Anda di halaman 1dari 161

ANALISIS KINERJA PUSKESMAS BOGOR UTARA DALAM

UPAYA KESIAPAN UNTUK MENDAPATKAN STATUS


BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

TESIS

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi Strata Dua (S2)
Magister Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

EVI OKTARINA
2014970058

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
ANALISIS KINERJA PUSKESMAS BOGOR UTARA DALAM
UPAYA KESIAPAN UNTUK MENDAPATKAN STATUS BADAN
LAYANAN UMUM DAERAH

TESIS

Disusun Oleh :

EVI OKTARINA
2014970058

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh


Nama : Evi oktarina
NPM : 2014970058
Program Studi : Magister Kesehatan Masyarakat
Judul Tesis : “ANALISIS KINERJA PUSKESMAS BOGOR UTARA
DALAM UPAYA KESIAPAN UNTUK MENDAPATKAN
STATUS BADAN LAYANAN UMUM DAERAH”

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Sidang Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Magister Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

TIM PENGUJI :

Pembimbing : Dr. Budi Hartono, SE, MARS,ACC (______________________)

Penguji Ahli : Dr. dr. Toha Muhaimin, MSc (______________________)

Penguji Ahli : Prof.Dr.Suhendar Suleman,MS (______________________)

Penguji Ahli : dr. Armein Sjuhary Rowi,M.Kes (______________________)

MENGETAHUI :
Ka. Prodi MKM : Dr. Dewi (______________________)
Purnamawati,SKM.,MKM

Ditetapkan di Jakarta
Tanggal : 28 Agustus 2018

i
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Civitas Akademik Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya yang


bertandatangan di bawah ini

Nama : Evi Oktarina


NPM : 2014970058
Program Studi : Magister Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Administrasi Rumah Sakit
Karya : Analisis Kinerja Puskesmas Bogor Utara Dalam Upaya
Kesiapan Untuk Mendapatkan Status Badan Layanan Umum
Daerah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Muhammadiyah Jakarta hak bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya
ilmiah saya yang berjudul “ANALISIS KINERJA PUSKESMAS BOGOR
UTARA DALAM UPAYA KESIAPAN UNTUK MENDAPATKAN STATUS
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Royalti Non-Eksklusif ini
Universitas Muhammadiyah berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 28 Agustus 2018

Yang Menyatakan

(Evi Oktarina)

ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

Evi Oktarina

“ANALISIS KINERJA PUSKESMAS BOGOR UTARA DALAM UPAYA


KESIAPAN MENDAPATKAN STATUS BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH”

BLUD adalah suatu intansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk


Memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, Kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, Harapannya puskesmas dapat
menjadi BLUD agar memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. Kota
Bogor belum mempunyai puskesmas dengan status BLUD. Penelitian ini
bertujuan menganalisa kinerja dalam upaya kesiapan mendapatkan status BLUD.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, catatan pengamatan, rekaman
audio, diskusi kelompok terarah,data kepustakaan dan dokumen, Validasi melalui
trangulasi sumber, metode dan data. Informan ditentukan dengan purposive
sampling dan dibagi menjadi 2 yaitu 4 orang informan representative dan 3 orang
informan kunci/potensial aktor. Hasil penelitian ini adalah berdasarkan perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran dari 19 indikator Administrasi pelaksanaan
BLUD, capaian targetnya sebesar 73,68 %, perspektif bisnis internal ada 2
penilaian yaitu inovasi sebesar 33,3% dan tahap operasional yang berupa
kunjungan rawat jalan capaian targetnya 87,46% dan kunjungan rawat inap dilihat
dari indikator BOR 68,36%, LOS 3,27 hari, TOI 1,54 hari, serta perspektif
keuangan berdasarkan rasio ekonomi, rasio efisien dan efektivitas yang berjumlah
rata-rata 91,58%. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa puskesmas bogor utara ideal
untuk dikembangkan menjadi BLUD.

Kata Kunci : BLUD, Kinerja, Balanced Scorecard

iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

Evi Oktarina

“PERFORMANCE ANALYSIS OF NORTH BOGOR PUBLIC HEALTH IN


THE EARNINGS OF READINESS TO GET BLUD STATUS”

BLUD is an institution within the government that is formed to provide services to


the community in the form of the provision of goods and / or services sold without
prioritizing seeking profit. The activity is based on the principles of efficiency and
productivity. Bogor City does not have a health center with BLUD status. This
study aims to analyze performance in an effort to readiness to get BLUD status.
This research is a descriptive study with a qualitative approach. Data collection is
carried out by interviews, observation notes, audio recordings, FGD, library data
and documents, validation through source, method and data trangulation.
Informants were determined by purposive sampling and divided into 2, namely 4
representative informants and 3 key / potential actor informants. The results of this
study are based on the perspective of growth and learning from 19 indicators of
administration of BLUD implementation, achievement of the target of 73.68%,
internal business perspective there are 2 assessments, namely innovation of 33.3%
and operational stage in the form of outpatient visits target achievement 87.46 %
and inpatient visits were seen from BOR indicators 68.36%, LOS 3.27 days, TOI
1.54 days, and financial perspectives based on economic ratios, efficient ratios and
effectiveness which amounted to an average of 91.58%. These results can be
concluded that the North Bogor Bogor Health Center is ideal to be developed into
BLUD.

Keywords : BLUD, Performance, Balanced Scorecard

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Evi Oktarina
NPM : 2014970058
Program Studi : Magister Kesehatan Masyarakat

Dengan ini menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul “Analisis Kinerja
Puskesmas Bogor Utara Dalam Upaya Kesiapan Untuk Mendapatkan Status
Badan Layanan Umum Daerah ”, adalah karya saya sendiri dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber
informasi berasal atau dikutip dari karya tulis yang diterbitkan atau tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir.
Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 28 Agustus 2018

Yang Menyatakan

(Evi Oktarina)

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Magister Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini Oleh karena itu,
saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Budi Hartono, SE., MARS., ACC, selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan tesis ini;
2. Prof. Dr. dr. Sudarto Ronoatmodjo, MSc, selaku dosen pengajar yang
sudah membantu saya dalam proses penyusunan tesis ini;
3. Dr. dr. Toha Mohaimin, MSc, selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan dan arahan dalam penyusunan tesis ini;
4. dr. Rubaeah, MKM, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor yang
telah memberikan dukungan dalam penyusunan tesis ini;
5. dr. Armein Sjuhary Rowi, M.Kes, selaku Kepala Seksi Yankesprim Dinas
Kesehatan Kota Bogor yan telah memberikan dukungan dan bantuan
moril dalam penyusunan tesis ini;
6. dr. Deasy Triwahyuni, M.Kes, selaku Kepala Puskesmas Bogor Utara yang
telah membantu dalam proses meperoleh data yang saya perlukan;
7. Suami tercinta, Andi Faisal yang telah memberikan dukungan dan setia
menemani saya
8. Anak – anak tercinta, Aasha dan Salman.
9. Teman – teman yang banyak memberikan banyak dukungan sehingga saya
dapat menyelesaikan tesis ini.

vi
Akhir kata, saya berdoa dan berharap Allah SWT akan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah bersedia membantu secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini. Saya menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini. Oleh karena itu, saya
meminta maaf apabila terjadi kesalahan dalam penulisan. Kritik dan saran yang
membangun diharapkan dapat saya terima. Semoga tesis ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat.

Jakarta, Agustus 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan.......................................................................................................... i
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan Akademis . ii
Abstrak…………………………………………………………………………………..………….iii
Halaman Pernyataan Orisinalitas....................................................................................... v
Kata Pengantar.................................................................................................................. vi
Daftar Isi......................................................................................................................... viii
Daftar Singkatan................................................................................................................ x
Daftar Tabel...................................................................................................................... xi
Daftar Gambar.................................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................. 7
1.3.1 Tujuan umum.................................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan khusus................................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Teoritis............................................................................................... 8
1.4.2 Manfaat Praktis................................................................................................ 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian................................................................................ 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................................... 10


2.1 Badan Layanan Umum Daerah..................................................................... 10
2.1.1 Definisi......................................................................................................... 10
2.1.2 Azas BLUD.................................................................................................. 12
2.1.3 Tujuan Pembentukan BLUD......................................................................... 13
2.1.4 Persyaratan Wajib BLUD............................................................................ 13
2.1.5 Standar Pelayanan Minimal UPT BLUD..................................................... 16
2.1.6 Dasar Hukum Pembentukan BLUD............................................................. 18
2.1.7 Penetapan Status BLUD.............................................................................. 21
2.2 Puskesmas sebagai BLUD............................................................................ 22
2.2.1 Definisi……................................................................................................. 22
2.2.2 Manfaat Puskesmas Menjadi PPK-BLUD.................................................... 23
2.2.3 Standar Pelayanan Puskesmas BLUD........................................................... 25
2.2.4 Tarif Pelayanan............................................................................................. 27
2.2.5 Akuntansi dan Laporan Keuangan................................................................ 27
2.4 Balanced Scorecard...................................................................................... 28
2.4.1 Konsep Balanced Scorecard......................................................................... 28
2.3.2 Perspektif Balanced Scorecard..................................................................... 29
2.3.3 Keunggulan Balanced Scorecard.................................................................. 30
2.4 Penggunaan Balance Scorecard..................................................................... 31
2.4.1 Prinsip Dasar Balance Scorecard.................................................................. 31
2.5 Hasil Penelitian Terdahulu............................................................................ 39
2.6 Kerangka Teori............................................................................................. 45

BAB III KERANGKA PIKIR DAN METODE PENELITIAN..................................49


3.1 Kerangka Pikir............................................................................................... 49
3.2 Metode Penelitian.......................................................................................... 50

viii
3.2.1 Desain Penelitian ........................................................................................... 51
3.2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 51
3.3 Karakteristik Informan .................................................................................. 51
3.3.1 Karakteritik Informan Kunci/ Informan Potensial actor ................................ 52
3.4 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data .................................... 54
3.5 Analisis data .................................................................................................. 60
3.6 Validasi Data ................................................................................................. 61
3.6.1 Triangulasi ..................................................................................................... 61
3.7 Rancangan Operasional ................................................................................. 62
3.8 Definisi Istilah ............................................................................................... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 65


4.1 Pelaksanaan Penelitian .................................................................................. 65
4.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 65
4.3 Profil Puskesmas Bogor Utara ....................................................................... 66
4.3.1 Gambaran demografi ..................................................................................... 66
4.3.2 Struktur Organisasi, Tugas dan Tanggung Jawab .......................................... 66
4.3.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Bogor Utara ............................................ 68
4.3.4 Pendapatan .................................................................................................... 69
4.3.5 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap ........................................... 69
4.4 Hasil Penelitian.............................................................................................. 70
4.4.1 Analisa Hasil dengan Metode Balance Scorecard ......................................... 71
4.5 Gambaran Kesiapan Puskesmas Bogor Utara menjadi BLUD ...................... 75
4.6 Perspektif pelanggan dalam pengukuran Balance Score Card ....................... 83
4.7 Perspektif proses bisnis internal dalam pengukuran Balance Score Card ...... 96
4.8 Perspektif Pelanggan ................................................................................. 1040
4.9 Kesiapan Puskesmas Bogor Utara menjadi BLUD .................................... 1001
4.10 Pembahasan Penelitian ................................................................................ 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 106


5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 106
5.2 Saran................................................................................................................ 107

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR SINGKATAN

BLUD : Badan Layanan Umum Daerah


BOR : Bed Occupancy rate
BSC : Balance Scorecard
Perda : Peraturan Daerah
Permendagri : Peraturan Menteri Dalam Negeri
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
PP : Peraturan Pemerintah
PPK : Pola Pengelolaan Keuangan
RBA : Rencana Bisnis Anggaran
RSB : Rencana Strategis Bisnis
SAP : Standar Akuntansi pemerintah
SAK : Standar Akuntansi Keuangan
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SPM : Standar Pelayanan Minimal
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
UPT : Unit Pelaksana Teknis
SOP : Standar Operasional Pelayanan

x
DAFTAR TABEL

TABEL JUDUL HAL


1.1 Capaian Penilaian Kinerja Puskesmas tahun 2015 7
1.2 Jadwal Kegiatan Penelitian 9
3.1 Rincian Informan Representatif 51
3.2 Karakteristik Informan Kunci 52
3.3 Karakteristik Informan Representatif 52
3.4 Definisi Istilah Penelitian 62
Data Kualifikasi Karyawan Puskesmas Bogor Utara
4.1 67
sesuai dengan jenis tenaga dan pendidikan
4.2 Pendapatan Puskesmas Bogor Utara 2015 68
4.3 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap 69
4.4 Capaian Indikator Peninstrumen 70
4.5 Kunjungan Rawat Inap 72
4.6 Proeksi Neraca Tahun 2014 sampai proyeksi 2020 79
Rasio Keuangan Puskesmas Bogor Utara dihitung
4.7 81
berdasarkan Rasio Likuiditas
4.8 Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Bogor Utara 88
Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Upaya
4.9 90
Kesehatan Wajib Setiap Jenis Pelayanan
Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM)
4.10 Standar Upaya Kesehatan Pengembangan Setiap 92
Jenis Pelayanan
Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM)
4.11 Standar Upaya Kesehatan Penunjang Setiap Jenis 94
Pelayanan
Ringkasan Standar Operasional Prosedur (SOP)
4.12 98
Puskesmas Bogor Utara

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR JUDUL HAL


Kerangka Teori Strategi Kinerja Puskemas menjadi
2.1 46
BLUD melalui Penerapan Balanced Scorecard
Kerangka Konsep Penelitian Analisis Kinerja
3.1 Puskesmas Bogor Utara dalam Upaya mendapatkan 49
status BLUD
4.1 Struktur organisasi puskesmas bogor utara 66

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa

membedakan ras, agama, politik dan tingkat sosial ekonominya (WHO, 1948).

Kesehatan juga merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan,

dikembangkan dan dipertahankan serta dilaksanakan berdasarkan prinsip non

diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber

daya manusia. Hal ini karena manusia merupakan kekayaan bangsa yang

sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan

yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan

menjalankan kehidupan yang produktif. Pembangunan Kesehatan di Indonesia

adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang merupakan salah

satu indikator kesejahteraan dan merupakan tanggung jawab semua pihak, baik

pemerintah maupun masyarakat. Indikator terkait bidang kesehatan yang

mempengaruhi nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yaitu Angka Harapan

Hidup (AHH). Angka Harapan Hidup AHH merupakan alat untuk mengevaluasi

kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya,

dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Data BPS (2015) pada tahun

2015, Angka Harapan Hidup (AHH) di Indonesia mencapai 70,07 tahun,

sedangkan Angka Harapan Hidup (AHH) Propinsi Jawa Barat masih berada di

bawahnya yaitu 68,84 tahun.


2

Tantangan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia menuju Indonesia

sehat tahun 2020 adalah untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya dengan upaya menurunkan angka kematian, angka kemiskinan

dan angka kesakitan (Moeloek, 2015). Kondisi yang ada saat ini adalah beban

pembangunan kesehatan semakin tinggi, sedangkan kemampuan penganggaran

Pemerintah Daerah sangat terbatas. Tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan

kesehatan (yankes) semakin tinggi. Kemudian terjadinya kompetisi yankes yang

semakin tajam, serta adanya kesenjangan golongan masyarakat mampu dan tidak

mampu dalam pemanfaatan yankes. Strategi pembangunan kesehatan diperlukan,

diantaranya adalah dengan penguatan yankes. Penguatan pelayanan kesehatan

ditujukan untuk:

1. Mengoptimalkan kesiapan fasilitas pelayanan (readiness of service) di

fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama maupun rujukan.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui akreditasi di

fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama maupun rujukan.

Upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan reformasi birokrasi dan

reformasi keuangan dalam pelayanan kesehatan. Salah satu sasaran reformasi

birokrasi dan keuangan adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), karena

Puskesmas merupakan ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan di Indonesia

(Permenkes No. 75 Tahun 2014).

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP)

memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional. Sebagai garda depan

pelayanan dan pembangunan kesehatan di Indonesia tentunya Puskesmas perlu


3

mendapatkan perhatian terutama didalam pengelolaannya. Puskesmas harus ditata

kelola dengan baik agar dapat meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan

kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta

menyukseskan program jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Upaya kesehatan

yang dilaksanakan di Puskesmas menitik-beratkan pelayanan pada sasaran

masyarakat luas. Dalam era desentralisasi dijelaskan bahwa tujuan

penyelenggaraan Puskesmas adalah mewujudkan Puskesmas yang mampu

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, merata, bermutu,

terjangkau dan memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah kerjanya. Untuk

menjawab tujuan tersebut, maka diperlukan upaya peningkatan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan

masyarakat dengan memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya, yang berarti

bahwa Puskesmas harus mampu mengembangkan pelayanan kesehatannya di

samping pelayanan kesehatan dasar (Basic Six) yang telah berjalan dan beberapa

upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan,

kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat ( Permenkes

75/2014 ).

Puskesmas merupakan salah satu UPT dibawah Dinas Kesehatan. Sebagai

Unit Pelaksana Teknis (UPT), Puskesmas bertanggungjawab dalam melakukan

upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Puskesmas harus tanggap dan

mampu memberikan solusi atas semua permasalahan kesehatan masyarakat di

wilayah kerjanya. Puskesmas diharapkan dapat melakukan tugas dan

kewajibannya secara efektif dan proaktif, sehingga perlu ditunjang oleh


4

manajemen puskesmas yang baik yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban ( Permenkes 75/2014 ).

Disamping itu, sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT), Puskesmas dapat

menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan

produktifitas, efesiensi dan efektifitas sebagai bagian dalam pembaharuan

manajemen keuangan sektor publik maupun dalam peningkatan standar pelayanan

pemerintah kepada masyarakat, hal ini disebut dengan Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD). Dengan status BLUD pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung

jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan pembangunan dan derajat kesehatan

masyarakat di wilayahnya.

Penerapan BLUD pada Puskesmas merupakan hal yang seharusnya

rekomendasi dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar dalam operasional

Puskesmas tidak bergantung pada anggaran Pemerintah Daerah. Dari keseluruhan

Puskesmas di Indonesia (9759 Puskesmas), tahun 2014 Puskesmas yang sudah

menerapkan PPK-BLUD adalah sebanyak 206 Puskesmas atau sebesar 2,1% dari

total keseluruhan yang terdiri dari 91 Puskesmas dengan status PPK-BLUD

Penuh, dan 115 Puskesmas dengan status PPK-BLUD (Ditjen Keuda, 2014).

Di Propinsi Jawa Barat menjadi PPK BLUD belum menjadi suatu

keharusan. Namun ada beberapa kabupaten kota yang sudah menerapkan BLUD

diantaranya Puskesmas Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut.

Kabupaten Kandung Barat melaksanakan BLUD tahun 2014 namun dianggap

belum berhasil. Masih di anggap rancu karena menggunakan konsep BLUD RS.

Dianggap belum berhasil karena menggunakan penerapan Hospital by Low


5

dimana puskesmas didalam pelayana klinis nya menyerupai RS dan mengikuti

aturan - aturan rumah sakit. Padahal puskesmas sebagai FKTP mempunyai

keterbatasan, Manajemen tata kelola yg digunakan adalah Manajemen tata kelola

RS seperti pengklaim yang digunakan adalah INA CBG’s yang sangat kompleks.

Selain itu belum adanya dukungan dari lintas sektor, pemerintah daerah dan

jajarannya. Pada tahun 2017 , kabupaten Bandung Barat menerapkam PPK

BLUD yang sesuai untuk Puskesmas. Untuk Kabupaten Garut di katakan berhasil

karena sudah menerapkan PPK BLUD sesuai dengan Puskesams. Dukungan

Lintas Sektor, Pemerintah dan jejaring sudah terjalin dengan baik sehingga dalam

penerapan PPK BLUD tidak ada kendala.

Pemerintah Kota Bogor memandang perlu mengembangkan puskesmas

BLUD yang bertujuan untuk meningkatkan upaya pelayanan kesehatan yang

memberikan dampak terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. BLUD

mensyaratkan 3 hal yaitu subtansif, teknis dan administratif. Puskesmas yang akan

dikembangkan menjadi BLUD harus memenuhi persyaratan diatas. Secara

substansif sudah sesuai karena puskesmas merupakan institusi pelayanan umum

yang berhubungan dengan penyedia jasa dan memiliki pengelolaan wilayah untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Secara teknis, yang dipenuhi oleh puskesmas adalah kinerja pelayan di

bidang tugas pokok dan fungsinya siap untuk dikelola dan dikembangkan menjadi

BLUD. Puskesmas juga harus memiliki laporan keuangan yang sehat

sebagaimana ditunjukkn dalam dokumen usulan penetapan BLUD. Syarat

administratif yang harus dipenuhi adalah pernyataan kesanggupan untuk

meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan dan manfaat bagi masyarakat, pola


6

tata kelola yang baik, rencana strategis bisnis, standar pelayaanan minimum,

laporan keuangan pokok dan pernyataan bersedia di audit secara independen.

Ketiga syarat tersebut harus dipenuhi bagi puskesmas yang akan dikembangkan

menjadi BLUD.

Puskesmas Bogor Utara merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kota

Bogor yang berdasarkan pengamatan penulis siap dikembangkan menjadi BLUD

yang mendasari alasan ini adalah secara substansif. Puskesmas Bogor Utara

adalah puskesmas induk yang terletak di Jl. Raden Kan’an RT 05/04 No. 81

Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara Kota Bogor. Puskesmas ini memiliki dua

puskesmas pembantu (Pustu) yaitu Pustu Villa Duta dan Pustu Cimahpar Wilayah

kerja Puskesmas Bogor Utara terdiri dari Kelurahan Cibuluh, Tanah Baru dan

Kelurahan Cimahpar. Jumlah penduduk di kelurahan Cibuluh : 14.575 jiwa,

Kelurahan Cimahpar 15.539 jiwa, Kelurahan Tanah Baru : 19.988 jiwa Dengan

jumlah total 50.102 dengan komposisi berdasarkan jenis kelamin laki-laki :

26.129 jiwa dan perempuan : 23.973 jiwa.

Jumlah kunjungan ke Puskesmas Bogor Utara terus meningkat setiap

tahunnya. Pada tahun 2013 tecatat : 58.842 kunjungan, 2014 : 62,282 kunjungan,

tahun 2015 : 64.642 kunjungan. Meningkatnya jumlah kunjungan membutikan

tingginya kepercayaan masyarakat dan merupakan potensi yang baik dan dapat

ditingkatkan terus kualitas pelyanan dengan BLUD.

Secara teknis kinerja pelayanan Puskesmas Bogor Utara berdasarkan


Penilaian Kinerja Puskesmas tahun 2015 didapatkan hasil untuk cakupan sebagai
berikut : Potensi yang dimiliki oleh Puskesmas Bogor Utara ini akan lebih
meningkat jika dikembangkan menjadi puskesmas BLUD.
7

Tabel 1.1 Capaian Penilaian Kinerja Puskesmas tahun 2015

JENIS
NO CAKUPAN KINERJA
KEGIATAN
1 Upaya 100 100,16
Kesehatan
Masyrakat
essensial
2 Upaya 66,18 74,87
Kesehatan
Masyarakat
Pengembangan
(UKM)
3 Upaya 57,01 97,11
Kesehatan
Perorangan
(UKP)
Dari tabel diatas terlihat bahwa potensi yang dimiliki oleh Puskesmas Bogor Utara

ini akan lebih meningkat jika dikembangkan menjadi puskesmas BLUD.

Berdasarkan uraian di atas penulis berkeinginan untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Puskesmas Bogor Utara Dalam

Upaya Kesehatan Untuk Mendapatkan Status Badan Layanan Umum Daerah“.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu

masalah sebagai berikut : Bagaimana Kinerja Puskesmas Bogor Utara dalam

Upaya Kesiapan Untuk Mendapatkan Status Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD) di Kota Bogor Tahun 2016?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum adalah menganalisis kinerja Puskesmas Bogor Utara dalam

upaya kesiapan mendapatkan status Badan Layanan Umum Daerah tahun

2016.
8

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mendeskripsikan kinerja Puskesmas Bogor Utara dari perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan.

2. Mendeskripsikan kinerja Puskesmas Bogor Utara dari perspektif proses

bisnis internal.

3. Mendeskripsikan kinerja Puskesmas Bogor Utara dari perspektif

keuangan.

4. Mendeskripsikan kinerja Puskesmas Bogor Utara dari perspektif

pelanggan

5. Untuk menganalisis kesiapan Puskesmas Bogor Utara terhadap

persyaratan substantif, teknis dan administratif Badan Layanan Umum

Daerah

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini tidak untuk menghasilkan konsep teoritis baru dalam

penelitian.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pemerintah Daerah sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi

Pemerintah Daerah dalam mengambil kebijakan untuk pengembangan dan

penetapan Puskesmas menjadi BLUD.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Bogor Daerah sebagai bahan masukan dan

pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk pengembangan dan

penetapan Puskesmas menjadi BLUD.


9

3. Bagi Puskesmas Bogor Utara hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan untuk pelengkap dokumen dalam syarat administrasi BLUD.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan fokus pada Puskesmas Bogor Utara.

Ruang lingkup yang diteliti meliputi kesiapan menjadi BLUD dari aspek

persyaratan substantif, persyaratan teknis, dan persyaratan administratif.

Selanjutnya akan dilakukan analisis perimbangan, yaitu antara perspektif

keuangan terhadap capaian kinerja keuangan, antara perspektif pelanggan (pasien)

terhadap capaian kinerja manfaat, antara perspektif proses bisnis internal terhadap

capaian kinerja pelayanan, antara perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

terhadap capaian implementasi, melalui pendekatan Balanced Scorecard (BSC)

yang dilakukan secara kualitatif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April

sampai dengan bulan Agustus 2016.

Tabel 1.2 Jadwal Kegiatan Penelitian


Waktu dalam Bulan, Tahun 2016
April Mei Juni Juli Agustus
No Kegiatan
Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 51 2 3 4 5 1 2 3 4 51 2 3 4 5
1. Persiapan penelitian
Penyusunan
2.
instrumen
3. Pengambilan data
4. Pengolahan data
5. Analisis data
6. Laporan Penelitian
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Badan Layanan Umum Daerah

2.1.1 Definisi

Permendagri No. 61 Tahun 2007 menjelaskan bahwa Badan Layanan

Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SPKD) atau Unit Kerja pada SKPD di lingkungan

pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya

didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pengertian dari

definisi ini adalah sebagai berikut:

1. BLUD merupakan perangkat daerah, mempunyai arti bahwa asset

BLUD merupakan aset daerah yang tidak terpisahkan.

2. Perangkat daerah yang dapat menerapkan Pola Pengelolaan

Keuangan BLUD adalah SKPD (sebagai Pengguna Anggaran) atau

Unit Kerja pada SKPD (sebagai Kuasa Pengguna Anggaran).

3. Memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari

keuntungan, mempunyai pengertian bahwa SKPD atau Unit Kerja

tersebut memberi pelayanan langsung kepada masyarakat dan tidak

semata-mata mencari keuntungan.


11

4. Kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas,

mempunyai arti bahwa BLUD dterapkan dalam rangka efisiensi

anggaran dan peningkatan pelayanan pada masyarakat.

Pengelolaan keuangan Puskesmas non BLUD tunduk pada ketentuan

pengelolaan keuangan Negara pada umumnya. Seluruh pendapatan yang

diperoleh Puskesmas harus disetor ke kas daerah. Kemudian dialokasikan

kembali ke Puskesmas sebagai bagian dari Rencana Kerja yang diusulkan

oleh Satuan Unit Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang menjadi

induknya. Boleh jadi alokasi anggaran yang diterima Puskesmas tidak

sesuai dengan skala prioritas yang telah direncanakan oleh Puskesmas

yang bersangkutan. Lain halnya dengan Pola Pengelolaan Keuangan

BLUD atau PPK-BLUD yang tidak sama dengan pengelolaan keuangan

SKPD pada umumnya. Perbedaannya adalah PPK-BLUD memberikan

fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis

yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam

rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah

pada umumnya. BLUD merupakan bagian dari perangkat kerja pemerintah

daerah, beroperasi untuk tujuan pemberian layanan umum secara lebih

efektif dan efisien dan sejalan dengan praktek bisnis yang sehat, yang

pengelolaannya dilakukan berdasarkan kewenangan yang didelegasikan

oleh kepala daerah.


12

2.1.2 Azas BLUD

Dalam pasal 2 Permendagri No. 61 Tahun 2007, dijelaskan azas

BLUD sebagai berikut:

1. BLUD beroperasi sebagai perangkat kerja pemerintah daerah untuk

tujuan pemberian layanan umum secara lebih efektif dan efisien

sejalan dengan praktek bisnis yang sehat, yang pengelolaannya

dilakukan berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh kepala

daerah.

2. BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah yang

dibentuk untuk membantu pencapaian tujuan pemerintah daerah,

dengan status hukum tidak terpisah dari pemerintah daerah.

3. Kepala daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan

penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikan kepada

BLUD terutama pada aspek manfaat yang dihasilkan.

4. Pejabat pengelola BLUD bertanggung jawab atas pelaksanaan

kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan oleh kepala

daerah.

5. Dalam pelaksanaan kegiatan, BLUD harus mengutamakan

efektivitas dan efisiensi serta kualitas pelayanan umum kepada

masyarakat tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.

6. Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja

BLUD disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan


13

dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja

pemerintah daerah.

7. Dalam menyelenggarakan dan meningkatkan layanan kepada

masyarakat, BLUD diberikan fleksibilltas dalam pengelolaan

keuangannya.

2.1.3 Tujuan Pembentukan BLUD

Pembentukan BLUD oleh pemerintah daerah sebagaimana

tercantum dalam pasal 145 Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005

bertujuan untuk:

1. Menyediakan barang dan / atau jasa untuk layanan umum

2. Mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan /

atau pelayanan kepada masyarakat.

3. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa.

Tujuan awal dibentuknya BLUD ini adalah untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat, dan bukan mengutamakan keuntungan

(profit-oriented), sehingga BLUD tidak dapat disamakan dengan BUMD

yang melaksanakan kegiatannya untuk mencari keuntungan.

2.1.4 Persyaratan Wajib BLUD

Untuk menjadi BLUD, instansi di lingkungan pemerintah harus

memenuhi tiga persyaratan wajib berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005, yaitu:


14

1. Persyaratan Substantif, yaitu menyelenggarakan layanan

umum yang berhubungan dengan penyediaan barang dan/atau

jasa, mengelola wilayah/kawasan tertentu dan dana khusus

untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat.

2. Persyaratan Teknis, yaitu melaksanakan kinerja pelayanan

berdasarkan tugas pokok dan fungsi dengan peningkatan

pengelolaan melalui BLUD melalui rekomendasi kepala

SKPD sesuai kewenangannya, dan ditunjukkan dengan

kinerja keuangan yang sehat sebagaimana persyaratan

dokumen usulan penetapan BLUD.

3. Persyaratan Administratif, berdasarkan ketetapan Direktur

Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan Tahun 2008,

sesuai Konsep Badan Layanan Umum (BLU), yaitu:

a) Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja

pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat

b) Pola tata kelola yang sesuai prosedur dengan peraturan

internal satuan kerja yang menetapkan organisasi tata

laksana secara akuntabilitas dan transparansi

c) Rencana Strategis Bisnis (RSB) dengan perencanaan hasil

yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima

tahun, yang disusun secara sistematis dan

berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi,

peluang, dan kendala yang ada atau yang mungkin


15

muncul, memuat visi, misi, tujuan, sasaran, indikator

sasaran, strategi kebijakan dan program serta ukuran

keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan.

d) Laporan keuangan pokok yang terdiri atas laporan realisasi

anggaran, neraca dan catatan atas laporan keuangan, laporan

keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP), bagi satuan kerja yang sebelumnya

telah memiliki Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

sendiri, dapat menyusun laporan keuangan berdasarkan SAP

yang dihasilkan dari Sistem Akuntansi Instansi (SAI),

sedangkan untuk satuan kerja yang baru dibentuk dan belum

beroperasi sebelumnya, laporan keuangan pokok dapat

berupa perkembangan laporan keuangan tahun berjalan.

e) Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menjadi ukuran

pelayanan wajib bagi satuan kerja, dengan penetapan oleh

pimpinan lembaga yang bertujuan untuk menyelenggarakan

kegiatan pelayanan kepada masyarakat melalui pertimbangan

kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan serta

kemudahannya.

f) Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit

secara independen. Instansi pemerintah yang telah memenuhi

persyaratan sebagai BLUD ditetapkan oleh kepala daerah

(bupati/walikota). Status yang diberikan dapat berupa BLUD


16

secara penuh apabila ketiga persyaratan tersebut telah

dipenuhi dengan memuaskan, atau status BLUD bertahap,

apabila persyaratan administratif belum terpenuhi secara

memuaskan walaupun persyaratan subtantif dan teknis telah

terpenuhi.

g) Akuntansi dan Laporan Keuangan BLUD

Akuntasi dan laporan keuangan BLUD diselenggarakan sesuai

dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), berdasarkan

jenis layanannya. Jika tidak terdapat standar akuntansi

keuangan, maka BLUD dapat menerapkan standar akuntansi

industri yang spesifik. Sebagai pertanggungjawaban atas

pengelolaan keuangan dan kegiatan pelayanannya, BLUD

menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan laporan

kinerja. Khusus laporan keuangan, penyusunannya meliputi

laporan realisasi anggaran atau laporan operasional (berbentuk

laporan surplus defisit), neraca, laporan arus kas, dan catatan

atas laporan keuangan. Penggabungan laporan keuangan

BLUD pada laporan keuangan pemerintah daerah dilakukan

sesuai standar akuntansi pemerintahan.

2.1.5 Standar Pelayanan Minimal UPT BLUD

Puskesmas yang telah menjadi BLUD menggunakan standar

pelayanan minimal yang ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan


17

kepala daerah. Menurut Handini (2014), Standar Pelayanan Minimal

(SPM) UPT BLUD adalah:

1. Suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur

kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang

berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang

mencakup jenis pelayanan, indikator dan nilai (benchmark).

2. Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis

dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib

daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

3. Standar Pelayanan Minimal juga merupakan spesifikasi

teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan

oleh Badan layanan Umum terhadap masyarakat.

1. Pedoman bagi Puskesmas dalam penyelenggaraan layanan

kepada masyarakat.

2. Terjaminnya hak masyarakat dalam menerima suatu layanan.

3. Dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan alokasi

anggaran yang dibutuhkan.

4. Alat akuntabilitas Puskesmas dalam penyelenggaraan

layanannya.

5. Mendorong terwujudnya checks and balances.

6. Terciptanya transparansi dan partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan puskesmas.
18

Fungsi Standar Pelayanan Minimal Puskesmas, adalah:

1. Menjamin terselenggaranya mutu pelayanan dasar kepada

masyarakat secara merata.

2. Menjamin tercapainya kondisi rata-rata minimal yang harus

dicapai pemerintah sebagai penyedia pelayanan kepada

masyarakat.

3. Pedoman pengukuran kinerja penyelenggaraan bidang

kesehatan.

4. Acuan prioritas perencanaan daerah dan pembiayaan bidang

kesehatan dalam melakukan pengevaluasian dan monitoring

pelaksanaan pelayanan kesehatan.

2.1.6 Dasar Hukum Pembentukan BLUD

Adapun dasar-dasar hukum yang menjadi akar dari pembentukan

BLUD di Indonesia, antara lain sebagai berikut:

1. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara yang

mencakup tajuk bahwa penganggaran berorientasi pada

output serta mewirausahakan pemerintah (enterprising the

government) adalah paradigma yang memberi arah yang tepat

bagi sektor keuangan publik untuk mendorong peningkatan

pelayanan.

2. UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara Pasal

68 yang berisi:
19

(1) Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa.

(2) Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan

negara/daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dan

dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan

kegiatan Badan Layanan Umum yang bersangkutan.

(3) Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah

pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pembinaan

teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab

atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

(4) Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah

daerah dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan

daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh kepala

satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab

atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

3. UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara Pasal

69 yang berisi:

(1) Setiap Badan Layanan Umum wajib menyusun rencana

kerja dan anggaran tahunan.

(2) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan

kinerja Badan Layanan Umum disusun dan disajikan


20

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja

dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja

Kementerian Negara/Lembaga/ pemerintah daerah.

(3) Pendapatan dan belanja Badan Layanan Umum dalam

rencana kerja dan anggaran tahunan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikonsolidasikan

dalam rencana kerja dan anggaran Kementerian

Negara/Lembaga/pemerintah daerah yang bersangkutan.

(4) Pendapatan yang diperoleh Badan Layanan Umum

sehubungan dengan jasa layanan yang diberikan

merupakan Pendapatan Negara/Daerah.

(5) Badan Layanan Umum dapat memperoleh hibah atau

sumbangan dari masyarakat atau badan lain.

(6) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan

ayat (5) dapat digunakan langsung untuk membiayai

belanja Badan Layanan Umum yang bersangkutan.

4. UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

5. PP No. 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan

6. BLUPP No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah Pasal 144 – 149 tentang Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD)
21

7. Permendagri No. 61 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

8. Peraturan Daerah Kota bogor Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintahan Daerah Kota Bogor (Lembaran Daerah

Kota Bogor Tahun 2008 Nomor 27);

9. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 tahun 2014 tentang

perubahan ketiga atas peraturan daerah Kota Bogor Nomor

23 tahun 2008 tentang pembentukan dan susunan organisasi

dinas daerah Kota Bogor.

2.1.7 Penetapan Status BLUD

Menteri Keuangan memberi keputusan penetapan atau surat

penolakan terhadap usulan penetapan BLU paling lambat tiga bulan sejak

dokumen persyaratan diterima secara lengkap dari menteri/pimpinan

lembaga. Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai, usulan

penetapan BLU dapat ditolak atau ditetapkan dengan status BLU penuh

maupun BLU bertahap.

1) Status BLU Penuh

Status BLU penuh diberikan apabila persyaratan substantif,

teknis dan administratif telah dipenuhi dengan memuaskan

sesuai dengan kriteria SOP penilaian. Satker yang berstatus

BLU Penuh diberikan seluruh fleksibilitas pengelolaan

keuangan BLU, yaitu:

a) Pengelolaan Pendapatan
22

b) Pengelolaan Belanja

c) Pengadaan Barang/Jasa

d) Pengelolaan Barang

e) Pengelolaan Kas

f)Pengelolaan Utang dan Piutang

g) Pengelolaan Investasi

h) Perumusan Kebijakan, Sistem, dan Prosedur Pengelolaan

Keuangan.

2) Status BLU Bertahap

Status BLU Bertahap diberikan apabila persyaratan

substantif, teknis, dan administratif telah terpenuhi, namun

persyaratan administratif kurang memuaskan sesuai dengan

kriteria SOP penilaian. Status BLU Bertahap berlaku paling

lama tiga tahun dan apabila persyaratan terpenuhi secara

memuaskan dapat diusulkan untuk menjadi BLU Penuh.

2.2 Puskesmas sebagai BLUD

2.2.1 Definisi

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Untuk

menjadi BLUD, Puskesmas harus memenuhi tiga persyaratan wajib

berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005 sebagaimana yang telah dijelaskan


23

pada butir 2.2.4 di atas. Melalui konsep PPK-BLUD, Puskesmas

diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme, mendorong

enterpreneureship, transparansi, dan akuntabilitas dalam rangka pelayanan

publik, sesuai dengan tiga pilar yang diharapkan dari pelaksanaan PPK-

BLUD ini, yaitu mempromosikan peningkatan kinerja pelayanan publik,

fleksibilitas pengelolaan keuangan dan tata kelola yang baik (Indrawati,

2007).

2.2.2 Manfaat Puskesmas Menjadi PPK-BLUD

UPTD Puskesmas yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan

(PPK) BLUD mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Penggunaan langsung pendapatan operasional sesuai Rencana

Bisnis dan Anggaran tanpa menyetorkan terlebih dahulu ke

rekening kas negara atau daerah, dimana seluruh pendapatan

tersebut adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

yang wajib dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran

2. Puskesmas BLUD dapat menganggarkan pembelanjaannya

secara fleksibel, yaitu pola kesetaraan antara kegiatan

pelayanan dan pengeluaran, dimana penganggaran ini dapat

bertambah atau berkurang dengan tetap menjaga

proporsionalitas

3. Puskesmas BLUD dapat merencanakan penerimaan dan

pengeluaran kas, melakukan pemungutan atau tagihan,

menyimpan kas dan mengelola rekening bank, melakukan


24

pembayaran, mendapatkan sumber dana untuk menutup

defisit jangka pendek, dan memanfaatkan kas yang

menganggur secara jangka pendek untuk memperoleh

pendapatan tambahan

4. Puskesmas BLUD dapat mengelola utang dan piutang dengan

penyelesaian secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan

bertanggungjawab serta memberikan nilai tambah

berdasarkan praktik bisnis sehat

5. Puskesmas BLUD dapat mengadakan investasi baik jangka

pendek maupun jangka panjang

6. Puskesmas BLUD dapat mengadakan barang dan jasa dengan

dana yang bersumber dari pendapatan operasional, hibah

tidak terikat, hasil kerjasama dengan pihak lainnya, dengan

pelaksanaan berdasarkan ketentuan pengadaan barang/jasa

yang ditetapkan pimpinan BLUD

7. Puskesmas BLUD dapat mengembangkan kebijakan, sistem,

dan prosedur pengelolaan keuangan

8. Puskesmas BLUD dapat memperkerjakan tenaga profesional

non Pegawai Negeri Sipil (non PNS)

9. Puskesmas BLUD dapat memberikan remunerasi (tunjangan

penyesuaian) bagi pejabat pengelola, dewan pengawas dan

pegawai berdasarkan tingkat tanggungjawab dan tuntutan

profesionalisme yang diperlukan.


25

Pada Puskesmas BLUD dengan status bertahap, sesuai dengan

Permendagri No. 61Tahun 2007 pasal 27, terdapat pembatasan yang

diberikan dibandingkan Puskesmas BLUD dengan status penuh, yaitu

fleksibilitas yang diberikan pada batas-batas tertentu berkaitan dengan

jumlah dana yang dapat dikelola langsung, pengelolaan barang,

pengelolaan piutang, serta perumusan standar, kebijakan, sistem, dan

prosedur pengelolaan keuangan. Status Puskesmas BLUD bertahap tidak

diberikan fleksibilitas dalam hal pengelolaan investasi, pengelolaan utang,

serta pengadaan barang dan/atau jasa.

2.2.3 Standar Pelayanan Puskesmas BLUD

Pelayanan yang dilaksanakan oleh Puskesmas yang telah menjadi

BLUD menggunakan standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh

kepala daerah melalui peraturan kepala daerah sesuai dengan

kewenangannya dengan mengacu pada kualitas pelayanan, keadilan, biaya

serta kemudahan untuk mendapatkan pelayanan. Standar pelayanan

minimal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Fokus pada jenis pelayanan, yaitu mengutamakan pada

kegiatan yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi

BLUD

2) Terukur, yaitu merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat

dinilai dengan standar yang telah ditetapkan


26

3) Dapat dicapai, sebagai kegiatan nyata yang dapat dihitung

tingkat pencapaiannya, rasional sesuai kemampuan dan

tingkat pemanfaatannya

4) Relevan dan dapat diandalkan, untuk menunjang tugas dan

fungsi BLUD

5) Tepat waktu, yaitu kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan

yang telah ditetapkan.

Standar pelayanan minimal Puskesmas yang ada di kota Bogor,

mengacu pada:

1) Keputusan Menteri Kesehatan Rl No. 828 tahun 2008 tentang

Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan di Kota/Kota;

2) Peraturan Daerah Kota bogor Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintahan Daerah Kota Bogor (Lembaran Daerah

Kota Bogor Tahun 2008 Nomor 27);

3) Peraturan daerah Kota Bogor Nomor 9 tahun 2014 tentang

perubahan ketiga atas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor

23 tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi

Dinas Daerah Kota Bogor

4) Peraturan Walikota Bogor Nomor 163 Tahun 2013 tentang

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Perubahan atas Perbup no

472 tahun 2011 tentang Pelayanan Dasar di Lingkungan

Pemerintah Daerah Kota Bogor.


27

Standar pelayanan minimal Puskesmas yang berstatus BLUD

terdiri atas tiga indikator, yaitu:

1) Indikator Upaya Kesehatan Wajib

2) Indikator Upaya Kesehatan Pengembangan

3) Indikator Upaya Kesehatan Penunjang.

2.2.4 Tarif Pelayanan

Sebagai imbalan atas barang/jasa yang diberikan kepada

masyarakat, Puskesmas BLUD dapat memungut biaya yang ditetapkan

dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit

layanan atau hasil per investasi dana. Tarif layanan diusulkan oleh BLUD

kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan

kewenangannya. Usul tarif layanan dari menteri/ pimpinan lembaga/

kepala SKPD selanjutnya ditetapkan oleh Menteri

Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya. Tarif

layanan harus mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan,

daya beli masyarakat, asas keadilan dan kepatutan, dan kompetisi yang

sehat.

2.2.5 Akuntansi dan Laporan Keuangan

Akuntansi dan laporan keuangan Puskesmas sebagai BLUD

diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK),

berdasarkan jenis layanannya. Jika tidak terdapat standar akuntansi

keuangan, maka Puskesmas - BLUD dapat menerapkan standar akuntansi

industri yang spesifik. Sebagai pertanggungjawaban atas pengelolaan


28

keuangan dan kegiatan pelayanannya, Puskesmas - BLUD menyusun dan

menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja. Khusus laporan

keuangan, penyusunannya meliputi laporan realisasi anggaran atau laporan

operasional (berbentuk laporan surplus defisit), neraca, laporan arus kas,

dan catatan atas laporan keuangan. Penggabungan laporan keuangan

Puskesmas - BLUD pada laporan keuangan pemerintah daerah dilakukan

sesuai standar akuntansi pemerintahan.

2.4 Balanced Scorecard

2.4.1 Konsep Balanced Scorecard

Konsep Balanced Scorecard berkembang sejalan dengan

perkembangan pengimplementasian konsep tersebut. Balanced Scorecard

terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (scorecard) dan (2) berimbang

(balanced). Pada tahap awal eksperimennya, Balanced Scorecard

merupakan kartu skor yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja

eksekutif. Melalui kartu skor, akan diketahui skor (nilai) yang hendak

diwujudkan eksekutif di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja

sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan

evaluasi atas kinerja eksekutif. Kata berimbang dimaksudkan untuk

menunjukkan bahwa kinerja eksekutif diukur secara berimbang dari dua

perspektif: keuangan dan nonkeuangan, jangka pendek dan jangka

panjang, intern dan ekstern. Oleh karena eksekutif akan dinilai kinerja

mereka berdasarkan kartu skor yang dirumuskan secara berimbang,

eksekutif diharapkan akan memusatkan perhatian dan usaha mereka pada


29

ukuran kinerja nonkeuangan dan ukuran jangka panjang (Mulyadi,

2007:3). Dalam perkembangan selanjutnya, Balanced Scorecard tidak

hanya berkaitan dengan kartu yang dipakai untuk mencatat skor eksekutif.

Balanced Scorecard lebih dimanfaatkan sebagai alat yang efektif untuk

perencanaan strategik, yaitu sebagai alat untuk menterjemahkan misi, visi,

tujuan keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi organisasi ke dalam

rencana tindakan (action plans) yang komprehensif, koheren, terukur, dan

berimbang. Kekuatan sesungguhnya Balanced Scorecard bukan terletak

pada kemampuannya sebagai pengukur kinerja eksekutif, namun justru

pada kemampuannya sebagai alat perencanaan strategik.

2.3.2 Perspektif Balanced Scorecard

Empat perspektif dalam Balanced Scorecard yang dijelaskan oleh

Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000) adalah:

1. Perspektif Keuangan, yaitu tolak ukur finansial adalah penting, akan

tetapi tidak cukup mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai

bagi organisasi. Balanced scorecard dalam implementasi sistemnya

berusaha mencari suatu keseimbangan dari tolak ukur kinerja, baik

finansial maupun non finansial .

2. Perspektif Pelanggan, yaitu perusahaan melakukan identifikasi

pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Perspektif

pelanggan scorecard menterjemahkan misi dan strategi perusahaan

ke dalam tujuan yang spesifik yang berkenaan dengan pelanggan dan

segmennya untuk dikomunikasikan ke seluruh perusahaan.


30

3. Perspektif Proses Bisnis Internal, dalam hal ini para manajer

melakukan identifikasi berbagai proses yang sangat penting untuk

mencapai tujuan pelanggan dan pemegang saham. Model rantai nilai

generik memberi suatu template yang dapat disesuaikan setiap

perusahaan dalam mempersiapkan perspektif bisnis internal. Model

ini terdiri atas tiga rantai nilai proses bisnis internal utama, yaitu:

inovasi, operasi, dan layanan purna jual.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan, perspektif ini

mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pembelajaran

dan pertumbuhan perusahaan. Tujuannya sebagai faktor pendorong

untuk memperoleh hasil kinerja yang terbaik dalam tiga perspektif

sebelumnya. Tiga kategori utama untuk perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan yaitu: 1) kapabilitas pekerja, diukur dari kepuasan

kerja, retensi pekerja dan produktivitas pekerja; 2) kapabilitas sistem

informasi dan 3) motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan.

2.3.3 Keunggulan Balanced Scorecard

Balanced Scorecard memiliki keunggulan (Mulyadi, 2001) sebagai

berikut:

1. Komprehensif, karena tidak hanya terbatas pada perspektif

keuangan, namun meluas ke tiga perspektif yang lain yaitu

pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan

pertumbuhan, yang bermanfaat dalam peningkatan pendapatan dan

berkesinambungan, memampukan perusahaan untuk memasuki


31

lingkungan bisnis yang kompleks dan mampu merespon perubahan

lingkungan.

2. Koheren, membangun hubungan sebab-akibat (causal relationship)

di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam

perencanaan strategik. Kekoherenan juga berarti dibangunnya

hubungan sebab-akibat antara keluaran yang dihasilkan sistem

perumusan strategi dengan keluaran yang dihasilkan sistem

perencanaan strategik. Sasaran strategik yang dirumuskan dalam

sistem perencanaan startegik merupakan penerjemahan visi, misi,

tujuan, dan strategi yang dihasilkan dalam sistem perumusan strategi.

3. Berimbang, keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh

sistem perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja

keuangan berkesinambungan.

4. Terukur, keterukuran sasaran strategik menjanjikan ketercapaian

berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut.

Balanced Scorecard mengukur sasaran-sasaran strategik yang sulit

untuk diukur.

2.4 Penggunaan Balance Scorecard

2.4.1 Prinsip Dasar Balance Scorecard

Perkembangan Balanced Scorecard sejak awal di tahun 1990-an

hingga saat ini, telah melalui berbagai penyempurnaan. Balanced

Scorecard digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja organisasi

melalui empat perspektif yaitu :


32

1. Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learn and Growth)

Perspektif ini difokuskan untuk menjawab pertanyaan bagaimana

organisasi terus melakukan perbaikan dan menambah nilai

penyelenggaraan layanannya. Perbaikan dilaksanakan sejak awal

organisasi ditetapkan termasuk persyaratan yang harus

dipenuhinya.

2. Proses Bisnis Internal (Internal Bussiness Procces)

Perspektif proses bisnis internal memiliki tujuan strategis untuk

membangun keunggulan organisasi melalui perbaikan proses

internal organisasi secara berkelanjutan. Beberapa tujuan strategis

pada proses bisnis internal diantaranya adalah peningkatan proses

layanan, perbaikan siklus layanan, peningkatan kapasitas

infrastruktur, pemutakhiran teknologi, dan pengintegrasian proses

layanan pelanggan. Dalam rangka meningkatkan kineija pada

perspektif proses internal, organisasi sektor publik harus

mengidentifikasi dan mengukur kompetensi inti organisasi,

mengidentifikasi proses utama pelayanan, mengidentifikasi

teknologi utama yang perlu dimiliki dan menentukan ukuran dan

target kinerja. Identifikasi proses pelayanan diperlukan untuk

mengetahui tahap yang menyebabkan pelayanan lambat dan proses

yang tidak menambah nilai. Apabila proses atau siklus utama telah

teridentifikasi, organisasi dapat melakukan penyederhanaan siklus

pelayanan dengan cara menghilangkan proses yang tidak


33

menambah nilai sehingga proses pelayanan menjadi lebih cepat

(Mahmudi, 2005). Dengan demikian kinerja pada perspektif proses

bisnis internal dapat ditingkatkan apabila didukung beberapa faktor

seperti ketersediaan peralatan, sarana dan prasarana yang memadai

dan proses pelayanan yang baik.

