Anda di halaman 1dari 22

Tujuan pemeriksaan laboratorium, diantaranya untuk mendeteksi adanya penyakit,

menentukan faktor risiko penyakit, memantau perkembangan penyakit dan memantau


efektivitas pengobatan. Hasil pemeriksaan laboratorium memiliki peranan penting dalam
pengambilan keputusan medis, karena itu akurasi hasil menjadi suatu keharusan. Hasil
pemeriksaan yang tidak akurat dikarenakan persiapan pemeriksaan yang kurang optimal akan
menyebabkan tujuan pemeriksaan tidak tercapai dan dapat mengakibatkan diagnosa yang
kurang tepat dan berujung pada penanganan medis yang kurang tepat pula.

Persiapan pasien tergantung dari jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Berikut ini, kami
sampaikan beberapa persiapan pemeriksaan yang umum dianjurkan :

1. Pasien harus puasa minimal selama 10 jam sebelum pengambilan darah, kecuali untuk
pemeriksaan glukosa puasa minimal 8 jam. Untuk pemeriksaan trigliserida, sebaiknya
pasien puasa selama 12 jam.

2. Selama puasa, pasien tidak diperbolehkan makan dan minum, kecuali air putih.

3. Hindari merokok, makan permen karet, minum kopi dan teh (tanpa gula), alkohol,
addictive drugs (seperti amphetamine, morphine, heroin, cannabis) karena akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan.

4. Jangan berpuasa lebih dari 14 jam.

5. Jangan melakukan aktivitas berat seperti berolahraga sebelum pengambilan darah.

6. Pengambilan darah sebaiknya dilakukan pagi hari, antara pukul 07.00 - 09.00. Hal ini
karena pagi hari merupakan keadaan basal tubuh dimana pada umumnya belum
melakukan banyak aktivitas.

Terkadang sebagian pasien masih mengabaikan anjuran tersebut, baik karena lupa, terlalu
sulit dilakukan ataupun karena kesibukan yang tidak memungkinkan pasien mengikuti
anjuran tersebut. Padahal persiapan pemeriksaan ini dibuat berdasarkan berbagai
pertimbangan yang fokus pada keselamatan pasien (patient safety).

Berikut penjelasan anjuran persiapan sebelum pemeriksaan:

1. Mengapa Harus Puasa?

Kandungan gizi dalam makanan dan minuman yang Anda konsumsi akan diserap ke dalam
aliran darah dan bisa memberikan dampak langsung pada tingkat glukosa darah, lemak dan
besi. Puasa minimal selama 10-12 jam (kecuali glukosa minimal 8 jam) akan mengurangi
variabilitas substansi tersebut dan juga variabilitas substansi lain dalam darah. Hal ini untuk
memastikan agar hasil pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh konsumsi makanan terakhir dan
dapat diinterpretasikan dengan benar oleh dokter.

Beberapa pemeriksaan yang mewajibkan puasa, antara lain : pemeriksaan glukosa, kolesterol
( profil lipid/lemak), urea dan asam urat.
Puasa dalam konteks laboratorium adalah tidak mengonsumsi makanan dan minuman
(kecuali air putih) dalam jangka waktu yang ditentukan. Anda sebaiknya meminum air putih
dalam jumlah cukup, karena tubuh yang terhidrasi dengan baik akan memberikan gambaran
kadar pemeriksaan yang sebenarnya.

Jika Anda tidak berpuasa atau berpuasa dalam waktu yang lebih singkat dari yang dianjurkan,
pemeriksaan yang Anda lakukan akan memberikan hasil yang tidak akurat karena
pemeriksaan tertentu masih dipengaruhi oleh makanan. Untuk itu Anda sebaiknya mengulang
pemeriksaan tersebut untuk mendapatkan hasil yang akurat. Jika Anda merasa berpuasa justru
akan menimbulkan masalah bagi kondisi tubuh, Anda dapat mengkonsultasikannya kepada
dokter atau perawat.

2. Berapa lama sebaiknya Anda berpuasa?

Umumnya, pasien diminta untuk puasa selama 12 jam sebelum melakukan pemeriksaan
laboratorium kecuali jika Anda hanya diminta periksa glukosa, puasa cukup dilakukan selama
8 jam. Namun, dokter atau perawat mungkin akan memberikan saran dan masukan yang
berbeda. Agar mendapatkan hasil tes yang akurat, lakukan saran dokter atau perawat.

3. Mengapa tidak mengkonsumsi obat-obatan atau jika tidak harus melaporkan obat-
obatan yang dikonsumsi?

Ketika hendak melakukan pemeriksaan, pasien tidak diperkenankan untuk mengonsumsi


obat-obatan. Beberapa obat akan berdampak terhadap hasil tes darah. Tetapi ini tidak berarti
Anda diwajibkan untuk berhenti minum obat. Misalnya, penggunaan oral corticosteroids
dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Untuk itu Anda diharapkan
menginformasikan obat-obat yang dikonsumsi ke pihak laboratorium. Hal ini bertujuan untuk
membantu pihak laboratorium dalam memvalidasi hasil Anda.

4. Mengapa pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada 07.00-09.00 pagi?

Pemeriksaan laboratorium sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena merupakan keadaan
basal tubuh setelah beristirahat pada malam hari. Selain itu tubuh kita memiliki variasi
biologis sesuai dengan waktu, artinya kadar analit yang diperiksa pada pagi hari dapat
memberikan hasil yang berbeda jika diperiksa pada sore hari. Contohnya pemeriksaan
hormon Cortisol, kadarnya akan meningkat pada pagi hari dan mencapai kadar terendah pada
sore hari. Untuk itu pastikan Anda mengikuti petunjuk dokter atau petugas laboratorium
sebelum periksa laboratorium.

Persiapan pemeriksaan yang benar merupakan hal yang perlu Anda lakukan , sebagai upaya
untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, untuk diagnosa dan pengobatan yang
tepat oleh dokter. Lakukan dengan benar untuk menghindari pemeriksaan ulang atau
menghindari pemeriksaan tambahan yang tidak perlu.
Kenali Jenis dan Fungsi Tes Darah

Tes darah merupakan pemeriksaan sampel darah yang diambil dari tusukan pada jari
atau melalui pembuluh darah di bagian tubuh tertentu, seperti lengan dengan
menggunakan jarum. Tes darah bertujuan untuk mendeteksi penyakit, mengetahui
fungsi organ, mendeteksi racun, obat, atau zat tertentu, dan memeriksa kondisi
kesehatan secara keseluruhan.

Setelah sampel darah diambil, sampel darah dimasukkan ke dalam botol kecil khusus lalu
dibawa ke laboratorium. Di tempat ini, sampel darah akan diperiksa di bawah mikroskop atau
diuji dengan bahan kimia, tergantung dari jenis dan tujuan tes darah.

Mengapa Tes Darah?

Darah mengalir ke seluruh tubuh, bertindak sebagai media yang membawa nutrisi dan
oksigen ke jaringan dan seluruh sel. Darah juga membawa produk-produk limbah kembali
ke sistem ekskresi untuk pembuangan. Aliran darah di dalam tubuh memengaruhi atau
dipengaruhi oleh banyak kondisi medis. Karena alasan inilah, tes darah menjadi salah satu tes
yang paling umum untuk dilakukan.

Beberapa alasan lain mengapa tes darah dilakukan adalah sebagai cara untuk memantau
aktivitas dan tingkat keparahan kondisi tertentu. Selain itu, tes darah juga berfungsi untuk
melakukan pengecekan golongan darah sebelum menerima transfusi darah, untuk mengetahui
konsumsi obat-obatan terlarang, serta untuk menentukan pengobatan yang tepat bagi
penderita penyakit tertentu.

