PAPDI Kegawatdaruratan Medik PDF
PAPDI Kegawatdaruratan Medik PDF
TERAPI OKSIGEN
Anna Uyainah Z.N.
161
.162 KEGAWAXDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
Manifestasi klinik hipoksia tidak spesihk, sangat bervariasi, INDIKASI TERAPI OKSIGEN
tergantung pada lamanya hipoksia (akut atau kronik),
kondisi kesehatan individu dan biasanya timbul pada Dalam pemberian oksigen harus diperlimbangkan apakah
keadaan hipoksia yang sudah berat. Manifestasi klinik dapat pasien benar-benar membutuhkan oksigen , apakah
berupa perubahan status mental,lbersikap labil, pusing, dibutuhkan terapi oksigen jangka pendek (short-term
dispneu, takipneu, respiratory distress, dan aitmia. Sianosis o xy g en th er apy) atau terapi oksi gen j angk a p anjang (l o n g -
sering dianggap sebagai tanda hipoksia, namun hal ini hanya term oxygen therapy).
dapat dibenarkan apabila tidak terdapat anemia. Indikasi untuk pemberian oksigen harus jelas. Oksigen
Untuk mengukur hipoksia dapat digunakan alat yang diberikan harus diatur dalam jumlah yang tepat, dan
oksimetri (pulse oxymetty) dan analisis gas darah. Bila harus dievaluasi agar mendapat manfaat terapi dan
nilai saturasi kurang darig0o/o diperkirakan hipoksia, dan menghindari toksisitas.
membutuhkan oksigen.
Terapi Oksigen Jangka Pendek
Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang Lain Terapi oksigen jangka pendek merupakan terapi yang
Berbagai tanda dan gejala hipoksia bervariasi dan tidak dibutuhkan pada pasien-pasien dengan keadaan
spesifik, maka untuk menentukan hipoksia diperlukan hipoksemia akut, di arrtaranya pneumonia, PPOK dengan
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan yang paling sering eksaserbasi akut, asma bronkial, gangguan kardiovaskular,
digunakan adalah pemeriksaan PaO, arteri atau saturasi emboli paru. Pada keadaan tersebut, oksigen harus segera
oksigen arteri melalui pemeriksaan invasif yaitu analisis diberikan dengan adekuat. Pemberian oksigen yang tidak
gas darah arteri ataupun noninvasif yaitl pulse oximetry adekuat akan menimbulkan cacattetap dan kematian. Pada
(dengan menjepitkan alat oksimetri pada ujung jari atau kondisi ini, oksigen harus dibenkan dengan FiO, 60- 100%
daun telinga). Pada pemeriksaan analisis gas darah, dalam waktu pendek sampai kondisi membaik dan terapi
spesimen darah diambil dari pembuluh darah arteri yang spesifik diberikan. Selanjutnya oksigen diberikan
(a.radialis atau a.femoralis) dan akan didapatkan nilai PaO, dengan dosis yang dapat mengatasi hipoksemia dan
PCO2, saturasi oksigen dan parameter lain. Pada meminimalisasi efek samping. Bila diperlukan, oksigen
pemeriksaan oksimetri hanya dapat melihat saturasi harus diberi secara terus-menerus.
oksigen. Pengukuran saturasi oksigen melalui oksimetri Untuk pedoman indikasi terapi oksigen jangka pendek
ini tidak cukup untuk mendeteksi hipoksemia, karena hanya telah ada rekomendasi dari The American College of Chest
dapat memperkirakan PaOr> 60mmH gatauPaOr<60 mmHg. Physicians dan the National Heart, Lung and Blood
Berulang kali studi dilakukan, ternyata oksimetri tidakbisa Institute. (Tabel2)
untuk menentukan indikasi pemberian terapi oksigenjangka
panjang, namun pemeriksaan noninvasif ini efektif
lndikasi yang sudah direkomendasi
digunakan untuk evaluasi kebutuhan oksigen selama -
:
terapi oksigen jangka panjang. Studi awal pada terapi -Edema yang disebabkan karena CHF
oksigen jangka panjang pada pasien PPOK -P pulmonal pada pemeriksaan EKG (gelombang P >
3 mm pada lead ll, lll, aVF)
memperlihatkan bahwa pemberian oksigen secara - Eritrosiiemia (hematokrit > 56 %)
kontinyu selama 4 -8 minggu menurunkan hematokrit, - PaOz > 59 mmHg atau oksigen saturasi > 89%
memperbaiki toleransi latihan, dan menurunkan tekanan Pemberian oksigen tidak kontinyu
vaskular pulmonar. - Selama latihan : PaOz < 55 mmHg atau saturasi oksigen <
BB%
Pada pasien dengan PPOK dan kor pulmonal, terapi - Selama tidur : PaOz < 55 mmHg atau saturasi oksigen < 88
oksigen jangka panjang (long-term oxygen therapy I Yo dengan komplikasi seperti hipertensi pulmoner'
UIOT) dapat meningkatkan jangka hidup sekitar enam somnolen, dan aritmia
sampai tujuh tahun. Angka kematian menurun pada pasien
dengan hipoksemia kronis apabila oksigen diberikan lebih
dari l2jam sehari dan manfaat survival lebih besar telah
ditunjukkan dengan pemberian oksigen berkesinambungan.
Berdasarkan beberapa penelitian didapatkan bahwa lndikasi Pendapaian terapi
terapi oksigenjangka panjang dapat memperbaiki harapan
PaOz < 55 mmHg or SaOz PaOz > 60mmHg atau SaO2 >
hidup. Karena adatya perbaikan dengan terapi oksigen < 88% 9jYo
jangka panjang, maka saat ini direkomendasikan untuk Dosis oksigen sebaiknya
disesuaikan saat iidur dan
pasienhipoksemia (PaO, < 55 mmHg atau saturasi oksigen
latihan
< 88 %) oksigen diberikan secara terus menerus 24 jam Pasien dengan kor PaOz > 60mmHg atau SaO2'>
dalam sehari. Pasien dengan PaO, 56 -59 mmHg atau pulmonal 90%
saturasi oksigen 89%o, kor pulmonal atau polisitemia juga PaOz 55-59 mmHg atau Dosis oksigen sebaiknya
SaOz > 89% disesuaikan saat tidur dan
memerlukan terapi oksigen jangka panjang. Adanya P pulmonal pada latihan
Pada keadaan ini , awal pemberian oksigen harus EKG, hematokrit > 55%
dehgan konsentrasi rendah (PiOr24 - 28 %) dan dapat dan gagal jantung
kongestif
ditingkatkan bertahap berdasarkan hasil pemeriksaan Dosis oksigen sebaiknya
lndikasi khusus
analisis gas darah, dengan tujuan mengoreksi hipoksemia Nocturnal hypoxemia disesuaikan saat tidur
dan menghindari penurunan pH di bawah 7,26. Oksigen
Tidak ada hipoksemia saal Dosis oksigen sebaiknya
dosis tinggi yang diberikan kepada pasien dengan PPOK istirahat, tetapi saturasi disesuaikansaat latihan
yang sudah mengalami gagal napas tipe II akan dapat menurun selama latihan
mengurangi efek hipoksik untuk pemicu gerakan bernapas atau tidur
Alat Pemberian Oksigen dengan Arus Rendah pendorongan dengan arus tinggi tersebut.
Kateter nasal dan kanul nasal merupakan alat dengan Sistem arus tinggi ini dapat mengirimkan sampai 40Ll
sistem arus rendah yang digunakan secara luas. Kanul menit oksigen melalui mask,yangumumnya cukup unfuk
nasal arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring total kebutuhan respirasi. Dengan penggunaan mask ini
dengan aliran l-6Llm,dengan FiO, antaraI,24 - 0,44 (24% tidak mempengaruhi FiOr.
- 44%). Aliran yang lebih tinggi tidak meningkatkan FiO, Dua indikasi klinis untukpenggunaan oksigen dengan
secara bermakna di atas 44oh dan dapat mengakibatkan arus tinggi adalah pasien dengan hipoksia yang
mukosa membran menjadi kering. memerlukan pengendalian FiO, dan pasien hipoksia
Untuk memperbaiki efi siensi pemberian oksigen, telah dengan ventilasi abnormal.
didisain beberapa alat, di attaranya electronic demand
devices, reservoir nasal canulas, dan transtracheal Sistem Suplai Oksigen
cathethers, dan dibandingkan dengan kanul nasal Ada beberapa macam sistem untuk suplai oksigen, di
konvensional, alat- alat tersebut lebih efektif dan efi sien. arfiaratya: Oxygen concentrdtors, sistem gas kompresor
Electronic demand devices. Secara komersial dibuat dengan dan oksigen dalam bentuk cair. Masing-masing ada
perbedaan dalam hal waktu, frekuensi, dan volume. kerugian dan keuntungannya, oleh karena itu harus dipilih
yang mana yang terbaik ,disesuaikan dengan kondisi
Berdasarkan beberapa studi alat ini menunjukkan
penghematan oksigen 50 - 86%. Salah satu kerugiannya paslen.
adalahbunyi yang gaduh dari alat ini. Oksigen concentrators, secara elektrik bertenaga mesin,
Reservoir nasal canulas. Alat ini dapat mengurangi menyaring molekul oksigen udara lingkungan dengan
penggunaan oksigen 50- 15%. Namun kerugian konsentrasi oksigen9}o/o- 98o/o, dan aliran oksigen maksimum
penggunaan alat ini adalah tidak nyaman bagi pasien di dapat mencapai 3-5 L/menit. Concentrators merupakan
antaranya harus bernapas dengan cara bibir dikatup. sistem pemberian oksigen yang paling hemat biaya.
Transtracheal oxygen. Mengalirkan oksigen secara Compressed gas cylinders, silinder dengan gas yang
langsung melalui kateter ke dalam fiakea. Oksigen dipadatkan menyediakan oksigen kurang lebih 57 jam
transtrakeal dapat meningkatkan kesetiaan pasien dengan aliran oksigen 2Llmerit sampai 15 L/menit.
menggnnakan oksigen secara kontinyu selama 24 jam, dan
sering berhasil pada pasien dengan hipoksemia yang
refrakter. Dari hasil studi , dengan oksigen transtrakeal ini
Aliran 02 100% Fio, (%)
dapat menghemat penggunaan oksigen 30 - 60%.
Keuntungan dari pemberian oksigen transtrakeal yaitu Sistem aliran rendah
Kanul nasal
tidak menyolok mata, tidak ada bunyi gaduh dan tidak ada 1Um 24
iritasi muka/hidung. Rata-rata oksigen yang diterima 2Ll m aa
stoma, dan mulkus ball yang dapat mengakibatkan fatal. Mask Oksigen
5-6Um 40
Risiko retensi CO, ini perlu dihindari dengan berhati- 6-7Um 50
hati mengatur pemberian oksigen dengan mempertahankan 7-8 L/ m 60
PaOrantara60- 65 mmHg. Mask dengan kantong
reservorr 60
6L/m 70
Alat Pemberian Oksigen dengan Arus Tinggi 7Ll m 80
Alat oksigen arus tinggi di antaranya Venturi mask dan 8L/m 90
9L/m >99
Reservoir Nebulizer Blenders. '10 L/ m
Alat venturi mask menggunakan prinsip jet mixing Nonrebreathing 60-'100
(efek Bernoulll). Jet mixing masks, mask dengan arus 4-10 L/m
tinggi, bermanfaat untuk mengirimkan secara akurat Sistem aliran tinggi
Venturi mask
konsentrasi oksigen rendah ( 24-35%). Pada pasien 3 L/m 24
dengan PPOK dan gagal napas tipe II , bernapas dengan 6Um 2B
mask ini mengurangi risiko retensi CO, dan memperbaiki 9 L/m 40
12Llm 40
hipoksemia. Alat tersebut terasa lebih nyaman dipakai, 15 Um 50
dan masalah rebreathing diatasi melalui proses
TERAPIOKSIGEN 165
. Mengatasi hipoksemia
PEMILIHAN DAN TIPE VENTILATOR . Mengatasi asidosis respiratorik akut
. Mengatasi distres pemapasan
Pada saat manusia bernapas spontan, udara masuk ke paru
. Mencegah atau mengatasi atelektasis paru
akibat tekanan negatif (hisapan) dari dalam paru karena . Mengatasi kelelahan otot bantu pemapasan
paru dan rongga toraks mengembang. Ventilator tekanan . Memudahkan pemberian sedatif atau blokade
negatif bekerja dengan mengembangkan rongga dada. neuromuskular.
Ventilator tipe ini saat ini sudah tidak digunakan lagi. . Menurunkan kebutuhan pemakaian oksigen sistemik
Ventilator tekanan positif bekerja dengan meng- danmiokard.
hembuskan udara melalui saluran napas ke dalam paru. . Menurunkan tekanan intrakranial
Ventilator tipe inilah yang saat ini umum digunakan dan . Menstabilkan dinding dada.
oleh karena itu tulisan ini akan lebih dibahas tentang Harus diingat bahwa ventilator mekanik hanya
ventilator tekanan positif. Beberapa tipe ventilator berfungsi sebagai pendukung sampai penyebab utama
disebutkan di bawah ini: kondisi yang memerlukan dukungan ini teratasi.
. Ventilatortekanan a. Cuirass ventilator Tekanan positif dapat mengembangkan kembali
negatif b. Tank ventilator (iron lung) atelektasis atau mempe tbaiki mis m at chin g (ketidak-
. Ventilator tekanan a. Pressure limit devices imbangan) ventilasi-perfusi dan memperbaiki oksigenasi
positif (Bird, Bennet PR-2) daerah yang ventilasinya buruk. Usaha bernapas pasien
b. Volume limit devices (MA-2' yang tak adekuat dengan memakai otot napas tentunya
Bear 2) mengkonsumsi oksigen berlebihan, dengan "positive
c. Time cycled devices (Siemens pressure mode" ventilator dapat usaha ini
9008, e00c) dan penyampaian oksigen yang erpenuhi'
. Ventilatorfrekuensi a. Jet ventilators Tekanan positif ventilator dapat juga digunakan untuk
tinggi b. High frequency venti lators menstabilkan dinding dada pada keadaan fungsi bernap as
c. Ossilators terganggu seperti pada "Jlail chest".
r66
DUKUNGAN VENTILAI1OR MEKANIK t67
machine triggered. Modus ini disebut juga controlled ASSISTED VENTILATION MODES
mechanical ventilation (CMV). Pada modus ini volume
tidal umumnya dihantarkan dengan pola flow yang telah
diatur sebelumnya sehingga merupakan volume cycled Volume Assisted Ventilafion (VAV)
ata:: /low cycled, namun bisa pula ditambahkan pause
Modus ifi adalah patient's triggered dan volume limited.
setelah akhir inspirasi selama waktu tertentu sehingga Ventilator akan bekerja memb anf.t (as s isting) memberikan
merupakan time cycled. Karena volume tidal dan waktu udara inspirasi bila mendeteksi usaha napas dari pasien.
inspirasi ditentukan mesin, maka untuk mencegah Modus ini disebut j.uga assisted mechanical ventilation.
barotrauma, tidak boleh terjadi peningkatan tekanan jalan Besamya volume tidal yang diberikan ditentukan oleh
napas, misalnya akibat batuk, pasien berontak, mesin (volume limiteQ. Sama seperti VCV modus ini
bronkospasme atau complience rongga toraks yang memakai volume cycled atau /low cycled. Modus ini
menurun. Untuk itu modus ini hanya digunakan pada diindikasikan pada pasien yang bemapas spontan namun
pasien dengan sedasi berat, anestesia, paralisis otot tidak adekuat (selama masih cukup adekuat untuk terbaca
napas atau gangguan neuromuskular berat. Selain itu oleh mesin). Berkebalikan dari VCY modus ini tidak boleh
harus terpasang alarm untuk membatasi tekanan jalan diberikan pada pasien henti napas, dalam sedasi b erat atau
napas (umumnya diatur pada 60 cmHg). Keuntungan pelemas otot. Modus ini juga berbahaya pada pasien
modus ini adalah hilangnya work of breathing (WOB) dengan hiperventilasi sentral karena akan meningkatkan
pada pasien yang memang harus diturunkan/ volume semenit (VE), menyebabkan hipokarbia, alkalosis
diistirahatkan WOBnya. respirasi akut, hipokalemia dan aritmia.
Pressure Co ntro I led Ve nti I ati o n ( PCV) P ressu re S u pport Venti lation (PSVI
Pada modus ini mesin bekerja dengan machine Modus ini sering disingkat PS saja. Modus ini bekerja
triggered, pressure targeted dan time cyled. Pada saat secara patient's trigerred, pressure targeted, flow
mesin secara otomatis memberikan napas, tekanan jalan cycled. Apabila pasien memicu mesin, mesin akan
napas segera mencapai peak airway pressure dan memberikan udara secara cepat sehingga tekanan jalan
selanjutnya menurun sampai titik awal. Kecuali bila napas yang ditargetkan dicapai. Seperti halnya pada
modus ini dioperasikan dengan PEEP maka titik awal PCV, apabila PEEP digunakan lebih dari 0 mmHg, maka
adalah 0 mmHg. Bila modus ini dioperasikan dengan peak airway pressure yang terjadi adalah PEEP
positive end expiratorlt pressure (PEEP) maka titik awal ditambah nilai PS (besarnya tekanan maksimal yang
dib erikan oleh me s in). S el anj utnya/ ow akarr disesuaikan
tekanan adalah PEEP itu sendiri. Apabila PEEP
digunakan, maka besarnya peak airway pressure adalah terus untuk mempertahankan tekanan jalan napas
PEEP ditambah tekanan yang telah 'ditugaskan' (man- tersebut, sehingga selama pasien masih menarik napas
datory) pada mesin untuk diberikan. Karena modus ini (berarti pasien membuat tekanan negatif) maka mesin
didasarkan atas time cycled, ekspirasi hanya akan terjadi terus memberikan udara/tekanan. Apabila flow inspirasi
bila waktu inspirasi (Ti) habis. Apabila penurunan pasien menurun sampai ambang cycle off mesin
tekanan saat inspirasi telah mencapai titik awal (umumnya 25oh dari peak expiratory pressure), mesin
sebelum Ti maka akan terjadi pause dt mana tekanan akan beralih ke ekspirasi.
jalan napas akan dipertahankan sampai waktu ekspirasi PSV dirancang untuk menghindari barotrauma dan
tiba. mengurangi kerja napas. PSV berbeda dengan IMV/SIMV,
di mana PSV dikondisikan untuk membantu setiap usaha
napas spontan. PSV sekarang menjadi pilihan pada pasien
I nterm ittent M a ndatory Ventil ati on (lMVl dengan gagal napas yang tidak terlalu berat dan memiliki
Modus ini bukan murti controlled mode karena pasien usaha napas yang adekuat. Hasilnya dapat meningkatkan
juga bernapas spontan. Napas dari mesin dihantarkan kenyamanan pasien, mengurangi efek buruk terhadap
setiap interval waktu tertentu (machine triggered), dan kardiovaskular, mengurangi risiko barotrauma, dan
pasien dapat melakukan pernapasan spontan di antara meningkatkan distribusi gas.
bantuan napas ventilator. Lebih tepat bila mode ini
disebut sebagai VCV pada pasien bernapas spontan.
Agar pasien dapat bernapas spontan, pada mesin harus Assisfed-co ntro I I ed ve nti I ati o n m ode
dibuat memiliki aliran udara yang terus menerus Pada modus-modus tipe ini ventilator mendeteksi inisiatif
walaupun mesin sedang tidak memberikan inspirasi. inspirasi dari pasien dan menyediakan bantuan tekanan
Apabila inspirasi mesin terjadi saat pasien baru selama inspirasi. Pada mesin juga diset frekuensi napas
ekspirasi dapat muncul risiko barotrauma atau minimal. Bila pasien bernapas di bawah target
volutrauma. Oleh karena itu cara ini telah digantikan minimal tersebut maka mesin memberikan napas secara
dengan synchronized IMV (SIMV). otomatislmandatory.
DUKUNGAI{ VENTIL.TIiTOR MEI(ANIK
t69
Pilihan awal modus ventilasi (misalnya SIMV atauA/ . Peningkatan beban kerja melebihi kapasitas keq'a karena
C) tergantung dokter atau institusi yang bersangkutan. - Compliance yatgtertdah(ARDs, luka bakar daerah
Ventilasi CMV, juga NC, adalah cara bantuan penuh di dada, efusi pleura, obesitas, pneumonia)
mana ventilator bisa mengambil alih seluruh usaha napas. - Resistensi yang tinggi (asma, PPOK, tumor atau
Kedua cara ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan sumbatan pada saluran naPas)
ventilasi semenit (VE) yang tinggi. Dukungan penuh, akan . Peningkatan YCO2 bersamaan dengan terbatasnya
mengurangi kerja otot pernapasan (tvork of breathing) kapasitas kerja (diet, PPOK)
sehingga mengurangi konsumsi O, dan produksi CO, dari . Peningkatandead space (ruang rugi) yang memerlukan
otot-otot pernapasan. Suatu kekurangan yang mungkin peningkatan ventilasi bersamaan dengan keterbatasan
terdapat pada modus A/C pada pasien dengan penyakit kapasitas kerja.
sumbatan jalan napas adalah perburukan dari keadaan . Penurunan kapasitas kerja.
udara yang terperangkap (air trapping) dan napas yang - Karena penurunan pusat napas di otak pada
berlumpukan (breath stacking). overdosis obat dan sindrom hipoventilasi sentral
Ketika bantuan napas penuh diberikan pada pasien - Penyakit neuromuskular (miastenia gravis, sindrom
yang dilumpuhkan dengan blokade neuromuskular, tidak Cuillain-Bane)
ada perbedaan antara VE pada berbagai cara ventilasi yang - Mechanical disadvantage ( hipetventilasi, auto
ada. Pada pasien apnoe, A/C dengan frekuensi napas 10 PEEP)
dan VT 500 ml mengantarkan VE yang sama dengan SIMV - Atrofi otot napas (pada malnutrisi, paralisis jangka
dengan parameter yang sama. SIMV membutuhkan usaha lama, steroid)
napas lebih besar daripada A/C karena itu SIMV jarang - Gangguan metabolik (asidosis, penurunan O,
dipakai sebagai modus awal ventilator. delivery)
- Kelelahan.
pasien. Ingat tujuan utama kita adalah untuk memberikan memperpanjang waktu ekspirasi pada penyakit
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, mengurangi sumbatan jalan napas. Dengan bantuan ventilasi,
beban napas pasien, sinkronisasi alat dan pasien, dan s ens it ivity diatur pada 1 -2 cm HrO.
menghindari tekanan inspirasi yang tinggi. . Bila ada kesulitan dengan oksigenasi, ventilasi atau
Berilah FiO, awal 100%, kemudian FiO, ini diturunkan terjadi tekanan inspirasi tinggi berlebihan yang tak bisa
dengan titrasi unfuk memperlahankan saturasi O, pada dikoreksi dengan berbagiai cara, maka untuk
92-94%. mensinkronkan pasien dengan alat boleh
Pasanglah volume tidal awal pada 8- I Oml/kgBB. Pasien dipertimbangkan pemakaian sedasi, analgesik atau ubah
dengan gagal napas akut karena gangguarr pos1s1.
neuromuskular sering memerlukan volume tidal sampai . Konsultasi kepada yang lebih berpengalaman untuk
10-l2ml/kgBB, sedangkan beberapa kasus ARDS kasus/alat bersangkutan bila masih ada kesulitan.
memerlukan volume tidal 5-8m1/kgBB, lebih baik
menghindari tekanan inspirasi saluran napas yang )
tinggi. ATURANMEMULAI PEEP
Respiratory Rale (RR). Pilih frekuensi pernapasan yang
sesuai dengan keadaan klinis pasien. Targetkan ke pH Mulailah PEEP pada 5 cm HrO dan tingkatkan secara
bukan saja PaCOr. Pernapasan yang terlalu cepat berlahap dengan 2-3 cm HrO. Efek rekruitment penuh
mengurangi waktu untuk ekspirasi, meningkatkan mungkin belum muncul untuk beberapa jam.
tekanan jalan napas rata-rata dan menyebabkan udara Monitor selalu tekanan darah, denyut jantung, PaO,
terperangkap pada pasien dengan penyakit sumbatan saat menaikkan PEEP, dan pada interval waktu tertentu.
jalan napas. Pernapasan awal dapat dibuat 5-6 kali per Ingat selalu efek buruk PEEP yaitu: barotrauma, hipotensi,
menit pada pasien dengan asma, dengan teknik turunnya curah jantung, peninggian PaCO, dan gagalnya
hiperkapnik. oksigesnasi.
Inspiration/expiration ratio (IlE ratio). Rasio normal
dimulai dengan l:2. Kemudian dikurangi menjadi 1:4
atau 1:5 pada keadaan penyakit sumbatanjalan napas
Modifikasi Seting Ventilator
Setelah pasien diintubasi (pada ventilator invasif) dan
dalam usaha menghindari udara terperangkap dan pada
auto atau intrinsik PEEP.
tersambung ke ventilator mekanik, dengan teliti
perhatikan efek dari intervensi ini. Lihat frekuensi napas
Pasanglah PEEP pada kelainan paru yang difus, untuk
pasien, atur laju pernapasan oleh mesin. Pasien yang
menunjang oksigenasi dan menurunkan FiO,. Pada
sebagian besar kasus gagal napas. PEEi, juga tetap takipnea setelah terpasang ventilasi mungkin
memerlukan sedatif. Diazepam (2-5 mg iv) tiap 2 jam
meningkatkan tekanan puncak inspirasi saluran napas,
suatu efek yang sebenarnya tak diinginkan. Jarang
elektilpada keadaan ini.
Penting memonitor hasil pemeriksaan gas darah secara
diperlukan tekanan PEEP melebihi 15 cm H,O. PEEP
serial. Hasil ini sebagai dasar untuk mengubah seting ven-
memindahkan cairan dari alveoli ke ruang interstisial
tilator. Mengingat pH normal adalah 7,40, P aCO rnormal
perivaskular. PEEP tidak mengurangi jumlah total dari
cairan ekstravaskular paru. Umumnya PEEP diatur
40, dan PaO, normal sekitar 100. Maka kita perlu
mengetahui data dasar analisis gas darah ini. Hal ini
secara fisiologis pada 3-5 cmHrO untuk mencegah
penumnan fungsi kapasitas residu paru. PEEP 6 - l0
membantu untuk mengetahui nilai dasar, karena pasien
dengan penyakit paru kronik mungkin merasa nyaman
cmH2O dipakai untuk mencegah atelektasis pasca
dengan Pa0, 50. Nilai normal ini merupakan target saat
bedah. Alasan peningkatan PEEP pada pasien dengan
mengatur seting ventilator.
penyakit berat adalah untuk menyediakan cukup
oksigen, dan menurunkan FIO, pada keadaan non-
Kurang tepat merubah lebih dari satu paramcter
sebelum memeriksa efek dari perubahan sebelumnya
toksik (FIOr<0,5). Tingkat PEEP harus diselaraskan
dengan pemeriksaan gas darah. Walaupun begitu masih
sehingga tekanan intratorakal yang berlebihan (dengan
dapat diterima mengubah dua parameter secara bersamaan
resultan berupa penurunan aliran balik vena dan risiko
sepanjang yang satu mempengaruhi Pa0, dan yang lain
barotrauma) tidak terjadi.
mempengaruhi PaC0, (seperti FI0, dan frekuensi/RR).
Jika ventilator memerlukan pengaturun flow rate
Jangan merubah PEEP dan FI0, secara bersamaan karena
gnakanlahfl owrateatauRRyangmenghindarinapas
hal ini akan menyulitkanmeramalkan efekyang diinginkan.
yang bertumptkan(stacking) dan auto PEEP. Inspira-
Periksalah gas darah arterial 30-60 menit setiap setelah
totyflow rates adalah fungsi dari VT, VE ratio dan RR
mengubah seting ventilator.
yang bisa dikendalikan secara internal oleh ventilator.
Inspiratory flow rates diatur pada 60 l/menit. Mengubah Pa0r. Pa0, dipengaruhi olehperubahanFI0, dan
Pengaturan ini dapat ditingkatkan sampai 100 l/menit PEEP. Berikan FI0, kurang dari 60% untuk menghindari efek
untuk mengantarkan VT secara cepat dan toksik oksigen.
' DUKUNGAN vENnL/tg1oR MEKAT{IK
17t
a). Pa0, tinggi. Bila Pa0, tinggi, FIO, dapat diturunkan bedah faktor yang penting diperhatikan adalah rasa sakit
dengan menggunakal "rule o"f 7" sebagai patokan sayatan akibat operasi mempengaruhi lama bantuan
pengaturan FIOr. Setiap penurunan 1% FI0r, Pa0, akan turun ventilator. Akibatnya pasien setelah laparotomi atau
7. Contoh :jika Pa0r 380 pada FI0, 9}o/o,Dengantarget Pa0, torakotomi (keduantr a sakit sayatan lebih lama) akan
100, maka adalah aman untuk menurunkan FI0, dari 90% membutuhkan periode lebih panjang dalam intubasi dan
menjadi 50%(40 X 7:280). Jikapasien sudahpadaposisi ventilator dibanding yang disebabkan oleh median
FI0, rendah, maka bila PaO, tetap tinggi, PEEP dapat sternostomy (relatif kurang sakit). Parameter yang harus
diturunkan. Direkomendasikan penurunan PEEP dengan ada sebelum menyapih pasien adalah sebagai berikut:
tahapan 2cm Hr0, periksa hasil gas darah tiap saat sesudah 1. Pasien harus memperoleh oksigenasi yang adekuat
pemrmnan tersebut. Turunkan PEEP pada level fisiologis (ditentukan oleh PaOr), pada PEEP fisiologis dan FI0,
3-5 cm H20. Karena efek toksik oksigen, pasien dengan tidak lebih besar dari 500/o. Secara obyektif harus
Pa02 tinggi pertama-tama harus diturunkan FIO, nya barulah ditemukan Pa0, lebih besar dari 70 pada penurunan
kemudianPEEP. secara serial PEEP 3-5 dan FIOr 40-50%.
b). PaO, rendah. Pasien dengan PaO, yang rendah, PEEP a. Pa0r<60 memerlukan kembali pada level sebelum
pada level hsiologis dapat meningkatkan Pa0, dengan hanya pemasangan alat bantu pernapasan.
mengatur Fi0, sekitar 50-60%. Kemudian mulailah menaikkan b. Pa0, 60-70 % memerlukan menunggu pada level
PEEP pada kenaikan 2. Monitor efek tiap-tiap perubahan yang baru pada alat bantu pernapasan.
dengan memeriksa gas darah, apabila diperlukan PEEP >10 c. Pa0, >70 diperkenankanuntukpenyapihan.
cm HrO maka kateter arteri pulmonalis perlu dipasang untuk 2. Pasien harus memperoleh ventilasi adekuat (ditentukan
memonitor efek dari penambahan PEEP, karena PEEP dapat oleh PaC0r) yang harus kurang dari 45 sebelum
menurunkan aliran balik darah ke jantung dan ekstubasi.
mengakibatkan efek terbalik terhadap curah jantung. a. Sapihlah sampai frekuensi 2-4. hka gas darah tetap
Besarnya curah jantung bervariasi dari pasien ke pasien. memperlihatkan ventilasi adekuat ( PaCO, rtormal)
atau pada pasien yang sama pada waktu yang berbeda. ubah seting ventilator ke CPAP (Continous Positive
PEEP dengan level tinggi juga berisiko menyebabkan Airway Pressure). Perhatikan laju pernapasan
barotrauma (pneumotorak, pneumediastinum atau pneumo pasien dengan baik. Jika pasien menjadi takipnu
peritoneum). Pada beberapa sentra, pasien yang diberi PEEP pada frekuensi rendah, atau setelah dengan seting
tinggi dipasang prohlaksis chest tube bilateral. ke CPAP, maka penyapihan j angan diteruskan dulu.
Jangan membiarkan pasien pada frekuensi ventila-
Merubah PaC0r. PaC0, dipengaruhi oleh pengaturan tor 2, atau CPAP terlalu lama setelah diputuskan
frekuensi dan volume tidal. penyapihan tidak diteruskan' Pernapasan melalui
a. PaC0, tnggi. PaC0, tinggi menandakan hipoventilasi; pipa endotrakeal tidak seperti pemapasan normal
jagalah volume tidal pada 10-15 ml,&gBB. Sesudah itu melalui mulut dan tidak tepat membiarkan pasien
naikkan frekuensi untukmemperbaiki ventilasi semenit (\{E), bernapas terlalu lama melalui tube. Walaupun
periksa efek tiap perubahan dengan analisis gas darah. kebanyakan orang menggun akkan T-p iece sebelum
ekstubasi, jika pasien bisa menerima CPAP pada 5
b. PaCO, rendah. Menandakan adarrya ventilasi yang
cm Hr0, maka sebetulnYa
berlebihan dan biasanya diikuti oleh keadaan alkalosis.
b. MenenfukankemamPuan
Jagalah volume tidal tidak lebih dari 15 ml&gBB. Turunkan
harus diperoleh parameter respirasi atau disebut
frekuensi ventilator. Jika pasien takipnu pemberian sedatif
juga faktor mekanik pemapasan, meliputi volume
atau paralisis mungkin diperlukan untuk mengontrol
tidal (VT), negative inspiratory force (NIF) dan Wtal
ventilasi. Perhatikan kemungkinan munculnya takipnu
Capacity (YC). Agar ekstubasi berjalan lancar maka,
setelah penumnan frekuensi(rate).Hal ini menunjukkan
NIF harus 25 cm HrO atau lebih besar (lebih negatif).
kelelahan karena kurangnya bantuan ventilasi dan hal ini
Volume tidal harus 400 pada ukuran dewasa normal.
memerlukan peningkatan frekuensi ventilator.
3. Mempersiapkan ekstubasi.
Prinsip umum untuk mengubah seting ventilator. a). Bila a. Tentukan tingkat kesadaran, pasien harus sadar
pasien memburuk baru lakukan intervensi. b). Mengubah (bangun) dan kooperatif. Mintalah pasien untuk
FIO, selalu dibatasi kemungkinan keracunan oksigen. c). mengangkat kepalanya untuk memperlihatkan
Mengubah VE dibatasi oleh kemungkinan penurunan PaC0, kekuatan yang adekuat dan kemampuan untuk
dengan akibat alkalosis. d). Mengubah PEEP dibatasi mengikuti perintah.
kemungkinan penurunan PaC0, dengan akibat alkalosis. b. Berikan oksigenasi dan ventilasi yang adekuat, Pa0,
e). Mengubah PEEP dibatasi oleh kemungkinan penurunan dan PaC0, harus mencukupi pada CPAP + 5 cm HrO
curah jantung. dan FI0, tidak lebih dati 50o/o. Pernapasan mekanik
Penyapihan (weaning) dari ventilator. Pada pasien pasca harus memperlihatkan NIF tidak kurang dari 25
172 KEGA\ilATDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PET.WAKIT DALAM
dengan tidal volume 400 ml atau lebih besar. penyapihan dari ventilator invasif.
Frekuensi pernapasan harus 25 atau kurang. . Tingkat kesadaran stabil atau membaik
c. Tanda vital stabil atau tidak ada risiko aspirasi atau . Tanda vital stabil
tidak terkontrolnya pemapasan. . Frekuensi napas < 25lmenit
4. Prosedur ekstubasi. Sebagai kunci ekstubasi yang . gas darah mendekati atau pada :
sukses dijelaskan kepada pasien prosedur yang akan P0r>7OmmHg
dilakukan PC0r<5OmmHg
a. pasien 'disuction' melalui rongga mulut dan selang pH < 7,35.
endotrakeal . Kapasitas vital >15 ml/kg
b. kempeskan balon selang endotrakeal. Persyaratan . Volumetidal >400ml (50-T0kgdewasa)
Kemungkinan perlu
ventilasi mekanik
V!,
K ro nik Prognosis ad malam
+
Apneu H
t
iperkapn ia I
mHg PaCO, < 50 mmHg Teruskan tera pi
I
Teruskan tera pi
t-t
Kesadaran menurun Kesadlran baik
Hemodinamik stabil Hemodinamik tak stabil
I
Lanjutkan terapi Kelelahan
[-----------l
jelas Tidak ada kelelahan
T.,.r.ki t.,,.pi
l\.4 asalah neurom uskula r
YV
By pass Bukan bypass Sukar menelan Bisa menelan
kardiopulmonari kard iopu lm ona ri
rJi
Kelelahan lelas Tidak ada kelelahan
I
+ +
Teruskan terapi
Prosed ur surgical major
Gambar 1.
173
DUKI,JNGAI\ VENTILATOR MEI(ANIK
' NIF (negative inspiratoty force) > -25 cm HrO distensi berlebihan alveolar (volutrauma), meningkatkan
(lebih negatifl. permeabilitas mikrovaskular dan kerusakan parenkim.
c. Sebelum pipa endotrakeal dilepas, pasien harus Konsentrasi oksigen inspirasi yang tinggi (FIO, lebih besar
dalam fase inhalasi. Jadi saat pelepasan pipa, pasien dari 0,5) mengakibatkan pembentukan radikal bebas dan
adalah pada fase ekshalasi yang akan membantu kerusakan sel sekunder. Konsentrasi oksigen yang tinggi
mencegah terhisapnya sekret yang ada di trakea ke ini dapat mengakibatkan hilangnya nitrogen alveolar dan
paru. atelektasis sekunder.
d. Ingat bahwa pipa berbentuk lengkung dan ikutilah
lengkungan itu saat melePasnYa.
Pengaruh pada Kardiovaskular
5. Pesan penting setelah ekstubasi.
Jantung, aor1a, dan pembuluh darah pulmonal berada di
a. Pasang40-50o%maskermuka dalam rongga dada dan potensial dalam meningkatkan
b. Sucsion bilamana perlu tekanan intra torakal. Hasilnya berupa penurunan curah
c. Bila pasien telah mengalami bantuan pernapasan
jantung sehingga aliran balik vena ke jantung kanan
dalam waktu lama, biarkanlah ventilator di samping
menurun, disfungsi ventrikel kanan, dan pembesaran
pasien selama24 jam, karena setiap waktu dapat
jantung fi.i. P"nr*nan curah jantung akrbat preload
dipergunakan bila terjadi hal kegawatat yang
ventrikel kanan kurang, banyak dijumpai pada pasien
memerlukan ventilator kembali.
hipovolemik dan memberikan reaksi pada penambahan
d. Cek gas darah setelah 30-60 menit
volume cairan.
e. Periksa spirometn tiap jam
f Rangsang batuk dan napas dalam
o Perhatikan takipnu, yang sering merupakan peftanda
b' Pengaruh pada Ginjal, Hati, dan Saluran Cerna
awal gagal napas. Tekanan ventilasi positif bertanggung jawab pada
keseluruhan penunrnan fungsi ginjal dengan penurunan
volume urin dan ekskresi natrium.
Fungsi hati mendapat pengaruh buruk dari penurunan
KOMPLIKASI
curah jantung, meningkatnya resistensi pembuluh darah
Keputusan untuk memasang ventilator harus hati, dan peningkatan tekanan saluran empedu'
dipertimbangkan secara matang. Sebanyak 75o% pasien yang Iskemia mukosa gaster dan perdarahan sekunder
dipasang ventilator umumnya memerlukan alat tersebut lebih
mungkin terjadi akibat penurunan curah jantung dan
dari 48 jam. Bila seseorang terpasang ventilator lebih dari 48
peningkatan tekanan vena lambung.
jam maka kemungkinan dia tetap hidup keluar dari rumah
sakit (bukan saja lepas dari ventilator)jadi lebih kecil Ventilator Noninvasif (NIPPV)
Secara statistik angka survivai berhubungan sekali Ventilasi invasif adalah suatu alat bantuan napas mekanik
dengan diagnosis utama, usia , dan jumlah organ yang gagal (ventilator) tanpa suatu pemasangan pipa endotrakeal ke
. Pasien asma bronkial lebih dari 90o/o survive sedangkan jalan napas
pasien kanker kurang dari l0o/o. Usia di atas 65 tahun Manfaat alat ini adalah: efek samping akibat intubasi
kemungkinan survivekurang dari 50'/o. Sebagian penyebab jalan napas atau efek samping trakeostomi dapat dihindari,
rendahnya .sur"vival pasien terpasang ventilator ini adalah ukuran alatnya relatif kecil, portabel, pasien saat alat
akibat komplikasi pemakaian ventilator sendiri, terutama tipe terpasang bisa bicara, makan, batuk, dan bisa diputus
positive pressure. untuk istirahat.
NIPPV disebut juga body ventilator (iron lung, pneumo
wrap, chest cuirass), positive pressure ventilator (PPV),
AKIBAT MERUGIKAN DARI VENTILASI MEKAN!K continuous possitive airway pressure (CPAP).
Body ventilator diseb:ut juga negative pressure
ventilator.Alat ini bekerja dengan menimbulkan tekanan
Pengaruh pada Paru-Paru negatif di sekeliling dada dan perut yang menghasilkan
Barotrauma mengakibatkan emfisema, pneumomediasti- pengembangan rongga dada sehingga udara terisap ke
num, pneumoperitoneum, pneumotoraks, dan tension paru melalui mulut dan hidung. Saat tekanan sudah sama
pneumothorax. Puncak tekanan pengisian paru yang kembali dengan sekitarnya, maka secara pasif akibat
tinggi (lebih besar dari 40 cmHrO) berhubungan dengan elastic recoil parudan dinding dada akan terjadi ekspirasi'
peningkatan insidens barotrauma. Disfungsi sel alveolar Pada pneumo belt (intermitent abdominal pressure
timbul akibat tekanan jalan napas yang tinggi' ventilator),mekanisme kerja justru sebaliknya; yaitu alat
Pengurangan lapisan surfaktan mengakibatkan atelektasis, melakukan penekanan pada perut untuk ekspirasi aktif dan
yang mengakibatkan peningkatan tekanan jalan napas lebih inspirasi terjadi secara pasif karena gravitasi.
lanjut. Tekanan jalan napas yang tinggi juga mengakibatkan Pada rocking bed ventilator mekanisme kerjanya adalah
774 KEIGAWTTDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
r75
L76 KEGAWATDARURAf,AN MEDIK DI BIDAI\G ILMU PENYAKIT DALAM
cairan interstisium dan intravaskular. Ketidakseimbangan Dehidrasi. Dehidrasi adalah keadaan di mana berkurangnya
ini khususnya antara intra dan ekstrasel atau antara volume air tanpa elektrolit (natrium) atau berkuran gnya a ir
interstisium dan intravaskular, sangat dipengaruhi oleh jauh melebihi berkurangnya natrium dari cairan ekstrasel.
osmolalitas atau oleh tekanan osmotik. Osmolalitas adalah Akibatnya terjadi peningkatan natrium dalam ekstrasel
perbandingan antara jumlah solut dan air. Solut-solut yang sehingga cairan intrasel akan masuk ke ekstrasel (volume
mempengaruhi osmolalitas dalam tubuh adalah natrium, cairan intrasel berkurang). Dengan kata lain, dehidrasi
kalium, glukosa dan urea. Makin tinggi osmalilitas maka melibatkan pengurangan cairan intra dan ekstrasel secara
makin tinggi tekanan osmotik. Urea mempengaruhi bersamaan di mana 40oh dari cairan yang hilang berasal
osmolalitas akan tetapi tidak berpengaruh terhadap dari ekstrasel dan60%o berasal dari intrasel.
tekanan osmotik oleh karena urea memiliki kemampuan Pada keadaan dehidrasi, akan terjadi hipernatremia
untuk menembus membran sel (lipid-soluble) betpirrdah karena cairan yang keluar atau hilang adalah cairan yang
bebas dari intrasel ke ekstrasel atau sebaliknya, sehingga hipotonik. Dehidrasi dapat terjadi pada keadaan keluarnya
urea disebut sebagai osmol yang tidak efektif air rnelalui keringat, penguapan dari kulit, saluran
(ineffective-osmole). intestinal, diabetes insipidus (sentral dan nefrogenik),
Berpindahnya cairat dari intrasel ke ekstrasel atau diuresis osmotik, yang kesemuanya disertai oleh rasa haus
sebaliknya, dipengaruhi oleh perbedaan osmolalitas. dengan gangguan akses cairan. Atau dapat terjadi bila
Cairan akan berpindah dari daerah yang osmolalitas lebih cairan ekstrasel masuk ke intrasel secara berlebihan pada
rendah ke daerah dengan osmolalitas lebih tinggi. Dalam kejang hebat atau setelah melakukan latihan berat. Atau
keadaan normal maka osmolalitas cairan intrasel adalah dapat terjadi bila asupan cairan natrium hipertonik yang
sama dengan osmolalitas cairan ekstrasel. Kandungan air berlebihan.
di intrasel lebih banyak oleh karena jumlah kalium total Ilipervolemia. Hipervolemia adalah suatu keadaan di mana
dalam tubuh lebih besar dari jumlah natrium total dalam terjadinya peningkatan volume cairan ekstrasel khususnya
tubuh. Natrium, kalium, glukosa bebas berpindah antar intravaskular (volume overloafl melebihi kemampuan
interstisium dan intravaskular (plasma), sehingga ketiga tubuh mengeluarkan air melalui ginjal, saluran intestinal,
osmol ini tidak berpengaruh terhadap perpindahan cairan kulit. Keadaan ini lebih dipermudah dengan adanya
dari intersisium ke dalam plasma atau sebaliknya. Protein gangguan pada otot jantung (gagal jantung kongestif) atau
dalam plasma yaitu albumin tidak mudah berpindah dari pada gangguan fungsi ginjal berat (penyakit ginjal kronik
intravaskular ke dalam cairan interstisium sehingga stadium IV dan V atau pada gagal ginjal akut oligurik).
albumin adalah osmol utamayang mempengaruhi tekanan
osmotik di intravaskular. Tekanan osmotik dalam plasma Edema. Edema adalah suatu pembengkakan yang dapat
ini disebut juga sebagai tekanan onkotik dalam plasma. diraba akibat penambahan volume cairan intersisium. Ada
Berpindahnya cairan dari intravaskular ke interstisium atau dua faktor penentu terhadap terjadinya edema antara lain :
sebaliknya sangat dipengaruhi oleh kadar albumin dalam a). Perubahan hemodinamik dalam kapiler yang
plasma. memungkinkan keluamya cairan inlravaskular ke dalam
jaringan interstisium. b). Retensi natrium di ginjal.
Ada beberapa keadaan yang dapat kita temukan dalam
hal gangguan keseimbangan air antara lain : 1). Hemodinamik dalam kapiler dipengaruhi oleh ; a).
Hipovolemia, 2). Dehidrasi, 3 ). Hipervolemia, 4). Edema. Permeabilitas kapiler. b). Selisih tekanan hidrolik dalam
kapiler dengan tekanan hidrolik dalam intersisium. c). Selisih
Hipovolemia. Hipovolemia adalah suatu keadaan di mana tekanan onkotik dalam plasma dengan tekanan onkotik
berkurangnya volume cairan tubuh yang akhirnya dalam interstisium.
menimbulkan hipoperfu si j aringan. Hipovolemia adalah Retensi natrium dipengaruhi oleh : a). Aktivitas sistem
berkurangnya cairat ekstrasel di mana air dan natrium renin-angiotensin-aldosteron yang erat kaitannya dengan
berkurang dalam jumlah yang sebanding. Hipovolemia baroreseptor di arteri aferen glomerulus ginjal. b). Aktivitas
dapat terj adi pada kehilangan air dan natrium melalui saluran ANP (atrial natriurelik peptide) yang erat kaitannya
intestinalis seperti muntah, diare, pendarahan atau melalui dengan baroreseptor di atrium dan ventrikeljantung. c).
pipa sonde. Dapat juga melalui ginjal antara lain Aktivitas saraf simpatis, ADH yang erat kaitannya dengan
penggunaaan diuretik, diuresis osmotik, b alt-wasting neph- baroreseptor di sinus-karotikus. d). Osmoreseptor di
ropathy', hipoaldosteronisme. Melalui kulit dan saluran hipotalamus.
napas seperti 'insensible wctter losses '
, keringat, luka bakar. Pada keadaan volume sirkulasi efektif yang rendah
Atau juga melalui sekuestrasi cairan seperti pada ileus misalnya pada gagal jantung kongestif, sirosis hati,
ob struksi, trauma, fraktur, pankreatitis akut. sindrom nefrotik, dan gagal ginjal, makajumlah total natrium
Pada hipovolemia cairan yang berkurang atau hilang tubuh akan meningkat oleh karena adanya retensi natrium
hanyalah cairan ekstrasel. Karena cairan yang keluar atau ginjal akibat peningkatan sistem renin-angiotensin-
hilang adalah cairan yang isotonik, maka kadar natrium aldosteron. Akibat semua ini terjadi penimbunan air pada
plasma tetap dalam batas normal. interstisium yang akan menimbulkan edema umum.
. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
177
Di samping faktor-faktor penyebab edema diatas, ada sebanyak duapertiganya ke cairan interstisium. Bila cairan
faktor lain yang mencegah berlanjutnya penumpukan keluar dari saluran intestinal (diare atau muntah), jenis cairan
cairan dalam jaringan interstisium (edema) yaitu aliran pengganti dapat berupa NaCl isotonis atau ringer-laktat.
limfatik yang dapat menampung kelebihan cairan dalam Pada diare lebih dianjurkan pemberian ringer-laktat oleh
jaritgan interstisium. Faktor lain adalah dengan karena potensi terjadinya asidosis metabolik pada diare
meningkatnya jumlah cairan dalam jaringan interstisium yang berat.
pada edema, akan mengurangi tekanan onkotik dan
meningkatkan tekanan hidrolik jaringan interstisium Dehidrasi
sehingga penumpukan cairan dalam interstisium Dehidrasi melibatkan pengurangan cairan intrasel dan
terhambat. ekstrasel secara bersamaan di mana 40oh dari cairan yang
Manifestasi klinis edema dapat berupa : edema paru, hilang berasal dari ekstrasel dan 60%o berasal dari intrasel.
edema perifer misalnya pada tungkai, asites, bendungan Hipernatremia pada pasien dengan hipovolemia,
pada vena setempat misalnya pada tungkai yang biasanya merupakan tanda klinis dehidrasi' Defisit cairan tubuh
unilateral, bendungan vena dalam, edema 'pitting' pada total ini dapat dihitung dengan rumus :
hipotiroid.
DefisitCairan : 0,4x beratbadan(NaPlASMA/ 140 - 1)
Untuk koreksi cairan, jenis cairan yang diberikan adalah
PENANGGUI-ANGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN
cairan dekstrosa isotonik. Volume cairan yang dibutuhkan
CAIRAN
sesuai dengan perhitungan rumus di atas ditambah dengan
f
'insensible water losses' volume urin24 jam | volume
Hipovolemia cairan yang keluar melalui saluran cerna. 'Insensible water
Ada dua tindakan yang dilakukan dalam mengatasi losses' sebanyak + 40 ml/jam. Cairan dapat diberikan
keadaan ini yaitu menanggulangi penyakit yang mendasari intravena atau oral bila pasien sadar. Kecepatan p€rirberian
dan penggantian cairan yang hilang. Untuk mengetahui cairan harus tidak menimbulkan penurunan kadar natrium
jumlah cairan yang akan diberikan perlu diketahui prediksi plasma > 0,5 meq/jam. Sebagai contoh bila kadar Na-plasma
cairat yang hilang dari tubuh. Pada hipovolemia, cairan diturunkan dari 160 menuju 140, maka kecepatan pernberian
yang hilang berasal dari cairan ekstrasel (intravaskular dan cairan adalah selama 40 jam (20 dlbagl 0,5). Bila berat
interstisium) oleh karena cairan yang hilang adalah cairan pasien ini adalah 60 kg, maka defisit cairan sebesar 0,4 x 60
yang isotonik. Dalam keadaan normal, osmolaritas cairan (160ll4O - l):3,43 L. Bila insensible /oss sebesar 960 ml
interstisium dan intravaskular adalah sama, maka dan volume ur in I 500 mll 24j am, maka volume ca iran yang
penghitungan cairat yang hilang didasarkan pada persen
:
dibutuhkan sebesar 3,43 + 0,96 + 1,5 5,89 Liter. Jumlah
berkurangnya plasma (cairan intravaskular). cairan ini diberikan dalam waktu 40 jam atau 0,15 liter/jam.
Disebut hipovolemi ringan bila kehilangar, < 20%o Tindakan lain adalah mengatasi penyebab terjadinya
volume plasma. Gejala klinis yang timbul hanya takikardia. dehidrasi.