Pengukuran perspektif proses bisnis internal terdiri atas :

a. Inovasi, merupakan pengembangan yang dilakukan perusahaan

agar bertahan dalam persaingan dengan para pesaing,

pengukurannya :

Jumlah Jasa Baru yang ditawarkan


Presentasi Inovasi = X 100%
Jumlah Total Jasa yang Ada
Idealnya ada inovasi Jasa Baru atau Layanan.

b. Tahap Operasional, merupakan tahapan dimana perusahaan

berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggan

dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, dan yang

menjadi tolok ukur tahap operasional di Puskesmas Bogor Utara

adalah :

1. Rata-rata Kunjungan Rawat Jalan, berdasarkan pengukuran :


Jumlah Kunjungan Rawat Jalan (lama + Baru)
Kunj. Rawat Jalan = X 100%
Jumlah Hari Kerja pada Periode Waktu yang Sama

2. Jumlah Kunjungan Rawat Inap, berdasarkan pengukuran

beberapa indikator yang menggambarkan proses

penyelenggaraan yang berlangsung, terdiri atas :


34

a. BOR (Bed Occupancy ratio), menurut Kementerian

Kesehatan RI, adalah rata-rata persentase pemakaian

tempat tidur pada satuan waktu tertentu, dimana indikator

ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan

tempat tidur

b. LOS (Length of Stay), menurut Kementerian Kesehatan

RI, adalah rata-rata lamanya pasien rawat inap dirumah

sakit

c. TOI (Turn Over Internal), menurut Kementerian

Kesehatan RI, adalah rata-rata hari dimana tempat tidur

tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya

d. BTO (Bed Turn Over Rate), menurut Kementerian

Kesehatan RI, adalah frekuensi pemakaian tempat tidur

dalam satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam

satu satuan waktu tertentu

3. Keuangan (Financial)

Tujuan perspektif keuangan terkait dengan upaya untuk

meningkatkan kinerja keuangan dengan cara meningkatkan

pendapatan sekaligus mengurangi biaya, dimana upaya tersebut

bertujuan untuk meningkatkan kemandirian fiskal yang dapat

digunakan untuk meningkatkan pelayanan (Mahmudi, 2005)

Penilaian perspektif keuangan perusahaan berhubungan dengan

pengukuran profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk


35

menghasilkan laba selama periode tertentu (Riyanto dalam Yasa dan

Suwendra, 2012).

4. Pelanggan (Customer)

Penilaian terhadap kualitas pelayanan salah satunya didasarkan

atas pengakuan atau penilaian dari pelanggan atau pihak yang

menerima 5 pelayanan. Indikator kualitas pelayanan adalah client

satisfaction and perceptions, misalnya ditunjukkan dengan ada

tidaknya keluhan dari pengguna jasa pelayanan. Hasil dari pengukuran

kualitas akan menjadi landasan dalam membuat kebijakan perbaikan

kualitas secara keseluruhan.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik (baikdi

pusat maupun di daerah) maka Pemerintah Pusat telah menerbitkan

Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.

KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Peraturan

ini selanjutnya menjadi pedoman untuk mengukur indeks kepuasan

masyarakat untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. Data indeks

kepuasan masyarakat tersebut selanjutnya berfungsi sebagai sarana

evaluasi terhadap unsur pelayanan sekaligus menjadi pendorong bagi

setiap unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan publiknya. Mengingat urgensi dari pengukuran indeks

kepuasan masyarakat tersebut, perlu dilakukan pengukuran untuk

jenisjenis pelayanan publik, baik yang termasuk pelayanan dasar


36

maupun di pusat maupun di daerah) maka Pemerintah Pusat telah

menerbitkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara No. KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum

Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi

Pemerintah. Peraturan ini selanjutnya menjadi pedoman untuk

mengukur indeks kepuasan masyarakat untuk menilai tingkat kualitas

pelayanan. Data indeks kepuasan masyarakat tersebut selanjutnya

berfungsi sebagai sarana evaluasi terhadap unsur pelayanan sekaligus

menjadi pendorong bagi setiap unit penyelenggara pelayanan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan publiknya. Mengingat urgensi dari

pengukuran indeks kepuasan masyarakat tersebut, perlu dilakukan

pengukuran untuk jenis jenis pelayanan publik, baik yang termasuk

pelayanan dasar maupun administrasi.

Kuesioner tersebut disusun berdasarkan Keputusan Menpan

No. 25/KEP/M.PAN/2/2004 yang digunakan untuk melihat tingkat

kepuasan masyarakat terhadap unsurunsur pelayanan, yang meliputi:

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur

pelayanan.

2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif

yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis

pelayanannya.
37

3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian

petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta

kewenangan dan tanggung jawabnya).

4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam

memberikan pelayanan, terutama terhadap konsistensi waktu kerja

sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan

tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian

pelayanan.

6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan

keterampilan yang dimiliki petugas dalam

memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.

7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat

diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit

penyelenggara pelayanan.

8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayana

10. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku

petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

11. .Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat

terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

12. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang

dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.


38

13. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

14. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana

pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat

memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.

15. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan

lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang

digunakan sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan

pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari

pelaksanaan pelayanan.

2.4.2 Balance Scorecard untuk menganalisis BLUD

Analisis BLUD dengan Metode Balance Scorecard harus memilah

apa saja unsur dalam konsep BLUD yang bisa dipadankan dengan Balance

Scorecard. Karena ada empat perspektif, maka unsur-unsur dalam konsep

BLUD harus berada dalam masing-masing perspektif tersebut mengikuti

pengukuran dengan metode ini. Analisis dengan Balance Scorecard

mengkuti konsep BLUD, terdiri atas :

1. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (learn and

growth/infrastructure), dengan mengukur Administrasi BLUD

berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007

berkaitan erat dengan pembentukan dan perkembangan BLUD termasuk

sarana prasarana di dalamnya


39

2. Perspektif Proses Bisnis Internal (internal bussiness procces), sebagai

bentuk aktivitas bisnis dimana terjadi interaksi antara pemberi layanan

dan penerima layanan, dengan mengukur Standar Pelayanan Minimal

(SPM) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun

2008, ditunjang oleh Inovasi, kunjungan rawat jalan dan kunjungan rawat

inap (termasuk BOR, LOS, TOI dan BTO)

3. Perspektif Keuangan (financial), mencakup tata kelola keuangan dengan

analisis berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan

Kementerian Keuangan Nomor 36 Tahun 2012, yang menunjukkan

bagaimana pengelolaan keuangan terlaksana

4. Perspektif Pelanggan (customer) Kinerja Manfaat, yang menunjukkan

bagaimana pemenuhan kebutuhan terhadap pasien (pelanggan), dapat

dinilai dengan peningkatan kunjungan dan kepuasan pelanggan.

2.5 Hasil Penelitian Terdahulu

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutiarini (2011) dengan

judul “Analalisis SWOT untuk Rencana Strategik Pengembangan

badan layanan Umum Daerah (BLUD) Puskesmas di Kabupaten

Gianyar diperoleh hasil bahwa pada masa sekarang kekuatan

Puskesmas se Kabupaten Gianyar di dalam rangka penerapan

program BLUD ditunjukkan oleh variabel SDM, operasional,

keuangan dan pemasaran. Sedangkan kelemahannya adalah

kuantitas, kualitas dan kualifikasi dari tenaga kerja non medis serta

anggaran pendapatan dan belanja puskesmas. Namun demikian


40

variabel-variabel tersebut merupakan kekuatan yang sangat potensial

dalam penerapan BLUD di Puskesmas. Variabel lingkungan

eksternal yang ditunjukkan oleh seluruh indikator di bidang

ekonomi, hukum, sosial budaya, dan teknologi merupakan peluang

yang sangat signifikan berperan dalam penerapan BLUD di

Puskesmas. Namun indikator jumlah penduduk, perilaku masyarakat

dan perkembangan teknologi komunikasi perlu mendapat perhatian

agar tidak menjadi ancaman di masa yang akan datang. Rencana

strategik pada posisi tumbuh dan berkembang di dalam hubungannya

dengan penerapan BLUD di puskesmas adalah strategi

pengembangan produk baru dan meningkatkan kualitas produk atau

jasa.

2. Retnaningsih dkk (2012) melakukan penelitian dengan judul “Kajian

kelayakan Badan Layanan Umum dan Alternatif Bentuk

Penyelenggaraab Jamsoskes Sumatera Selatan Semesta Sesuai

Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial nasional (2012)

menyimpukan bahwa Badan Layanan Umum (BLU) maupun Badan

Layanan Umum Daerah (BLUD) dapat dipertimbangkan sebagai

Badan Penyelenggara Jamsoskes di masa mendatang, dengan

memperhatikan bahwa UU No.40/2004 tidak menutup peluang bagi

Pemerintah Daerah untuk membentuk dan menyelenggarakan sistem

jaminan sosial nasional, serta bentuk BLU/BLUD sebagai pengelola

Jamsoskes tidak bertentangan dengan UU SJSN tersebut karena


41

status badan hukum BLU/BLUD tidak terpisah dari

lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk. Beberapa

alternatif Bapel Jamsoskes Sumatera Selatan yang sesuai dengan UU

SJSN yang dilihat dari beberapa aspek antara lain: a) tetap seperti

sekarang dengan Dinas Kesehatan sebagai pengelola, b) menunjuk

Bapel yang telah ada yang bersifat nirlaba, c) dikelola menjadi Badan

Layanan Umum Daerah. Bagi Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera

Selatan diharapkan mencari bentuk legitimasi badan pengelola

program Jamsoskes Sumatera Selatan Semesta. Status BLUD dapat

menjadi pilihan dengan disertai produk hukum berupa Peraturan

Gubernur maupun Perda setelah payung hukum berupa

UU BPJS disyahkan. Serta dapat membentuk suatu jaringan

kerjasama misalnya berupa forum komunikasi bersama antar

Jamkesda, sehingga melalui forum tersebut dapat saling tukar

menukar informasi dan tukar pengalaman dalam pelaksanaan

jaminan kesehatan bagi masyarakat.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rusdianawati (2012) dengan judul

“Rencana Strategi Bisnis Tahun 2012-2016 RSUD Palabuhanratu

Kabupaten Sukabumi untuk persiapan menjadi PPK-BLUD”

menjelaskan bahwa alternatif RSB yang visible untuk dikembangkan

dari aspek produk adalah meningkatkan jenis pelayanan. Alternatif

strategi penetrasi pasar yang paling visible diimplementasikan adalah

pelayanan luar gedung. Potensi peluang dan ancaman yang ada


42

hingga saat ini belum dapat direspon dengan baik oleh rumah sakit.

Potensi faktor internal rumah sakit cukup memadai untuk

mengembangkan organisasi sesuai dengan pendekatan strategi yang

direkomendasikan. Hal mendesak yang harus diselenggarakan adalah

pengadaan Sistem Informasi Manajemen (SIM) RS atau billing

system untuk memudahkan evaluasi kinerja keuangan.

3. Jaya (2014) dalam peneltiannya dengan judul Analisis Komitmen

Organisasi dan Pemerintah Daerah terhadap Kesiapan RSUD H.

Padjonga Daeng Ngalle Takalar dalam menerapkan Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) diperoleh

hasil bahwa RSUD H. Padjonga Daeng Ngalle Takalar memenuhi

persyaratan dalam menerapkan PPK-BLUD dengan terpenuhinya

persyaratan substantif dan teknis serta jumlah bobot dokumen untuk

persyaratan administratif mencapai 98,4% pada RSUD H. Padjonga

Daeng Ngalle Takalar. Responden mempunyai komitmen organisasi

yang tinggi terhadap kesiapan RSUD H. Padjonga Daeng Ngalle

Takalar dalam memenuhi persyaratan substantif, teknis dan

administratif PPKBLUD dengan jumlah komitmen afektif tertinggi

sebesar 58,8%, adapun mengenai komitmen berkelanjutan yang

tertinggi sebesar 96,5% dengan jumlah responden sebanyak 85 orang.

4. Triprasetya dkk (2014) dengan penelitiannya yang berjudul “Analsis

Kesiapan Penerapan Kebijakan Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD) Puskesmas di Kabupaten Kulon Progo (Studi Kasus di


43

puskesmas wates dan Puskesmas Girimulyo II Kabupaten

Kulonprogo)” memperoleh hasil bahwa penerapan kebijakan BLUD

Puskesmas di Kabupaten Kulon Progo belum sepenuhnya siap

dilaksanakan, seperti persyaratan teknis dalam kesiapan penerapan

kebijakan BLUD Puskesmas. Sedangkan persyaratan administratif

telah siap dalam penerapan kebijakan BLUD Puskesmas. Stakeholder

di Kabupaten Kulon Progo mendukung kebijakan BLUD Puskesmas

tetapi belum sepenuhnya siap dengan regulasi kebijakan BLUD

Puskesmas. Kondisi manajemen dan kerjasama tim puskesmas dan

pengelolaan keuangan puskesmas terlihat kurang mendukung untuk

penerapan kebijakan BLUD.

5. Hasil penelitian yang diperoleh Rowi (2015) menyimpulkan bahwa

pelaksanaan BLUD di RSUD Kota Bogor sudah sesuai dengan

konsep yang ditetapkan atau sudah sesuai seperti yang diharapkan,

tetapi masih tetap butuh perbaikan dan pengembangan. RSUD belum

memenuhi persyaratan dan operasional sesuai dengan peraturan yang

ada yaitu Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 sehingga konsep yang

ditetapkan belum benar-benar terpenuhi. RSUD belum

memaksimalkan pelayanan kesehatan sesuai SPM sehingga beberapa

target pelayanan belum terpenuhi. RSUD sudah melaksanakan

pengelolaan finansialnya dengan baik dan hampir mencapai target

maksimal. RSUD belum memaksimalkan kinerja unit-unit terkait

untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat, masih ada unit


44

yang kunjungannya belum mencapai target dan perlu diperbaiki.

Pelaksanaan Kegiatan BLUD di RSUD Kota Bogor belum berjalan

dengan pengawasan dan pembinaan untuk mencegah terjadinya

berbagai hal yang justru dapat menurunkan capaian target.

6. Wijayanti dan Sriyanto (2015) dalam penelitiannya yang berjudul

“Evaluasi Kinerja Pelayanan dan Keuangan RSUD yang menerapkan

Pola Pengelolaan Keuangan BLUD pada Sembilan (9) rumah sakit di

wilayah Subosukowonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,

Wonogiri, Sragen dan Klaten) memperoleh hasil bahwa kinerja

pelayanan yang diukur dengan TOI (Turn Over Interval) berkorelasi

kuat dan signifikan terhadap tingkat efektivitas dan efisiensi rumah

sakit yang diukur dengan CRR (Cost Recovery Rate). Tanda negatif

menunjukkan korelasi antara TOI dan CRR berbanding terbalik.

Dengan kata lain, jika TOI semakin tinggi, maka CRR semakin

rendah, dan sebaliknya. Dengan demikian semakin sedikit jarak hari

dimana tempat tidur tidak ditempati dari hari telah diisi ke saat hari

terisi berikutnya, maka kinerja rumah sakit akan semakin efektif dan

efisien. Kinerja pelayanan yang diukur dengan AVLOS (Average

Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) berkorelasi kuat

dan signifikan terhadap tingkat efektifitas variabel rumah sakit yang

diukur dari tingkat kemandiriannya. Tanda positif menunjukkan

bahwa korelasi antara AVLOS dan tingkat kemandirian berbanding

lurus. Artinya adalah jika AVLOS meningkat, maka tingkat


45

kemandirian rumah sakit juga semakin tinggi. Kinerja keuangan yang

diukur dengan rasio rentabilitas dan ketergantungan terhadap APBD

berkorelasi kuat dan signifikan terhadap tingkat efektivitas dan

efisiensi rumah sakit yang diukur dengan CRR. Rasio rentabilitas

menunjukkan tanda positif, yang berarti bahwa semakin tinggi

rentabilitas maka kinerja rumah sakit semakin efektif dan efisien.

Hasil tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi kemampuan

rumah sakit dalam menghasilkan surplus operasional, maka rumah

sakit telah beroperasi secara efektif dan efisien. Variabel

ketergantungan terhadap APBD/N menunjukkan tanda negatif, yang

berarti bahwa semakin kecil tingkat ketergantungan terhadap APBD,

maka rumah sakit dapat lebih efektif dan efisien. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa penerapan PPK-BLUD di rumah sakit

pemerintah berhasil mengurangi ketergantungan rumah sakit

terhadap subsidi pemerintah.

2.6 Kerangka Teori

Dari teori-teori yang telah dikemukakan di atas, baik berupa program

pemerintah dan landasan hukumnya, serta teori pengukuran kinerja dengan

menggunakan Balanced Scorecard, maka dapat dikemukakan karangka teori

seperti bagan pada gambar 2.1. Tiga persyaratan pembentukan BLUD yaitu

persayaratan substantif, persyaratan teknis dan persyaratan administratif yang

dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 (tentang


46

pengelolaan keuangan BLUD) yang dirubah dengan PP No 74 Tahun 2012, dan

Permendagri No 61 Tahun 2007 (tentang pedoman teknis pengelolaan keuangan

BLUD) dapat diuraikan ke dalam empat perspektif Balanced Scorecard sehingga

penelitian analisis kesiapaan pengembangan Puskesmas menjadi BLUD ditujukan

pada empat perspektif tersebut. Kerangka teori yang digambarkan dalam Gambar

2.1. menunjukkan strategi pemenuhan persyaratan pembentukkan Badan Layanan

Umum Daerah atau BLUD yang mengacu pada PP No 23 Tahun 2005 sebagai

landasan dari penelitian ini dengan menerapkan empat perspektif Balanced

Scorecard, yaitu:

1. Perspektif Keuangan

Untuk menjadi BLUD berdasarkan PP No 23 Tahun 2003 yang diubah

dengan PP No 74 Tahun 012 dari aspek keuangan maka Puskesmas melalui

strategi dalam kinerjanya harus berupaya untuk memenuhi:

a) Persyaratan teknis berupa kinerja keuangan yang sehat;

b) Persyaratan administratif berupa laporan keuangan pokok dan Akuntansi

dan Laporan Keeuangan BLUD.


47

Perspektif
Pelanggan

Startegi kinerja
Perspektif Puskesmas Perspektif
Keuangan Menjadi BLUD Proses Bisnis
Internal

Perspektif
Pembelajaran dan
Pertumbuhan

Sumber: Kaplan dan Norton, 2000; PP No. 23 Tahun 2005 diubah dengan PP No
74 Tahun 2012; Permendagri Nomor 61 Tahun 2007

Gambar 2.1 Kerangka Teori Strategi Kinerja Puskemas menjadi


BLUD melalui Penerapan Balanced Scorecard.

2. Perspektif Pelanggan

Dari aspek pelanggan harus memenuhi:

a) Persyaratan Substantif, yaitu menyelenggarakan layanan umum yang

berhubungan dengan penyediaan barang dana atau jasa;

b) Persyaratan teknis, yaitu penerapan SPM;

c) Persyaratan administratif, yaiu sistem pencatatan dan pelaporan SPM.

3. Perspektif proses bisnis internal, berupa persyaratan administratif yang

mencakup pola tata kelola, RSB dan SPM

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan terdiri atas:


48

a) Persyaratan Teknis yang meliputi Tugas Pokok dan Fungsi (manajemen

SDM);

b) Persyaratan Administratif yang terdiri atas Pernyataan Kesanggupan,

Pola Tata Kelola dan RSB.

Persyaratan ini juga dijabarkan dalam Permendagri No. 61 Tahun 2007

sebagai pedoman implementasi BLUD.


BAB III

KERANGKA PIKIR DAN METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pikir

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah gambaran pembentukan

Puskesmas Bogor Utara sebagai BLUD yang diteliti secara kualitatif dengan

metode analisis BSC, dibandingkan dengan Kinerja Puskesmas dalam masa

transisi yang diharapkan dapat memenuhi konsep yang telah ditetapkan, kemudian

diperoleh kesimpulan dan rekomendasi. Terdapat empat kinerja wajib yang

terdapat pada BLUD dan dapat diasosiasikan dengan perspektif BSC, yaitu:

1. Kinerja keuangan, yang menunjukkan bagaimana pengelolaan

keuangan yang dilaksanakan, yang dapat diasosiasikan dengan

perspektif Keuangan (financial) dalam Balanced Scorecard

2. Kinerja Manfaat, yang menunjukkan bagaimana pemenuhan

kebutuhan terhadap pasien (pelanggan), yang dapat diasosiasikan

dengan Perspektif Pelanggan (customer).

3. Kinerja pelayanan, sebagai bentuk aktivitas bisnis dimana terjadi

interaksi antara pemberi layanan dan penerima layanan, yang dapat

diasosiasikan dengan Proses Bisnis Internal (internal bussiness

procces).

4. Pernyataan Kesanggupan, Rencana Strategi Bisnis, Tata kelola dan

Manajemen SDM yang bersifat bertumbuh dan berkembang secara


50

berkelanjutan yang diasosiasikan dengan perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran.

Kinerja Puskesmas Bogor Utara

Perspektif Perspektif Perspektif Proses Perspektif


Keuangan Pelanggan Bisnis Internal Pertumbuhan

Capaian Kinerja Capaian Capaian Capaian Pernyataan


Kinerja Kinerja Kinerja kesanggupan,RS
Keuangan Manfaat Pelayanan B, Tata Kelola

Kesiapan Untuk mendapatkan


Status BLUD

Sumber: Kaplan dan Norton, 2000; PP No. 23 Tahun 2005; dan Permendagri No. 61 Tahun 2007

Gambar 3.1. Kerangka Pikir Penelitian Analisis Kinerja Puskesmas Bogor Utara
dalam Upaya mendapatkan status BLUD (modifikasi dari Kaplan dan Norton,
2000)

Dengan menghubungkan konsep yang ada, maka kerangka pikir dapat

dituangkan seperti pada Gambar 3.1. Tata cara pembentukan Puskesmas sebagai

BLUD telah dijelaskan dalam PP No. 23 Tahun 2005, Permendagri Nomor 61

Tahun 2007, yang merupakan regulasi yang harus diimplementasikan.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan tujuan

utamanya untuk mendekskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena


51

yang ada, baik fenomena yang bersifat ilmiah ataupun rekayasa manusia

(Sukmadinata, 2011). Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran

seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti.

Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan

orang yang diteliti dan yang kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka. Dalam

metode penelitian ini, akan diuaraikan tentang disain penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, metode pengumpulan data, responden, dan instrument penelitian,

sebagaimana berikut ini.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian kualitatif ini menggunakan desain deskriptif,

yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu

atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi

(Koentjaraningrat, 1993).

3.2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Bogor Utara, sejak bulan

April sampai dengan bulan Juli 2016.

3.3 Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini informan adalah sampel yang merupkan bagian dari

populasi atau keseluruhan dari populasi yang akan diteliti (Hidayat A.Aziz,2010).

Secara lebih spesiik, teknik penentuan sampel non probabilitas yang dipilih adalah

purposive sampling yaitu suatu teknik penemtuan sample yang di dalamnya

elemen poulasi dipilih berdasarkan kriteria tertentu (representatif) yang ditentukan

oleh peneliti (Malhotra,2009).


52

3.3.1 Karakteritik Informan Kunci/ Informan Potensial actor

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah responden yang dapat

memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan permasalahan penelitian

yaitu responden yang mempunyai wewenang untuk mrumuskan kebijakan

kesehatan puskesmas serta mengetahui keadaan puskesmas secara mendalam.

Informan dibagi dalam 2 bagian, yaitu :

1) Informasi Potensial Aktor yang berkontribusi pada penyusunan

kebijakan pengembangan BLUD di Puskesmas Utara antara lain :

kepala Dinas Kesehatan (1 orang), Kepala seksi pelayanan khusus dan

primer, Kepala puskesmas Bogor Utara

2) Informan representative yaitu responden yang berjumlah 7 orang

internal Puskesmas Bogor Utara . Penentuan jumlah dilakukan penulis

karena dianggap mewakili profesi puskesmas dengan rincianan yang

ada di puskesmas dengan rincian :

Tabel 3.1 Rincian Informan Reprensentatif

No Informan Jumlah
Kepala Tata
1 Usaha 1 orang
Bendahara JKN/
2 Analis Kesehatan 1 orang
Bendahara
3 BOK/Promkes 1 orang
4 Dokter fungsional 1 orang
5 Pendaftaran 1 orang
6 Farmasi 1 orang
7 Perawat 1 orang
53

Informan dari Dinas Kesehatan Kota Bogor yang termasuk kedalam

informan kunci/potensial actor dari penelitian ini terdiri dari 3 orang dipilih

sebagai informan adalah orang dengan karakteristik sebagai berikut :

Tabel 3.2 Karakteristik Informan Kunci

Kode Instansi/
Jenis Pendidikan Jabatan Lama
No informan tempat
kelamin terakhir terakhir bekerja
kunci bekerja
1 Informan 1 Pr S2 Kepala Dinas 29
dinas Kesehatan tahun
kesehatan Kota Bogor
2 Informan 2 Lk S2 Kepala Dinas 10
seksi Kesehatan tahun
Kota Bogor
3 Informan 3 Pr S2 Kepala Puskesmas 12
puskesmas Bogor Utara tahun

Informan kunci/ Potensial aktor sebagai pemangku kepentingan yang

berkaitan dengan pembentukan BLUD Puskesmas Bogor Utara, yaitu:

a. Kepala Puskesmas Bogor Utara

b. Pejabat Dinas kesehatan Kota Bogor yang berkaitan dengan

pembentukan BLUD Puskesmas

Karakteristik Informan Representatif (Internal) Puskesmas Bogor Utara

Kota Bogor tahun 2016.

Tabel 3.3 Karakteristik Informan Representatif

Instansi/
Kode Jen. Pddk. Jabatan Lama
No tempat
informan Kel. terakhir terakhir bekerja
bekerja
Informan Ka Subag Puskesmas 13
1 A Lk D3 puskesmas Bogor Utara tahun
Puskesmas
Dokter
Bogor 10
Fungsional
2 Informan B Pr S2 Utara tahun
3 Informan C Pr D3 Analis Puskesmas 5 tahun
Kesehata dan
Bendahara Bogor
BOK Utara
Petugas
Promkes dan Puskesmas
Informan P D Bendahara Bogor
4 D r 3 JKN Utara 8 tahun
Pendaftaran/S Puskesmas
Informan L S u Bogor
5 E k 1 kwan Utara 3 tahun
Puskesmas
Informan P S Bogor
6 F r 1 Farmasi Utara 3 tahun
Puskesmas
Informan P D Bogor 12
7 G r 3 Perawat Utara tahun
54

BOK
Petugas
Promkes dan
Bendahara Puskesmas
4 Informan D Pr D3 JKN Bogor Utara 8 tahun
Pendaftaran/Su Puskesmas
5 Informan E Lk S1 kwan Bogor Utara 3 tahun
Puskesmas
6 Informan F Pr S1 Farmasi Bogor Utara 3 tahun
Puskesmas 12
7 Informan G Pr D3 Perawat Bogor Utara tahun

3.4 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif

yaitu data diperoleh dengan menggunakan instrument penelitian berupa lembar

kuesioner, lembar catatan pengamatan, alat perekam audio untuk melakukan

wawancara, Data dari Kepustakaan dan Dokumen, dan Data dari Halaman Web

(dengan menggunakan perangkat komputer dan modem internet), yang dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Kuisioner (Daftar Pertanyaan)

Kuesioner atau daftar pertanyaan merupakan salah satu dari teknik

pengumpulan data kualitatif. Kuesioner menggunakan pertanyaan

terstruktur untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat yang

mendukung teori dan informasi yang dibutuhkan untuk proyek

anda.