Prosedur Pengambilan Darah

Pengambilan sampel darah umumnya menggunakan teknik venipunktur. Venipunktur adalah


proses pengambilan darah melalui pembuluh vena dengan menggunakan jarum kecil.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:

 Dokter atau petugas medis akan membalut lengan dengan pengikat lengan atau
tourniquet. Tujuannya untuk memperlambat aliran darah dan menjadikan pembuluh
vena lebih menonjol. Hal ini membuat proses pengambilan darah menjadi lebih
mudah.
 Petugas medis mengidetifikasi letak pembuluh vena, lalu membersihkan area tersebut
dengan alkohol.
 Petugas medis mengambil darah menggunakan jarum.
 Bekas tusukan ditutup menggunakan plester.

Prosedur pengambilan darah biasanya berlangsung 5-10 menit. Proses ini bisa lebih cepat jika
pembuluh vena mudah ditemukan. Jika sampel yang dibutuhkan hanya sedikit, dapat
dilakukan pengambilan sampel darah melalui jari, yaitu dengan menusukkan jarum kecil ke
ujung jari lalu menekan-nekan ujung jari agar tetesan darah keluar dan dapat ditampung.
Meski terlihat menyeramkan, sebenarnya proses pengambilan darah yang benar hanya sedikit
menimbulkan rasa sakit.

Beragam Jenis Tes Darah yang Perlu Anda Ketahui

Sebelum Anda melakukan tes darah, tidak ada salahnya mengenal lebih lanjut beragam jenis
tes darah beserta fungsinya, sehingga Anda tahu apa tujuan dari jenis tes darah yang dijalani.
Berikut ini merupakan beragam jenis tes darah.

 Tes darah lengkap


Tes darah lengkap atau yang disebut juga dengan tes hitung darah lengkap sebenarnya
tidak memberikan diagnosis yang definitif terhadap suatu kondisi. Meski begitu,
pemeriksaan ini dapat memberikan petunjuk penting mengenai masalah kesehatan
dalam diri Anda yang mungkin terjadi. Pemeriksaan darah ini akan melihat tinggi-
rendahnya hemoglobin, jumlah sel darah putih, hematokrit, dan tinggi-rendahnya
jumlah keping darah (trombosit).
 Uji protein C – reaktif
Tes darah ini bertujuan untuk mengetahui adanya peradangan. Protein C-reaktif
(CRP) adalah protein yang diproduksi oleh hati. Jika protein C-reaktif lebih tinggi
dari normal, artinya terjadi peradangan di dalam tubuh.
 Tingkat sedimentasi eritrosit (laju endap darah)
Tes darah ini dilakukan untuk mengetahui seberapa parah peradangan yang terjadi di
dalam tubuh. Peradangan bisa disebabkan oleh infeksi, tumor, atau penyakit
autoimun. Pemeriksaan ini dikerjakan dengan cara melihat seberapa cepat sel darah
merah mengendap ke dasar tabung pengujian. Semakin cepat sel darah merah
mengendap, semakin tinggi tingkat peradangan. Tes ini biasanya dilakukan untuk
mendiagnosis kondisi seperti endokarditis, radang sendi, polymyalgia rheumatica,
radang pembuluh darah (vaskulitis), dan penyakit Crohn.
 Tes elektrolit
Elektrolit (mineral di dalam tubuh) berfungsi untuk menjaga keseimbangan
kandungan air yang sehat di dalam tubuh, menunjang listrik saraf, membantu
memindahkan nutrisi ke dalam sel-sel tubuh berikut limbah yang diproduksi keluar
dari sel-sel tersebut, dan menstabilkan kadar alkali dan asam di dalam tubuh.
Perubahan level mineral di dalam tubuh dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti
diabetes, dehidrasi, gagal ginjal, penyakit hati, gangguan jantung, atau sedang
menjalani pengobatan tertentu. Uji elektrolit juga dapat dilakukan untuk menilai kadar
elektrolit di dalam tubuh setelah mendapatkan terapi untuk mengatasi gangguan
elektrolit.
 Tes koagulasi
Tes ini dilakukan untuk melihat adakah masalah pembekuan darah, seperti yang
dialami oleh penderita penyakit von Willebrand dan hemofilia. Tes ini dilakukan
dengan melihat atau mengukur seberapa cepat darah menggumpal.
 Tes fungsi tiroid
Tes ini akan menguji sampel darah dengan melihat tingkatan hormon tiroid,
triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4), serta TSH (Thyroid Stimulating Hormone).
Biasanya tes ini akan dilakukan jika dokter Anda mencurigai adanya tiroid yang
kurang aktif atau terlalu aktif.
 Tes enzyme-linked immunosorbent assay atau ELISA
Tes darah ini biasanya dilakukan untuk melihat adanya antibodi dalam tubuh. Jika
Anda mengalami infeksi bakteri atau virus seperti HIV, toksoplasma, atau mungkin
mengidap alergi, sistem kekebalan tubuh akan menghasilkan antibodi spesifik dalam
menanggapi alergi atau infeksi. Tes ini berguna untuk memastikan tingkat
keparahannya atau adanya sumber paparan (alergen) yang tidak umum.
 Analisa gas darah
Tes darah ini dilakukan guna mengevaluasi tingkat keasaman (pH) darah dan kadar
gas dalam darah seperti oksigen dan karbondioksida. Analisa gas darah adalah
pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk meninjau gangguan keseimbangan asam
basa tubuh seperti asidosis dan alkalosis, untuk meninjau fungsi paru dan respon
terapi oksigen pada paru-paru, serta untuk menilai apakah terdapat gangguan ginjal.
 Tes darah untuk menilai risiko penyakit jantung
Tes darah ini dimaksudkan untuk mengetahui risiko penyakit jantung koroner. Tes ini
meliputi pemeriksaan kolestrol baik (HDL), kolesterol buruk (LDL), dan lemak dalam
darah (trigliserida). Kadar kolesterol buruk dan trigliserida yang tidak normal dalam
darah dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Kebanyakan orang
diharuskan berpuasa selama 9-12 jam sebelum tes dilakukan.

Selain beberapa jenis tes darah di atas, ada beberapa prosedur lainnya seperti tes genetik atau
kromosom, tes golongan darah, tes kanker, tes enzim jantung, tes fungsi hati dan ginjal,
sertapengecekan glukosa.

Tes darah dapat dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai kondisi kesehatan atau
penyakit apa yang mungkin Anda alami. Jika Anda memerlukan atau dianjurkan dokter untuk
tes darah, lakukanlah di klinik, laboratorium medis, atau rumah sakit yang terpercaya.

Terakhir diperbarui: 29 Agustus 2018


Ditinjau oleh: dr. Kevin Adrian
Manfaat tujuan pemeriksaan laboratorium salah satunya adalah digunakan untuk menegakkan
diagnosa penyakit dan juga memantau perkembangan pengobatan terhadap suatu jenis penyakit
tertentu melalui pemeriksaan yang diperlukan. Karena memang untuk bisa menegakkan diagnosa
penyakit diperlukan beberapa media pemeriksaan baik itu hasil anamnese medis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan radiologi (rontgen) dan juga laboratorium pula. Sampel lab bisa diambil dari pasien
berupa darah, sputum, air kencing (urine), dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan pengertian pemeriksaan laboratorium adalah merupakan suatu tindakan dan
prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita (pasien), yang
bisa berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis
atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis,
dan pemeriksaan lainnya yang diperlukan.

