (NIPPV)
Secara statistik angka survivai berhubungan sekali Ventilasi invasif adalah suatu alat bantuan napas mekanik
dengan diagnosis utama, usia , dan jumlah organ yang gagal (ventilator) tanpa suatu pemasangan pipa endotrakeal ke
. Pasien asma bronkial lebih dari 90o/o survive sedangkan jalan napas
pasien kanker kurang dari l0o/o. Usia di atas 65 tahun Manfaat alat ini adalah: efek samping akibat intubasi
kemungkinan survivekurang dari 50'/o. Sebagian penyebab jalan napas atau efek samping trakeostomi dapat dihindari,
rendahnya .sur"vival pasien terpasang ventilator ini adalah ukuran alatnya relatif kecil, portabel, pasien saat alat
akibat komplikasi pemakaian ventilator sendiri, terutama tipe terpasang bisa bicara, makan, batuk, dan bisa diputus
positive pressure. untuk istirahat.
NIPPV disebut juga body ventilator (iron lung, pneumo
wrap, chest cuirass), positive pressure ventilator (PPV),
AKIBAT MERUGIKAN DARI VENTILASI MEKAN!K continuous possitive airway pressure (CPAP).
Body ventilator diseb:ut juga negative pressure
ventilator.Alat ini bekerja dengan menimbulkan tekanan
Pengaruh pada Paru-Paru negatif di sekeliling dada dan perut yang menghasilkan
Barotrauma mengakibatkan emfisema, pneumomediasti- pengembangan rongga dada sehingga udara terisap ke
num, pneumoperitoneum, pneumotoraks, dan tension paru melalui mulut dan hidung. Saat tekanan sudah sama
pneumothorax. Puncak tekanan pengisian paru yang kembali dengan sekitarnya, maka secara pasif akibat
tinggi (lebih besar dari 40 cmHrO) berhubungan dengan elastic recoil parudan dinding dada akan terjadi ekspirasi'
peningkatan insidens barotrauma. Disfungsi sel alveolar Pada pneumo belt (intermitent abdominal pressure
timbul akibat tekanan jalan napas yang tinggi' ventilator),mekanisme kerja justru sebaliknya; yaitu alat
Pengurangan lapisan surfaktan mengakibatkan atelektasis, melakukan penekanan pada perut untuk ekspirasi aktif dan
yang mengakibatkan peningkatan tekanan jalan napas lebih inspirasi terjadi secara pasif karena gravitasi.
lanjut. Tekanan jalan napas yang tinggi juga mengakibatkan Pada rocking bed ventilator mekanisme kerjanya adalah
774 KEIGAWTTDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

pengubahan posisi pasien dan akibat gravitasi akan


membantu pergerakan pasif diafragma untuk inspirasi dan Keuntungan Keterbatasan
ekspirasi.
Mudah dipasang dan dipindah Stres psikis
Non invasif positive pressure ventilators, mekanisme Lebih nyaman Peningkatan pengawasan
kerjanya adalah secara aktif membantu inpirasi dengan Mengurangi pemakaian sedatif perawatan
Bisa sambil bicara/menelan Timbul hipoksemi saat dilepas
mengantarkan suatu volume tidal udara yang sudah diatur /batuk Timbul iritasi mata
tekanannya. Teknik ini memungkinkan kita mengontrol Menghindari komplikasi plpa Sulit higienis jalan napas
berupa: Tak ada proteksi jalan napas
ventilasi menyeluruh atau hanya membantu usaha napas . resistensi pipa Tak nyaman di muka
spontan saja. Ekspirasi (ekshalasi) terjadi secara pasif . trauma jalan napas atas Distensi lambung
terhadap PEEP yang sudah diatur tekanannya atau terhadap . asplrasl mlnl Terbatas kemampuan
. infeksi paru ventilasinya
tekanan atrnosfer. Tidak ada perlindungan udara
CPAP (Continous possitive air pressure) mengantar
secara konstan suatu tekanan udara selama inspirasi dari
ekspirasi, jadi tekanan udara dibuat positifterhadap tekanan REFERENSI
atmosfir selama siklus napas. CPAP ini bukan mumi suatu
model ventilator karena tak membantu inspirasi secara aktif, Dellinger RP. Mechanical ventilation. In : The ACCP pulmonary
tapi mengurangi beban bernapas pada pasien yang bisa board review 1998-1999. Illinois. ACCP: 346-359.
bemapas spontan dengan memperbaiki compliance atau Gomella LG, Braen GR, Haist SA, Olding M. Fundamental of
mengimbangi PEEP intrinsik. Tekanan yang dipakai biasanya ventilator management. In:Clinicians pocket reference 6'h ed.
California: Appleton&Lange; 1989.p.226-32.
5-1 0 cmllOjarangyang melebihi/bisa mentolerir sampai lebih
Marini JJ and Wheeler AP. Indications and option on mechanical
dari 15 cmllO. ventilation. In: Critical care medicine, the essentials. 2'd,ed.
Baltimore: Williams&Wilkins; 1997.p.1 16-35.
24
GANGGUAN KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Parlindungan Siregar

CAIRAN TUBUH TOTAL

Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan. Pada bayi


prematur jumlahnya sebesar 80% dari berat badan; bayi
normal sebesar 70-15% dari berat badan, sebelum INTRASEL
pubertas sebes ar 65 o/o- I }oh dari b er at badan; orang dewasa
sebesar 50-60% dari berat badan. Kandungan air di dalam
sel lemak lebih rendah dari pada kandungan air di dalam 6O% BB
Cairan Total
sel otot, sehingga cairan tubuh total pada orang yang Tubuh
gemuk (obes) lebih rendah dari mereka yang tidak gemuk'
Cairan dalam tubuh dibagi dalam dua kompartemen
EKSTRASEL
utama yaitu cairan ekstrasel dan cairan intrasel. Volume
cairan intrasel sebesar 60%o dari cairan tubuh total atau
sebesar 36Yo dariberatbadan pada orang dewasa. Volume
cairan ekstrasel sebesar 40%o dari cairan tubuh total atau
sebesar 24o/o dariberat badan pada orang dewasa. Cairan
Gambar 1. Cairan total tubuh dengan kompartemen intrasel dan
ekstrasel dibagi dalam dua subkomparlemen yaitu cairan ekstrasel
interstisium sebesar 30oh dari cairan tubuh total atau 1 80%
dari berat badan pada orang dewasa dan cairan
intravaskular (plasma) sebesar l0o/o dari cairan tubuh total intrasel dan langsung berhubungan dengan fungsi sel.
atat60/o dari beratbadan pada orang dewasa (Gambar 1). Kation dalam cairan ekstrasel adalah natrium (kation utama)
Cairan ekstrasel dan cairan intrasel dibatasi oleh membran dan kalium, kalsium, magnesium. Untuk menj aga netralitas
sel (l ip i d - s o lu b I e), mentpakan membran semipermeabel (elektronetral), di dalam cairan ekstrasel terdapat anion-
yang bebas dilewati oleh air akan tetapi tidak bebas dilewati anion seperti klorida, bikarbonat dan albumin. Kation utama
oleh solut yang ada di kedua kompartemen tersebut kecuali dalam cairan intrasel adalah kalium dan sebagai anion
urea. Cairan interstisium dan cairan intravaskular dibatasi utama adalah fosfat.
oleh membran permeabel yang bebas dilewati oleh air dan
solut kecuali Albumin. Albumin hanya terdapat di
intravaskular. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN
Dalam dua kompartemen cairan tubuh ini terdapat solut
berupa kation dan anion (elektrolit) yang penting dalam Gangguan keseimbangan air dalam topik ini adalah
mengatur keseimbangan cairan dan fungsi sel. Ada dua ketidakseimbalgal a.ntara air yan'g masuk ke dalam dan
kation yang penting, yaitu natrium dan kalium. Keduanya air yang ke luar dari tubuh, ketidakseimbangan antara
mempengaruhi tekanan osmotik cairan ekstrasel dan cairan intra dan ekstrasel serta ketidakseimbangan antara

r75
L76 KEGAWATDARURAf,AN MEDIK DI BIDAI\G ILMU PENYAKIT DALAM

cairan interstisium dan intravaskular. Ketidakseimbangan Dehidrasi. Dehidrasi adalah keadaan di mana berkurangnya
ini khususnya antara intra dan ekstrasel atau antara volume air tanpa elektrolit (natrium) atau berkuran gnya a ir
interstisium dan intravaskular, sangat dipengaruhi oleh jauh melebihi berkurangnya natrium dari cairan ekstrasel.
osmolalitas atau oleh tekanan osmotik. Osmolalitas adalah Akibatnya terjadi peningkatan natrium dalam ekstrasel
perbandingan antara jumlah solut dan air. Solut-solut yang sehingga cairan intrasel akan masuk ke ekstrasel (volume
mempengaruhi osmolalitas dalam tubuh adalah natrium, cairan intrasel berkurang). Dengan kata lain, dehidrasi
kalium, glukosa dan urea. Makin tinggi osmalilitas maka melibatkan pengurangan cairan intra dan ekstrasel secara
makin tinggi tekanan osmotik. Urea mempengaruhi bersamaan di mana 40oh dari cairan yang hilang berasal
osmolalitas akan tetapi tidak berpengaruh terhadap dari ekstrasel dan60%o berasal dari intrasel.
tekanan osmotik oleh karena urea memiliki kemampuan Pada keadaan dehidrasi, akan terjadi hipernatremia
untuk menembus membran sel (lipid-soluble) betpirrdah karena cairan yang keluar atau hilang adalah cairan yang
bebas dari intrasel ke ekstrasel atau sebaliknya, sehingga hipotonik. Dehidrasi dapat terjadi pada keadaan keluarnya
urea disebut sebagai osmol yang tidak efektif air rnelalui keringat, penguapan dari kulit, saluran
(ineffective-osmole). intestinal, diabetes insipidus (sentral dan nefrogenik),
Berpindahnya cairat dari intrasel ke ekstrasel atau diuresis osmotik, yang kesemuanya disertai oleh rasa haus
sebaliknya, dipengaruhi oleh perbedaan osmolalitas. dengan gangguan akses cairan. Atau dapat terjadi bila
Cairan akan berpindah dari daerah yang osmolalitas lebih cairan ekstrasel masuk ke intrasel secara berlebihan pada
rendah ke daerah dengan osmolalitas lebih tinggi. Dalam kejang hebat atau setelah melakukan latihan berat. Atau
keadaan normal maka osmolalitas cairan intrasel adalah dapat terjadi bila asupan cairan natrium hipertonik yang
sama dengan osmolalitas cairan ekstrasel. Kandungan air berlebihan.
di intrasel lebih banyak oleh karena jumlah kalium total Ilipervolemia. Hipervolemia adalah suatu keadaan di mana
dalam tubuh lebih besar dari jumlah natrium total dalam terjadinya peningkatan volume cairan ekstrasel khususnya
tubuh. Natrium, kalium, glukosa bebas berpindah antar intravaskular (volume overloafl melebihi kemampuan
interstisium dan intravaskular (plasma), sehingga ketiga tubuh mengeluarkan air melalui ginjal, saluran intestinal,
osmol ini tidak berpengaruh terhadap perpindahan cairan kulit. Keadaan ini lebih dipermudah dengan adanya
dari intersisium ke dalam plasma atau sebaliknya. Protein gangguan pada otot jantung (gagal jantung kongestif) atau
dalam plasma yaitu albumin tidak mudah berpindah dari pada gangguan fungsi ginjal berat (penyakit ginjal kronik
intravaskular ke dalam cairan interstisium sehingga stadium IV dan V atau pada gagal ginjal akut oligurik).
albumin adalah osmol utamayang mempengaruhi tekanan
osmotik di intravaskular. Tekanan osmotik dalam plasma Edema. Edema adalah suatu pembengkakan yang dapat
ini disebut juga sebagai tekanan onkotik dalam plasma. diraba akibat penambahan volume cairan intersisium. Ada
Berpindahnya cairan dari intravaskular ke interstisium atau dua faktor penentu terhadap terjadinya edema antara lain :
sebaliknya sangat dipengaruhi oleh kadar albumin dalam a). Perubahan hemodinamik dalam kapiler yang
plasma. memungkinkan keluamya cairan inlravaskular ke dalam
jaringan interstisium. b). Retensi natrium di ginjal.
Ada beberapa keadaan yang dapat kita temukan dalam
hal gangguan keseimbangan air antara lain : 1). Hemodinamik dalam kapiler dipengaruhi oleh ; a).
Hipovolemia, 2). Dehidrasi, 3 ). Hipervolemia, 4). Edema. Permeabilitas kapiler. b). Selisih tekanan hidrolik dalam
kapiler dengan tekanan hidrolik dalam intersisium. c). Selisih
Hipovolemia. Hipovolemia adalah suatu keadaan di mana tekanan onkotik dalam plasma dengan tekanan onkotik
berkurangnya volume cairan tubuh yang akhirnya dalam interstisium.
menimbulkan hipoperfu si j aringan. Hipovolemia adalah Retensi natrium dipengaruhi oleh : a). Aktivitas sistem
berkurangnya cairat ekstrasel di mana air dan natrium renin-angiotensin-aldosteron yang erat kaitannya dengan
berkurang dalam jumlah yang sebanding. Hipovolemia baroreseptor di arteri aferen glomerulus ginjal. b). Aktivitas
dapat terj adi pada kehilangan air dan natrium melalui saluran ANP (atrial natriurelik peptide) yang erat kaitannya
intestinalis seperti muntah, diare, pendarahan atau melalui dengan baroreseptor di atrium dan ventrikeljantung. c).
pipa sonde. Dapat juga melalui ginjal antara lain Aktivitas saraf simpatis, ADH yang erat kaitannya dengan
penggunaaan diuretik, diuresis osmotik, b alt-wasting neph- baroreseptor di sinus-karotikus. d). Osmoreseptor di
ropathy', hipoaldosteronisme. Melalui kulit dan saluran hipotalamus.
napas seperti 'insensible wctter losses '
, keringat, luka bakar. Pada keadaan volume sirkulasi efektif yang rendah
Atau juga melalui sekuestrasi cairan seperti pada ileus misalnya pada gagal jantung kongestif, sirosis hati,
ob struksi, trauma, fraktur, pankreatitis akut. sindrom nefrotik, dan gagal ginjal, makajumlah total natrium
Pada hipovolemia cairan yang berkurang atau hilang tubuh akan meningkat oleh karena adanya retensi natrium
hanyalah cairan ekstrasel. Karena cairan yang keluar atau ginjal akibat peningkatan sistem renin-angiotensin-
hilang adalah cairan yang isotonik, maka kadar natrium aldosteron. Akibat semua ini terjadi penimbunan air pada
plasma tetap dalam batas normal. interstisium yang akan menimbulkan edema umum.
. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
177

Di samping faktor-faktor penyebab edema diatas, ada sebanyak duapertiganya ke cairan interstisium. Bila cairan
faktor lain yang mencegah berlanjutnya penumpukan keluar dari saluran intestinal (diare atau muntah), jenis cairan
cairan dalam jaringan interstisium (edema) yaitu aliran pengganti dapat berupa NaCl isotonis atau ringer-laktat.
limfatik yang dapat menampung kelebihan cairan dalam Pada diare lebih dianjurkan pemberian ringer-laktat oleh
jaritgan interstisium. Faktor lain adalah dengan karena potensi terjadinya asidosis metabolik pada diare
meningkatnya jumlah cairan dalam jaringan interstisium yang berat.
pada edema, akan mengurangi tekanan onkotik dan
meningkatkan tekanan hidrolik jaringan interstisium Dehidrasi
sehingga penumpukan cairan dalam interstisium Dehidrasi melibatkan pengurangan cairan intrasel dan
terhambat. ekstrasel secara bersamaan di mana 40oh dari cairan yang
Manifestasi klinis edema dapat berupa : edema paru, hilang berasal dari ekstrasel dan 60%o berasal dari intrasel.
edema perifer misalnya pada tungkai, asites, bendungan Hipernatremia pada pasien dengan hipovolemia,
pada vena setempat misalnya pada tungkai yang biasanya merupakan tanda klinis dehidrasi' Defisit cairan tubuh
unilateral, bendungan vena dalam, edema 'pitting' pada total ini dapat dihitung dengan rumus :

hipotiroid.
DefisitCairan : 0,4x beratbadan(NaPlASMA/ 140 - 1)
Untuk koreksi cairan, jenis cairan yang diberikan adalah
PENANGGUI-ANGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN
cairan dekstrosa isotonik. Volume cairan yang dibutuhkan
CAIRAN
sesuai dengan perhitungan rumus di atas ditambah dengan
f
'insensible water losses' volume urin24 jam | volume
Hipovolemia cairan yang keluar melalui saluran cerna. 'Insensible water
Ada dua tindakan yang dilakukan dalam mengatasi losses' sebanyak + 40 ml/jam. Cairan dapat diberikan
keadaan ini yaitu menanggulangi penyakit yang mendasari intravena atau oral bila pasien sadar. Kecepatan p€rirberian
dan penggantian cairan yang hilang. Untuk mengetahui cairan harus tidak menimbulkan penurunan kadar natrium
jumlah cairan yang akan diberikan perlu diketahui prediksi plasma > 0,5 meq/jam. Sebagai contoh bila kadar Na-plasma
cairat yang hilang dari tubuh. Pada hipovolemia, cairan diturunkan dari 160 menuju 140, maka kecepatan pernberian
yang hilang berasal dari cairan ekstrasel (intravaskular dan cairan adalah selama 40 jam (20 dlbagl 0,5). Bila berat
interstisium) oleh karena cairan yang hilang adalah cairan pasien ini adalah 60 kg, maka defisit cairan sebesar 0,4 x 60
yang isotonik. Dalam keadaan normal, osmolaritas cairan (160ll4O - l):3,43 L. Bila insensible /oss sebesar 960 ml
interstisium dan intravaskular adalah sama, maka dan volume ur in I 500 mll 24j am, maka volume ca iran yang
penghitungan cairat yang hilang didasarkan pada persen
:
dibutuhkan sebesar 3,43 + 0,96 + 1,5 5,89 Liter. Jumlah
berkurangnya plasma (cairan intravaskular). cairan ini diberikan dalam waktu 40 jam atau 0,15 liter/jam.
Disebut hipovolemi ringan bila kehilangar, < 20%o Tindakan lain adalah mengatasi penyebab terjadinya
volume plasma. Gejala klinis yang timbul hanya takikardia. dehidrasi.
Disebut hipovolemia sedang bila kehllangan2} - 40%o
volume plasma. Gejala klinis yang timbul adalah takikardia Hipervolemia
dan hipotensi ortostatik Hipervolemia (volume overloaQ, volume intravaskular
Disebut hipovolemia berat bila kehilangan > 40yo yang meningkat, pada kegagalan otot jantung dan
volume plasma. Gejala klinis yang timbul adalah penurunan penurunan fungsi ginjal dapat menimbulkan edema paru'
tekanan darah, takikardia, oliguria, agitasi, pikiran kacau. Penganggulangan yang dilakukan dalam hal ini adalah
Perlu diingat bahwa volume plasma adalah sebesar 6olo pemberian diuretik kuat, furosemid, serta restriksi asupan
dari berat badan pada orang dewasa. Sebagai contoh, deplesi air. Asupan air yang dianjurkan hanya sebanyak'insen-
volume rhgan (2Ooh) pada orang dewasa seberat 60 kg, siblewater losses' yaitu + 40 mVjam. Pasien dengan gagal
volume cairan yang hilang sebesar 20oh dati 3,6 liter adalah ginjal akut atau gagalginjal terminal dengan hipervolemia
0,72liter (720 ml). Kecepatan pemberian cairan tergantung memerlukan dialisis untuk penanggulangannya' Pasien
pada keadaan klinis yang terjadi. Pada deplesi volume yang dengan polidipsia primer, asupan air melebihi kemampuan
berat, kecepatan cairan diberi dalam waktu yang cepat pengeluaran melalui ginjal dan kulit, akan menimbulkan
hingga terjadi perbaikan takikardia dan tekanan darah. gejala akibat hiponatremia. Penanggulangan pada keadaan
Jenis cairan yang diberikan tergantung dari cairan yang ini adalah dengan restriksi asupan air serta mengatasi gejala
ke luar. Bila pendarahan sebaiknya diganti dengan darah akibat hiponatremia akut bila ada.
juga. Bila persediaan darah tidak ada, dapat diberikan cairan
koloid atau cairan kristaloid seperti NaCl isotonis atau
cairan ringer-laktat. Cairan koloid tetap tertahan dalam Edema
intravaskular, sedangkan cairan kristaloid akan masuk Penanggulangan edema yang dilakukan meliputi:
178 KEGAWAtrDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PEITYAKIT DALAM

memperbaiki penyakit dasar bila mungkin, restriksi asupan natriuretic peptide (BNP). liormon-hormon ini akan
natrium untuk minimalisasi retensi air, pemberian diuretik. mempengaruhi ekskresi natrium di dalamurin.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian Naik turunnya ekskresi natrium dalam urin diatur oleh
diuretik untuk penanggulangan edema adalah : saat yang filtrasi glomerulus dan reabsorbsi oleh tubulus ginjal.
tepat, risiko yang akan dihadapi bila edema dikurangi, Peningkatan volume cairan (hipervolemia) dan peningkatan
waktu yang dibutuhkan untuk menangani edema, cepat asupan natrium akan meningkatkan laju filtrasi
atau lambat. glomerulus dan pada deplesi volume (hipovolemia) serta
Indikasi atau saat yang paling tepat untuk asupan natrium yang rendah akan terjadi penurunan laju
menanggulangi edema adalah bila ada edema paru, filtrasi glomerulus. Perubahan perubahan yang terjadi pada
merupakan satu satunya indikasi pemberian diuretikyang laju filtrasi glomerulus akan mempengaruhi reabsorbsi
paling tepat dalam menanggulangi edema dibandingkan natrium di tubulus (glomerulotubular balance).
dengan penanggulangan jenis edema yang lain. Retensi Sebanyak 60% -65o/o natitmyang difi ltrasi direabsorbsi
natdum sekunder (kompensasi) yang terjadi pada gagal di tubulus proksimal, 25%-30% di 'loop of Henle',5% di
jantung atau sirosis hati adalah dalam rangka untuk tubulus distal dan 4% di duktus koligentes.
memenuhi volume sirkulasi efektifmenjadi normal kembali Reabsorbsi di tubulus proksimal dan duktus koligentes
guna optimalisasi perfusi jaringan. Pemberian diuretik yang tergantung pada kebutuhan tubuh yang diatur oleh faktor
terlalu besar pada keadaan ini akan menimbulkan risiko neurohumoral (angiotensin-Il dan norepinefrin di tubulus
berkurangnya perfusi j aringan. Berkurangnya perfusi proksimal dan aldosteron di duktus koligentes). Reabsorbsi
jaringan, dalam klinik dapat dinilai dari kenaikan ureum di lengkung-Henle dan tubulus distal tergantung dari
dan kreatinin. jumlah natrium yang ada dalam filtrat di tubulus atau
Retensi natrium primer seperti pada penyakit ginjal, disebut juga tergantung banyaknya jumlah filtrat.
akibat obat-obatan (minoksidil, NSAID, estrogen), Reabsorbsi natrium di tingkat sel tubulus proksimal dimulai
' eding edema', tidak adapengurangan volume sirkulasi
refe dari aktivitas pompa NaK-AIPase di membran basolateral
efektif, pada keadaan ini yang terjadi adalah ekspansi sel tubulus sehingga menimbulkan gradien elektrokimia
cairan ekstrasel. Pemberian diuretik pada keadaan ini tidak sehingga memudahkan masuknya natrium secara pasif
akan mengurangi volume sirkulasi efektif sehingga tidak dalam bentuk solut kotranspor dengan glukosa, asam-
mengurangi perfu si j aringan. amino, fosfat yang dihantarkan oleh protein pembawa
Pada edema umum akibat gagal jantung, sindrom (carrier) masuk menembus membran-sel dan juga melalui
nefrotik, retensi natrium primer, bila dilakukan pemberian antiport Na-H (reabsorbsi natrium dan sekresi ion-H).
diuretik, mobilisasi cairan edema dapat berlangsung cepat Reabsorbsi natrium di lengkung-Henle asending,
sehingga pengeluaran cairan edema sebanyak 2-3 liter dilakukan oleh proses elektronetral melalui kontranspor
dalam 24 jam tidak akan mengurangi perfusi jaringan. NaK2Cl. Bila Na di reabsorbsi, maka absorbsi Cl akan
Berbeda dengan pengeluaran cairan asites, mobilisasi terhalang sebaliknya bila Cl di reabsorbsi maka reabsorbsi
cairan asites masuk ke intravaskular berlangsung lambat Na terhalang dan bila K diareabsorbsi maka reabsorbsi Na
sehingga bila diberikan diuretik kuat untuk mengurangi dan Cl terhalang. Kalium yang direabsorbsi akan kembali
asites dengan cepat, akan terjadi penurunan perfusi masuk ke dalam lumen melalui saluran-K yang ada di
jaringan sehingga akan menimbulkan kenaikan ureum atau membran sel bagian lumen, sehingga membuat lumen
sindrom menjadi elektropositif dan mendorong Na masuk dari lu-
hepato-renal dan dapat menjadi penyebab ensefalopati men ke dalam sel. Natrium yang masuk ke dalam sel akan
hepatikum. dikeluarkan dari sel masuk ke dalam sirkulasi dengan
bantuan pompa NaK-ATPase di membran basolateral di
mana akan ke luar 3 Na dan masuk 2 K. Kalium yang
GANGGUAN KESEIMBANGAN NATRIUM masuk kemudian di keluarkan ke dalam lumen melalui
saluran-K di membran sel. Cl yang direabsorbsi, kemudian
Natrium berperan dalam menentukan status volume air ke luar dan masuk dalam sirkulasi melalui saluran Cl di
dalam tubuh. Keseimbangan natrium yang terjadi dalam mernbran basolateral. Keluarnya kalium ke dalam lumen
tubuh diatur oleh dua mekanisme yaitu pengatur : dan keluarnya natrium ke dalam sirkulasi membuat sel
. Kadar natrium yang sudah tetap pada batas terlentu menjadi elektronegatif dan lumen menjadi elektropositif
(Set-Point) sehingga memudahkan natrium masuk ke dalam sel dari
. Keseimbangat arlltara natrium yang masuk dan yang lumen lengkung-Henle asending.
keluar (Steady-State) Reabsorbsi natrium di tubulus distal, dilakukan oleh
Perubahan kadar natrium dalam cairan ekstrasel akan proses elektronetral melalui kotranspor Na-Cl. Di dalam
mempengaruhi kadar hormon terkait seperti hormon sel, natrium dikeluarkan melalui membran basolateral oleh
antidiuretik (ADH), sistem RAA (renin angiotensin pompa NaKAIPase ke dalam sirkulasi dan Cl keluar dari
aldosteron), atrial natriuretic peptide (AI\P), brain sel pada membran basolataeral melalui saluran Cl. Pompa
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT 179

NaK-AIPase juga membuat agar sel menjadi elektronegatif Polidipsia primer atau gagal ginj al merupakan keadaan
sehingga mendorong Na masuk ke dalam sel melalui di mana ekskresi cairan
kotranspor Na-Cl. lebih rendah dibanding dengan asupan cairan yang
Reabsorbsi Na di duktus koligentes, terjadi di bagian menimbulkan respons fisiologis menekan sekresi ADH.
korteks duktus koligentes dan di medulla dalam. Pada . Hiponatremia dengan osmolalitas plasma normal atau
bagian korteks dilakukan melalui sel-prinsipal. Reabsorbsi tinggi.
natrium di sel-prinsipal bagian korteks duktus koligentes - Tingginya osmolalitas plasma pada keadaan
bersifat elektrogenik yang memungkinkan kadar natrium hiperglikemi atau pemberian manitol intra vena
dalam lumen turun sampai kurang dari 5 meq/L pada menyebabkan cairan intrasel keluar dari sel
keadaan hipovolemi. Sifat elektrogenik ini menyebabkan menyebabkan dilusi cairan ekstrasel yang
muatan dalam lumen menjadi negatif sehingga menyebabkan hiponatremia.
memungkinkan terjadinya reabsorbsi pasif Cl melalui jalur - Pemberian cairan isoosmotik tidak mengandung
paraselular dan juga memungkinkan terjadinya sekresi K natrium ke dalam cairan ekstrasel dapat menimbul-
ke dalam lumen melalui saluran-K yang peka aldosteron kan hiponatremia disertai osmolalitas plasma
pada membran sel bagian lumen. Aldosteron sangat normal.
berperan dalam proses transpor natrium dengan - Pseudohiponatremia, padakeadaanhiperlipidemia
meningkatkan jumlah saluran natrium di bagian apikal atau hiperproteinemia di mana menyebabkan
membran sel prinsipal duktus koligentes. Lumen yang volume air plasma berkurang. Jumlah natrium
bermuatan negatif ini dimungkinkan oleh pompa-NaK- tetap,osmolalitas normal akan tetapi secara total
AIPase di bagian basolateral sel prinsipal, 3 Na keluar dalam cairan intravaskular kadar natrium jadi
dari sel masuk dalam sirkulasi dan 2 K masuk dalam sel berkurang.
dan kemudian 1 K keluar kembali dari sel yang menciptakan Padakelompok-I (ADH meningkat) dapat dibagi dalam:
muatan negatif dalam sel. Muatan negatif dalam sel, . Volume sirkulasi efektifturun.
mendorong Na masuk ke dalam sel melalui saluran naffium. - Na keluar berlebihan dari tubuh. l). Melalui ginjal:
Di samping itu, ion-K yang keluar ke dalam lumen melalui diuretik aktt, renal salt wasting, muntah akut,
saluran kalium peka aldosteron, akan mendorong Na dalam hipoaldosteron. 2). Melalui non- ginjal: diare,
lumen masuk ke dalam sel melalui saluran natrium tersebut. diuretik lama, muntah lama.
Prostaglandin E2 dapat menghambat reabsorbsi - Peningkatan volume air bebas elektrolit. l). Gagal
natrium di sel prinsipal sebaliknya ADH meningkatkan jantung. 2). Sirosis Hati 3). Pendarahan 4). Adrenal
reabsorbsi natrium di sel prinsipal dengan meningkatkan insufisiensi 5. Hipotiroidisme 6.Hipoalbuminemia
jumlah saluran natrium. . Volume sirkulasi efektiftidakturun. SIADH (Syndrome
Inappropriate of ADH secretion)
Menurut waktu terjadinya hiponatremia, maka
HIPONATREMIA hiponatremia dapat dibagi dalam :

Hiponatremia kronik. Disebut kronik bila kejadian


Respons fisiologis dari hiponatremia adalah terlekannya
hiponatremia berlangsung lambat yaitu lebih dari 48 jam.
pengeluaran ADH dari hipotalamus sehingga ekskresi urin
Pada keadaan ini tidak terjadi gejala yang berat seperli
meningkat oleh karena saluran-air (AQP2) di bagian apikal
penurunan kesadaran atau kej ang, gejalayatg terjadi hanya
duktus koligentes berkurang (osmolaritas urin rendah).
ringan seperti lemas atau mengantuk. Kelompok ini disebut
Hiponatremia terjadi bila : a). Jumlah asupan cairan
juga sebagai hiponatremia asimptomatik.
melebihi kemampuan ekskresi, b). Ketidakmampuan
menekan sekresi ADH misalnya pada kehilangan cairan Hiponatremia akut. Disebut akut bila kejadian hiponatremia
melalui saluran cerna atau gagal jantung atau sirosis hati berlangsung cepat yaitu kurang dari 48 jam. Pada keadaan
atau pada SIADH (syndrome of inappropriate ADH- ini akan terjadi gejala yang berat seperti penurunan
secretion). kesadaran dan kejang. Hal ini terjadi akibat adanya edema
Berdasarkan prinsip di atas maka hiponatremia dapat sel otak karena air dari ekstrasel masuk ke intrasel yang
dikelompokkan atas : osmolalitasnya lebih tinggi. Kelompok ini disebut juga
. HiponatremiadenganADHmeningkat sebagai hiponatremia simptomatik atau hiponatremia berat.
- ADH yang meningkat oleh karena deplesi volume Di dalam klinik bila ditemukan kasus dengan
sirkulasi efektif seperti pada : muntah, diare, hiponatremia disertai gejala yang berat maka hiponatremia
pendarahan, jumlah urin meningkat, pada gagal masuk dalam kategori akut dan sebaliknya bila tidak
jantung, sirosis hati, insufisiensi adrenal, dengan gejala berat maka hiponatremia masuk dalam
hipotiroidisme. kategori kronik. Hal ini penting untuk diketahui
- ADH yang meningkat pada SIADH. sehubungan tindakan yang akan dilakukan bila ada
. Hiponatremia dengan ADH tertekan fisiologis. kej adian hiponatremia.
180 KEGAWAiIDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

Penatalaksanaan H iponatremia laktulose atau sorbitol; diabetes insipidus sentral


Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari sebab maupun nefrogeni! diuresis osmotik akibat glukosa atau
terjadinya hiponatremia dengan cara : manitol; gangguan pusat rasa haus di hipotalamus akibat
. Anamnesis yang teliti (antara lain riwayat muntah, tumor atau gangguan vaskular. Deplesi volume dan defisit
penggunaan diuretis, penggunaan manitol) cairan menyebabkan ekskresi Na dalam urin rendah
. Pemeriksaan fisis yang teliti (antara lain apakah ada sehingga kadamya kurang dai 25 meq,/L.
tanda tanda hipovolemi atau bukan) . Penambahannatrium yang melebihijumlah cairan dalam
. Pemeriksaan gula darah, lipid darah tubuh misalnya koreksi bikarbonat berlebihan pada
. Pemeriksaan osmolalitas darah (antara lain osmolalitas asidosis metabolik. Pada keadaan ini tidak terjadi deplesi
rendah atau tinggi) volume sehingga natrium yang berlebihan akan
. Pemeriksaan osmolalitas urin atau dapat juga dengan diekskresikan dalam urin menyebabkan kadar Na dalam
memeriksa BJ (berat jenis) urin (interpretasi terhadap urin lebih dari 1 00 meq/L.
adakah ADH yang meningkat atau tidak, gangguan . Masuknya air tanpa elektrolit ke dalam sel. Misalnya
pemekatan) pada latihan olahragayang berat, asam laktat dalam sel
. Pemeriksaan natrium, kalium dan klorida dalam urin meningkat sehingga osmolalitas sel juga meningkat dan
untuk melihat jumlah ekskresi elektrolit dalam urin. air dai ekstrasel akan masuk ke intrasel. Biasanya kadar
natrium akan kembali normal dalam waktu 5-15 menit
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengobatan
setelah istirahat.
yang tepat sasaran.
. Perlu dibedakan apakah kejadian hiponatremia, akut atau Manusia dalam keadaan normal tidak akan pernah
kronik. mengalami hipematremia, karena respons haus yang timbul
. Tanda atau penyakit lain yang menyertai hiponatremia akan dijawab dengan asupan airyangmeningkat sehingga
perlu dikenali (deplesi volume, dehidrasi, gagal jantung, tidak terjadi hipernatremia. Hipernatremia terjadi bila
gagal ginjal) kekurangan air tidak diatasi dengan baik misalnya pada
. Hiponatremia akut, koreksi Na dilakukan secara cepat orang dengan usia lanjut, diabetes insipidus (volume urin
dengan pemberian larutan natriun, hiperlonik intravena. dapat>10 L).
Kadar natrium plasma dinaikkan sebanyak 5 meq/L dari Dalam keadaan hipotalamus yang normal serla fungsi
kadar natrium awal dalam wakhr I jam. Setelah itu, kadar ginjal normal, hipemahemia akan menyebabkan osmolalitas
natrium plasma dinaikkan sebesar 1 meq/L setiap I jam urin menjadi lebih dari 700-800 mosmolkg.
sampai kadar natrium darah mencapai 130 meq/L. Rumus Dalam kaitan dengan hipernatremia, kita harus
yang dipakai untuk mengetahui jumlah natrium dalam membedakan antara deplesi volume dengan dehidrasi.
lamtan natrium hiperlonik yang diberikan adalah 0,5 x Deplesi volume adalah keluarnya air bersama natrium
Berat Badan (kg) x deltaNa. Delta natrium adalah selisih secara seimbang (isotonik) dari dalam tubuh. Dehidrasi
antara kadar natrium yang diinginkan denga kadar adalah keluarnya air tanpa natrium (cairan hipotonik) dari
natriumawal. dalam tubuh yang mengakibatkan timbulnya hipematremia.
. Hiponatremia kronik, koreksi Na dilakukan secara Dengan kata lain, deplesi volume adalah hipovolemia
perlahan yaihr sebesar 0,5 meq/L setiap 1jam, maksimal dengan normonatremia sedang dehidrasi adalah
l0 meq,/L dalam24 1am. Bila delta Na sebesar 8 meq/L, hipovolemia dengan hipernatremia. Pada dehidrasi terjadi
dibutuhkan waktu pemberian selama 16 jam. Rumus pengurangan air baik ekstra maupun intrasel sedang pada
yang dipakai adalah sama dengan di atas. Natrium yang deplesi volume air yang berkurang hanyalah air ekstrasel.
diberikan dapat dalam bentuk natrium hipertonik
intravena atau natrium oral.
Gejala Klinis
Timbul pada keadan peningkatan natrium plasma secara
akut hingga di atas 158 meqlL. Gejala yang ditimbulkan -
HIPERNATREMIA
akibat mengecilnya volume otak oleh karena air keluar dari
dalam sel. Pengecilan volume ini menimbulkan robekan
Respons fisiologis hipernatremia adalah meningkatnya
pada vena menyebabkan perdarahan lokal di otak dan
pengeluaranADH dari hipotalamus sehingga ekskresi urin
perdarahan subaraknoid. Gejala dimulai dari letargi, lemas,
berkurang oleh karena saluran-air (AQP2) di bagian apikal
twitching, kejang dan akhimya koma. Kenaikan akut di
duktus koligentes bertambah (osmolalitas urin tinggi).
atas 180 meflL dapat menimbulkan kematian.
Hipernatremia terjadi bila :
. Adanya defisit cairan tubuh akibat ekskresi air melebihi
ekskresi natrium atau asupan air yang kurang. Misalnya Penatalaksanaan Hipernatremia
pada pengeluaran air tanpa elektrolit mel alui 'insensible Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan
water loss' ataukeringat; osmotik diare akibatpemberian etiologi hipernatremia. Sebagian besar penyebab
GANGGUAI\ KESEIMBANGAT{ CAIRAN DAN ELEKTROLIT
181

hipernatremi a adalah defisit cairan tanpa elektrolit akibat dibantu dengan adanya hiperaldosteron sekunder dari
koreksi airyang tidak cukup akan kehilangan cairan tanpa hipovolemia akibat muntah. Kesemuanya ini akan
elektrolit melalui saluran cerna, urin, atau saluran napas. meningkatkan ekskresi kalium melalui urin dan teqadi
Setelah etiologi ditetapkan, langkah berikutnya hipokalemi. Pada saluran cema bawah, kalium keluar bersama
mencoba menurunkan kadar natrium dalam plasma ke arah bikarbonat (asidosis metabolik). Kalium dalam saluran cema
normal. Pada diabetes insipidus, sasaran pengobatan bawah jumlahnya lebih banyak (20-50 meq/L).
adalah mengurangi volume urin (desmopressin pada Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui ginjal dapat
diabetes insipidus sentral atau diuretik tiasid, mengurangi terjadi pada pemakaian diuretik, kelebihan hormon
asupan garam atau protein pada diabetes insipidus mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme primer
nefrogenik). Bila penyebabnya adalah asupan natrium (adenoma kelenjar adrenal). Anion yang tak dapat di
berlebihan, pemberian natrium dihentikan. reabsorbsi yang berikatan dengan natrium berlebihan dalam
Penyebab yang tersering adalah defisit cairan tanpa tubulus (bikarbonat, beta-hidroksibutirat, hippurat)
elektrolit, pengobatan dilakukan dengan koreksi cairan menyebabkan lumen duktus koligentes lebih bermuatan
berdasarkan penghitungan jumlah defisit cairan (lihat negatif dan menarik kalium masuk ke dalam lumen lalu
penanggulangan gangguan keseimbangan cairan). dikeluarkan dengan urin, pada hipomagnesemia, poliuria
(polidipsia primer, diabetes insipidus) dan' Salt-wasting
nephropathy' (sindrom Bartter atau Gitelman,
GANGGUAN KESEIMBANGAN KALIUM hiperkalsemia).
Pengeluaran kalium berlebihan melalui keringat dapat
Kalium merupakan kation yang memiliki jumlah yang terjadi bila dilakukan latihan berat pada lingkungan yang
sangat besar dalam tubuh dan terbanyak berada di intrasel. panas sehingga produksi keringat mencapai 10 L.
Kalium berfungsi dalam sintesis protein, kontraksi otot, Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis
konduksi saraf, pengeluaran hormon, transpor cairan, ekstrasel, pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-
perkembangan janin. Untuk menjaga kestabilan kalium di adrenergik (pemakaian p2-agonis), paralisis periodik
intrasel diperlukan keseimbangan elektrokimia yaitu hipokalemik, hipotermia.
keseimbangan antara kemampuan muatan negatif dalam
sel untuk mengikat kalium dan kemampuan kekuatan Gejala Klinis
kimiawi yang mendorong kalium keluar dari sel' Kelemahan pada otot, perasaan lelah, nyeri otot, 'restless
Keseimbangan ini menghasilkan suatu kadar kalium yang legs syndrome'merupakan gejalapada otot yang timbul
kaku dalamplasma antara 3,5-5 meq,L. Kadarkaliumplasma pada kadar kalium kurang dari 3 meq/L. Penurunan yang
kurang dari 3,5 meq/L disebut sebagai hipokalemia dan lebih berat dapat menimbulkan kelumpuhan atau
kadar lebih dari 5 meq/L disebut sebagai hiperkalemia. rabdomiolisis.
Kedua keadaan ini dapat menyebabkan kelainan fatal listrik Aritmia berupa timbulnya fibrilasi atrium, takikardia
jantung yaitu disebut aritmia.
ventrikular merupakan efek hipokalemia pada jantung. Hal
ini terjadi akibat perlambatan repolarisasi ventrikel pada
keadaan hipokalemi yang menimbulkan peningkatan arus
HIPOKALEMIA re-entty.
Tekanan darah dapat meningkat pada keadaan
Disebut hipokalemia bila kadar kalium dalam plasma kurang
hipokalemia dengan mekanisme yang takjelas.
dari 3,5 meq/L. Hipokalemia merupakan kejadian yang Hipokalemia dapat menimbulkan gangguan toleransi
sering ditemukan dalam klinik. glukosa dan gangguan metabolisme protein'
Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut :1.
Efek hipokalemia pada ginjal berupa timbulnya
Asupan kalium yang kurang. 2. Pengeluaran kalium yang
vakuolisasi pada tubulus proksimal dan distal. Juga terjadi
berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau keringat. gangguan pemekatan urin sehingga menimbulkan poliuria
3. Kaliummasukke dalam sel.
dan polidipsia. Hipokalemia juga akan meningkatkan
Pengeluaran kalium yang berlebihan dari saluran cema
produksi NHo dan produksi bikarbonat di tubulus proksimal
ar.tara lain muntah, selang naso-gastrik, diare atau yang akan Menimbulkan alkalosis metabolik.
pemakaian pencahar. Pada keadaan muntah atau pemakaian
Meningkatnya NHo (amonia) dapat mencetuskan koma
selang nasogastrik, pengeluaran kalium bukan melalui pada pasien dengan gangguan fungsi hati.
saluran cerna atas karena kadar kalium dalam cairan
lamtung hanya sedikit (5-10 meq/L), akan tetapi kalium
banyak ke luar melalui ginjal. Akibat muntah atau selang Diagnostik pada HiPokalemia
nasogastrik, terj adi alkalosis metabolik sehingga banyak Pada keadaan normal, hipokalemia akan menyebabkan
bikarbonat yang difiltrasi di glomerulus yang akan mengikat ekskresi kalium melalui ginjal turun hingga kr'rang dari25
kalium di tubulus distal (duktus koligentes) yang juga meq per hari sedang ekskresi kalium dalam urin lebih dari
182 KEGAWATDARURATAI\ MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAXIT DALAM

40 meq per hari menandakanadanyapembuangan kalium dari 5 meq/L. Dalam keadaan normal jarang terjadi
berlebihan melalui ginjal. hiperkalemia oleh karena adanya mekanisme adaptasi oleh
Ekresi kalium yang rendah melalui ginjal dengan disertai tubuh.
asidosis metabolik merupakan pertanda adanya Penyebab hiperkalemia dapat disebabkan oleh : l.
pembuangan kalium berlebihan melalui saluan cema seperti Keluamya kalium dari intrasel ke ekstrasel. 2. Berkurangnya
diare akibat infeksi atau penggunaan pencahar. ekskresi kalium melalui ginjal. Kalium keluar dari sel dapat
Ekskresi kalium yang berlebihan melalui ginjal dengan terjadi pada keadaan asidosis metabolik bukan oleh
diserlai asidosis metabolik merupakan petanda adanya asidosis organik (ketoasidosis, asidosis laktat), defisiensi
ketoasidosis diabetik atau adanya P.TA (renal tubular insulin, katabolisme jaringan meningkat, pemakaian obat
acidosis) baik yang distal atau proksimal. penghambat B-adrenergik, pseudo hiperkalemia akibat
Ekskresi kalium dalam urin rendah disertai alkalosis pengambilan contoh darah di laboratorium yang
metabolik, petanda dari muntah kronik atau pemberian mengakibatkan sel darah merah lisis dan pada latihan
diuretiklama. olahraga.
Ekskresi kalium dalam urin tinggi disertai alkalosis Berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal ter;adi
metabolik dan tekanan darah yang rendah, petanda dari pada keadaan hipoaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi
Sindrom Bartter. volume sirkulasi efektif, pemakaian siklosporin.
Ekskresi kalium dalam urin tinggi disertai alkalosis
metabolik dan tekanan darah tinggi, petanda dari
Gejala Klinis
hiperaldosteronisme primer.
Hiperkalemia dapat meningkatkan kepekaan membran sel
sehingga dengan sedikit perubahan depolarisasi, potensial
Pengobatan aksi lebih mudah terjadi. Dalam klinik ditemukan gejala
Indikasi koreksi kalium dapat dibagi dalam : akibat gangguan konduksi listrikjantung, kelemahan otot
sampai dengan paralisis sehingga pasien merasa sesak
Indikasi mutlak, pemberian kalium mutlak segera diberikan
napas. Gejala ini timbul pada kadar K> 7 meqfl- ata:u
yaitu pada keadaan; 1) pasien sedang dalam pengobatan
kenaikan yang terjadi dalam waktu cepat. Dalam keadaan
digitalis, 2) pasien dengan ketoasidosis diabetik, 3) pasien
asidosis metabolik dan hipokalsemi, mempermudah
dengan kelemahan otot pernapasan, 4) pasien dengan
timbulnya gejala klinik hiperkalemia.
hipokalemia berat ( K < 2 meq/L ).

Indikasi kuat, kalium harus diberikan dalam waktu tidak


Pengobatan
terlalu lama yaitu pada keadaan; 1). insufisiensi koroner/
Prinsip pengobatan hiperkalemia adalah:
iskemia otot jantung,2). ensefalopati hepatikum, 3). pasien . Mengatasi pengaruh hiperkalemia pada membran sel,
memakai obat yang dapat menyebabkan perpindahan
dengan cara memberikan kalsium intravena. Dalam
kalium dari ekstrasel ke intrasel.
beberapa menit kalsium langsung melindungi membran
Indikasi sedang, pemberian kalium tidakperlu segera seperti akibat hiperkalemia ini. Pada keadaan hiperkalemia yang
pada; hipokalemia ringan (K antara 3-3,5 meq/L). berat sambil menunggu efek insulin atau bikarbonat
Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral yang diberikan (baru bekerja setelah 30-60 menit),
oleh karena lebih mudah" Pemberian 40 - 60 meq dapat kalsium dapat diberikan melalui tetesan infus kalsium
menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 meqil, sedang intravena. Kalsium glukonat l0 ml diberikan intravena
pemberian 135 - 160 meq dapat menaikkan kadar kalium dalam waktu 2-3 menit dengan monitor EKG. Bila
sebesar 2,5 -3,5 meq,/L. perubahan EKG akibat hiperkalemia masih ada,
Pemberian kalium intravena dalam bentuk larutan KCI pemberian kalsium glukonat dapat diulang setelah 5
disarankan melalui vena yang besar dengan kecepatan I 0- merut.
20 meqljam. Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau . Memacu masuknya kembali kalium dari ekstrasel ke
kelumpuhan otot pernapasan, dapat diberikan dengan intrasel. dengan cara :

kecepatan 40-100 meq/jam. KCI dilarutkan sebanyak 20 - Pemberianinsulin l0unitdalam glukosa40%, 50ml
meq dalam 100 cc NaCl isotonik. Bila melalui vena perifer, bolus intravena, lalu diikuti dengan infus Dekstrosa
KCI maksimal60 meq dilarutkan dalamNaCl isotonik 1000 50% untuk mencegah terjadinya hipoglikemi. Insulin
cc, sebab bila melebihi ini dapat menimbulkan rasa nyeri akan memicu pompa NaK-AIPase memasukkan ka-
dan dapat menyebabkan sklerosis vena. lium ke dalam sel, sedang glukosa/dekstrosa akan
memicu pengeluaran insulin endogen.
- Pemberian Natrium bikarbonat yang akan
HIPERKALEMIA meningkatkan pH sistemik. Peningkatan pH akan
merangsang ion-H ke luar dari dalam sel yang
Disebut hiperkalemia bila kadar kalium dalam plasma lebih kemudian menyebabkan ion-K masuk ke dalam sel.
183
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLM

Dalam keadaan tanpa asidosis metabolik, natrium Untuk menghitung berapa kalsium yang diabsorbsi dapat
bikarbonat diberikan 50 meq i.v selama 10 menit. dilakukan dengan rumus di bawah sebagai berikut:
Bila ada asidosis metabolik, disesuaikan dengan
keadaan asidosis metabolik yang ada. Kalsium diet - Kalsium feses
- Pemberian cx,2-agonis baik secara inhalasi maupun Absorbsi kalsium fraksional =
tetesan intravena. cx, 2-agonis akan merangsang Kalsium diet x 100

pompa NaK-ATPase, kalium masuk ke dalam sel.


Albuterol diberikan 10 mg-20 mg.
. Mengeluarkan kelebihan kalium dari tubuh. Ekskresi kalsium dalam urin diatur oleh kalsium yang
- Pemberian diuretik-loop (furosemid) dan tiasid. difiltrasi oleh glomerulus (kalsium ultrafiltrable) dan
Sifatnya hanya sementara. kalsium yang direabsorbsi oleh tubulus (kalsium-ion bebas
- Pemberian resin-penukar. Dapat diberikan per oral lebih mudah direabsorbsi dari pada kalsium-kompleks,
maupun suposltofla. sehingga kadar kalsium-ion bebas hanya20Yo dari jumlah
- Hemodialisis. kalsium yang diekskresi dalam urin). Asupan dan ekskresi
natrium dalam urin akan mempengaruhi ekskresi kalsium
urin. Ekskresi natrium yang meningkat pada keadaan
peningkatan volume cairan ekstrasel akan meningkatkan
GANGGUAN KESEIMBANGAN KALSIUM
ekskresi kalsium win. 97-99%o dari total kalsium yang
Empat puluh persen kalsium dalam plasma terikat dengan difiltrasi oleh glomerulus akan direabsorbsi oleh tubulus.
protein, 150% membentuk kompleks dengan sitrat, sulfat 50-70% dari total kalsium yang difiltrasi direabsorbsi di
dan fosfat, 45o/o sebagai kalsium-ion bebas. tubulus proks imal,30-40o/o antara akhir tubulus proksimal
Kalsium yang terikat dengan protein atau disebut juga dan tubulus distal dan lO% di duktus koligentes. Faktor
sebagai kalsium yang tidak dapat terdifusi, 8}%o-9}ohterikat
hormonal yang mempengaruhi keseimbangan kalsium
dengan albumin. Perubahan kadar protein dalam plasma diperankan oleh vitamin-D dengan metabolit aktifnya 1'25-
juga akan mempengaruhi kadar kalsium yang terikat dihidroksikolekalsiferol (1 ,25 [OH]2Dr) Yang disebut juga
dengan protein. Peningkatan albumin I gram/dl akan kalsitriol dan hormon paratiroid. Sumber vitamin-D di dalam
meningkatkan kalsium terikat protein sebesar 0,8 mg/dl, tubuh manusia berasal dari vitamin-D3 endogen.Vitamin-
sedang peningkatan globulin I gram/dl akan meningkatkan
D3 atau disebut juga kolekalsiferol, dibentuk secara termal
kalsium terikat protein 0,16 mg/dl. Kalsium yang tidak isomerisasi dari previtamin-D,. Previtamin-D3 berasal dari
terikat protein I dffisible I ultrafiltrable termasuk di provitamin-D3 yang disebut juga 7-dehidrokolesterol'
dalamnya kalsium-kompleks dan kalsium-ion bebas. Kolekalsiferol dimetabolisme dalam hati menjadi 25-
Kalsium-ion bebas merupakan kalsium yang aktif secara hidroksivitam in-D3 atau 25 (OH)D3. Setelah melalui siklus
biologis; kadarnya dalam plasma sebesar 4 mgldl-4,9 mgl enterohepatik, 25(OH)D3 dalam bentuk komplek dengan
dl atau 45o/o dari kadar kalsium total dalam plasma. protein difiltrasi melalui glomerulus dan direabsorbsi di
Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kalsium-ion tubulus proksimal. Di dalam sel tubulus proksimal, 25 (OH)
bebas membutuhkan darah segar, diambil secara anaerob, D, dimetabolisme menjadi 1,25[OH]2D, alau kalsitriol.
tanpa heparin dan terbebas dari fibrin. fitsitriol yang bersirkulasi dalam darah merupakan
Keseimbangan kalsium merupakan hubungan timbal pengatur utama absorbsi kalsium di usus. Efek vitamin-D
pada tulang ada dua yaitu 1) Membantu mineralisasi matriks
balik antara absorbsi usus, ekskresi dalam urin dan faktor
hormonal. Absorbsi kalsium terjadi di usus halus terutama tulang organik dan 2) Membantu motilisasi kalsium tulang
di duodenum dan jejunum proksimal. Berbeda dengan untuk meningkatkan kadar kalsium plasma yang tidak
absorbsi natrium dan kalium di usus yang berlangsung berhubungan dengan kemampuan absorbsi kalsium di
lengkap, absorbsi kalsium tidak berlangsung lengkap. Hal usus. Vitamin-D juga meningkatkan reabsorbsi kalsium
ini terjadi karena absorbsi Kalsium membutuhkan vitamin- di tubulus ginjal.
D dan juga terbentuknya ikatan Kalsium yang sukar larut Hormon paratiroid berperan utama dalam mengafur
seperti kalsium-fo sfat, kalsium- oksalat. Ab sorbsi dalam kadar kalsium dalam darah. Melalui efekumpanbaltk(feed-
usus lebih efisien pada keadaan asupan diit rendah kalsium back mechanism) perubahan kadar kalsium-ion, akan
dan juga meningkat bila kebutuhan tubuh akan kalsium mempengaruhi sekresi hormon paratiroid yang kemudian
bertambah misalnya kehamilan atau adanya deplesi mengembalikan kadar kalsium-ion dalam batas normal'
kalsium tubuh total. Beberapa obat dapat menghambat Permukaan sel kelenjar paratiroid memiliki sensor yang
absorbsi kalsium antara lain kolkisin, fluor, teofilin dan disebut sebagai'calcium-sensing receplor' yang
glukokortikoid. Motilitas usus yang tinggi juga merupakan anggota datt 'G protein-coupled receptor' '
menghambat absorbsi kalsium. Pada keadaan malnutrisi Bila kalsium dalam darah tinggi, melalui jalur fosfolipase-
ptotein, absorbsi kalsium juga terganggu oleh karena ikatan C, kalsium dalam sel kelenjar paratiroid meningkat yang
kalsium-protein di sel mukosa usus mengalami defisiensi. kemudian menghambat sekresi hormon paratiroid oleh sel
184 KEGAWATDARUR'ffAN MEDIK DI BIDANG ILMU PEI\YAKIT DALAM

kelenjar paratiroid.' Calcium-sensing receptor, juga Pengobatan


terdapat di kelenjar tiroid dan di ginjal. Kalsitriol dan Kadar kalsium-ion normal adalah 4-5,2 mgldl atau l-1,3
homon paratiroid saling mempengaruhi satu sama lain. mmol/L. Gejala hipokalsemia belum timbul bila kadar
Hormon paratiroid merangsang pembentukan kalsitriol di kalsium-ion lebih dari 3,2 mg/dl atau lebih dari 0,8 mmol/L
ginjal, akan tetapi kalsitriol dapat menurunkan sekresi atau kalsium-total sebesar lebih dari 8-8,5 mgldl. Pada
hormon paratiroid dalam w aktu 12-24 jam. Hiperkalsemia keadaan asimptomatik, dianjurkan meningkatkan asupan
atau hipokalsemia akan menghambat atau merangsang kalsium dalam makanan sebesar 1000 mglhari. Gejala
terbentuknya kalsitriol melalui perubahan sekresi hormon hipokalsemia baru timbul bila kadar kalsium-ion kurang
paratiroid. Hormon paratiroid berpengaruh dalam dari 2,8 mgldl ata:u kurang dari 0,7 mmolil atau kadar
perubahan pembentukan tulang. Hormon paratiroid akan kalsium-total < 7 mgl dl.
meningkatkan aktivitas osteoblas (sel pembentuk tulang) Gejala hipokalsemia berupa parestesi, tetani, hipotensi
melalui reseptor hormon paratiroid pada sel osteoblas. dan kejang. Dapat ditemukan tanda-Chovstek atau tanda-
Osteoblas kemudian akan menstimulasi peningkatan Trousseau, bradikardi dan interval-QT yang memanjang.
osteoklas (sel resorbsi kalsium tulang). Hormon paratiroid Pengobatan yang diberikan bila timbul gejala adalah
menghambat reabsorbsi kalsium di tubulus proksimal akan pemberian kalsium intravena sebesar 100-200 mg kalsium-
tetapi meningkatkan reabsorbsi kalsium di tubulus distal elemental ata:uT gram-2 gramkalsium glukonas dalam 10-
sehingga hasil akhir adalah menurunkan ekskresi kalsium 20 menit. Lalu diikuti dengan infus kalsium glukonas dalam
dalam urin. Sehingga efek akhir kerja hormon paratiroid larutan dextrosa atau NaCl isotonis dengan dosis 0,5-1,5
pada tulang dan ginjal adalah meningkatkan kadar kalsium mg kalsium-elemental/Kg BB dalam 1jam. Kalsium infus
dalam darah. kemudian dapat ditukar dengan kalsium oral dan kalsitriol
0,25-0,5ig/irai.
Hipomagnesemia dapatjuga menimbulkan hipokalsemi.
HIPOKALSEMIA Bila ada hipomagnesemia dengan fungsi ginjal normal,
dapat diberikan larutan l0% magnesium sulfat sebesar 2
gram selama l0 menit dan kemudian diikuti dengan I gram
Etiologi
dalam 100 cc cairan per 1 jam. Pada keadaan hipokalsemi
Defisiensi vitamin-D. Keadaan keadaan yang dapat kronik disertai hipoparatiroid, diberi kalsium oral seperti
menyebabkan defi siensi vitamin-D adalah : kalsium karbonat 250 mg kalsium elementaV650 mg tablet.
. Asupan makanan yang tidak mengandung lemak.
. Malabsorbsi yang terjadi pada gastrektomi sebagian,
pankreatitis kronik, pemberian laksan yang terlalu lama, HIPERKALSEMIA
bedah-pintas usus dengan tujuan mengurangi obesitas.
. Metaboiisme vitamin-D yang terganggu pada penyakit Hiperkalsemia sering menyertai penyakit penyakit
riketsia, pemberian obat anti kejang, gangguan fungsi seperti :

ginjal, dan gangguan fungsi hati kronik.


Hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme primer terjadi
Hipoparatiroidisme. Dapat terjadi pada saat pasca bedah adenoma, karsinoma dan hiperplasia (akibat hipokalsemia
kelenjar tiroid, secara tidak sengaja kelenjar paratiroid ikut yang lama) kelenjar paratiroid.
terangkat. Dapat juga terjadi secara idiopatik sejak anak Hiperparatiroidisme sekunder dapat disebabkan oleh
anak. Pengobatan eklampsia dengan memakai magnesium- malab sorbsi vitamin-D, penyakit ginj al kronik berat.
sulfat, dapat menekan sekresi hormon paratiroid. Efek toksik Hiperparatiroidisme tersier ditandai dengan sekresi
langsung obat golongan aminoglikosida dan obat berlebihan yang sangat bermakna hormon paratiroid dan
sitotoksik. hiperkalsemi disertai dengan hiperplasi paratiroid akibat
respons berlebihan terhadap hipokalsemi. Keadaan ini
Pseudohipoparatiroidisme. Bersifat diturunkan. Organ
disebut juga sebagai hiperparatiroidisme refrakter. Tidak
sasaran tidak memberi respons yang baik terhadap hormon memberi respon terhadap pemberian kalsium dan kalsitriol
paratiroid.
dan terjadi pada penyakit ginjal kronik tahap terminal.
Proses keganasan. Karsinoma medular kelenjar tiroid,
Tumor ganas. Sering terjadi pada karsinoma paru, buah-
menyebabkan kalsitonin meningkat sehingga ekskresi
dada, ginjal, ovarium dan keganasan hematologi. Faktor
kalsium urin meningkat. Hipoparatiroidisme akibat
penyebab hiperkalsemia disebabkan oleh 1) faktor lokal
karsinoma payudara dan karsinoma prostat dengan anak
pada tulang akibat metastasis yang bersifat osteoklastik
sebar yang bersifat osteoblastik.
dan 2) faktor humoral. Faktor humoral disebabkan oleh
Iliperfosfatemia. Terjadi pada pemberian fosfat berlebihan, substansi yang beredar dalam darah dihasilkan oleh sel
penyakit ginjal kronik atau gagal ginjal akut, pemberian tumor dan bersifat osteoklastik. Substansi ini disebut juga
sitotoksik pada limfoma atau leukemia. sebagai'osleoclast-activating cytokines'.
GAI{GGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEtr(TROLIT
185

Intoksikasi vitamin-D. Batas antara normokalsemia dan Kelasi kalsium-ion. Kalsium-ion dapat dikelasi dengan
hiperkalsemia akibat pemberian vitamin-D sempit, sehingga mempergunakan Na-EDTA atau fosfat secara intravena.
kadang kadang tidak disadari sudah terjadi hiperkalsemia. Penggunaan terbatas oleh karena efek toksik bahan kelasi ini.
Hiperkalsemia dipermudah dengan pemberian vitamin-D Hemodialisis/dialisis-peritoneal. Dialisis efektif
bersama dengan diuretik tiazid. menurunkan kadar kalsium dengan memakai dialisat bebas
Intoksikasi vitamin-A. Pemberian vitamin-A berlebihan kalsium. Merupakan pilihan terakhir terutama untuk
dapat menyebabkan hiperkalsemi. Pada percobaan hiperkalsemia berat khususnya diserlai insufisiensi ginjal
binatang, pemberian vitamin-A berlebihan menyebabkan atau pada gagal jantung dimana pemberian cairan dibatasi.
fraktur tulang dan peningkatan jumlah sel osteoklast serta
ditemukan kalsifi kasi metastatik.
GANGGUAN KESEIMBANGAN FOSFOR
Sarkoidosis. Dapat terjadi hiperkalsemia karena adanya
Terdapat dua bentuk fosfor di dalam badan kita yaitu fosfor
peningkatan absorbsi kalsium melalui usus dan pelepasan
organik dan fosfor inorganik. Semua fosfor organik
kalsium dari tulang. Pada sarkoidosis dapat terjadi
terdapat dalam fosfolipid yang terikat dengan protein.
peningkatan produksi vitamin-D.
Fosfor inorganik, 90%o dapat dif,rltrasi oleh glomerulus
Hipertiroidisme. Terjadi akibat meningkatnya resorbsi (ultrafiltrable) dan sisanya terikat dengan protetn. 53%o
tulang. Hormon tiroid dapat memperkuat kerja hormon dari fosfor ultraf,rltrabel berdisosiasi dalam bentuk H2PO4 -
paratiroid atau secara langsung hormon tiroid dapat dan HPO,,2 - dengan perbandingan I '.4 dan sisanya dalam
meresorbsi kalsium tulang. bentuk garam natrium, kalsium dan magnesium. Jumlah
fosfortubuhtotal adalah 0,5-0,8 mg,kgBB, 85% disimpan
Insufisiensi adrenal. Deplesi volume yang terjadi
dalam fulang; loh dalamcairan ekstraselular serta sisanya
meningkatkan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal.
berada dalam sel (intraselular). Kadar fosfor dalam darah
Absorbsi kalsium usus juga meningkat akibat kurangnya
orang dewasa adalah2,5-4 mg/dl danpadaanak 2,5-6mgl
hormon glukokortkoid.
dl. Terdapat hubungan yang terbalik antara kadar kalsium
Sindrom'Milk-Nlkalil. Pemberian antasid yang dan fosfor dalam darah. Hasil perkalian kedua kadar ini
mengandung kalsium karbonat dengan diserlai pemberian adalah tetap. Dalam keadaan akut, peningkatan kadar fosfor
susu yang berlebihan pada pengobatan tukak lambung darah akan diikuti dengan penurunan kadar kalsium darah.
dapat menyebabkan hiperkalsemia. Peningkatan akut kadar kalsium darah tidak segera diikuti
penumnan fosfor darah sebelum ada perubahan fosfor
dalam urin. Dalam keadaan alkalosis dan hiperventilasi
Pengobatan Hiperkalsemia
terjadi penurunan kadar fosfor dan meningkat pada
Meningkatkan ekskresi kalsium melalui ginjal' keadaan asidosis. Pemberian insulin dan epinefrin akan
Dilakukan dengan pemberian larutan NaCl isotonis. menurunkan kadar fosfor darah. Pemberian glukosa akan
Pemberian cairan ini akan meningkatkan volume cairan menurunkan kadar fosfor darah oleh karena masuknya
ekstraselular yang umumnya rendah akibat pengeluaran fosfor ke dalam sel bersamaan dengan terjadinya
urin berlebihan disebabkan induksi oleh hiperkalsemia, fosforilasi glukosa.
muntah muntah akibat hiperkalsemia.
Absorbsi Fosfor di Usus
Menghambat Resorbsi Tulang Sekitar 50-65% fosfor dalam usus diabsorbsi secara aktif
. Kalsitonin-menghambat resorpsi tulang dengan cara bergabung dengan natrium terutama di daerah yeyunum
menghambat maturasi osteoklas. Diberikan melalui kotransporterNa-P (NaPi2b) yang identik dengan
intramuskular atau subkutan setiap 12 jam dengan dosis NaPi2a di tubulus ginjal. Absorbsi bergantung pada
4IU,&gBB. gradien natrium antara mukosa usus dan bagian basolateral
. Bifosfonat-menghambat aktivitas metabolik osteoklas sel usus oleh pompa NaKAIPase. Adanya fosfor dalam
dan juga bersifat sitotoksik terhadap osteoklas. usus akan membantu absorbsi kalsium, akan tetapi
. Galium nitrat-menghambat resorpsi tulang oleh absorbsi fosfor dihambat oleh asupan kalsium yang tinggi.
osteoklas dengan menghambat pompa proton 'ATPase Absorbsi fosfor juga dihambat oleh antasid aluminium
dependent' pada membran osteoklas. hidroksida. Vitamin-D3 menstimulasi absorbsi fosfor dalam
USUS.
Mengurangi absorbsi kalsium dari usus. Glukokortikoid
(prednison, 20 -40 mglhari) mengurangi produksi kalsitriol
oleh paru dan kelenjar limfe yang diaktivasi produksinya Ekskresi Fosfor Melalui Urin
oleh sel mononuklear. Kalsium serum dapat turun dalam 2- Ekskresi fosfor dipengaruhi oleh kadar fosfor inorganik
5 hari. dalam plasma, Laju filtrasi glomerulus (LFG) dan
186 KEGA}VATDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAXIT DALAM

kemampuan absorbsi maksimal dalam tubulus (Tm). Tm kemudian meningkatkan glikolisis. Aktivitas ini
berbanding lurus dengan LFG. Makin tinggi kadar fosfor banyak menggunakan fo sfor.
inorganik dalam darah, makin tinggi ekskresi melalui urin. - Hungry Bone Syndrome. Terjadi setelah dilakukan
Fosfor yang difiltrasi, 60%o di reabsorbsi di tubulus paratiroidektomi atau tiroidektomi pada pasien
proksimal, 10%-25% di tubulus distal sedang sisanya 5o%- dengan osteopeni. Pada keadaan ini akan terjadi
20o/o terdapat dalam urin. Reabsorbsi fosfor di tubulus deposisi kalsium dan fosfor pada tulang sehingga
proksimal melalui kohanspor Na-Pi dengan bantuan energi menimbulkan hipokalsemra.
dari pompa NaK-ATPase di basolateral, fosfor keluar dari . Absorbsi melalui usus berkurang
sel bersama natrium sebesar 10%o dan tidak tergantung - Asupan fosfor rendah
natrium sebesar 30o%. Ada tiga jenis kotranspor Na-Pi yaitu - Menggunakan antasid yang mengandung
tipe I, II dan III. Kotranspor Na-Pi yang dominan dalam aluminium atau magneslum
tubulus manusia adalah tipe II Q.{a-Pi2a). Hanya reabsorbsi - Diare kronik, steatorrea
di bagian luminal tubulus yang dipengaruhi oleh hormon .. Ekskresi melalui urin meningkat
paratiroid dan oleh regulator lain. - Hiperparatiroidisme primer atau sekunder
- Defisiensi vitamin-D atau resisten terhadap vitamin-
Keadaan yang Mempengaruhi Ekskresi Fosfor D
Hormon paratiroid, menghambat reabsorbsi fosfor di - Primaty renal phosphate wasting
tubulus proksimal sehingga ekskresi dalam r.rin meningkat. - Sindrom Fanconi
Hambatan ini melibatkan reseptor hormon paratiroid yang
memediasi pembentukan cAMP intrasel, inositol trifosfat,
diasilgliserol, kalsium-bebas sitosol dan aktifasi protein TANDA DAN GEJALA YANG DITEMUKAN PADA
kinase A dan C. Vitamin-D3 merangsang reabsorbsi fosfor HIPOFOSFATEMIA
inorganik di tubulus ginjal. Meningkatnya asupan fosfor
Gej ala yang ditimbulkan akibat hipofosfatemia baru timbul
melalui makanan akan meningkatkan ekskresi fosfor
pada saat kadar fosfor darah kurang dari 2 mg/dl dan
sebaliknya diit rendah fosfor akan mengurangi ekskresi
fosfor urin. Growth hormone, hormon tiroid, insulin dan gejala berat seperti rabdomiolisis baru timbul bila kadar
insulin-like growth factor meningkatkan reabsorbsi fosfor fosfor kurang dari I mg/dl.
(ekspresi NaPi-2a meningkat di tubulus). Hiperkalsiuri. Hipofosfatemi yang lama akan menghambat
Peningkatan volume cairan ekstraselular yang akut reabsorbsi kalsium dan magnesium dalam tubulus
dengan pemberi larutan NaCl isotonik meningkatkan terhambat. Disamping itu terjadi resorbsi kalsium tulang
ekskresi fosfor, sebaliknya hipovolemia akut akan yang dimediasi oleh peningkatan kalsitriol akibat induksi
mengurangi ekskresi fosfor. oleh hipofosfatenii.
Diuretik yang menghambat reabsorbsi Na, Cl, HCO3 di
Ensefalopati metabolik. Timbul gejala parestesi, berlanjut
tubulus proksimal memiliki sifat fosfaturik, akan tetapi sifat
kearah gejala delirium, kejang dan koma. Gejala ini timbul
fosfaturik ini hilang sejalan dengan terjadinya hipovolemia.
akibat iskemi j aringan.
Diuretik yang bersifat menghambat enzim karbonik
anhidrase di tubulus proksimal, bersifat paling fosfaturik. Gejala gangguan otot skeletal dan otot polos. Hipofosfatenu
Asidosis akan meningkatkan ekskresi fosfor urin dan dapat menimbulkan gejala miopati-proksimal, disfagia dan
sebaliknya pada alkalosis. ileus. Pada keadaan akut dapat terjadi pelepasan fosfor
dari otot dan menimbulkan rabdomiolisis.

Kerusakan fungsi sel darah merah. Pada keadaan


HIPOFOSFATEMIA hipofosfatemi terjadi pengurangan kadar ATP
menyebabkan terjadi perubahan regiditas dan timbul
Ada tiga hal yang dapat menyebabkan berkurangnya kadar hemolisis. Hemolisis terjadi bila kadar fosfor kurang dari
fosfor dalam darah antara lain: 0,5 mg/dl. Kadar 2,3 difosfogliserat mengakibatkan
. Redistribusi fosfor dari ekstrasel ke dalam sel. kemampuan melepaskan oksigen ke jaringan berkurang dan
- Meningkatnya sekresi insulin khususnya pada menimbulkan iskemi j aringan
realimentasi. Pemberian insulin atau glukosa pada
orang dengan keadaan kekurangan fosfor misalnya Gangguan fungsi sel darah putih. Gangguan fungsi lekosit
ketoasidosi s diabetik, hiperglikemi non-ketotik, pada
yaitu berkurangnya fagositosis dan kemotaksis granulosit
keadaan malnutrisi, pasien dengan realimentasi. akibat ATP intrasel berkurang.
- Alkalosis respiratorik:lakut. Pada keadaan ini, CO, Gangguan fungsi trombosit. Timbul gangguan retraksi
dari dalam sel akan keluar dari sel sehingga bekuan dan trombositopenia sehingga menimbulkan
menstimulasi aktivitas fosfofruktokinase yang perdarahan mukosa.
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT 187

Pendekatan Diagnostik Hipofosfatemi dapat diberikan infus NaCl isotonis secara cepat yang akan
Dapat dilakukan dengan mengukur ekskresi fosfor dalam meningkatkan ekskresi fosfor urin. Dapat |oga dilakukan
trin24jam atau menghitung Ekskresi Fraksional Fosfor dengan memberikan asetazolamida (inhibitor karbonik
(EFF) dalam urin sewaktu. anhidrase) l5 mg/kgBB setiap 4 jam. Atau dapat juga
dilakukan hemodialisis khususnya hiperfosfatemia pada
EFF: [Ufo x Pcr x 100] : [Pfo x Ucr) gangguan fungsi ginjal.
Pada hiperfosfatemia kronik, yang biasanya terjadi
Ekskresi Fosfor Rendah :
pada gagal ginjal kronik atau pada familial tumoral
Fosfor dalam urin 24 jam kurang dari 100 mg atau FFE
kalsinosis, pengobatan ditujukan untuk menekan
kurang dari 5% (normal FFE 5% - 20%). Keadaan ini dapat
absorbsi melalui usus dengan memberikan pengikat
disebabkan oleh: l).Redistribusi fosfor dari ekstrasel ke
fosfat seperti kalsium karbonat, kalsium asetat, sevelamer,
dalam sel. 2). Absorbsi melalui usus berkurang.
Iantanum karbonat.
Ekskresi Fosfor Tinggi : 1). Hiperparatiroidisme primer
atau sekunder, 2). Defisiensi vitamin-D atau resisten
terhadap vitamin-D. 3). Primary renal phosphate wasting GANGGUAN KESEIMBANGAN MAGNESIUM
(defek pada tubulus), 4). Sindrom Fanconi.
Hipomagnesemia merupakan kelainan yang ditemukan
sebesar l2o/o pada pasien rawat inap dan 60oh-65o/o dati
Pengobatan
jumlah tersebut terdapat di ruang rawat inap intensif
Pengobatan terhadap hipokalsemia tidak diberikan bila
(ICU). Ekskresi magnesium satu satunya terjadi sangat
tidak ada indikasi yang kuat. Umumnya pengobatan
efisien melalui ginjal. Hipermagnesemia dapat terjadi
ditujukan kepada faktor etiologi timbulnya hipofosfatemia.
apabila ada gangguan ekskresi atau pemberian yang
Bila terdapat kekurangan vitamin-D, dapat diberikan
berlebihan. Berbeda dengan zat pelarut yang lain,
vitamin-D sebanyak 400-800 IU per hari. Pemberian fosfor
magnesium yang difiltrasi oleh glomerulus sebagian besar
baru diberikan bila sudah timbul gejala atau pada keadaan
di reabsorbsi sebesar 60-10% di Thick Ascending Limb
gangguan tubulus sehingga terjadi pengeluaran fosfor
of Henle (TAL) bukan di tubulus proksimal. 15%-25%
berlebihan melalui urin secara kronik. Lebih disukai
magnesium yang difiltrasi, di reabsorbsi secra pasif di
memberikan fosfor per oral karena pemberian secara
tubulus proksimal dan S'/o-l\oh reabsorbsi di tubulus
intravena banyak menimbulkan efek samping seperti
distal. 3% dari Magnesium yang difiltrasi akan dibuang
aritmia. Dosis per oral sebesar 2,5 gram-3,5 gram per hari.
dalamurin.
Bila terpaksa pemberian intravena, dibertkan tidak lebih
Sepertiga dari magnesium dalam makanan akan
dai' 2,5 mg/<gBB selama 6 j am.
diabsorbsi oleh usus halus secara pasif dan dalam bentuk
Penelitian yang baru yang masih dalam evaluasi adalah
sistem transpor. Di dalam tubuh kita magnesium
pemberian dipiridamol 75 mg satu kali sehari dapat
meningkatkan kadar fosfor darah.
berpengaruh pada reaksi enzim di attaranya
transfosforilasi, sintesis protein, metabolisme
hidrat-arang, sintesis dan degradasi DNA, aktivasi AIP.
HIPERFOSFATEMIA Hanya sebagian kecil magnesium berada dalam cairan
ekstrasel. 60oh berada di dalam tulang, 20%o betada di
Ekskresi fosfor melalui urin sangat efisien, dengan sedikit
dalam otot. Kadar magnesium dalam serum berkisar antara
saja kenaikan fosfor darah, ekskresi melalui urin akan
I ,4-1 ,l 5 meqlL,20%o terrkat dengan protein.
meningkat.
Peningkatan atau penurunan kadar magnesium
Hiperfosfatemi dis ebabkan oleh terutama diseb abkan
dalam darah berturutan akan meningkatkan atau
oleh ketidakmampuan ginjal dalam ekskresi fosfor :
. Jumlah fosfor yang meningkat tinggi dalam darah pada menurunkan ekskresi magnesium melalui ginjal.
Penambahan volume cairan ekstrasel yang akut dan
sindrom lisis tumor, rabdomiolisis, asidosis laktat,
kronik akan meningkatkan ekskresi magnesium melalui
ketoasidosis, pemberian fosfor berlebihan.
ginj al. Pemberian diuretik seperti manitol, asetazolamid,
. Gangguan fungsi ginjal, akut atau kronik.
tiasid, furosemid dan asam etakrinik akan meningkatkan
. Reabsorbsi fosfor yang meningkat melalui tubulus pada
ekskresi magnesium dengan menghambat reabsorbsi di
hipoparatiroid, akromegali, pemberian bifosfonat,
tubulus. Tidak ada hormon yang diketahui dapat
familial tumoral calcinosis. mempengaruhi keseimbangan magnesium dalam tubuh
. Pseudohiperfosfatemi pada hiperglobulinemi (mieloma
kita. Hiperkalsemia akan meningkatkan ekskresi
multipel), hiperlipidemia, hemolisis, hiperbilirubinemia.
magnesium dalam urin. Ekskresi magnesium mempunyai
pola diurnal. Ekskresi paling rendah terjadi
Pengobatan pada waktu sore dan paling tinggi pada waktu
Pada keadaan akut dengan disertai gejala hipokalsemia, subuh.
188 KEGAWAiIDARURAIAN MEDIK DI BIDAIYG ILMU PEITYAKIT DALAM

HIPOMAGNESEMIA [(0,7 x PMg) x Ucr]. Mg bebas dalam plasma adalah},7


x kadar Mg plasma.
Hipomagnesemia dapat terjadi oleh karena: 1). Gangguan
absorbsi di dalam usus misalnya pada diare kronik maupun
akut, malabsorbsi, steatorea, operasi pintas usus halus. Pengobatan
Kelainan genetik seperti hipomagnesemia intestinal primer Bila fungsi ginjal baik, kita tidak perlu takut memberikan
yang terjadi pada saat periode magnesium agak berlebihan. Bila ada gangguan fungsi
neonatal menyebabkan gangguan absorbsi magne- ginjal, pemberian harus berhati hati. Pemberian dapat
sium. Pankreatitis akut juga dapat menyebabkan dilakukan secara intravena atau intramuskular MgSO4.
hipomagnesemia melalui saponifikasi lemak yang nekrotik; Pada pasien tetani atau aritmia ventrikel dapat diberikan
2). 'Ierbuang melalui ginjal antara lain pada penggunaan 50 meq (600 mg) MgSO4 dalam 8-24 jam. Pemberian secara

diuretik loop dattiazid, ekspansi volume cairan ekstrasel, infus intravena dilakukan pengenceran dengan larutan
alkoholik, hiperkalsemia, nefrotoksin glukosa. Pemberian per oral pada hipomagnesemia kronik
seperti
aminoglikosida; sisplatin; siklosporin dll, disfungsi loop dengan MgO 250-500 mg empat kali sehari.
Henle atau tubulus distal seperti pasca nekrosis tubular
akut; pasca cangkok ginjal; sindrom Bartter; sindrom
Gitelman, Ekskresi berlebihan Ginjal Primer seperti pada HIPERMAGNESEMIA
Gitelman; mutasi Paracellin-1; mutasi NaKAIPase; 3).
Terlihat juga pada pasca operasi, pasca pemberian Hipermagnesemia dapat terjadi pada keadaan gangguan
foscarret, pada hungry bone syndrome. fungsi ginjal. Pada pasien gagal ginjal terminal, kadar mag-
nesium serum adalah2-3 meq/L(2,4-3,6 mgldl). Pemberian
antasid yang mengandung magnesium pada pasien
Gejala KIinis gangguan fungsi ginjal dapat menimbulkan gejala
. Gangguan neuromuskular seperti otot terasa lemas, hipermagnesemia. Pemberian magnesium berlebihan
fasikulasi otot, tremor, tetani, tanda Chvostek dan Trous- melebihi kemampuan ekskresi ginjal atau pemberian
seau positif. Tetani dapat timbul tanpa disertai MgSO4 sebagai laksan dengan cara melalui oral maupun
hipokalsemia. suppositoria dapat menimbulkan hipermagnesemi.
. Hipokalemia terjadi karena pada hipomagnesemia, Pemberian laksan ini pada pasien gagal ginjal dapat bersifat
jumlah dan aktivitas ATP akan berkurang sehingga fatal.
terjadi peningkatan saluran -kalilum (K-chann el diloop
Henle dan di duktus koligentes. Akibatnya ekskresi
kaliummeningkat. Gejala
. Hipokalsemia terjadi karena resisten terhadap hormon
. Kadar magnesium plasma sebesar 4,8-7,2 mg/dl,
paratiroid akibat penurunan pembentukan siklik-AMP. menimbulkan gejala nausea, flushing, sakit kepala,
. Terjadi defisiensi vitamin-D yang sebabnya belum dapat letargi, nganfuk dan penuunan reflek tendon.
dijelaskan.
. Kadar magnesium plasma sebesar 7,2-12 mgldl,
. Gangguan pada aktivitas listrik jantung berupa menimbulkan gejala somnolen, hipokalsemi, reflek ten-
pelebaran komplek-QRS; perpanjangan interval-PR; don hilang, hipotensi, bradikardia, perubahan EKG.
menghilangnya gelombang-! sehingga menimbulkan
. Kadarmagnesiumplasmasebesar lebihdari 12mgldl,
aritmia ventrikel. menimbulkan gejala kelumpuhan otot, kelumpuhan
pemapasan, blok jantung komplit, henti jantung.