Disebut hipovolemia sedang bila kehllangan2} - 40%o
volume plasma. Gejala klinis yang timbul adalah takikardia Hipervolemia
dan hipotensi ortostatik Hipervolemia (volume overloaQ, volume intravaskular
Disebut hipovolemia berat bila kehilangan > 40yo yang meningkat, pada kegagalan otot jantung dan
volume plasma. Gejala klinis yang timbul adalah penurunan penurunan fungsi ginjal dapat menimbulkan edema paru'
tekanan darah, takikardia, oliguria, agitasi, pikiran kacau. Penganggulangan yang dilakukan dalam hal ini adalah
Perlu diingat bahwa volume plasma adalah sebesar 6olo pemberian diuretik kuat, furosemid, serta restriksi asupan
dari berat badan pada orang dewasa. Sebagai contoh, deplesi air. Asupan air yang dianjurkan hanya sebanyak'insen-
volume rhgan (2Ooh) pada orang dewasa seberat 60 kg, siblewater losses' yaitu + 40 mVjam. Pasien dengan gagal
volume cairan yang hilang sebesar 20oh dati 3,6 liter adalah ginjal akut atau gagalginjal terminal dengan hipervolemia
0,72liter (720 ml). Kecepatan pemberian cairan tergantung memerlukan dialisis untuk penanggulangannya' Pasien
pada keadaan klinis yang terjadi. Pada deplesi volume yang dengan polidipsia primer, asupan air melebihi kemampuan
berat, kecepatan cairan diberi dalam waktu yang cepat pengeluaran melalui ginjal dan kulit, akan menimbulkan
hingga terjadi perbaikan takikardia dan tekanan darah. gejala akibat hiponatremia. Penanggulangan pada keadaan
Jenis cairan yang diberikan tergantung dari cairan yang ini adalah dengan restriksi asupan air serta mengatasi gejala
ke luar. Bila pendarahan sebaiknya diganti dengan darah akibat hiponatremia akut bila ada.
juga. Bila persediaan darah tidak ada, dapat diberikan cairan
koloid atau cairan kristaloid seperti NaCl isotonis atau
cairan ringer-laktat. Cairan koloid tetap tertahan dalam Edema
intravaskular, sedangkan cairan kristaloid akan masuk Penanggulangan edema yang dilakukan meliputi:
178 KEGAWAtrDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PEITYAKIT DALAM
memperbaiki penyakit dasar bila mungkin, restriksi asupan natriuretic peptide (BNP). liormon-hormon ini akan
natrium untuk minimalisasi retensi air, pemberian diuretik. mempengaruhi ekskresi natrium di dalamurin.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian Naik turunnya ekskresi natrium dalam urin diatur oleh
diuretik untuk penanggulangan edema adalah : saat yang filtrasi glomerulus dan reabsorbsi oleh tubulus ginjal.
tepat, risiko yang akan dihadapi bila edema dikurangi, Peningkatan volume cairan (hipervolemia) dan peningkatan
waktu yang dibutuhkan untuk menangani edema, cepat asupan natrium akan meningkatkan laju filtrasi
atau lambat. glomerulus dan pada deplesi volume (hipovolemia) serta
Indikasi atau saat yang paling tepat untuk asupan natrium yang rendah akan terjadi penurunan laju
menanggulangi edema adalah bila ada edema paru, filtrasi glomerulus. Perubahan perubahan yang terjadi pada
merupakan satu satunya indikasi pemberian diuretikyang laju filtrasi glomerulus akan mempengaruhi reabsorbsi
paling tepat dalam menanggulangi edema dibandingkan natrium di tubulus (glomerulotubular balance).
dengan penanggulangan jenis edema yang lain. Retensi Sebanyak 60% -65o/o natitmyang difi ltrasi direabsorbsi
natdum sekunder (kompensasi) yang terjadi pada gagal di tubulus proksimal, 25%-30% di 'loop of Henle',5% di
jantung atau sirosis hati adalah dalam rangka untuk tubulus distal dan 4% di duktus koligentes.
memenuhi volume sirkulasi efektifmenjadi normal kembali Reabsorbsi di tubulus proksimal dan duktus koligentes
guna optimalisasi perfusi jaringan. Pemberian diuretik yang tergantung pada kebutuhan tubuh yang diatur oleh faktor
terlalu besar pada keadaan ini akan menimbulkan risiko neurohumoral (angiotensin-Il dan norepinefrin di tubulus
berkurangnya perfusi j aringan. Berkurangnya perfusi proksimal dan aldosteron di duktus koligentes). Reabsorbsi
jaringan, dalam klinik dapat dinilai dari kenaikan ureum di lengkung-Henle dan tubulus distal tergantung dari
dan kreatinin. jumlah natrium yang ada dalam filtrat di tubulus atau
Retensi natrium primer seperti pada penyakit ginjal, disebut juga tergantung banyaknya jumlah filtrat.
akibat obat-obatan (minoksidil, NSAID, estrogen), Reabsorbsi natrium di tingkat sel tubulus proksimal dimulai
' eding edema', tidak adapengurangan volume sirkulasi
refe dari aktivitas pompa NaK-AIPase di membran basolateral
efektif, pada keadaan ini yang terjadi adalah ekspansi sel tubulus sehingga menimbulkan gradien elektrokimia
cairan ekstrasel. Pemberian diuretik pada keadaan ini tidak sehingga memudahkan masuknya natrium secara pasif
akan mengurangi volume sirkulasi efektif sehingga tidak dalam bentuk solut kotranspor dengan glukosa, asam-
mengurangi perfu si j aringan. amino, fosfat yang dihantarkan oleh protein pembawa
Pada edema umum akibat gagal jantung, sindrom (carrier) masuk menembus membran-sel dan juga melalui
nefrotik, retensi natrium primer, bila dilakukan pemberian antiport Na-H (reabsorbsi natrium dan sekresi ion-H).
diuretik, mobilisasi cairan edema dapat berlangsung cepat Reabsorbsi natrium di lengkung-Henle asending,
sehingga pengeluaran cairan edema sebanyak 2-3 liter dilakukan oleh proses elektronetral melalui kontranspor
dalam 24 jam tidak akan mengurangi perfusi jaringan. NaK2Cl. Bila Na di reabsorbsi, maka absorbsi Cl akan
Berbeda dengan pengeluaran cairan asites, mobilisasi terhalang sebaliknya bila Cl di reabsorbsi maka reabsorbsi
cairan asites masuk ke intravaskular berlangsung lambat Na terhalang dan bila K diareabsorbsi maka reabsorbsi Na
sehingga bila diberikan diuretik kuat untuk mengurangi dan Cl terhalang. Kalium yang direabsorbsi akan kembali
asites dengan cepat, akan terjadi penurunan perfusi masuk ke dalam lumen melalui saluran-K yang ada di
jaringan sehingga akan menimbulkan kenaikan ureum atau membran sel bagian lumen, sehingga membuat lumen
sindrom menjadi elektropositif dan mendorong Na masuk dari lu-
hepato-renal dan dapat menjadi penyebab ensefalopati men ke dalam sel. Natrium yang masuk ke dalam sel akan
hepatikum. dikeluarkan dari sel masuk ke dalam sirkulasi dengan
bantuan pompa NaK-ATPase di membran basolateral di
mana akan ke luar 3 Na dan masuk 2 K. Kalium yang
GANGGUAN KESEIMBANGAN NATRIUM masuk kemudian di keluarkan ke dalam lumen melalui
saluran-K di membran sel. Cl yang direabsorbsi, kemudian
Natrium berperan dalam menentukan status volume air ke luar dan masuk dalam sirkulasi melalui saluran Cl di
dalam tubuh. Keseimbangan natrium yang terjadi dalam mernbran basolateral. Keluarnya kalium ke dalam lumen
tubuh diatur oleh dua mekanisme yaitu pengatur : dan keluarnya natrium ke dalam sirkulasi membuat sel
. Kadar natrium yang sudah tetap pada batas terlentu menjadi elektronegatif dan lumen menjadi elektropositif
(Set-Point) sehingga memudahkan natrium masuk ke dalam sel dari
. Keseimbangat arlltara natrium yang masuk dan yang lumen lengkung-Henle asending.
keluar (Steady-State) Reabsorbsi natrium di tubulus distal, dilakukan oleh
Perubahan kadar natrium dalam cairan ekstrasel akan proses elektronetral melalui kotranspor Na-Cl. Di dalam
mempengaruhi kadar hormon terkait seperti hormon sel, natrium dikeluarkan melalui membran basolateral oleh
antidiuretik (ADH), sistem RAA (renin angiotensin pompa NaKAIPase ke dalam sirkulasi dan Cl keluar dari
aldosteron), atrial natriuretic peptide (AI\P), brain sel pada membran basolataeral melalui saluran Cl. Pompa
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT 179
NaK-AIPase juga membuat agar sel menjadi elektronegatif Polidipsia primer atau gagal ginj al merupakan keadaan
sehingga mendorong Na masuk ke dalam sel melalui di mana ekskresi cairan
kotranspor Na-Cl. lebih rendah dibanding dengan asupan cairan yang
Reabsorbsi Na di duktus koligentes, terjadi di bagian menimbulkan respons fisiologis menekan sekresi ADH.
korteks duktus koligentes dan di medulla dalam. Pada . Hiponatremia dengan osmolalitas plasma normal atau
bagian korteks dilakukan melalui sel-prinsipal. Reabsorbsi tinggi.
natrium di sel-prinsipal bagian korteks duktus koligentes - Tingginya osmolalitas plasma pada keadaan
bersifat elektrogenik yang memungkinkan kadar natrium hiperglikemi atau pemberian manitol intra vena
dalam lumen turun sampai kurang dari 5 meq/L pada menyebabkan cairan intrasel keluar dari sel
keadaan hipovolemi. Sifat elektrogenik ini menyebabkan menyebabkan dilusi cairan ekstrasel yang
muatan dalam lumen menjadi negatif sehingga menyebabkan hiponatremia.
memungkinkan terjadinya reabsorbsi pasif Cl melalui jalur - Pemberian cairan isoosmotik tidak mengandung
paraselular dan juga memungkinkan terjadinya sekresi K natrium ke dalam cairan ekstrasel dapat menimbul-
ke dalam lumen melalui saluran-K yang peka aldosteron kan hiponatremia disertai osmolalitas plasma
pada membran sel bagian lumen. Aldosteron sangat normal.
berperan dalam proses transpor natrium dengan - Pseudohiponatremia, padakeadaanhiperlipidemia
meningkatkan jumlah saluran natrium di bagian apikal atau hiperproteinemia di mana menyebabkan
membran sel prinsipal duktus koligentes. Lumen yang volume air plasma berkurang. Jumlah natrium
bermuatan negatif ini dimungkinkan oleh pompa-NaK- tetap,osmolalitas normal akan tetapi secara total
AIPase di bagian basolateral sel prinsipal, 3 Na keluar dalam cairan intravaskular kadar natrium jadi
dari sel masuk dalam sirkulasi dan 2 K masuk dalam sel berkurang.
dan kemudian 1 K keluar kembali dari sel yang menciptakan Padakelompok-I (ADH meningkat) dapat dibagi dalam:
muatan negatif dalam sel. Muatan negatif dalam sel, . Volume sirkulasi efektifturun.
mendorong Na masuk ke dalam sel melalui saluran naffium. - Na keluar berlebihan dari tubuh. l). Melalui ginjal:
Di samping itu, ion-K yang keluar ke dalam lumen melalui diuretik aktt, renal salt wasting, muntah akut,
saluran kalium peka aldosteron, akan mendorong Na dalam hipoaldosteron. 2). Melalui non- ginjal: diare,
lumen masuk ke dalam sel melalui saluran natrium tersebut. diuretik lama, muntah lama.
Prostaglandin E2 dapat menghambat reabsorbsi - Peningkatan volume air bebas elektrolit. l). Gagal
natrium di sel prinsipal sebaliknya ADH meningkatkan jantung. 2). Sirosis Hati 3). Pendarahan 4). Adrenal
reabsorbsi natrium di sel prinsipal dengan meningkatkan insufisiensi 5. Hipotiroidisme 6.Hipoalbuminemia
jumlah saluran natrium. . Volume sirkulasi efektiftidakturun. SIADH (Syndrome
Inappropriate of ADH secretion)
Menurut waktu terjadinya hiponatremia, maka
HIPONATREMIA hiponatremia dapat dibagi dalam :
hipernatremi a adalah defisit cairan tanpa elektrolit akibat dibantu dengan adanya hiperaldosteron sekunder dari
koreksi airyang tidak cukup akan kehilangan cairan tanpa hipovolemia akibat muntah. Kesemuanya ini akan
elektrolit melalui saluran cerna, urin, atau saluran napas. meningkatkan ekskresi kalium melalui urin dan teqadi
Setelah etiologi ditetapkan, langkah berikutnya hipokalemi. Pada saluran cema bawah, kalium keluar bersama
mencoba menurunkan kadar natrium dalam plasma ke arah bikarbonat (asidosis metabolik). Kalium dalam saluran cema
normal. Pada diabetes insipidus, sasaran pengobatan bawah jumlahnya lebih banyak (20-50 meq/L).
adalah mengurangi volume urin (desmopressin pada Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui ginjal dapat
diabetes insipidus sentral atau diuretik tiasid, mengurangi terjadi pada pemakaian diuretik, kelebihan hormon
asupan garam atau protein pada diabetes insipidus mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme primer
nefrogenik). Bila penyebabnya adalah asupan natrium (adenoma kelenjar adrenal). Anion yang tak dapat di
berlebihan, pemberian natrium dihentikan. reabsorbsi yang berikatan dengan natrium berlebihan dalam
Penyebab yang tersering adalah defisit cairan tanpa tubulus (bikarbonat, beta-hidroksibutirat, hippurat)
elektrolit, pengobatan dilakukan dengan koreksi cairan menyebabkan lumen duktus koligentes lebih bermuatan
berdasarkan penghitungan jumlah defisit cairan (lihat negatif dan menarik kalium masuk ke dalam lumen lalu
penanggulangan gangguan keseimbangan cairan). dikeluarkan dengan urin, pada hipomagnesemia, poliuria
(polidipsia primer, diabetes insipidus) dan' Salt-wasting
nephropathy' (sindrom Bartter atau Gitelman,
GANGGUAN KESEIMBANGAN KALIUM hiperkalsemia).
Pengeluaran kalium berlebihan melalui keringat dapat
Kalium merupakan kation yang memiliki jumlah yang terjadi bila dilakukan latihan berat pada lingkungan yang
sangat besar dalam tubuh dan terbanyak berada di intrasel. panas sehingga produksi keringat mencapai 10 L.
Kalium berfungsi dalam sintesis protein, kontraksi otot, Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis
konduksi saraf, pengeluaran hormon, transpor cairan, ekstrasel, pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-
perkembangan janin. Untuk menjaga kestabilan kalium di adrenergik (pemakaian p2-agonis), paralisis periodik
intrasel diperlukan keseimbangan elektrokimia yaitu hipokalemik, hipotermia.
keseimbangan antara kemampuan muatan negatif dalam
sel untuk mengikat kalium dan kemampuan kekuatan Gejala Klinis
kimiawi yang mendorong kalium keluar dari sel' Kelemahan pada otot, perasaan lelah, nyeri otot, 'restless
Keseimbangan ini menghasilkan suatu kadar kalium yang legs syndrome'merupakan gejalapada otot yang timbul
kaku dalamplasma antara 3,5-5 meq,L. Kadarkaliumplasma pada kadar kalium kurang dari 3 meq/L. Penurunan yang
kurang dari 3,5 meq/L disebut sebagai hipokalemia dan lebih berat dapat menimbulkan kelumpuhan atau
kadar lebih dari 5 meq/L disebut sebagai hiperkalemia. rabdomiolisis.
Kedua keadaan ini dapat menyebabkan kelainan fatal listrik Aritmia berupa timbulnya fibrilasi atrium, takikardia
jantung yaitu disebut aritmia.
ventrikular merupakan efek hipokalemia pada jantung. Hal
ini terjadi akibat perlambatan repolarisasi ventrikel pada
keadaan hipokalemi yang menimbulkan peningkatan arus
HIPOKALEMIA re-entty.
Tekanan darah dapat meningkat pada keadaan
Disebut hipokalemia bila kadar kalium dalam plasma kurang
hipokalemia dengan mekanisme yang takjelas.
dari 3,5 meq/L. Hipokalemia merupakan kejadian yang Hipokalemia dapat menimbulkan gangguan toleransi
sering ditemukan dalam klinik. glukosa dan gangguan metabolisme protein'
Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut :1.
Efek hipokalemia pada ginjal berupa timbulnya
Asupan kalium yang kurang. 2. Pengeluaran kalium yang
vakuolisasi pada tubulus proksimal dan distal. Juga terjadi
berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau keringat. gangguan pemekatan urin sehingga menimbulkan poliuria
3. Kaliummasukke dalam sel.
dan polidipsia. Hipokalemia juga akan meningkatkan
Pengeluaran kalium yang berlebihan dari saluran cema
produksi NHo dan produksi bikarbonat di tubulus proksimal
ar.tara lain muntah, selang naso-gastrik, diare atau yang akan Menimbulkan alkalosis metabolik.
pemakaian pencahar. Pada keadaan muntah atau pemakaian
Meningkatnya NHo (amonia) dapat mencetuskan koma
selang nasogastrik, pengeluaran kalium bukan melalui pada pasien dengan gangguan fungsi hati.
saluran cerna atas karena kadar kalium dalam cairan
lamtung hanya sedikit (5-10 meq/L), akan tetapi kalium
banyak ke luar melalui ginjal. Akibat muntah atau selang Diagnostik pada HiPokalemia
nasogastrik, terj adi alkalosis metabolik sehingga banyak Pada keadaan normal, hipokalemia akan menyebabkan
bikarbonat yang difiltrasi di glomerulus yang akan mengikat ekskresi kalium melalui ginjal turun hingga kr'rang dari25
kalium di tubulus distal (duktus koligentes) yang juga meq per hari sedang ekskresi kalium dalam urin lebih dari
182 KEGAWATDARURATAI\ MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAXIT DALAM
40 meq per hari menandakanadanyapembuangan kalium dari 5 meq/L. Dalam keadaan normal jarang terjadi
berlebihan melalui ginjal. hiperkalemia oleh karena adanya mekanisme adaptasi oleh
Ekresi kalium yang rendah melalui ginjal dengan disertai tubuh.
asidosis metabolik merupakan pertanda adanya Penyebab hiperkalemia dapat disebabkan oleh : l.
pembuangan kalium berlebihan melalui saluan cema seperti Keluamya kalium dari intrasel ke ekstrasel. 2. Berkurangnya
diare akibat infeksi atau penggunaan pencahar. ekskresi kalium melalui ginjal. Kalium keluar dari sel dapat
Ekskresi kalium yang berlebihan melalui ginjal dengan terjadi pada keadaan asidosis metabolik bukan oleh
diserlai asidosis metabolik merupakan petanda adanya asidosis organik (ketoasidosis, asidosis laktat), defisiensi
ketoasidosis diabetik atau adanya P.TA (renal tubular insulin, katabolisme jaringan meningkat, pemakaian obat
acidosis) baik yang distal atau proksimal. penghambat B-adrenergik, pseudo hiperkalemia akibat
Ekskresi kalium dalam urin rendah disertai alkalosis pengambilan contoh darah di laboratorium yang
metabolik, petanda dari muntah kronik atau pemberian mengakibatkan sel darah merah lisis dan pada latihan
diuretiklama. olahraga.
Ekskresi kalium dalam urin tinggi disertai alkalosis Berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal ter;adi
metabolik dan tekanan darah yang rendah, petanda dari pada keadaan hipoaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi
Sindrom Bartter. volume sirkulasi efektif, pemakaian siklosporin.
Ekskresi kalium dalam urin tinggi disertai alkalosis
metabolik dan tekanan darah tinggi, petanda dari
Gejala Klinis
hiperaldosteronisme primer.
Hiperkalemia dapat meningkatkan kepekaan membran sel
sehingga dengan sedikit perubahan depolarisasi, potensial
Pengobatan aksi lebih mudah terjadi. Dalam klinik ditemukan gejala
Indikasi koreksi kalium dapat dibagi dalam : akibat gangguan konduksi listrikjantung, kelemahan otot
sampai dengan paralisis sehingga pasien merasa sesak
Indikasi mutlak, pemberian kalium mutlak segera diberikan
napas. Gejala ini timbul pada kadar K> 7 meqfl- ata:u
yaitu pada keadaan; 1) pasien sedang dalam pengobatan
kenaikan yang terjadi dalam waktu cepat. Dalam keadaan
digitalis, 2) pasien dengan ketoasidosis diabetik, 3) pasien
asidosis metabolik dan hipokalsemi, mempermudah
dengan kelemahan otot pernapasan, 4) pasien dengan
timbulnya gejala klinik hiperkalemia.
hipokalemia berat ( K < 2 meq/L ).
kecepatan 40-100 meq/jam. KCI dilarutkan sebanyak 20 - Pemberianinsulin l0unitdalam glukosa40%, 50ml
meq dalam 100 cc NaCl isotonik. Bila melalui vena perifer, bolus intravena, lalu diikuti dengan infus Dekstrosa
KCI maksimal60 meq dilarutkan dalamNaCl isotonik 1000 50% untuk mencegah terjadinya hipoglikemi. Insulin
cc, sebab bila melebihi ini dapat menimbulkan rasa nyeri akan memicu pompa NaK-AIPase memasukkan ka-
dan dapat menyebabkan sklerosis vena. lium ke dalam sel, sedang glukosa/dekstrosa akan
memicu pengeluaran insulin endogen.
- Pemberian Natrium bikarbonat yang akan
HIPERKALEMIA meningkatkan pH sistemik. Peningkatan pH akan
merangsang ion-H ke luar dari dalam sel yang
Disebut hiperkalemia bila kadar kalium dalam plasma lebih kemudian menyebabkan ion-K masuk ke dalam sel.
183
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLM
Dalam keadaan tanpa asidosis metabolik, natrium Untuk menghitung berapa kalsium yang diabsorbsi dapat
bikarbonat diberikan 50 meq i.v selama 10 menit. dilakukan dengan rumus di bawah sebagai berikut:
Bila ada asidosis metabolik, disesuaikan dengan
keadaan asidosis metabolik yang ada. Kalsium diet - Kalsium feses
- Pemberian cx,2-agonis baik secara inhalasi maupun Absorbsi kalsium fraksional =
tetesan intravena. cx, 2-agonis akan merangsang Kalsium diet x 100
Intoksikasi vitamin-D. Batas antara normokalsemia dan Kelasi kalsium-ion. Kalsium-ion dapat dikelasi dengan
hiperkalsemia akibat pemberian vitamin-D sempit, sehingga mempergunakan Na-EDTA atau fosfat secara intravena.
kadang kadang tidak disadari sudah terjadi hiperkalsemia. Penggunaan terbatas oleh karena efek toksik bahan kelasi ini.
Hiperkalsemia dipermudah dengan pemberian vitamin-D Hemodialisis/dialisis-peritoneal. Dialisis efektif
bersama dengan diuretik tiazid. menurunkan kadar kalsium dengan memakai dialisat bebas
Intoksikasi vitamin-A. Pemberian vitamin-A berlebihan kalsium. Merupakan pilihan terakhir terutama untuk
dapat menyebabkan hiperkalsemi. Pada percobaan hiperkalsemia berat khususnya diserlai insufisiensi ginjal
binatang, pemberian vitamin-A berlebihan menyebabkan atau pada gagal jantung dimana pemberian cairan dibatasi.
fraktur tulang dan peningkatan jumlah sel osteoklast serta
ditemukan kalsifi kasi metastatik.
GANGGUAN KESEIMBANGAN FOSFOR
Sarkoidosis. Dapat terjadi hiperkalsemia karena adanya
Terdapat dua bentuk fosfor di dalam badan kita yaitu fosfor
peningkatan absorbsi kalsium melalui usus dan pelepasan
organik dan fosfor inorganik. Semua fosfor organik
kalsium dari tulang. Pada sarkoidosis dapat terjadi
terdapat dalam fosfolipid yang terikat dengan protein.
peningkatan produksi vitamin-D.
Fosfor inorganik, 90%o dapat dif,rltrasi oleh glomerulus
Hipertiroidisme. Terjadi akibat meningkatnya resorbsi (ultrafiltrable) dan sisanya terikat dengan protetn. 53%o
tulang. Hormon tiroid dapat memperkuat kerja hormon dari fosfor ultraf,rltrabel berdisosiasi dalam bentuk H2PO4 -
paratiroid atau secara langsung hormon tiroid dapat dan HPO,,2 - dengan perbandingan I '.4 dan sisanya dalam
meresorbsi kalsium tulang. bentuk garam natrium, kalsium dan magnesium. Jumlah
fosfortubuhtotal adalah 0,5-0,8 mg,kgBB, 85% disimpan
Insufisiensi adrenal. Deplesi volume yang terjadi
dalam fulang; loh dalamcairan ekstraselular serta sisanya
meningkatkan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal.
berada dalam sel (intraselular). Kadar fosfor dalam darah
Absorbsi kalsium usus juga meningkat akibat kurangnya
orang dewasa adalah2,5-4 mg/dl danpadaanak 2,5-6mgl
hormon glukokortkoid.
dl. Terdapat hubungan yang terbalik antara kadar kalsium
Sindrom'Milk-Nlkalil. Pemberian antasid yang dan fosfor dalam darah. Hasil perkalian kedua kadar ini
mengandung kalsium karbonat dengan diserlai pemberian adalah tetap. Dalam keadaan akut, peningkatan kadar fosfor
susu yang berlebihan pada pengobatan tukak lambung darah akan diikuti dengan penurunan kadar kalsium darah.
dapat menyebabkan hiperkalsemia. Peningkatan akut kadar kalsium darah tidak segera diikuti
penumnan fosfor darah sebelum ada perubahan fosfor
dalam urin. Dalam keadaan alkalosis dan hiperventilasi
Pengobatan Hiperkalsemia
terjadi penurunan kadar fosfor dan meningkat pada
Meningkatkan ekskresi kalsium melalui ginjal' keadaan asidosis. Pemberian insulin dan epinefrin akan
Dilakukan dengan pemberian larutan NaCl isotonis. menurunkan kadar fosfor darah. Pemberian glukosa akan
Pemberian cairan ini akan meningkatkan volume cairan menurunkan kadar fosfor darah oleh karena masuknya
ekstraselular yang umumnya rendah akibat pengeluaran fosfor ke dalam sel bersamaan dengan terjadinya
urin berlebihan disebabkan induksi oleh hiperkalsemia, fosforilasi glukosa.
muntah muntah akibat hiperkalsemia.
Absorbsi Fosfor di Usus
Menghambat Resorbsi Tulang Sekitar 50-65% fosfor dalam usus diabsorbsi secara aktif
. Kalsitonin-menghambat resorpsi tulang dengan cara bergabung dengan natrium terutama di daerah yeyunum
menghambat maturasi osteoklas. Diberikan melalui kotransporterNa-P (NaPi2b) yang identik dengan
intramuskular atau subkutan setiap 12 jam dengan dosis NaPi2a di tubulus ginjal. Absorbsi bergantung pada
4IU,&gBB. gradien natrium antara mukosa usus dan bagian basolateral
. Bifosfonat-menghambat aktivitas metabolik osteoklas sel usus oleh pompa NaKAIPase. Adanya fosfor dalam
dan juga bersifat sitotoksik terhadap osteoklas. usus akan membantu absorbsi kalsium, akan tetapi
. Galium nitrat-menghambat resorpsi tulang oleh absorbsi fosfor dihambat oleh asupan kalsium yang tinggi.
osteoklas dengan menghambat pompa proton 'ATPase Absorbsi fosfor juga dihambat oleh antasid aluminium
dependent' pada membran osteoklas. hidroksida. Vitamin-D3 menstimulasi absorbsi fosfor dalam
USUS.
Mengurangi absorbsi kalsium dari usus. Glukokortikoid
(prednison, 20 -40 mglhari) mengurangi produksi kalsitriol
oleh paru dan kelenjar limfe yang diaktivasi produksinya Ekskresi Fosfor Melalui Urin
oleh sel mononuklear. Kalsium serum dapat turun dalam 2- Ekskresi fosfor dipengaruhi oleh kadar fosfor inorganik
5 hari. dalam plasma, Laju filtrasi glomerulus (LFG) dan
186 KEGA}VATDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAXIT DALAM
kemampuan absorbsi maksimal dalam tubulus (Tm). Tm kemudian meningkatkan glikolisis. Aktivitas ini
berbanding lurus dengan LFG. Makin tinggi kadar fosfor banyak menggunakan fo sfor.
inorganik dalam darah, makin tinggi ekskresi melalui urin. - Hungry Bone Syndrome. Terjadi setelah dilakukan
Fosfor yang difiltrasi, 60%o di reabsorbsi di tubulus paratiroidektomi atau tiroidektomi pada pasien
proksimal, 10%-25% di tubulus distal sedang sisanya 5o%- dengan osteopeni. Pada keadaan ini akan terjadi
20o/o terdapat dalam urin. Reabsorbsi fosfor di tubulus deposisi kalsium dan fosfor pada tulang sehingga
proksimal melalui kohanspor Na-Pi dengan bantuan energi menimbulkan hipokalsemra.
dari pompa NaK-ATPase di basolateral, fosfor keluar dari . Absorbsi melalui usus berkurang
sel bersama natrium sebesar 10%o dan tidak tergantung - Asupan fosfor rendah
natrium sebesar 30o%. Ada tiga jenis kotranspor Na-Pi yaitu - Menggunakan antasid yang mengandung
tipe I, II dan III. Kotranspor Na-Pi yang dominan dalam aluminium atau magneslum
tubulus manusia adalah tipe II Q.{a-Pi2a). Hanya reabsorbsi - Diare kronik, steatorrea
di bagian luminal tubulus yang dipengaruhi oleh hormon .. Ekskresi melalui urin meningkat
paratiroid dan oleh regulator lain. - Hiperparatiroidisme primer atau sekunder
- Defisiensi vitamin-D atau resisten terhadap vitamin-
Keadaan yang Mempengaruhi Ekskresi Fosfor D
Hormon paratiroid, menghambat reabsorbsi fosfor di - Primaty renal phosphate wasting
tubulus proksimal sehingga ekskresi dalam r.rin meningkat. - Sindrom Fanconi
Hambatan ini melibatkan reseptor hormon paratiroid yang
memediasi pembentukan cAMP intrasel, inositol trifosfat,
diasilgliserol, kalsium-bebas sitosol dan aktifasi protein TANDA DAN GEJALA YANG DITEMUKAN PADA
kinase A dan C. Vitamin-D3 merangsang reabsorbsi fosfor HIPOFOSFATEMIA
inorganik di tubulus ginjal. Meningkatnya asupan fosfor
Gej ala yang ditimbulkan akibat hipofosfatemia baru timbul
melalui makanan akan meningkatkan ekskresi fosfor
pada saat kadar fosfor darah kurang dari 2 mg/dl dan
sebaliknya diit rendah fosfor akan mengurangi ekskresi
fosfor urin. Growth hormone, hormon tiroid, insulin dan gejala berat seperti rabdomiolisis baru timbul bila kadar
insulin-like growth factor meningkatkan reabsorbsi fosfor fosfor kurang dari I mg/dl.
(ekspresi NaPi-2a meningkat di tubulus). Hiperkalsiuri. Hipofosfatemi yang lama akan menghambat
Peningkatan volume cairan ekstraselular yang akut reabsorbsi kalsium dan magnesium dalam tubulus
dengan pemberi larutan NaCl isotonik meningkatkan terhambat. Disamping itu terjadi resorbsi kalsium tulang
ekskresi fosfor, sebaliknya hipovolemia akut akan yang dimediasi oleh peningkatan kalsitriol akibat induksi
mengurangi ekskresi fosfor. oleh hipofosfatenii.
Diuretik yang menghambat reabsorbsi Na, Cl, HCO3 di
Ensefalopati metabolik. Timbul gejala parestesi, berlanjut
tubulus proksimal memiliki sifat fosfaturik, akan tetapi sifat
kearah gejala delirium, kejang dan koma. Gejala ini timbul
fosfaturik ini hilang sejalan dengan terjadinya hipovolemia.
akibat iskemi j aringan.
Diuretik yang bersifat menghambat enzim karbonik
anhidrase di tubulus proksimal, bersifat paling fosfaturik. Gejala gangguan otot skeletal dan otot polos. Hipofosfatenu
Asidosis akan meningkatkan ekskresi fosfor urin dan dapat menimbulkan gejala miopati-proksimal, disfagia dan
sebaliknya pada alkalosis. ileus. Pada keadaan akut dapat terjadi pelepasan fosfor
dari otot dan menimbulkan rabdomiolisis.
Pendekatan Diagnostik Hipofosfatemi dapat diberikan infus NaCl isotonis secara cepat yang akan
Dapat dilakukan dengan mengukur ekskresi fosfor dalam meningkatkan ekskresi fosfor urin. Dapat |oga dilakukan
trin24jam atau menghitung Ekskresi Fraksional Fosfor dengan memberikan asetazolamida (inhibitor karbonik
(EFF) dalam urin sewaktu. anhidrase) l5 mg/kgBB setiap 4 jam. Atau dapat juga
dilakukan hemodialisis khususnya hiperfosfatemia pada
EFF: [Ufo x Pcr x 100] : [Pfo x Ucr) gangguan fungsi ginjal.
Pada hiperfosfatemia kronik, yang biasanya terjadi
Ekskresi Fosfor Rendah :
pada gagal ginjal kronik atau pada familial tumoral
Fosfor dalam urin 24 jam kurang dari 100 mg atau FFE
kalsinosis, pengobatan ditujukan untuk menekan
kurang dari 5% (normal FFE 5% - 20%). Keadaan ini dapat
absorbsi melalui usus dengan memberikan pengikat
disebabkan oleh: l).Redistribusi fosfor dari ekstrasel ke
fosfat seperti kalsium karbonat, kalsium asetat, sevelamer,
dalam sel. 2). Absorbsi melalui usus berkurang.
Iantanum karbonat.
Ekskresi Fosfor Tinggi : 1). Hiperparatiroidisme primer
atau sekunder, 2). Defisiensi vitamin-D atau resisten
terhadap vitamin-D. 3). Primary renal phosphate wasting GANGGUAN KESEIMBANGAN MAGNESIUM
(defek pada tubulus), 4). Sindrom Fanconi.
Hipomagnesemia merupakan kelainan yang ditemukan
sebesar l2o/o pada pasien rawat inap dan 60oh-65o/o dati
Pengobatan
jumlah tersebut terdapat di ruang rawat inap intensif
Pengobatan terhadap hipokalsemia tidak diberikan bila
(ICU). Ekskresi magnesium satu satunya terjadi sangat
tidak ada indikasi yang kuat. Umumnya pengobatan
efisien melalui ginjal. Hipermagnesemia dapat terjadi
ditujukan kepada faktor etiologi timbulnya hipofosfatemia.
apabila ada gangguan ekskresi atau pemberian yang
Bila terdapat kekurangan vitamin-D, dapat diberikan
berlebihan. Berbeda dengan zat pelarut yang lain,
vitamin-D sebanyak 400-800 IU per hari. Pemberian fosfor
magnesium yang difiltrasi oleh glomerulus sebagian besar
baru diberikan bila sudah timbul gejala atau pada keadaan
di reabsorbsi sebesar 60-10% di Thick Ascending Limb
gangguan tubulus sehingga terjadi pengeluaran fosfor
of Henle (TAL) bukan di tubulus proksimal. 15%-25%
berlebihan melalui urin secara kronik. Lebih disukai
magnesium yang difiltrasi, di reabsorbsi secra pasif di
memberikan fosfor per oral karena pemberian secara
tubulus proksimal dan S'/o-l\oh reabsorbsi di tubulus
intravena banyak menimbulkan efek samping seperti
distal. 3% dari Magnesium yang difiltrasi akan dibuang
aritmia. Dosis per oral sebesar 2,5 gram-3,5 gram per hari.
dalamurin.
Bila terpaksa pemberian intravena, dibertkan tidak lebih
Sepertiga dari magnesium dalam makanan akan
dai' 2,5 mg/<gBB selama 6 j am.
diabsorbsi oleh usus halus secara pasif dan dalam bentuk
Penelitian yang baru yang masih dalam evaluasi adalah
sistem transpor. Di dalam tubuh kita magnesium
pemberian dipiridamol 75 mg satu kali sehari dapat
meningkatkan kadar fosfor darah.
berpengaruh pada reaksi enzim di attaranya
transfosforilasi, sintesis protein, metabolisme
hidrat-arang, sintesis dan degradasi DNA, aktivasi AIP.
HIPERFOSFATEMIA Hanya sebagian kecil magnesium berada dalam cairan
ekstrasel. 60oh berada di dalam tulang, 20%o betada di
Ekskresi fosfor melalui urin sangat efisien, dengan sedikit
dalam otot. Kadar magnesium dalam serum berkisar antara
saja kenaikan fosfor darah, ekskresi melalui urin akan
I ,4-1 ,l 5 meqlL,20%o terrkat dengan protein.
meningkat.
Peningkatan atau penurunan kadar magnesium
Hiperfosfatemi dis ebabkan oleh terutama diseb abkan
dalam darah berturutan akan meningkatkan atau
oleh ketidakmampuan ginjal dalam ekskresi fosfor :
. Jumlah fosfor yang meningkat tinggi dalam darah pada menurunkan ekskresi magnesium melalui ginjal.
Penambahan volume cairan ekstrasel yang akut dan
sindrom lisis tumor, rabdomiolisis, asidosis laktat,
kronik akan meningkatkan ekskresi magnesium melalui
ketoasidosis, pemberian fosfor berlebihan.
ginj al. Pemberian diuretik seperti manitol, asetazolamid,
. Gangguan fungsi ginjal, akut atau kronik.
tiasid, furosemid dan asam etakrinik akan meningkatkan
. Reabsorbsi fosfor yang meningkat melalui tubulus pada
ekskresi magnesium dengan menghambat reabsorbsi di
hipoparatiroid, akromegali, pemberian bifosfonat,
tubulus. Tidak ada hormon yang diketahui dapat
familial tumoral calcinosis. mempengaruhi keseimbangan magnesium dalam tubuh
. Pseudohiperfosfatemi pada hiperglobulinemi (mieloma
kita. Hiperkalsemia akan meningkatkan ekskresi
multipel), hiperlipidemia, hemolisis, hiperbilirubinemia.
magnesium dalam urin. Ekskresi magnesium mempunyai
pola diurnal. Ekskresi paling rendah terjadi
Pengobatan pada waktu sore dan paling tinggi pada waktu
Pada keadaan akut dengan disertai gejala hipokalsemia, subuh.
188 KEGAWAiIDARURAIAN MEDIK DI BIDAIYG ILMU PEITYAKIT DALAM
diuretik loop dattiazid, ekspansi volume cairan ekstrasel, infus intravena dilakukan pengenceran dengan larutan
alkoholik, hiperkalsemia, nefrotoksin glukosa. Pemberian per oral pada hipomagnesemia kronik
seperti
aminoglikosida; sisplatin; siklosporin dll, disfungsi loop dengan MgO 250-500 mg empat kali sehari.
Henle atau tubulus distal seperti pasca nekrosis tubular
akut; pasca cangkok ginjal; sindrom Bartter; sindrom
Gitelman, Ekskresi berlebihan Ginjal Primer seperti pada HIPERMAGNESEMIA
Gitelman; mutasi Paracellin-1; mutasi NaKAIPase; 3).
Terlihat juga pada pasca operasi, pasca pemberian Hipermagnesemia dapat terjadi pada keadaan gangguan
foscarret, pada hungry bone syndrome. fungsi ginjal. Pada pasien gagal ginjal terminal, kadar mag-
nesium serum adalah2-3 meq/L(2,4-3,6 mgldl). Pemberian
antasid yang mengandung magnesium pada pasien
Gejala KIinis gangguan fungsi ginjal dapat menimbulkan gejala
. Gangguan neuromuskular seperti otot terasa lemas, hipermagnesemia. Pemberian magnesium berlebihan
fasikulasi otot, tremor, tetani, tanda Chvostek dan Trous- melebihi kemampuan ekskresi ginjal atau pemberian
seau positif. Tetani dapat timbul tanpa disertai MgSO4 sebagai laksan dengan cara melalui oral maupun
hipokalsemia. suppositoria dapat menimbulkan hipermagnesemi.
. Hipokalemia terjadi karena pada hipomagnesemia, Pemberian laksan ini pada pasien gagal ginjal dapat bersifat
jumlah dan aktivitas ATP akan berkurang sehingga fatal.
terjadi peningkatan saluran -kalilum (K-chann el diloop
Henle dan di duktus koligentes. Akibatnya ekskresi
kaliummeningkat. Gejala
. Hipokalsemia terjadi karena resisten terhadap hormon
. Kadar magnesium plasma sebesar 4,8-7,2 mg/dl,
paratiroid akibat penurunan pembentukan siklik-AMP. menimbulkan gejala nausea, flushing, sakit kepala,
. Terjadi defisiensi vitamin-D yang sebabnya belum dapat letargi, nganfuk dan penuunan reflek tendon.
dijelaskan.
. Kadar magnesium plasma sebesar 7,2-12 mgldl,
. Gangguan pada aktivitas listrik jantung berupa menimbulkan gejala somnolen, hipokalsemi, reflek ten-
pelebaran komplek-QRS; perpanjangan interval-PR; don hilang, hipotensi, bradikardia, perubahan EKG.
menghilangnya gelombang-! sehingga menimbulkan
. Kadarmagnesiumplasmasebesar lebihdari 12mgldl,
aritmia ventrikel. menimbulkan gejala kelumpuhan otot, kelumpuhan
pemapasan, blok jantung komplit, henti jantung.
REFERENSI
Keseim bangan
asam -basa
Penyangaan Ginjal
kimiawi
H- + H PO,'
190
GAI\GGUAN KESEIMBANGAI\ ASAM BASA METABOLIK L9t
HCO3 (l:6800) sehingga reaksi di atas dapat Kadar H2CO3 sangat kecil dibanding dengan kadar
disederhanakan menjadi CO2 + H2O e H* + HCO3-. Reaksi CO2 ataupun ion-HCO3, sehingga reaksi di atas dapat
ke kiri dan ke kanan sama kuatnya sehingga bila ion-H diperlakukan seperti di bawah ini:
berlebihan pada keadaan asidosis metabolik, ion-H akan +
COr-terlarut + H2O <t H* HCO3-
disangga oleh penyangga ion-HCO, membentuk H2CO3.
Disamping itu, keberadaan ion-H yang berlebih Menurut hukum 'Law-Mass Action', reaksi ke kanan
menyebabkan reaksi bergeser ke arah CO, + HrO. Akibaflrya sama kuatnya dengan reaksi ke kiri sehingga:
CO, akan berlebih sehingga terjadi hiperventilasi pada paru kl . (COr-terlarut) (H,O) : k2 .(H.) (HCO3,
untuk mengatur tekanan parsial COr. Peningkatan ion-H
dalam plasma akan meningkatkan sekresi ion-H dalam Ka = (H+)(HCO3-)/ (CO2-terlaruQ(H2O)
tubulus ginjal. Ion-H di dalam tubulus akan berikatan Oleh karena Ka dan HrO adalah sesuatu yang konstan
dengan bikarbonat yang di filtrasi oleh glomerulus maka reaksi berubah menjadi:
sehingga terdisosiasi menjadi HrO dan CO, dengan
bantuan enzim karbonik anhidrase dalam lumen tubulus K'a = (H.)(HCO3-)/(COr-terlarut)
proksimal. Secara pasif CO, dan HrO akan di reabsorbsi Dalam plasma pada suhu 37 derajat celcius, K'a adalah
masuk ke dalam sel tubulus proksimal yang kemudian sebesar 800 nmol/L sehingga:
bereaksi dengan H2O membentuk ion-HCOr. Ion-HCO, ini
kemudian akan masuk ke dalam sirkulasi darah oleh (H+) : 800 x (CO2-terlarut)/(HCO3-)
kotranspor Na-3HCO, pada membran basolateral. (H+) : 24 x (PCO,) /(HCO3-)
Pada keadaan alkalosis metabolik, ion-HCO, berlebih
menyebabkan kadar ion-H berkurang, reaksi akan bergeser
Dalam rumus Henderson-Hasselbalch dinyatakan
sebagai berikut:
ke kanan dan terj adi hipoventilasi untuk mempertahankan
tekanan parsial COr. Akibat penurunan kadar ion-H, sekresi pH : 6,10 + log (HCO3-) / 0,03 PCq
ion-H di tubulus berkurang, sehingga reabsorbsi
Konversi antara besaran pH dengan kadar ion-H dapat
bikarbonat menurun. Bikarbonat kemudian di ekskresi
dilakukan sebagai berikut:
dalam bentuk Na-bikarbonat.
Penyangga di dalam sel (intracellular buffer) dan
. pH7 : kadar ion-H : 100 nmol/L
penyanggaan oleh tulang (bone buffer) sebagian besar
. pH7,l0 :
: kadar ion-H 100 x 0,8 nmol/L
dilakukan oleh protein, fosfat organik dan inorganik,
. pH7,20 : kadar ion-H : 100 x 0,8 x 0,8
. pH6,9 : kadarion-H:100x 1,25
hemoglobin dalam sel darah merah serta oleh disolusi
mineral tulang berupa pelepasan CaCO, dan CaHPOo ke Berdasarkan rumus perhitungan di atas, maka
ekstrasel. perubahan menjadi asidemi atau alkalemi adalah
Pada keadaan asidosis metabolik, penyanggaan terjadi dipengaruhi olehrasio antara PCO2 dan ion-HCO3. Bila
sebanyak 43% di luar sel dar. 5l%o terjadi di dalam sel. rasio meningkat maka kadar ion-H naik (asidemi) dan bila
Pada keadaan asidosis respiratori, penyanggaan terjadi rasio menurun maka kadar ion-H akan tuirrn (alkalemi).
sebanyak hanya3%o di luar sel dan sebagian besar (97%o) Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan rasio
terjadi di dalam sel. tersebut disebut sebagai asidosis atau alkalosis.
Sistem penyanggaan di dalam tubuh manusia terutama Asidosis metabolik ditandai dengan turunnya kadar ion-
dilakukan oleh asam lemah yang dapat berdisosiasi HCO3 diikuti dengan penurunan tekanan parsiil CO2 di
sehingga memiliki kemampuan untuk menangkap atau dalam arteri. Kadar ion-HCO3 normal adalah sebesar 24
melepaskan ion-H. Asam karbonat merupakan asam lemah meq/L dan kadar normal PCO2 adalah 40 mmHg dengan
yang terutama dalam sistem penyanggan dalam tubuh kadar ion-H sebesar 40 nanomol/L.
manusia. Asam karbonat merupakanbentukan dari hidrasi Penurunan kadar ion-HCO3 sebesar 1 meq/L akan
COr. Tekanan parsil CO, dalam darah arteri adalah sama diikuti olehpenurunanPCO2 sebesar 1,2 mmHg. Penyebab
dengan tekanan CO, dalam udara aieveol. Sebagian dari asidosis metabolik dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
CO, ini yaitu sebanyak 0,03 x PCO, melarut dalam cairan I. Pembentukan asam yang berlebihan di dalam tubuh.
plasma. Tekanan parsil CO, dalam arteri adalah 40 mm Hg, II. Berkurangnya kadar ion-HCO3 di dalam tubuh.
sehingga CO, yang terlarut adalah sebanyak 0,03 x 40 : Itr. Adanya retensi ion-H di dalam tubuh.
1,2 mmoUl. Hidrasi CO2terlarut menghasil asam karbonat.
Kompensasi paru dengan cara hiperventilasi yang
COr- terlarut + H2O e H2CO3 e II* + HCO3- menyebabkan penurunan tekanan parsiil CO2, dapat
192 KEGAWAfi)ARUR/IffAN MEDIK DI BIDAIIG ILMU PEhIYAKIT DALAM
l,lembran lvlembran
Peran Ginjal basolateral luminal
Dalam keadaan asidosis metabolik, kompensasi tubuh Gambar 2. Reabsorpsi ion-HCO, di tubulus proksimal
melalui ginjal adalah meningkatkan sekresi dan ekskresi
ion-H (asidifrkasi urin, pH urin turun) sebanyak 50-100
meq/hari serta reabsorbsi ion-HCO, yang terdapat dalam
cairan fi ltrat glomerulus.
Sekresi ion-H terjadi di tubulus proksimal (sampai
dengan bagian tebal/asending loop dari Henle) dan di sel
Tubulus proksimal
interkalated duktus koligentes. Sekresi ion-H di tubulus
proksimal terjadi melalui penukar (antiporter) Na-H dan
pompa H-AIPase pada bagian apikal (lumen) sel tubulus.
Sebanyak dua pertiga sekresi ion-H di tubulus proksimal
-3
6 2K'
H'-
adalah melalui penukar Na-H sedang sisanya melalui
pompa H-ATPase. Ion-H yang disekresi di tubulus = t Difiltrasi Disekresi
menjadi HrO dan CO2 dengan bantuan enzim karbonik H,P O.'
anhidrase dalam lumen tubulus proksimal. Secara pasif CO,
dan HrO akan di reabsorbsi masuk ke dalam sel tubulus M em bran Membran
proksimal yang kemudian bereaksi dengan H2O basolatera luminal
Ru-bikar adalah attara 53% - 66% berat badan, j adirerata Volume sirkulasi Aldosteron 1 CIJ K1 pH,l
efektifturun di duki kol
Ru-bikar adal ah 59,5 Yo.
J-\
Renin Ang ll
I
I
lon K
keluar
d ari sel
Bila berat badan 60 kg, maka bikarbonat yang dibutuhkan dilepas Meningkal I
adalah; I
ALKALOSIS METABOLIK
Sekresi ion-H melalui tubulus juga meningkat pada
Alkalosis metabolik merupakan suatu proses terjadinya keadaan asidosis dalam sel akibat masuknya ion-H ke
peningkatan primer bikarbonat dalam arteri. Akibat dalam sel. Keadaan hipokalemi akan merangsang keluamya
peningkatan ini, rasio PCO, dan kadar HCO, dalam arteri kalium dalam sel masukke dalamplasma. Untukmenjaga
keadaan keseimbangan elektirk, ion-H masuk ke dalam sel
berubah. Usaha tubuh untuk memperbaiki rasio ini
dilakukan oleh paru dengan menurunkan ventilasi sehingga terjadi asidosis intrasel. Asidosis intrasel
(hipoventilasi) sehingga PCO, meningkat dalam arteri. Pada merangsang sekresi ion-H meningkat ke lumen tubulus
alkalosis metabolik yang simpel, kenaikan kadar HCO3 I
dan mengakibatkan peningkatan reabsorbsi ion-
meqlL akan menyebabkan kenaikan PCO, sebesar 0,7 bikarbonat.
Terbuangnya cairan bebas-bikarbonat dalam jumlah
mmHg. Penyebab alkalosis metabolik dapat disebabkan
besar misalnya pada pemberian diuretik loop dalam dosis
oleh:
196 KEGA}V/ITTDARURIIXAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
yang tinggi, akan meningkatkan kadar bikarbonat per liter terhambat. Bila dengan antagonis enzim karbonik
plasma akibat volume plasma yang berkurang. anhidrase tak berhasil, dapat diberikan HCI dalam
Pemberian bikarbonat tanpa kendali pada keadaan keto- larutan isotonis (150 meq/L) selama 8 - 24 jam.
asidosis diabetik atau asidosis laktat dapat mengakibatkan Kebutuhan HCI dapat dihitung dengan mengetahui
alkalosis metabolik. Pemberian insulin pada keto-asidosis jumlah distribusi bikarbonat pada keadaan alkalosis
diabetik atau perbaikan oxigenisasi jaringan pada asidosis tersebut sbb:
laktat akan dengan cepat meningkatkan kadar bikarbonat
plasma.
Kelebihan bikarbonat: 0,5 xBeratBadanx (HCO3 plasma-24)
Alkalosis metabolik juga ditemukan pada Sindrom
Bartter dan Sindrom Gitelman suatu keadaan terjadinya
mutasi genetik pada transporter Na-K-Cl di bagian
asending loop-Henle (Bartter) dan di tubulus distal REFERENSI
(Gitelman). Keadaan ini mirip dengan alkalosis metabolik
Batlle DC. Segmental characterization of defects in collecting
akibat diuretik loop atau tiazid.
tubule acidification. Kidney Int 1986, 30(4):546-54.
Garg LC, Narang N. Effects of aldosterone on NEM-sensitive AT-
Pengobatan Pase in rabbit nepkon segments. Kidney Int 1988, 34(l):13-7.
Geibel J, Giebisch G, Boron WF. Angiotensin II stimulates both
l. Pada keadaan alkalosis metabolik, disebut letal bila pH
Na(+)-H+ exchange and Na+/HCO3- cotransport in the rabbit
darahlebihdari 7,7. proximal tubu1e. Proc Natl Acad Sci U S A 1990, 87(20):7917-
2. Bila ada deplesi volume cairan tubuh, normalkan kembali 20.
volume plasma dengan pemberian NaCl isotonis Halperin ML, Goldstein MB. Fluid, Electrolyte, and Acid-Base
3. Bila penyebabnya hipokalemi, koreksi kalium dalam Physiology (A problem-based approach). Third Edition, 1999,
plasma. W.B.Saunders Company, Philadelphia, p 50-51.
Palmer BF, Alpem RJ. Metabolic alkalosis. J Am Soc Nephrol. 1997,
4. Bila penyebabnya hipokloremi, koreksi chlorida dengan
8(9):1462-9.
pemberian NaCl isotonis.
Rose BD, Post TW. Acids and Bases. UpToDate 13.1,2005, CD-
5. Bila etiologinya adaTah pemberian bikarbonat Rom.
berlebihan, stop pemberian bikarbonat. Rose BD, Post TW. Buffers UpToDate 13.1, 2005, CD-Rom.
