P T. ..............................................
BAB D
Negara Republik Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan banyak diantaranya merupakan
daerah yang terisolir, terpencil, tertinggal dan belum berkembang serta belum terjangkau oleh
sarana transportasi. Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional perlu
dikembangkan dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara yang mempersatukan semua
wilayah Indonesia, di mana transportasi merupakan masalah yang vital dalam mendukung
perekonomian suatu bangsa. Dengan semakin meningkatnya kualitas sistem dan jaringan
transportasi, akan meningkat pula interaksi antar pelaku ekonomi di suatu wilayah yang pada
kelanjutannya akan dapat meningkatkan perekonomian secara keseluruhan.
Dalam rangka menunjang kegiatan pembangunan pelabuhan, diperlukan sebuah studi yang
mampu memberikan gambaran secara komprehensif tentang kelayakan pada beberapa aspek
Halaman D-1
Usulan Teknis
P T. ..............................................
yang dianggap penting sebelum dimulainya pembangunan pelabuhan tersebut. Di samping itu,
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Proses
Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan mengamanatkan adanya pelaksanaan
Studi Kelayakan sebagai salah satu syarat pembangunan suatu infrastruktur transportasi,
termasuk dalam hal ini pelabuhan.
Dalam rangka mempersiapkan pembangunan pelabuhan yang baik dan memenuhi syarat
untuk operasional kapal-kapal dengan selamat, aman dan lancar, maka Provinsi Banten perlu
mengadakan PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PELABUHAN SUNGAI DAN DANAU
DI WILAYAH PROVINSI BANTEN.
Pekerjaan Studi Kelayakan (Fs) Pembangunan Dan Pengembangan Pelabuhan Sungai Dan
Danau bertujuan untuk mengetahui layak atau tidak dibangunnya suatu pelabuhan laut di
lokasi studi terpilih berdasarkan aspek tata ruang, sosial, ekonomi, finansial, lingkungan, dan
teknis pelabuhan. Kegiatan ini merupakan suatu penilaian (appraisal) guna mengetahui
kelayakan suatu lokasi untuk dilaksanakan pembangunan fasilitas pelabuhan di atasnya.
Berdasarkan hasil Studi Kelayakan yang merupakan bagian dari tahap pra-desain dalam studi
perencanaan, selanjutnya dapat disusun studi lanjutan berupa Rencana Induk Pelabuhan dan
Studi Lingkungan maupun dokumen-dokumen studi Survei, Investigasi dan Rancangan Dasar
maupun Rancangan Rinci yang merupakan tahapan desain dalam pembangunan pelabuhan.
Hasil dari kegiatan ini pada prinsipnya untuk dijadikan acuan bagi para pelaksana studi
lanjutan maupun pelaksana pembangunan serta para pengambil kebijakan. Dalam skala yang
lebih besar, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat sekitar dan para
pelaku usaha dari dampak yang mungkin timbul dari pelaksanaan pembangunan suatu
pelabuhan. Hal ini mengingat untuk dapat dianggap layak, suatu lokasi pembangunan
pelabuhan harus memenuhi berbagai kriteria pada aspek-aspek berikut ini:
Halaman D-2
Usulan Teknis
P T. ..............................................
a. kelayakan teknis;
b. kelayakan ekonomi dan finansial;
c. kelayakan lingkungan;
d. pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial daerah;
e. keterpaduan intra-dan antarmoda;
f. adanya aksesibilitas terhadap hinterland;
g. keamanan dan keselamatan pelayaran; dan
h. pertahanan dan keamanan;
i. aspek tata ruang.
Berdasarkan hasil Studi Kelayakan yang merupakan bagian dari tahap pra-desain dalam studi
perencanaan, selanjutnya dapat disusun studi lanjutan berupa Rencana Induk Pelabuhan dan Studi
Lingkungan maupun dokumen-dokumen studi Survey, Investigasi dan Rancangan Dasar maupun
Rancangan Rinci yang merupakan tahapan desain dalam pembangunan pelabuhan.
Pembuatan Studi Kelayakan (FS) Pelabuhan ini harus mengacu kepada peraturan perundang-
undangan dan standar yang terkait di bidang kepelabuhanan, yaitu:
Halaman D-3
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Halaman D-4
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Pelabuhan Nasional;
28. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor KP. 227/DJPL/2019 tentang
Pedoman Teknis Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan;
Pekerjaan perencanaan yang harus dilaksanakan ini merupakan proses perencanaan Studi
Kelayakan dan Pemilihan Lokasi Pelabuhan.
Adapun tujuan dari studi ini adalah menyediakan pedoman berupa informasi yang diperlukan
bagi studi kelayakan pelabuhan yang mencakup analisis tentang kelayakan, sampai seberapa
jauh (target year) pelabuhan tersebut dapat dimanfaatkan/dikembangkan guna melayani
permintaan kebutuhan jasa pelayanan pelabuhan pada saat ini dan pada masa yang akan
datang sesuai dengan ketentuan yang telah dipersyaratkan untuk mewujudkan pelabuhan
ideal sehingga dapat mencapai pelayanan laut yang lancar, aman, nyaman, efektif dan optimal.
Serta untuk memperoleh manfaat atau keuntungan bagi masyarakat dan pemeritah daerah
khususnya di wilayah Provinsi Banten.
a. Tahapan Persiapan
Halaman D-5
Usulan Teknis
P T. ..............................................
d) Studi literatur/kepustakaan.
a) Tujuan
Mengumpulkan semua data yang ada (data sekunder), yang berkaitan dengan
kondisi fisik teknis, sosial ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah, untuk
selanjutnya dianalisa guna memperoleh gambaran tentang daya dukung terhadap
pembangunan Pelabuhan.
b) Ruang Lingkup
Ruang lingkup pekerjaan pengumpulan data sekunder ini adalah sebagai berikut:
Halaman D-6
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Mengumpulkan data primer tentang aspek sosial ekonomi yang berkaitan dengan
perencanaan kepelabuhan baik mikro (masyarakat sekitar) maupun makro (pengguna
jasa dan pihak pengelola), dengan melakukan survei langsung di lapangan, dengan
ruang lingkup antara lain:
Survei topografi dan bathimetri ini adalah memperoleh data lapangan sebagai
gambaran bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi
kenampakan yang ada baik untuk area darat maupun area perairan laut di depan calon
pelabuhan.
a) Survei Topografi
Halaman D-7
Usulan Teknis
P T. ..............................................
b) Survei Bathimetri:
3) Survei Hidro-Oceanografi
- Pengukuran arus;
- Pengamatan gelombang;
Halaman D-8
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Analisa struktur ruang pelabuhan itu sendiri akan melihat pada struktur ruang
pelabuhan, penataan ruang kawasan pelabuhan akan lebih' diarahkan pada
optimalisasi lahan. Fungsi kegiatan dan fungsi masing-masing bagian yang
mendukung kelancaran kegiatan pelabuhan perlu diperhitungkan sedemikian
rupa dan lebih diarahkan pada optimalisasi lahan.
Hasil analisis tata ruang wilayah studi dapat memberikan arahan terhadap pola
penataan pengembangan kawasan pelabuhan pada wilayah studi dengan tujuan
meminimalisir dampak lingkungan yang negatip seperti terhadap lingkungan fisik,
sosial dan ekonomi. Termasuk juga analisis terhadap kesesuaian peruntukan
lokasi dengan tata ruang secara nasional (mengacu pada Rencana Induk Pelabuhan
Nasional - RIPN) dan tata ruang pada wilayah studi (kabupaten/kota dan provinsi)
serta kesiapan dan status lahan yang akan dijadikan pelabuhan;
- Membuat 1 (satu) buah Centerpoint (CP) dengan pipa PVC 12 di cor dan dicat
warna biru. Tinggi dari permukaan tanah 50cm ditanam minimal 60cm dan
dipasang telapak agar tidak mudah hilang. Fungsinya sebagai benchmark
dalam melaksanakan Survey Batimetri.
Halaman D-9
Usulan Teknis
P T. ..............................................
- Pengamatan pasang surut selama 15 hari piantan pada salah satu dari 3 (tiga)
calon alternatif lokasi.
Yang menjadi arah sasaran kajian analisis ekonomi meliputi antara lain:
- Terbukanya pasar.
Halaman D-10
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Dari analisa yang dilakukan dapat diketahui tingkat kelayakan terhadap rencana
pembangunan pelabuhan.
Kajian terhadap aspek lingkungan dalam Studi Kelayakan hanya bersifat indikatif
dan tetap harus ditindaklanjuti dengan studi lingkungan seperti AMDAL atau
UKL/UPL sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup.
Halaman D-11
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Keluaran (produk) yang diharapkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
Halaman D-12
Usulan Teknis
P T. ..............................................
a. Hasil evaluasi dan analisis kapasitas fasilitas pelabuhan, meliputi aspek teknis,
operasional, permintaan jasa angkutan laut, lingkungan serta aspek ekonomi dan finansial
pengembangan pelabuhan.
Dalam aspek strategi wilayah, perencana harus melakukan identifikasi potensi studi
kelayakan dan pemilihan lokasi ekonomi dan sosial budaya Kabupaten Kupang yang akan
membangun pelabuhan yang telah memilih lokasi pelabuhan baru sebagai alternatif terpilih.
Pemilihan lokasi alternatif pelabuhan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah dengan
mempertimbangkan berbagai aspek (kawasan keamanan dan keselamatan operasi pelayaran,
kesesuaian dengan tata ruang, estimasi dampak yang terjadi, penerapan batas
(obstacle) pelayaran dan rekayasa engineering) serta hasil diskusi dengan pihak pemerintah,
swasta dan masyarakat yang berkepentingan dengan keberadaan bandar udara.
1. Inventarisasi informasi dan data teknik (topografi, tanah, hidrologi, geologi/ fisiografi dan
meteorologi)
Halaman D-13
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Dalam aspek ekonomi, antara lain menentukan kebutuhan investasi dan melakukan kelayakan
pengoperasian pelabuhan dengan menggunakan berbagai metode yang telah dikenal,
misalnya: Ekonomic Internal Rate of Return (EIRR), Financial Internal Rate of Return (FIRR),
Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR).
Dalam aspek lingkungan, perencana harus melakukan identifikasi awal implikasi / dampak
yang timbul pada setiap tahapan kegiatan pengmebangan terhadap kondisi sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat setempat serta dampaknya terhadap kondisi fisik-kimia, flora dan
fauna terutama yang dilindungi oleh undang-undang dengan mendasarkan kepada peraturan
perundangan yang berlaku.