Diagnosis Seluruh gejala ini ditimbulkan oleh karena gangguan


Untuk membedakan apakah hipomagnesemia diakibatkan neuromuskular, kardiovaskular dan efek magnesium
oleh gangguan renal atau non-renal dapat dilakukan sebagai penghambat saluran kalsium (calcium-channel
dengan pengukuran kadar Mg urin 24 jam atau blocker) dan menurunkan sekresi hormon paratiroid yang
pengukuran ekskresi fraksional magnesium dalam urin. berakibat hipokalsemia.
Bila magnesium urin 24 jam lebih dari 10-30 mg atau
ekskresi fraksional lebih dari 2o/o,hal ini disebabkan oleh Pengobatan
penggunaan diuretik, sisplatin atau aminoglikosida. Pada Langkah pertama adalah antisipasi akan terjadinya
gangguan non-renal, ekskresi fraksional antara 0,5%o - hipermagnesemia. Misalnya kehati-hatian pemberian
2,1%o atau reralanya 7,4Yo. Pada pengeluran renal magnesium padapasien gangguan fungsi ginjal. Bila timbul
berlebihan (renal wasting), ekskresi fraksional 15% gejala yang berat dapat diberikan 100 mg-200 mg
(artara 4o/o-48%). Ekskresi fraksional : [UMg x Pcr x 100]: elemental kalsium secara intravena selama 5-10 menit.
GANGGUAN KESEIMBANGAT{ CAIRAN DAN'I E'KTROI IT 189

REFERENSI

Halperin ML, Goldstein MB. Fluid, electrolyte, and acid-base


physiology. a problem-based approach. 3rd ed.
WB.Saunders.1999.
Rose B.D. Symptoms of hyponatremia and hypernatremia.
UpToDate, Version 13.2., 2005., CD-ROM.
Rose B.D. Diagnosis of hypokalemia. UpToDate, Version 13.2.,
2005., CD-ROM.
Rose B.D. Causes of hyperkalemia. UpToDate, Version 13.2., 2005.,
CD-ROM.
Schrier R.W. (ed). Renal and electrolyte disorders. 6th ed. Lippincolt
Williams & Wilkins. 2003.
Siregar P., Roesma J., Suhardi D.A., Parsudi I. Gangguan elektrolit
dalam klinik. Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid IL edisi ketiga.
2001. Suyono S., Waspadji S., Lesmana L et all (eds), halaman
307 -24.
Zalman S.A. Causes and treatment of hlpermagnesemia. UpToDate,
Version 13.2., 2005., CD-ROM.
26
GANGGUAN KESEIMBANGAN
ASAM BASA METABOLIK
Parlindungan Siregar

PENDAHULUAN terus berlangsung dalam kehidupan manusia. Pengaturan


kadar ion-H ini dimungkinkan dengan tiga cara yaitu 1)
Ion-H merupakan salah satu komponen ion ion yang Penyangga kimiawi di dalam maupun di luar sel' 2)
berada dalam cairan ekstrasel disamping ion-Na dan ion- Pengaturan tekanan parsial CO, dengan cara pengaturan
K. Dalam keadaan normal kadar ion-H adalah sebesar 40 kecepatan ventilasi paru. 3) Pengaturan kadar bikarbonat
nanomol/L, secara kasar senilai I per sejuta kadar ion-Na dalam plasma dengan cara pengaturan ekskresi ion-H
dan ion-K dalam milimol/L. Ikatan ion-H dengan protein melalui ginjal (net acid excretion) (Gambar 1). Menurut
yang bermuatan negatif sangat kuat dan lebih kuat Bronsted, yang disebut dengan asam adalah zat
dibandingkan dengan ikatan ion-Na dan ion-K dengan penyumbang ion-H sedang basa adalah penerima ion-H'
protein. Meningkat atau berkurangnya ikatan ion-H Penyangga di luar sel(Extracellular Buffer) sebagian
dengan protein akan merubah muatan protein, bentuk besar dilakukan oleh ion-HCOr. Ion-HCO, bermula dari
molekul protein yang akhirrrya menimbulkan kerusakan hidrasi CO, yanB larut dalam cairan ekstra selular
jaringan akibat perubahan fungsi protein. Konsekuensi membentuk asam karbonat (HrCO3). H2CO3 kemudian
dari hal ini tubuh harus menjaga kadar ion-H tetap dalam berdisosiasi menjadi ion-H dan ion-HCO3. Kadar H2CO3
batas normal walaupun pembenfukan asam maupun basa sangat rendah dibanding COr-terlarut (1:3a0) dan ion-

Keseim bangan
asam -basa

Penyangaan Ginjal
kimiawi

E kstra se lu la r lntraselular Eksresi Co, Sekresi H'

H- + H PO,'

NET ACID EXCRETION


;ifu--;l
Reab srop si
HCO3-

Gambar 1. Keseimbangan asam basa dan pengaturan ion-H

190
GAI\GGUAN KESEIMBANGAI\ ASAM BASA METABOLIK L9t

HCO3 (l:6800) sehingga reaksi di atas dapat Kadar H2CO3 sangat kecil dibanding dengan kadar
disederhanakan menjadi CO2 + H2O e H* + HCO3-. Reaksi CO2 ataupun ion-HCO3, sehingga reaksi di atas dapat
ke kiri dan ke kanan sama kuatnya sehingga bila ion-H diperlakukan seperti di bawah ini:
berlebihan pada keadaan asidosis metabolik, ion-H akan +
COr-terlarut + H2O <t H* HCO3-
disangga oleh penyangga ion-HCO, membentuk H2CO3.
Disamping itu, keberadaan ion-H yang berlebih Menurut hukum 'Law-Mass Action', reaksi ke kanan
menyebabkan reaksi bergeser ke arah CO, + HrO. Akibaflrya sama kuatnya dengan reaksi ke kiri sehingga:
CO, akan berlebih sehingga terjadi hiperventilasi pada paru kl . (COr-terlarut) (H,O) : k2 .(H.) (HCO3,
untuk mengatur tekanan parsial COr. Peningkatan ion-H
dalam plasma akan meningkatkan sekresi ion-H dalam Ka = (H+)(HCO3-)/ (CO2-terlaruQ(H2O)
tubulus ginjal. Ion-H di dalam tubulus akan berikatan Oleh karena Ka dan HrO adalah sesuatu yang konstan
dengan bikarbonat yang di filtrasi oleh glomerulus maka reaksi berubah menjadi:
sehingga terdisosiasi menjadi HrO dan CO, dengan
bantuan enzim karbonik anhidrase dalam lumen tubulus K'a = (H.)(HCO3-)/(COr-terlarut)
proksimal. Secara pasif CO, dan HrO akan di reabsorbsi Dalam plasma pada suhu 37 derajat celcius, K'a adalah
masuk ke dalam sel tubulus proksimal yang kemudian sebesar 800 nmol/L sehingga:
bereaksi dengan H2O membentuk ion-HCOr. Ion-HCO, ini
kemudian akan masuk ke dalam sirkulasi darah oleh (H+) : 800 x (CO2-terlarut)/(HCO3-)
kotranspor Na-3HCO, pada membran basolateral. (H+) : 24 x (PCO,) /(HCO3-)
Pada keadaan alkalosis metabolik, ion-HCO, berlebih
menyebabkan kadar ion-H berkurang, reaksi akan bergeser
Dalam rumus Henderson-Hasselbalch dinyatakan
sebagai berikut:
ke kanan dan terj adi hipoventilasi untuk mempertahankan
tekanan parsial COr. Akibat penurunan kadar ion-H, sekresi pH : 6,10 + log (HCO3-) / 0,03 PCq
ion-H di tubulus berkurang, sehingga reabsorbsi
Konversi antara besaran pH dengan kadar ion-H dapat
bikarbonat menurun. Bikarbonat kemudian di ekskresi
dilakukan sebagai berikut:
dalam bentuk Na-bikarbonat.
Penyangga di dalam sel (intracellular buffer) dan
. pH7 : kadar ion-H : 100 nmol/L
penyanggaan oleh tulang (bone buffer) sebagian besar
. pH7,l0 :
: kadar ion-H 100 x 0,8 nmol/L
dilakukan oleh protein, fosfat organik dan inorganik,
. pH7,20 : kadar ion-H : 100 x 0,8 x 0,8
. pH6,9 : kadarion-H:100x 1,25
hemoglobin dalam sel darah merah serta oleh disolusi
mineral tulang berupa pelepasan CaCO, dan CaHPOo ke Berdasarkan rumus perhitungan di atas, maka
ekstrasel. perubahan menjadi asidemi atau alkalemi adalah
Pada keadaan asidosis metabolik, penyanggaan terjadi dipengaruhi olehrasio antara PCO2 dan ion-HCO3. Bila
sebanyak 43% di luar sel dar. 5l%o terjadi di dalam sel. rasio meningkat maka kadar ion-H naik (asidemi) dan bila
Pada keadaan asidosis respiratori, penyanggaan terjadi rasio menurun maka kadar ion-H akan tuirrn (alkalemi).
sebanyak hanya3%o di luar sel dan sebagian besar (97%o) Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan rasio
terjadi di dalam sel. tersebut disebut sebagai asidosis atau alkalosis.

RUMUS HENDERSON.HASSELBALCH ASIDOSIS METABOLIK

Sistem penyanggaan di dalam tubuh manusia terutama Asidosis metabolik ditandai dengan turunnya kadar ion-
dilakukan oleh asam lemah yang dapat berdisosiasi HCO3 diikuti dengan penurunan tekanan parsiil CO2 di
sehingga memiliki kemampuan untuk menangkap atau dalam arteri. Kadar ion-HCO3 normal adalah sebesar 24
melepaskan ion-H. Asam karbonat merupakan asam lemah meq/L dan kadar normal PCO2 adalah 40 mmHg dengan
yang terutama dalam sistem penyanggan dalam tubuh kadar ion-H sebesar 40 nanomol/L.
manusia. Asam karbonat merupakanbentukan dari hidrasi Penurunan kadar ion-HCO3 sebesar 1 meq/L akan
COr. Tekanan parsil CO, dalam darah arteri adalah sama diikuti olehpenurunanPCO2 sebesar 1,2 mmHg. Penyebab
dengan tekanan CO, dalam udara aieveol. Sebagian dari asidosis metabolik dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
CO, ini yaitu sebanyak 0,03 x PCO, melarut dalam cairan I. Pembentukan asam yang berlebihan di dalam tubuh.
plasma. Tekanan parsil CO, dalam arteri adalah 40 mm Hg, II. Berkurangnya kadar ion-HCO3 di dalam tubuh.
sehingga CO, yang terlarut adalah sebanyak 0,03 x 40 : Itr. Adanya retensi ion-H di dalam tubuh.
1,2 mmoUl. Hidrasi CO2terlarut menghasil asam karbonat.
Kompensasi paru dengan cara hiperventilasi yang
COr- terlarut + H2O e H2CO3 e II* + HCO3- menyebabkan penurunan tekanan parsiil CO2, dapat
192 KEGAWAfi)ARUR/IffAN MEDIK DI BIDAIIG ILMU PEhIYAKIT DALAM

bersifat lengkap, sebagian atau berlebihan. Berdasarkan


kompensasi ini, asidosis metabolik dapat dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu :

Asidosis metabolik sederhana (simpel), di mana pemrnman


-
c)
Tubulus proksimal
I
kadar ion-HCO, sebesar 1 meq/L diikuti penumnan PCO,
sebesar 7,2mmHg.
\a -
Asidosis metabolik bercampur dengan asidosis respirasi, ; 2K'
I
=
dimana penurunan kadar ion-HCO, sebesar I meq/L diikuti HCO, + H- ?
= +3
penurunan PCO, sebesarkurang dari 1,2 mmHg.

Asidosis metabolik bercampur dengan alkalosis


L
g +'
l-
H,CO3
Respirasi, dimana penurunan kadar ion-HCO3 sebesar I cA I
meq/L diikuti penurunan PCO, sebesar lebih dari 1,2 mmHg. +
C 0,+ 11 ,6

l,lembran lvlembran
Peran Ginjal basolateral luminal
Dalam keadaan asidosis metabolik, kompensasi tubuh Gambar 2. Reabsorpsi ion-HCO, di tubulus proksimal
melalui ginjal adalah meningkatkan sekresi dan ekskresi
ion-H (asidifrkasi urin, pH urin turun) sebanyak 50-100
meq/hari serta reabsorbsi ion-HCO, yang terdapat dalam
cairan fi ltrat glomerulus.
Sekresi ion-H terjadi di tubulus proksimal (sampai
dengan bagian tebal/asending loop dari Henle) dan di sel
Tubulus proksimal
interkalated duktus koligentes. Sekresi ion-H di tubulus
proksimal terjadi melalui penukar (antiporter) Na-H dan
pompa H-AIPase pada bagian apikal (lumen) sel tubulus.
Sebanyak dua pertiga sekresi ion-H di tubulus proksimal
-3
6 2K'
H'-
adalah melalui penukar Na-H sedang sisanya melalui
pompa H-ATPase. Ion-H yang disekresi di tubulus = t Difiltrasi Disekresi

proksimal akan bergabung dengan ion-HCO, yang dihltrasi


L
H,O HPO,'+ l-1' -
glomerulus membentuk H2CO3, kemudian terdisosiasi I
O,+OH t
I
I

menjadi HrO dan CO2 dengan bantuan enzim karbonik H,P O.'
anhidrase dalam lumen tubulus proksimal. Secara pasif CO,
dan HrO akan di reabsorbsi masuk ke dalam sel tubulus M em bran Membran
proksimal yang kemudian bereaksi dengan H2O basolatera luminal

membentuk ion-HCOr. Ion-HCO, ini kemudian akan masuk


Gambar 3. Sekresi ion-H di tubulus proksimal dan proses
ke dalam sirkulasi darah oleh kotransporNa-3HCO, pada penyanggaan ion-H oleh HPO,z
membran basolateral (perivaskular) (Gambar 2). Sebagian
besar (90% dari yang difiltrasi) ion-HCO, direabsorbsi di
tubulus poroksimal dan sisa l0% dibagian tebal loop dari lemah ini. Ion-NH4 dalam keadaan nornal dibentuk di
Henle melalui penukar Na-H dan di duktus koligentes tubulus proksimal melalui metabolisme glutamin menjadi
bagian medula-luar. ion-NHo dan alfa-ketoglutarat (Gambar 4). Ion-NH,
Di tubulus distal khususnya pada duktus koligentes, kemudian disekresi ke dalam lumen melalui penukar-Na-H.
asidifikasi urin terjadi dengan disekresinya ion-H oleh Ion-NH, ini kemudian di reabsotbsi kembali di bagian tebal
pompa H-ATPase dan pompa H-K-ATPase pada bagian loop dari Henle oleh penukar Na-K-2C1. Ion-NH4 yang di
apikal. Pompa H-K-AIPase berfungsi sebagai sekresi ion- reabsorbsi ini kemudian masuk dalam sel intersisium. Di
H dan reabsorbsi ion-K dimana fungsi utama adalah jaringan intersisium, NHo kemudian terdisosiasi menjadi
mencegah hilangnya kalium pada keadaan hipokalemia. NH, sehingga kadar NH, dalam intersisium meningkat. NH,
Ada beberapa asam lemah yang difiltrasi oleh kemudian dapat berdifusi masuk ke dalam lumen tubulus
glomerulus antara lain yang bertindak sebagai penyangga coligentes di bagian medula dalam oleh karena pH urin di
ion-H dalam lumen tubulus. Asam lemah yang menonjol bagian ini memiliki pH yang rendah. NH3 di lumen duktus
sebagai penyangga tersebut adalah adalah HPO, (2-) koligentes ini kemudian bergabung dengan ion-H yang
(Gambar 3). Proses penyanggaan ini disebut sebagai disekresi oleh pompa H-AIPase dan pompa H-K-ATPase
'titratable-acidity'. Dalam keadaan normal, sebanyak l0 - membentuk NH4 yang kemudian diekskresi mealui urin
40 meq/hari ion-H dalam lumen tubulus disangga oleh asam (Gambar5).
GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASIA METABOLIK 193

basolateral sel tubulus proksimal awal sehingga terjadi


peningkatan sekresi ion-H dan reabsorbsi ion-HCO3.

Aldosteron. Aldosteron mempengamhi sekresi ion-H


Tubulus proksimal melalui aktifasi pompa H-ATPase di duktus koligentes
bagian kortek ginjal pada sel interkalated dan pada medula
bagian luar .
- Aldosteron juga mempengaruhi secara tidak langsung
_E 2K o
= sekresi ion-H oleh sel prinsipal pada duktus koligentes di
o
kortek ginjal melalui efek reabsorbsi ion-Na. Reabsorbsi
'=
L
o ion-Na mengakibatkan muatan negatif di dalam Lumen
3d befiambah sehingga mempermudah sekresi ion-H ke dalam
6
Y
lumen.

Hormon paratiroid. Hormon paratiroid menghambat


penukar Na-H di bagian apikal sel tubulus proksimal serta
koteransporter Na-3HCO, di bagian basolateral. Akibahrya
sekresi ion-H dan reabsorbsi ion-HCO3 terhambat.

Gambar 4. Pembentukan ion-NH, di tubulus proksimal


Anion-gap Dalam Plasma
Untuk mengetahui etiologi dari tiap tiap kelompok
penyebab asidosis metabolik tersebut perlu diketahui
besarnya anion-gap (senjang anion). Dalam keadaan
normal, jumlah anion dan jumlah kation di dalarn tubuh
adalah sama besar. Ada anion dan kation yang dapat
dihitung (C1, HCO3 danNa) dan ada anion dan kation yang
tak dapat dihitung (anion atau kation lain darizat organik).
NH. Selisih antara Na dengan HCO, dan Cl atau selisih dari
H-
ATP -3 anion lain dan kation lain disebut sebagai anion-gap.
_q H- Besarnya anion gap, Na - (HCO, + Cl), dalam keadaan
= I normal sebesar 12 + 3 meq.
L
HrO
- Pada kelompok pembentukan asam organik yang
eo cr' t
I
berlebihan sebagai penyebab asidosis metabolik, besar
Y 3HC03+ CO,+OH anion-gap akan meningkat oleh karena adanya
CA penambahan anion lain yang berasal dari asam organik
anlara lain asam hidroksi butirat pada ketoasidosis
l\ilembran diabetik, asam laktat pada asidosis laktat, asam salisilat
b asola te ra I
pada intoksikasi salisilat atau asam organik akibat
Gambar 5. Difusi NH. pada duktus koligentes dan penggabungan intoksikasi etanol.
ion-H dengan NH. di dalam lumen tubulus. Pada kelompok berkurangnya kadar ion-HCO3 sebagai
penyebab asidosis metabolik, besar anion-gap tetap dalam
Jumlah ion-H yang diekskresi melalui ginjal (net acid batas normal dengan peningkatan kadar ion-Cl. Misalnya
excretion) adalah merupakan penjumlahan dari titratable- pada keadaan diare atau Renal TubularAsidosis proksimal
acid dengan ion-NH4 dan dikurangi dengan jumlah ion- (RTA-2), pemakaian obat inhibitor enzim karbonik
HCO3 yang terdapat dalamurin. Jadi dapat diformulasikan anhidrase atau pada Penyakit Ginjal Kronik Stadium III -
sebagai berikut : M
: Asidosis metabolik dengan anion-gap yang normal
Net acid excretion Titratable acid + NH4* - HCO3-
selalu disertai dengan peningkatan ion-Cl dalam plasma
Ion-H dalam bentuk bebas sangat sedikit di dalam urin sehingga disebut juga sebagai asidosis metabolik
final yaitu kurang dari 0,04 meq/L. hiperkloremik.
Pada kelompok retensi ion-H sebagai penyebab
asidosis metabolik, besar anion-gap meningkat, misalnya
Peran Hormon Dalam Sekresi lon-H
pada penyakit ginjal kronik stadium IV - Y dan besar
Angiotensin-Il. Angiotensin-Il dapat mengaktifasi penukar anion-gap normal misalnya pada renal tubular asidosis
Na-H pada apikal dan kotransporter Na-3HCO, pada bagian (RTA-I atauMA-4).
t94 KEGAWATDARURIIiTAN MEDIK DI BIDANG ILMU PEIYYAKIT DALAM

Anion-gap Dalam Urin Langkah pertama adalah menetapkan berat ringannya


Pada keadaan asidosis metabolik dengan anion-gap gangguan asidosis.
normal (hiperkloremik), ion-Cl yang berlebih akan di Gangguan disebut letal bila pH darah kurang dari 7
sekresikan oleh sel interkalated duktus koligentes bersama atau kadar ion-H lebih dari 100 nmol/L.
dengan sekresi ion-H (ion-Cl melalui saluran-Cl dan ion-H Gangguan yang perlu mendapat perhatian bila pH
melalui pompa H-ATPase). Ekskresi ion-Cl dilakukan darahT,l -7,3 atatkadar ion-H antara 50 -
bersama dengan ion-NH3 dalam bentuk NH4CI. Ion-NH4 80nmol4l..
dibentuk dari ikatan antara ion-NH3 dalam tubulus dengan
Langkah kedua adalah menetapkan anion-gap atau bila
ion-H yang disekresikan oleh sel nefron distal (duktus perlu anion-gap urin untuk mengetahui dugaan etiologi
koligentes). Terganggu atau normalnya ekskresi ion-NH3
asidosis metabolik. Dengan bantuan tanda klinik lain, kita
dalam bentuk NH4CI dapat dinilai dengan menghitung
dengan mudah menetapkan etiologi.
anion-gap di dalam urin. Anion-gap dalam urin dihitung
dengan rumus : Langkah ketiga, bila kita mencurigai adanya kemungkinan
asidosis laktat, hitung rasio delta anion gap dengan delta
(Na-urin + K-urin) - Cl-urin
HCO3 (delta anion gap: anion gap pada saat pasien
Bila hasilnya positif, terdapat gangguan ekskresi ion- diperiksa dikurangi dengan median anion gap normal; Delta
NH3 sehingga NH4CI tidak terbentuk akibat adanya HCO,: kadar HCO, normal dikurangi dengan kadar HCO,
gangguan sekresi ion-H di nefron distal (tidak dapat pada saat pasien diperiksa). Bila rasio lebih dari l, asidosis
berikatan dengan ion-NH3) misalnya pada RTA-1 dan disebabkan oleh asidosis laktat atau lebih tepat 1,6. Langkah
RTA4. ketiga adalah menetapkan sampai sejauh mana koreksi
Hasil yang negatif, menunjukkan keadaan asidosis dapat dilakukan.
metabolik anion-gap normal dimana ekskresi ion-Cl dalam . Pada penurunan fungsi ginjal, koreksi dapat dilakukan
bentuk NH4CI sebanding dengan sekresi ion-H di nefron
distal yang terjadi akibat adanya asidosis metabolik,
secara penuh hingga mencapai kadar ion-HCO3 20 -
22 meqlL. Pertimbangan yang dilakukan adalah
misalnya pada keadaan diare.
mencegah terjadinya hiperkalemi, mengurangi
Penghitungan anion-gap dalam urin tak dapat kemungkinan malnutrisi, mengurangi percepatan
diaplikasikan bila terjadi deplesi volume sehingga ekskresi
gangguan tulang (renal osteodistrofi).
Na-urin menjadi rendah atau bila terjadi peningkatan . Pada keto-asidosis diabetik, atau pada asidosis-laktat
ekskresi anion tak dapat dihitung seperti B-hidroksi butirat
tipe A, koreksi dilakukan bila kadar ion-HCO, dalam
pada ketoasidosis-DM sehingga jumlah Na dan K yang
darah sebesar kurang dari atau sama dengan 5 meq/L
diekskresi dalam urin bertambah.
atau bila terjadi hiperkalemi berat atau setelah koreksi
insulin pada DM dan koreksi oksigen pada asidosis
Tampilan Klinik Asidosis Metabolik laktat, asidosis belum terkendali. Koreksi dilakukan
pHlebihdariT,l: sampai kadar ion-HCO, sebesar l0 meq/L.
l. Rasa lelah (fatique) . Pada asidosis metabolik bercampur dengan asidosis
2. Sesak nafas (Kussmaull) respiratori, tidak dalam ventilator, koreksi harus
3. Nyeri perut dilakukan secara hati hati atas pertimbangan depresi
4. Nyeri tulang pernapasan.
5. Mualimuntah Koreksi dilakukan dengan pemberian larutan Na-
pH kurang dari atau sama dengan 7,1 : Bikarbonat, setelah diketahui kebutuhan bikarbonat pada
1. GejalapadapH>7.1 pasien. Kebutuhan bikarbonat adalah berapa banyak
2. Efek inotropik negatip, aritmia bikarbonat yang akan kita berikan untuk mencapai kadar
3. Konstriksi vena perifer bikarbonat darah yang kita tuju.
4. Dilatasi arteri perifer (penurunan resistensi perifer) Untuk ini kita harus mengetahui 'bicarbonate-space'
5. Penurunan tekanan darah atau ruang-bikarbonat (Ru-bikar) pasien pada kadar
6. Aliran darah ke hati menurun bikarbonat tertentu dari pasien. Ruang-bikarbonat adalah
7. Konstriksi pembuluh darah paru (pertukaran O, besarnya kapasitas penyanggaan total tubuh, termasuk
terganggu) bikarbonat ekstraselular, protein intraselular dan bikarbonat
tulang.
Rumus untuk menghitung ruang-bikarbonat pada kadar
Koreksi Asidosis Metabolik
bikarbonat plasma tertentu adalah sebagai berikut :
Indikasi koreksi asidosis metabolik perlu diketahui dengan
baik agar koreksi dapat dilakukan dengan tepat talpa x BB (kg)
Ru-bikar = {0,4+ (2,6: [HCO3])]
menimbulkan hal hal yang membahayakan pasien.
GAT{GGUAN KESEIMBANGAN ASIAM BASA METABOLIK 195

Contoh: I. Terbuangnya ion-H melalui saluran cerna atau melalui


Ru-bikar pada kadar bikarbonat plasma 20 meq/L adalah : ginjal dan berpindahnya (shift) ion-H masuk ke dalam
{0,4+ (2,6: 20)} x BB atau 0,53 BB atau 53% BB (lihat sel.
Tabet 1) II. Terbuangnya cairan bebas-bikarbonat dari dalam tubuh
(contraction alkalosis).
III. Pemberian bikarbonat berlebihan.
Dalam keadaan normal, sekresi ion-H oleh gaster akan
HCO3 %BB HCO3 % BB HCO3 %BB
merangsang ekskresi bikarbonat oleh pankreas dan
meq/L Ru-bikar meq/L Ru-bikar meq/L Ru-bikar
penyanggaan ini berlangsung adekuat (tidak terjadi
I 300 9 69 17 55
gangguan keseimbangan asam-basa).
2 170 10 66 18 54
3 127 11 64 19 54 Terbuangnya ion-H akibat muntah muntah maupun
4 105 12 62 20 53 pemakaian sonde naso-gastrik yang terbuka, ion-
592 13 60 21 52
683 14 58 22 52 bikarbonat tidak diekskresi oleh pankreas karena hilangnya
777 15 57 23 51 stimulus oleh ion-H di duodenum. Akibatnya hilangnya
872 ID 56 24 51
ion-H yang tidak diimbangi oleh berkurangnya bikarbonat
akan menimbulkan alkalosis.
Sekresi ion-H melalui ginjal, akan meningkat pada
keadaan keadaan hiperaldosteronisme primer, penggunaan
Ruang-bikarbonat (Ru-bikar) pada keadaan bikarbonat diuretik loop dan tiazid, pasca hiperkapni, hiperkalsemi.
plasma tertentu. Bila kita menginginkan menaikkan kadar Penggunaan diuretik loop dan tiazid akan meningkatkan
bikarbonat plasma dari I 0 meqil menj adi 20 meqlL, maka kadar aldosteron, sekunder dari pengurangan volume
bikarbonat yang kita butuhkan adalah sebagai berikut : plasma. Deplesi volume plasma akan merangsang sistem
Ru-bikar pada keadaan l0 meq/L : {0,4 + (2,6 : I 0) x BB
renin-aldosteron- angiotensin. Semua keadaan keadaan ini
ata,u 660/oBB akan merangsang peningkatan sekresi ion-H dan
reabsorbsi bikarbonat dalam tubulus (Gambar 6).
Ru-bikar padakeadaan2} mef,L : {0,4 + (2,6 :20) x BB
atau 53YoBB

Ru-bikar adalah attara 53% - 66% berat badan, j adirerata Volume sirkulasi Aldosteron 1 CIJ K1 pH,l
efektifturun di duki kol
Ru-bikar adal ah 59,5 Yo.
J-\
Renin Ang ll
I
I
lon K
keluar
d ari sel
Bila berat badan 60 kg, maka bikarbonat yang dibutuhkan dilepas Meningkal I

adalah; I

{(0,66 + 0,53) : 2} x 60 x (20 - 10)} = 357 meq.


Stimulasi
Na H-ATPase
dan ClHC0r-
exchanger

Rerata Ru-bikar x Berat Badan x Delta Bikarbonat Plasma

357 meq bikarbonat kita berikan secara intra-vena


selama 1 sampai 8 jam, tergantung berat ringannya asidosis e ks.io n -H

yang terjadi (letal atau tidak letal). .t


Reabsorbs HC0

ALKALOSIS METABOLIK
Sekresi ion-H melalui tubulus juga meningkat pada
Alkalosis metabolik merupakan suatu proses terjadinya keadaan asidosis dalam sel akibat masuknya ion-H ke
peningkatan primer bikarbonat dalam arteri. Akibat dalam sel. Keadaan hipokalemi akan merangsang keluamya
peningkatan ini, rasio PCO, dan kadar HCO, dalam arteri kalium dalam sel masukke dalamplasma. Untukmenjaga
keadaan keseimbangan elektirk, ion-H masuk ke dalam sel
berubah. Usaha tubuh untuk memperbaiki rasio ini
dilakukan oleh paru dengan menurunkan ventilasi sehingga terjadi asidosis intrasel. Asidosis intrasel
(hipoventilasi) sehingga PCO, meningkat dalam arteri. Pada merangsang sekresi ion-H meningkat ke lumen tubulus
alkalosis metabolik yang simpel, kenaikan kadar HCO3 I
dan mengakibatkan peningkatan reabsorbsi ion-
meqlL akan menyebabkan kenaikan PCO, sebesar 0,7 bikarbonat.
Terbuangnya cairan bebas-bikarbonat dalam jumlah
mmHg. Penyebab alkalosis metabolik dapat disebabkan
besar misalnya pada pemberian diuretik loop dalam dosis
oleh:
196 KEGA}V/ITTDARURIIXAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

yang tinggi, akan meningkatkan kadar bikarbonat per liter terhambat. Bila dengan antagonis enzim karbonik
plasma akibat volume plasma yang berkurang. anhidrase tak berhasil, dapat diberikan HCI dalam
Pemberian bikarbonat tanpa kendali pada keadaan keto- larutan isotonis (150 meq/L) selama 8 - 24 jam.
asidosis diabetik atau asidosis laktat dapat mengakibatkan Kebutuhan HCI dapat dihitung dengan mengetahui
alkalosis metabolik. Pemberian insulin pada keto-asidosis jumlah distribusi bikarbonat pada keadaan alkalosis
diabetik atau perbaikan oxigenisasi jaringan pada asidosis tersebut sbb:
laktat akan dengan cepat meningkatkan kadar bikarbonat
plasma.
Kelebihan bikarbonat: 0,5 xBeratBadanx (HCO3 plasma-24)
Alkalosis metabolik juga ditemukan pada Sindrom
Bartter dan Sindrom Gitelman suatu keadaan terjadinya
mutasi genetik pada transporter Na-K-Cl di bagian
asending loop-Henle (Bartter) dan di tubulus distal REFERENSI
(Gitelman). Keadaan ini mirip dengan alkalosis metabolik
Batlle DC. Segmental characterization of defects in collecting
akibat diuretik loop atau tiazid.
tubule acidification. Kidney Int 1986, 30(4):546-54.
Garg LC, Narang N. Effects of aldosterone on NEM-sensitive AT-
Pengobatan Pase in rabbit nepkon segments. Kidney Int 1988, 34(l):13-7.
Geibel J, Giebisch G, Boron WF. Angiotensin II stimulates both
l. Pada keadaan alkalosis metabolik, disebut letal bila pH
Na(+)-H+ exchange and Na+/HCO3- cotransport in the rabbit
darahlebihdari 7,7. proximal tubu1e. Proc Natl Acad Sci U S A 1990, 87(20):7917-
2. Bila ada deplesi volume cairan tubuh, normalkan kembali 20.
volume plasma dengan pemberian NaCl isotonis Halperin ML, Goldstein MB. Fluid, Electrolyte, and Acid-Base
3. Bila penyebabnya hipokalemi, koreksi kalium dalam Physiology (A problem-based approach). Third Edition, 1999,
plasma. W.B.Saunders Company, Philadelphia, p 50-51.
Palmer BF, Alpem RJ. Metabolic alkalosis. J Am Soc Nephrol. 1997,
4. Bila penyebabnya hipokloremi, koreksi chlorida dengan
8(9):1462-9.
pemberian NaCl isotonis.
Rose BD, Post TW. Acids and Bases. UpToDate 13.1,2005, CD-
5. Bila etiologinya adaTah pemberian bikarbonat Rom.
berlebihan, stop pemberian bikarbonat. Rose BD, Post TW. Buffers UpToDate 13.1, 2005, CD-Rom.
6. Dalam keadaan fungsi ginjal tuiun atau pada keadaan Ruiz OS, Qiu Y! Wang LJ, Arruda JA. Regulation of the renal
edema akibat gagaljantung, cor-pulmonale atau sirosis Na-HCO3 cotransporter: Y mechanism of the inhibitory effect
hati, koreksi dengan NaCl isotonis tidak dapat dilakukan of parathyroid hormone. Kidney Int 1996, 49(2):396-402.
karena ditakutkan terjadi retensi Na dan kelebihan cafuan Sasaki S, Marumo F. Mechanisms of inhibition of proximal
acidification by PTH. Am J Physiol 1991,260(6 Pt 2): F833-
(edema bertambah). Dapat diberikan antagonis enzim
8
karbonik anhidrase, sehingga reabsorbsi bikarbonat
26
REHIDRASI
Rizka Hu ma rdewaya nti Asdie, Don i Pria mbodo Witja ksono, Soeba gjo Loehoeri

PENDAHULUAN tersering yang menyebabkan dehidrasi, khususnya di


negara-negara yang sedang berkembang seperti di Asia
Rehidrasi adalah usaha mengembalikan ke keaadan hidrasi khususnya di Asia Selatan dan Asia Tenggara, Amerika
yang normal dari keadaan dehidrasi. Dehidrasi dalam Selatan dan Afrika. Walaupun usaha WHO untuk
pengertian klinis adalah tubuh kekurangan air beserta mengantisipasi keadaan tersebut sampai saat irti telah
elektrolit-elektrolitnya. Tujuan utama rehidrasi ini adalah menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun, tetapi di
pengembalian cairanbadan ke volume normal, osmolaritas negara yang masih berkembang diare masih merupakan
yang efektif dan komposisi yang tepat untuk keseimbangan penyebab utama terjadinya dehidrasi. Di Indonesia sendiri
asam basa. Jumlah dan jenis cairan yang diberikan diare masih merupakan penyakit urutan ke enam dari
tergantung pada analisis keadaan dehidrasinya. Analisis sepuluh besar pola penyakit yatg ada. Angka kesakitan
harus dilakukan setiap saat untuk mengevaluasi keadaan diare (IR) dari tahun 1986 sampai 1991 berkisar 19,46 -
pasien. Seperti halnya penatalaksanaan keadaan klinis 27,22 per seribu pasien, sedang angka kematian (CFR)
yang lain, pada dehidrasi pun dibutuhkan kombinasi data, berkisar 0,02 - 0,034 per seribu pasien. Pada survei yang
logika dan empirisme dengan tujuan juga menghilangkan dilakukan di Amerika serikat oleh FoodNet dari tahun 1 998
komplikasi-komplikasi yang disebabkan oleh gangguan sampai 1999 dilaporkankan diare akut selama 4 minggu
keseimbangan asam basa. Pada keadaan tertentu kadang- 6%o detganrata-rata 0,72 episode per orang dewasa per
kadang dituntut pemberian obat-obat lain yang dibutuhkan, tahun, untuk anak-anak dengan 1,1 episode per tahun dan
misalnya pada pasien asidosis diabetik harus diberikan untuk geriatri usia diatas 65 tahun 0,32 episode per tahun.
insulin segera setelah pemberian glukosa dan kalium, pada Pada penelitian tahun 2000 yang dilakukan di Amerika
insufisiensi adrenokortikal harus diberikan kortison atau Serikat angka perkiraan penyakit hati dan gastrointestinal
hidrokortison lain (alfa fluorohidrokortison). Bila keadaan berkisar 135 juta kasus pertahun yang disebabkan oleh
hidrasi ini sudah tercapai, barulah diteruskan dengan nonfoodborne dan76 juta kasus yang disebabkan oleh
menjaga keadaan hidrasi normal dengan tetesan foodborne.
pemeliharaan (maintenanc e). Hasil survei Program Pemberantasan (P2) Diare
Untuk memilih jenis cairanyang dibutuhkan harus di Indonesia menyebutkan bahwa angka kesakitan diare
diteliti betul kasus per kasus, apakah seseorang pasien di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 301 per 1.000
kekurangan air saja ataukah kekurangan air beserta penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 - I ,5 kali
elektrolit di dalamnya ataukah sudah ada gangguan per tahun. Tahun 2003 angka kesakitan penyakit ini
keseimbangan asam basa. Gangguan asam basa sangat meningkat menjadi3T 4 per I .000 penduduk dan merupakan
tergantung pada fungsi ginjal dan paru. Masalahnya penyakit dengan frekuensi KIB kedua tertinggi setelah
menjadi lebih kompleks lagi bila ternyata pasien juga DBD. Survei Departemen Kesehatan (2003), penyakit diare
mengalami gangguan ginjal dan paru. menjadi penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor
tigapadabayi, dan nomor lima pada semua umur. Kejadian
diare pada golongan balita secara proporsional lebih
EPIDEMIOLOGI
banyak dibandingkan kejadian diare pada seluruh
Diare hingga saat ini masih merupakan penyakit yang golongan umur yakni sebesar 55 persen.

197
198 KEGAWATDARURATAN MEDIK DI BIDAI\G ILMU PEIYYAKIT DAL/NVT

Angka kematian diare akut di negara berkembang telah penyumbatan sebagian saluran kemih, hipokalemi,
menurun dari 4,5 juta kematian pada tahun 1979 menjadi aldosteronisme primer, paska transplantasi ginjal,
1,6 juta pada tahtn2002 namun angka kejadian diare akut efek toksik litium karbonat, dtau anestesia yang
masih masuk urutan 5 besar dari penyakit yang sering mengandung penthrane (methoxyflurane).
menyerang anak Indonesia. Kejadian diare akut di c. Kehilangan cairan karena sebab lain seperti :

Indonesia diperkirakan masih sekitar 60 juta episode setiap pengeluaran air berlebihan seperti melalui paru,
tahunnya dan 1-5 persen diantaranya berkembang menjadi orang-orang yang kontak dengan sinar matahari
diare kronis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dari dalam waktu yang lama tanpa minum, pada
35 persen seluruh kematian balita akibat diare disebabkan hiperventilasi dan demam; pengeluaran air yang
oleh diare akut. berlebihan misalnya luka bakar (kombusio);
Kebijakan pemerintah dalam pemberantasan penyakit pengeluaran air yang berlebihan melalui saluran
diare antara lain bertujuan untuk menurunkan angka cerna, misalny a p ada gastroenteriti s alal/./ cho I er i-
kesakitan, angka kematian, dan penanggulangan kejadian form diaruhea .

luar biasa (KLB). Departemen Kesehatan RI melalui 2. Kehilangan cairan karena kelebihan elektrolit (solute
Keputusan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit loading hypertonicity). Kehilangan cairan karena
dan Penyehatan Lingkungan (PPM & PL) telah ekskresi urin yang mengandung banyak elektrolit
mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan dan Pemantauan seperti natrium, klorida, kalium dan anion serta kation
Program Pemberantasan Diare dengan tujuan khusus lain-lain, atau bahan-bahanyatg bukan ion seperti
menurunkan angka kematian pada semua umur dari 54 per dekstrosa, fruktosa atau urea, asam amino dan benda-
100.000 penduduk menjadi 28 per 100.000 penduduk, benda nitrogen lainnya. Kehilangan cairan ini bisa
menurunkan angka kematian balita dari 2,5 per 1.000 balita karena:
menjadi 1,25 per 1.000 balita dan menurunkan angka a. Pemberian makanan yang mengandung banyak
fatalitas kasus (CFR) diare pada KLB dari 1-3,8 persen garam dekstrosa, protein dan substansi lain dengan
menjadi 1,5 persen. air yang tidak mencukupi pada pasien dengan koma.
b. Pemberian makanan yang mengandung susu dan
krim tanpa air pada pasien dengan perdarahan
lambung.
ETIOLOGI
c. Pemberian makanan dengan karbohidrat tinggi pada

Secara garis besar dikenal 3 macam kehilangan cairan orang-orang yang baru sembuh dari luka b akar y ang
badan: berat.
d. Pasien dengan asidosis diabetik berat yang tidak
1. Kehilangan cairan sebagai akibat kehilangan at darl diobati.
badan baik karena kekurangan pemasukan air atau e. Keadaan lainnya yang berhubungan dengan
kehilangan air berlebih melalui paru, kulit, ginjal, atau hiperosmolaritas
saluran makanan. Keadaan ini sering disebut dengan 3. Kehilangan cairan karena hiperosmolaritas. Hal ini terjadi
pure dehydration atao dehydration hypertonic ata,u jika cairan ekstraselular karena suatu sebab menjadi
water deficit atau water deficiency ata,u pure water hiperosmoler, misalnya karena hiperosmoler
depletion. Kehilangan cairan tipe ini biasa terjadi karena: hiperglikemia, koma diabetik non ketoasidotik atau
a. Kehilangan cairan karena pemasukan air tidak hiperosmolaritas yang terjadi karena pemberian
mencukupi, misalnya : orang-orang yang kehabisan substansi baik per parenteral maupun per rektal yang
air minum di kapal yang rusak di tengah laut atau di dapat meningkatkan osmolaritas darah; koma
padang pasir; kesukaran atau tidak bisa menelan, hiperglikemik hiperosmolar dapat juga terj adi pada
misalnya pada orang yang debil, koma atau disfagia; dialisis peritoneal. Hiperosmolar dapat ju ga teqadi pada
rangsangan haus hilang, misalnya pada orang tua angiografi dengan kontras, sesudah pemberian natrium
dengan aterosklerosis serebral, tumor otak, sulfat intravena pada hiperkalsemia, sesudah pemberian
poliomielitis tipe bulbar, meningitis atau kerusakan makanan hipertonik pada mega colon dan pada pasien
otak lainnya. yang baru sembuh dari luka bakar yang berat.
b. Kehilangan cairan karena pengeluran melalui ginjal
berlebihan: pada ginjal yang normal, misalnya pada
diabetes insipidus, karena kelebihan elektrolit atau PATOGEN ESIS DAN PATOFISIOLOGI
hiperosmoler dan pada pemasukan air yang
berlebihan; pada gangguan fungsi ginjal yang Dalam penatalaksanaan rehidrasi haruslah diketahui
disebut nephrogenic diab etes ins ipidus, misalnya terlebih dahulu patogenesis dehidrasi termasuk
pada pyelonefritis kronik, glumerulonefritis, ginj al patofisiologinya. Cairan di dalam tubuh terdiri dari unsur-
polikistik, fase diuresis pada kegagalan ginjal akut, unsur cairan ekstraselular, intraselulaer dan intertisial.
REHIDRASI
199

Jumlah air dalam tubuh dewasa dengan rata-rata beral pernapasan yang terjadi pada cuaca dingin. Sedangkan
badat 70 kg mendekati 40 liter, rata-rata 52o/o berat dalam cuaca yang sangat panas, air yang hilang dalam
badannya. Pada bayi yang baru lahir, mungkin mencapai keringat ditingkatkan mencapai 1,5 -2 liter I jam, sehingga
I5%o dariberat badan, kemudian menurun secara progresif mengurangi cairan tubuh dengan cepat.
dari lahir sampai umur tua. Kebanyakan penurunan terjadi Latihan meningkatkan hilangnya air lewat 2 jalan.
dalam waktu 10 tahun awal kehidupan. Juga kegemukan Pertama, latihan meningkatkan derajat pemapasan, dengan
menurun presentase air dalam fubuh, kadang mencapai meningkatkan kenaikan hilangnya air lewat saluran
4s%. pernapasan sesuai dengan meningkatnya derajat ventilasi.
Kedua, latihan meningkatkan panas badan dan akibatnya
menghasilkan keringat yang berlebihan.
Ambilan dan Keluaran Air
Kebanyakan ambilan air tiap hari masuk melalui oral. Hampir
dua pertiga dalam bentuk air murni atau dalam bentuk Unsur-unsur Cairan Tubuh
minuman lain dan sisanya dari makanan yang dimakan. Sekitar dari 25 sampai 40 liter cairan tubuh ada dalam I 5
Sejumlah kecil juga disintesis dalam tubuh sebagai hasil trilyun sel tubuh, disebut cairan intraselular. Masing-
oksidasi dari makanan. Jumlah sekitar 150 dan 250 mVhari, masing sel berisi cairan yang berisi campuran beberapa
tergantung dari derajat metabolismenya. unsur yang berbeda, namun konsentrasi unsur-unsur ini
Tabel I menunjukkan rute air yang hilang dari tubuh serupa antara safu sel dengan yang lainnya.
dalam keadaan yang berbeda. Normal dalam suatu Semua cairatyang berada di luar sel disebut cairan
lingkungan suhu 680F (200C) hampir 1400ml dan 2300 ml ekstraselular, merupakan cairan yang konstan, rata-rata I 5
ambilan air hilang lewat urin, 100 ml lewat feses dan 100 ml liter pada orang dewasa dengan berat b adan'l} kg. Cairan
lewat keringat. Sisanya 700 ml hilang lewat evaporasi dari ekstraselular ini terbagi menjadi cairan interstisial, plasma,
respirasi atau difusi lewat kulit, yang kita sebut dengan cairan serebrospinal, cairan intraokuler, cairan traktus
insensible water loss. gastrointestinal, dan cairan ruang potensial.
Rata-ratahilangnya air oleh difusi lewatkulit mendekati Plasma adalah bagian dari darah yang non selular, yang
300-400 mUhari,jumlah ini juga sama dengan seseorang merupakan bagian dari cairan ekstraselular dan
yang dilahirkan tanpa kelenjar keringat. Dengan kata lain, berhubungan dengan cairan intertisial melalui lubang-
molekul air secara difus menembus sel-sel kulit, yang lubang dalam kapiler secara terus menerus. Volume plasma
dilapisi oleh jaringan tanduk kulit, yang terisi oleh rata-rata 3 liter pada dewasa normal.
kolesterol, bertindak sebagai pelindung terhadap Darah berisi cairan ekstraselular (plasma) dan cairan
hilangnya air oleh proses difusi. intraselular (dalam darah sendiri). Rata-rata volume darah
dewasa normal mendekati 5000 ml, sekitar 3000 ml berupa
plasma dan 2000 ml berupa sel darah. Nilai ini sangat
bergantung dengan jenis kelamin, beratbadan, dan faktor-
Suhu Cuaca Latihan berat faktor yang mempengaruhi volume darah. Secara fisiologis,
normal panas dan lama
jumlah cairan tubuh pada orang dewasa berkisar 45-10 o/o
lnsensible loss:
berat badan (BB), rata- ruta 57o/o, dan bergantung dengan
Kulit 350 350 350
gemuk dan kurusnya seseorang, sedangkan pada anak-
Saluran napas 350 250 650
anak cairan tubuh berkisar 70-80% berat badan, tata-rata
Urin 1400 1200 500
Keringat 100 1400 5000 75%.
Feses 100 100 100
Cairan rubuh terdiri dari :

Total 2300 3300 6500 . Cairanintraselular(CIS) :4}YoBB


(Sumber: Guyton, 1991) . Cairan ekstraselular (CES) : plasma (5% BB) dan cairan
interstisial (15% BB)
. Cairantransselular(CTS) : 1-3%BB
Semua udara yang melalui alat pemapasan mencapai
kelembaban yang jenuh, sampai tekanan uap hampir 47
Unsur-unsur Cairan Ekstraselular
mmHg, sebelum dikeluarkan. Tekananuap udara luaryang
Pada cairan plasma dan cairan interstisial mengandung
terhisap melalui paru-paru biasanya jauh di bawah 47
sejumlah besar ion Na* dan ion Cl, sejumlah besar ion
mmHg, sehingga mengakibatkan rata-rata air yartg hilang
bikarbonat dan sejumlah kecil ion K, Ca*, Mg*t, PO4, SO4
melalui paru berkisar 300-400mltrari. Karena tekanan udara
serta ion asam organik.
luar menurun dengan menurunnya temperatur, hilangnya
air yang melewati paru terbanyak dalam cuaca yang sangat
dingin dan hanya sedikit dalam cuaca yang sangat panas' Unsur-unsur Cairan !ntraselular
Hal ini menerangkan perasaan kering dalam saluran Cairan Intraselular hanya berisi sejumlah kecil Na*, dan Cl-
200 KEGAWAXDARURII|IAN MEDIK DI BIDAI\G ILMU PENYAKIT DALAI\{

dan hampir sama sekali tidak terdapat ion Catt, tetapi akhir menurunkan absorbsi NaCl. Kenaikan elektrolit dan
mengandung sejumlah besar K* dan PO4, dan sejumlah air mengisi usus sehingga timbul diare. Na*K*AIPase dan
kecil Mg* dan ion SO4 . Sel- sel berisi sejumlah besar Naiglukosa cotransporter tak terpengaruh, sehingga
protein, hampir mencapai 4 kali lipat dibandingkan di plasma. reabsorbsi glukosa dan Na* tetap terjadi.
Air bergerak keluar masuk usus sampai tekanan osmotik
Absorpsi Air dan Elektrolit isi usus sama dengan plasma. Isi duodenum
Sejumlah kecil cairan hanya terserap dalam mukosa osmolaritasnya bisa hipotonik atau pun hipertonik
tergantung pada makanan yang dicema, tetapi pada waktu
lambung, tetapi air terserap baik melalui mukosa usus halus
makanan masuk ke jejunum, osmolaritasnya mendekati
dan mukosa usus besar unfuk mengatur naik turunnya
plasma. Osmolaritas dipertahankan sepanjang sisa seluruh
nilai osmotik. Na* berdifusi ke dalam dan keluar usus halus
usus halus, partikel osmotik aktif yang dihasilkan oleh
tergantung dengan naik turunnya konsentrasi. Karena
pencemaan diambil lewat absorpsi dan air mengalir secara
membran lumen usus halus dan usus besar permeabel
terhadap Na*, dan membran basolateral mengandung Na*
pasif keluar dari usus besar mengikuti osmotikyang
Kt AIPase, sehingga Na* aktif diserap. dihasilkan. Dalam usus besar Na dipompakan keluar dan
Dalam usus halus, transportasi Nat, penting untuk air mengalir secara pasifdengannya, sesuai dengan naik
menyerap glukosa, asam amino dan bahan lainnya. Adanya
turunnya osmolaritas.
glukosa dalam dalam lumen usus membantu reabsorbsi Ada beberapa sekresi K ke dalam lumen usus, terutama
Na*. Hal ini merupakan fisiologi dasar pengobatan sebagai komponen mukus, tetapi sebagian terbanyak,
perpindahan K ke dalam usus disebabkan karena difusi.
hilangnyaNa* dan airpada diare denganpemberian larutan
yang berisi glukosa dan NaCl. Begitu juga gandum Ion K dapat juga disekresikan ke dalam kolon. Akumulasi
K dalamkolon adalah akibat ke{a dari HrKtATPase dalam
berguna untuk pengobatan diare.
membran sel lumen kolon bagian distal, dengan hasil akhir
Ion Cl secara nonnal disekresi ke dalam lumen usus
halus oleh saluran Cl- yang diaktivasi oleh siklik AMP.
transportasi K* yang aktif ke dalam sel. Walaupun
Enterosit juga menyerap Na, K, Cl dengan banfuan suatu
demikian, hilangnya cairan di ileum dan kolon pada diare
cotransporter INa* - IK* - 2Cl dalam membran basolateral.
kronik dapat menyebabkan hipokalemi berat.
Jika diet mengandung K tinggi untuk jangka panjang,
sekresi aldosteron meningkatdan lebih banyak K yang
disekresikan ke dalam kolon, dikarenakan pompa Na+ K+
Masukan
AIPase di dalam membran sel, menyebabkan konsentrasi
Sekresi endogen
kenaikan K intraselular dan difusi K dari lumen ke dalam
Kelenjar ludah 1500 ml
membran sel.
Perut 2500 ml
Empedu 500 ml
Pankreas 1500 ml
Usus 1000 ml HOM EOSTASIS DAN PATOFISIOLOGI

7000 ml Untuk keseimbangan cairan tubuh dan elektrolitnya,


Total input 9000 ml mekanisme homeostasis diselenggarakan oleh ;
Reabsorbsi 8800 ml
ileum
a. Ginjal, dengan mekanisme renin-angiotensin,
5500 ml
mempengaruhi tekanan darah
colon 1300 ml
b. Kelenjar anak ginjal, dengan mekanisme aldosteron
8800 ml akan mempengaruhi retensi Na
Balans di tinja 200 ml c. Kelenjar hipofisis, dengan mekanisme ADH, akan
Sumber: (Ganong, 1993) mempengaruhi resorpsi air
d. Paru-paru, dengan mekanisme asidosis-alkalosis untuk
menjaga asam basa
Pada penyakit kolera yang disebabkan oleh vibrio
kholera yang tinggal di lumen usus, menghasilkan suatu
toksin yang mengikat adenosin difosfat ribosilase subunit KLASIFIKASI DEHIDRASI DENGAN MANIFESTASI
G5, menghambat aktivasi GTPase, perubahan ini KLINIS
menyebabkan stimulasi adenilsiklase yang berkepanjangan
dan berakibat kenaikan siklik AMP intraselular. Derajat dehidrasi seseorang berdasarkan defisit berat
Pada diare yang disebabkan Escherichia coli badan, dapat digolongkan sebagai berikut :
menghasilkan toksin yang serupa, di mana akumulasi siklik . Dehidrasi ringan ( defisit < 5%BB)
AMP menaikan sekresi Cl- dari kelenjar intestinal dan Keadaan umum sadar baik, rasa haus +, sirkulasi darah
menghambat fungsi mukosa pembawa Nat, dengan hasil nadi normal, pernapasan biasa, mata agak cekung,
REHIDRASI 201

turgor biasa, kencing biasa. virulensi yang penting yaitu faktor kolonisasi yang
. Dehidrasi sedang ( defisit 5-10% BB) menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada
Keadaan umum gelisah, rasa haus ++, sirkulasi darah usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat
nadi cepat (120-140), pernapasan agak cepat, mata stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan
cekung, turgor agak berkurang, kencing sedikit. elektrolit yang menghasllkan watery diawhea. ETEC
. Dehidrasi berat ( defisit > 10% BB) tidak menyebabkan kerusakan brush border atatt
Keadaan umum apatis/koma, rasa haus +++, sirkulasi menginvasi mukosa.
darah nadi cepat (>140), pernapasan Kussmaul (cepat Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme
dan dalam), mata cekung sekali, turgor kurang sekali, terjadinya diare belum jelas. Didapatinya proses
kencing tidak ada. perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan
dari membrane mikro vili yang akan mengganggu
permukaan absorbsi dan aktivitas disakaridase.
Enteroaggregative E.coli (EASCEC) Bakteri ini melekat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
kuat pada mukosa usns halus dan menyebabkan
perubahan morfologi yang khas. Bagaimana mekanisme
Pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan kelainan
timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin
antara lain :
mungkin memegang peranan.
1. Hematokrit, biasanya meningkat akibat hemokonsentrasi
Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan
2. Peningkatan berat jenis plasma
biokimia mirip dengan Shigella. Seperti Shigella,ElBC
3. Peningkatan protein tota
melakukanpenetrasi danmultiplikasi di dalam sel epitel
4. Kelainan pada analisis gas darah (asidosis metabolik)
kolon.
5. Sel darah putih meningkat (karena hemokonsentrasi)
E n t er o h em o n h agic E. c o I i (EIIEC). EIIEC memproduksi
6. Fosfatase alkali meningkat
verocytotoxir (VT) 1 dar. 2 yang disebut juga
7. Natrium dan kalium masih normal, setelah rehidrasi
Shiga-like toxin yang menimbulkan eddma dan
kalium ion dalam serum rendah
perdarahan difuse di kolon. Pada anak sering berlanjut
menj adi hemolytic-uremic syndrome.
Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi
DIAGNOSIS didalam sel epitel kolon, menyebabkan kematian sel
mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk
Di negara yang sedang berkembang dengan fasilitas kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk'. smooth
laboratorium yang terbatas tidak semua diagnosis etiologi lipopolysaccharide cell-wall antigenyang mempunyai
bisa ditegakkan, sehingga sering kali diagnosis klinis yang
aktivitas endotoksin serta membanfu proses invasi dan
dapat digunakan. Media kultur yang tidak lengkap, hasil toksin (Sfrlga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat
kultur yang tidak tumbuh, sehingga diagnosis klinis lah sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan
yang digunakan. watety diarrhea
Diagnosis etiologi penyebab diare akut atau dehidrasi Campylobacter j eiuni (Helicobacter i ejuni). Manusia
dibagi atas : terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan
(unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan
feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi
1. Virus seperli daging ayam dan air. Kadang-kadang infeksi
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 dapat menyebar melalui kontak langsung person to
- S0%). Beberapa jenis virus penyebab diare akut : person. Cjejuni mungkin menyebabkan diare melalui
. Rotavirus serotype l, 2, 8, dan 9 : pada manusia. invasi kedalam usus halus dan usus besar.Ada 2 tipe
Serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia. toksin yang dihasilkan, yaitu cytotoxin dan heat-
Dan serotype 5,6, danT didapali hanya pada hewan. labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang
. Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.
akrbatfood borne atatwater borne transmisi, dan dapat Vibrio cholerae 0l dan V choleare 0139. Air atau
juga terjadi perr,tlaran person to person.
makanan yang terkontaminasi oleh bakteri ini akan
. Astroviru.s, didapati pada anak dan dewasa menularkan kolera. Penularan melalui person to person
. Adenovirus (qpe 40,41) jarang terjadi . V.choleraemelekat dan berkembang biak
. Small bowel structured virus pada mukosa usus halus dan menghasilkan
' CytomegaloYirus enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera
ini sangat mirip dengan heat-labile toxin (II) dari
2. Bakteri ETEC. Penemuan terakhir adanya enterotoksin yang
. Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktot lain yang mempunyai karakteristik tersendiri, seperti
202 KEGAWATDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

accessory cholera enterotoxin (ACE) dan zonular atrofi villi dengan gejala klinis watety diarrhea dan
occludens toxtn (ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan nyeri abdomen.
sekresi cairan kedalam lumen usus. ' Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon,
. Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi caecum, dan appendix. Infeksi berat dapat menimbulkan
sel epitel usus. Enterotoksin yang dihasilkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen.
menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan mukosa yang - Bakteripatogennoninvasif, antaralain : Escherichia
menimbulkan ulkus, akan teqadi bloo$t diawhea coli, Klebsiella enterobacter, Clostridium
perfringens Staphylococcus aureus, Bacillus cereus
3. Protozoa - Bakteri patogen invasifatau destruktifantara lain:
. Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Salmonella, Yers inia enferocol ifi c a, Campylob acter
Mekanisme patogensis masih belum jelas, tapi jejuni, Vibrio parahemolyticus, Vibrio mimicus,
dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme Wbrio vulviticus, E.coli invasif dan E.coli ettero
asam empedu. Transmisi melalui rute fecal-oral. Interaksi
hemoragik
host-parasite dipengaruhi oleh umur, status nutrisi, - Virus penyebab diare akut : Rofa virus
endemisitas, dan status imun. Didaerah dengan - Protozoa penyebab diare akut '. Giardia lamblia,
endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa Amoeba histolytica
asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau tanpa
malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas rendah,
dapat terjadi wabah dalam 5 8 hari setelah terpapar KOMPLIKASI
dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri
epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai Dehidrasi akibat bakteri patogen noninvasif biasanya
nralabsorbsi dengan fatty stools, nyeri perut dan ringan, namun pada kondisi pasien yang jelek tanpa
gembung. memperoleh rehidrasi yang adekuat dapat menjadi nekrosis
. Entamoeba histolytica. Prevalensi disentri amoeba ini tubular akut hingga bisa menyebabkan kematian yang
bervariasi, namun penyebarannya di seluruh dunia. diakibatkan dengan renjatan hipovolemik. Untuk rehidrasi
Insiden nya mningkat dengan bertambahnya umur, dan sendiri jika tidak mencapai hidrasi normal dapat terjadi
terbanyak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi gagal ginjal akutdan sebaliknyajika terjadi overhidrasi bisa
asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica rron meninggal akibat edemaparu akut.
patogenik (E dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat Dehirasi akibat bakteri patogen invasif biasanya lebih
berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri berat dibanding dengan noninvasif, dan komplikasinya
yang fulminant. semakin berat jika rehidrasinya tidak adekuat, sehingga
. Cryptosporidium. Di negara yang berkembang, bisa menyebabkan gagal ginjal akut dan akan terl'adi edema
cryptosporidiosls 5 - dari kasus diare pada anak.
15o/o
paru akutjika rehidrasi yang berlebihan.
Infeksi biasanya simtomatik pada bayi dan asimtomatik Dehidrasi akibat virus komplikasinya hampir sama
pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis dengan yang disebabkan bakteri, kebanyakan lebih ringan.
berupa diare akut dengan tipe watiry dianhea, ingan Sedangkan dehidrasi yang disebabkan protozoa biasanya
dan biasanya self-limited. Pada penderita dengan lebih akut ataupun kronik tergantung dengan banyak
gangguan sistem kekebalan tubuh seperti pada maupun virulensi protozoa tersebut. Bila jumlahlya banyak
penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan dan virulensinya tinggi selain komplikasinya seperti yang
reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan disebabkan oleh bakteri juga dapat mengakibatkan
resisten terhadap beberapa jenis antibiotik. perforasi usus, peritonitis maupun terjadinya abses secara
. Microsporidium spp emboli pada organ yang terserang.
. Isospora belli
. Cyclospora cayatanensis
PENGOBATAN

4. Helminths Pengobatan dapat dibagi menjadi : rehidrasi ( suportif),


. Strongyloides stercoralls. Kelainan pada mukosa usus pengobatan yang ditujukan etiologinya, pengobatan
akibat cacing dewasa dan larva, menimbulkan diare. spesifik untuk rotavirus, dan pengobatan protozoa
. Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan penyebab diare.
kelainan pada berbagai organ termasuk intestinal
dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan
perdarahan usus.. REHIDRASI
. Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus
halus, terutama jejunum, menyebabkan inflamasi dan Rehidrasi menurut Goldberge E ( 1980)
REHIDRASI
203

Cara I : Skor x 10 %BB ( kg) x 1 liter


. Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis 15
dehidrasi lainnya, maka kehilangan air diperkirukat2%o
dari berat badan pada waktu itu. Rehidrasi menurut Morgan-Watten
. Jika seseorang pada waktu itu sedang berpergian 3-4 Dengan mengukur berat jenis plasma :
hari tanpa air dan ada rasa haus, mulut kering dan
oliguria, maka defisit air diperktraart 6Yo daiberat badan Berat jenis plasma - 1.025 x BB (kg) x 4
pada waktu itu. 0,001
. Bila ada tandatanda di atas ditambah dengan kelemahan
fisik yang nyata, perubahan mental seperti bingung atau
delirium maka defisit air sekitu 7 -|4%berat badan pada
Cara Pemberian
waktu itu.
Bila pasien dapat menelan, air diberikan per oral, kecuali
kalau pasien muntah-muntah. Air j uga diberikan per rektal.
Czra2z Air murni tidak boleh diberikan perinfus dilcarenakan akan
Jika pasien dapat ditimbang tiap hari maka kehilangan berat menyebabkan eritrosit membengkak dan terjadi hemolisis.
badan4 kg pada fase akut sama dengan defisit air 4 liter Oleh karena itu harus diberikan cairan per infus. Puruhito
(19S0) memberikan pedoman sebagai berikut :
Cara3:
Dengan kenyataan konsentrasi natrium dalam plasma
. Ligasi pungsi
berbanding terbalik dengan volume air ekstraselular dengan Infus sebaiknya diberikan pada lengan untuk
pengertian bahwa kehilangan air tidak disertai dengan memudahkan perawatanny a, antara lain vena jugularis
perubahan konsentrasi natrium plasma maka dapat eksterna, vena subklavia, vena basilika, vena sefalika,
vena mediana kubiti, vena dorsalis manus atau pedis,
dihitung dengan rumus :

vena safena magna.


Na2xBW2:NalxBWl Untuk pemasangan central venous catheler (CVC),
Dimana: vena yang dipakai adalah vena jugularis ekstema, vena
Nal : kadarnatriumplasmanormal(l42nBqL) subklavia, vena basilika, vena sefalika, vena inguinalis
BWl : volume air badan normal, biasanya 60% dari BB
.
interna.
pria dan 50% dari BB wanita Urutankerja:
N, : kadar natrium plasma sekarang Lihat etiket pada botol infus, apakah sesuai dengan
BW2 : volume air badan sekarang yang dijadwalkan, lihat kualitas cairan apakah ada
kekeruhan, perubahan wama, partikel kotoran. Jarum
infus yang dipakai sebaiknya yang disposable. Tunry
infus dibersihkan dengan alkohol dan infus set diisi
Gejala klinis Skor dengan cairan infus terisi penuh dan tidak ada udara.
Muntah 1 Kemudian dilakukanpungsi vena di tempatyang dipilih'
Voxs Choleric (Suara serak) 2
I Jarum pungsi difrksasi pada kulit plester, lalu pengaturan
Kesadaran apatis
Kesadaran somnolen, soporous sampai 2 tetesan dibuka sesui dengan jadwal yang diberikan.
koma
Tensi sistolik kurang atau sama dengan 90 Di samping pemberian cairan lewat infus, kita kenal
mmHg pemberian cairan lewat hipodemoklinis pada pasien
Nadi lebih atau sama dengan 120/menit I
dengan penyakit jantung yang tidak memungkinkan
Napas Kussmaul (lebih dari 30/menit) 1

Turgor kulit kurang 1 pemberian lewat per oral atau infus, dengan syarat-syarat
Facies cholerica 2
sebagai berikut :
Ekstremitas dingin 1

Jari tangan keriput(washer hand) 1


1. Cairan harus isotonik dengan plasma. Jika hipertonik
Sianosis 2 akan terjadi retribusi cairan ke jaringan interstisial dan
Umur 50 tahun atau lebih - 1 (negatif) merangsang subkutan
Umur 60 tahun atau lebih - 2 (nesatif)
2. Dekstrosa 5o/o dan air tidak boleh diberikan subkutan
karena akan terjadi difusi glukosa dari jaringan
interstisial ke plasma dan difusi natrium dari plasma ke
Rehidrasi menurut Daldiyono jaringan interstisial.
Daldiyono (1973) mengemukakan salah satu cara
menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial pada
gastroenteritis akuV diare koliform berdasarkan sistem skor Kecepatan Tetesan
(nilai). Biasanya kehilangan cairan dapat dikoreksi dalam2hari.
Jumlah skor dapat dihitung dan dihitung pemberian Setengah kebutuhan diberikan pada hari yang pefiama,
cairan dalam 2jam : dapat per oral, rektal atau infus. Bila kehilangan cairan
204 KEGAWATDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PEITYAKIT DALAM

cukup berat dan pemberian infus terlalu cepat, akan REFERENSI


mengakibatkan intoksikasi air dan kejang, disebabkan sel-
sel otak dengan osmolaritasnya yatg tinggi dibanding Daldiyono H et al., Menghitung jumlah cairan untuk initial rehidrasi
dengan sel-sel lain mengalami edema dengan cepat. Untuk pada gastrointestinal akut/ Choleriform Diarrhea dengan sistem
itu pemberian cairan dengan memperlambatnya dan selalu skore. Naskah Lengkap KOPAPDI, 1973 : 489 - 95
Depkes RI, 2005a, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1216/
diukur kadar natrium serum setelah setengah kebutuhan
MENKES/SK/XIl200l tentang Pedoman Pemberantasan
cairan diberikan.
Penyakit Diare,Edisi ke-4, Jakarta
Depkes RI, 2005b, Rencana Pembangunan Kesehatan Tahun 2005-
2009, Jakarta.
PENGOBATAN PADA ETIOLOGINYA DuPont HL : Guidelines on Acute Infectious Diarrhea in Adults,
American Joumal of Gastroenterology, Yol.92, No.1 1, Novem-
Penggunakan antibiotik terhadap bakteri patogen ber 1997.
Goldfinger SE : Constipation, Diarrhea, and Disturbances of An-
noninvasif, pada umumnya :

. Tetrasiklin 30 mg,&gBB per oral tiap 6 jam, selama 2 hari


orectal Function, 1lr : Braunwald, E, Isselbacher, K.J, Petersdorf,
R.G, Wilson, J.D, Martin, J.B, Fauci AS (Eds) : Harrisonb Prin-
. Trimetoprim 160 mg dan sulfametoksazol 800 mg, per ciples of Internal Medicine, 11Lh Ed. McGraw-Hill Book Com-
or al, 2x.ttai,selama 5 hari pany, New York, 1987, 171 - 80.
Ganong WF Review of Medical Physiology six teenth ed. Pretice
Pengobatan bakteri patogen yang invasif, pada Hall Intemational Inc. Appleton and Lange Simon and Schuster
umumnya selain obat - obat di atas, dapat diberikan juga Business and Professional Group 1993 :434.
kloramfenikol ataupun ampisilin. Pengobatan untuk Ilnyckyj A : Clinical Evaluation and Management of Acute Infec-
Rotavirus, yang spesifik tidak ada, jadi sifat tious Diarrhea in Adult, Gastroenterology Clinics, Volume 30,
pengobatanny a hany a s imtomatik atau suportif. No.3, WB Saunders Company, September 2001.
Sedangkan untuk pengobatan diare yang disebabkan Montgomery L : What is the best way to evaluate acute diarrhea ?,

protozoa adalah Journal of Family Practice, I:une, 2002, From : http.//


. Untuk Giardia lamblia dengan Quinakrin 100 mg, 3xl www.cebmjr2 ox ac.uk/docs/levels html
hari, selama 5 -J ha/,ata.umetronidazol2lO mg, 3x,trari, Pitisuttithum P : Acute Dysentry, DTM&H Course 2002, Faculty of
selama 5-7 hari Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand.
. Unhrk amoebiasis dengan metronidazol 750 mg, 3x{hai,
Puruhito. Dasar-dasar Pemberian Cairan dan Elektrolit pada Kasus

selama 7-10 hari


- Kasus Bedah. Atr Langga Press Surabaya, 1980.
Schiller LR. Diarrhea, Medical Clinics of North America, Vol.84,
No.5, September 2000.
Suthisarnsuntorn U. Bacteria Causing Diaryheal Diseases & Food
PROGNOSIS Poisoning, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical Medi-
cine, Mahidol University, Bangkok, Thailand.
Turgeon DK, Fritsche, T.R. Laboratory Approachs to Infectious
Pada umumnya baik, terutama jika mendapat penanganan
Diarrhea, Gastroenterology Clinics, Volume 30, No.3, WB
cepat, tepat dan adekuat. Kematian terjadi jika mempunyai
Saunders Company, September 2001
penyakit dasar yang berat dan penanganan yang tidak Tantivanich S. Viruses Causing Diarrhea, DTM&H Course 2002,
adekuat. Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok,
Thailand.
Wa:rke CA. Epidemiology and cause o/ diaruhea in developed coun-

REHABILITASI tries,2008 . Uptodate 16.3


Wingate D, Phillips SP, Lewis SJ, et al : Guidelines for adults on self-
medication for the treatment of acute diarrhoea, Alimenl
Terutama bila pasien mempunyai penyakit dasar apalagi Pharmacol Ther, 2001: 15;77 1-82.
lebih dari satu penyakit dan multiorgan seperti pada geriatri.

ASPEK KHUSUS

Penanganan rehidrasi yang terlambat dan tidak adekuat


sering menimbulkan penyulit gagal ginjal, tetapi jarang
yang memerlukan hemodialisis kecuali kalau memang
mempunyai penyakit dasar berat dan lama, misalnya
diabetes melitus.
27
PENATALAKSAN ATN UMUM KOMA
Budiman

PENDAHULUAN orang, merangsang tidur ringan dan ditandai dengan


mudahnya dibangunkan dan persistensi kesadaran pada
Kondisi tidak sadar dan koma merupakan masalah umum periode yang singkat.
dalam kedokteran. Keadaan ini mendominasi unit gawat Vegetative state adalahkondisi tubuh yang sadar tetapi
darurat pada berbagai pelayanan rumah sakit. tidak responsif. Pasien ini sudah bangun dari koma setelah
Ketidaksadaran dan kehilangan kesadaran memiliki periode berhari-hari atau berminggu-minggu, kondisinya
manifestasi klinik dan penjelasan fisiologi yang berbeda, tidak responsif , yaitu kelopak mata yang terbuka,
kendati dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. memperlihatkan bahwa dia dalam keadaan sadar' Dapat
mengunyah, batuk, menelan, sebagaimana gerakan limbus
dan kepala, akan tetapi dengan sedikit respons.
KEADAAN TIDAK SADAR (CONFUSTONAL
srArq
ANATOMI DAN FISIOLOGI KETIDAKSADARAN
Tidak sadar adalah kondisi mental dan perilaku dari
menurunnya pemahaman (comprehensloz), rasionalitas Kesadaran secara kompleks berhubungan dengan korteks
(coherence), dan kapasitas motivasi. Ketidaksadaran, serebral. RAS adalah kelompok agregasi neuron yang
sebagaimana didefinisikan di atas, diawali dengan terletak di atas batang otak dan talamus media,
ketidakmampuan untuk mempertahankan fokus pikiran dan mempertahankan korteks sereberal dalam keadaan
kerja, serta adanya disorientasi. Jika kondisi tidak sadar sadar.
ini memburuk akan terjadi penurunan kesadaran mental Jadi, prinsip dasar terjadinya koma adalah : l)' Luka
secara menyeluruh, termasuk kerusakan dalam ingatan, atau kerusakan pada RAS atau proyeksi ry a; 2). Rusaknya
persepsi, komprehensi, penyelesaian masalah, bahasa' sebagian besar kedua serebral hemisfer; 3). Tertekannya
praksis, fungsi visiospasial dan aspek perilaku emosional fungsi retikulo serebral oleh obat-obatan' toksin, atau
lainnya yang merupakan bagian dari otak. gangguan metabolik seperti hipoglikemia, anoksia,
azotemia, atau kegagalan hati.
Bagian formasi retikular yang penting bagi pertahanan
KOMADAN KELAINAN KESADARAN LAIN kesadaran menyebar dari otak tengah kaudal menuju
talamus bagian bawah. Neuron RAS berdiri pada korteks
Koma adalah keadaan penurunan kesadaran dan respons terutama melalui nukleus penghantar talamik yang
dalam bentuk yang berat, kondisinya seperti tidur yang kemudian mengeluarkan dorongan rangsang pada aktivitas
dalam di mana pasien tidak dapat bangun dari tidumya' korteks serebral keseluruhan. Yang terpenting adalah
Stupor adalah kadar yang lebih rendah dari ketidaksadaran pemahaman bahwa secara anatomi RAS mengontrol fi'rngsi
yang mana pasien dapat bangun hanya dengan rangsangan pupil
kuat, disertai dengan perilaku motorik yang menghindarkan pupil
diri dari ketidaknyamanan atau rangsangan yang maka
mengganggu. Drowsiness, yang biasa terjadi pada setiap padabatang otak bagian atas.

205
206 KEGA\ilATDARURAIAN MEDIK DI BIDAT{G ILMU PENYAKIT DALAM

Koma Akibat Lesi Besar pada Serebral dan sekitar 8 - 10 detik setelah aliran darah berhenti. Ritme
Herniasi EEG menjadi lambat dan ketika kondisi pengiriman substrat
Lubang kranial dipisahkan menjadi kompafiemen oleh memburuk, maka semua aktivitas elekhik otak berhenti.
lipatan (infolding) dura. Herniasi adalah pergeseran Pada sebagian besar ensefalopati metabolik , aktivitas
jaringan otak ke kompartemen yang secara normal tidak metabolik global otak menurun sesuai tingkat
terjadi. ketidaksadaran. Kondisi seperti hipoglikemia,
Herniasi transtentorial uncal. Merupakan impaksi girus hiponatremia, hiperosmolar, hiperkapnia, hiperkalsemia,
temporal media anterior (uncus) ke bagian anterior bukaan dan kegagalan hati dan ginjal, berhubungan dengan
tentorial. Jaringan yang bergeser menekan sarafketiga ketika berbagai perubahan pada neuron dan astrosit. Efek
ia melalui ruang subarachnoid dan mengakibatkan reversibel kondisi tersebut tidak jelas, tetapi mungkin
pembesaran pupil ipsilateral (kemungkinan karena serat para disebabkan oleh gangguan penyediaan energi, perubahan
simpatetik fungsi pupil terletak pada daerah periperal saraf). pada aliran ion di sepanjang membran neuron, dan
Koma yang terjadi merupakan akibat dari tekanan lateral abnormalitas neurotransmiter.
dari otak tengah yang berbenturan dengan sudut tentorial Koma dan kejang adalah penyerta yang biasa terjadi
yatg berseberangan karena pergeseran gyrus akibat ketidakseimbangan sodium dan air dalam skala
parahipokampus. yang besar. Perubahan osmolar ini meningkat karena
adanya gangguan sistemik termasuk di antaranya diabetik
Herniasi transtentorial sentral. Merupakan gerakan ketoasidosis, kadar hiperosmolar nonketotik, dan
simetik ke bawah dari bagian thalamus atas melalui bukaan hiponatremia. Sebagaimana ensephalopati metabolik lain,
tentorial. Tanda utama adalah pupil miotik dan drowsiness. keparahan perubahan neurologik tergantung pada
Herniasi temporal dan sentral dianggap sebagai kecepatan perubahan serum yang terjadi.
penyebab tekanan progresifbatang otak dari atas: pefiama
otak tengah, kemudian pons dan terakhir medulla. Sehingga Koma epileptik. Pengeluaran listrik menyeluruh dan
terjadi tanda neurologis yang berhubungan dengan tingkat berkelanjutan dari korteks (s eizures I kejang) berhubungan
yang terpapar. dengan koma, walaupun tidak ada aktivitas motor epileptik
Bentuk lain adalah hemiasi transfalsial (pergeseran (convulsion). Koma yang terjadi setelah kejang, merupakan
gyrus singulat di bawah falx dan disamping garis tengah) tahap postictal, yang disebabkan oleh kekurangan
dan herniasi foraminal (dorongan ke bawah tonsil serebelar
persediaan energi atau efek molekul toksik lokal yang
ke foramenmagnum). merupakan hasil dari kejang.
Hubungan langsung antara berbagai konfigurasi Koma farmakologis. Ensefalopati jenis ini sangat reversibel
hemiasi transtentorial dan koma, tidak selalu ditemukan. dan tidak menimbulkan kerusakan residual yang
Pergeseran, strukfur otak dalam ke arah manapun oleh menyebabkan hipoksia. Overdosis beberapa obat dan
massa, cukup adekuat untuk menekan bagian RAS, toksin dapat menekan fungsi sistem saraf. Ada pula yang
sehingga terjadi koma. menyebabkan koma dengan mengganggu nukleus batang
Drowsiness dan stupor dapat terjadi dengan otak termasuk RAS dan korteks cerebral.
pengangkatan sedang secara horizontal pada daerah
diencefalon (thalami), sebelum transtentorial atau hemiasi.
Penatalaksanaan. Evaluasi medik yang lengkap dapat
Pada kasus tempaknya massa akut, terdapat hubungan
ditunda kecuali tanda vital, funduskopi, pemeriksaan
konsisten antara tingkat pergeseran horizontal struktur nuchal rigidity sampai evaluasi neurologi dapat
garis tengah dengan tingkat kesadaran. menentukan keparahan dan sebab koma.

. Pergeseran horizontal pineal 3 - 5 mm : drowsiness


Riwayat. Padaberbagai kasus, sebab dari koma akan cepat
. Pergeseran horizontal pineal 6 - 8 mm : stupor
dibuktikan (misalnya. trauma atau serangan jantung).
. mm
Pergeseran horizontal pineal > 9 :koma
kendati demikian, terdapat beberapa hal yang harus
diketahui: 1). kondisi dan kecepatan terjadinya gejala
neurologis; 2). gejala anteseden (confusion, lemah, sakit
Koma dan Kondisi Ketidaksadaran Karena kepala, kejang, pusing, pandangan gatda, atau muntah);
Gangguan Metabolik 3). penggunaan obat-obatan, narkoba, atau alkohol; 4).
Gangguan metabolik mengakibatkan koma dan penyakit hati kronik, ginjal, paru-paru, jantung, dan lain-
mengganggu pengiriman substrat energi (hipoksia, iskemia, lain.
hipoglikemia) atau dengan mengganti eksitabilitas neu-
ron. Neuron cerebral sangat tergantung pada aliran darah
cerebral (CBF:cerebral blood flow) dan berhubungan
Pemeriksaan Umum Fisis
dengan pengiriman oksigen. dan glukosa. Harus segera diperiksa:
Otak menyimpan glukosa untuk energi selama 2 menit Suhu. l). Hipertermia; kemungkinan adanya infeksi
setelah aliran darah terganggu dan oksigen yang tersisa sistemik, meningitis bakterial, atau ensefalitis. Suhu 42o -
PEITATALAKSANAAN UMUM KOMA 207

44" C'. heat stroke atau intoksikasi obat antikolinergik; 2). Sebagian besar penyebab koma adalah karena masalah
Hipotermia; kemungkinan intoksikasi alkohol, barbiturat, medis yang jelas seperli intoksikasi obat, hipoksia, strok,
sedatif, atau fenotiazin, hipoglikemia, kegagalan sirkulasi trauma, atau gagal hati dan ginjal. Kondisi yang
periferal, atau hipotiroid, dan suhu < 3 l'C. menyebabkan koma mendadak, misalnya minum obat,
perdarahan serebral, trauma. serangan janfung, epilepsi,
Denyut nadi. Takipnea yang disebabkan oleh asidosis atau
atau emboli arteri basilar. Koma subakut biasanya akibat
pneumonla
riwayat masalah medis atau neurologis sebelumnya. seperli
Pola pernapasan. Pola pemapasan tidak teratur berindikasi lumor atau infark serebral.
adatya gangguan batang otak
Penyakit serebrovaskular merupakan penyebab terbesar
Tekanan darah. 1). Hipertensi: ensefalopati hipertensi atau kejadiankoma.
peningkatan cepat tekanan intrakanial; 2). Hipotensi: koma . Perdarahan gangliabasal dan talamik (onset akuttetapi
karena intoksikasi alkohol, barbiturat, perdarahan interrral, tidak instan, muntah, sakit kepala, hemipegia, dan tanda
infark miokard, sepsis, krisis hipotiroid atau penyakit tertentu pada mata)
Addison. . Perdarahan pontin (onset mendadak, pupil terlihat,
gerakan refleks mata hilang, dan respon komea, okular
Pemeriksaan funduskopi mendeteksi. Perdarahan
naik turun, posturing, hiperventilasi, dan keringat
subaraknoid, ensefalopati hipertensif, dan peningkatan
berlebih)
tekanan intrakranial (edema papil ).
. perdarahan serebelar (sakit kepala oksipital, muntah,
Petekiae mendeteksi trombotik trombositopenik pur-
gaze paresis, dan tidak dapat berdiri)
pura, meningokoksemia, atau diatesis pendarahan.
. trombosis arteri basilar (neurologic prodome atatt
warning spells, dtplopia, disartria, muntah, gangguan
gerakan mata dan respon kornea, dan paresis asimetris
KADAR TERJAGAAN (AROUSAI) DAN GERAKAN
tungkai dan lengan).
YANG DIHASILKAN . perdarahan subaraknoid (komapresipitus sesudah sakit
kepala dan muntah).
Jika pasien tidak terangsang oleh suara yang keras,
stimulus yang intensif dan semakin kuat dapat digunakan Apabila riwayat dan pemeriksaan fisik tidak
untuk menentukan besarnya terjagaan dan respons menunjukkan penyebab terjadinya koma, maka diperlukan
motorik optimal pada setiap sisi tubuh. Hasilnya dapat pindaian CT atau MRI. Sebagian besar penyebab klinis
bervariasi dari menit ke menit dan sangat diperlukan dari koma dapat diketahui tanpa pindaian neurologis.
pemeriksaan beruntun. Misalnya dengan menggelitik
lubang hidung, menggunakan tangan unhrk mengeluarkan
rangsangan yang salah.
Refleks Cahaya Pupil

Refleks Batang Otak


Penilaian fungsi batang otak sangat penting untuk
mengetahui lokasi lesi pada koma. Refleks yang dinilai
biasanya respons pupil pada cahaya, gerakan mata
spontan dan keluar, respons kornea, dan pola pernapasan.
Jadi, ketika aktivitas batang otak terdeteksi, terutama
reaksi pupil dan gerakan mata, maka koma dinyatakan
sebagai penyakit hemisfer bilateral.

