Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN RISIKO PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

DI NUSA PENIDA
Andi Makkulau1; Supriadi Legino2
andi.mk@sttpln.ac.id1
Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik – PLN

ABSTRAK

Ketidaklayakan suatu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) disebabkan kurang cermat dan akuratnya
analisis feseability study yang dilakukan, berdasarkan hasil dari penelitian Wisnu (2012) bahwa PLTS Nusa
Penida masih terdapat kendala dalam masalah teknis dan pemeliharaan.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu acuan pedoman manajemen risiko bagi pembangkit
khususnya PLTS Nusa Penida. Djohandiputro (2004) ber pendapat bahwa manajemen risiko terdapat lima siklus,
yaitu identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan, pengawasan dan pengendalian
risiko.
Untuk merancang kajian pedoman manajemen risiko, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metodologi penelitian kualitatif dengan menggunakan varian penelitian studi kasus.Teknik pengumpulan data
melalui data sekunder berupa laporan kajian dan penelitian (Wisnu, 2012) kemudian data primer berupa
wawancara, dilanjutkan dengan kajian risiko, kertas kerja manajemen risiko PLN, serta teknik analisa data.
Dalam pengelolaan manajemen risiko, PT PLN (Persero) menerbitkan petunjuk teknis penyusunan kajian
risiko sama seperti yang telah di jabarkan oleh Djohandiputro (2004) yang diterbitkan melalui nota dinas no :
00024/030/KDIVMRO/2014 perihal petunjuk teknis dan kertas kerja kajian risiko tanggal 16 Juni 2014 dan
peraturan Direksi PLN no : 03355.K/DIR/2014 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan PLN tanggal
22 Juli 2014 yang dijadikan acuan peneliti untuk membuat suatu acuan pedoman manajemen risiko bagi PLTS
Nusa Penida.

Kata kunci : Risiko, Manajemen Risiko, PLTS Nusa Penida, PT.PLN (Persero

ABSTRACT

Inadequacy of a Solar Power Plant (SPP) due to inaccuracy analysis of feseability studies conducted, based
on the results of the wisnuresearch (2012) that SSP Nusa Penida are still major obstacles in technical problems
and maintenance.
This research aims to devise a benchmark for risk management guidelines, especially solar power plants in
Nusa Penida. Djohandiputro (2004) argues that there are five cycles of risk management, ie risk identification, risk
measurement, risk mapping, models of management, supervision and risk control.
To design a risk management assessment guidelines, research was conducted using qualitative research
methodology by using a variant of case study research. Data was collected through secondary data from studies
and research reports (Wisnu, 2012) then the primary data in the form of interviews, followed by a risk
assessment, risk management PLN working papers, as well as data analysis techniques.
In risk management, PT PLN (Persero) published a technical manual preparation of risk assessments, is the
same as it has been argued by Djohandiputro (2004) by the published memos no: 00024/030 / KDIVMRO / 2014
concerning the technical manual and paper work risk assessment dated June 16th, 2014 and regulations of the
Board of Directors PLN no: 03355.K / DIR / 2014 on Risk Management in the Environment PLN dated July 22 nd
2014 as the reference for researchers to make a reference to the risk management guidelines for PLTS Nusa
Penida.

Key word: Risk, Risk Management, Nusa Penida Power Plant, PT PLN (Pesero)