Dalam aspek pertahanan dan keamanan wilayah ini perencana harus melakukan kajian
peranan keberadaan pelabuhan dalam mendukung sistem pertahanan dan keamanan di
wilayah studi secara luas
d. Studi literatur/kepustakaan.
e. Penyusunan daftar kebutuhan data, rencana survey lapangan, dan formulir- formulir
yang diperlukan.
Halaman D-14
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Inventarisasi data dan informasi meliputi data yang diperoleh melalui studi kepustakaan/
literatur (data sekunder) dan melalui survey lapangan (data primer) berdasarkan hasil
koordinasi dengan instansi terkait maupun masyarakat di lokasi pekerjaan, meliputi:
b. Rencana Tata Guna Lahan dan Prasarana Fisik Wilayah yang ada, meliputi:
1) Kependudukan
4) Potensi Pariwisata
1) Peta topografi pada lokasi dan kawasan di sekitar rencana pengembangan pelabuhan.
2) Peta geologi dan kondisi tanah pada kawasan rencana pengembangan pelabuhan.
Halaman D-15
Usulan Teknis
P T. ..............................................
5) Data status dan harga tanah untuk berbagai peruntukan lahan di lokasi rencana
pengembangan pelabuhan.
6) Data meteorologi dan klimatologi (suhu udara, kelembaban, arah angin dan kecepatan
angin, curah hujan, arus/gelombang).
3) Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan rencana
pengembangan pelabuhan.
Konsultan harus melakukan telaah awal sebelum peninjauan lapangan dan hasil telaah awal
tersebut harus dilengkapi kembali setelah peninjauan lapangan. Dalam telaah awal ini harus
telah diperoleh gambaran umum wilayah perencanaan sehingga dalam pelaksanaan
peninjauan lapangan telah terdapat gambaran umum rencana pengembangan pelabuhan dan
tatanan pelabuhan di wilayah terkait. Dalam hal ini, Konsultan juga harus melakukan telaah
awal beberapa aspek teknis yang paling mendasar, yaitu: topografi lokasi/kawasan,
arus/gelombang, cuaca, arah dan kecepatan angin, dan kawasan alur pelayaran.
Survey lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data-data baik data sekunder maupun data
primer. Data sekunder diambil dari instansi-instansi terkait sehingga disebut survey
instansional, sedangkan survey data primer terdiri dari: survey visual lapangan, survey
pengukuran topografi dan bathymetri.
a. Survey Instansional
Pengambilan data dari instansi terkait sangatlah penting dilakukan karena data
tersebut merupakan bahan atau catatan yang bersifat historis dan merupakan catatan
kebijaksanaan baik dari pemerintah daerah maupun dari hasil penelitian dan data
Halaman D-16
Usulan Teknis
P T. ..............................................
potensi ataupun kegiatan yang telah dilakukan. Instansi yang perlu dikunjungi
meliputi:
Data hasil survey lapangan digunakan sebagai dasar perencanaan dan masukan untuk
perhitungan. Data yang didapat dari lapangan disamping data primer dan juga
sekunder yang meliputi data hasil pengukuran situasi topografi dan bathymetri yang
meliputi:
1. Tahap Persiapan
a. Survey Pendahuluan
Orientasi lapangan diperlukan untuk pengenalan lebih jauh tentang kondisi area
survey, mengumpulkan berbagai data dan informasi tentang kondisi lapangan
yang akan disurvey beserta perubahan- perubahan yang ditemui di lapangan,
sebagai masukan dalam penyempurnaan peta rencana kerja.
Bench Mark (BM) dipasang pada lokasi yang sesuai dengan rencana perletakan
yang telah direncanakan di atas peta dasar.
2. Tahap Pengukuran
Halaman D-17
Usulan Teknis
P T. ..............................................
dasar horisontal nasional yang terdekat atau Bench Mark yang sudah ada hasil
studi yang pernah dilaksanakan sebelumnya.
Apabila tidak ada titik kerangka dasar horisontal nasional, atau letaknya relatif
jauh dari lokasi pengukuran, maka dapat digunakan titik yang ada di sekitar
pelabuhan laut yang bersangkutan misalnya Bench Mark milik Departemen
Pekerjaan Umum, Bappeda, atau hasil studi sebelumnya, dan sebagainya.
1. Poligon Utama
Jalur poligon utama membentuk jaringan loop yang tertutup melalui kedua
ujung titik as pelabuhan atau Bench Mark yang sudah ada pada studi
terdahulu
• Pengukuran Sudut
• Pengukuran Jarak
Halaman D-18
Usulan Teknis
P T. ..............................................
• Pengamatan Matahari
- Pengamatan matahari minimal 2 seri untuk pagi dan 2 seri sore hari
• Pengukuran Sudut
• Pengukuran Jarak
- Jarak setiap sisi poligon diukur dengan pita ukur minimal 2 kali
pembacaan dan hasilnya diratakan
Titik referensi tinggi ditentukan terhadap Titik Tinggi Geodesi (TTG) atau
titik-titik lain yang ketinggiannya dalam sistem nasional/MSL. Jalur
pengukuran sipat datar primer akan mengikuti jalur pengukuran poligon
primer.
Halaman D-19
Usulan Teknis
P T. ..............................................
- Pemeriksaan garis bidik dilakukan tiap hari, sebelum peng- ukuran dan
sore hari sesudah pengukuran
- Rambu harus diberi alas atau straatpot, kecuali pada patok kayu atau BM
- Pengukuran perseksi dilakukan untuk arah pergi saja dan dila- kukan
dengan double stand dengan pembacaan rambu lengkap (BT, BA, BB)
Halaman D-20
Usulan Teknis
P T. ..............................................
2. Semua tampakan yang ada, baik yang alamiah maupun buatan manusia
diukur dengan teliti dan benar
c. Survey Bathymetri
Pemetaan batimetri adalah proses pemetaan kedalaman laut yang dinyatakan dalam
angka kedalaman atau kontur kedalaman yang diukur terhadap datum vertikal.
Batimetri (dari bahasa Yunani: berarti “kedalaman” dan “ukuran”) adalah ilmu yang
mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensilantai samudra
atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran
dengan garis-garis kontor (contour lines) yang disebut kontor kedalaman (depth
contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi
navigasi permukaan. Alat yang digunakan dalam pemetaan batimetri adalah :
Halaman D-21
Usulan Teknis
P T. ..............................................
3. Tranducer : Alat yang memancarkan sinyal akustik ke dasar laut untuk data
kedalaman
Data perekaman atau hasil kedalaman Harus dikoreksi dengan kondisi pasang surut
di area survey. Pengamatan pasang surut dilaksanakan dengan tujuan untuk
menentukan Muka Surutan Peta (Chart Datum), memberikan koreksi untuk reduksi
hasil survei Batimetri, juga untuk mendapatkan korelasi data dengan hasil
pengamatan arus. Stasiun pasang surut dipasang di dekat/dalam kedua ujung koridor
rencana jalur survey dan masing-masing diamati selama minimal 15 hari terus-
menerus dan pengamatan pasang surut dilaksanakan selama pekerjaan survei
berlangsung. Secepatnya setelah pemasangan, tide gauge/staff dilakukan pengikatan
secara vertikal dengan metode levelling (sipat datar) ke titik kontrol di darat yang
terdekat, sebelum pekerjaan survei dilaksanakan dan pada akhir pekerjaan survey
dilakukan. Bentuk koreksi nilai pasang surut terhadap data batimetri adalah sebagai
berikut :
D = dT – rt
Keterangan :
Halaman D-22
Usulan Teknis
P T. ..............................................
D : Kedalaman sebenarnya
• Arus
• Gelombang
Dalam tahap ini Konsultan harus menyusun/mengkaji kelayakan dengan mengacu kepada
hasil evaluasi dan analisis kapasitas fasilitas lokasi eksisting yang di rencanakan, hasil kajian
perencanaan pendahuluan (preliminary planning) yang telah disusun dengan
mempertimbangkan kondisi lahan yang ada, tata guna tanah dan ruang pelayaran, prosedur
operasi pelayaran serta identifikasi dampak lingkungan. Penyusunan kelayakan meliputi:
b. Melakukan pengkajian terhadap alternatif rencana tata letak fasilitas pelabuhan yang
telah disusun, guna menentukan alternatif terpilih.
Dalam penyusunan dokumen kelayakan ini Konsultan harus menyusun tata letak, konsep
tahapan pembangunan serta rancangan dasar (preliminary design) masing- masing fasilitas
pelabuhan tersebut setidaknya harus meliputi:
Halaman D-23
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Alur pelayaran, pemecah gelombang, kolam pelabuhan, dermaga, fender dan alat tambat.
a. Usulan Teknis
Usulan teknis wajib dibuat oleh konsultan untuk menjelaskan pandangan dan
rencana pelaksanaan pekerjaan secara rinci dan jelas serta mudah dimengerti,
yang isinya mencakup hal-hal sebagai berikut:
Halaman D-24
Usulan Teknis
P T. ..............................................
10. Daftar pekerjaan yang sedang dan akan dilaksanakan dengan mencantumkan
perincian sebagaimana dimaksud dalam butir 9).
Usulan biaya berupa penjelasan secara rinci mengenai usulan biaya yang
diperlukan untuk pekerjaan studi serta syarat – syarat pembayaran wajib dibuat
oleh konsultan, yang mencakup:
1. Biaya Langsung Personil, meliputi Tenaga Ahli dan Tenaga Penunjang yang
besarnya ditentukan berdasarkan usulan kebutuhan Man Month dan Billing
Rate masing-masing jabatan personil yang diusulkan untuk pelaksanaan
pekerjaan
Halaman D-25
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Halaman D-26
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Keseluruhan pekerjaan ini harus dapat diselesaikan selama 150 hari kalender, 5 (lima) bulan.
a. Laporan Pendahuluan
Tim pelaksana dalam tahap ini harus menyusun Laporan Pendahuluan sebanyak 5
(sepuluh) eksemplar, yang diserahkan kepada pemberi tugas 45 (empat puluh lima) hari
setelah berlakunya SPMK untuk pembahasan laporan pendahuluan dengan tim evaluasi.
Halaman D-27
Usulan Teknis
P T. ..............................................
telah merumuskan informasi dan data yang perlu di-inventarisir serta konsep kuesioner
yang akan digunakan dalam kegiatan selanjutnya.
