Anda di halaman 1dari 5

FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

LOGISISME

Oleh:

KELOMPOK 1

1. SITI ISWARINI (13030174014)


2. NINDYA VIRMA ERNITASARI (13030174017)
3. ISROTUL FITRIAH (13030174027)
4. FIRLY NUR MILADIA (14030174049)
5. KHUSUMA MAWADHIYAH (14030174097)

2013A

PRODI S-1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2016
A. Aliran Logisisme
Logisisme memandang bahwa matematika sebagai bagian dari logika.
Penganutnya antara lain G. Leibniz, G. Frege (1893), B. Russell (1919), A.N. Whitehead
dan R. Carnap(1931). Pengakuan Bertrand Russell menerima logisisme adalah yang
paling jelas dan dalam rumusan yang sangat ekspilisit. Dua pernyataan penting yang
dikemukakannya, yaitu:
1) Semua konsep matematika secara mutlak dapat disederhanakan pada konsep logika.
2) Semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui
penarikan kesimpulan secara logika semata (Ernest, 1991).
Rudolf Carnap (1931) memperkenalkan desertasi para ahli logika yang terdiri
dari dua bagian :
1) Konsep-konsep matematika dapat diturunkan dari konsep-konsep logika melalui
definisi-definisi yang gamblang/jelas.
2) Teorema-teorema matematika dapat diturunkan dari aksioma-aksioma logika
melalui pengambilan kesimpulan murni.
Matematika sebenarnya merupakan bagian dari logika dan keduanya saling
berhubungan atau matematika merupakan cabang dari logika. Hal ini tertuang dalam
salah satu tulisan Russel yang menyatakan bahwa logika telah menjadi lebih bersifat
matematis dan matematika menjadi lebih logis. Bahkan dikatakan bahwa logika dan
matematika memiliki hubungan seperti anak dan orang dewasa. Logika merupakan masa
mudanya matematika dan matematika adalah masa dewasanya logika.
Secara umum pandangan aliran logika bertujuan mengembalikan matematika
kepada logika. Hal ini menunjukkan bahwa kebenaran matematika dapat diterima jika
berasal dari prinsip logika. Dalam hal ini ingin ditunjukkan bahwa konsep-konsep
matematika seperti bilangan-bilangan dapat dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau
menggunakan operator logika dan sifat-sifatnya ditunjukkan oleh logika murni.
Hal ini tertuang dalam pandangan Frege dalam mendefinisikan tentang bilangan
dengan menggunakan prinsip Hume, bahwa semua konsep dalam matematika dapat
dinyatakan dalam bentuk-bentuk logika murni dan dapat dibuktikan dengan prinsip-
prinsip logika saja.
Hal ini berlebihan sehingga kebenaran dalam matematika dapat direduksi
menjadi logika. Padahal pada perkembangan matematika tidak semua matematika dapat
dibuktikan kebenarannya berdasarkan prinsip logika, dengan kata lain terdapat beberapa
konsep matematika yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya menggunakan prinsip
logika.
Pandangan Russel lebih fleksibel dibandingkan pandangan Frege dengan kata
lain Russel memberi ruang pembuktian matematika tanpa menggunakan prinsip logika
umum.
Russel berpandangan matematika memerlukan aksioma non logika seperti
aksioma ketakhinggaan (himpunan dari semua bilangan asli adalah tak hingga) dan
aksioma pilihan (choice) perkalian kartesius dari keluarga himpunan tak kosong adalah
himpunan tak kosong itu sendiri.
Karakteristik-karakteristik ide-ide dasar dari semua ide matematika dapat
didefinisikan. Tetapi tidak semua proposisi-proposisi primitif dari semua proposisi
matematika tersebut dapat dideduksi. Ini merupakan suatu masalah yang lebih sulit
karena belum diketahui jawaban yang sebenarnya.
Matematika adalah sistem hipotetik deduktif dimana konsekuen dari aksioma-
aksioma yang akan diselidiki, tanpa menyatakan kebenarannya. Namun hal ini juga
merupakan suatu kegagalan dalam paham ini, karena tidak semua kebenaran matematika
(seperti Aritmatika Peano) secara konsisten dapat disajikan sebagai pernyataan-
pernyataan implikasi (Macofer, 1983).
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebenaran
matematika tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip logika, namun tetap memperhatikan
dan melakukan analisis empirikal dalam merumuskan proposisi-proposisi matematika
sebagai suatu kebenaran sintetik. Jika kebenaran yang diperlukan adalah kebenaran
definisi maka kebenaran itu tetap berlandaskan pada aspek semantik dalam penggunaan
bahasa dan pemaknaan terhadap simbol dan variabel yang digunakan dalam merumuskan
proposisi matematika.
Menurut Ernest (1991), ada beberapa keberatan terhadap logisisme antara lain:
1. Bahwa pernyataan matematika sebagai impilikasi pernyataan sebelumnya, dengan
demikian kebenaran-kebenaran aksioma sebelumnya memerlukan eksplorasi tanpa
menyatakan benar atau salah. Hal ini mengarah pada kekeliruan karena tidak semua
kebenaran matematika dapat dinyatakan sebagai pernyataan implikasi.
2. Teorema Ketidaksempurnaan Godel menyatakan bahwa bukti deduktif tidak cukup
untuk mendemonstrasikan semua kebenaran matematika. Oleh karena itu, reduksi
yang sukses mengenai aksioma matematika melalui logika belum cukup untuk
menurunkan semua kebenaran matematika.
3. Kepastian dan keajegan logika bergantung kepada asumsi-asumsi yang tidak teruji
dan tidak dijustifikasi. Program logisis mengurangi kepastian pengetahuan
matematika dan merupakan kegagalan prinsip dari logisisme. Logika tidak
menyediakan suatu dasar tertentu untuk pengetahuan matematika.

B. Implikasi Logisisme dalam Pendidikan Matematika


Matematika sangat membutuhkan logika dalam berpikir. Belajar matematika tanpa
adanya logika tidak akan berjalan. Belajar matematika juga sangat membutuhkan
kerativitas dan berpikir kritis. Sehingga dalam pembelajaran guru harus memberi
kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu rumus. Hal ini mengajarkan siswa untuk
berpikir deduktif yang merupakan ciri dari matematika yang menekankan pada
penalaran.
Namun saat ini seringkali guru hanya memberi materi dan rumus tanpa mengajarkan
atau memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri rumus itu. Mungkin
alasan guru melakukan itu hanya untuk mengejar ujian akhir nasional. Pada ujian akhir
nasioanal yang dibutuhkan hanyalah jawaban yang benar tanpa mempedulikan
bagaiaman siswa dapat memperoleh jawaban itu, sehingga guru hanya menjejali siswa
dengan rumus-rumus. Guru menganggap bahwa awal menemukan langkah atau rumus
itu tidaklah penting. Sehingga kreativitas siswa sangat kurang berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Endang. 2004. Sejarah dan Filsafat Matematika. (online),


(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195401211979
031-ENDANG_MULYANA/MAKALAH/Aliran_matematika.pdf, diunduh pada 17
Februari 2016)
Sumardyona. 2004. Karakteristik dan Impikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika.
(online),
(http://p4tkmatematika.org/downloads/ppp/PPP04_KarMtk.pdf, diunduh pada 19
Februari 2016)

Anda mungkin juga menyukai