1. Pendahuluan keterbatasan kemampuan PLN dalam melakukan


Pengembangan energy baru dan terbarukan di investasi.
dalam rencana pengembangan kelistrikan khususnya Pulau Nusa Penida adalah suatu pulau di Indonesia
di wilayah kerja PT. PLN (Persero) (PLN) mengambil yang terletak 115.30E L dan 08.45S B , berdekatan
peranan penting, oleh karena itu, untuk mencapai dengan beberapa pulau lainnya yaitu Pulau Nusa
tujuan memperkuatketahananenergi, meningkatkan Ceningan, Pulau Nusa Lembongan yang sedikit
rasio elektrifikasi tersebut, PLN memprogramkan terisolasi. Total luas Pulau Nusa Penida 20.057 ha
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya dihuni oleh 42.500 penduduk, saat ini aktivitas
(PLTS). Proyek PLTS ini bertujuan memberikan ekonomis masyarakat bertumpu pada pertanian dan
peluang bagi Pihak Swasta atau dapat disebut perikanan. Disamping itu penduduk di pulau ini juga
Independent Power Producer (IPP) untuk melakukan kesulitan air bersih. Meskipun demikian Pemerintah
investasi dan sekaligus sebagai solusi atas Pusat maupun Pemerintah Provinsi Bali menetapkan
Pulau Nusa Penida sebagai salah satu daerah tujuan

JURNAL ENERGI & KELISTRIKAN VOL. 7 NO. 2, JUNI - DESEMBER 2015 | 167
wisata baik wisata alam maupun wisata energi dimaksudkan Wideman (1992) sebagai risiko, yaitu
(Wisnu, 2012). kemungkinan menghadapi akibat-akibat yang
Untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah merugikan.
manajemen risiko, maka PLN telah menyiapkan Risiko yang dihadapi organisasi atau
strategi penanganan masalah manajemen risiko. perusahaan perlu diantisipasi agar kemungkinan-
menurut Djohandiputro (2004) terdapat 5 (lima) kemungkinan yang dapat merugikan dapat dihindari
tahapan siklus manajemen risiko dalam perusahaan, atau jika tidak dapat dihindari maka kemungkinan
yaitu Identifikasi Risiko, Pengukuran Risiko, tersebut dibuat sekecil-kecilnya. Hal ini merupakan
Pemetaan Risiko, Model Pengelolaan Risiko, fungsi utama Manajemen Risiko.
Pengawasan dan pegendalian resiko yang termasuk
dalam evaluasi. 2.3.1 Siklus Manajemen Risiko
Untuk mengatasi masalah manajemen risiko dalam Menurut Djohandiputro (2004) pada intinya,
penelitian ini, PLN telah membuat petunjuk teknis siklus manajemen risiko dalam perusahaan terdiri dari
penyusunan kajian risiko sesuai dengan nota dinas lima tahap, seperti tampak dalam gambar, 2,1.
no : 00024/030/KDIVMRO/2014 perihal petunjuk
teknis dan kertas kerja kajian risiko tanggal 16 Juni
2014 dan peraturan Direksi PLN no : Evaluasi Pihak
berkepentingan
Identifikasi risiko
03355.K/DIR/2014 tentang Penerapan Manajemen
Risiko di Lingkungan PT PLN (Persero) tanggal 22
Pengawasan dan pengendalian
Juli 2014. risiko
Pengukuran risiko