Laporan ini diselesaikan 110 hari kerja setelah berlakunya SPMK dan diserahkan sebanyak
5 (sepuluh) eksemplar, dan 3 eksmplar (Laporan Hasil Survei)
Laporan Antara memuat seluruh data sekunder dan informasi lainnya yang diperoleh dari
hasil kunjungan lapangan serta analisis sementara study kelayakan berdasarkan data yang
diperoleh terhadap alternative lokasi yang telah ditinjau. Laporan ini dilengkapi dengan
sketsa awal lokasi dan foto dokumentasi yang menggambarkan kondisi daratan dan
perairan pada seluruh alternative lokasi (minimal 3 alternatif lokasi).
Didalam Laporan Antara juga telah dikeluarkan kesimpulan sementara tentang kelayakan
lokasi berdasarkan kajian matrik penilaian lokasi pelabuhan.
Laporan ini diselesaikan 130 (seratus tiga puluh hari) setelah berlakunya SPMK dan
diserahkan sebanyak 5 (Lima) eksemplar. Konsep laporan akhir memuat hasil analisis,
rangkuman potensi permasalahan dan rancangan rekomendasi.
Laporan ini lebih bersifat penyempurnaan maupun pemantapan dari konsep laporan akhir.
Penyempurnaan laporan ini didasarkan pada beberapa masukan dari berbagai pihak di
tingkat pusat dan daerah, swasta maupun masyarakat yang telah dilibatkan dalam
pembahasan sebelumnya. Laporan ini harus diselesaikan oleh Tim Konsultan dalam waktu
150 (seratus lima puluh) hari kerja setelah berlakunya SPMK dengan jumlah Laporan Akhir
yang harus diserahkan kepada pemberi tugas sebanyak 5 (lima) eksemplar dan berisi:
Halaman D-28
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Petunjuk dan ketentuan-ketentuan lain yang belum tercakup dan merupakan tambahan/
pelengkap akan diberikan kepada konsultan sebagai pelengkap petunjuk pelaksanaan
pekerjaan ini apabila diperlukan.
Secara umum Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan Fisibility Study (Fs) Pelabuhan
Sungai Dan Danau Di Kabupaten sudah cukup memberikan gambaran dan arahan mengenai
pekerjaan yang akan dilakukan. Hal ini tercermin dari kedalaman pembahasan mengenai latar
belakang pekerjaan, Gambaran Umum Lokasi Studi, Peraturan Perundangan, Maksud dan
tujuan, lingkup pekerjaan, keluraran produk yang diharapkan, pelaksanaan pekerjaan,
inventarisasi data dan informasi terkait, telaah awal, Survey Lapangan, Pekerjaan Penyusunan
Studi Kelayakan (Fs), Persyaratan umum, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, pelaporan,
dan lain-lain. Dengan demikian, hasil akhir yang diinginkan dari pekerjaan Fisibility Study (FS)
Pelabuhan Sungai Dan Danau Di Provinsi Banten ini dapat di mengerti dengan baik sehingga
kemungkinan kesalahan dalam menafsirkan hasil yang ingin dicapai dari pemberi tugas dapat
diminimalkan.
Tanggapan terhadap KAK pada bagian ini lebih kepada penekanan terhadap hal-hal yang
penting dan perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pelaksanaan pekerjaan Fisibility
Study (Fs) Pelabuhan Sungai Dan Danau di Provinsi Banten .
Ringkasan tanggapan terhadap KAK dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Materi Penjelasan
No Tanggapan
Pembahasan dalam KAK
Pengembangan sistem jaringan transportasi di Provinsi
Banten sebagaimana yang disebutkan pada Peraturan
Daerah Provinsi Banten Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Banten
Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010 – 2013 meliputi
Rencana Pembangunan Pelabuhan Sungai dan Danau
1. Latar belakang Cukup jelas Pengumpan Panimbang, Bojongmanik, Pontang,
Tirtayasa, Carenang, Kragilan, Cikande, Kasemen, Cihara,
Pakuhaji dan Sepatan. Pelabuhan Sungai dan Danau
Pengumpan adalah pelabuhan sungai dan danau yang
mempunyai cakupan pelayanan dan mempengaruhi
perkembangan ekonomi relatif terbatas, berperan dalam
transportasi antar kabupaten dalam propinsi atau dalam
kabupaten.
Halaman D-29
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Materi Penjelasan
No Tanggapan
Pembahasan dalam KAK
Gambaran umum lokasi studi sudah dapat dipahami
oleh pihak konsultan dimana lokasi kajian berada di
wilayah provinsi Banten, secara spesifikasi masih
Gambaran Umum belum dapat di gambarkan berada di lokasi atau
2. Belum jelas
Lokasi Studi kabaupaten. Karena Dalam Studi Kelayakan Memilih
Alternatif 3 Lokasi, dan terpilih 1 Alterbatif Lokasi
yang Paling Layak untuk dikembangkan dan di
bangun.
Acuan Peraturan Dalam konteks ini menjadikan suatu dasar hukum
3. Cukup Jelas
Perundangan yang akan di gunakan dalam penyusunan studi ini.
4. Maksud dan Tujuan Cukup Jelas Maksud dan tujuan dapat dipahami dengan baik,
dimana maksud dan tujuan pembangunan pelabuhan
adalah untuk dapat dimanfaatkan/dikembangkan
guna melayani permintaan kebutuhan jasa pelayanan
pelabuhan pada saat ini dan pada masa yang akan
datang sesuai dengan ketentuan yang telah
dipersyaratkan untuk mewujudkan pelabuhan ideal
sehingga dapat mencapai pelayanan laut yang lancar,
aman, nyaman, efektif dan optimal.
5. Lingkup Pekerjaan Cukup Jelas Lingkup pekerjaan yang dijelaskan didalam KAK
sudah dapat dipahami ddengan baik oleh konsultan
dimana lingkup pekerjaan tersebut merupakan
batasan terhadap pekerjaan Fisibility Study (Fs)
Pelabuhan Sungan dan danau sebagai berikut;
1. Inventarisasi data dan informasi
2. Telaah awal (desk study) terhadap faktor–faktor
terkait dengan rencana pengembangan pelabuhan
laut.
3. Survey pendahuluan
4. Survey Lapangan, pengukuran topografi,
bothometri pada lokasi rencana pengembangan
pelabuhan
5. Analisis data dan informasi berdasarkan hasil
inventarisasi data dan survey lapangan:
6. Keluaran Produk yang Cukup Jelas Kelauran produk yang diharapakan sebagaimanan
di harapkan tercantum dalam KAK sudah dapat dipahami dengan
baik oleh konsultan dimana terdapat dua produk yang
harus di keluarkan yaitu
1. Hasil evaluasi dan analisis kapasitas fasilitas
Pelabuhan, meliputi aspek teknis, operasional,
permintaan jasa angkutan laut, lingkungan serta
aspek ekonomi dan finansial pengembangan
pelabuhan
2. Dokumen Studi Kelayakan (FS) Pelabuhan
7. Pelaksanaan Pekerjaan Cukup Jelas Secara keseluruhan pelaksanaan pekerjaan yang
tercantum didalam KAK sudah dapat dipahami dengan
baik dimana konsultan akan melakukan tahapan
sesuai yang tercantum didalam KAK agar
mendapatkan hasil alternatif lokasi pelabuahan yang
sesuai dengan kriteria teknis maupun non teknis.
8. Inventarisasi data dan Cukup Jelas Data-data sebagaimana tersebut didalam KAK sudah
informasi terkait dapat dipahami oleh konsultan. Akan tetapi konsultan
mengusulkan adanya penambahan data tentang Status
Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) untuk melihat
Halaman D-30
Usulan Teknis
P T. ..............................................
Materi Penjelasan
No Tanggapan
Pembahasan dalam KAK
karakteristik fisik, flora dan fauna dalam konstelasi
lingkungan hidup.
9. Telaah awal (desk Cukup Jelas Secara keseluruhan tahapan telaah awal desk study
study) sudah dapat dipahami oleh konsultan dimana
konsultan akan berusaha mencari informasi guna
menggambarkan karakteristik serta potensi dan
permasalahan di wilayah kajian
10. Survey pendahuluan Cukup Jelas Survey pendahuluan akan dilaksanakan sebaik
(reconnaissance mungkin dengan memanfaatkan waktu yang ada
survey) untuk menggali informasi yang berkaitan dengan
potensi wilayah serta aspek teknis pelabuhan agar
informasi yang didapatkan sesuai dengan analisis
yang diinginkan.
11. Survey lapangan Cukup Jelas Secara keseluruhan survey lapangan sebagaimana
tercantum dalam KAK dapat dipahami oleh konsultan,
dimana survey mengenai aspek teknis pelabuhan akan
dilakukan oleh ahli di bidangnya mengingat survey
lapangan adalah kunci didalam pembangunan yang
berkaitan dengan aspek teksnis pelabuhan.
12. Pekerjaan penyusunan Cukup Jelas Secara keseluruhan tahapan ini sudah diapahami oleh
Studi Kelayakan (FS) konsultan dimana penyusunan Studi Kelayakan (FS)
mengacu kepada beberapa tahapan analisis yang telah
dilakukan sebelumnya agar dapat sinkron dan
terintegrasi dengan aspek spasial, sektoral dan teknis
kepelabuhanan.
13. Persyaratan umum Cukup Jelas Persayaratan umum sebgaimana tercantum dalam
KAK sudah dapat dipahami dengan baik oleh
konsultan, dimana dalam persyaratan umum
konsultan akan menjabarkan usulan teknis, usulan
biaya, Kebutuhan Dan Persyaratan Tenaga Ahli,
Persyaratan Kualifikas Penyedia Jasa Konsultan akan
dijelaskan secara rinci dan menyediakan kualifikasi
tenaga ahli yang sesuai dengan kebutuhan.
14. Jangka waktu Cukup Jelas Jangka Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah
pelaksanaan pekerjaan 150 hari kalender (5 bulan), dengan tenggat waktu
tersebut konsultan akan menyelesaian pekerjaan
dengan tepat waktu dan kualitas yang baik.
15. Pelaporan Cukup Jelas Sistem laporan sebagaimana tercantum dalam KAK
sudah dapat di pahami dengan baik oleh pihak
konsultan.
16. Asistensi dan Cukup Jelas asistensi dan pembahasan sebagaimana tercantum
pembahasan dalam KAK sudah dapat di pahami dengan baik oleh
pihak konsultan.