PENEGAKAN DIAGNOSIS KOMA

Penyebab koma secara umum dikategorikan menjadi 3


(tiga) konsep:l). Tanpa tanda-tanda neurologis yang
penting, misalnya. ensefalopati metabolik; 2). Sindrom
meningitis, dengan kategori demam atau leher kaku dan
adanya keluaran sel pada cairan spinal, misalnya.
meningitis bakterial, perdarahan subaraknoid; 3). Dengan
tanda-tanda penting yang biasa terjadi, misalnya strok,
perdarahan serebral. Gambar 1. Pemeriksaan refleks batang otak pada koma
208 KEGAWATDARURATAI\ MEDIK DI BIDANG ILMU PEITYAKIT DALAM

Kematian Otak Pemberian cairan hipotonik intravena harus dilakukan


Kematian otak terjadi akibat terhentinya aliran darah dengan hati-hati pada semua gangguan serius otak karena
serebral, hasil dari hilangnya fungsi otak secara global berpotensi terjadi edema serebri. Luka pada tulang servikal
sementara itu pemapasan dipertahankan dengan alat dan harus diperhatikan, terutama jika akan dilakukan intubasi
jantung terus dipompa. Kerusakan otak ini merupakan jenis atau evaluasi respons okulosefalik. Sakit kepala dengan
yang dapat dikatakan sama dengan kematian. demam dan meningismus merupakan tanda dibutuhkannya
Diagnosis kematian otak, terdiri dari beberapa elemen pemeriksaan cairan serebrospinal unfuk mendiagonsis
penting: 1). kerusakan batang korteks yang luas, yang meningitis. Jika penekanan lumbal terlambat dilakukan
ditunjukkan dengan koma yang dalam (tidak responsif karena suatu hal, maka harus segera diberikan antibiotik
terhadap semua bentuk rangsangan); 2). kerusakan seperti sefalosporin generasi ketiga, terutama setelah
menyeluruh batang otak, yang ditunjukkan dengan pupil diambil kultur darah.
tidak bereaksi terhadap cahaya dan hilangnya refleks
Glasgow Coma Scale (GCS). Pertama kali diperkenalkan
okulovestibular dan kornea; 3). kerusakan medulla yang
pada tahun 1974 oleh Teasdale dan Jennett, sebagai alat
disebabkan oleh apnea komplet.
bantu dalam asesmen klinis kondisi ketidaksadaran.
Denyut nadi tidak bervariasi dan tidak respons pada
Kemudian GCS digunakan secara luas untuk mengukur
atropin. Biasanya terjadi diabetes insipidus, tetapi terjadi
pasien individual, membandingkan efektifitas pprawatan,
beberapa jam atau hari setelah kematian otak. Pupil
dan faktor menentukan prognosis. GCS telah digunakan
membesar berukuran sedang. Refleks tendon tidak
pada berbagai sistem klasifikasi trauma dan penyakit kritis.
diperlukan karena tulang belakang tetap berfungsi.
Tes apnea dapat dilakukan dengan aman, dengan Glasgow Coma Scale terdiri dari nilai dengan kisaran 3 -
menggunakan difusi oksigenisasi (ventilator dilepaskan). 15, yang merupakan kisaran tingkat ketidaksadaran pasien
Kemudian dilengkapi dengan preoksigenisasi 100% trauma atau kritis (Tabel 1). Skala dihitung dengan cara
oksigen. Tekanan CO, meningkat sekitar 0.3 sampai 0.4 penjumlahan semua nilai respon.
kPa/menit (2 - 3 mmHg/menit) selama apnea. Beberapa
E+M +Y: 3 sampai dengan 15
menit pada akhir observasi, PCO, arterial minimal sebesar
> 6.6 sampai 8.0 kPa (50 60 mmHg).
- Penjumlahan nilai respons merupakan asesmen tingkat
kategori ketidaksadaran pasien, yang terbagi menjadi:
. Ringan : l3 - 15 poin
Penatalaksanaan . Moderat:9-l2poin
Tujuan utama adalah mencegah kerusakan sistem saraf . Berat:3-8poin
yang lebih parah. Kondisi hipotensi, hipoglikemia, . Koma: nilai< 8 poin
hiperkalsemia, hipoksia, hiperkapnia, dan hipertermia harus
segera diperbaiki. Pada pasien drowsy yang bernapas
secara noflnal, diperlukan pengawasan agar oropharyngeal
airway tetap terbuka. Intubasi trakeal diperlukan. apabila
terjadi apnea, obstruksi saluran napas atas, hipoventilasi, Eye Opening Spontan: terbuka dengan 4 poin
Response (E) kedipan pada garis dasar
emesis, atau jika terjadi aspirasi karena koma. Diperlukan Terbuka pada perintahverbal, 3 poin
ventilasi mekanik jika terdapat hipoventilasi atau bicara, atau jeritan
kebutuhan untuk merangsang hipokapnia untuk Terbuka pada rasa sakit, tidak 2 poin
terlihat pada wajah
menurunkan ICP. Dilakukan suntikan intravena dan Tidak ada respons 1 poin
diberikan nalokson dan dekstrosa jika terjadi overdosis Respons Melakukan gerakanyang 6 poin
narkotika dan hipoglikemia; tiamin diberikan bersama Motorik (M) diperintahkan
dengan glukosa untuk menghindari terjadinya penyakit Gerakan karena rangsang rasa 5 poin
sakit (rasa sakit lokal)
Wemicke pada pasien malnutrisi. Pada kasus trombosis Tidak merasakan sakit 4 poin
basilar dengan iskemia batang otak, digunakan heparin Fleksus tidak normal, 3 poin
intravena atau obat trombolitik, jika tidak terdapat decofticate posture
Respons ekstensor (rgtrd), 2 poin
perdarahan serebral. Penggunaan fisostigmin untuk decerebrate posture
membangunkan pasien overdosis obat antikolinergik, Tidak ada respons 1 poin
harus diberikan oleh dokter konsulen dan dengan Respons Terorientasi 5 poin
pengawasan yang ketat. Banyak dokter yang berpendapat Verbal (V) Pembicaraan membingungkan, 4 poin
tetapi dapat menjawab
bahwa obat tersebut hanya boleh digunakan pada pasien pertanyaan.
overdosis antikolinergik yang berhubungan dengan Respons tidak jelas, kata-kata 3 poin
jelas
aritmia j antung. Penggunaan antagonis benzodiazepin
Kata-kata meracau 2 poin
memiliki prospek untuk perbaikan setelah overdosis obat Tidak ada respons 1 poin
soporifik dan bermanfaat untuk ensefalopati hepatik.
PENAf, ALAKSTANAAN UMUM KOMA 209

Berbagai cara pengukuran lain telah dikembangkan otak. Hilangnya gelombang kortikal pada potensi teqaga
untuk mengatasi kekurangan GCS. Salah satu somatosensori merupakan indikator prognosis koma yang
kekurangannya adalah kegagalan dalam mengukur refleks buruk.
batang otak Pengukuran ini juga memiliki bias numerik
dalam menghitung respons motorik. Masalah yang
bekembang sekarang ini adalah penggunaan GCS pada REFERENSI
pasien intubasi. Beberapa pendekatan lain digunakan
untuk pasien tersebut. Bartiett D. The coma cocktail: indications, contraindications,
Kendati banyak kekuranganrya, Glasgow Coma Scale adverse effects, proper dose, and proper route. J Emerg Nurs
2004;6:30
masih digunakan secara luas untuk mengukur
Fukuda N, Tanizawa Y Progress in diagnosis of and therapy for
ketidaksadaran.
hypoglycemic coma in patients with well-controiled diabetes.
Nippon Naika Gakkai Zasshi. 20O4;8:93.
Gerber CS. Understanding and managing coma stimulation: are we
PROGNOSIS doing everything we can? Crit Care Nurs Q. 2005:2:28.
Kochanek PM, et al. Therapeutic hypothermia for severe

Dampak koma adalah dibutuhkannya perawatan jangka traumatic brain injury. JAMA. 2003;22:289.
Michelson DJ, S Ashwal. Evaluation of coma and brain death. Semin
panjang. Vegetative slale persisten memiliki prognosis
Pediatr Neurol. 2004;2:11.
yang buruk. Prognosis lebih baik dapat terjadi pada Nayana PP, TV Serane, et al. Long-term outcome in coma. Indian
kelompok anak-anak dan remaja. J Pediatr. 2005;4:12.
Koma metabolik memiliki pronosis yang lebih baik Ropper AH. Acute confusional states and coma. In: Kasper DL, et
dibandingkan dengan koma traumatik. Segala pendapat al, eds. Harrison's principles of internal medicine. 16'h edition.
mengenai prognosis pada orang dewasa, sebaiknya hanya New York: McGraw-Hill; 2005.
berupa perkiraan, dan keputusan medis seharusnya Shaffer L, et al. Case report: can mild head injury cause ischaemic
stroke? Arch Dis Chiid. 2003;88.
disesuaikan dengan faktor-faktor seperti usia, penyakit
Stembach GL. The Glasgow coma scale J Emerg Med. 2000;1:19.
sistemik yang ada, dan kondisi medik secara keseluruhan. Wang JT, et al. Prognostic value of evoked responses and event-
Informasi prognosis dari banyak pasien dengan luka di related brain potentials in coma. Can J Neurol Sci. 2004;4:31.
kepala, dapat dilakukan dengan Glasgow Coma Scale; Waterhouse C. The Glasgow Coma Scale and other neurological
secara empiris, pengukuran ini dapat memprediksi trauma
28
SINKOP
Kasim Rasjidi, Sally Aman Nasution

PENDAHULUAN disebabkan oleh masalah kardiak. Sedangkan pada


kelompok dengan kejadian sinkop yang berhubungan
Berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn dan dengan persarafan termasuk hipotensi ortostatik dan
koptein, yang artinya memutuskan. Sehingga definisi dari sinkop yang berhubungan dengan obat-obatan, tidak
sinkop tersebut adalah kehilangan kesadaran dan kekuatan menunjukkan peningkatan tingkat mortalitas.
postural tubuh yang tiba-tiba dan bersifat sementara,
dengan konsekuensi terjadi pemulihan spontan.
Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat penumnan KLASIFIKASI
aliran darah ke sistem aktivasi retikular yang berlokasi di
batang otak, dan akan membaik tanpa membutuhkan terapi Penyebab sinkop dapat diklasifikasikan dalam enam
kimiawi maupun elektnk. kelompok utama yaitu vaskular, kardiak, neurologik-
Kebanyakan individu yang pernah mengalami pingsan serebrovaskular, psikogenik, metabolik dan sinkop yang
(terutama sinkop vasovagal) tidak mencari pertolongan tidak diketahui penyebabnya. Kelompok vaskular
dokter sehingga prevalensi dari sinkop tersebut sulit merupakan penyebab sinkop terbanyak kemudian diikuti
ditentukan. Diperkirakan sepertiga dari orang dewasa oleh kelompok kardiak.
pernah mengalami paling sedikit sekali episode sinkop
selama hidupnya.. Di Amerika dikatakan bahwa t 3Yo dari
kunjungan pasien di gawat darurat disebabkan oleh
Penyebab Vaskular dari Sinkop
kejadian sinkop, dan merupakan6Yo darialasan seseorang
Dibagi dalam beberapa kelompok gangguan vaskular
seperti kelainan anatomik (subclavian steal syndrome),
datang ke rumah sakit. Angka rekurensi dalam pemantauan
ortostatik (insufisiensi otonom, idiopatik, hipovolemia dan
selama 3 tahun lebih kurang34Yo. Pada studi Framingham
mengenai kejadian sinkop dilakukan pemeriksaan sekali
akibat induksi obat-obatan) serta diakibatkan refleks
(hipersensitivitas sinus karotis, sinkop yang dimediasi
dalam dua tahun yang melibatkan 7814 individu, dilaporkan
persarafan, sinkop glossofaringeal, situasional pada
bahwa insidens sinkop pertama kali terjadi 6,211000 or-
keadaan batuk, mengunyah atau berkemih serta keadaan
angltahun. Sedangkan biaya yatg dikeluarkan untuk
sensitif terhadap adenosin).
melakukan evaluasi dan pengobatan pasien dengan sinkop
tersebut dapat mencapai US $ 800 juta. Pasien yang Hipotensi ortostatik. D efi ni si hipotensi ortostatik adalah
mengalami episode sinkop akan mengalami penurunan apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg
kualitas hidup mereka. Prognosis dari sinkop sangat atau tekanan darah diastolik 10 mmHg pada posisi berdiri
bervariasi tergantung dari diagnosis etiologinya. Sebagai selama 3 menit . Pada saat seseorang dalam posisi berdiri
contoh pada studi Framingham tersebut, individu yang sejumlah 500-800 ml darah akan berpindah ke daerah
mengalami sinkop termasuk sinkop yang tidak diketahui abdomen dan ekstremitas bawah, sehingga berakibat
penyebabnya mempunyai tingkat mortalitas yang lebih terjadinya penurunan besar volume darah balik vena secara
tinggi dibandingkan yang tidakpernah mengalami episode tiba-tiba ke jantung. Penurunan besar volume ini akan
sinkop. Pada pengamatan dikatakan bahwa tingkat mengakibatkan penurunan curah jantung dan stimulasi
morlalitas tertinggi ditemukan pada kasus sinkop yang pada aorta, karotis dan baroreseptor kardiopulmonal yang

210
SINKOP 2tt

akan mencetuskan peningkatan refleks simpatis. Hasil akhir Sinkop yang dimediasi persarafan. Ada beberapa sindrom
yang ditemukan adalah keadaan di mana te4adi peningkatan sinkop yang dimediasi refleks di antaranya adalah
denlut jantung, kontraktilitas otot jantung dan resistensi hipersensitivitas sinus karotis, sinkop yang dimediasi
vaskular unfuk mempertahankan tekanan darah sistemik persarafan, sinkop glossofaringeal, situasional (batuk,
menjadi stabil. mengunyah dan berkemih) serta sensitif terhadap
Kondisi hipotensi ortostatik ini dapat asimtomatik tetapi adenosin. Pada setiap kasus refleks timbul akibat pencetus
dapat pula menimbulkan gejala-gejala seperti kepala terasa $tada afferent limb) datrespon(pada efferent limb). Al<tbat
ringan, pusing, gangguan penglihatan, lemah, berdebar, dari refleks tersebut akan timbul peningkatan aktivitas
gemetar dan sinkop. Sinkop yang terjadi setelah makan, vagal dan umpan balik pada simpatis perifer sehingga
terutama pada usia lanjut disebabkan oleh redistribusi terjadi bradikardi, vasodilatasi dan pada akhirnya hipotensi,
darah ke usus. Penurunan tekanan darah sistolik sebanyak presinkop atau sinkop. Penyebab refleks yang paling sering
20 mmHg tata-rata satu jam setelah makan terjadi pada adalah hipersensitivitas sinus karotis dan hipotensi yang
sekitar seperliga populasi usia lanjut yang berada di rumah dimediasi persarafan.
perawatan. Walaupun sering tidak bergejala tetapi dapat Pencetus yang khusus dari masing-masing keadaan
mengakibatkan gejala kepala terasa ringan bahkan sinkop. misalnya pada sinkop akibat berkemih disebabkan oleh
Penyebab lain terjadinya hipotensi ortostatik adalah aktivasi mekanoreseptor pada kandung kemih. Sinkop
obat-obatan terutama yang mengakibatkan terjadinya akibat defekasi timbul akibat input neural dari reseptor
deplesi volume atau vasodilatasi. Populasi usia lanjut tekanan pada dinding usus, sedangkan sinkop akibat
merupakan kelompok yang rentan dengan efek hipotensif mengunyah timbul akibat impuls saraf aferen yang berada
obat-obatan akibat penurunan sensitivitas baroreseptor, di saluran cerna bagian atas.
berkurangnya aliran darah serebral, renal sodiumwasting
dan gangguan mekanisme haus akibat proses penuaan. Penyebab Kardiak dari Sinkop
Di antara obat-obatan yang sering menyebabkanhipotensi Sinkop yang disebabkan oleh masalah kardiak merupakan
ortostatik adalah: penyebab kedua tersering dari sinkop tersebut, meliputi
. diuretika 10-20% atau seperlima dari seluruh kejadian. Sinkop yang
. penghambat adrenergik alfa misalnya : terazosin disebabkan kardiak ini akan menyebabkan risiko moftalitas
. penghambat saraf adrenergik misalnya : guanetidin yang lebih tinggi dibandingkan kasus yang tidak
. penghambatACE mempunyai dasar kelainan jantung. Pasien dengan sinkop
. antidepresan : MAO Inhibitor kardiak ini mempunyai risiko kematian tertinggi dalam 1
. alkohol sampai 6 bulan. Tingkat mortalitas dalam I tahun perlama
. penghambat ganglion misalnya : heksametonium, 18-33yo, dibandingkan dengan sinkop yang bukan
mekamilamin disebabkan kelainan kardiak yaitu 0-l2oh, bahkan pada
. tranquilizermisalnya: fenotiazin,barbiturat sinkop tanpa sebab yang jelas hanya kira-kira 6oh.
. vasodilator : prazosin, hidralazin, penghambat saluran Demikian pula dengan angka kematian mendadak yang
kalsium lebih tinggi pada populasi yang mempunyai kelainan dasar
. obat hipotensif yang bekerja sentral misalnya : kardiak.
metildopa, clonidin.
Aritmia. Sinkop akibat irama jantung yang tidak beraturan
Hipotensi ortostatik juga dapat disebabkan oleh paling sering disebabkan oleh keadaan takiaritmia
penyebab neurogenik yang digolongkan dalam gangguan (ventrikular atau supraventrikular) atau bradiaritmia.
primer dan sekunder. Gangguan atau kelainan primer Takikardia ventrikel merupakan keadaan takiaritmia yang
biasanya idiopatik, sedangkan kelainan sekunder biasanya paling sering menyebabkan sinkop. Takikardia
berhubungan dengan zat biokimiawi tertentu atau kelainan supraventrikular juga merupakan penyebab sinkop yang
struktur yang merupakan bagian dari sindrom terlentu. cukup sering, walaupun sebagian besar penderita
Salah satu contoh adalah postural orthostatic tachycardia mempunyai keluhan yang lebih ringan seperti berdebar,
syndrome (POTS) adalah salah satu bentuk ringan dari sesak napas dan kepala terasa ringan. Bradiaritmia juga
gangguan otonom kronik dan intoleransi ortostatik ini dapat menyebabkan terjadinya sinkop termasuk sick slners
ditandai dengan gejala-gejala yaitu peningkatan denyrt syndrome dan blok atrioventrikular. Contoh yang spesifik
jantung sebanyak 28 kali/menit atau lebih tanpa diikuti misalnya sinus arrest, fibrilasi atrial dengan respons
perubahan bermakna dari tekanan darah selama 5 menit ventrikel yang sangat cepat melalui jalur aksesori pada
dalam posisi berdiriatatupright tilt. POTS ini diakibatkan pasien dengan sindrom Wolff-Parkinson-White dan
oleh kegagalan vaskular perifer sehingga terjadi takikardia ventrikel monomorfik yang menetap. Sedangkan
vasokonstriksi. Dapat pula terjadi akibat sinkop yang padapasien dengan blokjantung komplit dapat mengalami
berhubungan dengan hipotensi yang dimediasi episode sinkop yang membaik sendiri pada saat terjadinya
persarafan. curah jantung yang tidak efektif akibat takiaritmia ventrikel
212 KEGAWTfi)ARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

atau episode asistol sementara (pada serangan stokes- menyebabkan obstruksi pada pengisian ventrikel dan
Adams). terjadi sinkop.
Satu bentuk dari takikardi ventrikel polimorfik adalah
Penyebab neurologik/serebrovaskular dari sinkop.
Torsade de pointes yang terjadi pada pasien dengan
Penyebab neurologik dari sinkop termasuk migrain, kejang,
repolarisasi ventrikel yang memanjang (sindrom QT
malformasi Amold-Chiari dan TIA (Transient Ischemic
memanjang atau Long QT syndrome /LQTS), tetapi
Attack) yang ternyata cukup mengejutkan karena
mempunyai jantung yang secara stmktural normal. LQTS
merupakan < l\yo sebagai penyebab sinkop secara
dapat terjadi akibat penyakit dasar yang didapat ataupun
keseluruhan. Kebanyakan individu yang mengalami sinkop
kongenital misalnya pada keadaan hipokalemia atau
akibat kelainan neurologik seringkali mengalami kejang,
terpapar obat-obatan tertentu. Tbrsade de pointes dalam
daripada hanya episode sinkop saja.
perkembangannya dapat menjadi fibrilasi ventrikel. Maka
Kelainan neurologi yang terjadi seringkali mirip dengan
seseorang dengan LQTS mempunyai risiko mengalami
sinkop yaitu terdapatnya gangguan atau hilangnya
sinkop atau bahkan kejang (akibat hipoksia serebral sesaat)
kesadaran seseorang. Keadaan ini termasuk iskemi serebral
dan yang lebih fatal adalah kematian mendadak. Kelainan
sementara (biasanya pada daerah vertebrobasiler), migrain
kongenital lain yang berpotensi mengakibatkan gangguan
(daerah arteri basiler), epilepsi lobus temporal, kejang
aitmiayang fatal adalah sindrom Brugada (elevasi segmen
atonik dan serangan kejang umum. Pada gangguan
ST di daerah prekordial V,, V, dan V, yang sering disertai
neurologi yang berhubungan dengan nyeri hebat seperti
blok berkas cabang kanan inkomplit maupun komplit),
neuralgia trigeminal atau glosofaringeal, kehilangan
takikardi ventrikel polimorfik akibat katekolaminergik
kesadaran biasanya disebabkan sinkop vasovagal.
familial serta displasia ventrikel kanan yang berhubungan
dengan aritmia ventrikel. Pada kardiomiopati hipertrofi, Penyebab metabolik/lain-lain dari sinkop. Penyebab
akibat hipertrofi kardiak yang terjadi dapat menyebabkan metabolik pada sinkop sangat jarang,hatya kira-kira 5%
kematian mendadak karena takiaritmia ventrikel menetap. dari seluruh episode sinkop. Gangguan metabolik yang
Penjelasan lain dari sinkop yang dapat terjadi adalah tipe seringkali menjadi penyebab sinkop tersebut adalah
obstruktif di mana terdapat gradien intraventrikular. hipoglikemi, hipoksia dan hiperventilasi. Sinkop akibat
Pada pengguna pacu jantung dan ICD (Implantable hipoglikemi adalah hilangnya kesadaran yang
Cardiac Defibrillalor) yang mengalami gangguan fungsi berhubr.rngan dengan kadar gula darah di bawah 40 mgldL
dapat menyebabkan terjadinya sinkop. Individu pengguna dan disertai gejala tremor, bingung, hipersalivasi, keadaan
ICD misalnya, apablla terjadi takiaritmia ventrikel yang hiperadrenergik dan rasa lapar. Hipoglikemi selalu harus
cepat dan dapat diatasi dengan alat tersebut, sinkop masih dipikirkan pada pasien dengan diabetes melitus yang
mungkin dapat terjadi, hal ini tergantung dari lamanya mendapatkan terapi insulin atau obat hipoglikemik oral.
keadaan hipotensi akibat proses terminasi dari takiaritmia Penting diperhatikan bahwa sinkop akibat hipoglikemi
tersebut. Sehingga penting sekali mendapatkan berbeda dengan sinkop pada keadaan lain yaitu tidak
keterangan mengenai ICD yang dipergunakan terutama berhubungan dengan hipotensi, bahkan pada saat pasien
apabila terdapat episode sinkop tersebut. dalam posisi terlentang. Hipoadrenalism yang dapat
menyebabkan terjadinya hipotensi postural akibat sekresi
Struktur anatomi jantung. Kelainan anatomi jantung yang
kortisol yang tidak adekuat, merupakan penyebab penting
dapat menyebabkan sinkop termasuk stenosis valvular
episode sinkop yang dapat diobati. Keadaan ini harus
(aorta, mitral, pulmonal), disfungsi katup protesa atau
dipikirkan pada individu yang mendapatkan terapi steroid
hombosis, kardiomiopati hiperfrofft, emboli paru, hipertensi
jangka panjang dan tiba-tiba menghentikannya atau bila
pulmonal, tamponade jantung dan anomali dari arteri
sudah terdapat stigmata insufisiensi adrenal.
koroner. Sinkop pada stenosis aorta terjadi saat aktivitas
ketika terjadi obstruksi katup menetap dan menghambat
peningkatan curahjantung sehingga timbul dilatasi vaskular
pada otot-otot skeletal yang bergerak. Sinkop dapat terjadi
UJIDIAGNOSTIK
saat aktivitas atau latihan tersebut bahkan sesaat
Mengetahui penyebab pasti dari sinkop seringkali
setelahnya. Sinkop juga dapat terjadi pada saat istirahat
merupakan sesuatu keadaan sulit yang menantang. Hal
pada stenosis aorta bila ditemukan keadaan takiaritmia
ini disebabkan oleh karena kejadian sinkop tersebut terjadi
paroksismal atau bradiaritmia yang timbul bersamaan
secara sporadis dan jarang, sehingga sulit untuk dapat
dengan abnormalitas katup ini.
melakukan pemeriksaan fisis ataupun membuat rekaman
Diseksi aorta, subclavian steal syndrome, disfungsi
jantung saat kejadian sinkop tersebut.
berat ventrikel kiri dan infark miokard merupakan penyebab
penting lain dari sinkop kardiak. Pada usia lanjut, sinkop
dapat merupakan tampilan dari infark miokard akut. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Miksoma atrial kiri atau trombus pada katup protesa yang Pada saat sinkop kehilangan kesadaran terjadi akibat
menutupi katup mitral selama fase diastolik akan berkurangnya perfusi darah di otak. Penting sekali
SINKOP 213

diketahui riwayat kejadian di saat-saat sebelum terjadinya predisposisi, keadaan yang memberatkan, gejala ikutan dan
sinkop tersebut untuk menentukan penyebab sinkop serta pasien mengalami episode sinkop berulang dalam beberapa
menyingkirkan diagnosis banding yang ada. Dari tahun.
anamnesis harus ditanyakan riwayat pasien secara teliti Beberapa penyebab terjadinya kehilangan kesadaran
dan seksama, sehingga dari riwayat tersebut dapat yang paling sering ditemukarr antara lain : l). Serangan
menggambarkan kemungkinan penyebab sinkop tersebut Stokes-Adam misalnya, keadaan asistol sementara atau
atau dapat sebagai petunjuk untuk strategi evaluasi pada fibrilasi ventrikel pada blok atrioventrikular ; 2). Aritmia
pasien. Gambaran klinis yang muncul pada setiap pasien Jantung lain, atau 3). Kejang (misalnya petit mal pada
sangat penting untuk diketahui terutama faktor-faktor yang epilepsi). Kemungkinan bahwa hal-hal tersebut di atas
dapat merupakan predisposisi terjadinya sinkop beserta merupakan penyebabnya harus dipikirkan apabila
akibatnya. kehilangan kesadaran tersebut teg'adi tiba-tiba dan lamanya
Hal-hal penting untuk ditanyakan pada saat berkisar anlara I sampai 2 detik. Kejadian yang gradual
anamnesis tercantum pada Tabel 1. Sebaiknya semua hal atau bertahap kemungkinan disebabkan oleh sinkop
yang tercantum ditanyakan secara teliti dan seksama. vasodepresor, misalnya pingsan pada umumnya atau
Selain berguna untuk diagnostik, mengetahui riwayat sinkop akibat hiperventilasi atau hal lain yang lebihjarang
kejadian juga dapat merupakan strategi untuk evaluasi. adalah hipoglikemia.
Sebagai contoh, penyebab kardiak sangat mungkin Pada pemeriksaan fisis, gambaran klinis dan tampilan
dipikirkan apabila sinkop didahului dengan keluhan pasien sangat penting diketahui. Pemeriksaan-pemeriksaan
berdebar-debar, atau sinkop terjadi pada posisi terlentang yang meliputi tanda-tanda sistem kardiovaskular,
ataupada saat selama melakukan latihan hsik. pemeriksaan neurologis serta gejala-gejala terdapatnya
Sebaliknya, mekanisme mediasi oleh persarafan sangat hipotensi ortostatik harus dilakukan pada pasien dengan
mungkin menjadi penyebab apabila terdapat faktor-faktor sinkop. (Tabel2)
Rekomendasi klas I untuk diagnosis berdasarkan
evaluasi awal (anamnesis, pemeriksaan fisis, pengukuran
tekanan darah ortostatik dan elektrokardiogram, maka
diagnosis penyebab sinkop pada keadaan-keadaan :
Pertanyaan-pertanyaan seputar keadaan saat sebelum
serangan Sinkop vasovagal : bila terdapat kejadian-kejadian yang
- Posisi (duduk, terlentang atau berdiri) memberatkan seperti rasa takut, nyeri hebat, stres emosi,
- Aktivitas (istirahat, perubahan posisi, sedang atau berdiri lama yang timbul dengan gejala prodromal tipikal
sehabis melakukan latihan fisik, sedang atau sesaat
setelah berkemih, buang air besar, batuk atau menelan) Sinkop situasional : bila sinkop terjadi selama atau segera
- Faktor-faktor predisposisi (misalnya tempat ramai atau
panas, berdiri dalam waktu lama, saat setelah makan) setelah berkemih, defekasi, batuk atau mengunyah
dan faktor yang memberatkan (misalnya ketakutan, nyeri
hebat, pergerakan leher) Sinkop ortostatik : bila diketahui terdapat hipotensi
Pertanyaan-pertanyaan mengenai saat terjadinya serangan
ortostatik dan berhubungan dengan kejadian sinkop atau
- Mual, muntah, rasa tidak enak di perut, rasa dingin, pre-sinkop. Pengukuran tekanan darah ortostatik dilakukan
berkeringat, aura, nyeri pada leher atau bahu, setelah pasien berbaring terlentang selama 5 menit.
penglihatan kabur
Pengukuran diteruskan setelah 1 atau 3 menit berdiri dan
Pertanyaan-pertanyaan mengenai serangan yang terladi
tetap diteruskan pengukurannya bila tekanan darah masih
(saksi mata)
- Bagaimana cara seseorang tersebutjatuh (merosot atau menurun dalam 3 menit. Bila pasien tidak dapat berdiri lama,
berlutut), warna kulit (pucat, sianosis, kemerahan), tekanan darah sistolik terendah selama posisi tegak harus
lamanya hilang kesadaran, jenis pernapasan (mengorok),
pergerakan (tonik, klonik, tonik-klonik atau minimal
direkam. Penurunan tekanan darah sistolik > atau sama
mioklonus, otomatisasi) dan lama kejadiannya, jarak dengan 20 mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik
antara timbulnya pergerakan-pergerakan tersebut sampai 90 mmHg dapat didefinisikan sebagai hipotensi
dengan kejadian jatuh, lidah tergigit
ortostatik, terlepas dari ada atau tidaknya gejala yang
Pertanyaan-pertanyaan mengenai latar belakang
menyertarnya.
- Riwayat keluarga dengan kematian mendadak, penyakit
jantung aritmogenik kongenital atau pingsan
Sinkop akibat aritmia : Dilihat dari gambaran EKG dan bila
- Riwayat penyakit jantung sebelumnya
- Riwayat kelainan neurologis (parkinsonisme, epilepsi, terdapat:
narkolepsi) . Sinus bradikardia < 40 kali/menit atau blok sinoatrial
- Gangguan metabolik (misalnya diabetes melitus)
berulang atau henti sinus > 3 detik
- Obat-obatan (antihipertensi, antiangina, antidepresan,
.
antiaritmia, diuretika dan obat-obatan yang dapat Mobitz II. BlokAV deraj at2 atau3
membuat QT memanjang) . Blokberkas cabang kanan dan diri bergantian
- (Bila terjadi sinkop berulang) Keterangan mengenai . Takikardia supraventrikular paroksismal dengan laju
berulangnya sinkop misalnya waktu dari saat episode
sinkop pertama dan jumlah rekurensi yang terjadi ventrikel cepat
. Malfungsi pacu jantung dengan henti irama.
214 KEGAWTIDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALI\M

perdarahan dan lain-lain. Pada keadaan sindrom QT


memanjang keadaan hipokalemia dan hipomagnesemia
Gejala atau Penemuan Klinis Kemungkinan Penyebab harus disingkirkan terlebih dahulu. Tes kehamilan harus
Setelah tibatiba timbul perasaan, Vasovagal dilakukan pada wanita usia reproduksi, terutama yang akan
suara atau bau yang tidak menjalani head-up tilt testing atau uji elektrofisiologi.
menyenangkan dan tidak dapat
dijelaskan Pemeriksaan elektrokardiografi. Rekaman elektro-
Posisi berdiri dalam waktu lama Vasovagal atau gangguan
kardiografi 1 2 sandapan harus selalu dilakukan pada pasien
atau di keramaian, tempat yang otonom
hangat dengan sinkop. Walaupun tidak banyak informasi yang
Mual, muntah berhubungan Vasovagal dapat diperoleh apabila sinkop tersebut disebabkan
dengan sinkop keadaan non-kardiak, tetapi pemeriksaan ini mudah, cepat,
Satu jam setelah makan Post prandial (gangguan
Setelah latihan flsik otonom) tanpa risiko dan tidak mahal. Beberapa penemuan penting
Sinkop dengan nyeri di daerah Vasovagal atau gangguan yang dapat diperoleh dari pemeriksaan ini serta
tenggorokan atau wajah otonom kemungkinan dapat diidentifikasi sebagai penyebab sinkop
Neuralgia (neuralgia
glosofaringeal atau antara lain, pemanjangan interval QT (sindrom QT
trigeminal) memanjang), pemendekan interval PRdan gelombang delta
Dengan rotasi kepala, terdapat Sinkop akibat gangguan (pada sindrom Wolff-Parkinson-White), blok berkas cabang
penekanan pada sinus karotis sinus karotis yang
(tumor, bercukur, kerah yang kanan dengan elevasi segmen ST (pada sindrom Brugada),
spontan
ketat) infark miokard akut, blok atrioventrikular derajat tinggi atau
Dalam beberapa detik sampai Hipotensi ortostatik inversi gelombang T pada sandapan prekordial kanan (pada
menit bila berdiri aktif
displasi ventrikel kanan aritmogenik). Banyak pasien
Terdapat hubungan waktu Drug lnduced
dengan dimulainya terapi obat dengan sinkop menunjukkan gambaran rekaman
tertentu atau perubahan dosis elektrokardiograhyatg normal. Hal ini sangat berguna
obat yang diberikan untuk menunjukkan kemungkinan kecil penyebab sinkop
Selama latihan fisik , atau posisi Sinkop kardiak
terlentang
berasal dari kelainan kardiak, yang berhubungan dengan
Didahului keluhan Takiaritmia prognosis yang lebih baik. Terutama bila terjadi pada pasien
berdebardebar usia muda yang mengalami sinkop.
Riwayat keluarga mengalami Sindrom QT memanjang,
kematian mendadak sindrom Brugada,
Displasi Ventrikel
Kanan, Hipertrofi
Kardiomiopati
Blok bifasikular (didefinisikan sebagai blok berkas cabang
Disertai gejala vertigo, disartria Tl A (Transientschemic
I
kiri atau blok berkas cabang kanan atau blok fasikular
dan diplopia Attack) pada batang posterior kiri)
otak Abnormalitas/kelainan konsuksi intraventrikular lain (durasi
Lengan yang sering Subclavian steal QRS > 0,12 detik)
dipergunakan untuk latihan Blok atrioventrikular derajat dua Mobitz I
Perbedaan tekanan darah atau Subclavian stea/ atau Bradikardia sinus asimptomatik (< 50 derajat per menit), atau
denyut nadi pada kedua lengan diseksi aorta blok sinoatrial
Kompleks QRS praeksitasi
Bingung setelah serangan Kejang lnterval QT memanjang
selama lebih dari 5 menit Pola blok berkas cabang kanan dengan elevasi ST pada
Pergerakan tonik klonik, Kejang sadapan V1-V3 (sindrom Brugada)
automatisme, lidah tergigit, Gelombang T negatif pada sadap prakordial kanan,
wajah kebiruan, aura epileptik gelombang epsilon, dan kelambatan ventrikular yang
Seringkali serangan disertai Gangguan psikiatrik berpotensi pada dugaan dispasia ventrikular kanan
keluhan somatis, tanpa aritmogenik
kelainan organik pada jantung. Gelombang Q diduga infark miokard.

Pemeriksaan Penunjang Ekokardiograli. Dipergunakan sebagai uji penapisan untuk


Pemeriksaan darah rutin. Pemeriksaan laboratorium darah deteksi penyakit jantung pada pasien dengan sinkop.
rutin seperti elektrolit serum, enzim jantung,kadar gola Walaupun mempunyai nilai diagnostik yang rendah bila
darah dan hematokrit memiliki nilai diagnostik yang rendah. dari anamnesis, pemeriksaan fisis dan EKG tidak ditemukan
Sehingga pemeriksaan-pemeriksaan tersebut tidak abnormalitas kardiak. Pada pasien yang mengalami sinkop
direkomendasikan pada pasien dengan sinkop, kecuali atau pre-sinkop dengan pemeriksaan fisis yang nofinal,
terdapat indikasi tertentu dari hasil anamnesis dan kelainan yang paling sering,ditemukan (4-60/o sampai l8-
pemeriksaan fisis. Misalnya pemeriksaan kadar gula darah 50% kasus) adalah prolaps katup mitral. Abnormalitas
untuk menyingkirkan kemungkrnan hipoglikemia dan kadar kardiak lain termasuk penyakit katup j antung (paling banyak
hematokrit untuk mengetahui kemungkinan adanya stenosis aorta), kardiomiopati, abnormalitas pergerakan
SINKOP
2t5

dinding ventrikel regional yang menunjukkan kemungkinan Titt-Table Tesling,Uji ini merupakan pemeriksaan standar
terdapat infark miokard, penyakit jantung infiltratif seperti dan sudah diterima secara luas sebagai salah satu uji
amyloidosis, fumor kardiak, aneurysma dan tromboemboli diagnostik pada evaluasi pasien dengan sinkop.
atrial. Penemuan kelainan jantung ini penting sebagai Pemeriksaan upright tilt testing dlindikasikan pada sinkop
stratifikasi risiko. Bila ditemukan kelainan jantung yang yang kemungkinan dimediasi oleh persarafan, dan uji ini
sedang-berat, maka evaluasi langsung dilakukan pada penting sebagai baku emas untuk membuat diagnosis
Di sisi lain, bila
penyebab kardiak dari sinkop tersebut. tersebut. Dalam acuan yang dikeluarkan the American
kelainan struktur yang ditemukan hanya ringan, College of Cardiol o gy dicantumkan rekomendasi sekaligus
kemungkinan sinkop kardiak menjadi kecil sehingga interpretasi dari pemeriksaan ini. Upright tilt testing
evaluasi dilanjutkan seperti pada seseorang tanpa kelainan biasanya dilalarkan selama 30 sampai 45 menit dengan sudut
struktur jantung. kemiringan atfiara 60 sampai 80 derajat (biasanya dipakai
70 derajat). Sensitivitas dari hasil pemeriksaan ini dapat
Elektrofisiologi. Untuk indikasi rekomendasi dilakukamya meningkat, dengan spesifisitas yang lebih rendah,
studi elektrofisiologi invasif bila pada evaluasi awal menggunakan lama pemeriksaan yang lebih panjang, sudut
dicurigai sinkop terjadi disebabkan oleh aritmia (pasien pemeriksaan yang lebih curam dan obat-obatan provokatif
dengan abnormalitas EKG dan atau terdapat penyakit seperti isoproterenol atau nitro gliserin. Kesepakat at y ang
struktur jantung atun sinkop yang berhubungan dengan dipakai adalah uji ini disarankan pada kejadian sinkop
palpitasi, atau pasien dengan riwayat kematian mendadak
berulang, atau pada kejadian sinkop pertama kali tetapi
pada keluarga). Sedangkan untuk diagnosis dikatakan pasien dengan risiko tinggi, pada serangan sinkop pertama
apabila hasil studi elektrofisiologi normal tidak dapat kali tanpa kelainan struktur jantung atau penyebab sinkop
sepenuhnya menyingkirkan aritmia sebagai penyebab lain dapat disingkirkan dengan pemeriksaan ini, dan pada
sinkop, sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan evaluasi pasien yang penyebab sinkop telah terbukti
selanjutnya. Pada beberapa keadaan dikatakan studi (seperti asistol, blok atrioventrikular) tetapi menunjukkan
elektrofisiologi sangat tinggi nilai diagnostiknya sehingga kemungkinan adanya penyebab persarafan pada kej adian
tidak diperlukan pemeriksaan tambahan lain. Sebagian besar
sinkop tersebut yang akan mempengaruhi rencana
ahli berpendapatbila hasil studi dapat menginduksi pengobatan selanjutnya, serta pemeriksaan ini juga
terjadinya ventrikular takikardia monomorfik yang menetap
dianjurkan sebagai evaluasi sinkop yang berhubungan atau
dengan mempergunakan protokol standard. Sedangkan akibat aktivitas fisik.
kriteria lain yang menunjukkan hasil positif adalah : 1)'
Pemanjangan waktu CSNRT (Coruected Sinus Node
Recovery Time)leblhdari 1000 ms; 2). Pemanjanganyang
bermakna dari interval llV (His-Purkinje) lebih dari 90-100 Tipe Denyut jantung menurun pada saat
sinko trikel tidak menurun < 40 kali/menit atau
ms; 3). Terjadinya blok infra-His baik akibat induksi ataupun turun li/menit selama minimal 10 detik dengan
secara spontan; 4). Takikardia supraventrikular dengan atau tanpa periode asistol < 3 detik. Tekanan darah menurun
hipotensi sebelum penurunan denyut jantung.
Tipe 2 A. Hambatan kardiak tanpa asistol. Denyut jantung
Pemijatan pada sinus karotis. Pemijatanpada sinus karotis menurun sampai laju ventrikel < 40 kali/menit selama lebih
dari 10 detik tetapi tidak terjadi episode asistol yang > 3 detik.
ini adalah suatu teknik dengan melakukan tekanan secara
Tekanan darah menurun sebelum penurunan denyut jantung.
halus pada sinus karotis untuk mendiagnosis Tipe 2 B. Hambatan kardiak dengan asistol. Asistol terjadi
hipersensitivitas sinus karotis. Bila hasil yang ditemukan : > 3 detik. Tekanan darah menurun bersamaan dengan atau
. Terjadi asistol selama lebih dari 3 detik berarti : terjadi terjadi sebelum penurunan denyut jantung.
respons kardioinhibisi Tipe 3, Vasodepresor. Denyut jantung tidak menurun lebih
dari 10olo dari puncaknya pada saat sinkop.
. Terjadi penurunan tekanan darah sistolik 50 mmHg
Pengecualian 1. lnkompetensi kronotropik. Tidak terjadi
berarti: terjadi respons vasodepresor peningkatan denyut jantung selama tllt festtng (misalnya <
Pasien dengan respons kardioinhibisi harus 10o/o dari laju pre-tl/f tesflng)
ditatalaksana dengan menggunakan alat pacu jantung. Pengecualian 2. Peningkatan denyut jantung berlebihan.
ini sangat Peningkatan denyut jantung yang berlebihan pada saat
Pada beberapa studi dikatakan bahwa manuver posisi tegak dan selama waktu sebelum sinkop (misalnya >
berguna bila dilakukan pada individu berusia > 60 tahun 130 kali/menit)
dengan rata-rata nilai diagnostiknya 46%o. Selama
dilakukan manuver ini selalu dilakukan dengan
pemantauan EKG dan pengukuran tekanan darah, karena
manuver ini bukan tanpa risiko walaupun kecil. Tentu saja PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SINKOP
pasien yang sebelumnya diketahui mempunyai kelainan
pada arteri karotis (misalnya terdapat bruit karotis) atau Pendekatan dalam penatalaksanaan pasien dengan sinkop
yang mempunyai risiko strok tidak dianjurkan untuk sangat bergantung dari diagnosis yang telah dibuat.
dilakukan manuver tersebut. Seperti contohnya pasien dengan sinkop yang disebabkan
216 KEGAWAXDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

oleh blok atrioventrikular atau sick sinus syndromeharus adalah : disopiramid, golongan antikolinergik, teofilin
dilakukan pemasangan pacu janfung menetap, tatalaksana dan clonidine. Pacu Jantung: Secara teoritis, pacu
pasien dengan sindrom Wolff-Parkinson-White jantung akan banyak bermanfaat pada pasien dengan
membutuhkan ablasi kateter, sedangkan pasien dengan dominasi kelainan pada kardioinhibisi dibandingkan
takikardi ventrikel kemungkinan harus dilakukan implantasi dengan respon vasodepresan.
defibrilator. Jenis-jenis lain dari penyebab sinkop . Sinkop akibat aritmia; Belum banyak data yang
mengharuskan penghentian obat-obatan tertentu, mengevaluasi efek antiaritmia, baik farmakologik
peningkatan asupan garam atau edukasi terhadap pasien. ataupun pemasangan alatpada pasien dengan episode
. Sinkop neurokardiogenik : Yairu pada pasien-pasien sinkop akibat aritmia. Saat ini telah dipertimbangkan
dengan sinkop berulang atau sinkop yang berhubungan untuk pemasangan dehbrilator intrakardiak pada pasien
dengan cedera fisik atau stres pada pasien. Pendekatan yang mengalami sinkop dan membutuhkannya sesuai
non-farmakologik biasanya merupakan pilihan pertama rekomendasi dari American College Cardiology
dalam terapi, termasuk mengajari pasien untuk (ACCy American Heart Association (AHA), yaitu:
menghindari faktor-faktor yang dapat menjadi pemicu pasien dengan riwayat infark miokard, ejection
timbulnya sinkop, seperti panas yang berlebihan, fraction (EF) < 35o/o atau sama, terdapat dokumentasi
dehidrasi, posisi berdiri setelah latihan fisik, alkohol yang membuktikan terjadinya takikardia ventrikular
dan obat-obatan tefientu. Ada pula pengalaman klinis yang tidak menetap, dan takikardia ventrikular yang
yang mengatakan bahwa suplementasi garam dan diinduksi pada studi elektrofisiologi, atau kejadian
asupan cairan dapat menurunkan episode sinkop. takikardia ventrikular yang spontan. Sedangkan pacu
Sedangkan untuk terapi farmakologis, ada beberapa jantung harus dipasang pada pasien dengan bukti
obat-obatan yang direkomendasikan seperti golongan; dokumentasi terjadinya bradiaritmia berat atau
atenolol (.8- blocker), midodrine (a-agonist), simtomatik.
paroxetine (se\ective serotonin reuptake inhibitor) dan Hal lain yang harus diperhatikan adalah indikasi
enalapril. Golongan obat-obatan lain yang juga perawatan di rumah sakit pada pasien dengan sinkop dan
direkomendasikan sebagai terapi sinkop vasovagal lamanya larangan seorang pasien unfuk mengemudikan

SINKOP
I
Anamnesis, Pemeriksaan fisis, EKG

Diagnostik S nkop dengan penyebab yang


Suggestlve
(termasuk vasovagal, situasional, (term asuk stenosis aorta, belum jelas
hipotensi oilostatlk, dan poliiarmasi emboli paru gejala neurologis,
pada usia lanlut) riwayat keluarga dengan sinkop 1
3
atau kematian mendadak
I I
I
I
Penyakii lantung organik(PJ0) Us a >60th Tidak dicurigai
+ (abnormalilas EKG, terdapat peny
IERAPI Pemeriksaan khusus gejala saat aklivitas,
Jantung
(E koka rdlografi, kateterisasi sinkop mendadak)
jantung, scan paru, EEG,
tomografi komputerisasi)
Pem ijatan karotls

c PJo
I

RAP
t Ekokardioorafi
TE I
- dan treadmilltest

eloQ
lrama sinus normal Aritm ia dengan Tidak diagnostik
dengan gejala n.,.'.

I
I
I

+
Hentikan mencari 'I Studi elektrofisiolog i
penyebab aritm ia
el
Gejala berulang Ep sode per ama

+ J
I/, lesl Sering Sering
ttt Episode pertama
STOP Tidak
evaluasi psikiatri

lllonitor EKG, fi/t lesl, evaluasi STOp


,7f lest, evaluasi psikiaki
ps ik ia tri

Gambar 1. Algoriime Diagnostik Sinkop (Sumber: Linzer M, et al, Ann lntern Med. 1997;126:989-96)
SINKOP
217

kendaraan. Pada umumnya perawatan di rumah sakit REFERENSI


diindikasikan pada pasien yang :
. Mempunyai riwayat penyakit arteri koroner, gagal Abboud FM, Neurocardiogenic syncope N Engl J Med 1993; 328:
jantung kongestif atau aritmia ventrikular ttt7 -20
Alboni P, Menozzi C, Brignole M et a1. An abnormal neural reflex
. Disertai gejala nyeri dada plays a role in causing syncope in sinus bradycardia. .l Am Col1
. Pada pemeriksaan fisik terdapat kelainan katup yang Cardiol 1993;22: 1123-9
bermakna, gagal jantung kongestif, strok atau Alboni B Brignole I\{, Menozzi C et al. The diagnostic value ol
gangguan neurologis fokal history in patients with syncope with or without heart disease.
. PadapemeriksaanEKG ditemukan gambaran : iskemia, J Am Coll Cardiol 2001; 37;1921-8.
aritmia, interval QT memanj ang atau blok berkas cabang Atkins D, Hanusa B, Sefcik T et al. Syncope and orthostatic
. hypotension. Am J Med 1991 ; 91 : 179-85.
Indikasi lain :
Benditt DG, Ferguson DW, Grubb BP et al. Tilt table testing for
. Kehilangan kesadaran yang tiba-tiba disertai terjadinya assessing syncope. American College of Cardiology, J Am Coll
cedera, denyrt jantung yang cepat atau sinkop yang Cardiol 1996; 28: 263-7 5.
berhubungan dengan aktivitas Benditt DG, Lurie KG, Fabian WH : Clinical approach to diagnosis
. Frekuensi kejadian makin meningkat, kemungkinan of syncope. An oven,iew. Cardiol Clin 1997; 15 165-76
penyakit jantung koroner atau terdapat aritmia Brignole M, Menozzi C, Gianfranchi L et al. Neurally mediated
(misalnya pada pemakaian obat-obatan yang dapat syncope detected by carotid sinus massage and head-up tilt test
in sick sinus syndrome. Am J Cardiol 1989; 63: 58-65.
menginduksi terjadinya torsades de pointes).
Brignole M, Alboni P, Benditt D, Bergfeldt L, Blanc JJ, Thomsen
. Hipotensi ortostatik sedang berat
PEB,Van DUk JG Fitzpatrick A, Hohnloser S, Janousek J, et al.
. Usia di atas 70 tahun Guidelines on management (diagnosis and treatment) of
syncope. Eur Heart J,2001;'22: 1256-13O6.
Demikian pula dengan masalah izin mengemudikan
Brugada J, Brugada R, Antzelevithch C et al. Long-term follow-up
kendaraan bermotor. Dokter yang merawat pasien dengan
of individual with the electrocardiographic pattem of right bundle
sinkop harus memberitahukan kemungkinan risiko yang branch block an<l ST-segment elevation in precordial'leads V1
dapat timbul bila pasien tersebut mengemudikan kendaraan, to V3. Circulation 2002; 105: 73-8.
baik risiko terhadap dirinya maupun terhadap orang di Day SC, Cook EF, Funkenstein H et al. Evaluation and outcome of
sekitarnya. Sebagian ahli berpendapat seseorang yang emergency room patients with transient loss of consciousness.
pemah mengalami sinkop sebaiknya tidak diizinkan untuk Am J Med 1982;73: 15-23.
mengemudikan kendaraan, karena terdapat kemungkinan
Denes P, IJretz E, Ezri MD et a1. Clinical predictors of
electrophysiologic findings in patients with syncope of unknown
sinkop berulang. Di AS dari AHA/NASPE dibuat suatu origin. Arch Intem Med 1988; 148: 1922-8.
rekomendasi mengenai izin mengemudikan kendaraan Fonarow GC. Feliciano Z, Boyle NG et al. Improved survival in
bermotor bagi individu yang pernah mengalami episode patients with nonischemic advanced heart failure and syncope
sinkop, aturan ini dikenakan pada kejadian aritmia yang treated with an implantable cardioverter defibrillator. Am J
mengakibatkan kehilangan kesadaran, yaitu : Cardiol 2000; 85: 981-5.
. Episode vasovagal ringan (hanya pre-sinkop saja, Hoefnagels WAJ, Padberg GW, Overweg J et al. Transient loss of
consciousness : the value of the history for distinguishing
dengan tanda-tanda sebelum kejadian sinkop tersebut,
seizure from syncope J Neurol 1991;238: 39-43.
hanya pada posisi berdiri, jelas faktor pemicunya, tidak
Knight BP, Goyat R, Pelosi F et a1. Outcome of patients with nonischemic
sering frekuensi timbul serangan), tidak dikenai batasan dilated cardiomyopathy and unexplained slrncope treated with an
dalam memperoleh izin mengemudikan kendaraan implantable defrbrillator. J Am Coll Cardiol 1999; 33: 1964-'70.
bermotor. Krumholz HM, Douglas PS, Goldman L, Waksmonski C. Clinical
. Sinkop vasovagal berat (kehilatgan kesadaran utility of transthoracic two-dimensional and Doppier
sepenuhnya, tanpa tanda-tanda sebelum kejadian echocardiography. J Am Coll Cardiol 1994;24: 125-11.
Leitch JW, Klein GJ, Yee R et a1. Syncope associated with supra-
sinkop tersebut, dapat timbul pada berbagai posisi
ventricular tachycardia : An expression of tachycardia or
tubuh, tanpa faktor pemicu yang jelas, frekuensi timbul
vasomotor response. Circulation 1992; 85: 1064-'7I.
serangan cukup sering), izin untuk mengemudikan Linzer M et al. Syncope. Ann Intern Med 1997; t26:989-96-
kendaraan bermotor setelah sinkop teratasi dapat Nienaber CA, Hiller S, Spiehnann RP, Geiger M, Kuck KH. Syncope in
diberikan dengan pemantauan dalam 3 bulan. hypertropic cardiornyopathy : multivariate analysis of the heart
. Sinkop vasovagal berat yang tidak diobati : izin untuk of prognostic detetminants. J Am Co1l Cardiolo 1990; 15: 948-55.
mengemudikan kendaraan bermotor sama sekali tidak Schnipper JL, Kapoor WN. Diagnostic evaluati.on and management

dapat diberikan.
of patients with syncope. In : Thakur RK, ed. The Medical
Clinics of North America, WB Saunders Company, 2001; 85(2):
423-56.
Zhang L, Timothy KW, Vincent GM et al. Spectrum of ST-T wave
patterns and repolartzation parameters in congenital long-QT
syndrome : ECG findings identifo genotypes. Circulation 2000;
\02:2849-55.
29
GAGAL NAPAS AKUT
Zulkifl i Amin, Johanes Purwoto

PENDAHULUAN Efektivitas dan Efisiensi Sistem Pernapasan


PO, arleri 100 mmHg menunjukkan oksigenasi darah arteri
Gagal napas ialah ketidakmampuan sistem pernapasan yang efisien. Fungsi pengeluaran/eliminasi CO, yan9
unfuk mempertahankan suafu keadaan perlukaran udara efektif diperlihatkan dengan kadar PCO, arterial dibawah
antara atmosfer dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan 40 mmHg, kadar ini harus pada status asam basa normal.
kebutuhan tubuh normal. Kondisi yang berbeda ditemukan pada dua orang
Secara sederhana, peranan sistem pernapasan ialah pasienyang sama-samamempunyai PO, arterial 100 mmHg,
mempertahankan PO, PcO, dan pH darah arteri tetap tetapi pasien pertama bernapas pada suasana udara
normal. Gagal napas dapat diakibatkan kelainan pada: Paru, mangan (F,o, : 0,21), sedangkan pasien kedua bemapas
jantung, dinding dada, otot pernapasan, mekanisme dengan O, 100 o/o (Fror: 1,0). Pasien pertama melakukan
pengendalian sentral ventilasi di medula oblongata pertukaran oksigen antara atmosfer dengan darah arteri
Meskipun tidak dianggap sebagai penyebab langsung secara lebih efisien.
gagal napas, disfungsi dari: jantung, sirkulasi paru, sirkulasi PaO, mengukur efektivitas oksigenasi; hubungan
sistemik, transpor oksigen hemoglobin, dan disfungsi antara konsentrasi oksigen inspirasi dan Pao, merupakan
kapiler sistemik mempunyai peranpenting pada gagal napas. petunjuk proses oksigenasi yang efisien. Pco, arterial
menggambarkan fungsi efektivitas ventilasi.
Dua orang pasien yang sama-sama mempunyai PCO,
DEFINISI arterial 40 mmHg mempunyai ventilasi yang sama
efektifnya. Tetapi jika pasien pertama membutuhkan
Gagal napas terjadi bila: 1). PO, arterial (Paor) < 60 mmHg, ventilasi semenit yang lebih tinggi (volume udara respirasi
atau 2). PCO, arterial (Pacor) > 45 mmHg, kecuali jika dalam I menit) daripada pasien kedua, berarti pasien
peningkatan PCO, merupakan kompensasi dari alkalosis pertama kurang efisien dalam mengeliminasikan CO,
metabolik. daripada pasien kedua yang mempunyai ventilasi semenit
PaO, < 60 mmHg, yang berarti adanya gagal napas yang lebih rendah.
hipoksemia, berlaku bila bernapas pada udara ruangan Jadi, PaCO, ialah ukuran efektivitas ventilasi;
biasa (fraksi O, inspirasi [FrO, ] : 0,21), maupun saat hubungan attara PaCO, dan ventilasi semenit (Vr)
mendapat bantuan oksigen. merefl eksikan efisiensi ventilasi. Pengukuran deraj at
PaCO, > 45 mmHg yang berarti suatu gagal napas inef,rsiensi oksigenasi dan ventilasi didiskusikan di bawah.
hiperkapnia. Pengecualian terhadap angka di atas terjadi
pada keadaan asidosis metabolik. Tubuh pasien yang
asidosis metabolik secara fisiologis akan menurunkan KLASIFIKAS! GAGAL NAPAS
PaCO, sebagai kompensasi terhadap pH darah yang
rendah. Tetapi jika ditemukan PaCO, meningkat secara tidak Kelainan yang mempengaruhi parenkim paru (termasuk
normal, meskipun masih di bawah 45 mmHg pada keadaan jalan napas, ruang-ruang alveolar, interstisial, dan
asidosis metabolik, hal ini dapat dianggap sebagai gagal sirkulasi pulmoner). Pasien dengan kelainan ini hampir
napas tipe hiperkapnia. selalu ditandai dengan hipoksemia, tetapi dapat disertai

218
GAGALNAPASAKUT
2t9

spesifik
atau tidak disertai hiperkapnia tergantung pada tipe Nilai 863 merupakan faktor yang menyesuaikan VCO,
penyakit dan derajat beratnya. Perubahan hubungan pada suhu dan tekanan standar, kering; menyesuaikan Vo
anatomik dan fisiologik antara udara di alveolus dan darah pada suhu dan tekanan tubuh, jenuh; dan menyesuaikan
di kapiler paru menyebabkan hipoksemia. Contoh: PaCO, dalam mmHg. Untuk output CO, yang konstan,
Pneumonia bakterial, pneumonia viral, aspirasi isi lambung, hubungan antara PaCO, dan Vo menggambarkan hiperbola
Acute respiratory distress syndrome (ARDS), emboli paru, ventilasi, dimana PaCO, dan Vo berhubungan terbalik. Jadi,
asma, penyakit paru interstisial. hiperkapnia selalu ekuivalen dengan hipoventilasi alveo-
lar, dan hipokapnia sinonim dengan hiperventilasi alveo-
Kelainan yang terutama mempengaruhi komponen non-
lar. Karena ventilasi alveolar tidak dapat diukur, perkiraan
paru sistem pernapasan. Tipe kelainan ini umumnya ventilasi alveolar hanya dapat dibuat dengan menggunakan
menyebabkan hiperkapnia. Contoh: Penyakit yang PCO, arterial dan rumus di atas.
menyebabkan kelemahan otot pemapasan, penyakit sistem
saraf pusat yang mengganggu pengendalian ventilasi, Ventilasi semenit. Pada pasien dengan hipoventilasi
kondisi yang mempengaruhi bentuk atau ukuran dinding alveolar, ngkat). MeskiPun
dada, seperti kifoskoliosis. Vo tidak umlah total udara
Paru mungkin normal, tetapi hipoksemia yang tidak yang ber Paru setiaP menit
proporsional terhadap hiperkapnia yang terjadi dapat dapat diukur dengan mudah. Ini didefrnisikan sebagai
menandakan adanya keterlibatan paru. Sebagai contoh minute ventilation (ventilasi semenit, Vu, L/men). Konsep
seorang pasien dengan kelemahan neuromuskular karena fisiologis yang berguna ialah menganggap bahwa V.
myasthenia gravis, mula-mula menunjukkan gagal napas merupakan penjumlahan dari Vo @agian dari V, yang
hiperkapnia. Tetapi kemudian mengalami pneumonia berpartisipasi dalam pertukaran gas) dan ventilasi ruang
karena ketidakmampuan membatukkan dahak, sehingga rugi (dead spo"" r"rrrr*r:
selain hiperkapnia juga timbul gagal napas hipoksemia.
J:l
",
Vo=Vr-Vo
GAGAL NAPAS HIPERKAPNIA
Kemudian didapatkan rumus :

Berdasarkan definisi, pasien dengan gagal napas VCQ G,/menF PaCo, (mmH9 x\ (L/menit) t q-%A/')
hiperkapnia mempunyai kadar PCO, arterial (PaCOr) yang 863
abnormal tinggi. Karena CO, meningkat dalam ruang
alveolus, O, tersisih di alveolus dan Pao, arterial menurun.
VoA/, menunjukkan derajat inefisiensi ventilasi kedua
Maka pada pasien biasanya didapatkan hiperkapnia dan
paru. Pada orang nornal yang sedang istirahat, nilai Vo/
hipoksemia bersama-sama, kecuali bila udara inspirasi diberi
V, sekitar 0,30, berarti sekitar 30 % dari ventilasi semenit
tambahan oksigen. Paru mungkin normal atau tidak pada
tidak ikut berpartisipasi dalam pertukaran udara. Pada
pasien dengan gagal napas hiperkapnia, terutama jika
kebanyakan penyakit paru, proporsi VE yang tidak ikut
penyakit utama mengenai bagian non parenkim paru
pertukaran udara meningkat, maka VrA/, meningkat.
seperti dinding dada, otot pernapasan, atau batang otak.
Dari rumus di atas, untuk suatu VrA/, Yang konstan
Penyakit paru obstruktif kronis yang parah tidak jarang
dan VCO, yang konstan, hubungan antara PaCO, dan V.
mengakibatkan gagal napas hiperkapnia. Pasien dengan
digambarkan sebagai hiperbola yang bergeser ke atas dari
asma berat, fibrosis paru stadium akhir, dan ARDS berat
hiperbola yang digambarkan oleh hubungan attataPaco,
dapat menunjukkan gagal napas hiperkapnia'
dan Vo. Untuk nilai yang berbeda, hubungan ini
digambarkan oleh kelompok kurva hiperbola yang sejajar
Patofisiologi (lihat gambar). Kurva-kurva ini bermanfaat untuk
V, atau
memperkirakan VrA/, dari pengukuran PaCO, dan
Hipoventilasi alveolar. Dalam keadaan stabil, pasien
dapat dipakai untuk menentukan perubahan Vu yang
memproduksi sejumlah CO, dari proses metabolik setiap
diperlukan untuk merubah PaCO, yang diinginkan.
menit dan harus mengeliminasi sejumlah CO, tersebut dari
keduaparu setiap menit. Jikakeluaran semenit CO, (VCOr) Mekanisme hiperkapnia. Hiperkapnia (hipoventilasi
menukarkan CO, ke ruang pertukaran gas di kedua paru, alveolar) terjadi saat:
sedangkan Vo adalah volume udara yang dipertukarkan di 1. nilaiVu di
alveolus selama semenit (ventilasi alveolar), didapatkan 2. nilai\ no ,tetapirasioVr/V, meningkat,
rumus: 3. nilai Vu di , dan rasio VrA/, meningkat.

VCO, (L/men) = PaCO, (mmHg) x V^ (L/menit) x J- Perlu ditekankan disini bahwa istilah hipoventilasi
863 merujuk pada hipoventilasi alveolar, karenanya hiperkapnia
220 KEGAWAXDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAI}I

dapat timbul meskipun ventilasi semenit lebih besar Peningkatan PaCO, pada penyakit kronik berlangsung
daripada normal, jika rasio VrA/, tinggi atau keluaran CO, lama sehingga bikarbonat serum dan cairan serebrospinal
meningkat (pada saat aktivitas atau keadaan laju meningkat sebagai kompensasi terhadap asidosis
metabolisme meningkat yang lain). respiratorik kronik. Hal ini menjelaskan bahwa kadar pH
Ruang rugi alveolar dan rasio volume ruang rugi / yang rendah lebih berkorelasi dengan perubahan status
volume tidal merupakan konsep fisiologi yang mental dan perubahan klinis lain daripada nilai PaCO,
memudahkan kita mengerti mekanisme ini, tetapi tidak selalu muflak.
mempunyai hubungan dengan anatomi. Trakea dan jalan Gejala hiperkapnia dapat tumpang tindih dengan gejala
napas menjadi penghantar pergerakan udara dari dan ke hipoksemia. Hiperkapnia menstimulasi ventilasi pada
dalam paru selama siklus pernapasan, tetapi tidak ikut orang normal, pasien dengan hiperkapnia mungkin memiliki
berpartisipasi pada pertukaran udara dengan darah kapiler ventilasi semenit yang meningkat atau menurun,
paru. Komponen ini merupakan ruang rugi anatomis. Jalan tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan gagal
napas buatan dan bagian dari sirkuit ventilator mekanik napas. Jadi, dispnea, takipnea, hiperpnea, bradipnea dan
yang dilalui udara inspirasi dan ekspirasi juga mempakan hipopnea dapat berhubungan dengan gagal napas
ruang rugi anatomis. hiperkapnia.
Pada pasien dengan penyakit paru, sebagian besar Pasien dengan gagal napas hiperkapnia akut harus
peningkatan ruang rugi total terdiri dari ruang rugi diperiksa untuk menentukan mekanisme. Diagnosis
fisiologis. Ruang rugi fisiologis terjadi karena ventilasi banding utama ialah gagal napas hiperkapnia karena
regional melebihi jumlah aliran darah regiorral (ventilation- penyakit paru versus penyakit non-paru. Pasien dengan
perfusion lY I Ql tnismatching) . Walaupun V/Q mismatching penyakit paru seringkali menunjukkan hipoksemia yang
umumnya dianggap sebagai mekanisme hipoksemia dan tidak sesuai dengan derajat hiperkapnia. Hal ini dapat dinilai
bukan hiperkapnia, secara teori V/Q mismatching j:uga menggunakan perbedaan PO, alveolar-arterial. Tetapi,
akan menyebabkan peningkatan PaCOr. Kenyataannya pasien dengan masalah non-panr dapat pula mempunyai
dalam hampir semua kasus, kecuali denganV/Qmismatching hipoksemia sekunder sebagai efek kelemahan
yang berat, hiperkapnia merangsang peningkatan ventilasi, neuromuskular (sebagai contoh) yang mengakibatkan
mengembalikan PaCO, ke tingkat normal. Iadi,YlQmis- atelektasis atau pneumonia aspirasi. Kelainan pada paru-
matching umumnya tidak menyebabkan hiperkapnia, tetapi kontras dengan kelainan komponen lain sistem pemapasan
normokapnia dengan peningkatan V.. Seperti dapat dilihat berhubungan dengan peningkatan VrA/, dan, karenanya
pada gambar l, peningkatan V. pada kondisi PaCO, nor- sering menunjukkan peningkatan V. dan frekuensi
mal menunjukkan peningkatan Vo/V, - dalam hal ini, pernapasan. Tetapi, pada pasien dengan kelumpuhan otot
peningkatan ruang rugi fisiologis. pernapasan dapat juga ditemui takipnea. Efek dari
hiperkapnia dan hipoksemia dapat menyamarkan gangguan

Gambaran Klinis neurologis, pengobatan berlebih dengan sedatif,


mixedema, atau trauma kepala. Perubahan status mental
Hiperkapnia akut terutama berpengaruh pada sistem saraf
dapat menyulitkan penilaian kekuatan otot, dan kekuatan
pusat (Tabel 1). Peningkatan PaCO, merupakan penekan
sistem saraf pusat, tetapi mekanismenya terutama melalui
otot ekstremitas dapat tidak berhubungan dengan
kekuatan otot respirasi.
turunnya pH cairan serebrospinal yang terjadi karena
peningkatan akut PaCOr. Karena CO, berdifusi secara
bebas dan cepat ke dalam cairan serebrospinal, pH turun
secara cepat dan hebat karena hiperkapnia akut. GAGALNAPAS HIPOKSEMIA

Gagal napas hipoksemia jauh lebih sering dijumpai


daripada gagal napas hiperkapnia. Pasien tipe ini
Hiperkapnia Hipoksemia mempunyai nilai PO, arterial yang rendah, tetapi PaCO,
Somnolen Ansietas normal atau rendah. Paco, tersebut membedakamya dari
Letargi Takikardia gagal napas hiperkapnia, yang masalah utamanya ialah
Koma Takipnea hipoventilasi alveolar. Selain pada lingkungan yang tidak
Asteriks Diaforesis biasa di mana atmosfer memiliki kadar oksigen yang sangat
Tidak dapat tenang Aritmia
Tremor Perubahan status mental
rendah, seperti ketinggian atau saat oksigen digantikan
Bicara kacau Bingung oleh udara lain, gagal napas hipoksemia menandakan
Sakit kepala Sianosis adanya penyakit yang mempengaruhi parenkim paru atau
Edema papil Hipertensi sirkulasi paru. Contoh situasi klinis yang umum
Hipotensi
menunjukkan hipoksemia tanpa peningkatan PaCO, ialah
Kejang
pneumonia, aspirasi isi lambung, emboli paru, asma, dan
Asidosis laktat
ARDS.
GAGALNAPASAKUT 221

Patofisiologi ialah jumlah dari PO, PCO, PHrO, dan PNr. Bila PI{rO dan
PN, tidak berubah bermakna, setiap peningkatan pada
Hipoksemia dan hipoksia. Istilah hipoksemia paling sering
PACO2 akan menyebabkan penurunan PaO, Hipoventilasi
menunjukkan PO, yang rendah di dalam darah arteri (PaOr),
alveolar menyebabkan penurunan PAO, yang menimbulkan
dan dapat digunakan untukmenunjukkan PO, padakapiler,
penumnan PaO, bila darah arteri dalam keseimbangan
vena dan kapiler paru. Istilah tersebut juga dipakai untuk
dengan gas di ruang alveolus. Persamaan gas alveolar, bila
menekankan rendahnya kadar O, darah atau berkurangnya
disederhanakan, menunjukkan hubungan antara PO, dan
saturasi oksigen di dalam hemoglobin.
PCO, alveolar:
Hipoksia umumnya berarti penurunan penyampaian
(delivery) O, ke jaringan atau efek dari penurunan PAOr=FiO, x PB - Pnco,
penyampaian O, ke jaringan. R
Hipoksemia berat akan menyebabkan hipoksia. FIo, ialah fraksi oksigen dari udara inspirasi. PB ialah
Hipoksia dapat pula terj adi akibat penurunan penyampaian tekanan barometrik, dan R ialah rasio perfukaran udara
O, karena faktor rendahnya curahjantung, anemia, syok pernapasan, menunjukkan rasio steady-state CO,
septik, atau keracunan karbon monoksida, di mana Po, memasuki dan O, meninggalkan ruang alveolar. Dalam
arterial dapat normal atau meningkat. praktek, PCO, arteri digunakan sebagai nilai perkiraan PCO,
Mekanisme hipoksemia. Mekanisme fisiologi hipoksemia alveolar (PaCOr). PAO, berkurang bila PAco, meningkat.
mempunyai kegunaan dalam identifikasi tipe penyakitparu Jadi, hipoventilasi alveolar menyebabkan hipoksemia
dan respons terapi. Mekanisme ini dibagi dalam dua (berkurangnya PaOr).
golongan utama: l). berkurangnya PO, alveolar, dan 2). Persamaan gas alveolar juga mengindikasikan bahwa
meningkatnya pengaruh campuran darah vena (venous ad- hipoksemia akan terjadi jika tekanan barometrik total
mixture). berkurang, seperti pada ketinggian, atau bila FIO, rendah
Jika darah vena yang bersaturasi rendah kembali ke (seperti saat seseorang menghisap campuran gas di mana
paru, dan tidak mendapatkan oksigen selama perjalanan sebagian oksigen digantikan oleh gas lain). HaI ini juga
di pembuluh darah paru, maka darah yang keluar di arteri akibat penurunan PaOr. Pada hipoksemia yang terjadi
akan memiliki kandungan oksigen dan tekanan parsial hanya karena penunrnan PaOr, penurunan Pao, kira-kira
oksigen yang sama dengan darah vena sistemik. PO, darah sebanding dengan penurunan PaO, dan perbedaat arrtara
vena sistemik (PVOr) menentukan batas bawah PO ,arteri. PaO, dan PaO2 tidak berbeda bermakna. Perbedaan PO,
Bila semua darah vena yang bersaturasi rendah melalui alveolar-arteri adalah normal pada hipoksemia karena
sirkulasi paru dan mencapai keseimbangan dengan gas di hipoventilasi.
rongga alveolar, maka PO, : PAOr. Maka PO, alveolar
Pencampuran vena (venous admixture). Meningkatnya
(PAOr) menentukan batas atas PO, arteri. Semua nilai PO, jumlah darah vena yang mengalami deoksigenasi, yang
berada diantara PVO, dan PAOr. mencapai arteri tanpa teroksigenasi lengkap oleh paparan
Hipoksemia arteri selalu merupakan akibat penurunan gas alveolar. Perbedaan PO, alveolar-arterial (P(o_") Or)
PO, alveolar, atau peningkatan jumlah darah vena meningkat dalam keadaan hipoksemia karena peningkatan
bersaturasi rendah yang bercampur dengan darah kapiler pencampuran darah vena. Dalam pernapasan udara ruangan,
pulmonal (campuran vena). Pada banyak pasien dengan P,o-rO, normalnya sekitar 10 dan20 mmHg, meningkat
gagal napas hipoksemik, kedua mekanisme ini berperan
dengan usia dan saat subyek berada pada posisi tegak.
(Tabel2).
Dalam pemapasan udara ruangan, FiO, : 0,2 I ; j ika R :
Penurunan PO, alveolar. Tekanan total di ruang alveolar 0,8, PaCOr:40 mmHg, dan PaOr: 55 mmHg, maka :

PaCOz
Mekanisme PnOz Contoh
(PACO'

POz alveolar
PO2 inspirasi 1 Normal > 550 Ketinggian
Hipoventilasi
J Normal > 550 Penyakit neuromuskular, sindrom
obesitas-hipoventilasi
Campuran darah
vena
. Pirau kanan ke-kiri Normal atau J Normal t <550 ARDS, defek septal
. YIQ mismatching Normal atau J Normal 1 >550 Pneumonia, asma, PPOK
o Keterbatasan difusi Normal atau 0 Normal 1 >550 Proteinosis alveolar
222 KEGAWAfi)ARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PEITTYAKIT DAI.IIM

PAO, : (0,21 x 713) - 40 : 150 - 50 = 100 mmHg mendistribusikan ventilasi secara tidak rata.
0r8 . Penyakit vaskular paru seperti tromboemboli paru,
dimana distribusi perfusi berubah.
dan
Petunjuk akan adanya ketidaksesuaian V/Q ialah Pao,
P1o*; O, = 100 - 55 = 45 mmHg
dapat dinaikkan ke nilai yang dapat ditoleransi secara relatif
mudah dengan pemberian oksigen tambahan.
Pada contoh ini, ditemukan hipoksemia arterial (PaOr<
60 mmHg) dan P11-a O, meningkat (> 20 mmHg). Keterbatasan difusi (diffusion limitation). Keterbatasan
Disimpulkan bahwa hipoksemia terjadi karena salah satu difusi O, merupakan jarang menyebabkan hipoksemia.
penyebab meningkatnya pencampuran vena:
Dasar mekanisme ini sering tidak dimengerti. Dalam keadaan
Pirau kanan ke kiri (right-to-left shunt).Sebagian darah normal, terdapat waktu yang lebih dari cukup bagi darah
vena sistemik tidak melalui alveolus, bercampur dengan vena yang melintasi kedua paru untuk mendapatkan
darah yang berasal dari paru, akibatnya ialah pencampuran kesetimbangan gas dengan alveolus. Walaupun jarang,
arterial dari darah vena sistemik dan darah kapiler paru dapat terjadi darah kapiler paru mengalir terlalu cepat
dengan PO, diantara PAO, dan PVO,. Nilai mutlak PO, sehingga tidak cukup waktu bagi PO, kapiler paru untuk
tergantung pada proporsi darah yang tidak melalui paru mengalami kesetimbangan dengan PO, alveolus.
dannilai PAO, danPVOr. Mekanisme hipoksemiaini dikenal Keterbatasan difusi akan menyebabkan hipoksemia bila
sebagai pirau kanan-ke-kiri. PAo, sangat rendah sehingga difusi oksigen melalui
Hal ini dapat terjadi pada: membran alveolar-kapiler melambat atau jika waktu transit
. kolaps lengkap atau atelektasis salah satu paru atau untuk darah kapiler paru sangat pendek.
lobus sedangkan aliran darah dipertahankan, Beberapa keadaan di mana keterbatasan difusi untuk
. penyakit jantung kongenital dengan defek septum. transfer oksigen dianggap sebagai penyebab utama
. ARDS, dimana dapat terjadi edema paru yang berat, hipoksemia ialah:
atelektasis lokal, atau kolaps alveolar sehingga terjadi . Penyakitvaskularparu
pirau kanan-ke kiri yang berat.
' Pulmonery alveolar proteinosis, keadaan di mana
Petanda terjadinya pirau kanan-ke kiri ialah: 1). ruang alveolar diisi cairan mengandung protein dan lipid.
Hipoksemia berat dalam pemapasan ndara ruangan,2).
Hanya sedikit peningkatan PaO, jika diberikan tambahan
Gambaran Klinis
oksigen, 3). Dibutuhkan FiO2 > 0,6 untuk mencapai Pao,
Manifestasi gagal napas hipoksemik merupakan kombinasi
yang diinginkan, dan 4). PaO, < 550 mmHg saat mendapat
o . Berdasarkan kesepakatan, j ika PaQ < 5 5 0 mmHg dari gambaran hipoksemia arterial dan hipoksia jaringan
O 21 00
(Tabel 1). Hipoksemia arterial meningkatkan ventilasi
saat bernapas dengan O, 100 o%, dikatakan terjadi pirau
melalui stimulasi kemoreseptor glomus karotikus, diikuti
kanan-ke kiri.
dispnea, takipnea, hiperpnea, dan biasanya hiperventilasi.
Ketidaksesuaian ventilasi-perfusi (ventilation- perfusion Derajat respon ventilasi tergantung kemampuan
mismatching : Y lQ mismatching). Merupakan penyebab mendeteksi hipoksemia dan kemampuan sistem pemapasan
hipoksemia tersering, terjadi ketidaksesuaian ventilasi- untuk merespons. Pada pasien hipoksemik dengan
perfusi. Ketidaksesuaian ini bukan disebabkan karena darah penyakit paru berat atau keterbatasan ventilasi,
vena tidak melintasi daerah paru yang mendapat ventilasi peningkatan ventilasi mungkin hanya ditemukan sedikit
seperti yang terjadi pada pirau kanan-ke-kiri. Sebaliknya atau bahkan tidak ada, dan tidak ada hiperventilasi. Pada
beberapa area di paru mendapat ventilasi yang kurang pasien yang terganggu fungsi glomus karotikusnya, tidak
dibandingkan banyaknya aliran darah yang menuju ke area- ada respon ventilasi terhadap hipoksemia. Mungkrn
area tersebut. Di sisi lain, beberapa area paru yang lain didapatkan sianosis, terutama jelas di ekstremitas distal,
mendapat ventilasi yang berlebih dibandingkan aliran darah tetapi juga didapatkan pada daerah sentral di sekitar
regional yang relatif sedikit. membran mukosa dan bibir. Derajat sianosis tergantung
Darah, yang melalui kapiler paru di area yang pada konsentrasi hemoglobin dan keadaan perfusi pasien.
hipoventilasi relatif, akan kurang mendapat oksigen Manifestasi lain dari hipoksemia adalah akibatpasokan
dibandingkan keadaan normal. Hal tersebut menimbulkan oksigen yang tidak mencukupi ke jaringan, atau hipoksia.
hipoksemia darah arteri. Efek ketidaksesuaian V/Q terhadap Hipoksia menyebabkan pergeseran metabolisme ke arah
pertukaran gas antara kapiler - alveolus seringkali anaerobik, disertai pembentukan asam laktat. Peningkatan
kompleks, tetapi untuk kepentingan klinis, kelainan ini kadar asam laktat di darah akan selanjutnya merangsang
dapat disebabkan semua penyakit paru yang merubah ventilasi. Hipoksia dini yang ringan dapat menyebabkan
distribusi ventilasi atau aliran darah. Contohnya ialah : gangguan mental, terutama untuk pekerjaan kompleks atau
. Asma dan penyakit paru obstruktif konik lain, dimana berpikir abstrak. Hipoksia yang lebih berat dapat
variasi pada resistensi jalan napas cenderung menyebabkan perubahan status mental yang lebih lanjut,
223
GAGALNAPASAKUT

seperti somnolen, koma, kejang, dan kerusakan otak 2. Penurunan curahjantung, yang tergantung dan:
hipoksik permanen. Aktivitas sistem saraf simpatis . Aliran balik vena sistemik yang adekuat,
meningkat, sehingga turut menyebabkan terjadinya
. fungsi ventrikel kanan dan kiri,
takikardia, diaforesis, dan vasokonstriksi sistemik, diikuti
. resistensi pulmonar dan resistensi sistemik,
hipertensi. Hipoksia yang lebih berat lagi' dapat
. frekuensi denYut jantung
menyebabkan bradikardia, vasodilatasi, dan hipotensi, Hipoksemia dan asidosis mempengaruhi kontraktilitas
serta menimbulkan iskemia miokard, infark, aritmia, dan miokaid, atau dapat menimbulkan takikardia, bradikardia,
gagal jantung. atau infarkmiokard. Sepsis dan syok sepsis dapatmenekan
Manifestasi gagal napas hipoksemik diperburuk oleh fungsi miokard. Ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi
adanya gangguan hantaran oksigen ke jaringan (tissue mempengaruhi jantung dan sirkulasi, di antaranya melalui
oxygen delivery). Pasien dengan curah jantung yang berkurangnya aliran balik vena sistemik, compliance
berkurang, anemia, atau kelainan sirkulasi, dapat diastolik ventrikel kiri, peningkatan resistensi vaskular
diramalkan akan mengalami hipoksia jaringan global dan paru, serta perubahan afterload venhikel kanan dan kiri'
regional pada derajat hipoksemia yang lebih dini. Tanda - tanda kurangnya O, delivery terlihat dari
Contohnya ialah peningkatan risiko iskemia miokard dari pemantauan fungsi ginjal, hati, jantung, dan sistem organ
hipoksemia pada pasien dengan aterosklerosis arteri lainnya. Asidosis laktat juga dapat menjadi petunjuk
koroner atau pasien dengan syok hipovolemik yang adanya gangguan O, deliverY.
menunjukkan tanda-tanda asidosis laktat pada hipoksemia
arterial ringan.

Oxygen Delivery. O, delivery yang adekuat ke jaringan TATALAKSANA GAGAL NAPAS AKUT
ialah fungsi sistem pernapasan yang paling penting, dan
membutuhkan fungsi paru, j antung, dan sirkulasi yang nor- Dasar-dasar Fisiologis TeraPi
mal. Deteksi dan penatalaksanaan gangguan O, delivery
sistemik harus menjadi tujuan utama pada tatalaksana gagal Gagal napas hiperkapnia. Karena hiperkapnia berarti
napas, selain memperbaiki kelainan gas darah arteri.
adanya hipoventilasi alveolar, tata laksana suportif
bertujuan memperbaiki ventilasi alveolar menjadi normal,
O, delivery merupakan hasil dari konsentrasi O, arteri
(mL OrlL darah) dan curah jantung (L/menit). hingga penyakit dasar dapat diobati. Kadang-kadang
ventilasi alveolar dapat ditingkatkan dengan mengusahakan
:
Ordelivery CaO, x a tetap terbukanya jalan napas yang efektif - penyedotan
(ml/menit) (mL OrlL darah) (L/menit) sekret, stimulasi batuk, drainase postural, atau perkusi dada
- atau dengan membuat jalan napas artifisial dengan selang
darah: 1,34 endotrakeal atau trakeostom i
mL mmHgx x10' Alat bantu napas mungkin diperlukan untuk mencapai
tidak m akah dan mempertahankan ventilasi alveolar yang normal
darah dan O2terdistribusi ke organ-organ dengan proporsi sampai masalah primer diperbaiki. Meskipun secara teoritis
yang sesuai dengan kebutuhan organ tersebut, sehingga ventilator mekanik dapat memperbaiki ventilasi sesuai yang
O, delivery yang normal atau tinggi mungkin tidak cukup diinginkan, pada pasien dengan hiperkapnia kronik harus
.,ntuk beberapa kondisi tertentu seperti syok, sepsis atau hati-hati dalam menurunkan hiperkapnia. Hal ini karena
penyakit hati stadium akhir. Hal-hal yang potensial koreksi PaCO, hingga batas normal pada kasus tersebut
menyebabkan penurunan O, del iv ery ialah:. dapat menyebabkan alkalosis yang berat dan mengancam
1. Penurunan konsentrasi 02 arteri yang dapat berkurang nyawa karena sudah terjadi kompensasi berupa
peningkatan kadar bikarbonat serum.
sebagai akibat: -
. Penurunan saturasi O, hemoglobin karena Hipoksemia sering ditemukan pada pasien dengan gagal
berkurangnya PaO, atau bergesernya kurva napas hiperkapnik - terutama yang didasari oleh penyakit
disosiasi oksihemoglobin ke kanan (karena asidemia, puir, - dan pemberian oksigen tambahan seringkali
hipertermia, atau hemoglobinopati). dibutuhkan. Tetapi pada beberapa pasien dengan
. Alemia, hiperkapnia, oksigen tambahan dapat berbahaya bila tidak
. Karbon monoksida, yang akan menggantikan O, dimonitor dan disesuaikan secara hati-hati' Kelompok
karena afinitas terhadap hemoglobin yang tinggi, pasien dengan penyakit paru kronik ini (obstruktif maupun
serta menggeser kurva disosiasi oksihemoglobin ke restriktifl atau gangguan dinding dada (kifoskoliosis)
kiri. Pergeseran ke kiri ini meskipun tampaknya tampaknya tidak sensitif lagi terhadap hiperkapnia dan
meningkatkan konsentrasi O, pada semua tingkat tergantung pada hipoksemia sebagai pemicu ventilasi' Bila
PaO, akan menyebabkan kesulitan melepas oksigen oksigen yang cukup diberikan untuk mengatasi
kejaringan. hipoksemia, rangsang ventilasi menjadi tumpul dan pasien
224 KEGAWAIIDARURATAN MEDIK DI BIDAIYG ILMU PENYAKIT DALI\M

akan mengalami hipoventilasr. dibandingkan jalan napas alami.