2.... KAJIAN PUSTAKA


2.1 Penelitian terdahulu Model pengelolaan risiko Pemetaan risiko
Dalam menyusun penelitian ini, diperlukan untuk
melakukan kajian pustaka guna mencari referensi
ilmiah terkait teori yang digunakan dalam penelitian. Gambar 2.1Siklus Manajemen Risiko
Seperti penelitian terdahulu, dalam penelitian ini (Djohandiputro, 2004)
mengambil penelitiandari penelitian Zainal (2007)
yang berjudul “Manajemen Risiko dan Kelangsungan
Investasi pada PT X”. Kemudian penelitian (Dewi, 2.3.2 Masalah dalam identifikasi dan klasifikasi
2012) dalam judul “Risiko konstruksi pada risiko
pembangkit listrik konvensional, sebagai masukan Keragaman dalam mengambil keputusan dalam
untuk konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir manajemen, menyebabkan sulitnya mengidentifikasi
(PLTN) pertama di indonesia”, dan penelitian Wisnu seluruh risiko dalam suatu perusahaan, apalagi
(2012) dalam penelitian yang berjudul “Optimasi mengklasifikasikannya. Risiko perusahaan dapat
Pemasangan PLTS Dalam Sistem Hibrida Di Nusa dikategorikan kedalam empat jenis risiko : keuangan,
Penida”. operasional, strategis dan eksternal. Masing-masing
kategori terdiri dari beberapa jenis risiko.
2.2 Pengertian Risiko
Pengertian paling umumdan mungkin definisi 2.3.3 Pemetaan Risiko
terbaik dari risiko adalah “kemungkinan untuk Pemetaan risiko merupakan kelanjutan dari tahap
kehilangan/kerugian, cedera, ketidak beruntungan pengukuran risiko. Dalam arti luas, pemetaan risiko
atau kerusakan” (Simmons, 2003). Sesuatu dikatakan padap rinsipnya merupakan penyusunan risiko,
pasti (certain) apabila yang akan terjadi nanti sudah berdasarkan kelompok-kelompok tertentu sehingga
dapat diketahui dengan pasti saat ini. Sesuatu yang manajemen dapat mengidentifikasikan karakter dari
tidak pasti,(uncertain) apabila apa yang akan terjadi tiap-tiap risiko dan menetapkan tindakan yang sesuai
nantinya tidak dapat diketahui saat ini. Sedangkan terhadap masing-masing risiko.
risiko (risk) adalah keadaan yang berada diantara
pasti atau tidak pasti, dimana tidak diketahui apa 2.3.5 Teknik Penanganan (mitigation) risiko
yang akan terjadi, namun kemungkinan-kemungkinan Risk Response adalah tanggapan atau reaksi
yang akan timbul bias diperkirakan. terhadap risiko yang dilakukan oleh setiap orang atau
Risiko dapat dikategorikan dalam beberapa perusahaan dalam pengambilan keputusan yang
cara, diantaranya spekulatif-murni, statis-dinamis, dipengaruhi oleh risk attitude dari pengambilan
diketahui-tidak diketahui, dan diskrit-skala waktu. keputusan (decicion maker) (lanagandan Norman,
1993) tindakan yang dilakukan disebut tindakan
2.3 Manajemen Risiko mitigasi atau penanganan risiko (risk mitigation).
Menurut Wideman (1992) fungsi manajemen Risiko yang muncul kadang-kadang tidak dapat
risiko adalah untuk memindahkan ketidakpastian dari dihilangkan sama sekali tetapi hanya dapat dikurangi
risiko menjadi peluang. Pengertian tentang fungsi sehingga akan timbul risiko sisa (residual risk)
manajemen risiko ini dirasakan belum lengkap Tindakan dalam menangani risiko (risk mitigation)
mengingat tidak semua dapat dijadikan peluang. harus dilakukan setelah mengetahui risiko-risiko yang
Dorfman (2007) mendefenisikan manajemen teridentifikasi memberikan dampak yang besar
risiko sebagai suatu pendekatan yang logis untuk terhadap suatu pekerjaan. Apabila risiko bersifat
menyelesaikan masalah yang dihadapi suatu dapat diterima dan dapat diabaikan, maka risiko tidak
organisasi atau perusahaan yang disebabkan oleh perlu mendapatkan perhatian besar untuk ditangani,
adanya kemungkinan rugi. Kemungkinan rugi ini yang