17. Lain-lain Cukup Jelas Lain-lain sebagaimana tercantum dalam KAK sudah
dapat di pahami dengan baik oleh pihak konsultan.
Halaman D-31
Usulan Teknis
P T. .................................
BAB E
Halaman E-1
Usulan Teknis
P T. .................................
untuk operasional kapal-kapal dengan selamat, aman dan lancar, maka Provinsi Banten
perlu mengadakan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau.
Pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau bertujuan untuk
mengetahui layak atau tidak dibangunnya suatu Pelabuhan Sungai Dan Danau di lokasi
studi terpilih berdasarkan aspek tata ruang, sosial, ekonomi, finansial, lingkungan, dan
teknis pelabuhan. Kegiatan ini merupakan suatu penilaian (appraisal) guna mengetahui
kelayakan suatu lokasi untuk dilaksanakan pembangunan fasilitas pelabuhan di atasnya.
Berdasarkan hasil Studi Kelayakan yang merupakan bagian dari tahap pra-desain dalam
studi perencanaan, selanjutnya dapat disusun studi lanjutan berupa Rencana Induk
Pelabuhan dan Studi Lingkungan maupun dokumen-dokumen studi Survei, Investigasi dan
Rancangan Dasar maupun Rancangan Rinci yang merupakan tahapan desain dalam
pembangunan pelabuhan.
Hasil dari kegiatan ini pada prinsipnya untuk dijadikan acuan bagi para pelaksana studi
lanjutan maupun pelaksana pembangunan serta para pengambil kebijakan. Dalam skala
yang lebih besar, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat sekitar dan
para pelaku usaha dari dampak yang mungkin timbul dari pelaksanaan pembangunan suatu
pelabuhan. Hal ini mengingat untuk dapat dianggap layak, suatu lokasi pembangunan
pelabuhan harus memenuhi berbagai kriteria pada aspek-aspek berikut ini:
a. kelayakan teknis;
b. kelayakan ekonomi dan finansial;
c. kelayakan lingkungan;
d. pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial daerah;
e. keterpaduan intra-dan antarmoda;
f. adanya aksesibilitas terhadap hinterland;
g. keamanan dan keselamatan pelayaran; dan
h. pertahanan dan keamanan;
i. aspek tata ruang.
Halaman E-2
Usulan Teknis
P T. .................................
mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung pola distribusi regional dan
nasional, serta mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan
internasional.
Untuk itu sistem transportasi regional dan nasional perlu ditata dan terus
disempurnakan serta didukung oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia
sehingga terwujud keandalan untuk pelayanan maupun keterpaduan antar dan inter
moda transportasi, serta disesuaikan dengan perkembangan ekonomi, kebijaksanaan
tata ruang agar selalu dapat memenuhi kebutuhan pembangunan, tuntutan masyarakat,
serta kebutuhan perdagangan regional, nasional dan internasional dengan
memperhatikan kendala maupun kelaikan sarana transportasi.
Halaman E-3
Usulan Teknis
P T. .................................
Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional dikembangkan dalam
rangka mewujudkan Wawasan Nusantara untuk mempersatukan seluruh wilayah
Indonesia, oleh karena itu pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau di Indonesia
dalam lingkup Sub Sektor Perhubungan Laut akan terus dilaksanakan dalam rangka
menunjang angkutan/transportasi penumpang, peti kemas, general cargo, pelayaran
perintis, pelayaran lokal maupun pelayaran rakyat, baik berupa pembangunan baru
maupun peningkatan fasilitas yang telah ada.
Tata ruang merupakan suatu input utama timbulnya pergerakan, perkembangan tata
ruang dapat menghasilkan pergerakan yang lebih besar. Semakin besar intensitas
ekonomi suatu wilayah, maka semakin besar pula bangkitan dan tarikan perjalanan dari
suatu wilayah, bangkitan dan tarikan tersebut akan menghasilkan suatu distribusi
pergerakan ke wilayah-wilayah lain yang mempunyai hubungan ekonomi dengan
wilayah ini.
Pola tata ruang nasional digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan, dengan
demikian semua pengembangan kegiatan produksi, pemanfaatan sumber daya alam dan
pengembangan transportasi serta infrastruktur lainnya harus saling terkait, selaras dan
saling menguatkan dalam ruang nasional. Kebijaksanaan ini memberikan implikasi
perlunya menjabarkan suatu sistim transportasi nasional dari rencana tata ruang
nasional. Penataan ruang yang terdiri dari pada perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian ruang dilakukan secara sistematis dan konsisten.
Pola tata ruang wilayah telah menentukan kawasan-kawasan baik yang berfungsi
sebagai kawasan lindung, maupun kawasan budidaya yang diperuntukan bagi kegiatan
sosial-ekonomi serta arahan sektor-sektor unggulan dalam kawasan andalan, sistem
kota-kota yang menjadi pusat pelayanan dan simpul transportasi untuk kawasan-
Halaman E-4
Usulan Teknis
P T. .................................
Halaman E-5
Usulan Teknis
P T. .................................
Tantangan dan masalah utama sampai dengan tahun 2008 pada subsektor transportasi
laut adalah upaya untuk meningkatkan aksesibilitas pada daerah tertinggal dan wilayah
terpencil, terutama pada kawasan Timur Indonesia. Hal ini dilakukan dengan
menyelenggarakan angkutan laut perintis dan meningkatkan pembangunan fasilitas
pelabuhan di wilayah tersebut, dan menciptakan kondisi agar keselamatan pelayaran di
Indonesia semakin baik dan kegiatan bongkar muat di pelabuhan dapat dilakukan secara
lebih cepat sehingga tidak terjadi penumpukan barang di pelabuhan.
Halaman E-6
Usulan Teknis
P T. .................................
Guna mendukung Indonesia yang adil dan demokratis, pembangunan transportasi pada
tahun 2009 diarahkan untuk menjembatani kesenjangan antar wilayah dan mendorong
pemerataan hasil-hasil pembangunan. Transportasi antar wilayah akan membuka
peluang kegiatan perdagangan antar wilayah dan mengurangi perbedaan harga antar
wilayah, meningkatkan mobilitas tenaga kerja untuk mengurangi konsentrasi keahlian
dan keterampilan pada wilayah-wilayah tertentu, sehingga mendorong terciptanya
kesempatan melaksanakan pembangunan antar wilayah. Pemerataan pelayanan
transportasi secara adil dan demokratis terkait dengan peluang yang sama bagi setiap
orang untuk berperanserta dalam penyelenggaraan transportasi.
a. Sasaran
Halaman E-7
Usulan Teknis
P T. .................................
c. Program Pembangunan
b. Perumusan data dan informasi seperti kompilasi, analisis dan proyeksi kecenderungan
perkembangan, perumusan alternatif rencana dan penetapan rencana yang dipilih
Halaman E-8
Usulan Teknis
P T. .................................
Sebagaimana umumnya studi kelayakan, maka dalam proses penyusunan studi ini akan
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
b. Perumusan data dan informasi seperti kompilasi, analisis dan proyeksi kecenderungan
perkembangan, perumusan alternatif rencana dan penetapan rencana yang dipilih
Secara garis besar pendekatan ini digambarkan dalam kerangka pemikiran pada Gambar
berikut.
Halaman E-9
Usulan Teknis
P T. .................................
Sebagaimana umumnya studi kelayakan, maka dalam proses penyusunan studi ini akan
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
b. Perumusan data dan informasi seperti kompilasi, analisis dan proyeksi kecenderungan
perkembangan, perumusan alternatif rencana dan penetapan rencana yang dipilih
Penyusunan Layout dan Besik Desain.
Pada analisis kelayakan ini akan dikaji pola pendanaan dan kelembagaan yang terlibat
sekitar pengoperasian pelabuhan beserta lingkungannya sebagai dasar pembuatan analisa
ekonomi dan finansial untuk pertimbangan kelayakan rencana pelabuhan.
Kriteria penentuan kelayakan lokasi terutama dilihat dari segi fisik baik sisi perairan
maupun sisi darat, segi keselamatan pelayaran, segi operasional pelabuhan dan segi
lingkungan ekosistem pesisir.
Perencanaan pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau berawal dari latar belakang studi
dimulai dengan mengindentifikasi potensi daerah yang ada dengan proyeksi
pertumbuhannya dimasa mendatang. Pendekatan pelaksanaan Studi Kelayakan Dalam
Rangka Pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau dilakukan dengan melakukan
identifikasi potensi daerah yang memerlukan jasa pelabuhan, meneliti pola pergerakan
komoditi yang ada, meneliti pergerakan komoditi yang menggunakan jasa pelabuhan yang
sudah ada serta mempelajari karakteristik tiap komoditi dan pola perdagangan komoditi
tersebut. Perhitungkan keunggulan dan kelemahan rencana lokasi pelabuhan dibandingkan
dengan pelabuhan yang ada disekitamya, termasuk aksesibilitas dari sentra-sentra industri
dan perdagangan yang ada, nilai tambah yang diperoleh pengguna jasa pelabuhan.
Berdasarkan analisa kebutuhan, dirumuskan fasilitas pelabuhan apa saja yang perlu
dibangun untuk menunjang rencana keberadaan Pelabuhan Sungai Dan Danau tersebut dan
seberapa besar aliran komoditi yang akan menuju ke pelabuhan baru yang akan dibangun.
Selanjutnya menentukan peran dan fungsi pelabuhan untuk jangka pendek, menengah dan
panjang.Basic desain pelabuhan dibuat berdasarkan hasil studi hidrografi, topografi dan
soil investigation. Kelayakan rencana pelabuhan diperhitungkan secara teknis, ekonomis,
keuangan, lingkungan dan operasional. Perlu dihitung biaya yang diperlukan dan manfaat
yang akan diperoleh pada rentang waktu tertentu.
Jika hasil studi menyatakan layak, maka proses berikutnya perlu dilanjutkan dengan
penyusunan Rencana Induk, dan jika hasil studi menunjukkan tidak memenuhi kelayakan,
Halaman E-10
Usulan Teknis
P T. .................................
maka perlu dirumuskan hal-hal apa yang menyebabkan ketidak layakan tersebut, termasuk
dasar pertimbangan dari aspek-aspek kebijakan Pemerintah Daerah dan Nasional (Pusat).
Kebutuhan data untuk keperluan studi ini dikumpulkan melalui pengumpulan data primer
dan data sekunder, metoda survey yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan data
tersebut.