Pasien dengan gagal napas hiperkapnik karena Risiko jalan napas artifisial ialah trauma insersi, trauma
overdosis obat sedatif atau botulisme, dan kebanyakan orofaring atau nasofaring karena penekanan kronik,
pasien dengan trauma dada, akan membaik seiring kerusakan trakea (erosi, trakeomalasia), gangguan respons
berlalunya waktu, dan penatalaksanaan terutama bersifat batuk, risiko aspirasi meningkat, gar,gg:uan fungsi
suportif. Penyakit primer yang membutuhkan terapi khusus mukosiliar, risiko infeksi meningkat, tak dapat berbicara,
ialah miastenia gravis, kelainan elektrolit, penyakit paru dan meningkatnya resistensi dan kerja pernapasan.
obstruktif, obstructive sleep apnea, dan miksedema. Keuntunganjalan napas artifisial ialah dapat melintasi
obstruksi jalan napas atas, menjadi rute pemberian oksigen
dan obat-obatan, memfasilitasi ventilasi tekanan-positif
Gagal Napas Hipoksemia
dan PEEP, memfasilitasi penyedotan sekret, dan rute untuk
Suplementasi oksigen ialah terapi terpenting untuk gagal
bronkoskopi fiberoptik.
napas hipoksemik. Pada penyakit berat seperti ARDS,
Pada pasien dengan gagal napas akut, pilihan
mungkin diperlukan ventilasi mekanik, positive end-
didasarkan pada apakah oksigen, obat-obatan pernapasan,
expiratoy pressure (PEEP) dan terapi respirasi tipe lain.
dan terapi pemapasan viajalan napas alami cukup adekuat
Walaupun umumnya tidak didapatkan hiperkapnia, tetapi
ataukah lebih baik denganjalan napas artifisial. Tatalaksana
dapat terjadi karena beban kerja pernapasan menyebabkan
yang agresifsebelum intubasi dapat dicoba, dan hasilnya
kelelahan otot pernapasan. Perhatian terhadap membimbing dokter untuk membuat keputusan. Indikasi
transportasi oksigen penting, dan anemia berat harus intubasi dan ventilasi mekanik ialah :
dikoreksi serta curah jatung yang adekuat harus . Secara fisiologis: a). hipoksemia menetap setelah
dipertahankan. Penyakit dasar yang menyebabkan gagal pemberian oksigenb). PCO2 > 55 mm Hg dengan pH <
napas hipoksemik harus diatasi, terutama jika pneumonia, 7 ,25 , c). Kapasitas vital < I 5 mlikg dengan penyakit
sepsis, atau penyebab lain sebagai dasamya. Tatalaksana neuromuskular
dapat meliputi diuretika, antibiotik, dan bronkodilator selain . Secara klinis: a). Perubahan status mental dengan
tindakan-suportif lainnya. gangguan proteksijalan napas, b). Gangguan respirasi
Pada beberapa pasien dengan penyakit paru yang tidak dengan ketidakstabilan hemodinamik c). obstruksi jalan
merata pada semua bagian paru (tidak mengenai kedua napas atas (pertimbangkan trakeostomi jika obstmksi
paru), memiringkan pasien pada posisi di mana area paru terletak di atas trakea), d). sekret yang banyak yang
yang tidak terlibat atau yang kurang terlibat berada lebih tidak dapat dikeluarkan oleh pasien, dan membufuhkan
bawah dapat meningkatkan oksigenasi. Hal ini karena penyedotan
gravitasi dan berat paru meningkatkan perfusi dan ventilasi
Panduan untuk memilih pasien yang memerlukan
ke derah paru yang tergantung/lebih di bawah. Pasien
intubasi endotrakeal di atas mungkin berguna, tetapi
dengan hemoptisis berat atau sekret /dahak banyak, tidak
pengkajian klinis respons terhadap terapi seringkali lebih
boleh ditempatkan pada posisi seperti ini karena
berguna lagi. Faktor lain yang perlu dipikirkan ialah
kemungkinan akan terjadi aspirasi darah atau sekret ke
ketersediaan fasilitas dan potensi manfaat ventilasi
arca yarrg belum terlibat.
tekanan-positif tanpa ETT (ventilasi tekanan-positif non-
PadaARDS dengan edema paru nonkardiogenik yang
invasif,NIPPV:NIV).
difus, terdapat banyak pendapat yang menganjurkan
pasien ditempatkan dalam posisi pronasi (tengkurap). Oksigen. Besarnya oksigen tambahan yang diperlukan
Pasien yang berada pada posisi pronasi lebih jarang tergantung pada mekanisme hipoksemia; tipe alat pemberi
mengalami kolaps pada sisi paru yang tergantung. Selain oksigen tergantung pada jumlah oksigen diperlukan,
itu lebih sedikit area paru yang mendapat penekanan oleh kecenderungan pasien dan doktel potensi efek samping
jantung atau isi abdomen. Pada beberapa pasien, perbaikan oksigen pada konsentrasi berbeda-beda, dan ventilasi
pada hipoksemia arterial bersifat sementara setelah semenit pasien. Karena oksigen konsentrasi tinggi merusak
perubahan dari posisi supinasi ke pronasi, tetapi pada paru, harus diupayakan untuk meminimalkan jumlah dan
banyak kasus efeknya bertahan selama minimal beberapa lama terapi oksigen. Lebih lengkap mengenai terapi oksigen
Jarn akan dibahas dalam bab tersendiri.

Jalan napas (airway). Jalan napas sangat penting untuk Bronkodilator. Bronkodilator mempengaruhi langsung
ventilasi, oksigenasi, dan pemberian obat-obatan terhadap kotrtraksi otot polos, tetapi beberapa mempunyai
pernapasan. pada semua pasien dengan gangguan efek tidak langsung terhadap edema dan inflamasi.
pernapasan, harus dipikirkan dan diperiksa adanya Bronkodilator merupakan terapi utama untuk penyakit paru
obshuksi jalan napas atas. Perlimbangan untuk insersi jalan obstruktif, tetapi peningkatan resistensi jalan napas juga
napas artifisial, seperti endotracheal tube (ETT) ditemukan pada banyak penyakit paru lainnya, seperti
berdasarkan manfaat dan risiko jalan napas artifisial edema paru, ARDS, dan mungkin pneumonia.
GAGALNAPASAKUT
225

Ozflow Fio2 Keuntungan Kerugian


Alat
rate (Um)
Low-flow delivery devices :
. Kanul nasal
Simple mask 2-6 0,24 - 0,35 Pasien nyaman FlOz bervariasi dengan VE
FlOz bervariasi dengan VE
4-8 0,24 - 0,40
High-flow delivery devices :
. Venturi mask 2-12 0,25 - 0,50 FlOz konstan dengan VE Aliran tidak adekuat Pada FlOz
tinggi
. Nonrebreathing mask 6-15 0,70 - 0,90 FlO2 tinggi Tidak nyaman; FlOz tidak daPat
disesuaikan
. High-ftow O2btender 6 - 20 0,50 - 0,90 FlO, tinggi pada aliran total

Agonis beta-adrenergik / simpatomimetik. Obat-obat ini tonus parasirnpatis instrinsik. Obat-obat ini kurang berperan
lebih efektif bila diberikan dalam bentuk inhalasi pada asma, di mana obstruksi jalan napas berkaitan dengan
dibandingkan secara parenteral atau oral. Untuk efek inflamasi, dibandingkan bronkitis kronik, dimana tonus
bronkodilatasi yang sama, efek samping sangat berkurang parasimpatis tampaknya lebih berperan.
bila dilakukan dengan rute inhalasi, sehingga dosis yang Antikolinergik direkomendasikan terutama untuk
lebih besar dan kerja lama dapat diberikan. bronkodilatasi pasien dengan bronkitis kronik. Pada gagal
Terapi yang efektif mungkin membutuhkan jumlah napas, antikolinergik harus selalu digunakan dalam
agonis beta-adrenergik yang dua hingga empat kali lebih kombinasi dengan agonis beta-adrenergik.
banyak daripada yang direkomendasikan untuk pasien Ipratropium bromida tersedia dalam bentuk MDI
dengan penyakit obstruksi paru stabil. Peningkatan dosis (metered-dose inhaler) atau solusio untuk nebulisasi' Efek
(kuantitas lebih besar pada nebulisasi) dan peningkatan samping jarang terjadi, seperti takikardia, palpitasi dan
frekuensi pemberian (hingga setiap jam atau nebulisasi retensi urin.
kontinu) seringkali dibutuhkan.
Teofilin. Teofilin kurang kuat sebagai bronkodilator
Pemilihan jenis obat didasarkan pada potensi, efikasi,
dibandingkan agonis beta-adrenergik. Mekanisme kerj a
kemudahan pemberian, dan efek samping. Diantara yang
ialah melalui inhibisi kerja fosfodiesterase padaAMP siklik
tersedia ialah albuterol, metaproterenol, terbutalin. (cAMP), translokasi kalsium, antagonis adenosin, stimulasi
Epinefrin tidak digunakan karena tidak spesifik terhadap
reseptor beta-adrenergik, dan aktivitas anti-inflamasi.
reseptor a2, ju1a tidak menunjukkan kelebihan dalam
Sekitar 90 % teofilin dimetabolisme di hepar menjadi
mengatasi bronkospasme dibandingkan obat lain yang
metabolit tidak aktif dengan sistem sitokrom P450. Sistem
lebih selektif. Agonis beta-adrenergik kerj a lama (LABA),
enzim ini distimulasi oleh merokok tembakau atau marijuana
berguna untuk penggunaan kronik seperti mencegah
dan fenobarbital. Aktivitas enzim ini memrun dengan adanya
bronkospasme, tetapi tidak direkomendasikan untuk
simetidin, eritromisin, kontrasepsi oral, danbanyak obat lain.
serangan bronkospasme akut.
Metabolisme teofilin sangat berkurang dengan demam, usia
Efek samping meliputi tremor, takikardia, palpitasi,
lanjut, berhenti merokok, atau dengan obat yang
aritmia, dan hipokalemia. Efek kardiak pada pasien dengan
meningkatkan metabolisme, penyakit hati, dan gagal jantung'
penyakit jantung iskemik dapat menyebabkan nyeri dada
Efek samping meliputi takikardia, mual dan muntah'
dan iskemia, walaupun jarang terjadi. Hipokalemia biasanya
Komplikasi yang lebih parah ialah aritmia jantung,
dieksaserbasi oleh diuretik tiazid dan kemungkinan
hipokalemia, perubahan status mental, dan kejang.
disebabkan oleh perpindahan kalium dari kompartemen
ekstrasel ke intrasel sebagai respons terhadap stimulasi Kortikosteroid. Mekanisme kortikosteroid dalam
beta-adrenergik. Komplikasi yang jatatg terjadi ialah menurunkan inflamasi jalan napas tidak diketahui pasti,
perburukan hipoksemia karena eksaserbasi dari tetapi perubahan pada sifat dan jumlah sel inflamasi telah
ketidakseusaian ventilasi-perfusi. Pada kasus ini, didemonstrasikan setelah pemberian sistemik dan topikal'
vasokonstriksi arteri pulmonar lokal yang wajar di area Kortikosteroid aerosol kurang baik distribusinya pada
yang rendah rasio ventilasi-perfusinya, dinetralkan oleh gagal napas akut, dan hampir selalu digunakan preparat
efek obat. oral atau parenteral.
Antikolinergik. Respons bronkodilator terhadap obat Efek samping kortikosteroid parenteral ialah
antikolinergik (parasimpatolitik) tergantun g pada derajat hiperglikemia, hipokalemia, retensi natrium dan air, miopati
226 I(EGAWATDARURAf,AN MEDIK DI BIDAI{G ILMU PENYAKIT DALAM

steroid akut (terutama pada dosis besar), gangguan sistem yang lebih invasif seperti kateterisasi j antung kanan. perlu
imun, kelainan psikiatrik, gastritis dan perdarahan diperhatikan bahwa pengukuran tekanan vena sentral
gastrointestinal. (CVP) dipengaruhi positive end-expiratory pressure
Kortikosteroid inahalasi sangat j arang menimbulkan (PEEP). Pada kateterisasi jantung kanan penderita dengan
efek samping sistemik kecuali batuk, karena provokasi resistensi vaskular paru yang meningkat (emfisema, em-
bronkospasme, dan kandidiasis oral dan faring. boli paru, dan penyakit vaskular paru lainnya), tekanan
Kortikosteroid inhalasi yang lebih kuat mempunyai efek diastolik arteri pulmonar (PAD) tidak dapat
samping jangka panjang pada pertumbuhan, osteoporo- menggambarkan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
sis, dan perkembangan katarak. Penggunaan kortikosteroid (LVEDP). Hasil perhitungan curah jantung dengan metode
bersama-sama dengan obat penghambat neuromuskular Fick juga terpengaruh pada gagal napas akut, karena
non-depolarisasi telah dihubungkan dengan kelemahan ketidakakuratan pengukuran konsumsi oksigen saat fraksi
otot yang memanjang dan menimbulkan kesulitat.wean- oksigen inspirasi melebihi 0,6.
ing. Pemantauan respirasi meliputi frekuensi napas,
Ekspektoran dan nukleonik. Cairan per oral atau parenteral penilaian mekanika respirasi, pertukaran udara, dan fungsi
dapat memperbaiki volume atau karakteristik sputum pada terintegrasi sistem kardiovaskular dan respirasi.
pasien yang kekurangan cairan. Katium yodida oral mungkin
berguna untuk meningkatkan volume dan menipiskan Ventilasi Mekanik
sputum yang kental. Penekan batuk seperti kodein Mengenai ventilasi mekanik akan dibicarakan dalamjudul
dikontraindikasikan bila kita menghendaki pengeluaran tersendiri.
seket melalui batuk.
Obat mukolitik dapat diberikan langsung pada sekret
jalan napas, terutamapadapasien dengan ETT. Sedikit (3-
REFERENSI
5 ml) Na Cl 0,9 0%, salin hipertonik, dan natrium bikarbonat
hipertonik juga dapat diteteskan sebelum penyedotan Amir, Z. Acute Respiratory Distress Syndrome. 2"d National Symp.
(suctioning) dan bila berhasil akan keluar sekret yang 1ebih Cardiovascular, Respiratory and Immunology, Jakarta Mei 2003
banyak. Bellini LM. Nutrition in Acute Respiratory Failure. In Fishman Ap,
Asetilsistein merusak ikatan disulfrd pada protein spu- Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Kaiser LR, Senior RM (eds).
Fishman's Manual of Pulmonery Diseases and Disorders. New
tum dan dapat menjadi obat mukolitik yang kuat. Tetapi
York: McGraw-Hill 2002. 1082-9).
asetilsistein yang diaerosolisasi kurang efektif dan dapat
Bellini LM, Grippi MA. Hemodynamic and Respiratory Monitoring
merangsang bronkospasme pada penderita asma. Jika in Acute Respiratory Failure. In Fishman AP, Elias JA, Fishman
diperlukan, sedikit asetilsitein dapat diberikan saat lavase JA, Grippi MA, Kaiser LR, Senior RM (eds). Fishman's Manual
dengan bronkoskopi fleksibel pada jalan napas yang of Pulmonery Diseases and Disorders. New York: McGraw-Hill.
bermasalah. 2002. 1064-72.)
Karena beberapa kualitas abnormal sputum disebabkan Brochard L, Mancebo J, Elliot MW. Noninvasive ventilation for
acute respiratory failure. Eur Respir J, 2002;19:712'21.
DNA yang berasal dari penghancuran sel, enzim yang
Colin Selby. Respiratory Medicine: An Illustrated Colour Text.
melisiskan DNA @NAase) dapat bermanfaat, tetapi belum
Edinburgh: Churchill Livingstone, 20O2:70-1.
disetujui untuk pemakaian pada pasien ppOK atau asma. Consensus Conference Report: Clinical indications for noninvasive
positive pressure ventilation in chronic respiratory failure due
to restrictive lung disease, COPD and nocturnal hypoventilation.
TATALAKSANALAIN Chest, I999;1 I 6:521-34.
Make BJ et al Mechanical ventilation beyond the intensive care
unit. Report of a consensus conference of the American College
Fisioterapi dada dan nutrisi merupakan aspek tata laksana
of Chest Physicians. Chest. 1998;t l3(Suppl):289S-344S.
yang perlu diintegrasikan dalamtata laksana menyeluruh
Sue DY, Lewis DA. Respiratory Failure. In Bongard FS, Sue Dy
gagal napas akut. (eds). Cunent Critical Care Diagnosis and Treatment. New york:
Pemantauan hemodinamik dilakukan sesuai kondisi dan Lan ge Medical B ooks/McGraw -Hrll, 2002 :268 -3 04.
umumnya meliputi pengukuran rutin frekuensi denyut Wysocki M, Antonelli M. Noninvasive mechanical ventilation in
jantung, ritme jantung, tekanan darah sistemik, tekanan acute hypoxaemic respiratory failure. Eur Respir J, 2001;18:209-
vena sentral, dan penenfuan hemodinamik dengan teknik 20.
30
RESUSITASI JANTUNG PARU
Arif Mansjoer

PENDAHULUAN Pada rekomendasi ILCOR 2005 terdapat beberapa


perubahan mendasar dalam tata laksana resusitasi.
Resusitasi jantung pam mempakan upaya perlolongan Beberapa hal penting dalam rekomendasi resusitasi
pertama pada orang tidak sadar yang mengalami henti jantung paru 2005:
jantung atau henti napas. Perkembangarr lupaya . Tekanan dan rekomendasi perbaikan efektivitas
pertolongan ini memiliki sejarah yang panjang. Tercatat tindakan kompresi dada
pada tahun 1740 Paris Academy of Science secara resmi . Rasio kompresi dan ventilasi yang sama oleh penolong
merekomendasikan resusitasi mulut ke mulut pada korban pada semua korban (kecuali bayi baru lahir)
tenggelam. Selanjutnya metode resusitasi terus . Rekomendasibahwa setiap napas buatandiberikan selama
berkembang hingga Peter Safar tahun 1950-an 1 detik dan harus dapat menyebabkan kenaikan dada.
mengembangkan pengendalian jalan napas (airway controL) . Rekomendasi satu shock segera diikuti resusitasi
serta metode pernapasan buatan dari mulut ke mulut dan jantung paru yang digunakan saat defibrilasi korban
W.B. Kouwenhoven tahun I 960. mengembangkan metode henti jantung akibat fibrilasi ventrikular. Iramajantung
pijat jantung dada tertutup (closed-chest cardiac diperiksa seti ap 2 menit.
massage). Selanjutnya kedua metode ini dipadukan menjadi
Perubahan yang ada menitikberatkan pada informasi
resusitasi jantung paru (RJP). Pada tahun 1914 American
tentang cara melakukan resusitasi jantung paru lebih
H eart A s s o c iation merekomendasikan dan mensosialisasikan
sederhana sehingga mudah dipelajari, mudah diingat, dan
metode resusitasi jantung paru. Sistem ini kemudian
mudah dilakukan. Hal penting lainnya adalah semakin
digunakan dan dikembangkan di seluruh dunia. Pada tahun diminimal waktu terputusnya kompresi dada sehingga
2005 perhimpunan berbagai organisasi bidang resusitasi aliran darah ke organ vital dapat dipertahankan.
di dunia bersepakat membentuk suatu komite pemersatu Rekomendasi hasil konsensus terakhir tersebut dibuat
(ILCOR) bertemu dan membuat konsensus dan rekomendasi. sebagai panduan pembentukan pedoman resusitasi bagi para
International Liaison Committee on Resuscitation anggota ILCOR. Di Amerika, misalnya, American Heart
(ILCOR) yang dibentuk tahun 1993 merupakan organisasi Association (AHA) membuat '2005 American Heart
yang terdiri dari berbagai organisasi resusitasi di dunia Cardiopulmonary Resuscitation
Association Guidelines for
dan dibentuk untuk melakukan pengkajian berbagai ilmu and Emergency Cardiovascular Care' sedatgkan di
pengetahuan resusitasi secara sistematis dan membuat Eropa, European Resuscitation Council (ERC). Panduan
rekomendasinya. ILCOR telah dua kali mengadakan yang dibuat dari rekomendasi ILCOR 2005 banyakberbeda
konferensi, yaitu pada tahun 1999 dan 2005. Pada dengan panduan-panduan yang ada sebelumnya.
konferensi pertama dihasilkan Guidelines 2000 for
C ar di opul monary Resus c it ation (CPR) and Emer g ency
Cardiovascular Care (ECC). Sedangkan pada konferensi KEBERHASILAN RESUSITASI JANTUNG PARU
kedua di Texas pada 23-30 Januari2005, yang diikuti 249
peserta dari 1 8 negara dikeluarkan konsensus internasional Henti jantung mendadaktelah menjadi penyebab kematian
yang memuat kesimpulan dan rekomendasi pengobatan utama di dunia. Di Eropa 700.000 kematian per tahun
berdasarkan bukti ilmiah (evidence-based medicine). disebabkan oleh henti jantung mendadak. Di Amerika

227
228 KEGAWAIDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PETTYAKIT DALAM

insidensnya 0,55 kernatian per 1.000 populasi/tahun (kompresi dada dan pemberian napas buatan) ditambah
dengan kematian karena penyakit arteri koroner di luar defibrilasi. Sedangkan pada trauma, overdosis obat,
rumah sakit atau unit gawat darurat sebesar 330.000 tenggelam, dan kebanyakan anak mekanisme henti
kematian per tahun sedangkan di dalam rumah sakit 250.000 jantungnya adalah asfiksia di mana resusitasi terbaiknya
kematian per tahun. adalah pemberian napas buatan.
Empat puluh persen korban henti jantung mendadak Agar resusitasi korban, baik fibnlasi ventrikular maupun
mengalami fibrilasi ventrikular (VF) saat pertama kali asfiksia, dapat berhasil ada 4 langkah penting yang dikenal
diperiksa. Namun sedemikian banyaknya fibrilasi dengan konsep Chain of Survival, yail.t'.
ventrukular atau takikardia ventrikular yang terjadi pada l. Pengenalan dini keadaan gawat (emergency) dan
henti jantung mendadak, saat dilakukan rekaman meminta banfuan pelayanan gawat darurat medis atau
elektrokardiogram irama jantung telah berubah menjadi pelayanan medis setempat. Pertolongan dini dan efektif
asistol. Fibrilasi ventrikular merupakan depolarisasi dan dapat mencegah henti jantung.
repolarisasi yang cepat dan tidak teratur di manajantung 2. Resusitasi jantung paru dini oleh penolong. Resusitasi
kehilangan fungsi koordinasi dan tidak dapat memompa segera dapat menyelamatkan hidup dan henti jantung
darah secara efektif. Banyak korban henti jantung dapat akibat fibrilasi ventrikular dua hingga tiga kali lipat.
ditolong jika penolong segera bertindak saat masih terdapat 3. Defibrilasi dini. Resusitasi jantung paru ditambah
fibrilasi ventrikular, namun sebaliknya resusitasi kurang defibrilasi dalam 3-5 menit pertama terjadinya kolaps
berhasil bila irama jantung telah asistol. dapat menyelamatkan hidup hingga 49-7 5'/o. Tiap menit
Tindakan terbaik yang dapat diberikan pada henti penundaan defibrilasi mengurangi kemungkinan
jantung akibat fibrilasi ventrikel adalah resusitasi segera selamat sebany ak l0 - 1 5%".

Shout for help

0pen Airway
Look for signs of life

call EMS/Resuscitation Team

Give 2-5 initial Breaths jf no regular breathing

Give 30 chest Compressions (almost 2 compressions/second)


followed by 2 breaihs Continue untill defibrillator/monitor is attached

N on-Shockkable
(P E A/A sv sto le )

Advanced Life Support

During CPR
Give 1 shock Maintain open airway
Ventilate and oxygenate
0btain vascular access
Verify electrode/paddle postion
and contact
Correct reversible causes

Consider:
Airway adjunct
Vasopresso rs/a ntiarrhythm ics

Monitor and Manager:


G I u co se /te m p e ratu relC O,/e le ctro ly te s

Gambar 1. Algoritme umum penanganan henti jantung (lLCOR, 2005)


RESUSITASI JANTUNG PARU
229

4. Bantuan hidup lanjut dini dan perawatan pasca- BANTUAN HIDUP DASAR
resusitasi. Kualitas pengobatan selama fase pasca-
resusitasi akan mempengaruhi hasil (outcome). Bantuan hidup dasar (basic life support) adalah suatu
Weisfeldt dan Becker (2005) mengemukakan 3 fase tindakan Pada saat pasien ditemukan dalam keadaan
henti jantung akibat frbrilasi ventrikular. Fase pertama tiba-tiba tidak bergerak, tidak sadar, atau tidak bemapas,
adalah fase elektrik yag berlangsung dalam 4 menit maka periksa respons pasien. Bila pasien tidak respons,
pertama henti jantung. Tindakan yang penting pada fase aktifkan sistem darurat dan lakukan tindakan bantuan
ini adalah defrbrilasi. Fase kedua adalah fase sirkulasi hidup dasar.
(hemodinamik) fase ini berlangsun g antara 4 sampai 1 0 Singkatan ABCD sudah terkenal luas dan
menit pertama. Pada fase ini yang penting adalah kompresi mempermudahtata laksana pasien henti jantung' ABCD
dan ventilasi untuk memberi perfusi pada otak dan tersebut adalah airway, breathing, circulation' dan
jantung. Sedangkan fase ketiga adalah fase rnetabolik defibrillation. Aitway adalah upaya untuk mempertahan
yang berlangsung setelah 10 menit henti jantung. Pilihan kan jalan napas yang dapat dilakukan secara non-
pada fase ini adalah memberi kesempatan pada otak untuk invasif maupun invasif. Breathing adalah upaya
recovery atau menurunkan kebutuhan oksigen otak memberikan pernapasan atau ventilasi. Circu lation
dengan cara terapi hipotermia. adalah upaya mempertahankan sirkulasi darah baik
dengan obat-obatan maupun dengan kompresi dada
fiantung). Pembukaan jalan napas dengan teknik non-
HENTI JANTUNG DAN RESUSITASI JANTUNG PARU invasif dilakukan dengan cara mengekstensikan kepala
(head tilt) serta mengangkat dagu (chin lift). Membuka
Henti jantung adalah keadaan terhentinya aliran darah jalan napas dengan mengangkat rahang Qaw trust)
dalam sistem sirkulasi tubuh secara tiba-tiba akibat dilakukan bila dicuriga ada trauma kepala (fraktur
terganggunya efektivitas kontraksi j antung saat sistolik. vertebra servikal). Penilaian pernapasan (breathing)
Berdasarkan etiologinya henti jantung dapat disebabkan dengan memantau atau observasi dinding dada pasien
oleh penyakit jantung (82,4%); penyebab intemal non- dengan cara melihat (look) nark dan turunnya dinding
jantung (8,6%) seperti akibat penyakitparu, penyakit dada, mendengar (listen) tdara yang keluar saat
serebrovaskular, penyakit, kanker, perdarahan saluran ekshalasi, dan merasakan (feel) aliran udara yang
cerna, obstetrik/pediatrik, emboli paru, epilepsi, diabetes menghembus di pipi penolong. Bila pasien bernapas,
melitus, penyakit ginjal; dan penyebab eksternal non- posisikan pasien dalam posisi pemulihan. Bila pasien
jantung (9,0%) seperti akibat trauma, asfiksia, overdosis tidak bernapas atau pernapasan tidak adekuat, berikan
obat, upaya bunuh diri (selain yang telah disebutkan), napas buatan 2 kali. Setiap napas diberikan 1 detik dan
listrik/petir. Henti j antung dibedakan berdasarkan aktivitas terlihat menaikkan dinding dada.
listrik jantung (elektrokardiogram), yaitu asistol, aktivitas Penilaian sistem sirkulasi datah (Circulation)
elektrik tanpa nadi (pulseless electrical activity, PEA), dilakukan dengan menilai adatya pulsasi arteri karotis.
fibrilasi ventrikel (VF), dan takikardia ventrikel tanpa nadi Penilaian ini maksimal dilakukan selama 5 detik. Bilatidak
(pulseless VT). ditemukan nadi maka dilakukan kompresi jantung yang
Tindakan resusitasi jantung paru dilakukan oleh tenaga efektif, yaitu kompresi dengan kecepatan 100 x/m,
medis bila sudah ditegakkan masalah henti jantung. kedalaman 4-5 cm, memberikan kesempatan jantung
Resusitasi janfung paru tidak dimulai bila pasien memiliki mengembang (pengisian ventrikel), waktu kompresi dan
keterangan DNAR (do not attemptresuscitation), pasien relaksasi sama, minimalkan terputusnya kompresi dada,
memiliki tanda kematian yang ireversibel (seperti dan rasio kompresi dan ventilasi 30:2.
rigormortis, dekapitasi, dekomposisi, atau pucat), atau tidak Salah satu faktor keberhasilan penanganan henti
ada manfaat fisiologis yang dapat diharapkan karena fungsi jantung adalah defibrilasi diti (early defibrillation).
vital telah menurun walau telah diberi terapi maksimal Resusitasi jantung paru yang disertai dengan defrbrilasi
(seperti syok septik atau syok kardiogenik yang progresif). dini (dalam 3-5 menit henti jantung) akan memberikan
RJP dihentikan bila sirkulasi dan ventilasi spontan secara angka kesintasan 49-1 5% dan tiap keterlambatan
efektif telah membaik, perawatan dilanjutkan oleh tenaga defibrilasi I menit maka kesintasan akan menurun 1 0- 1 5'
medis di tempat rujukan atau di tingkat perawatan yang Berdasarkan hal tersebut dikembangkan alat yang dapat
lebih tinggi, ada kriteria yang jelas menunjukkan sudah mengenali irama jantung, menganalisis dan memberikan
terjadi kematian yang ireversibel, penolong sudah tidak instruksi tindakan yang perlu dilakukan. Alat yang
dapat meneruskan tindakan karena lelah atau ada keadaan disebut AED (automated axternal defibrillator) ir,i
lingkungan yang membahayakan atau meneruskan diletakkan di tempat-tempat umum dan dapat dapat
tindakan resusitasi akan menyebabkan orang lain cedera, digunakan oleh orang awam pada pasien henti jantung
atau keterangan DNAR diperlihatkan kepada penolong di luar rumah sakit.
230 KEGAWIIT-DARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PEIIYAKIT DAIJ\M

Tidak ada gerakan atau respon

Hubungi 9'll atau


nomor kontak gawat darurat
Minta alat deflbrilasi atau kirlmkan
tenaga penyelamat kedua
jika ada untuk mendapatkannya

Bebaskan jalan napas, cek pernapasan

Jika tidak bernapas, berikan 2 kali napas bantuar


yang membuat dada terangkat

respon, cek nadi: i jetas: ;5 ;i


i
ajelas teraba nadi i--------------- i
rrioetirz i i : -.-l
i

Berikan siklus 30 kali kompresi dan 2 kali napas bantuan


hingga defibrilator tiba, penyedia bantuan hidup lanjut mengambil alih,
atau korban bergerak
Tekan kuat dan cepat (1 00 kali/menit) dan lepaskan penuh
lvlinimalkan interupsi pada kompresi

Berikan satu kali tembakan (shock) Segera ulangi RJP 5 siklus


Segera ulangi RJP 5 siklus Cek ritme tiap 5 siklus;
lanjutkan hingga penyedia bantuan hidup
lanjut mengambil alih atau korban bergerak

Gambar 2. Algoritma bantuan hidup dasar (AHA, 2005)

Gambar 3. Tindakan{indakan bantuan hidup dasar: a. Evaluasi respons pasien


b. Minta pertolongan, c Amankan jalan napas, d Evaluasi pernapasan pasien, e
Pemberian napas buatan, f. Kompresi dinding dada.
RESUSTTASI JANTUNG PARU
231

BANTUAN HIDUP LANJUT

Bantuan hidup lanjut(Avanced Life Support) dilakukan di


fasilitas kesehatan. Tindakan bantuan hidup dasar tetap
dipertahankan dan dilengkapi oleh bantuan hidup lanjut.
Gambar 4. Posisi pemulihan Pada manajemen jalan napas (airway), tindakan yang
dilakukan adalah mempertahankan patensi jalan napas
dengan head tilt-chinlift blla perlu gunakat orophatyn-
geal airway ataunasopharyngeal airway. Tindakan lanjut
seperti intubasi endotrakeal atau penggunaan latyngeal
mask airway (LMA) dapat dilakuan. Suplementasi oksigen
diberikan dan nilai oksigenasi dan ventilasi dengan melihat
naiknya dinding dada, saturasi oksigen, kapnograf' Pada
Gambar 5. Kompresi dinding dada dilakukan di titik tengah pasien yang sudah menggunakan pipa endotrakeal
sternum Saat melakukan kompresi dada maka tekanan intratoraks (endotracheal tub e) maka ventilasi dapat diberikan dengan
meningkat dan jantung paru akan tertekan. Darah dari jantung
frekuensi 10-12 kali permenit dan kompresi dinding dada
(ventrikel kiri) akan terpompa ke sistem sirkulasi Saat kompresi
dilepas (dekompresi) maka tekanan intratoraks menurun dan dapat dilakukan 100 kali permenit tanpa terputus. Periksa
jantung-paru akan mendapat kesempaian pengisian volume posisi pipaendotrakeal baik dengan auskultasi atau
kapnograf. Fiksasi pipa enfotrakeal agar tidak mudah lepas.
Untuk menjamin akses vascular maka pada pasien perlu
dipasang akses intravena. Lead EKG dipasang untuk
memantau adaflya aritmia atau henti jantung (asistol, PEA,
VF, atau VT tanpa nadi). Sesuai indikasi berikan cairan
dan obat untuk mengatur:irama seperli amiodaron, Iidokain,
sulfas atropine, magnesium; mempertahankan tekanan
darah seperli epinefrin, dopamin.
Gambar 6. Automated external defibrillator diletakkan di tempat
Panduan algoritma penanganan henti jantung dibagi
umum dan digunakan saat ditemukan pasien yang dicurigai
mengalami henti jantung menjadi dua, yaitu henti jantung yang dapat dilakukan

dengarkan instruksi
Gambar 7. Langkah-langkah pemasangan AED (automated external defibriltator): a. buka tutup tas atau kotakAED,
pada sisi kanan sternal di bawah klavikula dan elektroda apeks di sisi
yang terdengar dari mesin Reb, n,c,O. iempelkan elektroda sternal
tidak memegang
Lteiat apetJpada garis aksilaris anterior, e,f,g,h ikuti instruksi menghentikan kompresi dada saat mesin AED menganalisis,
pasien saat mesin AED melakukan shock, melanjutkan kompresi dada, dan pemberian napas buatan
232 KEGAWATDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PEIYYAKIT DALAM

Pulseless Arrest
Algorilme bantuan hidup dasar: meminta
bantuan, lakukan RJP
Bedkan oksigen jika tersedta
Pasang monitor/defibrilator jika tersedia

Shockable 'l No/ Shockab/e


Cet r rm-"
R im e sho.trhlp? I

Aslsto e/PEA

Berikan 1 kali tembakan (shock) Segera ulangi RJP sebanyak 5 siklus


. BiFasik manual: sesuai alati (pada Jika lersedia akses lV ateu lO, berkan vasopresor
umumnya 120 hingga 200 J) Epinekin 1 mg lVi lO
. Catatan: iika tidak dlketahui, Ulangiiap 3 hingga 5 menil
gunakan 200 J atau
. AED: sesuai alat Berikan selu dos s vasopresin 40 U lV/ O untuk
. N4onofasik: 360 J mengganlikan epinefrin dos s pedama alau kedua

t I Berikan 5 sik us RJF

;*r* I
Berikan 5 siklus RJP

Cek rtme
engisi lcharying) R rtm e shockable?

h tinggi

. AED: sesuai alsl


- N,4onofasikt 360 J
Segera ulangi RJP selelah tembakan
Jiks tersedia akses lV atau IO, berikan vasopresor selema RJp
(sebelum atau sesudah tembakan)
Epinefrin'1 mg lV/lO
. Ulangi tiap 3 hingga 5 menit
. atau
. Berikan satu dosis vasopresin 40 U lV/lO untuk mengganlikan
eprnefrin dosis pedama alau kedua

Benkan 5 siklus R,iP


Not
able
Cek asisto e lanjulkan kotak 5
'T",.^ I ridak
rka lidak ada nadi, laniu kan ke kotak 1 0
ka lerdapat nadi mulal tala aksana poshesul
Shockable

Berlk SaaI RJP


bih tinggi _ Te enit)
-Pa
J - lvli resi dada
: Monofasik: 360 J
Sa uikan 2 ka i napas bantueni
5
' Hrndar h peryenlrasi
JP

IV
o H poksia
o on Hidrogen (as dosis)
o Hipo/h perka em a
o H pog ikem a
o H potermla
o Toks n
o Tamponade,la
o Tension pneum x
o Trombosis (kor teu paru)
o lrauma

Gambar 8. Algoritma bantuan lanjut dasar (AHA, 2005)

defibrilasi (fibrilasi ventrikel dan takikardia ventrikel tanpa PENUTUP


nadi) dan yang tidak dapat dilakukan defibrilasi (asistol
dan pulseless electrical activie). Perubahan pada rekomendasi tahun 2005 didasarkan pada
Saat melakukan bantuan hidup lanjut, maka penyebab upaya mengurangi waktu terputusnya kompresi yang
henti jantung yang reversibie harus dicari dan diatasi. mempakan waktu perfusi. Perubahan besar adalah kapan
Penyebab yang reversible adalah 5H dan 6T, yaitu CPR dimulai, rasio kompresi:ventilasi 30:2, perkembangan
Hypovolemia, Hypoxia, Hydrogen ion (asidosis),Hypo-l AED, dan strategi |-shock diikuti kompresi-ventilasi.
Hyperkalemia, Hypoglycemia, hypothermia, Toxins, Ilmu pengetahuan tentang resusitasi jantung paru terus
Tamponade Jantung, Tension pneumothorax, berkembang. Pedoman saat ini akan berkembang dan
Thrombosis coronary, Thrombosis pulmonary), dan berubah di kemudian hari. Saat ini prinsip resusitasi tetap
Trauma. early recognition and call for help, early CPR, early
RESUSITASI JAT{TUNG PARU 233

defibrillation, dan postresuscitation care. Berbagai Ewy GA. Cardiocerebral resuscitation-the new cardiopulmonary
penelitian terus berjalan dengan tujuan mendapatkan resuscitation. Citculation. 2005: I 1 l:2134-2142
metode resusitasi dengan hasil (outcome)yang lebih baik. Handley A, Koster R, Monsieurs K, GD Perkins, Davies S, Bossaert
L. European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation
2005 - section 2. adult basic life support and use of automated
extemal defibrillators. Resuscitation. 2005;6'7 (suppl 1):S7-S23.
REFERENSI International Liaison Committee on Resuscitation. 2005 Interna-
tional consensus on cardiopulmonary resuscitation and emer-
American Heart Association. Guidelines 2000 for cardiopulmonary gency cardiovascular care science with treatment recommenda-
resuscitation and emergency cardiovascular care. Circulation. tions. Circulation. 2005; 1 12:IIIl -lII1 36.
2000;1 02(suppl):I 1 -I3 84. Mitka M Peter J. Safar, MD j'father of CPR," innovator, teacher,
American Heart Association, In collaboration with International humanist. .I Am Med Assoc. 2003:289:2485-6.
Liaison Committee on Resuscitation Guidelines for cardiopul-
monary resuscitation and emergency cardiovascular care - an
international consensus on science. Resuscitation. 2000;46:l-
430.
31
ACUTE RESPIRATORY DIS TRESS S r/VDR OME
(ARDS)
Zulkifl i Amin, Johanes Purwoto

DEFINISI

ARDS merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan Akibat Sistemik Akibat Paru sendiri
permeabilitas membran alveolar-kapiler terhadap air, larutan
Luka berat Aspirasi asam lambung
dan protein plasma, disertai kerusakan alveolar difus, dan Sepsis Emboli karena pembekuan
akumulasi cairan yang mengandung protein dalam Pankreatitis darah, lemak, udara, atau
parenkimparu. Shock calran amnton
Dasar definisi dipakai konsensus Komite Konferensi Tranfusi berulang TBC miliar
ARDS Amerika-Eropa tahun 199 4 tdd: DIC Radang paru difus/luas (cth,
Luka bakar SARS)
1. Gagal tapas (respiratory failure/distress) dengan a

a Obat-obatan/overdosis Radang paru eosinofilik akut


onset akut
Opiat Cryptogenic organizing
2. Rasio tekanan oksigen pembuluh arteri berbanding
Aspirin pneumonitis
fraksi oksigen yang diinspirasi ( PaO, I FIO) < 200 Phenothiazines Obstruksi saluran napas atas
mmHg -hipoksemia berat. Tricyclicls Asap rokok yang mengandung
3. Radiograhtorak: infiltratalveolarbilateralyang sesuai antidepresan kokain
dengan edema paru Amiodarone Near-drowning
Terhisap gas beracun:
4. Tekanan baji kapiler pulmoner Qtulmonary capillary a Khemoterapi
o Nitrogen diosida
wedge pressure) < 18 mmHg, tanpa tanpa tanda klinis Nitrofurantoin
Protamine o Chlorine
(Ro d11) adanya hipertensi atrial kiril(tanpa adarryatanda o Sulfur dioksida
Thrombotic
gagaljantung kiri).
thrombocytopenic o Amonia
purpura o Asap
Bila PaO, lFIOrantara200-300 mmHg, maka disebut Cardiopulmonary Keracunan Oksigen
Acute LungInjury (ALI) bypass
a Trauma paru
Ekspose radiasi
Konsensus juga mensyaratkan terdapatnya faktor Trauma kepala
Paraquat High-altitude exposure
risiko terjadinyaAll dan tidak adanya penyakit paru konik
Lung reexpansion or
yang bermakna. repeffusion
Acute Lung Injury (ALI) danARDS didiagnosis ketika ARDS = acufe respratory distress syndrome (sindrom pernapas- an akut)
bermanife stasi seb agai kegagalan pernapasan berbentuk SARS = severe acute respiratory syndrome (sindrom pemapasan akut berat

hipoksemi akut bukan karena peningkatan tekanan kapiler


paru.

Patogenesis dan Patofisilogi dapat diakibatkan injury langsung atau tidak langsung.
Patogenesis ALI/ARDS dimulai dengan kerusakan pada Kedua hal tersebut mengaktifkan kaskade inflamasi, yang
epitel alveolar dan endotel mikrovaskular. Kerusakan awal dibagi dalam tiga fase yang dapat dijumpai secara tumpang

234
ACUTE RESPIRATORY I'ITRESS SYNI,8OME (AR"DS)
235

tindih: inisiasi, amplihkasi, dan injuty. Diagnosis Klinis


Pada fase inisiasi, kondisi yang menjadi faktor risiko Onset akut umumnya berlangsung 3-5 hari sejak adanya
akan menyebabkan sel-sel imun dan non-imun melepaskan diagnosa kondisi yang menjadi faktor risiko ARDS (lihat
mediator-mediator dan modulator-modulator inflamasi Faktor Risiko). Tanda pertama ialah takipnea, retraksi
didalam paru dan ke sistemik. Pada fase amplifikasi, sel intercostal, adanya ronkhi basah kasar yg jelas. Dapat
efektor seperti netrofil teraktivasi, tertarik ke dan tertahan ditemui hipotensi, febris. Pada auskultasi ditemukan ronki
di dalam paru. Di dalam organ target tersebut mereka basah kasar. Gambaran hipoksia/sianosis yang tak respon
melepaskan mediator inflamasi, termasuk oksidan dan dengan pemberian oksigen. Sebagian besar kasus disertai
protease, yang secara langsung merusak paru dan disfugsr/gagal organ ganda yang umumnyajuga mengenai
mendorong proses inflamasi selanjutnya. Fase ini disebut ginjal, hati, saluran cerna, otak dan sistem kardiovaskular.
fase injury.
Kerusakan pada membran alveolar-kapiler Pemeriksaan Penunjang
menyebabkan peningkatan permeabilitas membran, dan . Laboratorium:
aliran cairan yangkaya protein masuk ke ruang alveolar. - Analisa Gas darah: hipoksemia, hipokapnia
Cairan dan protein tersebut merusak integritas surfaktan (sekunder karena hiperventilasi), hiperkapnia (pada
di alveolus, dan terjadi kerusakan lebihjauh. emfisema atau keadaan lanjut). Alkalosis respiratorik
pada awal proses, akan berganti menjadi asidosis
Terdapat tiga fase kerusakan alveolus: respiratorik.
1. Fase eksudatif : ditandai edema interstisial dan alveolar, - leukositosis (pada sepsis), anemia, trombositopenia
nekrosis sel pneumosit tipe I dan denudasi/terlepasnya (refleksi inflamasi sistemik dan kerusakan endotel),
membran basalis, pembengkakan sel endotel dengan peningkatan kadar amilase (pada pankreatitis)
pelebaran intercellular junction, terbentuknya - gangguan fungsi ginjal dan hati, tanda koagulasi
membran hialin pada duktus alveolar dan ruang udara, intravaskular diseminata (sebagai bagian dari
dan inflamasi netrofil. Juga ditemukan hipertensi MODSI multiple organ dysfunction syndrome)
pulmoner dan berkurangtya compliance paru- . Radiologi
2. Fase proliferatif: paling cepattimbul setelah 3 hari sejak Foto toraks: pada awal proses, dapat ditemukan
onset, ditandai proliferasi sel epitel pneumosit tipe II, lapangat paru yang relatif jernih, serial foto
3. Fase fibrosis: kolagen meningkat dan paru menjadi kemudian tampak bayangan radio-opak difus atau
padat karena fibrosis.

Ciri-ciri Penyebab
True shunt (perfusi ruang udara
Vasokonstriksi pulmoner hipoksik terganggu
VtQ mismatch adalah komponen minor
t Densitas dipenden (berdasar CT scan) Disfungsi surfaktan )
ketidakstabilan alveolar
(terjadi Kolaps/konsolidasi) Kompresi normal yang berlebihan pada paru karena peningkatan
berat
(t cairan paru, inflamasi)
t Elastisitas (! Compliance) Disfungsi surfaktan (1 elastisitas spesifik)
J volume paru ('baby lung)
1 elastisitas dinding dada
Alveolitis fibrosis (lambat)
t Kebutuhan volume per menit 1 ruang rugi alveolar (alveolar dead space) [VorJVr sering 0,4-0,7
t V"o,
t Usaha napas t elastisitas
1 kebutuhan volume per menit
Hipertensi pulmoner Vasokonstriksi pulmoner (TxAz, endotelin)
Trombosis mikrovaskuler pulmoner
Alveolitis fibrosis
PEEP

Toraks
< 18 mmHg atau tidak ada tanda klinis dari
< 300 mmHg lnfiltrat bilateral peningkatan tekanan atrium kiri
< 18 mmHg atau tidak ada tanda klinis dari
< 200 mmHg tekanan atrium kiri
236 KEGAWATDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PEI\TYAKIT DALAM

patchy bilateral dan diikuti pada foto serial 9. Stenosis mitral dengan perdarahan alveolar
berikutnya lagi gambarat conJluent, tid.ak 10. Vaskulitis
terpengaruh gravitasi, tanpa gambaran kongesti atau I 1. Pneumonitis hipersensitivitas
pembesaran jantung. 12. Penyakit paru interstisial
CT scan : pola heterogen, predominasi infiltrat pada Perbedaan edema paru kardiogenik dan non
area dorsal paru (foto supine). kardiogenik (IRDS)
Interpretasi foto toraks berorientasi pada definisi ALI
dan ARDS, meskipun demikian terdapat keberagaman
yang sangat dipengaruhi oleh pengamat baik pada PERJALANAN PENYAKIT
interpretasi foto toraks dan penentuan infiltrat. pada
definisi Konferensi Konsensus Amerika-Eropa, infiltrat ARDS muncul sebagai respons terhadap berbagai trauma
harus bilateral dan konsisten dengan edema paru. dan penyakit yang mempengaruhi paru secara langsung
CT toraks terbukti sangat membantu dalam penelitian (seperti aspirasi isi lambung, pneumonia berat, dan
patofisiologi ALI, Bisa menggambarkan keberagaman kontusio paru) atau secara tidak langsung (sepsis sistemik,
inflasi paru, dan secara umum digunakan unfuk memandu trauma berat, pankreatitis). Dalam 12-48 jam setelah kejadian
tatalaksana klinis. Otopsi dan foto toraks ALI memrnjukkan awal pasien mengalami distress pernapasan dengan
proses yang seragam yang melibatkan kedua paru, akan perburukan sesak napas dan takipneu. Pemeriksaan gas
tetapi CT toraks pada awal perjalanan ALI pada pasien darah arteri menunjukkan hipoksemia yang tidak respons
dengan posisi terlentang menunjukkan terdapat terhadap oksigen melalui nasal. Infiltrat difus bilateral
peningkatan densitas paru pada bagian dorsal, danpada terlihat pada rontgen tanpa disertai gambaran edema paru
paru ventral relatif normal. Selain itu, CT sering kali kardiogenik. ARDS merupakan bentuk acute lung injury
menunjukkan adanya pneumotoraks, pneumomediastinum yang paling berat dan dicirikan oleh:
dan efusi pleura yang tidak terdiagnosis sebelumnya. ' Riwayat trauma atau suatu penyakit yang menjadi
Setelah dua minggu dengan ventilasi mekanik, CT scan rmstator
dapat menunjukkan arsitektur paru yang berubah dan kista ' Hipoksemia efrakter terhadap terapi oksigen (misal P02
emfisematosa atau pneumatokel. < 8.0 kPa (60 mmHg) dengan 40% oksigen). Derajat
Banyaknya CT atau unit Hounsfield dapat ditetapkan hipoksemia dapat terlihat sebagai rasio tekanan oksigen
menjadi masing-masing voxel (- 2000 alveolus dalam s/zce arteri @O2) terhadap konsentrasi fraksi oksigen inspirasi
standar 10 mm). Data ini dapat digunakan untuk menilai
@i02l100% oksigen:FiO2 dari l). PadaARDS PO2E(O2
proporsi dari bagian yang menarikperhatian,apakah tidak <261OaQ0}mmHg)
terdapat aerasi, sedikit aerasi, aerasi normal, atau ' Infiltrat difus bilateral pada rontgen toraks (gambar 18.2)
hiperinflasi. Pada mulanya dinilai satt slice paru basal, ' Tidak ada bukti suatu edem paru kardiogeik (misalparl-
tetapi jelas bahwa informasi yang lebih jauh dapat diperoleh monary capillary wedge pressure <18 mmHg)
dengan mempelajari seluruh paru. Ini memberikan (i)
rekonstruksi lobus atas dan bawah (lobus tengah sulit
untuk dipisahkan, (ii) potongan paru yang sama dapat
dinilai pada level inflasi yang berbeda atau pEEp (paru
TATALAKSANA PENYEBAB PENYAKIT
juga digerakkan arah sefalo-kaudal dengan pernapasan)
Penanganan secara holistik pada tahap awal penyakit
dan (iii) gambaran paru yang lebih luas dapat dicapai
(kerusakan paru bervariasi padaALI). Namun CT seluruh
merupakan hal yang penting. Berbagai faktor yang
mengarah pada ALI harus ditangani dengan cepat dan
paru membutuhkan paparan yang banyak terhadap radiasi
tepat. Termasuk diagnosis dan penanganan infeksi yang
ionisasi, dan informasi yang berbeda, mungkin lebih
tepat dengan drainase dan antibiotika yang tepat,
berhubungan dengan ventilasi mekanik yang didapatkan
pengenalan renjatan dan resusitasi cepat, tatalaksana
dari CT dinamik.
trauma dan bantuan sarana/layanan pendukung yang baik.
Diagnosis banding secara radiologi: Pencegahan: trombosis vena dalam, ulserasi akibat
1. Edemaparukardiogenik tekanan, infeksi nosokomial adalah penting pada semua
2. Infeksi paru: viral, bakterial, fungal pasien dengan penyakit kritis. Begitu juga pemberian nutrisi
3. Edema paru yang berhubungan dengan ketinggian yang adekuat. TatalaksanaARDS intinya adalah mengatasi
(High-altitude pulmonary edema : HAPE) hipoksemia berat, mengobati penyebab dasar ARDS dan
4. Edema paru neurogenik tindakan suportif untuk mencegah komplikasi.
5. Edemaparudiinduksi laringospasme Empat prinsip dasar menjadi pegangan tatalaksana
6. Edema paru diinduksi obat: heroin, salisilat, kokain ARDS. Pertama: pemberian oksigen, PEEP dan ventilasi
7. Pneumonitis radiasi tekanan positif, hampir semuanya menunjukkan
8. Sindrom emboli lemak keuntungan bagi pasienARDS dibalik itu dia juga memiliki
ACUTE RESPIRATORY DITRESS SYNI'ROME (ARDS) 237

potensi efek samping yang berat. Kedua, walaupun ARDS Bantuan pernafasan/Venti lator
seringkali dianggap kegagalan napas primer, kegagalan Hipoksemia padaARDS umumnya refrakter terhadap terapi
multiorgan non paru dan infeksi adalah penyebab utama oksigen karena adanya shunting pada pembuluh darah
kematian. Ketiga, pengaturan ventilasi mekanik yang hati2 melalui bagian paru yang tidak terventilasi kemudian
terutama volume tidal terbukti berakibat komplikasi yang berakibat alveoli terisi oleh eksudat proteinaseosa
lebih jarang dan merupakan satu satunya tatalaksana yang sehingga menimbulkan atelektasis.
memperbaiki survival/kesintasan. Terakhir, prognosisnya Peran ventilasi non-invasifbelum teruji dalamALI dan
buruk apabila penyebab dasarnya tidak diatasi atau tidak ARDS dan kebanyakan pasien memerlukan ventilasi
ditangani dengan baik. mekanis dengan inrubasi.
Cara dan pemberian dukungan ventilasi harus
disesuaikan dengan patofisiologi ALI dan ARDS. Telah
sekian tahun penelitian laboratorium menunjukkan
Kardiogenik Nonkardiogenik (ARDS) perlukaan paru akibat ventilator (ventilator-induced lung
inj uty [YILI]). dan penelitian klinis akhir-akhir ini ditemukan
Riwayat penyakit Tidak adanya penyakit
jantung jantung bahwa mortalitas dapat diturunkan dengan pemberian tidal
Bunyi jantung ketiga Tidak ada bunyi jantung volume rendah. Dari penelitian oleh ARDS Network
Kardiomegali yang ketiga
Jantung normal
melibatkan 861 pasien ALI dari 75 ICU diacak untuk
lnfiltrat pada foto dada
distribusinya ditengah . lnfiltrat pada foto mendapat volume tidal (Vr) 12 atau 6 ml/kg prediksi berat
Pelebaran pembuluh dada distribusinya badan. Mortalitas dikurangi menjadi22Yo dai40o/o sampai
darah mediastinum dtperifer
(increased width of Normal
3loh padapada kelcmpok Vr yang lebih rendah.
mediastinum at level of Continous positive air way pressure (CPAP) dapat
azygos vein) Normal atau dilakukan dengan menggunakan masker sempit untuk
Peninggian tekanan baji menurunnya tekanan
afteri paru baji arteri paru mencegah atelektasis alveolus dan mengurangi ventilasi/
Keseimbangan cairan perfusi yang tidak tepat serta mengurangi kerja pernafasan.
positif Keseimbangan cairan Pasien dengan gagal napas hipoksemia akut, dan sesak
neqatif
berat biasanya membutuhkan ventilasi mekanik. Intubasi
endotrakhea dan pemasangan ventilasi mekanik segera
harus dilakukan.
MENGENALI PASIEN KRITIS Setelah intubasi, ventilasi terkontrol mengakibatkan
penurunan usaha bernafas dengan segera dan ikuti dengan
Pasien yang mengalami ARDS dapat dideteksi padatahap aplikasi PEEP dan atur konsentrasi oksigen inspirasi dalam
awal. Deteksi dini dan observasi secara hati-hati pada fraksi tinggi (FiOr). Kemudian pada perj alanan klinis, mode
pasien berisiko merupakan hal yang penting untuk ventilasi yang dibantu atau dengan dukungan (assisted/
mendeteksi tanda perburukan dan mengidentifikasi support ventilation)dapat memberikan interaksi pasien-
kebutuhan unit terapi intensif. Beberapa gejala alarm dapat ventilator yang lebih baik dan memungkinkan peningkatan
diterapkan di bebagai kondisi karena terdapat pola oksigenasi (V/Q mismatch) yang lebih baik. Sebagai hasil
perburukan fisiologis yang sama pada pasien kritis yang dari kontraksi diafragma.
dapat dideteksi dengan observasi sederhana menggunakan Intermitten positive pressure ventilasi mekanik
denl.ut nadi, frekuensi perapasan, tekanan darah, suhu, mampu memompa paru, menghantarkan oksigen sesuai
poduksi urin dan deralat kesadarn. Pengukuran gas darah dengan volume tidal dan kecepatan yang diatur. Ketentuan
arteri memberikan informasi tambahan tentang perhrkaran volume, tekanan pemompaan, kecepatan dan prosentase
gas dan kondisi metabolik pasien. oksigen diatur agar ventilasi adekuat. Untuk mencegah
kolaps alveolus ditambahkan Positive end expiratory
pressure (PEEP) 5-15 cmH2O pada akhir siklus ekspirasi.
Tekanan yang tinggi akan memacu ventilasi paru yang
sulit mengembang pada ARDS dan mengurangi curah
Frekuensi napas <8 atau >30/menit jantung (cardiack output)dan risiko barotrauma (contoh:
Denyut nadi <40 atau >130/menit
pneumotoraks). Kombinasi tekanan ventilasi yang tinggi
Tekanan darah
Suhu (>380 C. '1oO 40 C), dan konsentrasi oksigen tinggi menimbulkan kerusakan
(<360 C. 96.80 C) mikrovaskular sehingga menyebabkan edema paru
Produksi urin <30 ml/jam selama 3 jam
(ventilator lungitoksisitas oksigen). Vari asi dai teknik lung-
Derajat kesadaran Tidak respons terhadap Perintah
Oksigenasi Saturasi oksigen <90% atau PaO2 < protective ventilator telah berkembang. Permissive
BkPa (60 mmHg) meski dengan 600/o hipercapnia merupakan teknik yang membiarkan pasien
oksigen yng diinspirasi
Asidosis pH< 7 2, bikarbonat <20 mmol/L dengan PaCO2 tinggi ( misal 10kpa,75 mmHg) untuk
mengurangi ventilasi alveolus dan menghindari tekanan
238 KEGA\ilIIiTDARURAIAN MEDIK DI BIDAI\G ILMU PENYAKIT DALAM

pernafasan eksesif. Inverse ratio ventilation frekuensi napas. Protokol ARDS Network mentargetkan
memperpanjang fase inspirasi daripada fase ekspirasi normokapnia, dengan frekuensi napas maksimal 35, untuk
sehingga volume tidal yang dihantarkan akan lebih lama memperkecil asidosis respiratorik. Hal ini membuka paru
pada tekanan yang lebih rendah. Namun hal ini dapat terhadap peregangan tidal berulang, dan dapat
menyebabkan progresive air trapping. High-frequency jet mengakibatkan hiperinfl asi dinamik akibat waktu ekspirasi
ventilasi merupakan tehnik dengan volume kecil yang memendek (meskipun hal ini tidak muncul dalam
dihantarkan berupa udara yang diinjeksi pada frekuensi penelitianARDS Network). Selain itu, membiarkan PaCO,
tinggi ( contoh 1 00-300/menit). Ventilasi pasien pada posisi meningkat di atas normal tidak berbahayapada banyak
terlentang bermanfaat mengurangi gravitasi dan paslen.
atelektasis. Extru corporeal membrane oksigenasi Jika asidosis hiperkapnia terjadi perlahan, asidosis
@CMO) merupakan pengalihan sirkulasi melalui mernbrane intraselular terkompensasi dengan baik, dan peningkatan
external untuk menyediakan oksigen dan membuang yang berhubungan dengan tonus simpatik dapat
. karbondioksida. Tidak satupun dari strategi ventilasi memperbesar cardiac outpul dan tekanan darah. Meskipun
mampu meningkatkan prognosis ARDS namun masing- asidosis respiratorik dapat memperburuk hipertensi
masing bermanfaat. pulmoner, dan menginduksi aritmia miokardial namun
dampaknya seringkali kecil, khususnya jika telah terjadi
kompensasi metabolik. Selain itu, pada modelALI iskemi-
TARGETKADARGAS DARAH reperfusi, penatalaksanaan hiperkapnia mengurangi
perlukaan paru dan apoptosis. Bagaimanapun penelitian
Seperli yang telah dibahas sebelumnya, terdapat banyak klinis yang membolehkan hiperkapnia harus dilakukan
variabel untuk dipertimbangkan ketika menentukan gas sebelum tatalaksana hiperkapnia dipertimbangkan.
darah sasaran pada ARDS. Sebagai contoh jika psien Hiperkapnia harus dihindan pada pasien dengan atau dalam
mengalami cedera otak traumatik, mungkin tidak tepat risiko peningkatan tekanan intrakranial.
untuk dibiarkan sedikit hiperkapnia.

TEKNIK TAMBAHAN UNTUK MEMPERBAIKI


Sasaran Oksigenasi dan FiO,
OKSIGENASI
Harus disepakati altara faktor yang menentukan
oksigenasi, termasuk paru yang teraerasi buruk atau tidak
teraerasi yang luas, vasokonstriksi pulmoner hipoksik, dan Postur telungkup (prone)
tercampur saturasi oksigen vena, dan sasaran PaOr. Pada 70o/o pasien ARDS, posisi telungkup akan
Adanya hubungan altara gatgguan kognitifdan saturasi menghasilkan peningkatan PaO, yang signifikan, dengan
oksigen lSaOr) <90yr, mengesankan bahwa SaOre" 90o/o, peningkatan PaO, yang sedikit pada posisi terlentang
biasanya PaO, > 60 mmHg adalah target yang rasional. (sup ine).Mekanisme yang terlibat meliputi rekrutmen paru
Karena ventilasi tekanan positif dapat menurunkan car- dorsal, bersamaan dengan kolapsnya paru ventral;
diac output, penting juga dipertimbangkan oksigenasi bagaimanpun perfusi lebih mudah didistribusikan untuk
jaringan pada proses yang menentukan ini. mencapai V/Q sesuai yang lebih baik. Meskipun penelitian
Selain PEEP, peningkatan FiO, digunakan untuk klinis mortalitas belum menemukan perbaikan mofialitas,
memperbaiki SaOr. Meskipun demikian, FiO, dapat juga analisa post-hoc menduga bahwa mortalitas dapat
menyebabkan perlukaan jaringan termasuk kerusakan al- diturunkan pada sebagian besar pasien hipoksemia.
veolar difus. Keseimbangan antara peningkatan tekanan
jalan napas dan FiOrtidak diketahui, tetapi FiO, yang tinggi
MANIPULASI SIRKULASI PU LMONER
biasanya dianggap kurang merusak. Sebagian hal ini
disebabkan oleh kerusakan laveolar difus itu sendiri
Nitrit oksid yang terhirup (iNO) dan prostasiklin (PGIr)
melindungi paru dari hiperoksia, mungkin melalui induksi
mungkin dapat digunakan untuk merltrunkan shunt
pemangsa sebelumnya untuk spesies oksigen reaktif.
pulmoner dan after-load verttrrkel kanan dengan
Kesepakatan yang masuk akal adalah untuk memulai FiO,
menurunkan impedansi arteri pulmoner. Ketika
pada satu dan dititrasi turun sampai d" 0,6. Pada pasien
vasokonstriksi pulmoner hipoksik aktif, terdapat distribusi
aliran darah pulmoner dari daerah dengan ventilasi buruk
dengan hipoksemia berat, pengukuran tambahan seperti
ke daerah dengan ventilasi nonnal untuk mencapai PaO,
nitrit oksid yang terhirup (iNO), posisi telungkup dapat
dicoba, bersama dengan target SaO, yang lebih rendah.
Baik iNo maupun PGI, _merupakan vasodilator poten,
karena mereka dapat dikirmkan sebagai campuran gas (iNO)
atau terinhalasi (PGIr), mereka dapat terkirim pada paru
Target Karbondioksida dengan ventilasi baik. Keduanya bekerja untuk
Strategi V, rendah akan menghasilkan peningkatan PaCO2 vasodilatasi sirkulasi pulmoner lokal dan meningkatkan
kecuali ventilasi menit diperbesar dengan peningkatan redistribusi aliran darah pulmoner dari paru dengan
ACUTE RESPIRATORY DITRESS SYNDROME (ARDS)
239

ventilasi buruk, menurunkan shunt pulmoner dan pasien yang respons. Dua percobaan besar iNO telah
memperbaiki oksigenasi. Almitrin intravena merupakan menunjukkan tidak ada perbaikan mortalitas atau
vasokonstriktor pulmoner selektif yang dapat menguatkan pembalikanALl. Namun iNO aman dan secara signifikan
vasokontriksi pulmoner hipoksik, dan meskipun ini dapat memperbaiki oksigenasi inisial (dibandingkan dengan
memperbaiki oksigenasi sendiri, almitrin mempunyai efek plasebo atau tanpa NO), tetapi hal ini tidak terus-menerus
sinergistik dengan iNO. melebihi 12-24 jam, dan beberapa pasien yang menerima
NO terinhalasi atau PGI, dapat juga digunakan untuk plasebo mengalami peningkatanPaOre" 20o/o dalam4 jam.
mengurangi afterload venfrkel kanan; biarpun peningkatan Oleh karena itu, peran iNO padapsien denganARDS masih
cardiac output jarang terjadi pada ARDS. PGI, akan tidak pasti. Pada pasien dengan hipoksia berat, mungkin
meningkatkat cardiac output pada ARDS, meskipun dalam kombinasi dengan almitrin, iNO akan memberikan
demikian, terdapat vasodilatasi pulmoner nonspesifik pertolongan sementara.
dengan peningkatan aliran darah melalui daerah paru
dengan ventilasi buruk, menghasilkan perburukan Prostasiklin lnhalasi
oksigenasi. PGI, (sampai 50 nglkg per menit) memperbaiki oksigenasi
sama efektifrrya dengan iNO padapasienARDS. PGI, secara
Nitrit Oksid lnhalasi terus-menerus dinebulisasi pancaran karena waktu
Nitrit oksid merupakan relaksan otot polos yang paruhnya yang singkat (2-3 menit). Keuntungan yang
diturunkan dari endotel. Nitrit oksid juga mempunyai potensial meliputi peningkatan pelepasan surfaktan dari
peranan fisiologis penting lainnya termasuk sel tipe II yang teregang, menghindari potensi komplikasi
neurotransmisi, pertahanar. host, agregasi trombosit, iNO, dan toksisitas yang minimal. Namun PGI, terlarut dalam
adhesi leukosit, dan bronkodilatasi. Dosis iNO serendah bufer glisin alkalin, yang mana itu sendiri dapat
60 bagian per milyar dapat meningkatkan oksigenasi, menyebabkan inflamasi jalan napas. Iloprost adalah
meskipun demikian, dosis yang umum digunakan dalam turunan dari PGlryang mempunyai aktivitas yarrg- serupa,
ARDS adalah 1-40 bagian per milyar, dengan dosis yang dengan durasi kerja yang lebih panjang, tanpa bufer alkalin.
lebh tinggi membuthkan penurunan tekanan arteri Namun begitu tidak ada agen yatg taTah menunjukkan
pulmoner. Peningkatan PaO, melebihi 20% dianggap perbaikan keluaran pasien ARDS.
sebagai respon positif, dan iNO harus dilanjutkan pada
dosis efektifminimal.
NO inhalasi dapat diberikan terus-menerus atau TERAPI FARMAKOLOGI LAIN
menggunakan inj eksi respirasi intermiten. Pemberian
biasanya dalam bentuk angka medis NOA{2, dan harus Terlepas dari perbaikan mortalitas pada sepsis setelah
tercampur dengan cukup untuk menghindari pemberian aktivasi protein-C, tidak terbukti terapi farmakologi
konsentrasi NO yang bervariasi. Direkomendasikan tambahan untuk ALI dan ARDS berdasarkan banyak
konsentrasi respirasi NO dan NO, diukur, dengan metode penelitian memberi luaran lebih baik.
elektrokimia atau dengan chemiluminesence. Metode
elektrokimia akurat sampai I ppm, dimana adekuat untuk Terapi Pengganti Surfaktan
penggunaan klinis, dan kurang mahal. Kadar NO dan NO, Disfungsi surfaktan adalah abnormalitas penting dan awal
pada lingkungan lokal sebagian besar tergantung dari yang berperan dalam kerusakan paru pada ALI. Surfaktan
konsentrasi atmosfer, meskipun demikian masih umum paru mengurangi tegangan permukaan yang menjaga
latihan untuk mencari gas ekspirasi. Pengikatan terhadap stabilitas alveolus, mengurangi kerja napas dan cairan paru.
hemoglobin pada sirkulasi pulmoner secara cepat Selain itu surfaktan mempunyai peranan penting dalam
menginaktifasi NO, dan dampak sistemik hanya dilaporkan pertahanan paru /zosl. Spesies oksigen reaktif, fosfolipase,
setelah konsentrasi tinggi dari iNO. Kadar metahemoglobin dan peningkatan penneabilitas protein mengarah pada
sistemik mungkin dipantau, dan biasanya kurang dati 5%6 hambatan fungsi surfaktan, komposisinya tidak normal,
selama penggunaan klinis iNO, tetapi harus dibandingkan dan pergantiannya jelas bertambah. Cedera paru yang
dengan kadar dasar. Nitrit oksid dapat menyebabkan diinduksi ventilasi sulit terjadi tanpa disfungsi surfaktan.
toksisitas paru melalui kombinasi dengan oksigen radikal Oleh karena itu, menarik untuk mempertimbangkan terapi
bebas, dan melalui metabolisme NO menjadi NO, namun penggantian surfaktan eksogen.
hal ini tampaknya bukan masalah klinis utama. Meskipun membesarkan hati data laboratorium dan
Hanya 40-10% dengan ARDS mengalami perbaikan penelitian kecil, penggantian surfaktan eksogen tidak dapat
oksigenasi dengan iNO (yang respon), dan hal ini direkomendasikan tanpa data yang lebih banyak.
sepertinya akibat vasokontrikso pulmoner hipoksik aktif Meskipun sebuah penelitian besar mengenai surfaktan
pada sisanya. Penambahan almitrin i.v. dapat mempunyai aerosol gagal mempengaruhi keluaran atau menunjukkan
dampak aditif pada oksigenasi, dan dapat meningkatkan efek fisiologi, masih diragukan apakah surfaktan dapat
240 KEGAWAIDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAII

mencapai paru distal karena dosis yang rendah dat'rain sirkulasi. Pasien terpasang ventilator denganARDS rentan
out' dari aerosol. Selain itu, preparat yang digunakan terhadap infeksi nosocomial dan lavage bronchoalveolar
sensitif terhadap inhibisi protein dan tidak mengandung dapat mengidentifikasi patogen. Multi organ failure
protein, yang jelas menurunkan tegangan permukaan. Hasil merupakan komplikasi dari ARDS yang memerlukan
yang lebih menjajikan telah ditemukan dengan preparat intervensi khusus (seperti dialisis pada gagal ginjal).
yang mengandung protein surfaktan diberikan dengan
penanaman; meskipun data definitif masih diperlukan.
TERAPIANTI INFLAMASI
Optimalisasi Hemodinamik
Penurunan tekanan arteri pulmonal mampu mengurangi target kunci terhadap tatalaksana adalah kaskade inflamasi
derajat kebocaran kapiler pulmonal. Hal ini dapat dicapai yang berasal dari kerusakan jaringan. namun kondisi ini
dengan menghindari pemberian cairan yang eksesif, sulit dipahami dan belum ada obat anti inflamasi dapat
penggunaan diuretik dan penggunaan obat-obat yang mengatasi ards. kortikosteroid tidak meningkatkan luaran
bekerja sebagai vasodilator pada arteri pulmonal. tetapi agen ini dapat digunakan untuk mengurangi
Adakalanya dipandu oleh ballon-tipped pulmonary alveolitis fibrosis, namun ini berdasarkan penelitian kecil,
artery catheter (swan-ganz) yang mengukur tekanan arleri dengan cros s-oyer, menunjukkan penurunan mortalitas.
pulmonal, tekanan baji kapiler pulmonal (menggambarkan penting untuk menyingkirkan infeksi sebelum memulai ste-
tekanan atrium kiri) dan kardiak output (menggunakan roid, dan melanjutkan dengan pengawasan yang agresif.
tehnik dilusi termal). Tujuan managemen hemodinamik hal ini dapat meliputi bilasan bronkoalveolar untuk
adalah mencapai keseimbangan optimal antara tekanan menyingkirkan pneumonia yang berhubungan dengan
arteri pulmonal yang rendah unfuk mengurangi kebocoran ventilator.. ibuprofen digunakan untuk mengurangi jumlah
cairan terhadap alveoli, tekanan darah sistemik adekuat aktivasi neutrofil dan pentoksifilin digunakan karena dapat
untuk mempertahankan perfu si j aringan dan organ (contoh mengurangi produksi interleukin- 1. hemohltrasi digunakan
ginjal) dengan kardiak output cukup dan hantaran oksigen untuk mengatur keseimbangan cairan tetapi pada pasien
optimal pada jaringan ( hantaran oksigen sebagai fungsi sepsis juga bermanfaat untuk menyingkirkan endotoxin.
dari konsentrasi haemoglobin, saturasi oksigen darah dan saat ini telah dikatahui adanya kaitan altara sistem
kardiak output). Obat-obatan yang digunakan sebagai koagulasi dan respon imun terhadap sepsis dengan
vasodilator arteri pulmonal seperti nitrat atau kalsium mengaktivasi citokine, monosit, komplemen, koagulasi dan
antagonis, obat-obat ini juga menyebabkan vasodilatasi sistem fibrinolitik sebagai bagian respon inflamasi sistemik
sistemik disertai hipotensi dan gangguan perfusi organ. terhadap infeksi. protein c rekombinan memiliki efek
Inotropik dan vasodilator seperti dobutamin atau antiinflamasi dengan menghambat produksi citokine dan
norepinephrin (noradrenalin) diperlukan untuk adhesi sel dan melalui hambatan produksi trombin. obat-
mempertahankan tekanan darah sistemik dan kardiak obat ini telah terbukti menurunkan mortalitas terutama bila
output terutama pada sepsis (disebabkan oleh septikemia digunakan lebih dini pada pasien sepsis berat dan mul-
atau peritonitis), sepsis berkaitan dengan vasodilatasi. tiple organ failure.
Nitric oxide inhalasi digunakan sebagai vasodilator arteri
pulmonal selektif. Karena diberikan secara inhalasi, obat Prognosis
ini didistribusikan secara selektif pada regio ventilasi Meskipun telah banyak penelitian mekanisme infamasi
seperti paru yang menimbulkan vasodilatasi. Vasodilatasi pada ARDS dan tehnik ventilasi dan kontrol hemodinamik,
terhadap alveoli akan meningkatkan ventilasi/perfusi namun mortalitas pasien ARDS masih sangat tinggi > 50
secara signifikan sejalan dengan meningkatnya pertukaran 0%.
Pasien yang masih hidup mungkin dengan fibrosis paru
udara. NO diinaktifkan oleh hemoglobin. Hal ini penting dan gangguan difusi oksigen namun beberapa pasien
untuk memantau konsentrasi udara yang dihirup, sembuh sempuma walaupun telah melewati masa kritis
nitrogen dioxide dan methemoglobin untuk mencegah dengan trauma paru yang berat yang membutuhkan
toksisitas. peruwatatyang lama.

Managemen Umum Lainnya


Koreksi anemi dengan transfusi darah meningkatkan kadar KONTROVERSI DAN MASALAH YANG BELUM
oksigen dalam darah dan hantaran oksigen ke jaringan. TERPECAHKAN
Dukungan nutrisi ( misalnya enteral feding melalui jejun-
ostomy) merupakan hal yang penting untuk memelihara A.Manajemen Cairan
kestabilan pasien pada kondisi kritis, dan koreksi Apakah sebaiknya volume intravaskular sebaiknya
hipoalbuminemia akan meningkatkan tekanan osmotik diturunkan padaARDS tetap menjadi kontroversial. Karena
plasma sehingga mengurangi kebocoran cairan dari peningkatan permeabilitas paru, edema paru dijaga pada
ACUTE RESPIRATORY DITRESS SYNDROME (ARDS) 241

tekanan hidrostatik kapiler paru yang rendah atau normal. konservatif, pada protokol yang bebas menghasilkan rata-
Masih diperdebatkan apakah resolusi edema paru rata keseimbangan cairan yang positif mendekati 7000m1.
difasilitasi dengan merendahkan tekanan hidrostatik Tidak ada perbedaan kematian pada 60 hari tetapi strategi
mikrovaskular dengan diuretik dan restriksi cairan. konservatif ini menghasilkan durasi yang lebih pendek dari
Ventilasi tekanan positif dan PEEP menurunkan cardiac ventilasi mekanik dan tinggal di ICU. Tidak ada komplikasi
output dan penghantaran oksigen. Cardiac output dijaga tambahan.
adekuat dengan menjamin adekuatnya volume cairan Pada sebuah studi lain, randomisasi pasien ALI pada
intravaskular. Sepsis dan shock, yang merupakan faktor insersi dan penggunaan kateter arteri pulmonar atau kateter
risiko utama pada ARDS sering memerlukan pemberian vena sentral menunjukkan tidak ada perbedaan pada
cairan masif karena hipotensi dan penurunan perfusi sut'vival 60 hari atau disfungsi organ. Ditemukan lebih
jaringan. Faktor-faktor ini menjadi alasan bahwa ekspansi banyak aritmia dengan kateter arteri pulmoner tetapi tidak
volume mungkin diperlukan dan diuretik serta ada perbedaan insiden kegagalan ginjal atau penggunaan
keseimbangan cairan yang negatif sebaiknya dihindari. vasopresor, diuretik atau dialisis.
Dipihak lain bukti retrospektif menunjukkan bahwa
keseimbangan cairan negatif diharapkan pada ARDS.
Penurunan tekanan mikrovaskular paru menurunkan cairan REFERENSI
di paru meskipun ada kegagalan paru berat dan
keseimbangan cairan negatif bersih kumulatif serta Amir Z. Acute Respiratory Distress Syndrome. 2'd National Symp.
penurunan berat badan secara bermakna lebih tinggi pada Cardiovascular, Respiratory and Immunology, Jakafia Mei 2003

yang berlahan hidup dibandingkan yang meninggalpada Bongard FS, Sue DY and Vintch JRE. Acute Respiratory Distress
Syndrome. In. Curent Diagnosis & Treatment Critical Care 3'd
ARDS. Trial ini mempunyai masalah dalam pada pemilihan
Ed. New York: McGraw Hill, 2008: 295-309.
pasien dengan prognosis yang lebih baik tetapi mereka Bourke SJ. Acute Respiratory Distress Syndrome. In:
tidak menduga bahwa keseimbangan cairan mungkin Respiratory Mecicine. Oxford: Blackwell, 2007: 19l--196.
determinan penting pada keluaran. Pada sebuah studi, Parsons PE. Acute Respiratory Distress Syndrome. In Hanley ME,
survival lebih baik pada ARDS yang setidaknya Welsh CH (eds). Current Diagnosis and Troatment in
mengurangi 25%o tekanan tepi kapiler paru dibandingkan Pulmonary Medicine. New York: Lange,2003:161-6.
Grippi MA. Acute Respiratory Distress Syndrome. In Fishman AP,
dengan yang tidak. Rata-rata lama perawatan di ICU dan
Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Kaiser LR, Senior RM (eds).
penggunaan ventilator lebih cepat pada pasien-pasien
Fishman's Manual of Pulmonary Diseases and Disorders.3'd ed.
yang mendapat cairan lebih sedikit dari 1 liter dalam 36 New York: McGraw-Hill, 2002: 1023-8.
jam pertama. Tidak ada efek pelemahan pada fungsi sistem Moss M, Ingram RH Jr. Acute Respiratory Distress Syndrome. In
organ meskipun asupan cairanyang rendah. Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL,
Pada sebuah studi strategi yang konservatif dari Jameson JL. Harrison's Principles of Internal Medicine.l5'i ed.
penggantian cairan dibandingkan dengan yang lebih New York: McGraw-Hill, 20Ol:1523-6.
Bersten AD. Acute respiratory distress syndrome. In Bersten AD,
bebas. Penggunaan kateter vena sentral untuk panduan
Soni N and Oh TE(eds) Oh's Intensive Care Manual.
sama seperti banyaknya urin yang keluar dan tekanan arteri
London: Elsevier; 2O03: 329-337.
rata-rata dimana pasien dengan ALI diatur menurut Papadakis MA and McPhee SJ. Acute Respiratory Distress
protokol. Pada I hari pertama, ada keseimbangan cairan Syndrome In Current Medical Diagnosis & Treatment New
kumulatif negatif yang sangat kecil untuk protokol York: McGraw Hill, 2009: 284-286.
32
SYOK HIPOVOLEMIK
Ika Prasetya Wijaya

PENDAHULUAN PATOFISIOLOGI SYOK

Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh
gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan darah rata-rata dan menurunkan aliran darah balik ke
kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi jantung. Hal inlah yang menimbulkan penurunan curah
yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan
akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti, menimbulkan beberapa kejadian pada beberapa organ:
perdarahan yang masif, trauma atau luka bakar yangberat
(syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru
Mikrosirkulasi
(syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol
Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan
(syok septik), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok
berusaha untuk meningkatkan tekanan sistemik guna
neurogenik) atau akibat respons imun (syok anafrlaktik).
menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung dan otak
melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya
traktus gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk
ETIOLOGI pelaksanaan metabolisme di jantung dan otak sangat tinggi
tetapi kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan
Syok hipovolemik adalah tergangguanya sistem sirkulasi
cadangan energi. Sehingga keduanya sangat bergantung
akibat dari volume darah dalam pembuluh darah yang akan ketersediaan oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan
berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat perdarahan yang masif
bila terjadi iskemia yang berat untuk waktu yang melebihi
atau kehilangan plasma darah.
kemampuan toleransi jantung dan otak. Ketika tekanan
arterial rata-rala (mean arterial pressurelMAP) jatuh
hingga < 60 mmHg, maka aliran ke organ akan turun drastis
dan fungsi sel di semua organ akan terganggu.
Perdarahan
Hematom subkapsular hati
Aneurisma aorta pecah
Perdarahan gastrointestinal Neuroendokrin
Perlukaan berganda Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh
Kehilangan plasma baroreseptor dan kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor
Luka bakar luas
Pankreatitis tadi berperan dalam respons autonom tubuh yang
Deskuamasi kulit mengatur perfusi serta substrak lain.
Sindrom Dumping
Kehilangan cairan ekstraselular
Muntah (vomitus) Kardiovaskular
Dehidrasi
Diare
Tiga variabel seperti; pengisian atrium, tahanan terhadap
Terapi diuretik yang sangat agresif tekanan (ejeksi) ventrikel dan kontraktilitas miokard,
Diabetes insipidus bekerja keras dalam mengontrol volume sekuncup. Curah
lnsufisiensi adrenel
jantung, penentu utama dalam perfusi laringan, adalah

242
SYOKHIFOVOIT,MIK
243

hasil kali volume sekuncup dan frekuensi jantung.