6. Dalam keadaan fungsi ginjal tuiun atau pada keadaan Ruiz OS, Qiu Y! Wang LJ, Arruda JA. Regulation of the renal
edema akibat gagaljantung, cor-pulmonale atau sirosis Na-HCO3 cotransporter: Y mechanism of the inhibitory effect
hati, koreksi dengan NaCl isotonis tidak dapat dilakukan of parathyroid hormone. Kidney Int 1996, 49(2):396-402.
karena ditakutkan terjadi retensi Na dan kelebihan cafuan Sasaki S, Marumo F. Mechanisms of inhibition of proximal
acidification by PTH. Am J Physiol 1991,260(6 Pt 2): F833-
(edema bertambah). Dapat diberikan antagonis enzim
8
karbonik anhidrase, sehingga reabsorbsi bikarbonat
26
REHIDRASI
Rizka Hu ma rdewaya nti Asdie, Don i Pria mbodo Witja ksono, Soeba gjo Loehoeri
197
198 KEGAWATDARURATAN MEDIK DI BIDAI\G ILMU PEIYYAKIT DAL/NVT
Angka kematian diare akut di negara berkembang telah penyumbatan sebagian saluran kemih, hipokalemi,
menurun dari 4,5 juta kematian pada tahun 1979 menjadi aldosteronisme primer, paska transplantasi ginjal,
1,6 juta pada tahtn2002 namun angka kejadian diare akut efek toksik litium karbonat, dtau anestesia yang
masih masuk urutan 5 besar dari penyakit yang sering mengandung penthrane (methoxyflurane).
menyerang anak Indonesia. Kejadian diare akut di c. Kehilangan cairan karena sebab lain seperti :
Indonesia diperkirakan masih sekitar 60 juta episode setiap pengeluaran air berlebihan seperti melalui paru,
tahunnya dan 1-5 persen diantaranya berkembang menjadi orang-orang yang kontak dengan sinar matahari
diare kronis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dari dalam waktu yang lama tanpa minum, pada
35 persen seluruh kematian balita akibat diare disebabkan hiperventilasi dan demam; pengeluaran air yang
oleh diare akut. berlebihan misalnya luka bakar (kombusio);
Kebijakan pemerintah dalam pemberantasan penyakit pengeluaran air yang berlebihan melalui saluran
diare antara lain bertujuan untuk menurunkan angka cerna, misalny a p ada gastroenteriti s alal/./ cho I er i-
kesakitan, angka kematian, dan penanggulangan kejadian form diaruhea .
luar biasa (KLB). Departemen Kesehatan RI melalui 2. Kehilangan cairan karena kelebihan elektrolit (solute
Keputusan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit loading hypertonicity). Kehilangan cairan karena
dan Penyehatan Lingkungan (PPM & PL) telah ekskresi urin yang mengandung banyak elektrolit
mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan dan Pemantauan seperti natrium, klorida, kalium dan anion serta kation
Program Pemberantasan Diare dengan tujuan khusus lain-lain, atau bahan-bahanyatg bukan ion seperti
menurunkan angka kematian pada semua umur dari 54 per dekstrosa, fruktosa atau urea, asam amino dan benda-
100.000 penduduk menjadi 28 per 100.000 penduduk, benda nitrogen lainnya. Kehilangan cairan ini bisa
menurunkan angka kematian balita dari 2,5 per 1.000 balita karena:
menjadi 1,25 per 1.000 balita dan menurunkan angka a. Pemberian makanan yang mengandung banyak
fatalitas kasus (CFR) diare pada KLB dari 1-3,8 persen garam dekstrosa, protein dan substansi lain dengan
menjadi 1,5 persen. air yang tidak mencukupi pada pasien dengan koma.
b. Pemberian makanan yang mengandung susu dan
krim tanpa air pada pasien dengan perdarahan
lambung.
ETIOLOGI
c. Pemberian makanan dengan karbohidrat tinggi pada
Secara garis besar dikenal 3 macam kehilangan cairan orang-orang yang baru sembuh dari luka b akar y ang
badan: berat.
d. Pasien dengan asidosis diabetik berat yang tidak
1. Kehilangan cairan sebagai akibat kehilangan at darl diobati.
badan baik karena kekurangan pemasukan air atau e. Keadaan lainnya yang berhubungan dengan
kehilangan air berlebih melalui paru, kulit, ginjal, atau hiperosmolaritas
saluran makanan. Keadaan ini sering disebut dengan 3. Kehilangan cairan karena hiperosmolaritas. Hal ini terjadi
pure dehydration atao dehydration hypertonic ata,u jika cairan ekstraselular karena suatu sebab menjadi
water deficit atau water deficiency ata,u pure water hiperosmoler, misalnya karena hiperosmoler
depletion. Kehilangan cairan tipe ini biasa terjadi karena: hiperglikemia, koma diabetik non ketoasidotik atau
a. Kehilangan cairan karena pemasukan air tidak hiperosmolaritas yang terjadi karena pemberian
mencukupi, misalnya : orang-orang yang kehabisan substansi baik per parenteral maupun per rektal yang
air minum di kapal yang rusak di tengah laut atau di dapat meningkatkan osmolaritas darah; koma
padang pasir; kesukaran atau tidak bisa menelan, hiperglikemik hiperosmolar dapat juga terj adi pada
misalnya pada orang yang debil, koma atau disfagia; dialisis peritoneal. Hiperosmolar dapat ju ga teqadi pada
rangsangan haus hilang, misalnya pada orang tua angiografi dengan kontras, sesudah pemberian natrium
dengan aterosklerosis serebral, tumor otak, sulfat intravena pada hiperkalsemia, sesudah pemberian
poliomielitis tipe bulbar, meningitis atau kerusakan makanan hipertonik pada mega colon dan pada pasien
otak lainnya. yang baru sembuh dari luka bakar yang berat.
b. Kehilangan cairan karena pengeluran melalui ginjal
berlebihan: pada ginjal yang normal, misalnya pada
diabetes insipidus, karena kelebihan elektrolit atau PATOGEN ESIS DAN PATOFISIOLOGI
hiperosmoler dan pada pemasukan air yang
berlebihan; pada gangguan fungsi ginjal yang Dalam penatalaksanaan rehidrasi haruslah diketahui
disebut nephrogenic diab etes ins ipidus, misalnya terlebih dahulu patogenesis dehidrasi termasuk
pada pyelonefritis kronik, glumerulonefritis, ginj al patofisiologinya. Cairan di dalam tubuh terdiri dari unsur-
polikistik, fase diuresis pada kegagalan ginjal akut, unsur cairan ekstraselular, intraselulaer dan intertisial.
REHIDRASI
199
Jumlah air dalam tubuh dewasa dengan rata-rata beral pernapasan yang terjadi pada cuaca dingin. Sedangkan
badat 70 kg mendekati 40 liter, rata-rata 52o/o berat dalam cuaca yang sangat panas, air yang hilang dalam
badannya. Pada bayi yang baru lahir, mungkin mencapai keringat ditingkatkan mencapai 1,5 -2 liter I jam, sehingga
I5%o dariberat badan, kemudian menurun secara progresif mengurangi cairan tubuh dengan cepat.
dari lahir sampai umur tua. Kebanyakan penurunan terjadi Latihan meningkatkan hilangnya air lewat 2 jalan.
dalam waktu 10 tahun awal kehidupan. Juga kegemukan Pertama, latihan meningkatkan derajat pemapasan, dengan
menurun presentase air dalam fubuh, kadang mencapai meningkatkan kenaikan hilangnya air lewat saluran
4s%. pernapasan sesuai dengan meningkatnya derajat ventilasi.
Kedua, latihan meningkatkan panas badan dan akibatnya
menghasilkan keringat yang berlebihan.
Ambilan dan Keluaran Air
Kebanyakan ambilan air tiap hari masuk melalui oral. Hampir
dua pertiga dalam bentuk air murni atau dalam bentuk Unsur-unsur Cairan Tubuh
minuman lain dan sisanya dari makanan yang dimakan. Sekitar dari 25 sampai 40 liter cairan tubuh ada dalam I 5
Sejumlah kecil juga disintesis dalam tubuh sebagai hasil trilyun sel tubuh, disebut cairan intraselular. Masing-
oksidasi dari makanan. Jumlah sekitar 150 dan 250 mVhari, masing sel berisi cairan yang berisi campuran beberapa
tergantung dari derajat metabolismenya. unsur yang berbeda, namun konsentrasi unsur-unsur ini
Tabel I menunjukkan rute air yang hilang dari tubuh serupa antara safu sel dengan yang lainnya.
dalam keadaan yang berbeda. Normal dalam suatu Semua cairatyang berada di luar sel disebut cairan
lingkungan suhu 680F (200C) hampir 1400ml dan 2300 ml ekstraselular, merupakan cairan yang konstan, rata-rata I 5
ambilan air hilang lewat urin, 100 ml lewat feses dan 100 ml liter pada orang dewasa dengan berat b adan'l} kg. Cairan
lewat keringat. Sisanya 700 ml hilang lewat evaporasi dari ekstraselular ini terbagi menjadi cairan interstisial, plasma,
respirasi atau difusi lewat kulit, yang kita sebut dengan cairan serebrospinal, cairan intraokuler, cairan traktus
insensible water loss. gastrointestinal, dan cairan ruang potensial.
Rata-ratahilangnya air oleh difusi lewatkulit mendekati Plasma adalah bagian dari darah yang non selular, yang
300-400 mUhari,jumlah ini juga sama dengan seseorang merupakan bagian dari cairan ekstraselular dan
yang dilahirkan tanpa kelenjar keringat. Dengan kata lain, berhubungan dengan cairan intertisial melalui lubang-
molekul air secara difus menembus sel-sel kulit, yang lubang dalam kapiler secara terus menerus. Volume plasma
dilapisi oleh jaringan tanduk kulit, yang terisi oleh rata-rata 3 liter pada dewasa normal.
kolesterol, bertindak sebagai pelindung terhadap Darah berisi cairan ekstraselular (plasma) dan cairan
hilangnya air oleh proses difusi. intraselular (dalam darah sendiri). Rata-rata volume darah
dewasa normal mendekati 5000 ml, sekitar 3000 ml berupa
plasma dan 2000 ml berupa sel darah. Nilai ini sangat
bergantung dengan jenis kelamin, beratbadan, dan faktor-
Suhu Cuaca Latihan berat faktor yang mempengaruhi volume darah. Secara fisiologis,
normal panas dan lama
jumlah cairan tubuh pada orang dewasa berkisar 45-10 o/o
lnsensible loss:
berat badan (BB), rata- ruta 57o/o, dan bergantung dengan
Kulit 350 350 350
gemuk dan kurusnya seseorang, sedangkan pada anak-
Saluran napas 350 250 650
anak cairan tubuh berkisar 70-80% berat badan, tata-rata
Urin 1400 1200 500
Keringat 100 1400 5000 75%.
Feses 100 100 100
Cairan rubuh terdiri dari :
dan hampir sama sekali tidak terdapat ion Catt, tetapi akhir menurunkan absorbsi NaCl. Kenaikan elektrolit dan
mengandung sejumlah besar K* dan PO4, dan sejumlah air mengisi usus sehingga timbul diare. Na*K*AIPase dan
kecil Mg* dan ion SO4 . Sel- sel berisi sejumlah besar Naiglukosa cotransporter tak terpengaruh, sehingga
protein, hampir mencapai 4 kali lipat dibandingkan di plasma. reabsorbsi glukosa dan Na* tetap terjadi.
Air bergerak keluar masuk usus sampai tekanan osmotik
Absorpsi Air dan Elektrolit isi usus sama dengan plasma. Isi duodenum
Sejumlah kecil cairan hanya terserap dalam mukosa osmolaritasnya bisa hipotonik atau pun hipertonik
tergantung pada makanan yang dicema, tetapi pada waktu
lambung, tetapi air terserap baik melalui mukosa usus halus
makanan masuk ke jejunum, osmolaritasnya mendekati
dan mukosa usus besar unfuk mengatur naik turunnya
plasma. Osmolaritas dipertahankan sepanjang sisa seluruh
nilai osmotik. Na* berdifusi ke dalam dan keluar usus halus
usus halus, partikel osmotik aktif yang dihasilkan oleh
tergantung dengan naik turunnya konsentrasi. Karena
pencemaan diambil lewat absorpsi dan air mengalir secara
membran lumen usus halus dan usus besar permeabel
terhadap Na*, dan membran basolateral mengandung Na*
pasif keluar dari usus besar mengikuti osmotikyang
Kt AIPase, sehingga Na* aktif diserap. dihasilkan. Dalam usus besar Na dipompakan keluar dan
Dalam usus halus, transportasi Nat, penting untuk air mengalir secara pasifdengannya, sesuai dengan naik
menyerap glukosa, asam amino dan bahan lainnya. Adanya
turunnya osmolaritas.
glukosa dalam dalam lumen usus membantu reabsorbsi Ada beberapa sekresi K ke dalam lumen usus, terutama
Na*. Hal ini merupakan fisiologi dasar pengobatan sebagai komponen mukus, tetapi sebagian terbanyak,
perpindahan K ke dalam usus disebabkan karena difusi.
hilangnyaNa* dan airpada diare denganpemberian larutan
yang berisi glukosa dan NaCl. Begitu juga gandum Ion K dapat juga disekresikan ke dalam kolon. Akumulasi
K dalamkolon adalah akibat ke{a dari HrKtATPase dalam
berguna untuk pengobatan diare.
membran sel lumen kolon bagian distal, dengan hasil akhir
Ion Cl secara nonnal disekresi ke dalam lumen usus
halus oleh saluran Cl- yang diaktivasi oleh siklik AMP.
transportasi K* yang aktif ke dalam sel. Walaupun
Enterosit juga menyerap Na, K, Cl dengan banfuan suatu
demikian, hilangnya cairan di ileum dan kolon pada diare
cotransporter INa* - IK* - 2Cl dalam membran basolateral.
kronik dapat menyebabkan hipokalemi berat.
Jika diet mengandung K tinggi untuk jangka panjang,
sekresi aldosteron meningkatdan lebih banyak K yang
disekresikan ke dalam kolon, dikarenakan pompa Na+ K+
Masukan
AIPase di dalam membran sel, menyebabkan konsentrasi
Sekresi endogen
kenaikan K intraselular dan difusi K dari lumen ke dalam
Kelenjar ludah 1500 ml
membran sel.
Perut 2500 ml
Empedu 500 ml
Pankreas 1500 ml
Usus 1000 ml HOM EOSTASIS DAN PATOFISIOLOGI
turgor biasa, kencing biasa. virulensi yang penting yaitu faktor kolonisasi yang
. Dehidrasi sedang ( defisit 5-10% BB) menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada
Keadaan umum gelisah, rasa haus ++, sirkulasi darah usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat
nadi cepat (120-140), pernapasan agak cepat, mata stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan
cekung, turgor agak berkurang, kencing sedikit. elektrolit yang menghasllkan watery diawhea. ETEC
. Dehidrasi berat ( defisit > 10% BB) tidak menyebabkan kerusakan brush border atatt
Keadaan umum apatis/koma, rasa haus +++, sirkulasi menginvasi mukosa.
darah nadi cepat (>140), pernapasan Kussmaul (cepat Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme
dan dalam), mata cekung sekali, turgor kurang sekali, terjadinya diare belum jelas. Didapatinya proses
kencing tidak ada. perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan
dari membrane mikro vili yang akan mengganggu
permukaan absorbsi dan aktivitas disakaridase.
Enteroaggregative E.coli (EASCEC) Bakteri ini melekat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
kuat pada mukosa usns halus dan menyebabkan
perubahan morfologi yang khas. Bagaimana mekanisme
Pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan kelainan
timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin
antara lain :
mungkin memegang peranan.
1. Hematokrit, biasanya meningkat akibat hemokonsentrasi
Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan
2. Peningkatan berat jenis plasma
biokimia mirip dengan Shigella. Seperti Shigella,ElBC
3. Peningkatan protein tota
melakukanpenetrasi danmultiplikasi di dalam sel epitel
4. Kelainan pada analisis gas darah (asidosis metabolik)
kolon.
5. Sel darah putih meningkat (karena hemokonsentrasi)
E n t er o h em o n h agic E. c o I i (EIIEC). EIIEC memproduksi
6. Fosfatase alkali meningkat
verocytotoxir (VT) 1 dar. 2 yang disebut juga
7. Natrium dan kalium masih normal, setelah rehidrasi
Shiga-like toxin yang menimbulkan eddma dan
kalium ion dalam serum rendah
perdarahan difuse di kolon. Pada anak sering berlanjut
menj adi hemolytic-uremic syndrome.
Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi
DIAGNOSIS didalam sel epitel kolon, menyebabkan kematian sel
mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk
Di negara yang sedang berkembang dengan fasilitas kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk'. smooth
laboratorium yang terbatas tidak semua diagnosis etiologi lipopolysaccharide cell-wall antigenyang mempunyai
bisa ditegakkan, sehingga sering kali diagnosis klinis yang
aktivitas endotoksin serta membanfu proses invasi dan
dapat digunakan. Media kultur yang tidak lengkap, hasil toksin (Sfrlga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat
kultur yang tidak tumbuh, sehingga diagnosis klinis lah sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan
yang digunakan. watety diarrhea
Diagnosis etiologi penyebab diare akut atau dehidrasi Campylobacter j eiuni (Helicobacter i ejuni). Manusia
dibagi atas : terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan
(unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan
feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi
1. Virus seperli daging ayam dan air. Kadang-kadang infeksi
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 dapat menyebar melalui kontak langsung person to
- S0%). Beberapa jenis virus penyebab diare akut : person. Cjejuni mungkin menyebabkan diare melalui
. Rotavirus serotype l, 2, 8, dan 9 : pada manusia. invasi kedalam usus halus dan usus besar.Ada 2 tipe
Serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia. toksin yang dihasilkan, yaitu cytotoxin dan heat-
Dan serotype 5,6, danT didapali hanya pada hewan. labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang
. Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.
akrbatfood borne atatwater borne transmisi, dan dapat Vibrio cholerae 0l dan V choleare 0139. Air atau
juga terjadi perr,tlaran person to person.
makanan yang terkontaminasi oleh bakteri ini akan
. Astroviru.s, didapati pada anak dan dewasa menularkan kolera. Penularan melalui person to person
. Adenovirus (qpe 40,41) jarang terjadi . V.choleraemelekat dan berkembang biak
. Small bowel structured virus pada mukosa usus halus dan menghasilkan
' CytomegaloYirus enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera
ini sangat mirip dengan heat-labile toxin (II) dari
2. Bakteri ETEC. Penemuan terakhir adanya enterotoksin yang
. Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktot lain yang mempunyai karakteristik tersendiri, seperti
202 KEGAWATDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
accessory cholera enterotoxin (ACE) dan zonular atrofi villi dengan gejala klinis watety diarrhea dan
occludens toxtn (ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan nyeri abdomen.
sekresi cairan kedalam lumen usus. ' Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon,
. Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi caecum, dan appendix. Infeksi berat dapat menimbulkan
sel epitel usus. Enterotoksin yang dihasilkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen.
menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan mukosa yang - Bakteripatogennoninvasif, antaralain : Escherichia
menimbulkan ulkus, akan teqadi bloo$t diawhea coli, Klebsiella enterobacter, Clostridium
perfringens Staphylococcus aureus, Bacillus cereus
3. Protozoa - Bakteri patogen invasifatau destruktifantara lain:
. Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Salmonella, Yers inia enferocol ifi c a, Campylob acter
Mekanisme patogensis masih belum jelas, tapi jejuni, Vibrio parahemolyticus, Vibrio mimicus,
dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme Wbrio vulviticus, E.coli invasif dan E.coli ettero
asam empedu. Transmisi melalui rute fecal-oral. Interaksi
hemoragik
host-parasite dipengaruhi oleh umur, status nutrisi, - Virus penyebab diare akut : Rofa virus
endemisitas, dan status imun. Didaerah dengan - Protozoa penyebab diare akut '. Giardia lamblia,
endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa Amoeba histolytica
asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau tanpa
malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas rendah,
dapat terjadi wabah dalam 5 8 hari setelah terpapar KOMPLIKASI
dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri
epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai Dehidrasi akibat bakteri patogen noninvasif biasanya
nralabsorbsi dengan fatty stools, nyeri perut dan ringan, namun pada kondisi pasien yang jelek tanpa
gembung. memperoleh rehidrasi yang adekuat dapat menjadi nekrosis
. Entamoeba histolytica. Prevalensi disentri amoeba ini tubular akut hingga bisa menyebabkan kematian yang
bervariasi, namun penyebarannya di seluruh dunia. diakibatkan dengan renjatan hipovolemik. Untuk rehidrasi
Insiden nya mningkat dengan bertambahnya umur, dan sendiri jika tidak mencapai hidrasi normal dapat terjadi
terbanyak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi gagal ginjal akutdan sebaliknyajika terjadi overhidrasi bisa
asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica rron meninggal akibat edemaparu akut.
patogenik (E dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat Dehirasi akibat bakteri patogen invasif biasanya lebih
berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri berat dibanding dengan noninvasif, dan komplikasinya
yang fulminant. semakin berat jika rehidrasinya tidak adekuat, sehingga
. Cryptosporidium. Di negara yang berkembang, bisa menyebabkan gagal ginjal akut dan akan terl'adi edema
cryptosporidiosls 5 - dari kasus diare pada anak.
15o/o
paru akutjika rehidrasi yang berlebihan.
Infeksi biasanya simtomatik pada bayi dan asimtomatik Dehidrasi akibat virus komplikasinya hampir sama
pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis dengan yang disebabkan bakteri, kebanyakan lebih ringan.
berupa diare akut dengan tipe watiry dianhea, ingan Sedangkan dehidrasi yang disebabkan protozoa biasanya
dan biasanya self-limited. Pada penderita dengan lebih akut ataupun kronik tergantung dengan banyak
gangguan sistem kekebalan tubuh seperti pada maupun virulensi protozoa tersebut. Bila jumlahlya banyak
penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan dan virulensinya tinggi selain komplikasinya seperti yang
reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan disebabkan oleh bakteri juga dapat mengakibatkan
resisten terhadap beberapa jenis antibiotik. perforasi usus, peritonitis maupun terjadinya abses secara
. Microsporidium spp emboli pada organ yang terserang.
. Isospora belli
. Cyclospora cayatanensis
PENGOBATAN
Turgor kulit kurang 1 pemberian lewat per oral atau infus, dengan syarat-syarat
Facies cholerica 2
sebagai berikut :
Ekstremitas dingin 1
ASPEK KHUSUS
205
206 KEGA\ilATDARURAIAN MEDIK DI BIDAT{G ILMU PENYAKIT DALAM
Koma Akibat Lesi Besar pada Serebral dan sekitar 8 - 10 detik setelah aliran darah berhenti. Ritme
Herniasi EEG menjadi lambat dan ketika kondisi pengiriman substrat
Lubang kranial dipisahkan menjadi kompafiemen oleh memburuk, maka semua aktivitas elekhik otak berhenti.
lipatan (infolding) dura. Herniasi adalah pergeseran Pada sebagian besar ensefalopati metabolik , aktivitas
jaringan otak ke kompartemen yang secara normal tidak metabolik global otak menurun sesuai tingkat
terjadi. ketidaksadaran. Kondisi seperti hipoglikemia,
Herniasi transtentorial uncal. Merupakan impaksi girus hiponatremia, hiperosmolar, hiperkapnia, hiperkalsemia,
temporal media anterior (uncus) ke bagian anterior bukaan dan kegagalan hati dan ginjal, berhubungan dengan
tentorial. Jaringan yang bergeser menekan sarafketiga ketika berbagai perubahan pada neuron dan astrosit. Efek
ia melalui ruang subarachnoid dan mengakibatkan reversibel kondisi tersebut tidak jelas, tetapi mungkin
pembesaran pupil ipsilateral (kemungkinan karena serat para disebabkan oleh gangguan penyediaan energi, perubahan
simpatetik fungsi pupil terletak pada daerah periperal saraf). pada aliran ion di sepanjang membran neuron, dan
Koma yang terjadi merupakan akibat dari tekanan lateral abnormalitas neurotransmiter.
dari otak tengah yang berbenturan dengan sudut tentorial Koma dan kejang adalah penyerta yang biasa terjadi
yatg berseberangan karena pergeseran gyrus akibat ketidakseimbangan sodium dan air dalam skala
parahipokampus. yang besar. Perubahan osmolar ini meningkat karena
adanya gangguan sistemik termasuk di antaranya diabetik
Herniasi transtentorial sentral. Merupakan gerakan ketoasidosis, kadar hiperosmolar nonketotik, dan
simetik ke bawah dari bagian thalamus atas melalui bukaan hiponatremia. Sebagaimana ensephalopati metabolik lain,
tentorial. Tanda utama adalah pupil miotik dan drowsiness. keparahan perubahan neurologik tergantung pada
Herniasi temporal dan sentral dianggap sebagai kecepatan perubahan serum yang terjadi.
penyebab tekanan progresifbatang otak dari atas: pefiama
otak tengah, kemudian pons dan terakhir medulla. Sehingga Koma epileptik. Pengeluaran listrik menyeluruh dan
terjadi tanda neurologis yang berhubungan dengan tingkat berkelanjutan dari korteks (s eizures I kejang) berhubungan
yang terpapar. dengan koma, walaupun tidak ada aktivitas motor epileptik
Bentuk lain adalah hemiasi transfalsial (pergeseran (convulsion). Koma yang terjadi setelah kejang, merupakan
gyrus singulat di bawah falx dan disamping garis tengah) tahap postictal, yang disebabkan oleh kekurangan
dan herniasi foraminal (dorongan ke bawah tonsil serebelar
persediaan energi atau efek molekul toksik lokal yang
ke foramenmagnum). merupakan hasil dari kejang.
Hubungan langsung antara berbagai konfigurasi Koma farmakologis. Ensefalopati jenis ini sangat reversibel
hemiasi transtentorial dan koma, tidak selalu ditemukan. dan tidak menimbulkan kerusakan residual yang
Pergeseran, strukfur otak dalam ke arah manapun oleh menyebabkan hipoksia. Overdosis beberapa obat dan
massa, cukup adekuat untuk menekan bagian RAS, toksin dapat menekan fungsi sistem saraf. Ada pula yang
sehingga terjadi koma. menyebabkan koma dengan mengganggu nukleus batang
Drowsiness dan stupor dapat terjadi dengan otak termasuk RAS dan korteks cerebral.
pengangkatan sedang secara horizontal pada daerah
diencefalon (thalami), sebelum transtentorial atau hemiasi.
Penatalaksanaan. Evaluasi medik yang lengkap dapat
Pada kasus tempaknya massa akut, terdapat hubungan
ditunda kecuali tanda vital, funduskopi, pemeriksaan
konsisten antara tingkat pergeseran horizontal struktur nuchal rigidity sampai evaluasi neurologi dapat
garis tengah dengan tingkat kesadaran. menentukan keparahan dan sebab koma.
44" C'. heat stroke atau intoksikasi obat antikolinergik; 2). Sebagian besar penyebab koma adalah karena masalah
Hipotermia; kemungkinan intoksikasi alkohol, barbiturat, medis yang jelas seperli intoksikasi obat, hipoksia, strok,
sedatif, atau fenotiazin, hipoglikemia, kegagalan sirkulasi trauma, atau gagal hati dan ginjal. Kondisi yang
periferal, atau hipotiroid, dan suhu < 3 l'C. menyebabkan koma mendadak, misalnya minum obat,
perdarahan serebral, trauma. serangan janfung, epilepsi,
Denyut nadi. Takipnea yang disebabkan oleh asidosis atau
atau emboli arteri basilar. Koma subakut biasanya akibat
pneumonla
riwayat masalah medis atau neurologis sebelumnya. seperli
Pola pernapasan. Pola pemapasan tidak teratur berindikasi lumor atau infark serebral.
adatya gangguan batang otak
Penyakit serebrovaskular merupakan penyebab terbesar
Tekanan darah. 1). Hipertensi: ensefalopati hipertensi atau kejadiankoma.
peningkatan cepat tekanan intrakanial; 2). Hipotensi: koma . Perdarahan gangliabasal dan talamik (onset akuttetapi
karena intoksikasi alkohol, barbiturat, perdarahan interrral, tidak instan, muntah, sakit kepala, hemipegia, dan tanda
infark miokard, sepsis, krisis hipotiroid atau penyakit tertentu pada mata)
Addison. . Perdarahan pontin (onset mendadak, pupil terlihat,
gerakan refleks mata hilang, dan respon komea, okular
Pemeriksaan funduskopi mendeteksi. Perdarahan
naik turun, posturing, hiperventilasi, dan keringat
subaraknoid, ensefalopati hipertensif, dan peningkatan
berlebih)
tekanan intrakranial (edema papil ).
. perdarahan serebelar (sakit kepala oksipital, muntah,
Petekiae mendeteksi trombotik trombositopenik pur-
gaze paresis, dan tidak dapat berdiri)
pura, meningokoksemia, atau diatesis pendarahan.
. trombosis arteri basilar (neurologic prodome atatt
warning spells, dtplopia, disartria, muntah, gangguan
gerakan mata dan respon kornea, dan paresis asimetris
KADAR TERJAGAAN (AROUSAI) DAN GERAKAN
tungkai dan lengan).
YANG DIHASILKAN . perdarahan subaraknoid (komapresipitus sesudah sakit
kepala dan muntah).
Jika pasien tidak terangsang oleh suara yang keras,
stimulus yang intensif dan semakin kuat dapat digunakan Apabila riwayat dan pemeriksaan fisik tidak
untuk menentukan besarnya terjagaan dan respons menunjukkan penyebab terjadinya koma, maka diperlukan
motorik optimal pada setiap sisi tubuh. Hasilnya dapat pindaian CT atau MRI. Sebagian besar penyebab klinis
bervariasi dari menit ke menit dan sangat diperlukan dari koma dapat diketahui tanpa pindaian neurologis.
pemeriksaan beruntun. Misalnya dengan menggelitik
lubang hidung, menggunakan tangan unhrk mengeluarkan
rangsangan yang salah.
Refleks Cahaya Pupil
Berbagai cara pengukuran lain telah dikembangkan otak. Hilangnya gelombang kortikal pada potensi teqaga
untuk mengatasi kekurangan GCS. Salah satu somatosensori merupakan indikator prognosis koma yang
kekurangannya adalah kegagalan dalam mengukur refleks buruk.
batang otak Pengukuran ini juga memiliki bias numerik
dalam menghitung respons motorik. Masalah yang
bekembang sekarang ini adalah penggunaan GCS pada REFERENSI
pasien intubasi. Beberapa pendekatan lain digunakan
untuk pasien tersebut. Bartiett D. The coma cocktail: indications, contraindications,
Kendati banyak kekuranganrya, Glasgow Coma Scale adverse effects, proper dose, and proper route. J Emerg Nurs
2004;6:30
masih digunakan secara luas untuk mengukur
Fukuda N, Tanizawa Y Progress in diagnosis of and therapy for
ketidaksadaran.
hypoglycemic coma in patients with well-controiled diabetes.
Nippon Naika Gakkai Zasshi. 20O4;8:93.
Gerber CS. Understanding and managing coma stimulation: are we
PROGNOSIS doing everything we can? Crit Care Nurs Q. 2005:2:28.
Kochanek PM, et al. Therapeutic hypothermia for severe
Dampak koma adalah dibutuhkannya perawatan jangka traumatic brain injury. JAMA. 2003;22:289.
Michelson DJ, S Ashwal. Evaluation of coma and brain death. Semin
panjang. Vegetative slale persisten memiliki prognosis
Pediatr Neurol. 2004;2:11.
yang buruk. Prognosis lebih baik dapat terjadi pada Nayana PP, TV Serane, et al. Long-term outcome in coma. Indian
kelompok anak-anak dan remaja. J Pediatr. 2005;4:12.
Koma metabolik memiliki pronosis yang lebih baik Ropper AH. Acute confusional states and coma. In: Kasper DL, et
dibandingkan dengan koma traumatik. Segala pendapat al, eds. Harrison's principles of internal medicine. 16'h edition.
mengenai prognosis pada orang dewasa, sebaiknya hanya New York: McGraw-Hill; 2005.
berupa perkiraan, dan keputusan medis seharusnya Shaffer L, et al. Case report: can mild head injury cause ischaemic
stroke? Arch Dis Chiid. 2003;88.
disesuaikan dengan faktor-faktor seperti usia, penyakit
Stembach GL. The Glasgow coma scale J Emerg Med. 2000;1:19.
sistemik yang ada, dan kondisi medik secara keseluruhan. Wang JT, et al. Prognostic value of evoked responses and event-
Informasi prognosis dari banyak pasien dengan luka di related brain potentials in coma. Can J Neurol Sci. 2004;4:31.
kepala, dapat dilakukan dengan Glasgow Coma Scale; Waterhouse C. The Glasgow Coma Scale and other neurological
secara empiris, pengukuran ini dapat memprediksi trauma
28
SINKOP
Kasim Rasjidi, Sally Aman Nasution
210
SINKOP 2tt
akan mencetuskan peningkatan refleks simpatis. Hasil akhir Sinkop yang dimediasi persarafan. Ada beberapa sindrom
yang ditemukan adalah keadaan di mana te4adi peningkatan sinkop yang dimediasi refleks di antaranya adalah
denlut jantung, kontraktilitas otot jantung dan resistensi hipersensitivitas sinus karotis, sinkop yang dimediasi
vaskular unfuk mempertahankan tekanan darah sistemik persarafan, sinkop glossofaringeal, situasional (batuk,
menjadi stabil. mengunyah dan berkemih) serta sensitif terhadap
Kondisi hipotensi ortostatik ini dapat asimtomatik tetapi adenosin. Pada setiap kasus refleks timbul akibat pencetus
dapat pula menimbulkan gejala-gejala seperti kepala terasa $tada afferent limb) datrespon(pada efferent limb). Al<tbat
ringan, pusing, gangguan penglihatan, lemah, berdebar, dari refleks tersebut akan timbul peningkatan aktivitas
gemetar dan sinkop. Sinkop yang terjadi setelah makan, vagal dan umpan balik pada simpatis perifer sehingga
terutama pada usia lanjut disebabkan oleh redistribusi terjadi bradikardi, vasodilatasi dan pada akhirnya hipotensi,
darah ke usus. Penurunan tekanan darah sistolik sebanyak presinkop atau sinkop. Penyebab refleks yang paling sering
20 mmHg tata-rata satu jam setelah makan terjadi pada adalah hipersensitivitas sinus karotis dan hipotensi yang
sekitar seperliga populasi usia lanjut yang berada di rumah dimediasi persarafan.
perawatan. Walaupun sering tidak bergejala tetapi dapat Pencetus yang khusus dari masing-masing keadaan
mengakibatkan gejala kepala terasa ringan bahkan sinkop. misalnya pada sinkop akibat berkemih disebabkan oleh
Penyebab lain terjadinya hipotensi ortostatik adalah aktivasi mekanoreseptor pada kandung kemih. Sinkop
obat-obatan terutama yang mengakibatkan terjadinya akibat defekasi timbul akibat input neural dari reseptor
deplesi volume atau vasodilatasi. Populasi usia lanjut tekanan pada dinding usus, sedangkan sinkop akibat
merupakan kelompok yang rentan dengan efek hipotensif mengunyah timbul akibat impuls saraf aferen yang berada
obat-obatan akibat penurunan sensitivitas baroreseptor, di saluran cerna bagian atas.
berkurangnya aliran darah serebral, renal sodiumwasting
dan gangguan mekanisme haus akibat proses penuaan. Penyebab Kardiak dari Sinkop
Di antara obat-obatan yang sering menyebabkanhipotensi Sinkop yang disebabkan oleh masalah kardiak merupakan
ortostatik adalah: penyebab kedua tersering dari sinkop tersebut, meliputi
. diuretika 10-20% atau seperlima dari seluruh kejadian. Sinkop yang
. penghambat adrenergik alfa misalnya : terazosin disebabkan kardiak ini akan menyebabkan risiko moftalitas
. penghambat saraf adrenergik misalnya : guanetidin yang lebih tinggi dibandingkan kasus yang tidak
. penghambatACE mempunyai dasar kelainan jantung. Pasien dengan sinkop
. antidepresan : MAO Inhibitor kardiak ini mempunyai risiko kematian tertinggi dalam 1
. alkohol sampai 6 bulan. Tingkat mortalitas dalam I tahun perlama
. penghambat ganglion misalnya : heksametonium, 18-33yo, dibandingkan dengan sinkop yang bukan
mekamilamin disebabkan kelainan kardiak yaitu 0-l2oh, bahkan pada
. tranquilizermisalnya: fenotiazin,barbiturat sinkop tanpa sebab yang jelas hanya kira-kira 6oh.
. vasodilator : prazosin, hidralazin, penghambat saluran Demikian pula dengan angka kematian mendadak yang
kalsium lebih tinggi pada populasi yang mempunyai kelainan dasar
. obat hipotensif yang bekerja sentral misalnya : kardiak.
metildopa, clonidin.
Aritmia. Sinkop akibat irama jantung yang tidak beraturan
Hipotensi ortostatik juga dapat disebabkan oleh paling sering disebabkan oleh keadaan takiaritmia
penyebab neurogenik yang digolongkan dalam gangguan (ventrikular atau supraventrikular) atau bradiaritmia.
primer dan sekunder. Gangguan atau kelainan primer Takikardia ventrikel merupakan keadaan takiaritmia yang
biasanya idiopatik, sedangkan kelainan sekunder biasanya paling sering menyebabkan sinkop. Takikardia
berhubungan dengan zat biokimiawi tertentu atau kelainan supraventrikular juga merupakan penyebab sinkop yang
struktur yang merupakan bagian dari sindrom terlentu. cukup sering, walaupun sebagian besar penderita
Salah satu contoh adalah postural orthostatic tachycardia mempunyai keluhan yang lebih ringan seperti berdebar,
syndrome (POTS) adalah salah satu bentuk ringan dari sesak napas dan kepala terasa ringan. Bradiaritmia juga
gangguan otonom kronik dan intoleransi ortostatik ini dapat menyebabkan terjadinya sinkop termasuk sick slners
ditandai dengan gejala-gejala yaitu peningkatan denyrt syndrome dan blok atrioventrikular. Contoh yang spesifik
jantung sebanyak 28 kali/menit atau lebih tanpa diikuti misalnya sinus arrest, fibrilasi atrial dengan respons
perubahan bermakna dari tekanan darah selama 5 menit ventrikel yang sangat cepat melalui jalur aksesori pada
dalam posisi berdiriatatupright tilt. POTS ini diakibatkan pasien dengan sindrom Wolff-Parkinson-White dan
oleh kegagalan vaskular perifer sehingga terjadi takikardia ventrikel monomorfik yang menetap. Sedangkan
vasokonstriksi. Dapat pula terjadi akibat sinkop yang padapasien dengan blokjantung komplit dapat mengalami
berhubungan dengan hipotensi yang dimediasi episode sinkop yang membaik sendiri pada saat terjadinya
persarafan. curah jantung yang tidak efektif akibat takiaritmia ventrikel
212 KEGAWTfi)ARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
atau episode asistol sementara (pada serangan stokes- menyebabkan obstruksi pada pengisian ventrikel dan
Adams). terjadi sinkop.
Satu bentuk dari takikardi ventrikel polimorfik adalah
Penyebab neurologik/serebrovaskular dari sinkop.
Torsade de pointes yang terjadi pada pasien dengan
Penyebab neurologik dari sinkop termasuk migrain, kejang,
repolarisasi ventrikel yang memanjang (sindrom QT
malformasi Amold-Chiari dan TIA (Transient Ischemic
memanjang atau Long QT syndrome /LQTS), tetapi
Attack) yang ternyata cukup mengejutkan karena
mempunyai jantung yang secara stmktural normal. LQTS
merupakan < l\yo sebagai penyebab sinkop secara
dapat terjadi akibat penyakit dasar yang didapat ataupun
keseluruhan. Kebanyakan individu yang mengalami sinkop
kongenital misalnya pada keadaan hipokalemia atau
akibat kelainan neurologik seringkali mengalami kejang,
terpapar obat-obatan tertentu. Tbrsade de pointes dalam
daripada hanya episode sinkop saja.
perkembangannya dapat menjadi fibrilasi ventrikel. Maka
Kelainan neurologi yang terjadi seringkali mirip dengan
seseorang dengan LQTS mempunyai risiko mengalami
sinkop yaitu terdapatnya gangguan atau hilangnya
sinkop atau bahkan kejang (akibat hipoksia serebral sesaat)
kesadaran seseorang. Keadaan ini termasuk iskemi serebral
dan yang lebih fatal adalah kematian mendadak. Kelainan
sementara (biasanya pada daerah vertebrobasiler), migrain
kongenital lain yang berpotensi mengakibatkan gangguan
(daerah arteri basiler), epilepsi lobus temporal, kejang
aitmiayang fatal adalah sindrom Brugada (elevasi segmen
atonik dan serangan kejang umum. Pada gangguan
ST di daerah prekordial V,, V, dan V, yang sering disertai
neurologi yang berhubungan dengan nyeri hebat seperti
blok berkas cabang kanan inkomplit maupun komplit),
neuralgia trigeminal atau glosofaringeal, kehilangan
takikardi ventrikel polimorfik akibat katekolaminergik
kesadaran biasanya disebabkan sinkop vasovagal.
familial serta displasia ventrikel kanan yang berhubungan
dengan aritmia ventrikel. Pada kardiomiopati hipertrofi, Penyebab metabolik/lain-lain dari sinkop. Penyebab
akibat hipertrofi kardiak yang terjadi dapat menyebabkan metabolik pada sinkop sangat jarang,hatya kira-kira 5%
kematian mendadak karena takiaritmia ventrikel menetap. dari seluruh episode sinkop. Gangguan metabolik yang
Penjelasan lain dari sinkop yang dapat terjadi adalah tipe seringkali menjadi penyebab sinkop tersebut adalah
obstruktif di mana terdapat gradien intraventrikular. hipoglikemi, hipoksia dan hiperventilasi. Sinkop akibat
Pada pengguna pacu jantung dan ICD (Implantable hipoglikemi adalah hilangnya kesadaran yang
Cardiac Defibrillalor) yang mengalami gangguan fungsi berhubr.rngan dengan kadar gula darah di bawah 40 mgldL
dapat menyebabkan terjadinya sinkop. Individu pengguna dan disertai gejala tremor, bingung, hipersalivasi, keadaan
ICD misalnya, apablla terjadi takiaritmia ventrikel yang hiperadrenergik dan rasa lapar. Hipoglikemi selalu harus
cepat dan dapat diatasi dengan alat tersebut, sinkop masih dipikirkan pada pasien dengan diabetes melitus yang
mungkin dapat terjadi, hal ini tergantung dari lamanya mendapatkan terapi insulin atau obat hipoglikemik oral.
keadaan hipotensi akibat proses terminasi dari takiaritmia Penting diperhatikan bahwa sinkop akibat hipoglikemi
tersebut. Sehingga penting sekali mendapatkan berbeda dengan sinkop pada keadaan lain yaitu tidak
keterangan mengenai ICD yang dipergunakan terutama berhubungan dengan hipotensi, bahkan pada saat pasien
apabila terdapat episode sinkop tersebut. dalam posisi terlentang. Hipoadrenalism yang dapat
menyebabkan terjadinya hipotensi postural akibat sekresi
Struktur anatomi jantung. Kelainan anatomi jantung yang
kortisol yang tidak adekuat, merupakan penyebab penting
dapat menyebabkan sinkop termasuk stenosis valvular
episode sinkop yang dapat diobati. Keadaan ini harus
(aorta, mitral, pulmonal), disfungsi katup protesa atau
dipikirkan pada individu yang mendapatkan terapi steroid
hombosis, kardiomiopati hiperfrofft, emboli paru, hipertensi
jangka panjang dan tiba-tiba menghentikannya atau bila
pulmonal, tamponade jantung dan anomali dari arteri
sudah terdapat stigmata insufisiensi adrenal.
koroner. Sinkop pada stenosis aorta terjadi saat aktivitas
ketika terjadi obstruksi katup menetap dan menghambat
peningkatan curahjantung sehingga timbul dilatasi vaskular
pada otot-otot skeletal yang bergerak. Sinkop dapat terjadi
UJIDIAGNOSTIK
saat aktivitas atau latihan tersebut bahkan sesaat
Mengetahui penyebab pasti dari sinkop seringkali
setelahnya. Sinkop juga dapat terjadi pada saat istirahat
merupakan sesuatu keadaan sulit yang menantang. Hal
pada stenosis aorta bila ditemukan keadaan takiaritmia
ini disebabkan oleh karena kejadian sinkop tersebut terjadi
paroksismal atau bradiaritmia yang timbul bersamaan
secara sporadis dan jarang, sehingga sulit untuk dapat
dengan abnormalitas katup ini.
melakukan pemeriksaan fisis ataupun membuat rekaman
Diseksi aorta, subclavian steal syndrome, disfungsi
jantung saat kejadian sinkop tersebut.
berat ventrikel kiri dan infark miokard merupakan penyebab
penting lain dari sinkop kardiak. Pada usia lanjut, sinkop
dapat merupakan tampilan dari infark miokard akut. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Miksoma atrial kiri atau trombus pada katup protesa yang Pada saat sinkop kehilangan kesadaran terjadi akibat
menutupi katup mitral selama fase diastolik akan berkurangnya perfusi darah di otak. Penting sekali
SINKOP 213
diketahui riwayat kejadian di saat-saat sebelum terjadinya predisposisi, keadaan yang memberatkan, gejala ikutan dan
sinkop tersebut untuk menentukan penyebab sinkop serta pasien mengalami episode sinkop berulang dalam beberapa
menyingkirkan diagnosis banding yang ada. Dari tahun.
anamnesis harus ditanyakan riwayat pasien secara teliti Beberapa penyebab terjadinya kehilangan kesadaran
dan seksama, sehingga dari riwayat tersebut dapat yang paling sering ditemukarr antara lain : l). Serangan
menggambarkan kemungkinan penyebab sinkop tersebut Stokes-Adam misalnya, keadaan asistol sementara atau
atau dapat sebagai petunjuk untuk strategi evaluasi pada fibrilasi ventrikel pada blok atrioventrikular ; 2). Aritmia
pasien. Gambaran klinis yang muncul pada setiap pasien Jantung lain, atau 3). Kejang (misalnya petit mal pada
sangat penting untuk diketahui terutama faktor-faktor yang epilepsi). Kemungkinan bahwa hal-hal tersebut di atas
dapat merupakan predisposisi terjadinya sinkop beserta merupakan penyebabnya harus dipikirkan apabila
akibatnya. kehilangan kesadaran tersebut teg'adi tiba-tiba dan lamanya
Hal-hal penting untuk ditanyakan pada saat berkisar anlara I sampai 2 detik. Kejadian yang gradual
anamnesis tercantum pada Tabel 1. Sebaiknya semua hal atau bertahap kemungkinan disebabkan oleh sinkop
yang tercantum ditanyakan secara teliti dan seksama. vasodepresor, misalnya pingsan pada umumnya atau
Selain berguna untuk diagnostik, mengetahui riwayat sinkop akibat hiperventilasi atau hal lain yang lebihjarang
kejadian juga dapat merupakan strategi untuk evaluasi. adalah hipoglikemia.
Sebagai contoh, penyebab kardiak sangat mungkin Pada pemeriksaan fisis, gambaran klinis dan tampilan
dipikirkan apabila sinkop didahului dengan keluhan pasien sangat penting diketahui. Pemeriksaan-pemeriksaan
berdebar-debar, atau sinkop terjadi pada posisi terlentang yang meliputi tanda-tanda sistem kardiovaskular,
ataupada saat selama melakukan latihan hsik. pemeriksaan neurologis serta gejala-gejala terdapatnya
Sebaliknya, mekanisme mediasi oleh persarafan sangat hipotensi ortostatik harus dilakukan pada pasien dengan
mungkin menjadi penyebab apabila terdapat faktor-faktor sinkop. (Tabel2)
Rekomendasi klas I untuk diagnosis berdasarkan
evaluasi awal (anamnesis, pemeriksaan fisis, pengukuran
tekanan darah ortostatik dan elektrokardiogram, maka
diagnosis penyebab sinkop pada keadaan-keadaan :
Pertanyaan-pertanyaan seputar keadaan saat sebelum
serangan Sinkop vasovagal : bila terdapat kejadian-kejadian yang
- Posisi (duduk, terlentang atau berdiri) memberatkan seperti rasa takut, nyeri hebat, stres emosi,
- Aktivitas (istirahat, perubahan posisi, sedang atau berdiri lama yang timbul dengan gejala prodromal tipikal
sehabis melakukan latihan fisik, sedang atau sesaat
setelah berkemih, buang air besar, batuk atau menelan) Sinkop situasional : bila sinkop terjadi selama atau segera
- Faktor-faktor predisposisi (misalnya tempat ramai atau
panas, berdiri dalam waktu lama, saat setelah makan) setelah berkemih, defekasi, batuk atau mengunyah
dan faktor yang memberatkan (misalnya ketakutan, nyeri
hebat, pergerakan leher) Sinkop ortostatik : bila diketahui terdapat hipotensi
Pertanyaan-pertanyaan mengenai saat terjadinya serangan
ortostatik dan berhubungan dengan kejadian sinkop atau
- Mual, muntah, rasa tidak enak di perut, rasa dingin, pre-sinkop. Pengukuran tekanan darah ortostatik dilakukan
berkeringat, aura, nyeri pada leher atau bahu, setelah pasien berbaring terlentang selama 5 menit.
penglihatan kabur
Pengukuran diteruskan setelah 1 atau 3 menit berdiri dan
Pertanyaan-pertanyaan mengenai serangan yang terladi
tetap diteruskan pengukurannya bila tekanan darah masih
(saksi mata)
- Bagaimana cara seseorang tersebutjatuh (merosot atau menurun dalam 3 menit. Bila pasien tidak dapat berdiri lama,
berlutut), warna kulit (pucat, sianosis, kemerahan), tekanan darah sistolik terendah selama posisi tegak harus
lamanya hilang kesadaran, jenis pernapasan (mengorok),
pergerakan (tonik, klonik, tonik-klonik atau minimal
direkam. Penurunan tekanan darah sistolik > atau sama
mioklonus, otomatisasi) dan lama kejadiannya, jarak dengan 20 mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik
antara timbulnya pergerakan-pergerakan tersebut sampai 90 mmHg dapat didefinisikan sebagai hipotensi
dengan kejadian jatuh, lidah tergigit
ortostatik, terlepas dari ada atau tidaknya gejala yang
Pertanyaan-pertanyaan mengenai latar belakang
menyertarnya.
- Riwayat keluarga dengan kematian mendadak, penyakit
jantung aritmogenik kongenital atau pingsan
Sinkop akibat aritmia : Dilihat dari gambaran EKG dan bila
- Riwayat penyakit jantung sebelumnya
- Riwayat kelainan neurologis (parkinsonisme, epilepsi, terdapat:
narkolepsi) . Sinus bradikardia < 40 kali/menit atau blok sinoatrial
- Gangguan metabolik (misalnya diabetes melitus)
berulang atau henti sinus > 3 detik
- Obat-obatan (antihipertensi, antiangina, antidepresan,
.
antiaritmia, diuretika dan obat-obatan yang dapat Mobitz II. BlokAV deraj at2 atau3
membuat QT memanjang) . Blokberkas cabang kanan dan diri bergantian
- (Bila terjadi sinkop berulang) Keterangan mengenai . Takikardia supraventrikular paroksismal dengan laju
berulangnya sinkop misalnya waktu dari saat episode
sinkop pertama dan jumlah rekurensi yang terjadi ventrikel cepat
. Malfungsi pacu jantung dengan henti irama.
214 KEGAWTIDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALI\M
dinding ventrikel regional yang menunjukkan kemungkinan Titt-Table Tesling,Uji ini merupakan pemeriksaan standar
terdapat infark miokard, penyakit jantung infiltratif seperti dan sudah diterima secara luas sebagai salah satu uji
amyloidosis, fumor kardiak, aneurysma dan tromboemboli diagnostik pada evaluasi pasien dengan sinkop.
atrial. Penemuan kelainan jantung ini penting sebagai Pemeriksaan upright tilt testing dlindikasikan pada sinkop
stratifikasi risiko. Bila ditemukan kelainan jantung yang yang kemungkinan dimediasi oleh persarafan, dan uji ini
sedang-berat, maka evaluasi langsung dilakukan pada penting sebagai baku emas untuk membuat diagnosis
Di sisi lain, bila
penyebab kardiak dari sinkop tersebut. tersebut. Dalam acuan yang dikeluarkan the American
kelainan struktur yang ditemukan hanya ringan, College of Cardiol o gy dicantumkan rekomendasi sekaligus
kemungkinan sinkop kardiak menjadi kecil sehingga interpretasi dari pemeriksaan ini. Upright tilt testing
evaluasi dilanjutkan seperti pada seseorang tanpa kelainan biasanya dilalarkan selama 30 sampai 45 menit dengan sudut
struktur jantung. kemiringan atfiara 60 sampai 80 derajat (biasanya dipakai
70 derajat). Sensitivitas dari hasil pemeriksaan ini dapat
Elektrofisiologi. Untuk indikasi rekomendasi dilakukamya meningkat, dengan spesifisitas yang lebih rendah,
studi elektrofisiologi invasif bila pada evaluasi awal menggunakan lama pemeriksaan yang lebih panjang, sudut
dicurigai sinkop terjadi disebabkan oleh aritmia (pasien pemeriksaan yang lebih curam dan obat-obatan provokatif
dengan abnormalitas EKG dan atau terdapat penyakit seperti isoproterenol atau nitro gliserin. Kesepakat at y ang
struktur jantung atun sinkop yang berhubungan dengan dipakai adalah uji ini disarankan pada kejadian sinkop
palpitasi, atau pasien dengan riwayat kematian mendadak
berulang, atau pada kejadian sinkop pertama kali tetapi
pada keluarga). Sedangkan untuk diagnosis dikatakan pasien dengan risiko tinggi, pada serangan sinkop pertama
apabila hasil studi elektrofisiologi normal tidak dapat kali tanpa kelainan struktur jantung atau penyebab sinkop
sepenuhnya menyingkirkan aritmia sebagai penyebab lain dapat disingkirkan dengan pemeriksaan ini, dan pada
sinkop, sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan evaluasi pasien yang penyebab sinkop telah terbukti
selanjutnya. Pada beberapa keadaan dikatakan studi (seperti asistol, blok atrioventrikular) tetapi menunjukkan
elektrofisiologi sangat tinggi nilai diagnostiknya sehingga kemungkinan adanya penyebab persarafan pada kej adian
tidak diperlukan pemeriksaan tambahan lain. Sebagian besar
sinkop tersebut yang akan mempengaruhi rencana
ahli berpendapatbila hasil studi dapat menginduksi pengobatan selanjutnya, serta pemeriksaan ini juga
terjadinya ventrikular takikardia monomorfik yang menetap
dianjurkan sebagai evaluasi sinkop yang berhubungan atau
dengan mempergunakan protokol standard. Sedangkan akibat aktivitas fisik.
kriteria lain yang menunjukkan hasil positif adalah : 1)'
Pemanjangan waktu CSNRT (Coruected Sinus Node
Recovery Time)leblhdari 1000 ms; 2). Pemanjanganyang
bermakna dari interval llV (His-Purkinje) lebih dari 90-100 Tipe Denyut jantung menurun pada saat
sinko trikel tidak menurun < 40 kali/menit atau
ms; 3). Terjadinya blok infra-His baik akibat induksi ataupun turun li/menit selama minimal 10 detik dengan
secara spontan; 4). Takikardia supraventrikular dengan atau tanpa periode asistol < 3 detik. Tekanan darah menurun
hipotensi sebelum penurunan denyut jantung.