Untuk survey primer digunakan dengan metoda wawancara dan kuesioner kepada
sejumlah responden secara proporsif kepada masyarakat umum, tokoh masyarakat,
pengusaha, pejabat pemerintah Desa, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Nasional (Pusat)
sekitar aspirasi mengenai rencana studi kelayakan pembangunan Pelabuhan Sungai Dan
Danau di lokasi kajian
Survey primer juga dilakukan dengan melakukan pengamatan lapangan secara visual
terhadap rencana lokasi serta pengambilan titik ordinat daerah studi dan pengambilan
sampel air.
Survey sekunder dilakukan untuk memperoleh data-data historis wilayah studi melalui
studi pustaka dan pengumpulan data dari berbagai dinas/instansi terkait, seperti BPS (Biro
Pusat Statistik), Bappeda, Dinas Perhubungan, Kantor Pelabuhan setempat baik di Tingkat
Provinsi dan Kabupaten, Kementrian Perhubungan (Ditjen Perhubungan Laut) dsb.
Halaman E-11
Usulan Teknis
P T. .................................
Halaman E-12
Usulan Teknis
P T. .................................
Kerangka dasar horisontal merupakan pekerjaan untuk menetapkan posisi dari semua
titik yang terletak di daerah survei serta harus dipetakan dalam peta batimetri. Untuk
itu dibangun suatu jaringan titik kontrol, yang biasa disebut dengan jaringan poligon.
Titik-titik kontrol dari jaringan poligon dibangun sepanjang pantai serta di pedalaman
(untuk topografi pinggir pantai). Posisi setiap titik kontrol di tetapkan berdasarkan
pengukuran jarak dan sudut dengan metode Traverse. Pengukuran sudut dan jarak
dilaksanakan dengan Teodolith Wild T2. Titik-titik kontrol pada jaringan poligon ini
ditandai dengan patok, sebagian besar diantaranya berupa patok beton pralon, dan
sebagian lagi dengan patok kayu.
Pengukuran kerangka dasar vertikal dilakukan menggunakan cara yang sama dengan
pengukuran kerangka dasar horizontal dan menggunakan perhitungan trigonometris.
Sehingga dapat diketahui beda tinggi pergi dan pulang. Peralatan yang digunakan sama
seperti pengukuran kerangka dasar horizontal. Dalam pengukuran ini dilakukan
pengikatan beda tinggi antara Bench Mark dengan ketinggian di stasiun pasang surut
sebagai referensi elevasi yang akan digunakan.
Halaman E-13
Usulan Teknis
P T. .................................
Survei batimetri atau sering kali disebut dengan pemeruman (sounding) dimaksudkan
untuk mengetahui keadaan topografi laut. Cara yang dipakai dalam pengukuran ini adalah
dengan menentukan posisi-posisi kedalaman laut pada jalur memanjang dan jalur
melintang untuk cross check. Penentuan posisi-posisi kedalaman dilakukan menggunakan
GPS MAP.
Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan sounding dari titik awal
sampai ke titik akhir dari kawasan survei. Jarak antar jalur sounding yang digunakan
adalah 100 m. Pada bagian kelokan sungai dan lokasi-lokasi kajian tertentu, jalur
sounding dibuat dengan jarak 50m. Untuk tiap jalur sounding dilakukan pengambilan
data kedalaman perairan setiap jarak 25 m. Titik awal dan akhir untuk tiap jalur
sounding dicatat dan kemudian di-input ke dalam alat pengukur yang dilengkapi dengan
fasilitas GPS, untuk dijadikan acuan lintasan perahu sepanjang jalur sounding. Contoh
jalur sounding pada kawasan pengukuran dapat dilihat pada Gambar berikut
B. Peralatan Survei
a. Echo Sounder GPS Map dan perlengkapannya. Alat ini mempunyai fasilitas GPS
(Global Positioning System) yang akan memberikan posisi alat pada kerangka
Halaman E-14
Usulan Teknis
P T. .................................
horizontal dengan bantuan satelit. Dengan fasilitas ini, kontrol posisi dalam
kerangka horisontal dari suatu titik tetap di darat tidak lagi diperlukan. Selain
fasilitas GPS, alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur kedalaman perairan
dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan ke dasar perairan.
Gambar alat ini disajikan pada Gambar E.2, sedangkan penempatan alat ini dan
perlengkapannya pada perahu dapat dilihat di Gambar E.3.
b. Notebook. Satu unit portable computer diperlukan untuk menyimpan data yang di-
download dari alat GPSMap setiap 300 kali pencatatan data.
c. Perahu. Perahu digunakan untuk membawa Surveyor dan alat-alat pengukuran
menyusuri jalur-jalur sounding yang telah ditentukan. Dalam operasinya, perahu
tersebut harus memiliki beberapa kriteria, antara lain:
1) Perahu harus cukup luas dan nyaman untuk para Surveyor dalam melakukan
kegiatan pengukuran dan downloading data dari alat ke komputer, dan lebih baik
tertutup dan bebas dari getaran mesin.
2) Perahu harus stabil dan mudah bermanuver pada kecepatan rendah.
d. Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur sounding.
e. Papan duga. Papanduga digunakan pada kegiatan pengamatan fluktuasi muka air di
laut.
Gambar E.3 Reader Alat GPSMap Yang Digunakan Dalam Survei Batimetri.
Halaman E-15
Usulan Teknis
P T. .................................
SATELIT
READER
ANTENA ANTENA
TRANDUSER TRANDUSER
DASAR LAUT
Data yang tercatat pada alat GPSMap adalah jarak antara transducer alat ke dasar
perairan. Transducer tersebut diletakkan di bagian belakang kapal, di bawah permukaan
air yang terpengaruh oleh pasang surut. Oleh sebab itu diperlukan suatu koreksi
kedalaman terhadap jarak transducer ke permukaan air dan koreksi kedalaman
terhadap pasang surut. Menampilkan sketsa definisi besaran-besaran panjang yang
terlibat dalam proses koreksi tersebut.
Gambar E.5 Sketsa Definisi Besaran-Besaran Yang Terlibat Dalam Koreksi Kedalaman.
PAPAN DUGA
TAMPAK SAMPING
READER
ANTENA
TRANDUSER
0.00
DASAR LAUT
Keterangan gambar:
Halaman E-16
Usulan Teknis
P T. .................................
Dari definisi di atas maka elevasi dasar saluran dihitung air on papan duga adalah (ED):
𝐸𝐷 = 𝑍 + 𝐴 − 𝐸𝑀𝐴
Setelah itu dilakukan pengikatan terhadap elevasi rencana. Hasil dari koreksi pertama
(koreksi terhadap jarak transducer ke muka air dan terhadap pasang surut)
menghasilkan elevasi dasar perairan terhadap nol papan duga. Elevasi ini kemudian
diikatkan kepada elevasi LLWL yang dihitung pada pengolahan data pasang surut.
Pengikatan terhadap LLWL dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut ini:
𝐸𝐷𝐿𝑊𝑆 = 𝐸𝐷 − 𝐸𝐿𝑊𝑆
dimana:
Sehubungan hal tersebut maka pekerjaan yang dilakukan dalam survei hidro-oseanografi
ini meliputi pengamatan pasang surut, pengukuran arus, dan pengambilan contoh sedimen.
Sesuai dengan KAK Pengamatan pasang surut akan dilaksanakan selama 15 hari
berturut-turut dengan interval pembacaan setiap jam. Pengukuran dilakukan pada
satu tempat yang secara teknis memenuhi syarat. Pengamatan pasut dilaksanakan
menggunakan peilschaal dengan interval skala 1 (satu) cm.
Hasil pengamatan pada papan peilschaal dicatat pada formulir pencatatan elevasi air
pasang surut yang telah disediakan. Kemudian diikatkan (levelling) ke satu patok
seperti Gambar E.5, untuk mengetahui elevasi nol peilschaal dengan menggunakan
Halaman E-17
Usulan Teknis
P T. .................................
Zeiss Ni-2 Waterpass. Sehingga pengukuran batimetri dan pasang surut mempunyai
datum (bidang referensi) yang sama.
dimana:
BT. 2 BT. 1
Patok
Peilschaal
Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana bagi
perencanaan fasilitas laut, mengetahui tipe pasang surut yang terjadi dan meramalkan
fluktuasi muka air. Urutan analisa pasang surut adalah sebagai berikut:
Halaman E-18
Usulan Teknis
P T. .................................
Periode
Komponen Simbol Keterangan
(jam)
Matahari-bulan K1 23.9346
Utama bulan O1 25.8194 Pasang Surut Diurnal
Utama matahari P1 24.0658
Bilangan Formzall
Tipe Pasang Surut Keterangan
(F)
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
F < 0.25 Pasang harian ganda (semidiurnal) ketinggian yang hampir sama dan terjadi berurutan secara teratur.
Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
0.25 < F < 1.5 Campuran, condong ke semi diurnal
ketinggian dan periode yang berbeda.
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut dengan
1.5<F<3.0 Campuran, condong ke diurnal ketinggian yang berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali air pasang
dalam 1 hari dengan perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu.
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut. Periode
F < 3.0 Pasang harian tunggal (diurnal)
pasang surut adalah 24 jam 50 menit
Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses sebelumnya dilakukan
penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut:
𝐾1 + 𝑂1
𝑁𝐹 =
𝑀2 + 𝑆2
Halaman E-19
Usulan Teknis
P T. .................................
Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut untuk 15 hari yang dipilih bersamaan
dengan masa pengukuran yang dilakukan. Hasil peramalan tersebut dibandingkan
dengan pembacaan elevasi di lapangan untuk melihat kesesuaiannya. Dengan
konstanta yang didapatkan dilakukan pula peramalan pasang surut untuk masa 20
tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan
elevasi-elevasi penting pasang surut yang menjadi ciri daerah tersebut sebagaimana
disajikan pada Tabel V.2.
Dari elevasi penting pasang surut yang ada maka ditetapkan nilai LLWL sebagai elevasi
nol acuan. Disamping itu dari peramalan untuk masa 20 tahun ke depan akan
didapatkan nilai probabilitas dari masing-masing elevasi penting di atas.
Gambar E.7 Bagan Alir Perhitungan Dan Peramalan Perilaku Pasang Surut Laut.
Data Pasut
Admiralty
Komponen Pasang
Surut Jenis Pasang Surut
Tabel E.3 Bagan Alir Perhitungan Dan Peramalan Perilaku Pasang Surut Laut.