Hipovolemia menyebabkan penurunan pengisian Ringan Sedang Berat
ventrikel, yang pada akhirnya menurunkan volume (<20% volume l2O-40%volume (>40% volume
darah) darah) darah)
sekuncup. Suatu peningkatan frekuensi jantung sangat
bermanfaat namun memiliki keterbatasan mekanisme
Ekstremitasdingin Sama, ditambah Sama, ditambah:
Waktu pengisian Takikardia Hemodinamik tak
kompensasi untuk mempertahankan curah j antung. kapiler meningkat stabil
Diaporesis Takipnea Takikardia
Vena kolaps Oliguria bergejala
Hipotensi ortostatik Hipotensi
Gastrointestinal Cemas
Perubahan
Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, kesadaran
maka terjadi peningkatan absorpsi endotoksin yang
dilepaskan oleh bakteri gram negatifyang mati di dalam
usus. Hal ini memicu pelebaran pembuluh darah serta Perfusi ke susunan sarafpusat dipertahankan dengan baik
peningkatan metabolisme dan bukan memperbaiki nutrisi sampai syok bertambah berat. Penurunan kesadaran
sel dan menyebabkan depresi jantung. adalah gejala penting. Transisi dari syok hipovolemik
ringan ke berat dapat terjadi bertahap atau malah sangat
Ginjal cepat, terutama pada pasien usia lanjut danyangmemiliki
Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan penyakit berat di mana kematian mengancam. Dalam waktu
hipoperfusi, frekuensi terjadinya sangat jatang karena yang sangat pendek dari terjadinya ketusakan akibat syok
cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang banyak terjadi maka dengan resusitasi agresif dan cepat.
kini adalah nekrosis tubular akut akibat interaksi antara
syok, sepsis dan pemberian obat yang nefrotoksik seperti
aminoglikosida dan media kontras angiografi. Secara DIAGNOSIS
fisiologi, ginjal mengatasi hipoperfusi dengan
mempertahankal garaTTrdan air. Pada saat aliran darah di Syok hipovolemik didiagnosis ketika ditemukan tanda
ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen meningkat untuk berupa ketidakstabilan hemodinamik dan ditemukan
mengurangi laju filtrasi glomerulus, yang bersama-sama adanya sumber perdarahan. Diagnosis akan sulit bila
dengan aldosteron dan vasopresin bertanggung jawab perdarahan tak ditemukan denganjelas atau berada dalam
terhadap menurunnya produksi urin. traktus gastrointestinal atau hanya terjadi penurunan
jumlah plasma dalam darah. Setelah perdarahan maka
biasanya hemoglobin dan hematokrit tidak langsung turun
GEJALA KLINIS sampai terjadi gangguan kompensasi atau terjadi
penggantian cairan dari luar. Jadi kadar hematokrit di awal
Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik tidak menjadi pegangan sebagai adanya perdarahan.
akibat non-perdarahan serla perdarahan adalah sama meski Kehilangan plasma ditandai dengan hemokonsentrasi,
ada sedikit perbedaan dalam kecepatan timbulnya syok' kehilangan cairan bebas ditandai dengan hipernatremia.
Respons fisiologi yang normal adalah memperlahankan Temuan terhadap hal ini semakin meningkatkan kecurigaan
perfusi terhadap otak dan jantung sambil memperbaiki vol- adanya hipovolemia.
ume darah dalam sirkulasi dengan efektif. Disini akan Harus dibedakan syok akibat hipovolemik dan akibat
terjadi peningkatan kerja simpatis, hiperventilasi, pembuluh kardiogenik karena penatalaksanaan yang berbeda.
vena yang kolaps, pelepasan horrnon stres sefia ekspansi Keduanya memang memiliki penurunan curah jantung dan
besar guna pengisian volume pembuluh darah dengan mekanisme kompensasi simpatis. Tetapi dengan
menggunakan cairan intersisial, intraselular dan menemukan adatya tanda syok kardiogenik seperti
menurunkan produksi urin. distensi vena jugularis, ronki dan galop 53 maka semua
Hipovolemia rin ga.n (1 20%o v olume darah) menimbulkan dapat dibedakan.
takikardia ringan dengan sedikit gejala yang tampak,
terutama pada penderita muda yang sedang berbaring
(Tabel2). Pada hipovolemia sedang (20-40% dari volume TATALAKSANA
darah) pasien menjadi lebih cemas dan takikardia lebih jelas,
meski tekanan darah bisa ditemukan normal pada posisi Ketika syok hipovolemik diketahui maka tindakan yang
berbaring, namun dapat ditemukan dengan jelas hipotensi harus dilakukan adalah menempatkan pasien dalam posisi
ortostatik dan takikardia. Pada hipovolemia berat maka kaki lebih tinggi, menjaga jalur pernapasan dan diberikan
gejala klasik syok akan muncul, tekanan darah menurun resusitasi cairan dengan cepat lewat akses intra vena atau
drastis dan tak stabil walau posisi berbaring, pasien cara lain yang memungkinkan seperli pemasangan kateter
menderita takikardia hebat, oliguria, agitasi atau bingung. CYP (central venous pressure) atau jalur intraarterial.
244 KEGAU/ATDARURAI':AN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAIVI

Cairan yang diberikan adalah garam isotonus yang ditetes dilanjutkan 60 mcg/kg dalam I jam dalam dekstros 5oh dapat
dengan cepat (hati-hati terhadap asidosis hiperkloremia) membantu meningkatkan MAP.
atau dengan catrangaramseimbang seperti Ringer's laktat Selain resusitasi cairan, saluran pernapasan harus
(RL) dengan jarum infus yang terbesar. Tak ada bukti medis dijaga. Kebutuhan oksigen pasien harus terpenuhi dan
tentang kelebihan pemberian cairan koloid pada syok bila dibutuhkan intubasi dapat dikerjakan. Kerusakan
hipovolemik. Pemberian 2 - 4 L dalam 20- 30 menit organ akhirjarang terjadi dibandingkan dengan syok septik
diharapkan dapat mengembalikan keadaan hemodinamik. atau traumatik. Kerusakan oryandapatteqadi pada susunan
Guna mengetahui cairan sudah memenuhi kebutuhan sarafpusat, hati dan ginjal dan ingat gagal ginjal merupakan
untuk meningkatkan tekanan pengisian ventrikel dapat komplikasi yang penting pada syok ini.
dilakukan pemeriksaan tekanan baji paru dengan
menggunakan kateter Swan-Ganz. Bllahemodinamik tetap
tak stabil, berarti perdarahan atau kehilangan cairan belum REFERENSI
teratasi. Kehilangan darah yang berlanjut dengan kadar
hemoglobin <10 gldL perlu penggantian darah dengan Boeuf B, et a1 Naloxone for shock (review): The Cochrane Library:
transfusi. Jenis darah transfusi tergantung kebutuhan. issue 4, 2005
Disarankan agar darah yang digunakan telah menjalani Hofmeyr JG Hypovolaemic shock: best practice & r'esearch. Clin
tes cross-matclz (uji silang), bila sangat darurat maka dapat Obst and Gynaecol. 2001 ;15:4.
Koelling TM, et al. Approach to the patient with hypotension and
digunakan Packed red cels tipe darah yang sesuai atau O-
shock. Kelleyh textbook oJ inlernal medicine. Edisi ke-4. Dalam:
negatif.
Humes HD, et al, ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Pada keadaaan yang berat atau hipovolemia yang Wilkins; 2000.
berkepanjangan, dukungan inotropik dengan dopamin, Kumar, Clark. Intensive care medicine. Clinical medicine. Edisi ke-
vasopressin atau dobutamin dapat dipertimbangkan untuk 5. In: Kumar, et al, ed. London: Elsevier Science; 2002.
mendapatkan kekuatan ventrikel yang cukup setelah Landry DW, et al. The pathogenesis of vasodilatory shock. New
volume darah dicukupi dahulu. Pemberian norepinefrin Engl J Med. 2001;345:588-95.
Maier RV Approach to the patient with shock. Harrison's prin-
infus tidak banyak memberikan manfaat pada hipovolemik.
ciples of internal medicine. Edisi ke-16. Dalam: Kasper DL, et
Pemberian nalokson bolus 30 mcg/kg dalam 3 -5 menit
al, ed. New York: McGraw-Hil1: 2005
33
SYOK KARDIOGENIK
Idrus Alwi, Sally Aman Nasution

PENDAHULUAN DEFINISI SYOK KARDIOGENIK

Syok kardiogenik merupakan penyebab kematian utama Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh
pada pasien yang dirawat dengan infark miokard akut. penunrnan curah jantung sistemik pada keadaan volume
Terapi reperfusi segera (primary PCl) untuk kasus infark intravaskular yang cukup, dan dapat mengakibatkan
miokard akut menurunkan insidens syok kardiogenik hipoksia jaringan. Syok dapat terjadi karena disfungsi
tersebut. Kejadian syok kardiogenik sebagai komplikasi ventrikel kiri yang berat, tetapi dapat pula terjadi pada
infark miokard menumn dari 20o/o pada tahun 1960an keadaan di mana fungsi ventrikel kiri cukup baik.
kemudian menetap + 80% selama 20 tahun. Syok Hipotensi sistemik umumnya menjadi dasar diagnosis.
kardiogenik pada infark miokard kebanyakan terjadi pada Nilai cert off tntuk tekanan darah sistolik yang sering
infark miokard dengan elevasi segmen ST dibandingkan dipakai adalah < 90 mmHg. Dengan menurunnya tekanan
dengan yang tanpa disertai elevasi segmen ST. darah sistolik akan meningkatkan kadar katekolamin yang
Gagal ventrikel kiri terjadi pada hampir 80% dari syok mengakibatkan konstriksi arteri dan vena sistemik.
kardiogenik akibat infark miokard akut. Sedangkan sisanya Manifestasi klinis dapat ditemukan tanda-tanda
adalah akibat regurgitasi mitral berat yang akut, ruptur hipoperfusi sistemik mencakup perubahan status mental,
septum ventrikular, gagal jantung kanan predominan dan kulit dingin dan oliguria.
ruptur dinding atau tamponade. Syok kardiogenik didehnisikan sebagai tekanan darah
Penelitian menunjukkan shategi revaskularisasi dini sistolik < 90 mmHg selama > I jam di mana :
menurunkan mortalitas dalam 6 dar' 12 bulan dan lebih . Tak respons dengan pemberian cairan saja,
superior dibandingkan terapi medis agresif awal. Walaupun . Sekunder terhadap disfungsi jantung, atau,
tindakan percutaneus coronaty intet'vention ( PCI ) dini . Berkaitan dengan tanda-tanda hipoperfusi atau indeks
alau coronary artery bypass graft surgery (CABG) kardiak < 2,2 Umenit per m2 dan tekanan baji kapiler
bermanfaat, sekali diagnosis syok ditegakkan, laju paru> 18mmHg.
mortalitas tetap tinggi ( + 50 o/o ), walaupun mendapat
Termasuk dipertimbangkan dalam definisi ini adalah :
intervensi, dan separuh kematian terjadi dalam 48 jam . Pasien dengan tekanan darah sistolik meningkat > 90
pertama. Hal ini mungkin disebabkan oleh kerusakan
mmHg dalam I jam setelah pemberian obat inotropik,
miokard luas yang ireversibel dan kerusakan organ vital.
dan
Bukti baru menduga bahwa respons inflamasi sistemik, . Pasien yang meninggal dalam I jam hipotensi, tetapi
aktivasi komplemen, pelepasan sitokin infl amasi, ekspresi
memenuhi kriteria lain syok kardiogenik.
inducible nitric oxide synthase ( iNOS ) dan vasodilatasi
yang tak adekuat mempunyai peran penting, tidak hanya
pada genesis syok tetapi jluga outcome setelah syok.
Syok kardiogenik ditandai dengan hipoperfusi sistemik EPIDEMIOLOGI
akibat terjadinya depresi berat dari indeks kardiakl.2,2
(Llmin)lm2 dan hipotensi tekanan sistolik arterial menetap Penyebab syok kardiogenik yang terbanyak adalah infark
(< 90 mmHg), di samping terjadinya peningkatan tekanan miokard akut, di mana terjadi kehilangan sejumlah besar
baji kapiler paru (PCWP) > I 8 mmHg. miokardium akibat terjadinya nekrosis. Insidens syok

245
246 KEGAWAiTDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

kardiogenik sebagai komplikasi sindrom koroner akut klasik memprediksi bahwa vasokonstriksi sistemik
bervariasi. Hal ini berhubungan dengan definisi syok berkompensasi dengan peningkatan resistensi vaskular
kardiogenik dan kriteria sindrom koroner akut yang dipakai sistemik yang te4'adi sebagai respons dari penurunan curah
sangat beragam pada berbagai penelitian. Jantung.
Syok kardiogenik terjadi pada 2,9 %o pasien angina Penelitian menunjukkan adanya pelepasan sitokin
pektoris tak stabil dan2, I o% pasien IMA non elevasi ST. setelah infark miokard. Pada pasien pasca IM, diduga
Median waktu perkembangan menjadi syok pada pasien terdapat aktivasi sitokin inflamasi yang mengakibatkan
iri adalah7 6 jam dan 94 jam, di mana yang tersering setelah peninggian kadar iNOS, NO dan peroksinitrit, di mana
48 jam. Syok lebih sering dijumpai sebagai komplikasi IMA semuanya mempunyai efek buruk multipel antaralail:
dengan elevasi ST daripada tipe lain dari sindrom koroner . Inhibisi langsung kontraktilitas miokard
akut. Pada studi besar di negara maju, pasien IMA yang . Supresi respirasi mitokondriapada miokardnon iskemik.
mendapat terapi trombolitik tetap ditemukan kejadian syok . Efek terhadap metabolisme glukosa
kardiogenik yang berkisar attara 4,2 o/o sampai 7,2 oh. . Efekproinflamasi
Tingkat mortalitas masih tetap tinggi sampai saat ini, . Penurunanresponsivisitaskatekolamin
berkisar antar a 7 0-100%. . Merangsangvasodilatasi sistemik
Sindrom respons inflamasi sistemik ditemukan pada
sejumlah keadaan non infeksi, antara lain trauma, pintas
ETIOLOGI kardiopulmoner, pankreatitis dan luka bakar. Pasien dengan
infark miokard (IM) luas sering mengalami peningkatan
Komplikasi mekanik akibat infark miokard akut dapat suhu tubuh, sel darah putih, komplemen, interleukin,
menyebabkan terjadinya syok. Di antara komplikasi C-reactive protein dan petanda inflamasi lain. NO yang
tersebut adalah : ruptur septal ventrikel, ruptur atau disintesis dalam kadar rendah oleh endothelial nitric or-
disfungsi otot papilaris dan ruptur miokard yang lde (eNOS) sel endotel dan miokard, merupakan molekul
keseluruhan dapat mengakibatkan timbulnya syok yang bersifat kardioprotektif.
kardiogenik tersebut. Sedangkan infark ventrikel kanan
tanpa disertai infark atau disfungsi ventrikel kiri pun dapat
menyebabkan terjadinya syok. PREDIKTOR
Hal lain yang sering menyebabkan terjadinya syok
kardiogenik adalah takiaritmia atau bradiaritmia yang Pengenalan pasien yang mempunyai risiko tinggi untuk
rekuren, dimana biasanya terjadi akibat disfungsi ventrikel berkembang menjadi syok dapat memfasilitasi pengiriman
kiri, dan dapat timbul bersamaan dengan aritmia lebih awal pasien risiko tinggi sebelum terjadi awitan
supraventrikular ataupun ventrikular. hemodinamik.
(ons et) instabilitas
Syok kardiogenikjuga dapat timbul sebagai manifestasi Sejumlah sistem skor menggunakan model prediktif
tahap akhir dari disfungsi miokard yang progresif, termasuk perkembangan syok telah dilaporkan untuk membantu
akibat penyakit jantung iskemia, maupun kardiomiopati strategi dalam mengambil keputusan. Pada penelitian
hiperlrofi k dan restriktif. GUSTO I, usia, tekanan darah sistolik, frekuensi jantung
Picard MH et al, melaporkan, abnormalitas struktural dan klas Killip memberikan > 85 % informasi prediktif.
dan fungsional jantung dalam rentang lebar ditemukan Empat variabel yang sama, bermakna pada populasi
pada pasien syok kardiogenik akut. Mortalitas jangka GUSTO III dan memberikan > 95 yo informasi prediktif.
pendek dan jangka panjang dikaitkan dengan fungsi Prediktor utama syok pada populasi PURSUIT mencakup
sistolik ventrikel kiri awal dan regurgitasi mitral yang usia, tekanan darah sistolik, depresi Sl frekuensijantung,
dinilai dengan ekokardiografi, dan tampak manfaat tinggi, infark miokard dan ronki pada pemeriksaan fisis.
revaskularisasi dini tanpa dipengaruhi nilai fraksi ejeksi Studi awal pada infark miokard akut mengidentifikasi
ventrikel kiri pada awal (baseline) atau adanya regurgitasi indikator signifikan untuk prognostik pasien berdasarkan
mitral. gambaran klinis dan keadaan hemodinamik. Klasifikasi
Killip dibuat berdasarkan gambaran klinis (tanda-tanda
gagaljantung kongestif, suara 53 gallop, ronki, gambaran
PATOFISIOLOGI radiografik yang menunjukkan gagal jantung kongestif,
edema paru dan syok kardiogenik). Sedangkan klasifikasi
Paradigma lama patofisiologi yang mendasari syok Forrester dibuat berdasarkan keadaan hemodinamik yaitu:
kardiogenik adalah depresi kontraktilitas miokard yang angka PCWP QtulmonarT capillary wedge pressure) dar'
mengakibatkan lingkaran setan penuflrnan curah jantung, CI (cardiac index) yang dihubungkan dengan tingkat
tekanan darah rendah, insufisiensi koroner, dan selar5'utnya morlalitas. Semakin tinggi nilai PCWP dan semakin rendah
tef adi penunuran kontaktilitas dan curah jantung. Paradigma CI maka mofialitas akair meningkat.
SYOKKARDIOGENIK 247

MANIFESTASI KLINIS elektrokardiografi dapat membantu untuk menentukan


etiologi dari syokkardiogenik. Misalnya pada infarkmiokard
akut akan terlihat gambarannya dari rekaman tersebut.
Anamnesis
Demikian pula bila lokasi infark terj adi pada ventrikel kanan
Keluhan yang timbul berkaitan dengan etiologi timbulnya
maka akan terlihat proses di sandapan jantung sebelah
syok kardiogenik tersebut. Pasien dengan infark miokard
kanan (misalnya elevasi ST di sandapan V4R). Begitupula
akut datang dengan keluhan tipikal nyeri dada yang akut,
bila gangguan irama atau aritmia sebagai etiologi terjadinya
dan kemungkinan sudah mempunyai riwayat penyakit
syok kardiogenik, maka dapat dilihat melalui rekaman
jantung koroner sebelumnya.
aktivitas listrik jantung tersebut.
Padakeadaan syok akibat komplikasi mekanik dari infark
miokard akut, biasanya terjadi dalam beberapa hari sampai f,'oto roentgen dada : Pada foto polos dada akan terlihat
seminggu setelah onset infark tersebut. Umumnya pasien kardiomegali dan tanda-tanda kongesti paru atau edema
mengeluh nyeri dada dan biasanya disertai gejala tiba- paru pada gagal ventrikel kiri yang berat. Bila terjadi
tiba yang menunjukkan adanya edema paru akut atau komplikasi defek septal ventrikel atau regurgitasi mitral
bahkan henti jantung. akibat infark miokard akut, akan tampak gambaran kongesti
Pasien dengan aritmia akan mengeluhkan adanya paru yang tidak disertai kardiomegali, terutama pada onset
palpitasi, presinkop, sinkop atau merasakan irama jantung infark yang pertama kali. Gambaran kongesti paru
yang berhenti sejenak. Kemudian pasien akan merasakan menunjukkan kecil kemungkinan terdapat gagal ventrikel
letargi akibat berkurangnya perfusi ke sistem saraf pusat. kanan yang dominan atau keadaan hipovolemia.

Ekokardiografi : Modalitas pemeriksaan yang non-invasif


Pemeriksaan Fisis ini sangat banyak membantu dalam membuat diagnosis dan
Pada pemeriksaan awal hemodinamik akan ditemukan mencari etiologi dari syok kardiogenik. Pemeriksaan ini
tekanan darah sistolik yang menurun sampai < 90 mmHg, relatifcepat, aman dan dapat dilakukan secara langsung di
bahkan dapat turun sampai < 80 mmHg pada pasien yang tempat tidur p asien (bedside). Keterangan yang diharapkan
tidak memperoleh pengobatan adekuat. Denlut jantung dapat diperoleh dari pemeriksaan ini antaralain: penilaian
biasanya cenderung meningkat sebagai akibat stimulasi fungsi ventrikel kanan dan kiri (global maupun segmental),
simpatis, demikian pula dengan frekuensi pemapasatyang fungsi katup-katup jantung (stenosis atau regurgitasi),
biasanya meningkat sebagai akibat kongesti di paru. tekanan ventrikel kanan dan deteksi adanyashunt (misalnya
Pemeriksaan dada akan menunjukkan adanya ronki. pada defek septal ventrikel denganshunt dari kiri ke kanan),
Pasien dengan infark ventrikel kanan atau pasien dengan efusi perikardial atau tamponade.
keadaan hipovolemik yang menurut studi sangat kecil Pemantauan hemodinamik : Penggunaan kateter Swan-
kemungkinannya menyebabkan kongesti paru. Ganz untukmengukur tekanan afieri pulmonal dan tekanan
Sistem kardiovaskular yalg dapat dievaluasi seperti baji pembuluh kapiler paru sangat berguna, khususnya
vena-vena di leher seringkali meningkat distensinya. Letak untuk memastikan diagnosis dan etiologi syok kardiogenik,
impuls apikal dapat bergeser pada pasien dengan serta sebagai indikator evaluasi terapi yang diberikan.
kardiomiopati dilatasi, dan intensitas bunyi jantung akan Pasien syok kardiogenik akibat gagal ventrikel kiri yang
jauh menurun pada efusi perikardial ataupun tamponade.
berat, akan terjadi peningkatan tekanan baji paru. Bilapada
Irama gallop dapat timbul yang menunjukkan adanya pengukuran ditemukan tekanan baji pembuluh darah paru
disfungsi ventrikel kiri yang bermakna. Sedangkan lebih dari 18 mmHg pada pasien infark miokard akut
regurgitasi mitral atau defek septal ventrikel, bunyi bising memrnjukkan bahwa volume intravaskular pasien tersebut
atau murmur yang timbul akan sangat membanfu dokter cukup adekuat. Pasien dengan gagal ventrikel kanan atau
pemeriksa untuk menentukan kelainan atau komplikasi hipovolemia yang signifikan, akan menunjukkan tekanan
mekanikyang ada. baji pembuluh paru yang normal atau lebih rendah.
Pasien dengan gagaljantung kanan yang bermakna akan
Pemantauan parameter hemodinamik juga membutuhkan
menunjukkan beberapa tand a-+arrda arfiara lain : pembesaran perhitungan afterload (resistensi vaskular sistemik).
hati, pulsasi di liver akibat regurgitasi trikuspid atau Minimalisasi ale rl o ad sangat diperlukan, karena bila terj adi
terjadinya asites akibat gagaljantung kanan yang sulit untuk peningkatan afterload akatmenimbulkan efek penurunan
diatasi. Pulsasi arteri di ekstremitas perifer akan menurun kontraktilitas yang akan menghasilkan penurunan curah
intensitasnya dan edema perifer dapat timbul pada gagal jantung.
jantung kanan. Sianosis dan ekstremitas yang teraba dingin,
menunjukkan terjadinya penurunan perfusi ke jaringan. Saturasi oksigen : Pemantauan saturasi oksigen sangat
bermanfaat dan dapat dilakukan pada saat pemasangan
kateter Swan-Ganz, yatg jluga dapat mendeteksi adanya
Pemeriksaan Penunjang defek septal ventrikel. Bila terdapat pintas darah yang kaya
Elektrokardiografi (EKG): Gambaran rekaman oksigen dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan maka akan
248 KEGAWAXDARURAIAN MEDIK DI BIDAIIG ILMU PEI{YAKTT DALA.IU

terjadi saturasi oksigen yang step-up bila dibandingkan Intra-aortic balloon counterpulsation (IABP) harus
dengan saturasi oksigen vena dari vena cava dan arteri dikerjakan sebelum transportasi jika fasilitas tersedia.
pulmonal. Analisis gas darah dan saturasi oksigen harus dimonitor
dengan memberikan continuous positive airway
pressure atau ventilasi mekanis jika ada indikasi. EKG
PENATALAKSANAAN harus dimonitor secara terus menerus, dan peralatan
defibrilator, obat antiaritmia amiodaron dan lidokain harus
Volume pengisian ventrikel kiri harus dioptimalkan, dan tersedia (33% pasien pada revaskularisasi awal SHOCK
pada keadaan tanpa adanya bendungan paru, pemberian trial menjalani resusitasi kardiopulmoner, takikardia
cairan sekurang-larangnya25O ml dapat dilakukan dalam ventrikular menetap atau fibrilasi ventrikel sebelum
10 menit. Oksigenasi adekuat penting, intubasi atau randomisasi).
ventilasi harus dilakukan segera jika ditemukan Terapi fibrinolitik harus dimulai pada pasien dengan
abnormalitas difusi oksigen. Hipotensi yang terus elevasi ST jika diantisipasi keterlamb atan angiografi lebih
berlangsung memicu kegagalan otot pernapasan dan dapat dai2 jam. Mortalitas 35 hari pada pasien dengan tekanan
dicegah dengan pemberian ventilasi mekanis. darah sistolik < 100 mmHg yang mendapatkan trombolitik
Laporan adanya penurunan secara dramatis mortalitas pada meta analisis FTT adalah 28,9%o dibandingkan 3 5, I %
syok kardiogenik dengan melakukan revaskularisasi awal dengan plasebo (95% CI 26 sampai 98, p < 0,001).
mulai muncul pada akhir tahun 1980. Uji klinis secara acak Meningkatkan tekanan darah dengan IABP pada keadaan
yang menguji superioritas dan generalisabilitas strategi ini dapat memfasilitasi trombolisis dengan meningkatkan
revaskularisasi awal telah dilakukan di USA yaitu SIIOCTK tekanan perfusi koroner.
trial. Pada penelitian SHOCK dilaporkan peningkatan Pada syok kardiogenik karena infark miokard non
surrival 3}hari dari 46,7 o/omenjadi 56 o/o dengan strategi elevasi ST yang menunggu kateterisasi, inhibitor
revaskularisasi awal, namun perbedaan 9 % absolut tidak glikoprotein IIb/IIIa dapat diberikan.
bermakna ( p:0,11 ). Pada pemantauan, perbedaan sur-
vival pada strategi revaskularisasi awal menjadi lebih besar Langkah 2. Menentukan secara Dini Anatomi
danbermakna setelah 6 bulan (36,9 o/ov 49,7 Yo,p:O,027 ) Koroner
dan satu tahun ( 33,6 oh v 46,7 Yo ) untuk reduksi absolut Hal ini merupakan langkahpenting dalam tatalaksana syok
I 3,2 o (9 5 % CI 2,2 %o sampai 24,1 Yo, p < 0,03 ). Terdapat kardiogenik yang berasal dari kegagalan pompa (pump
l0 subkelompokyang diuji, termasukjenis kelamin, usia, failure) iskemik yang predominan. Pasien di Rumah Sakit
riwayat IM, hipertensi, diabetes, infark miokard anteriol komunitas harus segera dikirim ke fasilitas pelayanan
syok awal atau akhir dan transfer atau status rawat tersier yang berpengalaman. Hipotensi diatasi segera
langsung. Manfaat revaskularisasi awal didapatkan pada dengan IABP. Syok mempunyai ciri penyakit 2 pembuluh
semua subkelompok kecuali pada usia lanjut. Manfaat darah yang tinggi, penyakit left main, dan penurunan
revaskularisasi awal lebih besar pada usia < 75 tahun pada fungsi ventrikel kiri. Tingkat disfungsi ventrikel dan
30 hari (4l,4Yov 56,8yo,95 yo CI-27,8 Yo sampai-3,0 o/o) instabilitas hemodinamik mempunyai korelasi dengan
dan 6 bulan (44,9 o y 65 o/o,95 % CI -31,6 o sampai - anatomi koroner. Suafu lesicircumflex atau lesi koroner
l,lYo). kanan jarang mempunyai manifestasi syok pada keadaan
tanpa infark ventrikel kanan, underfilling ventrikel kiri,
bradiaritrnia, infark miokard sebelumnya atau kardiomiopati.
LANGKAH PENATALAKSANAAN SYOK KARDIO.
GENIK
Langkah 3. Melakukan Revaskularisasi Dini
Setelah menentukan anatomi koroner, harus diikuti dengan
Langkah L Tindakan Resusitasi Segera pemilihan modalitas terapi secepatnya. Tidak ada trial acak
Tujuannya adalah mencegah kerusakan organ sewaktu yang membandingkan PCI dengan CABG pada syok
pasien dibawa untuk terapi definitif. Mempertahankan kardiogenik. Trial SHOCK merekomendasikan CABG
tekanan arleri rata-rata yatg adekuat untuk mencegah emergensi padapasienleft main atatpenyakit 3 pembuluh
sekuele neurologi dan ginjal adalah vital. Dopamin atau besar. Laju mortalitas di rumah sakit dengan CABG pada
noradrenalin (norepinefrin), tergantung pada derajat penelitian SHOCK dan regis try adalah sama dengan out-
hipotensi, harus diberikan secepahlya untuk meningkatkan come dengan PCI, walaupun lebih banyak penyakit arteri
tekanan arteri rata-rata dan dipertahankan pada dosis koroner berat dan diabetes yaitu 2 kali pada pasien yang
minimal yar,g dibutuhkan. Dobutamin dapat menjalaniCABG
dikombinasikan dengan dopamin dalam dosis sedang atau Rekomendasi terapi reperfusi dini syok kardiogenik
digunakan tanpa kombinasi pada keadaan low output karena komplikasi infark mokard akut dapat dilihat pada
tanpa hipotensi yang nyata. Gamhar2.
SYOKKARDIOGENIK 249

Tanda klinis: hipoperfusi, CHF, edema paru akut


Penyakit dasar yang paling mungkin ?

Pem be rian
- Furosemid lV 0,5-1,0 mg/kg Pemberian
- [,lorfin lV 2-4 mg - C airan
- Oksigen bila diperlukan - Transfusi darah
- Nitrogliserin SL, kemud an 10-20 mcg/menit - lnlervensi spesifik Lihat guldelire AC C/A H A
bila TDS > 100 mmHg - Vasopresor tentang lnfark miokard
- Dopamin 5-15 mcg/kg/menit lV bila TDS dengan elevasi ST
70-100 mmHg dan tanda/gejala syok (+)
- Dobulamin 2-20 mcgikg/menit lV
bila TDS 70-100 mmHg dan tanda/gejala syok G)

TDS 70-100 mmHg TDS 70-100 mmHg TDs < 70 mmHg


TDS > 100 mmHg
dan tanda/gejala syok (-) dan tandaigejala syok (+)

Gambar 1. Skema penatalaksanaan syok kardiogenik

Syok awal, diagnosa dibuat Delayed onset shock


pada saat pasien masuk RS Pem eriksaan ekokardiografi untuk
menyingkirkan defek mekanikal

Rujuk ke pusat invasif


Terapi fibrinolitik pada keadaan yang memadai
1 > 90 menii baru dapat dilakukan PCI
2 Awitan lM < 3 jam
3 Tidak ada kontraindikasi
Rujuk ke puset invasif
Kateterisasi jantung
yang memadai dan angiografi koroner

Revaskularisasi m ekanis
CABG segera
segera dengan PCI atau CABG
direkomendasikan pada
1 Usia < 75 tahun
2. Elevasi ST, LBBB atau lM posterior
3 Terjadi syok < 36 jam setelah awitan ll\4
4, Revaskularisasi dapat dilakukan dalam
Bila tidak memungkinkan waktu 18 jam setelah syok

Gambar 2. Rekomendasi terapi reperfusi dini pada syok kardiogenik karena komplikasi infark miokard akut
250 reGAWAJTDARURAIAN MEDIK DI BIDAI{G ILMU PENYAKIT DALAM

PERAN INTRAAORTIC BALOON PIJMP et al 1 , dalam penelitiannya terhadap I I pasien dengan syok
persisten walaupun mendapat vasopressor, IABP dan PCI.
Sesuai dengan guidelines terakhir ACC/AHA, Output urin dan tekanan darah meningkat nyata dan72 %o
direkomendasikan pemasangan IABP dini pada pasien tetap hidup dalam 30 hari. Selanjuhrya dilaporkan pula
syok kardiogenik yang merupakan kandidat strategi penurunan mortalitas dari 67 % menjadi 27 o/o dengan
agresif. inhibitor NOS , NG-nitro-L-arginine methyl ester,pada uji
Kombinasi menurunkan afterload, meningkatkan acak skala kecil pada 30 pasien.
tekanan diastolik untuk perfusi koroner dan meningkatkan Inhibisi kaskade komplemen pada tingkat C5
curah jantung, membuat IABP merupakan pilihan atraktif menghasilkan penurunan respons iNOS berlebih, terhadap
pada syok kardiogenik. iskemia dan reperfrrsi dan secara teoritis dapat menghambat
Pada Gambar 3 dapat dilihat diagram intra aortic terjadinya syok. Hasil awal COMplement inhibition in
ballon pump dan posisinya dalam Aorta. Myocardial infarction treated with Angioplasty
Pada Gambar 4 dapat dilihat efeklntra Aortic Ballon (COMMA) study menunjukkan inhibisi C5 dikaitkan
Pwnp selama sistol dan diastol dengan laju syok dan kematian yang lebih rendah pada
pasien risiko tinggi yang menjalani PCI primer, walaupun
tanpa efek terhadap ukuran infark.
Saat ini telah didisain penelitian SHOCK-2 (Shouldwe
inhibit nitric Oxide synthase in patients with Cardio-
genic shock?) untuk menguji inhibitor NO, L-NMMA,
dengan uji acak yang baik pada pasien syok persisten
walaupun infarct related artery (IRA) paten.

alth seal
RERERENSI

Cotter G, Kaluski E, Blatt A, et al. L-NMMA (a nitric oxide


synthase inhibitor) is effective in the treatment of cardiogenic
shock. Circulation 2000; i01 : 1358-61
Ducas J, Grech ED. ABC of interventional cardiology. Percutaneous
coronary intervention: cardiogenic shock. BMJ
ne way valve 2O03;326:1450-2.
Davies CH. Revascularization for cardiogenic shock. Q J Med
Gambar 3 Diagram intra aoftic ballon pump (kii) dan 20Ol;94:57 -67
posisinya dalam aorta (kanan) Fibrinolilytic Therapy Trialist (FTT) Collaborative Group.

w
Indications for fibrinolytic therapy in suspected acute
myocardial infarction : collaborative overview of early
mortality and major morbidity results from all randomized tri-
a1s of more than 1000 patients. Lancet 1994;343:311-22,
I r. rela.anlL-g ne--'un I I a ueninorarran rekanan d asloti(
|
2) (onsurs o<s,ger oteh r o(a'd merLrJn I | 5r. Menin_okatkan oerfJs, koroner Goldberg RJ, Samad NA, Yazebski J et al Temporal trends in
cadiogenic shock complicating acute myocardial infarction. N
Engl J Med. 1999;340:1162-8.
Goldbetg RJ, Gore JM, Alpert JS, et al. Cardiogenic shock after
myocardial infarction : incidence and mortality from commu-
nity-wide perspective, 1975 to 1988. N Engl J Med
199 l;325:ll17 -22
Hochman JS. Cardiogenic shock complicating acute myocardial
infarction. Circulation 2003;107 :2998-3002.
Hochman JS, Sleeper LA, Webb J, et al. Early revascularization in
acute myocardial infarction complicated by cardiogenic shock.
N Engl J Med 1999;341:625-34
Hochman JS, Sleeper LA, White HD, et al One-year survival
Gambar 4. Efek intra aortic ballon pump selama sistolik following early revascularization for cardiogenic shock. JAMA
dan diastolik
2001:,285:190-2.
Hochman JS, Buller CE, Sleeper LA, et al. Cardiogenic shock
complicating acute myocardial infarction : etiologies,
HARAPAN MASADEPAN
management and outcome : overall findings of the SHOCK trial
registry J Am Coll Cardiol. 2000;36:1063-70.
Peran NG-monomethyl-L-arginine (L-NMMA), suatu Holmes DR, Bates ER, Kleiman NS, et al Contemporary reperfusion
inhibitor nitrik oksida selektif, cukup menjanjikan. Cotter therapy for cardiogenic shock : the GUSTO-I trial experience
SYOKI(ARDIOGEMK 2st

J Am Coll Cardiol 1005;26668-74. Jacobs AK, Sleeper LA, Forman R, et al. Cardiogenic shock caused
Hasdai D, Califf RM, Thomson TD, et a1. Predictors of cardiogenic by right ventricular infarction : a report from the SHOCK reg-
shock after thrombolitic therapy for acute myocardial infarc- istry. J Am Coll Cardiol 2003;411273-9.
tion. J Am Coll Cardiol 2000;35:136-43. Menon V, Hochman JS. Management of cardiogenic shock compli-
Hochman JS, Sleeper LA, Godfrey E, et al. Should we emergently cating acute myocardial infarction. Heart 2002;88:531-7.
revascularize occluded coronaries for cardiogenic shock : an Picard MH, Davidoff R, Sleeper LA, et al. Echocardiographic pre-
Intemational randomizes trial of emergency PTCA/CABG-trial dictors of survival and response to early revascularization in
design. Am Heart J 1999;137:313-21. cardiogenic shock. Circulation 2003 ;1 07 :27 9 -84.
Hasdai D, Topol EJ, Califf RM, et al. Cardiogenic shock Webb JG Sanborn TA, Sleeper LA, et al. Percutaeous coronary
complicating acute coronary syndrome . Lancet 2000;356:749- intervention for cardiogenic shock in the SHOCK trial registry.
56. Am Heart J 2001;14l:964-'70.
34
PENATALAKSANAAN SYOK SEPTIK
Khie Chen, Herdiman T. Pohan

PENDAHULUAN sirkulasi yang menyebabkan perfusi jaringan menjadi tidak


adekuat sehingga mengganggu metabolisme seVjaringan.
Sepsis merupakan respons sistemik pejamu terhadap Terdapat berbagai sebab terjadinya syok seperti
infeksi dimana patogen atau toksin dilepaskan ke dalam perdarahaan, infark miokard, anafilaksis, emboli paru dan
sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses inflamasi. yang cukup sering ditemukan adalah syok septik.
Berbagai definisi sepsis telah diajukan, namun definisi yang Syok septik merupakan keadaan dimana terjadi
saat ini digunakan di klinik adalah definisi yang ditetapkan penunman tekanan darah (tekanan darah sistolik kurang
dalam konsensts American College of Chest Physician dari 90 mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik lebih
dan Society of Critical Care Medicine pada tahun 1992 dari 40 mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi, meskipun
yang mendefinisikan sepsis, sindroma respons inflamasi telah dilakukan resusitasi cairan secara adekuat atau
sistemik (sys/e mic infl ammatory respons e syndromel SIRS), memerlukan vasopresor untuk mempertahankan tekanan
sepsis berat dan syok/ renjatan septik. (Tabel 1) darah dan perfusi organ.
Syok merupakan keadaan dimana terjadi gangguan Syok septik merupakan keadaan gawat darurat yang
memerlukan penanganan segera oleh karena semakin cepat
syok dapat teratasi, akan meningkatkan keberhasilan
pengobatan dan menurunkan risiko kegagalan organ dan
Sindrom respons inflamasi sistemik kematian. Oleh karena itu strategi penatalaksanaan syok
(SIRS: sysfemic infl ammatory response
septik yang tepat dan optimal perlu diketahui untuk
syndrome) respon tubuh terhadap inflamasi
sistemik mencakup 2 atau lebih keadaan berikut : mendapatkan hasil yang diharapkan.
suhu > 38oC atau <360C
frekuensi jantung >90 kali/menit
frekuensi napas >20 kali/menit atau PaCO2
<32 mmHg SYOK DAN MEKANISME HEMODINAMIK
leukosit darah >12.000/mms, < 4.000/mm3 atau batang
>10o/o
Pada keadaan syok terjadi gangguan hemodinamik yang
Sepsis
Keadaan klinis berkaitan dengan infeksi dengan menyebabkan perfusi jaringan menjadi tidak adekuat dan
manifestasi SIRS mengganggu metabolisme pada sel dan jaringan. Terdapat
Sepsis berat
8 faktor hemodinamik yang berperan dalam terjadinya syok,
Sepsis yang disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi
atau hipotensi termasuk asidosis laktat, oliguria dan antara lain: 1). Faktor pertama yang berperan penting dalam
penurunan kesadaran. terjadinya syok adalah volume intravaskular. Volume
Sepsis dengan hipotensi
intravaskular berperan dalam mempertahankan tekanan
Sepsis dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg atau
penurunan tekanan darah sistolik >40 mmHg dan tidak dan aliran balik vena (venous return) ke jantung.
ditemukan penyebab hipotensi lainnya. Penurunan volume intravaskular akibat kehilangan darah,
Renjatan septik plasma atau cairan dapat mempengaruhi aliran balik dan
Sepsis dengan hipotensi meskipun telah diberikan
resusitasi cairan secara adekuat atau memerlukan curah jantung; 2). Jantung merupakan faktor kedua
vasopresor untuk mempertahankan tekanan darah dan terpenting yang mempengaruhi sirkulasi hemodinamik.
perfusi organ.
Curah jantung dipengaruhi oleh frekuensi dan irama

252
PENATALAKSTANAAI\ SYOK SEPTIK 253

jantung, kontraktilitas dan keseimbangan preload dan MOF). Proses MOF merupakan kerusakan (injury) pada
faktor keti ga
aft er I o ad ; 3 ). Res i stens i vaskular merupakan tingkat selular (termasuk disfungsi endotel), gangguan
yang berperan penting dalam mempertahankan sirkulasi. perfusi ke organ/jaringan sebagai akibat hipoperfusi,
Perubahan tonus afieriol akan mempengaruhi pengisian iskemia reperfusi dan mikrotrombus. Berbagai faktor lain
ventrikel, tekanan arteri dan distribusi volume sistemik. yang diperkirakan turut berperan adalah terdapatnya faktor
Perbedaan tonus arteriol pada organ akan menyebabkan humoral dalam sirkulasi (myocardial depressant
maldistribusi volume darah yang mengakibatkan substance), malnutrisi kalori-protein, translokasi toksin
ketidakseimbangal attara suplai dan kebutuhan oksigen; bakteri, gangguan pada eritrosit dan efek samping dari
4). Mikrosirkulasi dan kapiler berperan dalam transportasi terapi yang diberikan.
cairan dan nutrisi. Gangguan sirkulasi mikrovaskular akan
menyebabkan gangguan metabolisme sel, sedangkan
peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan PENATALAKSANAAN SYOK SEPTI K
terjadinya edema interstisial; 5). Resistensi venula
berperan dalam 10-15% resistensi vaskular. Peningkatan Penatalaksanaan syok septik merupakan bagian dari
resistensi venula dan tekanan hidrostatik menyebabkan penatalaksanaan sepsis yang komprehensif, mencakup
keluarnya cairan dari intravaskular ke interstisial; 6). eliminasi patogen penyebab infeksi, eliminasi sumber
Hubungan arteri-vena tanpa melalui kapiler akan infeksi dengan tindakan drainase atau bedah bila
menyebabkan hipoksia dan gangguan transpor nutrisi; 7). diperlukan, terapi antimikroba yang sesuai, resusitasi bila
Kapasitas vena dapat menampung hingga 80o% volume terjadi kegagalan organ atau renjatan, vasopresor dan
sirkulasi. Penurunan tonus vena dan peningkatan kapasitas inotropik, terapi suportif terhadap kegagalan organ,
vena akan mempengamhi volume sirkulasi sistemik; 8). gangguan koagulasi dan terapi imunologi bila terjadi
Faktor terakhir yang berperan adalah patensi pembuluh respons imun maladaptif pejamu terhadap infeksi.
darah. Obstruksi pembuluh darah menyebabkan Penatalaksaan hipotensi dan syok septik merupakan
penunrnan aliran balik vena. tindakan resusitasi yang perlu dilakukan segera mungkin.
Resusitasi dilakukan secara intensif dalam 6 jam pertama,
dimulai sejak pasien tiba unit gawat darurat. Tindakan
PATOFISIOLOGI SYOK SEPTIK DAN KEGAGALAN mencakup aitway : a). breathing; b). circulation; c).
ORGAN oksi geni sasi, ter api cair an (kristaloid dan/ atau koloid),
vasopresor/inotropik dan transfusi bila diperlukan.
Patofisiologi syok septik tidak terlepas dari patofisiologi Pemantauan dengan kateter vena sentral sebaiknya
sepsis itu sendiri dimana endotoksin (lipopolisakarida) dilakukan untuk mencapai tekanan vena sentral (CVP) 8-
yang dilepaskan oleh mikroba akan menyebabkan proses 12 mmHg, tekanan arterirata-rata (MAP)>65 mmHg dan
inflamasi yang melibatkan berbagai mediator infl4masi produksi urin >0,5 ml/kg/jam.
yaitu: sitokin, neutrofil, komplemen, NO dan berbagai
mediator lain. Proses inflamasi pada sepsis merupakan
Oksigenisasi
proses homeostatis dimana terjadi keseimbangan antara
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai
proses infl amasi dan antiinflamasi. Kemampuan homeosta-
akibat disfungsi atau kegagalan sistem respirasi karena
sis pada proses inflamasi ini terkait dengan faktor gangguan ventilasi maupun perfusi. Traspor (delivety)
suseptibilitas individu terhadap proses inflamasi tersebut.
oksigen ke janngan dapat pula terganggu akibat keadaan
Bilamana terjadi proses inllamasi yang melebihi kemampuan
hipovolemik dan disfungsi miokard menyebabkan
homeostatis, maka akan terjadi proses inflamasi yang
maladaptif, sehingga terjadi berbagai proses inflamasi yang
bersifat destruktif. Keadaan tersebut akan menimbulkan SIRS MODS
Stimulls eksogen
itihLrlL q pkcdnen lL-6 llepar
lan.r aE
CRp
gangguan pada tingkat selular pada berbagai organ. (endotoks nl
L,B Paru
Gangguan pada tingkat sel yang juga menyebabkan
ARDS

L-10 Jantung Disfungs


disfungsi endotel, vasodilatasi akibat pengaruh NO Amp ifikasi K D

menyebabkan terjadinya maldistribusi volume darah LB P

sehingga terjadi hipoperfusi jaringan dan syok. Faktor lain


yang juga berperan adalah disfungsi miokard akibat
pengaruh berbagai mediator sehingga terjadi penurunan ]NOS
curah jantung. Proses ini mendasari terjadinya hipotensi Endotel vaskular No

dan syok pada sepsis. Aktivitas prokoag!lan


kemotaksis nekofil Vasodilatasi
Berlanjutnya proses inflamasi yang maladapatif akan
menyebabkan gangguan fungsi berbagai organ yang Gambar 1. Disfungsi organ multipel sebagai hasil akhir dari
dikenal sebagai disfungsi/gagal organ multipel (MODS/ proses inflamasi yang berlanjut. (Modifikasi dari Dhainaut)
254 KEGAWAXDARUruITAN MEDIK DI BIDANG ILMU PET.TYAIilT DALAM

pemrrunan curah jantung. Kadar hemoglobin yang rendah klinis pasien, sarana yang tersedia, keuntungan dan
akibat perdarahan menyebabkan daya angkut oksigen oleh kerugian pemberian transfu si.
eritrosit menurun. Traspor oksigen ke jaringan
dipengaruhi juga oleh gangguan perfusi akibat disfungsi Vasopresor dan Inotropik
vaskular, mikrotrombus dan gangguan penggunaan Vasopresor sebaiknya diberikan setelah keadaan
oksigen oleh jaringan yang mengalami iskemia. hipovolemik teratasi dengan pemberian cairan secara
Dalam tatalaksana hipoksemia dan hipoksia semua adekuat, akan tetapi pasien masih mengalami hipotensi.
faktor yang mempengaruhi baik ventilasi, perfusi, Hipotensi terjadi sebagai akibat vasodilatasi atau sebagai
delivery dan penggunaan oksigen perlu mendapat akibat disfungsi miokardial sehingga terjadi penurunan
perhatian dan dikoreksi. Pada keadaan hipoksemia berat curah jantung. Terapi vasopresor diberikan mulai dosis
dan gagal napas bila disertai dengan penurunan terendah secara titrasi untuk mencapai tekanan arteri rata-
kesadaran atau kerja ventilasi yang berat, ventilasi mekanik rata(MAP) 60 mmHg, atautekanan darah sistolik 90mmHg.
perlu segera dilakukan. Oksigenisasi bertujuan mengatasi Pemantauan terhadap tingkat kesadaran dan produksi urin
hipoksia dengan upaya meningkatkan saturasi oksigen di dapat menggambarkan adanya perbaikan perfusi dan
darah, meningkatkan trasport oksigen dan memperbaiki fungsi organ. Untuk vasopresor dapat digunakan dopamin
utilisasi oksigen di j aringan. dengan dosis >8 mikrogram(mcg),&g/menit, norepinefrin
0,03 - 1, 5 mcg/kg/menit, fenileferin 0, 5 - 8 mc g,&g/menit atau
Terapi Cairan epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit. Sebagai inotropik yang
Hipovolemia dapat terjadi pada sepsis sebagai akibat dapat digunakan dobutamin dosis 2-28 mcglkg/menit,
peningkatan kapasitas vaskular (penurunan aliran balik dopamin 3 -8 mcglkg/menit, epinefrin 0, I -0, 5 mcglkgimenit
vena), dehidrasi (karena asupan yang menurun, kehilangan atau inhibitor fosfodiesterase (amrinon dan milrinon).
cairan melalui pernapasan atau keringat), terjadinya
perdarahan dan kebocoran kapiler. Pada keadaan Bikarbonat
hipovolemik akan terjadi gangguan transpor oksigen dan Bikarbonat telah lama digunakan dalam mengkoreksi
nutrisi ke jaringan dan menyebabkan terjadinya hipotensi asidemia pada sepsis. Namun terapi bikarbonat untuk
dan renjatan. koreksi asidemia pada sepsis saat ini diragukan
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan manfaatnya, dengan alasan bahwa bikarbonat sebagai
pemberian cairan baik kristaloid (NaCl 0,9% atau ringer bufer bermanfaat pada tingkat selular; sedangkan pada
laktat), maupun koloid. Kristaloid merupakan pilihan pada sepsis dan renjatan terjadi hipoperfusi ke jaringan dengan
terapi awal karena lebih murah dan mudah didapat, tetapi konsekuensi terjadinya gangguan traspor karbondioksida
perlu diberikan dengan volume yang lebih besar. Volume dari jaringan, sehingga akan terjadi pH sel yang semakin
cairan yang diberikan perlu dimonitor kecukupannya agar rendah. Secara empirik bikarbonat dapat diberikan bila pH
tidakkurang atauprur berlebih. Secara klinis respons terhadap < '7,2 atau serum bikarbonat < 9 meq/I, dengan disertai
pemberian cairan terlihat dari peningkatan tekanan darah, upaya untuk memperbaiki keadaan hemodinamik.
pemrmnan frekuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaan
kulit dan ekstremitas, produksi urin dan membaiknya
penurunan kesadaran. Pada sarana yang lebih lengkap atau DisfungsiRenal
di unit rawat intensif dapat dipantau dengan mengukur Gangguan fungsi ginjal pada sepsis dan renjatan terjadi
tekanan vena sentral dan tekanan arteri pulmonalis. Perlu secara akut, disebabkan karena gangguan perfusi ke or-
diperhatikan tanda kelebihan cairan berupa peningkatan gan tersebut. Bilamana pasien dalam keadaan hipovolemik
tekanan venajugular, ronki, galop 33 dan penurunan saturasi atau hipotensi, keadaan ini harus segera diperbaiki dengan
oksigen. pemberian cairan secara adekuat, terapi dengan
Albumin merupakan protein plasma yang juga berfirngsi vasopresor dan inotropik bila diperlukan. Pada keadaan
sebagai koloid. Albumin berfungsi mempertahankan oliguria, pemberian cairan perlu dipantau secara ketat oleh
tekanan onkotik plasma. Pada keadaan serum albumin yang karena pemberian cairan secara agresifdapat menyebabkan
rendah (<2 gldl) disertai tekanan hidrostatik melebihi edema paru. Dopamin dosis renal (1-3 mcglkg/menit)
tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan. seringkali diberikan untuk mengatasi gangguan fungsi
Transfusi eritrosit (paclc red cell) diperltkan pada ginjal pada sepsis, akan tetapisecara evidence based terapi
kdadaan perdarahan aktif, atau bilamana kadar hemoglo- ini tidak terbukti menurunkan mortalitas dan menurunkan
bin (Hb) yang rendah pada keadaan tertentu misalnya kebutuhan akan dialisis.
iskemia miokardial dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat
dicapai pada sepsis dipgrtahankan di atas 8 hingga l0 g/ dilakukan hemodialisis maupun hemofiltrasi kontinu
dl. Namun pertimbangan dalam memberikan transfusi (continuous hemofi ltr atioz). Pada hemodialisis digunakan
bukan berdasarkan kadar Hb semata, tetapijuga keadaan gradien tekanan osmotik dalam filtrasi substansi plasma,
PENATALAKSANAAN SYOK SEPTIK 255

sedangkan pada hemofiltrasi digunakan gradien tekanan dan kontraktilitas dengan oxygen delivery darr
hidrostatik. Teknik hemofiltrasi yang digunakan berupa demand. Protokol tersebut mencakup pemberian cairan
continuous art eiov enous hemofi ltratior (CAVH) atau c ir- kristaloid dan koloid bolus 500 ml tiap 30 menit untuk
culation of dialysate on ultrafiltrate chamber (CAYHDF). mencapai tekanan vena sentral (CVP) 8-12 mmHg. Bila
Baik hemodialisis ataupun hemofiltrasi merupakan terapi tekanan arteri rata-rata (MAP) kurang dari 65 mmHg,
pengganti yang saling melengkapi. Hemofiltrasi dilakukan diberikan vasopresor hingga >65 mmHg dan bila MAP >
kontinu selama perawatan, sedangkan bila kondisi telah 90 mmHg diberikan vasodilator. Dilakukan evaluasi saturasi
stabil dapat dilakukan hemodialisis. Hemofiltrasi memiliki oksigen vena sentral (ScvO2); bila ScvO2<70% dilakukan
kelebihan dalam memperbaiki kontraktilitas miokard, koreksi hematokrit hingga diatas 30Yo. Setelah CVP, MAP
memperbaiki transpor oksigen dan memodulasi respons dan hematokrit optimal namun ScvO2 < 70oA, dimulai
imunologis melalui bersihan mediator infl amasi. pemberian inotropik. Inotropik diturunkan bila MAP< 65
mmHg atau frekuensi jantung >120 kalilmenit. (Gambar 2)
Hasil penelitian pada 130 pasien dengan 133 kontrol
Nutrisi didapatkan penumnan mortalitas pada kelompok early
Nutrisi merupakan terapi suportif yang penting dan harus goal directed therapy 30,5% dibandingkan kontrol46.5%
diperhatikan dalam perawatan pasien sepsis. Pada sepsis
dengan perbaikan pada parameter ScvO2, kadar laktat
terjadi slress yang menyebabkan gangguan metabolisme
darah, defisit basa lebih rendah dan pH darah lebih tinggi.
berbagai zat nutrisi. Di satu pihak terjadi hiperkatabolisme
akibat kebutuhan yang meningkat, sedangkan keadaan
gangguan perfusi dan hipoksia menyebabkan proses utilisasi
dan pengangkutan sisa metabolisme menjadi terganggu. Pada
metabolisme glukosa te{adi peningkatan produksi (proses
glikolisis dan glukoneogenesis), ambilan (uptake) dan
oksidasinya pada sel; peningkatan produksi dan penumpukan
laktat dan kecenderungan hiperglikemia akibat resistensi
,/ -\
insulin. Pada metabolisme lemak terjadi lipolisis dan i, paralisis (jika
diin ) atau kekurangan l
hipertrigliseridemia dan proses katabolisme pada metabolisme
protein.
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein
(asam amino), asam lemak, cairan, vitamin dan mineral perlu
diberikan sedini mungkin, diutamakan pemberian secara
enteral dan bila tidak memungkinkan baru diberikan secara l*
<65mmHo r.
0batWsoaklll
parenteral. Pengendalian kadar glukosa darah perlu
dilakukan oleh karena berbagai penelitian menunjukkan -
Transfusi eritrosit sam pat
manfaatnya terhadap proses inflamasi dan penurunan hematokrit > 30%
mortalitas.

Kortikosteroid
Kortikosteroid dosis tinggi dicoba pemberiannya pada
sepsis berat dan renjatan dengan hasil tidak terbukti Perawatan rumah sakit

menurunkan mortalitas. Saat ini terapi kortikosteroid hanya


Gambar 2. Early goal directed therapy (Sumber Rivers 2001)
diberikan dengan indikasi insufisiensi adrenal, dan dapat
diberikan secara emprik bila terdapat dugaan keadaan
tersebut. Hidrokortison dengan dosis 50 mg bolus
intravena 4 kali sehari selama 7 haripada pasien renjatan REFERENSI
septik menunjukkan penurunan mortalitas dibandingkan
kontrol. Annane D, Sebille Y Charpentier C. Effect of treatment with low
doses of hydrocortisone and fludrocortisone on mortality in
patients with septic shock. J Am Med Assoc. 2002;288(7):862-
71.
EARLY GOAL DIRECTED TREATMENT
Astiz ME, RackowEC. Septic shock. Lancet 1998;351:1501-5.
Balk RA. Severe sepsis and septic shock, definition, epidemiology
Penelitian yang dilakukan Rivers dengan membandingkan and clinical manifestation. Crit Care C1in. 2000;16(2):179-92.
tatalaksana yang disebut early goal directed treatment Chertow G, Sayegh M, Allgren RL. Is the admioistration of dopam-
dengan terapi standar. Inti dari tatalaksana ini bahwa terapi ine associated with adverse of favorable outcome in acute renal
mencakup penye suaian beban j antun g p r e I o ad, aft e r I o ad failure? Am J Med. 1996;101:49.
256 KEGAW'ITDARURr'TTAT{ MEDIK DI BIDANG ILMU PEIYYAKIT DALI\M

Dellinger RP, Carlet JM, Masur H, et al. Surviving sepsis campaign Members of the American College of Chest Physician/Society of
guidelines for management of severe sepsis and septic shock. Critical Care Medicine Consensus Conference Committee.
Crit Care Med. 2004:32(3);858-71. AmericanCollege of Chest Physician/Society of Critical Care
Dhainaut JF, Marin N. Sepsis induce multiple organ dysfunction Medicine Consensus Conference: Definition for sepsis and or-
syndrome. In: Dhainaut JF, Thijs L, Park G (eds). Septic shock. gan failure and guidelines for the use of intovative therapies in
London. WB Saunders Co. 2000. p.321-26 sepsis. Crit Care Med. 1992;20:864-74.
Jindal N, Hollenberg SM, Dellinger RP, Pharmacologic issues in the Rivers E, Nguyen B, Havstad S, et.al. Early goal-directed therapy in
management of septic shock. Crit Care Clin 2000;16(2):233- the treatment of severe sepsis and septic shock. N Eng J Med
49. 2001,345:1368-77 .
Jumois D. Prophylaxis and management of acute renal failure dur- Singer M. Management of multiple organ failure: guidelines but no
ing sepsis. In: Dhainaut JF, Thijs LG Park G, editors. Septic hard and fast rules. J Antimicrob Chemother. 1998;41
shock. London: WB Sauders co. 2000 p. 511-20. (SupplA): I03-12.
35
RENJATAN ANAFILAKTIK
Iris Rengganis, Heru Sundaru, Nanang Sukmana, Dina Mahdi

PENDAHULUAN menghadapi keadaan tersebut sangat diperlukan.


Tulisan ini akan membahas beberapa pengertian yang
Perkembangan yang pesat dalam penemuan, penelitian berkaitan dengan anafilaksis, diagnosis, terapi dan
dan produksi obat untuk diagnosis, pengobatan pencegahan.
dan pencegahan telah pula menimbulkan reaksi obat
yang tidak dikehendaki yang disebut sebagai efek
samplng. ANAFILAKSIS ATAU SYOK ANAFILAKTIK
Reaksi tersebut tidak saja menimbulkan persoalan baru
di samping penyakit dasarnya, tetapi kadang-kadang dapat Bila pada bagian pendahuluan dijelaskan perbedaan
membawa maut juga. Hipokalemia, intoksikasi digitalis, anafilaksis dengan reaksi anafilaktoid, maka berikut ini
keracunan aminofilin dan reaksi anafilaktik merupakan dikemukakan pengertian anafilaksis dan syok anafilaktik.
contoh-contoh efek samping yang potensial berbahaya. Banyak anggapan bahwa reaksi alergi obat yang dapat
Gatal-gatal karena alergi obat, mengantuk karena mematikan adalah syok anafilaktik. Seperti terlihat pada
pemakaian antihistamin merupakan contoh lain reaksi Tabel 1, syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi
efek samping yang ringan. Diperkirakan efek samping klinik dari anafilaksis yang ditandai dengan adanya
terjadi pada 6 sampai 15 % pasien yang dirawat di rumah hipotensi yaflg tyata dan kolaps sirkulasi darah. Istilah
sakit, sedangkan alergi obat berkisar antara 6-10 %o dari syok anafilaktik menunjukkan derajat kegawatan, tetapi
efek samping. terlalu sempit untuk menggambarkan anafilaksis secara
Anafilaksis merupakan bentuk terberat dari reaksi keseluruhan, karena anafilaksis yang berat dapat terjadi
alergi obat. Meskipun terdapat berbagai definisi mengenai tanpa adanya hipotensi, dimana obstruksi saluran napas
anafilaksis, tetapi umumtya para pakar sepakat bahwa merupakan gejala utamanya.
anafilaksis merupakan keadaan darurat yang potensial Justru gejala yang terakhir ini yang sering terjadi dan
dapat mengancam nyawa. Gejala anafilaksis timbul segera
bahkan ada laporan yang menyatakan kematian karena
setelah pasien terpajan oleh alergen atau faktor pencetus
anafilaksis dua pertiga disebabkan oleh obstruksi saluran
napas (terutama pada usia muda), dan sisanya oleh kolaps
lainnya. Gejala yang timbul melalui reaksi alergen dan
antibodi disebut sebagai reaksi anafilaktik. Sedangkan kardiovaskular (terutama usia lanjut).
yang tidak melalui reaksi imunologik dinamakan reaksi Ciri khas yang pertama dari anahlaksis adalah gejala
yang timbul beberapa detik sampai beberapa menit setelah
anafilaktoid tetapi karena baik gejala yang timbul maupun
pengobatannya tidak dapat dibedakan, maka kedua pasien terpajan oleh alergen atau faktor pencetus
nonalergen seperti zatkimia, obat atau kegiatan jasmani.
macam reaksi di atas disebut sebagai anafilaksis.
Perbedaan tersebut diperlukan manakala mencari Ciri kedua yaitu anafilaksis merupakan reaksi sistemik,
sehingga melibatkan banyak organ yang gejalanya timbul
penyebab anafilaksis dan merencanakan penatalaksanaan
serentak atau hampir serentak.
lanjutan.
Anafilaksis memang jarang terjadi, tetapi bila terjadi
umumnya tiba-tiba, tidak terduga, dan potensial lnsidens
berbahaya. Oleh karena itu kewaspadaan dan kesiapan Anafilaksis memang jarang dijumpai, tetapi paling tidak

257
258 KEGAWTfi)ARURATAN MEDIK DI BIDAIIG ILMU PETTYAKIT DALAM

dilaporkan lebih dari 500 kematian terjadi setiap tahunnya


karena antibiotik golongan beta laktam, khususnya
Anafilaksis (melalui lgE)
penisilin. Penisilin menyebabkan reaksi yang fatal pada Antibiotik (penisilin, sefalosporin)
0,002%opemakaian. Ekstrak alergen (bisa tawon, polen)
Selanjutnya penyebab reaksi anafilaktoid yang Obat (glukokortikoid, thiopental, suksinilkolin)
Enzim (kemopapain, tripsin)
tersering adalah pemakaian media kontras untuk Serum heterolog (antitoksin tetanus, globulin
pemeriksaan radiologik. Media kontras menyebabkan antilimfosit)
reaksi yang mengancam nyawapada},lYodan reaksi yang Protein manusia (insulin, vasopresin, serum)
Anafilaktoid (tidak melalui lgE)
fatal terjadi antara I : 10.000 dan 1: 50.000 prosedur
Zat penglepas histamin secara langsung :

intravena. Kasus kematian berkurang setelah dipakainya Obat (opiat,vankomisin, kurare)


media kontras yang hipoosmolar. Cairan hipertonik (media radiokontras, manitol)
Obat lain (dekstran, fluoresens)
Kematian karena uji kulit dan imunoterapi juga pernah
Aktivasi komplemen
dilaporkan. Enam kasus kematian karena uji kulit dat24 Protein manusia (imunoglobulin, dan produk darah
kasus imunoterapi terjadi selama tahun 1959 sampai tahun lainnya)
1984. Bahan dialisis
Modulasi metabolisme asam arakidonat
Penelitian lain melaporkan 17 kematian karena Asam asetilsalisilat
imunoterapi selamaperiode 1985 sampai 19S9. Antiinflamasi nonsteroid

DIAGNOSIS
Sistem Gejala dan tanda
Umum Lesu, lemah, rasa tak enak yang Diagnosis anafilaksis ditegakkan berdasarkan adaty a
Prodromal sukar dilukiskan, rasa tak enak di gejala klinik sistematik yang muncul beberapa detik atau
dada dan perut, rasa gatal di hidung
dan palatum menit setelah pasien terpajan oleh alergen atau faktor
Pernapasan pencetusnya. Gejala yang timbul dapat ringan seperti pru-
Hidung Hidung gatal, bersin dan tersumbat ritus atau urtikaria sampai kepada gagal napas atau syok
Laring Rasa tercekik, suara serak, sesak
napas, stridor, edema,spasme anafilaktik yang mematikan. Karena itu mengenal tanda-
tanda dini sangat diperlukan agar pengobatan dapat segera
Lidah Edema dilakukan. Tetapi kadang-kadang gejala anafilaksis yang
Bronkus Batuk, sesak, mengi, spasme
berat seperti syok anafilaktik atau gagal napas dapat
Kardiovaskular Pingsan,sinkop, palpitasi, takikardia,
langsung muncul tanpa tanda-tanda awal. Kumpulan gejala
hipotensi sampai syok, aritmia.
Kelainan EKG : gelombang T tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
datar,terbalik, atau tanda-tanda infark Gejala-gejala di atas dapat timbul pada satu organ saja,
miokard.
Gastro intestinal
tetapi pula muncul gejala pada beberapa organ secara
Disfagia, mual, muntah, kolik, diare
yang kadang-kadang disertai darah, serentak atau hampir serentak. Kombinasi gejala yang
peristaltik usus meninggi sering dijumpai adalah urtikaria atau angioedema yang
Kulit Urtika, angioedema, di bibir, muka
disertai gangguan pernapasan baik karena edema larings
atau ekstremitas
atau spasme bronkus. Kadang-kadang didapatkan
Mata Gatal, lakrimasi
Susunan saraf Gelisah, kejang
kombinasi urtikaria dengan gangguan kardiovaskular
pusat seperti syok yang berat sampai terjadi penurunan
kesadaran. Setiap manifestasi sistem kardiovaskular,
pemapasan atau kulitjuga bisa disertai gejala mual, muntah,
kolik, usus, diare yang berdarah, kejang uterus atau
perdarahan vagina.
MEKANISME DAN PENYEBAB ANAFILAKSIS
KARENAOBAT
DIAGNOSIS BANDING
Berbagai mekanisme terjadinya anafilaksis, baik melalui
mekanisme IgE maupun melalui non-IgE seperti terlihat Beberapa keadaan yang dapat menyerupai reaksi
pada Tabel 2.Tentu saja selain obat ada juga penyebab anafilaksis yaitu reaksi vasovagal, infark miokard akut,
anafilaksis yang lain seperti makanan, kegiatan jasmani, reaksi hipoglikemik, reaksi histerik, atau angioedema
sengatan tawon, faktor fisis seperti udara yang panas, air herediter.
yang dingin pada kolam renang dan bahkan sebagian Reaksi vasovagal sering dijumpai setelah pasien
anafi laksis penyebabnya tidak diketahui. mendapat suntikan. Pasien tampak mau pingsan, pucat dan
RENJATANANAFILAKTIK 259

berkeringat. Dibandingkan dengan reaksi anafi laksis, pada adakalanya muncul beberapa jam kemudian. Obsevasi yang
reaksi vasovagal nadinya lambat dan tidak terjadi sianosis. dilakukan oleh Stark dkk menyatakan bahwa bentuk
Meskipun tekanan darahnya turun, tetapi masih mudah anafilaksis bisa unifasik seperti yang biasa kita temukan,
diukur dan biasanya tidak terlalu rendah seperti pada bifasik yang gejalanya muncul 1-8 jam kemudian dan
anafilaksis. protrated yaitu suatu bentuk anafilaksis berat yang dapat
Pada infark miokard akut gejala yang menonjol adalah berlangsung 5-32 jam meskipun dengan pengobatan yang
nyeri dada, dengan atau tanpa penjalaran. Gejala tersebut intensif.
sering diikuti rasa sesak, tetapi tidak tampak tatda-tanda
obstruksi saluran napas, maupun kelainan kulit.
Pemeriksaan elektrokardiografi dan enzimatik akan TERAPI
membantu diagnosis infark miokard.
Reaksi hipoglikemik dapat disebabkan oleh pemakaian Tanpa memandang beratnya gejala anafilaksis, sekali di-
obat antidiabetes atau oleh sebab lain. Pasien tampak agnosis sudah ditegakkan pemberian epinefrin tidak boleh
lemah, pucat berkeringat sampai tak sadar. Tekanan darah ditunda-tunda. Hal ini karena cepatnya mula penyakit dan
kadang-kadang menurun, tetapi tidak dijumpai tanda-tanda lamanya gejala anafilaksis berhubungan erat dengan
obstruksi saluran napas atau kelainan kulit. Pemeriksaan kematian. Dengan demikian sangat masuk akal bila
kadar gula darah dan pemberian terapi glukosa menyokong epinefrin 1 : 1000 yang diberikan adalah 0,01 ml/kgBB
diagnosis reaksi hipoglikemik. sampai mencapai maksimal 0,3 ml subkutan (SK) dan dapat
Pada reaksi histerik tidak dijumpai adanya tanda-tanda diberikan setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali seandainya
gagal napas, hipotensi atau sianosis. Pasien kadang- gejala penyakit bertambah buruk atau dari awalnya kondisi
kadang pingsan meskipun hanya sementara. Penilaian penyakitnya sudah berat, suntikan dapat diberikan secara
tanda-tanda vital dan status neurologik dengan cepat intramuskuler (IM) dan bahkan kadang-kadang dosis
membedakan keadaan ini dengan reaksi anafilaktik. Sering epinefrin dapat dinaikkan sampai 0,5 ml sepanjang pasien
pasien mengeluh parestesia. tidak mengidap kelainan jantung.
Sindrom angioedema neurotik herediter merupakan Bila pencetusnya adalah alergen seperti pada suntikan
salah satu keadaan yang menyerupai anafilaksis. Sindrom imunoterapi, penisilin, atau sengatan serangga, segera
ini ditandai dengan angioedema saluran napas bagian atas diberikan suntikan infiltrasi epinefrin I : 1000 0,1-0,3 ml di
dan sering disertai kolik abdomen. Tidak dijumpai kelainan bekas tempat suntikan untuk mengurangi absorpsi alergen
kulit atau kolaps vaskular. Adanya riwayat keluarga yang tadi. Bila mungkin dipasang torniket proksimal dari tempat
mempunyai sindroma ini disertai penurunan kadar suntikan dan kendurkan setiap 10 menit. Torniket tersebut
inhibitor C1 esterase mendukung adanya sindrom dapat dilepas bila keadaan sudah terkendali. Selanjutnya
angioedema neurotikherediter. dua hal penting yang harus segera diperhatikan dalam
Sindrom karsinoid menyerupai anafilaksis idiopatik. memberikan terapi pada pasien anafilaksis yaitu
Sindrom ini ditandai dengan adanya gejala gastrointesti- mengusahakan: 1). Sistem pernapasan yang lancar,
nal, spasme bronkus, dan rasa panas sekitar kulit. Tetapi sehingga oksigenasi berjalan baik;2). Sistem
tidak dijumpai adanya urtikaria atau angioedema. kardiovaskular yangjuga harus berfungsi baik sehingga
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan serotinin darah perfu si jaringan memadai.
meninggi serta kadar histamin dan 5 hidroksi indol asam Meskipun prioritas pengobatan ditujukan kepada
asetat dalam urin meninggi. sistem pernapasan dan kardiovaskular, tidak berarti pada
Meskipun diagnosis anafilaksis tidak sulit, tetapi organ lain tidak perlu diperhatikan atau diobati. Prioritas
mencari alergen penyebab maupun pencetusnya tidak ini berdasarkan kenyataan bahwa kematian pada
mudah dan bahkan kadang-kadang tidak ditemukan. Dalam anafilaksis terutama disebabkan oleh tersumbatnya
hal ini anamnesis yang teliti merupakat cara yang paling saluran napas atau syok anafilaksis.
penting. Dengan demikian diagnosis anafilaksis terutama
berdasarkan reaksi anafilaksis yang timbul segera setelah
terpajan oleh alergen atau faktor pencetus serangan dan Sistem Pernapasan
menimbulkan gejala klinik pada organ-organ sasaran seperti 1. Memelihara saluran napas yang memadai. Penyebab
yang telah disebutkan tadi. Akan halnya pemeriksaan tersering kematian pada anafilaksis adalah
penunjang seperti uji kulit hanya bermanfaat bila tersumbatnya saluran napas baik karena edema larings
mekanisme anafi laksis tersebut melalui IgE (imunoglobulin atau spasme bronkus. Pada kebanyakan kasus, suntikan
E) dan obat-obat yang dapat diuji pun terbatas pada epinefrin sudah memadai untuk mengatasi keadaan
penisilin. Hormon dan enzim sangatjarang dilakukan karena tersebut. Tetapi pada edema larings kadang-kadang
prosedw tersebut juga bisa menimbulkan reaksi anafilaksis. diperlukan tindakan trakeostomi. Tindakan intubasi
Meskipun anafilaksis biasanya muncul dalam waktu trakea pada pasien dengan edema larings tidak saja sulit
beberapa menit setelah terpajan oleh alergen, tetapi tetapi juga sering menambah beratnya obstruksi.
260 KEGAWAJDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PEITYAKIT DALAM

Karena pipa endotrakeal akan mengiritasi dinding di atas kemudian diikuti pemapasan hiperventilasi untuk
larings. Bila saluran napas tertutup sama sekali hanya menjamin absorpsi obat yang cepat.
tersedia waktu 3 menit untuk bertindak. Karena Pernah dilaporkan selain usaha-usaha yang dilaporkan
trakeostomi hanya dikerjakan oleh dokter ahli atau yang tadi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
berpengalaman maka tindakan yang dapat dilakukan 1. Pasien yang mendapatkan obat atau dalam pengobatan
dengan segera adalah melakukan punksi membran obat penyakit reseptor beta (beta blocker) gejalanya
krikotiroid denganjarum besar. Kemudian pasien segera sering sukar diatasi dengan epinefrin atau bahkan
dirujukke rumah sakit. menjadi lebih buruk karena stimulan reseptor adrenergik
2. Pemberian oksigen 4-6 Umenit sangatpenting baikpada alfa tidakterhambat. Dalam keadaan demikian inhalasi
gangguan pernapasan maupun kardiovaskular. agonis beta-2 atau sulfas atropin akan memberikan
3. Bronkodilator diperlukan bila terjadi obstruksi saluran manfaat di samping pemberian aminofilin dan
napas bagian bawah seperti pada gejala asma atau kortikosteroid secara intravena.
status asmatikus. Dalam hal ini dapat diberikan larutan 2. Antihistamin (AH) khususnya kombinasi AH, dengan
salbutamol atau agonis beta-2lainnya 0,25 cc - 0,5 cc AH, bekerja secara sinergistik terhadap reseptor yang
dalam2-4 ml NaCl 0,9% diberikan melalui nebulisasi ada di pembuluh darah. Tergantung beratnya penyakit,
atau aminofilin 5-6 mg / kgBB yang diencerkan dalam AH dapat diberikan oral atau parenteral. Pada keadaan
20 cc dekstrosa 5%o atau NaCl 0,9o/o dan diberikan anafilaksis berat antihistamin dapat diberikan IV. Untuk
perlahan-lahan sekitar 15 menit. AH, seperti simetidin (300 mg) atau ranitidin ( 1 50 mg)
harus diencerkandengan20 mlNaCl 0,9% dan diberikan
dalam waktu 5 menit. Bila pasien mendapatkan terapi
Sistem Kardiovaskular
l. Gejalahipotensi atau syokyang tidakberhasil dengan
teofilin pemakaian simetidin harus dihindari sebagai
gantinya dipakai ranitidin.
pemberian epinefrin menandakan bahwa telah terjadi
kekurangan cairan intravaskular.
3. Kortikosteroid harus rutin diberikan baik pada pasien
yang mengalami gangguan napas maupun gangguan
Pasien ini membufuhkan cairan intravena secara cepat
baik dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9o/o) atat koloid
kardiovaskular. Memang kortikosteroid tidak
bermanfaat untuk reaksi anafilaksis akut, tetapi sangat
(plasma, dextran). Dianjurkan untuk memberikan cairan
bermanfaat unhrk mencegah reaksi anaf,rlaksis yang
koloid 0,5-1 L dan sisanya dalambentuk cairankristaloid.
berat dan berlangsung lama. Jika pasien sadar bisa
Cairan koloid ini tidak saja mengganti cairan
intravaskular yang merembes ke luar pembuluh darah
diberikan tablet prednison tetapi lebih disukai
memberikan intravena dengan dosis 5 mgikgBB
atau yang terkumpul dijaringan splangnikus, tetapijuga
hidrokortison atau ekuivalennya. Kortikosteroid ini
dapat menarik cairan ekstravaskular untuk kembali ke
dapat diberikan setiap 4-6 jam.
intravaskular.
2. Oksigen mutlak harus diberikan di samping pemaniauan
sistem kardiovaskular dan pemberian natrium
bikarbonat bila terjadi asidosis metabolik. PENCEGAHAN
3. Kadang-kadang diperlukan CVP (central venous
Pasien yang pernah mengalami reaksi anafilaksis
pr e s s ur e). Pemasangan CVP ini selain untuk memantau
mempunyai risiko untuk memperolehreaksi yang samabila
kebutuhan cairan dan menghindari kelebihan pemberian
terpajan oleh pencetus yang sama. Pasien ini harus dikenali,
eairan,juga dapat dipakai untuk pemberian obat yang
diberikan peringatan dan bila perlu diberi tanda peringatan
bila bocor dapat merangsang jaringan sekitarnya.
pada ikat pinggang atau dompetnya. Kadang-kadang
4. Bila tekanan darah masih belum teratasi dengan
kepada pasien diberikan bekal suntikan adrenalin yang
pemberian cairan, para ahli sependapat untuk
harus dibawa kemanapun ia pergi. Hal ini terutama bila
memberikan vasopresor melalui cairan infus intravena.
pencetus tersebut sering timbul tidak terduga seperti pada
Dengan caramelarutkan 1 ml epineprin 1 : 1000 dalam
sengatan tawon atau anafilaksis idiopatik.
250 ml dektrosa (konsentrasi4mglml) diberikan dengan
Pasien asma dan penyakit jantung bila mendapat
infus 1 - 4 mglmenit atau 15 - 60 mikrodrip/menit (dengan
serangan anafilaksis bisajauh lebih berat, oleh karena itu
infus mikrodrip), bila diperlukan dosis dapat dinaikkan
setiap pasien asma atau jantung harus memperoleh
sampai maksimum 10 mg /ml
pengobatan yang optimal. Pasien yang mempunyai risiko
Bila sarana pembuluh darah tidak tersedia, pada anafilaksis dianjurkan untuk tidak memakai obat-obat
keadaan anafilaksis yang berat, American Heart penyekat beta karena bila terjadi reaksi anafilaksis
Association, menganjurkan pemberian epinefrin secara pengobatannya sulit. Sebaiknya obat-obat substitusi
endotrakeal dengan dosis 10 ml epinefrin 1 : 10.000 pengganti obat penyekat beta tersebut.
diberikan melalui jarum panjang atau kateter melalui pipa Pada beberap a keadaan dilaporkan adany a tindakan
endohakeal (dosis anak 5 ml epinefrin 1 : 10.000). Tindakan pencegahan untuk menghindari reaksi anafilaksis.
RENJATANANAFILAKTIK 261

Greenberger dkk memberikan prednison dan antihistamin Busse WW. Anaphylaxis in patients receiving beta blocker drugs. J

sebelum memberikan media kontras pemeriksaan radiologik Allergy Clin Immunol 1986;78:76-83
De Swarte RD, Patterson R. Drug Allergy: In Roy Patterson R,
kepada pasien yang mempunyai risiko. Tindakan
Grammer LC, Greenberger PA, editors. Allergic Diseases. Diag-
desensitisasi jangka pendek dengan penisilin. nosis and Management 5'h ed Philadelphia: Lippincot-Raven
Desensitisasi jangka panjang diberikan kepada pasien Publishers. 1997 : 317-412.
yang alergi terhadap sengatan tawon. Doctor J. Anaphylaxis: focus an early diagnosis and treatment. Can
Oleh karena reaksi anahlaksis terutama disebabkan oleh J CME. 1996;March:41-56.
obat-obatan barangkali petunjuk di bawah ini mungkin Ewan PW,. Anaphylaxis : Diagnosis and management In : Holgate S,
Boushey HA, Fabbril LM, editor. Diffuclt asthma. London :
bermanfaat mencegah terjadinya anahlaksis baik di tempat
Martin Dunitz Ltd. 1999: 521-534.
praktek atau dimana saja.
Gilmore NJ, Yang WH, De1 Carplo J. Penicillin allergy. A simple,
Sebelum memberikan obat : 1. Adakah indikasi memberikan rapid intravenous methode of desensitization (abstrac)
J Allergy Clin Immunol 1984;63:185.
obat, 2.Adakah riwayat alergi obat sebelumnya, 3. Apakah
Graft DF. Venom immunotherapy for stinging insect al1ergy. Clin
pasien mempunyai risiko alergi obat, 4. Apakah obat
Rev. Allergy 1987 ;5:149-59.
tersebut perlu diuji kulit dulu, 5. Adakah pengobatan Greenberger PA, Patterson R, Raden RC. Two pretreatment regi-
pencegahan untuk mengurangi reaksi alergi mens for high risk patients receiving radio contrast media. J
Allergy Clin Immunol 1984:7 4:540-3.
Sewaktu minum obat. Enam caramemberikan obat : 1. Kalau
Herrera AM, De Shazo RD. Current concepts in anaphylaxis
mungkin obat diberikan secara oral, 2. Hindari pemakaian Pathophysiology, diagnosis and featment. Immuno Allergy Clin
intermiten, 3.Sesudah memberikan suntikan pasien harus N Amer 1972;12:517-34.
selalu diobservasi, 4. Beritahu pasien kemungkinan reaksi Horan RF, Fennoyar DS, Sheffer AL. Management of anaphylaxis.
yang terjadi, 5. Sediakan obat/alat untuk mengatasi keadaan Immuno Allergy Clin N Amer 1991;11:117-41.
darurat, 6. Bila mungkin lakukan uji provokasi atau Kelly JF, Patterson R, Anaphylaxis. Course , mechanism and

desensitisasi. treatment. J AMA 197 4;227 :1413 -6.