Tipe 2 A. Hambatan kardiak tanpa asistol. Denyut jantung
Pemijatan pada sinus karotis. Pemijatanpada sinus karotis menurun sampai laju ventrikel < 40 kali/menit selama lebih
dari 10 detik tetapi tidak terjadi episode asistol yang > 3 detik.
ini adalah suatu teknik dengan melakukan tekanan secara
Tekanan darah menurun sebelum penurunan denyut jantung.
halus pada sinus karotis untuk mendiagnosis Tipe 2 B. Hambatan kardiak dengan asistol. Asistol terjadi
hipersensitivitas sinus karotis. Bila hasil yang ditemukan : > 3 detik. Tekanan darah menurun bersamaan dengan atau
. Terjadi asistol selama lebih dari 3 detik berarti : terjadi terjadi sebelum penurunan denyut jantung.
respons kardioinhibisi Tipe 3, Vasodepresor. Denyut jantung tidak menurun lebih
dari 10olo dari puncaknya pada saat sinkop.
. Terjadi penurunan tekanan darah sistolik 50 mmHg
Pengecualian 1. lnkompetensi kronotropik. Tidak terjadi
berarti: terjadi respons vasodepresor peningkatan denyut jantung selama tllt festtng (misalnya <
Pasien dengan respons kardioinhibisi harus 10o/o dari laju pre-tl/f tesflng)
ditatalaksana dengan menggunakan alat pacu jantung. Pengecualian 2. Peningkatan denyut jantung berlebihan.
ini sangat Peningkatan denyut jantung yang berlebihan pada saat
Pada beberapa studi dikatakan bahwa manuver posisi tegak dan selama waktu sebelum sinkop (misalnya >
berguna bila dilakukan pada individu berusia > 60 tahun 130 kali/menit)
dengan rata-rata nilai diagnostiknya 46%o. Selama
dilakukan manuver ini selalu dilakukan dengan
pemantauan EKG dan pengukuran tekanan darah, karena
manuver ini bukan tanpa risiko walaupun kecil. Tentu saja PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SINKOP
pasien yang sebelumnya diketahui mempunyai kelainan
pada arteri karotis (misalnya terdapat bruit karotis) atau Pendekatan dalam penatalaksanaan pasien dengan sinkop
yang mempunyai risiko strok tidak dianjurkan untuk sangat bergantung dari diagnosis yang telah dibuat.
dilakukan manuver tersebut. Seperti contohnya pasien dengan sinkop yang disebabkan
216 KEGAWAXDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
oleh blok atrioventrikular atau sick sinus syndromeharus adalah : disopiramid, golongan antikolinergik, teofilin
dilakukan pemasangan pacu janfung menetap, tatalaksana dan clonidine. Pacu Jantung: Secara teoritis, pacu
pasien dengan sindrom Wolff-Parkinson-White jantung akan banyak bermanfaat pada pasien dengan
membutuhkan ablasi kateter, sedangkan pasien dengan dominasi kelainan pada kardioinhibisi dibandingkan
takikardi ventrikel kemungkinan harus dilakukan implantasi dengan respon vasodepresan.
defibrilator. Jenis-jenis lain dari penyebab sinkop . Sinkop akibat aritmia; Belum banyak data yang
mengharuskan penghentian obat-obatan tertentu, mengevaluasi efek antiaritmia, baik farmakologik
peningkatan asupan garam atau edukasi terhadap pasien. ataupun pemasangan alatpada pasien dengan episode
. Sinkop neurokardiogenik : Yairu pada pasien-pasien sinkop akibat aritmia. Saat ini telah dipertimbangkan
dengan sinkop berulang atau sinkop yang berhubungan untuk pemasangan dehbrilator intrakardiak pada pasien
dengan cedera fisik atau stres pada pasien. Pendekatan yang mengalami sinkop dan membutuhkannya sesuai
non-farmakologik biasanya merupakan pilihan pertama rekomendasi dari American College Cardiology
dalam terapi, termasuk mengajari pasien untuk (ACCy American Heart Association (AHA), yaitu:
menghindari faktor-faktor yang dapat menjadi pemicu pasien dengan riwayat infark miokard, ejection
timbulnya sinkop, seperti panas yang berlebihan, fraction (EF) < 35o/o atau sama, terdapat dokumentasi
dehidrasi, posisi berdiri setelah latihan fisik, alkohol yang membuktikan terjadinya takikardia ventrikular
dan obat-obatan tefientu. Ada pula pengalaman klinis yang tidak menetap, dan takikardia ventrikular yang
yang mengatakan bahwa suplementasi garam dan diinduksi pada studi elektrofisiologi, atau kejadian
asupan cairan dapat menurunkan episode sinkop. takikardia ventrikular yang spontan. Sedangkan pacu
Sedangkan untuk terapi farmakologis, ada beberapa jantung harus dipasang pada pasien dengan bukti
obat-obatan yang direkomendasikan seperti golongan; dokumentasi terjadinya bradiaritmia berat atau
atenolol (.8- blocker), midodrine (a-agonist), simtomatik.
paroxetine (se\ective serotonin reuptake inhibitor) dan Hal lain yang harus diperhatikan adalah indikasi
enalapril. Golongan obat-obatan lain yang juga perawatan di rumah sakit pada pasien dengan sinkop dan
direkomendasikan sebagai terapi sinkop vasovagal lamanya larangan seorang pasien unfuk mengemudikan
SINKOP
I
Anamnesis, Pemeriksaan fisis, EKG
c PJo
I
RAP
t Ekokardioorafi
TE I
- dan treadmilltest
eloQ
lrama sinus normal Aritm ia dengan Tidak diagnostik
dengan gejala n.,.'.
I
I
I
+
Hentikan mencari 'I Studi elektrofisiolog i
penyebab aritm ia
el
Gejala berulang Ep sode per ama
+ J
I/, lesl Sering Sering
ttt Episode pertama
STOP Tidak
evaluasi psikiatri
Gambar 1. Algoriime Diagnostik Sinkop (Sumber: Linzer M, et al, Ann lntern Med. 1997;126:989-96)
SINKOP
217
dapat diberikan.
of patients with syncope. In : Thakur RK, ed. The Medical
Clinics of North America, WB Saunders Company, 2001; 85(2):
423-56.
Zhang L, Timothy KW, Vincent GM et al. Spectrum of ST-T wave
patterns and repolartzation parameters in congenital long-QT
syndrome : ECG findings identifo genotypes. Circulation 2000;
\02:2849-55.
29
GAGAL NAPAS AKUT
Zulkifl i Amin, Johanes Purwoto
218
GAGALNAPASAKUT
2t9
spesifik
atau tidak disertai hiperkapnia tergantung pada tipe Nilai 863 merupakan faktor yang menyesuaikan VCO,
penyakit dan derajat beratnya. Perubahan hubungan pada suhu dan tekanan standar, kering; menyesuaikan Vo
anatomik dan fisiologik antara udara di alveolus dan darah pada suhu dan tekanan tubuh, jenuh; dan menyesuaikan
di kapiler paru menyebabkan hipoksemia. Contoh: PaCO, dalam mmHg. Untuk output CO, yang konstan,
Pneumonia bakterial, pneumonia viral, aspirasi isi lambung, hubungan antara PaCO, dan Vo menggambarkan hiperbola
Acute respiratory distress syndrome (ARDS), emboli paru, ventilasi, dimana PaCO, dan Vo berhubungan terbalik. Jadi,
asma, penyakit paru interstisial. hiperkapnia selalu ekuivalen dengan hipoventilasi alveo-
lar, dan hipokapnia sinonim dengan hiperventilasi alveo-
Kelainan yang terutama mempengaruhi komponen non-
lar. Karena ventilasi alveolar tidak dapat diukur, perkiraan
paru sistem pernapasan. Tipe kelainan ini umumnya ventilasi alveolar hanya dapat dibuat dengan menggunakan
menyebabkan hiperkapnia. Contoh: Penyakit yang PCO, arterial dan rumus di atas.
menyebabkan kelemahan otot pemapasan, penyakit sistem
saraf pusat yang mengganggu pengendalian ventilasi, Ventilasi semenit. Pada pasien dengan hipoventilasi
kondisi yang mempengaruhi bentuk atau ukuran dinding alveolar, ngkat). MeskiPun
dada, seperti kifoskoliosis. Vo tidak umlah total udara
Paru mungkin normal, tetapi hipoksemia yang tidak yang ber Paru setiaP menit
proporsional terhadap hiperkapnia yang terjadi dapat dapat diukur dengan mudah. Ini didefrnisikan sebagai
menandakan adanya keterlibatan paru. Sebagai contoh minute ventilation (ventilasi semenit, Vu, L/men). Konsep
seorang pasien dengan kelemahan neuromuskular karena fisiologis yang berguna ialah menganggap bahwa V.
myasthenia gravis, mula-mula menunjukkan gagal napas merupakan penjumlahan dari Vo @agian dari V, yang
hiperkapnia. Tetapi kemudian mengalami pneumonia berpartisipasi dalam pertukaran gas) dan ventilasi ruang
karena ketidakmampuan membatukkan dahak, sehingga rugi (dead spo"" r"rrrr*r:
selain hiperkapnia juga timbul gagal napas hipoksemia.
J:l
",
Vo=Vr-Vo
GAGAL NAPAS HIPERKAPNIA
Kemudian didapatkan rumus :
Berdasarkan definisi, pasien dengan gagal napas VCQ G,/menF PaCo, (mmH9 x\ (L/menit) t q-%A/')
hiperkapnia mempunyai kadar PCO, arterial (PaCOr) yang 863
abnormal tinggi. Karena CO, meningkat dalam ruang
alveolus, O, tersisih di alveolus dan Pao, arterial menurun.
VoA/, menunjukkan derajat inefisiensi ventilasi kedua
Maka pada pasien biasanya didapatkan hiperkapnia dan
paru. Pada orang nornal yang sedang istirahat, nilai Vo/
hipoksemia bersama-sama, kecuali bila udara inspirasi diberi
V, sekitar 0,30, berarti sekitar 30 % dari ventilasi semenit
tambahan oksigen. Paru mungkin normal atau tidak pada
tidak ikut berpartisipasi dalam pertukaran udara. Pada
pasien dengan gagal napas hiperkapnia, terutama jika
kebanyakan penyakit paru, proporsi VE yang tidak ikut
penyakit utama mengenai bagian non parenkim paru
pertukaran udara meningkat, maka VrA/, meningkat.
seperti dinding dada, otot pernapasan, atau batang otak.
Dari rumus di atas, untuk suatu VrA/, Yang konstan
Penyakit paru obstruktif kronis yang parah tidak jarang
dan VCO, yang konstan, hubungan antara PaCO, dan V.
mengakibatkan gagal napas hiperkapnia. Pasien dengan
digambarkan sebagai hiperbola yang bergeser ke atas dari
asma berat, fibrosis paru stadium akhir, dan ARDS berat
hiperbola yang digambarkan oleh hubungan attataPaco,
dapat menunjukkan gagal napas hiperkapnia'
dan Vo. Untuk nilai yang berbeda, hubungan ini
digambarkan oleh kelompok kurva hiperbola yang sejajar
Patofisiologi (lihat gambar). Kurva-kurva ini bermanfaat untuk
V, atau
memperkirakan VrA/, dari pengukuran PaCO, dan
Hipoventilasi alveolar. Dalam keadaan stabil, pasien
dapat dipakai untuk menentukan perubahan Vu yang
memproduksi sejumlah CO, dari proses metabolik setiap
diperlukan untuk merubah PaCO, yang diinginkan.
menit dan harus mengeliminasi sejumlah CO, tersebut dari
keduaparu setiap menit. Jikakeluaran semenit CO, (VCOr) Mekanisme hiperkapnia. Hiperkapnia (hipoventilasi
menukarkan CO, ke ruang pertukaran gas di kedua paru, alveolar) terjadi saat:
sedangkan Vo adalah volume udara yang dipertukarkan di 1. nilaiVu di
alveolus selama semenit (ventilasi alveolar), didapatkan 2. nilai\ no ,tetapirasioVr/V, meningkat,
rumus: 3. nilai Vu di , dan rasio VrA/, meningkat.
VCO, (L/men) = PaCO, (mmHg) x V^ (L/menit) x J- Perlu ditekankan disini bahwa istilah hipoventilasi
863 merujuk pada hipoventilasi alveolar, karenanya hiperkapnia
220 KEGAWAXDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAI}I
dapat timbul meskipun ventilasi semenit lebih besar Peningkatan PaCO, pada penyakit kronik berlangsung
daripada normal, jika rasio VrA/, tinggi atau keluaran CO, lama sehingga bikarbonat serum dan cairan serebrospinal
meningkat (pada saat aktivitas atau keadaan laju meningkat sebagai kompensasi terhadap asidosis
metabolisme meningkat yang lain). respiratorik kronik. Hal ini menjelaskan bahwa kadar pH
Ruang rugi alveolar dan rasio volume ruang rugi / yang rendah lebih berkorelasi dengan perubahan status
volume tidal merupakan konsep fisiologi yang mental dan perubahan klinis lain daripada nilai PaCO,
memudahkan kita mengerti mekanisme ini, tetapi tidak selalu muflak.
mempunyai hubungan dengan anatomi. Trakea dan jalan Gejala hiperkapnia dapat tumpang tindih dengan gejala
napas menjadi penghantar pergerakan udara dari dan ke hipoksemia. Hiperkapnia menstimulasi ventilasi pada
dalam paru selama siklus pernapasan, tetapi tidak ikut orang normal, pasien dengan hiperkapnia mungkin memiliki
berpartisipasi pada pertukaran udara dengan darah kapiler ventilasi semenit yang meningkat atau menurun,
paru. Komponen ini merupakan ruang rugi anatomis. Jalan tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan gagal
napas buatan dan bagian dari sirkuit ventilator mekanik napas. Jadi, dispnea, takipnea, hiperpnea, bradipnea dan
yang dilalui udara inspirasi dan ekspirasi juga mempakan hipopnea dapat berhubungan dengan gagal napas
ruang rugi anatomis. hiperkapnia.
Pada pasien dengan penyakit paru, sebagian besar Pasien dengan gagal napas hiperkapnia akut harus
peningkatan ruang rugi total terdiri dari ruang rugi diperiksa untuk menentukan mekanisme. Diagnosis
fisiologis. Ruang rugi fisiologis terjadi karena ventilasi banding utama ialah gagal napas hiperkapnia karena
regional melebihi jumlah aliran darah regiorral (ventilation- penyakit paru versus penyakit non-paru. Pasien dengan
perfusion lY I Ql tnismatching) . Walaupun V/Q mismatching penyakit paru seringkali menunjukkan hipoksemia yang
umumnya dianggap sebagai mekanisme hipoksemia dan tidak sesuai dengan derajat hiperkapnia. Hal ini dapat dinilai
bukan hiperkapnia, secara teori V/Q mismatching j:uga menggunakan perbedaan PO, alveolar-arterial. Tetapi,
akan menyebabkan peningkatan PaCOr. Kenyataannya pasien dengan masalah non-panr dapat pula mempunyai
dalam hampir semua kasus, kecuali denganV/Qmismatching hipoksemia sekunder sebagai efek kelemahan
yang berat, hiperkapnia merangsang peningkatan ventilasi, neuromuskular (sebagai contoh) yang mengakibatkan
mengembalikan PaCO, ke tingkat normal. Iadi,YlQmis- atelektasis atau pneumonia aspirasi. Kelainan pada paru-
matching umumnya tidak menyebabkan hiperkapnia, tetapi kontras dengan kelainan komponen lain sistem pemapasan
normokapnia dengan peningkatan V.. Seperti dapat dilihat berhubungan dengan peningkatan VrA/, dan, karenanya
pada gambar l, peningkatan V. pada kondisi PaCO, nor- sering menunjukkan peningkatan V. dan frekuensi
mal menunjukkan peningkatan Vo/V, - dalam hal ini, pernapasan. Tetapi, pada pasien dengan kelumpuhan otot
peningkatan ruang rugi fisiologis. pernapasan dapat juga ditemui takipnea. Efek dari
hiperkapnia dan hipoksemia dapat menyamarkan gangguan
Patofisiologi ialah jumlah dari PO, PCO, PHrO, dan PNr. Bila PI{rO dan
PN, tidak berubah bermakna, setiap peningkatan pada
Hipoksemia dan hipoksia. Istilah hipoksemia paling sering
PACO2 akan menyebabkan penurunan PaO, Hipoventilasi
menunjukkan PO, yang rendah di dalam darah arteri (PaOr),
alveolar menyebabkan penurunan PAO, yang menimbulkan
dan dapat digunakan untukmenunjukkan PO, padakapiler,
penumnan PaO, bila darah arteri dalam keseimbangan
vena dan kapiler paru. Istilah tersebut juga dipakai untuk
dengan gas di ruang alveolus. Persamaan gas alveolar, bila
menekankan rendahnya kadar O, darah atau berkurangnya
disederhanakan, menunjukkan hubungan antara PO, dan
saturasi oksigen di dalam hemoglobin.
PCO, alveolar:
Hipoksia umumnya berarti penurunan penyampaian
(delivery) O, ke jaringan atau efek dari penurunan PAOr=FiO, x PB - Pnco,
penyampaian O, ke jaringan. R
Hipoksemia berat akan menyebabkan hipoksia. FIo, ialah fraksi oksigen dari udara inspirasi. PB ialah
Hipoksia dapat pula terj adi akibat penurunan penyampaian tekanan barometrik, dan R ialah rasio perfukaran udara
O, karena faktor rendahnya curahjantung, anemia, syok pernapasan, menunjukkan rasio steady-state CO,
septik, atau keracunan karbon monoksida, di mana Po, memasuki dan O, meninggalkan ruang alveolar. Dalam
arterial dapat normal atau meningkat. praktek, PCO, arteri digunakan sebagai nilai perkiraan PCO,
Mekanisme hipoksemia. Mekanisme fisiologi hipoksemia alveolar (PaCOr). PAO, berkurang bila PAco, meningkat.
mempunyai kegunaan dalam identifikasi tipe penyakitparu Jadi, hipoventilasi alveolar menyebabkan hipoksemia
dan respons terapi. Mekanisme ini dibagi dalam dua (berkurangnya PaOr).
golongan utama: l). berkurangnya PO, alveolar, dan 2). Persamaan gas alveolar juga mengindikasikan bahwa
meningkatnya pengaruh campuran darah vena (venous ad- hipoksemia akan terjadi jika tekanan barometrik total
mixture). berkurang, seperti pada ketinggian, atau bila FIO, rendah
Jika darah vena yang bersaturasi rendah kembali ke (seperti saat seseorang menghisap campuran gas di mana
paru, dan tidak mendapatkan oksigen selama perjalanan sebagian oksigen digantikan oleh gas lain). HaI ini juga
di pembuluh darah paru, maka darah yang keluar di arteri akibat penurunan PaOr. Pada hipoksemia yang terjadi
akan memiliki kandungan oksigen dan tekanan parsial hanya karena penunrnan PaOr, penurunan Pao, kira-kira
oksigen yang sama dengan darah vena sistemik. PO, darah sebanding dengan penurunan PaO, dan perbedaat arrtara
vena sistemik (PVOr) menentukan batas bawah PO ,arteri. PaO, dan PaO2 tidak berbeda bermakna. Perbedaan PO,
Bila semua darah vena yang bersaturasi rendah melalui alveolar-arteri adalah normal pada hipoksemia karena
sirkulasi paru dan mencapai keseimbangan dengan gas di hipoventilasi.
rongga alveolar, maka PO, : PAOr. Maka PO, alveolar
Pencampuran vena (venous admixture). Meningkatnya
(PAOr) menentukan batas atas PO, arteri. Semua nilai PO, jumlah darah vena yang mengalami deoksigenasi, yang
berada diantara PVO, dan PAOr. mencapai arteri tanpa teroksigenasi lengkap oleh paparan
Hipoksemia arteri selalu merupakan akibat penurunan gas alveolar. Perbedaan PO, alveolar-arterial (P(o_") Or)
PO, alveolar, atau peningkatan jumlah darah vena meningkat dalam keadaan hipoksemia karena peningkatan
bersaturasi rendah yang bercampur dengan darah kapiler pencampuran darah vena. Dalam pernapasan udara ruangan,
pulmonal (campuran vena). Pada banyak pasien dengan P,o-rO, normalnya sekitar 10 dan20 mmHg, meningkat
gagal napas hipoksemik, kedua mekanisme ini berperan
dengan usia dan saat subyek berada pada posisi tegak.
(Tabel2).
Dalam pemapasan udara ruangan, FiO, : 0,2 I ; j ika R :
Penurunan PO, alveolar. Tekanan total di ruang alveolar 0,8, PaCOr:40 mmHg, dan PaOr: 55 mmHg, maka :
PaCOz
Mekanisme PnOz Contoh
(PACO'
POz alveolar
PO2 inspirasi 1 Normal > 550 Ketinggian
Hipoventilasi
J Normal > 550 Penyakit neuromuskular, sindrom
obesitas-hipoventilasi
Campuran darah
vena
. Pirau kanan ke-kiri Normal atau J Normal t <550 ARDS, defek septal
. YIQ mismatching Normal atau J Normal 1 >550 Pneumonia, asma, PPOK
o Keterbatasan difusi Normal atau 0 Normal 1 >550 Proteinosis alveolar
222 KEGAWAfi)ARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PEITTYAKIT DAI.IIM
PAO, : (0,21 x 713) - 40 : 150 - 50 = 100 mmHg mendistribusikan ventilasi secara tidak rata.
0r8 . Penyakit vaskular paru seperti tromboemboli paru,
dimana distribusi perfusi berubah.
dan
Petunjuk akan adanya ketidaksesuaian V/Q ialah Pao,
P1o*; O, = 100 - 55 = 45 mmHg
dapat dinaikkan ke nilai yang dapat ditoleransi secara relatif
mudah dengan pemberian oksigen tambahan.
Pada contoh ini, ditemukan hipoksemia arterial (PaOr<
60 mmHg) dan P11-a O, meningkat (> 20 mmHg). Keterbatasan difusi (diffusion limitation). Keterbatasan
Disimpulkan bahwa hipoksemia terjadi karena salah satu difusi O, merupakan jarang menyebabkan hipoksemia.
penyebab meningkatnya pencampuran vena:
Dasar mekanisme ini sering tidak dimengerti. Dalam keadaan
Pirau kanan ke kiri (right-to-left shunt).Sebagian darah normal, terdapat waktu yang lebih dari cukup bagi darah
vena sistemik tidak melalui alveolus, bercampur dengan vena yang melintasi kedua paru untuk mendapatkan
darah yang berasal dari paru, akibatnya ialah pencampuran kesetimbangan gas dengan alveolus. Walaupun jarang,
arterial dari darah vena sistemik dan darah kapiler paru dapat terjadi darah kapiler paru mengalir terlalu cepat
dengan PO, diantara PAO, dan PVO,. Nilai mutlak PO, sehingga tidak cukup waktu bagi PO, kapiler paru untuk
tergantung pada proporsi darah yang tidak melalui paru mengalami kesetimbangan dengan PO, alveolus.
dannilai PAO, danPVOr. Mekanisme hipoksemiaini dikenal Keterbatasan difusi akan menyebabkan hipoksemia bila
sebagai pirau kanan-ke-kiri. PAo, sangat rendah sehingga difusi oksigen melalui
Hal ini dapat terjadi pada: membran alveolar-kapiler melambat atau jika waktu transit
. kolaps lengkap atau atelektasis salah satu paru atau untuk darah kapiler paru sangat pendek.
lobus sedangkan aliran darah dipertahankan, Beberapa keadaan di mana keterbatasan difusi untuk
. penyakit jantung kongenital dengan defek septum. transfer oksigen dianggap sebagai penyebab utama
. ARDS, dimana dapat terjadi edema paru yang berat, hipoksemia ialah:
atelektasis lokal, atau kolaps alveolar sehingga terjadi . Penyakitvaskularparu
pirau kanan-ke kiri yang berat.
' Pulmonery alveolar proteinosis, keadaan di mana
Petanda terjadinya pirau kanan-ke kiri ialah: 1). ruang alveolar diisi cairan mengandung protein dan lipid.
Hipoksemia berat dalam pemapasan ndara ruangan,2).
Hanya sedikit peningkatan PaO, jika diberikan tambahan
Gambaran Klinis
oksigen, 3). Dibutuhkan FiO2 > 0,6 untuk mencapai Pao,
Manifestasi gagal napas hipoksemik merupakan kombinasi
yang diinginkan, dan 4). PaO, < 550 mmHg saat mendapat
o . Berdasarkan kesepakatan, j ika PaQ < 5 5 0 mmHg dari gambaran hipoksemia arterial dan hipoksia jaringan
O 21 00
(Tabel 1). Hipoksemia arterial meningkatkan ventilasi
saat bernapas dengan O, 100 o%, dikatakan terjadi pirau
melalui stimulasi kemoreseptor glomus karotikus, diikuti
kanan-ke kiri.
dispnea, takipnea, hiperpnea, dan biasanya hiperventilasi.
Ketidaksesuaian ventilasi-perfusi (ventilation- perfusion Derajat respon ventilasi tergantung kemampuan
mismatching : Y lQ mismatching). Merupakan penyebab mendeteksi hipoksemia dan kemampuan sistem pemapasan
hipoksemia tersering, terjadi ketidaksesuaian ventilasi- untuk merespons. Pada pasien hipoksemik dengan
perfusi. Ketidaksesuaian ini bukan disebabkan karena darah penyakit paru berat atau keterbatasan ventilasi,
vena tidak melintasi daerah paru yang mendapat ventilasi peningkatan ventilasi mungkin hanya ditemukan sedikit
seperti yang terjadi pada pirau kanan-ke-kiri. Sebaliknya atau bahkan tidak ada, dan tidak ada hiperventilasi. Pada
beberapa area di paru mendapat ventilasi yang kurang pasien yang terganggu fungsi glomus karotikusnya, tidak
dibandingkan banyaknya aliran darah yang menuju ke area- ada respon ventilasi terhadap hipoksemia. Mungkrn
area tersebut. Di sisi lain, beberapa area paru yang lain didapatkan sianosis, terutama jelas di ekstremitas distal,
mendapat ventilasi yang berlebih dibandingkan aliran darah tetapi juga didapatkan pada daerah sentral di sekitar
regional yang relatif sedikit. membran mukosa dan bibir. Derajat sianosis tergantung
Darah, yang melalui kapiler paru di area yang pada konsentrasi hemoglobin dan keadaan perfusi pasien.
hipoventilasi relatif, akan kurang mendapat oksigen Manifestasi lain dari hipoksemia adalah akibatpasokan
dibandingkan keadaan normal. Hal tersebut menimbulkan oksigen yang tidak mencukupi ke jaringan, atau hipoksia.
hipoksemia darah arteri. Efek ketidaksesuaian V/Q terhadap Hipoksia menyebabkan pergeseran metabolisme ke arah
pertukaran gas antara kapiler - alveolus seringkali anaerobik, disertai pembentukan asam laktat. Peningkatan
kompleks, tetapi untuk kepentingan klinis, kelainan ini kadar asam laktat di darah akan selanjutnya merangsang
dapat disebabkan semua penyakit paru yang merubah ventilasi. Hipoksia dini yang ringan dapat menyebabkan
distribusi ventilasi atau aliran darah. Contohnya ialah : gangguan mental, terutama untuk pekerjaan kompleks atau
. Asma dan penyakit paru obstruktif konik lain, dimana berpikir abstrak. Hipoksia yang lebih berat dapat
variasi pada resistensi jalan napas cenderung menyebabkan perubahan status mental yang lebih lanjut,
223
GAGALNAPASAKUT
seperti somnolen, koma, kejang, dan kerusakan otak 2. Penurunan curahjantung, yang tergantung dan:
hipoksik permanen. Aktivitas sistem saraf simpatis . Aliran balik vena sistemik yang adekuat,
meningkat, sehingga turut menyebabkan terjadinya
. fungsi ventrikel kanan dan kiri,
takikardia, diaforesis, dan vasokonstriksi sistemik, diikuti
. resistensi pulmonar dan resistensi sistemik,
hipertensi. Hipoksia yang lebih berat lagi' dapat
. frekuensi denYut jantung
menyebabkan bradikardia, vasodilatasi, dan hipotensi, Hipoksemia dan asidosis mempengaruhi kontraktilitas
serta menimbulkan iskemia miokard, infark, aritmia, dan miokaid, atau dapat menimbulkan takikardia, bradikardia,
gagal jantung. atau infarkmiokard. Sepsis dan syok sepsis dapatmenekan
Manifestasi gagal napas hipoksemik diperburuk oleh fungsi miokard. Ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi
adanya gangguan hantaran oksigen ke jaringan (tissue mempengaruhi jantung dan sirkulasi, di antaranya melalui
oxygen delivery). Pasien dengan curah jantung yang berkurangnya aliran balik vena sistemik, compliance
berkurang, anemia, atau kelainan sirkulasi, dapat diastolik ventrikel kiri, peningkatan resistensi vaskular
diramalkan akan mengalami hipoksia jaringan global dan paru, serta perubahan afterload venhikel kanan dan kiri'
regional pada derajat hipoksemia yang lebih dini. Tanda - tanda kurangnya O, delivery terlihat dari
Contohnya ialah peningkatan risiko iskemia miokard dari pemantauan fungsi ginjal, hati, jantung, dan sistem organ
hipoksemia pada pasien dengan aterosklerosis arteri lainnya. Asidosis laktat juga dapat menjadi petunjuk
koroner atau pasien dengan syok hipovolemik yang adanya gangguan O, deliverY.
menunjukkan tanda-tanda asidosis laktat pada hipoksemia
arterial ringan.
Oxygen Delivery. O, delivery yang adekuat ke jaringan TATALAKSANA GAGAL NAPAS AKUT
ialah fungsi sistem pernapasan yang paling penting, dan
membutuhkan fungsi paru, j antung, dan sirkulasi yang nor- Dasar-dasar Fisiologis TeraPi
mal. Deteksi dan penatalaksanaan gangguan O, delivery
sistemik harus menjadi tujuan utama pada tatalaksana gagal Gagal napas hiperkapnia. Karena hiperkapnia berarti
napas, selain memperbaiki kelainan gas darah arteri.
adanya hipoventilasi alveolar, tata laksana suportif
bertujuan memperbaiki ventilasi alveolar menjadi normal,
O, delivery merupakan hasil dari konsentrasi O, arteri
(mL OrlL darah) dan curah jantung (L/menit). hingga penyakit dasar dapat diobati. Kadang-kadang
ventilasi alveolar dapat ditingkatkan dengan mengusahakan
:
Ordelivery CaO, x a tetap terbukanya jalan napas yang efektif - penyedotan
(ml/menit) (mL OrlL darah) (L/menit) sekret, stimulasi batuk, drainase postural, atau perkusi dada
- atau dengan membuat jalan napas artifisial dengan selang
darah: 1,34 endotrakeal atau trakeostom i
mL mmHgx x10' Alat bantu napas mungkin diperlukan untuk mencapai
tidak m akah dan mempertahankan ventilasi alveolar yang normal
darah dan O2terdistribusi ke organ-organ dengan proporsi sampai masalah primer diperbaiki. Meskipun secara teoritis
yang sesuai dengan kebutuhan organ tersebut, sehingga ventilator mekanik dapat memperbaiki ventilasi sesuai yang
O, delivery yang normal atau tinggi mungkin tidak cukup diinginkan, pada pasien dengan hiperkapnia kronik harus
.,ntuk beberapa kondisi tertentu seperti syok, sepsis atau hati-hati dalam menurunkan hiperkapnia. Hal ini karena
penyakit hati stadium akhir. Hal-hal yang potensial koreksi PaCO, hingga batas normal pada kasus tersebut
menyebabkan penurunan O, del iv ery ialah:. dapat menyebabkan alkalosis yang berat dan mengancam
1. Penurunan konsentrasi 02 arteri yang dapat berkurang nyawa karena sudah terjadi kompensasi berupa
peningkatan kadar bikarbonat serum.
sebagai akibat: -
. Penurunan saturasi O, hemoglobin karena Hipoksemia sering ditemukan pada pasien dengan gagal
berkurangnya PaO, atau bergesernya kurva napas hiperkapnik - terutama yang didasari oleh penyakit
disosiasi oksihemoglobin ke kanan (karena asidemia, puir, - dan pemberian oksigen tambahan seringkali
hipertermia, atau hemoglobinopati). dibutuhkan. Tetapi pada beberapa pasien dengan
. Alemia, hiperkapnia, oksigen tambahan dapat berbahaya bila tidak
. Karbon monoksida, yang akan menggantikan O, dimonitor dan disesuaikan secara hati-hati' Kelompok
karena afinitas terhadap hemoglobin yang tinggi, pasien dengan penyakit paru kronik ini (obstruktif maupun
serta menggeser kurva disosiasi oksihemoglobin ke restriktifl atau gangguan dinding dada (kifoskoliosis)
kiri. Pergeseran ke kiri ini meskipun tampaknya tampaknya tidak sensitif lagi terhadap hiperkapnia dan
meningkatkan konsentrasi O, pada semua tingkat tergantung pada hipoksemia sebagai pemicu ventilasi' Bila
PaO, akan menyebabkan kesulitan melepas oksigen oksigen yang cukup diberikan untuk mengatasi
kejaringan. hipoksemia, rangsang ventilasi menjadi tumpul dan pasien
224 KEGAWAIIDARURATAN MEDIK DI BIDAIYG ILMU PENYAKIT DALI\M
Jalan napas (airway). Jalan napas sangat penting untuk Bronkodilator. Bronkodilator mempengaruhi langsung
ventilasi, oksigenasi, dan pemberian obat-obatan terhadap kotrtraksi otot polos, tetapi beberapa mempunyai
pernapasan. pada semua pasien dengan gangguan efek tidak langsung terhadap edema dan inflamasi.
pernapasan, harus dipikirkan dan diperiksa adanya Bronkodilator merupakan terapi utama untuk penyakit paru
obshuksi jalan napas atas. Perlimbangan untuk insersi jalan obstruktif, tetapi peningkatan resistensi jalan napas juga
napas artifisial, seperti endotracheal tube (ETT) ditemukan pada banyak penyakit paru lainnya, seperti
berdasarkan manfaat dan risiko jalan napas artifisial edema paru, ARDS, dan mungkin pneumonia.
GAGALNAPASAKUT
225
Agonis beta-adrenergik / simpatomimetik. Obat-obat ini tonus parasirnpatis instrinsik. Obat-obat ini kurang berperan
lebih efektif bila diberikan dalam bentuk inhalasi pada asma, di mana obstruksi jalan napas berkaitan dengan
dibandingkan secara parenteral atau oral. Untuk efek inflamasi, dibandingkan bronkitis kronik, dimana tonus
bronkodilatasi yang sama, efek samping sangat berkurang parasimpatis tampaknya lebih berperan.
bila dilakukan dengan rute inhalasi, sehingga dosis yang Antikolinergik direkomendasikan terutama untuk
lebih besar dan kerja lama dapat diberikan. bronkodilatasi pasien dengan bronkitis kronik. Pada gagal
Terapi yang efektif mungkin membutuhkan jumlah napas, antikolinergik harus selalu digunakan dalam
agonis beta-adrenergik yang dua hingga empat kali lebih kombinasi dengan agonis beta-adrenergik.
banyak daripada yang direkomendasikan untuk pasien Ipratropium bromida tersedia dalam bentuk MDI
dengan penyakit obstruksi paru stabil. Peningkatan dosis (metered-dose inhaler) atau solusio untuk nebulisasi' Efek
(kuantitas lebih besar pada nebulisasi) dan peningkatan samping jarang terjadi, seperti takikardia, palpitasi dan
frekuensi pemberian (hingga setiap jam atau nebulisasi retensi urin.
kontinu) seringkali dibutuhkan.
Teofilin. Teofilin kurang kuat sebagai bronkodilator
Pemilihan jenis obat didasarkan pada potensi, efikasi,
dibandingkan agonis beta-adrenergik. Mekanisme kerj a
kemudahan pemberian, dan efek samping. Diantara yang
ialah melalui inhibisi kerja fosfodiesterase padaAMP siklik
tersedia ialah albuterol, metaproterenol, terbutalin. (cAMP), translokasi kalsium, antagonis adenosin, stimulasi
Epinefrin tidak digunakan karena tidak spesifik terhadap
reseptor beta-adrenergik, dan aktivitas anti-inflamasi.
reseptor a2, ju1a tidak menunjukkan kelebihan dalam
Sekitar 90 % teofilin dimetabolisme di hepar menjadi
mengatasi bronkospasme dibandingkan obat lain yang
metabolit tidak aktif dengan sistem sitokrom P450. Sistem
lebih selektif. Agonis beta-adrenergik kerj a lama (LABA),
enzim ini distimulasi oleh merokok tembakau atau marijuana
berguna untuk penggunaan kronik seperti mencegah
dan fenobarbital. Aktivitas enzim ini memrun dengan adanya
bronkospasme, tetapi tidak direkomendasikan untuk
simetidin, eritromisin, kontrasepsi oral, danbanyak obat lain.
serangan bronkospasme akut.
Metabolisme teofilin sangat berkurang dengan demam, usia
Efek samping meliputi tremor, takikardia, palpitasi,
lanjut, berhenti merokok, atau dengan obat yang
aritmia, dan hipokalemia. Efek kardiak pada pasien dengan
meningkatkan metabolisme, penyakit hati, dan gagal jantung'
penyakit jantung iskemik dapat menyebabkan nyeri dada
Efek samping meliputi takikardia, mual dan muntah'
dan iskemia, walaupun jarang terjadi. Hipokalemia biasanya
Komplikasi yang lebih parah ialah aritmia jantung,
dieksaserbasi oleh diuretik tiazid dan kemungkinan
hipokalemia, perubahan status mental, dan kejang.
disebabkan oleh perpindahan kalium dari kompartemen
ekstrasel ke intrasel sebagai respons terhadap stimulasi Kortikosteroid. Mekanisme kortikosteroid dalam
beta-adrenergik. Komplikasi yang jatatg terjadi ialah menurunkan inflamasi jalan napas tidak diketahui pasti,
perburukan hipoksemia karena eksaserbasi dari tetapi perubahan pada sifat dan jumlah sel inflamasi telah
ketidakseusaian ventilasi-perfusi. Pada kasus ini, didemonstrasikan setelah pemberian sistemik dan topikal'
vasokonstriksi arteri pulmonar lokal yang wajar di area Kortikosteroid aerosol kurang baik distribusinya pada
yang rendah rasio ventilasi-perfusinya, dinetralkan oleh gagal napas akut, dan hampir selalu digunakan preparat
efek obat. oral atau parenteral.
Antikolinergik. Respons bronkodilator terhadap obat Efek samping kortikosteroid parenteral ialah
antikolinergik (parasimpatolitik) tergantun g pada derajat hiperglikemia, hipokalemia, retensi natrium dan air, miopati
226 I(EGAWATDARURAf,AN MEDIK DI BIDAI{G ILMU PENYAKIT DALAM
steroid akut (terutama pada dosis besar), gangguan sistem yang lebih invasif seperti kateterisasi j antung kanan. perlu
imun, kelainan psikiatrik, gastritis dan perdarahan diperhatikan bahwa pengukuran tekanan vena sentral
gastrointestinal. (CVP) dipengaruhi positive end-expiratory pressure
Kortikosteroid inahalasi sangat j arang menimbulkan (PEEP). Pada kateterisasi jantung kanan penderita dengan
efek samping sistemik kecuali batuk, karena provokasi resistensi vaskular paru yang meningkat (emfisema, em-
bronkospasme, dan kandidiasis oral dan faring. boli paru, dan penyakit vaskular paru lainnya), tekanan
Kortikosteroid inhalasi yang lebih kuat mempunyai efek diastolik arteri pulmonar (PAD) tidak dapat
samping jangka panjang pada pertumbuhan, osteoporo- menggambarkan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
sis, dan perkembangan katarak. Penggunaan kortikosteroid (LVEDP). Hasil perhitungan curah jantung dengan metode
bersama-sama dengan obat penghambat neuromuskular Fick juga terpengaruh pada gagal napas akut, karena
non-depolarisasi telah dihubungkan dengan kelemahan ketidakakuratan pengukuran konsumsi oksigen saat fraksi
otot yang memanjang dan menimbulkan kesulitat.wean- oksigen inspirasi melebihi 0,6.
ing. Pemantauan respirasi meliputi frekuensi napas,
Ekspektoran dan nukleonik. Cairan per oral atau parenteral penilaian mekanika respirasi, pertukaran udara, dan fungsi
dapat memperbaiki volume atau karakteristik sputum pada terintegrasi sistem kardiovaskular dan respirasi.
pasien yang kekurangan cairan. Katium yodida oral mungkin
berguna untuk meningkatkan volume dan menipiskan Ventilasi Mekanik
sputum yang kental. Penekan batuk seperti kodein Mengenai ventilasi mekanik akan dibicarakan dalamjudul
dikontraindikasikan bila kita menghendaki pengeluaran tersendiri.
seket melalui batuk.
Obat mukolitik dapat diberikan langsung pada sekret
jalan napas, terutamapadapasien dengan ETT. Sedikit (3-
REFERENSI
5 ml) Na Cl 0,9 0%, salin hipertonik, dan natrium bikarbonat
hipertonik juga dapat diteteskan sebelum penyedotan Amir, Z. Acute Respiratory Distress Syndrome. 2"d National Symp.
(suctioning) dan bila berhasil akan keluar sekret yang 1ebih Cardiovascular, Respiratory and Immunology, Jakarta Mei 2003
banyak. Bellini LM. Nutrition in Acute Respiratory Failure. In Fishman Ap,
Asetilsistein merusak ikatan disulfrd pada protein spu- Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Kaiser LR, Senior RM (eds).
Fishman's Manual of Pulmonery Diseases and Disorders. New
tum dan dapat menjadi obat mukolitik yang kuat. Tetapi
York: McGraw-Hill 2002. 1082-9).
asetilsistein yang diaerosolisasi kurang efektif dan dapat
Bellini LM, Grippi MA. Hemodynamic and Respiratory Monitoring
merangsang bronkospasme pada penderita asma. Jika in Acute Respiratory Failure. In Fishman AP, Elias JA, Fishman
diperlukan, sedikit asetilsitein dapat diberikan saat lavase JA, Grippi MA, Kaiser LR, Senior RM (eds). Fishman's Manual
dengan bronkoskopi fleksibel pada jalan napas yang of Pulmonery Diseases and Disorders. New York: McGraw-Hill.
bermasalah. 2002. 1064-72.)
Karena beberapa kualitas abnormal sputum disebabkan Brochard L, Mancebo J, Elliot MW. Noninvasive ventilation for
acute respiratory failure. Eur Respir J, 2002;19:712'21.
DNA yang berasal dari penghancuran sel, enzim yang
Colin Selby. Respiratory Medicine: An Illustrated Colour Text.
melisiskan DNA @NAase) dapat bermanfaat, tetapi belum
Edinburgh: Churchill Livingstone, 20O2:70-1.
disetujui untuk pemakaian pada pasien ppOK atau asma. Consensus Conference Report: Clinical indications for noninvasive
positive pressure ventilation in chronic respiratory failure due
to restrictive lung disease, COPD and nocturnal hypoventilation.
TATALAKSANALAIN Chest, I999;1 I 6:521-34.
Make BJ et al Mechanical ventilation beyond the intensive care
unit. Report of a consensus conference of the American College
Fisioterapi dada dan nutrisi merupakan aspek tata laksana
of Chest Physicians. Chest. 1998;t l3(Suppl):289S-344S.
yang perlu diintegrasikan dalamtata laksana menyeluruh
Sue DY, Lewis DA. Respiratory Failure. In Bongard FS, Sue Dy
gagal napas akut. (eds). Cunent Critical Care Diagnosis and Treatment. New york:
Pemantauan hemodinamik dilakukan sesuai kondisi dan Lan ge Medical B ooks/McGraw -Hrll, 2002 :268 -3 04.
umumnya meliputi pengukuran rutin frekuensi denyut Wysocki M, Antonelli M. Noninvasive mechanical ventilation in
jantung, ritme jantung, tekanan darah sistemik, tekanan acute hypoxaemic respiratory failure. Eur Respir J, 2001;18:209-
vena sentral, dan penenfuan hemodinamik dengan teknik 20.
30
RESUSITASI JANTUNG PARU
Arif Mansjoer
227
228 KEGAWAIDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PETTYAKIT DALAM
insidensnya 0,55 kernatian per 1.000 populasi/tahun (kompresi dada dan pemberian napas buatan) ditambah
dengan kematian karena penyakit arteri koroner di luar defibrilasi. Sedangkan pada trauma, overdosis obat,
rumah sakit atau unit gawat darurat sebesar 330.000 tenggelam, dan kebanyakan anak mekanisme henti
kematian per tahun sedangkan di dalam rumah sakit 250.000 jantungnya adalah asfiksia di mana resusitasi terbaiknya
kematian per tahun. adalah pemberian napas buatan.
Empat puluh persen korban henti jantung mendadak Agar resusitasi korban, baik fibnlasi ventrikular maupun
mengalami fibrilasi ventrikular (VF) saat pertama kali asfiksia, dapat berhasil ada 4 langkah penting yang dikenal
diperiksa. Namun sedemikian banyaknya fibrilasi dengan konsep Chain of Survival, yail.t'.
ventrukular atau takikardia ventrikular yang terjadi pada l. Pengenalan dini keadaan gawat (emergency) dan
henti jantung mendadak, saat dilakukan rekaman meminta banfuan pelayanan gawat darurat medis atau
elektrokardiogram irama jantung telah berubah menjadi pelayanan medis setempat. Pertolongan dini dan efektif
asistol. Fibrilasi ventrikular merupakan depolarisasi dan dapat mencegah henti jantung.
repolarisasi yang cepat dan tidak teratur di manajantung 2. Resusitasi jantung paru dini oleh penolong. Resusitasi
kehilangan fungsi koordinasi dan tidak dapat memompa segera dapat menyelamatkan hidup dan henti jantung
darah secara efektif. Banyak korban henti jantung dapat akibat fibrilasi ventrikular dua hingga tiga kali lipat.
ditolong jika penolong segera bertindak saat masih terdapat 3. Defibrilasi dini. Resusitasi jantung paru ditambah
fibrilasi ventrikular, namun sebaliknya resusitasi kurang defibrilasi dalam 3-5 menit pertama terjadinya kolaps
berhasil bila irama jantung telah asistol. dapat menyelamatkan hidup hingga 49-7 5'/o. Tiap menit
Tindakan terbaik yang dapat diberikan pada henti penundaan defibrilasi mengurangi kemungkinan
jantung akibat fibrilasi ventrikel adalah resusitasi segera selamat sebany ak l0 - 1 5%".
0pen Airway
Look for signs of life
N on-Shockkable
(P E A/A sv sto le )
During CPR
Give 1 shock Maintain open airway
Ventilate and oxygenate
0btain vascular access
Verify electrode/paddle postion
and contact
Correct reversible causes
Consider:
Airway adjunct
Vasopresso rs/a ntiarrhythm ics
4. Bantuan hidup lanjut dini dan perawatan pasca- BANTUAN HIDUP DASAR
resusitasi. Kualitas pengobatan selama fase pasca-
resusitasi akan mempengaruhi hasil (outcome). Bantuan hidup dasar (basic life support) adalah suatu
Weisfeldt dan Becker (2005) mengemukakan 3 fase tindakan Pada saat pasien ditemukan dalam keadaan
henti jantung akibat frbrilasi ventrikular. Fase pertama tiba-tiba tidak bergerak, tidak sadar, atau tidak bemapas,
adalah fase elektrik yag berlangsung dalam 4 menit maka periksa respons pasien. Bila pasien tidak respons,
pertama henti jantung. Tindakan yang penting pada fase aktifkan sistem darurat dan lakukan tindakan bantuan
ini adalah defrbrilasi. Fase kedua adalah fase sirkulasi hidup dasar.
(hemodinamik) fase ini berlangsun g antara 4 sampai 1 0 Singkatan ABCD sudah terkenal luas dan
menit pertama. Pada fase ini yang penting adalah kompresi mempermudahtata laksana pasien henti jantung' ABCD
dan ventilasi untuk memberi perfusi pada otak dan tersebut adalah airway, breathing, circulation' dan
jantung. Sedangkan fase ketiga adalah fase rnetabolik defibrillation. Aitway adalah upaya untuk mempertahan
yang berlangsung setelah 10 menit henti jantung. Pilihan kan jalan napas yang dapat dilakukan secara non-
pada fase ini adalah memberi kesempatan pada otak untuk invasif maupun invasif. Breathing adalah upaya
recovery atau menurunkan kebutuhan oksigen otak memberikan pernapasan atau ventilasi. Circu lation
dengan cara terapi hipotermia. adalah upaya mempertahankan sirkulasi darah baik
dengan obat-obatan maupun dengan kompresi dada
fiantung). Pembukaan jalan napas dengan teknik non-
HENTI JANTUNG DAN RESUSITASI JANTUNG PARU invasif dilakukan dengan cara mengekstensikan kepala
(head tilt) serta mengangkat dagu (chin lift). Membuka
Henti jantung adalah keadaan terhentinya aliran darah jalan napas dengan mengangkat rahang Qaw trust)
dalam sistem sirkulasi tubuh secara tiba-tiba akibat dilakukan bila dicuriga ada trauma kepala (fraktur
terganggunya efektivitas kontraksi j antung saat sistolik. vertebra servikal). Penilaian pernapasan (breathing)
Berdasarkan etiologinya henti jantung dapat disebabkan dengan memantau atau observasi dinding dada pasien
oleh penyakit jantung (82,4%); penyebab intemal non- dengan cara melihat (look) nark dan turunnya dinding
jantung (8,6%) seperti akibat penyakitparu, penyakit dada, mendengar (listen) tdara yang keluar saat
serebrovaskular, penyakit, kanker, perdarahan saluran ekshalasi, dan merasakan (feel) aliran udara yang
cerna, obstetrik/pediatrik, emboli paru, epilepsi, diabetes menghembus di pipi penolong. Bila pasien bernapas,
melitus, penyakit ginjal; dan penyebab eksternal non- posisikan pasien dalam posisi pemulihan. Bila pasien
jantung (9,0%) seperti akibat trauma, asfiksia, overdosis tidak bernapas atau pernapasan tidak adekuat, berikan
obat, upaya bunuh diri (selain yang telah disebutkan), napas buatan 2 kali. Setiap napas diberikan 1 detik dan
listrik/petir. Henti j antung dibedakan berdasarkan aktivitas terlihat menaikkan dinding dada.
listrik jantung (elektrokardiogram), yaitu asistol, aktivitas Penilaian sistem sirkulasi datah (Circulation)
elektrik tanpa nadi (pulseless electrical activity, PEA), dilakukan dengan menilai adatya pulsasi arteri karotis.
fibrilasi ventrikel (VF), dan takikardia ventrikel tanpa nadi Penilaian ini maksimal dilakukan selama 5 detik. Bilatidak
(pulseless VT). ditemukan nadi maka dilakukan kompresi jantung yang
Tindakan resusitasi jantung paru dilakukan oleh tenaga efektif, yaitu kompresi dengan kecepatan 100 x/m,
medis bila sudah ditegakkan masalah henti jantung. kedalaman 4-5 cm, memberikan kesempatan jantung
Resusitasi janfung paru tidak dimulai bila pasien memiliki mengembang (pengisian ventrikel), waktu kompresi dan
keterangan DNAR (do not attemptresuscitation), pasien relaksasi sama, minimalkan terputusnya kompresi dada,
memiliki tanda kematian yang ireversibel (seperti dan rasio kompresi dan ventilasi 30:2.
rigormortis, dekapitasi, dekomposisi, atau pucat), atau tidak Salah satu faktor keberhasilan penanganan henti
ada manfaat fisiologis yang dapat diharapkan karena fungsi jantung adalah defibrilasi diti (early defibrillation).
vital telah menurun walau telah diberi terapi maksimal Resusitasi jantung paru yang disertai dengan defrbrilasi
(seperti syok septik atau syok kardiogenik yang progresif). dini (dalam 3-5 menit henti jantung) akan memberikan
RJP dihentikan bila sirkulasi dan ventilasi spontan secara angka kesintasan 49-1 5% dan tiap keterlambatan
efektif telah membaik, perawatan dilanjutkan oleh tenaga defibrilasi I menit maka kesintasan akan menurun 1 0- 1 5'
medis di tempat rujukan atau di tingkat perawatan yang Berdasarkan hal tersebut dikembangkan alat yang dapat
lebih tinggi, ada kriteria yang jelas menunjukkan sudah mengenali irama jantung, menganalisis dan memberikan
terjadi kematian yang ireversibel, penolong sudah tidak instruksi tindakan yang perlu dilakukan. Alat yang
dapat meneruskan tindakan karena lelah atau ada keadaan disebut AED (automated axternal defibrillator) ir,i
lingkungan yang membahayakan atau meneruskan diletakkan di tempat-tempat umum dan dapat dapat
tindakan resusitasi akan menyebabkan orang lain cedera, digunakan oleh orang awam pada pasien henti jantung
atau keterangan DNAR diperlihatkan kepada penolong di luar rumah sakit.