2. Wawancara

Wawancara ialah salah satu dari teknik pengumpulan data

kualitatif. Dalam penelitian dilakukan wawancara dengan


55

pertanyaan, sehingga responden dapat memberikan informasi

yang tidak terbatas dan mendalam dari berbagai perspektif. Semua

wawancara dibuat transkip dan disimpan dalam file teks.

3. FGD ( Fokus Grup Diskusi)/ Diskusi kelompok terarah .

FGD/Diskusi kelompok terarah merupakan bentuk khusus

wawancara (blaike,2000, Thorn et al 20017) ditambahkan oleh

greenbaum (2000) di definisikan sebagai kelompok kecil partisipan

yang bersifat formal dan berjangka waktu temporer, yang saling

berinteraksi dan bekerja sama dalam mendalami topik.

4. Catatan Pengamatan

Catatan pengamatan merupakan salah satu dari teknik

pengumpulan data kualitatif. Pengamatan untuk memperoleh data

dalam penelitian memerlukan ketelitian untuk mendengarkan dan

perhatian yang hati-hati dan terperinci pada apa yang dilihat.

5. Rekaman Audio

Rekaman audio ialah salah satu dari teknik pengumpulan data

kualitatif. Dalam melakukan wawancara tidak jarang dibuat

rekaman audio. Untuk menangkap inti pembicaraan diperlukan

kejelian dan pengalaman seseorang yang melakukan wawancara.

Rekaman audio wawancara dapat digunakan untuk menggali isi

wawancara lebih lengkap pada saat pengolahan data dilakukan.


56

6. Data dari Kepustakaan dan Dokumen

Dalam penelitian sering digunakan data yang berasal dari buku

pustaka (literatur) dan dokumen yang dimiliki oleh institusi sebagai

subyek penelitian merupakan salah satu dari teknik pengumpulan

data kualitatif. Data tersebut dapat digunaan dalam pengolahan data

bersama data yang lainnya.

7. Data dari Halaman Web

Mengambil data dari halaman web merupakan salah satu dari

teknik pengumpulan data kualitatif. Seperti halnya data dari buku

pustaka dan dokumen, data dari halaman web tersebut dapat

digunakan dalam pengolahan data bersama data yang lain.

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang

didapat dari jawaban para responden. Sedangkan data sekunder yaitu

data yang tidak didapatkan secara langsung oleh peneliti tetapi diperoleh

dari data dokumen yang dimiliki oleh puskesmas, studi kepustakaan,

jurnal penelitian terdahulu dan majalah-majalah yang berhubungan

dengan permasalahan yang sedang diteliti.

Mengingat penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka

sebagian besar informasi yang diperoleh adalah dari hasil wawancara

terstruktur berdasarkan pola Balance Scorecard. Untuk itu diperlukan

teknik pengumpulan data terutama melalui teknik wawancara yang

dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terstruktur, terbuka dan

dilanjutkan dengan pertanyaan pendalaman (probing). Angket atau


57

kuisioner, sebagai alat pengumpulan data yang berisi pertanyaan yang

sudah disusun oleh peneliti sebagai penjabaran dari indikator-indikator

yang diteliti. Adapun instrument kuisioner yang disiapkan adalah:

1) Persyaratan menjadi BLUD, yang mencakup tiga syarat yaitu

substantif, teknis dan admisnistratif

2) Pengelolaan keuangan merupakan persyaratan dan kegiatan

mutlak BLUD. Pemerintah telah menetapkan cara melakukan

penilaian kinerja keuangan melalui Peraturan Dirjen

Perbendaharaan Nomor Per-36/PB/2012 tentang Pedoman

Penilaian Kinerja Keuangan Satuan Kerja Badan Layanan

Umum. Instrumen pada kinerja ini disusun berdasarkan

peraturan tersebut, yang terdiri atas dua aspek, yaitu:

1. Rasio Keuangan

2. Rasio Pendapatan PNBP

3) Aspek Kepatuhan Pengelola Kerja, yang terbagi atas aturan-

aturan dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Kepmenkes

Nomor 129 Tahun 2009 mengatur tentang SPM, dimana

regulasi ini menjadi pedoman bagi daerah dalam melaksanakan

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan

penyelenggaraan standar pelayanan seperti halnya Puskesmas.

Puskesmas merupakan salah satu UPT di bidang kesehatan

yang dialokasikan menjadi BLUD. Puskesmas Kota Bogor

mempunyai Standar Pelayanan Minimal yang telah berdiri


58

sendiri berdasarkan KMK Rl No. 828 tahun 2008 tentang

Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

di Kota, Perda Kota Bogor Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintahan Daerah Kota Bogor, Perda Kota Bogor

Nomor 9 tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan

Daerah Kota Bogor Nomor 23 Tahun 2008 tentang

Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota

Bogor, serta Peraturan Walikota Bogor Nomor 163 Tahun 2013

tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Perubahan atas

Perbup no 472 tahun 2011 tentang Pelayanan Dasar di

Lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bogor. Berdasarkan

pemaparan tersebut, maka Puskesmas Daerah dimungkinkan

untuk siap berdiri sebagai UPT BLUD. Mengimbangi kriteria

SPM yang digunakan Puskesmas Kota Bogor dan SPM UPT

BLUD Nasional, maka perlu ditengahi oleh SPM Puskesmas

berstatus BLUD yang memiliki tiga indikator, yaitu:

1. Upaya Kesehatan Wajib;

2. Upaya Kesehatan Pengembangan; dan

3. Upaya Kesehatan Penunjang.

4) Aspek Kinerja Manfaat

Kinerja Manfaat disusun berdasarkan prinsip bahwa Puskesmas

sebagai BLUD memberikan manfaat bagi pelanggan atau

pasien. Sesuai dengan azas manfaat, agar manfaat tersebut


59

dapat bermakna dan diketahui, maka harus diketemukan fakta

bahwa Puskesmas Bogor Utara dapat memenuhi dan

memuaskan kebutuhan pelanggan sebagai pasien dalam

memperoleh pelayanan kesehatan sehingga pasien mau

menggunakan kembali pelayanan tersebut. Fakta diteliti

berdasarkan faktor-faktor seperti pendapat langsung pasien dan

kondisi yang ada di Puskesmas. Pendapat pasien adalah fakta

yang bersifat subyektif yang dipengaruhi oleh sosial, budaya,

ekonomi dan kondisi psikologis pasien. Fakta yang cukup

obyektif adalah pengamatan terhadap meningkatnya kunjungan

pasien ke Puskesmas untuk penggunaan layanan. Begitu pula

lamanya perawatan, sehingga Puskesmas dapat mempersiapkan

kondisi untuk penerimaan kunjungan berikutnya. Kemudian

frekuensi layanan juga turut menentukan manfaatnya. Oleh

karena itu instrumen kinerja manfaat disusun berdasarkan:

a. Penjabaran persayaratan substanstif, yaitu pemenuhan

syarat sebagai penyelenggara layanan umum yang

berhubungan dengan penyediaan barang dan/atau jasa

dibidang kesehatan.

b. Tersusunnya dan terselenggaranya Visi dan Misi

diantaranya yang menguraikan tentang pelayanan

kepada pelanggan.

c. Pertumbuhan dan jumlah kunjungan pelanggan/pasien.


60

d. Penerapan dan sistem pencatatan Standar Pelayanan

Minimal, termasuk di dalamnya kepuasan pelanggan

e. Implementasi Pernyataan Kesanggupan, Rencana

Strategi Bisnis (RBS), Tata kelola dan Manajemen

SDM yang bersifat bertumbuh dan berkembang secara

berkelanjutan.

3.5 Analisis data

Analisis Data kualitatif digunakan untuk menggali lebih terkait kesiapan

puskesmas bogor utara menjadi status BLUD dengan wawancara dan Diskusi

Kelompok Terarah. Data diperoleh dengan cara membuat transkrip rekaman hasil

wawancara mendalam dan Diskusi Kelompok Terarah, kemudian

mengkategorikannya dalam variabel-variabel penelitian serta membuat matriks

hasil wawancara dan Diskusi Kelompok Terarah sesuai dengan variabel yang

diteliti sehingga memudahkan untuk menganalisis data.

Informasi dari wawancara mendalam dan Diskusi Kelompok Terarah yang

sudah disusun dalam bentuk matriks kemudian dibandingkan dengan hasil telaah

dokumen sesuai dengan variabel penelitian masing-masing sehingga dapat

dibuktikan validitas data melalui triangulasi. Analisis data kualitatif dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih dan memfokuskan

pada informasi penting secara teliti, sehingga data yang telah direduksi
61

akan memberikan gambaran yang lebih jelas. Reduksi data pada penelitian

ini dilakukan dengan cara membuat transkrip dan matriks wawancara.

b. Penyajian data

Penyajian data akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang

terjadi dan membuat perencanaan kerja untuk selanjutnya berdasarkan

pada hasil penelitian tersebut. Penyajian data pada penelitian ini adalah

membuat uraian yang bersifat naratif berdasarkan hasil wawancara

mendalam, sehingga lebih mudah untuk mengetahui

c. Verifikasi data

Langkah terakhir dalam analis data adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang

diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada

atau berupa gambaran suatu obyek yang sebelumnya tidak jelas sehingga

setelah diteliti menjadi jelas.

3.6 Validasi Data

3.6.1 Triangulasi

Data penelitian yang diperoleh harus dijaga keabsahannya (validity)

dengan cara triangulasi, yang merupakan teknik uji validitas data dengan

memanfaatkan sumber dan data untuk kepentingan pengecekan atau alat

pembanding. Adapun triangulasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Triangulasi sumber, yaitu membandingkan data hasil wawancara informan

dengan data kegiatan yang diteliti, serta dokumen yang terkait dengan

penelitian
62

b. Triangulasi metode, yaitu melakukan pengumpulan data dengan

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data secara bersamaan yaitu

telaah dokumen, wawancara mendalam, observasi, Diskusi Kelompok

Terarah

c. Triangulasi Data, yaitu melakukan pengumpulan data dan melakukan

klasifikasi dan pengelompokan data sesuai variable yang didapat dari hasil

telaah dokumen, observasi, diskusi kelompok terarah dan wawancara

mendalam.

3.7 Rancangan Operasional

Langkah-langkah untuk melakukannya adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan secara khusus informan kunci sebagai responden.

b. Melakukan kontrak waktu untuk wawancara dan pengisian angket

c. Sebelum melakukan wawancara dan pengisian angket diberikan

penjelasan terlebih dahulu kepada responden agar diperoleh jawaban

yang jelas dan tepat, dan meminta ijin untuk melakukan rekaman

wawancara dengan alat perekam audio, video dan atau kamera.

d. Setelah selesai data dikumpulkan kemudian diolah untuk dianalisa.

Untuk lebih jelas dan terarah dalam operasionalisasi penelitian maka

disusunlah definisi operasional


63

3.8 Definisi Istilah

Definisi istilah penelitian ini dijabarkan dalam tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.4 Definisi Istilah Penelitian


Balanced Definisi
Scorecard Persyaratan BLUD Indikator
Istilah

1. Menyelenggarakan
layanan umum yang
berhubungan dengan
Substantif
penyediaan barang
dan/atau jasa dibidang
kesehatan Capaian Kinerja
Perspektif 2. Tersusunnya dan Manfaat
Pelanggan terselenggaranyaVisi dan (Terpenuhi atau
Misi khususnya untuk tidak)
pelanggan
Penerapan Standar Pelayanan
Teknis
Minimal (SPM)

Administratif Sistem Pencatatan SPM

Kinerja Keuangan yang Sehat


Teknis dan memperoleh
Perspektif Rekomendasi menjadi BLUD Capaian Kinerja
Keuangan Keuangan
1. Laporan Keuangan Pokok (Terpenuhi atau
Administratif 2. Laporan Audit tidak)
3. Akutansi dan Laporan
Keuangan BLUD
1. Operasi: Pola Tata Kelola Capaian Kinerja
2. Inovasi: Investasi dalam Pelayanan Sesuai
Perspektif Proses Rencana Strategi Bisnis Konsep atau tidak
Administratif
Bisnis Internal (RSB)
3. Layanan Purna Jual:
Standar Pelayanan
Minimal (SPM)
Tugas Pokok dan Fungsi Implementasi
Manajemen SDM,
1. Struktur Oganisasi,
Perspektif Pernyataan
definisi tugas dan
Pembelajaran Kesanggupan,
Teknis tanggung jawab
dan Peningkatan Pola
2. Pejabat Pengelola BLUD
Pertumbuhan Tata Kelola, dan
3. Pengangkatan Pegawai
RSB terlaksana
Non PNS
atau tidak
4. Dewan Pengawas
64

5. Kompetensi (keselarasan),
pemberdayaan, motivasi
dan pelatihan karyawan
6. Kepuasan Kerja:
Lingkungan dan
kelengkapan peralatan
kerja,
7. Kehadiran Karyawan
8. Renumerasi
9. Produktivitas Karyawan,
10. Sistem Informasi
Karyawan
1. Pernyataan Kesanggupan
menjadi BLUD
Administrasi 2. Peningkatan Pola Tata
Kelola
3. Rencana Strategi Bisnis
(Target pertumbuhan)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di puskesmas bogor Utara pada bulan April –

Agustus 2016. Pengumpulan data pada saat wawancara dan diskusi kelompok

terarah dilakukan dengan purposive sampling. Informan yang dipilih dalam

diskusi kelompok terarah merupakan informan reprentatif yang berasal dari

puskesmas Bogor Utara yang terdiri dari kepala tata usaha, perwakilan dokter,

bagian laboratorium merangkap Bendahara JKN , bagian promkes merangkap

bendahara BOK. Diskusi kelompok terarah dilaksanakan pada tanggal 16 April

2016 yang diikuti 4 orang peserta.

4.2 Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan wawancara mendalam, Diskusi Kelompok Terarah, observasi dan

studi dokumen dalam penelitian ini diperoleh rekomendasi untuk pencapaian

kesiapan Pengembangan Puskesmas Bogor Utara menjadi BLUD yang hanya

terbatas sebagai alternatif masukan untuk pengambilan kebijakan, sedangkan

penetapan menjadi BLUD adalah kewenangan dari pengambil kebijakan yaitu

Pemerintah Daerah Kota Bogor.


66

4.3 Profil Puskesmas Bogor Utara


4.3.1 Gambaran demografi
Puskesmas Bogor Utara adalah puskesmas induk yang terletak di Jl.

Raden Kan’an RT 05/04 No. 81 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara Kota

Bogor. Puskesmas ini memiliki dua puskesmas pembantu (Pustu) yaitu Pustu

Villa Duta dan Pustu Cimahpar Wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara terdiri

dari Kelurahan Cibuluh, Tanah Baru dan Kelurahan Cimahpar.

Batas wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kelurahan Ciparigi

Sebelah Barat : Kelurahan Bantar Jati

Sebelah Timur : Kelurahan Sukaraja Kabupaten Bogor

Sebelah Selatan : Kelurahan Baranang Siang

4.3.2 Struktur Organisasi, Tugas dan Tanggung Jawab


Hasil studi dokumen menemukan bahwa Struktur organisasi Puskesmas Bogor Utara

mengacu pada Permenkes nomor 75 tahun 2014, seperti dijabarkan dalam gambar 4.1 dibawah

ini :
67

LAMPIRAN II : Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014


BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS
Kepala Puskesmas

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

1. Sistem
Informasi Puskesmas
2. Kepegawaian

Unit Pelaksana Teknis Fungsional 3. Keuangan


4. Rumah Tangga

Penanggung jawab UKM Esensial Penanggung jawab UKM Penanggung jawab UKP, Kefarmasian Penanggungjawab Jaringan
dan Perkesmas Pengembangan dan Laboratorium Pelayanan Puskesmas

Pelayanan Promosi Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Jiwa Pelayanan Pemeriksaan Umum Puskesmas Keliling
UKS (termasuk Lansia, MTBS)

Pelayanan Kesehatan Gigi


Jejaring Fasyankes

Pelayanan Kesehatan Lingkungan Masyarakat


Pelayanan Kesehatan Gigi dan

Pelayanan Kesehatan Tradisional Mulut


Pelayanan KIA/KB yg bersifat UKM Komplementer

Pelayanan KIA-KB yang bersifat Pelayanan Persalinan /

Pelayanan Kes. Olahraga UKP PONED


Pelayanan Gizi yg bersifat UKM
Pelayanan Kesehatan Indera
Pelayanan Gawat darurat Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan Pencegahan dan Pelayanan Kesehatan Lansia Pelayanan Gizi yg bersifat UKP Pelayanan Laboratorium
Pengendalian Penyakit
Pelayanan Kesehatan Kerja

PERKESMAS
Upaya Kesehatan lainnya

Gambar 4.1 Stuktur Organisasi Puskesmas Bogor Utara

Gambar diatas memperlihatkan kepala puskesmas membawahi langsung

dua divisi atau unit yaitu kepala sub bagian tata usaha dan unit pelaksana teknis

fungsional. Kepala sub Bagian Tata Usaha di bagi menjadi 4 bagian yaitu sistem

informasipuskesmas, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga. Sedangkan

pelaksana teknis fungsional di bagi menjadi 4 bagian yaitu penanggung jawab

UKM Esensial, penanggung jawab UKM pengembangan, penanggung jawab UKP

Kefarmasian dan laboratorium serta penanggung jawab pelayanan


68

puskesmas. Dimana keseluruhan bagian tersebut memiliki tupoksi masing-masing

berdasarkan gambar diatas.

4.3.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Bogor Utara

Jumlah karyawan puskesmas Bogor Utara adalah 38 orang terdiri dari 26

tenaga kesehatan dan 12 tenaga non kesehatan. Diuraikan oleh informan kunci 1,

2 dan 3 bahwa untuk SDM, harus ada penambahan jumlahnya. Karena sebagai

BLUD, nantinya pengelolaan sepenuhnya akan diserahkan kepada puskesmas.

Oleh karena itu Puskesmas Bogor Utara melakukan pengembangan Jumlah SDM

dan pengembangan Kualitas SDM. Dari hasil telaah dokumen, SDM Puskesmas

Bogor Utara terdiri dari tenaga kesehatan dan non kesehatan, seperti dijelaskan

pada tabel 4.1 dibawah ini ;

Tabel 4.1 Data Kualifikasi Karyawan Puskesmas Bogor Utara sesuai


dengan jenis tenaga dan pendidikan
No. Jenis Tenaga Jumlah Keterangan
1 Dokter Umum 5 1 Ka.UPT PKM
2 Dokter Gigi 1 S.1
3 Perawat Gigi 1 D.III
4 Perawat 5 D.III Keperawatan : 4, SPK .1
5 Bidan 6 D.III Kebidanan
6 Apoteker/asisten.Apt 2 S1, DIII
7 Analis Lab Kesehatan 1 D.III Lab Kes
8 Kesehatan Masyarakat 1 Ka.TU 1, Kesling 1
9 Radiologi 1 D.III
10 Tenaga Gizi 1 D.III 1
11 Sanitarian 1 D.III
12 Pendaftaran 1 SMEA
13 Supir Siaga/sukwan 5
69

14 Keamanan/Jaga Malam 1
15 Kebersihan 1
16 Juru Masak 1
17 Perawatan/IGD 24 jam 4 DIII, S1
Jumlah Seluruhnya 38
Tenaga Kesehatan 26
Tenaga Non Kesehatan 12

4.3.4 Pendapatan

Dari Laporan Tahunan Tahun 2015, didapatkan bahwa pendapatan

Puskesmas Bogor Utara dari dana kapitasi. Untuk rinciannya dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Pendapatan Puskesmas Bogor Utara 2015

TARGET REALISASI PENGELUARAN

2.448.373.000 2.206.746.000 2.143.051.806

Sumber: Data Keuangan Dinas Kesehatan Kota Bogor 2015 Telah Diolah Kembali

4.3.5 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap

Berdasarkan laporan kunjungan didapatkan bahwa jumlah kunjungan

rawat jalan dan rawat inap sebagai berikut:

Tabel 4.3 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap


Tahun Jumlah Kunjungan Jumlah Kunjungan
Rawat Jalan Rawat Inap
2013 58.842
2014 62.282 5
2015 64.642 333
2016 67.221 342
2017 69.876 368

Sumber: Data Kunjungan Puskesmas Bogor Utara


70

4.4 Hasil Penelitian

Analisis BLUD dengan Metode Balance Scorecard harus memilah apa saja

unsur dalam konsep BLUD yang bisa dipadankan dengan Balance Scorecard.

Karena ada empat perspektif, maka unsur-unsur dalam konsep BLUD harus

berada dalam masing-masing perspektif tersebut mengikuti pengukuran dengan

metode ini. Analisis dengan Balance Scorecard mengkuti konsep BLUD, terdiri

atas :

1. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (learn and

growth/infrastructure), dengan mengukur Administrasi BLUD

berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007

berkaitan erat dengan pembentukan dan perkembangan BLUD termasuk

sarana prasarana di dalamnya

2. Perspektif Proses Bisnis Internal (internal bussiness procces), sebagai

bentuk aktivitas bisnis dimana terjadi interaksi antara pemberi layanan

dan penerima layanan, dengan mengukur Standar Pelayanan Minimal

(SPM) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun

2008, ditunjang oleh Inovasi, kunjungan rawat jalan dan kunjungan rawat

inap (termasuk BOR, LOS, TOI dan BTO)

3. Perspektif Keuangan (financial), mencakup tata kelola keuangan dengan

analisis berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan

Kementerian Keuangan Nomor 36 Tahun 2012, yang menunjukkan

bagaimana pengelolaan keuangan terlaksana


71

4. Perspektif Pelanggan (customer) Kinerja Manfaat, yang menunjukkan

bagaimana pemenuhan kebutuhan terhadap pasien (pelanggan), dapat

dinilai dengan peningkatan kunjungan dan kepuasan pelanggan.

4.4.1 Analisa Hasil dengan Metode Balance Scorecard

1. Analisis Evaluasi dengan Metode Balance Scorecard

Setelah semua data terkumpul dengan instrumen Balance Scorecard

dan diolah kemudian dilakukan analisis data. Data yang diperoleh berdasarkan

Administrasi dan Kinerja berdasarkan tabel :

Tabel 4.4 Capaian Indikator Perinstrumen


Sumber: Berdasarkan Data Puskesmas Bogor Utara 2015telah diolah kembali

Persentase
Capaian Total
No Instrumen Indikator
Data Indikator
(%)

1 Administrasi 14 73,68 19

2 Kinerja Layanan 95 95 100

3 Kinerja Keuangan 14 75 18

4 Kinerja Manfaat 3 100 3

Metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif ini bertujuan mendorong perusahaan menjadi organisasi

belajar (learning organization) sekaligus mendorong

pertumbuhannya. Proses belajar dan perkembangan organisasi

bersumber dari prinsip system, dan organizational procedur.

Pengukuran Perspektif ini adalah dengan Instrumen Implementasi


72

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007. Analisis

menunjukkan bahwa dari 19 indikator Administrasi pelaksanaan

BLUD, capaian targetnya berjumlah 14 (empat belas) indikator

sehingga didapatkan angka capaian target 73,68 %. Ideal dari

perspektif ini sesuai pemenuhan Administrasi BLUD adalah terpenuhi

semua atau terpenuhi 100 % (seratus persen). Hasil analisis

menunjukkan hanya 73,68 %, berarti belum Ideal

2) Perspektif Proses Bisnis

Internal Analisis ini terdiri atas :

a. Inovasi, merupakan pengembangan yang dilakukan perusahaan

agar bertahan dalam persaingan dengan para pesaing, sampai saat

ini (tahun 2016) ada 6 jenis layanan di Puskesmas Bogor Utara (BP

Umum, BP Gigi, Pelayanan KIA, Unit Obat, Laboratorium dan

Radiologi) dan ada dua layanan inovatif yaitu layanan IMS dan

VCT, pengukurannya :

Jumlah Jasa Inovatif yang ditawarkan


Presentasi Inovasi = Jumlah Total Jasa Yang Ada X 100%

= 2/6 X 100 % = 33,3 % (Ideal di atas 50 %)

b. Tahap Operasional, merupakan tahapan dimana perusahaan

berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggan dalam

memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, dan yang menjadi

tolok ukur tahap operasional di Puskesmas Bogor Utara adalah :

1) Rata-rata Kunjungan Rawat Jalan, berdasarkan pengukuran :

Jumlah Kunjungan Rawat Jalan (lama + Baru)


Kunj. Rawat Jalan = Jumlah Hari Kerja pada Periode Waktu yang Sama X 100%
73

64.642)
Kunj. Rawat Jalan = X 100%
365

= 87,46 % (Ideal di atas 50 %)

2) Jumlah Kunjungan Rawat Inap, yang diperoleh dari data di

Puskesmas Bogor Utara berdasarkan tabel :

Tabel 4.5 Kunjungan Rawat Inap

No. Indikator Capaian Nilai Ideal


1 BOR (Bed Occupancy Ratio) 68,36 % 60-85%
2 LOS (Length of Stay) 3,27 hari 6-9 hari
3 TOI (Turn Over Internal) 1,54 hari 1-3 hari

Sumber : Laporan Kunjungan Rawat Inap Puskesmas Bogor Utara


Tahun 2015

Pada analisa data, diperoleh bahwa dari tiga indikator tersebut sudah

mencapai ideal.

3) Perspektif Keuangan

Metode untuk mengukur perspektif keuangan dengan menggunakan


analisis keuangan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor 36 Tahun 2012. Setelah mendapatkan nilai
masing-masing tolok ukur kinerja perspektif keuangan, kemudian
hasilnya dibandingkan dengan ukuran baku/nilai ideal fasilitas rawat
inap. Pengukuran kinerja perspektif keuangan didasarkan pada laporan
keuangan Puskesmas Bogor Utara Tahun 2015. Hasil pengukuran
adalah 87,53 %, sudah di atas 50 %, berarti sudah ideal.
74

Pengaluaran Institusi
a. Rasio x 100%
Ekonomis = Anggaran Yang Ditetapkan

2.143.051.806
= x 100%
2.448.373.000

= 87,53 %

Pengeluaran dalam rangka


b. Rasio memperoleh pendapatan x 100%
Efesiensi =
Realisasi Pendapatan

2.143.051.806
= x 100%
2.206.746.000

= 97,1 %

Realisasi Pendapatan
c. Rasio x 100%
Target Pendapatan yang
Efektivitas =
ditetapkan

2.206.746.000
= x 100%
2.448.373.000

= 90,13 %

Rata-rata adalah 87,53 + 97,1 + 90,13 dibagi 3 = 91,58%

Pengukuran dengan Balance Scorecard di atas memberikan hasil yang baik,

yaitu tiga dari perspektifnya menunjukkan sudah ideal, yaitu Perspektif

Pertumbuhan dan Pembelajaran, Perspektif Proses Bisnis Internal dan Perspektif

Keuangan.
75

4.5 Gambaran Kesiapan Puskesmas Bogor Utara menjadi BLUD

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan kunci, diperoleh

penjelasan bahwa Puskesmas Bogor Utara didukung oleh Dinas Kesehatan Kota

Bogor telah mulai mempersiapkan segala sesuatu terutama yang berkaitan dengan

persyaratan utama agar Puskesmas Bogor Utara dapat menjadi Puskesmas BLUD.