168 | JURNAL ENERGI & KELISTRIKAN VOL. 7 NO. 2,JUNI - DESEMBER 2015
yaitu dengan menahan risiko (retention risk) dan
mengurangi risiko (reduction risk). Jika risiko bersifat
tidak dapat diterima sepenuhnya dan tidak
diharapkan, maka risiko perlu ditangani dengan
memidahkan risiko (risk transfer) dan menghindari
risiko (risk avoidance) jika dampak dari risiko itu tidak
dapat di terima (unnaceptable).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil temuan penelitian didapatkan bahwa
sebaik apapun perusahaan telah merancang suatu
program manajemen risiko, hal – hal sedetail apapun
harus diperhatikan, mulai dari tahap awal hinggal
akhir. Siklus manajemen risiko harus benar – benar
Gambar 4.1 Pemetaan Risiko (PLN Divisi EBT, 2014)
diperhatikan, juga hubungan antar karyawan dan
pimpinan, perusahaan dengan media, masyarakat
dan pemerintah harus dibina lebih baik, terutama
Tabel 1 Tabel Evaluasi Pemetaan Risiko
masalah komunikasi dalam manajemen risiko agar
fungsi dari manajemem risiko dapat berjalan dengan
baik. FORMULA TINGKAT RISIKO SESUAI RISK APPETITE :
Sebagai hasil diskusi berikut ini adalah bagan
manajemen risiko yang harus dilakukan oleh E EKSTREM E.5 D.5 C.5 B.5 E.4 D.4
perusahaan terutama Pembangkit Listrik Tenaga
Surya di Nusa Penida Bali. T TINGGI A.5 C.4 B.4 A.4 E.3 D.3 C.3

M MODERAT B.3 A.3 E.2 D.2 C.2 E.1

R RENDAH B.2 A.2 D.1 C.1 B.1 A.1

Manajemen

Risiko PLTS Nusa


CONTROLLED RESIDUAL
Penida NO RISIKO YANG TERIDENTIFIKASI
RISK RISK

Identifikasi 1 4 20 33
Proses PQ oleh PLN Wilayah yang belum akurat terhadap evaluasi teknis dan
1 B.3./ Moderat B.3./ Moderat
Risiko finansial pengembang IPP
2 Proses Penyusunan KKO dan KKF yang tidak standard A.4./ Tinggi A.3./ Moderat
3 Kualitas Feasibility Study yang kurang baik C.5./ Ekstrem B.3./ Moderat
Evaluasi studi FS oleh PLN Pusat: Kualitas Feasibility Study yang kurang baik
4 C.3./ Tinggi B.3./ Moderat
serta waktu pengecekan FS yang cenderung lama
Pengawasan dan Pengukuran
KAJIAN RISIKO 5 Terlambatnya penandatanganan PPA C.4./ Tinggi B.3./ Moderat
pengendalian
Proses PQ oleh PLN Wilayah yang 6 Permintaan penyesuaian Tarif Tenaga Listrik dari IPP B.4./ Tinggi B.2./ Rendah
Risiko belum akurat terhadap evaluasi teknis Risiko 7 Proposal pengembangan IPP yang tidak bankable B.3./ Moderat B.3./ Moderat
dan finansial pengembang IPP
Proses Penyusunan KKO dan KKF 8 Perijinan yang lambat keluar B.3./ Moderat B.2./ Rendah
yang tidak standar Overrun cost akibat kurang sesuai informasi yang diberikan didalam Feasibilty
9 A.4./ Tinggi B.3./ Moderat
Study dengan kondisi aktual dilapangan
Kualitas Feasibility Study yang kurang 10 Ketidaksiapan jaringan PLN B.2./ Rendah B.2./ Rendah
baik
11 Pembangkit listrik yang sering trip B.3./ Moderat A.3./ Moderat
Evaluasi studi FS oleh PLN Pusat:
Kualitas Feasibility Study yang kurang
baik serta waktu pengecekan FS yang
cenderung lama
Terlambatnya penandatanganan PPA
5. Kesimpulan
Permintaan penyesuaian Tarif Tenaga
Listrik dari IPP
5.1 Risiko yang dihadapi PLTS Nusa Penida
Proposal pengembangan IPP yang
tidak bankable
Berdasarkan penelitian Wisnu (2012) Risiko
Perijinan yang lambat keluar yang dihadapi PLTS Nusa Penida adalah masalah
Overrun cost akibat kurang sesuai
informasi yang diberikan didalam tata letak PLTS yang tidak sesuai, kurangnya sistem
Model Feasibilty Study dengan kondisi aktual Pemetaan
Pengelolaan dilapangan Risiko monitoring yang optimal sehingga data-data yang
Ketidaksiapan jaringan PLN
Risiko
Pembangkit listrik yang sering trip
dibaca kurang akurat sehingga jika terjadi kerusakan
akan sulit untuk dipantau, dan juga kapasitas
terpasang kurang memadai kebutuhan yang
seharusnya yaitu sebesar 20 % dari beban sistem
Nusa Penida, sehingga risiko yang dihadapi adalah
4. Pemetaan Risiko kurangnya Feasibility study pada saat perencanaan
Langkah selanjutnya adalah membuat pemetaan dan pemasangan PLTS dan juga risiko operasional
terhadap risiko. dalam pengoperasian PLTS Nusa Penida.

