Anda di halaman 1dari 10

PERANAN KEPRIBADIAN DALAM BERBAHASA

PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB WIDYA SANTIKA

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Teori Belajar Bahasa


Yang Dibina Oleh:
Dr. Hj. Luluk Sri Agus Prasetyoningsih., M. Pd

Disusun Oleh:
Nama: Prilsila Krisanti
Npm : 21701071037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Survivan (dalam Alwisol, 2004 hal:185) mendefinisikan kepribadian sebagai pola yang
relatif menetap dari situasi situasi antar pribadi yang berulang yang menjadi ciri kehidupan
manusia. Menurut seorang psikolog dari Swiss, Carl Jung, terdapat 3 jenis kepribadian umum
pada manusia. Yaitu Introvert, Ambivert, dan Ekstrovert. Ketiga kepribadian tersebut memliki
pandangan berbeda dalam hal pengambilan keputusan, interaksi sosial, respon terhadap
masalah, komunikasi verbal dan non verbal, serta berbagai respon sosial lainnya. Dengan
begitu manusia memiliki keunikan masing masing dalam ke pribadianya.
Introvert adalah jenis kepribdian yang identik dengan kesendirian. Maksudnya orang yang
memiliki kepribadian introvert itu lebih suka menyendiri ketimbang aktif dalam melakukan
kegiatan di luar rumah. Seperti, Menonton konser, Berkunjung ke suatu pesta, atau kegiatan
social yang melibatkan banyak manusia. Kebalikan dari si introvert, si ekstrovert lebih
berkaitan dengan dunia luar. Si ekstrovert cenderung lebih membuka diri dengan dunia luar.
Si ekstrovert paling suka berinteraksi dengan banyak orang. Keramaian adalah hal yang paling
mereka sukai. Ambivert adalah campuran dari sifat atau kepribadian introvert dan ekstrovert.
maksudnya si ambivert ini bisa berperan menjadi seorang introvert dan bisa juga berperan
menjadi seorang yang ekstrovert.
Anak lamban belajar atau slow learners adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang
membutuhkan layanan pendidikan khusus di sekolah inklusi. Layanan pendidikan khusus
tersebut dibutuhkan karena anak lamban belajar harus menghadapi beberapa masalah belajar,
seperti: 1) 3 kesulitan memahami konsep abstrak; 2) mempunyai kosa kata yang terbatas; 3)
mempunyai motivasi belajar yang rendah; 4) membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
memahami suatu materi dibandingkan anak normal seusianya; dan 5) membutuhkan
pengulangan dalam penjelasan materi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peranan kepribadian anak ABK (solener) dalam berbahasa?
2. Bagaimana hanbatan peranan kepribadian yang terjadi pada anak ABK (Solener) dalam
berbahasa?
3. Bagaimana solusi dai hambatan peranan kepribadian dalam berbahasa pada anak ABK
(Solener) dalam berbahasa?

1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan peranan kepribadian anak ABK (Solener) dalam berbahasa.
2. Mendeskripsikan permasalahan peranan kepribadian dalam berbahasa yang terjadi pada
anak ABK (Solener).
3. Mendeskripsikan solusi untuk mengatasi permasalahan peranan kepribadian dalam
berbahasa pada anak ABK (Solener) dalam berbahasa.
BAB II
KAJIAN TEORI

1.1 Peranan Kepribadian Anak ABK Dalam Berbahasa


A. Kepribadian introvert ekstrovert dan ambivert
Menurut seorang psikolog dari Swiss, Carl Jung, terdapat 3 jenis kepribadian umum
pada manusia, yaitu Introvert, Ambievert, dan Ekstrovert. Ketiga kepribadian tersebut
memliki pandangan berbeda dalam hal pengambilan keputusan, interaksi sosial, respon
terhadap masalah, komunikasi verbal dan non verbal, serta berbagai respon sosial lainnya.
a. Keprivadian introvert
Manusia dengan kepribadian introvert cenderung menutup diri dari dunia luar. Tipe
ini lebih banyak menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk kegiatan soliter, seperti
membaca, menulis, menggunakan komputer, serta lebih menyukai berada dalam kesunyian
atau tempat tenang. Mereka analitis sebelum berbicara, merasa kurang nyaman karena
terlalu banyak pertemuan dan keterlibatan sosial, lebih senang bekerja sendirian, serta
lebih suka berinteraksi secara 1 on 1 interaction. Keunggulan dari tipe kepribadian ini
adalah mereka berpikir dulu sebelum berbicara atau melakukan sesuatu, mereka adalah
pendengar yang baik, dan bersikap analitis.
b. Kepribadian ekstrovert
Kebalikan dari introvert, kepribadian ekstrovert cenderung lebih membuka diri
terhadap dunia luar. Mereka menyukai keramaian, dengan banyak interaksi dan aktivitas
sosial. Tipe kepribadian ini lebih mudah mengungkapkan perasaan melalui kata-kata,
mudah bosan dengan kesendirian, dan lebih senang bercerita daripada mendengarkan.
Keunggulan dari tipe ekstrovert adalah kepercayaan diri antusiasme yang tinggi, mudah
bergaul, aktif, dan dapat berinteraksi dengan banyak orang sekaligus.
c. Kepribadian ambivert
Ambievert merupakan kepribadian gabungan antara introvert dan ekstrovert.
Kelebihan dari tipe ini, mereka nyaman berada di tengah keramaian dan berbagai aktivitas
sosial, tetapi juga rileks dengan kesendirian. Kekurangan dari kepribadian ambievert
adalah mereka cenderung moody, karena sifat yang berubah-ubah.