Penelitian ini menjelaskan tentang gambaran kesiapan puskesmas Bogor Utara

dalam perspektif pengukuran balance score card dimana terdiri dari 4 perspektif

yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pertumbuhan dan

pembelajaran.

A. Persyaratan Teknis

Puskesmas Bogor Utara sudah membuat Rencana Strategis Bisnis

untuk menunjang penetapan BLUD. Dijelaskan oleh informan kunci bahwa

dalam pelaksanaan puskesmas sebagai BLUD maka kinerja keuangannya

berdasarkan Permendagri Nomor 61 Tahun 2007. Laporan keuangan dan

perencanaan anggaran berdasarkan rujukan Dinas Kesehatan dan pedoman

Kementrian Keuangan yang kemudian turun ke Pemda Kota Bogor melalui

Badan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Sehingga laporan puskesmas

sampai ke Pemda atau sampai ke BPKAD.

Informan kunci 2 menjelaskan bahwa sampai saat ini, puskesmas

sudah mengubah RKA-nya menjadi RBA atau Rencana Bisnis Anggaran

dengan pendampingan dari Dinas Kesehatan, Surat Perintah Pengesahan

Pendapatan dan Belanja (SP3B BLUD), rekening, tarif pelayanan berdasarkan

Perda Tahun 2014 tentang Retribusi. Puskesmas Bogor Utara di


76

dalam pertumbuhan pelanggannya cukup meningkat dilihat dari grafiknya

yang naik dengan menggunakan SPM atau Standar Pelayanan Minimal yang

sudah tersedia yang disusun bersama Dinas kesehatan Kota Bogor. Dari

telaah dokumen secara lebih detil terdapat pada pasal 128 dimana ditetapkan

bahwa evaluasi dan penilaian kinerja dari aspek keuangan dapat diukur

berdasarkan tingkat kemampuan BLUD, dengan kata lain kinerja keuangan

yang sehat jika Puskesmas Bogor Utara dapat :

1. memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang diberikan

(rentabilitas);

2. memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuiditas);

3. memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas);

4. kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai pengeluaran

Selanjutnya dari telaah dokumen laporan keuangan Puskesmas

Bogor Utara tahun 2014 dan 2015 dengan pendapatan dan laba yang semakin

meningkat, dapat dihitung nilai rentabilitas, likuiditas dan solvabilitasnya,

dimana nilainya menunjukkan kondisi yang positif. Hal ini didukung dengan

hasil penilaian balanced scorecard bahwa dari rasio efektivitas dimana

realisasi pendapatan dibagi target didapatlah hasil 90,13% yang berarti sudah

mencapai batas ideal yaitu 50%.

Peningkatan jumlah kunjungan berpengaruh pada pendapatan

puskesmas. Hal ini juga disampaikan oleh salah satu informan:

“ Jumlah kunjungan di Puskesmas Bogor Utara, sudah mengalami


peningkatan. Untuk kunjungan rawat jalan kurang dari tahun 2014 ke
77

2015 itu mengalami peningkatan kurang lebih 40%, UGD kunjungannya


kurang lebih 300, begitupun untuk rawat inap 198, untuk kunjungan gigi
juga sama mengalami peningkatan kurang lebih 30%. Kemudian kalau
untuk kunjungan KIA—kunjungan ibu bersalin itu juga meningkat 10-
20%.” (informan 3)

B. Persyaratan Administratif

Berdasarkan hasil capaian indikator instrumen pada tabel 4.4, dari

indikator yang berjumlah 19 data capaiannya hanya 14 data. 5 data yang

belum ada adalah Remunerasi, Dewan Pengawas, tarif Layanan,

Penghapusan Piutang BLUD dan Kewenangan Perikatan Pinjaman.

Puskesmas bogor Utara telah membuat Laporan Keuangan Pokok

dan Proyeksi Laporan Keuangan periode 2016 – 2020, yang diharapkan

dapat memberikan gambaran jelas kondisi sumber daya ekonomi, terutama

aspek keuangan, yang akan dikelola dalam lima tahun ke depan.

Penyusunan Proyeksi Keuangan lima Tahunan sebagai bagian dari

Rencana Strategis Bisnis Puskesmas Bogor Utara 2016 - 2020 merupakan

salah satu aspek penilaian dalam rangka pembentukan Puskesmas Bogor

Utara menjadi Badan Layanan Umum Daerah.

“Untuk nanti ke depannya, puskesmas Bogor Utara akan memakai


sistem mekanisme Pengelolaan keuangan BLUD. Semua keuangan yang
ada di Puskesmas Bogor Utara harus dilaporkan ke kas daerah
walaupun uangnya masih ada di puskesmas. Tapi dalam pengelolaannya
baik dalam pencatatannya, pengeluaran, ataupun pemasukkannya.
masuk dalam sistem laporan keuangan dinas kesehatan yang
selanjutnya akan dilaporkan ke kas daerah.”(Informan kunci 1)
78

Hal senada juga diungkapkan oleh informan kunci 2 dan 3

mengenai mekanisme pengelolaan keuangan BLUD. Dalam sistem BLUD

diperlukan seorang bendahara yang bisa mengelola keuangan, minimal

sarjana ekonomi, yang akan dicari ke depan. Proyeksi Keuangan lima (5)

Tahunan terdiri dari proyeksi Laporan Arus Kas, Proyeksi Neraca,

Proyeksi Laporan Operasional dan Rasio Keuangan.

1. Proyeksi Laporan Arus Kas

Proyeksi Laporan Arus Kas berisi informasi tentang arus kas/setara kas

masuk dan ke luar selama periode tertentu yang berasal dari aktivitas operasi,

investasi yang berjangka pendek dan pendanaan. Tujuan penyusunan Laporan

Arus Kas untuk menilai kemampuan organisasi Puskesmas dalam

menghasilkan kas dan menilai kebutuhan arus kas ke luarnya, sehingga dapat

diketahui:

a) Jumlah kas yang dihasilkan dalam suatu periode, berapa yang berasal dari

kegiatan operasional, investasi dan pendanaan.

b) Jumlah kas yang dikeluarkan untuk supplier, karyawan, membayar bunga,

pengembalian pinjaman. Bagaimana kemampuan Puskesmas

menghasilkan kas dan melunasi kewajiban-kewajibannya.

2. Proyeksi Neraca menggambarkan kondisi atau posisi keuangan Puskesmas

Bogor Utara,(lampiran ) mulai tahun 2014 sampai 2017 yang terdiri dari

aset tetap, aset lancar dan aset lainnya. aset sebagaimana yang disajikan

dalam table 4.5.


79

Tabel 4.6 Proyeksi Neraca Tahun 2014 sampai proyeksi 2020 (dalam rupiah)

Uraian Tahun Proyeksi

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Aset Lancar

Kas di Bendahara Pengeluaran 307.316.877,3

Kas di Bank 289.506.400 292.401.464 295.325.478,6 298.278.733,4 301.261.520,8 304.274.136

Piutang

Piutang Retribusi

Piutang Lain-lain 76.588.000 77.353.880 78.127.418,8 78.908.692,99 79.697.779,92 80.494.757,72 81.299.705,29

Jumlah 366.094.400 369.755.344 373.452.897,4 377.187.426,4 380.959.300,7 384.768.893,7 388.616.582,6

Aset Tetap

Tanah 31.835.025 32.153.375,25 32474909 32.799.658,09 33.127.654,67 33.458.931,22 33.793.520,53

Gedung dan Bangunan 30.742.004 31.049.424,04 31.359.918,28 31.673.517,46 31.990.252,64 32.310.155,16 32.633.256,72

Peralatan dan Mesin 92.180.000 93..101.800 94.032.818 94.973.146,18 95.922.877,64 96.882.106,42 97.850.927,48

Jalan, Irigasi dan Jaringan

Jumlah 154.757.029 156.304.599,3 157.867.645,3 159.446.321,7 161.040.785 162.651.192,8 164.277.704,7

Jumlah Aset 520.851.429 526.059.943,3 531.320.542,7 536.633.748,2 542.000.085,6 547.420.086,5 552.894.287,4

Kewajiban jangka pendek

Utang perhitungan pihak 3 76.588.000 77.353.880 78.127.418,8 78.908.692,99 79.697.779,92 80.494.757,72 81.299.705,29
80

Jumlah 76.588.000 77.353.880 78.127.418,8 78.908.692,99 79.697.779,92 80.494.757,72 81.299.705,29

Ekuitas dana lancar

Silpa 289.506.400 292.401.464 295.325.478,6 298.278.733,4 301.261.520,8 304.274.136 307316877,3


81

3. Akuntansi dan Laporan Keuangan

Sistem Akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan adalah

basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dalam Laporan Realisasi

Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas

dalam neraca basis.

4. Rasio Keuangan

Sebagaimana diatur dalam ketentuan Permendagri Nomor 61

Tahun 2007 pasal 128 ditetapkan bahwa evaluasi dan penilaian kinerja dari

aspek keuangan dapat diukur berdasarkan tingkat kemampuan BLUD

dalam:

a) Memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang diberikan

(rentabilitas);

b) Memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuiditas);

c) Memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas);

d) Kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai

pengeluaran

Tabel 4.7 Rasio Keuangan Puskesmas Bogor Utara dihitung berdasarkan


Rasio Likuiditas

Proyeksi Pendapatan Jasa Proyeksi Belanja Tingkat


Tahun Layanan (Rp) (Rp) Kemandirian (%)
2014 1,008,000 1,404,980 71,74
2015 1,080,000 1,477,348 73,10
2016 1,152,000 1,548,052 74,42
2017 1,124,000 1,534,633 73,24
2018 1,296,000 1,684,622 76,93
82

Laporan keuangan yang diuraikan di atas merupakan wujud

pertanggungjawaban kinerja keuangan Puskesmas Bogor Utara. Analisis

Balance scorecard dengan pendekatan perspektif keuangan, menunjukkan

bahwa dari persyaratan administrasi untuk kinerja keuangan dapat terpenuhi.

Bagi stakeholders, proyeksi dapat dijadikan dasar dalam menetapkan

kebijakan dan langkah-langkah terkait pengelolaan Puskesmas Bogor Utara

terutama dalam hal peningkatan pelayanan bagi para pengguna jasa

Puskesmas. Asumsi utama dari proyeksi laporan keuangan adalah bahwa

pada tahun 2016-2020 Puskesmas Bogor Utara telah menerapkan Pola

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), sehingga struktur laporan

keuangan 2016-2020 mengikuti ketetapan dalam Permendagri Nomor 61

Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah.

“..Tarif yang saat ini mengikuti Perda nantinya setelah menjadi PPK- BLUD
perlu ada peninjauan, karena otomatis Puskesmas harus secara mandiri
mengelola keuangannya termasuk pembayaran gaji karyawan non PNS,
demikian juga biaya untuk perbaikan saran dan prasarana, penyedian barang
dan jasa, dan lain sebagainya. Diharapkan nantinya ada perubahan tarif dari
tarif yang sekarang.” (informan kunci 3)

“Untuk memenuhi persyaratan menjadi Puskesmas BLUD, Puskesmas Bogor


Utara telah mempersiapkan untuk diaudit secara independen.” (informan
kunci 2)

Semua informan kunci merasa yakin bahwa setelah penerapan Pola

Pengelolaan Keuangan BLU pada Puskesmas Bogor Utara, maka pendapatan

dari kegiatan upaya kesehatan perorangan yang merupakan revenue bisnis


83

akan dapat lebih dikembangkan lagi, hal ini dimungkinkan dengan adanya

azas fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan serta peningkatan kapasitas

sumber daya aparatur yang ada serta perekrutan tenaga-tenaga professional

untuk pengembangan unit-unit usaha dalam upaya pengembangan kualitas

pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara optimal.

Seluruh pendapatan tersebut harus dapat dikelola secara professional,

agar tujuan peningkatan kualitas pelayanan sesuai dengan standar pelayanan

minimal yang telah ditetapkan dapat tercapai. Tentunya dengan

mengutamakan pengelolaan sumber daya secara ekonomis, efisien dan efektif

yang dilandasi praktek bisnis yang sehat dengan tidak mengutamakan

keuntungan.

4.6 Perspektif pelanggan dalam pengukuran Balance Score Card

Perspektif pelanggan yang diteliti berdasarkan hasil wawancara mendalam

dari puskesmas terdiri dari gambaran persyaratan subtantif, teknis dan

administrasi.

1. Persyaratan Substantif

Persyaratan subtantif terdiri dari penyelanggaraan layanan umum

sesuai dengan penyediaan barang/jasa kesehatan serta tersusun visi dan

misi sesuai

a) Menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan

penyediaan barang dan/atau jasa dibidang kesehatan.

Salah satu kinerja pelayanan adalah bagaimana memperoleh

gambaran dari perilaku pelanggan. Dari hasil telaah dokumen dan


84

observasi terungkap bahwa berdasarkan pembelajaran, pemikiran,

pengalaman dan pengamatan yang dilakukan di Puskesmas Bogor

Utara, terdapat tiga indikator yang dapat menunjukkan perilaku

pelanggan yaitu akuisi pelanggan, loyalitas pelanggan, dan keluhan

pasien. Berdasarkan hasil laporan puskesmas ada 3 keluhan Pasien

yaitu indikator yang mengukur sampai sejauh mana kepuasan pasien

terhadap layanan yang diberikan oleh petugas Puskesmas Bogor

Utara. Berdasarkan survey kepuasan pelanggan tahun 2014-2015

melalui kotak saran, surat kabar mupun pesan singkat (SMS),

terdapat 3 keluhan namun hal itu telah diatasi oleh pihak puskesmas

dengan pendekatan personal pemimpin kepada petugas puskesmas

untuk memperbaiki pelayanan berdasarkan laporan keluhan pasien.

“..jumlah kunjungan, jumlah pasien yang dirawat, sudah baik. Untuk


tahun pertama saja ada 198 pasien rawat inap dan jumlah kunjungan
untuk rawat jalannya kurang lebih 300-an di UGD-nya. Pasien yang
berkunjung di Puskesmas Bogor Utara tidak terbatas hanya wilayah kerja
Bogor Utara, tapi banyak juga dari wilayah lain yang memanfaatkan
puskesmas Bogor Utara, seperti dari daerah kabupaten Bogor, dan dari
daerah wilayah kerja puskesmas lainnya..”( informan 3)

“ Ada beberapa masukan , kami tidak menyebutnya sebagai masukan yang


negatif , tapi justru menjadi masukan yang positif mungkin mereka merasa
tidak puas. Ada beberapa pasien mungkin yang ke pendaftaran, yang ke BP,
salah satunya mungkin antriannya panjang. Karena memang kendala
kita saat ini untuk di pendaftaran, kita masih kekurangan tenaga yang
berkompenten tadi. Kemudian di BP, di BP dari hasil survei itu juga ada
beberapa yang merasa tidak puas karena tenaga medisnya itu mungkin agak
kurang ramah, agak kurang memberi pelayanan, yang menurut pasien
kurang baik…” (Informan kunci 2)
85

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja

Perangkat Daerah atau Unit Kerja Perangkat Daerah di lingkungan

pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya

didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pengadaan barang

dan/atau jasa sesuai permenkes 61 tahun 2007 ditetapkan oleh pimpinan

BLUD dan disetujui Kepala Daerah. Pengadaan barang dan/atau jasa harus

dapat menjamin kesedian barang dan/atau jasa yang lebih bermutu, lebih

murah, dengan proses pengadaan yang sederhana dan cepat serta mudah

menyesuaikan dengan kebutuhan yang mendukung kelancaran pelayan

BLUD. Dana berasal dari hibah terikat dilakukan dengan mengikuti

ketentuan pengadaan pemberi hibah, dan atau ketentuan yang berlaku

sepanjang disetujui pemberi hibah.

“...penyediaan barang saat ini masih mengikuti kebijakan Dinas


Kesehatan, pengelolaannya oleh petugas pengelola inventaris barang di
Dinas Kesehatan. Yang nanti begitu saat turun di puskesmas diterima oleh
bendahara barang yang ada di Puskesmas Bogor Utara.” (informan
kunci 2)

Lebih lanjut dijelaskan oleh informan bahwa penyediaan sarana dan

prasarana puskesmas mengikuti kebijakan Dinas Kesehatan dan sekarang

karena adanya dana kapitasi puskesmas punya kesempatan untuk

menyediakan sarana dan prasarana sendiri. Dengan catatan, harus

mengikuti sistem yang ada di Dinas dan di pemerintah Kota Bogor.


86

Apakah penyediaannya bisa secara lelang atau dengan mengikuti yang

sudah terdaftar di dalam e-katalog. Terutama diprioritaskan untuk alat-alat

kesehatan, obat-obatan dan bahan habis pakai.

Berdasarkan telaah dokumen dan wawancara mendalam Puskesmas

Bogor Utara berupaya untuk melakukan perubahan statusnya menjadi

BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).

“Puskesmas Bogor Utara dalam penilaian sudah cukup untuk jadi


puskesmas BLUD dimana telah memenuhi syarat baik secara
substansi-nya, administratif-nya atau esensial-nya. Kemudian
sistem pencatatan puskesmas ini sudah cukup baik, pencatatannya
baik secara manual danelektronik juga…dan ke depannya
puskesmas ini akan diupayakan masuk ke sistem di dalam jaringan
sistem manajemen puskesmas atau Simpus”. (Informan kunci 2)

b) Tersusun dan terselenggaranya visi dan misi khususnya untuk

pelanggan

Berdasarkan telaah dokumen, Visi misi Puskesmas Bogor Utara adalah

sebagai berikut ;

Visi : Menjadikan Puskesmas Bogor Utara BARU ( Bersih, Asri,

Ramah dan Ber-Upaya menjadi lebih baik ).

1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja

2) Memberdayakan potensi masyarakat untuk hidup sehat

3) Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak

4) Memberikan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan


87

Motto : “Puskesmas Bogor Utara menjadi teman di saat sakit dan menjadi

sahabat di kala sehat”.

Untuk pencapaian visi, misi tersebut, Puskesmas Bogor Utara telah

berkomitmen yang diharapkan berlangsung secara terus menerus dari

pimpinan dan segenap jajaran SDM serta diperlukan juga binaan dari Dinas

Kesehatan. Berdasarkan wawancara dengan informan serta studi dokumen

yang diberikan kepada penulis, dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bogor

Utara telah menyusun dan menerapkan visi dan misinya yang disesuaikan

dengan prinsip BLUD.

”.visi dan misi Bogor Utara itu… mengedepankan pelayanan dan misi
yang melindungi dan mengupayakan terlaksananya pelayanan yang
baik untuk pelanggan..” (informan kunci 2)

Informasi yang diperoleh dari informan kunci 2 dan informan

kunci 3 menjelaskan bahwa Rencana Strategi Bisnis yang disusun

berorientasi pada visi-misi Puskesmas Bogor Utara yang mengacu dari

visi-misi Dinas Kesehatan.

2. Persyaratan Teknis

Persyaratan teknis dalam perspektif pelanggan pengukuran balance

score card merupakan penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM). SPM

adalah prognosa Puskesmas Bogor Utara yang memuat tentang pelayanan apa

saja yang harus dilakukan dengan target dan indikator pencapaiannya. Maksud

ditetapkannya SPM Puskesmas Bogor Utara sebagai acuan dalam pelaksanaan


88

pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang berkaitan dengan Pelayanan

Dasar.

SPM Puskesmas Bogor Utara meliputi upaya kesehatan wajib, upaya


pengembangan dan upaya penunjang, seperti diuraikan dalam tabel di bawah ini ;

Tabel 4.8 Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Bogor Utara


Upaya kesehatan wajib Upaya Pengembangan Upaya penunjang

1. Jenis pelayanan dasar 1. Upaya Kesehatan Sekolah; 1. Upaya Farmasi;


2. Pelayanan kesehatan 2. Upaya Kesehatan Khusus; 2. Upaya pemeriksaan
rujukan 3. Upaya Perawatan Kesehatan Laboratorium;
3. Penyelidikan masyarakat; 3. Upaya pemeriksaan
epidemiologi dan 4. Upaya Kesehatan Gigi dan Radiologi
penanggulangan KLB Mulut; dan 4. Upaya Pencatatan
4. Promosi kesehatan dan 5. Upaya pelayanan Persalinan dan Pelaporan
pemberdayaan one day care Tingkat Puskesmas
masyarakat 6. Upaya Pelayanan Rawat (SP2TP)
5. Pengembangan Inap
lingkungan sehat

Baik informan kunci 2 maupun informan kunci 3 menjelaskan bahwa

manajemen Puskesmas Bogor Utara telah melakukan penyusunan SPM yang

terbaru tahun 2015 mengacu dari kebijakan Dinas kesehatan Kota Bogor

selanjutnya diturunkan dari masing-masing bidang yaitu Bidang Pelayanan

Kesehatan, Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Keluarga dan

Pencegahan dan Penangggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Berdasarkan wawancara dan pengamatan peneliti, Puskesmas Bogor

Utara telah mulai menerapkan SPM berdasarkan syarat teknis BLUD,


89

meskipun belum sepenuhnya direalisasikan dan masih memerlukan

pemahaman sepenuhnya bagi pelaku yaitu bagi semua staf Puskesmas Bogor.

3. Persyaratan Administratif

Persyaratan administratif dalam perspektif pelanggan adalah sistem

pencatatan SPM. Berdasarkan telaah dokumen yang ada di Puskesmas bogor

Utara, bahwa untuk mencapai Visi dan Misi Puskesmas Bogor Utara terutama

fokus pada pelanggan, Puskesmas Bogor Utara menyusun Standar Pelayanan

Minimal (SPM) dengan mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan Di Kota Bogor dengan kriteria SPM.

Dalam penyusunan dokumen SPM, Puskesmas Bogor Utara melibatkan

semua pihak yang terlibat secara teknis kemudian dibentuk tim yang bertugas

menyusun SPM disesuaikan dengan persyaratan pada PERMENDAGRI No. 61

tahun 2007 tentang PPK BLU dan melakukan revisi jika diperlukan.

Kewenangan dari tim tersebut adalah mengadakan rapat, mendatangkan

konsultan, membentuk sub tim jika diperlukan dan mengajukan anggaran.

Puskesmas Bogor Utara juga sudah melakukan rekruitmen

beberapa tenaga non kesehatan terutama yang bisa atau yang memiliki

kompetensi di dalam pengelolaan keuangan, yaitu tenaga-tenaga akuntan untuk

persiapan menjadi BLUD.

Baik dari responden Dinas Kesehatan mauapun Puskesmas menjelaskan

bahwa Pedoman penyusunan dan penerapan SPM sesuai dengan peraturan yang
90

dibuat oleh Menteri / Pimpinan Lembaga pemerintah Non Departemen Pasal 7

ayat (2) Peraturan pemerintah No.65 tahun 2005 dengan ruang lingkup jenis

pelayanan dasar yang berpedoman pada SPM, indikator dan nilai SPM, batas

waktu pencapaian SPM, serta pengorganisasian penyelenggaraan SPM.

Tabel 4.9. Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Upaya Kesehatan Wajib

Setiap Jenis Pelayanan

Jenis Pelayanan 1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta KB Standar

Indikator :

a. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 95 %


b. Cakupan komplikasi kebidanan
80 %
c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan 90 %
d. Cakupan pelayanan nifas
e. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
90 %
f. Cakupan kunjungan bayi
g. Cakupan desa/kelurahan universal child immunization(UCI) 90 %
h. Cakupan Pelayanan anak balita
95 %
i. Cakupan Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan
keluarga miskin 100 %
j. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
95%
k. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
l. Cakupan peserta KB aktif. 100%

m. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit antar lain: 100%


1. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit acute placid paralysis
(AFP) rate per 100000 penduduk< 15 tahun.
100%
2. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit phenomonia balita.
85%
3. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit pasien baru TB BTA
positif.
100%
4. Cakupan penemuan dan penangnan penderita penyakit DBD yang di tangani.
100%
5. Cakupan penemuan dan penangnan penyakit diare
91

n. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin. 100%

Jenis Pelayanan 2. Pelayanan kesehatan rujukan

Indikator :

a. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin. 100 %


b. Cakupan pelayanan gawat darurat level I yang harus di berikan sarana kesehatan
100%
di Kota.
Jenis Pelayanan 3. Penyelidikan epidemiologi dan KLB

Indikator :Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan 100%


epidemiologi,24 jam.