Jenis Pemeriksaan Laboratorium

 Kimia Klinik. Pemeriksaan lab dalam bagian kimia klinik ini mempunyai tujuan mendeteksi
awal adanya infeksi virus, memperkirakan status imun seseorang dan juga dapat digunakan
dalam rangka pemantauan respon pasca vaksinasi.
 Hematologi. Pemeriksaan darah hematologi ini adalah bagian dari penilaian komponen sel
darah secara lebih lengkap, yang bertujuan dan bermanfaat dalam rangka mengetahui
adanya kelainan darah seperti anemia ( kurang darah ), adanya infeksi atau kelainan sel
darah putih yang lain, alergi dan gangguan pembekuan darah akibat kelainan jumlah
trombosit. Pemeriksaan meliputi keseluruhan darah dan plasma. Mereka melakukan
perhitungan darah dan selaput darah
 Imunologi. Pemeriksaan imunologo darah ini bertujuan untuk mendeteksi awal adanya
infeksi virus, mempekirakan status imun dan juga menguji antibodi pada diri seseorang yang
akan diperiksa terkait dengan penyakit yang sedang dialami.
 Mikrobiologi. Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikrobiologi adalah pemeriksaan lab
terhadap sampel darah, urin , feses , serta sekret dan kerokan kulit yang dapat dilakukan
melalui pemeriksaan mikroskopis, pengecatan maupun pembiakan.
 Patologi. Adalah merupakan jenis pemeriksaan bedah menguji organ, ekstremitas, tumor,
janin, dan jaringan lain yang dibiopsi pada bedah seperti masektomi payudara.
 Sitologi. Adalah jenis pemeriksaan untuk menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim)
untuk membuktikan kanker dan lain-lain.
 Serologi. Menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti Hepatitis atau HIV
AIDS.
 PCR (Polimerase Chain Reaction). Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan teknologi
amplifikasi asam nukleat virus, untuk mengetahui ada tidaknya virus / DNA virus, untuk
memperkirakan jumlah virus dalam tubuh, untuk mengetahui jenis virus ( genotipe atau
subgenotipe ) yang menginfeksi.

Tujuan Pemeriksaan Laboratorium Darah


Ada beberapa tujuan dan manfaat dari pemeriksaan darah maupun pemeriksaan laboratorium
lainnya yaitu diantaranya :

1. Pemeriksaan Penunjang dalam menegakkan diagnosis penyakit.


2. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis.
3. Membantu pemantauan pengobatan dan juga pemberian obat.
4. Memantau perkembangan penyakit pasien.
5. Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis yang mungkin menyertai.
6. Menyediakan informasi prognostik atau perjalanan sebuah penyakit.

Persiapan Pasien Yang akan diperiksa laboratorium.


Beberapa persiapan yang umumnya dilakukan seseorang ketikan akan dilaksanakan dan dilakukan
pemeriksaan laboratorium antara lain adalah sebagai berikut :

 Puasa 10 sampai 12 jam, dianjurkan untuk puasa malam hari dan diambil darahnya di pagi
harinya.
 Tidak diperkenankan untuk meminum obat-obatan kecuali obat yang digunakan untuk
tujuan pemeriksaan. Hal ini berdasarkan petunjuk dan arahan dari dokter atau medis.

Panel Pemeriksaan Laboratorium

PANEL DEMAM.
Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya penyakit infeksi yang dapat menimbulkan
demam seperti halnya infeksi saluran nafas (Bronchitis, TBC), Infeksi Saluran kemih, Demam
Typhoid, Demam Berdarah, Malaria dan lain-lain. Untuk tujuan pengobatan dan mengetahui
perjalanan penyakit dapat dilakukan dengan kultur (biakan kuman dan juga dengan tes kepekaan
kuman terhadap antibiotika.
Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah :

 Hematologi Rutin.
 Urin Rutin.
 Malaria (Sediaan apus darah tepi).
 Widal, Anti Dengue IgG, IgM.
 SGOT, SGPT.

PANEL GANGGUAN FUNGSI HATI dan PETANDA HEPATITIS.


Manfaat dan kegunaan pemeriksaan fungsi hati dan penyakit hepatitis ini adalah untuk mengetahui
gangguan fungsi hati dan radang atau infeksi hati.
Pemeriksaan Gangguan Funsi Hati meliputi :

1. SGOT, SGPT.
2. Gamma GT, Alkali Fosfatase.
3. Total Protein dan fraksinya.
4. Bilirubin Total.

Pemeriksaan Petanda Hepatitis terdiri dari :

1. gM anti HAV
2. HBsAg.
3. Anti HCV.

Pemeriksaan uji saring vaksinasi hepatitis B adalah berupa pemeriksaan : HbsAg, Anti Hbs dan anti
Hbc.

PANEL GANGGUAN FUNGSI GINJAL.


Tujuan dan kegunaan pemeriksaan fungsi ginjal adalah dalam rangka mengetahui adanya gangguan
pada fungsi ginjal seseorang.
Jenis Pemeriksaan Fungsi Ginjal antara lain adalah sebagai berikut :

1. Urin Rutin.
2. Ureum, Kreatinin, Asam Urat.
3. Elektrolit yang terdiri dari : Natrium (Na), Kalium (K), Clorida (Cl), Kalsium.
4. Fosfat Anorganik (Pada umumnya diperiksa bagi usia > 40 tahun).

PANEL UJI SARING ANEMIA.


Kegunaan manfaat pemeriksaan laboratorium ini adalah untuk mengetahui adanya anemia dan juga
mengetahui penyebab anemia.
Jenis Pemeriksaan yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Analyzer Hematologi (HB,Ht,Leukosit,Hitung jenis lekosit,Indeks eritrosit.


2. Gambaran darah tepi, retikulosit.
3. Fe Serum, Fenritin, TIBC.

PANEL GANGGUAN METABOLISME GULA (DIABETES MELLITUS).


Pemeriksaan untuk diagnosa DM dan juga untuk follow up penyakit kencing manis adalah dengan
pemeriksaan gula darah dan urin puasa gula darah dan urin 2 jam pp.
Pemeriksaan Laboratorium Pengelolaan Penyakit DM adalah dengan melakukan pemeriksaan lab
gula darah puasa dan 2 jam PP, HbA1c (dilakukan setiap 3 bulan), urin rutin, benda keton, ureum,
kreatinin, asam urat, Mikroalbumin, Kolesterol total, HDL Kolesterol, LDL Kolesterol, Trigliserida.
MACAM – MACAM PEMERIKSAAN DI LABORATORIUM

1. Pemeriksaan Hematologi
Dalam sirkulasi darah didapatkan sel darah dan cairan yang disebut plasma. Sel darah tersebut
terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), trombosit (sel pembeku darah).
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui kelainan dari
kuantitas dan kualitas sel darah merah, sel darah putih dan trombosit serta menguji perubahan yang
terjadi pada plasma yang terutama berperan pada proses pembekuan darah. Pemeriksaan pada sel
darah meliputi kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, nilai eritrosit rerata (nilai NER), jumlah
leukosit dan trombosit. Selain itu pemeriksaan hematologi meliputi pula hitung retikulosit, hitung
eosinofil, aktifitas glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD), daya tahan osmotik eritrosit yang
dikenal sebagai resistensi osmotik eritrosit, penetapan fraksi hemoglobin dalam eritrosit yang
diperiksa dengan analisa hemoglobin, pemeriksaan sel lupus eritematosus (LE) serta penetapan
golongan darah. Selain itu, pemeriksaan hematologi yang terpenting adalah pemeriksaan hitung jenis
leukosit disertai dengan penilaian morfologi sel darah yang dapat diketahui dengan pemeriksaan
gambaran darah tepi. Pemeriksaan gambaran darah tepi dapat menilai kelainan bentuk dari eritrosit,
leukosit dan trombosit yang dapat menimbulkan kelainan secara hematologis.