B. Pengertian ABK Slow Leaners


Pengertian Anak Lamban Belajar Anak lamban belajar dikenal dengan istilah slow
learners, backward, dull, atau borderline. Anak lamban belajar berbeda dari anak yang
mengalami retardasi mental, under achiever, ataupun anak berkesulitan belajar (learning
disabled). Beberapa ahli mengidentifikasi anak lamban belajar berdasarkan tingkat
kecerdasan atau hasil tes IQ. Cooter, Cooter Jr., dan Wiley (Nani Triani dan Amir, 2013:
3) menjelaskan bahwa anak lamban belajar adalah anak yang memiliki prestasi belajar
rendah atau sedikit di bawah rata-rata anak normal pada salah satu atau seluruh area
akademik dan mempunyai skor tes IQ antara 70 sampai 90. 15. Mumpuniarti (2007: 14)
mengidentifikasi anak lamban belajar sebagai anak yang mempunyai IQ di antara 70
sampai 89.
Anak lamban belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dan berulang-ulang
untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik dan nonakademik. Anak lamban belajar sulit
diidentifikasi karena penampilan luarnya sama seperti anak normal dan dapat berfungsi
normal pada sebagian besar situasi. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak
lamban belajar atau slow learners adalah anak yang mengalami keterlambatan
perkembangan mental, serta memiliki keterbatasan kemampuan belajar dan penyesuaian
diri karena mempunyai IQ sedikit di bawah normal, yaitu antara 70 sampai 89, sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk menyelesaikan tugas-
tugas akademik dan nonakademik.

1.2 Hambatan Peranan Kepribadian Anak ABK Dalam Berbahasa


Kepribadian anak ABK yang Slow Lenear dalam berbahasa ada hambatan yang
mempengaruhinya pada saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Salah satu
hambatannya adalah lamban dalam dalam proses berpikir, karena anak yang lamban berpikir
memiliki daya konsentrasi yang sebentar. Sebagai contoh, anak lamban berpikir memiliki
konsentrasi dalam belajar selama +20 menit, setelah itu anak akan gelisah dan cenderung
mengganggu teman-temannya yang sedang belajar. Dan dapat dilihat dari aspek bahasanya
bahwa anak slow learner juga memiliki masalah dalam berbahasa. Slow learner sulit untuk
mengungkapkan apa yang dipikirkannya. Slow learner pun sulit untuk memahami perkataan
orang lain ketika slow learner diajak berbicara. Orang yang mengajaknya bicara harus
menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, dan mudah dipahami oleh anak lamban belajar.
Anak slow lenear juga memiliki kepribadian yang tertutup atau juga bisa disebut dengan
introvert. Kepribadian biasannya anak menjadi pemalu, pendiam, dan biasanya lebih menutup
diri dari orang baru dikenal olehnya. Namun, lebih mudah bersosialisasi dengan orang
terdekatnya saja atau juga bisa orang hanya ia kenal.

1.3 Solusi Dari Hambatan Peranan Kepribadian Dalam Berbahasa Pada Anak ABK
(Solener) Dalam Berbahasa
Dalam mengatasi anak berkebutuhan khusus yang slow lenear yang tepat ialah
membimbing siswa lebih dekat ke proses pengajaran. Karena proses berpikirnya kurang dan
tanpa disadari telah mengalihkan perhatian dari siswa. Dengan membawa mereka dekat secara
fisik secara rafia akan membawa si anak lebih dekat kepada proses pengajaran. Memberikan
dorongan secara langsung dan berulang-ulang. Biasakan siswa tahu kalau sedang diperhatikan
oleh guru. Menggunakan kontak mata ketika pembelajaran berlangsung itu sangat penting dan
memberikan penghargaan atas kehadirannya atau juga bisa dengan penghargaan verbal yang
dilakukan dengan tenang, dan lembut. Dalam kepribadiannya yang tertutup guru atau juga bisa
orang tua harus mengajak berbicara, saling timbal balik antara anak dan guru, dan diajak
bersosialisasi dengan masyarakat atu orang baru yang dikenal. Dengan diperhatikan anak akan
menjadi mudah untuk bersifat terbuka dengan orang lain, bisa sosialisasi dengan orang yang
baru dikenal, dan juga memiliki motivasi bahwa dirinya telah diperhatikan oleh orang yang
banyak.
BAB III
METODE PENGAMATAN