No Jenis Elevasi Penting
1 HHWL, Highest High Water Level
2 MHWS, Mean High Water Spring
3 MHWL, Mean High Water Level
4 MSL, Mean Sea Level
5 MLWL, Mean Low Water Level
6 MLWS, Mean Low Water Spring
7 LLWL, Lowest Low Water Level
Halaman E-20
Usulan Teknis
P T. .................................
Tujuan pengukuran arus adalah untuk mendapatkan besaran kecepatan dan arah arus
yang akan berguna dalam penentuan sifat dinamika perairan lokal. Metode
pelaksanaan pengukuran ini dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengukuran arus dilakukan di tiga kedalaman yaitu 0,2d, 0,6d dan 0,8d. Pengukuran
arus dilakukan selama 1 x 24 jam secara terus menerus. Penempatan titik
pengamatan ini disesuaikan dengan kondisi oceanography lokal dan ditentukan
hasil studi pengamatan/survei pendahuluan (reconnaissance survei). Yang
dilakukan adalah: pengukuran distribusi kecepatan, dalam hal ini pengukuran
dilakukan di beberapa kedalaman dalam satu penampang. Berdasarkan teori yang
ada, kecepatan arus rata-rata pada suatu penampang yang besar adalah:
dimana:
b. Pengamatan kecepatan arus dilakukan pada kedalaman 0.2d, 0.6d, 0.8d seperti yang
ditampilkan pada Gambar E.7.
c. Pengukuran arus akan dilakukan pada 2 saat, yaitu pada saat pasang tertinggi
(spring tide) dan surut terendah (neap tide). Lama pengukuran masing-masing
selama 24 jam dengan interval waktu tertentu, yaitu dari saat surut sampai dengan
saat surut berikutnya atau pada saat pasang ke saat pasang berikutnya atau disebut
1 siklus pasang surut.
Halaman E-21
Usulan Teknis
P T. .................................
Pekerjaan ini mencakup pengambilan contoh sedimen suspensi dan dasar. Peralatan
pengambilan contoh air (sedimen suspensi) menggunakan satu unit botol yang
dilengkapi dengan katup-katup pemberat. Botol yang digunakan, dimasukkan pada
kedalaman yang dikehendaki di titik pengambilan sampel air. Sampel air yang didapat,
disimpan dalam botol plastik untuk di tes di laboratorium.
Dalam pengambilan sampel air, terdapat dua metode pengambilan yaitu grab sample
dan composite sample. Grab sample adalah pengambilan sampel dilakukan dengan
sekali ambil pada kedalaman tertentu. Sementara composite sample adalah
pengambilan sampel pada kedalaman air yang berbeda dan kemudian digabung
menjadi satu sampel. Metode yang dipilih untuk diterapkan dalam pekerjaan ini adalah
composite sample.
Pengambilan contoh sedimen suspensi dilakukan pada kedalaman yang sama dengan
pengukuran arus seperti yang ditampilkan sebelumnya pada gambar.
Sementara pengambilan sampel sedimen dasar menggunakan satu unit grabber seperti
yang diilustrasikan pada gambar. Grabber dengan kondisi “mulut” terbuka diturunkan
dengan mengulur tali hingga membentur tanah dasar laut/sungai. Saat tali ditarik
kembali, secara otomatis mulut grabber akan menggaruk material di bawahnya hingga
tertutup. Dengan demikian grabber yang telah memuat material dasar ditarik ke atas.
Sampel material dasar tersebut dimasukkan ke dalam wadah plastik yang diberi tanda
untuk dites di laboratorium.
Halaman E-22
Usulan Teknis
P T. .................................
Angin mengakibatkan gelombang laut, oleh karena itu data angin dapat digunakan untuk
memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi kajian. Data angin diperlukan sebagai
data masukan dalam peramalan gelombang sehingga diperoleh tinggi gelombang rencana.
Data angin yang diperlukan adalah data angin setiap jam berikut informasi mengenai
arahnya.
Arah angin dinyatakan dalam bentuk delapan penjuru arah angin (Utara, Timur Laut, Timur,
Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Barat Laut). Kecepatan angin disajikan dalam
bentuk satuan knot, di mana:
Angka-angka statistik tersebut dapat disajikan secara visual dalam bentuk Windrose seperti
yang ditunjukkan pada gambar.
Analisis pola distribusi angin rencana pada kawasan kajian dilakukan pula dengan
menggunakan berbagai distribusi yaitu distribusi Log Normal, Pearson, Log Pearson dan
Gumbel. Selanjutnya akan diperoleh distribusi yang paling cocok untuk diterapkan pada
pola angin yang terjadi di kawasan kajian. dengan kecepatan angin maksimum pada lokasi
pekerjaan.
Halaman E-23
Usulan Teknis
P T. .................................
Data angin jangka panjang, minimum 10 tahun, memberikan data statistik yang lebih
meyakinkan untuk metode hindasting ini. Diagram proses hindasting ditampilkan pada
Gambar selanjutnya.
Untuk melakukan peramalan gelombang di suatu perairan diperlukan masukan berupa data
angin dan peta batimetri. Interaksi antara angin dan permukaan air menyebabkan
timbulnya gelombang (gelombang akibat angin atau wind induced wave). Peta perairan
lokasi dan sekitarnya diperlukan untuk menentukan besarnya “fetch” atau kawasan
pembentukan gelombang. Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan
memiliki kecepatan dan arah angin yang relatif konstan. Adanya kenyataan bahwa angin
bertiup dalam arah yang bervariasi atau sembarang, maka panjang fetch diukur dari titik
pengamatan dengan interval 50.
Panjang fetch dihitung untuk 8 arah mata angin dan ditentukan berdasarkan rumus berikut:
∑ 𝐿𝑓𝑖 . cos ∝𝑖
𝐿𝑓𝑖 =
∑ cos ∝𝑖
dimana:
Lfi = panjang fetch ke-i
α1 = sudut pengukuran fetch ke-i
i = jumlah pengukuran fetch
Jumlah pengukuran “i” untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi pengukuran-
pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (22,50 searah jarum jam dan 22,50 berlawanan
arah jarum jam). Contoh peta fetch pada sebuah kawasan perairan ditampilkan pada
selanjutnya.
Halaman E-24
Usulan Teknis
P T. .................................
terbatas (fetch limited condition) maupun kondisi durasi terbatas (duration limited
condition) sebagai berikut:
Pada pembentukan gelombang terbatas waktu, waktu angin bertiup kurang lama.
Kondisi gelombang yang terbentuk adalah fungsi dari kecepatan angin dan durasi.
Penghitungan parameter gelombang untuk jenis ini menggunakan bantuan grafik.
Pada pembentukan gelombang terbatas fetch, angin bertiup cukup lama dan kondisi
gelombang yang terbentuk adalah fungsi dari kecepatan dan panjang fetch.
Penghitungan parameter gelombang terbatas fetch ini dapat menggunakan persamaan
berikut ini:
dimana:
Hs = tinggi gelombang signifikan (m)
Ts = periode gelombang signifikan (s)
V = kecepatan angin (m/s)
3. Pembentukan Sempurna
Gelombang ini terbentuk bila angin bertiup cukup lama dan dengan kecepatan yang
cukup besar. Persamaan-persamaan yang digunakan untuk kondisi pembentukan
gelombang sempurna adalah:
𝑔𝐻𝑠 𝑔𝑇𝑠
2 = 0.283; = 1.2
𝑣 2𝜋𝑣
3. Hitung kecepatan angin untuk durasi 3 jam dengan langkah sebagai berikut:
Halaman E-25
Usulan Teknis
P T. .................................
1609
𝑡=
𝑈𝑡
𝑈𝑡 45
= 1.277 + 0.296 tanh {0.9 log ( )}
𝑈3600 𝑡
𝑈𝑥
= −0.15 log 𝑥 + 1.5334
𝑈3600
dimana:
Ux = kecepatan angin 3 jam
Ut = kecepatan angin dari data angina
dimana:
v = kecepatan angin = Ux
g = percepatan gravitasi
F = panjang fetch efektif
c. Hitung tinggi dan periode gelombang signifikan berdasarkan kondisi yang ada.
d. Dari tinggi dan periode gelombang (HS dan TS) yang didapatkan dari perhitungan
masing-masing data angin kemudian dilakukan analisa frekuensi dengan
menggunakan metode Gumbell untuk memperoleh tinggi dan periode gelombang
untuk periode ulang H2, H5, H10, H25, H50 dan H100 menurut arah datang
gelombang. Hasil penentuan gelombang berdasarkan analisa frekuensi ini yang
digunakan untuk perencanaan teknis fasillitas selanjutnya.
Tinggi gelombang rencana yang diperlukan sebagai data input dalam analisis
gelombang selanjutnya diperoleh dengan cara sebagai berikut:
• Dari hasil pasca - kiraan gelombang, diambil tinggi gelombang yang terbesar
dengan periodenya untuk tiap arah yang mendatangkan gelombang, tiap tahun.
Halaman E-26
Usulan Teknis
P T. .................................
• Dari tabel tersebut untuk tiap tahun diambil gelombang terbesar, tidak peduli
arahnya. Hasil inventarisasi gelombang terbesar selama 18 tahun ini disajikan
dalam bentuk tabel dengan informasi mengenai arah gelombang sudah hilang
dalam analisis selanjutnya.
• Analisis frekuensi gelombang rencana dengan metode yang digunakan terdiri dari
beberapa distribusi yaitu Log Normal, Log Pearson III, Pearson III dan Gumbell.
Analisis frekuensi adalah kejadian yang diharapkan terjadi, rata-rata sekali setiap
N tahun atau dengan perkataan lain tahun berulangnya N tahun. Kejadian pada
suatu kurun waktu tertentu tidak berarti akan terjadi sekali setiap 10 tahun akan
tetapi terdapat suatu kemungkinan dalam 1000 tahun akan terjadi 100 kali
kejadian 10 tahunan.
Setelah mendapatkan tinggi gelombang rencana untuk periode ulang tertentu tersebut
kemudian dianalisis periode gelombang yang sesuai melalui sebuah grafik hubungan
antara tinggi gelombang dengan periode gelombang seperti yang diperlihatkan pada
Gambar berikut
Halaman E-27
Usulan Teknis
P T. .................................
Gambar E.11 Diagram Alir Proses Peramalan Gelombang Berdasarkan Data Angin.