Kemp SF. Adverse effects of allergen immunotherapy: Assessment
Sesudah minum obat. 1. Kenali tanda dini reaksi alergi obat, and treatment. Immunol Allergy Clin North Am 2000;20:571'
2.Hentikan obat bila terjadi reaksi, 3. Tindakan imunisasi 91
sangat dianjurkan, 4. Bila teiadi reaksi berikan penjelasan Lawlor GJ, Rosenblatt HM. Anaphylaxis. In : Lawlor GJ, Fischer FJ,
Adeiman DC, editors.. Manual of Allergy and Immunology, 3'd
dasar kepada pasien agar kejadian tersebut tidak terulang
ed. Boston: Little Brown and Company; 1995:.224-252.
kembali.
Lieberman PL Specific and idiophatic anaphylaxis: Phatophysiology
Sangat dianjurkan untuk lebih baik melakukan tindakan and treatment. In : Bierman CW, Pearlman DS, Shapiro GG,
berhati-hati atau pencegahan, daripada menghadapi reaksi Busse WW, editors. Allergy, Asthma and Immunology from
anafi laksis. Karena betapapun canggih penatalaksanaannya Infancy to Adulthood. 3d eds. Philadelphia : WB. Saunder Com-
pasien yang meninggal karena anafilaksis sering pany. 1996: 29'7-319.
dilaporkan. Liebennen P, Kemp SF, Oppenheimen J, Lang DM, Bernstein IL
dan Nicklas RA. The diagnosis and management of anaphy-
Akan halnya dengan obat-obat sebagai penyebab
laxis: An updated practice parameter. J Allergy Clin Immunol
anafilaksis, tidak semua obat dapat diuji kulit. Hanya 2005; 1 1 5(suppl): 5483-S523.
penisilin, berbagai macam hormon, serum dan enzim yang Lockey RF, Benedict IM, Turkeltauk, et al. Fatalit'ies from
dapat dipercaya hasil tes kulitnya. Pada beberapa keadaan imunotheraphy (II) and skin testing (3T). J Ailergy Clin
uji kulit maupun provokasi dengan mernberikan obat Immunol 1987 ;7 9 :660-6.
kadang-kadang membantu diagnosis tetapi kedua cara Reid MJ. Lodey RF, Turkeltauk PC. Survey of fatalities from skin
tersebut juga bisa mencetuskan anahlaksis. testing and immunotherapy, 1985-1989. J Allergy Clin Immunol,
1993;92:6-9.
Ring J. Anaphylaxis. Dalam allergy in practice. Springer. Munchen.
2005:97 -104
REFERENSI Stark BJ, Sulliran TJ. Biphasic and protacted anaphylaxis. J Allergy
Clin Immunol 1986;78:78-83.
Bamard JH. Studies of Hymenoptera sting death in the United States. Toogod RH. Risk of anaphylaxis in patients receiving beta blocker
J Allergy Clin Immunol 1973:52:525-9. drugs. J Allergy Clin Immunol 1988;81:1-3.
Belleau J, Lieberman PL. Anaphylaxis. Dalam: Milgrom EC, Usatine Weiszer I. Allergic emergencies. In : Patterson R, editor. Allergic
RP, Tan RA, spector SL (Eds). Practical Allergy. Mosby, China. disease : diagnosis and management. 2^d edition. Philadelphia:
2004:97 -109 JB Lippincot,1980: 37 4-94.
Bochner BS, Lichrenstein LM. Anaphylaxis. N. Engl J med.
1991;321:1785-90.
36
KEGAGALAN MULTI ORGAN
(DISFUNGSI ORGAN MULTIPEL)
Aryanto Suwondo

Sindrom disfungsi organ multipel (Multiple organ proses menuju kegagalan sistem organ dalam fungsinya
dysfunction syndrome disingkat MODS) dapat terjadi mempertahankan homeostasis.
pada penderita-penderita penyakit dengan kondisi kritis Penelitian-penelitian terdahulu menemukan adany a
atau pasca trauma berat. Perjalanan alamiah sindrom ini infeksi, kadang-kadang tersamar, sebagai faktor klinis
meliputi perawatan yang lama di ruang intensif sehingga utama yang berhubungan dengan MODS. Tetapi dalam
menghabiskan dana dan daya vpayayatg besar. MODS penelitian-penelitian terakhir terbukti MODS dapat terjadi
muncul sebagai akibat langsung dari meningkatnya tanpa adanya fokus infeksi, dan secara eksperimental
kecanggihat alat-alat maupun obat-obatan untuk MODS dapat ditimbulkan dengan menl.untikkan media-
menunj ang kehidupan sehingga berhasil memperpanj ang tor-mediator infl amasi. Lebih jauh, penelitian-penelitian ini
hidup pasien-pasien kritis yang pada masa-masa menunjukkan bahwa kegagalan fungsi satu organ dapat
sebelumnya tidak ada harapan lagi. Berdasarkan datadari merugikan fungsi organ-organ lain dan mempercepat
penelitian-penelitian retrospesktif terungkap bahwa kegagalan organ-organ tersebut.
ancaman utama terhadap kelangsungan hidup pasien- MODS dapat bersifat primer maupun sekunder. MODS
pasien kritis ini bukanlah dari penyakit yang primer terjadi sebagai akibat langsung jejas (insult) pada
mendasarinya ataupun komplikasinya, tetapi akibat suatu organ-organ tertentu, misalnya kontusio paru, gagal girrjal
proses kegagalan fisiologis yang progresif pada karena rabdomiolisis, atau koagulopati karena transfusi
beberapa sistem organ. Di ruang rawat intensif, setelah multipel. Respons inflamasi pada MODS primer tidak
tahun 1 950-an proporsi pasien-pasien usia lanjut, dengan menonjol. MODS sekunder bukan akibat langsung jejas
komorbid yang lebih banyak, meningkat dibandingkan awal (initial insult). Tapi terjadi sebagai konsekuensi
dengan sebelumnya waktu usia menjadi alasan menolak respons inflamasi yang berlebihan, dan meluas keseluruh
pasien untuk dirawat di ICU. Demikian pula cara-cara organ di dalam badan; fenomena ini dinamakan systemic
resusitasi pasca trauma yang berdasarkan protokol militer inJlammatory response syndrome disingkat SIRS. Bila
dan dibukanya pusat-pusat penanggulangan trauma proses ini terjadi akibat infeksi disebut sepsis.
(trauma centers) meningkatkan jumlah pasien dalam Angka kematian MODS lebih dari 6}oh.Mortalitasnya
kondisi kritis yang berhasil sampai di rumah sakit. tergantung dari jumlah organ dan lamanya organ-organ
Tahw 1973 Tilney dan kawan-kawan pertama kali tersebut mengalami kegagalan fungsi, dan tetap menjadi
melaporkan kasus gagal organ multipel dalam jurnal penyebab kematian tertinggi di ruang rawat intensif non-
kedokteran bedah: 3 orang pasien pasca operasi aneurisma koroner.
aorta abdominalis yang pecah, yang kemudian meninggal
karena gagal organ multipel. Sejak itu dikenal istilah
sequential system failure, progressive multiple organ ETIOLOGI
system failure.
Terminologi dysfunction, lebih dinamis daripada Beberapa jejas (insult) fisiologik maupun patologik dapat
failure, menunjukan bahwa fenomena ini adalah suatu menyebabkan MODS (Tabel l).

262
KEGAGALAN MULTI ORGAN @ISFUNGSI ORGAI\ MULTIPEL) 263

imun (magic bullets) untuk memblok sitokin-sitokin dan


endotoksin terbukti gagal.
Trauma lnflamasi non-infeksi
Baktereremia Trauma Pankreatitis Kanker
multipel
lnfeksi, trauma, luka bakar
Viremia Pasca operasi Vaskuliiis Suntikan luas, dll
sitokin
Fungemia lskemia viseral HIV Reaksi obal

Penyakit riket Status Eklamsia Sindrom


Endotoksin, komponen dinding sel kuman gram
epileptikus reperfusi
positif, superantigen
Mycobacteria Heat injury Gagal hati Reaksi
transfusi
lnfeksi Abdominal Bypass Sindrom
protozoa compadment kardio- asprrasr
Kondisi proinflamasi
syndrome pulmoner
Pelepasan sitokin
lnfeksi organ Transfusi Aktivasi komponen, pembekuan darah, kaskade
solid masif eikosanoid

Sepsis / SIRS
PATOGENESIS

Teori MODS Lama Syok


MODS
Suatu reaksi inflamasi yang masif mendasari baik SIRS
Ke m atia n
maupun MODS, dan karena respons inflamasi yang mirip
pada kedua fenomena ini dipikirkan patofisiologi yang Gambar 3. Teori linier sepsis, SIRS dan MODS
sama. Teori terdahulu mengenai bagaimana terjadinya
MODS berdasarkan eksperimen pada sukarelawan atau
binatang percobaan yang mendapat suntikan endotoksin Teori MODS Terbaru
atau mediator-mediator proinflamasi serta penelitian- Akibat dari jejas lokal atau infeksi, mediator-mediator
penelitian yang mengukur kadar mediator-mediator proinfl amasi dilepaskan untuk melawan antigen-antigen
proinflamasi dalam serum pasien-pasien SIRS dan MODS. asing dan mempercepat penyembuhan luka. Kemudian
Teori SIRS/MODS ini terlalu linier dan sederhana akan diikuti pelepasan mediator-mediator anti-infl amasi
(Gambar 3). Penelitian-penelitian dengan cara modulasi untuk meregulasi proses ini. Homeostasis dicapai dan
pasien sembuh. Bila jejas patologis berat, dan mekanisme
pertahanan lokal tidak berhasil mengatasinya, maka
mediator-mediator inflamasi akan masuk ke dalam sirkulasi
sistemik dan merekrut leukosit-leukosit baru di daerah
MODS primer M0DS sekunder inflamasi. Terjadilah respons terhadap stres di seluruh
tubuh. Sekali lagi, mediator-mediator anti-inflamasi
dilepaskan ke dalam sirkulasi sistemik untuk memperbaiki
kaskade proinflamasi sehingga tercapai kembali
homeostatis.
Bila respons proinflamasi sistemik yang terjadi sifatnya
Sembuh
berat, atau bila respons anti-inflamasi sebagai
Gambar 1. Kausa dan akhir yang berbeda dari MODS kompensasinya tidak adekuat sehingga gagal meregulasi
respons proinflamasi, terjadilah ketidakkeseimbangan
dengan predominan respon proinflamasi. Pada keadaan
ini didapat tanda-tanda SIRS, dan mulai didapat ancaman
terjadinya disfungsi organ. Sebaliknya, bila terjadi
predominansi respons anti inflamasi, dengan akibat anergi
dan imunosupresi, keadaan ini dinamakan compensatoty
antiinflammatoty response syndrome disingkat CARS,
Kelangsungan hidup bergantung pada tercapainya
homeostasis. Bila homeostasis tidak berhasil dicapai,
sampailah pada fase terakhir proses patogenik ini,
Gambar 2. Hubungan antara SIRS, sepsis dan infeksi immunological dissonance. Pada fase ini keseimbangan
264 KEGAWTTDARUR/{IAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAXIT DALAM

antara proses pro dan antiinflamasi hilang. Secara klinis


didapatkan tanda-tanda MODS (Gambar 4).
Molekul pro-inflamasi Molekul antiinflamasi
TNF-cr lL-1 ra
rL-1 p tL-4
tL-2 tL-1 0
Se T dan I L-6 tL-13
Sel NK
tL-8 Reseptor lLl tipe ll
Elatase neutrofil Transforming grov/th factor B
IFN-y Reseptor TNF-0 terlarut
Respons anti-inflam asi
IL.1 IL,6 TNF. lL-10 tL-6, tL-4 Protein kinase LPS
MCP-I (monocyte CD-'14 terlarut
chemoattractant protein) Prostaglandin E2
ke dalam s rkulasi sistem k
MCP-2 Antagonis reseptor leukotrein
Leukemia inhibitory factor B+
Tromboksan
PAF (platelet activating factor)
Molekul adhesi terlarut
Neuropetid vasoaktif
Fosfolipase 42
Kardiovasku ar komproma s
Tirosin kinase
( syok ) Free radical generation
apopto sis
Neopterin
P Al1 (pl a s mi noge n activ ato r
inhibitor)

TNF-cr dan menurunkan mortalitas sedangkan anti IL-l0


Gambar 4. Teori baru MODS
meningkatkan mortalitas sepsis pada binatang percobaan.
Kadar IL-10 yang berlebihan, diperkirakan sebagai
PERAN SITOKIN predisposisi untuk imunosupresi, ditemukan pada pasien-
pasien yang meninggal karena sepsis. Di sisi lain, kadar
Sitokin adalah glikoprotein dengan berat molekul rendah, IL-10 yang rendah, diperkirakan memudahkan terjadinya
bersifat larut, berfungsi meregulasi sistem imun tidak inflamasi yang tidak terkontrol, dikaitkan dengan
spesifik (innate) dan spesifik. Cara kerjanya pleitropik memburuknya prognosis ARDS.
terhadap berbagai sel target dengan cara-cara yang berbeda Keadaan internal milieu leblh penting daripada kadar
bergantung situasi dan kadamya. Pada kadar rendah sitokin absolut sitokin. Pasien usia lanjut atau pasien dengan
mempunyai efek parakrin sedangkan pada konsentrasi komorbid diketahui meningkat risikonya untuk terjadi SIRS/
tinggi mempunyai efek endokrin. MODS. Keadaan ini berkaitan dengan kadar sitokin yang
Beberapa sitokin berperan dalam terjadinya SIRS dan abnormal, dan telah terbukti bahwa kemampuan sel untuk
MODS: TNF-o IL-lp, IL-8, IL-6, IL-10, yang kadamya mensintesis mediator pro atau antiinflamasi dipengaruhi
berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas sepsis (Tabel aktivasi sebelumnya. Fenomena ini dapat menerangkan
2). model two hit dalampatogenesis: jejas awal tidak cukup
TNF-cx, dan IL-1p, diproduksi terutama oleh monosit. kuat untuk menimbulkan MODS, kecuali ada faktor-faktor
Selain mengantarai demam, sitokin-sitokin ini mengaktivasi lain, misalnya infeksi sekunder, atau dilepaskannya sitokin-
pembekuan, menginduksi ekspresi molekul-molekul adhesi, sitokin dari usus atau paru.
saling memacu sintesis keduanya, dan memicu produksi
IL-6,-8 dan IL- 10. IL-6 memicu fase akut produksi protein
dan meregulasi produksi TNF-o dan IL-1B. Kontrol MEDIATOR LIPID PADA MODS
terhadap gen yang mengekspresikan sitokin-sitokin
infl amas i dilakukan oleh faktor-faktor transkripsi intrasel, Bila kaskade inflamasi diaktifkan, PLA, (phospholipase
terutama NF-rb, bila kadarnya tinggi dikaitkan dengan Ar) memetabolisme membran fosfolipid dari sel-sel
prognosis buruk. infl amasi untuk memproduks |PAF (p latel et activ ating fac -
Sebagai respons terhadap mediator-mediator tor) dan AA (asam arahidonik). AA akan dimetaboslisme
proinflamasi, akan diproduksi sitokin-sitokin antiinflamasi oleh siklooksigenase atau 5' lipoksigenase menghasilkan
dan antagonis sitokin. IL-4,IL-10, dan IL-13 menginhibisi sejumlah prostaglandin dan leukotrien, yang mempunyai
produksi sitokin leukosit. Antagonis reseptor IL-l ([-l efek pro- dan anti-inflamasi seperti sitokin.
ra) dan reseptor TNF terlarut pada konsentrasi tinggi akan TXA, (tromboksanAr) mempunyai peran yang penting
mengikat IL-l dan TNF dengan demikian mencegah pada fase akut dari kerusakan organ antara lain dengan
aktivitas biolo gisnya. Suntikan IL- 1 0 mengurangi produksi merangsang agregasi trombosit sehingga terjadi trombosis
KEGAGALAN MULTI ORGAN (DISFUNGSI ORGAI{ MULTIPEL)
265

di mikrovaskular dan kerusakan jaringan. TXA, dapat Hipoksia Jaringan dan Kerusakan Jaringan
menyebabkan bronkokonstriksi dengan akibat V/Q karena Reperfusi
mismatch,dan menyebabkan depresi miokard. Kadar TXB, Kematian sel karena hipoksia dapat menyebabkan respon
(metabolit TXA2 yang stabil) yang tinggi ditemukan pada inflamasi. Hipoksia juga menyebabkan sel-sel epitel
pasien sepsis yangfatal. Berbeda dengan TXA, PGE, dan melepaskan TNF-ct dan IL-S dengan akibat meningkatnya
prostasiklin (PGIr) mempunyai efek yang menguntungkan. permeabilitas epitel. IL-8 berperan sebagai kemoatraktan
Sementara efek negatif yang utama adalah vasodilatasi, terhadap neutrofil, dan memblok efek autokrin dari TNF-cr
molekul-molekul ini berperan dalam menstabilkan lisosom sehingga fungsi penyekat (barrier) dipertahankan.
dengan demikian mempunyai efek anti proteolitik, Hipoksia juga menyebabkan pelepasan IL-6, sitokin utama
menginhibisi aktivasi sel T dan sel B dan mencegah yang berperan dalam respon fase akut.
produksi sitokin oleh makrofag. Reperfusi jaringan yang iskemik akan diikuti
PAF bekerjasama dengan sitokin-sitokin lain, pembentukan ROS sebagai hasil metabolisme xantin dan
meningkatkan produksi IL-l dari monosit. PAF juga hipoksantin oleh oksidase xantin, dan metabolisme AA
mempunyai efek langsung pada proses inflamasi yaitu dan produksi superoksida oleh neutrofil yang teraktivasi.
terhadap endotel dengan hasil adhesi sel-sel neutrofil dan Sebagai tambahan, terjadi influks kalsium ke dalam sel
meningkatnya permeabilitas vaskular. dengan akibat kerusakan sel.

PENGARUH GENETIK APOPTOSIS


Pasien yang berasal dari keluarga dengan produksi TNF
Apoptosis, atau kematian sel yang terprogram, adalah
yang rendah, risiko mendapat infeksi meningokokus yang
suatu mekanisme penting dalam homeostasis selular
fatal meningkat 10 kali lipat, dan risiko ini naik 20 kali lipat
pada organisme multiselular. Fenomena ini dilgstarikan
bila produksi IL- 10 tinggi. TNF-cr dan IL-IRA meningkatkan
secara genetik, suatu mekanisme yang memerlukan
risiko serta memperburuk prognosis sepsis. Sayangnya
energi, yang bertujuan mengontrol jumlah sel. Berbeda
determinan genetik terhadap prognosis sepsis maupun
dengan keadaan tanpa inflamasi dan respon inflamasi
MODS terflyata lebih kompleks dari sekedar ekspresi
akut, pada MODS terjadi perubahan dinamik dan regulasi
kuantitatif satu atau beberapa sitokin.
dari apoptosis (Tabet 3).

Kerusakan Jaringan
Kerusakan jaringan terjadi selama proses inflamasi dan Pengamatan Hipotesis
berjalan progresif menuju disfungsi dan berahir dengan Meningkatkan fungsi
Penundaan Menguntungkan
gagal organ. Endotel vaskular mengekspresikan molekul- apoptosis Memperpanjang fungsi
molekul adhesi sehingga leukosit berpindah tempat dari neutrofil Merugikan Memperpanjang elaborasi
metabolit yang toksik
sirkulasi ke dalam jaringan. Leukosit berkelompok sebagai Dapat berakibat nekrosis
respon terhadap kemokin seperli IL-S, degranulasi sel-sel neutrofil
Menguntungkan Mengurangi otoreaktivitas
leukosit melepaskan protease-protease seperti elastase dan
Mengurangi sel-sel efektor
metaloproteinase matriks yang merusak struktur jaringan. Apoptosis yang dapat melanggeng-
Leukosit-leukosit yang teraktivasi mernproduksi ROS limfosit kan inflamasi
meningkat Supresi imun
(reactive oxygen species) yang ikut berperan dalam Merugikan Mengurangi beban sel-
kerusakan jaringan. sel sekarat
Menguntungkan Menghapus jejak inflamasi
Merugikan Mengurangi kapasitas
Peran Oksida Nitrit Apoptosis fungsi dari organ
oarenkim
(Inducible nitric oxide synthase) iNOS dalam respons
terhadap inflamasi menghasilkan NO dalam jumlah
berlebihan. NO menyebabkan vasodilatasi, inotropik
negatif dan nitrosilasi jaringan. Miosit pasien sepsis PERANAN GANGGUAN KOAGULASI
menunjukkan nitrosilasi dari protein intraselular. Salah satu
syarat berfungsinya suafu organ secara normal adalah Penelitian pada mikrosirkulasi hati menujukkan bahwa
kemampuan sel-sel epitel menjaga permeabilitas paraselular, dalam waktu 5 menit setelah penyuntikan endotoksin telah
dan nitrosilasi merusak integritas paraselular dengan terjadi mikrotrombus. Bila tantangan endotoksin di dalam
akibat antara lain meningkatnya permeabilitas mukosa sirkulasi sistemik berlanjut maka bekuan-bekuan fibrin akan
usus. Zoss of compartmentalization terjadi pada ARDS, mulai berakumulasi. Akibatnya terjadi daerah-daerah
gagal ginjal akut dan kolestasis intrahepatik. hipoperfusi, dan nekrosis koagulasi serta kerusakan
266 MEDIK DI BIDAI\G ILMU PENYAKIT DALI\M

jaringan yang ireversibel. Dengan mengukur aktivasi


koagulasi dapat dipastikan pada semua pasien syok septik
teqadi trombin. lntervensi Medis Komplikasi dan Kerusakan
Mekanisme kontrol utama terhadap pembentukan Jaringan
trombin adalah jalur antikoagulasi protein C. Trombin Komplikasi kateterisasi Pneumotoraks
venasentral dan arteri Perdarahan
bersifat proinflamasi, prokoagulasi dan juga regulasi pulmonalis lnfeksi
proliferasi selular melalui perangsangan pelepasat growth Simpul dari kateter
Aritmia
factor.Defrsiensi protein C pada SIRS,MODS memudahkan
lnfark paru, pecah arteri pulmonalis
terjadinya trombin, dengan akibat disfungsi sel-sel endotel Target terapi tidak tepat
(Gambar5).
Komplikasi terapi cairan Hipovolemia yang tidak terditeksi
Penurunan tekanan onkotik
Pemberian cairan kristaloid atau
koloid berlebihan
lnflamasi Koagulasi lnflam asi Anasarka
Edema paru
Gagal vaskular
Komplikasi obat inotropik Aritmia
dan vasopresor lskemia/infark miokard
f c.srh.s;l Vasokonstriksi yang tidak dikehendaki
(dopamin dan norepinefrin)
lnf la m asi
Hiperglikemia
tr.nlb.rb l Asidosis metabolik (epinefrin)
Supresi hipofisis oleh dopamin
fhk..h I Komplikasi ventilasi Volutrauma
mekanik Gangguan hemodinamik
Pelepasan sitokin ke dalam sirkulasi
sistemik
Gambar 5. Spiral Progresi lnflamasi-Koagulasi Supresi imun
Hipotensi dan atrofi otot (sedatif dan
relaksan otot)

Komplikasi nutrisi Hiperglikemia


parenteral Steatosis dan disfungsi hati
KERUSAKAN JARINGAN SEBAGAI AKIBAT Produksi COz berlebih
INTERVENSIMEDIS Supresi imun
Atrofi mukosa gastrointestinal dan
limfoid
Banyak efek merugikan yang timbul sebagai kosekuensi
penggunaan alat-alat penujang kehidupan di ICU yang Pemberian substansi Toksisitas oksigen
toksik Aminoglikosida
turut berperan dalam penumnan fungsi organ (Tabel 4).
Kortikosteroid dosis tinggi
NSAID

GAMBARAN KLINIS

DisfungsiGinjal
Disfungsi Kardiovaskular Gagal ginjal akut pada pasien dalam kondisi kritis
Pada MODS, NO menurunkanresistensi vaskular sistemik, penyebabnya multi faktor. Ginjal mudah mengalami
dan bersama TNF-cr serta IL- I B menekan fungsi miokard. kerusakan jaringan yang diperantarai oleh leukosit melalui
Penurunan perfusi akan terjadi di semua organ. Hilangnya produksi protease dan ROS. Hipovolemia, cardiac output
fungsi penyekat dari endotel menyebabkan edema dan yang rendah, obat-obat yang bersifat nefrotoksik, tekanan
redistribusi cairan. Resusitasi cairan dapat menyebabkan intra-abdominal yang meningkat, dan rabdomiolisis
dilatasi miokard. Pada pasien sepsis indeks kardiak berperan dalam disfungsi ginjal. Medula yang lebih aktif
meningkat. Sepertiga pasien sepsis mengalami disfungsi dalam metabolisme relatif lebih parah dari pada kortek ginjal
miokard. dalam menghadapi iskemia.

Disfungsi Respirasi Disfungsi Gastrointestinal


Disfungsi pulmonar sering terjadi pada pasien SIRS dengan Hipoperfusi sp lanchnic sering dijumpai pasca trauma, pada
tanda-tanda: takipnea, hipoksemia (rasio PaOrlF,O, sepsis dan syok. Iskemia mukosa usus meningkatkan
menurun) dan hiperkarbia. Sepsis/SIRS dapat berkembang permeabilitas dengan akibat terjadi translokasi bakteri dan
menjadiAll (acute lung injzry) bahkanARDS. Enampuluh mediator-mediator ke dalam sirkulasi sistemik. Fenomena
persen pasien syok septik mengalami ARDS. ini mendukung teori model two hit dalam patogenesis
KEGAGALAI\ MULTI ORGAN (DISFUNGSI ORGAN MULTIPEL) 267

SIRS/MODS. Terjadi nitrosilasi dalam sel-sel epitel usus Gagal Respirasi


yang juga akan menaikan permeabilitas usus. . RR (re,rylratory rate) < 5/min, atau > 49lmin
Manifestasi iskemia splanchnic dapat berupa . PaCOr25OmmHg
perdarahan s ileus, hepatitis iskemik, kolesistitis
tres s ul c er. . P(A-a)Or>350mmHg
tanpa batu, dan pankreatitis. Hiperglikemia terj adi sebagai . Ventilasi mekanik atau CPAP pada hari ke-4
akibat meningkatnya glukoneogenesis dan gangguan
bersihan glukosa. Lipolisis meningkatkan gliserol dan asam
ARDS
lemak bebas dalam plasma serta menurunkan keton. Pada . Riwayat penyakit yang menyokong
MODS lanjut terjadi hiperhigliseridemia akibat menumnnya . Skor hipoksemia (Pa0r,/FIOr) < 200 mmHg
bersihan trigliserida, dan praterminal terjadi kegagalan . Inhltrat difus pada foto rontgen dada
glukoneogenesis, yang meyebabkan hipoglikemia. . Tidak ada infeksi paru atau penyebab lain dari distres
pernapasan
Disfungsi Neurologis . pulmonary compliance)
(1,
Ensefalopati sering terjadi dan berkolerasi dengan . (PCWP ( Pulmonary Capillary Wedge Pressure ) < 18
mortalitas pada sepsis. Neuropati dan miopati yang mmHg)
heterogen dapat timbul dalam perjalan MODS. Dari review
delapan penelitian yang mehbatkan242 pasien, didapatkan
ALI
kelainan EEG pada 76%o pasien dengan ventilasi mekanik . Skorhipoksemia(PaOfIOr)< 300mmHG
lebih dari 5 hari. Dua penelitian melaporkan lamanya . :ARDS
pemakaian ventilator secara statistik signilftan memanj ang
pada pasien dengan gangguan neuromuskular, dan
mortalitas meningkat dua kali lipat. Gagal Ginjal
. Diuresis < 479 mU 24jamatau< l59ml-/8jam-
. BUN>100mg/dl
DEFINISI . Kreatininserum>3,5 mg/dl

Gagal Kardiovaskular Gagal hati


. Hk(heartrate)< 54lmefit . Bilirubinserum>6mgldl
. MAP (mean arterial pressure) < 49 mmHg . PT (Prothrombin time) > 4 s di atas kontrol (tanpa
. VT (ventricular tachycardia) dan atau YF (ventricular antikoagulan)
fibrillation)
. PHserum <7,24 denganPCO,<40mmHg Gagal Susunan Saraf Pusat
. Skor Glasgow Coma Scale < 6 ( tanpa pemberian sedatif

Klinis lntervensi Sasaran terapi


Hipotensi Monitor di lCU, ekspansi volume, SBP > 90-100 mmHg, atau MAP
vasopresor > 7OmmHg PCWP > 12 mmHg
Hipoperfusi jaringan Monitor di lCU, ekspansi volume, Saturasi O, > 92o/o
vasopresor, obat inotropik Cl > 3,5 tlmiilm'z
Laktat serum < 2,2 mmolll
Hb > 10-12 g/dl
Diuresis 0,5-1 ml/kg/jam
lnfeksi Antibiotik yang tepat Eradikasi
Debridemen jaringan mati Hindari zat yang nefrotoksik
Pengasatan pus
Trauma Fiksasi dini patah tulang Resusitasi cairan
Pengasatan pus Hindari hipotensi
Diuresis 0,5-1 ml/kg/jam
Ancaman gagal organ Moniior di lCU, ekspansi volume, Menormalkan kembali
vasopresor, obat inotropik . SSP - status mental
. Ginjal - BUN, kreatinin,
diuresis 0,5-1 mUkg/jam
. Respirasi - P (A-a) O,
, Hati - bilirubin serum
Nutrisi enteral, parenteral
Dosis obat disesuaikan dengan fungsi organ-organ
268 KEGA1VATDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

Gagal Hematologis Pembedahan


. L< 1000/ml Termasuk fiksasi patah tulang yang lebih dini, debridemen
. Tr<20.000/ml luka bakar, reseksi usus yang iskemik atau jaringan mati
. Ht<200/. dan pengasatan pus. Sumber dari respon inflamasi tidak
selalu jelas. Kadang-kadang diperlukan pembedahan
eksplorasi terutama bila dicurigai sumber inflamasi intra
Gagal Sistem Koagulasi
abdomen.
. Trombositopenia
. PT dan aPTT memanjang
. Hipofibrinogenemia Antibiotik
. TFDP Usaha mencari patogen penyebab infeksi harus dilakukan
. BTmemanjang maksimal, termasuk kultur darah dan cairan badan,
pemeriksaan serologi dan aspirasi perkutan' Pemberian
antimikroba yang tepat pada awal perjalanan penyakit
MOSF (Multiple Organ Sysfem Failure)
infeksi akan memperbaiki prognosis dan bersama-sama
Bila didapat dua atau lebih gagal organ/sistem.
dengan pencegahan infeksi sekunder serta penyakit
nosokomial akan menurunkan insiden MODS.
SIRS
Bila didapat dua atau lebih : Tatalaksana Suportif
. Temperatur>38oCatau <360C
Bilamana tidak berhasil ditemukan kausa yang spesifik :
. HR>90/menit . Defisit harus dikoreksi
. RR>20lmenitatauPaCOr<32mmHg . Sistem/organ yang mengalami disfirngsi harus ditopang
. Leukosit> 12.000 /ml atau<4.000/ml . Sistem/organ yang masih berfungsi dijaga

Sepsis
SIRS yang disebabkan infeksi. TERAPIINOVATIF

Sepsis Berat Modulasi lmun


Sepsis dengan disfungsi organ, gangguan perfusi Penelitian berskala besar dengan pemberian antibodi
(termasuk asidosis laktat, oliguria dan perubahan status monoklonal serta obat-obat lain yang bertujuan
mental) atau hipotensi (tekanan darah sistolik < 90 mmHg memanipulasi sistem imun (magic bullets) menunjukkan
atauturun> 40 mmHg). tidak adanya penurunan mortalitas pasien-pasien MODS'

Syok Septik lnhibitor NO


Sepsis dengan gangguan perf,rsi dan hipotensi walaupun Dari penelitian terbukti pemberian inhibitor NOS (rlfric
mendapat resu' nasi cairan. oxide synthase) bahkan meningkatkan mortalitas' Di masa
mendatang mungkin inhibitor yang selektif terhadap iNOS
(inducible nitric oxide synthase) mempunyai peranan
TATALAKSANA dalam tatalaksana MODS.

Pencegahan Filtrdsi Darah


Teknik pembedahan yang baik sangat penting, karena Hemofiltrasi volume tinggi (2-6 L frltrasi/jam) mungkin
dari penelitian didapat 40% kasus MODS disebabkan dapat menyaring sitokin-sitokin dan mediator inflamasi
karena kesalahan pembedahan. Infeksi nosokomial lainnya dan mengeluarkannya dari aliran darah. Sayanglya
menaikkan mortalitas menjadi 2 kali lipat. Cuci tangan, penelitian-penelitian yang ada belum memperlihatkan hasil
ruangan isolasi serta pelapisan kateter iv dengan yang baik.
silikon/zat antibakteri dapat mengurangi insiden
MODS. Kortikosteroid
Konikosteroid dosis tinggi (metilprednisolon 30 mg/kg)
KontrolKausa secara signifikan meningkatkan mortalitas sepsis dan syok
Hal terpenting dalam tatalaksana MODS adalah septik. Beberapa penelitian akhir-akhir ini, dengan
menghilangkan faktor presipitasi dan penyebab atau kotikosteroid dosis fisiologis, menunjukkan perbaikan
sumber infeksi. syok dan disfungsi organ. Mekanisme kerjanya
KEGAGALAIY MULTI ORGAN (DISFUNGSI ORGAN MULTIPEL) 269

diperkirakan : l. Anti-inflmasi melalui penekanan transkripsi REFERENSI


sitokin-sitokin proinflamsi, 2.Terapi sulih pada insufi siensi
korteks adrenal, 3. Memperbaiki sensitivitas reseptor Baue AE. Multiple organ failure, multiple organ dysfunction
katekolamin. syndrome, and systemic inflammatory response syndrome Why
no magic bullets? Arch Surg 1997; 132 :703-7.
Bone RC, Balk RA, Cerra FB, et al. Definition for sepsis and organ
Manipulasi Kaskade Pembekuan Darah failure and guidelines for the use of innovative therapies in
Penelitian mengenai manfaat aPC (activated protein Q, sepsis. The ACCP/SCCM consersus conference committee.
yang melibatkan 1690 pasien, melaporkan hasil yang Chest 1992; 101: 1644-55.
Bone RC. The pathogenesis of sepsis Ann Intern Med 1991;115:
mengejutkan. Mortalitas pada kelompok terapi adalah
457 -69.
24,7% sedangkan pada kelompok plasebo 30,8yo, dengan DeCamp MM, Demling RH. Posttraumatic multisystem organ
penurunan risiko kematian relatif sebesar 19,4Yo dan lailure JAMA 7988; 260: 530-1.
penurunan risiko kematian absolut sebesar 6,1% (P:0,005). Glauser MP, Zanetti G, Baumgartner JD, et al. Septic shock :
Penelitian lainnya, menilai manfaat NI III (antithrombin pathogenesis. Lancet 1991; 338: 732-6.
III),yargmelibatkarr23T4pasien,tidakmenunjukkanefek Kenyon NJ, Albertson TE. Steroids and sepsis: time for another
yang mengunfungkan. reevaluation. Intensive Care Med 2002; 11: 68-74.
Lin SC. Multiple organ failure in critically i1l patients. Medical
Progress 2002; luly :27-35.
Lumb PD. Murltiple organ system failure. In Hoyt JW, Tonnesen
KESIMPULAN AS, Allen SJ. (eds): Critical care practice. Philadelphia, 1991,
WB Saunders company, pp 422-6.
Walaupun dalam dua dekade terakhir ini banyak penelitian McKinlay J, Bihari D. Multiple organ dysfunction. In Bersten AD,
pengobatan baru, hasilnya masih jauh dari memuaskan. Soni N. (eds): Oh's intensive care manual. Edinburgh, 2003,
Butterworth Heinemann, pp 113-26.
Mortalitas pasien MODS masih tetap tinggi. Dalam masa
Samra JS, Summers LKM, Frayn KN. Sepsis and fat metabolism. Br
penantian, ACCP dan SCCM pada tahun 2004 ini J Surg 1996; 83: 1186-96.
merekomendasikan suafu pegangan dalam tatalaksana sep- Wilkinson JD, Pollack MM, Glass NL, et al Morlality associated
sis berat dan syok septik: I j. Resusitasi awa|'2). Diagno- with multiple organ system failure and sepsis in pediatric
sis; 3). Terapi antibiotik; 4). Kontrol sumber infeksi; 5). intensive care unit. J Pediatr 1987; I I 1: 324-8.
Terapi cairan; 6). \hsopresor; 7). Terapi inotropik; 8).
Kortikosteroid; 9. Recombinant Human Activated
Protein C, 10) Pemberian produk darah; 11). Ventilasi
mekanik; l2).Sedasi, analgetik; l3). Kontrol gula darah;
I4). Terapi pengganti fu ngsi ginj al ; I 5 ). Terapi bikarbonat;
16). Pencegahan trombosis vena dalam; 17). Pencegahan
stress ulcer.
37
SINDROM TERMAL DAN SENGATAN LISTRIK
Budiman

HIPOTERMIA Hiperglikemia bisa terjadi walaupun lebih dari 40o/"


penderita mengalami hipoglikemia. Gangguan
Hipotermia diakibatkan oleh lepasnya panas karena keseimbangan asam basa bisa timbul tetapi tidak mengikuti
konduksi, konveksi, radiasi, atau transpirasi. Local cold pola tertentu.
inj ury danfros bite timbulkarena terj adi hipotermia karena Pada EKG terlihat interval PR, QRS, dan QT memanjang
penurunan viskositas darah dan kerusakan intraselular dan gelombang Osborn J. Irama jantung takikardia sampai
(intr ac e llul ar inj ay). bradikardiajuga fibrilasi atrial dengan laju ventrikular yang
lambat sampai fibrilasi ventrikular hingga bisa terjadi
Manifestasi Klinis asistolik pada temperatur yang sangat rendah.
Manifestasi tidak seberat frosbite yang berupa luka
bergaung dan tidak ada jaringan yang terlepas. Trench Diagnosis
foot diaklbatkan jaringan di lingkungan yang lembab pada Hipotermia didiagnosis bila suhu tubuh di bawah 35'C
suhu dingin selama beberapa jam sampai beberapa hari. (9 5'F). penyakit yang menyerupai gej ala hipotermia seperti :
Akan timbul hiperhidrosis jangka panjang dan . Defisiensi tiroid, insufisiensi adrenal, disfungsi susunan
insensitivitas dingin. sarafpusat, infeksi, sepsis, penyakit kulit, keracunan
D eraj at pertam a dan ke duafr o s b i t e s;.tp erfrs ial ditandai obat dan gangguan metabolisme yang perlu
dengan edema, luka bakar, dan eritema serta melepuh pada dipertimbangkan dan dievaluasi.
derajat kedua. Derajat ketigafrosbite ditandai dengan luka . Cold injury yang terlokalisir didapat dari anamnesis
yang lebih dalam timbul sedalam kutis dan jaringan dan pemeriksaan fisik
subkutis. Derajat keempat ditandai dengan luka yang
mencapai jaringan subkutaneus, otot, tendon, dan fulang.
Klasifikasi Luka Dingin Menurut Beratnya
Pasien datang dengan sianosis dan bisa terjadi
Klasifikasi luka dingin menurut berat kasus terbagi menjadi
hemoragik dan nekrosis kulit. Kadang-kadang jaringan
tiga kategori. (Tabet 1)
menjadi sepertimumi.
Mild hypothermia 32"C (89,6"F) sampai 35"C (95'F)
menyebabkan timbulnya menggigil, takikardia, dan Penatalaksanaan
peningkatan tekanan darah. Menggigil mengakibatkan 1. Luka di kaki ditangani dengan pengangkatan,
penurunan denyut jantung dan tekanan darah ketika penghangatan, dan pembalutan jari yang terluka.
temperatur di bawah 32'C (89,6"F). Mental melambat dan Nifedipin 20 mg per oral 3 kali sehari, kortikosteroid
kehilangan refleks menelan. Komphkasi yang umum terjadi topikal prednison, dan prostaglandin El (limaprost 20
adalah aspirasi. mg per oral 3 kali sehari) dapat membantu.
Dengan temperafur yang sangat rendah, pasien menjadi 2. Pemanasan cepat dengan air yang mengalir pada suhu
letargi dan koma. Imobilisasi menimbulkan risiko 42'C (107"F) selama 10-30 menitpada ekstremitas yang
rabdomiolisis dan gagal ginjal akut. Hemokonsentrasi dan mengalamiy'osb#e. Pasien bisa diberi narkotilg ibuprofen,
pengurangan volume bisa menimbulkan trombosis dan aloe vera. Pemberian penicillin E 500.000 U setiap 6
intravaskular dan koagulasi intravaskular diseminata. jam selama 48 -7 2 jammemperlihatkan hasil yang baik.

270
SINDROM TERMAL DAI\ SENGATAN TISTRIK 271

8. Jika ada ketidakstabilan kardiovaskular, dibutuhkan


pemanasan yang lebih agresif (bilas lambung, kandung
Derajat pertama
kemih, lavase peritoneal dan pleural.) Temperatur cairan
. Kulit membeku sebagian Eritema, edema, hiperemia
. bilas bisa samp ai 42" C ( 107'F)
Tidak melepuh atau nekosis
. Deskuamasi kulit jarang (5 sampai 10 hari kemudian) 9. Pasien dengan kecurigaan kekurangan tiamin dan
Gejala alkoholisme bisa diberikan tiamin 100 mg iv (IM) dan
Seperti sengatan dan rasa terbakar, berdenyut dan bisa
50% glukosa sebanyak 50ml-l00rnl ivjika kadar glukosa
timbul hiperhidrosis
Derajat kedua sewaktu rendah.
. Luka jaringan kulit 10. Pasien dengan kecurigaan hipotiroidisme atau
o Eritema, vesikel substansial dengan cairan bening insufisiensi adrenal dapat diberikan tiroksin iv dan
melepuh merupakan deskuamasi dan jaringan hidrokartison 100 mg.
kehitaman
11. Pada fibrilasi ventrikular dilakukan def,rbrillasi sampai
Gejala
Mati rasa dan gangguan vasomotor pada kasus berat temperatur 30'C (86'F), meskrpun 3 countershockhatss
Derajat ketiga (dalam) diukur.
. Jaringan kutis dan subkutaneus, otot, tendon dan 12. Pemanasan kembali melalui sirkuit ekstrakorporal
tulang membeku. merupakan metode pilihan pada pasien hipotermia berat
. Edema lokal
. dalam henti jantung. Jika perlengkapan tidak tersedia,
Awalnya luka benryarna merah tua atau cyanosis
. Kadang-kadang jaringan mengering, hitam, seperti resusitasi trakeostomi dan pijat jantung dalam dan bilas
muml. mediastinal merupakan alternatif yang dapat diterima.
Gejala
13. Semua pasien dengan fro s bile superfisial terlokalisir
Sendi terasa nyeri
atau hipotermia sedang dapat dirujuk ke RS. Pasien tidak
dirawat, mereka bisa kembali pada lingkungan yang
hangat.
-r_ Luka bersih banyak mengandung prostaglandin dan
tromboksan dapat dibersihkan atau diaspirasi. Luka
yang berdarah seharusnya dibersihkan dan dirapikan HIPERTERMIA
kembali.
4 Teknik penghangatan termasuk penghangatan pasif, Keringat dan penguapan jumlahnya cukup tinggi terjadi
penghangatan aktif eksternal, dan penghangatan bila temperatur mencapai 35"C (95'F) atau lebih.
perawatan aktif (Tabel 2). Kelembaban mengurangi kemampuan tubuh untuk
Pasien dengan hipotermia sedang dapat diatasi dengan mendinginkan diri sendiri melalui keringat.
penghangatan pasif dengan cara memindahkannya dari Ketidakmampuan respons termoregulasi dan kontrol
lingkungan dingin dan menggunakan selimut kolasi. terhadap sistem peningkatan presipitat atau depresi pusat
Pasien dengan hipotermia berat, sebaiknya dipantau temperatur disebabkan disfungsi organ lain, dapat
degat pulse oxymetri.. menimbulkan manifestasi klinis arfiara lain sindrom
1 Perhatikan jalan napas, pemapasan, dan jantung. Bila hipertermia.
tidak ada gangguan kardiovaskular, penghangatan aktif Pencegahan terjadinya peningkatan suhu abnormal
eksternal dapat diterapkan (radiasi panas, selimut tergantung pada keseimbangan antara pelepasan panas
hangat, immersi air hangat dan obyek yang dipanaskan) dan pembentukan panas.
dengan cairan hangat IV dan oksigen yang
dihangatkan.

Sumber Panas
Laju metabolik normal
Pencairan Maximal shinering
- Pencairan dalam air hangat (40o C sampai 42o C) selama Kelembaban 02 pada
10-30 menit sampai ekstremitas melunak dan 20 l/menit (45oC)
kemerahan. iv fluid (45"C)
- Analgesik opioid parenteral (misalnya Morfin 0,1 mg/kg iv) Dialisis peritonial
Sesudah Pencairan 1llhari
- Bersihkan luka 4Lhari
- Perbaiki jaringan yang mengalami pendarahan C a rd i op u I mo na ry bypass (45'C)
- Oleskan daerah luka dan lepuh dengan krim aloe vera 1l l/hari
- Profilaksis dengan imunisasi tetanus 28 llhr
- lbuproten 12 mlkglhr dalam dosis terbagi Trunk immersion pada air panas (45oC)
- Mempertimbangkan limaprost 20lkg oral 3 kali/hari Vasokonstriksi
- Memulai hidroterapi harian Vasodilatasi
272 KEGAW}iTDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

Pakaian, ventilasi, latihan dan air sertapelepasan garam mengenai metoda pendinginan yang terbaik, umumnya
ditimbulkan oleh panas dan kesanggupan tubuh untuk merupakan pengecualian bagi heat stroke yang berat dan
mengatur temperatur rubuh. durasi dari hipertemia yang berpengaruh terhadap
Latihan yang berat harus disesuaikan dengan suhu terjadinya kesakitan bahkan kematian. Penanganan yang
udara, kelembaban udara, garam, dan yang lebih penting umum merupakan dasar terapi. Intubasi endotrakeal
lagi, pelepasan air harus cukup dan diberikan sebelum disarankan untuk pasien dengan ventilasi yang tak cukup
timbul gangguan gejala suhu (heat illness). Usia muda, atal yang tidak mempunyai refleks muntah. Pemberian
usia lanjut dan orang-orang dengan penyakit tertentu, oksigen, pemantauan EKG, CVR tekanan darah, dan out-
umumnya penyakit kardiovaskular, kemungkinan terjadi put urin dengan kateter Foley merupakan prosedur standar
risiko sakit akrbat heat stress. penanganan heat stroke.
Saiah satu akibat yang ditimbulkan oleh heat stress Pendinginan dengan cara pencelupan dalam tabung
adalah heat stroke. berisi air es, seperti pencelupan untuk penderita hipotermia,
merupakan teknik yang sulit bila pasien labil.
Meningkatkan penguapan merupakan cara yarlg praktis
HEAT STROKE dan efektif. Pasien tanpa pakaian disemprot dengan air
dingin dengan cara menyalakan kipas angin diatas pasien.
Heal stroke merupakan kasus emergensi. Pasien yang Teknik ini menggunakan pendinginan temperatur
mempunyai riwayat heat exposure, dapat disertai 0,3 1"C/menit, menghasilkan hal yang sama atau merupakan
peningkatan suhu tubuh dan disfungsi CNS yang cukup efek yang sama atau lebih baik daripada pendinginan
berat, misalnya delirium, coma, atau kejang. dengan cara pencelupan dalam bak mandi. Teknik ini
Kerusakan otak dapat terjadi pada kasus yang berat. dilakukan pada pasien yang aksesnya mudah, ivlines dan
Ada 2 tipe pada heat stroke; tipe klasik banyak terjadi perlengkapan monitor.
pada usia lanjut, pada penyandang keterbelakangan men- Pendinginan aktif dapat dihentikan ketika temperatur
tal atau pada usia muda. Terjadi beberapa kali sehari selama tubuh rrrencapai 39oC untuk mencegah dingin yang
gelombang panas dan orang ini tidak mempunyai berlebihan. Hipertemia umumnya pulih 4-8 j am, sedangkan
kesanggupan untuk bertahan pada lingkungan dingin dan mekanisme termoregulasi pasien menjadi tidak stabil untuk
mempertahankan asupan cairan yang cukup. beberapa minggu sesudah terjadi heat stroke.
Tipe heat stroke yang terjadi saat latihan yang Terapi cairan harus dievaluasi secara hati-hati, hipotensi
berlebihan pada suhu sangat panas dan lingkungan yang dapat berubah dengan pendinginan. Output urin harus
lembab. Terjadi cepat dan dehidrasi pada pasien dengan dipertahankan untuk mencegah terjadinya risiko gagal
heat stroke klasik. ginjal akut. Vasopressor dapat digunakan hanya pada kasus
Gejala heat stroke dia?,:tbatkanoleh gangguan metabolik tertentu. Menggigil dengan peningkatan produksi panas
sel dan kematian sel. Kreatin kinase, aspartan aminotrans- dapat diatasi dengan pendinginan. Umumnya ditekan
ferase (AST) dan enzim serum dehidrogenase laktat dengan klorpromazin 25-50 mg iv. CPZ menurunkan
meningkat dan dapat terus meningkat selama 7-10 hari. ambang kejang dan dapat menyebabkan hipotensi.
Rabdomiolisis yang diakibatkan mioglobinuria, dapat Pengobatan kej ang termasuk diazepam > I 0 mg ivlambat,
menimbulkan gagal ginjal akut. Waktu pembekuan kadang- fenitoin 15 mg/kg ivdalam larutan garam dengan kecepatan
kadang memanjang dan koagulasi intraselular diseminata tidak lebih dari 50 mg/mnt atau fenobarbital120-240 mg
(KlD)jarang terjadi. ivlambat setiap 20-30 menit sampai total 400-600 mg.
Meskipun terjadi peningkatan curah jantung, hipotensi Asidosis berat (pH<7,2) dapat dikoreksi dengan natrium
dapat timbul karena vasodilatasi perifer berat dan bikarbonat (0,5-1meqlkg, iv lebih dari 30-60 menit)
penunrnan volume. Tahanan sistemik vaskular rendah Pasien heat stroke dipantau secara intensif selama 48-
terjadi vasodilatasi sekunder. Padatemperatur di atas 40oC, 72 jampadapendinginan cepat dan perubahan status men-
kontraksi jantung menurun dan terapi cairan harus tal. Ikterus, rabdomiolisis dan gagal ginjal akut dapat te{adi
dipantau secara hati-hati pada pasien hipotensi. pada kasus yang berat. Prognosis buruk terjadi bila koma
Terapi mendinginkan pasien harus dimulai di lapangan, lebih dari 10 jam, ditandai dengan masa protrombin yang
jangan menunggu mencari penyebab hipertemia. Jika memanjang atau AST lebih dari 1000 IU/I.
temperafur merupakan faktor untuk mendinginkan secara
cepat terhadap pasien yang mengalami coma, prosedur
diagnosa lain harus segera ditegakkan. pungsi lumbal SENGATAN LISTRIK
penting untuk menyingkirkan diagnosis meningitis atau
ensefalitis. Sepsis, trauma kepala dan bencana Pada sengatan listrik dapat timbul kerusakan jaringan
serebrovaskular dapat juga dipertimbangkan. dengan spekhum luas, mulai dari lukabakarkulit superfisial
Pendinginan yang cepat dan segera merupakan terapi sampai kerusakan organ-organ tubuh hingga kematian.
utanra pada heat stroke. Walaupun banyak perdebatan Kerusakan yang timbul sangat penting untuk
SINDROM TERMAL DAI\ SENGAiTAN LISTRIK
273

mendiagnosis adanya luka padajaringan dan organ tubuh serebral, ensefalopati hipoksia, nyeri kepala, afasia, lemah,
agar dapat ditentukan tindakan selanjutnya. Sebagian besar paraplegia, kuadriplegia, disfungsi sumsum tulang,
sengatan listrik terjadi pada anak-anak, remaja, dan pekerja pheriperal neuropati, insomnia, emosi labil
yang terpapar bahaya listrik. Kulit. luka akibat sengatan listrik, akibat sekunder luka bakar

Vaskular. Trombosis, nekrosis koagulasi, DIC, ruptur


Gambaran Klinis pembuluh darah, aneurisma, sindrom kompartemen
Listrik dapat menyebabkan kerusakan jaringan sebagai efek
langsung arus listrik searah pada sel dan oleh kerusakan Pulmonal. Henti napas (sentral atau perifer mis. tetanus),
termal dari panas yang diteruskan oleh jaringan. Energi pneumonia aspirasi, edema pulmonal, kontusi pulmonal,
kerusakan inhalasi
terbesar terjadi pada titik kontak sehingga kerusakan
jaringan pada daerah tersebut harus diobservasi lebih baik. RenaVmetabolik. Gagal ginj al akut, mioglobinuria, asidosis
Luka ke luar sengatan listrik lebih besar daripada luka metabolik, hipokalemia, hipokalsemia, hiperglikemia
rrasuk. Bila sengatan listrik masuk ke dalam tubuh,
Gastrointestin al. Perforasi, tukak sttes (Curling Ulc er),
kerusakan terbesar terjadi pada jaringan saraf, pembuluh
Pendarahan GIT
darah dan otot. Sengatan listrik dapat mengakibatkan
nekrosis berupa koagulasi, kematian saraf, dan kerusakan Muskular. Mionekrosis, sindrom kompartemen
pembuluh darah. Luka yang ditimbulkan lebih menyerupai
jaringan nekrosis atau kerak daripada luka bakar termal. Skeletal. Fraktur kompressi vertebra, fraktur tulang,
dislokasi bahu (anterior dan posterior), fiaktur skapula
Karena ukuran dari luka karena sengatan listrik tidak
berkorelasi baik dengan kerusakan yang ditimbulkan, Optamologi. Cornel burns, delayed catarac, trombosis
pemeriksaan teliti untuk luka yang dalam sangat penting. atau hemoragia intraokular, uveitis, fraktur orbita
Luka traumatik sering terjadi bersamaan dengan sengatan
Pendengaran. Hilangnl'a pendengaran, tinnitus, p9rforasi
listrik.
membran timpani, mastoiditis,-meningitis

Oral burns. Hemoragia arteri labialis, scarring dan


Diagnosis deformitas fasialis,gangguan bicara, perubahan bentuk
Diagnosis sengatan listrik berdasarkan riwayat penyakit. mandibula dan gangguan pembentukan gigi
Bila riwayat penyakit tidak jelas, ciri-ciri luka pada kulit
sangat menolong. Pemeriksaan yang menyeluruh serta Obstetrik. Aborsi spontan, kematian janin
memperhatikan luka akibat sengatan listrik sangat penting
unfuk mengesampingkan adatya suatu trauma. Tindakan
Pemeriksaan untuk tulang patah dan dislokasi tetap
l. Airway, breathing dan sirkulasi harus diperbaiki,
dilakukan walaupun tanpa riwayat trauma. Tidak mobilisasi spinal harus diperhatikan karetra potensial
ditemukannya luka sengatan listrik pada pemeriksaan terjadi trauma spinal.
j aringan mengesampingkan sengatan listrik serius.
2. Pemberian O, tekanan tinggi dengan masker'
Pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap Monitor jantung, pulse oksimetri, pemantauan tekanan
-).
elektrolit, kalsium, urea nitrogen darah, kreatinin, analisa darah non invasif.
gas darah, myoglobin (MB), kreatinin kinase (CK). CK -
4 Fibrilisasi ventrikel, asistolik atau takikardi ventrikular
MB dapat meningkat tanpa adanya kerusakan otot jantung dapat diterapkan dengan protokol standar ACLS.
tapi ada luka otot secara ekstensif. Fungsi hati dan amilase Disritmia sering tirnbul tapi tidak membutuhkan
diperiksa bila diduga ada luka abdomen. tindakan langsung.
EKG dapat dilakukan bila ada indikasi ; pemeriksaan 5 Cairan kristoloid iv dengan bolus inisial 20-40 mlkg
radiologis dilakukan pada sisi luka sengatar.listf.k.CT scan
setelah satu jam pertama. Perbaikan cairan tergantung
kepala merupakan indikasi pada luka kepala yang berat, pada luasrtya luka bakar pasien. Untuk mengukur out-
korna atau bila ada perubahan mental. put urine digr.rnakan kateter Foley pada kasus berat.
5. Jika terjadi rabdomiolisis, lebih banyak dibutuhkan
Komplikasi Sengatan Listrik cairan untuk mencegah gagal ginjal.
1. Profilaksis tetanus sebaiknya diberikan.
Kardiovaskular. Kematian mendadak (frbrilasi ventrikel, 8. Antibiotik profilaksis tidak penting sekali, kecuali bila
asistolik), Nyeri dada, disritonia, segmen ST-T abnormal, ditemukan luka terbuka yang besar.
blok cabang berkas, kerusakan miokardial, disfungsi 9. Kejang <iiobati dengan terapi standar.
ventrikel, MCl, hipotensi (volume deplesi), hipertensi 10. Fraktur dan luksasi setepat mungkin dikurangi.
(pelepasan katekolamin)
11. Luka bakar pada kulit dapat diobati dengan silver sul-

Neurologis. Status mental, agitasi, koma, kejang, edema fadiazine sesudah dibersihkan.
274 KEGAWTTIDARURITIAN MEDIK DI BIDAIYG ILMU PEDTYAKIT DALAM

12. Konsultasi dengan dokterbedah umum bila terjadi luka REFERENSI


jaringan yang dalam dan luas. Pasien di atas
membutuhkan eksplorasi luka bakar, debridemen, Bacon CJ, et al : Case controi study of thermal environmenl
fasiotomi, dan perawatan cukup lama. Anak-anak proceeding haemorrogic shock encephalopathy. Arch Dis Chitd
dengan luka lokal dapat dievaluasi dengan spesialis 81,1999
ENT atau bedah plastik. Wanita hamil yang mengalami
Bouchama A, Knochel JP: Heat Stroke. N engl J Med. ,
2002:.346:1978
sengatan listrik membutuhkan konsultasi kandungan Cauchy E et al: Retrospective study of 70 cases of severe frostbite
untuk penanganan dan monitor janin. Pasien dengan lesions: a proposed new classification scheme. Wildernedd
sengatan listrik yang berat dapat diisolasi di unit luka Environ Med,. 2001;12:248,
bakar atau pusat trauma. Daley BJ, et al: Electrical injuries. Updated November 11 20A4.
13. Anak-anak yang mengalami luka lokal yang terlokalisir Available at: http ://www emedicine com/med/topic28 1 O.htm
atau luka pada tangan dapat dipulangkan. Orang tuanya
Danzl DF: Hypothermia and Frostbite. Kasper DL, et al eds.
Harrison's principles of Intemal Medicine. 16s edition. McGraw-
harus diberi instruksi untuk mengontrol pendarahan
Hil1. New York, 2005
arteri labialis yang dapat timbul kemudian. Danzl DF: Hypothermia. Senib Respir Crit Care Med. 2002;23:57
14. Pasien yang mengalami sengatanlistrikll}-22}Y tanpa Dinarello CA, et al: Fever and Hyperthermia. Kasper DL, et al eds.
gejala/luka. EKG normal dan pemeriksaan fisik normal Harrison's principles of intemal medicine. l6s edition. McGraw-
dapat dipulangkan. Hill. New York, 2005
Dinarello CA: Proinflammatory cytokines. Chest. 2000;118:503
Giesbrecht GG: Cold stress, near drowning and accidental hypo
thermia: A review. Aviat Space Environ Med. 2000;71:733
Kochanek PM, et al: Therapeutic hypothermia for severe
traumatic brain injury. JAMA. 2003;22:289
Leibovici D, et al: Electrical injuries: current concepts. Injury.
1995l.9:26.
38
SENGATAN SERANGGA
Budiman

PENDAHULUAN diikuti pengracunan dapat disebabkan oleh Laxosceles


reclusa, laba-laba cokelat, dan empat spesies terakhir dari
Sengatan serangga dan pagutan ular merupakanbagian Laxosceles yang banyak terdapat di Amerika Tengah dan
dari kegawatan karena lingkungan. Pada dasarnya Utara.
penatalaksanaan sengatan serangga dan pagutan ular Laba-laba lain yang menyebabkan ulkus nekrotik
tergantung jenis binatang itu sendiri. Oleh karena itu, termasuk dalam jenis laba-laba hobo (Tegenaria agrestis).
sangat penting untuk mengetahui secara langsung Laba-laba reclus e berwamacokelat dan mempunyai warna
binatang yang menggigit atau setidaknya mengetahui ciri ungu gelap berbentuk titik pada permukaan dorsal. Laba-
binatang tersebut melalui wawancara dengan pasien laba hobo cokelat dengan tanda abu-abu dan laba-laba
maupun saksi kejadian. kantung dapat berwarna kuning pucat, hijau atau cokelat.
Perlu diketahui bahwa tidak semua serangga dan ular Laba-laba ini tidak agresif dalam menggigit manusia
itu beracun. Kendati beracun pun, belum tentu kadar dan gigitannya hanya berupa tekanan pada kulit. Laba-
toksinnya dapat membahayakan manusia. Toksin itu laba ini menyerang dari balik batu dan tumpukan kayu,
sendiri merupakan alat mempertahankan diri maupun sering menyerang pada malam hari. Gigitan timbul pada
mencari makan bagi serangga maupun ular. korban yang berpakaian, mula-mula di lengan, di leher, dan
Pada tulisan ini, akan dibahas penatalaksanaan gigitan di bawah perut.
dan pagutan beberapajenis serangga dan ular yang dapat Cairan jemih dari laba-laba ini berisi esterase, fosfatase
membahayakan manusia, baik secara umum maupun khusus. alkalin protease dan enzim lain yang menyebabkan
nekrosis jaringan dan hemolisis.
Sfingomielinase B, faktor dermonekrotik yang penting,
SENGATAN SERANGGGA terletak di antara membran sel yang merupakan kemotaksis
neutrofil, akan menyebabkan trombosis vaskular dan reaksi
. Sengatan laba-laba dapat menimbulkan rasa sakit, seperti Arthus.
bahkan dapat menimbulkan nekrosis kulit dan Mulanya gigitan tidak nyeri atau terasa panas. Setelah
keracunan sistemik. beberapa jam terasa nyeri dan gatal dengan indurasi di
. Dari 30000 spesies laba-laba, ada seratus yang bersifat sekeliling gigitan ada daerah pucat iskemik dan daerah
agresif dan mempunyai gigi taring yang cukup kemerahan. Pada banyak kasus tanpa terapi akan sembuh
mengadakan penetrasi pada kulit manusia. dalamwakhr2-3 hari.
. Identifikasi bahwa ini gigitan laba-laba dapat diketahui Pada kasus yang berat, kemerahan merata dan di bagian
sejak awal terapi. tengah ada pendarahan dan nekrosis disertai timbulnya
bula. Timbul jaringan kehitaman dan terkelupas yang
beberapa minggu kemudian meninggalkan ulkus yang
GIGITAN LABA.LABA PERTAPA DAN NEKROSIS diameiernya bisa mencapai 25 cm dan kadang-kadang
ARACHNIDISM membuat j aringan cekung.
Proses penyembuhan bisa 3 hingga 6 bulan. Bila
Nekrosis kulit yang berat dan nekrosis jaringan subkutis mengenai jaringan lemak, penyembuhan bisa sampai 3

275
276 KEGAWATDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PE}TYAKIT DAI.AM

tahun. Kompikasi lokal bisa melukai jaringan saraf dan dengan kompres dingin pada sengatan agar mengurangi
infeksi sekunder. Demam, nyeri, lemah, mual, muntah, absorbsi racun. Berikan infus intravena midazolam
mialgia, artr algia, makulopapul ar dan leuko sito si s dapat untuk mengontrol agitasi, gerakan otot yang tidak
timbul setelah 72 jam gigitan serangga. Jarang terjadi beraturan yang disebabkan oleh sengatan kalajengking.
komplikasi akut berupa anemia hemolitik, hemoglobinuria ' Pemantauan selama pengobatan dapat diberi dan sedatif
dan gagal ginjal. atau narkotik j ika perlu temtama pasien yang mengalami

/ gej ala-gej ala neuromuskular untuk mencegah terjadinya


Penatalaksanaan henti napas.
. Tindakan awal dengan membersihkan gigitan, balut
. Hiperlensi dan edema pulmonal dapat dikontrol dengan
dengan balutan yang steril dan beri kompres dingin, nifedipin, hidr alazit atau prazosin dan bradiaritmia bisa
angkat dan lakukan imobjlisasi bagian yang baru digigit. dikontrol dengan atropin.
. Bila ada indikasi, berikan analgetik, antihistamin,
antibiotik dan profilaksis tetanus.
. Pada 48-72 jampertama diberi dapson, inhibitor leukosit SENGATAN HYMENOPTERA
yang dapat menghentikan lesi yang akan menjadi
nekrosis. Dapson diberikan per oral 50-100mg 2kalil Yang termasuk di dalamnya adalah 1ebah, tawon dan semut.
hari, setelah dipastikan tidak ada G6 phosphatase de- Umumnya mereka menyerang bila koloni atau sarangnya
hydrogenase G6PD defiuency. diganggu. Racunnya diproduksi pada kelenjar di bagian
. Bila efek lokal atau sistemik dari glukokortikoid tidak belakang perut yang akan keluar dengan cepat bila terjadi
terlihat maka lebih potensial dignakan Laxosceles yang kontraksi otot kantung racun dengan kapasitas di atas 0,1
spesifrk antivenin. ml pada serangga yang besar.
. Debridemen dilanjutkan dengan skin grafting Toksin polipeptida pada lebah madu termasuk melitin
. Pasien dimonitor terhadap tanda-tanda hemolisis, gagal yang dapat merusak selYnembran; degranulasi protein sel
ginjal dan komplikasi sistemik yang lain. mast dapat menyebabkan pelepasan histamin berupa
apamin (neurotoksin); adolapin (anti inflamasi). Enzim
dalam racun terdiri dari hialuronidase yang merupakan
SENGATAN KALAJENGKING sebagian besar komponen dan fospolipase yang
merupakan major venom allergen.
Kalajengking merupakan binatang yang hidup di tanah Sengatan lebih menimbulkan nyeri, bengkak dan reaksi
dan memakan artropoda serta kadal kecil. Kalajengking kemerahan, edema lokal dan bengkak yang timbul setelah
memiliki sepasang penjepit yang digunakan untuk beberapa jam. Gigitan multipel dapat menyebabkanmual,
menggenggam mangsanya. Kemudian melumpuhkan diare, edema menyeluruh, dispnea, hipotensi, dan kolaps.
mangsanya dengan sengatan yang terdapat pada ujung Rabdomiolisis dan hemolisis intravaskular dapat
ekor. Sengatan tersebut menimbulkan rasa nyeri dan panas menyebabkan gagal ginjal. Kematian akibat efek langsung
yang potensial menimbulkan pengracunan yang dari racun terjadi bila sengatan lebah madu antara 300-500
mematikan. Kalajengking yang mematikan terdiri dari 30- sengatan.
1000 spesies (yang telah diketahui) dan menyebabkan 5000
kematian di dunia setiap tahunnya. Penatalaksanaan
Kalajengking mencari makan pada malam hari dan Pada sengatan dibersihkan, diberi desinfektan dan
menyengat pada siang hari biasanya tinggal di bawah diberikan es batu. Bila perlu diberikan analgetik,
kayu, di batu atau di dalam tanah. Bila didalam gedung, ia antihistamin oral dan losion kalamin topikal. Reaksi lokal
ditemukan di sepatu, pakaian, tempattidur, bakmandi dan yang cukup luas diobati dengan glukokortikoid. Pasien
bak cuci piring. Kalajengking menyengat manusia bila dengan banyak sengatan dimonitor selama 24 jam untuk
diganggu. mencegah terjadinya gagal ginjal atau koagulopati.

Penatalaksanaan
. Sengatan dari spesies yang tidak mematikan, sebaiknya SENGATAN SEMUTAPIDAN SEMUT LAIN
diberikan es batu, analgetik atau antihistamin.
. Umumnya sengatan hanya menimbulkan nyeri lokal Sengatan semut api merupakan masalah kesehatan di
dapat ditangani di rumah dengan instruksi kembali ke Amerika. Semut menggigit pada waktu banjir bila terjadi
bagian gawat darurat bila terjadi perkembangan kontak dengan manusia. Semut merah-cokelat atau semut
penyakit menjadi gangguan saraf dan otot atau cokelat-hitam menyengat kulit manusia dengan kekuatan
gangguan saraf kranial. rahang ketika menyemprotkan racun. Racun alkaloid berisi
. Perlakukan pasien dengan tenang, berikan tekanan piperidines sitotoksik dan hemolitik serta beberapa
SENGAfrAN SERANGGA 277

protein dengan enzim aktif. Pengobatan dengan antihistamin dan antipruritus.


Mula-mula timbul reaksi kemerahan, bengkak dan rasa Pencegahannya yaitu membersihkan tempat bersarangnya
terbakar timbul dalam 30 menit. terjadi pustula steril dalam kutu, tempat tidur dan pejamu dengan menyemprot
wakfi 24 jam. Pustula menjadi ulkus setelah 48 jam dan insektisida seperti pyrethin, DDT atau malathion.
sembuh dalam I 0 hari bila tak terjadi infeksi sekunder.
Eritem yang cukup luas dan edema dapat timbul dalam
beberapa hari walaupun tak selalu terjadi. Pada kasus yang REFERENSI
berat dapat terjadi penekanan sarafdan pembuluh darah.
Sengatan diberi es batu, glukokortikoid topikal dan Auerbach PS, Nonis RL. Disorders caused b1, reptile bites and ma-
antihistamin oral. Pustula ditutup dengan verban dan diberi rine animal exposures.In: Kasper DL, et al eds. Harrison's prin-
antibiotik bila ada indikasi. Epinefrin dan terapi suportif ciples of internal medicine. 16th edition. New York:McGraw-
lainnya diberikan bila ada reaksi anafilaktik.
Hill; 2005
Auerbach PS, ed. lYilderness medicine.4h ed. St. Louis: Mosby;2001
Barzilai A et al.Insect bite-like reaction in patients with hemato-
logic malignant neoplasms. Arch Dermatol .19991,135.
GIGITAN KUTU Goddard J.Physician's guide to arthropods of medical importance.
4'h ed Boca Raton: CRC Press; 2002
Umumnya kutu yang menggigit manusia adalah kutu Gold BS et al.Bites of venomous snakes. N Engl J Med. 2002;347.
anjing, kutu kucing atau kutu tikus yang mempunyai sarang Mauguire JH, et al. Ectoparasite infestations and arthropod bites
and sting. Kasper DL, et al eds. Harrison's principles of intemal
dan tinggal pada pejamu. Larva kutu memakan butir-butir
medicine 16th edition New York:McGraw-Hill;2005
darah pejamu yang mengering yang dikeluarkan oleh kutu Sharma SK et al.Impact of snake bites and determinants of fatal
dewasa pada waktu makan. Kutu manusia menetap pada outcomes in Southeastern Nepal. Am J Trop Med Hyg.
tempat tidur atau furnitur. 2004;2:71.
Pada orang yang sensitif akan timbul eritema, papul, Werner GTPoisonous-snake bites. Therapy and preventive mea-
urtika vesikel dan infeksi bakteri pada tempat gigitan. sures. Fortschr Med. 1978;6:96.
39
PENATALAKSAN MTN KERACUNAN
BISA I(ALA"IENGKING
Djoni Djunaedi

INSIDENS, JENIS DAN KARAKTERISTIK dalam sepatu, pakaian, tempat tidur bahkan menyelam di
KALAJENGKING dalam bak mandi serta ditemukan di tempat-tempat gelap
laindalamrumah.
Kalajengking (Scorpion) merupakan jenis binatang tanah Sengatan kalajengking terasa nyeri namun pada
yang terhra. Diperkirakan kalajengking telah ada di muka umumnya tidak berbahaya kecuali sengatan oleh
bumi ini sejak sekitar 400 juta tahun yang lalu (Depkes, kajengking jenis beracun. Racun kalajengking
2001). Di antara 1000 spesies yang sejauh ini telah berhasil mengandung aampuran kompleks fosfolipase A2,
diidentifrkasi, hanya sekitar 30 spesies yang memiliki racun asetilkolinesterase, hialuronidase, protein dengan berat
yang mematikan (Maguire,2005). Beberapa spesies yang molekul rendah, asam amino dan serotonin (Depkes, 2001).
beracun tersebut berikut r,egara tempat hidupnya adalah Spesies Zelra s quinquestriatus merupakan spesies dengan
Centruroides suffuses (Meksiko), Tityus serrulatus racun yang kardiotoksik dan dapat menyebabkan syok,
(Brazil), Leirus quinquestrialas (Afrika Utara) dan hipotensi serta edema paru.
Centruroides sculpturatus atau C. axilacauda (bark
scorpion) yang hidup di Amerika Serikat, Arizona, Texas,
Meksiko Utara dan di beberapa daerah California. GAMBARAN KLINIS
Centruroides sculpturatus memiliki panjang I - 7 cm
dengan alat penyengat di bagian ekor dan melakukan Gambaran klinis pada lokasi sengatan kalajengking kadang-
kegiatan (aktif) pada malam hari. Pada tahun 1950 kadang teriihat minimal dan secara umum racun kalajengking
katAjengking jenis ini dilaporkan menyebabkan banyak menunjukkan sifat hemolitik dan neurotoksik yang dapat
kematian meskipun sejak tahun 1968 tidak pernah ada bermuara pada tingkat keracunan berat (Wirtz, l99l).
laporan mengenai kematian akibat sengatan C.
sculpturatus selain kematian bayi umur 5 bulan. Di seluruh
dunia setiap tahunnya dilaporkan sekitar 5000 kematian
Gejala Lokal
akibat sengatan kalajengking (Maguire, 2005). Di IRD Nyeri seperti terbakar, gejala peradangan disertai parestesi
RSUD dr. Saiful Anwar Malang sepanjang tahun 2004 -
lokal. Gejala-gejala tersebut umumnya membaik dalam
waktubeberapa jam.
2005 hanya menerima satu kasus sengatan kalajengking
tanpa kej adian kematian.
Pada umumnya kalajengking tidak agresif kepada Gejala Sistemik
manusia namun dapat menyengat jika terancam atau marah . Umumnya ditemukan pada anak-anak berusia kurang
akibat diusik oleh manusia. Mereka umumnya melakukan dari l0 tahun. Gejala yang timbul dapat berupa gelisah,
kegiatan pada malam hari dan sebagian besar hidup di keluar keringat berlebihan, diplopia, nistagmus,
dalam pohon, dekat pohon atau mencari tempat teduh di fasikulasi, opistotonus, salivasi, hipertensi, takikardi
bawah bangunan. Namun adakalanya kalajengking juga dan kadang-kadang kejang, paralisis otot pernapasan
ditemukan masuk ke dalam rumah dan bersembunyi di (terutama pada orang tua dan anak-anaQ.

278
PENATALAKSANAAT{ KERACUNAN BISA I(ALAIENGKING 279

. Gejala-gejala tersebut dapat pula disertai dengan edema . Pada penderita yang gelisah dengan gerakan-gerakan
paru, syok, koagulopati, koagulasi intravaskular tak terkontrol dapat diberikan infus intravena kontinu
diseminata (KID), pankreatitis, gangguan fungsi ginjal, dengan midazolam. Bagaimanapun juga pemberian
hemoglobinuna, ikterus, rabdomiolisis, hipertermia, dan sedatif tidak boleh berlebihan.
asidosis. . Pemberian antivenin harus dilakukan secara hati-hati
sebab dapat memberikan reaksi anafilaksis dan serum
s icknes s. mengemukakan bahwa pemberian antivenin

PEMERIKSAAN PENUNJANG yang berasal dari domba masih kontroversial.