5.2 Manajemen Risiko Terhadap Kelangsungan


Operasi PLTS Nusa Penida
Dibutuhkan suatu sistem manajemen risiko yang
baik serta komunikasi hubungan antar karyawan dan
pimpinan, perusahaan dengan media, masyarakat
dan pemerintah harus dibina lebih baik agar PLTS
atau pembangkit dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan harapan.
Untuk mengatasi masalah manajemen risiko
dalam penelitian ini, PLN telah membuat petunjuk
teknis penyusunan kajian risiko sesuai dengan nota

JURNAL ENERGI & KELISTRIKAN VOL. 7 NO. 2, JUNI - DESEMBER 2015 | 169
dinas no : 00024/030/KDIVMRO/2014 perihal Moeloeng, Lexi J, (1996) Metode Penelitian Kualitatif,
petunjuk teknis dan kertas kerja kajian risiko tanggal PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
16 Juni 2014 dan peraturan Direksi PLN no : Moeloeng, Lexi J, (2000) Metode Penelitian Kualitatif,
03355.K/DIR/2014 tentang Penerapan Manajemen PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Risiko di Lingkungan PT PLN (Persero) tanggal 22 Simmons, Chester, (2003) Risk Management
Juli 2014. (Managing standards)
Dari hasil penelitian dibuatkan pedoman kajian Yin, Robert K, (2002) Studi kasus: Desain & Metode,
manajemen risiko untuk PLTS Nusa Penida dimulai PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
dari KKO, KKF, dan langkah-langkah manajemen Wideman, Max (1992), Project and Program Risk
risiko seperti langkah-langkah mengidentifikasi risiko, Management: A guide to Managing Project Risk
mengukur risiko, pemetaan risiko, model Opportunities, PMBOK Handbook, Project
pengelolaan, pengawasan dan pengendalian risiko Management Institute. USA.
sesuai dengan pemaparan Djohandiputro (2004).
Penelitian dan Tesis :
Dewi, (2012), Risiko Konstruksi Pada Pembangkit
DAFTAR PUSTAKA Listrik Konvensional, sebagai masukan untuk
Buku konstruksi PLTN pertama di Indonesia, BATAN
Darmawi, H (2004), Manajemen Risiko, Jakarta, Bumi Indonesia.
Aksara. Wisnu, Taufik (2012), Optimasi Pemasangan PLTS
Djohandiputro, Bramatyo (2004), Manajemen Risiko dalam Sistem Hibrida di Nusantara, STT-PLN.
Korporat terintegrasi, PPM Zainal, Ade Faisal (2007), Manajemen Risiko dan
Dorfman, Mark S, (2007), Introduction to Risk kelangsungan Investasi pada PT X. Universitas
Management and insurance, Prentice Hall, USA Mercu Buana Jakarta
Flanagan R , Norman (1993), Risk Management and
construction, Blackwell Science, Australia.

170 | JURNAL ENERGI & KELISTRIKAN VOL. 7 NO. 2,JUNI - DESEMBER 2015

Anda mungkin juga menyukai