Halaman E-28
Usulan Teknis
P T. .................................
Gambar E.14 Contoh Grafik Periode Ulang Dari Berbagai Jenis Distribusi
Halaman E-29
Usulan Teknis
P T. .................................
A. Teori Dasar
Gelombang pada kawasan pantai (coastal area) berasal dari laut lepas pantai.
Penyebaran gelombang dipengaruhi oleh kontur dasar perairan dimana pergerakan
gelombang ditransformasikan menurut variasi topografi dasar perairan tersebut. Ada
beberapa tipe transformasi gelombang, di antaranya: pendangkalan (shoaling), pecah
(breaking), refraksi (refraction), difraksi (difraction) dan lain-lain. Untuk keperluan
perencanaan ini lebih ditekankan pada analisa refraksi/difraksi saja.
Refraksi adalah peristiwa berubahnya arah perambatan dan tinggi gelombang akibat
perubahan kedalaman dasar laut. Gelombang akan merambat lebih cepat pada
perairan yang dalam dari pada perairan yang dangkal. Hal ini menyebabkan puncak
gelombang membelok dan menyesuaikan diri dengan kontur dasar laut.
Ks = koefisien pendangkalan
Kr = koefisien refraksi
dimana:
𝐶𝑔𝑜
𝐾𝑠 = √
𝐶𝑔
𝑏𝑜
𝐾𝑟 = √
𝑏
Sementara, tinggi gelombang yang terjadi pada perairan dangkal (H) dapat dihitung
sebagai berikut:
𝐻 = 𝐻𝑜. 𝐾𝑠. 𝐾𝑟
Halaman E-30
Usulan Teknis
P T. .................................
Penurunan persamaan refraksi gelombang dengan menganggap dua garis ortogonal yang
melintas dari laut dalam menuju pantai dan dianggap tidak ada energi gelombang yang
keluar dari lintasan tersebut sehingga dianggap konstan (Gambar E.16). Besarnya tinggi
gelombang yang terjadi akibat pengaruh refraksi adalah:
𝑛𝑜 𝐿𝑜 𝑏𝑜
𝐻=√ √ 𝐻𝑜
𝑛𝐿 𝑏
𝐻 = 𝐾𝑠. 𝐾𝑟. 𝐻𝑜
dengan:
Ks = koefisien pendangkalan
Kr = koefisien refraksi
Koefisien pertama adalah pengaruh pendangkalan sedangkan yang kedua adalah pengaruh
garis ortogonal konvergen atau divergen yang disebabkan oleh refraksi gelombang.
Halaman E-31
Usulan Teknis
P T. .................................
Ortogonal gelombang
L0
b0
0
x
L
Kontur kedalaman b
x
Pantai
Untuk gelombang yang tidak mengalami shoaling, dengan Ks = H/H’ 0, maka persamaan
tinggi gelombang menjadi:
𝐻′𝑜 = 𝐾𝑟. 𝐻𝑜
dimana:
Halaman E-32
Usulan Teknis
P T. .................................
T
C1
1
=
L
1 d1
x
2 d2
C 2T
2
L2 =
d1 > d2
C1 > C2
L1 > L 2
𝐶2
sin 𝛼2 = ( ) sin 𝛼1
𝐶1
dimana:
α1 = sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar di mana gelombang
melintas.
α2 = sudut yang sama diukur saat garis puncak gelombang melintas dasar kontur
berikutnya.
C1 = kecepatan gelombang pada kedalaman kontur pertama.
C2 = kecepatan gelombang pada kedalaman kontur kedua.
Apabila ditinjau di laut dalam dan pada titik yang ditinjau, maka persamaan di atas
menjadi:
𝐶
sin 𝛼 = ( ) sin ∝0
𝐶0
Jarak ortogonal di laut dalam dan di suatu titik yang ditinjau adalah b 0 dan b. Apabila
kontur dasar laut lurus dan sejajar maka jarak x di titik O dan titik berikutnya adalah:
Halaman E-33
Usulan Teknis
P T. .................................
𝑏𝑜 𝑏
𝑥= =
cos 𝛼0 cos 𝛼
𝑏𝑜 cos 𝛼0
𝐾𝑟 = √ = √
𝑏 cos 𝛼
Difraksi adalah peristiwa transmisi energi gelombang dalam arah ke samping (lateral)
dari arah perambatan gelombang. Peristiwa ini terjadi apabila terdapat bangunan laut
yang menghalangi perambatan gelombang. Pada bagian yang terlindung oleh
bangunan laut, tetap terbentuk gelombang akibat transmisi lateral tadi. Fenomena
difraksi tidak terbatas pada perairan dangkal saja karena difraksi terjadi di mana
terdapat bangunan laut yang menghalangi perambatan gelombang.
Pada Gambar E.18a menunjukkan apabila tidak terjadi difraksi gelombang maka
daerah di belakang rintangan akan tenang. Bila terjadi difraksi (Gambar E.18b), maka
daerah di belakang rintangan akan terpengaruh oleh gelombang datang. Garis puncak
gelombang di belakang rintangan akan membelok dan mempunyai busur lingkaran
dengan pusatnya pada ujung rintangan. Pada daerah ini, tinggi gelombang akan
berkurang, semakin jauh dari ujung rintangan maka berkurangnya tinggi gelombang
akan semakin besar. Sedangkan untuk daerah di depan rintangan akan terjadi
superposisi antara gelombang datang dan gelombang balik yang dikenal dengan short
crested waves (gelombang hasil superposisi beberapa gelombang yang sudut
datang/perginya tidak sama).
K'
r Titik tinjau
L Perairan tenang L
P P
Rintangan Rintangan
Halaman E-34
Usulan Teknis
P T. .................................
• Sudut antara rintangan dan garis yang menghubungkan titik tersebut dengan
ujung rintangan β.
𝐻 = 𝐾 ′ . 𝐻𝑖
dimana:
Nilai K’ untuk θ, β, r/L tertentu dapat dicari dengan menggunakan diagram difraksi.
Langkah-langkah untuk menggunakan diagram difraksi adalah:
• Hitung r/L.
• Bila arah gelombang tidak sama dengan yang ada pada diagram, lakukan
interpolasi.
Halaman E-35
Usulan Teknis
P T. .................................
panjang gelombang L (B/L). Apabila lebar celah sama dengan lima kali panjang
gelombang atau lebih, maka difraksi oleh kedua ujung celah tidak saling
mempengaruhi sehingga teori difraksi untuk gelombang melewati celah tunggal
dapat digunakan untuk kedua sisi.
1. Batimetri Perairan
Analisis refraksi/difraksi memerlukan kawasan perairan yang agak luas. yang dapat
diperoleh dari Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL (DISHIDROSAL). Batas laut paling
luar dari perairan diambil suatu anggapan bahwa gelombang yang ada atau
terbentuk berupa gelombang sempurna yang belum mengalami refraksi/difraksi.
Sedang pada kawasan di sebelah dalam (dekat pantai) dilakukan simulasi yang lebih
teliti dengan peta batimetri dengan ruang lingkup lebih kecil.
2. Tinggi Gelombang
Tinggi gelombang yang digunakan sebagai data masukan model numerik ini adalah
tinggi gelombang yang diperoleh dari hasil pasca-kiraan gelombang berdasarkan
data angin jangka panjang.
Arah datangnya pergerakan gelombang yang ditinjau dalam simulasi ini adalah
arah-arah yang menghadap ke laut bebas atau relatif bebas.
4. Periode Gelombang
Halaman E-36
Usulan Teknis
P T. .................................
Bangunan pantai harus direncanakan untuk mampu menahan gaya-gaya gelombang yang
bekerja padanya. Hitungan stabilitas bangunan biasanya didasarkan pada kondisi ekstrem,
di mana dengan kondisi tersebut bangunan harus tetap aman. Biasanya untuk perencanaan
bangunan pantai digunakan gelombang representatif dengan periode ulang tertentu.
Gelombang representatif dan periode ulang gelombang telah diberikan dalam pembahasan
sebelumnya. Penentuan gelombang rencana harus mempertimbangkan tipe bangunan, nilai
daerah yang dilindungi, dan juga biaya pelaksanaan pekerjaan. Semakin penting bangunan
Halaman E-37
Usulan Teknis
P T. .................................
semakin besar periode ulang gelombang rencana. Biasanya periode ulang ditetapkan antara
10 dan 100 tahun.
Gelombang representatif yang dipilih tergantung pada apakah bangunan kaku, semi kaku,
atau fleksibel. Untuk bangunan kaku, seperti dinding beton atau kaison, di mana tinggi
gelombang di dalam deretan gelombang dapat menyebabkan runtuhnya seluruh bangunan,
maka tinggi gelombang representatif biasanya diambil H1. Untuk bangunan semi kaku,
seperti sel turap baja, tinggi gelombang representatif dipilih antara H10 sampai H1. Untuk
bangunan fleksibel, seperti bangunan dari tumpukan batu, tinggi gelombang representatif
bervariasi dari H5 sampai Hs. Kerusakan yang terjadi pada bangunan tumpukan batu,
apabila gelombang yang terjadi lebih besar dari gelombang rencana, tidak akan berakibat
fatal. Walaupun bangunan telah rusak tetapi masih bisa berfungsi, dan batu-batu yang
tergeser dari tempatnya akan mudah diperbaiki.
Kondisi gelombang di lokasi bangunan pada setiap saat tergantung pada elevasi muka
air, yang selalu berubah karena pasang surut. Bangunan bisa mengalami serangan
gelombang dengan bentuk yang berbeda karena adanya perubahan elevasi muka air,
yaitu apakah gelombang tidak pecah, pecah, atau telah pecah. Oleh karena itu perlu
ditentukan kondisi gelombang di lokasi bangunan untuk berbagai elevasi muka air. Hal
ini mengingat bahwa gaya gelombang yang ditimbulkan oleh gelombang tidak pecah,
pecah dan telah pecah adalah berbeda.
Apabila bangunan berada pada kedalaman yang cukup besar, yaitu lebih besar dari 1,5
kali tinggi gelombang maksimum yang terjadi, maka gelombang di lokasi tersebut tidak
pecah. Kondisi tersebut diperhitungkan untuk berbagai elevasi muka air. Kondisi
gelombang di lokasi tersebut dapat dihitung berdasar gelombang rencana di laut dalam
dengan menggunakan analisis refraksi dan pendangkalan gelombang.
Halaman E-38
Usulan Teknis
P T. .................................