Jenis pelayanan 4. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat 80%

Indikator : Target/sasaran cakupan desa siaga aktif

Jenis pelayanan 5. Pengembangan lingkungan sehat

Indikator :

a. Cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan (R). 75%


b. Cakupan masyarakat yang menggunakan air bersih (A). 75%
c. Cakupan menggunakan jamban keluarga/kakus (K). 65%
d. Cakupan membuang sampah pada tempatnya (S).
75%
e. Cakupan penggunaan pembuangan air limbah pribadi yang mememnuhi syarat
60%
kesehatan.
f. Cakupan institusi yang di bina lingkungannya.
g. Cakupan tempat umum yang mememnuhi syarat. 85%
h. Cakupan tempat pengelolaan makanan 85%
85%
92

Tabel 4.10 Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Standar Upaya


Kesehatan Pengembangan Setiap Jenis Pelayanan
Jenis Pelayanan 1. Upaya Kesehatan Sekolah Standar

Indikator :
100 %
a. Cakupan pemeriksaan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan/guru
UKS/Dokter kecil
100 %
b. Pembentukan dokter kecil tingkat SD
100 %
c. Cakupan pelayanan kesehatan Remaja
Jenis Pelayanan 2. Upaya kesehatan khusus

Indikator :

a. Upaya Kesehatan Pralansia dan Lansia

1) Cakupan Pelayanan 70 %
2) Puskesmas Santun Lansia 100 %
3) Posyandu Lansia 4 Klp
b. Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat

1) Pendataan gangguan jiwa berat di masyarakat


2) Pelayanan gangguan jiwa di Puskesmas 80 %

c. Upaya Kesehatan Mata 15 %

1) Screening (Hunting) penderita mata katarak


10 %
2) Penemuan penderita mata katarak
10 %
3) Penderita mata katarak yang dioperasi
80 %

Jenis Pelayanan 3.Perawatan Kesehatan Masyarakat

Indikator :
a. Perkesmas untuk Bumil Resti 100 %
b. Perkesmas untuk Neonatal Resti 100 %
c. Perkesmas untuk Balita Resti 100 %
d. Perkesmas untuk penderita TB Paru 100 %
Jenis pelayanan 4. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Indikator :
93

a. Cakupan penduduk mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut 3%


b. Cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut 80 %
c. Cakupan desa binaan UKGMD 10 %
d. Ratio penambalan dan pencabutan gigi 2:1
e. Lama waktu pelayanan kesehatan gigi dan mulut :
1) Perawatan 10 Mnt
2) Pencabutan 30 Mnt
3) Scaling 60 Mnt
4) Curatage 10 Mnt
5) Pencabutan sulung 10 Mnt
6) Penambalan permanen 30 Mnt
7) Pengobatan oral 10 Mnt
Jenis pelayanan 5. Upaya Pelayanan rawat Inap persalinan 24 jam
a. Persalinan 24 jam
1) Pemberi Pelayanan Persalinan Normal Bidan
2) Penanganan Rujukan 100 %
3) Kejadian Kematian Ibu karena Persalinan 0%
4) Kepuasan Pelanggan 100%

Tabel 4.11 Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Standar Upaya Kesehatan
Penunjang Setiap Jenis Pelayanan
Jenis Pelayanan 1. Upaya Farmasi Standar

Indikator :
90 %
a. Ketersediaan obat sesuai kebutuhan
100 %
b. Ketersediaan obat esensial
80 %
c. Ketersediaan obat Generik
100 %
d. Tata kelola obat sesuai standar
5 Mnt
e. Waktu tunggu pelayanan obat jadi
7Mnt
f. Waktui tunggu pelayanan obat racikan
100 %
g. Penulisan resep sesuai formularium
100 %
h. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat
100 %
i. Tata kelola dokumen resep
94

Jenis Pelayanan 2. Pemeriksaan Laboratorium

Indikator : Durasi waktu pemeriksaan spesimen laboratorium sederhana :


30 Mnt
1) Spesimen sputum
10 Mnt
2) HB sahli
15 mnt
3) Gula darah kapiler
5 Mnt
4) Spesimen urine
10 Mnt
5) Cholesterol darah kapiler
5 Mnt
6) Uric Acid darah kapiler
100 %
7) Hasil lab terkonfirmasi kepada petugas medis/berkompoten
Jenis Pelayanan 3.Upaya pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas

Indikator : Tanggal

a. Tepat waktu laporan


1) Laporan kegiatan KIA & KB 5
2) Laporan kegiatan Gizi 5
3) Laporan kegiatan imunisasi 5
4) Laporan kegiatan P2 5
5) Laporan kegiatan Promkes 5
6) Laporan kegiatan Kesling 5
7) Laporan SP2TP 5
8) Laporan Obat (LPLPO) 5
9) Laporan surveilan 5
10) Laporan Perkesmas 5
11) Laporan lansia 5
12) Laporan Jiwa 5
13) Laporan Gigi/UKGS 5
14) Laporan UKK
b. Registrasi Pasien dan catatan medik
1) Lama waktu pendaftaran pasien 5 Mnt
2) Waktu pembuatan dan penemuan catatan medik 10 Mnt
3) Lama waktu distribusi catatan medik ke poli pelayanan 3 Mnt
4) Kelengkapan pengisian dan penataan kembali rekam medis 24 jam setelah 100 %
selesai pelayanan
95

5) Kelengkapan informed consent setelah mendapatkan informasi yang jelas 100%


6) Waktu tunggu pasien rawat jalan 15 Mnt
7) Kenyamanan ruang tunggu 80%
8) Tata kelola rekam medic 100%

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Bogor Utara sebagaimana yang

disajikan di atas memuat jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh

Puskesmas beserta batasan-batasannya. SPM ini merupakan indikator kinerja

bagi Puskesmas Bogor Utara dan menjadi jaminan pelayanan bagi konsumen

sehingga Puskesmas Bogor Utara dapat meningkatkan akuntabilitas dan

profesionalismenya.

“….untuk Standar Pelayanan Minimal yang ada di kita sudah mencapai


target yang ditetapkan. Contohnya saja seperti program KIA, targetnya 95%,
hasilnya sudah terlampaui. Kemudian juga program-program lain, tetapi
memang masih ada yang kekurangan yang belum mencapai target, yaitu
program TB, kendalanya kebanyakan adanya pasien-pasien TB yang kontak
serumah, Puskesmas kesulitan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan
dahaknya. Dimana kita sudah memberikan fog dahak untuk keluarga yang
kontak serumah. Tapi..kebanyakan dari mereka tidak mengembalikan fog
dahak ke puskesmas alasannya tidak batuk, tidak sakit, merasa sehat.
Beberapa pasien yang datang ke puskesmas dengan keluhan batuk ditindak
lanjuti oleh puskesmas dengan memberikan fog dahak. Tetapi pasien tidak
mengembalikan lagi, alasannya karena merasa jauh mengantarkan fog
dahaknya.” (informan kunci 3)

Program TB belum mencapai target sesuai standar dikarenakan

kendala pasien tidak datang kembali untuk pemeriksaan serta keluarga atau
96

masyarakat yang tidak memeriksakan diri. Oleh karena itu Puskesmas

membuat strategi untuk meningkatkan SPM khususnya untuk TB. Salah

satunya yaitu bekerja sama dengan Kader, RT/RW untuk, memberi edukasi

ke warga. Puskesmas juga menitipkan fog dahak di rumah RT, RW dan

Kader. Jadi sistemnya jemput bola untuk mengambil sampel dahak. .

4.7 Perspektif proses bisnis internal dalam pengukuran Balance Score Card

Hasil penelitian analisis dokumen bahwa proses bisnis internal

puskesmas adalah persyaratan administratif dari operasi tata kelola, inovasi

dan layanan purna jual.

Konsep penyusunan dan operasi tata kelola didasarkan Pasal 13

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pola Tata

Kelola yang merupakan peraturan internal SKPD atau Unit Kerja yang akan

menerapkan PPK BLUD. Hasil telaah dokumen menemukan bahwa tata

kelola Puskesmas Bogor Utara berdasarkan Permendagri No. 61 tahun 2007,

pasal 31 ayat 2 yang meliputi Transparasi, Akuntabilitas, Responsibilitas dan

Independensi.

Tujuan operasi Pola Tata Kelola Puskesmas Bogor Utara, sesuai

dengan Permendagri No. 61 pasal 3 yaitu meningkatkan kualitas pelayanan

kepada masyarakat, mewujudkan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah

dan atau pemerintah daerah dalam memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Prosedur kerja setiap proses pengelolaan manajerial dan pelayanan

telah didokumentasikan dalam Standard Operating Procedure (SOP). SOP


97

merupakan acuan bagi seluruh insan Puskesmas Bogor Utara dalam

melaksanakan pekerjaan. Acuan pelaksanaan pekerjaan merupakan bagian

vital dalam pengelolaan Puskesmas Bogor Utara dan diharapkan

merupakan suatu standar baku dalam proses bisnis Puskesmas sehingga

pelayanan kepada seluruh pengguna dapat mencapai standar yang

diinginkan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik

pelayanan manajemen, pelayanan medis, maupun pelayanan non medis

telah ditetapkan oleh Pejabat Pengelola Puskesmas. SOP ini telah

didokumentasikan, disosialisasikan, dan diimplementasikan di setiap

instalasi dan unit kerja lainnya. SOP yang telah ditetapkan, secara ringkas

uraiannya pada tabel 4.12


98

Tabel 4.12 Ringkasan Standar Operasional Prosedur (SOP) Puskesmas Bogor Utara

Pelayanan

Manajemen Medis Penunjang Medis Non Medis

1. Prosedur Pelayanan Umum dan Pelayanan Rawat Jalan 1. Laboratorium 1. Prosedur Pelayanan Gizi
Kepegawaian Sesuai surat penyuluhan, konseling atau klinik gizi untuk
1. Poliklinik
 pengantar dari terapi diet untuk pasien Poliklinik,
SOP pelayanan kesehatan yang Klinik Umum, Klinik Gigi, Poliklinik BP, perencanan dan pengolahan makanan
ditetapkan pada rawat jalan terdiri dari: KIA. Prosedur rawat jalan
KIA-KB, UGD. biasa/khusus.
BP UMUM, BP GIGI, KIA-KB, menguraikan langkah-langkah
2. Prosedur Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Gawat Darurat, Gizi Klinik, Pelayanan pemberian pelayanan kepada
tindakan pemeliharaan atau perbaikan
Rawat, Farmasi, pasien rawat jalan mulai dari 2. Apotek
terhadap sarana dan prasarana
laboratorium/penunjang. pemilahan kelompok pasien, pemberian
kedokteran/kesehatan sesuai jadwal
pendaftaran, pembayaran jasa pelayanan
yangditetapkan atau berdasarkan laporan dari
 layanan, pemberian layanan penyediaan
SOP manajemen terdiri dari pengguna, baik dilakukan sendiri atau oleh
kesehatan pada masing-masing obat-obatan
kepegawaian umum, pelaporan dan pihak lain, dan pembuatan laporan
poli, serta tindakan lanjutan kepada pasien
rekam medis, keuangan dan lain-lain. penyelesaian pekerjaan.
sesuai resep
2. Prosedur Pelayanan Keuangan 3. Prosedur Pelayanan Pusling, pemberian
dari poli rawat
3. Prosedur tata usaha dan akuntansi layanan ambulance bagi pasien dalam rangka
2. Unit Gawat Darurat jalan, UGD dan
pendapatan BLUD Puskesmas. rujukan ke Rumah Sakit.
Ruang Tindakan Medik untuk pelayanan di
4. Prosedur tata usahakeuangan 4. Prosedur Rekam Medik
mengatasi tindakan luar gedung
Akuntansi Belanja BLUD Puskesmas proses penanganan data pasien mulai dari
kegawatdaruratan Pelayanan seperti kegiatan
99

bersumber dari jasa Layanan, hibah, Primer, mengutamakan Puskesmas pemeriksaan kelengkapan dokumen/data
APBD, APBN, Lain-lain pendapatan penanganan pasien yang keliling, pasien, pengkodean, pengindeksan, dan
BLUD yang sah. sifatnya gawat dan darurat sejak Perkesmas, dan pengarsipan.
5. Prosedur Perencanaan SDM, Peralatan pasien datang hingga tindakan Posyandu
5. Prosedur Kesehatan Lingkungan
dan Sarana Kesehatan Lainnya terdiri lanjutan yang diperlukan pasien (Balita dan
langkah-langkah pemeriksaan air limbah,
dari Perencanaan SDM, Peralatan seperti dirujuk ke rumah sakit. Lansia).
Kesehatan serta perencanaan Sarana limbah padat berbahaya, serta air bersih secara

Kesehatan Lainnya. berkala dengan berpedoman pada ketentuan


yang berlaku.
100

4.8 Perspektif Pelanggan

Berdasarkan hasil telaah dokumen didapatkan bahwa hasil nilai indeks

kepuasan masyarakat terhadap pelayanan puskesmas adalah 76,20 (Standar

Minimal Kepuasan Pelanggan dikategorikan baik adalah 70,29 – 81,67). Dengan

melihat interpretasi nilai pada tabel nilai persepsi, interval IKM, Mutu Pelayanan

dan Kinerja Unit Pelayanan maka kinerja pelayanan Puskesmas Bogor utara

adalah BAIK dengan mutu pelayanan B.

Unsur yang mendapatkan rata-rata penilaian tertinggi adalah unsur Kewajaran

Biaya Pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa di Puskesmas Bogor Utara

pelaksanaan pemungutan tarif dan retribusi pelayanan dilaksanakan sesuai dengan

Peraturan Daerah Penyelenggaraan Kesehatan Kota Bogor No. 3/2005. Unsur

pelayanan yang mendapatkan rata-rata penilaian terendah adalah kecepatan

pelayanan. hal ini perlu dilakukan evaluasi terhadap lamanya waktu pelayanan di

setiap unit, apakah terlalu lama dan perlu upaya untuk mempercepat pelayanan,

namun tanpa menurunkan kualitas pelayanan. Salah satu alternatif yang bisa

dilakukan adalah dengan menetapkan target waktu pelayanan masing-masing unit

sehingga bisa dilakukan evaluasi dan pemantauan dengan lebih baik.

Hasil ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi Kepala puskesmas

beserta semua staf puskesmas, untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan

kepada masyarakat baik dari segi peningkatan kinerja staf puskesmas maupun

perbaikan atau peningkatan sarana dan prasarana fisik yang mendukung pelayanan

puskesmas.
101

4.9 Kesiapan Puskesmas Bogor Utara menjadi BLUD

Studi dokumen menunjukan bahwa awalnya dalam perencanaan

pembentukan puskesmas BLUD mengacu pada Surat Menkokesra Nomor

B.151./MENKO/KESRA/IX/2013, Tanggal 25 September 2013, Surat Dirjen

KEUDA ke Gubernur, Bupati dan Walikota dengan Nomor

445/1232/KEUDA tanggal 8 September 2013, kemudian dilanjutkan dengan

surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati dan Walikota Nomor

440/8130/SJ Tanggal 13 Nopember 2013, untuk implementasi JKN yang

dimulai tanggal 1 Januari 2014 demikian juga dengan memperhatikan

program Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 dalam

Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat, maka Walikota Kota

Bogor bersama Dinas Kesehatan Kota Bogor, mencetuskan Puskesmas Kota

Bogor untuk segera menerapkan PPK-BLUD. Dari wawancara yang

dilakukan oleh peneliti, diperoleh jawaban dari informan kunci sebagai

berikut :

“Tentang Puskesmas menjadi BLUD diintruksikan oleh pusat. Baik


oleh Kemendagri maupun Kemenkes bahwa seluruh Puskesmas yang
bekerja sama dengan BPJS, pengelolaan keuangannya dianjurkan
dengan sistem BLUD”.(informan kunci 2)

“Untuk menjadi BLUD mulai tahun 2015 sudah direncanakan.


Sebagai Pilot Project, ditetapkan tiga puskesmas yaitu Puskesmas
Tanah Sareal, Puskesmas Mekar Wangi, dan Puskemas Bogor Utara.
Dasar pertimbangannya, karena puskesmas ini sudah ditingkatkan
pelayanannya menjadi puskesmas rawat inap. Puskesmas Bogor
Utara, dari sisi kunjungan, adalah yang paling tinggi di antara tiga
102

puskesmas. Dari sisi pendapatan keuangan, baik itu dana kapitasi


BPJS, dana BOK, dari tiga puskesmas ini, Bogor Utara yang
tertinggi. Juga dari sisi SDM pun sudah cukup untuk pengelolaan
BLUD. Sehingga kita menunjuk Bogor Utara sebagai Puskesmas
dengan sistem pengelolaan BLUD. Itu yang Pilot Project-nya”.
(informan kunci 2)

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Retnaningsih dkk (2012)

dengan judul “Kajian kelayakan Badan Layanan Umum dan Alternatif

Bentuk Penyelenggaraan Jamsoskes Sumatera Selatan Semesta Sesuai

Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial nasional (2012) menyimpukan

bahwa Badan Layanan Umum (BLU) maupun Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD) dapat dipertimbangkan sebagai Badan Penyelenggara

Jamsoskes di masa mendatang, dengan memperhatikan bahwa UU

No.40/2004 tidak menutup peluang bagi Pemerintah Daerah untuk

membentuk dan menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional, serta

bentuk BLU/BLUD sebagai pengelola Jamsoskes tidak bertentangan

dengan UU SJSN tersebut karena status badan hukum BLU/BLUD tidak

terpisah dari lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk.

Penerapan PPK BLUD pada puskesmas rawat inap sangat

diperlukan dalam mengelola keuangan dan biaya operasional mengingat

biaya operasional puskesmas rawat inap bersifat dinamis sehingga diperlukan

fleksibilitas dalam pengaturannya. Sehingga puskesmas bisa mengelola

keuangannya dengan lebih baik. Oleh karena itu puskesmas rawat inap
103

menjadi salah satu target Pemerintah Daerah melalui Dinas kesehatan dalam

penerapan PPK BLUD.

Puskesmas Bogor Utara itu punya nilai tambah yaitu memiliki

kemampuan rawat inap, kunjungan paling tinggi dibandingkan dengan 3

Puskesmas rawat inap yang lain. Ketersediaan sarana prasarana lebih baik

dengan SDM juga yang lebih banyak disbanding dua puskesmas lainnya.

Kemudian jumlah peserta JKN lebih banyak dan tentunya dana kapitasinya

lebih besar. Sehingga saat ini sebagai langkah awal merekomendasikan

Puskesmas Bogor Utara untuk untuk bisa ditetapkan sebagai puskesmas

BLUD. Puskesmas Bogor Utara sendiri sampai saat ini sudah siap untuk

menjadi puskesmas BLUD”.

“ Teman-teman di puskesmas mendukung penuh. Walaupun awalnya belum


mengerti, karena belum paham apa itu BLUD, dan bagaimana cara
menjalankan BLUD. Memang untuk awal-awal dirasakan berat, dan
terbebani. Karena nantinya harus mengelola puskesmas tanpa bantuan
Dinas. Tapi setelah di beri pengertian, pengarahan, dan bimbingan oleh
Dinas kesehatan, akhirnya menjadi lebih paham, lebih mengerti, tenyata
ada keuntungan-keuntungan kalau nanti menjadi puskesmas BLUD.
Sehingga sekarang teman-teman sudah mendukung. Kalau untuk Dinas
sendiri, Dinas sangat mendukung.. puskesmas untuk menjadi BLUD.
Walaupun Dinas juga tidak akan begitu saja melepas pengelolaannya.
Pada saat nanti menjadi BLUD, Dinas akan tetap memantau dan
membantu memberi masukan. Dukungan Dinas banyak sekali. melalui
pelatihan, studi banding ke puskesmas yang sudah BLUD di Sleman”.
(informan kunci 3)
104

Berdasarkan hasil wawancara yang diuraikan di atas, dapat

diinterpretasikan bahwa pada dasarnya semua personil SDM telah

mengetahui adanya paradigma baru dari pemerintah pusat maupun daerah.

Dijelaskan oleh informan kunci bahwa Puskesmas Bogor Utara telah

memulai persiapannya sejak tahun 2015 yaitu dengan melakukan

pembenahan dari semua aspek yang dipersyaratkan untuk menjadi Puskesmas

BLUD.

4.10 Pembahasan Penelitian

Konsep penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap

pelaksanaan BLUD di Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor dengan

melakukan analisis terhadap pelaksanaan BLUD melalui metode Balance

Scorecard. Hasil yang didapat :

1. Analisis secara keseluruhan

Dari data puskesmas yang ada diperoleh dari pengukuran instrumen ,

maka didapatkan bahwa capaian dengan target pada analisis metode

Balance Scorecard terhadap pelaksanaan BLUD di Puskesmas Bogor

Utara Kota Bogor menunjukkan hasil kinerja dalam pencapaian

pemenuhan persyaratan bagi BLUD

2. Analisis berdasarkan Balance Scorecard

1. Pembelajaran dan pertumbuhan (learn and growth/infrastructure)

Berdasarkan hasil analisis instrumen Permendagri Nomor 61 Tahun

2007, pembelajaran dan pertumbuhan BLUD di Puskesmas Bogor

Utara Kota Bogor sudah terpenuhi sebagaimana mestinya


105

2. Proses bisnis internal (internal bussiness procces)

Berdasarkan hasil analisis instrumen proses bisnis internal, proses

bisnis sudah berjalan, terbukti dengan kinerja pelayanan yang sudah

ideal

3. Keuangan (financial)

Berdasarkan hasil analisis instrumen Kinerja Keuangan, financial

sudah terkelola dengan baik.

4. Pelanggan (customer)

Berdasarkan hasil analisis instrumen, Puskesmas Bogor Utara

dengan BLUD nya belum memenuhi kepuasan pelanggan dan tidak

ada peningkatan kunjungan yang signifikan, sehingga belum

memenuhi kriteria ideal.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1) Analisis Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (learn and

growth/infrastructure), menunjukkan bahwa dari 19 indikator

Administrasi pelaksanaan BLUD, capaian targetnya berjumlah 14

(empat belas) indikator sehingga didapatkan angka capaian target

73,68 %. Hasil analisis menunjukkan hanya 73,68 %, berarti

belum Ideal

2) Perspektif Proses Bisnis Internal (internal bussiness procces),

ditunjang oleh Inovasi, kunjungan rawat jalan dan kunjungan

rawat inap (termasuk BOR, LOS, TOI dan BTO) hasil Inovasi 33,3

% (Ideal di atas 50 %). Tahap Operasional 87,46 % (Ideal di atas

50 %)

3) Perspektif Keuangan (financial), dinilai dari 3 rasio ekononi, rasio

efisien, dan rasio efektivitas yang memiliki nilai rata-rata sebesar

91,58%.

4) Perspektif Pelanggan berdasarkan hasil telaah dokumen didapatkan

nilai kepuasan pelanggan adalah 76,20 yang berarti sudah baik


107

5) Puskesmas Bogor Utara telah dapat memenuhi capaian kinerja manfaat.

Berdasarkan perspektif pelanggan, Puskesmas Bogor Utara telah

memenuhi syarat substantif, telah menyelenggarakan layanan umum

yang berhubungan dengan penyediaan barang dan jasa di bidang

kesehatan, telah tersusun dan terselenggaranya visi dan misi yang

berhubungan dengan pelanggan. Demikian pula untuk persyaratan

teknis dan administratif telah terpenuhi karena Puskesmas Bogor Utara

telah menyusun dan menerapkan Standar Pelayanan Minimal.

Berdasarkan perspektif keuangan, secara teknis kinerja keuangan

menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba pada tahun yang telah

berjalan (2014 dan 2015) dengan tingkat kemandirian 71,34 % pada

tahun 2014 dan meningkat menjadi 73,10% pada tahun 2015.

Puskesmas Bogor Utara telah dapat melakukan proyeksi pertumbuhan

sampai dengan lima tahun mendatang. Dari aspek administrasi

Puskesmas Bogor Utara telah membuat laporan keuangan sesuai sistem

dan standar akuntansi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Capaian

Kinerja keuangan Puskesmas Bogor Utara telah dapat terpenuhi,

namun kedepannya Puskesmas Bogor Utara masih memerlukan rekrut

pegawai non PNS khususnya di bidang Administrasi dan Keuangan.

Berdasarkan perspektif proses bisnis internal, capaian kinerja

pelayanan telah sesuai konsep yang secara syarat administrasi telah

dapat dipenuhi dengan telah tersusun dan diterapkannya pola tata

kelola, telah tersusunnya RBS yang menjelaskan rencana investasi ,

serta layanan purna jual berdasarkan SPM.

Berdasarkan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, Puskesmas

Bogor Utara secara teknis telah mengimplementasikan manajemen


SDM, yaitu dengan adanya struktur organisasi beserta definisi tugas

dan tanggung jawab, pejabat pengelola BLUD, rencana pengangkatan

pegawai non PNS, Dewan Pengawas, Kompetensi, kepuasan kerja yang

mengacu pada lingkungan dan kelengkapan kerja, system Informasi

karyawan. Namun belum ada uraian yang terinci tentang proses

renumerasi dan penilaian produktivitas karyawan. Puskesmas Bogor

Utara telah mempersiapkan pernyataan kesanggupan menjadi BLUD,

berkomitmen untuk melakukan peningkatan tata kelola secara

berkelanjutan, dan menyusun Rencana Srategi Bisnis.

5.2 Saran

1. Penulis merekomendasikan Kepada Dinas Kesehatan Kota Bogor

bahwa Puskesmas Bogor Utara dapat dikembangkan menjadi

Puskesmas BLUD.

2. Puskesmas Bogor Utara melengkapi berkas atau data pada perspektif

pertumbuhan dan pembelajaran.

3. Puskesmas Bogor Utara masih memerlukan rekrut pegawai non PNS

khususnya di bidang Administrasi dan Keuangan.

4. Puskesmas Bogor Utara belum ada uraian yang terinci tentang

proses renumerasi dan penilaian produktivitas karyawan

5. Untuk memperoleh Informasi yang lebih luas tentang kesiapan

menjadi Puskesmas BLUD, perlu dilakukan penelitian atau analisis

lebih lanjut dengan menggunakan pendekatan metode penelitian dan

analisis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2007. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar Offset.

Darwanto, Herry. 2008. Balanced Scorecard untuk Organisasi Pemerintah,


www.bappenas.go.id, diakses pada tanggal 24 Mareti 2015.

Dinas Kesehatan Kota Bogor. 2015. Profil Kesehatan Kota Bogor. 2014. Handini,
Indira Probo. 2014. Standar Pelayanan Minimal Puskesmas,
www.slideshare.net/sitirubbiyanti/spm-puskesmas-ppt, diakses pada
tanggal 4 April 2016.

Jaya, Muhamad Alim 2014. Analisis Komitmen Organisasi dan Pemerintah


Daerah terhadap Kesiapan RSUD H. Padjonga Daeng Ngalle Takalar
dalam menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD) diperoleh hasil bahwa RSUD H. Padjonga Daeng
Ngalle Takalar. Tesis Magister Administrasi Rumah Sakit Program Pasca
sarjana Universitas Hasanuddin Makasar.

Kaplan, R.S. dan Norton, D.P. 2000. Balanced Scorecard Menerapkan Strategi
Aksi, Jakarta: Erlangga

Moeloek, Nila F. 2015. Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat,


disampaikan dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional Regional Tengah.
Menteri Kesehatan, Jakarta.
Miles, MB. Huberman, AM. 1994. Qualitative Data Analysis. 2nd edition.
London: SAGE Publication

Misbahuddin dan Iqbal Hasan, 2013. Analisis Data penelitian dengan Statistik,
Bumi Aksara, Jakarta.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tentang Pemerintahan


Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 1 Tentang Perbendaharaan


Negara. Jakarta: Sekretariat Negara

Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang Nomor 15 Tentang Pemeriksaan


Keuangan Negara. Jakarta: Sekretariat Negara

Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tentang Pengelolaan


Keuangan pada Badan Layanan Umum. Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia. 2003. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tentang
Pedoman Teknis Badan Layanan Umum. Jakarta: Sekretariat Negara

Republik Indonesia, 2008. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900
Tentang Pedoman Penilaian BLUD. Jakarta: Sekretariat Negara

Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tentang Pusat


Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Sekretariat Negara.

Retnaningsih Ekowati Retnaningsih, Misnaniarti, Asmaripa Ainy. 2012. Kajian


Kelayakan Badan Layanan Umum dan alternative Bentuk
Penyelenggaraan Jamsoskes Sumatera Selatan Semesta sesuai Undang-
Undang Sistem Jaminan. Jurnal Manajemen Pelayanan kesehatan Volume
15 No.01 Maret 2012.