Menurut Suharsimi Arikunto Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap suatu


objek yang ada di lingkungan yang sedang berlangsung meliputi berbagai aktivitas perhatian
terhadap kajian objek dengan menggunakan pengindraan. Teknik observasi sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematik hendaknya dilakukan pada subyek yang secara aktif mereaksi
terhadap obyek. Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat dan mengamati
perubahan fenomena-fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat
dilakukan perubahan atas penilaian tersebut, bagi pelaksana observasi untuk melihat obyek
moment tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak
diperlukan. (Margono, 2007:159).

Pengamat memilih metode pengamatan dengan melakukan observasi. Observasi


mengambil dari perekaman kegiatan belajar pada ABK yang Slow Lenear. Hal ini pengamat dapat
mengulang-ulang rekaman dan mentranskripsi hasil dari wawancara.

Objek kajian pengamatan ini dilaksanakan di SLB Widya Santika yang terletak di Jln.
Diponegoro, Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Yang beridentitaskan Dandi Purnomo
kelas 9 SMP berumur 20 tahun dan menderita slow lenear atau lamban dalam belajar. Metode
pemerolehan data yang digunakan dalam observasi ini yaitu metode wawancara dan pengambilan
video pada peserta didik yang bernama dandi. Pengamat memilih teknik perekaman dan
wawancara karena dalam teknik perekaman dan wawancara pengamat bisa mengetahui
kepribadian peserta didik.
BAB 1V
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan, bahwasannya peranan kepribadian


anak normal dan anak ABK sangatlah berbeda. Orang-orang yang termasuk dalam tipe introvert
adalah individu yang berpusat pada dirinya sendiri, termasuk menentukan perilakunya sendiri.
Sebaliknya, orang dengan tipe kepribadian ekstrovert cenderung mengarahkan dirinya pada
lingkungan di sekitarnya, dan pada umumnya suka berteman, ramah, menyukai pesta, mempunyai
banyak teman, membutuhkan orang lain untuk menjadi lawan bicara mereka, tidak suka membaca
ataupun belajar sendirian, senang humor, selalu siap menjawab, menyukai perubahan dan santai.
Dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert akan lebih
senang berinteraksi bersama siswa lainya dibandingkan dengan siswa yang memiliki tipe
kepribadian introvert. Berbeda dengan ambivert, yang merupakan campuran dari sifat atau
kepribadian introvert dan ekstrovert. maksudnya ambivert ini bisa berperan menjadi seorang
introvert dan bisa juga berperan menjadi seorang yang ekstrovert. Ambivert juga bisa
menyesuaikan diri dengan cepat dan baik di segala situasi. Pola tingkah laku yang ditampilkan
oleh masing-masing tipe kepribadian tersebut dibentuk dan dipengaruhi oleh faktor internal
maupun faktor eksternal. Ketika pengamat melalukan wawancara kepada Dandi, ia memiliki
kepribadian tertutup atau introvert terhadap orang yang baru ia kenal dan ia menceritakan
kehidupan dalam sehari-hari, ketik bercerita ia selalu menunduk dan menceritakan kegiatan mulai
dari berangkat sekolah sampai dengan pulang sekolah. Kepribadian pada anak normal sangatlah
berbeda dengan anak ABK yang slow lenear karena biasanya anak normal juga ada yang memiliki
kepribadian tertutup maupun terbuka, tetapi yang membedakan dari segi pemikiran dan
perkembangan mental anak normal dan anak ABK yang slow lenear. Karena anak yang mengalami
keterlambatan perkembangan mental, memiliki keterbatasan kemampuan belajar dan penyesuaian
diri karena mempunyai IQ sedikit di bawah normal, yaitu antara 70 sampai 89, sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk menyelesaikan tugas-tugas
akademik dan nonakademik.
Permasalahan yang terjadi pada anak ABK yang slow lenear dan anak normal juga berbeda.
Letak perbedaannya pada anak ABK yang tipe slow lenear memilki sifat tertutup pada orang yang
baru dikenalnya dan memilki sifat introvert atau pemalu. Anak normal permasalahannya
tergantung pada anak tersebut, apakah dia introvert atau ekstrovert. Pada umumnya anak normal
secara umum kepribadiannya bisa dilihat dari bagaimana dengan kepribadiannya sehari-hari dan
yang membedakan anak normal dan anak ABK yang sow lenear dilihat dari perilaku, konsistensi
perilaku dalam waktu yang berbeda, dan stabilitas perilaku. Sedangkan perbedaan permasalahan
keterlambatan anak dalam berpikir anak normal dengan anak ABK yang slow lenear dapat dilihat
dari anak yang slow learner memiliki IQ antara 70-90 dan memiliki prestasi rendah pada sebagian
atau seluruh mata pelajaran, sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain agar dapat mengikuti
program pendidikan dengan baik. Pada anak normal secara umum biasannya anak memiliki
pengetahuan yang mudah diingat kembali dalam jangka pendek baginya tidak ada informasi yang
sulit didapat, semuanya dapat disimpan dan diolah, pada waktu yang tepat dan pada saat
dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali. Permasalahan dalam berbahasannya pada anak
normal dan anak ABK yang slow lenear ialah caranya mengungkapakan dan memahami apa yang
dikatakan oleh orang lain, pada anak normal sangatlah mudah memahami perkataan orang lain,
berbeda dengan anak ABK slow lenear yang susah mengungkapkan dan memahami perkataan
orang lain.
Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut pada anak normal dan anak ABK
slow lenear ialah pada anak anak ABK haruslah selalu diajak berbicara karena untuk memancing
kepribadiannya yang introvert, karena biasanya anak yang pendiam memiliki kosakata yang
kurang. Ajari skill baru juga secara tertutup dengan cara ini akan bikin mereka lebih cepat
menangkap dan belajar tentang skill baru tersebut. Dan membantu mereka untuk bersosialisasi
dengan teman sebaya atau dengan masyarakat bagaimana supaya anak tidak cenderung diam dan
dapat mengetahui caranya bersosialissi dengan teman ataupun dengan sosial masyarakat. Solusi
yang tepat untuk anak normal ialah seorang guru atau orang tua harus memahami kepribadian
didalam atau diluar sekolah dan bagaimana anak tersebut perilakunya terhadap orang lain. Dalam
mengungkapkan dan memahami perkataan orang lain, anak normal sangat mudah megetahui hal
tersebut, dan haruslah mendengarkan dengan cermat perkataan orang lain juga harus memahami
dengan serius atau cermat, karena biasanya anak normal ada yang pura-pura tidak mendengarkan
dan memahaminya.
BAB V
SIMPULAN