230 KEGAWIIT-DARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PEIIYAKIT DAIJ\M
dengarkan instruksi
Gambar 7. Langkah-langkah pemasangan AED (automated external defibriltator): a. buka tutup tas atau kotakAED,
pada sisi kanan sternal di bawah klavikula dan elektroda apeks di sisi
yang terdengar dari mesin Reb, n,c,O. iempelkan elektroda sternal
tidak memegang
Lteiat apetJpada garis aksilaris anterior, e,f,g,h ikuti instruksi menghentikan kompresi dada saat mesin AED menganalisis,
pasien saat mesin AED melakukan shock, melanjutkan kompresi dada, dan pemberian napas buatan
232 KEGAWATDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PEIYYAKIT DALAM
Pulseless Arrest
Algorilme bantuan hidup dasar: meminta
bantuan, lakukan RJP
Bedkan oksigen jika tersedta
Pasang monitor/defibrilator jika tersedia
Aslsto e/PEA
;*r* I
Berikan 5 siklus RJP
Cek rtme
engisi lcharying) R rtm e shockable?
h tinggi
IV
o H poksia
o on Hidrogen (as dosis)
o Hipo/h perka em a
o H pog ikem a
o H potermla
o Toks n
o Tamponade,la
o Tension pneum x
o Trombosis (kor teu paru)
o lrauma
defibrillation, dan postresuscitation care. Berbagai Ewy GA. Cardiocerebral resuscitation-the new cardiopulmonary
penelitian terus berjalan dengan tujuan mendapatkan resuscitation. Citculation. 2005: I 1 l:2134-2142
metode resusitasi dengan hasil (outcome)yang lebih baik. Handley A, Koster R, Monsieurs K, GD Perkins, Davies S, Bossaert
L. European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation
2005 - section 2. adult basic life support and use of automated
extemal defibrillators. Resuscitation. 2005;6'7 (suppl 1):S7-S23.
REFERENSI International Liaison Committee on Resuscitation. 2005 Interna-
tional consensus on cardiopulmonary resuscitation and emer-
American Heart Association. Guidelines 2000 for cardiopulmonary gency cardiovascular care science with treatment recommenda-
resuscitation and emergency cardiovascular care. Circulation. tions. Circulation. 2005; 1 12:IIIl -lII1 36.
2000;1 02(suppl):I 1 -I3 84. Mitka M Peter J. Safar, MD j'father of CPR," innovator, teacher,
American Heart Association, In collaboration with International humanist. .I Am Med Assoc. 2003:289:2485-6.
Liaison Committee on Resuscitation Guidelines for cardiopul-
monary resuscitation and emergency cardiovascular care - an
international consensus on science. Resuscitation. 2000;46:l-
430.
31
ACUTE RESPIRATORY DIS TRESS S r/VDR OME
(ARDS)
Zulkifl i Amin, Johanes Purwoto
DEFINISI
ARDS merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan Akibat Sistemik Akibat Paru sendiri
permeabilitas membran alveolar-kapiler terhadap air, larutan
Luka berat Aspirasi asam lambung
dan protein plasma, disertai kerusakan alveolar difus, dan Sepsis Emboli karena pembekuan
akumulasi cairan yang mengandung protein dalam Pankreatitis darah, lemak, udara, atau
parenkimparu. Shock calran amnton
Dasar definisi dipakai konsensus Komite Konferensi Tranfusi berulang TBC miliar
ARDS Amerika-Eropa tahun 199 4 tdd: DIC Radang paru difus/luas (cth,
Luka bakar SARS)
1. Gagal tapas (respiratory failure/distress) dengan a
Patogenesis dan Patofisilogi dapat diakibatkan injury langsung atau tidak langsung.
Patogenesis ALI/ARDS dimulai dengan kerusakan pada Kedua hal tersebut mengaktifkan kaskade inflamasi, yang
epitel alveolar dan endotel mikrovaskular. Kerusakan awal dibagi dalam tiga fase yang dapat dijumpai secara tumpang
234
ACUTE RESPIRATORY I'ITRESS SYNI,8OME (AR"DS)
235
Ciri-ciri Penyebab
True shunt (perfusi ruang udara
Vasokonstriksi pulmoner hipoksik terganggu
VtQ mismatch adalah komponen minor
t Densitas dipenden (berdasar CT scan) Disfungsi surfaktan )
ketidakstabilan alveolar
(terjadi Kolaps/konsolidasi) Kompresi normal yang berlebihan pada paru karena peningkatan
berat
(t cairan paru, inflamasi)
t Elastisitas (! Compliance) Disfungsi surfaktan (1 elastisitas spesifik)
J volume paru ('baby lung)
1 elastisitas dinding dada
Alveolitis fibrosis (lambat)
t Kebutuhan volume per menit 1 ruang rugi alveolar (alveolar dead space) [VorJVr sering 0,4-0,7
t V"o,
t Usaha napas t elastisitas
1 kebutuhan volume per menit
Hipertensi pulmoner Vasokonstriksi pulmoner (TxAz, endotelin)
Trombosis mikrovaskuler pulmoner
Alveolitis fibrosis
PEEP
Toraks
< 18 mmHg atau tidak ada tanda klinis dari
< 300 mmHg lnfiltrat bilateral peningkatan tekanan atrium kiri
< 18 mmHg atau tidak ada tanda klinis dari
< 200 mmHg tekanan atrium kiri
236 KEGAWATDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PEI\TYAKIT DALAM
patchy bilateral dan diikuti pada foto serial 9. Stenosis mitral dengan perdarahan alveolar
berikutnya lagi gambarat conJluent, tid.ak 10. Vaskulitis
terpengaruh gravitasi, tanpa gambaran kongesti atau I 1. Pneumonitis hipersensitivitas
pembesaran jantung. 12. Penyakit paru interstisial
CT scan : pola heterogen, predominasi infiltrat pada Perbedaan edema paru kardiogenik dan non
area dorsal paru (foto supine). kardiogenik (IRDS)
Interpretasi foto toraks berorientasi pada definisi ALI
dan ARDS, meskipun demikian terdapat keberagaman
yang sangat dipengaruhi oleh pengamat baik pada PERJALANAN PENYAKIT
interpretasi foto toraks dan penentuan infiltrat. pada
definisi Konferensi Konsensus Amerika-Eropa, infiltrat ARDS muncul sebagai respons terhadap berbagai trauma
harus bilateral dan konsisten dengan edema paru. dan penyakit yang mempengaruhi paru secara langsung
CT toraks terbukti sangat membantu dalam penelitian (seperti aspirasi isi lambung, pneumonia berat, dan
patofisiologi ALI, Bisa menggambarkan keberagaman kontusio paru) atau secara tidak langsung (sepsis sistemik,
inflasi paru, dan secara umum digunakan unfuk memandu trauma berat, pankreatitis). Dalam 12-48 jam setelah kejadian
tatalaksana klinis. Otopsi dan foto toraks ALI memrnjukkan awal pasien mengalami distress pernapasan dengan
proses yang seragam yang melibatkan kedua paru, akan perburukan sesak napas dan takipneu. Pemeriksaan gas
tetapi CT toraks pada awal perjalanan ALI pada pasien darah arteri menunjukkan hipoksemia yang tidak respons
dengan posisi terlentang menunjukkan terdapat terhadap oksigen melalui nasal. Infiltrat difus bilateral
peningkatan densitas paru pada bagian dorsal, danpada terlihat pada rontgen tanpa disertai gambaran edema paru
paru ventral relatif normal. Selain itu, CT sering kali kardiogenik. ARDS merupakan bentuk acute lung injury
menunjukkan adanya pneumotoraks, pneumomediastinum yang paling berat dan dicirikan oleh:
dan efusi pleura yang tidak terdiagnosis sebelumnya. ' Riwayat trauma atau suatu penyakit yang menjadi
Setelah dua minggu dengan ventilasi mekanik, CT scan rmstator
dapat menunjukkan arsitektur paru yang berubah dan kista ' Hipoksemia efrakter terhadap terapi oksigen (misal P02
emfisematosa atau pneumatokel. < 8.0 kPa (60 mmHg) dengan 40% oksigen). Derajat
Banyaknya CT atau unit Hounsfield dapat ditetapkan hipoksemia dapat terlihat sebagai rasio tekanan oksigen
menjadi masing-masing voxel (- 2000 alveolus dalam s/zce arteri @O2) terhadap konsentrasi fraksi oksigen inspirasi
standar 10 mm). Data ini dapat digunakan untuk menilai
@i02l100% oksigen:FiO2 dari l). PadaARDS PO2E(O2
proporsi dari bagian yang menarikperhatian,apakah tidak <261OaQ0}mmHg)
terdapat aerasi, sedikit aerasi, aerasi normal, atau ' Infiltrat difus bilateral pada rontgen toraks (gambar 18.2)
hiperinflasi. Pada mulanya dinilai satt slice paru basal, ' Tidak ada bukti suatu edem paru kardiogeik (misalparl-
tetapi jelas bahwa informasi yang lebih jauh dapat diperoleh monary capillary wedge pressure <18 mmHg)
dengan mempelajari seluruh paru. Ini memberikan (i)
rekonstruksi lobus atas dan bawah (lobus tengah sulit
untuk dipisahkan, (ii) potongan paru yang sama dapat
dinilai pada level inflasi yang berbeda atau pEEp (paru
TATALAKSANA PENYEBAB PENYAKIT
juga digerakkan arah sefalo-kaudal dengan pernapasan)
Penanganan secara holistik pada tahap awal penyakit
dan (iii) gambaran paru yang lebih luas dapat dicapai
(kerusakan paru bervariasi padaALI). Namun CT seluruh
merupakan hal yang penting. Berbagai faktor yang
mengarah pada ALI harus ditangani dengan cepat dan
paru membutuhkan paparan yang banyak terhadap radiasi
tepat. Termasuk diagnosis dan penanganan infeksi yang
ionisasi, dan informasi yang berbeda, mungkin lebih
tepat dengan drainase dan antibiotika yang tepat,
berhubungan dengan ventilasi mekanik yang didapatkan
pengenalan renjatan dan resusitasi cepat, tatalaksana
dari CT dinamik.
trauma dan bantuan sarana/layanan pendukung yang baik.
Diagnosis banding secara radiologi: Pencegahan: trombosis vena dalam, ulserasi akibat
1. Edemaparukardiogenik tekanan, infeksi nosokomial adalah penting pada semua
2. Infeksi paru: viral, bakterial, fungal pasien dengan penyakit kritis. Begitu juga pemberian nutrisi
3. Edema paru yang berhubungan dengan ketinggian yang adekuat. TatalaksanaARDS intinya adalah mengatasi
(High-altitude pulmonary edema : HAPE) hipoksemia berat, mengobati penyebab dasar ARDS dan
4. Edema paru neurogenik tindakan suportif untuk mencegah komplikasi.
5. Edemaparudiinduksi laringospasme Empat prinsip dasar menjadi pegangan tatalaksana
6. Edema paru diinduksi obat: heroin, salisilat, kokain ARDS. Pertama: pemberian oksigen, PEEP dan ventilasi
7. Pneumonitis radiasi tekanan positif, hampir semuanya menunjukkan
8. Sindrom emboli lemak keuntungan bagi pasienARDS dibalik itu dia juga memiliki
ACUTE RESPIRATORY DITRESS SYNI'ROME (ARDS) 237
potensi efek samping yang berat. Kedua, walaupun ARDS Bantuan pernafasan/Venti lator
seringkali dianggap kegagalan napas primer, kegagalan Hipoksemia padaARDS umumnya refrakter terhadap terapi
multiorgan non paru dan infeksi adalah penyebab utama oksigen karena adanya shunting pada pembuluh darah
kematian. Ketiga, pengaturan ventilasi mekanik yang hati2 melalui bagian paru yang tidak terventilasi kemudian
terutama volume tidal terbukti berakibat komplikasi yang berakibat alveoli terisi oleh eksudat proteinaseosa
lebih jarang dan merupakan satu satunya tatalaksana yang sehingga menimbulkan atelektasis.
memperbaiki survival/kesintasan. Terakhir, prognosisnya Peran ventilasi non-invasifbelum teruji dalamALI dan
buruk apabila penyebab dasarnya tidak diatasi atau tidak ARDS dan kebanyakan pasien memerlukan ventilasi
ditangani dengan baik. mekanis dengan inrubasi.
Cara dan pemberian dukungan ventilasi harus
disesuaikan dengan patofisiologi ALI dan ARDS. Telah
sekian tahun penelitian laboratorium menunjukkan
Kardiogenik Nonkardiogenik (ARDS) perlukaan paru akibat ventilator (ventilator-induced lung
inj uty [YILI]). dan penelitian klinis akhir-akhir ini ditemukan
Riwayat penyakit Tidak adanya penyakit
jantung jantung bahwa mortalitas dapat diturunkan dengan pemberian tidal
Bunyi jantung ketiga Tidak ada bunyi jantung volume rendah. Dari penelitian oleh ARDS Network
Kardiomegali yang ketiga
Jantung normal
melibatkan 861 pasien ALI dari 75 ICU diacak untuk
lnfiltrat pada foto dada
distribusinya ditengah . lnfiltrat pada foto mendapat volume tidal (Vr) 12 atau 6 ml/kg prediksi berat
Pelebaran pembuluh dada distribusinya badan. Mortalitas dikurangi menjadi22Yo dai40o/o sampai
darah mediastinum dtperifer
(increased width of Normal
3loh padapada kelcmpok Vr yang lebih rendah.
mediastinum at level of Continous positive air way pressure (CPAP) dapat
azygos vein) Normal atau dilakukan dengan menggunakan masker sempit untuk
Peninggian tekanan baji menurunnya tekanan
afteri paru baji arteri paru mencegah atelektasis alveolus dan mengurangi ventilasi/
Keseimbangan cairan perfusi yang tidak tepat serta mengurangi kerja pernafasan.
positif Keseimbangan cairan Pasien dengan gagal napas hipoksemia akut, dan sesak
neqatif
berat biasanya membutuhkan ventilasi mekanik. Intubasi
endotrakhea dan pemasangan ventilasi mekanik segera
harus dilakukan.
MENGENALI PASIEN KRITIS Setelah intubasi, ventilasi terkontrol mengakibatkan
penurunan usaha bernafas dengan segera dan ikuti dengan
Pasien yang mengalami ARDS dapat dideteksi padatahap aplikasi PEEP dan atur konsentrasi oksigen inspirasi dalam
awal. Deteksi dini dan observasi secara hati-hati pada fraksi tinggi (FiOr). Kemudian pada perj alanan klinis, mode
pasien berisiko merupakan hal yang penting untuk ventilasi yang dibantu atau dengan dukungan (assisted/
mendeteksi tanda perburukan dan mengidentifikasi support ventilation)dapat memberikan interaksi pasien-
kebutuhan unit terapi intensif. Beberapa gejala alarm dapat ventilator yang lebih baik dan memungkinkan peningkatan
diterapkan di bebagai kondisi karena terdapat pola oksigenasi (V/Q mismatch) yang lebih baik. Sebagai hasil
perburukan fisiologis yang sama pada pasien kritis yang dari kontraksi diafragma.
dapat dideteksi dengan observasi sederhana menggunakan Intermitten positive pressure ventilasi mekanik
denl.ut nadi, frekuensi perapasan, tekanan darah, suhu, mampu memompa paru, menghantarkan oksigen sesuai
poduksi urin dan deralat kesadarn. Pengukuran gas darah dengan volume tidal dan kecepatan yang diatur. Ketentuan
arteri memberikan informasi tambahan tentang perhrkaran volume, tekanan pemompaan, kecepatan dan prosentase
gas dan kondisi metabolik pasien. oksigen diatur agar ventilasi adekuat. Untuk mencegah
kolaps alveolus ditambahkan Positive end expiratory
pressure (PEEP) 5-15 cmH2O pada akhir siklus ekspirasi.
Tekanan yang tinggi akan memacu ventilasi paru yang
sulit mengembang pada ARDS dan mengurangi curah
Frekuensi napas <8 atau >30/menit jantung (cardiack output)dan risiko barotrauma (contoh:
Denyut nadi <40 atau >130/menit
pneumotoraks). Kombinasi tekanan ventilasi yang tinggi
Tekanan darah
Suhu (>380 C. '1oO 40 C), dan konsentrasi oksigen tinggi menimbulkan kerusakan
(<360 C. 96.80 C) mikrovaskular sehingga menyebabkan edema paru
Produksi urin <30 ml/jam selama 3 jam
(ventilator lungitoksisitas oksigen). Vari asi dai teknik lung-
Derajat kesadaran Tidak respons terhadap Perintah
Oksigenasi Saturasi oksigen <90% atau PaO2 < protective ventilator telah berkembang. Permissive
BkPa (60 mmHg) meski dengan 600/o hipercapnia merupakan teknik yang membiarkan pasien
oksigen yng diinspirasi
Asidosis pH< 7 2, bikarbonat <20 mmol/L dengan PaCO2 tinggi ( misal 10kpa,75 mmHg) untuk
mengurangi ventilasi alveolus dan menghindari tekanan
238 KEGA\ilIIiTDARURAIAN MEDIK DI BIDAI\G ILMU PENYAKIT DALAM
pernafasan eksesif. Inverse ratio ventilation frekuensi napas. Protokol ARDS Network mentargetkan
memperpanjang fase inspirasi daripada fase ekspirasi normokapnia, dengan frekuensi napas maksimal 35, untuk
sehingga volume tidal yang dihantarkan akan lebih lama memperkecil asidosis respiratorik. Hal ini membuka paru
pada tekanan yang lebih rendah. Namun hal ini dapat terhadap peregangan tidal berulang, dan dapat
menyebabkan progresive air trapping. High-frequency jet mengakibatkan hiperinfl asi dinamik akibat waktu ekspirasi
ventilasi merupakan tehnik dengan volume kecil yang memendek (meskipun hal ini tidak muncul dalam
dihantarkan berupa udara yang diinjeksi pada frekuensi penelitianARDS Network). Selain itu, membiarkan PaCO,
tinggi ( contoh 1 00-300/menit). Ventilasi pasien pada posisi meningkat di atas normal tidak berbahayapada banyak
terlentang bermanfaat mengurangi gravitasi dan paslen.
atelektasis. Extru corporeal membrane oksigenasi Jika asidosis hiperkapnia terjadi perlahan, asidosis
@CMO) merupakan pengalihan sirkulasi melalui mernbrane intraselular terkompensasi dengan baik, dan peningkatan
external untuk menyediakan oksigen dan membuang yang berhubungan dengan tonus simpatik dapat
. karbondioksida. Tidak satupun dari strategi ventilasi memperbesar cardiac outpul dan tekanan darah. Meskipun
mampu meningkatkan prognosis ARDS namun masing- asidosis respiratorik dapat memperburuk hipertensi
masing bermanfaat. pulmoner, dan menginduksi aritmia miokardial namun
dampaknya seringkali kecil, khususnya jika telah terjadi
kompensasi metabolik. Selain itu, pada modelALI iskemi-
TARGETKADARGAS DARAH reperfusi, penatalaksanaan hiperkapnia mengurangi
perlukaan paru dan apoptosis. Bagaimanapun penelitian
Seperli yang telah dibahas sebelumnya, terdapat banyak klinis yang membolehkan hiperkapnia harus dilakukan
variabel untuk dipertimbangkan ketika menentukan gas sebelum tatalaksana hiperkapnia dipertimbangkan.
darah sasaran pada ARDS. Sebagai contoh jika psien Hiperkapnia harus dihindan pada pasien dengan atau dalam
mengalami cedera otak traumatik, mungkin tidak tepat risiko peningkatan tekanan intrakranial.
untuk dibiarkan sedikit hiperkapnia.
ventilasi buruk, menurunkan shunt pulmoner dan pasien yang respons. Dua percobaan besar iNO telah
memperbaiki oksigenasi. Almitrin intravena merupakan menunjukkan tidak ada perbaikan mortalitas atau
vasokonstriktor pulmoner selektif yang dapat menguatkan pembalikanALl. Namun iNO aman dan secara signifikan
vasokontriksi pulmoner hipoksik, dan meskipun ini dapat memperbaiki oksigenasi inisial (dibandingkan dengan
memperbaiki oksigenasi sendiri, almitrin mempunyai efek plasebo atau tanpa NO), tetapi hal ini tidak terus-menerus
sinergistik dengan iNO. melebihi 12-24 jam, dan beberapa pasien yang menerima
NO terinhalasi atau PGI, dapat juga digunakan untuk plasebo mengalami peningkatanPaOre" 20o/o dalam4 jam.
mengurangi afterload venfrkel kanan; biarpun peningkatan Oleh karena itu, peran iNO padapsien denganARDS masih
cardiac output jarang terjadi pada ARDS. PGI, akan tidak pasti. Pada pasien dengan hipoksia berat, mungkin
meningkatkat cardiac output pada ARDS, meskipun dalam kombinasi dengan almitrin, iNO akan memberikan
demikian, terdapat vasodilatasi pulmoner nonspesifik pertolongan sementara.
dengan peningkatan aliran darah melalui daerah paru
dengan ventilasi buruk, menghasilkan perburukan Prostasiklin lnhalasi
oksigenasi. PGI, (sampai 50 nglkg per menit) memperbaiki oksigenasi
sama efektifrrya dengan iNO padapasienARDS. PGI, secara
Nitrit Oksid lnhalasi terus-menerus dinebulisasi pancaran karena waktu
Nitrit oksid merupakan relaksan otot polos yang paruhnya yang singkat (2-3 menit). Keuntungan yang
diturunkan dari endotel. Nitrit oksid juga mempunyai potensial meliputi peningkatan pelepasan surfaktan dari
peranan fisiologis penting lainnya termasuk sel tipe II yang teregang, menghindari potensi komplikasi
neurotransmisi, pertahanar. host, agregasi trombosit, iNO, dan toksisitas yang minimal. Namun PGI, terlarut dalam
adhesi leukosit, dan bronkodilatasi. Dosis iNO serendah bufer glisin alkalin, yang mana itu sendiri dapat
60 bagian per milyar dapat meningkatkan oksigenasi, menyebabkan inflamasi jalan napas. Iloprost adalah
meskipun demikian, dosis yang umum digunakan dalam turunan dari PGlryang mempunyai aktivitas yarrg- serupa,
ARDS adalah 1-40 bagian per milyar, dengan dosis yang dengan durasi kerja yang lebih panjang, tanpa bufer alkalin.
lebh tinggi membuthkan penurunan tekanan arteri Namun begitu tidak ada agen yatg taTah menunjukkan
pulmoner. Peningkatan PaO, melebihi 20% dianggap perbaikan keluaran pasien ARDS.
sebagai respon positif, dan iNO harus dilanjutkan pada
dosis efektifminimal.
NO inhalasi dapat diberikan terus-menerus atau TERAPI FARMAKOLOGI LAIN
menggunakan inj eksi respirasi intermiten. Pemberian
biasanya dalam bentuk angka medis NOA{2, dan harus Terlepas dari perbaikan mortalitas pada sepsis setelah
tercampur dengan cukup untuk menghindari pemberian aktivasi protein-C, tidak terbukti terapi farmakologi
konsentrasi NO yang bervariasi. Direkomendasikan tambahan untuk ALI dan ARDS berdasarkan banyak
konsentrasi respirasi NO dan NO, diukur, dengan metode penelitian memberi luaran lebih baik.
elektrokimia atau dengan chemiluminesence. Metode
elektrokimia akurat sampai I ppm, dimana adekuat untuk Terapi Pengganti Surfaktan
penggunaan klinis, dan kurang mahal. Kadar NO dan NO, Disfungsi surfaktan adalah abnormalitas penting dan awal
pada lingkungan lokal sebagian besar tergantung dari yang berperan dalam kerusakan paru pada ALI. Surfaktan
konsentrasi atmosfer, meskipun demikian masih umum paru mengurangi tegangan permukaan yang menjaga
latihan untuk mencari gas ekspirasi. Pengikatan terhadap stabilitas alveolus, mengurangi kerja napas dan cairan paru.
hemoglobin pada sirkulasi pulmoner secara cepat Selain itu surfaktan mempunyai peranan penting dalam
menginaktifasi NO, dan dampak sistemik hanya dilaporkan pertahanan paru /zosl. Spesies oksigen reaktif, fosfolipase,
setelah konsentrasi tinggi dari iNO. Kadar metahemoglobin dan peningkatan penneabilitas protein mengarah pada
sistemik mungkin dipantau, dan biasanya kurang dati 5%6 hambatan fungsi surfaktan, komposisinya tidak normal,
selama penggunaan klinis iNO, tetapi harus dibandingkan dan pergantiannya jelas bertambah. Cedera paru yang
dengan kadar dasar. Nitrit oksid dapat menyebabkan diinduksi ventilasi sulit terjadi tanpa disfungsi surfaktan.
toksisitas paru melalui kombinasi dengan oksigen radikal Oleh karena itu, menarik untuk mempertimbangkan terapi
bebas, dan melalui metabolisme NO menjadi NO, namun penggantian surfaktan eksogen.
hal ini tampaknya bukan masalah klinis utama. Meskipun membesarkan hati data laboratorium dan
Hanya 40-10% dengan ARDS mengalami perbaikan penelitian kecil, penggantian surfaktan eksogen tidak dapat
oksigenasi dengan iNO (yang respon), dan hal ini direkomendasikan tanpa data yang lebih banyak.
sepertinya akibat vasokontrikso pulmoner hipoksik aktif Meskipun sebuah penelitian besar mengenai surfaktan
pada sisanya. Penambahan almitrin i.v. dapat mempunyai aerosol gagal mempengaruhi keluaran atau menunjukkan
dampak aditif pada oksigenasi, dan dapat meningkatkan efek fisiologi, masih diragukan apakah surfaktan dapat
240 KEGAWAIDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAII
mencapai paru distal karena dosis yang rendah dat'rain sirkulasi. Pasien terpasang ventilator denganARDS rentan
out' dari aerosol. Selain itu, preparat yang digunakan terhadap infeksi nosocomial dan lavage bronchoalveolar
sensitif terhadap inhibisi protein dan tidak mengandung dapat mengidentifikasi patogen. Multi organ failure
protein, yang jelas menurunkan tegangan permukaan. Hasil merupakan komplikasi dari ARDS yang memerlukan
yang lebih menjajikan telah ditemukan dengan preparat intervensi khusus (seperti dialisis pada gagal ginjal).
yang mengandung protein surfaktan diberikan dengan
penanaman; meskipun data definitif masih diperlukan.
TERAPIANTI INFLAMASI
Optimalisasi Hemodinamik
Penurunan tekanan arteri pulmonal mampu mengurangi target kunci terhadap tatalaksana adalah kaskade inflamasi
derajat kebocaran kapiler pulmonal. Hal ini dapat dicapai yang berasal dari kerusakan jaringan. namun kondisi ini
dengan menghindari pemberian cairan yang eksesif, sulit dipahami dan belum ada obat anti inflamasi dapat
penggunaan diuretik dan penggunaan obat-obat yang mengatasi ards. kortikosteroid tidak meningkatkan luaran
bekerja sebagai vasodilator pada arteri pulmonal. tetapi agen ini dapat digunakan untuk mengurangi
Adakalanya dipandu oleh ballon-tipped pulmonary alveolitis fibrosis, namun ini berdasarkan penelitian kecil,
artery catheter (swan-ganz) yang mengukur tekanan arleri dengan cros s-oyer, menunjukkan penurunan mortalitas.
pulmonal, tekanan baji kapiler pulmonal (menggambarkan penting untuk menyingkirkan infeksi sebelum memulai ste-
tekanan atrium kiri) dan kardiak output (menggunakan roid, dan melanjutkan dengan pengawasan yang agresif.
tehnik dilusi termal). Tujuan managemen hemodinamik hal ini dapat meliputi bilasan bronkoalveolar untuk
adalah mencapai keseimbangan optimal antara tekanan menyingkirkan pneumonia yang berhubungan dengan
arteri pulmonal yang rendah unfuk mengurangi kebocoran ventilator.. ibuprofen digunakan untuk mengurangi jumlah
cairan terhadap alveoli, tekanan darah sistemik adekuat aktivasi neutrofil dan pentoksifilin digunakan karena dapat
untuk mempertahankan perfu si j aringan dan organ (contoh mengurangi produksi interleukin- 1. hemohltrasi digunakan
ginjal) dengan kardiak output cukup dan hantaran oksigen untuk mengatur keseimbangan cairan tetapi pada pasien
optimal pada jaringan ( hantaran oksigen sebagai fungsi sepsis juga bermanfaat untuk menyingkirkan endotoxin.
dari konsentrasi haemoglobin, saturasi oksigen darah dan saat ini telah dikatahui adanya kaitan altara sistem
kardiak output). Obat-obatan yang digunakan sebagai koagulasi dan respon imun terhadap sepsis dengan
vasodilator arteri pulmonal seperti nitrat atau kalsium mengaktivasi citokine, monosit, komplemen, koagulasi dan
antagonis, obat-obat ini juga menyebabkan vasodilatasi sistem fibrinolitik sebagai bagian respon inflamasi sistemik
sistemik disertai hipotensi dan gangguan perfusi organ. terhadap infeksi. protein c rekombinan memiliki efek
Inotropik dan vasodilator seperti dobutamin atau antiinflamasi dengan menghambat produksi citokine dan
norepinephrin (noradrenalin) diperlukan untuk adhesi sel dan melalui hambatan produksi trombin. obat-
mempertahankan tekanan darah sistemik dan kardiak obat ini telah terbukti menurunkan mortalitas terutama bila
output terutama pada sepsis (disebabkan oleh septikemia digunakan lebih dini pada pasien sepsis berat dan mul-
atau peritonitis), sepsis berkaitan dengan vasodilatasi. tiple organ failure.
Nitric oxide inhalasi digunakan sebagai vasodilator arteri
pulmonal selektif. Karena diberikan secara inhalasi, obat Prognosis
ini didistribusikan secara selektif pada regio ventilasi Meskipun telah banyak penelitian mekanisme infamasi
seperti paru yang menimbulkan vasodilatasi. Vasodilatasi pada ARDS dan tehnik ventilasi dan kontrol hemodinamik,
terhadap alveoli akan meningkatkan ventilasi/perfusi namun mortalitas pasien ARDS masih sangat tinggi > 50
secara signifikan sejalan dengan meningkatnya pertukaran 0%.
Pasien yang masih hidup mungkin dengan fibrosis paru
udara. NO diinaktifkan oleh hemoglobin. Hal ini penting dan gangguan difusi oksigen namun beberapa pasien
untuk memantau konsentrasi udara yang dihirup, sembuh sempuma walaupun telah melewati masa kritis
nitrogen dioxide dan methemoglobin untuk mencegah dengan trauma paru yang berat yang membutuhkan
toksisitas. peruwatatyang lama.
tekanan hidrostatik kapiler paru yang rendah atau normal. konservatif, pada protokol yang bebas menghasilkan rata-
Masih diperdebatkan apakah resolusi edema paru rata keseimbangan cairan yang positif mendekati 7000m1.
difasilitasi dengan merendahkan tekanan hidrostatik Tidak ada perbedaan kematian pada 60 hari tetapi strategi
mikrovaskular dengan diuretik dan restriksi cairan. konservatif ini menghasilkan durasi yang lebih pendek dari
Ventilasi tekanan positif dan PEEP menurunkan cardiac ventilasi mekanik dan tinggal di ICU. Tidak ada komplikasi
output dan penghantaran oksigen. Cardiac output dijaga tambahan.
adekuat dengan menjamin adekuatnya volume cairan Pada sebuah studi lain, randomisasi pasien ALI pada
intravaskular. Sepsis dan shock, yang merupakan faktor insersi dan penggunaan kateter arteri pulmonar atau kateter
risiko utama pada ARDS sering memerlukan pemberian vena sentral menunjukkan tidak ada perbedaan pada
cairan masif karena hipotensi dan penurunan perfusi sut'vival 60 hari atau disfungsi organ. Ditemukan lebih
jaringan. Faktor-faktor ini menjadi alasan bahwa ekspansi banyak aritmia dengan kateter arteri pulmoner tetapi tidak
volume mungkin diperlukan dan diuretik serta ada perbedaan insiden kegagalan ginjal atau penggunaan
keseimbangan cairan yang negatif sebaiknya dihindari. vasopresor, diuretik atau dialisis.
Dipihak lain bukti retrospektif menunjukkan bahwa
keseimbangan cairan negatif diharapkan pada ARDS.
Penurunan tekanan mikrovaskular paru menurunkan cairan REFERENSI
di paru meskipun ada kegagalan paru berat dan
keseimbangan cairan negatif bersih kumulatif serta Amir Z. Acute Respiratory Distress Syndrome. 2'd National Symp.
penurunan berat badan secara bermakna lebih tinggi pada Cardiovascular, Respiratory and Immunology, Jakafia Mei 2003
yang berlahan hidup dibandingkan yang meninggalpada Bongard FS, Sue DY and Vintch JRE. Acute Respiratory Distress
Syndrome. In. Curent Diagnosis & Treatment Critical Care 3'd
ARDS. Trial ini mempunyai masalah dalam pada pemilihan
Ed. New York: McGraw Hill, 2008: 295-309.
pasien dengan prognosis yang lebih baik tetapi mereka Bourke SJ. Acute Respiratory Distress Syndrome. In:
tidak menduga bahwa keseimbangan cairan mungkin Respiratory Mecicine. Oxford: Blackwell, 2007: 19l--196.
determinan penting pada keluaran. Pada sebuah studi, Parsons PE. Acute Respiratory Distress Syndrome. In Hanley ME,
survival lebih baik pada ARDS yang setidaknya Welsh CH (eds). Current Diagnosis and Troatment in
mengurangi 25%o tekanan tepi kapiler paru dibandingkan Pulmonary Medicine. New York: Lange,2003:161-6.
Grippi MA. Acute Respiratory Distress Syndrome. In Fishman AP,
dengan yang tidak. Rata-rata lama perawatan di ICU dan
Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Kaiser LR, Senior RM (eds).
penggunaan ventilator lebih cepat pada pasien-pasien
Fishman's Manual of Pulmonary Diseases and Disorders.3'd ed.
yang mendapat cairan lebih sedikit dari 1 liter dalam 36 New York: McGraw-Hill, 2002: 1023-8.
jam pertama. Tidak ada efek pelemahan pada fungsi sistem Moss M, Ingram RH Jr. Acute Respiratory Distress Syndrome. In
organ meskipun asupan cairanyang rendah. Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL,
Pada sebuah studi strategi yang konservatif dari Jameson JL. Harrison's Principles of Internal Medicine.l5'i ed.
penggantian cairan dibandingkan dengan yang lebih New York: McGraw-Hill, 20Ol:1523-6.
Bersten AD. Acute respiratory distress syndrome. In Bersten AD,
bebas. Penggunaan kateter vena sentral untuk panduan
Soni N and Oh TE(eds) Oh's Intensive Care Manual.
sama seperti banyaknya urin yang keluar dan tekanan arteri
London: Elsevier; 2O03: 329-337.
rata-rata dimana pasien dengan ALI diatur menurut Papadakis MA and McPhee SJ. Acute Respiratory Distress
protokol. Pada I hari pertama, ada keseimbangan cairan Syndrome In Current Medical Diagnosis & Treatment New
kumulatif negatif yang sangat kecil untuk protokol York: McGraw Hill, 2009: 284-286.
32
SYOK HIPOVOLEMIK
Ika Prasetya Wijaya
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh
gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan darah rata-rata dan menurunkan aliran darah balik ke
kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi jantung. Hal inlah yang menimbulkan penurunan curah
yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan
akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti, menimbulkan beberapa kejadian pada beberapa organ:
perdarahan yang masif, trauma atau luka bakar yangberat
(syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru
Mikrosirkulasi
(syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol
Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan
(syok septik), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok
berusaha untuk meningkatkan tekanan sistemik guna
neurogenik) atau akibat respons imun (syok anafrlaktik).
menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung dan otak
melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya
traktus gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk
ETIOLOGI pelaksanaan metabolisme di jantung dan otak sangat tinggi
tetapi kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan
Syok hipovolemik adalah tergangguanya sistem sirkulasi
cadangan energi. Sehingga keduanya sangat bergantung
akibat dari volume darah dalam pembuluh darah yang akan ketersediaan oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan
berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat perdarahan yang masif
bila terjadi iskemia yang berat untuk waktu yang melebihi
atau kehilangan plasma darah.
kemampuan toleransi jantung dan otak. Ketika tekanan
arterial rata-rala (mean arterial pressurelMAP) jatuh
hingga < 60 mmHg, maka aliran ke organ akan turun drastis
dan fungsi sel di semua organ akan terganggu.
Perdarahan
Hematom subkapsular hati
Aneurisma aorta pecah
Perdarahan gastrointestinal Neuroendokrin
Perlukaan berganda Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh
Kehilangan plasma baroreseptor dan kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor
Luka bakar luas
Pankreatitis tadi berperan dalam respons autonom tubuh yang
Deskuamasi kulit mengatur perfusi serta substrak lain.
Sindrom Dumping
Kehilangan cairan ekstraselular
Muntah (vomitus) Kardiovaskular
Dehidrasi
Diare
Tiga variabel seperti; pengisian atrium, tahanan terhadap
Terapi diuretik yang sangat agresif tekanan (ejeksi) ventrikel dan kontraktilitas miokard,
Diabetes insipidus bekerja keras dalam mengontrol volume sekuncup. Curah
lnsufisiensi adrenel
jantung, penentu utama dalam perfusi laringan, adalah
242
SYOKHIFOVOIT,MIK
243
Cairan yang diberikan adalah garam isotonus yang ditetes dilanjutkan 60 mcg/kg dalam I jam dalam dekstros 5oh dapat
dengan cepat (hati-hati terhadap asidosis hiperkloremia) membantu meningkatkan MAP.
atau dengan catrangaramseimbang seperti Ringer's laktat Selain resusitasi cairan, saluran pernapasan harus
(RL) dengan jarum infus yang terbesar. Tak ada bukti medis dijaga. Kebutuhan oksigen pasien harus terpenuhi dan
tentang kelebihan pemberian cairan koloid pada syok bila dibutuhkan intubasi dapat dikerjakan. Kerusakan
hipovolemik. Pemberian 2 - 4 L dalam 20- 30 menit organ akhirjarang terjadi dibandingkan dengan syok septik
diharapkan dapat mengembalikan keadaan hemodinamik. atau traumatik. Kerusakan oryandapatteqadi pada susunan
Guna mengetahui cairan sudah memenuhi kebutuhan sarafpusat, hati dan ginjal dan ingat gagal ginjal merupakan
untuk meningkatkan tekanan pengisian ventrikel dapat komplikasi yang penting pada syok ini.
dilakukan pemeriksaan tekanan baji paru dengan
menggunakan kateter Swan-Ganz. Bllahemodinamik tetap
tak stabil, berarti perdarahan atau kehilangan cairan belum REFERENSI
teratasi. Kehilangan darah yang berlanjut dengan kadar
hemoglobin <10 gldL perlu penggantian darah dengan Boeuf B, et a1 Naloxone for shock (review): The Cochrane Library:
transfusi. Jenis darah transfusi tergantung kebutuhan. issue 4, 2005
Disarankan agar darah yang digunakan telah menjalani Hofmeyr JG Hypovolaemic shock: best practice & r'esearch. Clin
tes cross-matclz (uji silang), bila sangat darurat maka dapat Obst and Gynaecol. 2001 ;15:4.
Koelling TM, et al. Approach to the patient with hypotension and
digunakan Packed red cels tipe darah yang sesuai atau O-
shock. Kelleyh textbook oJ inlernal medicine. Edisi ke-4. Dalam:
negatif.
Humes HD, et al, ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Pada keadaaan yang berat atau hipovolemia yang Wilkins; 2000.
berkepanjangan, dukungan inotropik dengan dopamin, Kumar, Clark. Intensive care medicine. Clinical medicine. Edisi ke-
vasopressin atau dobutamin dapat dipertimbangkan untuk 5. In: Kumar, et al, ed. London: Elsevier Science; 2002.
mendapatkan kekuatan ventrikel yang cukup setelah Landry DW, et al. The pathogenesis of vasodilatory shock. New
volume darah dicukupi dahulu. Pemberian norepinefrin Engl J Med. 2001;345:588-95.
Maier RV Approach to the patient with shock. Harrison's prin-
infus tidak banyak memberikan manfaat pada hipovolemik.
ciples of internal medicine. Edisi ke-16. Dalam: Kasper DL, et
Pemberian nalokson bolus 30 mcg/kg dalam 3 -5 menit
al, ed. New York: McGraw-Hil1: 2005
33
SYOK KARDIOGENIK
Idrus Alwi, Sally Aman Nasution
Syok kardiogenik merupakan penyebab kematian utama Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh
pada pasien yang dirawat dengan infark miokard akut. penunrnan curah jantung sistemik pada keadaan volume
Terapi reperfusi segera (primary PCl) untuk kasus infark intravaskular yang cukup, dan dapat mengakibatkan
miokard akut menurunkan insidens syok kardiogenik hipoksia jaringan. Syok dapat terjadi karena disfungsi
tersebut. Kejadian syok kardiogenik sebagai komplikasi ventrikel kiri yang berat, tetapi dapat pula terjadi pada
infark miokard menumn dari 20o/o pada tahun 1960an keadaan di mana fungsi ventrikel kiri cukup baik.
kemudian menetap + 80% selama 20 tahun. Syok Hipotensi sistemik umumnya menjadi dasar diagnosis.
kardiogenik pada infark miokard kebanyakan terjadi pada Nilai cert off tntuk tekanan darah sistolik yang sering
infark miokard dengan elevasi segmen ST dibandingkan dipakai adalah < 90 mmHg. Dengan menurunnya tekanan
dengan yang tanpa disertai elevasi segmen ST. darah sistolik akan meningkatkan kadar katekolamin yang
Gagal ventrikel kiri terjadi pada hampir 80% dari syok mengakibatkan konstriksi arteri dan vena sistemik.
kardiogenik akibat infark miokard akut. Sedangkan sisanya Manifestasi klinis dapat ditemukan tanda-tanda
adalah akibat regurgitasi mitral berat yang akut, ruptur hipoperfusi sistemik mencakup perubahan status mental,
septum ventrikular, gagal jantung kanan predominan dan kulit dingin dan oliguria.
ruptur dinding atau tamponade. Syok kardiogenik didehnisikan sebagai tekanan darah
Penelitian menunjukkan shategi revaskularisasi dini sistolik < 90 mmHg selama > I jam di mana :
menurunkan mortalitas dalam 6 dar' 12 bulan dan lebih . Tak respons dengan pemberian cairan saja,
superior dibandingkan terapi medis agresif awal. Walaupun . Sekunder terhadap disfungsi jantung, atau,
tindakan percutaneus coronaty intet'vention ( PCI ) dini . Berkaitan dengan tanda-tanda hipoperfusi atau indeks
alau coronary artery bypass graft surgery (CABG) kardiak < 2,2 Umenit per m2 dan tekanan baji kapiler
bermanfaat, sekali diagnosis syok ditegakkan, laju paru> 18mmHg.
mortalitas tetap tinggi ( + 50 o/o ), walaupun mendapat
Termasuk dipertimbangkan dalam definisi ini adalah :
intervensi, dan separuh kematian terjadi dalam 48 jam . Pasien dengan tekanan darah sistolik meningkat > 90
pertama. Hal ini mungkin disebabkan oleh kerusakan
mmHg dalam I jam setelah pemberian obat inotropik,
miokard luas yang ireversibel dan kerusakan organ vital.
dan
Bukti baru menduga bahwa respons inflamasi sistemik, . Pasien yang meninggal dalam I jam hipotensi, tetapi
aktivasi komplemen, pelepasan sitokin infl amasi, ekspresi
memenuhi kriteria lain syok kardiogenik.
inducible nitric oxide synthase ( iNOS ) dan vasodilatasi
yang tak adekuat mempunyai peran penting, tidak hanya
pada genesis syok tetapi jluga outcome setelah syok.
Syok kardiogenik ditandai dengan hipoperfusi sistemik EPIDEMIOLOGI
akibat terjadinya depresi berat dari indeks kardiakl.2,2
(Llmin)lm2 dan hipotensi tekanan sistolik arterial menetap Penyebab syok kardiogenik yang terbanyak adalah infark
(< 90 mmHg), di samping terjadinya peningkatan tekanan miokard akut, di mana terjadi kehilangan sejumlah besar
baji kapiler paru (PCWP) > I 8 mmHg. miokardium akibat terjadinya nekrosis. Insidens syok
245
246 KEGAWAiTDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
kardiogenik sebagai komplikasi sindrom koroner akut klasik memprediksi bahwa vasokonstriksi sistemik
bervariasi. Hal ini berhubungan dengan definisi syok berkompensasi dengan peningkatan resistensi vaskular
kardiogenik dan kriteria sindrom koroner akut yang dipakai sistemik yang te4'adi sebagai respons dari penurunan curah
sangat beragam pada berbagai penelitian. Jantung.
Syok kardiogenik terjadi pada 2,9 %o pasien angina Penelitian menunjukkan adanya pelepasan sitokin
pektoris tak stabil dan2, I o% pasien IMA non elevasi ST. setelah infark miokard. Pada pasien pasca IM, diduga
Median waktu perkembangan menjadi syok pada pasien terdapat aktivasi sitokin inflamasi yang mengakibatkan
iri adalah7 6 jam dan 94 jam, di mana yang tersering setelah peninggian kadar iNOS, NO dan peroksinitrit, di mana
48 jam. Syok lebih sering dijumpai sebagai komplikasi IMA semuanya mempunyai efek buruk multipel antaralail:
dengan elevasi ST daripada tipe lain dari sindrom koroner . Inhibisi langsung kontraktilitas miokard
akut. Pada studi besar di negara maju, pasien IMA yang . Supresi respirasi mitokondriapada miokardnon iskemik.
mendapat terapi trombolitik tetap ditemukan kejadian syok . Efek terhadap metabolisme glukosa
kardiogenik yang berkisar attara 4,2 o/o sampai 7,2 oh. . Efekproinflamasi
Tingkat mortalitas masih tetap tinggi sampai saat ini, . Penurunanresponsivisitaskatekolamin
berkisar antar a 7 0-100%. . Merangsangvasodilatasi sistemik
Sindrom respons inflamasi sistemik ditemukan pada
sejumlah keadaan non infeksi, antara lain trauma, pintas
ETIOLOGI kardiopulmoner, pankreatitis dan luka bakar. Pasien dengan
infark miokard (IM) luas sering mengalami peningkatan
Komplikasi mekanik akibat infark miokard akut dapat suhu tubuh, sel darah putih, komplemen, interleukin,
menyebabkan terjadinya syok. Di antara komplikasi C-reactive protein dan petanda inflamasi lain. NO yang
tersebut adalah : ruptur septal ventrikel, ruptur atau disintesis dalam kadar rendah oleh endothelial nitric or-
disfungsi otot papilaris dan ruptur miokard yang lde (eNOS) sel endotel dan miokard, merupakan molekul
keseluruhan dapat mengakibatkan timbulnya syok yang bersifat kardioprotektif.
kardiogenik tersebut. Sedangkan infark ventrikel kanan
tanpa disertai infark atau disfungsi ventrikel kiri pun dapat
menyebabkan terjadinya syok. PREDIKTOR
Hal lain yang sering menyebabkan terjadinya syok
kardiogenik adalah takiaritmia atau bradiaritmia yang Pengenalan pasien yang mempunyai risiko tinggi untuk
rekuren, dimana biasanya terjadi akibat disfungsi ventrikel berkembang menjadi syok dapat memfasilitasi pengiriman
kiri, dan dapat timbul bersamaan dengan aritmia lebih awal pasien risiko tinggi sebelum terjadi awitan
supraventrikular ataupun ventrikular. hemodinamik.
(ons et) instabilitas
Syok kardiogenikjuga dapat timbul sebagai manifestasi Sejumlah sistem skor menggunakan model prediktif
tahap akhir dari disfungsi miokard yang progresif, termasuk perkembangan syok telah dilaporkan untuk membantu
akibat penyakit jantung iskemia, maupun kardiomiopati strategi dalam mengambil keputusan. Pada penelitian
hiperlrofi k dan restriktif. GUSTO I, usia, tekanan darah sistolik, frekuensi jantung
Picard MH et al, melaporkan, abnormalitas struktural dan klas Killip memberikan > 85 % informasi prediktif.
dan fungsional jantung dalam rentang lebar ditemukan Empat variabel yang sama, bermakna pada populasi
pada pasien syok kardiogenik akut. Mortalitas jangka GUSTO III dan memberikan > 95 yo informasi prediktif.
pendek dan jangka panjang dikaitkan dengan fungsi Prediktor utama syok pada populasi PURSUIT mencakup
sistolik ventrikel kiri awal dan regurgitasi mitral yang usia, tekanan darah sistolik, depresi Sl frekuensijantung,
dinilai dengan ekokardiografi, dan tampak manfaat tinggi, infark miokard dan ronki pada pemeriksaan fisis.
revaskularisasi dini tanpa dipengaruhi nilai fraksi ejeksi Studi awal pada infark miokard akut mengidentifikasi
ventrikel kiri pada awal (baseline) atau adanya regurgitasi indikator signifikan untuk prognostik pasien berdasarkan
mitral. gambaran klinis dan keadaan hemodinamik. Klasifikasi
Killip dibuat berdasarkan gambaran klinis (tanda-tanda
gagaljantung kongestif, suara 53 gallop, ronki, gambaran
PATOFISIOLOGI radiografik yang menunjukkan gagal jantung kongestif,
edema paru dan syok kardiogenik). Sedangkan klasifikasi
Paradigma lama patofisiologi yang mendasari syok Forrester dibuat berdasarkan keadaan hemodinamik yaitu:
kardiogenik adalah depresi kontraktilitas miokard yang angka PCWP QtulmonarT capillary wedge pressure) dar'
mengakibatkan lingkaran setan penuflrnan curah jantung, CI (cardiac index) yang dihubungkan dengan tingkat
tekanan darah rendah, insufisiensi koroner, dan selar5'utnya morlalitas. Semakin tinggi nilai PCWP dan semakin rendah
tef adi penunuran kontaktilitas dan curah jantung. Paradigma CI maka mofialitas akair meningkat.
SYOKKARDIOGENIK 247
terjadi saturasi oksigen yang step-up bila dibandingkan Intra-aortic balloon counterpulsation (IABP) harus
dengan saturasi oksigen vena dari vena cava dan arteri dikerjakan sebelum transportasi jika fasilitas tersedia.
pulmonal. Analisis gas darah dan saturasi oksigen harus dimonitor
dengan memberikan continuous positive airway
pressure atau ventilasi mekanis jika ada indikasi. EKG
PENATALAKSANAAN harus dimonitor secara terus menerus, dan peralatan
defibrilator, obat antiaritmia amiodaron dan lidokain harus
Volume pengisian ventrikel kiri harus dioptimalkan, dan tersedia (33% pasien pada revaskularisasi awal SHOCK
pada keadaan tanpa adanya bendungan paru, pemberian trial menjalani resusitasi kardiopulmoner, takikardia
cairan sekurang-larangnya25O ml dapat dilakukan dalam ventrikular menetap atau fibrilasi ventrikel sebelum
10 menit. Oksigenasi adekuat penting, intubasi atau randomisasi).
ventilasi harus dilakukan segera jika ditemukan Terapi fibrinolitik harus dimulai pada pasien dengan
abnormalitas difusi oksigen. Hipotensi yang terus elevasi ST jika diantisipasi keterlamb atan angiografi lebih
berlangsung memicu kegagalan otot pernapasan dan dapat dai2 jam. Mortalitas 35 hari pada pasien dengan tekanan
dicegah dengan pemberian ventilasi mekanis. darah sistolik < 100 mmHg yang mendapatkan trombolitik
Laporan adanya penurunan secara dramatis mortalitas pada meta analisis FTT adalah 28,9%o dibandingkan 3 5, I %
syok kardiogenik dengan melakukan revaskularisasi awal dengan plasebo (95% CI 26 sampai 98, p < 0,001).
mulai muncul pada akhir tahun 1980. Uji klinis secara acak Meningkatkan tekanan darah dengan IABP pada keadaan
yang menguji superioritas dan generalisabilitas strategi ini dapat memfasilitasi trombolisis dengan meningkatkan
revaskularisasi awal telah dilakukan di USA yaitu SIIOCTK tekanan perfusi koroner.
trial. Pada penelitian SHOCK dilaporkan peningkatan Pada syok kardiogenik karena infark miokard non
surrival 3}hari dari 46,7 o/omenjadi 56 o/o dengan strategi elevasi ST yang menunggu kateterisasi, inhibitor
revaskularisasi awal, namun perbedaan 9 % absolut tidak glikoprotein IIb/IIIa dapat diberikan.
bermakna ( p:0,11 ). Pada pemantauan, perbedaan sur-
vival pada strategi revaskularisasi awal menjadi lebih besar Langkah 2. Menentukan secara Dini Anatomi
danbermakna setelah 6 bulan (36,9 o/ov 49,7 Yo,p:O,027 ) Koroner
dan satu tahun ( 33,6 oh v 46,7 Yo ) untuk reduksi absolut Hal ini merupakan langkahpenting dalam tatalaksana syok
I 3,2 o (9 5 % CI 2,2 %o sampai 24,1 Yo, p < 0,03 ). Terdapat kardiogenik yang berasal dari kegagalan pompa (pump
l0 subkelompokyang diuji, termasukjenis kelamin, usia, failure) iskemik yang predominan. Pasien di Rumah Sakit
riwayat IM, hipertensi, diabetes, infark miokard anteriol komunitas harus segera dikirim ke fasilitas pelayanan
syok awal atau akhir dan transfer atau status rawat tersier yang berpengalaman. Hipotensi diatasi segera
langsung. Manfaat revaskularisasi awal didapatkan pada dengan IABP. Syok mempunyai ciri penyakit 2 pembuluh
semua subkelompok kecuali pada usia lanjut. Manfaat darah yang tinggi, penyakit left main, dan penurunan
revaskularisasi awal lebih besar pada usia < 75 tahun pada fungsi ventrikel kiri. Tingkat disfungsi ventrikel dan
30 hari (4l,4Yov 56,8yo,95 yo CI-27,8 Yo sampai-3,0 o/o) instabilitas hemodinamik mempunyai korelasi dengan
dan 6 bulan (44,9 o y 65 o/o,95 % CI -31,6 o sampai - anatomi koroner. Suafu lesicircumflex atau lesi koroner
l,lYo). kanan jarang mempunyai manifestasi syok pada keadaan
tanpa infark ventrikel kanan, underfilling ventrikel kiri,
bradiaritrnia, infark miokard sebelumnya atau kardiomiopati.
LANGKAH PENATALAKSANAAN SYOK KARDIO.