Natadipura,M.Iqbal.2010. Analisis Kinerja Puskesmas Emparu Kabupaten Sintang


Berdasarkan Pendekatan Balance Scorecard.

Albertus Sunuwata Triprasetya, Laksono Trisnantoro Ni Luh Putu Eka.2014 .


Analisis Kesiapan Penerapan Kebijakan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) Puskesmas di Kabupaten Kulon Progo (Studi Kasus di Puskesmas
Wates dan Puskesmas Girimulyo II Kabupaten Kulon Progo). Jurnal
kebijakan Kesehatan Indonesia.No 03, September 2014.

Shidiq,M.Abdurrahman, Sriatmi Ayun, Septo Pawelas Arso . Analisis Budaya


Organisasi Sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di Kota
Semarang. Jurnal kesehatan Masyarakat(e-Journal) Volume 6 No 2, April
2018.

Edlin Shufi Adam, Anneke Suparwati, Septo Pawelas Arso. Analisis Kesiapan
Implementai Badan Layanan Umum daerah Puskesmas Kota
Semarang( Studi kasus pada Puskesmas Ngesrep dan Bandarharjo). Jurnal
kesehatan Masyarakat(e-Journal) Volume 5, No 1, Januari 2017.

Sumarni.2017. Analisis Kinerja Organisasi degan Pendekatan Balance Scorecard


di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar

Rowi, Armein Sjuhary. 2015. Analisis Evaluasi Pelaksanaan Badan layanan


Umum Daerah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor, Tesis Sekolah
Pascasarjana Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Rusdianawati, Islami. 2012. Rencana Strategi Bisnis Tahun 2012-2016 RSUD


Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Untuk Persiapan Menjadi PPK-
BLUD, Tesis Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Depok.
Sabri, Luknis dan Hastono, Sutanto Priyo. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta:
Rajawali Pers

Sutopo, Ariesto Hadi dan Adrianus, Arief. 2010. Terampil Mengolah Data
Kualitatif Dengan NVIVO. Jakarta: Penerbit Prenada Media Group.

Pemerintah Daerah Tingkat II Kota Bogor. 2013. Peraturan Daerah Kota Bogor
Nomor 5. Jakarta: Sekretariat Daerah Kota Bogor

Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah.
Puskesmas Bogor Utara. 2015. Profil Puskesmas Bogor Utara Tahun 2014.

Situmorang, Chazali.H. 2013. Reformasi Jaminan Sosial di Indonesia,


Trannsformasi BPJS, Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan. Depok:
Penerbit Cinta Indonesia.
Sukmadinata, N.S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan, Cetakan ke -7, Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Sutiarini Ni Ketut. 2011. Analisis SWOT untuk Rencana Strategik Pengembangan


badan layanan Umum Daerah (BLUD) Puskesmas di Kabupaten Gianyar,
Tesis Program Magister Program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pascasarjana, Universitas Udayana Denpasar.

World Health Organization (WHO), 2010. The Path to Universal Coverage, The
World Health Report 2010, Nossal Institute Melbourne.

Yangga Dzikrin Nur, Setya Haksama. 2016. Pengukuran Kinerja Rawat Inap
Berdasarkan Perspektif Balanced Scorecard. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia Volume 4 No.1.2016.

Endang Widaningtyas.2018. Kesiapan Tata Kelola Puskesmas menjadi Badan


Layanan Umum daerah, Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan
Indonesia Volume 6,No12018
Lampiran 1.
Lembar Persetujuan Responden

Perkenalkan nama saya Evi Oktarina, saya adalah mahasiswi Sekolah


Pascasarjana Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Jakarta.

Pada saat ini Saya sedang melakukan penelitian tentang Analisis Kelayakan
Pengembangan Puskesmas Bogor Utara menjadi Badan layanan Umum Daerah.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan Tesis dan merupakan salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan studi saya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
dan mengetahui kelayakan pengembangan Puskesmas Bogor Utara menjadi BLUD di
Kota Bogor yang mengacu kepada dasar-dasar hukum pembentukan BLUD di Indonesia.

Saya meminta kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/i kiranya dapat berpartisipasi


secara sukarela untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Jawaban yang jujur dan
ikhlas dari Bapak/ Ibu/ Saudara/i sangat berarti bagi saya. Untuk identitas
Bapak/Ibu/Saudara/i apabila keberatan dapat bersifat rahasia dan tidak akan berpengaruh
terhadap apapun dalam pekerjaan sehari-hari.

Wawancara akan direkam sebagai backup data agar informasi tidak ada yang
terlewatkan. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan sangat menentukan hasil
penelitian saya dan merupakan sumberdaya yang sangat berharga untuk membantu
pengembangan BLUD di Puskesmas Bogor Utara. Untuk itu atas bantuan dan partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan banyak terimakasih.
Apabila Bapak/Ibu/Saudara/i setuju untuk menjadi informan atau sumber
informasi, mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menandatangani lembar
persetujuan dibawah ini.
Bogor, Juli 2016
Tertanda,

Peneliti Informan

Evie Oktarina _______________


Lampiran 2.
Pedoman Wawancara

Nama :
Umur :
Tanggal :
Tempat :
I. Petunjuk Umum
1. Menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada
reponden yang bertindak selaku informan atas kesediannya untuk
diwawancarai
2. Menjelaskan tentang maksud dan tujuan wawancara
II. Petunjuk Wawancara
1. Wawancara, pencatatan dan perekaman dilakukan sendiri oleh
peneliti.
2. Informan bebas untuk menyampaikan pendapat, pengalaman, saran
dan komentar
3. Pedapat, saran dan komentar sangat bernilai
4. Jawaban tidak ada yang salah, karena wawancara ini untuk
kepentingan penelitian.
5. Semua jawaban akan dijamin kerahasiannya
6. Menyampaikan kepada informan bahwa wawancara ini akan
direkam dengan alat perekam dengan maksud agar tidak ada
informasi yang terlewatkan.
III. Pelaksanaan Wawancara
A. Perkenalan
1. Perkenalan dari pewawancara
2. Meminta kesedian informan untuk diwawancarai
3. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara kepada informan
Lampiran 3.
Pertanyaan Wawancara Terstruktur

I. Latar Belakang Rencana Pengembangan Puskesmas Bogor Utara


menjadi BLUD
1. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i telah mengetahui adanya program BLUD?
Jika ya, mohon dijelaskan
2. Siapa yang mencetuskan rencana pengembangan Puskesmas Bogor
Utara menjadi BLUD ? Mengapa perlu dilakukan ?

II. Persayaratan menjadi BLUD


Persyaratan Substantif
3. Bagaimanakah mekanisme penyediaan barang dan jasa layanan umum
serta apa saja barang dan jasa layanan yang tersedia di Puskesmas
Bogor Utara?
4. Bagaimana tersusunnya dan terselenggaranya Visi dan Misi khususnya
untuk pelanggan?
Persyaratan Teknis
5. Bagaimana tugas pokok dan fungsi Puskesmas Bogor Utara yang
meliputi Struktur organisasi, definisi serta pembagian tugas dan
tanggung jawab saat ini dan dalam persiapan pengembangan menjadi
BLUD?
6. Bagaimanakah mekanisme serta kinerja pelayanan para petugas
kesehatan di Puskesmas Bogor Utara?
7. Bagaimana Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)?
8. Bagaimana operasional SPM di Puskesmas Bogor Utara
9. Bagaimana layanan purna jual berdasarkan SPM?
10. Bagaimanakah mekanisme serta kinerja keuangan Puskesmas Bogor
Utara?
Persyaratan Administrasi
11. Bagaimana pernyataan kesanggupan menjadi puskesmas BLUD?
12. Bagaimanakah pola tata kelola administrasi di Puskesmas Bogor
Utara?
13. Bagaimana sistem pencatatan SPM?
14. Dari manakah rujukan SPM yang diacu oleh Puskesmas Bogor Utara?
15. Bagaimana target pertumbuhan dalam Rencana Strategi Bisnis (RBS)?
16. Bagaimanakah inovasi/investasi dalam RBS di Puskesmas Bogor
Utara?
17. Bagaimanakah pengelolaan Laporan Keuangan Pokok di Puskesmas
Bogor Utara?
18. Bagaimana akuntansi dan laporan keuangan BLUD?
19. Bagaimanakah laporan audit terakhir di Puskesmas Bogor Utara?

Wawancara mendalam (probing)


III. Rencana Strategi Bisnis (RBS), Tata Kelola Organisasi dan
Sumber Daya Manusia (SDM)
20. Apakah Puskesmas Bogor Utara sudah mempunyai Visi dan Misi
yang merupakan bagian dari Rencana Strategi Bisnis (RSB)? Jika
sudah bagaimana pernyataan visi dan misi Puskesmas Bogor Utara
secara keseluruhan?
21. Bagaimana program strategi dari proses kegiatan yang merupakan
bagian dari Rencana Strategi Bisnis (RSB) yang berorientasi pada
hasil yang ingin dicapai selama satu sampai lima tahun kedepan
dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang
dihadapi oleh Puskesmas Bogor Utara?

22. Bagaimana dengan keadaan SDM secara kuantitas di Puskesmas


Bogor Utara untuk pengembangan menjadi BLUD?
23. Bagaimana dengan keadaan SDM secara kualitas di Puskesmas
Bogor Utara untuk pengembangan menjadi BLUD?
24. Bagaimana pola rekrutmen dan pengangkatan pegawai baik PNS
dan non PNS?
25. Bagaimana kompetensi, (keselarasan), pemberdayaan, motivasi dan
pelatihan dan pengembangan karir SDM di Puskesmas Bogor
Utara?
26. Bagaimana implementasi sistem Informasi dalam pencatatan
kehadiran, renumerasi, dan produktivitas pegawai?
27. Bagaimana Kepuasan Kerja SDM, lingkungsn kerja dan
kelengkapan peralatan kerja?
28. Apakah sudah dibentuk pejabat BLUD? Jika sudah bagaimana
prosesnya? Jika belum mengapa?
29. Apakah sudah dibentuk Dewan Pengawas BLUD? Jika sudah
bagaimana prosesnya? Jika belum mengapa?

III. Kinerja Keuangan


30. Apakah sudah ada pedoman yang digunakan sebagai acuan
pengelolaan keuangan? Jika sudah ada bagaimana pola
pengelolaannya saat ini? Jika belum mengapa?
31. Bagaimana pengelolaan Keuangan Puskesmas Bogor Utara bila
menjadi BLUD?
32. Bagaimana penyusunan, pengajuan, penetapan, perubahan Rencana
Kegiatan Anggaran (RKA)?
33. Apakah RKA telah disiapkan berubah menjadi Rencana Bisnis
Anggaran (RBA) setelah menjadi BLUD? Jika sudah bagaimana
proses perubahannya, Jika belum mengapa?
34. Dari mana saja sumber dana Keuangan Puskesmas Bogor Utara?
35. Bagaimana rasio keuangan dan rasio pendapatan PNBP (Pendapatan
Negara Bukan Pajak)?
36. Bagaimana aspek kepatuhan pengelolaan Puskesmas?
37. Bagaimana dengan sistem akuntansi BLUD?
38. Bagaimana laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) BLUD?
39. Bagaimana Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja
(SP3) BLUD?
40. Bagaimana dengan persetujuan rekening?
41. Bagaimana dengan SOP Pengelolaan Kas dan pelaksanaannya?
42. Bagaimana dengan tarif layanan?
43. Bagaimana dengan SOP pengadaan dan pengelolaan barang dan
jasa serta mekanisme pelaksanaannya?
44. Bagaimana dengan SOP Pengelolaan barang inventaris dan
mekanisme pelaksanaannya?
45. Bagaimana SOP pengelolaan hutang dan piutang, serta mekanisme
pelaksanaanya?
46. Bagaimana sistem penghapusan piutang?
47. Bagaimana penilaian kinerja keuangan Puskesmas Bogor Utara
terakhir?
48. Apakah sudah sesuai dengan Penilaian Kinerja Keuangan
Puskesmas BLUD berdasarkan Peraturan Dirjen Perbendaharaan
Nomor Per-36/PB/2012? Jika belum mengapa?

IV. Kinerja Manfaat


49. Bagaimana pertumbuhan jumlah pelanggan/pasien Puskesmas
Bogor Utara?
50. Apakah Puskesmas Bogor Utara sudah mempunyai Standar
Pelayanan Minimal (SPM) BLUD? Jika sudah pedoman dan
landasan hukum mana yang digunakan dalam penyususnan SPM
BLUD?
51. Apakah Puskesmas Bogor Utara sudah pernah melakukan survey
kepuasan pelanggan? Jika sudah bagaimana hasilnya? Jika belum,
mengapa tidak dilaksanakan?
52. Apakah pernah terjadi adanya komplain pelanggan? Jika ya apa
penyebabnya dan siapa saja pelanggannya?
V. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
a. Indikator dan Target Upaya Kesehatan Wajib
53. Bagaimanakah kondisi pencapaian target Puskesmas Bogor Utara
terhadap upaya kesehatan ibu dan anak serta KB?
54. Bagaimanakah kondisi pencapaian target Puskesmas Bogor Utara
terhadap pelayanan kesehatan rawat jalan?
55. Bagaimanakah kondisi pencapaian target Puskesmas Bogor Utara
terhadap pelayanan keshatan rujukan?
b. Indikator dan Target Upaya Kesehatan Pengembangan
56. Bagaimanakah kondisi pencapaian target Puskesmas Bogor Utara
terhadap upaya kesehatan sekolah?
57. Bagaimanakah kondisi pencapaian target Puskesmas Bogor Utara
terhadap kesehatan khusus?
58. Bagaimanakah kondisi pencapaian target Puskesmas Bogor Utara
terhadap perawatan kesehatan masyarakat?
59. Bagaimanakah kondisi pencapaian target Puskesmas Bogor Utara
terhadap uapaya kesehatan gigi dan mulut?
60. Bagaimanakah kondisi pencapaian target Puskesmas Bogor Utara
terhadap upaya pelayanan rawat inap persalinan 24 jam?
c. Indikator dan Target Upaya Kesehatan Penunjang
61. Bagaimanakah kondisi pencapaian target Puskesmas Bogor Utara
terhadap uapaya farmasi?
62. Bagaimanakah kondisi pencapaian target Puskesmas Bogor Utara
terhadap pemerikasaan laboratorium?
63. Bagaimanakah kondisi pencapaian target Puskesmas Bogor Utara
terhadap upaya pencatatan dan pelaporan tingkat puskesmas?
VI. Sarana dan Prasarana
64. Bagaimana keadaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan/
medis yang dimiliki oleh Puskesmas Bogor Utara dalam
pengembangan BLUD?
65. Bagaimana keadaaan sarana dan prasarana pelayanan
administrasi umum dan keuangan yang dimiliki Puskesmas
Bogor Utara untuk dikembangkan menjadi BLUD?

VII. Lingkungan
66. Bagaimana dukungan para petugas kesehatan dan karyawan lain
dalam pengembangan Puskesmas Bogor Utara menjadi BLUD?
67. Bagaimana dukungan Dinas Kesehatan terhadap pengembangan
Puskesmas Bogor Utara menjadi BLUD?

VIII. Kebijakan BLUD


68. Bagaimana kebijakan pengelolaan yang ada di Puskesmas
Bogor Utara saat ini?
69. Apakah Bapak/Ibu mengetahui kebijakan pengembangan BLUD
di Puskesmas? Jika ya, bagaimana rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam pengembangan puskesmas Bogor Utara
menjadi BLUD?
70. Kebijakan seperti apa yang Bapak/Ibu inginkan dalam
pengembangan puskesmas Bogor Utara menjadi BLUD?
71. Apa rekomendasi yang Bapak/ibu berikan dalam percepatan
pengembangan puskesmas menjadi BLUD di Kota Bogor?

PENUTUP DAN UCAPAN TERIMA KASIH


Lampiran 4.
MATRIKS HASIL OBSERVASI DAN TELAAH DOKUMEN

Balanced Persyaratan
Hasil Observasi Telaah Dokumen
Scorecard BLUD

Capaian Kinerja Manfaat

 Puskesmas Bogor Utara mempunyai kegiatan  Dilakukan pencatatan data pelanggan


Substantif dan aktif dalam menyelenggarakan layanan termasuk Perkembangan Jumlah
umum yang berhubungan dengan penyediaan Kunjungan Pasien Baru dan
barang dan/atau jasa dibidang kesehatan yang Perkembangan Jumlah Kunjungan
didukung oleh sarana, prasarana dan SDM. Kembali (Repurchase) Pasien Lama
 Puskesmas Bogor Utara sudah menyusun dan  Puskesmas Bogor Utara sudah
Perspektif
menyelenggarakan Visi dan Misi khususnya melakukan pendokumentasian visi dan
Pelanggan untuk pelanggan Misinya
Puskesmas Bogor Utara secara teknis sudah Puskesmas Bogor Utara sudah melakukan
Teknis menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pendokumentasian SPM

Telah dibuat target pencapaian dan sistem Sudah ada dokumen penyusunan target dan
Administratif Pencatatan SPM hasil pencapaian SPM yang dijabarkan
dalam hasil penelitian.

Capaian Kinerja Keuangan


Perspektif
Keuangan  Sedang dalam proses dan transisi menuju pada  Puskesmas Bogor Utara menyiapkan,
Teknis
Kinerja Keuangan yang Sehat dan memperoleh memperbaiki dan melengkapi dokumen
Rekomendasi menjadi BLUD keuangan.
 Puskesmas Bogor Utara telah membuat  Puskesmas Bogor Utara sudah mengubah
Laporan Keuangan Pokok dan juga membuat RKA-nya menjadi RBA atau Rencana
Proyeksi Laporan Keuangan Puskesmas Bogor Bisnis Anggaran dengan pendampingan
Utara periode 2016 – 2020, yang diharapkan dari Dinas Kesehatan. Termasuk
dapat memberikan gambaran jelas tentang penyediaan juga Surat Perintah
kondisi sumber daya ekonomi, terutama aspek Pengesahan Pendapatan dan Belanja atau
keuangan, yang akan dikelola oleh Puskesmas SP3B BLUD.
Bogor Utara dalam lima (5) tahun ke depan.  Puskesmas Bogor Utara sudah punya
Selanjutnya dijelaskan bahwa Penyusunan rekening.
Proyeksi Keuangan lima (5) Tahunan sebagai  Tarif pelayanan mengikuti tarif Perda,
bagian dari Rencana Strategis Bisnis yaitu Perda Tahun 2014 tentang Retribusi.
Puskesmas  Penghapusan piutang masih berproses,
 Aktivitas operasi mempengaruhi laporan laba masih menetapkan aturannya.
rugi, yang dilaporkan dengan dasar akrual.
Sedangkan laporan arus kas melaporkan
dampaknya terhadap kas. Arus masuk kas
terbesar dari opersi berasal dari pengumpulan
kas dari langganan. Arus masuk kas yang
kurang penting adalah penerimaan bunga atas
pinjaman dan dividen atas investasi saham.
Arus keluar kas operasi meliputi pembayaran
terhadap pemasok dan karyawan, serta
pembayaran,bunga,dan,pajak.
.
 Telah ada Laporan Keuangan  Dari dokumen yang diperoleh
 Sistem Akuntansi yang digunakan dalam menjabarkan Proyeksi Keuangan lima (5)
laporan keuangan adalah basis kas untuk Tahunan terdiri dari: (1) Proyeksi
pengakuan pendapatan, belanja dalam Laporan Arus Kas; (2) Proyeksi Neraca;
Laporan Realisasi Anggaran, dan basis (3) Proyeksi Laporan Operasional; dan
Administratif akrual untuk pengakuan aset, kewajiban (4) Rasio Keuangan. Laporan keuangan
dan ekuitas dalam neraca basis. Puskesmas Bogor Utara masih
mengikuti laporan keuangan dari Dinas
Kesehatan yaitu pelaporan kepada Dinas
Kesehatan. Laporan keuangan Puskesmas
Bogor Utara tahun 2014 dan 2015 dengan
pendapatan dan laba yang semakin
meningkat.
 Berdasarkan laporan tertulis
yang telah dibuat oleh Puskesmas Bogor
Utara, dari aspek kemampuan
penerimaan dari jasa layanan untuk
membiayai pengeluaran atau tingkat
kemandirian mencapai nilai 71,34 %
(tahun 2014) dan bertumbuh menjadi
73,10 % ( tahun 2015

Capaian Kinerja Pelayanan



1. Puskesmas Bogor Utara telah menyiapkan dan Puskesmas Bogor Utara telah membuat
menerapkan Pola Tata Kelola dokumen tentang konsep tata kelola
2. Rencana investasi telah dimasukkan Prinsip – prinsip yang digunakan dalam
dalam Rencana Strategi Bisnis (RSB) penerapan pola tata kelola pada
Puskesmas Bogor Utara berada pada posisi Puskesmas Bogor Utara berdasarkan
Perspektif
agresif, pemanfaatan Puskesmas Bogor Utara Permendagri No. 61 tahun 2007, pasal
Proses Bisnis Administratif
oleh masyarakat cenderung meningkat, 31 ayat 2 yang meliputi Transparasi,
Internal namun bangunan dan peralatan masih belum Akuntabilitas, Responsibilitas dan
memadai sehingga pelayanan tidak optimal. Independensi.

Pelanggan semakin meningkat, jumlah SDM Telah ada dokumen Rencana Strategi
masih ada yang kurang sesuai dengan standar Bisnis (RSB) dan Standar Pelayanan
kepegawaian Puskesmas Bogor Utara Minimal serta dokumen hasil survei
keadaan tersebut bisa menyebabkan kepuasan pelanggan.

pelayanan tidak memuaskan pelanggan oleh Dalam melakukan inovasi melalui
karena itu Puskesmas Bogor Utara berencana Investasi Puskesmas Bogor Utara
melakukan inovasi/investasi untuk memenuhi telah menyusun proyeksi untuk
kekurangan dimaksud. Beberapa sistem pengembangan. Proyeksi kebutuhan
pendukung antara lain: pengembangan dapat diidentifikasi
1. Tata Kelola SDM yaitu yang terkait dengan sitem Core
2. Tata Kelola Barang Business (Bisnis Inti/Utama) dan
3. Tata cara pengambilan keputusan sistem Support Business ( Bisnis
4. Peningkatan Mutu berbasis Sertifikasi Penunjang). Sistem Core Business
ISO yang dibutuhkan sampai tahun 2019.
yaitu :
 Layanan Purna Jual mengikuti Standar a ) Pemenuhan Sarana dan Prasarana
Pelayanan Minimal (SPM) yang telah dibuat Produk Layanan
seperti melakukan survei pelanggan. b ) PenyediaanLayananGeneral
Check Up
c ) Penyediaan Ruangan
Laboratorium lebih luas
d ) Penyediaan Ruangan KIA yang
lebih Luas
e ) Penyediaan ruangan rawat inap
yang representative
f ) Penyediaan layanan poli swasta
Dan pemeriksaan lab, radiologi
sore hari

Implementasi Manajemen SDM, Pernyataan Kesanggupan,


Perspektif Peningkatan Pola Tata Kelola, dan RSB
Pembelajaran
Teknis
dan  Tugas Pokok dan Fungsi dievaluasi dan  Telah dibuat dokumen
Pertumbuhan disiapkan menjadi BLUD struktur organisasi, definisi tugas dan
 Struktur Oganisasi, definisi tugas dan tanggung jawab
tanggung jawab telah ada 2. Telah ada SOP Prosedur Pelayanan
 Pejabat Pengelola BLUD sedang disiapkan Umum dan Kepegawaian, Prosedur
 Pengangkatan Pegawai Non PNS menunggu Pelayanan Keuangan, Prosedur
ketetapan menjadi BLUD. Perencanaan SDM, Peralatan dan Sarana
 Dewan Pengawas disiapkan dan diusulkan Kesehatan Lainnya
 Kompetensi (keselarasan), pemberdayaan,  Strategi Pemenuhan
motivasi dan pelatihan karyawan telah dibuat Kebutuhan SDM dan Sub Sistem
perencanaan dan pelaksanaannya
sampai tahun 2014 dilaksanakan
 Lingkungan dan kelengkapan peralatan kerja melalui pengadaan tenaga strategi dari
menjadi yang ada cukup memadai. PNS maupun Tenaga strategi lainnya
 Puskesmas Bogor Utara memperhatikan yang non PNS.
Kehadiran Karyawan
 Renumerasi sedang disiapkan mengikuti  Telah disusun rencana rekrut,
konsep BLUD pengem-bangan dan pelatihan karyawan.
 Karyawan cukup produktif terlihat dari
pertumbuhan pelanggan dan pendapatan
 Sistem Informasi Karyawan sedang disiapkan
dan akan mengikuti Sistem Manajemen
Puskesmas (Simpus).