. Reaksi syok anafilaksis dapat dijumpai pada penderita
Dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar: Hb, yang sensitifterhadap racun kalajengking. Reaksi yang
leukosit, trombosit, elektrolit, gula darah, urea, kreatinin, ditimbulkan akibat keracunan sengatan kalajengking
CPK (kreatinin fosfokinase), profil koagulasi, analisis gas pada penderita yang sensitif membedakan
darah dan uji faal hati. penatalaksanaannya pada tingkat immediate treatment,
mild reaction treatment dan serum reaction treatment.
Reaksi klinis yang timbul dapat berupa konjungtivitis,
PENATALAKSANAAN rinitis, urtikaria,/angioderm a, pruritius, eritema edema
laringeal, bronkospasme dan hipotensi yang dapat
Penatalaksanaan kasus sengatan kalajengking dapat berakhir dengan kematian.
dipilah ke dalam:

ANJUMN PENCEGAHAN PADA DAERAH SCORP'ON


Terapi Suprotif
INFESTED
Stabilisasi: 1). Penatalaksanaan jalan tapas, 2).
Penatalaksanaan fungsi pernapasan: ventilasi dan . Periksa dan kibaskan benda-benda seperti sepatu,
oksigenasi, 3).Penatalaksanaan sirkulasi: pasang infus pakaian, handuk dan tempat tidur sebelummemakainya
kristaloid. . Singkirkan kayu, batu, tumpukan benda-benda yang
disukai oleh kajengking untuk menyembunyikan diri
Dekontaminasi: 1). Cuci luka dan berikan tetanus . Semprotan insektisida dapat mengurangi sumber
profilaksisjika diperlukan, 2). Jangan diberi es pada lokasi
makanan kalajengking sehingga antropoda jenis ini
luka dan jangan melakukan insisi lokal serta pengisapan.
dapat punah.
Prosedur ini berbeda dengan prosedur yang dianjurkan
oleh Dreisbach, Maguire, dan Wirtz (1991) yang
menganjurkan unhrk melakukan kompres es pada lokasi
sengatan pada beberapajam pertama dengan tujuan untuk
REFERENSI
melokalisasi racun sehingga absorpsi racun berkurang.
Depkes: Penatalaksanaan keracunan bisa sengatan kalajengking
(scorpion). Dalam SIKer. Dirjen POM Depkes RI. Pedoman
Terapispesifik penatalaks anaan keracunan untuk rumah s akil:2001.p.240-42
Terapi antivenin dengan pemberian serum skorpion Dreisbach, R.H. dan Robertson, WO.Handbook of poisoning: pre-
venlion, diagnosis and lreatment. 12'h eds. Connecticut:
(polivalen)
Appleton & Lange:i987.p. 486-90
Maguire, J.H., et.al:Ectoparasite infestations and arthropod bites
Terapi Tingkat Lanjut and stings. In D.L. Kasper et.al. (eds.). Harrisonb Principles of

Terapi ini dilakukan untuk mengatasi gejala sistemik akibat Internal Medicine. 16'h ed. NY: McGraw-Hill:2l5.p2603-4
Reid HA:Animal poisoning, in Manson's Tropical Diseases. 18th
keracunan sengatan kalaj engking seperti hipertensi, edema
ed., PEC Manson-Bahr, FIC Apted (eds). London:Bailliere
paru, bradiritmia, gelisah, syok. Tindall: I e82.p .544-65.
. Hipertensi dan edema paru dapat diatasi dengan Rekam Medik RSUD dr. Saiful Anwar Malang, 2005
pemberian nifedipin, nitroprus s ide, hy dralazine ata,u Wirtz, R. dan Azad AF:Injurious arthropods. In: GT. Strickland
prazostn (ed). Hunter's Tropical Medicine. T'h ed. Philadelphia: W.B.
. Bradiaritmia dapat dikontrol denganpemberian atropin Saunders Company: 1991 .p.907 -9.
40
PENATALAKSAN A/\N GIGITAN
ULAR BERBISA
Djoni Djunaedi

INSIDENSI protease ancrod merupakan prokoagulan dari


C. rhodostoma yenom (menekan fibrinopeptida-A dari
Luka akibat gigitan ular dapat berasal dari gigitan ular tidak fibrinogen dan dipakai untuk mengobati kelainan
berbisa maupun gigitan ular berbisa. Umumnya ular trombosis). Amin biogenik seperti histamin dan 5-
menggigit pada saat ia aktif, yaitu pada pagi dan sore hari, hidroksitriptamin, yang ditemukan dalam jumlah dan variasi
apabila ia merasa terancam atau diganggu. Di seluruh dunia yang besar pada Viperidae, mungkin bertanggung jawab
setiap tahunnya ditemukan ribuan orang yang meninggal terhadap timbulnya rasa nyeri pada gigitan ular. Sebagian
dunia akibat gigitan ular berbisa. Di Amerika Serikat besar bisa ular mengandung fosfolipase A yang
ditemukan 8000 kasus gigitan ular berbisa per tahunnya bertanggung jawab pada aktivitas neurotoksik presinaptik,
dengan 98%o gigiranterjadi di daerah ekstremitas danl\Yo rabdomiolisis dan kerusakan endotel vaskular. Enzim venom
disebabkan oleh Rattlesnake. Dibagian Emergensi RSUP lain seperti fosfoesterase, hialuronidase, ATP-ase, 5-
dr. Hasan Sadikin Bandung dalam kurunwaktu 1996- 1998 nuklotidase, kolinesterase, protease, RNA-ase dan DNA-
dilaporkan sejumlah 180 kasus gigitan ular berbisa. ase perannya belum jelas. Peran procoagulant yenom
Sementara di RSUD dr. Saiful Anwar Malang dalam kurun factors (enzim) dapat dilihat pada bagan berikut:
waktu satu tahun (2004) dilaporkan sejumlah 36 kasus
gigitan ular berbisa. Kepada semua kasus gigitan ular
tersebut diberikan terapi antivenom dan menunjukkan hasil
yang baik kecuali pada satu kasus yang dibawa ke rumah
FAKToRxZ I
I
Some bothrops species
sakit sudah dalam keadaan koma dan apnoe. Hal ini sejalan ("Stypven')
dengan laporan Auerbach (2005) bahwa angka kematian
ditemukan kurang dari |Yo padakasts gigitan ular berbisa
yang diberi terapi antivenom. Estimasi global menunjukkan Ca--PL Echis carinatus ("Ecarin")
sekitar 30.000 - 40.000 kematian akibat gigitan ular berbisa. some Australian Elapids
some Colubrids

PROTROIVBIN TR0M BIN lla


Komposisi, Sifat dan Mekanisme "Ketja" Bisa Ular II

Calloselasma rhodostom a
Bisa ular (venom) terdiri dari 20 atau lebih komponen ("Arvin, Ancrod")
Trimeressurus specres
sehingga pengaruhnya tidak dapat diinterpretasikan Some B
sebagai akibat dari satu jenis toksin saja. Venom yang species

sebagian besar (90%) adalahprotein, terdiri dari berbagai Ca"


FIBRINOGEN RIN Xllla +- Xlll
macam enzim, polipeptida non-enzimatik dan protein non- I

toksik. Berbagai logam seperti zink berhubungan dengan t


I

CROSS-LINKED FIBRIN
beberapa enzim seperti ecarin (suafit enzim prokoagulan
dari E. carinatus venom yang mengaktivasi protrombin). Gambar 1. Kerja beberapa bisa ular yang bersifat prokoagulan
Karbohidrat dalam bentuk glikoprotein seperti serine pada kaskade pembekuan (adaptasi dari Warrell)

280
PENATALAKSIANAAN GIGITAN ULAR BERBISA 281

Bisa ular dapat pula dikelompokkan berdasarkan sifat GAMBARAN KLINIS


dan dampak yang ditimbulkannya seperti neurotoksik,
hemoragik, trombogenik, hemolitik, sitotoksik, antifibrin, Diagnosis gigitan ular berbisa tergantung pada keadaan
antikoagulan, kardiotoksik dan gangguan vaskular bekas gigitan atau luka yang terjadi dan memberikan gejala
(merusak tunika intima). Selain itu bisa ular juga lokal dan sistemik sebagai berikut (Dreisbach, 1987):
merangsang jaringan untuk menghasilkan zat-zat 1. Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan,
peradangan lain seperti kinin, histamin dan substansi cepat ekimosis (dalam 30 mernt - 24 1am)
lambat. 2. Gejala sistemik: hipotensi, kelemahan otot, berkeringat,
menggigil, mual, hipersalivasi, muntah, nyeri kepala dan
pandangan kabur
3. Gejala khusus gigitan ular berbisa:
JENISJENIS ULAR BERBISA . Hematotoksik: perdarahan di tempat gigitan, paru,
jantung, ginjal, peritonium, otak, gusi,hematemesis
Di seluruh dunia dikenal lebih dari 2000 spesies ular, namun
dan melena, perdarahan kulit (petekie, ekimosis),
jenis yang berbisa hanya sekitar 250 spesies. Berdasarkan
hemoptoe, hematuria, koagulasi intravaskular
morfologi gigi taringnya, ular dapat diklasifikasikan ke
diseminata (KID)
dalam 4 famili utama yaitu:
. Famlli Elapidae misalnyaular weling, ular welang, ular . Neurotoksik hipertonik, fasikulasi, paresis, paralisis
pernapasan, ptosis, oftalmoplegi, paralisis otot
sendok, ular anang dan ular cabai
. Famili CrotalidaelWperidae misalnya ular tanah, ular laring, refleks abnormal, kejang dankoma
. Kardiotoksik: hipotensi, henti jantung, koma
hijau dan ular bandotan puspo .
. Famili Hydrophidaemisalnya ular laut Sindrom kompartemen: edema tungkai dengan
. tanda-tanda 5P (pain, pallor, paresthesia,
Famili Colubridaemisalnyaularpohon
paralysis, pulselesness)
Untuk menduga jenis ular yang menggigit adalah ular
Menurut Schwartz (Depkes, 2001), gigitan ular dapat
berbisa atau ular tidak berbisa dapat dipakai rambu-rambu
diklasifi kasikan sebagai berikut:
bertolak dari bentuk kepala ular dan luka bekas gigitan
sebagai berikut:

Ciri-ciri ular berbisa : l).Bentuk kepala segi empat Derajat Venerasi Nyeri
Edema/
Eritema
Sistemik
panjang, 2). Gigi taring kecil, 3). Bekas gigitan: luka halus
00+ +l- <3 cm / 12jam 0
berbentuk lengkungan l+l-+ - 3-12 jaml12 iam 0
ll + + +++ >12-25 cml12 jam +
Ciri-ciri ular tidakberbisa: 1). Kepala segi tiga, 2).Dta neurotoksik,
gigi taring besar di rahang atas, 3). Dua luka gigitan utama mual,
puslng,
akibat gigi taring syok
Jenis ular berbisa berdasarkan dampak yang +++ >25 cml12 jam ++
ptekhiae,
ditimbulkannya yang banyak dijumpai di Indonesia adalah syok,
jenis ular: ekhimosis
+++ > ekstremitas ++
gagal ginjal
Hematotoksik seperti: Trimeresurus albol aris (ular hij au),
akut, koma,
Ankistrodon rhodostoma(ular tanah). Aktivitas hemoragik perdarahan
pada bisa ular Wperidae menyebabkan perdarahan spontan
dan kerusakan endotel (racun prokoagulan memicu kaskade
pembekuan). Kepada setiap kasus gigitan ular perlu dilakukan:
Neurotoksik seperti : B u n g aru sfa sc i a tu s (lular welang), . Anamnesis lengkap: identitas, waktu dan tempat
Naya sputatrx (ular sendok), ular kobra, ular laut kejadian, jenis dan ukuran ular, riwayat penyakit
Neurotoksin pascasinaps seperti a-bungarotoxin dan sebelumnya.
cobrotoxin terikat pada reseptor asetilkolin pada motor
. Pemeriksaan fisik: status umum dan lokal serta
end-plate sedangkan neurotoksin prasinaps seperti b- perkembangannya setiap 12 jam
bungarotoxin, crotoxin, taipoxin dan notexin merupakan
fosfolipase-A2 yang mencegah pelepasan asetilkolin pada
Gambaran klinis gigitan beberapa jenis ular:
neuromus cular j unction.
Beberapa spesies Viperidae, hydrophiidae Gigitan Elapidae:
memproduksi rabdomiolisin sistemik sementara spesies . Efeklokal (kraits, mambas, coral snakesdanbeberapa
yang lain menimbulkan mionekrosis pada tempat kobra) timbul berupa sakit ringan, sedikit atau tanpa
gigitan. pembengkakan, atau kerusakan kulit dekat gigitan.
282 KEGAWAIDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PEITYAKIT DALAM

Gigitan ular dari Afrika dan beberapa kobra Asia Gigitan Coral snake: Jika terdapat toksisitas neurologis
memberikan gambaran sakit yang berat, melepuh dan dan koagulasi, diberikan antivenin (Micrurus fulvius anti-
kulit yang rusak dekat gigitan melebar. venin)
. Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa
sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak
di sekitar mulut dan kerusakan pada lapisan luar mata PEMERIKSAAN PENUNJANG
. Gejala sistemik mrurcul 15 menit setelah digigit ular atau
muncul setelah l0 jam kemudian dalam bentuk paralisis . Pemeriksaan darah: Hb, leukosit, trombosit, kreatinin,
dari urat-urat di wajah, bibir, lidah dan tenggorokan ureaN, elektrolit, waktu perdarahan, waktu pembekuan,
sehingga menyebabkan sukar bicara, kelopak mata waktu protrombin, fibrinogen, APT! D-dimer, uji faal
menurun, susah menelan, otot lemas, sakit kepala, kulit hepar, golongan darah dan uji cocok silang
dingin, muntah, pandangan kabur dan mati rasa di . Pemeriksaan urin: hematuria, glikosuria, proteinuria
sekitar mulut. Selanjutnya dapat terjadi paralisis otot (mioglobulinuria)
leher dan anggota badan, paralisis otot pernapasan . EKG
sehingga lambat dan sukar bernapas, tekanan darah . Foto dada
menurun, denlut nadi lambat dan tidak sadarkan diri.
Nyeri abdomen seringkali terjadi dan berlangsung
hebat. Pada keracunan berat dalam waktu satu jam dapat PENATALAKSANAAN
timbul gejala-gejala neurotoksik. Kematian dapat terj adi
dalam24jam. Tujuan penatalaksanaal pada kasus gigitan ular berbisa
adalah:
Gigitan Wperidae:
. . Menghalangi/memperlambatabsorpsibisaular
Efek lokal timbul dalam 15 menit atau setelah beberapa
jam berupa bengkak dekat gigitan untuk selanjutnya ' Menetralkan bisa ular yang sudah masuk ke dalam
sirkulasi darah
cepat menyebar ke seluruh anggota badan, rasa sakit
. Mengatasi efek lokal dan sistemik
dekat gigitan
. Efek sistemik muncul dalam 5 menit atau setelah
beberapa jam berupa muntah, berkeringat, kolik, diare, Tindakan Penatalaksanaan
perdarahan pada bekas gigitan (lubang dan luka yang A. Sebelum penderita dibawa ke pusat pengobatan,
dibuat taring ular), hidung berdarah, darah dalam beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

muntah, urin dan tinja. Perdarahan terjadi akibat . Penderita diistirahatkan dalam posisi horizontal
kegagalan faal pembekuan darah. Beberapa hari terhadap luka gigitan
berikutnya akan timbul memar, melepuh dan kerusakan . Jangan memanipulasi daerah gigitan
jaringan, kerusakan ginjal, edema paru, kadang-kadang . Penderita dilarang berjalan dan dilarang minum
tekanan darah rendah dan denyut nadi cepat. minuman yang mengandung alkohol
Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas . Apabila gejala timbul secara cepat sementara belum
siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan tersedia antibisa, ikat daerah proksimal dan distal
perdarahan hebat. dari gigitan. Tindakan mengikat ini kurang berguna
jika dilakukan lebih dari 30 menit pasca gigitan.
Gigitan Hydropiidae:
. Gejala yang segera muncul berupa sakit kepala, lidah
Tujuan ikatan adalah untuk menahan aliran limfe,
bukan menahan aliran vena atau arteri.
terasa teba'l, berkeringat dan muntah
. B. Setelah penderita tiba di pusat pengobatan diberikan
Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul
terapi suportifsebagai berikut :
kaku dan nyeri menyeluruh, spasme pada otot rahang,
. Penatalaksanaan jalan napas
paralisis otot, kelemahan otot ekstraokular, dilatasi pulil
. Penatalaksanaan fungsi pemapasan
dan ptosis, mioglobulinurtayang ditandai dengan urin
. Penatalaksanaan sirkulasi: beri infus cairan kristaloid
wama coklat gelap (gejala ini penting untuk diagnostik),
. Beri pertolongan pertama pada luka gigitan : verban
ginjal rusak, henti jantung.
ketat dan luas di atas luka, imobilisasi (dengan bidai)
Gigitan Rattlesnuke d,an Crotalidae: . Ambil 5-10 ml darah untuk pemeriksaan: waktu
. Efek lokal berupa tanda gigitan taring, pembengkakan, protrombin, APTT, D-Dimer, fibrinogen dan Hb,
ekimosis dan nyeri pada daerah gigitan merupakan leukosit, trombosit, kreatinin, urea N, elektrolit
indikasi minimal yang perlu dipertimbangkan untuk (terutama K), CK. Periksa waktu pembekuan, jika
pemberian polivalen crotalidae antivenin >10 menit, menunjukkan kemungkinan adatya
. Anemia, hipotensi dan trombositopenia merupakan koagulopati
tanda penting. . Apus tempat gigitan dengan yenom detection
PENATALAKSANAAN GTGITAI\ ULAR BERBISA 283

. Beri SABU (SerumAnti BisaUlar, serumkudayang - Hipotensi: beri infus cairan kristaloid
dikebalkan) polivalen 1 ml berisi : - Rabdomiolisis: beri cairan dan natrium bikarbonat
. l0-50LD1}bisaAnlEstrodon - Monitor pembengkakan lokal setiap jam dengan
. 25-50LD50bisaBzrngarus ukuran lilitan lengan atau anggota badan
. 25-50 LD50 bisaNaya Sputarix - Sindromkompartemen: lakukanfasiotomi
. Fenol 0.25ohvlv - Gangguan neurotoksik: beri Neostigmin
(asetilkolinesterase), diawali dengan sulfas atropin
Teknik pembeiat 2 vial @ 5 ml intra vena dalam 5 00 ml
NaCl 0,9% atau Dextrose 50% dengan kecepatan 40-80 tetes/
- Beri tetanus profilaksis bila dibutuhkan

menit. Maksimal 100 ml(20 vial). Infiltrasi lokal pada luka


- Untuk mengurangi rasa nyeri berikan aspirin atau
kodein, hindari penggunaan obat-obatan narkotik
tidak dianjurkan.
depresan
Indikasi SABU adalah adarry a gejala venerasi sistemik . Terapiprofilaksis:
dan edema hebat pada bagian luka.
- Pemberian antibiotika spektrum luas. Kuman
Pedoman terapi SABU mengacu pada Schwartz danWay terbanyak yang dijumpai adalah P. aeroginosa,
(Depkes,2001); Proteus sp., Clostridium sp., B. fragilis
Derajat 0 dan 1: tidak diperlukan SABU; dilakukan - Beri toksoid tetanus
evaluasi dalam 12 jam, jika derajat meningkat maka diberikan - Pemberian serum anti tetanus: sesuai indikasi
SABU
. Derajatll :3-4 vialSABU
. Petunjuk Praktis Pencegahan Terhadap Gigitan
DerajatIII : 5 15 vial SABU
. Ular
DerajatlV : berikanpenambahan6- 8 vial SABU . Penduduk di daerah di mana ditemukan banyak ular
berbisa dianjurkan untuk memakai sepatu dan celana
berkulit sampai sebatas paha sebab lebih dari 50%
kasus gigitan ular terjadi pada daerah paha bagian
Jumlah
Lreratat
Beratnva Geiala.. vtal bawah sampai dengan kaki
' evenomast ststemtK
venom . Ketersediaan serum antibisa ular (SABU) untuk daerah
0 Tidak ada + <2 0 di mana sering terjadi kasus gigitan ular
I Minimal + 2-15 . Hindari berjalan pada malam hari terutama di daerah
il Sedang + 1 5-30 + 10
ilt Berat + >30 ++ 15 berumput dan semak-semak
Berat + <2 +++ 15 . Apabila mendaki tebing berbatu harus mengamati
sekitar dengan teliti
. Jangan membunuh ular bila tidak terpaksa sebab banyak
Pedoman terapi SABU menurut Luck penderita yang tergigit akibat kejadian semacam itu.
. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
. Ulangi pemeriksaan darah pada 3 jam setelah pemberian
antivenom REFERENSI
- Jika koagulopati tidak membaik (fibrinogen tidak
meningkat, waktu pembekuan darah tetap Auerbach, P.S. danNorris, R.L.2005. Disorders causedby
memanjang), ulangi pemberian SABU. Ulangi reptilebites andmarine animal exposures. InD.L. Kasper
pemeriksaan d arah pada I dan 3 j am berikutnya dst. et.al. (eds.). Harrison's Principles of Internal Medicine.
- Jika koagulopati membaik (fibrinogen meningkat, I 66 ed. NY: McGraw-Hill : 2593-2598

waktu pembekuan menurun) maka monitor ketat Depkes. 2001 . Penatalaksanaan gigitan ular berbisa. Dalam
diteruskan dan ulangi pemeriksaan darah untuk SIKer. Ditjen POM Depkes RI . Pedomanpenatalal<sanaan
memonitor perbaikannya. Monitor dilanjutkan keracunan untuk Rumah Sakit: 253-259
hingga 2 x24 jam untuk mendeteksi kemungkinan Dreisbach, R.H. dan Robertson, W.O. 1987. Handbook of
koagulopati berulang. Perhatian untuk penderita poisoning: prevention, diagnosis and treatment. l2th
dengan gigitan Viperidae untuk tidak menjalani eds. Connecticut: Appleton & Lange: 467-490
operasi minimal 2 minggu setelah gigitan . Rekam Medik RSUD dr. Saiful Anwar Malang, 2005
. Terapi suportif lainnyapadakeadaan: Warrell, D.A. 1991. Snakes. In G.T. Strickland(ed.). Hunter b
- Gangguan koagulasi berat: beri plasmafresh-frozen Tropical Medicine.l'h ed. Philadelphia: W.B. Saunders
(dan antivenin) Company: 877-888.
- Perdarahan: beri transfusi darah segar atau
komponen darah, fibrinogen, vitamin K, transfusi
trombosit
4l
INTOKSIKASI NARKOTIKA (OPIAT)
Nanang Sukmana

PENDAHULUAN edema paru, bising usus menurun, hiporefleksi, kejang


(pada kasus berat).
Kecepatan danketepatan penanganan intoksikasi
(keracunan) sangatlah penting agar penderita dapat
segera dikelola dan diobati sesuai dengan besar masalah PRINSIP PENATATAKSANAAN KASUS KERACTJNAN
sehingga penderita tersebut tidak mengalami komplikasi
yang lebih berat maupun kematian. Akan tetapi pada Mengingat kecepatan diagnosis sangat bervariasi dan
kenyataannya sering kita jumpai penanganan kasus disisi lain bahaya keracunan dapat mengancam nyawa
keracunan mendapat kesulitan karena penyebab yang maka upaya penatalaksanaan kasus keracunan ditujukan
sukar diketahui atau banyak organ yang mengalami kepada hal seperti berikut: 1). Penatalaksanaan kegawatan.
kerusakan akibat zatlbahan penyebab. 2). Penilaian klinis. 3). Dekontaminasi racun. 4). Pembenan
Setiap keadaan yang menunjukkan kelainan antidotum. 5). Terapi suportif. 6). Observasi dan konsultasi.
multisistem dengan penyebab yang tidak jelas harus 7). Rehabilitasi.
dicurigai kemungkinan keracunan, misalnya bila Dari rincian tersebut di atas terlihat dengan jelas bahwa
ditemukan penurunan tingkat kesadaran mendadak, yang paling utama adalah menentukan besar masalah
gangguan napas, pasien psikiatri dengan manifestasi yang muncul untuk segera diatasi.
berat, anak remaja dengan sakit dada , aritmia yang
mengancam nyawa atau pekerja yang menunjukkan Penatalaksanaan Kegawatan
gejala klinis di lingkungan kerja yang mengandung bahan Berhubung setiap keracunan dapat mengancam nyawa
kimia, asidosis metabolik yang sukar dicari penyebabnya, maka walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan maka
tingkah laku aneh ataupun kelainan neurologis dengan setiap kasus keracunan harus diperlakukan seperti pada
kausa yang sukar diketahui. keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian
Dari keadaan tersebut di atas maka setiap klinikus harus terhadap tanda vital seperti jalan napas/pernapasan,
mempunyai kemampuan dan penalaran yang baik untuk sirkulasi dan penurunan kesadaran harus dilakukan secara
dapat menegakkan diagnosis keracunan meskipun cepat dan seksama sehingga tindakan resusitasi tidak
dihadapkan dengan kasus yang rumit. terlambat dimulai. Semua urutan resusitasi seperti yang
Pada tulisan ini akan dibahas "simtomatologi dan umumnya dilalrukan. yaitu :
penatalaksanaan darurat pada pengguna zat adlktif ".
A (Airways), bebaskanjalannapas dari sumbatan bahan
muntahan, lendir, gigi palsu. Bila perlu dengan
Simtomatologi Opiat perubahan posisi dan oropharyngeal airway dan alat
Pada kelompok ini dimasukan beberapa obat dengan penghisap lendir.
simptomatolo gi yanghampir sama yaitu golongan opiat B (Breathing), jaga agar pernapasan sebaik mungkin
(morpin, petidin, heroin, kodein) dan sedatif : 1). narkotika. dan bila memang diperlukan dapat dengan alat respirator.
2).barbiturat. 3).benzodiazepin. 4). meprebamat. 5). etanol. C (Circulation), tekanatt darah dan volume cairan harus
Tanda dan gejala yang sering ditemukan : Koma, dipertahankan secukupnya dengan pemberian cairan
Depresi napas, miosis, hipotensi, bradikardi, hipotermi, dalam keadaan tertentu dapat diberikan cairan koloid.

284
INTOKSII(ASI iIARKOIIKA (OPIAT) 285

Bila terjadi henti jantung lalarkan RJP (resusitasi Jantung Pemberian Antidotum
Paru). Tidak semua keracunan ada penawarnya sehingga prinsip
utama adalah mengatasi sesuai dengan besar masalah.
Apalagi antidotum belum tentu tersedia setiap saat.
Penilaian Klinis
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa
penatalaksanaan keracunan harus segera dilakukan tanpa Suportif, Konsultasi dan Rehabilitasi
menunggu hasil penapisan toksikologis. Walaupun diag-
Terapi suportif, konsultasi dan rehabilitasi medik harus
nosis etiologi hampir sebagian sulit ditegakkan akan
dilihat secara holislik dar, cost elfectivenes disesuaikan
dengan kondisi di masing-masing pelayanan kesehatan.
tetapi dengan penilaian dan pemeriksaan klinis yang
cermat dapat ditemukan beberapa kelompok kelainan yang
memberi arah kepada diagnosis etiologi.
Oleh karena itu pada kasus keracunan bukan saja hasil OPIAT
laboratorium toksikologis yang selalu harus diperhatikan
akan tetapi standar pemeriksaan kasus keracunan yang Umumnya kelompok opiat digunakan untuk mengatasi
telah disetujui di masing-masing rumah sakit perlu dibuat nyeri melalu mekanisme efek depresi pada otak
(depressant elfect on the brain). Morfin yang merupakan
unfuk memudahkan penanganan yang bertepat guna.
Beberapa keadaan klinis yang perlu mendapat bagian dari kelompok ini sering digunakan (untuk medis)
perhatian karena dapat mengancam nyawa ialah : koma, pada nyeri dada, edema paru dan untuk mengatasi rasa
kejang, henti jantung, henti napas dan syok. sakit berlebih pada keganasan. Akan tetapi dalam
perkembangannya sering disalahgunakan. Untuk
Anamnesis. Upaya yang paling penting adalah anamnesis mengetahui lebih jauh beberapa obat yang termasuk
atau allo-anamnesis yang rinci. Beberapa pegangan golongan narkotika yang sering dijumpai di lapangan yaitu:
anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi walaupun penyalahgunaan obat tersebut'sering
keracunan ialah : dilaporkan, misalnya di New York 1970 terjadi kematian
. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh 1200 penderita karena overdosis dan di Amerika Serikat
obat yang digunakan termasuk obat yang sering diperkirakan lebih dari 10.000 kematiankarena kelebihan
dipakai. dosis, akan tetapi angka kematian (karena over dosis) di
. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga, teman dan Indonesia belum ada pelaporan. Belum adanya laporan
petugas tentang obat yang digunakan. ini j angan sampai melengahkan para klinisi karena mrurgkin
. Tanyakandansimpan (untukpemeriksaantoksikologis) saja kasus penyalahgunaan obat akan bertambah seiring
sisa obat, muntahan yang masih ada. dengan kemajua\zamar'.
. Tanyakan riwayat alergi obat atau riwayat syok Pengaruh obat terhadap susunan saraf pusat (SSP)
anafilaksis. sangat bervariasi dari berbagai obat tersebut di atas.
Pemeriksaan Fisis. Lakukan pemeriksaan fisik untuk Sedangkan penemuan secara patologis pada kematian
menemukan tanda /kelainan akibat keracunan yaitu yang disebabkan overdosis gambarannya tidak khas.
pemeriksaan kesadaran, tekanan darah, nadi, denyut
jantung, ukuran pupil, keringat, air liur dan lainnya.
Pemeriksaan penunjang diperlukan berdasar skala prioritas
Jenis obat Dosis fatal Dosis pengobatan
dan pada keadaan yang memerlukan observasi pemeriksaan (s) (ms)
fi sik harus dilakukan berulang. Kodein 0,8 60
Dekstrometorfan u,c 60 -12Olhari
Heroin 0,2 4
Dekontaminasi Loperamid (imodium) 0,5
Meperidin (petidin) I 100
Umumnya zat atao bahan kimia tertentu dapat dengan Morfin 0,2 10
cepat diserap melalui kulit sehingga dekontaminasi Naloxone (Narcan) -)
permukaan sangat diperlukan, sedang dekontaminasi Opium ( Papaver 0,3
somniferum )
saluran cerna difujukafi agar bahan yang tertelan akan Pentazocaine (Talwin) 0,3
sedikit diabsorbsi. Biasanya dapat diberikan arang aktif, *) Antagonis narkotika Dosis s/d 5 mg tidak menyebabkan kematian
pencahar, pemberian obat perangsang muntah dan
kumbah lambung.
Beberapa upaya lain untuk mengeluarkan bahanl Farmakologi Opiat
obat dapat dilakukan dengan dialisis, akan tetapi kadang- Setelah pemberian dosis tunggal heroin (putaw) di dalam
kadang peralatan tersebut tidak tersedia di rumah sakit -
tubuh akan dihidrolisis oleh hati (6 10 menit) menjadi 6
(hanya RS tertentu) sehingga pemberian diuretikum dapat monoacetyl morphine dan setelah itu akan diubah menjadi
dicoba sebagai tindakan pengganti. morfin. Morfin selanjutnya diubah menjadi Mo j
286 MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

monoglucoronide dan Mo 6 monoglucoronide yang larut cukup efektif untuk memastikan diagnosi s keracunan opiat
di dalam air. Bentuk metabolit ini yang dapat di tes di dalam dan zat adrktif lainnya.
urin.
Oleh karena heroin (putaw) larut di dalam lemak maka
bahan tersebut (+ 60%) dapat melalui sawar otak dalam
waktu yang cepat.
Jenis obat Lamanya waktu dapat dideteksi
Amfetamin 2 hari
Mekanisme Toksisitas Barbiturat t hari (kerja pendek)
3 minggu (kerja panjang)
Pada umumnya kelompok opiat mempunyai kemampuan
Benzodiazepin 3 hari
untuk menstimulasi SSP melalui aktivasi reseptomya yang Kokain 2-4 hari
akan menyebabkan efek sedasi dan depresi napas. Kodein 2 hari
Heroin 1-2 hari
Kematian umumnya terjadi karena apnea atau aspirasi
Methadone 3 hari
paru dari cairan lambung, sedangkan reaksi edema Morfin 2-5hari
pulmoner yang akut (non kardiogenik) mekanismenya
masih belumjelas.
Reaksi toksisitas sangat beragam dari masing-masing GAMBARAN KLINIK
jenis obat opiat tergantung cara (rute) pemberian, efek
toleransi (pemakai kronik), lama keq'a dan masa paruh obat Umumnya kasus keracunan dari golongan narkotika
yang akhirnya akan menentukan tingkat toksisitas. cenderung adanya penurunan kesadaran (sampai koma)
Dengan ditemukannya tipe reseptor opiat di SSP (otak) dan gangguan sistem pernapasan (depresi napas). Kita
maka mekanisme toksisitas dan antidottya dapat perlu mengetahui tanda dan gejala keracunan akut baik
diterangkan melalui reseptor. karena pemakaian per oral maupun parenteral.
Beberapajenis reseptor ialah : Dosis toksis selalu akan menyebakan kesadaran yang
. Reseptor Mul (p1) : berefek analgesik, euforia, dan turun sampai koma, pupil yang pin point dapat terjadi
hipotermia dilatasi pupil pada anoksia yatgberat, pernapasan yang
Mu2 (p2) : bradikardi, depresi napas, miosis, euforia, pelan (depresi pernapasan), sianosis, nadi yang lemah,
penurunan kontraksi usus dan ketergantungan fisik. hipotensi, spasme dari saluran cema dan bilier, dapat te{adi
. Reseptor Kappa (rc) : spinal analgesik, depresi napas edema paru, dan kejang. Kematian karena gagal napas
dan miosis. hipotermia. dapat terjadi dalam 2 - 4 jam setelah pemakaian oral maupun
. Reseptor Delta (o) : depresi napas, disporia, halusinasi, subkutan, sedang pada pemakaian secara intravena dapat
vasomotor stimulasi. berlangsung lebih cepat lagi. Beberapatanda gejalayang
. Reseptor Gamma (y) : inhibisi otot polos, spinal dapat terjadi ialah hiperlermi, aritmia jantung, hipertensi,
analgesik? bronkospasme, parkinson like syndrome, nekrosis tubu-
lar-akut yang terjadi karena rabdomiolisis dan
mioglobulinuria, gagal ginjal. Kulit dapat berwarna
DIAGNOSIS kemerahan, dapat terjadi leukositosis dan hipoglikemia
(pernah dilaporkan).
Bila ditemukan gejalaklinis yang khas (pinpoint, depresi Kasus-kasus keracunan opiat merupakan bagian kecil
napas dan membaik setelah pemberian nalokson) maka dari seluruh pemakai sesuai dengan fenomena gunung es
penegakan secara klinis dapat dengan mudah. Kadang- sepefii tertera di bawah ini:
kadang ditemukan bekas suntikan yang khas (needle track
slgr). Pemeriksaan laboratorium tidak selalu seiring dengan
gejala klinis. Pemeriksaan secara kualitatif dari bahan urin

Emergensi

Morpin Ag Ag
(+++) (+) (0)
Meperidin Ant Ag Ag
(-) (+) (+)
Nalorpin Ant Ag (As) Kelompok risiko
+++ tinggi
c)
Nalokson Ant Ant Ag Ant
G-) (-) (-)
Gambar 1. Fenomena gunung es pemakai narkoba
INTOKSIKASI NARKOTIKA (OPIAD 287

Pemeriksaan laboratorium untuk melihat kadar dalam Tindakan


darah tidak selalu diperlukan karena pengobatan berdasar . Penanganan kegawatan : l). Bebaskanjalan napas; 2).
besar masalah sangat diperlukan daripada konfirmasi Berikan oksigen 100% sesuai kebutuhan; 3). Pasang
kadar/jenis obat. Pada evaluasi perlu pemeriksaan analisa infus dektrose 5o% emergensi atau NaCl 0,9%; cairan
darah serial, penilaian fungsi paru dan foto dada untuk koloid bila diperlukan
kasus dengan kelainan paru, di samping pemeriksaan . Pemberianantidotumnalokson: 1). Tanpahipoventilasi:
glukosa darah dan elektrolit. Dosis awal diberikan 0,4 mg iv; 2). Dengan hipoventilasi:
Dosis awal diberikan I -2 rlg iv; 3). Bila tidak ada respons
dalam 5 menit, diberikarl nalokson l-2 mg iv hingga
PENATALAKSANAAN INTOKSIKASI OPIAT timbul respons perbaikarl kesadaran dan hilangnya
depresi pemapasan, dilatasi pupil atau telah mencapai
Sebelum melangkah pada pengobatan maka para klinisi dosis maksimal l0 mg. Bila tetap tidak ada respons lapor
perlu mengetahui alur penatalaksanaan keracunan opiat konsulen tim narkoba; 4). Efek nalokson berkurang 20-
seperti di bawah ini agar mendapat suatu gambaran yang 40 menit dan pasien dapat jatuh kedalam keadaan
jelas. overdosis kembali, sehingga perlu pemantauan ketat
tanda-tanda penumnan kesadaran, pernapasan dan
perubahan pada pupil serta tanda vital lainnya selama
24 jam. Untuk pencegahan dapat diberikan drip
nalokson satu ampul dalam 500 cc D5o/o atau NaCl
lntoksikasi golongan opiat
0,9% diberikan dalam 4 - 6 jam;5). Simpan sampel
urin untuk pemeriksaan opiat urin dan lakukan foto
dada; 6). Pertimbangkan pemasangan ETT (endo-
tracheal tube)bila: a). Pernapasan tidak adekuat, b).
Aloanam nesa Oksigenasi kurang meski ventilasi cukup, c.
Riwayat pemakaian obat Hipoventilasi menetap setelah pemberian nalokson
Bekas suntikan (Need/e track sign)
Pemeriksaan urin
ke- 2; 7). Pasien dipuasakan untuk menghindari
aspirasi akibat spasme pilorik.
. Pasien dirawat dan dikonsultasikan ke Tim Narkoba
Bagian Ilmu Penyakit Dalam untuk penilaian keadaan
Trias intoksikasi opiat klinis dan rencana rehabilitasi.
Depresi napas . Dalam menjalankan semua tindakan harus
Pupil pin-point
Kesadaran menurun (kom a) memperhatikan prinsip-prinsip kewaspadaan universal
oleh karena tingginya angka prevalensi hepatitis C
danHIV.
. Bila diperlukan, pasien sebelumnya dipasang NGT
Suport sistem pernapasan dan sirkulasi untuk mencegah aspirasi.

PENGOBATAN
Nalokson intravena (lihat protokol)
Naloksone. Nalokson adalah antidotum dari intoksikasi
opiat baik kasus dewasa maupun anak. Dosis dewasa
:0,4 - 2.0 mg , dosis dapat diulang pada kasus berat
Observasi/pengawasan tanda vital dan dengan pemanduan perbaikan gejala klinik. Dapat
dipuasakan selama 6 jam dipertimbangkan nalokson drip bila ada kecurigaan
intoksikasi dengan obat narkotik kerja panjang. Efek
nalokson sekitar 2 - 3 jam.
Gambar 2. Alur tatalaksana intoksikasi opium
Bila dalam observasi tidak ada respon setelah pemakian
total 10 mg (nalokson) diagnosis intoksikasi opiat perlu
dikaji ulang. (Gambar 3)
Gejala Klinis Edema paru diobati sesuai dengan antidotnya yaitu
Penurunan kesadaran diserlai salah satu dari: 1 ). Frekuensi pemberian nalokson disamping oksigen dan respira-
pemapasan < 12 kali/menit; 2). Pupil miosis (seringkalipin- tor bila diperlukan.
point); 3). Adanya riwayat pemakaian morflrn/heroin/ Hipotensi diberikan cairan iv yang adekuat, dapat
terdapat needle track sign. dipertimbangkan pemberian dopamin dengan dosis 2 -
288 KEGAWAXDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

REFERENSI

Bittikofer JA. Toxicology. Dalam : Bishop ML, Fody EP, Duben


TIDAK EMERGENSI
von Laufen JL ( Editors). Philadelphia : Lippincott C, 1985 :

547 9.
overdosis l\4asalah psikiatris
Gelala put!s obaUkegawatan psikialri
Masalah komunikasi
BronsteinAL, Currance PL. Morphine sulfate Dalam : Weiner R,
Erergens komplikasi (ARDS AIDS, dt )
(HCV, pneumonia drug ahse, HlV, dll) Culverwell (Editors) Emergency care for Hazardous materials
exposure Missouri: Mosby Company, 1988: 280 - 1
I I Chiu LPW Diagnosis and Management of drug abuser. Medicine
t-d_l
Penanganan sesuai besat masa ah
t-;;'**ffiil;-l
Penanganan sesual besat masalah
Digest 1996; 14 : 18 25
Dreisbach RH, Robertson WO, editors. Handbook of poisoning :

Narcotic analgesic Norwalk: Appleton & Lange, 1987 : 324 -


8.
Grant HD, Murray RH, Bergeron JD., editors. Basic life suppofi I
The airway and pulmonary resuscitation Emergency care. Fift
|-;_l edition. London : Prentice Hall International Editions 1990.
trol rutin) Ruang Rawat Handley AJ, Fisher JM. Dalam : Colquhoun MC, Handley AJ, Evans
lnap Penyak t Dalam
Psikiatrl TR (Editors). Dalam : ABC of Resuscitation. London : BMJ
Publishing Group, 1995: 1 5.
Hung OL, Hoffman RS. Opioid Intoxication. Reversal. Medical
Progress 199'7;24 : 39 - 43
Micromedex, Inc. Volume 93. 1997.
I I Ruanorawa inal Olson KR. Opiats and Opioids. Dalam : Olson KR, Anderson IB,
| *- Blanc PD, Benowitz NL, Kearney TE, Osterloh JD dan Woo
II OF (Editors). Poisoning & Drug Overdose Norwalk: Appleton
POLIKLINIK RAWAT JALAN
& Lange,1994:238 40.
I Sukmana N. Penatalaksanaan kasus keracunan bahan kimia obat-
Detoksifikasl konvensional d Rs/bercbat]alan Deloksifkasi cepat denoan anestes
obatan. In service training for National and Provincial level
poison information centre and hospital staff. Direktorat
Pengawasan Narkotika dan Bahan berbahaya. Jakarta 5 - 11
REHABILITASI Desember 1994.
Widodo D, Sukmana N, Basri , Husni Azis, Muchtar A, Latif A.
Kasus keracunan akut di RSUPN Cipto Mangunkusumo (tahun
Gambar 3. Protokol penanganan lntoksikasi opiat di unit gawal
darurat 1996 1997). Tim Penanggulangan dan Informasi Keracunan
RSCM - Jakarta.
Widodo D. Pelatihan tatalaksana perawatan kasus penyalahgunaan
5 mcg/Kg BB/menit dan dapat dititrasi bila diperlukan. obat dan bahan berbahaya. Jakarta 25 29 Nopember 1996
. Pasien jangan dicoba untuk muntah (pada intoksikasi Schrank KS. Poisoning Dalam : Gardner LB (Editors) Acute Inter-
nal Medicine. New York : Elsevier Science Publishing Co, 1986:
oral)
461 - 82.
' Kumbah lambung. Dapat dilakukan segera setelah Snodgrass WR. Dalam : Klaassen CD, Amdur MO, Doull J, (Editors).
intoksikasi dengan opiat oral , awasijalan napas dengan Toxicology. The basic science of Poisons. New York: Mc.Graw
baik. Hill, 1996: 969 86.
. Activated Charcoal dapat diberikal pada intoksikasi
peroral dengan memberikan : 240 ml cairan dengan 30 g
charcoal. Dapat diberikan sampai : 100 gram.
. Bila terjadi kejang dapat diberikan diazepam iv 5 - l0
mg dan dapat diulang bila diperlukan. Monitor tekanan
darah dan depresi napas dan bila ada indikasi dapat
dilakukan intubasi.
42
KERACUNAN BAHAN KIMIA,
OBAT DAN MAKANAN
Widayat Djoko, Djoko Widodo

PENDAHULUAN bisa diketahui lewat bau mulut atau muntahan kecuali racun
yang sifat dasarnya tidak berbau dan berwarna seperti
Di masa kini makin sering terjadi masalah keracunan, mulai arsenikum yang sulit ditemukan hanya berdasar inspeksi
dari kecelakaan wisata, kecelakaan kerja atau kecelakaan saja. Luka bakar warna keputihan pada mukosa mulut atau
rumah tangga sampai usaha bunuh diri, pembunuhan keabuan pada bibir dan dagu menunjukkan akibat bahan
perorangan bahkan pembunuhan masal yang dikaitkan kaustik atau korosif baik yang bersifat asam kuat maupun
dengan "Bio terrorism". Penanggulangan masalah ini basa kuat. Perbedaan pada dampak luka bakamya yaitu
cukup rumit karena beberapa faktor yaitu kurangnya nekrosis koagulatif akibat paparan asam kuat sedangkan
informasi tentang zat penyebab keracunan karena korban basa kuat menyebabkan nekrosis likuitaktif. Kerusakan
tidak sadar atau enggan bicara dan faktor ketersediaan korosifhebat akibat alkali (basa) kuat pada esofagus lebih
antidot racun yang belum semuanya tersedia, serta berat dibandingkan akibat asam kuat, kerusakan terbesar
terkadang antidotnya sendiri merupakanbahan toksik, oleh bila pH>l2 tapi tergantung juga pada konsentrasi bahan
karena itu penatalaksanaan keracunan seringkali bersifat tersebut. Waspadai kemungkinan kerusakan esofagus dan
simptomatis dan suportif. lambung meskipun tidak ditemukan kerusakan pada rongga
mulut. Beberapa jenis racun mempunyai bau yang spesifik
tetapi kemampuan mendeteksi bau pada populasi umum di
DIAGNOSIS masyarakat hanya 50o/o. (Tabel 1) Beberapa ciri terlentu
dari urin dapat pula membantu menegakkan diagnosis'
Penegakkan diagnosis pasti penyebab keracunan cukup (Thbel 2)
sulit karena diperlukan sarana laboratorium toksikologi
yang cukup handal, dan belum ada sarana laboratorium
swasta yang ikut berperan sedangkan sarana laboratorium
Bau PenYebab
rumah sakit untuk pemeriksaan ini juga belum memadai
Aseton lsopropil alkohol Aseton.
sedangkan sarana instansi resmi pemerintah juga sangat Almond Sinida
minimjumlahnya. Bawang putih Arsenik, selenium, talium
Telur busuk Hidrogen sulfida, MerkaPtan
Untuk membantu penegakan diagnosis maka diperlukan
autoanamnesis dan aloanamnesis yang cukup cermat serta
diperlukan bukti-bukti yang diperoleh ditempat kej adian'
Selanjutnya pada pemeriksaan fisik harus ditemukan Warna urin Penyebab
dugaan tempat masuknya racun yang dapat melalui Metilin biru
Hijau/ biru
berbagai cara yaitu inhalasi, per oral, absorpsi kulit dan Kuning-merah Rifampisin, besi(Fe).
mukosa atau parenteral, hal ini penting diketahui karena Coklat tua Fenol, kresol
Butiran keputihan Primidon
berpengaruh pada efek kecepatan dan lamanya (durasi) Coklat. Mio/haemoglobin uria
reaksi keracunan. Racun yang melalui rute oral biasanya

289
290 KEGAWITIDARURAIAN MEDIK DI BIDAI\G ILMU PENYAKIT DALAI\I

Penilaian keadaan klinis yang paling awal adalah ini selain dapat membantu penegakan diagnosis juga
status kesadaran. Alat ukur kesadaral yatg paling sering berguna untuk kepentingan penyidikan polisi pada kasus
digunakan adalah GCS (Glasgow Coma Scale). Apabila kejahatan. Sampel yang dikirim ke laboratorium adalah 50
pasien tidak sadar dan tidak ada keterangan apapun ml urin, 10 ml serum, bahan muntahan, feses.
(alloanamnesis) maka diagnosis keracunan dapat dilakukan
pereksklusionam dan semua penyebab penurunan
Pemeriksaan Radiologi
kesadaran seperti meningoensefalitis, trauma, perdarahan
Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutama bila curiga
subaraknoid./intrakranial, subdural/ekstradural haematom,
adanya aspirasi zat racur, melalui inhalasi atau dugaan
hipoglikemia, diabetik ketoasidosis, uremia, ensefalopati.
adany a perforasi lambung.
Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi
napas dan denyut jantung mungkin dapat membantu
penegakkan diagnosis pada pasien dengan penunman Laboratorium Klinik
kesadaran. (Tabel 3) Pemeriksaan ini penting dilakukan terutama analisis gas
darah. Beberapa gangguan gas darah dapat membantu
penegakkan diagnosis penyebab keracunan. (Tabel 4)

Gambaran klinis Kemungkinan penyebab


Pupil pin point, Opioid.
frekuensi napas turun. lnhibitor kolinesterase Analisis gas Darah lnterpretasi
(organofosfat, carbamate
insektisida) Asidosis respiratorik Hipoventilasi, retensi COz
Klonidin. (pH<7,3; PCOz>5,6kPa) mungkin akibat
Fenotiazin. antidepresan SSP
Dilatasi pupil, laju Benzodiazepin Alkalosis respiratorik Hiperventilasi mungkin
napas turun (pH>7,45; PCOz<4,7kPa) sebagai respons hipoksia;
Dilatasi pupil, takikardia Antidepresan trisiklik injuri obat (aspirin) atau
Amfetamin,ekstasi, kokain injuri SSP
Antikolinergik (benzeksol, Alkalosis metabolik Jarang tejadi akibat
(pH>7,45; HCO:>30mmol/l) keracunan, sebagai akibat
benztropin)
Antihistamin. hilangnya asam atau
Sianosis. Obat depresan SSP. kelebihan alkali.
Bahan penyebab Asidosis metabolik (pH>7,45; Sering pada keracunan, bila
HCO3<24mmol/l; defisit berai waspada keracunan
meth aem og lobinem ia.
Hipersalivasi basa <-3), kompensasi bila etanol, metanol/ etilen glikol.
Organofosfat / karbamat,
PCOz<4,7kPa.
insektisida.
Anion gap tinggi. Metformin, isoniazid, salisilat,
Nistagmus, ataksia, Antikcnvulsan (fenitoin,
sianida
tanda serebelar karbamazepin)
Alkohol.
Gejala ekstrapiramidal. Fenotiazin, haloperidol.
Metoklopramid Pembriksaan fungsi hati, ginjal dan sedimen urin harus
Seizures Antidepresan trisiklik,
antikonvulsan. pula dilakukan karena selain berguna untuk mengetahui
ieofilin, antihistamin, OAINS. dampak keracunan juga dapat dijadikan sebagai dasar
fenothiazin, isoniazid. ' diagnosis penyebab keracunan seperti keracunan
Hipertermia Litium, antidepresan trisiklik,
Hipertermia & antihistamin. parasetamol atau makanan yang mengandung asam
hipertensi, takikardi, amfetamin, ekstasi, kokain. jengkol. Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu dan darah
agitasi. perifer lengkap juga harus dilakukan.
Hipertermia & takikardi,
asidosis metabolik. Salisilat.
Bradikardia. Penghambat beta, digoksin, opioid,
Pemeriksaan EKG
klonidin. Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada kasus keracunan
antagonis kalsium (kecuali karena sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung
dihidropiridin).
Organofosfat insektisida.
yang berupa sinus takikardia, sinus bradikardia, takikardia
Abdominal cramp, Withd rawal alkohol, opiat, supraventikular, takikardia ventrikular, Tbrs ade de pointes,
diare, takikardi, benzodiazepin. fibrilasi ventrikular, asistol, disosiasi elektromekanik.
halusinasi
Beberapa faktor predisposisi timbulnya aritmia pada
keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia,
nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah,
PEMERIKSAAN PENUNJANG hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.
Sangat penting diperhatikan, pada semua kasus aritmia:
Analisis toksikologi harus dilakukan sedini mungkin hal oksigenasi, koreksi gangguan elektrolit dan asam-basa,
KERACUNAT{ BAHAN KIMIA, OBITT DAN MAKANAN 291

hindari obat antiaritmia karena justnr bisa mencetuskan pasien ditengadahkan dan miring ke sisi mata yang terkena
timbulnya aritmia, gunakan obat inotropik negatif dan atau terburuk kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan
kronotropik. dan irigasi larutan aquades atauNaCl 0,9o2 perlahan sampai
zat racnffiya diperkirakan sudah hilang (hindari bekas
larutan pencucian mengenai wajah atau mata lainnya)
PENATALAKSANAAi.I selanjutnya tutup mata dengan kassa steril segera konsul
doktermata.

Stabilisasi Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku). Tindakan


Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian,
berupa tindakan resusitasi kardiopulmoner yang dilakukan arloji, sepatu dan aksesori lainnya dan masukkan dalam
dengan cepat dan tepat berupa: wadah plastik yang kedap air dan tutup rapat, cuci
. Pembebasan jalan napas. (scrubbing) bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
. Perbaikan fungsi pernapasan. (ventilasi dan dan disabunminimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan
oksigenasi). handuk kering dan lembut.
. Perbaikan sistem sirkulasi darah. Dekontaminasi gastrointestinal. Penelanan merupakan
rute pemaparan yang tersering, sehingga tindakan
Dekontaminasi pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan mengeluarkan isi lambung dengan cara induksi muntah atau
untuk menurunkan pemaparan terhadap racun, mengurangi aspirasi dan kumbah lambung dapat mengurangi jumlah
absorpsi dan mencegah kerusakan. Petugas, sebelum paparan bahan toksik. (Tabel 5)
memberikan pertolongan harus menggunakan pelindung
berupa sarung tangan, masker dan apron. Tindakan Eliminasi
dekontaminasi tergantung pada lokasi tubuh yang terkena
racun yaifu: Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat
pengeluaran racun yang sedang beredar dalam darah, atau
Dekontaminasi pulmonal. Dekontaminasi pumonal berupa dalam saluran gastrointestinal setelah lebih dari 4 jam.
tindakan menjauhkan korban dari pemaparan inhalasi zat Apabila masih dalam saluran cerna dapat digunakan
racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan pemberian arang aktif yang diberikan berulang dengan
oksigen lembab 100% dan jika perlu beri ventilator. dosis 30-50 gram (0,5 - 1 gram / kg BB) setiap 4jam per oraV
Dekontaminasi mata. Dekontaminasi mata berupa tindakan enteral. Tindakan ini bermanfaat pada keracunan obat
untuk membersihkan mata dari racun yaitu posisi kepala s ep ert i karb amazepin, Ch Iordeco n e, qloinin, dap s on,

Jenis Tata Cara Kontraindikasi Perhatian Khusus


Tindakan
lnduksi muntah Stimulasi mekanis pada - Kesadaran turun, kejang Pneumopati inhalasi, sindrom
orofaring. - Apneu, paparan > 4jam Mallory Weis.
- Keracunan zat korosif.
Pengenceran Air dingin atau susu 250 ml - Kesadaran turun.
- Gangguan menelan/ napas
- Nyeri abdomen.
- Asam pekat, non kaustik.
Aspirasi dan Posisi lrendelenberg left - Kesadaran iurun tanpa - Efektif paparan
kumbah lateral dekubitus, pasang pasang intubasi. < 1jam.
lambung NGT, aspirasi, bilas 200- - Zat korosif. - Kehamilan, kelainan jantung,
300 ml sampai bersih - Zat hidrokarbon. depresi SSP, perforasi
tambah karbon aktif 50 - Asam pekat, non kaustik lambung.
gram - Petrolium destilat.
Arang aktif Dosis tunggal 30-50 g + 240 Paparan >'1jam. Konstipasi.
ml air. lleus/ obstruksi GIT Distensi lambung.
Zat korosif.
Zat hidrokarbon.
lrigasi usus Polietilen glikol 60 gr + NaCl Gangguan napas, SSP, jantung lndikasi keracunan Fe , lithium.,
1,46 g + KCI 0,75 g + Na bic tidak stabil, kelainan patologis tablet lepas lambat atau tablet
1,68 g+Na sulfat 5,68 g + USUS. salut enterik.
air sampai '1 liter.
Bedah Bila menelan zat sangat
korosif (asam kuat), asing.
292 KEGAWTTDARURATAN MEDIK DI BIDAIYG ILMU PEITYAKIT DALAM

digoksin, nadolol, fenobarbital, fenilbutazone, fenitoin, TERAPI G EJALA PENYERTA ATAU PENYU LIT
salisilat, teofilin, phenoxyacetate herbisida.
Tindakan eliminasi yang lain perlu dikonsulkan pada
dokter spesialis penyakit dalam karena tindakan Gangguan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa
spesialistik berupa cara eliminasi racun yaitu: 1). Diuresis Kebutuhan dasar cairan harian 30-35m14<gBB/hari, natrium
paksa (forc e d diures i s); 2). Alkalinisasi urin, 3 ). Asidifi kasi (Na+) 1 - 1,5 mmoU kg BB/ hari, Kalium (K+) 1 mmol/kg BB/
urin; 4). Hemodialisis/peritoneal dialisis. hari. Apabila ada gangguan elektrolit dan asam-basa harus
dikoreksi sesuai derajat berat ringannya.

AntiDotum
Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis Gangguan lrama Jantung
racun yang ada obat antidotumnya dan sediaan obat Sinus bradikardia yang disertai hipotensi dapat diberikan
antidot yang tersedia secara komersial sangat sedikit atropin 0,6 mg intravena sedangkan pada sinus takikardia
j umlahnya. Beberapa j enis antidotum pada keracunan dapat tidak diberikan terapi spesifik dan penghambat beta jangan
dilihat pada Tabel 6. diberikan karena dapat menyebabkan dekompensasi.

Bahan racun Anti dotum Metode


Kimia.
Sianida nitrit (sodium/amil nitrit) Amyl nitrite inhalasi.
sodium tiosulfat. 50ml (12,59)Na thiosulfat 25% dlm10mnt.
dikobalt edetate (kasus berat).
Metanol/ ethanol 2,5m|/kgBB ethanol 40% (vodka, gin) dalam airijus
Etilen glikol 4-metilpirazol jeruk, oral 30mnt
Timbal. EDTA Terapi kelasi
Asam 2,3-dimercaptosuksinat
Penisilamin, BAL.
Merkuri. D-penisilaminb Terapi kelasi
Arsenicum. BAL(Dimercaprol), DMPS
Asam 2,3-dimercaptosuksinat
Na hipoklorit Natrium tiosulfat 50mg atau 250 ml larutan 1%.i v
Talium Potasium ferric (prussian blue) 10gr dalam 100m1 manitol 1,So/oi 2X oral
Sodium jodida, BAL.
Organofosfat Sulfas atropine 1-2mg iv ulang"l0-15 mnt, max 50mg/hari
pralidoksim
Fe (besi) Desferrioxam ine. '15 mg/kg BB/jam
Obat.
Amfetamine. Lorazepam. 2mgi.v.
Digoxin. Fab fragmen (antibodispesifik) Dosis tergantung digoksin serum.
lsoniazide. Piridoksin. 1 gram i v /tiap gram lNH, maks 5 g.
OpioiJ Nalokson. 0,01mg/kgBBiv ulang tiap 2 menit.
Parasetamol N-asetilsistein, metionin Metionin efektif, paparan <8jam.
Warfarin. Vitamin K1 / FFP 5-10mg.i v. pelan
Propranolol. lsoproterenol. Adrenalin Titrasi mulai 4 mcg/menit.
Glukagon Bolus 'lOmg glukagon + Smg/jam drip i.v.

Racun alam.
Datura/kecubung Fisostigmin salisilat 0,02m9/kg BB i v.2mnt; ulang 20mnt
Amanita Salibinin. Smg/kg BB infus ljam+2Omglkgl24jam.
phaloides Benzilpenisilin 300m9/kg BB infus.
Oleander Kolestiramin. 3X 4 gram/ hari.
Racun binatang
Scorpion Antivenin (polivalen)
Ubur-ubur Antivenom
Ular berbisa. SABU Metode Schwartz-Way; metode Luck.
Makanan.
Jengkol. Na bikarbonat. 4X2 graml hari.
Toxin mikroba.
Botulinum. Antitoksin tipe A, B, E. 100 000 unit tipe A+B+10 000 unit tipe E
KERACUNAN BATIAN KIMIA, OBAT DAN MAKANAN 293

Gangguan SVT disertai gangguan hemodinamik diberikan Rabdomiolisis. Kelainan ini bisa dideteksi dengan
kardioversi sinkronisasi mulai 50 Joule, 100, 200, 300 Joule, pemeriksaan kadar kreatinin kinase (CK) serum dan kadar
setelah stabil diberikan adenosin 3 mg i.v. bolus dan bila mioglobin urin. Penatalaksanaan meliputi pemberian cairan
perlu dapat diulang tiap 1- 2 menit dengan dosis 6 mg dan rehidrasi i.v. dan alkalinisasi urin.
kemudian 12mg.
Sindrom antikolinergik. Penatalaksanaan terbaik adalah
Methaemoglobinaemia (metHb). Kebanyakan obat oksidan terapi simptomatik dan suportif saja.
dapat menyebabkan hal ini yaitu dapsone, sulfonamid,
trimetoprim, nitrit, nitrat, lokal anestesia (benzokain,
lignokain, prilokain), metoklopramid, metilen biru, klorat dan REFERENSI
bramat. Pada kasus ringan (kadar metHb < 30%) diberikan
oksigen, sedangkan kasus berat diberikan metilen biru 1-2 Jones AL, Dargan PI. Churchill's Pocke book of Toxicology.
mg/kg BB dalam > 5 menit, selanjutnya periksa ulang kadar lstedition. 2001. Harcourt publisher. London.
Henry J, Wiseman H. Management of poisoning. A handbook for
MetHb setelah ljam. Perlu diwaspadai bahwa metilen biru
Health care workers.WHO, Geneva 1997.
sendiri dapat menyebabkan metHb dan hemolisis terutama Kr
Olson KR. Caustic and Corrosive Agents. In Olson editor.
pada dosis >15 mgkg BB dan mudah terjadi pada pasien Poisoning Drug Overdosis. lst edition. Prentice Hall Int,
dengan defisiensi G6PD. London. 1990; 114-116.
Buchanan JF. Etanol.In Olson Kr editor. Poisoning Drug
Hiperemesis. Bila muntah gagal dikendalikan, maka dapat
Overdosis. lstedition. Prentice Hall Int,London.1990;312-313-
diberikan metoklopropamid I 0 mg .i.v.atau proklorperazin Becker CE. Ethylen Oxide, . In Olson Kr editor. Poisoning Drug
10 mg oral atau ondansetron 8 mg intravena pelan. Overdosis.lst edition. Prentice Hall Int, London.1990; 153-
1s4 .
Distonia. Distonia sering terjadi akibat overdosis obat anti
Eilenhorn MJ, Schonwald S, Ordog G, Wasserberger J. Ellenhom's
psikotik dan beberapa antiemetik. Reaksi yang terjadi Medical Toxicology. Diagnosis & Treatment of Human
berupa oculogtric, torticolis dan trismus. Beberapa gejala Poisoning 2nd ed. Williams & Wilkins. Baltimore. 1997.
ekstrapiramidal yang lain seperti tremor, diskinesia, rigiditas Anderson BI. Ethylene g1yco1 and other Glycols. In Olson Kr
dapat terjadi akibat overdosis obat yang lain. Gejala editor. Poisoning Drug Overdosis 1st edition. Prentice Hall
ekstrapiramidal harus diterapi dengan procyclidine 5-10 Int,London. I 990; 202-203 .

mg i.v./i.m, maksimum 20 mgl 24 jam atau diberikan Almond GL. Salicylate. In Viccelio P editor. Handbook of
Medicai Toxicology. 1st edition. Little Brown.Co. USA. 1993.
b enztrop ine I -2 mg.i.m. I i.v.
43
HEMOPTISIS
Ceva W. Pitoyo

DEFINISI masif bila terinfeksi. Kelainan imunologi juga dapat


menyebabkan perdarahan intrapulmonar difus yang harus
Hemoptisis adalah mendahakkan darah yang berasal dari dipertimbangkan pada hemoptisis masif tanpa etiologi lain
bronkus atau paru. Hemoptisis bisa banyak, atau bisa pula yang jelas. Fistula arteri trakeal sering terjadi sebagai
sedikit sehingga hanya berupa garis merah cerah di dahak. komplikasi dari trekeostomi. Sementara itu ruptur arteri
Hemoptisis masif adalah ekspektorasi 600 ml darah dalam pulmonalis bisa terjadi pada kateterisasi dengan
24 sampai 48 jam. Hemoptisis dinyatakan sebagai nyata atau pengembangan balon. Harus diingat bahw a 2 hingga 32 oh
jelas (gross/frank)blla lebih dari sekedar garis di sputum kasus hemoptisis tidak diketahui penyebabnya atau
namun kurang dari kriteria masif. Hemoptisis juga bisa idiopatik. Hemoptisis idiopatik disebut juga hemoptisis
berupa bekuan darah hitam bila darah sudah terdapat dalam esensial. Hemoptisis esensial umumnya menyebabkan
saluran napas berhari-hari sebelum dapat didahakkan. hemoptisis tidak masif, walaupun pada hemoptisis masif <
Pseudohemopfsrs adalah membatukkan darah yang 5%o adalahidiopatik.
bukan berasal dari saluran napas bagian bawah. Rincian dari penyebab hemoptisis dapat dilihat pada
Hemoptisis palsu seperti ini dapat berasal dari rongga Tabel I, Untuk mencari etiologi hemoptisis, secara rutin
mulut, hidung, farings, lidah atau bahkan hematemesis perlu dilakukan evaluasi anamnesis, pemeriksaan fisik,
(perdarahan saluran cerna bagian atas) yang masuk ke hemogram darah perifer lengkap, urinalisis, tes koagulasi,
tenggorokan dan memancing refleks batuk. elektrokardiografi, dan foto toraks. Kecuali pada kasus
Pseudohemoplisls juga bisa timbul pada pasien yang atau diduga kasus emboli paru, flstula aorlopulmonar dan
mengalami kolonisasi kuman Serratia marcescens yarrg gagal jantung. bronkoskopi perlu dilakukan pada kasus-
berwarna merah. Kolonisasi ini sering timbul pada pasien kasus hemoptisis, bila sarana memungkinkan.
yang dirawat serta menerima antibiotik berspektrum luas
dan ventilator mekanik. Tidak pula boleh dilupakan,
hemoptisis palsu juga dapat berasal dari kelebihan dosis PATOGENESIS
rifampisin dan juga kejadiat malingering ata:upasien yang
melukai diri sendiri sehingga tampak sebagai batuk darah. Arteri-arteri bronkialis adalah sumber darah utama bagi
saluran napas (dari bronkus utama hingga bronkiolus
terminalis), pleura, jaringan limfoid intra pulmonar, serta
ETIOLOGI persarafan di daerah hilus. Arteri pulmonalis yangpada
dasarnya adalah membawa darah dari vena sistemik,
Upaya menduga etiologi hemoptisis dapat dilakukan dari memperdarahi jaringan parenkim paru, termasuk bronkiolus
pendekatan masif atau tidak masifnya hemoptisis. Pada respiratorius. Anatomosis arteri dan vena bronkopulmonar,
dasarnya semua penyebab hemoptisis dapat menyebabkan yang merupakan hubungan antaruke-2 sumber perdarahan
hemoptisis masif, akan tetapi penyebab terseringnya di atas, terjadi di dekat persambungan antara bronkiolus
adalah infeksi (terutama tuberkulosis), bronkiektasis dan respiratorius dan terminalis. Anastomosis ini
keganasan. Pada aspergiloma, fibrosis kistik serta berbagai memungkinkan ke-2 sumber darah untuk saling
penyakit parenkimal paru difu s umumnya teq'adi hemoptisis mengimbangi. Apabila aliran dari salah satu sistem

294
HEMOPTISIS
295

granulasi yang menggantikan dinding bronkus yang normal.


Penyakit Parenkim Paru Penyakit Parenkimal Paru Difus (') Walaupun masih diperdebatkan, tetapi mekanisme
Abses paru (.) Angiosarkoma diseminata hemoptisis pada stenosis mitral dan gagal jantung diduga
Aktinomikosis Kapilaritis (dengan/tanpa vaskulitis
Amebiasis sistemik) berasal dari pecahnya varises dari vena bronkialis di
Askariasis Farmer's lung submukosa bronkus besar akibat dari hipertensi vena
Aspergiloma (.) Granulomatosis Wagener
Endometriosis paru Hemosiderosis paru idioPatik pulmonalis. Hal ini tampak dari pelebaran pembuluh-
Histoplasmosis lnhalasi lsosianat pembuluh darah yang beranastomosis antara arteri
Kista paru : congenital atau Keracunan trimellitik anhidrida
didapat Krioglobulinemia campuran bonkialis dan pulmonalis.
Koksidiodomikosis Lupus eritematosus sistemik Pada emboli paru, hemoptisis tampaknya timbul akibat
Kontusio paru (-) Mixed connective trssue dlsease
lVletastasis di paru (.) Nefropati lgA infark jaringan paru. Bisa juga perdarahan akibat aliran
Mola hidatidosa Penyakil Legionnaire
darah berlebihan pada anastomosis bronkopulmonar pada
Mukormikosis Pneumonitis virus
Nokardiosis Poliarteritis nodosa sebelah distal dari tempat sumbatan.
Sindrom Goodpasture
Paragonimiasis Pada tuberkulosis, penyebab perdarahan bisa sangat
Pneumonia akut dan kronik Skleroderma
Sekuestrasi bronkopulmonar Vaskulitis sistemik beragam. Pada lesi parenkim akut, perdarahan bisa akibat
Sporotrikosis (.)
nekrosis percabangan arteri I vena. Pada lesi kronik, lesi
Tuberkulosis paru (.)
Kelainan Trakeobronkial Kelainan Kardiovaskular fibroulseratif parenkim paru dengan kavitas bisa memiliki
Adenoma bronkus Aneurisma aorta
Amiloidosis Aneurysma arteri pulmonalis
tonjolan aneurisma arteri ke rongga kavitas yang mudah
Aspirasi benda asing Aneurysma arteri subklavia berdarah. Pada tuberkulosis endobronkial, hemoptisis
Aspirasi isi lambung CABG (coronary aftery byqass graft)
Bronkiektasis (.) Emboli paru disebabkan oleh ulserasi granulasi dari mukosa bronkus.
Bronkitis kronik Embolisasi lemak Pada trakeostomi, perdarahan bisa terjadi akibat
Bronkolitiasis Embolisasi tumor
Endometriosis bronkus Fistula arteriovena pulmonalis (.) fistula trakeoarteri terutama dari arteri inominata.'
Fibrosis kistik (.) Gagal jantung kongestif (.) Perdarahan difus intrapulmonal yang berasal dari
Fistula trakeoesofageal Ruptur arteri bronkial (.)
Fistula arteritrakeal (') Ruptur arteri pulmonalis (.) pecahnya kapiler bisa terjadi pada berbagai penyakit
Hamartoma endobronkus Penyakit jantung kongenital . autoimun.
Karsinoma bronkogenik (.) Perdarahan intrapulmonar difus (-)
l\iletastasis endobronkus (.) Sindrom Hughes-Stovin
lmpaksi mukoid di bronkus Sindrom pasca infark miokard
Telangiektasia bronkus Sindrom vena kava superior
Trakeobronkitis akut (.) Skistosomiasis DIAGNOSIS
Tuberkulosis endobronkus (.) Stenosis mitral
Varises vena pulmonalis
Kelainan hematologi Lain-lain Evaluasi hemoptisis melibatkan evaluasi rutin dan evaluasi
DIC( Dlsseminate di ntrava scula t ldiopatik khusus. Evaluasi rutin pada kasus hemoptisis dimulai dari
coagulation ) latrogenik : (-)
Leukemia (.) - Biopsi Jarum Paru anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mengkategorikan
Terapi antikoagulan - Bronkoskopi berbagai penyebab hemoptisis seperti yang tercantum di
Trombositopenia - Kateterisasi Jantung
- Malposisi pipa drainase toraks tabel I . Sebagian besar hemoptisis di Indonesia disebabkan
(WSD) oleh tuberkulosis. Apabila foto dada tidak menunjukkan
* gambaran spe sifi k untuk tuberkulosis, frekuensi' lama dan
Penyebab tersering
waktu perdarahan dapat dipakai untuk memperkirakan
kemungkinan lain penyakit dasar penyebab hemoptisis.
meningkat maka pada sistem yang lain akan menurun. Studi Misalnya, perdarahan sedikit-sedikit setiap hari selama
arteriografi menunjukkan bahwa 92Yo hemoptisis berasal berminggu-minggu atau berbulan-bulan perlu dipikirkan
dari arteri-arteri bronkial i s. kemungkinan karsinoma terutama bronkogenik. Sementara
Patogenesis hemoptisis bergantung dari tipe dan lokasi itu perdarahan berulang selama berbulan-bulan atau
dari kelainan. Secara umum bila perdarahan berasal dari bertahun-tahun perlu dipikirkan adanya bronkiektasis atau
lesi endobronkial,maka perdarahan adalah dari sirkulasi adenomabronkus.
bronkialis, sedang bila lesi di parenkim maka perdarahan Hemoptisis yang berhubungan dengan menstruasi
adalah dari sirkulasi pulmoner. Pada keadaan kronik dimana mengarahkan pada kemungkinan endometriosis paru.
terjadi perdarahan berulang maka perdarahan sering kali Hemoptisis yang berhubungan dengan aktivitas fisik
berhubungan dengan peningkatan vaskularitas di lokasi walaupun ringan, termasuk hubungan seksual, harus
yang terlibat. dipertimbangkan adanya bendungan paru. Pada usia muda
Pada karsinoma bronkogenik, perdarahan berasal dari adanya gejala tersebut harus dicari kemungkinan kelainan
nekrosis tumor serta terjadinya hipervaskularisasi pada jantung atau paru kongenital. Selain kelainan kongenital,
tumor, atau juga bisa berhubungan dengan invasi tumor hemoptisis pada usia muda harus selalu dipertimbangkan
ke pembuluh darah besar. Pada adenoma bronkial, sebagai akibat infeksi baik oleh tuberkulosis maupun
perdarahan sering terjadi dari ruptur pembuluh-pembuluh trakeobronkitis non spesifik. Di samping itu, perlu pula
darah permukaan yang menonjol. Pada bronkiektasis dicari kemungkinan fibrosis kistik, kelainan darah atau
perdarahan terjadi akibat iritasi oleh infeksi dari jaringan tumor-tumor jarang Yang lain.
296 KEGAWTIDARURAf,AN MEDIK DI BIDAIYG ILMU PEITYAKIT DALAM

Apabila hemoptisis telah diketahui penyebabnya dan hanya dipertimbangkan pada kasus dengan bercak darah
telah diterapi dengan baik, tetapi tetap tidak berhenti dalam minimal tetapi batuk sangat kuat. Obat - obat anti trombosit
24 jam, kemungkinan kelainan hemostasis (koagulopati) hendaknya dihentikan. Fisioterapi dada dan drainase
harus dicari. Riwayat terapi antikoagulan membangkitkan postural hendaknya ditunda. Lavase bronkus dengan
kemungkinan kelebihan dosis antikoagulan atau justru larutan salin normal dingin dapat dipertimbangkan pada
emboli paru karena dosis kurang. Kecurigaan emboli paru kasus yang tidak masif.
diperkuat bila ada tanda trombosis vena dalam. Selanjutnya terapi penyakit penyebabnya harus
Pada pasien dengan trakeostomi, selain akibat diberikan. Bila sebabnya infeksi (misalnya pada
perlukaan arteri trakealis akibat lubang yang dibuat, bronkiektasis, bronkitis kronik dan fibrosis kistik yang
perdarahan bisa terjadi akibat dari tindakan suction atau terinfeksi) antibiotik harus diberikan diserlai teofilin atau
kelainan hemostasis. agonis b-adrenergik (sebagai perangsang gerakan
Pada pasien dengan perdarahan intrapulmonal difus, mukosiliar). Pada tuberkulosis paru yang terinfeksi selain
gejala utamanya lebih sering berupa sesak napas dan obat anti tuberkulosis antibiotik non spesifik harus
bukan hemoptisis. Pasien dengan trias ; kelainan saluran diberikan. Pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
napas atas, penyakit saluran napas bawah, dan kelainan antibiotik belum pernah diteliti betul namun tampaknya
ginjal harus dipikirkan adanya granulomatosis sistemik antibiotik spektrum luas membantu mempercepat
Wegener. penghentian hemoptisis. Bila penyebabnya gagal jantung
maka terapi gagal jantung harus diberikan. Keganasan di
bronkus harus diupayakan untuk direseksi.
PENATALAKSANAAN Terapi lain yang digunakan di dunia sekarang
mencakup terapi foto laser, terapi emboli, dan reseksi bedah
Kecepatan perdarahan dan efek terhadap pertukaran gas dari paru atau lobus yang berdarah. Terapi foto laser sulit
menentukan penatalaksanaan hemoptisis. Bila perdarahan digunakan bila hemoptisis sangat masif. Reseksi bedah
hanya sedikit atau hanya berupa bercak di dahak dan sudah tegak manfaatnya pada hemoptisis yang disebabkan
umumnya pertukaran gas tidak terganggu, maka oleh penyakit yang berindikasi bedah misalnya keganasan
penegakkan diagnosis menjadi prioritas. Namun apabila atau trauma dada. Demikian pula untuk fistula arteri
perdarahan masif, maka mempertahankan jalan napas dan trakealis, bedah adalah pilihan utama penatalaksanaan.
pertukaran gas adalah harus didahulukan. Upaya Namun untuk tuberkulosis, bronkiektasis terinfeksi,
mempertahankan jalan napas adalah termasuk mencegah bronkitis, maupun karena kelainan koagulasi, tindakan
asfiksia atat darah masuk dan meny.umbat saluran napas bedah tampaknya masih kontroversil. Tidak ada kematian
yang sehat. Pemberian oksigen dilakukan bila ada tanda- karena hemoptisis pada kasus-kasus tersebut dengan
tanda gangguan perlukaran gas. Bila perlu resusitasi cairan perdarahan kurang dari 200 mllhari. Di Indonesia di mana
dan darah harus diberikan. embolisasi dan laser umumnya tidak tersedia, terapi bedah
Mengistirahatkan pasien umumnya membantu harus dipertimbangkan pada perdarahan lebih dari 250 ml/
mengurangi perdarahan. Memiringkan pasien ke arah sisi hari. Namun pada sentra dengan kemampuan embolisasi
paru yang diduga sumber perdarahan akan membantu atau foto laser, tindakan bedah hanya dibatasi pada kasus
menjaga asfiksia sisi yang sehat. Pada perdarahan masif y ang dapat dioperasi (op er ab I e) pada perdarahan 1 l/hari
bisa jadi intubasi dan bahkan ventilator mekanik atau lebih
dibutuhkan untuk menjaga jalan napas dan pertukaran
udara. Ada satu jenis pipa endotrakeal yang didisain
khusus memiliki lumen dua sehingga masing-masing paru REFERENSI
menjadi terpisah salurannya dan terjaga dari tumpahnya
darah ke sisi lain. Ada juga upaya pemasangan kateter Corey R, Hla KM. Major and massive hemptysis: reassestment of
balon menyumbat bronkus yang berdarah. Pemasangan conservative management. Am J Med Sci. 1987;294-301.
ini dipandu dengan bronkoskopi. Upaya ini bukan saja Cahi11 BC, Ingbar DH. Massive hemoptysis: assestment and
management. Clin Chest Med,. 1994:15;1,47.
mencegah asfiksia lobus yang sehat tetapi membantu
Corey R, Hla KM. Major and massive hemoptysis: reassestment of
menghentikan perdarahan.
conservative management. Am J Med Sci. 1987;294-301.
Obat antitusif (termasuk narkotika) tidak dianjurkan Weinberger SE, Braunwald E. Cough and hemoptysis In: Fauci AS,
untuk digunakan dengan pertimbangan batuk yang Braunwald E, Isselbacher KJ,et al, editors. Harrison's principles
adekuat mungkin dibutuhkan untuk mengeluarkan darah of intemal medicine. 15'h ed. Philadelphia: Mc Graw Hill; 2002.
dari jalan napas dan mencegah asfiksia. Obat antitusif p. 194-8.
PENATALAKSAN PERDARAHAN
VARISES FAGUS
Hernomo Kusumobroto

PENDAHULUAN

Perdarahan varises gastro-esofagus, merupakan salah satu Dipakai , .Di


1 kali lndonesia
komplikasi terbanyak dari hipertensi portal akibat sirosis,
SB Tube <1 950 976
terjadi sekitar 10 - 30 0% seluruh kasus perdarahan saluran '1956
1

1976
Vasopressin
cema bagian atas. Perdarahan varises sendiri terjadi pada Skleroterapi Endoskopik (STE) 1973 1 983
25 - 35 o/, pasien sirosis. Perdarahan ini sering disertai Somatostatin 1978 1992
Ligasi varises endoskopik (LVE) 986 994
dengan angka morbiditas dan mortalitas yang jauh lebih
1 1

Transhepatik var. scler. (PTO) 1974 1987


tinggi dibanding dengan penyebab perdarahan saluran Transjugular intrahepatik 1 988 1 995

cerna yang lain, demikian pula dengan biaya perawatan di portosistemik shunt (Tl PS)
rumah sakit yang lebih tinggi. Perdarahan pertama
biasanya memberi angka mortalitas yang tinggi, bisa
sampai 30 0%, sementaruT0 %o dari pasien yang selamat
(survivor) akan mengalami perdarahan ulang setelah Pengobatan Medik
perdarahan yang pertama tersebut. Selain itu, ketahanan Perdarahan varises akut
Vasopressin
hidup selama I tahun setelahperdarahanvarises biasanya Somatostatin
rendah (32 - 80 %). Balon tamponade
Pengobatan jangka panjang
Selama 3 dekade terakhir ini, pengobatan pasien
Penghambat beta
hipertensi portal telah mengalami kemajuan yang cukup Vasodilator
pesat, dengan tersedianya makin banyak pilihan Pengobatan Endoskopik
pengobatan, baik bagi pasien yang belum maupun yang Skleroterapi EndoskoPik
Ligasi Varises EndoskoPik
sudah pernah mengalami perdarahan varises esofagus;
Pengobatan
demikian pula untuk pengobatan pada saat perdarahan PTO transhePatic obliteration)
akut, maupun untuk pengobatan jangka panjang guna TIPS trahepatik portosystemik shunting)
mencegah perdarahan ulang (Tabel 1 dan 2). Seperti kita Pengobatan Bedah
Transeksi esofagus dan devaskularisasi
maklumi, selama bertahun-tahun sebelumnya, pengobatan Pintasan portosistemik
pertama perdarahataktif varises esofagus yang kita kenal Transplantasi hati
hanya terdiri atas pemberian infus vasopressin dan
pemasangan balon tamponade Sengstaken-Blakemore tub e
(SB tube). Ini menyebabkan angka kematian penderita
dengan perdarahan varises esofagus pada saat itu sangat 1 8, pengobatan perdarahan varises esofagus mengalami
97

tinggi, r ala-r ata di atas 40%o (Tabel 3). perubahan revolusioner. Temuan ini kemudian disusul
Baru sekitar tahun 1970, setelah ditemukannyapreparat dengan penggunaan endoskopi untuk pengobatan
vasopresor baru, somatostatin dan analognya pada tahun skleroterapi endoskopik (STE) sekitar tahun 1973, dan

297
298 KEGAWATDARURAIAN MEDIK DI BIDAT{G ILMU PEIYYAKIT DALAM

>30F, untuk aspirasi dan pencucian lambung. Tidak


terdapat bukti bahwa pemasangan pipa ini meningkatkan
Penulis, tahun Kota Jml.kasus Mortalitas risiko pada pasien yang mengalami perdarahan varises.
Hilmy, 197'1 Jakarta 108 54 6 o/o Cara ini selain memberi keuntungan untuk mengetahui
Djajapranata, '1973 Surabaya 35'l 43 3 o/o apakah perdarahan masih aktif, juga dapat digunakan untuk
Abdurachman, '1975 Bandung 132 57.6 % membersihkan lambung, sehingga endoskopi dapat
Akit,'1975 U Pandang 17 35 5 o/o dilakukan lebih efektif.
Simadibrata, 1978 Jakarta 237 45.9 % Dalam Konsensus Baveno I ( 1 990), disebutkan bahwa
Hernomo,1978 Surabaya bb 32.4 % untuk diagnosis perdarahan varises mutlak dibutuhkan
Soemarto, 198'1 Yogyakarta 138 624% pemeriksaan endoskopi secepat mungkin. Untuk itu perlu
Julius, 198'l Padang 182 483%
dicatat waktu pemeriksaan endoskopi (tanggal dan jam
pemeriksaan) dalam setiap laporan. Sebagai batasan
perdarahan aktif disebutkan bila tampak ada perdarahan
pada saat pemeriksaan endoskopi (oozing atau spurting).
ligasi varises endoskopik (LVE) secara rutin mulai tahun
Sebagai tanda bekas perdarahan baru (recent bleeding),
1986.
dipakai tanda papil putlh (white nipple). Sedang bila
Di Indonesia, sirosis hati masih tetap merupakan terdapat bekuan darah, harus dibersihkan dengan
penyebab perdarahan saluran cerna yang paling banyak
penyemprotan (wash). Diagnosis perdarahan varises tanpa
ditemukan. Frekuensinya bervariasi antara 25 82 oh,
sumber perdarahan lain, dapat digunakan bila ditemukan
tergantung di daerah mana pemeriksaan dikerjakan. Dari
darah dalam lambung danlatau endoskopi dikerjakan dalam
hasil pemeriksaan endoskopi, perdarahan varises esofagus
waktt24 jam.
ditemukan hampir merata di seluruh Indonesia, dengan
Secara endoskopi batasan perdarahan varises adalah :
frekuensi bervariasi antara 15 - 63 %.
perdarahan dari varises esofagus atau lambung yang
Pengobatan pasien dengan perdarahan varises gastro-
tampak pada saat pemeriksaan endoskopi, atau ditemukan
esofagus meliputi : prevensi terhadap serangan perdarahan
adanya varises esofagus yang besar dengan darah di
pertama Q)rimary pr op hy I aris), mengatasi perdarahan aktif,
lambung tarpa adanya penyebab perdarahan yang lain.
dan prevensi perdarahan ulang setelah perdarahan pertama
Perdarahan disebut bermakna secara klinik bila kebutuhan
teqadi (secondaty prophylaxrs). Selama beberapa dekade
transfusi daruh2 unit atau lebih dalam waktu 24 jamsejak
terakhir, banyak modalitas pengobatan baru dan yang
pasien masuk rumah sakit, disertai dengan tekanan darah
menarik telah ditemukan untuk perdarahan varises ini.
sistolik kurang dari 100 mm Hg, atau penurunan tekanan
Pengelolaan perdarahan varises'akut menrpakan proses
darah lebih dari 20 mmHg dengan perubahan posisi, dan
yang sangat kompleks, termasuk di antaranya penanganan
atau nadi lebih dari 100 kali/menit pada saat masuk rumah
secara umum, seperti : resusitasi, monitoring kardio-
sakit.
pulmoner, transfusi, pengobatan terhadap perdarahannya
Sesuai dengan konsensus Baveno (I sampai III)
sendiri, dan pencegahan terhadap komplikasi.
maupun Inggris (UK consensus), untuk menilai beratnya
sirosis, dapat digunakan skor Child-Pugh (Tabet 4).