GENIK
Langkah 3. Melakukan Revaskularisasi Dini
Setelah menentukan anatomi koroner, harus diikuti dengan
Langkah L Tindakan Resusitasi Segera pemilihan modalitas terapi secepatnya. Tidak ada trial acak
Tujuannya adalah mencegah kerusakan organ sewaktu yang membandingkan PCI dengan CABG pada syok
pasien dibawa untuk terapi definitif. Mempertahankan kardiogenik. Trial SHOCK merekomendasikan CABG
tekanan arleri rata-rata yatg adekuat untuk mencegah emergensi padapasienleft main atatpenyakit 3 pembuluh
sekuele neurologi dan ginjal adalah vital. Dopamin atau besar. Laju mortalitas di rumah sakit dengan CABG pada
noradrenalin (norepinefrin), tergantung pada derajat penelitian SHOCK dan regis try adalah sama dengan out-
hipotensi, harus diberikan secepahlya untuk meningkatkan come dengan PCI, walaupun lebih banyak penyakit arteri
tekanan arteri rata-rata dan dipertahankan pada dosis koroner berat dan diabetes yaitu 2 kali pada pasien yang
minimal yar,g dibutuhkan. Dobutamin dapat menjalaniCABG
dikombinasikan dengan dopamin dalam dosis sedang atau Rekomendasi terapi reperfusi dini syok kardiogenik
digunakan tanpa kombinasi pada keadaan low output karena komplikasi infark mokard akut dapat dilihat pada
tanpa hipotensi yang nyata. Gamhar2.
SYOKKARDIOGENIK 249
Pem be rian
- Furosemid lV 0,5-1,0 mg/kg Pemberian
- [,lorfin lV 2-4 mg - C airan
- Oksigen bila diperlukan - Transfusi darah
- Nitrogliserin SL, kemud an 10-20 mcg/menit - lnlervensi spesifik Lihat guldelire AC C/A H A
bila TDS > 100 mmHg - Vasopresor tentang lnfark miokard
- Dopamin 5-15 mcg/kg/menit lV bila TDS dengan elevasi ST
70-100 mmHg dan tanda/gejala syok (+)
- Dobulamin 2-20 mcgikg/menit lV
bila TDS 70-100 mmHg dan tanda/gejala syok G)
Revaskularisasi m ekanis
CABG segera
segera dengan PCI atau CABG
direkomendasikan pada
1 Usia < 75 tahun
2. Elevasi ST, LBBB atau lM posterior
3 Terjadi syok < 36 jam setelah awitan ll\4
4, Revaskularisasi dapat dilakukan dalam
Bila tidak memungkinkan waktu 18 jam setelah syok
Gambar 2. Rekomendasi terapi reperfusi dini pada syok kardiogenik karena komplikasi infark miokard akut
250 reGAWAJTDARURAIAN MEDIK DI BIDAI{G ILMU PENYAKIT DALAM
PERAN INTRAAORTIC BALOON PIJMP et al 1 , dalam penelitiannya terhadap I I pasien dengan syok
persisten walaupun mendapat vasopressor, IABP dan PCI.
Sesuai dengan guidelines terakhir ACC/AHA, Output urin dan tekanan darah meningkat nyata dan72 %o
direkomendasikan pemasangan IABP dini pada pasien tetap hidup dalam 30 hari. Selanjuhrya dilaporkan pula
syok kardiogenik yang merupakan kandidat strategi penurunan mortalitas dari 67 % menjadi 27 o/o dengan
agresif. inhibitor NOS , NG-nitro-L-arginine methyl ester,pada uji
Kombinasi menurunkan afterload, meningkatkan acak skala kecil pada 30 pasien.
tekanan diastolik untuk perfusi koroner dan meningkatkan Inhibisi kaskade komplemen pada tingkat C5
curah jantung, membuat IABP merupakan pilihan atraktif menghasilkan penurunan respons iNOS berlebih, terhadap
pada syok kardiogenik. iskemia dan reperfrrsi dan secara teoritis dapat menghambat
Pada Gambar 3 dapat dilihat diagram intra aortic terjadinya syok. Hasil awal COMplement inhibition in
ballon pump dan posisinya dalam Aorta. Myocardial infarction treated with Angioplasty
Pada Gambar 4 dapat dilihat efeklntra Aortic Ballon (COMMA) study menunjukkan inhibisi C5 dikaitkan
Pwnp selama sistol dan diastol dengan laju syok dan kematian yang lebih rendah pada
pasien risiko tinggi yang menjalani PCI primer, walaupun
tanpa efek terhadap ukuran infark.
Saat ini telah didisain penelitian SHOCK-2 (Shouldwe
inhibit nitric Oxide synthase in patients with Cardio-
genic shock?) untuk menguji inhibitor NO, L-NMMA,
dengan uji acak yang baik pada pasien syok persisten
walaupun infarct related artery (IRA) paten.
alth seal
RERERENSI
w
Indications for fibrinolytic therapy in suspected acute
myocardial infarction : collaborative overview of early
mortality and major morbidity results from all randomized tri-
a1s of more than 1000 patients. Lancet 1994;343:311-22,
I r. rela.anlL-g ne--'un I I a ueninorarran rekanan d asloti(
|
2) (onsurs o<s,ger oteh r o(a'd merLrJn I | 5r. Menin_okatkan oerfJs, koroner Goldberg RJ, Samad NA, Yazebski J et al Temporal trends in
cadiogenic shock complicating acute myocardial infarction. N
Engl J Med. 1999;340:1162-8.
Goldbetg RJ, Gore JM, Alpert JS, et al. Cardiogenic shock after
myocardial infarction : incidence and mortality from commu-
nity-wide perspective, 1975 to 1988. N Engl J Med
199 l;325:ll17 -22
Hochman JS. Cardiogenic shock complicating acute myocardial
infarction. Circulation 2003;107 :2998-3002.
Hochman JS, Sleeper LA, Webb J, et al. Early revascularization in
acute myocardial infarction complicated by cardiogenic shock.
N Engl J Med 1999;341:625-34
Hochman JS, Sleeper LA, White HD, et al One-year survival
Gambar 4. Efek intra aortic ballon pump selama sistolik following early revascularization for cardiogenic shock. JAMA
dan diastolik
2001:,285:190-2.
Hochman JS, Buller CE, Sleeper LA, et al. Cardiogenic shock
complicating acute myocardial infarction : etiologies,
HARAPAN MASADEPAN
management and outcome : overall findings of the SHOCK trial
registry J Am Coll Cardiol. 2000;36:1063-70.
Peran NG-monomethyl-L-arginine (L-NMMA), suatu Holmes DR, Bates ER, Kleiman NS, et al Contemporary reperfusion
inhibitor nitrik oksida selektif, cukup menjanjikan. Cotter therapy for cardiogenic shock : the GUSTO-I trial experience
SYOKI(ARDIOGEMK 2st
J Am Coll Cardiol 1005;26668-74. Jacobs AK, Sleeper LA, Forman R, et al. Cardiogenic shock caused
Hasdai D, Califf RM, Thomson TD, et a1. Predictors of cardiogenic by right ventricular infarction : a report from the SHOCK reg-
shock after thrombolitic therapy for acute myocardial infarc- istry. J Am Coll Cardiol 2003;411273-9.
tion. J Am Coll Cardiol 2000;35:136-43. Menon V, Hochman JS. Management of cardiogenic shock compli-
Hochman JS, Sleeper LA, Godfrey E, et al. Should we emergently cating acute myocardial infarction. Heart 2002;88:531-7.
revascularize occluded coronaries for cardiogenic shock : an Picard MH, Davidoff R, Sleeper LA, et al. Echocardiographic pre-
Intemational randomizes trial of emergency PTCA/CABG-trial dictors of survival and response to early revascularization in
design. Am Heart J 1999;137:313-21. cardiogenic shock. Circulation 2003 ;1 07 :27 9 -84.
Hasdai D, Topol EJ, Califf RM, et al. Cardiogenic shock Webb JG Sanborn TA, Sleeper LA, et al. Percutaeous coronary
complicating acute coronary syndrome . Lancet 2000;356:749- intervention for cardiogenic shock in the SHOCK trial registry.
56. Am Heart J 2001;14l:964-'70.
34
PENATALAKSANAAN SYOK SEPTIK
Khie Chen, Herdiman T. Pohan
252
PENATALAKSTANAAI\ SYOK SEPTIK 253
jantung, kontraktilitas dan keseimbangan preload dan MOF). Proses MOF merupakan kerusakan (injury) pada
faktor keti ga
aft er I o ad ; 3 ). Res i stens i vaskular merupakan tingkat selular (termasuk disfungsi endotel), gangguan
yang berperan penting dalam mempertahankan sirkulasi. perfusi ke organ/jaringan sebagai akibat hipoperfusi,
Perubahan tonus afieriol akan mempengaruhi pengisian iskemia reperfusi dan mikrotrombus. Berbagai faktor lain
ventrikel, tekanan arteri dan distribusi volume sistemik. yang diperkirakan turut berperan adalah terdapatnya faktor
Perbedaan tonus arteriol pada organ akan menyebabkan humoral dalam sirkulasi (myocardial depressant
maldistribusi volume darah yang mengakibatkan substance), malnutrisi kalori-protein, translokasi toksin
ketidakseimbangal attara suplai dan kebutuhan oksigen; bakteri, gangguan pada eritrosit dan efek samping dari
4). Mikrosirkulasi dan kapiler berperan dalam transportasi terapi yang diberikan.
cairan dan nutrisi. Gangguan sirkulasi mikrovaskular akan
menyebabkan gangguan metabolisme sel, sedangkan
peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan PENATALAKSANAAN SYOK SEPTI K
terjadinya edema interstisial; 5). Resistensi venula
berperan dalam 10-15% resistensi vaskular. Peningkatan Penatalaksanaan syok septik merupakan bagian dari
resistensi venula dan tekanan hidrostatik menyebabkan penatalaksanaan sepsis yang komprehensif, mencakup
keluarnya cairan dari intravaskular ke interstisial; 6). eliminasi patogen penyebab infeksi, eliminasi sumber
Hubungan arteri-vena tanpa melalui kapiler akan infeksi dengan tindakan drainase atau bedah bila
menyebabkan hipoksia dan gangguan transpor nutrisi; 7). diperlukan, terapi antimikroba yang sesuai, resusitasi bila
Kapasitas vena dapat menampung hingga 80o% volume terjadi kegagalan organ atau renjatan, vasopresor dan
sirkulasi. Penurunan tonus vena dan peningkatan kapasitas inotropik, terapi suportif terhadap kegagalan organ,
vena akan mempengamhi volume sirkulasi sistemik; 8). gangguan koagulasi dan terapi imunologi bila terjadi
Faktor terakhir yang berperan adalah patensi pembuluh respons imun maladaptif pejamu terhadap infeksi.
darah. Obstruksi pembuluh darah menyebabkan Penatalaksaan hipotensi dan syok septik merupakan
penunrnan aliran balik vena. tindakan resusitasi yang perlu dilakukan segera mungkin.
Resusitasi dilakukan secara intensif dalam 6 jam pertama,
dimulai sejak pasien tiba unit gawat darurat. Tindakan
PATOFISIOLOGI SYOK SEPTIK DAN KEGAGALAN mencakup aitway : a). breathing; b). circulation; c).
ORGAN oksi geni sasi, ter api cair an (kristaloid dan/ atau koloid),
vasopresor/inotropik dan transfusi bila diperlukan.
Patofisiologi syok septik tidak terlepas dari patofisiologi Pemantauan dengan kateter vena sentral sebaiknya
sepsis itu sendiri dimana endotoksin (lipopolisakarida) dilakukan untuk mencapai tekanan vena sentral (CVP) 8-
yang dilepaskan oleh mikroba akan menyebabkan proses 12 mmHg, tekanan arterirata-rata (MAP)>65 mmHg dan
inflamasi yang melibatkan berbagai mediator infl4masi produksi urin >0,5 ml/kg/jam.
yaitu: sitokin, neutrofil, komplemen, NO dan berbagai
mediator lain. Proses inflamasi pada sepsis merupakan
Oksigenisasi
proses homeostatis dimana terjadi keseimbangan antara
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai
proses infl amasi dan antiinflamasi. Kemampuan homeosta-
akibat disfungsi atau kegagalan sistem respirasi karena
sis pada proses inflamasi ini terkait dengan faktor gangguan ventilasi maupun perfusi. Traspor (delivety)
suseptibilitas individu terhadap proses inflamasi tersebut.
oksigen ke janngan dapat pula terganggu akibat keadaan
Bilamana terjadi proses inllamasi yang melebihi kemampuan
hipovolemik dan disfungsi miokard menyebabkan
homeostatis, maka akan terjadi proses inflamasi yang
maladaptif, sehingga terjadi berbagai proses inflamasi yang
bersifat destruktif. Keadaan tersebut akan menimbulkan SIRS MODS
Stimulls eksogen
itihLrlL q pkcdnen lL-6 llepar
lan.r aE
CRp
gangguan pada tingkat selular pada berbagai organ. (endotoks nl
L,B Paru
Gangguan pada tingkat sel yang juga menyebabkan
ARDS
pemrrunan curah jantung. Kadar hemoglobin yang rendah klinis pasien, sarana yang tersedia, keuntungan dan
akibat perdarahan menyebabkan daya angkut oksigen oleh kerugian pemberian transfu si.
eritrosit menurun. Traspor oksigen ke jaringan
dipengaruhi juga oleh gangguan perfusi akibat disfungsi Vasopresor dan Inotropik
vaskular, mikrotrombus dan gangguan penggunaan Vasopresor sebaiknya diberikan setelah keadaan
oksigen oleh jaringan yang mengalami iskemia. hipovolemik teratasi dengan pemberian cairan secara
Dalam tatalaksana hipoksemia dan hipoksia semua adekuat, akan tetapi pasien masih mengalami hipotensi.
faktor yang mempengaruhi baik ventilasi, perfusi, Hipotensi terjadi sebagai akibat vasodilatasi atau sebagai
delivery dan penggunaan oksigen perlu mendapat akibat disfungsi miokardial sehingga terjadi penurunan
perhatian dan dikoreksi. Pada keadaan hipoksemia berat curah jantung. Terapi vasopresor diberikan mulai dosis
dan gagal napas bila disertai dengan penurunan terendah secara titrasi untuk mencapai tekanan arteri rata-
kesadaran atau kerja ventilasi yang berat, ventilasi mekanik rata(MAP) 60 mmHg, atautekanan darah sistolik 90mmHg.
perlu segera dilakukan. Oksigenisasi bertujuan mengatasi Pemantauan terhadap tingkat kesadaran dan produksi urin
hipoksia dengan upaya meningkatkan saturasi oksigen di dapat menggambarkan adanya perbaikan perfusi dan
darah, meningkatkan trasport oksigen dan memperbaiki fungsi organ. Untuk vasopresor dapat digunakan dopamin
utilisasi oksigen di j aringan. dengan dosis >8 mikrogram(mcg),&g/menit, norepinefrin
0,03 - 1, 5 mcg/kg/menit, fenileferin 0, 5 - 8 mc g,&g/menit atau
Terapi Cairan epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit. Sebagai inotropik yang
Hipovolemia dapat terjadi pada sepsis sebagai akibat dapat digunakan dobutamin dosis 2-28 mcglkg/menit,
peningkatan kapasitas vaskular (penurunan aliran balik dopamin 3 -8 mcglkg/menit, epinefrin 0, I -0, 5 mcglkgimenit
vena), dehidrasi (karena asupan yang menurun, kehilangan atau inhibitor fosfodiesterase (amrinon dan milrinon).
cairan melalui pernapasan atau keringat), terjadinya
perdarahan dan kebocoran kapiler. Pada keadaan Bikarbonat
hipovolemik akan terjadi gangguan transpor oksigen dan Bikarbonat telah lama digunakan dalam mengkoreksi
nutrisi ke jaringan dan menyebabkan terjadinya hipotensi asidemia pada sepsis. Namun terapi bikarbonat untuk
dan renjatan. koreksi asidemia pada sepsis saat ini diragukan
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan manfaatnya, dengan alasan bahwa bikarbonat sebagai
pemberian cairan baik kristaloid (NaCl 0,9% atau ringer bufer bermanfaat pada tingkat selular; sedangkan pada
laktat), maupun koloid. Kristaloid merupakan pilihan pada sepsis dan renjatan terjadi hipoperfusi ke jaringan dengan
terapi awal karena lebih murah dan mudah didapat, tetapi konsekuensi terjadinya gangguan traspor karbondioksida
perlu diberikan dengan volume yang lebih besar. Volume dari jaringan, sehingga akan terjadi pH sel yang semakin
cairan yang diberikan perlu dimonitor kecukupannya agar rendah. Secara empirik bikarbonat dapat diberikan bila pH
tidakkurang atauprur berlebih. Secara klinis respons terhadap < '7,2 atau serum bikarbonat < 9 meq/I, dengan disertai
pemberian cairan terlihat dari peningkatan tekanan darah, upaya untuk memperbaiki keadaan hemodinamik.
pemrmnan frekuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaan
kulit dan ekstremitas, produksi urin dan membaiknya
penurunan kesadaran. Pada sarana yang lebih lengkap atau DisfungsiRenal
di unit rawat intensif dapat dipantau dengan mengukur Gangguan fungsi ginjal pada sepsis dan renjatan terjadi
tekanan vena sentral dan tekanan arteri pulmonalis. Perlu secara akut, disebabkan karena gangguan perfusi ke or-
diperhatikan tanda kelebihan cairan berupa peningkatan gan tersebut. Bilamana pasien dalam keadaan hipovolemik
tekanan venajugular, ronki, galop 33 dan penurunan saturasi atau hipotensi, keadaan ini harus segera diperbaiki dengan
oksigen. pemberian cairan secara adekuat, terapi dengan
Albumin merupakan protein plasma yang juga berfirngsi vasopresor dan inotropik bila diperlukan. Pada keadaan
sebagai koloid. Albumin berfungsi mempertahankan oliguria, pemberian cairan perlu dipantau secara ketat oleh
tekanan onkotik plasma. Pada keadaan serum albumin yang karena pemberian cairan secara agresifdapat menyebabkan
rendah (<2 gldl) disertai tekanan hidrostatik melebihi edema paru. Dopamin dosis renal (1-3 mcglkg/menit)
tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan. seringkali diberikan untuk mengatasi gangguan fungsi
Transfusi eritrosit (paclc red cell) diperltkan pada ginjal pada sepsis, akan tetapisecara evidence based terapi
kdadaan perdarahan aktif, atau bilamana kadar hemoglo- ini tidak terbukti menurunkan mortalitas dan menurunkan
bin (Hb) yang rendah pada keadaan tertentu misalnya kebutuhan akan dialisis.
iskemia miokardial dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat
dicapai pada sepsis dipgrtahankan di atas 8 hingga l0 g/ dilakukan hemodialisis maupun hemofiltrasi kontinu
dl. Namun pertimbangan dalam memberikan transfusi (continuous hemofi ltr atioz). Pada hemodialisis digunakan
bukan berdasarkan kadar Hb semata, tetapijuga keadaan gradien tekanan osmotik dalam filtrasi substansi plasma,
PENATALAKSANAAN SYOK SEPTIK 255
sedangkan pada hemofiltrasi digunakan gradien tekanan dan kontraktilitas dengan oxygen delivery darr
hidrostatik. Teknik hemofiltrasi yang digunakan berupa demand. Protokol tersebut mencakup pemberian cairan
continuous art eiov enous hemofi ltratior (CAVH) atau c ir- kristaloid dan koloid bolus 500 ml tiap 30 menit untuk
culation of dialysate on ultrafiltrate chamber (CAYHDF). mencapai tekanan vena sentral (CVP) 8-12 mmHg. Bila
Baik hemodialisis ataupun hemofiltrasi merupakan terapi tekanan arteri rata-rata (MAP) kurang dari 65 mmHg,
pengganti yang saling melengkapi. Hemofiltrasi dilakukan diberikan vasopresor hingga >65 mmHg dan bila MAP >
kontinu selama perawatan, sedangkan bila kondisi telah 90 mmHg diberikan vasodilator. Dilakukan evaluasi saturasi
stabil dapat dilakukan hemodialisis. Hemofiltrasi memiliki oksigen vena sentral (ScvO2); bila ScvO2<70% dilakukan
kelebihan dalam memperbaiki kontraktilitas miokard, koreksi hematokrit hingga diatas 30Yo. Setelah CVP, MAP
memperbaiki transpor oksigen dan memodulasi respons dan hematokrit optimal namun ScvO2 < 70oA, dimulai
imunologis melalui bersihan mediator infl amasi. pemberian inotropik. Inotropik diturunkan bila MAP< 65
mmHg atau frekuensi jantung >120 kalilmenit. (Gambar 2)
Hasil penelitian pada 130 pasien dengan 133 kontrol
Nutrisi didapatkan penumnan mortalitas pada kelompok early
Nutrisi merupakan terapi suportif yang penting dan harus goal directed therapy 30,5% dibandingkan kontrol46.5%
diperhatikan dalam perawatan pasien sepsis. Pada sepsis
dengan perbaikan pada parameter ScvO2, kadar laktat
terjadi slress yang menyebabkan gangguan metabolisme
darah, defisit basa lebih rendah dan pH darah lebih tinggi.
berbagai zat nutrisi. Di satu pihak terjadi hiperkatabolisme
akibat kebutuhan yang meningkat, sedangkan keadaan
gangguan perfusi dan hipoksia menyebabkan proses utilisasi
dan pengangkutan sisa metabolisme menjadi terganggu. Pada
metabolisme glukosa te{adi peningkatan produksi (proses
glikolisis dan glukoneogenesis), ambilan (uptake) dan
oksidasinya pada sel; peningkatan produksi dan penumpukan
laktat dan kecenderungan hiperglikemia akibat resistensi
,/ -\
insulin. Pada metabolisme lemak terjadi lipolisis dan i, paralisis (jika
diin ) atau kekurangan l
hipertrigliseridemia dan proses katabolisme pada metabolisme
protein.
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein
(asam amino), asam lemak, cairan, vitamin dan mineral perlu
diberikan sedini mungkin, diutamakan pemberian secara
enteral dan bila tidak memungkinkan baru diberikan secara l*
<65mmHo r.
0batWsoaklll
parenteral. Pengendalian kadar glukosa darah perlu
dilakukan oleh karena berbagai penelitian menunjukkan -
Transfusi eritrosit sam pat
manfaatnya terhadap proses inflamasi dan penurunan hematokrit > 30%
mortalitas.
Kortikosteroid
Kortikosteroid dosis tinggi dicoba pemberiannya pada
sepsis berat dan renjatan dengan hasil tidak terbukti Perawatan rumah sakit
Dellinger RP, Carlet JM, Masur H, et al. Surviving sepsis campaign Members of the American College of Chest Physician/Society of
guidelines for management of severe sepsis and septic shock. Critical Care Medicine Consensus Conference Committee.
Crit Care Med. 2004:32(3);858-71. AmericanCollege of Chest Physician/Society of Critical Care
Dhainaut JF, Marin N. Sepsis induce multiple organ dysfunction Medicine Consensus Conference: Definition for sepsis and or-
syndrome. In: Dhainaut JF, Thijs L, Park G (eds). Septic shock. gan failure and guidelines for the use of intovative therapies in
London. WB Saunders Co. 2000. p.321-26 sepsis. Crit Care Med. 1992;20:864-74.
Jindal N, Hollenberg SM, Dellinger RP, Pharmacologic issues in the Rivers E, Nguyen B, Havstad S, et.al. Early goal-directed therapy in
management of septic shock. Crit Care Clin 2000;16(2):233- the treatment of severe sepsis and septic shock. N Eng J Med
49. 2001,345:1368-77 .
Jumois D. Prophylaxis and management of acute renal failure dur- Singer M. Management of multiple organ failure: guidelines but no
ing sepsis. In: Dhainaut JF, Thijs LG Park G, editors. Septic hard and fast rules. J Antimicrob Chemother. 1998;41
shock. London: WB Sauders co. 2000 p. 511-20. (SupplA): I03-12.
35
RENJATAN ANAFILAKTIK
Iris Rengganis, Heru Sundaru, Nanang Sukmana, Dina Mahdi
257
258 KEGAWTfi)ARURATAN MEDIK DI BIDAIIG ILMU PETTYAKIT DALAM
DIAGNOSIS
Sistem Gejala dan tanda
Umum Lesu, lemah, rasa tak enak yang Diagnosis anafilaksis ditegakkan berdasarkan adaty a
Prodromal sukar dilukiskan, rasa tak enak di gejala klinik sistematik yang muncul beberapa detik atau
dada dan perut, rasa gatal di hidung
dan palatum menit setelah pasien terpajan oleh alergen atau faktor
Pernapasan pencetusnya. Gejala yang timbul dapat ringan seperti pru-
Hidung Hidung gatal, bersin dan tersumbat ritus atau urtikaria sampai kepada gagal napas atau syok
Laring Rasa tercekik, suara serak, sesak
napas, stridor, edema,spasme anafilaktik yang mematikan. Karena itu mengenal tanda-
tanda dini sangat diperlukan agar pengobatan dapat segera
Lidah Edema dilakukan. Tetapi kadang-kadang gejala anafilaksis yang
Bronkus Batuk, sesak, mengi, spasme
berat seperti syok anafilaktik atau gagal napas dapat
Kardiovaskular Pingsan,sinkop, palpitasi, takikardia,
langsung muncul tanpa tanda-tanda awal. Kumpulan gejala
hipotensi sampai syok, aritmia.
Kelainan EKG : gelombang T tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
datar,terbalik, atau tanda-tanda infark Gejala-gejala di atas dapat timbul pada satu organ saja,
miokard.
Gastro intestinal
tetapi pula muncul gejala pada beberapa organ secara
Disfagia, mual, muntah, kolik, diare
yang kadang-kadang disertai darah, serentak atau hampir serentak. Kombinasi gejala yang
peristaltik usus meninggi sering dijumpai adalah urtikaria atau angioedema yang
Kulit Urtika, angioedema, di bibir, muka
disertai gangguan pernapasan baik karena edema larings
atau ekstremitas
atau spasme bronkus. Kadang-kadang didapatkan
Mata Gatal, lakrimasi
Susunan saraf Gelisah, kejang
kombinasi urtikaria dengan gangguan kardiovaskular
pusat seperti syok yang berat sampai terjadi penurunan
kesadaran. Setiap manifestasi sistem kardiovaskular,
pemapasan atau kulitjuga bisa disertai gejala mual, muntah,
kolik, usus, diare yang berdarah, kejang uterus atau
perdarahan vagina.
MEKANISME DAN PENYEBAB ANAFILAKSIS
KARENAOBAT
DIAGNOSIS BANDING
Berbagai mekanisme terjadinya anafilaksis, baik melalui
mekanisme IgE maupun melalui non-IgE seperti terlihat Beberapa keadaan yang dapat menyerupai reaksi
pada Tabel 2.Tentu saja selain obat ada juga penyebab anafilaksis yaitu reaksi vasovagal, infark miokard akut,
anafilaksis yang lain seperti makanan, kegiatan jasmani, reaksi hipoglikemik, reaksi histerik, atau angioedema
sengatan tawon, faktor fisis seperti udara yang panas, air herediter.
yang dingin pada kolam renang dan bahkan sebagian Reaksi vasovagal sering dijumpai setelah pasien
anafi laksis penyebabnya tidak diketahui. mendapat suntikan. Pasien tampak mau pingsan, pucat dan
RENJATANANAFILAKTIK 259
berkeringat. Dibandingkan dengan reaksi anafi laksis, pada adakalanya muncul beberapa jam kemudian. Obsevasi yang
reaksi vasovagal nadinya lambat dan tidak terjadi sianosis. dilakukan oleh Stark dkk menyatakan bahwa bentuk
Meskipun tekanan darahnya turun, tetapi masih mudah anafilaksis bisa unifasik seperti yang biasa kita temukan,
diukur dan biasanya tidak terlalu rendah seperti pada bifasik yang gejalanya muncul 1-8 jam kemudian dan
anafilaksis. protrated yaitu suatu bentuk anafilaksis berat yang dapat
Pada infark miokard akut gejala yang menonjol adalah berlangsung 5-32 jam meskipun dengan pengobatan yang
nyeri dada, dengan atau tanpa penjalaran. Gejala tersebut intensif.
sering diikuti rasa sesak, tetapi tidak tampak tatda-tanda
obstruksi saluran napas, maupun kelainan kulit.
Pemeriksaan elektrokardiografi dan enzimatik akan TERAPI
membantu diagnosis infark miokard.
Reaksi hipoglikemik dapat disebabkan oleh pemakaian Tanpa memandang beratnya gejala anafilaksis, sekali di-
obat antidiabetes atau oleh sebab lain. Pasien tampak agnosis sudah ditegakkan pemberian epinefrin tidak boleh
lemah, pucat berkeringat sampai tak sadar. Tekanan darah ditunda-tunda. Hal ini karena cepatnya mula penyakit dan
kadang-kadang menurun, tetapi tidak dijumpai tanda-tanda lamanya gejala anafilaksis berhubungan erat dengan
obstruksi saluran napas atau kelainan kulit. Pemeriksaan kematian. Dengan demikian sangat masuk akal bila
kadar gula darah dan pemberian terapi glukosa menyokong epinefrin 1 : 1000 yang diberikan adalah 0,01 ml/kgBB
diagnosis reaksi hipoglikemik. sampai mencapai maksimal 0,3 ml subkutan (SK) dan dapat
Pada reaksi histerik tidak dijumpai adanya tanda-tanda diberikan setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali seandainya
gagal napas, hipotensi atau sianosis. Pasien kadang- gejala penyakit bertambah buruk atau dari awalnya kondisi
kadang pingsan meskipun hanya sementara. Penilaian penyakitnya sudah berat, suntikan dapat diberikan secara
tanda-tanda vital dan status neurologik dengan cepat intramuskuler (IM) dan bahkan kadang-kadang dosis
membedakan keadaan ini dengan reaksi anafilaktik. Sering epinefrin dapat dinaikkan sampai 0,5 ml sepanjang pasien
pasien mengeluh parestesia. tidak mengidap kelainan jantung.
Sindrom angioedema neurotik herediter merupakan Bila pencetusnya adalah alergen seperti pada suntikan
salah satu keadaan yang menyerupai anafilaksis. Sindrom imunoterapi, penisilin, atau sengatan serangga, segera
ini ditandai dengan angioedema saluran napas bagian atas diberikan suntikan infiltrasi epinefrin I : 1000 0,1-0,3 ml di
dan sering disertai kolik abdomen. Tidak dijumpai kelainan bekas tempat suntikan untuk mengurangi absorpsi alergen
kulit atau kolaps vaskular. Adanya riwayat keluarga yang tadi. Bila mungkin dipasang torniket proksimal dari tempat
mempunyai sindroma ini disertai penurunan kadar suntikan dan kendurkan setiap 10 menit. Torniket tersebut
inhibitor C1 esterase mendukung adanya sindrom dapat dilepas bila keadaan sudah terkendali. Selanjutnya
angioedema neurotikherediter. dua hal penting yang harus segera diperhatikan dalam
Sindrom karsinoid menyerupai anafilaksis idiopatik. memberikan terapi pada pasien anafilaksis yaitu
Sindrom ini ditandai dengan adanya gejala gastrointesti- mengusahakan: 1). Sistem pernapasan yang lancar,
nal, spasme bronkus, dan rasa panas sekitar kulit. Tetapi sehingga oksigenasi berjalan baik;2). Sistem
tidak dijumpai adanya urtikaria atau angioedema. kardiovaskular yangjuga harus berfungsi baik sehingga
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan serotinin darah perfu si jaringan memadai.
meninggi serta kadar histamin dan 5 hidroksi indol asam Meskipun prioritas pengobatan ditujukan kepada
asetat dalam urin meninggi. sistem pernapasan dan kardiovaskular, tidak berarti pada
Meskipun diagnosis anafilaksis tidak sulit, tetapi organ lain tidak perlu diperhatikan atau diobati. Prioritas
mencari alergen penyebab maupun pencetusnya tidak ini berdasarkan kenyataan bahwa kematian pada
mudah dan bahkan kadang-kadang tidak ditemukan. Dalam anafilaksis terutama disebabkan oleh tersumbatnya
hal ini anamnesis yang teliti merupakat cara yang paling saluran napas atau syok anafilaksis.
penting. Dengan demikian diagnosis anafilaksis terutama
berdasarkan reaksi anafilaksis yang timbul segera setelah
terpajan oleh alergen atau faktor pencetus serangan dan Sistem Pernapasan
menimbulkan gejala klinik pada organ-organ sasaran seperti 1. Memelihara saluran napas yang memadai. Penyebab
yang telah disebutkan tadi. Akan halnya pemeriksaan tersering kematian pada anafilaksis adalah
penunjang seperti uji kulit hanya bermanfaat bila tersumbatnya saluran napas baik karena edema larings
mekanisme anafi laksis tersebut melalui IgE (imunoglobulin atau spasme bronkus. Pada kebanyakan kasus, suntikan
E) dan obat-obat yang dapat diuji pun terbatas pada epinefrin sudah memadai untuk mengatasi keadaan
penisilin. Hormon dan enzim sangatjarang dilakukan karena tersebut. Tetapi pada edema larings kadang-kadang
prosedw tersebut juga bisa menimbulkan reaksi anafilaksis. diperlukan tindakan trakeostomi. Tindakan intubasi
Meskipun anafilaksis biasanya muncul dalam waktu trakea pada pasien dengan edema larings tidak saja sulit
beberapa menit setelah terpajan oleh alergen, tetapi tetapi juga sering menambah beratnya obstruksi.
260 KEGAWAJDARURAf,AN MEDIK DI BIDANG ILMU PEITYAKIT DALAM
Karena pipa endotrakeal akan mengiritasi dinding di atas kemudian diikuti pemapasan hiperventilasi untuk
larings. Bila saluran napas tertutup sama sekali hanya menjamin absorpsi obat yang cepat.
tersedia waktu 3 menit untuk bertindak. Karena Pernah dilaporkan selain usaha-usaha yang dilaporkan
trakeostomi hanya dikerjakan oleh dokter ahli atau yang tadi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
berpengalaman maka tindakan yang dapat dilakukan 1. Pasien yang mendapatkan obat atau dalam pengobatan
dengan segera adalah melakukan punksi membran obat penyakit reseptor beta (beta blocker) gejalanya
krikotiroid denganjarum besar. Kemudian pasien segera sering sukar diatasi dengan epinefrin atau bahkan
dirujukke rumah sakit. menjadi lebih buruk karena stimulan reseptor adrenergik
2. Pemberian oksigen 4-6 Umenit sangatpenting baikpada alfa tidakterhambat. Dalam keadaan demikian inhalasi
gangguan pernapasan maupun kardiovaskular. agonis beta-2 atau sulfas atropin akan memberikan
3. Bronkodilator diperlukan bila terjadi obstruksi saluran manfaat di samping pemberian aminofilin dan
napas bagian bawah seperti pada gejala asma atau kortikosteroid secara intravena.
status asmatikus. Dalam hal ini dapat diberikan larutan 2. Antihistamin (AH) khususnya kombinasi AH, dengan
salbutamol atau agonis beta-2lainnya 0,25 cc - 0,5 cc AH, bekerja secara sinergistik terhadap reseptor yang
dalam2-4 ml NaCl 0,9% diberikan melalui nebulisasi ada di pembuluh darah. Tergantung beratnya penyakit,
atau aminofilin 5-6 mg / kgBB yang diencerkan dalam AH dapat diberikan oral atau parenteral. Pada keadaan
20 cc dekstrosa 5%o atau NaCl 0,9o/o dan diberikan anafilaksis berat antihistamin dapat diberikan IV. Untuk
perlahan-lahan sekitar 15 menit. AH, seperti simetidin (300 mg) atau ranitidin ( 1 50 mg)
harus diencerkandengan20 mlNaCl 0,9% dan diberikan
dalam waktu 5 menit. Bila pasien mendapatkan terapi
Sistem Kardiovaskular
l. Gejalahipotensi atau syokyang tidakberhasil dengan
teofilin pemakaian simetidin harus dihindari sebagai
gantinya dipakai ranitidin.
pemberian epinefrin menandakan bahwa telah terjadi
kekurangan cairan intravaskular.
3. Kortikosteroid harus rutin diberikan baik pada pasien
yang mengalami gangguan napas maupun gangguan
Pasien ini membufuhkan cairan intravena secara cepat
baik dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9o/o) atat koloid
kardiovaskular. Memang kortikosteroid tidak
bermanfaat untuk reaksi anafilaksis akut, tetapi sangat
(plasma, dextran). Dianjurkan untuk memberikan cairan
bermanfaat unhrk mencegah reaksi anaf,rlaksis yang
koloid 0,5-1 L dan sisanya dalambentuk cairankristaloid.
berat dan berlangsung lama. Jika pasien sadar bisa
Cairan koloid ini tidak saja mengganti cairan
intravaskular yang merembes ke luar pembuluh darah
diberikan tablet prednison tetapi lebih disukai
memberikan intravena dengan dosis 5 mgikgBB
atau yang terkumpul dijaringan splangnikus, tetapijuga
hidrokortison atau ekuivalennya. Kortikosteroid ini
dapat menarik cairan ekstravaskular untuk kembali ke
dapat diberikan setiap 4-6 jam.
intravaskular.
2. Oksigen mutlak harus diberikan di samping pemaniauan
sistem kardiovaskular dan pemberian natrium
bikarbonat bila terjadi asidosis metabolik. PENCEGAHAN
3. Kadang-kadang diperlukan CVP (central venous
Pasien yang pernah mengalami reaksi anafilaksis
pr e s s ur e). Pemasangan CVP ini selain untuk memantau
mempunyai risiko untuk memperolehreaksi yang samabila
kebutuhan cairan dan menghindari kelebihan pemberian
terpajan oleh pencetus yang sama. Pasien ini harus dikenali,
eairan,juga dapat dipakai untuk pemberian obat yang
diberikan peringatan dan bila perlu diberi tanda peringatan
bila bocor dapat merangsang jaringan sekitarnya.
pada ikat pinggang atau dompetnya. Kadang-kadang
4. Bila tekanan darah masih belum teratasi dengan
kepada pasien diberikan bekal suntikan adrenalin yang
pemberian cairan, para ahli sependapat untuk
harus dibawa kemanapun ia pergi. Hal ini terutama bila
memberikan vasopresor melalui cairan infus intravena.
pencetus tersebut sering timbul tidak terduga seperti pada
Dengan caramelarutkan 1 ml epineprin 1 : 1000 dalam
sengatan tawon atau anafilaksis idiopatik.
250 ml dektrosa (konsentrasi4mglml) diberikan dengan
Pasien asma dan penyakit jantung bila mendapat
infus 1 - 4 mglmenit atau 15 - 60 mikrodrip/menit (dengan
serangan anafilaksis bisajauh lebih berat, oleh karena itu
infus mikrodrip), bila diperlukan dosis dapat dinaikkan
setiap pasien asma atau jantung harus memperoleh
sampai maksimum 10 mg /ml
pengobatan yang optimal. Pasien yang mempunyai risiko
Bila sarana pembuluh darah tidak tersedia, pada anafilaksis dianjurkan untuk tidak memakai obat-obat
keadaan anafilaksis yang berat, American Heart penyekat beta karena bila terjadi reaksi anafilaksis
Association, menganjurkan pemberian epinefrin secara pengobatannya sulit. Sebaiknya obat-obat substitusi
endotrakeal dengan dosis 10 ml epinefrin 1 : 10.000 pengganti obat penyekat beta tersebut.
diberikan melalui jarum panjang atau kateter melalui pipa Pada beberap a keadaan dilaporkan adany a tindakan
endohakeal (dosis anak 5 ml epinefrin 1 : 10.000). Tindakan pencegahan untuk menghindari reaksi anafilaksis.
RENJATANANAFILAKTIK 261
Greenberger dkk memberikan prednison dan antihistamin Busse WW. Anaphylaxis in patients receiving beta blocker drugs. J
sebelum memberikan media kontras pemeriksaan radiologik Allergy Clin Immunol 1986;78:76-83
De Swarte RD, Patterson R. Drug Allergy: In Roy Patterson R,
kepada pasien yang mempunyai risiko. Tindakan
Grammer LC, Greenberger PA, editors. Allergic Diseases. Diag-
desensitisasi jangka pendek dengan penisilin. nosis and Management 5'h ed Philadelphia: Lippincot-Raven
Desensitisasi jangka panjang diberikan kepada pasien Publishers. 1997 : 317-412.
yang alergi terhadap sengatan tawon. Doctor J. Anaphylaxis: focus an early diagnosis and treatment. Can
Oleh karena reaksi anahlaksis terutama disebabkan oleh J CME. 1996;March:41-56.
obat-obatan barangkali petunjuk di bawah ini mungkin Ewan PW,. Anaphylaxis : Diagnosis and management In : Holgate S,
Boushey HA, Fabbril LM, editor. Diffuclt asthma. London :
bermanfaat mencegah terjadinya anahlaksis baik di tempat
Martin Dunitz Ltd. 1999: 521-534.
praktek atau dimana saja.
Gilmore NJ, Yang WH, De1 Carplo J. Penicillin allergy. A simple,
Sebelum memberikan obat : 1. Adakah indikasi memberikan rapid intravenous methode of desensitization (abstrac)
J Allergy Clin Immunol 1984;63:185.
obat, 2.Adakah riwayat alergi obat sebelumnya, 3. Apakah
Graft DF. Venom immunotherapy for stinging insect al1ergy. Clin
pasien mempunyai risiko alergi obat, 4. Apakah obat
Rev. Allergy 1987 ;5:149-59.
tersebut perlu diuji kulit dulu, 5. Adakah pengobatan Greenberger PA, Patterson R, Raden RC. Two pretreatment regi-
pencegahan untuk mengurangi reaksi alergi mens for high risk patients receiving radio contrast media. J
Allergy Clin Immunol 1984:7 4:540-3.
Sewaktu minum obat. Enam caramemberikan obat : 1. Kalau
Herrera AM, De Shazo RD. Current concepts in anaphylaxis
mungkin obat diberikan secara oral, 2. Hindari pemakaian Pathophysiology, diagnosis and featment. Immuno Allergy Clin
intermiten, 3.Sesudah memberikan suntikan pasien harus N Amer 1972;12:517-34.
selalu diobservasi, 4. Beritahu pasien kemungkinan reaksi Horan RF, Fennoyar DS, Sheffer AL. Management of anaphylaxis.
yang terjadi, 5. Sediakan obat/alat untuk mengatasi keadaan Immuno Allergy Clin N Amer 1991;11:117-41.
darurat, 6. Bila mungkin lakukan uji provokasi atau Kelly JF, Patterson R, Anaphylaxis. Course , mechanism and
Sindrom disfungsi organ multipel (Multiple organ proses menuju kegagalan sistem organ dalam fungsinya
dysfunction syndrome disingkat MODS) dapat terjadi mempertahankan homeostasis.
pada penderita-penderita penyakit dengan kondisi kritis Penelitian-penelitian terdahulu menemukan adany a
atau pasca trauma berat. Perjalanan alamiah sindrom ini infeksi, kadang-kadang tersamar, sebagai faktor klinis
meliputi perawatan yang lama di ruang intensif sehingga utama yang berhubungan dengan MODS. Tetapi dalam
menghabiskan dana dan daya vpayayatg besar. MODS penelitian-penelitian terakhir terbukti MODS dapat terjadi
muncul sebagai akibat langsung dari meningkatnya tanpa adanya fokus infeksi, dan secara eksperimental
kecanggihat alat-alat maupun obat-obatan untuk MODS dapat ditimbulkan dengan menl.untikkan media-
menunj ang kehidupan sehingga berhasil memperpanj ang tor-mediator infl amasi. Lebih jauh, penelitian-penelitian ini
hidup pasien-pasien kritis yang pada masa-masa menunjukkan bahwa kegagalan fungsi satu organ dapat
sebelumnya tidak ada harapan lagi. Berdasarkan datadari merugikan fungsi organ-organ lain dan mempercepat
penelitian-penelitian retrospesktif terungkap bahwa kegagalan organ-organ tersebut.
ancaman utama terhadap kelangsungan hidup pasien- MODS dapat bersifat primer maupun sekunder. MODS
pasien kritis ini bukanlah dari penyakit yang primer terjadi sebagai akibat langsung jejas (insult) pada
mendasarinya ataupun komplikasinya, tetapi akibat suatu organ-organ tertentu, misalnya kontusio paru, gagal girrjal
proses kegagalan fisiologis yang progresif pada karena rabdomiolisis, atau koagulopati karena transfusi
beberapa sistem organ. Di ruang rawat intensif, setelah multipel. Respons inflamasi pada MODS primer tidak
tahun 1 950-an proporsi pasien-pasien usia lanjut, dengan menonjol. MODS sekunder bukan akibat langsung jejas
komorbid yang lebih banyak, meningkat dibandingkan awal (initial insult). Tapi terjadi sebagai konsekuensi
dengan sebelumnya waktu usia menjadi alasan menolak respons inflamasi yang berlebihan, dan meluas keseluruh
pasien untuk dirawat di ICU. Demikian pula cara-cara organ di dalam badan; fenomena ini dinamakan systemic
resusitasi pasca trauma yang berdasarkan protokol militer inJlammatory response syndrome disingkat SIRS. Bila
dan dibukanya pusat-pusat penanggulangan trauma proses ini terjadi akibat infeksi disebut sepsis.
(trauma centers) meningkatkan jumlah pasien dalam Angka kematian MODS lebih dari 6}oh.Mortalitasnya
kondisi kritis yang berhasil sampai di rumah sakit. tergantung dari jumlah organ dan lamanya organ-organ
Tahw 1973 Tilney dan kawan-kawan pertama kali tersebut mengalami kegagalan fungsi, dan tetap menjadi
melaporkan kasus gagal organ multipel dalam jurnal penyebab kematian tertinggi di ruang rawat intensif non-
kedokteran bedah: 3 orang pasien pasca operasi aneurisma koroner.
aorta abdominalis yang pecah, yang kemudian meninggal
karena gagal organ multipel. Sejak itu dikenal istilah
sequential system failure, progressive multiple organ ETIOLOGI
system failure.
Terminologi dysfunction, lebih dinamis daripada Beberapa jejas (insult) fisiologik maupun patologik dapat
failure, menunjukan bahwa fenomena ini adalah suatu menyebabkan MODS (Tabel l).
262
KEGAGALAN MULTI ORGAN @ISFUNGSI ORGAI\ MULTIPEL) 263
Sepsis / SIRS
PATOGENESIS
di mikrovaskular dan kerusakan jaringan. TXA, dapat Hipoksia Jaringan dan Kerusakan Jaringan
menyebabkan bronkokonstriksi dengan akibat V/Q karena Reperfusi
mismatch,dan menyebabkan depresi miokard. Kadar TXB, Kematian sel karena hipoksia dapat menyebabkan respon
(metabolit TXA2 yang stabil) yang tinggi ditemukan pada inflamasi. Hipoksia juga menyebabkan sel-sel epitel
pasien sepsis yangfatal. Berbeda dengan TXA, PGE, dan melepaskan TNF-ct dan IL-S dengan akibat meningkatnya
prostasiklin (PGIr) mempunyai efek yang menguntungkan. permeabilitas epitel. IL-8 berperan sebagai kemoatraktan
Sementara efek negatif yang utama adalah vasodilatasi, terhadap neutrofil, dan memblok efek autokrin dari TNF-cr
molekul-molekul ini berperan dalam menstabilkan lisosom sehingga fungsi penyekat (barrier) dipertahankan.
dengan demikian mempunyai efek anti proteolitik, Hipoksia juga menyebabkan pelepasan IL-6, sitokin utama
menginhibisi aktivasi sel T dan sel B dan mencegah yang berperan dalam respon fase akut.
produksi sitokin oleh makrofag. Reperfusi jaringan yang iskemik akan diikuti
PAF bekerjasama dengan sitokin-sitokin lain, pembentukan ROS sebagai hasil metabolisme xantin dan
meningkatkan produksi IL-l dari monosit. PAF juga hipoksantin oleh oksidase xantin, dan metabolisme AA
mempunyai efek langsung pada proses inflamasi yaitu dan produksi superoksida oleh neutrofil yang teraktivasi.
terhadap endotel dengan hasil adhesi sel-sel neutrofil dan Sebagai tambahan, terjadi influks kalsium ke dalam sel
meningkatnya permeabilitas vaskular. dengan akibat kerusakan sel.
Kerusakan Jaringan
Kerusakan jaringan terjadi selama proses inflamasi dan Pengamatan Hipotesis
berjalan progresif menuju disfungsi dan berahir dengan Meningkatkan fungsi
Penundaan Menguntungkan
gagal organ. Endotel vaskular mengekspresikan molekul- apoptosis Memperpanjang fungsi
molekul adhesi sehingga leukosit berpindah tempat dari neutrofil Merugikan Memperpanjang elaborasi
metabolit yang toksik
sirkulasi ke dalam jaringan. Leukosit berkelompok sebagai Dapat berakibat nekrosis
respon terhadap kemokin seperli IL-S, degranulasi sel-sel neutrofil
Menguntungkan Mengurangi otoreaktivitas
leukosit melepaskan protease-protease seperti elastase dan
Mengurangi sel-sel efektor
metaloproteinase matriks yang merusak struktur jaringan. Apoptosis yang dapat melanggeng-
Leukosit-leukosit yang teraktivasi mernproduksi ROS limfosit kan inflamasi
meningkat Supresi imun
(reactive oxygen species) yang ikut berperan dalam Merugikan Mengurangi beban sel-
kerusakan jaringan. sel sekarat
Menguntungkan Menghapus jejak inflamasi
Merugikan Mengurangi kapasitas
Peran Oksida Nitrit Apoptosis fungsi dari organ
oarenkim
(Inducible nitric oxide synthase) iNOS dalam respons
terhadap inflamasi menghasilkan NO dalam jumlah
berlebihan. NO menyebabkan vasodilatasi, inotropik
negatif dan nitrosilasi jaringan. Miosit pasien sepsis PERANAN GANGGUAN KOAGULASI
menunjukkan nitrosilasi dari protein intraselular. Salah satu
syarat berfungsinya suafu organ secara normal adalah Penelitian pada mikrosirkulasi hati menujukkan bahwa
kemampuan sel-sel epitel menjaga permeabilitas paraselular, dalam waktu 5 menit setelah penyuntikan endotoksin telah
dan nitrosilasi merusak integritas paraselular dengan terjadi mikrotrombus. Bila tantangan endotoksin di dalam
akibat antara lain meningkatnya permeabilitas mukosa sirkulasi sistemik berlanjut maka bekuan-bekuan fibrin akan
usus. Zoss of compartmentalization terjadi pada ARDS, mulai berakumulasi. Akibatnya terjadi daerah-daerah
gagal ginjal akut dan kolestasis intrahepatik. hipoperfusi, dan nekrosis koagulasi serta kerusakan
266 MEDIK DI BIDAI\G ILMU PENYAKIT DALI\M
GAMBARAN KLINIS
DisfungsiGinjal
Disfungsi Kardiovaskular Gagal ginjal akut pada pasien dalam kondisi kritis
Pada MODS, NO menurunkanresistensi vaskular sistemik, penyebabnya multi faktor. Ginjal mudah mengalami
dan bersama TNF-cr serta IL- I B menekan fungsi miokard. kerusakan jaringan yang diperantarai oleh leukosit melalui
Penurunan perfusi akan terjadi di semua organ. Hilangnya produksi protease dan ROS. Hipovolemia, cardiac output
fungsi penyekat dari endotel menyebabkan edema dan yang rendah, obat-obat yang bersifat nefrotoksik, tekanan
redistribusi cairan. Resusitasi cairan dapat menyebabkan intra-abdominal yang meningkat, dan rabdomiolisis
dilatasi miokard. Pada pasien sepsis indeks kardiak berperan dalam disfungsi ginjal. Medula yang lebih aktif
meningkat. Sepertiga pasien sepsis mengalami disfungsi dalam metabolisme relatif lebih parah dari pada kortek ginjal
miokard. dalam menghadapi iskemia.
Sepsis
SIRS yang disebabkan infeksi. TERAPIINOVATIF
270
SINDROM TERMAL DAI\ SENGATAN TISTRIK 271
Sumber Panas
Laju metabolik normal
Pencairan Maximal shinering
- Pencairan dalam air hangat (40o C sampai 42o C) selama Kelembaban 02 pada
10-30 menit sampai ekstremitas melunak dan 20 l/menit (45oC)
kemerahan. iv fluid (45"C)
- Analgesik opioid parenteral (misalnya Morfin 0,1 mg/kg iv) Dialisis peritonial
Sesudah Pencairan 1llhari
- Bersihkan luka 4Lhari
- Perbaiki jaringan yang mengalami pendarahan C a rd i op u I mo na ry bypass (45'C)
- Oleskan daerah luka dan lepuh dengan krim aloe vera 1l l/hari
- Profilaksis dengan imunisasi tetanus 28 llhr
- lbuproten 12 mlkglhr dalam dosis terbagi Trunk immersion pada air panas (45oC)
- Mempertimbangkan limaprost 20lkg oral 3 kali/hari Vasokonstriksi
- Memulai hidroterapi harian Vasodilatasi
272 KEGAW}iTDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
Pakaian, ventilasi, latihan dan air sertapelepasan garam mengenai metoda pendinginan yang terbaik, umumnya
ditimbulkan oleh panas dan kesanggupan tubuh untuk merupakan pengecualian bagi heat stroke yang berat dan
mengatur temperatur rubuh. durasi dari hipertemia yang berpengaruh terhadap
Latihan yang berat harus disesuaikan dengan suhu terjadinya kesakitan bahkan kematian. Penanganan yang
udara, kelembaban udara, garam, dan yang lebih penting umum merupakan dasar terapi. Intubasi endotrakeal
lagi, pelepasan air harus cukup dan diberikan sebelum disarankan untuk pasien dengan ventilasi yang tak cukup
timbul gangguan gejala suhu (heat illness). Usia muda, atal yang tidak mempunyai refleks muntah. Pemberian
usia lanjut dan orang-orang dengan penyakit tertentu, oksigen, pemantauan EKG, CVR tekanan darah, dan out-
umumnya penyakit kardiovaskular, kemungkinan terjadi put urin dengan kateter Foley merupakan prosedur standar
risiko sakit akrbat heat stress. penanganan heat stroke.