Puskesmas Bogor Utara di dalam
pertumbuhan pelanggannya cukup meningkat
dilihat dari grafiknya yang naik
 Puskesmas Bogor Utara telah membuat Telah disiapkan dokumennya
pernyataan Kesanggupan menjadi BLUD
 Puskesmas Bogor Utara berkomitmen
Administrasi melakukan peningkatan Pola Tata Kelola
 Puskesmas Bogor Utara telah membuat
Rencana Strategi Bisnis dan Target
pertumbuhan sampai dengan Tahun 2020.
Lampiran 5.
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM

No Faktor Informan 1 Informan 2 Informan 3


(Kepala Dinas Kesehatan) (Kepala Seksi Pelayanan (Kepala Puskesmas
Kesehatan Dasar dan Bogor Utara)
Rujukan)
1 Latar Belakang Ren-  Rekomendasi dari  Peraturan pemerintah No. 23  Rekomendasi Pemerintah,
cana Pengembangan Kemendagri dan Kemenkes Tahun 2005 tentang BLUD. secara khusus Dinas
Puskesmas Bogor  Permendagri Nomor 61 Kesehatan Kota Bogor
Utara menjadi BLUD  Bogor Utara salah satu Pilot Tahun 2007
project dari 3 puskesmas  Program JKN membuat
pengelolaan keuangan
 Bogor utara merupakan puskesmas itu menjadi lebih
puskesmas rawat inap kompleks. Dan lebih baik di
memiliki angka kunjungan dalam status sebagai BLUD.
dan dana kapitasi yang  Puskesmas rawat inap
menjadi salah satu target dan
paling tinggi serta memiliki direkomendasikan untuk
SDM yang cukup untuk ditetapkan sebagai BLUD.
pengelolaan BLUD.  Ada 3 puskesmas yang
direkomendasikan yaitu
Puskesmas Bogor Utara,
Puskesmas Tanah Sareal, dan
Puskesmas Mekar Wangi.
 Puskesmas Bogor Utara yang
mempunyai nilai plus.
Pertama kunjungannya
paling tinggi, ketersediaan
sarana prasarana lebih baik
dengan SDM juga yang lebih
banyak, jumlah peserta JKN
itu lebih banyak dan otomatis
dana kapitasinya lebih besar
2 Persayaratan menjadi  Persyaratan administratif,  Di dalam penilaian kami
BLUD untuk pengelolaan barang sudah cukup memadai untuk
dan jasa, selama itu menjadi puskesmas BLUD
dimana telah memenuhi
sumbernya dari operasional
untuk syarat baik secara
puskesmas bisa direncanakan substansi-nya, syarat
oleh Puskemas BLUD dan administratif-nya atau syarat
bisa merangkap sebagai PPK esensial-nya.
dan PPTK. Untuk kepala  Visi dan misi Bogor Utara
puskesmasnya bisa adalah yang mengedepan-kan
dilaksanakan sendiri. Itu pelayanan yang melindungi
akan mempermudah dan mengu-payakan
puskemas. Jadi dari dalam terlaksananya pelayanan
hal kebutuhan apapun, yang baik untuk pelanggan.
puskemas bisa langsung  Untuk jasa, penyediaan
membuat perencanaan dan tenaga jasanya adalah tenaga
bisa langsung memproses kesehatan yang ditempatkan
tapi harus digariskan dengan atau diatur oleh Bagian
keuangan yang berasal dari Kepegawaian Dinas
APBD. Kesehatan. Kemudian
 Persayaratan teknis untuk jasanya sesuai dengan tugas
mekanisme pengelolaan pokok dan fungsi yaitu
keuangan Bogor Utara sebagai tenaga medis
Kalau sudah sistem BLUD memberikan jasa pelayanan
dia punya sistem tersendiri. medis. Kemudian sebagai
Jadi dia bisa fleksibilitas tenaga penunjang medis,
dalam pengelolaan membantu. Dan tenaga non
keuangan. Itu nanti ada medis juga ikut berperan di
aturannya untuk operasional dalam melaksanakan
berapa persen, untuk penyelenggaraan puskesmas.
insentifnya berapa persen Dan saat ini untuk jasa,
jasa pelayanannya. Nanti penyediaannya langsung
kita bikin perwalinya, itu kepada masyarakat sesuai
supaya sama di semua dengan jaminan
tingkat Kota Bogor.  Untuk penyediaan
 Secara administrasi ke barang, masih mengikuti
depannya, kita make sistem kebijakan Dinas
mekanisme BLUD. Semua Kesehatan, di stok dari
keuangan yang ada di Dinas Kesehatan.
Puskesmas Bogor Utara itu Kemudian
harus dilaporkan ke kas
pengelolaannya oleh
daerah walaupun uangnya
petugas pengelola
masih ada di puskesmas.
inventaris barang di
Tapi dalam pengelolaannya
Dinas Kesehatan, yang
yaitu baik dalam
nanti begitu saat turun
pencatatannya, pengeluaran,
di puskesmas diterima
ataupun pemasukkannya.
Selalu masuk dalam sistem oleh bendahara barang
laporan keuangan dinas yang ada di Puskesmas
kesehatan yang akan Bogor Utara.
dilaporkan ke kas daerah.
Kita harus mengawasi terus.
Jadi bukan berarti dengan
BLUD dia semena-mena
dalam menggunakan
keuangannya dari
puskesmas.
3 Rencana Strategi  Untuk menunjang penetapan  Untuk penyusunan Rencana
Bisnis (RBS) BLUD-nya sudah membuat Strategi Bisnis sudah
Rencana Strategis Bisnis. berorientasi pada visi-misi
Dalam lima tahun kedepan, Puskesmas Bogor Utara.
sudah memperhitungkan Dimana juga mengacu dari
potensi yang dimiliki adalah visi-misi Dinas Kesehatan.
letak strategis,kunjungan Adapun untuk program
masyarakat semakin tinggi. strategis yang ada di
Puskesmas Bogor Utara saat
ini antara lain yaitu, kita
merupakan pukesmas dengan
tempat perawatan, dimana di
Puskesmas Bogor Utara ini
terdiri dari 10 tempat tidur.
Puskesmas Bogor Utara
sendiri belum lama menjadi
puskesmas dengan tempat
perawatan. Kita baru mulai
di Desember akhir 2014.

 Untuk jumlah kunjungan,


jumlah pasien yang dirawat,
kita sudah lumayan. Untuk
tahun pertama saja kita ada
198 pasien rawat inap dan
jumlah kunjungan untuk
rawat jalannya itu kurang
lebih 300-an untuk di UGD-
nya.

 Pasien yang ada tidak


terbatas hanya untuk wilayah
kerja Bogor Utara, tapi
banyak juga dari wilayah lain
yang memanfaatkan yang
berkunjung ke puskesmas
Bogor Utara. Banyak dari
daerah kabupaten Bogor, dari
daerah wilayah kerja
puskesmas lain juga ada yang
ke Puskesmas Bogor Utara .
Selain sebagai puskesmas
dengan tempat perawatan,
kita juga melayani persalinan
24 jam. Dimana jumlah
persalinan di Puskesmas
Bogor Utara juga mengalami
peningkatan, ini salah satu
yang menjadi peluang
Puskesmas Bogor Utara
menjadi acuan dari Dinas
Kesehatan. Dimana sekarang
Dinas Kesehatan ada
program baru yaitu program
emas yaitu expanding
maternal neonatal survival
dimana dari 6 puskesmas
Pomed, Bogor Utara
walaupun bukan puskesmas
Pomed tapi masuk ke dalam
program emas yang
dicanangkan oleh Dinas
Kesehatan.

4 Tata Kelola Orga-  Proses pembentukan pejabat  Untuk SDM, sekarang


nisasi dan Sumber BLUD dibutuhkan suatu  Saat ini pejabat-pejabat yang kita memang sedang
Daya Manusia (SDM) perwali karena bagaimana ada di puskesmas sudah berproses untuk BLUD.
pun BLUD ini kan di seluruh dipersiapkan untuk Kalau untuk BLUD-nya
sendiri nanti, saya rasa kita
puskesmas Kota Bogor. Jadi menyong-song BLUD.
harus ada penambahan
Kemudian ada wacana untuk
Dinas Kesehatan. SDM-SDM. Karena untuk
menyiapkan semua sisi pembentukan Dewan BLUD, itu kan nantinya
aturan-aturan yang Pengawasan BLUD. pengelolaan sepenuhnya
menyangkut Puskesmas  Dukungan dari para petugas akan diserahkan kepada
BLUD. Supaya tidak terjadi cukup memadai, petugas- puskesmas. Jadi kita
kesenjangan di antara petugasnya dan seluruh memang harus ada tenaga-
tenaga khusus, tenaga-
puskesmas yang penghasilan karyawan yang ada di tenaga yang berkompenten
sedikit atau penghasilan puskesmas sudah siap untuk di bidangnya seperti tenaga
besar. ditetapkan sebagai BLUD. keuangan, tenaga adminis-
 Secara SDM dalam sistem  SDM yang ada di puskesmas trasi. Sementara ini kita
BLUD yang penting cukup baik, dengan memang belum ada tenaga
pengelolaan keuangannya. pemenuhan yang cukup keuangan khusus. Jadi
sementara ini kita baru
Jadi diperlukan bendahara untuk puskesmas rawat inap. memanfaatkan SDM yang
yang bisa mengelola Kompetensi-nya juga mema- ada di puskesmas untuk
keuangan, minimal sarjana dai termasuk mulai dari menjadi tenaga keuangan
ekonomi. Itu yang akan kita tenaga medis-nya, tenaga begitu juga dengan tenaga
cari ke depan seseorang yang penunjang medis, kemudian administrasi. Kita belum
menguasai keuangan yang tenaga non medis, tenaga punya tenaga administrasi
khusus. Mungkin ke
belum dipenuhi di kita. laboratorium, apoteker dan
depannya kalau nanti BLUD
Kalau untuk sekarang secara sanitarian. Kemudian tenaga sudah berjalan, dan kita
non medis lulusan SMA yang
kualitas SDM sudah cukup. khusus membantu untuk di sudah menjadi BLUD
Karena selama ini tidak dalam administrasi. penuh. Kita akan lebih
berdasarkan basic-nya Kemudian ada juga tenaga leluasa merekrut tenaga
yang memang
ekonomi tapi kan selalu lepas atau tenaga honorer,
berkompenten. Untuk
mendapatkan pelatihan dari baik penunjang medis dan sekarang kita masih
kami dalam pencatatan, mereka bekerja untuk rawat terkendala dengan aturan
pelaporan, pengaturan ke- inap yang terselenggara di bahwa kita tidak bisa
uangan daerah. Jadi sudah puskesmas. sembarangan untuk meng-
punya basic, ilmu dengan  Kompetensinya sampai saat angkat tenaga di luar dari
mengikuti pelatihan-pelatian, ini cukup baik dan cukup ada PNS.
pembinaan oleh kita, dia kemajuan prospeknya.
bisa menguasai masalah Karena dengan dana kapitasi
pengelo-laan keuangan. itu yang diterima oleh
 Karena diberi fleksibilitas puskesmas, puskesmas bisa
begitupun dengan melaksanakan pelatihan atau
rekruitmen. Dia bisa mengirim personel-nya untuk
merencanakan, untuk dilatih.
rekruitmen SDM. Tapi tetap
harus laporkan ke Dinas
Kesehatan. Karena ada
aturannya kan. Sama se-Kota
Bogor, jangan sampai
masing-masing berbeda.

5 Kinerja Keuangan  Untuk pengelolaan  Laporan keuangan Puskes-


keuang-an masih dilaporkan mas Bogor Utara saat ini  Sumber dana keuangan,
dalam kas daerah. Semua masih mengikuti laporan saat ini dari BOK, ada dari
keuangan yang ada di keuangan Dinas Kesehatan BOP dan ada dari dana
Puskesmas Bogor Utara kapitasi Jaminan Kesehatan
harus dilaporkan ke kas termasuk perencanaan ang-
daerah walaupun uangnya garan dan dokumen pelaksa- atau JKN.
masih ada di puskesmas. naan anggaran. Setelah
Tapi dalam pengelolaannya keuangannya masuk di  Kalau menurut saya
baik dalam pencatatannya, untuk sekarang kalau
Dinkes selanjutnya akan
penge-luaran, ataupun
dilakukan pengembalian nantinya menjadi puskesmas
pema-sukkannya masuk
dalam sistem laporan sebesar 80%. BLUD, masih kurang .
keuangan dinas kesehatan  Untuk pengelolaan Karena kalau nanti kita
yang akan dilaporkan ke kas keuangan, pedoman yang menjadi BLUD pengelolaan
daerah. digunakan adalah pedoman keuangan kemudian juga
keuangan yang dikeluarkan untuk pengelolaan
Kementrian Keuangan yang puskesmas semuanya diatur
kemudian turun ke Pemda oleh puskesmas. Sedangkan
Kota Bogor dan disitu Pemda untuk saat ini, karena kita
Kota Bogor melaksanakan belum PPT-BLUD, kita
pengelolaan keuangan masih mengikuti tarif dari
melalui Badan Keuangan dan Perda, tarif yang lama. Kalau
Aset Daerah atau BPKAD. untuk itu, saya rasa cukup
Kemudian BPKAD ini yang karena kita masih didukung
nanti akan memsupervisi penuh oleh Dinas Kesehatan,
kepada Dinas Kesehatan dan kita tidak dilepas oleh Dinas
Dinas Kesehatan langsung Kesehatan. Tapi untuk
supervisi ke puskesmas. nantinya kalau memang kita
Sehingga laporan puskesmas menjadi puskesmas BLUD,
itu sampai ke Pemda atau saya berharap ada pening-
sampai ke BPKAD. katan tarif, ada perubahan
 Saat ini, puskesmas sudah dari tarif yang sekarang.
mengubah RKA-nya menjadi Karena kalau BLUD nanti
RBA atau Rencana Bisnis kita akan mengelola
Anggaran dan kami sebagai keuangan sendiri. Baik untuk
pendamping sudah menetap- gaji karyawan yang di luar
kan dampingannya. Terma- PNS, untuk perbaikan sarana
suk penyediaan juga Surat dan prasarana, penyedian dan
Perintah Pengesahan Penda- sebagainya.
patan dan Belanja atau SP3B
BLUD.
 Puskesmas sudah punya
rekening.
 Tarif pelayanannya meng-
ikuti tarif Perda, yaitu Perda
Tahun 2014 kemarin, Perda
Retribusi.
 Untuk penghapusan piutang
masih berproses, masih
menetapkan aturannya.
6 Kinerja Manfaat  Kemudian puskesmas ini  Kalau untuk jumlah
dalam pertumbuhan pela- pelanggan di Puskesmas
nggannya cukup meningkat Bogor Utara, saya lihat
dilihat dari grafiknya yang
mengalami peningkatan.
naik.
Untuk kunjungan rawat
jalan dari tahun 2014 ke
2015 mengalami
peningkatan kurang lebih
40%. Kemudian untuk
kunjungan di UGD, itu juga
mengalami peningkatan.
Karena UGD kita baru
tahun pertama ya, tapi itu
saya rasa juga sudah
melebihi dari apa yang kita
bayangkan kunjungannya
kurang lebih 300, begitupun
untuk rawat inap 198, untuk
kunjungan gigi juga sama
mengalami peningkatan
kurang lebih 30%.
Kemudian kalau untuk
kunjungan KIA kunjungan
ibu bersalin juga mengalami
peningkatan. Tahun kemarin
kurang lebih mengalami
peningkatan 10-20%, untuk
kunjungan persalinan di
Puskesmas Bogor Utara ini.
 Tahun kemarin kita pernah
mengadakan survei kepu-
asan pelanggan dimana kita
menyebarkan kuisioner dan
kita melakukan survei di
dalam gedung juga di luar
gedung, dari beberapa
survei kepuasan pelanggan
yang kita lakukan, kita
mendapat masukan -
masukan yang harus kita
tindak lanjuti. Kami tidak
menyebutnya sebagai
masukan yang negatif tapi
justru menjadi masukan
yang positif buat kami
walaupun itu jenisnya
mungkin mereka merasa
tidak puas. Ada beberapa
yang ke pendaftaran, yang
ke BP, salah satunya
antriannya panjang. Karena
memang kendala kita saat
ini untuk di pendaftaran,
masih keku-rangan tenaga
yang berkom-penten.
Kemudian di BP, di BP dari
hasil survei itu juga ada
beberapa yang merasa tidak
puas karena tenaga
medisnya itu mungkin agak
kurang ramah, agak kurang
memberi pelayanan, yang
menurut pasien kurang baik.
Tindak lanjut kami, meng-
adakan pendekatan secara
personal, khususnya saya.
Saya beri masukan, saya
beri penjelasan kepada
tenaga medis bahwa dalam
melayanani pasien siapapun
pasien yang kita layani
harus kita layani dengan
baik. Harus kita layani
dengan senyum agar mereka
merasa puas, merasa
dilayani de-ngan baik. Itu
salah satu yang menjadi
masukan yang baik buat
kami. Yang akan menjadi
perbaikan buat kami ke
depannya.

7 Standar Pelayanan  Standar Pelayanan Minimal Untuk Standar Pelayanan


Minimal (SPM) yang digunakan disusun Minimal yang ada di
bersama Dinas kesehatan Puskesmas Bogor Utara telah
Kota Bogor. mencapai target yang ditetap-
 Setiap SPM mempunyai tar- kan. Contohnya saja seperti
get masing-masing dan target program KIA, targetnya itu
itu diuraikan di dalam peker- 95%, kita sudah mencapai di
jaan atau di dalam tugas dari atas 90%. Kemudian juga
setiap petugas puskesmas program-program lain juga
dan setiap program untuk sudah mencapai target yang
mencapai target sudah memang ditentukan. Tetapi
ditetapkan indikator- memang masih ada yang
indikatornya. kekurangan kami, masih ada
yang belum mencapai target,
yaitu di program TB. Dimana
untuk program TB ini, masih
di bawah dari standar yang
ditentukan. Ada beberapa
kendala yang kita hadapi,
khususnya untuk program TB.
Kebanyakan pasien-pasien TB
yang kontak serumah mereka
tidak mengembalikan fog
dahak ke puskesmas. Dengan
alasan tidak batuk, tidak sakit,
merasa sehat. Ada beberapa
yang memang datang ke
puskesmas dengan keluhan
batuk kita kasih fog dahak.
Tetapi tidak mengembalikan
lagi, salah satunya yaitu
karena mereka merasa jauh,
untuk mengantarkan fog
dahaknya. Karena wilayah
kita kan memang luas terdiri
dari tiga kelurahan, dan
memang letaknya lumayan
berjauhan, jadi mereka
mungkin keberatannya disitu.
Tetapi strategi kita memang
sekarang beru-paya untuk
meningkatkan SPM
khususnya untuk TB ini.
Salah satunya yaitu kita
bekerja sama dengan Kader,
RT/RW dimana kita memberi
edukasi ke warga. Kita juga
menitipkan fog dahak di
rumah Pak RT, Pak RW atau
di rumah Kader dan
memesankan kalau ada yang
mau mengantarkan dahak
boleh dikumpulkan di satu
rumah. Nanti kita yang akan
mengambil ke sana, jadi kita
sistemnya jemput bola untuk
mengambil sampel dahak. Itu
salah satunya, dan sampai
sekarang kita sedang berjalan
seperti itu.

8 Sarana dan Prasarana  Penyediaan sarana dan  Kalau untuk sarana dan
prasarana puskesmas meng- prasarana, saya rasa sudah
ikuti kebijakan Dinas cukup memenuhi apa yang
menjadi kebutuhan di
Kesehatan. Sekarang karena
Puskesmas Bogor Utara.
adanya dana kapitasi
puskesmas punya kesem-
patan untuk menyediakan
sarana dan prasarana sendiri.
Dengan catatan, harus
mengikuti sistem yang ada di
Dinas dan di pemerintah
Kota Bogor. Apakah
penyedia-annya bisa secara
lelang atau dengan meng-
ikuti yang sudah terdaftar di
dalam e-katalog. Terutama
dipriori-taskan untuk alat-alat
kesehatan, obat-obatan dan
bahan habis pakai.
9 Lingkungan  Dukungan dari para petugas  Teman-teman di puskesmas
cukup memadai, petugas- mendukung penuh.
petugasnya dan seluruh Walaupun awalnya belum
karyawan yang ada di mengerti, karena kita belum
puskesmas sudah siap untuk faham apa itu BLUD,
ditetapkan sebagai BLUD. bagaimana menjalankan
BLUD. Untuk awal kita
merasa berat, merasa
terbebani, nantinya harus
mengelola puskesmas tanpa
bantuan Dinas. Tapi setelah
di kasih pengertian, Dinas
juga memberikan
pengarahan, bimbingan.
Kita jadi faham, jadi lebih
mengerti, tenyata memang
ada keuntungan-keuntungan
kalau nanti menjadi
puskesmas BLUD. Sehingga
sekarang teman-teman
sudah mendukung. Kalau
untuk Dinas sendiri, sangat
mendukung puskesmas
untuk menjadi BLUD.
Walaupun Dinas juga tidak
akan begitu saja melepas
kita. Pada saat nanti kita
sudah menjadi BLUD,
Dinas akan tetap memantau
dan membantu memberi
masukan. Dukungan Dinas
ini banyak sekali. Seperti
awal-awalnya kita
dibimbing, diarahkan,
kemudian juga ada
pelatihan, terakhir ada studi
banding ke puskesmas yang
sudah BLUD di Sleman, dan
itu juga menjadi masukan,
menjadi gambaran, dan
membuka wawasan kita
bagaimana sebenarnya
Puskesmas BLUD itu. Dinas
tidak akan melepas tetapi
terus memantau dan
membantu kita.
10 Kebijakan BLUD  Karena Puskesmas ini  Puskesmas saat ini akan
menjadi Pilot Project untuk mengikuti audit untuk
menjadi Puskesmas dengan akreditasi puskesmas
sistem BLUD harus  Kemudian untuk kebijakan
dipercepat. Baik dalam
pembinaan SDM-nya, BLUD sendiri, puskesmas
pelatihan SDM-nya dan sudah cukup. Dari pihak
bidang terkait harus terus pemerintah sendiri, sudah
melakukan pembinaan ada dasar, karena
teknis ke lapangan. Dan sebelumnya memang Rumah
harus bersinergi dengan Sakit Umum Daerah Kota
lintas-lintas tekait misalkan
BPKAD, BAPEDAL dan Bogor itu sudah ditetapkan
terutama untuk persyaratan- sebagai BLUD. Sehingga ada
persyaratan menjadi Pus- sebagian regulasi yang
kesmas BLUD. Syaratnya fleksibel yang sesuai, yang
yang tiga tadi, substantif, relevan untuk dipakai di
teknis dan administratif. Itu puskesmas. Tinggal beberapa
yang harus paling penting hal yang memang harus
dipenuhi. Kan dari sisi
dilengkapi, terutama
administrasi kan oleh kita,
satu, Dinas Kesehatan. pengelolaan keuangan
Karena bagaimanapun kita khusus untuk puskesmas.
membuat aturan-aturan Karena memang sangat
yang nanti berlaku untuk berbeda dengan rumah sakit.
seluruh puskesmas- Seperti kita ketahui rumah
puskesmas yang ada di Kota sakit itu punya hospital law
Bogor.Jadi yang harus
atau hospital by law
dilakukan cepat oleh bidang
yang terkait. Supaya ini sedangkan puskesmas tidak
betul-betul di akhir tahun harus atau tidak akan
2016 lulus semuanya, tiga memiliki hospital by law
puskesmas ini. Di tahun karena puskesmas bukan
2017 menjadi Puskesmas rumah sakit. Dan disini letak
yang sesuai BLUD, itu yang bahwa puskesmas itu
kita harapkan.
sebenarnya cukup simpel,
tetapi karena puskesmas
langsung di bawah
pengawasan juga Badan
Pengelolaan Keuangan Aset
Daerah maka pengelolaan
keuangan puskesmas itu
harus terlapor, harus tersedia,
dan harus jelas dan pada
saat-saat tertentu itu
dilakukan monitoring dan
evaluasi.
Lampiran 6.
MATRIKS HASIL DISKUSI KELOMPOK TERARAH
No Faktor Informan A Informan B Informan C Informan D

1 SDM  Sebaiknya SDM sesuai dengan Sudah cukup baik SDM nya Pekerjaan kita merangkap
umber daya yang ada belum tugas pokok dan fungsi yang tapi saya masih kerja rangkap contohnya saya promkes
sesuai kapasitasnya standar tetapi merangkap jadi
bendahara JKN

asih banyak yang kerja rangkap

ika menjadi BLUD diperlukan
tambahan tenaga terutama
Bendahara yang memiliki
keahlian khusus
2 Satana dan  Sarana kita sudah cukup Sudah cukup Sudah lebih dari cukup
Prasarana ita sudah memiliki sarana yang
lebih baik dari puskesmas yang
lain

da Rontgen, Pemeriksaan Kimia
Darah, EKG dan USG
3 Dana  Kalau sudah BLUD pasti Permasalahnnya adalah Perencanaan yang dibuat
uskesmas memilki pendapatan pengelolaan keuangan jadi lebih dengan anggaran yang cukup biasanya tidak sesuai dengan
yang tinggi dibandingkan fleksibel besar tetapi kemampuan realisasi
dalam mengelola keuangan
puskesmas lain
kurang dikarenakan latar
 belakang kita bukan dari
unjungan pasien banyak akuntansi

endapatan disetorkan ke dinas
kesehatan setiap hari oleh
petugas

esaran tarif disesuaikan dengan
perda
4 Kebijakan Saya setuju dengan BLUD karena Semoga kebijakan Saya setuju BLUD yang Berarti BLUD seperti
BLUD dapat membuat kesejahteraan pengembangan BLUD dapat penting ada bendaharanya Puskesmas Swakelola, saya
karyawan dilaksanakan di puskesmas setuju
bogor utara
Lampiran 7.
Kuesioner Indeks Kepuasan Masyarakat

1. Bagaimana pemahaman Saudara tentang kemudahan prosedur pelayanan di unit ini

a. Tidak mudah b. Kurang mudah c. Mudah d. Sangat mudah

2. Bagaimana Pendapat Saudara tentang kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis

pelayanannya.

a. Tidak sesuai b. Kurang sesuai c. Sesuai d. Sangat sesuai

3. Bagaimana Pendapat Saudara tentang keberadaan dan kepastian petugas yang melayani?

a. Tidak jelas b. Kurang jelas c. Jelas d. Sangat jelas

4. Bagaimana Pendapat Saudara tentang kedisiplinan petugas dalam memberikan

pelayanan.

a. Tidak disiplin b. Kurang disiplin c. Disiplin d. Sangat disiplin

5. Bagaimana Pendapat Saudara tentang tanggung jawab petugas dalam memberikan

pelayanan.

a. Tidak bertanggung jawab b. Kurang Bertanggung jawab c. Bertanggung jawab d.

Sangat Bertanggung jawab

6. Bagaimana Pendapat Saudara tentang kemampuan petugas dalam memberikan

pelayanan. a. Tidak mampu b. Kurang mampu c. Mampu d. Sangat mampu

7. Bagaimana Pendapat Saudara tentang kecepatan pelayanan di unit ini.

a. Tidak cepat b. Kurang cepat c. Cepat d. Sangat cepat

8. Bagaimana pemahaman Saudara tentang keadilan untuk mendapatkan pelayanan di unit

ini :

a. Tidak adil b. Kurang adil c. Adil d. Sangat adil


9. Bagaimana pemahaman Saudara tentang kesopanan / keramahan petugas dalam

memberikan pelayanan.

a. Tidak sopan / tidak ramah b. Kurang sopan/ramah c. Sopan/ramah d. Sangat

sopan/sangat ramah

10. Bagaimana pemahaman Saudara tentang kewajaran biaya untuk mendapatkan

pelayanan.

a. Tidak wajar b. Kurang wajar c. Wajar d. Sangat wajar

11. Bagaimana pemahaman Saudara tentang kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan

biaya yang telah ditetapkan.

a. Selalu tidak sesuai b. Kadang-kadang sesuai c. Sesuai d. Selalu sesuai

12. Bagaimana pemahaman Saudara tentang ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu

pelayanan.

a. Selalu tidak tepat b. Kadang-kadang tepat c. Tepat d. Selalu tepat

13. Bagaimana pemahaman Saudara tentang kenyamanan di lingkungan unit pelayanan.

a. Tidak nyaman b. Kurang nyaman c. Nyaman d. Sangat nyaman

14. Bagaimana pemahaman Saudara tentang keamanan pelayanan di unit ini

a. Tidak aman b. Kurang aman c. Aman d. Sangat aman

Anda mungkin juga menyukai