DIAGNOSIS

Pasien dengan perdarahan varises biasanya menunjukkan


gejala-gejala yang khas, berupa: hematemesis, hematokezia Kategori
atau melena, pemrrunan tekanan darah, dan anemia. Namun Ensefalopati 0 t/il ilt/tv
harus dipahami bahwa adalya tanda-tanda yang khas Asites C) Ringan - sedang Beral
sirosis hati, dengan demikian ada dugaan hipertensi por- Bilirubin (mMol/l) <34 34-51 >51
tal, tidak otomatis menyingkirkan sumber perdarahan lain. Albumin (g/l) >35 28-35 <28
Hampir 50% pasien dengan hipertensi portal mengalami INR < 1.3 1.3- 1,5 > 1.5
perdarahan non-varises. Beberapa di antaranya
disebabkan oleh gastropati hipertensi portal, yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan portal, namun Menurut sistem skor di atas, kelas A Child-Pugh,
sebagian besar tidak berhubungan dengan peningkatan sesuai dengan skor 6 atau kurang, Kelas B : skor 7 -9, dan
tekanan portal. Karena itu pasien-pasien ini membutuhkan kelas C: 10 atau lebih.
pemeriksaan endoskopi yang segera, untuk menetapkan Pasien dari kelas A, biasanya meninggal akibat efek
diagnosis yang pasti, sehingga pengobatan yang adekuat perdarahannya sendiri, sementara pasien dengan kelas C
dapat segera diberikan. Sebelum endoskopi, dilakukan kebanyakan akibat penyakit dasarnya. (Rekomendasi kuat
pemasangan pipa nasogastrik, dianjurkan dengan ukuran tingkatAl).
PENATALAKSANAAN PERDARAHAN VARISES ESOFAGUS
299

Untuk menilai derajat bes a varises, baik konsensus dalam wakh-r 12 -24 jam.Untuk klasifftasi GHP, Konsensus
Inggris maupun Baveno I-1990 sampai dengan III-2000, Baveno II sepakat untuk menggunakan sistem skoring
semuanya menganjurkan pemakaian cara yatg paling seperti dalam tabel 6. Knteria untuk menetapkan perdarahan
sederhana, yaitu membagi menjadi 3 tingkatan (Tabel 5). kronik akibat GHP, adalah adanya fecal blood loss,
penurunan Hb > 2 gramo/o dalam 3 bulan, dan saturasi
transferin yang rendah, disertai adalya GHP pada
pemeriksaan endoskopi, tanpa adanya kolopati,
Tingkat 1 varises yang kolaps pada saat inflasi esofagus
dengan udara duodenopati, supresi sumsum tulang, penyakit ginjal
Tingakt 2 varises antara tingkat 1 dan 3. kronik, maupun pamakaian obat-obat antiinflamasi (OAN)'
Tingakt 3 varises yang cukup untuk menutup lumen
esofagus. (Rekomendasi kuat tingkat Cll )

Lesi Skor
Dari Konsensus Baveno II-1995, telah disepakati bahwa
pada semua pasien sirosis hati seyogyanya secara rutin 1 MLP (Mosaic Like Pattern)
Ringan 1

diperiksa ada tidaknya hiper-tensi portal, dengan Berat 2


pemeriksaan endoskopi dan USG (sebaiknya dengan 2 RM (Red Marking)
Terisolasi
dop-pler), terutama pada pasien yang belum pernah
1

Berkonfluen 2
mengalami perdarahan SMBA. Sarana diagnosis yang lain GAVE (Gastric Anhral Vascular Ectasis)
seperti: pengukuran tekanan varises dengan cara Negatif 0
Positif
langsung, angiografi, dan MRI, hanya dianjurkan untuk <3
GHP ringan
keperluan penelitian saja. Dalam Konsensus Baveno II ini GHP berat >4
ada beberapa kesepakatan baru yang dibuat, antara lait:
perdarahan varises baru berarti secara klinik bila memenuhi
persyaratan membutuhkan minimal 2 unit darah dalam
waktu 24 j am. S edang perdarahan ulang terj adi bila timbul FAKTOR RISIKO PADA PERDARAHAN PERTAMA
hematemesis dan atau melena baru, setelah24 jamkeadaan
umum pasien stabil (tensi, nadi, Hb, PCV) pasca perdarahan Faktor-faktor predisposisi dan yang memacu terjadinya
perdarahan varises, sampai saat ini masih tetap belum jelas.
akut.
Konsensus Baveno III-2000 (41) menyebutkan bahwa Dugaan bahwa esofagitis dapat memacu terjadinya
diagnosis klinik hipertensi portal (CSPH clinical : perdarahan varises telah diabaikan. Pada saat ini faktor-
significant of portal hypertension), dapat ditegakkan faktor paling penting yang dianggap berlanggung jawab
berdasarkan :
adalah: l). Tekanandalamvarises; 2). Ukuranvarises; 3)'
. Meningkatnya gradien tekanan portal di atas batas Tekanan di dinding varises, dan; 4). Beratnya penyakit
sekitar l0mmHg. hati.
. Adanya varises, perdarahan varises, dan/atau asites, Pada sebagian besar kasus, tekanan portal yang
dapat dipakai sebagai dasar adanya hipertensi portal merefl eksikan (menunjukkan) tekanan intravarises, dan
klinik (CSPH). gradien tekanan vena hepatika (HVPG : hepatic venous
secara
pressure gradient)lebihbesar dari 12 mm Hg, dibutuhkan
Selain itu, semua pasien sirosis seyogyanya dilakukan untuk terjadinya perdarahan varises esofagus; namun
skrining secara rutin untuk mengetahui adanya varises tidak ditemukan hubungan lurus antara beratnya hipertensi
pada saat diagnosis awal sirosis dibuat. Pemeriksaanulang portal dan risiko terjadinya perdarahan varises. Gradien
untuk setiap pasien yang dengan ala.utanpa tanda-tanda tekanan vena hepatika (HPVG) menunjukkan tendensi
klinik hipertensi portal (CSPH) dapat dilakukan sepefti lebih tinggi pada pasien yang mengalami perdarahan,
berikut: demikian pula pasien yang mempunyai varises yang lebih
. Pada pasien dengan sirosis kompensata tanpa varises, besar. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa
pemeriksaan endoskopi dapat diulangi setiap 2 - 3 risiko perdarahan varises meningkat dengan makin
tahun, untuk mengetahui kapan varises mulai timbul. besarnya ukuran varises.
. Padapasien dengan sirosis kompensata dengan varises Dengan menggunakan model in vitro, Polio dan
kecil, endoskopi dapat diulangi setiap 1 -2 tahun, untuk Groszmann menunjukkan bahwa pecahnya varises
mengetahui progresivitas pembesaran varises. berhubungan dengan tegangan (tension) pada dinding
Untuk diagnosis perdarahan akut akibat gastropati varises. Tegangan ini tergantung pada radius varises. Pada
hipertensi porlal (GHP), dibutuhkan pembuktian secara model ini, meningkatnya ukuran varises dan
endoskopik adanya lesi yang berdarah aktif. Bila ditemukan mengurangnya tebal dinding varises, menyebabkan
varises esofagus atau lambung, endoskopi dapat diulangi varises pecah.
300 KEGAIVAIIDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

Gambaran endoskopi, seperti bintik kemerahan (red Indeks hati (Tabel 7) juga dapat dipakai sebagai
dan tatda wale, pertama kali dikemukakan oleh
spots) petunjuk untuk menilai prognosis pasien hematemesis
Dagradi. Kedua tanda ini digambarkan sebagai sangat melena yang mendapat pengobatan secara medik. Dari hasil
penting dalam meramalkan terjadinya perdarahan varises. penelitian sebelumnya, pasien yang mengalami kegagalan
Dalam penelitian retrospektif di Jepang (The Japanese hati ringan (indeks hati 0 2), angka kematian antara 0 - 16
Research Society for Portal Hypertension), Beppu dan 0%,
sementara yang mempunyai kegagalan hati sedang
kawan-kawan menunjukkan bahwa 80% pasien yang sampai berat (indeks hati 3 - 8) angka kematian antara 18 -
mempunya varises kebiruan (blue varices) atau bintik 40%.
kemerahan (cherry red spots) ternyata mengalami
perdarahan varises. Hal itu menimbulkan dugaan bahwa
keduanya merupakan prediktor penting untuk terjadinya
perdarahan varises esofagus pada sirosis.
Kedua penelitian int, - The North ltalian Endoscopic Pemeriksaan
C/arb (NIEC) dan data dari Jepang menunjukkan bahwa
1. Albumin (g %) >3.6 3.0 - 3.5 <30
risiko perdarahan tergantung pada 3 faktor : 1). Beratnya 2. Bilirubin (mg %) <2.0 2.0-30 > 3.0
penyakit hati (diukur dengan klasifikasi Child); 2). Ukuran 3 Gangguan kesadaran - minimal +
varises, dan; 3). Tanda kemerahan (red wale markings). 4 Asites - minimal +
Penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa gradien Kegagalan hati ringan = indeks hati
1 0 - 3
tekanan vena hepatika (HVPG) dan tekanan intravarises 2 Kegagalan hati sedang = indeks hati 4- 6
3 Kegagalan hati berat = indeks hati 7 - 10
juga merupakan prediktor independen untuk timbulnya
perdarahan varises yang pertama.
Sebagai ringkasan, 2 faktor terpenting (utama) yang
menentukan risiko perdarahan varises adalah : beratnya
penyakit hati dan ukuran varises. Pengukuran gradien PROFILAKSTS PRIMER ( pRtMARy pROpHyLAXtSl
tekanan vena hepatika (HPVG) berguna sebagai petunjuk
unfuk seleksi pasien, guna menentukan cara pengobatan Karena 30-50% pasien dengan hipertensi portal akan
dan responsnya terhadap terapi. mengalami perdarahan dari varises, dan sekitar 50 o/o akan
meninggal akibat efek perdarahan pefiama, tampaknya
sangat rasional untuk membuat panduan pengobatan
PROGNOSIS PERDARAHAN VARISES AKUT profilaksis untuk mencegah terjadinya varises, juga
perdarahan varises. Namun sebagian besar penelitian yang
Angka kematian rata-rata pada serangan perdarahan dipublikasi tidak mempunyai cukup data untuk
pertama pada sebagian besar penelitian menunjukkan menunjukkan cara pengobatan mana yang paling efektif.
sekitar 50%. Angka kematian ini berhubungan erat dengan Bedah pintasan profilaksis telah banyak dicoba dengan
berabrya penyakit hati. Dalam pengamatan rata-rata selama cara acak, penelitian dengan metaanalisis menunjukkan
1 tahun, angka kemati an rata-rata akibat perdarahan varises keunfungan yang bermakna dalam menekan perdarahan
berikutnya adalah sebesar 5 o/opadapasien dengat Child varises, tetapi ternyata juga memrnjukkan peningkatan
kelas A, 25 oh pada Childkelas B, dan 50 o/o pada Child risiko terjadinya ensefalopati hepatik dan mortalitas pada
kelas C. Walaupun kreatinin serum dapat dipakai sebagai pasien yang dilakukan operasi pintasan. Inokuchi dan
prediktor ketahanan hidup secara menyeluruh pada kawan-kawan berhasil menunjukkan penurunan yang
beberapa penelitian, klasifikasi Child masih dianggap tebih bermakna dalam perdarahan varises dan mortalitas pada
superior dibanding prediktor-prediktor lain, dalam pasien yang mendapat pengobatan dengan berbagai
menentukanmortalitas dalam 6 minggu atau 30 hari setelah macam prosedur devaskularisasi. Namun ada sejumlah
perdarahan pertama. masalah yang berhubungan dengan interpretasi penelitian
Vinel dan kawan-kawan menunjukkan bahwa HVPG ini, karena tiap-tiap senter (ada22 pusat penelitian) temyata
dapat dipakai sebagai prediktor ketahanan hidup, bila menggunakan teknik devaskularisasi yang berbeda-beda.
diukur 2 minggu setelah perdarahan akut. Masih belum Hasil penelitian ini masih membutuhkan konfirmasi lebih
jelas, apakah perdarahan aktif pada saat pemeriksaan jauh.
endoskopi dapat dipakai sebagai prediktor mortalitas. Panduan utama penggunaan obat farmakologi sebagai
Namun perdarahan aktif pada saat endoskopi ini dapat profilaksis primer perdarahan varises masih tetap
dipakai sebagai prediktor terjadinya perdarahan ulang propanolol, yang terbukti dapat menurunkan gradien
yang lebih awal. Risiko kematian menurun dengan cepat tekanan portal, menurunkan aliran darah vena azigos, dan
sesudah perawatan di rumah sakit, demikian pula risiko juga tekanan varises. Efek ini disebabkan karena
kematian ini menjadi konstan sekitar 6 minggu setelah vasokonstriksi splanknik dan penurunan volume semenit.
perdarahan. Hasil metaanalisis menunjukkan bahwa risiko perdarahan
PENAf,ALAKSANAAN PERDARAHAN VARISES ESOEAGUS 301

lebih rendah secara bermakan, namun untuk angka gradien tekanan vena hepatika (IIVPG: hepatic venous
kematian hanya berbeda sedikit. Perhatian terhadap pressure gradient) menjadi kurang dati 12 mm Hg.
pemakaian vasodilator, seperti isosorbid mononitrat (Rekomendasi tingkat AI).
tumbuh karena dalam penelitian terbukti bahan ini dapat . Dosis: Mulai dengan dosis 2 x 40 mg, dinaikkan hingga
menekan tekanan portal sama efektifnya dengan 2x 80 mg bila perlu. Pemakaianlong acting propranolol
propanolol. Kombinasi nadolol dan isosorbid mononitrat dalam dosis 80 atau 160 mg dapat dipakai untuk
telah dibandingkan dengan nadolol sebagai obat tunggal, memperbaiki ketaatan pasien. (Rekomendasi tingkatAl)
dalam penelitian acak terkontrol. Ternyata terapi kombinasi . Padakasus dimanaterdapatkontraindikasi atauterjadi
dapat menekan frekuensi perdarahan secara bermakna, intoleransi tehadap propanolol, pengobatan LVE
tetapi tidak berbeda dalam angka kematian pasien. merupakan pilihan utama (Rekomendasi tingkat AI')
Terdapat bukti-bukti yang kuat bahwa penurunan . Dalam situasi di manabaikpropanolol maupun LVE tidak
denlut nadi istirahat sebesar 25 %o detgan penghambat dapat digunakan, isosorbide mononitrate dapat dipakai
beta (propanolol, atenolol, atau nadolol) dapat mencegah sebagai obatpilihanutama(2 x 20 mg). (Rekomendasi
perdarahan pertama, karena penurunan ini berhubungan tingkatBl.)
langsung dengan penurunan tekanan portal. Isosorbide- l. Siapa yang harus dilakukan surveilans untuk
5-mononitrate 2 x 40 mg, dalam penelitian yang belum perdarahan varises ?
terlalu banyak, efektif juga untuk mencegah perdarahan . Semua pasien dengan sirosis sebaiknya dikerjakan
y ang pertama. Masih dibutuhkan metodologi penelitian endoskopi pada saat diagnosis dibuat.
yang lebih baik untuk menetapkan siapa saja yang (Rekomendasi tingkat CI.)
mempunyai risiko yang paling tinggi untuk berdarah, 2. Berapa kali pasien sirosis harus di endoskopi ?
sehingga dengan demikian dapat diketahui siapa saja yang . Bila pada saat endoskopi perlama tidak ditemukan
paling diuntungkan untuk pengobatan profilaksis. varises, pasien sirosis harus dilakukan endoskopi
Metodologi yang lebih baik juga dibutuhkan untuk berkala dengan jarak 3 tahun sekali. (Rekomendasi
menetapkan obat mana yang efektif unfuk menurunkan tingkat AII.)
tekanan porlal. . Bila ditemukan varises kecil pada saat diagnosis
Endoskopijuga telah dipakai sebagai salah satu teknik dibuat, pasien harus dilakukan endoskopi berkala
untuk mencegah perdarahan varises. Sklero Terapi setiap tahun sekali. (Rekomendasi grade aii.)
Endoskopi (STE) telah dipakai sejakbeberapa tahun untuk 3. Pasien sirosis mana yang harus diberi profilaksis
pengobatan perdarahan varises, namun akhir-akhir ini tidak primer ?

dianjurkan lagi sebagai pengobatan profilaksis karena . Bila dibuat diagnosis varises tingkat 3, pasien harus
kurang efektif. Ligusi varises endoskopi (LVE) mungkin mendapat profilaksis primer, tanpa melih atbetatnya
bermanfaat untuk pengelolaan perdarahan varises akut, gangguan faal hati pasien (Rekomendasi tingkatAl.)
tetapi untuk pengobatan profilaktik masih belum banyak . Bila pasien mempunyai varises tingkat 2, detgan
dipakai, sehingga efektivitasnya juga masih perlu gangguan faal hati Child kelas B atau C, mereka
dibuktikan. harus mendapat profilaksis primer. (Rekomendasi
Pada saat ini skleroterapi endoskopi (STE) belum dapat tingkatBl).
direkomendasi sebagai terapi profilaksis untuk perdarahan
varises pada pasien sirosis. Sarin dan kawan-kawan
membandingkan terapi ligasi varises (LVE) dengan tanpa PENATALAKSANAAN AWAL (INITIAL MANAGE.
terapi aktifdengan cara acak, dan hasilnya menunjukkan MENT)
terjadi penurunan secara bermakna perdarahan varises pada
pasien yang mendapat pengobatan LVE. Sementara angka Langkah pertama yang paling penting dalam pengelolaan
kematian tidak berbeda. Penelitian selanjutnya yang perdarahan varises akut adalah segera mulai resusitasi dan
menyangkut 120 pasien, menunjukkan hasil yang sama. proteksi jalan napas untuk mencegah terjadinya aspirasi.
LVE juga telah dibandingkan dengan propanolol dalam Endoskopi dini dapat mengevaluasi saluran cerna bagian
penelitain secara acak, hasilnya menunjukkan bahwa LVE atas secara lebih akurat unfuk membuat diagnosis sumber
dapat menekan frekuensi perdarahan pertama, namun tidak perdarahan, serta menenfukan pengobatan secara tepat.
mempengaruh i angka kematian. Di negara-negara maju, setiap pasien dengan
Sesuai dengan rekomendasi Inggris, juga rekomendasi perdarahan akut saluran makan bagian atas (SMBA),
Baveno III-2000, metode profilaksis primer yang paling bark terutama perdarahan varises, dianjurkan diawasi di rumah
dan efektifadalah: sakit, bila perlu di ruangan perawatan intensif, walaupun
. Terapi farmakologi dengan propranolol merupakan perdarahan tampaknya ringan. Bila ada Tim Hipertensi
modalitas terapi terbaik yang ada pada saat ini. Portal, sebaiknya Tim tersebut telah dilibatkan sejak awal
(Rekomendasi tingkat AI.) perawatan pasien. Setelah keadaan umum pasien stabil,
' Tujuan pengobatan dengan propranolol: Menurunkan segera dilakukan pemeriksaan endoskopi darurat untuk
302 KEGAWATDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKTT DALAM

menetapkan penyebab perdarahan dan menentukan aspirasi pneumonia atau infeksi. Penelitian terakhir
pengobatan yang tepat. menunjukkan bahwa pasien dengan sirosis yang mengalami
Konsensus Baveno III-2000 (41) merekomendasikan perdarahan, menunjukkan perbaikan perjalanan klinik
bahwa pemberian darah harus dikerjakan secara hati-hati dengan pemberian antibiotika profi laksis (amoksisilin-asam
dan lebih konsernatif, dengan menggunakan sel darah klavulanik dan siprofl oksasin).
: packed red cell), cukup untuk
yang dipadatkan (PRC
mempertahankan hematokrit antara 25 - 30 %o, dan
pemberian cairan pengganti plasma (plasma expander) PENGOBATAN DEFINITIF (DEF|N|T|VE TH ERApy)
untuk mempertahankan hemodinamik yang stabil.
Mengenai pemberian obat-obat koagulopati dan Pipa Sengstaken-Blakemore (SB tube) dengan modifikasi
pengobatan terhadap trombositopeni, masih diperlukan Minnesota (dengan penambahan lubang aspirator di atas
data yang lebih banyak. Adanya infeksi harus balon esofagus) dapat dipakai untuk mengatasi
dipertirnbangkan pada semua pasien. Karena itu pemberian perdarahan varises esofagus atau varises lambung di
antibiotika profilaksis seyogyanya dilakukan sebagai daerah proksimal, namun harus dipastikan dulu sumber
bagian pengobatan rutin untuk semua pasien pada saat perdarahannya. SB tube harus dipasang secara tepat dan
masuk rumah sakit. dengan pengawasan (monitoring) yang ketat, karena risiko
Intervensi awal untuk setiap pasien dengan perdarahan kernungkinan terjadinya komplikasi yang sedang sampai
akut adalah pemasangan akses intravena yang baik, berat. Pada umumnya dianjurkan untuk melakukan inflasi
selanjutnya mulai dengan penggantian volume darah yang balon esofagus maupun lambung pada awalnya, dan
hilang (v o lum e r ep I a c em enl). Hampir pada semua pasien, segera dilakukan deflasi dalam waktu 12 - 24 jam, :ul;rt'tk
tindakan ini dapat dimulai dengan cairan kristaloid, diikuti menghindari kerusakan mukosa. Sekali balon
dengan transfusi darah. Bila pasien masih berdarah aktif, dikempeskan, dianjurkan untuk segera dilakukan
dan diketahui kemungkinan besar ada hipertensi portal, pengobatan lanjutan untuk mencegah perdarahan ulang,
vasopressin atau octreotide dapat diberikan dalam dosis karena perdarahan ulang setelah pengempesan SB tube
empirik sebagai usaha untuk menurunkan tekanan portal terjadi sekitar 80 o/o atau lebih. Beberapa pengobatan
dengan cepat. Dengan demikian dapat menurunkan risiko definitif termasuk antara lain : terapi endoskopi (STE atau
atau menghentikan perdarahannya. Vasopressin diberikan LVE), embolisasi transhepatik atau transmesenterik
dalam dosis 0.1- 1.0 unit/menit, meskipun dosis di atas 0.6 (minilaparotomi), operasi (pintasanl shunt, ligasi,
unit/menit masih diragukan efektifitasnya. Obat ini dapat devaskularisasr), Transjugular Intrahepatic Porto-
menimbulkan vasokonstriksi bermakna, yang dapat syslemic Shunts (TIPS), ata:u orthotopic liver trans-
menyebabkan iskemi atau nekrosis organ. Pasien dengan plantation (OIjI).
penyakit pembuluh darah koroner atau penyakit pembuluh Terapi definitifawal yang terpilih adalah STE atau LVE.
darah perifer, merupakan kontraindikasi pemberian obat Baik penyuntikan bahan sklerosan (1 .5% sodium
ini. Pemberian nitrogliserin intravena dalam dosis 0.3 mgl tetradecyl suffote atau 5%o ethanolamine oleate) darr
menit, atau secara sublingual, maupun transdermal (patch) pemasangan ligator pada varises esofagus, terbukti dapat
dapat ditambahkan pada vasopressin untuk menurunkan mencegah perdarahan ulang varises dan memperpanjang
risiko terhadap komplikasi pada jantung dan pembuluh ketahanan hidup pasien (survival). Untuk mencapai tujuan
darah. Octreotide (analog sintetik dari somatostatin) dapat ini, pasien harus diterapi secara berkala dan teratur, dengan
menurunkan tekanan portal tanpa menimbulkan efek pengobatan awal selanjutnya dengan intewall -2 minggu
samping seperti pada vasopressin. Penelitian menunjukkan sampai varises dapat dieradikasi. Makin cepat eradikasi
bahwa dosis efektif octreotide adalah25-200 mcg/jam secara tercapai, makin baik hasil prevensi perdarahannya.
intravena, dengan atau tanpa didahului bolus 50 - 100 mcg. Sayangnya, STE mempunyai banyak efek samping seperli
Plasma segar beku (FFP : fresh frozen plasma) dapat : demam, nyeri dada, mediastinitis, efusi pleura, tukak
diberikan pada pasien yang terus berdarah yang esofagus yang dalam, perforasi esofagus, dan striktur).
menunjukkan PPT yang memanjang. Demikian pula LVE lebih efektif dari pada STE, mempunyai efek samping
tombosit (TC : thrombocyte concentrate) dapat dlberlkan jauh lebih sedikit, juga menunjukkan perdarahan ulang
bila trombosit < 50,000/m1 dan perdarahan masih yang lebih sedikit serta mortalitas yang lebih baik dibanding
berlangsung. STE. Dengan pemakaian ligator ganda (multiple ligators),
Pasien dengan ensefalopati, intoksikasi, atau gangguan pemakaian oyertube dapat dikurangi bahkan dihindari,
mental/ kesadaran yang lain, perlu dilakukan pemasangan sehingga LVE menjadi lebih aman dan lebih cepat.
intubasi endotrakheal sebelum pemeriksaan endoskopi, Embolisasi radiologik pada arteri koronaria gastrika dan
atau prosedur invasif lain, karena.risiko aspirasi cukup kolateralnya, yang memberi pasokan pada varises yang
tinggi. Setiap pasien dengan perdarahan varises berdarah, dapat menghentikan perdarahan secara efektif.
mempunyai tambahan risiko tinggi untuk mengalami efek Namun pendekatan transhepatik menjadi sulit pada hati
samping yang lebih berat, bila terjadi komplikasi seperti yang sangat sirotik, keras, dan disertai asites, dan dapat
PENAf,ALAKSANAAN PERDARA}IAN VARISES ESOFAGUS 303

menimbulkan risiko komplikasi yang sangat tinggi. Sesuai dengan rekomendasi Inggris: idealnya pasien
Pendekatan lewat vena transmesenterik tampaknya dapat dengan perdarahan varises seyogyanya dirawat di unit
mengatasi masalah ini, namun membutuhkan insisi kecil, dimana tenaga yang ada sudah familiar dengan pengelolaan
yang tetap masih dapat memberi tambahan komplikasi. pasien dan penggunaan semua alat-alat untuk intervensi
Tindakan bedah mempunyai hasil yang sangat bervariasi. secara rutin. (Rekomendasi tingkat CII.)
Devaskularisasi lambung bagian proksimal dan esofagus,
dengan atau tanpa transeksi esofagus, mempunyai
beberapa keuntungan, namun tindakan ini belum dapat
diterima secara luas sebagai tindakan yang aman dan
efektif. Pintasan porto-sistemik dengan bermacam cara, Cara :

sangat efektif untuk menghentikan perdarahan, tetapi - Kanula perifer No 16, paling sedikit 2

mempunyai angka morbiditas dan mortalitas yang


- Cross mafch untuk 6 unit darah.
- Perbaikan waktu protrombin, jumlah trombosit.
bermakna, khususnya pada pasien dengan Child C.
- Akses CVC (central venous catheter).
Pintasan mesokaval (H-graft) dan splenorenal distal (War-
- Proteksi jalan nafas dengan intubasi elektif :

ren) telah dikembangkan untuk menekan angka l.


Perdarahan varises yang berat tak terkontrol;
ensefalopati pasca pintasan. Meskipun hasilnya cukup ll. Ensefalopati berat;
lumayan, pada beberapa kasus pintasan ini dapat lll Tak mampu mempertahankan saturasi oksigen di atas
mengalami pembuntuan (clotting),sehingga ensefalopati 90%;
tetap dapat timbul di kemudian hari. lV. Pneumonia aspirasi. (Rekomendasi tingkat Blll )

Pengenalan prosedur TIPS menambah perbaikan dan


makin banyaknya variasi pilihan pengobatan pada pasien
yang mengalami kegagalan dengan pengobatan endoskopi.
Di tangan seorang radiolog yang handal atau terlatih, [. Resusitasi
kesuksesan prosedur TIPS dapat mencapai 950% kasus. 2. SaatMelakukanEndoskopi
Pintasan ini dapat menurunkan tekanan portal secara efektif
. Secepat mungkin begitu hemodinamiknya stabil.
sampai <12 mmHg, sehingga dapat menekan angka (Rekomendasi tingkat BIII. )
perdarahan ulang cukup tinggi. Pintasan ini juga tetap 3. MengatasiPerdarahan
mempunyai risiko untuk buntu, karena itu perlu di moni-
. LVE (ligasi varises endoskopik) merupakan pilihan
tor secara berkala dengan USG atau dengan venografi, pertama. (Rekomendasi tingkat AI.)
pada banyak kasus. Dengan demikian, TIPS sering . Bila LVE sulit karena perdarahan yang masif dan
dianggap sebagai jembatan emas menuju ke transplantasi terus berlangsung, atau teknik tidak memungkinkan,
hati. Prosedur ini juga dapat digunakan pada pasien yang STE dapat dikerjakan (Rekomendasi tingkat AI.)
bukan kandidat transplantasi, yang menginginkan untuk
. Bila endoskopi tidak memungkinkan, pemberian
kembali, untuk manajemen tindak lanjuft. Sayangnya, vasokonstriktor seperti octr eotide atau glypres s in,
ensefalopati cukup sering dijumpai pasca TIPS, yang atau pemasangan pipa Sengstaken (dengan
membatasi penggunaan cara ini, khususnya pada pasien pengawasan yang ketat), dapat dikerjakan sambil
dengan fungsi hati yang jelek. Transplantasi hati masih menunggu tindakan yang lebih definitif. (Recom-
tetap merupakan pilihan paling baik untuk pasien dengan mendation grade AI.)
perdarahan varises yang tidak terkontrol. 4. Kegagalan Mengatasi Perdarahan Aktif
Adanya varises lambung merupakan situasi yang lebih
. Dalam keadaan di mana perdarahan sulit dikontrol,
sulit untuk diatasi, karena biasanya tidak mudah dieradikasi pipa Sengstaken dapat dipasang, sampai
baik dengan STE maupun LVE. STE dengan jumlah pengobatan lanjutan seperti terapi endoskopi,
sklerosan yang banyak dikatakan sedikit lebih baik TIPSS, atau tindakan bedah dapat dikerjakan.
daripada dengan dosis standard, namun hasilnya tetap (Rekomendasi tingkat BI.)
lebih jelek dibandingkan dengan hasil pengobatan pada . Pada saat ini konsultasi kepada spesialis harus
varises esofagus. Kombinasi STE + LVE dilaporkan efektif segera dikerjakan, dan bila mungkin juga
pada pasien dengan varises terisolasi di daerah kardia pemindahan pasien ke unit spesialis yang lebih
lambung. Pasien-pasien ini membutuhkan pengobatan pengalaman dalam menangani keadaan seperti ini.
supresi asam lebih banyak setelah pemasangan ligator, (Rekomendasi tingkat BII. )
untuk menghindari dislokasi ligator lebih awal. Penyuntikan
. Modalitas pengobatan seperti antara lain, intervensi
bahan lem atau glue (sianoakilat) ke dalam varises lambung bedah seperti transeksi esofagus atau TIPSS harus
cukup efektif, tapi bahan ini belum tersedia di AS. Pasien- ditetapkan dulu berdasarkan pengalaman serta
pasien seperti ini seyogyanya disiapkan untuk tersedianya spesialis yang biasa mengerjakan
pemasangan pintasan lebih awal, dibanding pasien dengan tindakan tersebut di pusat rujukan yang dituju.
perdarahan varises esofagus. (Rekomendasi tingkat BII.)
304 KEGAWATDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG IIJVIU PEIYYAKIT DALAM

PENGOBATAN JANGKA PANJANG/PROFILAKSIS diikuti dengan endoskopi beikala setiap 3 bulan dan 6
SEKUNDER (SECONDA Ry pROpHyLAXtS) bulan. Bila terjadi varises baru, segera dilakukan
eradikasi ulang. (Rekomendasi tingkatAII.)
Sementara terapi endoskopi secara berkala dapat
menimbulkan eradikasi varises, menekan perdarahan ulang,
dan memperbaiki ketahanan hidup (survival) pasien Skleroteterapi Endoskopik (STE)
sirosis, tindakan ini khususnya hanya terbatas pada pasien . Bila LVE tidak memungkinkan, STE dapat dikerjakan.
dengan Child A dan B. Sampai saat ini belum ada satu (Rekomendasi tingkat BI.)
penelitian pun yang menunjukkan perbaikan ketahanan . Bahan sklerosan yang dipakai tergantung persediaan
hidup pada pasien Child C, bahkan pada beberapa yang ada.
penelitian pengurangan perdarahan ulangpun tidak . Interval antara pengobatan sama seperti LVE di atas.
terbukti. Demikian pula pada perbandingan endoskopi (Rekomendasi tingkat AII.)
versus prosedur pintasan pada pasien Child C. Karena itu
sampai saat ini masih belum terbukti secara jelas, dari Penghambat Beta Non-selektif dengan atau
sekian banyak variasi pilihan pengobatan, tindakan apa Tanpa Terapi Endoskopik
yang paling terpilih, khususnya dalam hal cost elfectivity. . Kombinasi STE denganpenghambatbetanon-selektif
Tampaknya pilihan terapi terbaik saat ini masih tergantung maupun beta bloker tunggal, dapat digunakan. Bila yang
pada : tersedianya sarana serta tenaga terlatih, serta kondisi
dipilih yang terakhir, maka sebaiknya dlakukan
pasien secara keseluruhan. pemeriksaan pengukuran HVPG, untuk memastikan
Penurunan tekanan portal secara medik (dengan bahwa pengobatan tersebut berhasil menurunkan
bantuan obat), telah terbukti dapat menurunkan risiko tekanan HVPG di bawah 12 mm Hg. (Rekomendasi
perdarahan ulang. Tindakan ini dapat dikerjakan dengan tingkat AII.)
pengobatan tunggal atau dengan kombinasi terapi
endoskopi, untuk mendapatkan hasil maksimal dalam hal
perbaikan ketahanan hidup dan mengurangi perdarahan TIPSS (T ranjugular lntrahepatic Portosystemic
ulang. Penghambat beta merupakan obat yang biasanya Stenf Shunf)
digunakan untuk menurunkan tekanan portal, namun
. TIPSS lebih efektif dibanding terapi endoskopik dalam
efeknya hanya dapat diperkirakan saja, mengingat tidak menekan perdarahan ulang varises esofagus, tetapi
ada tindakan non-invasif yang dapat dipakai untuk tidap dapat memperbaiki ketahanan hidup pasien, dan
mengukur tekanan portal. Tujuan baku yang hendak sering diikuti ensefalopati hepatik. Tindakan ini hanya
dicapai adalah penurunan nadi pada saat istirahat sebesar dikerj akan pada pusat tertentu yang mempunyai fasilitas
25 %o, dengan menggunakan propanolol, atenolol, atau
untuk tindakan ini. (Rekomendasi tingkat AI.)
nadolol. Hasil yang lumayan juga telah dibuktikan
dengan penggunaan isosorbid-5 -mononitrat (ISMN) 40
mg,2kali sehari. Hasilnya mungkin akan lebih baik bila VARISES LAMBUNG
dilakukan kombinasi antara penghambat beta + isosorbid.
Bila varises telah mengalami eradikasi dengan STE atau Khusus untuk varises lambung, rekomendasi Inggris
LVE, pengobatan medis dapat dihentikan, kecuali terjadi menganj urka L c ar a- car a pengelolaan sebagai berikut:
masalah lain, seperti timbulnya portal hypertensive
gastropathy.
Klasifikasi Varises Lambung
Sesuai dengan rekomendasi Inggris, profilaksis
sekunder untuk perdarahan varises pada sirosis dapat Primer. Varises lambung dapat dideteksi dengan
dilakukan dengan cara-cara berikut pemeriksaan endoskopi. Sekunder. Varises lambung yang
timbul dalam waktu 2 tahun setelah eradikasi varises
Ligasi Varises Endoskopik (LVE) esofagus.
. Setelah perdarahan aktifvarises dapat diatasi, varises Macam-macam (tipe) varises lambung. l. Gastro-
harus dieradikasi dengan cara endoskopik. pilihan oesophageal varices tipe I dan2 (GOV): varises lambung
pertama adalah LVE. (Rekomendasi tingkatAl.) yang merupakan lanjutan varises esofagus dan biasanya
. Dianjurkan setiap varises diligasi dengan I ligator setiap timbul di daerah kurvatura minor dan fundus. 2. Isolated
minggu sampai varises menghilang. (Rekomendasi gastric varices tipe 1 dan 2 (IGV): varises lambung yang
tingkatBII.) bukan merupakan lanjutan varises esofagus, dan biasanya
. Pemakaian over tube sebaiknya dihindari karena dapat timbul di daerah fundus atau di tempat manapun di
menambah komplikasi. (Rekomendasi tingkat BII.) lambung, termasuk korpus, antrum, pilorus, dan
. Setelah varises berhasil dieradikasi, pasien harus tetap duodenum. (Rekomendasi tingkat BII.)
PENATALAKSANAAN PERDARAHAN VARISES ESOFAGUS 30s

Pengelolaan Perdarahan Aktif Varises Lambung REFERENSI


Varises Gastro-oesophageal. Pengobatan sama dengan
Alexandrino P, Alves MM, Fidalgo P, et al. Is sclerotherapy the first
varises esofagus. (Rekomendasi tingkat BII.)
choice treatment for active variceal bleeding in cirrhotic
Isolated gastric varices (IGC). 1. Pengobatan awal :
patients? Final report of a randomised clinical lrial. J
STE dengan bahan sklerosan khusus : butyl-cyanoacry-
Hepatol.l990;71 (suppl):S 1 .
late, atau thrombin. (Rekomendasi tingkat BII.), 2. Bila Andreani T, Poupon RE, Balkau Bt, et al. Preventive therapy of
terjadi kegagalan, tamponade balon Sengstaken- first gastrointestinal bleeding in patients with cirrhosis: Results
Blakemore. (Rekomendasi tingkat BII.) 3. Untuk of a controlled trial comparing propranolol, endoscopic
pengobatan jangka panjang perdarahan varises : TIPSS sclerotherapy and placebo. Hepatology 1990;12:1413-19.
atau bedah pintasan. (Rekomendasi tingkat BIL) Angelico M, Carli I-, Piat C, el a/. Isosorbide-5-mononitrate versus
propranolol in the prevention of first bleeding in cirrhosis.
G astro enterol o gy 1993 ;1O4 :l 460 -65.
Bosch J, Groszman RJ, Garcia-Pagan JC, et a/. Association of
KESIMPULAN transdermal nitroglycerin to vasopressin infusion in the treat-
ment of variceal hemorrhage: a placebo-controlled clinical trial.
Diagnosis hipertensi portal secara klinik (CSPH - clinical Hepatology I 989; 1 0:962-8.
significant of portal hypertension) dapat ditegakkan Conn HO, Grace ND, Bosch J, et al Proptanolol in the prevention
dengan adarrya: varises, perdarahan varises, danJatat of the first hemorrhage lrom esophagogastric varices: A
multicenter, randomized controlled clinical trial. Hepatology
asites. Secara endoskopi batasan perdarahan varises
1991;13:902-12.
adalah: perdarahan dari varises esofagus atau lambung D'Amico G, Traina M,Yizzint G, et al. Terlipressin or vasopressin
yang tampak pada saat pemeriksaan endoskopi, atau plus transdermal nitroglycerin in a treatment strategy for
ditemukan adanya varises esofagus yang besar dengan digestive bleeding in cirrhosis. A randomized clinical trial J
darah di lambung tanpa adanya penyebab perdarahan Hepatol. 199 4:20 :206 - 12.

yang lain. Pembagian gradasi varises yang paling D'Amico G, Pagliaro L, Bosch J The treatment of portal hyperten-
sion: A meta-analytic review. Hepatology 7995;22:332-54.
sederhana yang dianjurkan saat ini adalah dalam 3
De Franchis R, Primignani M, Arcidiacono PG, et al. Prophylactic
tingkatan : kecil, sedang dan besar. Semua pasien sirosis
sclerotherapy in high-risk cirrhotics selected by endoscopic
hati seyogyanya dilakukan skrining adanya varises pada criteria: A multicenter randomized controlled trial.
saat diagnosis sirosis mulai ditegakkan. Gastroentero Logy 199 I ; 1 01 :1 087-93.
Untuk tata laksana medik perdarahan akut varises De Franchis R Developing concensus in portal hypertension. .-/

esofagus, penggunaan obat-obat farmakologik seperti H epat ol 1996;25 :390 -4.


somatostatin dan analognya (octreotide), serta analog Freeman JG Cobden MD, Record CO. Placebo-controlled trial of
terlipressin (glypressin) in the management of acute variceal
vasopressin (Terlipressin atau Glypressin) dan vasopressin
bleeding. J Clin Gastoenterol 1989;11:58-60.
* nitrogli-serin, masih tetap merupakan obat optimal yang
Groszmann RJ, Kravetz D, Bosch J, et al. Nitroclycerin improves
menjadi pilihan pertama, sambil menunggu tindakan yang the hemodynamic response to vasopressin in portal hyperten-
lebih definitif. Terapi endoskopik, khususnya ligasi varises sion. Hepatology. 1982;2:7 57'62.
esofagus (LVE), telah diterima secara luas sebagai sarana Hernomo K, Indrawan D, Nizam O, Pangestu A dan Iswan A.N.
pengobatan endoskopik yang definitif untuk Pengalaman pengobatan somatostatin pada perdarahan saluran
menghentikan perdarahan varises akut. Skleroterapi makan bagian atas di Surabaya. Buletin PGI-PPHI-PEGI
Cabang Surabaya 1994; l: 40.
endoskopik (STE) hanya dicadangkan bila LVE tidak
Hemomo K. Pengalaman klinik dengan octreotide pada perdarahan
mungkin dikerjakan karena sesuatu alasan. Untuk akut saluran makan bagian atas. Medika. \994;20 : 22.
pencegahan primer sebelum terjadi perdarahan, dapat Hernomo, K. Perbandingan analog somatostatin dan vasopresin
diberikan penghambat beta atau nitrat jangka lama, baik pada perdarahan akut varises esofagus. Penelitian prospektif
sebagai kombinasi atau obat tersendiri, khususnya pada secara acak. Bul PGI-PPHI-PEGI Cabang Surabal'a 1995;
pasien dengan varises esofagus yang besar, atau varises 2: 41.
sedang dengan gangguan faal hati sedang sampai berat. Fleig WE, Stance EF, Hunecke R, et al. Prevention of recurrent
Sedang untuk pencegahan sekunder perdarahan ulang,
bleeding in cirrhotics with recent variceal hemorrhage:
Prospective, randomized comparison of propranolol and
skleroterapi endoskopik (STE) dan ligasi varises esofagus
sclerotherapy. Hepatology 1987 ;7 :355-61.
(LVE), keduanya telah diterima secara luas sebagai sarana Hayes PC, Davis JM, Lewis JA, Bouchier IAD. Meta-analysis of the
pengobatan endoskopik yang definitif, untuk pencegahan value of propranolol in the prevention ol variceal haemorrhage.
perdarahan ulang, karena dapat dipakai untuk menimbulkan Lancet 1990;336: 153-6.
oblitrasi varises esofagus. Untuk mendapatkan efek yang Hernomo K. Pengelolaan perdarahan masif varises esofagus pada
lebih maksimal, diharapkan kombinasi terapi endoskopik sirosis hati Thesls. Surabaya:Airlangga University Press; 1 983.
Hernomo, K Penatalaksanaan perdarahan varises
dan farmakologik, akan merupakan pilihan pengobatan
esofagus.In:Suyono HS.etal.eds. Buku ajar ilmu penyakit
yang ideal di masa depan.
dalam.3'd ed.vol II.Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001 p.158'
306 KEGAWAXDARURAf,AN MEDIK DI BIDAT{G ILMU PENYAKIT DALAM

Hernomo, K. Hipertensi Portal. Buku Ajar llmu Penyakit Dalam, Piai G, CipollettaL, Claar M, el al. Prophylactic sclerotherapy of
Jilid 1, Edisi ke 3, Editor: Sjaifoellah Noer HM dkk., Balai high-risk esophageal varices: Results of a multicentric prospective
Penerbit FKUI, Jakarta, 1996, hal. 280. controlled trial. Hepatology 1988;8:1495-1500.
Inokuchi K, Sugimachi K, Sato T, et al. Improved survival after Prada A, Bortoli A, Minoli G Camovali M, Colombo E, Sangiovanni
prophylactic portal nondecompression surgery for esophageal A. Prediction of oesophageal variceal bleeding: Evaluation of
varices: A randomized clinical trial. Hepatologt 1990;12 1-6 the beppu and North Italian Endoscopic Club scores by an
Italian Multicenter Project for Propranolol in Prevention of Bleed- independent grorp. Eur J Gaslroenterol Hepatol 1994;6:1009-
ing. Propranolol prevents first gastrointestinal bleeding in non- 13.
ascitic cirrhotic patients. Final report of a multicenter random- Sarin SK, Guptan RKC, Jain AK, Sundaram KR. A randomized
ized trial. J Hepatol. 1989;9:75-83. controlled trial of endoscopic variceal band ligation for pri-
Jalan R, Hayes PC. UK guidelines on the management of variceal mary prophylaxis of variceal bleeding. Eur J Gastroenterol
haemorrhage in cir:rhotic patients. Gur 2000;46(Suppl 3):iii1- Hep ato l. 199 6;8 :337 -42.
iii 1 5. Sarin SK, Lamba GS, Kumar M, Misra A, Murthy NS. Comparison of
Lay CS, Tsai YT, Teg C! e/ a/. Endoscopic variceal ligation in endoscopic ligation and propranolol for the primary prevention
prophylaxis of first variceal bleeding in cinhotic patients with of variceal bleeding. N Engl J Med. 1999;340:988-93.
high-risk esophageal varices. Hepatology. 1997;25:1346-50. Sharara AI, Rockey DC. Gastroesophageal Variceal Haemorrhage
Lebrec D, Poynard T, Capron !P, et al. Nadolol for prophylaxis of New Engl J Med. 20Ol;345:669-81.
gastrointestinal bleeding in patients with cirrhosis. A random- Silvain C, Carpentier S, Sautereau D, et a1. Terlipressin plus transdermal
ized trial. J Hepatol. 1988;7:l 18-25. nitroglycerin vs octreotide in the control of acute bleeding
Merkel C, Marin R, Enzo E, at a/. Randomised trial of nadolol alone from esophageal varices: a multicenter randomized trial.
or with isosorbide mononitrate for primary prophylaxis of Hepatology. I993; 1 8:61-5.
variceal bleeding in cirrhosis. Gruppo-Triveneto per Siringo S, McConnick PA, Mistry P, Kaye G, Mclntyre N, Burroughs
L'ipertensione portale. Engl J Med. 1996;334:1624-29.
.A/ AK. Prognostic significance of the white nipple sign in variceal
Navasa M, Chesta J, Bosch J, Rodes J. Reduction of portal pressure bleeding. Gastroinlest Endos l99l;37 :51-5.
by iso-sorbide-5-mononitrate in patients with cirrhosis. Effects Soderlund C, Magnusson I, Torngren S, Lundell L. Terlipressin
upon splanchnic and systemic haemodynamics and liver func- (triglycyl-lysine vasopressin) controls acute bleeding oes.oph-
tion. Gastroenterology 1989;96:11 10-8. ageal varices. A double-blind, randomized, placebo-controlled
New Italian Endoscopic Club (NIEC) for the study and therapy of trial. Sc and J G as troenterol. \990 ;25:622-30.
esophageal varices. Definitions, methodology, and therapeutic The PROVA Study Group. Prophylaxis of first hemorrhage from
strategies in portal hypertension. BAVENO III - portal hyper- oesophageal varices by sclerotherapy, propranolol or both in
tension into the third millenium. 3'd Baveno International cirrhotic patients A randomised multicenter trtal. Hepatology.
Consensus Workshop and 1't Postgraduate Course. Lake 1991;14 1016.
Maggiore, Ita1y, April 12 - 14, 2000. Triger DR, Smart HL, Hosking SW, Johnson AG. Prophylactic
North Italian Endoscopic Club (NIEC) for the study and treatment sclerotherapy for esophageal varices: Long-term results of a
of esophageal varices. Prediction of first variceal haemorrhage single-center trial. Hepatology l99l;13:117 -23.
in patients with cirrhosis of the liver and esophageal varices. A Tsai Y! Lay CS, Lai KH, et al. Corrtrolled trial of vasopressin plus
prospective multicenter study. 1r' Engl J Med 1988;319:983-9 nitroglycerin vs vasopressin alone in the treatment of bleeding
Pascal JP, Cales P and Multicentre Study Group. Propranolol in the esophageal vartces Hepatologyl9S6;6:406-9.
prevention of first upper gastrointestinal tract hemorrhage in VA Cooperative Variceal Sclerotherapy Group. Sclerotherapy for
patients with cirrhosis of the liver and esophageal varices. N male alcoholic cirrhotic patients who have bled for esophageal
Engl J Med 1987;317:856-61. varices: results of a randomized multicenter clinical trial.
Hep ato I ogy 199 4;20 :618 -25.
45
ILEUS PARALITIK
Ali Djumhana, Ari Fahrial Syam

PENDAHULUAN splanknikus, pankreatitis


Metabolik. Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama
Ileus paralitik atauadynamic ileus adalahkeadaan di mana
hipokalemia), uremia, komplikasi DM, penyakit sistemik
usus gagalltidak mampu melakukan kontraksi peristaltik
seperti SLE, sklerosis multipel
untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini bukan suatu
penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin,
penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan fenotiazin, antihistamin
dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat
Infeksi. Pneumonia, empiema, urosepsis, peritonitis, infeksi
mempengaruhi kontraksi otot polos usus.
sistemik berat lainnya.
Gerakan peristaltik merupakan suatu aktivitas otot
polos usus yang terkoordinasi dengan baik, dipengaruhi Iskemia usus.
oleh berbagai faktor seperti keadaan otot polos usus,
hormon-hormon intestinal, sistem saraf simpatik dan
parasimpatik, keseimbangan elektrolit, dan sebagainya. MANIFESTASI KLINIS
Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca
operasi abdomen. Keadaan ini biasanya hanya Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung
berlangsung antara 24-'72 jam. Beratnya ileus paralitik (abdominal distention), anoreksia, mual, dan obstipasi.
pascaoperasi bergantung pada lamanya operasi/narkosis, Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan
perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan
seringnya manipulasi usus dan lamanya usus berkontak
dengan udara luar. Pencemaran peritoneum oleh asam dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi.
Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung,
lambung, isi kolon, enzim pankreas, darah, dan urin akan
menimbulkan paralisis usus. Kelainan retroperitoneal tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya distensi
seperti hematoma retroperitoneal, terlebih lagi bila disertai
abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah
fraktur vertebra sering menimbulkan ileus paralitik yang
danjarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada
berat. Demikian pula kelainan pada rongga dada seperti
palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak
pneumonia paru bagian bawah, empiema, dan infark
pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal
miokard dapat diserlai paralisis usus. Gangguan elektrolit
(nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit
terutama hipokalemia merupakan penyebab yang cukup
primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan
serlng.
adalah gambaran peritonitis.
Penyakit/kea daan y ang menimbulkan ileus paralitik
dapat diklasifikasikan seperti yang tercantum di bawah
11I:
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kausa lleus Paralitik Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu


Neurogenik. Pascaoperasi, kerusakan medula spinalis, mencari kausa penyakit. Pemeriksaan yang penting untuk
keracunan timbal, kolik ureter, iritasi persarafan dimintakan yaitu leukosit darah, kadar elektrolit, ureum,

307
308 KEGAWTIDARURATAN MEDIK DI BIDA,T{G ILMU PENYAKTT DALAIVT

glukosa darah, dan amilase. Foto polos abdomen sangat PROGNOSIS


membantu menegakkan diagnosis. Pada ileus paralitik akan
ditemukan distensi lambung usus halus dan usus besar. Prognosis ileus paralitik baik bila penyakit primemy a dapat
Air fluid level ditemukan berupa suatu gambaran line up diatasi.
(segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level padaileus
obstruktif yang memberikan gambaran stepladder (seperti
anak tangga). Apabila dengan pemeriksaan foto polos REFERENSI
abdomen masih meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan
foto abdomen dengan mempergunakan kontras. Livingstone AS, Sasa JL. Ileus and obstruction. In: Haubrich WS,
Schaffner F, eds. Bockus gastroenterology. 5th ed. Philadelphia:
WB Saunders; 1995.
Livingstone EH, Passoro EP. Postoperative ileus. Dig Dis Sci.
PENGELOLAAN 1990;35:121-32.
Saudgren JE, Mc Phee MS, Greenberger NJ. Narcotic bowel
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservat if dan syndrome treated with clonidin. Resolution of abdominal pain
suportif. Tindakannya berupa dekompresi, menjaga and pseudoobstruction Ann Intern Med 1990;101:331-4.
keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa atau Schuffer WD, Sinanan MN. Intestinal obstruction and
penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat. pseudoobstruction. In: Sleissenger MH, Fordtran JS, eds.
Beberapa obat-obatan jenis penyekat simpatik Gastrointestinal disease; pathophysiology/diagnosis manage-
ment. 5th ed. Philadelphia: WB Saunders; 1993.
(simpatolitik) atau obatparasimpatomimetik pemah dicoba,
Sileu W. Acute intestinal obstruction. In: Isselbacher KJ, Braunwald
tenyata hasilnya tidak konsisten. Untuk dekompresi E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL, eds. Harrison's
dilakukan pemasangan pipa nasogastrik (bila perlu principles of internal medicine. 13th ed. New York: Mc Graw-
dipasang juga rectal tube). Pemberian cairan, koreksi Hill; 1994.
gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral hendaknya
diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip
pemberian nutrisi parenteral. Beberapa obat yang dapat
dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat untuk
gastroparesis, sisaprid bermanfaat untuk ileus paralitik
pascaoperasi, dan klonidin dilaporkan bemanfaat untuk
mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan.
46
TROMBOSIS ARTERIAL TUNGI(AI AKUT
MurnizalDahlan

PENDAHULUAN saat yang sama, mencegah terjadinya trombosis yang


patologis.
Trombosis adalah istilah yang umum dipakai untuk Pada kepustakaan, bisajuga karena emboli udara atau
sumbatan pembuluh darah, baik arteri maupun vena . Istilah DVT, dimana embolus bisa ke aorta melalui foramen ovale
lain adalah emboli. Sebetulnya perbedaan keduanya adalah yang tidak menutup dan menimbulkan trombus akut
dalam proses terjadinya, sedangkan manifestasi klinik, ditungkai.
gejala serta tindakannya praktis tidak berbeda. Trombosis Ada 3 hal yang menjadi penyebab timbulnya trombus
adalah terbentuknya masa dari unsur darah di dalam ini, yaitu; kondisi dinding pembuluh darah (endotel), aliran
pembuluh darah vena atau arteri pada makhluk hidup. darah yang melambat/stasis atau komponen yang terdapat
Trombosis hemostasis yang bersifat self-limited dan di dalam darah sendiri berupa peningkatan koagulabilitas
terlokalisir untuk mencegah hilangnya darah yang (triadVirchow).
berlebihan merupakan respons normal tubuh terhadap
trauma akut vaskular. Sedangkan trombosis patologis
Gejala Klinik
seperti trombosis vena dalam (TVD), emboli paru,
Gejala klinik sangat bervariasi dari yang ringan sampai
hombosis arteri koroner yang menimbulkan infark miokard,
berat. Apakah yang terkena arteiyang besar/utama atau
dan oklusi trombotik pada serebrovaskular merupakan
cabang-cabangnya. Apakah kolateral c0kup banyak,
respons tubuh yang tidak diharapkan terhadap gangguan
karena prognosis tergantung pada arteri mana yang terlibat
akut dan kronik pada pembuluh darah dan darah. Pada
dan yang penting adalah ketepatan dan kecepatan dokter
topik ini, pembicaraan dibatasi pada trombosis arterial
bertindak. Gejala pertama biasanya adalah rasa nyeri pada
tungkai akut.
tungkai bersangkutan. Bisa nyeri hebat, bila daerah yang
Ahli bedah vaskular berperanan untuk mengeluarkan
terkena cukup luas. Pada pasien muda, biasanya
trombus yang sudah terbentuk yaitu trombektomi
kejadiannya lebih akut, rasa nyeri lebih hebat, tetapijustru
prognosisnya lebih baik, karena pembuluh darah relatif
Penyebab/Kausa baik. Pada pasien yang lebih tua, dimana sudah terjadi
Bisa lokal di tempat/tungkai bersangkutan atau kelainan kronis arteri, bila timbul trombosis akut biasanya
proksimalnya. Sebagian besar adalah kelainan di jantung tidak begitu jelas gejalanya dan nyerinya tidak begitu
seperti kelainan katup, infarkjantung, fibrilasi atrium dan hebat. Pada pasien ini justru prognosisnya lebih buruk.
lainJain. Bisa pula karena aneurisma aorta, bila trombusnya Mati rasa, kelemahan otot, rasa seperti difusuk-tusuk
lepas dan bergerak ke tungkai. Trombus yang bergerak ini juga bisa timbul. Bila gejala komplit, "5 P" adalah
disebut embolus. Sistem hemostasis terdiri dari 6 gamb arannya, y artu; Pain, Palene s s, Pare sthesia, Paraly-
komponen utama yaitu trombosit, endotel vaskular, faktor sis, dan Pulsessness.
protein plasma prokoagulan, protein antikoagulan, pro- Sebagai pegangan utama, bila ada pasien dengan
tein fibiinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua keluhan nyeri hebat ditungkai dan tidak terabanya nadi,
komponen hemostasis ini harus ada dalam jumlah yang maka diagnosis trombosis akut arteri ini harus ditegakkan
cukup pada lokasi yang tepat untuk mencegah hilangnya dan ditindak lanjuti. Bila fasilitas ada, pemeriksaan
darah yang berlebihan setelah trauma vaskular, dan pada noninvasif bisa dikerjakan (Doppler). Ini terutama bisa

309
310 KEGAWAIDARURAIAN MEDIK DI BIDAIYG ILMU PENYAKIT DALAIVI

membantu menegakkan diagnosa pasti dan menenfukan Pada Pasien yang tua dimana kejadian akut timbul pada
luasnya daerah yang terkena. Pemeriksaan penunjang lain, kondisi sudah adanya tanda-tanda kronis, maka diag-
yaitu laboratorium darah segera dilakukan untuk nosis penunjang sangat penting. Bila pada Doppler
memastikan adatya proses trombosis yang tentunya terlihat kelainan obstruksi atau stenosis yang cukup
diterangkan di bab yang lain. Arleriografi biasanya tidak luas kadang-kadang operasi by pass segera bisa
dikerjakan, malahan pada keadaaan akut, akan dikerjakan.
memperlambat tindakarVpertolongan kita. Setelah dilakukan trombektomi maka tindakan lain yang
terus dilakukan terutama heparinisasi.

Tindakan/Pertolongan
Garis besar rencana perawatan dari sumbatan arteri tungkai
akut adalah sebagai berikut :

l. Diagnosis dini dan tindakan segera. Dari anamnesis


dan gejala klinik, kita harus bisa menegakkan diagno-
sis. Bila ada fasilitas pemeriksaan penunjang, dapat
dikerjakan tapi jangan sampai terlalu lama sehingga
terapiltindakan kita jangan sampai terlambat.
Pasien harus istirahat baring/dirawat dan diberikan
analgetika. Pemberian antikoagulan seperti heparin dan
LMWH, penting untuk mencegah meluasnya proses
trombosis, biasanya diberikan selama l0 hari, sesudah
itu berangsur-angsur diganti per oral. Dosis dan Gambar 1. Teknik trombektomi dengan kateter Fogarty
lamanya pemberian tergantung masing-masing sentra.
Bisa pula diberi trombolitik. Untuk memperbesar hasil
terapi yang terbaik adalah bila pemberian langsung REFERENSI
intraarterial. Tindakan dengan PTA, juga sangat
menolong pada keadaan tertentu. Bletry O. Et Kieffer E. - Embolies arterielles des membres. - Encycl.
Tindakan bedah berperan penting, karena trombus yang Med. Chir., Paris, Coeur-Vaisseaux, 11319 D 10, 3-1980
terjadi dikeluarkan melalui arteriotomi yang bisa Deitcher SR, Rodgers GM. Thrombosis and antithrombolitic therapy.
dilakukan dengan anestesi lokal. Biasanya kita cari arteri ln : Greer JP, Foerster J, Lukens JN, Rodgers GM, Paraskevas F,
eds. Wintrobe's clinical hematology, 11 'l ed. Philadelphia:
femoralis superfisialis dan setelah arteriotomi, trombus
Lippincott Williams & Wilkins; 2004.p. 1713-58.
bisa dikeluarkan dari proksimal maupun distal. Alat yang
Jusi D: Dasar-dasar Ilmu Bedah Vaskular Balai Penerbit FKtlI, 2004
dipakai adalah kateter Fogarty yang mempunyai balon Paradoxial Arterial Emboli Causing Acute Limb Ischemia in Patient
diujungnya. Setelah kateter menembus trombus, balon with Essential Thrombocytosis Am J Med Sci 2003; 326 (3):
dikembangkan dan ditarik untuk mengeluarkan trombus. 156 - 158.
Tindakan ini
terutama berhasil sangat baik bila Shahid Ahmed, Md; Adnan Sadiq, Md; Anita K Siddiqui, Md; Elliot
kejadiannya benar-benar akut dan pada Pasien yang Borgen, Md; Joseph Mattana, Md
relatifmuda.
47
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
SINDROM LISIS TUMOR
Zakifman lack

PENDAHULUAN derajat keganasan tinggi dan pada tumor padat walaupun


Jarang.
Dengan berkembangnya ilmu pengobatan kanker,
khususnya kemoterapi, mulai dari penggunaan obat
tunggal sampai penggunaan obat kombinasi yang PATOFISIOLOGI
kemudian berkembang menj adi berkembang menj adi
kemoterapi agresif, berbagai laporan hasil terapi yang Pemberian kemoterapi pada sel tumor yang sensitif akan
menggembirakan diperoleh. Tetapi seiring dengan itu berakibat terjadinya penghancuran "mendadak" sejumlah
berbagai efek samping pun timbul dari yang ringan sampai besar sel tumor sehingga terjadi degradasi asam nukleat,
yang berat bahk an fatalyang tidak j arang rnengakibatkan mengakibatkan katalisis hipoksantin dan xantin oleh
kematian, salah satunya yaitu sindrom lisis tumor. xantin oksidase yang meningkatkan pembentukan asam
Pengelolaan efek samping yang tidak diinginkan ini urat yang relatif tidak larut dalam air. Ekskresi asam urat
adalah bagian dari terapi suportif kanker yang merupakan yang meningkat mengakibatkan konsentrasi intratubular
hal penting dalam pengobatan kanker. Oleh karena itu kita yang meningkat pula sampai melebihi tingkat/batas
harus mengenal benar kelainan ini, mulai dari faktor risiko, kelarutan (limits of solubility), sehingga terjadi keadaan
tanda-tanda klinis, patofisiologi, komplikasi, cara supersaturasi dan kristal asam urat pada tubulus renal
penanggulangan, dan cara pencegahannya sehingga dan distal collecting system yang mengakibatkan
pasien tidak meninggal akibat tindakan kemoterapi gangguan fungsi ginjal. Keadaan terakhir ini
tersebut. mengakibatkan terj adinya hiperfosfatemia yang makin
memperburuk fungsi ginjal sehingga terjadi penumnan
ekskresi kalium sampai terjadi hiperkalemia, di samping
SINDROM LISIS TUMOR hiperfostatemia sendiri mengakibatkan terjadinya
hipokalsemia.
Sindrom lisis tumor adalah suatu kelainan metabolik yang Hiperkalemia dapat mengakibatkan aritmia jantung,
mengancam j iwa akibat pelepasan sejumlah zat intraselular sedangkan hipokalsemia dapat mengakibatkan kejang
ke dalam aliran darah akibat tingkat penghancuran sel tu- otot, penurunan kesadaran (confusion), tetani dan
mor yang tinggi karena pemberian kemoterapi. gangguan irama jantung berupa pemanjangan interval
Zat intraselular tersebut adalah hasil degradasi asam Qr.
nukleat akibat destruksi sejumlah besar sel tumor yang
mengakibatkan meningkatnya metabolisme purin, diikuti
oleh meningkatnya pembentukan asam urat. FAKTORRISIKO
Sindrom lisis tumor terdiri dari: hiperurisemia,
hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hipokalsemia. . PeningkatanLDH.
Keadaan ini sering terjadi pada: leukemia akut, limfoma . Ukuran tumor yang besar (bullqt tumor) dengan tingkat

311
312 KEGA1VATDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PET\IYAKIT DALAM

proliferasi yang tinggi. sementara alkalinisasi urin tetap dilakukan. Bila terjadi
. Tumor yang sangat sensitif terhadap kemoterapi. keadaan oliguria maka harus diberikan diuretik atau manitol
. Hiperurisemia yang sudah ada sebelum pengobatan. 7 2,5 gr am dalam larutan 20%o. Hip erkalemia adalah keadaan

. Penurunan fungsi ginjal. yang mengancam jiwa, sehingga harus segera dilakukan
tindakan berupa pemberian 20-30 I.U insulin regular dalam
200-300 ml glukosa 20%o intrayena selama 30 menit, bisa
DIAGNOSIS ditambahkan 15 gram Kayexalate setiap 6 jam peroral.
Keadaan hiperkalemia ini dapat dikenali dengan timbul nya
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya tanda-tanda gelombang T tinggi pada EKG.
sindrom yang disebutkan di atas yaitu: hiperuriksemia, Keadaan hipokalsemia dapat dikoreksi dengan
hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hipokalsemia serta tanda pemberian kalsium glukonat intravena.
gangguan ginjal berupa peningkatan kadar ureum, Bila timbul hiperfosfatemia maka tindakan alkalinisasi
kreatinin, penurunan volume urin, asidosis metabolik urin harus dihentikan karena dapat meningkatkan
dengan pernapasan "Kussmaul", atau gejala sesak napas presipitasi kalsium fosfat. Bila volume urin tetap sedikit,
karena over load cairan tubuh, tetani, kejang otot, gangguan asam basa dan gangguan elektrolit tetap terjadi
gangguan irama janfung sampai penurunan kesadaran. disertai adanya perburukan fungsi ginjal, maka tindakan
dialisis harus dilakukan untuk menyelamatkan jiwa.

PENATALAKSANAAN

Pencegahan adalah langkah terbaik yang dilakukan. 1. Kalium, serum > 6 mcg/l
Pengenalan jenis tumor dan pasien dengan risiko tinggi 2. Asam urat serum > 10 mg/dl
harus dilakukan sebelum kemoterapi dimulai, sehingga 3. Kreatinin serum > 10 mg/dl
tindakan pencegahan dapat dilakukan untuk melindungi 4. Fosfat serum > 10 mg/dl.
fungsi ginjal. Untuk pasien-pasien tersebut diberikan 5 "Volume overloaded state"

hidrasi cairan sebesar 2000-3000 mllm2l24 jamyang sudah 6 Hipokalsemia yang simtomatik

dimulai24 jam sebelum pemberian kemoterapi. Selain itu


7 Perburukan fungsi ginjal
B. Oliguri.
diberikan alopurinol 2 kali 300 mg,lhari untukmenghambat
(dikutip dari Current Therapy in Hematology-Oncology, fifth
produksi asam urat, dan dilakukan tindakan alkalinisasi
edition)
urin dengan pemberian natrium bikarbonat 50-100 mEq
untuk setiap liter cairan intravena yang diberikan untuk
meningkatkan kelarutan asam urat sehingga dapat
disekresikan melalui ginjal. KESIMPULAN
Walaupun fungsi ginjal normal sebelum kemoterapi
dirnulai, tidak tertutup kemungkinan terjadinya sindrom Sindrom lisis tumor adalah suatu keadaan darurat medik
lisis tumor akibat pemecahan sejumlah besar sel tumor dalam bidang onkologi yang sering timbul sesudah
dalam waktu yang singkat, sehingga harus dilakukan tindakan pemberian kemoter api y ang dapat mengakibatkan
pemantauan elektrolit, ureum, kreatinin, kalsium, fosfat , kematian apabila tidak disikapi dan diterapi secara baik
asam urat dan pH urin paling sedikit sekali sehari selama 4 dan benar. Tindakan pencegahan tetap merupakan pilihan
han setelah kemoterapi dimulai. Demikian pula pemantauan terbaik yang harus diambil.
balans cairan harus dilakukan setiap hari terutama pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan jantung yang
sudah ada sebelumnya. Pemeriksaan elektrokardiogram REFERENSI
dilakukan bila ada hiperkalemia dan hipokalsemia.
Frekuensi monitor yang dilakukan tergantung kepada Fojo AT. Metabolic emergencies in cancer principles and practice of
keadaan klinis. oncology. In: Devita VTJr, et al, editors. 7th edition. 2003. p.
2292-9.
Bila terjadi kenaikan serum kreatinin maka harus
Krecker E, Muggia FM. Oncologic nalignancies in current therpy in
dilakukan diuresis paksa (forced diuresis) selama 24 jam Hematology-Oncology. In: Braint MC, Carbone PP, et a1,
perlama dengan penambahan alopurinol 600-800 mglhai, editors. 1995. p. 600-9.
48
KEGAWATAN ONKOLOGI
DAN SINDROM PARANEOPLASTIK
Aru W. Sudoyo, Sugiyono Somoastro

PENDAHULUAN TEKANANATAU OBSTRUKSI OLEH TUMOR

Kanker saat ini frekuensinya meningkat. Faktanya selama Sindrom Vena Cava Superior
hidup seorang pria berisiko terkena kanker prostat I di Sindrom vena cava superior disebabkan oleh adanya
attara 6, begitu pula seorang wanita selama hidupnya obstruksi atau tekanan pada vena cava superior yar,g
berisiko terkena kanker payudara 1 diantara 8. Secara mengalirkan darah ke atrium kanan. Vena cava superior
statitistik juga terjadi peningkatan insidens kanker, dibentuk dari penyatuan vena brachiocephalica kanan dan
sebagai contoh CPIC (colorectal cancer) 42,3-60,8 per kiri dan berakhir pada bagian superior-posterior atrium
100.000 penduduk, paru 70 per 100.000 penduduk di kanan. Lokasinya di mediastinum tengah dan berdekatan
Amerika Serikat. dengan sternum, trakea, bronchus kanan, aorta, arteri
Dengan semakin banyak kanker yang dapat pulmonaris, kelenj ar getah bening paratrakeal dan parahiler.
didiagnosis dan diterapi, semua dokter harus mampu Dinding vana cava superior tipis sehingga dengan
mengenali dan menangani kegawatan onkologi. mudah ditekan. Bila dindingnya sebagian atau seluruhnya
Sindrom paraneoplastik adalah gangguan klinik tertekan, akan terjadi sirkulasi kolateral. Yang paling
dengan tanda dan gejala yang mengenaijauh dari tempat penting adalah kolateral melalui v ena azygos, yang lainnya
tumor primer dan metastasis. Insidens sindrom adalah vena m amaria interna, vena torakalis lateral, vena-
paraneoplastik adalah sekitar 50%. Sangat penting vena paraspinalis dan esofagus. Vena-vena yang letaknya
mengenali manifestasi klinik sindrom paraneoplastik subkutan juga penting dan pelebarannya pada leher dan
karena sering kali merupakan petunjuk awal adanya dada adalah tanda pemeriksaan fisik yang khas.
kanker dan pengenalan segera akan mengarah diagnosis
yang lebih awal dan pada stadium yang lebih bisa
Etiologi
ditangani. Keberhasilan penanganan tumor yang Sindrom vena cava superior disebabkan oleh penekanan,
mendasari akan menghilangkan sindrom paraneoplastik.
invasi atau trombosis pada vena cava superior. Saat ini
Pada beberapa keadaan, tumor tidak bisa diobati tetapi penyebab terbanyak adalah keganasan (80-98%)'
gejala dan komplikasi sindrom paraneoplastik bisa Penyebab terbanyak adalah kanker paru diikuti oleh
ditangani. Kegawatan pada kanker dapat dikategori limfoma, kanker yang bermetastasis di mediastinum dan
menjadi 3 kelompok: tomor primer mediastinum lihat Tabel l.
1. Tekanan atau obstruksi oleh SOL (space-occupying
lesion) Evaluasi
2. Masalah metabolik atau hormonal (sindrom Manifestasi klinik sindrom ini bisa akut maupun subakut.
paraneoplastik) Penekanan vena cava superior yang berlahan
3. Komplikasi akibat pengobatan kanker memungkinkan berkembangnya sirkulasi kolateral.

313
314 KEGAWAXDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

membantu diagnosis pada 213 pasien. Mediastinoskopi,


Penyebab sindrom vena cava supeior torakotomi maupun sternotomi bila perlu dikerjakan untuk
Kanker paru 52-81% diagnosis. Pemeriksaan iaringan penting dilakukan dengan
Small cell
bronkoskopi, biopsi jarum halus, biopsi kelenjar getah
Non small cell
Limfoma 2-20o/o bening supraklavikula atau dengan biopsi dipandu CT-
limfoblastik scan pada masa atau kelenjar getah bening di
Metastasis di mediastinum 8-10%
mediastinum.
kanker payudara
kanker germ cell
kanker gastrointestinal
Tumor primer di mediastinum 10%
timoma PENATALAKSANAAN
sarkoma
melanoma Dibedakan arfiara yar,g gawat dengan yang tidak gawat.
Penyebab bukan keganasan 5%
infeksi (tuberkulosis, sifilis, histoplasmosis) Gawat bila ada gangguan saluran napas, kardiovaskular
strume atau peningkatan tekanan intrakranial yang signifikan yang
aneurisma aorta memerlukan penanganan segera.
trombosis pada kateter vena sentral

Radioterapi
Radioterapi efektif pada sebagian besar kasus dan memberi
Beratnya sindrom vena cava superior terganfung pada
perbaikan gej ala 7 0 -9 0o/o pasien dan hanya I 0 - I 5Yo y ang
penyebab yang mendasari, kecepatan obstruksi, adarrya
tidak berespon. Pemberian fraksinasi dosis tinggi ( >3 Gy/
trombus, lokasi obstruksi, dan kecukupan sirkulasi
hari ) memberikan hasil yang lebih baik daripada dosis
kolateral. Gejala dan tandanya lihat Tabel2.
konvensional 2 Gy lhari.
Pada pemeriksaan foto dada umumnya dijumpai kelainan
pada setengah sampai 213 pasiendijumpai pelebaran atau
masa pada mediastinum superior. Bisa didapat massa pada Kemoterapi
hilus kanan (10-40yo), efusi pleura kanan(25o/o), adenopati Kemoterapi diindikasikan pada tumor yang kemosensitif
hilus dan masa pada paru (20%). Tapi bisa ditemukan foto (kankerparu sel kecil, tumor sel germinatrium, limfoma).
dada yang no rmal (3 - | 5%). Dapat digunakan sebagai terapi tunggal, bersamaan atau
CT-scan dengan kontras atau imaging resonansi setelah radioterapi.
magnetik (MRI) adalah pemeriksaan yang penting untuk Evaluasi setelah 3 siklus, bila berespons dilanjutkan
mendeteksi lokasi obstruksi, adanya trombus pada vena kemoterapi 3 siklus lagi. Pada kasus dengan stable
cava superior, sirkulasi kolateral, masa atau adenopati disease atau disease progression drberlkan jenis
mediastinum. Pemeriksaan venografi diperlukan bila kemoterapi lain dan atau radioterapi.
antisipasi bedah akan dilakukan. Sitologi sputum
Terapi Antikoagulan atau Trombolitik
Pemakaian antikoagulan atau trombolitik dipefianyakan.
Karena sebagian besar pasien respons dengan terapi
Gambaran kinik sindrom vena cava superior spesifik. Jika pada pemeriksaan dengan venografi atau CT:
Gejala
Sesak 63% scan ditemukan trombus, pemberian heparin akan
Muka terasa penuh 50% bermanfaat. Terapi fibrinolitik efektif pada pasien yang
Batuk 24o/" penyebabnya adalah trombus pada kateter vena sentral,
Nyeri dada 15%
Disfagia 9% dan tidak efektifyang disebabkan oleh invasi tumor atau
Sakit kepala penekanan dari mediastinum.
Gangguan penglihatan
Mual
Hidung terasa mampat Expandable Metal Stent
Tanda
Vena leher distensi 66% Keberhasilan cukup tinggi, 95o/o,tapi akan terjadi obstmksi
Vena dinding dada distensi 54% lagi pada 11o%. Secara keseluruhan keberhasilan jangka
Muka edem 46% panjang92o/o.
Sianosis 20%
Plethora 19%
Lengan edem 14%
Ekstremitas atas edem
Pembedahan
Kemosis Pembedahan hanya dikerj akan pada pasien yang tak
Papil edem berhasil dengan terapi konvensional. Tekniknya bisa
Kesadaran menurun
dengan rekonstruksi vena kava superior atau pembuatan
Sinkop
bypass vena.
KEGAWAIDARURAIAN ONI.OI.OGI DAN SINDROM PARANEOPLASTIK 315

Terapi Suportif KOMPRESI PADASIMPUL SARAF SPINAL


l. Posisi kepala agak ke atas
2. Pemberian oksigen Terjadi pada tumor primer maupun metastasis yang
3. Diuresis (terapi diuresis memperbaiki keadaan klinis tapi menekan simpul saraf dengan akibat terjadi defisit
dehidrasi dapat memperburuk sindrom vena cava neurologi. Metastasis spinal sering terjadi pada bagian
superior dan trombosis) posterior korpus vertebra dan akan menekan simpul saraf
4. Steroid, digunakanjangka pendek. Bisajangka panjang spinal bagian anterior. Kebanyakan pasien diketahui
bila respons terlihat atau terbukti adatya edema otak. sebelumnya menderita kanker, tapi sebagian yang lain
5. intubasi atau trakeostomi segera dilakukan bila adany a kompresi pada simpul saraf spinal merupakan manifestasi
stridor (obstmksi saluran napas atas) tidak berespons awal kanker. Diagnosis banding meliputi tuberkulosis
dengan steroid dan bronkodilator. vertebra, osteomielitis, hematoma epidural, hemia nukleus
pulposus, spondilosis. Lokasi tersering adalah verlebra
torakalis 70% diikuti vertebra lumbalis 20o/o dan vertebra
EFUSI PERIKARDIAL DAN TAMPONADE JANTUNG sevikalis 10% walaupun metastasis multipel sering
diternukan. Kanker yang sering menyebabkan adalah
Efusi pericardial ditemukan pada pasien kanker secara kanker payudara, paru, prostat, ginjal, mieloma multipel
otopsi 5-10%. Sering terjadi pada kankerparu lanjut, kanker dan sarkoma.
payudara, leukemia, limfoma, melanoma maligrum. Gejala
timbul bisa cepat atau pelan tergantung kecepatan Evaluasi
akumulasi cairan. Akumulasi cairan mengakibatkan Nyeri pinggang/punggung adalah awal gejala yang
peningkatan tekanan intraperikardial yang berefek pada dapat lokal, radikular maupun keduanya tergantung
pengisian diastolik jantung, akibatnya terjadi penurunan lokasi tumor. Nyeri bertambah dengan mengedan, batuk,
curahjantung. Kemoterapi bisa mengakibatkan efusi seperti gerakan. Kadang memungkinkan mendeteksi lo"kasinya
busulfan, sitarabin, tretinoin. dengan perkusi spinal secara gentle. Bila lebih berat
dapat dijumpai gangguan sensorik, motorik,
Evaluasi inkontinensia urin dan alvi dan akhirnya paralisis.
Gejalanya sesak napas, nyeri dada, batuk, palpitasi, Pemeriksaan radiologi dengan foto polos dijumpai lesi
ortopnea, lelah, lemah, gelisah. Tandanya takikardia, litik maupun blastik atau keduanya pada vertebra.
penurunan bunyi jantung, distensi vena leher, edema Pemeriksaan MRI merupakan pemeriksaan terpilih untuk
peifer friction rubs . Bila telah timbul tam-
dan pericardial deteksi dan lokalisasi kompresi tulang belakang.
ponade jantung akan ditemukan hipotensi, disritmia, Mielografi dan CT-Scan dapat dilakukan bila MRI tak
tekanan vena jugularis meningkat dan tanda kardinal ada atau ada kontraindikasi.
adalah pulsus paradoksus. Foto dada terlihat pembesaran
jantung. Pada EKG ditemukan low-voltage kompleks dan Penatalaksanaan
electrical alternans. Ekokardiografi adalah prosedur
Pasien dengan gejala neurologi
diagnostik pilihan, dimana cairan efusi dengan mudah
dapat terlihat. Pada tamponade, dapat dilihat kolaps atrium
. Segera dirawat

kanan dan ventrikel pada diastol. CT-scan adalah alternatif


. Kontrol nyeri dengan alat analgesik
bila ekokardiografi tidak bisa dikerjakan karena pasien
. Deksametason suntikan 8-10 mg tiap 6 jam dengan
gemuk atau COPD. Analisis cairan perikardium sitologi, tujuan megurangi edema
mikrobiologi, biokimia untuk mengetahui etiologi dengan
. Pembedahan dikerjakanbila :

cara perikardiosentesis pada pasier. dengan tamponade 1. Kompresi spinal oleh fragmen tulang
jantung. 2. Kompresi spinal yang tidak diketahui penyebabnya
dan biopsy jaringan diperlukan karena perburukan
defisit neurologi
Penatalaksanaan 3. Tumor tidak berespons dengan radioterapi
Pada pasien dengan tanpa atau gejala ringan dan . Radioterapi setelah pembedahan
hemodinamik stabil dapat diberikan terapi sistemik.
Kemoterapi dan radioterapi dapat diberikan pada kanker Pasien dengan nyeri punggung atau tanpa defisit neurologi
yang kemosensitif (limfoma, leukemia, kanker payudara, tetapi radiologi abnormal
kanker paru sel kecil) atau radiosensitif (limfoma, kanker
. Kontrol nyeri dengan analgetik
payudara, kanker paru). Pasien dengan hipotensi ringan
. Radioterapi diberikan fraksinasi 25-30 cGy sampai dosis
dapat diberikan cairan cepat NaCl 0,9%o atauringer laktat. total 3000-3500 cGy
Pasien dengan tamponade jantung harus dikerjakan
. Kemoterapi diberikan pada tumor yang sensitif,
perikardiosentesis. umumnya setelah selesai radioterapi atau pembedahan
316 KEGAWAXDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PEI\YAKIT DALAM

KOMPLIKASI METASTASIS OTAK hiperleukositosis adalah 5-13% pada AML dan l0-30%
pada ALL. Peningkatan sel blast di perifer meningkatkan
Metastasis otak terjadi pada l0-30Yo pasien kanker dan viskositas darah, aliran darah diperlambat oleh agregrat
dua pertiganya akan menimbulkan gejala. Penyebab sel hrmor dan sel leukemia mampu menembus endotel yang
terbanyak adalah kanker paru diikuti oleh payudara dan menyebabkan perdarahan. Otak dan paru adalah organ
melanoma. Kanker paytdara metastasis ke otak 10-20% yang paling sering terkena. Leukostasis otak bisa
kasus. Kanker paru sel kecil metastasis ke otak 20-40% mengakibatkan stupor, nyeri kepala, pusing, telinga
kasus. Melanoma metastasis ke otak l2-20o/okasus. mendenging, gangguan visual, ataksia, koma, mati
mendadak. Komplikasi ini bisa dilindungi dengan
Evaluasi radioterapi otak 600cGy dan diikuti kemoterapi
Metastasis otak menyebabkan gejala dan tanda oleh karena antileukemia. Leukostasis paru bermanifestasi sesak,
lokasi atau adatya peningkatan tekanan intrakranial. hipoksemia dan berkembang jadi gagal napas. Foto dada
Adanya metastasis otak harus dicurigai bila pasien kanker mungkin normal atau ditemukan infiltrat. Leukoferesis
ditemukan gejala neurologi. Defisit neurologi umumnya membantu menurunkan sel blast perifer. Pengobatan
dihubungkan dengan adanyamasa fumor yang membesar leukemia dapat menyebabkan perdarahan paru akibat lisis
dan berhubungan dengan edema (Tabel 3). sel blast di paru yang disebut leukemic cell lysis
pneumopathy. Penurunan volume darah dan transfusi yang
tak perlu akan meningkatkan viskositas darah dan
memperburuk sindrom leukostasis.
Gejala lnsidens %
Sakit kepala 35-50
Mual muntah 30-40 KEDARURATAN METABOLIK
Astenia 35-49
Kejang 15-20
Pusing 10-20
Ataksia 15-20
A. Hiperkalsemia
Afasia 15-20 Hiperkalsemia paling berisiko pada kanker payudara,
mieloma multipel, kanker paru non sel kecil dan
hipernefroma.

Patofisiologi
Pasien bisa bergejala seperti pada Tabel 3, tetapi ada
P arathyroid horrnone (PTH) d.an Parathyroid hormone-
70% metastasis otak tanpa gejala. Pada pemeriksaan fisik
relatedprotein (PTHrp). Tumor jarang menghasilkan PTH
ditemukan afasia, hemiparesis, gangguan penglihatan dan
kejang, leher kaku, edema papil, hipertensi. bradikardia.
kecuali kanker parathyroid. PTHrp adalah penyebab
tersering hiperkalsemia yang terkait kanker. Kondisi
Bila sudah lanjut terjadi penurunan kesadaran. Diagnosis
fisiologis PTHrp adalah faktor parakrin. Bila produksi
bisa dibantu dengan CT-scatq atau MR[. MRI lebih sensitif
berlebihan akan berfungsi sebagai hormon yang bekerja
dibanding CT-Scan.
sistemik meningkatkan absorbsi kalsium di usus,
reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal dan metabolisme
Penatalaksanaan tulang.
Radioterapi adalah terapi standar pasien dengan
metastasis otak multipel dengan gejala. Kemoterapi sebagai
Vitamin D3. Pada pasien limfoma Hodgkin, limfoma non-
Hodgkin, mieloma multipel terdapat peningkatan vitamin
awal terapi digunakan untuk metastasis otak yang multipel
D3.
atau tunggal yang tidak bergejala. Obat kemoterapi yang
melewati sawar darah otak adalah sisplatin, karboplatin, Sitokin. TGF disel<resi sel kanker dalamjumlah besar. Karena
etoposid, ifosfamid, temozolomid, gemsitabin, irinotekan. sebagian homologi, TGF rnerangsang reseptor EGF,
Pembedahan dikerjakan setelah radioterapi, pada pasien sehingga meningkatkan resorpsi tulang. IL-1, IL-6 dan TNF
dengan tumor primer terkontrol, status penampilan baik meningkatkan resorpsi tulang.
dan metastasis otak soliter. Terapi suportif adalah
Diagnosis Banding
pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan antikejang.
Penyebab hiperkalsemia adalah banyak (Tabel 4),
penyebab tersering adalah hiperparatiroidisme dan
keganasan. Jika hiperkalsemia terjadi pada pasien yang
LEU KOSITOSTASIS PARU DAN INTRASEBRAL
dirawat, 65% umumnya berhubungan dengan keganasan.

Hiperleukositosis dan sindrom leukostasis berpotensi Evaluasi


komplikasi fatal pada leukemia akut yang terjadi ketika Manifestasi klinik hiperkal semia adalahfali gue, kelemahan
jumlah sel blast perifer > 100.000/ml. Frekuensi otot, depresi, nyeri perut, konstipasi dan anoreksia.
KEGAWATDARUR/IffAN ONLOLOGI DAN SINDROM PARANEOPLASTIK 317

B. Sindrom Lisis Tumor


Diagnosis banding hiperkalsemia Pemecahan sel kanker yang cepat akan mengeluarkan
Kanker metabolit selular terutama asam urat, ion intraselular yang
- PTHrp melampui kapasitas ginjal mengekskresi. Sindrom lisis
- Non-PTHrp
Endokrin Dan Metabolik tumor tegantung : l. Ukuran dan derajat tumor, 2.
- Hiperparatiroid primer fungsi ginjal, 3. terapi.
- Addison's drsease Pemecahan sel akan mengeluarkan banyak asam
- lmobilisasi
- Terapi hormon tiroid nukleat,kalium dan fosfat. Asam nukleat mengandung basa
lnfeksi Dan Granulomatosis purin yang diubah enzim xantin oxidase menjadi
- TBC hipoksantin dan xantin dan akhimya menjadi asam urat.
- HIV
- arcoidosis Jika asam urat konsentrasinya meningkat. pH menurun,
- Berryliosis asam urat mengendap pada tubulus. Diikuti penurunan
- Coccidiodomycosis tungsi ginjal.
Diet dan Obat
- Vitamin D eksogen Kalium juga dikeluarkan dari sel. Terdeteksi 6 jam
- Vitamin A eksogen setelah dimulai kemoterapi. Jika terdapat penurunan fungsi
- Lithium ginjal, kalium tidak dapat diekskresi.
- Suplemen kalsium
- Thiazide Fosfat dikeluarkan dari sel yang lisis. Terdeteksi 24
jam sesudah sel lisis. Fosfat akan mengikat kalsium
akibatnya kadar kalsium turun.
Pasien dengan tumor yang proliferasinya cepat
Hiperkalsemia dapat mengakibatkan pankreatitis dan misalnya limfoma, ALL, AML, MM merupakan risiko tinggi
predisposisi ulkus peptikum. Komplikasi ginjal akut, terjadi terjadi sindrom lisis tumor. Risiko terjadinya sindrom lisis
vasokonstriksi renal, natriuresis, penurunan laju frltrasi tumor : I ). peningkatan LDH > I 000 U/l; 2). leukosit > 50. 000/
glomerulus. Komplikasi ginjal kronik terjadi gangguan mL; 3). asam urat > 6,5 mg/dl; 4). itmor bullqt ; 5 ). gangguan
konsentrasi ginjal, diabetes insipidus nefrogenik, tubular fungsi ginjal; 6). dehidrasi.
ginjal asidosis, nefrolitiasis dan penurunan fungsi ginjal,
hiperkalsemia ringan, teqadi gangguan kognitif ringan, Evaluasi
hiperkalsemia sedang terjadi anxietas dan hiperkalsemia
berat terjadi halusinasi, psikosis, somnolen dan koma.
Gejala. Menunjukkan gejala hipokalsemia seperti
penurunan kesadaran, tetani, otot kram, disritmia, akhimya
Komplikasi kardiovaskular adalah kecenderungan terj adi
bisa terjadi bradikardi dan syok. Gejala hiperkalemia bisa
hiperlensi dan percepatan deposisi kalsium di endotel.
berupa kelemahan otot atau letargi.
Penatalaksanaan
Tanda. l). Kalium > 6 mmol/l, 2). Kalsium < 6 mg/dl, 3).
Terapi optimal hiperkalsemia akibat kanker adalah
Kreatinin > 2,4 mgl dl, 4). Di sritmia, 5 ). Peningkat an 25o/o
menyembuhkan kanker. Pada kenyataannya hal ini sulit
fosfat, 6). Peningkatan 25oZ asam urat.
dikerjakan karena pasien telah ada metastasis saat
hiperkalsemia ditemukan. EKG. Peningkatan gelombang T dan pelebaran kompleks

Terapiumum: QRS
. kurangi immobilisasi Pencegahan
. hentikan atau batasi obat yang menghambat ekskresi . Profilaksis hidrasi. Pasien harus dapat 3-5 Llm2 cairan
kalsium di ginjalmisal tiazid intravena (glukosa 5%:NaCl 0,9%o l:l).
. hentikan atau batasi obat yang menurunkan perfusi . Alkalinisasi urin dengan pemberian natrium bikarbonat.
ginjal misal OAINS, penghambat ACE, penghambat Target pH urin dipertahankatrarrtara 7 sampai 7,5.
reseptor angiotensin II . Balans cairan minimal 2 kali sehari
. hentikan suplemen vitamin D, A seperti multivitamin . Bila pasien dengan risiko tinggi terjadi sindrom lisis
fumor harus diperiksa setiap hari asam urat, Na, K, Ca,
Terapi spesifik:
.. Meningkatkan ekskresi kalsium urin dengan cara
Mg, fosfat, kreatinin, LDH, INR, fibrinogen, DPL,
glukosa.
pemberian NaCl 0,9o/o intravena.
. Menghambat resorpsi tulang dengan pemberian :

- Bisfosfonat misal klodronat, pamidronat, Penatalaksanaan


zolendronat. Jika secara klinik terbukti ada sindrom lisis tumor maka:
- Kalsitonin . Pasien segera dimasukkan ke ICU
- Kortikosteroid . Monitor EKG dan tanda vital
. Komplikasi akibat pengobatan kanker . Tekanan vena sentral harus diukur tiap 8 jam
318 KEGAWTIDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAITI

. Balans cairan ketat Dialisis pada Sindrom Lisis Tumor


. Hidrasi harus dilanjutkan dengan 5 Vm2 Jika kalium > 7 mmolil tidak bisa ditangani dengan
. Diuresis sedikitnya 150-200 mUjam. Jikadiuresis kurang pengobatan konvensional harus segera dilakukan dialisis
atau berat badan bertambah saat hidrasi, berikan bila keadaannya mengancam nyawa. Indikasi lain adalah
diuretika terutama furosemid intravena, diuretika hemat kalium > 6 mmol/ldalam terapi hidrasi, fosfat > 10 mg/dl,
kalium dihindari. ureum > 150 mg/dl dan oliguria atau anuria.
. Hindari pemakaian kontras medium, aminoglikosida,
OAINS, probenesid, tiazid.
Komplikasi
Sindrom lisis tumor adalah keadaan yang mengancam
Terapi Hiperurisemia pada Sindrom Lisis Tumor nyawa, dengan komplikasi gagal ginjal akut, disritmia
Alopurinol adah obat pilihan untuk mencegah peningkatan maligna, DIC dan akhirnya meninggal.
asam urat. Enzim xantin oksidase mengubah alopurinol
menjadi oksipurinol, yang selanjutnya menghambat enzim
tersebut. Akibatnya mencegah metabolisme hipoxantin REFERENSI
menjadi asam urat. Kelarutan dan eliminasi xantin lebih
baik dibanding asam urat di ginjal. Dosis alopurinol yang Friedman JD. Oncologic Emergencies In : Pillot G et al eds.The
diperlukan 10 mg/kgBB. Jika terdapat penumnan pungsi Washington Manual Hematology and Oncology Subspeciality
ginjal , dosis alopurinol diturunkan. Bila kreatinin klirens Consult. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 2004.
>20 ml/menit diberi 300 mg/hari. Alopurinol tidak boleh Gucalp R, Dutcher J. Oncologic Emergencies In: Kasper DL et al
eds. Harisson's Principle of Internal Medicine, 16th ed. New
dikombinasi dengan 6-merkaptopurin, ampisilin,
York, McGraw-Hill, 2005.
siklosporin. Jika alergi alopurinol, bisa diberikan urat Jouriles NJ. Oncologic Emergencies. In : Markovchick VJ, Pons PT
oksdase atau rasburikase. eds.Emergency Medicine Secrets 3'd ed. Philadelphia, Hanley &
Belfus, 2003.
Kosmidis PA, Schijvers D, Andre F, Rottey S, eds. European Society
Terapi Hiperkalemia pada Sindrom Lisis Tumor for Medical Oncology Handbook of Oncological Emergencies.
. Hidrasi dan diuresis London, Taylor & Francis, 2005.
. Pemberian nebulisasi beta-2 agonis seperti fenoterol Liu G, Robins HI. Oncological Emergencies. In: Pollock RE, ed.
dapat membantu. UICC Manual of Clinical Oncology, 8th ed.New Jersey, John
. Pemberian 10-20Uinsulindan25-50 g glukosa. Wiley & Sons, 2004.
. Kalsium glukonat l0% l0 ml bolus perlahan-lahan Yahalom J. Oncologic Emergencies. In : de Vita VT et ai eds. Cancer
Principles & Practice in Oncology, Th ed. Philadelphia, Lippincott
selama 2-3 menit diberikan dalam keadaan yang
Williams & Wilkins, 2005.
mengancam disritmia.

Anda mungkin juga menyukai