1. Peranan kepribadian dalam berbahasa memiliki 3 jenis tipe kepribadian, yakni


kepribadian introvert, kepribadian entrovert, dan kepribadian ambivert. Ketiga tipe
kepribadian ini memiliki arti yang berbeda. Kepribadian introvert merupakan pribadi
yang lebih suka menyendiri. Kepribadian entrovert merupakan pribadi yang ditujukan
seluruhnya kepada yang ada diluar dirinya dan tidak ditujukan kepada yang ada dalam
pikiran dan perasaannya. Sedangkan, keribadian ambivert kepribadian yang dapat
digambarkan saat mereka senang bersosialisasi, tapi juga membutuhkan waktu untuk
menyendiri.
2. Hambatan dari kepribadian pada anak ABK dapat dilihat dari lamban dalam berpikir
dan susah untuk mengungkapkan apa yang dipikirnya karena anak yang lamban dalam
berpikir memiliki daya konsentrasi lambat pada kegiatan belajarnya. Dan memiliki
kepribadian yang tertutup atau introvert, kepribadian yang tertutup anak bisa menjadi
pemalu, dan susah untuk bergaul dengan orang baru dikenal.
3. Solusi dari permasalahan kepribadian pada anak normal dan anak ABK dalam
berbahasa, guru harus membimbing dalam pengajarannya dan memahami bahwa anak
membutuhkan lebih banyak pengulangan, 3 sampai 5 kali, untuk memahami suatu
materi dari pada anak lain dengan kemampuan rata-rata. Guru dan orang tua juga harus
setiap hari mengajaknya berbicara supaya anak tersebut memiliki kosakata yang
banyak. Karena biasanya anak yang pendiam memiliki kosakata yang kurang.
DAFTAR RUJUKAN

http://psikologid.com/introvert-ekstrovert-dan-ambievert/ Diakses pada tanggal 14 Juli 2014


Mumpuniarti, 2007: 14. Buku Referensi Pelajaran Anak Hambatan. Yogyakarta: Kanwa
Margono, 2007:159. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Nani, T & Amir., (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban Belajar Slow Learner.
Jakarta: PT Luxima Metro Media
Survivan dalam Alwisol, 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : Universitas Muhammadiyah.
Hal: 185.

Anda mungkin juga menyukai