Saiah satu akibat yang ditimbulkan oleh heat stress Pendinginan dengan cara pencelupan dalam tabung
adalah heat stroke. berisi air es, seperti pencelupan untuk penderita hipotermia,
merupakan teknik yang sulit bila pasien labil.
Meningkatkan penguapan merupakan cara yarlg praktis
HEAT STROKE dan efektif. Pasien tanpa pakaian disemprot dengan air
dingin dengan cara menyalakan kipas angin diatas pasien.
Heal stroke merupakan kasus emergensi. Pasien yang Teknik ini menggunakan pendinginan temperatur
mempunyai riwayat heat exposure, dapat disertai 0,3 1"C/menit, menghasilkan hal yang sama atau merupakan
peningkatan suhu tubuh dan disfungsi CNS yang cukup efek yang sama atau lebih baik daripada pendinginan
berat, misalnya delirium, coma, atau kejang. dengan cara pencelupan dalam bak mandi. Teknik ini
Kerusakan otak dapat terjadi pada kasus yang berat. dilakukan pada pasien yang aksesnya mudah, ivlines dan
Ada 2 tipe pada heat stroke; tipe klasik banyak terjadi perlengkapan monitor.
pada usia lanjut, pada penyandang keterbelakangan men- Pendinginan aktif dapat dihentikan ketika temperatur
tal atau pada usia muda. Terjadi beberapa kali sehari selama tubuh rrrencapai 39oC untuk mencegah dingin yang
gelombang panas dan orang ini tidak mempunyai berlebihan. Hipertemia umumnya pulih 4-8 j am, sedangkan
kesanggupan untuk bertahan pada lingkungan dingin dan mekanisme termoregulasi pasien menjadi tidak stabil untuk
mempertahankan asupan cairan yang cukup. beberapa minggu sesudah terjadi heat stroke.
Tipe heat stroke yang terjadi saat latihan yang Terapi cairan harus dievaluasi secara hati-hati, hipotensi
berlebihan pada suhu sangat panas dan lingkungan yang dapat berubah dengan pendinginan. Output urin harus
lembab. Terjadi cepat dan dehidrasi pada pasien dengan dipertahankan untuk mencegah terjadinya risiko gagal
heat stroke klasik. ginjal akut. Vasopressor dapat digunakan hanya pada kasus
Gejala heat stroke dia?,:tbatkanoleh gangguan metabolik tertentu. Menggigil dengan peningkatan produksi panas
sel dan kematian sel. Kreatin kinase, aspartan aminotrans- dapat diatasi dengan pendinginan. Umumnya ditekan
ferase (AST) dan enzim serum dehidrogenase laktat dengan klorpromazin 25-50 mg iv. CPZ menurunkan
meningkat dan dapat terus meningkat selama 7-10 hari. ambang kejang dan dapat menyebabkan hipotensi.
Rabdomiolisis yang diakibatkan mioglobinuria, dapat Pengobatan kej ang termasuk diazepam > I 0 mg ivlambat,
menimbulkan gagal ginjal akut. Waktu pembekuan kadang- fenitoin 15 mg/kg ivdalam larutan garam dengan kecepatan
kadang memanjang dan koagulasi intraselular diseminata tidak lebih dari 50 mg/mnt atau fenobarbital120-240 mg
(KlD)jarang terjadi. ivlambat setiap 20-30 menit sampai total 400-600 mg.
Meskipun terjadi peningkatan curah jantung, hipotensi Asidosis berat (pH<7,2) dapat dikoreksi dengan natrium
dapat timbul karena vasodilatasi perifer berat dan bikarbonat (0,5-1meqlkg, iv lebih dari 30-60 menit)
penunrnan volume. Tahanan sistemik vaskular rendah Pasien heat stroke dipantau secara intensif selama 48-
terjadi vasodilatasi sekunder. Padatemperatur di atas 40oC, 72 jampadapendinginan cepat dan perubahan status men-
kontraksi jantung menurun dan terapi cairan harus tal. Ikterus, rabdomiolisis dan gagal ginjal akut dapat te{adi
dipantau secara hati-hati pada pasien hipotensi. pada kasus yang berat. Prognosis buruk terjadi bila koma
Terapi mendinginkan pasien harus dimulai di lapangan, lebih dari 10 jam, ditandai dengan masa protrombin yang
jangan menunggu mencari penyebab hipertemia. Jika memanjang atau AST lebih dari 1000 IU/I.
temperafur merupakan faktor untuk mendinginkan secara
cepat terhadap pasien yang mengalami coma, prosedur
diagnosa lain harus segera ditegakkan. pungsi lumbal SENGATAN LISTRIK
penting untuk menyingkirkan diagnosis meningitis atau
ensefalitis. Sepsis, trauma kepala dan bencana Pada sengatan listrik dapat timbul kerusakan jaringan
serebrovaskular dapat juga dipertimbangkan. dengan spekhum luas, mulai dari lukabakarkulit superfisial
Pendinginan yang cepat dan segera merupakan terapi sampai kerusakan organ-organ tubuh hingga kematian.
utanra pada heat stroke. Walaupun banyak perdebatan Kerusakan yang timbul sangat penting untuk
SINDROM TERMAL DAI\ SENGAiTAN LISTRIK
273
mendiagnosis adanya luka padajaringan dan organ tubuh serebral, ensefalopati hipoksia, nyeri kepala, afasia, lemah,
agar dapat ditentukan tindakan selanjutnya. Sebagian besar paraplegia, kuadriplegia, disfungsi sumsum tulang,
sengatan listrik terjadi pada anak-anak, remaja, dan pekerja pheriperal neuropati, insomnia, emosi labil
yang terpapar bahaya listrik. Kulit. luka akibat sengatan listrik, akibat sekunder luka bakar
Neurologis. Status mental, agitasi, koma, kejang, edema fadiazine sesudah dibersihkan.
274 KEGAWTTIDARURITIAN MEDIK DI BIDAIYG ILMU PEDTYAKIT DALAM
275
276 KEGAWATDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PE}TYAKIT DAI.AM
tahun. Kompikasi lokal bisa melukai jaringan saraf dan dengan kompres dingin pada sengatan agar mengurangi
infeksi sekunder. Demam, nyeri, lemah, mual, muntah, absorbsi racun. Berikan infus intravena midazolam
mialgia, artr algia, makulopapul ar dan leuko sito si s dapat untuk mengontrol agitasi, gerakan otot yang tidak
timbul setelah 72 jam gigitan serangga. Jarang terjadi beraturan yang disebabkan oleh sengatan kalajengking.
komplikasi akut berupa anemia hemolitik, hemoglobinuria ' Pemantauan selama pengobatan dapat diberi dan sedatif
dan gagal ginjal. atau narkotik j ika perlu temtama pasien yang mengalami
Penatalaksanaan
. Sengatan dari spesies yang tidak mematikan, sebaiknya SENGATAN SEMUTAPIDAN SEMUT LAIN
diberikan es batu, analgetik atau antihistamin.
. Umumnya sengatan hanya menimbulkan nyeri lokal Sengatan semut api merupakan masalah kesehatan di
dapat ditangani di rumah dengan instruksi kembali ke Amerika. Semut menggigit pada waktu banjir bila terjadi
bagian gawat darurat bila terjadi perkembangan kontak dengan manusia. Semut merah-cokelat atau semut
penyakit menjadi gangguan saraf dan otot atau cokelat-hitam menyengat kulit manusia dengan kekuatan
gangguan saraf kranial. rahang ketika menyemprotkan racun. Racun alkaloid berisi
. Perlakukan pasien dengan tenang, berikan tekanan piperidines sitotoksik dan hemolitik serta beberapa
SENGAfrAN SERANGGA 277
INSIDENS, JENIS DAN KARAKTERISTIK dalam sepatu, pakaian, tempat tidur bahkan menyelam di
KALAJENGKING dalam bak mandi serta ditemukan di tempat-tempat gelap
laindalamrumah.
Kalajengking (Scorpion) merupakan jenis binatang tanah Sengatan kalajengking terasa nyeri namun pada
yang terhra. Diperkirakan kalajengking telah ada di muka umumnya tidak berbahaya kecuali sengatan oleh
bumi ini sejak sekitar 400 juta tahun yang lalu (Depkes, kajengking jenis beracun. Racun kalajengking
2001). Di antara 1000 spesies yang sejauh ini telah berhasil mengandung aampuran kompleks fosfolipase A2,
diidentifrkasi, hanya sekitar 30 spesies yang memiliki racun asetilkolinesterase, hialuronidase, protein dengan berat
yang mematikan (Maguire,2005). Beberapa spesies yang molekul rendah, asam amino dan serotonin (Depkes, 2001).
beracun tersebut berikut r,egara tempat hidupnya adalah Spesies Zelra s quinquestriatus merupakan spesies dengan
Centruroides suffuses (Meksiko), Tityus serrulatus racun yang kardiotoksik dan dapat menyebabkan syok,
(Brazil), Leirus quinquestrialas (Afrika Utara) dan hipotensi serta edema paru.
Centruroides sculpturatus atau C. axilacauda (bark
scorpion) yang hidup di Amerika Serikat, Arizona, Texas,
Meksiko Utara dan di beberapa daerah California. GAMBARAN KLINIS
Centruroides sculpturatus memiliki panjang I - 7 cm
dengan alat penyengat di bagian ekor dan melakukan Gambaran klinis pada lokasi sengatan kalajengking kadang-
kegiatan (aktif) pada malam hari. Pada tahun 1950 kadang teriihat minimal dan secara umum racun kalajengking
katAjengking jenis ini dilaporkan menyebabkan banyak menunjukkan sifat hemolitik dan neurotoksik yang dapat
kematian meskipun sejak tahun 1968 tidak pernah ada bermuara pada tingkat keracunan berat (Wirtz, l99l).
laporan mengenai kematian akibat sengatan C.
sculpturatus selain kematian bayi umur 5 bulan. Di seluruh
dunia setiap tahunnya dilaporkan sekitar 5000 kematian
Gejala Lokal
akibat sengatan kalajengking (Maguire, 2005). Di IRD Nyeri seperti terbakar, gejala peradangan disertai parestesi
RSUD dr. Saiful Anwar Malang sepanjang tahun 2004 -
lokal. Gejala-gejala tersebut umumnya membaik dalam
waktubeberapa jam.
2005 hanya menerima satu kasus sengatan kalajengking
tanpa kej adian kematian.
Pada umumnya kalajengking tidak agresif kepada Gejala Sistemik
manusia namun dapat menyengat jika terancam atau marah . Umumnya ditemukan pada anak-anak berusia kurang
akibat diusik oleh manusia. Mereka umumnya melakukan dari l0 tahun. Gejala yang timbul dapat berupa gelisah,
kegiatan pada malam hari dan sebagian besar hidup di keluar keringat berlebihan, diplopia, nistagmus,
dalam pohon, dekat pohon atau mencari tempat teduh di fasikulasi, opistotonus, salivasi, hipertensi, takikardi
bawah bangunan. Namun adakalanya kalajengking juga dan kadang-kadang kejang, paralisis otot pernapasan
ditemukan masuk ke dalam rumah dan bersembunyi di (terutama pada orang tua dan anak-anaQ.
278
PENATALAKSANAAT{ KERACUNAN BISA I(ALAIENGKING 279
. Gejala-gejala tersebut dapat pula disertai dengan edema . Pada penderita yang gelisah dengan gerakan-gerakan
paru, syok, koagulopati, koagulasi intravaskular tak terkontrol dapat diberikan infus intravena kontinu
diseminata (KID), pankreatitis, gangguan fungsi ginjal, dengan midazolam. Bagaimanapun juga pemberian
hemoglobinuna, ikterus, rabdomiolisis, hipertermia, dan sedatif tidak boleh berlebihan.
asidosis. . Pemberian antivenin harus dilakukan secara hati-hati
sebab dapat memberikan reaksi anafilaksis dan serum
s icknes s. mengemukakan bahwa pemberian antivenin
Terapi ini dilakukan untuk mengatasi gejala sistemik akibat Internal Medicine. 16'h ed. NY: McGraw-Hill:2l5.p2603-4
Reid HA:Animal poisoning, in Manson's Tropical Diseases. 18th
keracunan sengatan kalaj engking seperti hipertensi, edema
ed., PEC Manson-Bahr, FIC Apted (eds). London:Bailliere
paru, bradiritmia, gelisah, syok. Tindall: I e82.p .544-65.
. Hipertensi dan edema paru dapat diatasi dengan Rekam Medik RSUD dr. Saiful Anwar Malang, 2005
pemberian nifedipin, nitroprus s ide, hy dralazine ata,u Wirtz, R. dan Azad AF:Injurious arthropods. In: GT. Strickland
prazostn (ed). Hunter's Tropical Medicine. T'h ed. Philadelphia: W.B.
. Bradiaritmia dapat dikontrol denganpemberian atropin Saunders Company: 1991 .p.907 -9.
40
PENATALAKSAN A/\N GIGITAN
ULAR BERBISA
Djoni Djunaedi
Calloselasma rhodostom a
Bisa ular (venom) terdiri dari 20 atau lebih komponen ("Arvin, Ancrod")
Trimeressurus specres
sehingga pengaruhnya tidak dapat diinterpretasikan Some B
sebagai akibat dari satu jenis toksin saja. Venom yang species
CROSS-LINKED FIBRIN
beberapa enzim seperti ecarin (suafit enzim prokoagulan
dari E. carinatus venom yang mengaktivasi protrombin). Gambar 1. Kerja beberapa bisa ular yang bersifat prokoagulan
Karbohidrat dalam bentuk glikoprotein seperti serine pada kaskade pembekuan (adaptasi dari Warrell)
280
PENATALAKSIANAAN GIGITAN ULAR BERBISA 281
Ciri-ciri ular berbisa : l).Bentuk kepala segi empat Derajat Venerasi Nyeri
Edema/
Eritema
Sistemik
panjang, 2). Gigi taring kecil, 3). Bekas gigitan: luka halus
00+ +l- <3 cm / 12jam 0
berbentuk lengkungan l+l-+ - 3-12 jaml12 iam 0
ll + + +++ >12-25 cml12 jam +
Ciri-ciri ular tidakberbisa: 1). Kepala segi tiga, 2).Dta neurotoksik,
gigi taring besar di rahang atas, 3). Dua luka gigitan utama mual,
puslng,
akibat gigi taring syok
Jenis ular berbisa berdasarkan dampak yang +++ >25 cml12 jam ++
ptekhiae,
ditimbulkannya yang banyak dijumpai di Indonesia adalah syok,
jenis ular: ekhimosis
+++ > ekstremitas ++
gagal ginjal
Hematotoksik seperti: Trimeresurus albol aris (ular hij au),
akut, koma,
Ankistrodon rhodostoma(ular tanah). Aktivitas hemoragik perdarahan
pada bisa ular Wperidae menyebabkan perdarahan spontan
dan kerusakan endotel (racun prokoagulan memicu kaskade
pembekuan). Kepada setiap kasus gigitan ular perlu dilakukan:
Neurotoksik seperti : B u n g aru sfa sc i a tu s (lular welang), . Anamnesis lengkap: identitas, waktu dan tempat
Naya sputatrx (ular sendok), ular kobra, ular laut kejadian, jenis dan ukuran ular, riwayat penyakit
Neurotoksin pascasinaps seperti a-bungarotoxin dan sebelumnya.
cobrotoxin terikat pada reseptor asetilkolin pada motor
. Pemeriksaan fisik: status umum dan lokal serta
end-plate sedangkan neurotoksin prasinaps seperti b- perkembangannya setiap 12 jam
bungarotoxin, crotoxin, taipoxin dan notexin merupakan
fosfolipase-A2 yang mencegah pelepasan asetilkolin pada
Gambaran klinis gigitan beberapa jenis ular:
neuromus cular j unction.
Beberapa spesies Viperidae, hydrophiidae Gigitan Elapidae:
memproduksi rabdomiolisin sistemik sementara spesies . Efeklokal (kraits, mambas, coral snakesdanbeberapa
yang lain menimbulkan mionekrosis pada tempat kobra) timbul berupa sakit ringan, sedikit atau tanpa
gigitan. pembengkakan, atau kerusakan kulit dekat gigitan.
282 KEGAWAIDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PEITYAKIT DALAM
Gigitan ular dari Afrika dan beberapa kobra Asia Gigitan Coral snake: Jika terdapat toksisitas neurologis
memberikan gambaran sakit yang berat, melepuh dan dan koagulasi, diberikan antivenin (Micrurus fulvius anti-
kulit yang rusak dekat gigitan melebar. venin)
. Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa
sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak
di sekitar mulut dan kerusakan pada lapisan luar mata PEMERIKSAAN PENUNJANG
. Gejala sistemik mrurcul 15 menit setelah digigit ular atau
muncul setelah l0 jam kemudian dalam bentuk paralisis . Pemeriksaan darah: Hb, leukosit, trombosit, kreatinin,
dari urat-urat di wajah, bibir, lidah dan tenggorokan ureaN, elektrolit, waktu perdarahan, waktu pembekuan,
sehingga menyebabkan sukar bicara, kelopak mata waktu protrombin, fibrinogen, APT! D-dimer, uji faal
menurun, susah menelan, otot lemas, sakit kepala, kulit hepar, golongan darah dan uji cocok silang
dingin, muntah, pandangan kabur dan mati rasa di . Pemeriksaan urin: hematuria, glikosuria, proteinuria
sekitar mulut. Selanjutnya dapat terjadi paralisis otot (mioglobulinuria)
leher dan anggota badan, paralisis otot pernapasan . EKG
sehingga lambat dan sukar bernapas, tekanan darah . Foto dada
menurun, denlut nadi lambat dan tidak sadarkan diri.
Nyeri abdomen seringkali terjadi dan berlangsung
hebat. Pada keracunan berat dalam waktu satu jam dapat PENATALAKSANAAN
timbul gejala-gejala neurotoksik. Kematian dapat terj adi
dalam24jam. Tujuan penatalaksanaal pada kasus gigitan ular berbisa
adalah:
Gigitan Wperidae:
. . Menghalangi/memperlambatabsorpsibisaular
Efek lokal timbul dalam 15 menit atau setelah beberapa
jam berupa bengkak dekat gigitan untuk selanjutnya ' Menetralkan bisa ular yang sudah masuk ke dalam
sirkulasi darah
cepat menyebar ke seluruh anggota badan, rasa sakit
. Mengatasi efek lokal dan sistemik
dekat gigitan
. Efek sistemik muncul dalam 5 menit atau setelah
beberapa jam berupa muntah, berkeringat, kolik, diare, Tindakan Penatalaksanaan
perdarahan pada bekas gigitan (lubang dan luka yang A. Sebelum penderita dibawa ke pusat pengobatan,
dibuat taring ular), hidung berdarah, darah dalam beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
muntah, urin dan tinja. Perdarahan terjadi akibat . Penderita diistirahatkan dalam posisi horizontal
kegagalan faal pembekuan darah. Beberapa hari terhadap luka gigitan
berikutnya akan timbul memar, melepuh dan kerusakan . Jangan memanipulasi daerah gigitan
jaringan, kerusakan ginjal, edema paru, kadang-kadang . Penderita dilarang berjalan dan dilarang minum
tekanan darah rendah dan denyut nadi cepat. minuman yang mengandung alkohol
Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas . Apabila gejala timbul secara cepat sementara belum
siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan tersedia antibisa, ikat daerah proksimal dan distal
perdarahan hebat. dari gigitan. Tindakan mengikat ini kurang berguna
jika dilakukan lebih dari 30 menit pasca gigitan.
Gigitan Hydropiidae:
. Gejala yang segera muncul berupa sakit kepala, lidah
Tujuan ikatan adalah untuk menahan aliran limfe,
bukan menahan aliran vena atau arteri.
terasa teba'l, berkeringat dan muntah
. B. Setelah penderita tiba di pusat pengobatan diberikan
Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul
terapi suportifsebagai berikut :
kaku dan nyeri menyeluruh, spasme pada otot rahang,
. Penatalaksanaan jalan napas
paralisis otot, kelemahan otot ekstraokular, dilatasi pulil
. Penatalaksanaan fungsi pemapasan
dan ptosis, mioglobulinurtayang ditandai dengan urin
. Penatalaksanaan sirkulasi: beri infus cairan kristaloid
wama coklat gelap (gejala ini penting untuk diagnostik),
. Beri pertolongan pertama pada luka gigitan : verban
ginjal rusak, henti jantung.
ketat dan luas di atas luka, imobilisasi (dengan bidai)
Gigitan Rattlesnuke d,an Crotalidae: . Ambil 5-10 ml darah untuk pemeriksaan: waktu
. Efek lokal berupa tanda gigitan taring, pembengkakan, protrombin, APTT, D-Dimer, fibrinogen dan Hb,
ekimosis dan nyeri pada daerah gigitan merupakan leukosit, trombosit, kreatinin, urea N, elektrolit
indikasi minimal yang perlu dipertimbangkan untuk (terutama K), CK. Periksa waktu pembekuan, jika
pemberian polivalen crotalidae antivenin >10 menit, menunjukkan kemungkinan adatya
. Anemia, hipotensi dan trombositopenia merupakan koagulopati
tanda penting. . Apus tempat gigitan dengan yenom detection
PENATALAKSANAAN GTGITAI\ ULAR BERBISA 283
. Beri SABU (SerumAnti BisaUlar, serumkudayang - Hipotensi: beri infus cairan kristaloid
dikebalkan) polivalen 1 ml berisi : - Rabdomiolisis: beri cairan dan natrium bikarbonat
. l0-50LD1}bisaAnlEstrodon - Monitor pembengkakan lokal setiap jam dengan
. 25-50LD50bisaBzrngarus ukuran lilitan lengan atau anggota badan
. 25-50 LD50 bisaNaya Sputarix - Sindromkompartemen: lakukanfasiotomi
. Fenol 0.25ohvlv - Gangguan neurotoksik: beri Neostigmin
(asetilkolinesterase), diawali dengan sulfas atropin
Teknik pembeiat 2 vial @ 5 ml intra vena dalam 5 00 ml
NaCl 0,9% atau Dextrose 50% dengan kecepatan 40-80 tetes/
- Beri tetanus profilaksis bila dibutuhkan
waktu pembekuan menurun) maka monitor ketat Depkes. 2001 . Penatalaksanaan gigitan ular berbisa. Dalam
diteruskan dan ulangi pemeriksaan darah untuk SIKer. Ditjen POM Depkes RI . Pedomanpenatalal<sanaan
memonitor perbaikannya. Monitor dilanjutkan keracunan untuk Rumah Sakit: 253-259
hingga 2 x24 jam untuk mendeteksi kemungkinan Dreisbach, R.H. dan Robertson, W.O. 1987. Handbook of
koagulopati berulang. Perhatian untuk penderita poisoning: prevention, diagnosis and treatment. l2th
dengan gigitan Viperidae untuk tidak menjalani eds. Connecticut: Appleton & Lange: 467-490
operasi minimal 2 minggu setelah gigitan . Rekam Medik RSUD dr. Saiful Anwar Malang, 2005
. Terapi suportif lainnyapadakeadaan: Warrell, D.A. 1991. Snakes. In G.T. Strickland(ed.). Hunter b
- Gangguan koagulasi berat: beri plasmafresh-frozen Tropical Medicine.l'h ed. Philadelphia: W.B. Saunders
(dan antivenin) Company: 877-888.
- Perdarahan: beri transfusi darah segar atau
komponen darah, fibrinogen, vitamin K, transfusi
trombosit
4l
INTOKSIKASI NARKOTIKA (OPIAT)
Nanang Sukmana
284
INTOKSII(ASI iIARKOIIKA (OPIAT) 285
Bila terjadi henti jantung lalarkan RJP (resusitasi Jantung Pemberian Antidotum
Paru). Tidak semua keracunan ada penawarnya sehingga prinsip
utama adalah mengatasi sesuai dengan besar masalah.
Apalagi antidotum belum tentu tersedia setiap saat.
Penilaian Klinis
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa
penatalaksanaan keracunan harus segera dilakukan tanpa Suportif, Konsultasi dan Rehabilitasi
menunggu hasil penapisan toksikologis. Walaupun diag-
Terapi suportif, konsultasi dan rehabilitasi medik harus
nosis etiologi hampir sebagian sulit ditegakkan akan
dilihat secara holislik dar, cost elfectivenes disesuaikan
dengan kondisi di masing-masing pelayanan kesehatan.
tetapi dengan penilaian dan pemeriksaan klinis yang
cermat dapat ditemukan beberapa kelompok kelainan yang
memberi arah kepada diagnosis etiologi.
Oleh karena itu pada kasus keracunan bukan saja hasil OPIAT
laboratorium toksikologis yang selalu harus diperhatikan
akan tetapi standar pemeriksaan kasus keracunan yang Umumnya kelompok opiat digunakan untuk mengatasi
telah disetujui di masing-masing rumah sakit perlu dibuat nyeri melalu mekanisme efek depresi pada otak
(depressant elfect on the brain). Morfin yang merupakan
unfuk memudahkan penanganan yang bertepat guna.
Beberapa keadaan klinis yang perlu mendapat bagian dari kelompok ini sering digunakan (untuk medis)
perhatian karena dapat mengancam nyawa ialah : koma, pada nyeri dada, edema paru dan untuk mengatasi rasa
kejang, henti jantung, henti napas dan syok. sakit berlebih pada keganasan. Akan tetapi dalam
perkembangannya sering disalahgunakan. Untuk
Anamnesis. Upaya yang paling penting adalah anamnesis mengetahui lebih jauh beberapa obat yang termasuk
atau allo-anamnesis yang rinci. Beberapa pegangan golongan narkotika yang sering dijumpai di lapangan yaitu:
anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi walaupun penyalahgunaan obat tersebut'sering
keracunan ialah : dilaporkan, misalnya di New York 1970 terjadi kematian
. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh 1200 penderita karena overdosis dan di Amerika Serikat
obat yang digunakan termasuk obat yang sering diperkirakan lebih dari 10.000 kematiankarena kelebihan
dipakai. dosis, akan tetapi angka kematian (karena over dosis) di
. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga, teman dan Indonesia belum ada pelaporan. Belum adanya laporan
petugas tentang obat yang digunakan. ini j angan sampai melengahkan para klinisi karena mrurgkin
. Tanyakandansimpan (untukpemeriksaantoksikologis) saja kasus penyalahgunaan obat akan bertambah seiring
sisa obat, muntahan yang masih ada. dengan kemajua\zamar'.
. Tanyakan riwayat alergi obat atau riwayat syok Pengaruh obat terhadap susunan saraf pusat (SSP)
anafilaksis. sangat bervariasi dari berbagai obat tersebut di atas.
Pemeriksaan Fisis. Lakukan pemeriksaan fisik untuk Sedangkan penemuan secara patologis pada kematian
menemukan tanda /kelainan akibat keracunan yaitu yang disebabkan overdosis gambarannya tidak khas.
pemeriksaan kesadaran, tekanan darah, nadi, denyut
jantung, ukuran pupil, keringat, air liur dan lainnya.
Pemeriksaan penunjang diperlukan berdasar skala prioritas
Jenis obat Dosis fatal Dosis pengobatan
dan pada keadaan yang memerlukan observasi pemeriksaan (s) (ms)
fi sik harus dilakukan berulang. Kodein 0,8 60
Dekstrometorfan u,c 60 -12Olhari
Heroin 0,2 4
Dekontaminasi Loperamid (imodium) 0,5
Meperidin (petidin) I 100
Umumnya zat atao bahan kimia tertentu dapat dengan Morfin 0,2 10
cepat diserap melalui kulit sehingga dekontaminasi Naloxone (Narcan) -)
permukaan sangat diperlukan, sedang dekontaminasi Opium ( Papaver 0,3
somniferum )
saluran cerna difujukafi agar bahan yang tertelan akan Pentazocaine (Talwin) 0,3
sedikit diabsorbsi. Biasanya dapat diberikan arang aktif, *) Antagonis narkotika Dosis s/d 5 mg tidak menyebabkan kematian
pencahar, pemberian obat perangsang muntah dan
kumbah lambung.
Beberapa upaya lain untuk mengeluarkan bahanl Farmakologi Opiat
obat dapat dilakukan dengan dialisis, akan tetapi kadang- Setelah pemberian dosis tunggal heroin (putaw) di dalam
kadang peralatan tersebut tidak tersedia di rumah sakit -
tubuh akan dihidrolisis oleh hati (6 10 menit) menjadi 6
(hanya RS tertentu) sehingga pemberian diuretikum dapat monoacetyl morphine dan setelah itu akan diubah menjadi
dicoba sebagai tindakan pengganti. morfin. Morfin selanjutnya diubah menjadi Mo j
286 MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
monoglucoronide dan Mo 6 monoglucoronide yang larut cukup efektif untuk memastikan diagnosi s keracunan opiat
di dalam air. Bentuk metabolit ini yang dapat di tes di dalam dan zat adrktif lainnya.
urin.
Oleh karena heroin (putaw) larut di dalam lemak maka
bahan tersebut (+ 60%) dapat melalui sawar otak dalam
waktu yang cepat.
Jenis obat Lamanya waktu dapat dideteksi
Amfetamin 2 hari
Mekanisme Toksisitas Barbiturat t hari (kerja pendek)
3 minggu (kerja panjang)
Pada umumnya kelompok opiat mempunyai kemampuan
Benzodiazepin 3 hari
untuk menstimulasi SSP melalui aktivasi reseptomya yang Kokain 2-4 hari
akan menyebabkan efek sedasi dan depresi napas. Kodein 2 hari
Heroin 1-2 hari
Kematian umumnya terjadi karena apnea atau aspirasi
Methadone 3 hari
paru dari cairan lambung, sedangkan reaksi edema Morfin 2-5hari
pulmoner yang akut (non kardiogenik) mekanismenya
masih belumjelas.
Reaksi toksisitas sangat beragam dari masing-masing GAMBARAN KLINIK
jenis obat opiat tergantung cara (rute) pemberian, efek
toleransi (pemakai kronik), lama keq'a dan masa paruh obat Umumnya kasus keracunan dari golongan narkotika
yang akhirnya akan menentukan tingkat toksisitas. cenderung adanya penurunan kesadaran (sampai koma)
Dengan ditemukannya tipe reseptor opiat di SSP (otak) dan gangguan sistem pernapasan (depresi napas). Kita
maka mekanisme toksisitas dan antidottya dapat perlu mengetahui tanda dan gejala keracunan akut baik
diterangkan melalui reseptor. karena pemakaian per oral maupun parenteral.
Beberapajenis reseptor ialah : Dosis toksis selalu akan menyebakan kesadaran yang
. Reseptor Mul (p1) : berefek analgesik, euforia, dan turun sampai koma, pupil yang pin point dapat terjadi
hipotermia dilatasi pupil pada anoksia yatgberat, pernapasan yang
Mu2 (p2) : bradikardi, depresi napas, miosis, euforia, pelan (depresi pernapasan), sianosis, nadi yang lemah,
penurunan kontraksi usus dan ketergantungan fisik. hipotensi, spasme dari saluran cema dan bilier, dapat te{adi
. Reseptor Kappa (rc) : spinal analgesik, depresi napas edema paru, dan kejang. Kematian karena gagal napas
dan miosis. hipotermia. dapat terjadi dalam 2 - 4 jam setelah pemakaian oral maupun
. Reseptor Delta (o) : depresi napas, disporia, halusinasi, subkutan, sedang pada pemakaian secara intravena dapat
vasomotor stimulasi. berlangsung lebih cepat lagi. Beberapatanda gejalayang
. Reseptor Gamma (y) : inhibisi otot polos, spinal dapat terjadi ialah hiperlermi, aritmia jantung, hipertensi,
analgesik? bronkospasme, parkinson like syndrome, nekrosis tubu-
lar-akut yang terjadi karena rabdomiolisis dan
mioglobulinuria, gagal ginjal. Kulit dapat berwarna
DIAGNOSIS kemerahan, dapat terjadi leukositosis dan hipoglikemia
(pernah dilaporkan).
Bila ditemukan gejalaklinis yang khas (pinpoint, depresi Kasus-kasus keracunan opiat merupakan bagian kecil
napas dan membaik setelah pemberian nalokson) maka dari seluruh pemakai sesuai dengan fenomena gunung es
penegakan secara klinis dapat dengan mudah. Kadang- sepefii tertera di bawah ini:
kadang ditemukan bekas suntikan yang khas (needle track
slgr). Pemeriksaan laboratorium tidak selalu seiring dengan
gejala klinis. Pemeriksaan secara kualitatif dari bahan urin
Emergensi
Morpin Ag Ag
(+++) (+) (0)
Meperidin Ant Ag Ag
(-) (+) (+)
Nalorpin Ant Ag (As) Kelompok risiko
+++ tinggi
c)
Nalokson Ant Ant Ag Ant
G-) (-) (-)
Gambar 1. Fenomena gunung es pemakai narkoba
INTOKSIKASI NARKOTIKA (OPIAD 287
PENGOBATAN
Nalokson intravena (lihat protokol)
Naloksone. Nalokson adalah antidotum dari intoksikasi
opiat baik kasus dewasa maupun anak. Dosis dewasa
:0,4 - 2.0 mg , dosis dapat diulang pada kasus berat
Observasi/pengawasan tanda vital dan dengan pemanduan perbaikan gejala klinik. Dapat
dipuasakan selama 6 jam dipertimbangkan nalokson drip bila ada kecurigaan
intoksikasi dengan obat narkotik kerja panjang. Efek
nalokson sekitar 2 - 3 jam.
Gambar 2. Alur tatalaksana intoksikasi opium
Bila dalam observasi tidak ada respon setelah pemakian
total 10 mg (nalokson) diagnosis intoksikasi opiat perlu
dikaji ulang. (Gambar 3)
Gejala Klinis Edema paru diobati sesuai dengan antidotnya yaitu
Penurunan kesadaran diserlai salah satu dari: 1 ). Frekuensi pemberian nalokson disamping oksigen dan respira-
pemapasan < 12 kali/menit; 2). Pupil miosis (seringkalipin- tor bila diperlukan.
point); 3). Adanya riwayat pemakaian morflrn/heroin/ Hipotensi diberikan cairan iv yang adekuat, dapat
terdapat needle track sign. dipertimbangkan pemberian dopamin dengan dosis 2 -
288 KEGAWAXDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
REFERENSI
547 9.
overdosis l\4asalah psikiatris
Gelala put!s obaUkegawatan psikialri
Masalah komunikasi
BronsteinAL, Currance PL. Morphine sulfate Dalam : Weiner R,
Erergens komplikasi (ARDS AIDS, dt )
(HCV, pneumonia drug ahse, HlV, dll) Culverwell (Editors) Emergency care for Hazardous materials
exposure Missouri: Mosby Company, 1988: 280 - 1
I I Chiu LPW Diagnosis and Management of drug abuser. Medicine
t-d_l
Penanganan sesuai besat masa ah
t-;;'**ffiil;-l
Penanganan sesual besat masalah
Digest 1996; 14 : 18 25
Dreisbach RH, Robertson WO, editors. Handbook of poisoning :
PENDAHULUAN bisa diketahui lewat bau mulut atau muntahan kecuali racun
yang sifat dasarnya tidak berbau dan berwarna seperti
Di masa kini makin sering terjadi masalah keracunan, mulai arsenikum yang sulit ditemukan hanya berdasar inspeksi
dari kecelakaan wisata, kecelakaan kerja atau kecelakaan saja. Luka bakar warna keputihan pada mukosa mulut atau
rumah tangga sampai usaha bunuh diri, pembunuhan keabuan pada bibir dan dagu menunjukkan akibat bahan
perorangan bahkan pembunuhan masal yang dikaitkan kaustik atau korosif baik yang bersifat asam kuat maupun
dengan "Bio terrorism". Penanggulangan masalah ini basa kuat. Perbedaan pada dampak luka bakamya yaitu
cukup rumit karena beberapa faktor yaitu kurangnya nekrosis koagulatif akibat paparan asam kuat sedangkan
informasi tentang zat penyebab keracunan karena korban basa kuat menyebabkan nekrosis likuitaktif. Kerusakan
tidak sadar atau enggan bicara dan faktor ketersediaan korosifhebat akibat alkali (basa) kuat pada esofagus lebih
antidot racun yang belum semuanya tersedia, serta berat dibandingkan akibat asam kuat, kerusakan terbesar
terkadang antidotnya sendiri merupakanbahan toksik, oleh bila pH>l2 tapi tergantung juga pada konsentrasi bahan
karena itu penatalaksanaan keracunan seringkali bersifat tersebut. Waspadai kemungkinan kerusakan esofagus dan
simptomatis dan suportif. lambung meskipun tidak ditemukan kerusakan pada rongga
mulut. Beberapa jenis racun mempunyai bau yang spesifik
tetapi kemampuan mendeteksi bau pada populasi umum di
DIAGNOSIS masyarakat hanya 50o/o. (Tabel 1) Beberapa ciri terlentu
dari urin dapat pula membantu menegakkan diagnosis'
Penegakkan diagnosis pasti penyebab keracunan cukup (Thbel 2)
sulit karena diperlukan sarana laboratorium toksikologi
yang cukup handal, dan belum ada sarana laboratorium
swasta yang ikut berperan sedangkan sarana laboratorium
Bau PenYebab
rumah sakit untuk pemeriksaan ini juga belum memadai
Aseton lsopropil alkohol Aseton.
sedangkan sarana instansi resmi pemerintah juga sangat Almond Sinida
minimjumlahnya. Bawang putih Arsenik, selenium, talium
Telur busuk Hidrogen sulfida, MerkaPtan
Untuk membantu penegakan diagnosis maka diperlukan
autoanamnesis dan aloanamnesis yang cukup cermat serta
diperlukan bukti-bukti yang diperoleh ditempat kej adian'
Selanjutnya pada pemeriksaan fisik harus ditemukan Warna urin Penyebab
dugaan tempat masuknya racun yang dapat melalui Metilin biru
Hijau/ biru
berbagai cara yaitu inhalasi, per oral, absorpsi kulit dan Kuning-merah Rifampisin, besi(Fe).
mukosa atau parenteral, hal ini penting diketahui karena Coklat tua Fenol, kresol
Butiran keputihan Primidon
berpengaruh pada efek kecepatan dan lamanya (durasi) Coklat. Mio/haemoglobin uria
reaksi keracunan. Racun yang melalui rute oral biasanya
289
290 KEGAWITIDARURAIAN MEDIK DI BIDAI\G ILMU PENYAKIT DALAI\I
Penilaian keadaan klinis yang paling awal adalah ini selain dapat membantu penegakan diagnosis juga
status kesadaran. Alat ukur kesadaral yatg paling sering berguna untuk kepentingan penyidikan polisi pada kasus
digunakan adalah GCS (Glasgow Coma Scale). Apabila kejahatan. Sampel yang dikirim ke laboratorium adalah 50
pasien tidak sadar dan tidak ada keterangan apapun ml urin, 10 ml serum, bahan muntahan, feses.
(alloanamnesis) maka diagnosis keracunan dapat dilakukan
pereksklusionam dan semua penyebab penurunan
Pemeriksaan Radiologi
kesadaran seperti meningoensefalitis, trauma, perdarahan
Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutama bila curiga
subaraknoid./intrakranial, subdural/ekstradural haematom,
adanya aspirasi zat racur, melalui inhalasi atau dugaan
hipoglikemia, diabetik ketoasidosis, uremia, ensefalopati.
adany a perforasi lambung.
Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi
napas dan denyut jantung mungkin dapat membantu
penegakkan diagnosis pada pasien dengan penunman Laboratorium Klinik
kesadaran. (Tabel 3) Pemeriksaan ini penting dilakukan terutama analisis gas
darah. Beberapa gangguan gas darah dapat membantu
penegakkan diagnosis penyebab keracunan. (Tabel 4)
hindari obat antiaritmia karena justnr bisa mencetuskan pasien ditengadahkan dan miring ke sisi mata yang terkena
timbulnya aritmia, gunakan obat inotropik negatif dan atau terburuk kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan
kronotropik. dan irigasi larutan aquades atauNaCl 0,9o2 perlahan sampai
zat racnffiya diperkirakan sudah hilang (hindari bekas
larutan pencucian mengenai wajah atau mata lainnya)
PENATALAKSANAAi.I selanjutnya tutup mata dengan kassa steril segera konsul
doktermata.
digoksin, nadolol, fenobarbital, fenilbutazone, fenitoin, TERAPI G EJALA PENYERTA ATAU PENYU LIT
salisilat, teofilin, phenoxyacetate herbisida.
Tindakan eliminasi yang lain perlu dikonsulkan pada
dokter spesialis penyakit dalam karena tindakan Gangguan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa
spesialistik berupa cara eliminasi racun yaitu: 1). Diuresis Kebutuhan dasar cairan harian 30-35m14<gBB/hari, natrium
paksa (forc e d diures i s); 2). Alkalinisasi urin, 3 ). Asidifi kasi (Na+) 1 - 1,5 mmoU kg BB/ hari, Kalium (K+) 1 mmol/kg BB/
urin; 4). Hemodialisis/peritoneal dialisis. hari. Apabila ada gangguan elektrolit dan asam-basa harus
dikoreksi sesuai derajat berat ringannya.
AntiDotum
Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis Gangguan lrama Jantung
racun yang ada obat antidotumnya dan sediaan obat Sinus bradikardia yang disertai hipotensi dapat diberikan
antidot yang tersedia secara komersial sangat sedikit atropin 0,6 mg intravena sedangkan pada sinus takikardia
j umlahnya. Beberapa j enis antidotum pada keracunan dapat tidak diberikan terapi spesifik dan penghambat beta jangan
dilihat pada Tabel 6. diberikan karena dapat menyebabkan dekompensasi.
Racun alam.
Datura/kecubung Fisostigmin salisilat 0,02m9/kg BB i v.2mnt; ulang 20mnt
Amanita Salibinin. Smg/kg BB infus ljam+2Omglkgl24jam.
phaloides Benzilpenisilin 300m9/kg BB infus.
Oleander Kolestiramin. 3X 4 gram/ hari.
Racun binatang
Scorpion Antivenin (polivalen)
Ubur-ubur Antivenom
Ular berbisa. SABU Metode Schwartz-Way; metode Luck.
Makanan.
Jengkol. Na bikarbonat. 4X2 graml hari.
Toxin mikroba.
Botulinum. Antitoksin tipe A, B, E. 100 000 unit tipe A+B+10 000 unit tipe E
KERACUNAN BATIAN KIMIA, OBAT DAN MAKANAN 293
Gangguan SVT disertai gangguan hemodinamik diberikan Rabdomiolisis. Kelainan ini bisa dideteksi dengan
kardioversi sinkronisasi mulai 50 Joule, 100, 200, 300 Joule, pemeriksaan kadar kreatinin kinase (CK) serum dan kadar
setelah stabil diberikan adenosin 3 mg i.v. bolus dan bila mioglobin urin. Penatalaksanaan meliputi pemberian cairan
perlu dapat diulang tiap 1- 2 menit dengan dosis 6 mg dan rehidrasi i.v. dan alkalinisasi urin.
kemudian 12mg.
Sindrom antikolinergik. Penatalaksanaan terbaik adalah
Methaemoglobinaemia (metHb). Kebanyakan obat oksidan terapi simptomatik dan suportif saja.
dapat menyebabkan hal ini yaitu dapsone, sulfonamid,
trimetoprim, nitrit, nitrat, lokal anestesia (benzokain,
lignokain, prilokain), metoklopramid, metilen biru, klorat dan REFERENSI
bramat. Pada kasus ringan (kadar metHb < 30%) diberikan
oksigen, sedangkan kasus berat diberikan metilen biru 1-2 Jones AL, Dargan PI. Churchill's Pocke book of Toxicology.
mg/kg BB dalam > 5 menit, selanjutnya periksa ulang kadar lstedition. 2001. Harcourt publisher. London.
Henry J, Wiseman H. Management of poisoning. A handbook for
MetHb setelah ljam. Perlu diwaspadai bahwa metilen biru
Health care workers.WHO, Geneva 1997.
sendiri dapat menyebabkan metHb dan hemolisis terutama Kr
Olson KR. Caustic and Corrosive Agents. In Olson editor.
pada dosis >15 mgkg BB dan mudah terjadi pada pasien Poisoning Drug Overdosis. lst edition. Prentice Hall Int,
dengan defisiensi G6PD. London. 1990; 114-116.
Buchanan JF. Etanol.In Olson Kr editor. Poisoning Drug
Hiperemesis. Bila muntah gagal dikendalikan, maka dapat
Overdosis. lstedition. Prentice Hall Int,London.1990;312-313-
diberikan metoklopropamid I 0 mg .i.v.atau proklorperazin Becker CE. Ethylen Oxide, . In Olson Kr editor. Poisoning Drug
10 mg oral atau ondansetron 8 mg intravena pelan. Overdosis.lst edition. Prentice Hall Int, London.1990; 153-
1s4 .
Distonia. Distonia sering terjadi akibat overdosis obat anti
Eilenhorn MJ, Schonwald S, Ordog G, Wasserberger J. Ellenhom's
psikotik dan beberapa antiemetik. Reaksi yang terjadi Medical Toxicology. Diagnosis & Treatment of Human
berupa oculogtric, torticolis dan trismus. Beberapa gejala Poisoning 2nd ed. Williams & Wilkins. Baltimore. 1997.
ekstrapiramidal yang lain seperti tremor, diskinesia, rigiditas Anderson BI. Ethylene g1yco1 and other Glycols. In Olson Kr
dapat terjadi akibat overdosis obat yang lain. Gejala editor. Poisoning Drug Overdosis 1st edition. Prentice Hall
ekstrapiramidal harus diterapi dengan procyclidine 5-10 Int,London. I 990; 202-203 .
mg i.v./i.m, maksimum 20 mgl 24 jam atau diberikan Almond GL. Salicylate. In Viccelio P editor. Handbook of
Medicai Toxicology. 1st edition. Little Brown.Co. USA. 1993.
b enztrop ine I -2 mg.i.m. I i.v.
43
HEMOPTISIS
Ceva W. Pitoyo
294
HEMOPTISIS
295
Apabila hemoptisis telah diketahui penyebabnya dan hanya dipertimbangkan pada kasus dengan bercak darah
telah diterapi dengan baik, tetapi tetap tidak berhenti dalam minimal tetapi batuk sangat kuat. Obat - obat anti trombosit
24 jam, kemungkinan kelainan hemostasis (koagulopati) hendaknya dihentikan. Fisioterapi dada dan drainase
harus dicari. Riwayat terapi antikoagulan membangkitkan postural hendaknya ditunda. Lavase bronkus dengan
kemungkinan kelebihan dosis antikoagulan atau justru larutan salin normal dingin dapat dipertimbangkan pada
emboli paru karena dosis kurang. Kecurigaan emboli paru kasus yang tidak masif.
diperkuat bila ada tanda trombosis vena dalam. Selanjutnya terapi penyakit penyebabnya harus
Pada pasien dengan trakeostomi, selain akibat diberikan. Bila sebabnya infeksi (misalnya pada
perlukaan arteri trakealis akibat lubang yang dibuat, bronkiektasis, bronkitis kronik dan fibrosis kistik yang
perdarahan bisa terjadi akibat dari tindakan suction atau terinfeksi) antibiotik harus diberikan diserlai teofilin atau
kelainan hemostasis. agonis b-adrenergik (sebagai perangsang gerakan
Pada pasien dengan perdarahan intrapulmonal difus, mukosiliar). Pada tuberkulosis paru yang terinfeksi selain
gejala utamanya lebih sering berupa sesak napas dan obat anti tuberkulosis antibiotik non spesifik harus
bukan hemoptisis. Pasien dengan trias ; kelainan saluran diberikan. Pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
napas atas, penyakit saluran napas bawah, dan kelainan antibiotik belum pernah diteliti betul namun tampaknya
ginjal harus dipikirkan adanya granulomatosis sistemik antibiotik spektrum luas membantu mempercepat
Wegener. penghentian hemoptisis. Bila penyebabnya gagal jantung
maka terapi gagal jantung harus diberikan. Keganasan di
bronkus harus diupayakan untuk direseksi.
PENATALAKSANAAN Terapi lain yang digunakan di dunia sekarang
mencakup terapi foto laser, terapi emboli, dan reseksi bedah
Kecepatan perdarahan dan efek terhadap pertukaran gas dari paru atau lobus yang berdarah. Terapi foto laser sulit
menentukan penatalaksanaan hemoptisis. Bila perdarahan digunakan bila hemoptisis sangat masif. Reseksi bedah
hanya sedikit atau hanya berupa bercak di dahak dan sudah tegak manfaatnya pada hemoptisis yang disebabkan
umumnya pertukaran gas tidak terganggu, maka oleh penyakit yang berindikasi bedah misalnya keganasan
penegakkan diagnosis menjadi prioritas. Namun apabila atau trauma dada. Demikian pula untuk fistula arteri
perdarahan masif, maka mempertahankan jalan napas dan trakealis, bedah adalah pilihan utama penatalaksanaan.
pertukaran gas adalah harus didahulukan. Upaya Namun untuk tuberkulosis, bronkiektasis terinfeksi,
mempertahankan jalan napas adalah termasuk mencegah bronkitis, maupun karena kelainan koagulasi, tindakan
asfiksia atat darah masuk dan meny.umbat saluran napas bedah tampaknya masih kontroversil. Tidak ada kematian
yang sehat. Pemberian oksigen dilakukan bila ada tanda- karena hemoptisis pada kasus-kasus tersebut dengan
tanda gangguan perlukaran gas. Bila perlu resusitasi cairan perdarahan kurang dari 200 mllhari. Di Indonesia di mana
dan darah harus diberikan. embolisasi dan laser umumnya tidak tersedia, terapi bedah
Mengistirahatkan pasien umumnya membantu harus dipertimbangkan pada perdarahan lebih dari 250 ml/
mengurangi perdarahan. Memiringkan pasien ke arah sisi hari. Namun pada sentra dengan kemampuan embolisasi
paru yang diduga sumber perdarahan akan membantu atau foto laser, tindakan bedah hanya dibatasi pada kasus
menjaga asfiksia sisi yang sehat. Pada perdarahan masif y ang dapat dioperasi (op er ab I e) pada perdarahan 1 l/hari
bisa jadi intubasi dan bahkan ventilator mekanik atau lebih
dibutuhkan untuk menjaga jalan napas dan pertukaran
udara. Ada satu jenis pipa endotrakeal yang didisain
khusus memiliki lumen dua sehingga masing-masing paru REFERENSI
menjadi terpisah salurannya dan terjaga dari tumpahnya
darah ke sisi lain. Ada juga upaya pemasangan kateter Corey R, Hla KM. Major and massive hemptysis: reassestment of
balon menyumbat bronkus yang berdarah. Pemasangan conservative management. Am J Med Sci. 1987;294-301.
ini dipandu dengan bronkoskopi. Upaya ini bukan saja Cahi11 BC, Ingbar DH. Massive hemoptysis: assestment and
management. Clin Chest Med,. 1994:15;1,47.
mencegah asfiksia lobus yang sehat tetapi membantu
Corey R, Hla KM. Major and massive hemoptysis: reassestment of
menghentikan perdarahan.
conservative management. Am J Med Sci. 1987;294-301.
Obat antitusif (termasuk narkotika) tidak dianjurkan Weinberger SE, Braunwald E. Cough and hemoptysis In: Fauci AS,
untuk digunakan dengan pertimbangan batuk yang Braunwald E, Isselbacher KJ,et al, editors. Harrison's principles
adekuat mungkin dibutuhkan untuk mengeluarkan darah of intemal medicine. 15'h ed. Philadelphia: Mc Graw Hill; 2002.
dari jalan napas dan mencegah asfiksia. Obat antitusif p. 194-8.