Pemeriksaan hematologi dapat dilakukan secara manual yang memakan waktu cukup lama
dan tidak menunjukkan ketelitian serta ketepatan yang baik. Akhir-akhir ini dengan perkembangan
teknologi dalam bidang laboratorium, jumlah sel darah dapat dihitung dengan metoda otomatis yang
disebut blood cell counter.

Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika pemeriksaan hematologi dilakukan dengan blood cell
counter yang disertai pemantapan kualitas intra laboratorium yang ketat dengan menggunakan bahan
kontrol komersial. Hasil pemeriksaan diperoleh dalam waktu singkat serta hasil dapat dipercaya
karena memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi. Selain itu Laboratorium Klinik Utama Bio Medika
juga mengikuti pemantapan kualitas (quality control) yang dijalankan oleh Departemen Kesehatan
serta pemantapan kualitas yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
Indonesia.

2. Pemeriksaan Koagulasi

Pemeriksaan laboratorium yang menguji kelainan dalam plasma disebut sebagai pemeriksaan
koagulasi. Pemeriksaan koagulasi ini menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin,
uji activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar fibrinogen. Pemeriksaan ini
penting dilakukan pada pasien untuk mengetahui penyebab perdarahan atau untuk mengetahui
kelainan pada pasien yang cenderung mengalami perdarahan. Pemeriksaan koagulasi sebaiknya
dilakukan dengan menggunakan koagulometer otomatik agar didapatkan ketelitian dan ketepatan
yang tinggi. Selain itu alat tersebut dapat dipakai untuk memantau pasien yang menggunakan obat
antikoagulan oral seperti Simac dengan melakukan uji masa protrombin yang diikuti dengan
penetapan nilai INR.

Penilaian mengenai trombosit dapat dilakukan dengan mengetahui jumlah dan fungsi
trombosit. Jumlah trombosit diketahui dengan menghitung jumlah sel tersebut di dalam darah dengan
alat hitung sel darah otomatis dan fungsi trombosit dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
masa perdarahan dan uji agregasi trombosit. Uji agregasi ini dipakai untuk menguji salah satu dari
fungsi trombosit dan dapat dipakai untuk monitoring pasien yang menggunakan obat anti-trombosit.
Obat anti-trombosit ini dipakai untuk pencegahan terjadinya penyumbatan pembuluh darah seperti
pada infark miokard atau stroke.

3. Pemeriksaan Urin

Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan penyaring yang dipakai untuk mengetahui adanya
kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya, kelainan yang terjadi di luar ginjal,
untuk mendeteksi adanya metabolit obat seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan.
Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik/sedimen dan kimia urin. Pada
penyakit ginjal dapat diketahui adanya kerusakan ginjal, saluran kemih seperti infeksi, radang, adanya
trauma atau keganasan. Kelainan yang terjadi di luar ginjal juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan
urin, seperti adanya diabetes melitus (DM) dapat diketahui dengan pemeriksaan glukosa urin,
hepatitis dengan memeriksa adanya bilirubin dalam urin; perdarahan saluran kemih dapat pula
diketahui terutama yang belum terlihat warna merah dalam urin yang disebut mikrohematuria.
Dengan adanya penyalahgunaan obat akhir-akhir ini dapat diketahui hasil metabolit obat narkotika di
dalam urin.

Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan


makroskopik dan mikroskopik menggunakan flowcytometer serta pemeriksaan kimia urin dilakukan
dengan menggunakan chemistry urine analyzer yang menggunakan metoda otomatik. Dengan
menggunakan metoda otomatis akan didapatkan hasil pemeriksaan yang teliti, tepat dan cepat. Alat
otomatis ini dilengkapi dengan pemantapan kualitas intra laboratorium menggunakan bahan kontrol
komersial yang menjamin hasil pemeriksaan teliti dan tepat. Selain itu hasil pemeriksaa urin dikontrol
melalui program pemantapan kualitas laboratorium klinik yang diselenggrakan oleh Departemen
Kesehatan dan Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik.

4. Pemeriksaan Tinja

Tinja adalah sisa makanan yang telah dicerna dan belum dicerna oleh usus yang dikeluarkan
oleh tubuh dalam bentuk benda padat. Pada keadaan abnormal atau adanya kelainan di dalam saluran
cerna, tinja dapat menunjukkan perubahan bentuk serta hasil pemeriksaan yang abnormal.
Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, darah samar dan pemeriksaan
sisa pencernaan.

Pemeriksaan mikroskopik tinja digunakan mikroskop cahaya untuk melihat unsur abnormal seperti
telur cacing, sisa makanan yaitu lemak, amilum, leukosit dan eritrosit bila ada perdarahan. Perdarahan
pada saluran cerna tidak selalu memberikan warna merah pada tinja khususnya pada perdarahan
saluran cerna bagian atas, darah akan diubah oleh asam lambung yang berubah menjadi warna coklat
kehitaman. Adanya darah dalam tinja dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium.
Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan tinja dilakukan dengan cara makroskopik,
mikroskopik dan pemeriksaan darah di dalam tinja menggunakan antibodi monoklonal.

5. Pemeriksaan Kimia Klinik


Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin
atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara
lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat
pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis anemi.

Uji fungsi hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin, bilirubin total & bilirubin direk,
serum glutamic oxaloacetate transaminase (SGOT/AST) & serum glutamic pyruvate transaminase
(SGPT/ALT), gamma glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase (CHE).
Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein
serum dengan teknik elektroforesis. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat
diketahui perubahan fraksi protein di dalam serum. Pemeriksaan elektroforesis protein serum ini
menunjukkan perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya memeriksa kadar protein total dan
albumin serum.
Uji fungsi jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine kinase (CK), isoenzim creatine kinase
yaitu CKMB, N-terminal pro brain natriuretic peptide (NT pro-BNP) dan Troponin-T. Kerusakan dari
otot jantung dapat diketahui dengan memeriksa aktifitas CKMB, NT pro-BNP, Troponin-T dan hsCRP.
Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk kelainan otot jantung, karena hasil yang meningkat dapat
dijumpai pada beberapa kerusakan jaringan tubuh seperti hati, pankreas, keganasan terutama dengan
metastasis, anemia hemolitik dan leukemia.

Uji fungsi ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah produk
akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi oleh hati dan dikeluarkan lewat urin.
Pada gangguan ekskresi ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadar ureum
akan meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan
dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar kreatinin dalam serum dipengaruhi oleh besar otot,
jenis kelamin dan fungsi ginjal. Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika pemeriksaan kadar kreatinin
dilaporkan dalam mg/dl dan estimated GFR (eGFR) yaitu nilai yang dipakai untuk mengetahui
perkiraan laju filtrasi glomerulus yang dapat memperkirakan beratnya kelainan fungsi ginjal.

Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin (creatinine
clearance test/CCT). Creatinine clearance test/CCT memerlukan urin kumpulan 24 jam, sehingga bila
pengumpulan urin tidak berlangsung dengan baik hasil pengukuran akan mempengaruhi nilai CCT.
Akhir-akhir ini, penilaian fungsi ginjal dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah yang
tidak dipengaruhi oleh kesalahan dalam pengumpulan urin. Cystatin adalah zat dengan berat molekul
rendah, dihasilkan oleh semua sel berinti di dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh proses radang
atau kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan melalui ginjal. Oleh karena itu kadar Cystatin
dipakai sebagai indikator yang sensitif untuk mengetahui kemunduran fungsi ginjal.

Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan
LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada
pembuluh darah seperti pasien dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah
jantung, pasien dengan diabetes melitus (DM) dan hipertensi serta pasien dengan keluarga yang
menunjukkan peningkatan kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya
berpuasa selama 12 - 14 jam. Bila pada pemeriksaan kimia darah, serum yang diperoleh sangat keruh
karena peningkatan kadar trigliserida sebaiknya pemeriksaan diulang setelah berpuasa > 14 jam untuk
mengurangi kekeruhan yang ada. Untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol
LDL tidak perlu berpuasa. Selain itu dikenal pemeriksaan lipoprotein (a) bila meningkat dapat
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan kadar gula darah dipakai untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan
kadar gula darah serta untuk monitoring hasil pengobatan pasien dengan Diabetes Melitus (DM).
Peningkatan kadar gula darah biasanya disebabkan oleh Diabetes Melitus atau kelainan hormonal di
dalam tubuh. Kadar gula yang tinggi akan dikeluarkan lewat urin yang disebut glukosuria. Terdapat
beberapa macam pemeriksaan untuk menilai kadar gula darah yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu,
kadar gula puasa, kadar gula darah 2 jam setelah makan, test toleransi glukosa oral, HbA1c, insulin dan
C-peptide. Kadar gula darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar gula pada waktu yang tidak
ditentukan. Kadar gula darah puasa bila pemeriksaan dilakukan setelah pasien berpuasa 10 - 12 jam
sebelum pengambilan darah atau sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula darah 2 jam post-
prandial. Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat pemeriksaan gula
darah puasa dan tetap menggunakan obat untuk pemeriksaan gula darah post-prandial. Pemeriksaan
kadar gula darah puasa dipakai untuk menyaring adanya DM, memonitor penderita DM yang
menggunakan obat anti-diabetes; sedangkan glukosa 2 jam post-prandial berguna untuk mengetahui
respon pasien terhadap makanan setelah 2 jam makan pagi atau 2 jam setelah makan siang. Kadar
gula darah sewaktu digunakan untuk evaluasi penderita DM dan membantu menegakkan diagnosis
DM. Selain itu dikenal pemeriksaan kurva harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada
jam 7 pagi, 11 siang dan 4 sore, yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula darah selama 1 hari
dengan diet dan obat yang dipakai. Pada pasien dengan kadar gula darah yang meragukan, dilakukan
uji toleransi glukosa oral (TTGO). Pada keadaan ini pemeriksaan harus memenuhi persyaratan:

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien harus makan karbohidrat yang cukup.
2. Tidak boleh minum alkohol.
3. Pasien harus puasa 10 – 12 jam tanpa minum obat, merokok dan olahraga sebelum
pemeriksaan dilakukan.
4. Di laboratorium pasien diberikan gula 75 g glukosa dilarutkan dalam 1 gelas air yang
harus dihabiskan dalam waktu 10 – 15 menit atau 1.75 g per kg berat badan untuk
anak.
5. Gula darah diambil pada saat puasa dan 2 jam setelah minum glukosa.

Insulin adalah merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas pada sel beta pulau
Langerhans. Berkurangnya aktifitas insulin akan menyebabkan terjadinya Diabetes Melitus.
Pemeriksaan aktifitas insulin bila diduga terdapat insufisiensi insulin, peningkatan kadar insulin pada
pasien dengan hipoglikemia. Pengukuran aktifitas insulin ini tidak dipengaruhi oleh insulin eksogen.
Insulin berasal dari pro insulin yang mengalami proteolisis menjadi C-peptide. C-peptide dipakai untuk
mengetahui sekresi insulin basal.
Untuk pemantauan DM dilakukan uji HbA1c. Pemeriksaan ini menunjukkan kadar gula darah
rerata selama 1 – 3 bulan. Dalam keadaan normal, kadar HbA1c berkisar antara 4 – 6% dan bila gula
darah tidak terkontrol, kadar HbA1c akan meningkat. Oleh karena itu, penderita dengan kadar gula
darah yang normal bukan merupakan petanda DM terkontrol. DM terkontrol bila kadar HbA1c normal.
Hasil pemeriksaan HbA1c akan lebih rendah dari sebenarnya bila didapatkan hemoglobinopati seperti
thalassemia. Oleh karena itu, penderita DM sebaiknya melakukan pemeriksaan analisa hemoglobin
untuk mengetahui kelainan tersebut dalam menilai hasil pemeriksaan HbA1c . Akhir – akhir ini uji
HbA1c selain untuk monitoring pengobatan, dipakai untuk diagnosis DM.

Pankreas menghasilkan enzim amilase dan lipase. Amilase selain dihasilkan oleh pankreas juga
dihasilkan oleh kelenjar ludah dan hati yang berfungsi mencerna amilum/karbohidrat. Kadar amilase
di dalam serum meningkat pada radang pankreas akut. Pada keadaan tersebut, keadaan amilase
meningkat setelah 2 – 12 jam dan mencapai puncak 20 – 30 jam dan menjadi normal kembali setelah
2 – 4 hari. Gejala yang timbul berupa nyeri hebat pada perut. Kadar amilase ini dapat pula meningkat
pada penderita batu empedu dan pasca bedah lambung.

Lipase adalah enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang berfungsi mencerna lemak. Lipase
akan meningkat di dalam darah apabila ada kerusakan pada pankreas. Peningkatan kadar lipase dan
amilase terjadi pada permulaan penyakit pankreatitis, tetapi lipase serum meningkat sampai 14 hari,
sehingga pemeriksaan lipase bermanfaat pada radang pankreas yang akut stadium lanjut.

Untuk pembentukan hemoglobin dibutuhkan antara lain besi, asam folat dan vit. B12. Besi
merupakan unsur yang terbanyak didapatkan di darah dalam bentuk hemoglobin, serum iron (SI), total
iron binding capacity (TIBC) dan ferritin. Pemeriksaan SI bertujuan mengetahui banyaknya besi yang
ada di dalam serum yang terikat dengan transferin, berfungsi mengangkut besi ke sumsum tulang.
Serum iron diangkut oleh protein yang disebut transferin, banyaknya besi yang dapat diangkut oleh
transferin disebut total iron binding capacity (TIBC). Saturasi transferin mengukur rasio antara kadar
SI terhadap kadar TIBC yang dinyatakan dalam persen. Ferritin adalah cadangan besi tubuh yang
sensitif, kadarnya menurun sebelum terjadi anemia. Pada anemia tidak selalu terjadi perubahan pada
SI, TIBC dan ferritin tergantung pada penyebab anemia. Pada anemia defisiensi besi, kadar SI dan
saturasi transferin menurun sedangkan TIBC akan meningkat/normal dan cadangan besi tubuh
menurun. Pengukuran asam folat dan vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui penyebab anemia.

Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak, yang fungsinya menahan air di dalam
tubuh. Na mempunyai banyak fungsi seperti pada otot, saraf, mengatur keseimbangan asam-basa
bersama dengan klorida (Cl) dan ion bikarbonat. Kalium (K) merupakan kation intraseluler terbanyak.
Delapan puluh – sembilan puluh persen K dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh karena itu, pada
kelainan ginjal didapatkan perubahan kadar K. Klorida (Cl) merupakan anion utama didalam cairan
ekstraseluler. Unsur tersebut mempunyai fungsi mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh
dan mengatur keseimbangan asam-basa.
Kalsium (Ca) terutama terdapat di dalam tulang. Lima puluh persen ada dalam bentuk ion
kalsium (Ca), ion Ca inilah yang dapat dipergunakan oleh tubuh. Protein dan albumin akan mengikat
Ca di dalam serum yang mengakibatkan penurunan kadar ion Ca yang berfungsi di dalam tubuh. Oleh
karena itu untuk penilaian kadar Ca dalam tubuh perlu diperiksa kadar Ca total, protein total, albumin
dan ion Ca.

Fosfor (P) adalah anion yang terdapat di dalam sel. Fosfor berada di dalam serum dalam bentuk fosfat.
Delapan puluh sampai delapan puluh lima persen kadar fosfat di dalam badan terikat dengan Ca yang
terdapat pada gigi dan tulang sehingga metabolism fosfat mempunyai kaitan dengan metabolisme Ca.
Kadar P yang tinggi dikaitkan dengan gangguan fungsi ginjal, sedangkan kadar P yang rendah mungkin
disebabkan oleh kurang gizi, gangguan pencernaan, kadar Ca yang tinggi, peminum alkohol,
kekurangan vitamin D, menggunakan antasid yang banyak pada nyeri lambung.

Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan tersebut di atas dilakukan dengan
menggunakan alat pemeriksaan kimia otomatis (chemistry analyzer) dengan menjamin mutu hasil
pemeriksaan dengan pemantapan kualitas yang memadai.

6. Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi mempunyai hasil yang sangat bervariasi tergantung pada respon imun
saat pemeriksaan laboratorium dilakukan dan lamanya kelainan yang dialami penderita.

Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan yang menggunakan serum seperti pemeriksaan


pada dugaan demam dengue. Demam dengue dapat merupakan infeksi pertama kali yang disebut
infeksi primer dan dikenal sebagai demam dengue, serta infeksi kedua kali yang disebut infeksi
sekunder yang dapat menimbulkan penyakit demam berdarah yang dikenal sebagai Dengue
Haemorragic Fever (DHF). Penyakit ini dapat berlanjut dengan renjatan dan berakhir dengan
kematian. Pada demam dengue, pemeriksaan serologi yang tersedia adalah pemeriksaan antigen NS-
1, antibodi dengue IgG dan IgM.

7. Pemeriksaan Rematologi

C-reactive protein (CRP) adalah protein yang dihasilkan oleh hati pada proses kerusakan
jaringan dan peradangan. Kadarnya akan meningkat di dalam darah 6 – 10 jam setelah peradangan
akut atau kerusakan jaringan dan mencapai puncak 24 – 72 jam. Peningkatan kadar CRP dapat terjadi
pada arthritis rheumatoid, infeksi akut, infark jantung, dan keganasan. Kadar CRP akan menjadi normal
3 hari setelah kerusakan jaringan membaik. Makin tinggi kadar CRP, maka makin luas proses
peradangan atau kerusakan jaringan. Pemeriksaan CRP lebih dini menunjukkan hasil yang abnormal
dibanding dengan pemeriksaan laju endap darah.

hsCRP adalah uji yang sangat sensitif untuk deteksi risiko kelainan kardiovaskuler dan penyakit
pembuluh darah tepi. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan profil lipid. Dalam
kepustakaan dikatakan, sepertiga dari pasien yang mendapat serangan jantung menunjukkan kadar
kolesterol dan tekanan darah yang normal tetapi hsCRP sudah menunjukkan peningkatan sehingga
peningkatan dari hsCRP menunjukkan adanya risiko tinggi untuk timbulnya penyakit pembuluh darah
koroner dan stroke. Pada angina pectoris, hsCRP tidak meningkat. Pemeriksaan ini dapat
menunjukkan adanya inflamasi/peradangan pada proses arterosklerosis, khususnya pada arteri
koroneria.

Rheumatoid Arthritic Factor (RF) adalah pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi adanya
antibodi golongan IgM, IgG atau IgA yang terdapat dalam serum pada penderita artritis reumatoid.
Pemeriksaan ini berhasil positif pada 53 – 94% pasien dengan arthritis rheumatoid. Selain itu, RF bisa
didapatkan pada bermacam-macam penyakit jaringan ikat seperti lupus erythematosus, sklerodema,
dermatomiositis serta pada penyakit TBC, leukemia, hepatitis, sirosis hati, sifilis dan usia lanjut. Pada
dugaan Artritis Reumatoid (AR) pemeriksaan Anti-citrullinated protein antibodies (ACPA) memegang
peranan penting dalam membantu menegakkan diagnosis AR. Pemeriksaan ACPA meliputi anti-cyclic
citrullinated peptide (anti-CCP), anti-mutated citrullinated vimentin (anti-MCV) bersamaan dengan
pemeriksaan RF.

Bakteri β-hemolytic Streptococcus mengeluarkan enzim yang disebut streptolysin-O yang


mampu merusak/melisiskan eritrosit. Streptolysin-O ini bersifat sebagai antigen dan merangsang
tubuh untuk membentuk antibodi antistreptolysin-O (ASO). Kadar ASO yang tinggi di dalam darah
berarti terdapat infeksi dengan kuman Streptococcus yang menghasilkan ASO seperti pada demam
rematik, penyakit glomerulonephritis akut. Peningkatan kadar ASO menandakan adanya infeksi akut
1 – 2 minggu sebelumnya dan mencapai puncak 3 – 4 minggu dan dapat bertahan sampai berbulan-
bulan.

8. Pemeriksaan Petanda Tumor

Petanda tumor umumnya diperiksa dari darah. Kegunaan dari petanda tumor untuk skrining
kanker. Petanda tumor ini dipakai untuk menyaring dan membantu menegakkan diagnosis untuk
kanker, mengikuti perjalanan penyakit dan ingin mengetahui adanya kekambuhan (relapse).
Umumnya pemeriksaan petanda tumor tidak dapat diperiksa secara tunggal untuk mendeteksi adanya
kanker, harus dengan menggunakan beberapa petanda tumor.

Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang akan
menjadi sel hati pada janin. Ternyata protein ini dapat dijumpai pada 70 – 95% pasien dengan kanker
hati primer dan juga dapat dijumpai pada kanker testis. Pada seminoma yang lanjut, peningkatan AFP
biasanya disertai dengan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Kadar AFP tidak ada hubungan
dengan besarnya tumor, pertumbuhan tumor, dan derajat keganasan. Kadar AFP sangat tinggi (>1000
IU/mL) pada kasus dengan keganasan hati primer, sedangkan pada metastasis tumor ganas ke hati
(keganasan hati sekunder) kadar AFP kurang dari 350 – 400 IU/mL. Pemeriksaan AFP ini selain
diperiksa di dalam serum, dapat juga diperiksakan pada cairan ketuban untuk mengetahui adanya
spinabifida, ancephalia, atresia oesophagus atau kehamilan ganda.

Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin
yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa. Pemeriksaan CEA ini bertujuan
untuk mengetahui adanya kanker usus besar, khususnya ardenocarcinoma. Pemeriksaan CEA
merupakan uji laboratorium yang tidak spesifik karena hanya 70% kasus didapatkan peningkatan CEA
pada kanker usus besar dan pankreas. Peningkatan kadar CEA dilaporkan pula pada keganasan
oesophagus, lambung, usus halus, dubur, kanker payudara, kanker serviks, sirosis hati, pneumonia,
pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit inflamasi dan trauma pasca operasi. Yang penting diketahui
pula bahwa kadar CEA dapat meningkat pada perokok.

Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4 adalah mucine-like, tumor associated glycoprotein
TAG 72 di dalam serum. Antibodi ini meningkat pada keadaan jinak seperti pankreatitis, sirosis hati,
penyakit paru, kelainan ginekologi, kelainan ovarium, kelainan payudara dan saluran cerna. Pada
keadaan tersebut spesifisitas sebesar 98%. Peningkatan Ca 72-4 mempunyai arti diagnostik yang tinggi
untuk kelainan jinak pada organ tersebut. Pada keganasan lambung, ovarium dan kanker usus besar
mempunyai arti diagnostik yang tinggi. Pada kanker lambung, uji diagnostik Ca 72-4 mempunyai nilai
sensitifitas 28 – 80% ; pada kanker ovarium, sensitifitas 47 – 80% ; sedangkan pada kanker usus besar,
sensitifitasnya 20 – 41%. Pemeriksaan petanda tumor ini dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis, bila diperlukan harus digunakan lebih dari satu petanda tumor. Selain itu pemeriksaan Ca
72-4 juga dipakai pada pasca operasi dan pada waktu relapse.

Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk membantu
menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar. Kadar Ca
19-9 meningkat pada 70 – 75% kanker pankreas dan 60 – 65% kanker hepatobiliar. Pada peningkatan
ringan, kadar Ca 19-9 dapat dijumpai pada radang seperti pankreatitis, sirosis hati, radang usus besar.

Cancer antigen 12-5 (Ca 12-5) dipakai untuk indikator kanker ovarium epitel non-
mucinous. Kadar Ca 12-5 meningkat pada kanker ovarium dan dipakai untuk mengikuti hasil
pengobatan 3 minggu pasca kemoterapi.

Human chorionic gonadotropin (HCG) adalah hormon yang dihasilkan plasenta, didapatkan
pada darah dan urin wanita hamil 14 – 26 hari setelah konsepsi. Kadar HCG tertinggi pada minggu ke
8 kehamilan. HCG tidak didapatkan pada wanita yang tidak hamil, pada kematian janin dalam
kandungan dan 3 – 4 hari pasca melahirkan. HCG meningkat pada keganasan seperti mola hidatidosa,
korioepitelioma, koriocarcinoma testis.

Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) dipakai untuk mengidentifikasi kanker payudara dan monitoring
hasil pengobatan. Pemeriksaan petanda tumor ini akan lebih sensitif bila digunakan bersama CEA.
Kadar Ca 15-3 meningkat pada keganasan payudara, ovarium, paru, pankreas dan prostat.

Prostat Spesific Antigen (PSA) dipakai untuk diagnosis kanker prostat. Dahulu kala
pemeriksaan kanker prostat dilakukan pemeriksaan aktifitas prostatic acid phosphatase (PAP), diikuti
dengan pemeriksaan colok dubur. Tetapi aktifitas PAP yang tinggi disertai dengan pembesaran
kelenjar prostat selalu sudah terjadi metastasis. Untuk pemeriksaan dini kanker prostat dipakai
pemeriksaan PSA. Kadar PSA dapat meningkat pada hipertrofi prostat jinak dan lebih tinggi lagi pada
kanker prostat. Kadar PSA meningkat setelah colok dubur atau bedah prostat. Pemeriksaan PSA
disarankan untuk pemeriksaan rutin pada pria usia lebih dari 40 tahun. Total PSA (tPSA) terdiri dari
PSA bebas dan PSA kompleks. Kadar PSA total dipakai untuk mendapatkan persen (%) PSA bebas.

Neuron Specific Enolase (NSE) dipakai untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan penyakit
keganasan small cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan seminoma. Kadar NSE tidak
mempunyai hubungan dengan adanya metastasis, tapi memiliki korelasi yang baik terhadap stadium
perjalanan penyakit. Peningkatan ringan kadar NSE dapat dijumpai pada penyakit paru jinak dan
penyakit pada otak.

Squamous cell carcinoma (SCC) antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel skuamosa dari
serviks utri. Pemeriksaan SCC bertujuan untuk menilai prognosis, kekambuhan dan monitoring
penyakit. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel squamosa seperti faring, laring, palatum, lidah
dan leher.

Cyfra 21-1 dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan paru yang jinak seperti
pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma, dan emfisema. Kadarnya juga meningkat pada
kelainan hati dan gagal ginjal. Kadar cyfra 21-1 lebih dari 30 ng/ml didapatkan pada primary bronchial
carcinoma.

9. Pemeriksaan Tiroid

Triidothyronine (T3) adalah hormon tiroid yang ada dalam darah dengan kadar yang sedikit
yang mempunyai kerja yang singkat dan bersifat lebih kuat daripada tiroksin (T4). T3 disekresikan atas
pengaruh thyroid stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise dan thyroid–
releasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus. T3 didalam aliran darah terikat dengan
thyroxine binding globulin (TBG) sebanyak 38 – 80%, prealbumin 9 – 27% dan albumin 11 – 35%.
Sisanya sebanyak 0.2 – 0.8% ada dalam bentuk bebas yang disebut free T3. Free T3 meningkat lebih
tinggi daripada free T4 pada penyakit graves dan adenoma toxic. Free T3 dipakai untuk monitoring
pasien yang menggunakan obat anti-tiroid, karena pada pengobatan tersebut, produksi T3 berkurang
dan T4 dikonversi menjadi T3. Selain itu, kadar free T3 diprediksi untuk menentukan beratnya kelainan
tiroid.

Thyroxine (T4) di dalam aliran darah ada dalam bentuk free T4 dan yang terikat dengan
protein. Protein pengikat T4 adalah TBG sebanyak 75%, albumin 10% dan prealbumin 15% dari T4
total. Sebagian kecil yaitu 0.03% dari T4 ada dalam bentuk bebas yang disebut free T4. Free T4 ini
merupakan suatu uji laboratorium yang paling baik untuk mengetahui adanya disfungsi dari kelenjar
tiroid.

Thyroid stimulating hormone (TSH) adalah hormon yang dihasilkan oleh hipofisa anterior. TSH
berfungsi merangsang produksi hormon tiroid seperti T4 dan T3 melalui reseptornya yang ada di
permukaan sel tiroid. Sintesis dari TSH ini dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormone (TRH) yang
dihasilkan oleh hypothalamus bila didapatkan kadar hormon tiroid yang rendah di dalam darah. Bila
kadar T3 dan T4 meningkat, produksi TSH akan ditekan sehingga akan terjadi penurunan kadar T3 dan
T4.

Sebagaimana diketahui, hormon tiroid terikat pada protein yang disebut thyroxin binding
protein. Banyaknya thyroxin binding protein yang tidak mengikat hormon tiroid merupakan ukuran
dari T-Uptake.

Sebagaimana diketahui T4 didalam aliran darah terikat pada beberapa protein seperti yang
telah disebutkan diatas. Selain itu T4 dapat meningkat pada kehamilan, pengobatan dengan estrogen,
hepatitis kronik aktif, sirosis bilier atau kelainan bawaan pada tempat pengikatan T4. Pada keadaan
ini, peningkatan T4 seolah-olah menunjukkan gangguan fungsi tiroid yang berlebihan, yang
sebenarnya peningkatan itu bersifat palsu. Oleh karena itu, untuk mengetahui fungsi tiroid yang baik
dapat diperiksa dengan FTI. Pemeriksaan kadar T3, T4, FTI, Free T3, Free T4, dan TSH dilakukan dengan
metoda ELISA.

Anti-thyroglobulin antibody adalah autoantibodi terhadap tiroglobulin dihasilkan oleh


kelenjar tiroid. Pada penyakit autoimmune tiroid akan dihasilkan antibodi tiroid yang akan berikatan
dengan tiroglobulin yang menimbulkan reaksi radang daripada kelenjar tiroid. Pada tirotoxikosis, titer
anti-thyroid antibody dapat mencapai 1/1600 dan pada thyroiditis Hashimoto lebih dari 1/5000. Pada
keadaan tertentu seperti kanker tiroid dan penyakit rheumatoid, titer anti-thyroglobulin antibody
dapat meningkat.

10. Pemeriksaan Hormon Reproduksi

Luteinizing hormone (LH) adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa anterior yang
kerjanya bersamaan dengan Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang menyebabkan terjadinya ovulasi.
Setelah ovulasi, LH membantu merangsang timbulnya corpus luteum yang menghasilkan progesteron.
Selain itu, LH juga merangsang produksi testosteron bersamaan dengan FSH akan mempengaruhi
pematangan spermatozoa. Oleh karena itu, pemeriksaan LH dipakai untuk mengetahui infertilitas baik
pada pria maupun wanita. Kadarnya sangat tinggi didapatkan pada disfungsi kelenjar gonad seperti
testis dan ovarium, dan kadarnya rendah dikaitkan dengan kelainan pada hipotalamus dan hipofisa.

Prolaktin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa anterior yang kerjanya pada
kelenjar payudara saat menyusui, serta merangsang dan mempertahankan laktasi pada saat
melahirkan. Bila ibu tidak menyusui, kadar prolaktin serum menurun menjadi normal. Kadar prolaktin
dalam darah menurun pada pertumbuhan tumor hipofisa dan pada penggunaan bromocriptine yang
mengakibatkan penurunan kadar prolaktin serum dan mengurangi pertumbuhan tumor hipofisa.
Pemeriksaan kadar prolaktin dipakai untuk monitoring pasca bedah, pasca kemoterapi dan pasca
radiasi pada keganasan kelenjar yang menghasilkan prolaktin.

Estradiol (E2) mempunyai sifat lebih kuat daripada estrone (E1) dan estriol (E3). Pemeriksaan
estradiol dipakai untuk mengetahui kelainan kelenjar gonad, juga dipakai untuk mengevaluasi siklus
haid dan masa fertilisasi pada wanita. Pada pria, estradiol meningkat pada keganasan tumor testis dan
tumor adrenal, sedangkan wanita pada tumor ovarium.

Progesteron adalah hormon primer yang dihasilkan oleh corpus luteum dari ovarium dan
dalam jumlah yang kecil diproduksi oleh korteks adrenal. Kadar progesteron mencapai puncak pada
fase luteal dari siklus haid selama 4 – 5 hari dan selama kehamilan. Pemeriksaan serum progesteron
berguna untuk konfirmasi ovulasi, masalah infertilitas dan untuk mengetahui fungsi plasenta pada
kehamilan.

Testosteron adalah hormon seks pada pria yang dihasilkan oleh testis dan kelenjar adrenal.
Pada wanita, hormon ini selain dihasilkan ovarium, juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Pemeriksaan
testosteron serum untuk menegakkan diagnosis male sexual precocity sebelum usia 10 tahun dan
infertilitas pada pria. Kadar testosteron serum tertinggi pada pagi hari. Kadar rendah didapatkan pada
hipogonadism primer dan sekunder.

11. Pemeriksaan Imunologi

Insulin-like Growth Factor 1 (IGF-1) adalah faktor pertumbuhan yang mempunyai fungsi
sangat kompleks. Faktor pertumbuhan IGF-1 merupakan perantara terhadap hormon pertumbuhan,
memicu pengambilan asam amino, sintesis protein dan utilisasi penggunaan glukosa. Faktor
pertumbuhan ini diproduksi oleh hati yang membantu kerja dari fungsi endokrin. Kadar IGF-1 dalam
serum meningkat pada saat pertumbuhan dan menurun setelah dewasa.

Kortisol adalah hormon golongan glikokortikoid yang dihasilkan oleh korteks adrenal atas
pengaruh adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hormon ini mempengaruhi metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak ; sebagai anti inflamasi ; mempertahankan tekanan darah ; memperlambat kerja
insulin dan memicu terjadinya glikogenesis di hati. Kadar kortisol di dalam darah dipengaruhi oleh
waktu pengambilan, pada pagi hari kadarnya lebih tinggi dan rendah pada sore hari. Pemeriksaan
kadar kortisol bertujuan untuk mengetahui fungsi korteks adrenal.

Transferin adalah protein yang tergolong dalam fraksi beta globulin yang dihasilkan oleh hati.
Transferin berfungsi mengangkut besi dari dinding usus atau cadangan besi ke sumsum tulang untuk
pembentukan prekursor eritrosit dan limfosit. Kadar transferin ini meningkat bila didapatkan
defisiensi besi dan menurun pada infeksi menahun, peradangan, penyakit kanker, penyakit ginjal
dengan proteinuria dan penyakit kelainan hati.

Fosfatase asam adalah enzim yang dihasilkan terutama oleh kelenjar prostat dan didapatkan
dalam kadar tinggi di dalam semen. Selain itu, enzim ini didapatkan pula dalam sumsum tulang,
eritrosit, limpa dan hati. Sepertiga sampai seperempat dari kadar fosfatase asam total serum
dihasilkan oleh kelenjar prostat yang disebut sebagai fosfatase asam prostat yang merupakan
isoenzim fosfatase asam. Kadar fosfatase asam dan fosfatase asam prostat ini meningkat terutama
pada kanker prostat, sedangkan kadarnya pada hipertrofi prostat jinak normal. Setelah prostatic
massage atau extensive palpation dapat meningkatkan kadar fosfatase asam. Pemeriksaan aktifitas
fosfatase asam kurang bermanfaat untuk mendeteksi kanker prostat. Oleh karena itu untuk
menentukan adanya kanker prostat lebih baik dilakukan pengukuran kadar Prostate Spesific Antigen
(PSA).

12. Pemeriksaan Petanda Tulang

Beta crosslaps adalah pemeriksaan yang dipakai untuk monitoring pasien dengan pengobatan
yang menghambat resorbsi tulang seperti pada penggunaan biphosphonate, Hormone Replacement
Therapy (HRT) dan pada wanita post menopausal.

Total Procollagen type 1 amino-terminal propeptide (P1NP) dipakai untuk monitoring pengobatan
penderita dengan osteoporosis, pada wanita post menopausal dan penyakit Paget pada tulang.

N-MID Osteocalcin adalah pemeriksaan yang dipakai untuk mengontrol hasil pengobatan yang
menghambat resorbsi tulang seperti pada kasus dengan osteoporosis atau dengan hiperkalsemi.

Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan serologi dilakukan dengan


menggunakan metoda rapid test, reaksi aglutinasi, immunochromatography dan pada pemeriksaan
imunologi digunakan metoda Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) dengan metoda
Chemiluminescent Microparticle Immunoassay (CMIA) dan Electrochemiluminescence Immmunoassay
(ECLIA).

Anda mungkin juga menyukai