PENATALAKSAN PERDARAHAN
VARISES FAGUS
Hernomo Kusumobroto
PENDAHULUAN
1976
Vasopressin
cema bagian atas. Perdarahan varises sendiri terjadi pada Skleroterapi Endoskopik (STE) 1973 1 983
25 - 35 o/, pasien sirosis. Perdarahan ini sering disertai Somatostatin 1978 1992
Ligasi varises endoskopik (LVE) 986 994
dengan angka morbiditas dan mortalitas yang jauh lebih
1 1
cerna yang lain, demikian pula dengan biaya perawatan di portosistemik shunt (Tl PS)
rumah sakit yang lebih tinggi. Perdarahan pertama
biasanya memberi angka mortalitas yang tinggi, bisa
sampai 30 0%, sementaruT0 %o dari pasien yang selamat
(survivor) akan mengalami perdarahan ulang setelah Pengobatan Medik
perdarahan yang pertama tersebut. Selain itu, ketahanan Perdarahan varises akut
Vasopressin
hidup selama I tahun setelahperdarahanvarises biasanya Somatostatin
rendah (32 - 80 %). Balon tamponade
Pengobatan jangka panjang
Selama 3 dekade terakhir ini, pengobatan pasien
Penghambat beta
hipertensi portal telah mengalami kemajuan yang cukup Vasodilator
pesat, dengan tersedianya makin banyak pilihan Pengobatan Endoskopik
pengobatan, baik bagi pasien yang belum maupun yang Skleroterapi EndoskoPik
Ligasi Varises EndoskoPik
sudah pernah mengalami perdarahan varises esofagus;
Pengobatan
demikian pula untuk pengobatan pada saat perdarahan PTO transhePatic obliteration)
akut, maupun untuk pengobatan jangka panjang guna TIPS trahepatik portosystemik shunting)
mencegah perdarahan ulang (Tabel 1 dan 2). Seperti kita Pengobatan Bedah
Transeksi esofagus dan devaskularisasi
maklumi, selama bertahun-tahun sebelumnya, pengobatan Pintasan portosistemik
pertama perdarahataktif varises esofagus yang kita kenal Transplantasi hati
hanya terdiri atas pemberian infus vasopressin dan
pemasangan balon tamponade Sengstaken-Blakemore tub e
(SB tube). Ini menyebabkan angka kematian penderita
dengan perdarahan varises esofagus pada saat itu sangat 1 8, pengobatan perdarahan varises esofagus mengalami
97
tinggi, r ala-r ata di atas 40%o (Tabel 3). perubahan revolusioner. Temuan ini kemudian disusul
Baru sekitar tahun 1970, setelah ditemukannyapreparat dengan penggunaan endoskopi untuk pengobatan
vasopresor baru, somatostatin dan analognya pada tahun skleroterapi endoskopik (STE) sekitar tahun 1973, dan
297
298 KEGAWATDARURAIAN MEDIK DI BIDAT{G ILMU PEIYYAKIT DALAM
DIAGNOSIS
Untuk menilai derajat bes a varises, baik konsensus dalam wakh-r 12 -24 jam.Untuk klasifftasi GHP, Konsensus
Inggris maupun Baveno I-1990 sampai dengan III-2000, Baveno II sepakat untuk menggunakan sistem skoring
semuanya menganjurkan pemakaian cara yatg paling seperti dalam tabel 6. Knteria untuk menetapkan perdarahan
sederhana, yaitu membagi menjadi 3 tingkatan (Tabel 5). kronik akibat GHP, adalah adanya fecal blood loss,
penurunan Hb > 2 gramo/o dalam 3 bulan, dan saturasi
transferin yang rendah, disertai adalya GHP pada
pemeriksaan endoskopi, tanpa adanya kolopati,
Tingkat 1 varises yang kolaps pada saat inflasi esofagus
dengan udara duodenopati, supresi sumsum tulang, penyakit ginjal
Tingakt 2 varises antara tingkat 1 dan 3. kronik, maupun pamakaian obat-obat antiinflamasi (OAN)'
Tingakt 3 varises yang cukup untuk menutup lumen
esofagus. (Rekomendasi kuat tingkat Cll )
Lesi Skor
Dari Konsensus Baveno II-1995, telah disepakati bahwa
pada semua pasien sirosis hati seyogyanya secara rutin 1 MLP (Mosaic Like Pattern)
Ringan 1
Berkonfluen 2
mengalami perdarahan SMBA. Sarana diagnosis yang lain GAVE (Gastric Anhral Vascular Ectasis)
seperti: pengukuran tekanan varises dengan cara Negatif 0
Positif
langsung, angiografi, dan MRI, hanya dianjurkan untuk <3
GHP ringan
keperluan penelitian saja. Dalam Konsensus Baveno II ini GHP berat >4
ada beberapa kesepakatan baru yang dibuat, antara lait:
perdarahan varises baru berarti secara klinik bila memenuhi
persyaratan membutuhkan minimal 2 unit darah dalam
waktu 24 j am. S edang perdarahan ulang terj adi bila timbul FAKTOR RISIKO PADA PERDARAHAN PERTAMA
hematemesis dan atau melena baru, setelah24 jamkeadaan
umum pasien stabil (tensi, nadi, Hb, PCV) pasca perdarahan Faktor-faktor predisposisi dan yang memacu terjadinya
perdarahan varises, sampai saat ini masih tetap belum jelas.
akut.
Konsensus Baveno III-2000 (41) menyebutkan bahwa Dugaan bahwa esofagitis dapat memacu terjadinya
diagnosis klinik hipertensi portal (CSPH clinical : perdarahan varises telah diabaikan. Pada saat ini faktor-
significant of portal hypertension), dapat ditegakkan faktor paling penting yang dianggap berlanggung jawab
berdasarkan :
adalah: l). Tekanandalamvarises; 2). Ukuranvarises; 3)'
. Meningkatnya gradien tekanan portal di atas batas Tekanan di dinding varises, dan; 4). Beratnya penyakit
sekitar l0mmHg. hati.
. Adanya varises, perdarahan varises, dan/atau asites, Pada sebagian besar kasus, tekanan portal yang
dapat dipakai sebagai dasar adanya hipertensi portal merefl eksikan (menunjukkan) tekanan intravarises, dan
klinik (CSPH). gradien tekanan vena hepatika (HVPG : hepatic venous
secara
pressure gradient)lebihbesar dari 12 mm Hg, dibutuhkan
Selain itu, semua pasien sirosis seyogyanya dilakukan untuk terjadinya perdarahan varises esofagus; namun
skrining secara rutin untuk mengetahui adanya varises tidak ditemukan hubungan lurus antara beratnya hipertensi
pada saat diagnosis awal sirosis dibuat. Pemeriksaanulang portal dan risiko terjadinya perdarahan varises. Gradien
untuk setiap pasien yang dengan ala.utanpa tanda-tanda tekanan vena hepatika (HPVG) menunjukkan tendensi
klinik hipertensi portal (CSPH) dapat dilakukan sepefti lebih tinggi pada pasien yang mengalami perdarahan,
berikut: demikian pula pasien yang mempunyai varises yang lebih
. Pada pasien dengan sirosis kompensata tanpa varises, besar. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa
pemeriksaan endoskopi dapat diulangi setiap 2 - 3 risiko perdarahan varises meningkat dengan makin
tahun, untuk mengetahui kapan varises mulai timbul. besarnya ukuran varises.
. Padapasien dengan sirosis kompensata dengan varises Dengan menggunakan model in vitro, Polio dan
kecil, endoskopi dapat diulangi setiap 1 -2 tahun, untuk Groszmann menunjukkan bahwa pecahnya varises
mengetahui progresivitas pembesaran varises. berhubungan dengan tegangan (tension) pada dinding
Untuk diagnosis perdarahan akut akibat gastropati varises. Tegangan ini tergantung pada radius varises. Pada
hipertensi porlal (GHP), dibutuhkan pembuktian secara model ini, meningkatnya ukuran varises dan
endoskopik adanya lesi yang berdarah aktif. Bila ditemukan mengurangnya tebal dinding varises, menyebabkan
varises esofagus atau lambung, endoskopi dapat diulangi varises pecah.
300 KEGAIVAIIDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
Gambaran endoskopi, seperti bintik kemerahan (red Indeks hati (Tabel 7) juga dapat dipakai sebagai
dan tatda wale, pertama kali dikemukakan oleh
spots) petunjuk untuk menilai prognosis pasien hematemesis
Dagradi. Kedua tanda ini digambarkan sebagai sangat melena yang mendapat pengobatan secara medik. Dari hasil
penting dalam meramalkan terjadinya perdarahan varises. penelitian sebelumnya, pasien yang mengalami kegagalan
Dalam penelitian retrospektif di Jepang (The Japanese hati ringan (indeks hati 0 2), angka kematian antara 0 - 16
Research Society for Portal Hypertension), Beppu dan 0%,
sementara yang mempunyai kegagalan hati sedang
kawan-kawan menunjukkan bahwa 80% pasien yang sampai berat (indeks hati 3 - 8) angka kematian antara 18 -
mempunya varises kebiruan (blue varices) atau bintik 40%.
kemerahan (cherry red spots) ternyata mengalami
perdarahan varises. Hal itu menimbulkan dugaan bahwa
keduanya merupakan prediktor penting untuk terjadinya
perdarahan varises esofagus pada sirosis.
Kedua penelitian int, - The North ltalian Endoscopic Pemeriksaan
C/arb (NIEC) dan data dari Jepang menunjukkan bahwa
1. Albumin (g %) >3.6 3.0 - 3.5 <30
risiko perdarahan tergantung pada 3 faktor : 1). Beratnya 2. Bilirubin (mg %) <2.0 2.0-30 > 3.0
penyakit hati (diukur dengan klasifikasi Child); 2). Ukuran 3 Gangguan kesadaran - minimal +
varises, dan; 3). Tanda kemerahan (red wale markings). 4 Asites - minimal +
Penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa gradien Kegagalan hati ringan = indeks hati
1 0 - 3
tekanan vena hepatika (HVPG) dan tekanan intravarises 2 Kegagalan hati sedang = indeks hati 4- 6
3 Kegagalan hati berat = indeks hati 7 - 10
juga merupakan prediktor independen untuk timbulnya
perdarahan varises yang pertama.
Sebagai ringkasan, 2 faktor terpenting (utama) yang
menentukan risiko perdarahan varises adalah : beratnya
penyakit hati dan ukuran varises. Pengukuran gradien PROFILAKSTS PRIMER ( pRtMARy pROpHyLAXtSl
tekanan vena hepatika (HPVG) berguna sebagai petunjuk
unfuk seleksi pasien, guna menentukan cara pengobatan Karena 30-50% pasien dengan hipertensi portal akan
dan responsnya terhadap terapi. mengalami perdarahan dari varises, dan sekitar 50 o/o akan
meninggal akibat efek perdarahan pefiama, tampaknya
sangat rasional untuk membuat panduan pengobatan
PROGNOSIS PERDARAHAN VARISES AKUT profilaksis untuk mencegah terjadinya varises, juga
perdarahan varises. Namun sebagian besar penelitian yang
Angka kematian rata-rata pada serangan perdarahan dipublikasi tidak mempunyai cukup data untuk
pertama pada sebagian besar penelitian menunjukkan menunjukkan cara pengobatan mana yang paling efektif.
sekitar 50%. Angka kematian ini berhubungan erat dengan Bedah pintasan profilaksis telah banyak dicoba dengan
berabrya penyakit hati. Dalam pengamatan rata-rata selama cara acak, penelitian dengan metaanalisis menunjukkan
1 tahun, angka kemati an rata-rata akibat perdarahan varises keunfungan yang bermakna dalam menekan perdarahan
berikutnya adalah sebesar 5 o/opadapasien dengat Child varises, tetapi ternyata juga memrnjukkan peningkatan
kelas A, 25 oh pada Childkelas B, dan 50 o/o pada Child risiko terjadinya ensefalopati hepatik dan mortalitas pada
kelas C. Walaupun kreatinin serum dapat dipakai sebagai pasien yang dilakukan operasi pintasan. Inokuchi dan
prediktor ketahanan hidup secara menyeluruh pada kawan-kawan berhasil menunjukkan penurunan yang
beberapa penelitian, klasifikasi Child masih dianggap tebih bermakna dalam perdarahan varises dan mortalitas pada
superior dibanding prediktor-prediktor lain, dalam pasien yang mendapat pengobatan dengan berbagai
menentukanmortalitas dalam 6 minggu atau 30 hari setelah macam prosedur devaskularisasi. Namun ada sejumlah
perdarahan pertama. masalah yang berhubungan dengan interpretasi penelitian
Vinel dan kawan-kawan menunjukkan bahwa HVPG ini, karena tiap-tiap senter (ada22 pusat penelitian) temyata
dapat dipakai sebagai prediktor ketahanan hidup, bila menggunakan teknik devaskularisasi yang berbeda-beda.
diukur 2 minggu setelah perdarahan akut. Masih belum Hasil penelitian ini masih membutuhkan konfirmasi lebih
jelas, apakah perdarahan aktif pada saat pemeriksaan jauh.
endoskopi dapat dipakai sebagai prediktor mortalitas. Panduan utama penggunaan obat farmakologi sebagai
Namun perdarahan aktif pada saat endoskopi ini dapat profilaksis primer perdarahan varises masih tetap
dipakai sebagai prediktor terjadinya perdarahan ulang propanolol, yang terbukti dapat menurunkan gradien
yang lebih awal. Risiko kematian menurun dengan cepat tekanan portal, menurunkan aliran darah vena azigos, dan
sesudah perawatan di rumah sakit, demikian pula risiko juga tekanan varises. Efek ini disebabkan karena
kematian ini menjadi konstan sekitar 6 minggu setelah vasokonstriksi splanknik dan penurunan volume semenit.
perdarahan. Hasil metaanalisis menunjukkan bahwa risiko perdarahan
PENAf,ALAKSANAAN PERDARAHAN VARISES ESOEAGUS 301
lebih rendah secara bermakan, namun untuk angka gradien tekanan vena hepatika (IIVPG: hepatic venous
kematian hanya berbeda sedikit. Perhatian terhadap pressure gradient) menjadi kurang dati 12 mm Hg.
pemakaian vasodilator, seperti isosorbid mononitrat (Rekomendasi tingkat AI).
tumbuh karena dalam penelitian terbukti bahan ini dapat . Dosis: Mulai dengan dosis 2 x 40 mg, dinaikkan hingga
menekan tekanan portal sama efektifnya dengan 2x 80 mg bila perlu. Pemakaianlong acting propranolol
propanolol. Kombinasi nadolol dan isosorbid mononitrat dalam dosis 80 atau 160 mg dapat dipakai untuk
telah dibandingkan dengan nadolol sebagai obat tunggal, memperbaiki ketaatan pasien. (Rekomendasi tingkatAl)
dalam penelitian acak terkontrol. Ternyata terapi kombinasi . Padakasus dimanaterdapatkontraindikasi atauterjadi
dapat menekan frekuensi perdarahan secara bermakna, intoleransi tehadap propanolol, pengobatan LVE
tetapi tidak berbeda dalam angka kematian pasien. merupakan pilihan utama (Rekomendasi tingkat AI')
Terdapat bukti-bukti yang kuat bahwa penurunan . Dalam situasi di manabaikpropanolol maupun LVE tidak
denlut nadi istirahat sebesar 25 %o detgan penghambat dapat digunakan, isosorbide mononitrate dapat dipakai
beta (propanolol, atenolol, atau nadolol) dapat mencegah sebagai obatpilihanutama(2 x 20 mg). (Rekomendasi
perdarahan pertama, karena penurunan ini berhubungan tingkatBl.)
langsung dengan penurunan tekanan portal. Isosorbide- l. Siapa yang harus dilakukan surveilans untuk
5-mononitrate 2 x 40 mg, dalam penelitian yang belum perdarahan varises ?
terlalu banyak, efektif juga untuk mencegah perdarahan . Semua pasien dengan sirosis sebaiknya dikerjakan
y ang pertama. Masih dibutuhkan metodologi penelitian endoskopi pada saat diagnosis dibuat.
yang lebih baik untuk menetapkan siapa saja yang (Rekomendasi tingkat CI.)
mempunyai risiko yang paling tinggi untuk berdarah, 2. Berapa kali pasien sirosis harus di endoskopi ?
sehingga dengan demikian dapat diketahui siapa saja yang . Bila pada saat endoskopi perlama tidak ditemukan
paling diuntungkan untuk pengobatan profilaksis. varises, pasien sirosis harus dilakukan endoskopi
Metodologi yang lebih baik juga dibutuhkan untuk berkala dengan jarak 3 tahun sekali. (Rekomendasi
menetapkan obat mana yang efektif unfuk menurunkan tingkat AII.)
tekanan porlal. . Bila ditemukan varises kecil pada saat diagnosis
Endoskopijuga telah dipakai sebagai salah satu teknik dibuat, pasien harus dilakukan endoskopi berkala
untuk mencegah perdarahan varises. Sklero Terapi setiap tahun sekali. (Rekomendasi grade aii.)
Endoskopi (STE) telah dipakai sejakbeberapa tahun untuk 3. Pasien sirosis mana yang harus diberi profilaksis
pengobatan perdarahan varises, namun akhir-akhir ini tidak primer ?
dianjurkan lagi sebagai pengobatan profilaksis karena . Bila dibuat diagnosis varises tingkat 3, pasien harus
kurang efektif. Ligusi varises endoskopi (LVE) mungkin mendapat profilaksis primer, tanpa melih atbetatnya
bermanfaat untuk pengelolaan perdarahan varises akut, gangguan faal hati pasien (Rekomendasi tingkatAl.)
tetapi untuk pengobatan profilaktik masih belum banyak . Bila pasien mempunyai varises tingkat 2, detgan
dipakai, sehingga efektivitasnya juga masih perlu gangguan faal hati Child kelas B atau C, mereka
dibuktikan. harus mendapat profilaksis primer. (Rekomendasi
Pada saat ini skleroterapi endoskopi (STE) belum dapat tingkatBl).
direkomendasi sebagai terapi profilaksis untuk perdarahan
varises pada pasien sirosis. Sarin dan kawan-kawan
membandingkan terapi ligasi varises (LVE) dengan tanpa PENATALAKSANAAN AWAL (INITIAL MANAGE.
terapi aktifdengan cara acak, dan hasilnya menunjukkan MENT)
terjadi penurunan secara bermakna perdarahan varises pada
pasien yang mendapat pengobatan LVE. Sementara angka Langkah pertama yang paling penting dalam pengelolaan
kematian tidak berbeda. Penelitian selanjutnya yang perdarahan varises akut adalah segera mulai resusitasi dan
menyangkut 120 pasien, menunjukkan hasil yang sama. proteksi jalan napas untuk mencegah terjadinya aspirasi.
LVE juga telah dibandingkan dengan propanolol dalam Endoskopi dini dapat mengevaluasi saluran cerna bagian
penelitain secara acak, hasilnya menunjukkan bahwa LVE atas secara lebih akurat unfuk membuat diagnosis sumber
dapat menekan frekuensi perdarahan pertama, namun tidak perdarahan, serta menenfukan pengobatan secara tepat.
mempengaruh i angka kematian. Di negara-negara maju, setiap pasien dengan
Sesuai dengan rekomendasi Inggris, juga rekomendasi perdarahan akut saluran makan bagian atas (SMBA),
Baveno III-2000, metode profilaksis primer yang paling bark terutama perdarahan varises, dianjurkan diawasi di rumah
dan efektifadalah: sakit, bila perlu di ruangan perawatan intensif, walaupun
. Terapi farmakologi dengan propranolol merupakan perdarahan tampaknya ringan. Bila ada Tim Hipertensi
modalitas terapi terbaik yang ada pada saat ini. Portal, sebaiknya Tim tersebut telah dilibatkan sejak awal
(Rekomendasi tingkat AI.) perawatan pasien. Setelah keadaan umum pasien stabil,
' Tujuan pengobatan dengan propranolol: Menurunkan segera dilakukan pemeriksaan endoskopi darurat untuk
302 KEGAWATDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKTT DALAM
menetapkan penyebab perdarahan dan menentukan aspirasi pneumonia atau infeksi. Penelitian terakhir
pengobatan yang tepat. menunjukkan bahwa pasien dengan sirosis yang mengalami
Konsensus Baveno III-2000 (41) merekomendasikan perdarahan, menunjukkan perbaikan perjalanan klinik
bahwa pemberian darah harus dikerjakan secara hati-hati dengan pemberian antibiotika profi laksis (amoksisilin-asam
dan lebih konsernatif, dengan menggunakan sel darah klavulanik dan siprofl oksasin).
: packed red cell), cukup untuk
yang dipadatkan (PRC
mempertahankan hematokrit antara 25 - 30 %o, dan
pemberian cairan pengganti plasma (plasma expander) PENGOBATAN DEFINITIF (DEF|N|T|VE TH ERApy)
untuk mempertahankan hemodinamik yang stabil.
Mengenai pemberian obat-obat koagulopati dan Pipa Sengstaken-Blakemore (SB tube) dengan modifikasi
pengobatan terhadap trombositopeni, masih diperlukan Minnesota (dengan penambahan lubang aspirator di atas
data yang lebih banyak. Adanya infeksi harus balon esofagus) dapat dipakai untuk mengatasi
dipertirnbangkan pada semua pasien. Karena itu pemberian perdarahan varises esofagus atau varises lambung di
antibiotika profilaksis seyogyanya dilakukan sebagai daerah proksimal, namun harus dipastikan dulu sumber
bagian pengobatan rutin untuk semua pasien pada saat perdarahannya. SB tube harus dipasang secara tepat dan
masuk rumah sakit. dengan pengawasan (monitoring) yang ketat, karena risiko
Intervensi awal untuk setiap pasien dengan perdarahan kernungkinan terjadinya komplikasi yang sedang sampai
akut adalah pemasangan akses intravena yang baik, berat. Pada umumnya dianjurkan untuk melakukan inflasi
selanjutnya mulai dengan penggantian volume darah yang balon esofagus maupun lambung pada awalnya, dan
hilang (v o lum e r ep I a c em enl). Hampir pada semua pasien, segera dilakukan deflasi dalam waktu 12 - 24 jam, :ul;rt'tk
tindakan ini dapat dimulai dengan cairan kristaloid, diikuti menghindari kerusakan mukosa. Sekali balon
dengan transfusi darah. Bila pasien masih berdarah aktif, dikempeskan, dianjurkan untuk segera dilakukan
dan diketahui kemungkinan besar ada hipertensi portal, pengobatan lanjutan untuk mencegah perdarahan ulang,
vasopressin atau octreotide dapat diberikan dalam dosis karena perdarahan ulang setelah pengempesan SB tube
empirik sebagai usaha untuk menurunkan tekanan portal terjadi sekitar 80 o/o atau lebih. Beberapa pengobatan
dengan cepat. Dengan demikian dapat menurunkan risiko definitif termasuk antara lain : terapi endoskopi (STE atau
atau menghentikan perdarahannya. Vasopressin diberikan LVE), embolisasi transhepatik atau transmesenterik
dalam dosis 0.1- 1.0 unit/menit, meskipun dosis di atas 0.6 (minilaparotomi), operasi (pintasanl shunt, ligasi,
unit/menit masih diragukan efektifitasnya. Obat ini dapat devaskularisasr), Transjugular Intrahepatic Porto-
menimbulkan vasokonstriksi bermakna, yang dapat syslemic Shunts (TIPS), ata:u orthotopic liver trans-
menyebabkan iskemi atau nekrosis organ. Pasien dengan plantation (OIjI).
penyakit pembuluh darah koroner atau penyakit pembuluh Terapi definitifawal yang terpilih adalah STE atau LVE.
darah perifer, merupakan kontraindikasi pemberian obat Baik penyuntikan bahan sklerosan (1 .5% sodium
ini. Pemberian nitrogliserin intravena dalam dosis 0.3 mgl tetradecyl suffote atau 5%o ethanolamine oleate) darr
menit, atau secara sublingual, maupun transdermal (patch) pemasangan ligator pada varises esofagus, terbukti dapat
dapat ditambahkan pada vasopressin untuk menurunkan mencegah perdarahan ulang varises dan memperpanjang
risiko terhadap komplikasi pada jantung dan pembuluh ketahanan hidup pasien (survival). Untuk mencapai tujuan
darah. Octreotide (analog sintetik dari somatostatin) dapat ini, pasien harus diterapi secara berkala dan teratur, dengan
menurunkan tekanan portal tanpa menimbulkan efek pengobatan awal selanjutnya dengan intewall -2 minggu
samping seperti pada vasopressin. Penelitian menunjukkan sampai varises dapat dieradikasi. Makin cepat eradikasi
bahwa dosis efektif octreotide adalah25-200 mcg/jam secara tercapai, makin baik hasil prevensi perdarahannya.
intravena, dengan atau tanpa didahului bolus 50 - 100 mcg. Sayangnya, STE mempunyai banyak efek samping seperli
Plasma segar beku (FFP : fresh frozen plasma) dapat : demam, nyeri dada, mediastinitis, efusi pleura, tukak
diberikan pada pasien yang terus berdarah yang esofagus yang dalam, perforasi esofagus, dan striktur).
menunjukkan PPT yang memanjang. Demikian pula LVE lebih efektif dari pada STE, mempunyai efek samping
tombosit (TC : thrombocyte concentrate) dapat dlberlkan jauh lebih sedikit, juga menunjukkan perdarahan ulang
bila trombosit < 50,000/m1 dan perdarahan masih yang lebih sedikit serta mortalitas yang lebih baik dibanding
berlangsung. STE. Dengan pemakaian ligator ganda (multiple ligators),
Pasien dengan ensefalopati, intoksikasi, atau gangguan pemakaian oyertube dapat dikurangi bahkan dihindari,
mental/ kesadaran yang lain, perlu dilakukan pemasangan sehingga LVE menjadi lebih aman dan lebih cepat.
intubasi endotrakheal sebelum pemeriksaan endoskopi, Embolisasi radiologik pada arteri koronaria gastrika dan
atau prosedur invasif lain, karena.risiko aspirasi cukup kolateralnya, yang memberi pasokan pada varises yang
tinggi. Setiap pasien dengan perdarahan varises berdarah, dapat menghentikan perdarahan secara efektif.
mempunyai tambahan risiko tinggi untuk mengalami efek Namun pendekatan transhepatik menjadi sulit pada hati
samping yang lebih berat, bila terjadi komplikasi seperti yang sangat sirotik, keras, dan disertai asites, dan dapat
PENAf,ALAKSANAAN PERDARA}IAN VARISES ESOFAGUS 303
menimbulkan risiko komplikasi yang sangat tinggi. Sesuai dengan rekomendasi Inggris: idealnya pasien
Pendekatan lewat vena transmesenterik tampaknya dapat dengan perdarahan varises seyogyanya dirawat di unit
mengatasi masalah ini, namun membutuhkan insisi kecil, dimana tenaga yang ada sudah familiar dengan pengelolaan
yang tetap masih dapat memberi tambahan komplikasi. pasien dan penggunaan semua alat-alat untuk intervensi
Tindakan bedah mempunyai hasil yang sangat bervariasi. secara rutin. (Rekomendasi tingkat CII.)
Devaskularisasi lambung bagian proksimal dan esofagus,
dengan atau tanpa transeksi esofagus, mempunyai
beberapa keuntungan, namun tindakan ini belum dapat
diterima secara luas sebagai tindakan yang aman dan
efektif. Pintasan porto-sistemik dengan bermacam cara, Cara :
sangat efektif untuk menghentikan perdarahan, tetapi - Kanula perifer No 16, paling sedikit 2
PENGOBATAN JANGKA PANJANG/PROFILAKSIS diikuti dengan endoskopi beikala setiap 3 bulan dan 6
SEKUNDER (SECONDA Ry pROpHyLAXtS) bulan. Bila terjadi varises baru, segera dilakukan
eradikasi ulang. (Rekomendasi tingkatAII.)
Sementara terapi endoskopi secara berkala dapat
menimbulkan eradikasi varises, menekan perdarahan ulang,
dan memperbaiki ketahanan hidup (survival) pasien Skleroteterapi Endoskopik (STE)
sirosis, tindakan ini khususnya hanya terbatas pada pasien . Bila LVE tidak memungkinkan, STE dapat dikerjakan.
dengan Child A dan B. Sampai saat ini belum ada satu (Rekomendasi tingkat BI.)
penelitian pun yang menunjukkan perbaikan ketahanan . Bahan sklerosan yang dipakai tergantung persediaan
hidup pada pasien Child C, bahkan pada beberapa yang ada.
penelitian pengurangan perdarahan ulangpun tidak . Interval antara pengobatan sama seperti LVE di atas.
terbukti. Demikian pula pada perbandingan endoskopi (Rekomendasi tingkat AII.)
versus prosedur pintasan pada pasien Child C. Karena itu
sampai saat ini masih belum terbukti secara jelas, dari Penghambat Beta Non-selektif dengan atau
sekian banyak variasi pilihan pengobatan, tindakan apa Tanpa Terapi Endoskopik
yang paling terpilih, khususnya dalam hal cost elfectivity. . Kombinasi STE denganpenghambatbetanon-selektif
Tampaknya pilihan terapi terbaik saat ini masih tergantung maupun beta bloker tunggal, dapat digunakan. Bila yang
pada : tersedianya sarana serta tenaga terlatih, serta kondisi
dipilih yang terakhir, maka sebaiknya dlakukan
pasien secara keseluruhan. pemeriksaan pengukuran HVPG, untuk memastikan
Penurunan tekanan portal secara medik (dengan bahwa pengobatan tersebut berhasil menurunkan
bantuan obat), telah terbukti dapat menurunkan risiko tekanan HVPG di bawah 12 mm Hg. (Rekomendasi
perdarahan ulang. Tindakan ini dapat dikerjakan dengan tingkat AII.)
pengobatan tunggal atau dengan kombinasi terapi
endoskopi, untuk mendapatkan hasil maksimal dalam hal
perbaikan ketahanan hidup dan mengurangi perdarahan TIPSS (T ranjugular lntrahepatic Portosystemic
ulang. Penghambat beta merupakan obat yang biasanya Stenf Shunf)
digunakan untuk menurunkan tekanan portal, namun
. TIPSS lebih efektif dibanding terapi endoskopik dalam
efeknya hanya dapat diperkirakan saja, mengingat tidak menekan perdarahan ulang varises esofagus, tetapi
ada tindakan non-invasif yang dapat dipakai untuk tidap dapat memperbaiki ketahanan hidup pasien, dan
mengukur tekanan portal. Tujuan baku yang hendak sering diikuti ensefalopati hepatik. Tindakan ini hanya
dicapai adalah penurunan nadi pada saat istirahat sebesar dikerj akan pada pusat tertentu yang mempunyai fasilitas
25 %o, dengan menggunakan propanolol, atenolol, atau
untuk tindakan ini. (Rekomendasi tingkat AI.)
nadolol. Hasil yang lumayan juga telah dibuktikan
dengan penggunaan isosorbid-5 -mononitrat (ISMN) 40
mg,2kali sehari. Hasilnya mungkin akan lebih baik bila VARISES LAMBUNG
dilakukan kombinasi antara penghambat beta + isosorbid.
Bila varises telah mengalami eradikasi dengan STE atau Khusus untuk varises lambung, rekomendasi Inggris
LVE, pengobatan medis dapat dihentikan, kecuali terjadi menganj urka L c ar a- car a pengelolaan sebagai berikut:
masalah lain, seperti timbulnya portal hypertensive
gastropathy.
Klasifikasi Varises Lambung
Sesuai dengan rekomendasi Inggris, profilaksis
sekunder untuk perdarahan varises pada sirosis dapat Primer. Varises lambung dapat dideteksi dengan
dilakukan dengan cara-cara berikut pemeriksaan endoskopi. Sekunder. Varises lambung yang
timbul dalam waktu 2 tahun setelah eradikasi varises
Ligasi Varises Endoskopik (LVE) esofagus.
. Setelah perdarahan aktifvarises dapat diatasi, varises Macam-macam (tipe) varises lambung. l. Gastro-
harus dieradikasi dengan cara endoskopik. pilihan oesophageal varices tipe I dan2 (GOV): varises lambung
pertama adalah LVE. (Rekomendasi tingkatAl.) yang merupakan lanjutan varises esofagus dan biasanya
. Dianjurkan setiap varises diligasi dengan I ligator setiap timbul di daerah kurvatura minor dan fundus. 2. Isolated
minggu sampai varises menghilang. (Rekomendasi gastric varices tipe 1 dan 2 (IGV): varises lambung yang
tingkatBII.) bukan merupakan lanjutan varises esofagus, dan biasanya
. Pemakaian over tube sebaiknya dihindari karena dapat timbul di daerah fundus atau di tempat manapun di
menambah komplikasi. (Rekomendasi tingkat BII.) lambung, termasuk korpus, antrum, pilorus, dan
. Setelah varises berhasil dieradikasi, pasien harus tetap duodenum. (Rekomendasi tingkat BII.)
PENATALAKSANAAN PERDARAHAN VARISES ESOFAGUS 30s
yang lain. Pembagian gradasi varises yang paling D'Amico G, Pagliaro L, Bosch J The treatment of portal hyperten-
sion: A meta-analytic review. Hepatology 7995;22:332-54.
sederhana yang dianjurkan saat ini adalah dalam 3
De Franchis R, Primignani M, Arcidiacono PG, et al. Prophylactic
tingkatan : kecil, sedang dan besar. Semua pasien sirosis
sclerotherapy in high-risk cirrhotics selected by endoscopic
hati seyogyanya dilakukan skrining adanya varises pada criteria: A multicenter randomized controlled trial.
saat diagnosis sirosis mulai ditegakkan. Gastroentero Logy 199 I ; 1 01 :1 087-93.
Untuk tata laksana medik perdarahan akut varises De Franchis R Developing concensus in portal hypertension. .-/
Hernomo, K. Hipertensi Portal. Buku Ajar llmu Penyakit Dalam, Piai G, CipollettaL, Claar M, el al. Prophylactic sclerotherapy of
Jilid 1, Edisi ke 3, Editor: Sjaifoellah Noer HM dkk., Balai high-risk esophageal varices: Results of a multicentric prospective
Penerbit FKUI, Jakarta, 1996, hal. 280. controlled trial. Hepatology 1988;8:1495-1500.
Inokuchi K, Sugimachi K, Sato T, et al. Improved survival after Prada A, Bortoli A, Minoli G Camovali M, Colombo E, Sangiovanni
prophylactic portal nondecompression surgery for esophageal A. Prediction of oesophageal variceal bleeding: Evaluation of
varices: A randomized clinical trial. Hepatologt 1990;12 1-6 the beppu and North Italian Endoscopic Club scores by an
Italian Multicenter Project for Propranolol in Prevention of Bleed- independent grorp. Eur J Gaslroenterol Hepatol 1994;6:1009-
ing. Propranolol prevents first gastrointestinal bleeding in non- 13.
ascitic cirrhotic patients. Final report of a multicenter random- Sarin SK, Guptan RKC, Jain AK, Sundaram KR. A randomized
ized trial. J Hepatol. 1989;9:75-83. controlled trial of endoscopic variceal band ligation for pri-
Jalan R, Hayes PC. UK guidelines on the management of variceal mary prophylaxis of variceal bleeding. Eur J Gastroenterol
haemorrhage in cir:rhotic patients. Gur 2000;46(Suppl 3):iii1- Hep ato l. 199 6;8 :337 -42.
iii 1 5. Sarin SK, Lamba GS, Kumar M, Misra A, Murthy NS. Comparison of
Lay CS, Tsai YT, Teg C! e/ a/. Endoscopic variceal ligation in endoscopic ligation and propranolol for the primary prevention
prophylaxis of first variceal bleeding in cinhotic patients with of variceal bleeding. N Engl J Med. 1999;340:988-93.
high-risk esophageal varices. Hepatology. 1997;25:1346-50. Sharara AI, Rockey DC. Gastroesophageal Variceal Haemorrhage
Lebrec D, Poynard T, Capron !P, et al. Nadolol for prophylaxis of New Engl J Med. 20Ol;345:669-81.
gastrointestinal bleeding in patients with cirrhosis. A random- Silvain C, Carpentier S, Sautereau D, et a1. Terlipressin plus transdermal
ized trial. J Hepatol. 1988;7:l 18-25. nitroglycerin vs octreotide in the control of acute bleeding
Merkel C, Marin R, Enzo E, at a/. Randomised trial of nadolol alone from esophageal varices: a multicenter randomized trial.
or with isosorbide mononitrate for primary prophylaxis of Hepatology. I993; 1 8:61-5.
variceal bleeding in cirrhosis. Gruppo-Triveneto per Siringo S, McConnick PA, Mistry P, Kaye G, Mclntyre N, Burroughs
L'ipertensione portale. Engl J Med. 1996;334:1624-29.
.A/ AK. Prognostic significance of the white nipple sign in variceal
Navasa M, Chesta J, Bosch J, Rodes J. Reduction of portal pressure bleeding. Gastroinlest Endos l99l;37 :51-5.
by iso-sorbide-5-mononitrate in patients with cirrhosis. Effects Soderlund C, Magnusson I, Torngren S, Lundell L. Terlipressin
upon splanchnic and systemic haemodynamics and liver func- (triglycyl-lysine vasopressin) controls acute bleeding oes.oph-
tion. Gastroenterology 1989;96:11 10-8. ageal varices. A double-blind, randomized, placebo-controlled
New Italian Endoscopic Club (NIEC) for the study and therapy of trial. Sc and J G as troenterol. \990 ;25:622-30.
esophageal varices. Definitions, methodology, and therapeutic The PROVA Study Group. Prophylaxis of first hemorrhage from
strategies in portal hypertension. BAVENO III - portal hyper- oesophageal varices by sclerotherapy, propranolol or both in
tension into the third millenium. 3'd Baveno International cirrhotic patients A randomised multicenter trtal. Hepatology.
Consensus Workshop and 1't Postgraduate Course. Lake 1991;14 1016.
Maggiore, Ita1y, April 12 - 14, 2000. Triger DR, Smart HL, Hosking SW, Johnson AG. Prophylactic
North Italian Endoscopic Club (NIEC) for the study and treatment sclerotherapy for esophageal varices: Long-term results of a
of esophageal varices. Prediction of first variceal haemorrhage single-center trial. Hepatology l99l;13:117 -23.
in patients with cirrhosis of the liver and esophageal varices. A Tsai Y! Lay CS, Lai KH, et al. Corrtrolled trial of vasopressin plus
prospective multicenter study. 1r' Engl J Med 1988;319:983-9 nitroglycerin vs vasopressin alone in the treatment of bleeding
Pascal JP, Cales P and Multicentre Study Group. Propranolol in the esophageal vartces Hepatologyl9S6;6:406-9.
prevention of first upper gastrointestinal tract hemorrhage in VA Cooperative Variceal Sclerotherapy Group. Sclerotherapy for
patients with cirrhosis of the liver and esophageal varices. N male alcoholic cirrhotic patients who have bled for esophageal
Engl J Med 1987;317:856-61. varices: results of a randomized multicenter clinical trial.
Hep ato I ogy 199 4;20 :618 -25.
45
ILEUS PARALITIK
Ali Djumhana, Ari Fahrial Syam
307
308 KEGAWTIDARURATAN MEDIK DI BIDA,T{G ILMU PENYAKTT DALAIVT
309
310 KEGAWAIDARURAIAN MEDIK DI BIDAIYG ILMU PENYAKIT DALAIVI
membantu menegakkan diagnosa pasti dan menenfukan Pada Pasien yang tua dimana kejadian akut timbul pada
luasnya daerah yang terkena. Pemeriksaan penunjang lain, kondisi sudah adanya tanda-tanda kronis, maka diag-
yaitu laboratorium darah segera dilakukan untuk nosis penunjang sangat penting. Bila pada Doppler
memastikan adatya proses trombosis yang tentunya terlihat kelainan obstruksi atau stenosis yang cukup
diterangkan di bab yang lain. Arleriografi biasanya tidak luas kadang-kadang operasi by pass segera bisa
dikerjakan, malahan pada keadaaan akut, akan dikerjakan.
memperlambat tindakarVpertolongan kita. Setelah dilakukan trombektomi maka tindakan lain yang
terus dilakukan terutama heparinisasi.
Tindakan/Pertolongan
Garis besar rencana perawatan dari sumbatan arteri tungkai
akut adalah sebagai berikut :
311
312 KEGA1VATDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PET\IYAKIT DALAM
proliferasi yang tinggi. sementara alkalinisasi urin tetap dilakukan. Bila terjadi
. Tumor yang sangat sensitif terhadap kemoterapi. keadaan oliguria maka harus diberikan diuretik atau manitol
. Hiperurisemia yang sudah ada sebelum pengobatan. 7 2,5 gr am dalam larutan 20%o. Hip erkalemia adalah keadaan
. Penurunan fungsi ginjal. yang mengancam jiwa, sehingga harus segera dilakukan
tindakan berupa pemberian 20-30 I.U insulin regular dalam
200-300 ml glukosa 20%o intrayena selama 30 menit, bisa
DIAGNOSIS ditambahkan 15 gram Kayexalate setiap 6 jam peroral.
Keadaan hiperkalemia ini dapat dikenali dengan timbul nya
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya tanda-tanda gelombang T tinggi pada EKG.
sindrom yang disebutkan di atas yaitu: hiperuriksemia, Keadaan hipokalsemia dapat dikoreksi dengan
hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hipokalsemia serta tanda pemberian kalsium glukonat intravena.
gangguan ginjal berupa peningkatan kadar ureum, Bila timbul hiperfosfatemia maka tindakan alkalinisasi
kreatinin, penurunan volume urin, asidosis metabolik urin harus dihentikan karena dapat meningkatkan
dengan pernapasan "Kussmaul", atau gejala sesak napas presipitasi kalsium fosfat. Bila volume urin tetap sedikit,
karena over load cairan tubuh, tetani, kejang otot, gangguan asam basa dan gangguan elektrolit tetap terjadi
gangguan irama janfung sampai penurunan kesadaran. disertai adanya perburukan fungsi ginjal, maka tindakan
dialisis harus dilakukan untuk menyelamatkan jiwa.
PENATALAKSANAAN
Pencegahan adalah langkah terbaik yang dilakukan. 1. Kalium, serum > 6 mcg/l
Pengenalan jenis tumor dan pasien dengan risiko tinggi 2. Asam urat serum > 10 mg/dl
harus dilakukan sebelum kemoterapi dimulai, sehingga 3. Kreatinin serum > 10 mg/dl
tindakan pencegahan dapat dilakukan untuk melindungi 4. Fosfat serum > 10 mg/dl.
fungsi ginjal. Untuk pasien-pasien tersebut diberikan 5 "Volume overloaded state"
hidrasi cairan sebesar 2000-3000 mllm2l24 jamyang sudah 6 Hipokalsemia yang simtomatik
Kanker saat ini frekuensinya meningkat. Faktanya selama Sindrom Vena Cava Superior
hidup seorang pria berisiko terkena kanker prostat I di Sindrom vena cava superior disebabkan oleh adanya
attara 6, begitu pula seorang wanita selama hidupnya obstruksi atau tekanan pada vena cava superior yar,g
berisiko terkena kanker payudara 1 diantara 8. Secara mengalirkan darah ke atrium kanan. Vena cava superior
statitistik juga terjadi peningkatan insidens kanker, dibentuk dari penyatuan vena brachiocephalica kanan dan
sebagai contoh CPIC (colorectal cancer) 42,3-60,8 per kiri dan berakhir pada bagian superior-posterior atrium
100.000 penduduk, paru 70 per 100.000 penduduk di kanan. Lokasinya di mediastinum tengah dan berdekatan
Amerika Serikat. dengan sternum, trakea, bronchus kanan, aorta, arteri
Dengan semakin banyak kanker yang dapat pulmonaris, kelenj ar getah bening paratrakeal dan parahiler.
didiagnosis dan diterapi, semua dokter harus mampu Dinding vana cava superior tipis sehingga dengan
mengenali dan menangani kegawatan onkologi. mudah ditekan. Bila dindingnya sebagian atau seluruhnya
Sindrom paraneoplastik adalah gangguan klinik tertekan, akan terjadi sirkulasi kolateral. Yang paling
dengan tanda dan gejala yang mengenaijauh dari tempat penting adalah kolateral melalui v ena azygos, yang lainnya
tumor primer dan metastasis. Insidens sindrom adalah vena m amaria interna, vena torakalis lateral, vena-
paraneoplastik adalah sekitar 50%. Sangat penting vena paraspinalis dan esofagus. Vena-vena yang letaknya
mengenali manifestasi klinik sindrom paraneoplastik subkutan juga penting dan pelebarannya pada leher dan
karena sering kali merupakan petunjuk awal adanya dada adalah tanda pemeriksaan fisik yang khas.
kanker dan pengenalan segera akan mengarah diagnosis
yang lebih awal dan pada stadium yang lebih bisa
Etiologi
ditangani. Keberhasilan penanganan tumor yang Sindrom vena cava superior disebabkan oleh penekanan,
mendasari akan menghilangkan sindrom paraneoplastik.
invasi atau trombosis pada vena cava superior. Saat ini
Pada beberapa keadaan, tumor tidak bisa diobati tetapi penyebab terbanyak adalah keganasan (80-98%)'
gejala dan komplikasi sindrom paraneoplastik bisa Penyebab terbanyak adalah kanker paru diikuti oleh
ditangani. Kegawatan pada kanker dapat dikategori limfoma, kanker yang bermetastasis di mediastinum dan
menjadi 3 kelompok: tomor primer mediastinum lihat Tabel l.
1. Tekanan atau obstruksi oleh SOL (space-occupying
lesion) Evaluasi
2. Masalah metabolik atau hormonal (sindrom Manifestasi klinik sindrom ini bisa akut maupun subakut.
paraneoplastik) Penekanan vena cava superior yang berlahan
3. Komplikasi akibat pengobatan kanker memungkinkan berkembangnya sirkulasi kolateral.
313
314 KEGAWAXDARURATAN MEDIK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
Radioterapi
Radioterapi efektif pada sebagian besar kasus dan memberi
Beratnya sindrom vena cava superior terganfung pada
perbaikan gej ala 7 0 -9 0o/o pasien dan hanya I 0 - I 5Yo y ang
penyebab yang mendasari, kecepatan obstruksi, adarrya
tidak berespon. Pemberian fraksinasi dosis tinggi ( >3 Gy/
trombus, lokasi obstruksi, dan kecukupan sirkulasi
hari ) memberikan hasil yang lebih baik daripada dosis
kolateral. Gejala dan tandanya lihat Tabel2.
konvensional 2 Gy lhari.
Pada pemeriksaan foto dada umumnya dijumpai kelainan
pada setengah sampai 213 pasiendijumpai pelebaran atau
masa pada mediastinum superior. Bisa didapat massa pada Kemoterapi
hilus kanan (10-40yo), efusi pleura kanan(25o/o), adenopati Kemoterapi diindikasikan pada tumor yang kemosensitif
hilus dan masa pada paru (20%). Tapi bisa ditemukan foto (kankerparu sel kecil, tumor sel germinatrium, limfoma).
dada yang no rmal (3 - | 5%). Dapat digunakan sebagai terapi tunggal, bersamaan atau
CT-scan dengan kontras atau imaging resonansi setelah radioterapi.
magnetik (MRI) adalah pemeriksaan yang penting untuk Evaluasi setelah 3 siklus, bila berespons dilanjutkan
mendeteksi lokasi obstruksi, adanya trombus pada vena kemoterapi 3 siklus lagi. Pada kasus dengan stable
cava superior, sirkulasi kolateral, masa atau adenopati disease atau disease progression drberlkan jenis
mediastinum. Pemeriksaan venografi diperlukan bila kemoterapi lain dan atau radioterapi.
antisipasi bedah akan dilakukan. Sitologi sputum
Terapi Antikoagulan atau Trombolitik
Pemakaian antikoagulan atau trombolitik dipefianyakan.
Karena sebagian besar pasien respons dengan terapi
Gambaran kinik sindrom vena cava superior spesifik. Jika pada pemeriksaan dengan venografi atau CT:
Gejala
Sesak 63% scan ditemukan trombus, pemberian heparin akan
Muka terasa penuh 50% bermanfaat. Terapi fibrinolitik efektif pada pasien yang
Batuk 24o/" penyebabnya adalah trombus pada kateter vena sentral,
Nyeri dada 15%
Disfagia 9% dan tidak efektifyang disebabkan oleh invasi tumor atau
Sakit kepala penekanan dari mediastinum.
Gangguan penglihatan
Mual
Hidung terasa mampat Expandable Metal Stent
Tanda
Vena leher distensi 66% Keberhasilan cukup tinggi, 95o/o,tapi akan terjadi obstmksi
Vena dinding dada distensi 54% lagi pada 11o%. Secara keseluruhan keberhasilan jangka
Muka edem 46% panjang92o/o.
Sianosis 20%
Plethora 19%
Lengan edem 14%
Ekstremitas atas edem
Pembedahan
Kemosis Pembedahan hanya dikerj akan pada pasien yang tak
Papil edem berhasil dengan terapi konvensional. Tekniknya bisa
Kesadaran menurun
dengan rekonstruksi vena kava superior atau pembuatan
Sinkop
bypass vena.
KEGAWAIDARURAIAN ONI.OI.OGI DAN SINDROM PARANEOPLASTIK 315
cara perikardiosentesis pada pasier. dengan tamponade 1. Kompresi spinal oleh fragmen tulang
jantung. 2. Kompresi spinal yang tidak diketahui penyebabnya
dan biopsy jaringan diperlukan karena perburukan
defisit neurologi
Penatalaksanaan 3. Tumor tidak berespons dengan radioterapi
Pada pasien dengan tanpa atau gejala ringan dan . Radioterapi setelah pembedahan
hemodinamik stabil dapat diberikan terapi sistemik.
Kemoterapi dan radioterapi dapat diberikan pada kanker Pasien dengan nyeri punggung atau tanpa defisit neurologi
yang kemosensitif (limfoma, leukemia, kanker payudara, tetapi radiologi abnormal
kanker paru sel kecil) atau radiosensitif (limfoma, kanker
. Kontrol nyeri dengan analgetik
payudara, kanker paru). Pasien dengan hipotensi ringan
. Radioterapi diberikan fraksinasi 25-30 cGy sampai dosis
dapat diberikan cairan cepat NaCl 0,9%o atauringer laktat. total 3000-3500 cGy
Pasien dengan tamponade jantung harus dikerjakan
. Kemoterapi diberikan pada tumor yang sensitif,
perikardiosentesis. umumnya setelah selesai radioterapi atau pembedahan
316 KEGAWAXDARURAIAN MEDIK DI BIDANG ILMU PEI\YAKIT DALAM
KOMPLIKASI METASTASIS OTAK hiperleukositosis adalah 5-13% pada AML dan l0-30%
pada ALL. Peningkatan sel blast di perifer meningkatkan
Metastasis otak terjadi pada l0-30Yo pasien kanker dan viskositas darah, aliran darah diperlambat oleh agregrat
dua pertiganya akan menimbulkan gejala. Penyebab sel hrmor dan sel leukemia mampu menembus endotel yang
terbanyak adalah kanker paru diikuti oleh payudara dan menyebabkan perdarahan. Otak dan paru adalah organ
melanoma. Kanker paytdara metastasis ke otak 10-20% yang paling sering terkena. Leukostasis otak bisa
kasus. Kanker paru sel kecil metastasis ke otak 20-40% mengakibatkan stupor, nyeri kepala, pusing, telinga
kasus. Melanoma metastasis ke otak l2-20o/okasus. mendenging, gangguan visual, ataksia, koma, mati
mendadak. Komplikasi ini bisa dilindungi dengan
Evaluasi radioterapi otak 600cGy dan diikuti kemoterapi
Metastasis otak menyebabkan gejala dan tanda oleh karena antileukemia. Leukostasis paru bermanifestasi sesak,
lokasi atau adatya peningkatan tekanan intrakranial. hipoksemia dan berkembang jadi gagal napas. Foto dada
Adanya metastasis otak harus dicurigai bila pasien kanker mungkin normal atau ditemukan infiltrat. Leukoferesis
ditemukan gejala neurologi. Defisit neurologi umumnya membantu menurunkan sel blast perifer. Pengobatan
dihubungkan dengan adanyamasa fumor yang membesar leukemia dapat menyebabkan perdarahan paru akibat lisis
dan berhubungan dengan edema (Tabel 3). sel blast di paru yang disebut leukemic cell lysis
pneumopathy. Penurunan volume darah dan transfusi yang
tak perlu akan meningkatkan viskositas darah dan
memperburuk sindrom leukostasis.
Gejala lnsidens %
Sakit kepala 35-50
Mual muntah 30-40 KEDARURATAN METABOLIK
Astenia 35-49
Kejang 15-20
Pusing 10-20
Ataksia 15-20
A. Hiperkalsemia
Afasia 15-20 Hiperkalsemia paling berisiko pada kanker payudara,
mieloma multipel, kanker paru non sel kecil dan
hipernefroma.
Patofisiologi
Pasien bisa bergejala seperti pada Tabel 3, tetapi ada
P arathyroid horrnone (PTH) d.an Parathyroid hormone-
70% metastasis otak tanpa gejala. Pada pemeriksaan fisik
relatedprotein (PTHrp). Tumor jarang menghasilkan PTH
ditemukan afasia, hemiparesis, gangguan penglihatan dan
kejang, leher kaku, edema papil, hipertensi. bradikardia.
kecuali kanker parathyroid. PTHrp adalah penyebab
tersering hiperkalsemia yang terkait kanker. Kondisi
Bila sudah lanjut terjadi penurunan kesadaran. Diagnosis
fisiologis PTHrp adalah faktor parakrin. Bila produksi
bisa dibantu dengan CT-scatq atau MR[. MRI lebih sensitif
berlebihan akan berfungsi sebagai hormon yang bekerja
dibanding CT-Scan.
sistemik meningkatkan absorbsi kalsium di usus,
reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal dan metabolisme
Penatalaksanaan tulang.
Radioterapi adalah terapi standar pasien dengan
metastasis otak multipel dengan gejala. Kemoterapi sebagai
Vitamin D3. Pada pasien limfoma Hodgkin, limfoma non-
Hodgkin, mieloma multipel terdapat peningkatan vitamin
awal terapi digunakan untuk metastasis otak yang multipel
D3.
atau tunggal yang tidak bergejala. Obat kemoterapi yang
melewati sawar darah otak adalah sisplatin, karboplatin, Sitokin. TGF disel<resi sel kanker dalamjumlah besar. Karena
etoposid, ifosfamid, temozolomid, gemsitabin, irinotekan. sebagian homologi, TGF rnerangsang reseptor EGF,
Pembedahan dikerjakan setelah radioterapi, pada pasien sehingga meningkatkan resorpsi tulang. IL-1, IL-6 dan TNF
dengan tumor primer terkontrol, status penampilan baik meningkatkan resorpsi tulang.
dan metastasis otak soliter. Terapi suportif adalah
Diagnosis Banding
pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan antikejang.
Penyebab hiperkalsemia adalah banyak (Tabel 4),
penyebab tersering adalah hiperparatiroidisme dan
keganasan. Jika hiperkalsemia terjadi pada pasien yang
LEU KOSITOSTASIS PARU DAN INTRASEBRAL
dirawat, 65% umumnya berhubungan dengan keganasan.
Terapiumum: QRS
. kurangi immobilisasi Pencegahan
. hentikan atau batasi obat yang menghambat ekskresi . Profilaksis hidrasi. Pasien harus dapat 3-5 Llm2 cairan
kalsium di ginjalmisal tiazid intravena (glukosa 5%:NaCl 0,9%o l:l).
. hentikan atau batasi obat yang menurunkan perfusi . Alkalinisasi urin dengan pemberian natrium bikarbonat.
ginjal misal OAINS, penghambat ACE, penghambat Target pH urin dipertahankatrarrtara 7 sampai 7,5.
reseptor angiotensin II . Balans cairan minimal 2 kali sehari
. hentikan suplemen vitamin D, A seperti multivitamin . Bila pasien dengan risiko tinggi terjadi sindrom lisis
fumor harus diperiksa setiap hari asam urat, Na, K, Ca,
Terapi spesifik:
.. Meningkatkan ekskresi kalsium urin dengan cara
Mg, fosfat, kreatinin, LDH, INR, fibrinogen, DPL,
glukosa.
pemberian NaCl 0,9o/o intravena.
. Menghambat resorpsi tulang dengan pemberian :