Mengingat gelombang di suatu lokasi terdiri dari berbagai macam tinggi, periode dan
arah gelombang, maka karakteristik gelombang di lokasi bangunan adalah gelombang
terbesar yang diperoleh dari berbagai karakteristik gelombang tersebut.
Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan
bentuk dengan puncak gelombang semakin tajam sampai akhirnya pecah pada suatu
kedalaman tertentu. Proses gelombang pecah, yaitu sejak gelombang mulai tidak stabil
sampai pecah sepenuhnya terbentang pada suatu jarak xp. Galvin (1969, dalam CERC,
1984) memberikan hubungan antara jarak yang dilempuh selama proses gelombang
pecah (xp) dan tinggi gelombang saat mulai pecah Hb, yang tergantung pada
kemiringan dasar pantai (Gambar F.21).
Halaman E-39
Usulan Teknis
P T. .................................
Halaman E-40
Usulan Teknis
P T. .................................
Tinggi gelombang pecah rencana Hb tergantung pada kedalaman air pada suatu jarak
di depan kaki bangunan di mana gelombang pertama kali mulai pecah. Kedalaman
tersebut berubah dengan pasang surut. Tinggi gelombang pecah rencana mempunyai
𝑑𝑠 𝑑𝑏 𝑋𝑏
bentuk berikut: 𝐻 𝑏 = 𝛽= 𝜏𝑏 =
𝛽−𝑚𝜏𝑏 𝐻𝑏 𝐻𝑏
Nilai β yang digunakan dalam Persamaan di atas tidak dapat langsung digunakan
sebelum nilai Hb diperoleh. Untuk menghitung nilai Hb telah disediakan Gambar E.24.
Apabila kedalaman rencana maksimum pada bangunan dan periode gelombang datang
diketahui, maka dapat dihitung tinggi gelombang pecah rencana.
Sering kali perlu diketahui gelombang di laut dalam yang menyebabkan gelombang
pecah rencana tersebut. Dengan membandingkan tinggi gelombang di laut dalam
tersebut dengan hasil analisis statistik gelombang di laut dalam akan dapat diketahui
seberapa banyak gelombang pecah rencana tersebut bekerja pada bangunan. Tinggi
gelombang laut dalam dapat dihitung dengan menggunakan Gambar E.25 dan hasil
analisis refraksi.
Halaman E-41
Usulan Teknis
P T. .................................
Analisis Prakiraan Permintaan Angkutan merupakan dasar utama dalam analisis rencana
pembangunan pelabuhan ini. Beberapa metode yang dapat diterapkan adalah:
a. Metoda Langsung
Contoh:
Halaman E-42
Usulan Teknis
P T. .................................
Di mana :
Demand = Permintaan moda angkutan laut dipelabuhan tertentu
Demandt-1 = Permintaan moda angkutan laut dipelabuhan tertentu
periode sebelumnya.
X = Vektor dari variabel-variabel yang mempengaruhi
permintaan moda angkutan laut dipelabuhan tertentu.
ε = residual atau faktor-faktor yang tak terjelaskan dalam model
Sebagai model time series, VAR membutuhkan jumlah observasi (unit
waktu) yang cukup panjang.
2. Jika kondisi data yang tersedia tidak memenuhi kelayakan dari VAR, maka
alternatif yang akan digunakan adalah model regresi panel data.
Demand it = + it +
Di mana :
Demand = Permintaan moda angkutan laut
X = Vektor dari variabel-variabel yang mempengaruhi
permintaan moda angkuta laut.
ε = residual atau faktor-faktor yang tak terjelaskan dalam model.
Dari koefisien α dan β, kita mendapatkan fungsi permintaan yang kemudian
kita substitusikan dengan data actual untuk mendapatkan perkiraan jumlah
permintaan moda angkutan laut.
Contoh :
Halaman E-43
Usulan Teknis
P T. .................................
3. digunakan model "time value" dengan variabel tarif dan waktu, untuk
memperkirakan volume aliran untuk tiap mode transportasi.
Cara mengungkap suatu potensi, khususnya potensi daerah menjadi suatu model
pendekatan prakiraan permintaan perangkutan (laut) menjadi sangat penting,
mengingat suatu daerah/kasus, mempunyai karakteristik perilaku khas. Untuk
itu, penetapan salah satu atau beberapa metoda cara mengungkap (eksplanatori)
menjadi hal yang sangat penting. Pada kajian ini dilakukan 3 (tiga) cara
pendekatan, yakni:
a) Proyeksi kecenderungan
Proyeksi kecenderungan adalah sebuah prakiraan yang menentukan
prakiraan yang akan datang sebagai sebuah fungsi waktu. Walaupun,
proyeksi ini mengatakan bahwa waktu bukan merupakan faktor
pertumbuhan dari permintaan yang akan datang, proyeksi kecenderungan
masih memiliki kecenderungan untuk digunakan dalam estimasi yang tidak
beraturan.
Halaman E-44
Usulan Teknis
P T. .................................
b) Model ekonometri
Model ekonometri menggunakan indikator-indikator social-ekonomi (PDRB
dan penduduk) sebagai suatu faktor pertumbuhan dari permintaan lalu
lintas. Prakiraan jangka pendek dan jangka menengah merupakan bagian
dari model ini. Pendekatan model ekonometri adalah pendekatan yang
paling logis untuk membuat prakiraan secara riil yang paling mendekati,
dengan angka-angka yang dijadikan dasar pembuatan prakiraan permintaan
perangkutan, meskipun pada akhirnya harus tetap memasukkan aspek-
aspek penting yang sangat berperan yang sulit untuk diformulasi ke dalam
model ekonometri tersebut, seperti misalnya: tingkat pergerakan barang,
kepentingan-kepentingan individu (investor) dan sebagainya.
c) Penilaian atas pengalaman
Penilaian atas pengalaman seringkali berdasarkan atas pertimbangan
dengan atau tanpa hasil yang diperoleh dari metode lain sebelumnya yang
sudah dijelaskan. Hal ini merupakan sebuah penilaian dari ahli yang
berpengalaman dalam pandangan jangka panjang dan keterlibatan dalam
pekerjaan lalu lintas laut, sektor-sektor ekonomi lain yang berhubungan
dengan perangkutan laut, analisis informasi secara statistik dan
pertimbangan pendapat dari para ahli pemasaran. Hal ini merupakan
sintesa dari bermacam teknis dan merupakan metode untuk menjamin
bahwa prakiraan-prakiraan yang dilakukan oleh metode-metode lain yang
telah disebutkan berada dalam batasan sebenarnya.
3. Prakiraan Berdasarkan Moda Transportasi
Halaman E-45
Usulan Teknis
P T. .................................
Kajian terhadap potensi ekonomi wilayah dilakukan dengan mengkaji potensi ekonomi
wilayah dengan menggunakan berbagai teknik analisis. Teknik analisis yang dilakukan
adalah Teknik Analisis Location Quetient:
1. LQ < 1, maka:
Halaman E-46
Usulan Teknis
P T. .................................
Sektor ini merupakan sektor nonmampu namun berpotensi untuk dikembangkan dan
memilki negatif export employment, artinya wilayah dalam keadaan minus untuk sektor
ini, sehingga daerah tersebut cenderung mengambil dari luar daerah.
2. LQ = 1, maka:
Sektor ini dapat mencukupi kebutuhan di daerahnya sendiri dan sisanya merupakan
kemampuan ekspor sektor tersebut, atau dengan kata lain terdapat keseimbangan
antara ekspor dan impor.
3. LQ > 1, maka:
Sektor ini merupakan sektor mampu dan potensi sehingga memiliki sifat positif export
employment, artinya wilayah dalam keadaan surplus untuk sektor ini sehingga daerah
tersebut cenderung mengirim ke luar daerah (mengekspor)
Dimana :
Metode yang akan digunakan untuk melakukan analisis kelayakan ekonomi adalah metode
yang sudah lazim dipakai dalam analisis ekonomi antara lain :
Halaman E-47
Usulan Teknis
P T. .................................
Gross B / C Ratio
Membandingkan antara discounted gross benefit dengan discounted gross cost.
Gross B/C = t =n
Bt
(1 + i)
t =1
t
t =n
Ct
(1 + i)
t =1
t
b. Incremental Benefit
Dalam melakukan evaluasi kelayakan dari aspek ekonomi yang ditinjau adalah
manfaat tambahan (incremental benefit) yang diperoleh jika pengembangan
pelabuhan dilaksanakan.
Manfaat tambahan yang dievaluasi adalah manfaat yang bisa dinilai dengan
uang (tangible benefit) dan manfaat yang tidak bisa dinilai dengan uang
(intangible benefit)
1. Terhadap PDRB
Parameter yang merupakan ukuran perkembangan dalam suatu daerah
2. ICOR
Peluang investasi ditentukan dengan tingkat efisiensi suatu usaha yang
diukur dengan nilai indeks ICOR, dimana apabila :
Metode yang akan digunakan untuk melakukan analisis kelayakan finansial adalah
metode yang sudah lazim dipakai dalam analisis finasial antara lain :
Halaman E-48
Usulan Teknis
P T. .................................
t =n
Bt − C t
(1 + i)
t =1
t
positif
t =n
Bt − C t
net b/c (1 + i)
t =1
t
negatif =
Di mana :
Suatu kegiatan/proyek dianggap layak untuk dilaksanakan apabila nilai net b/c
lebih besar dari satu.
Halaman E-49
Usulan Teknis
P T. .................................
Dalam analisis kelayakan lingkungan terkait dengan identifikasi dampak besar dan
penting yang mungkin timbul sehubungan dengan rencana pembangunan pelabuhan
yang dihubungkan dengan kebijakan pemerintah yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW).
Dalam analisis pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif biasanya dilakukan jika masalah yang
dihadapi relatif sederhana dan pengambil keputusan memiliki pengalaman akan masalah
sejenis. Jika masalah yang dihadapi cukup rumit dan pengambil keputusan belum memiliki
pengalaman, maka analisis kuantitatif patut dipertimbangkan dalam analisis pengambilan
keputusan.
Kajian awal dilakukan pada semua aspek yang terkait dengan Kondisi pelabuhan eksisting
, Kajian ini tidak bersifat detail namum harus memadai untuk mencapai tujuan tahap ini,
yaitu menentukan bagaimana pengembangan pelabuhan kelak dapat dilaksanakan atau
tidak. Penentuan dilakukan berdasarkan masing-masing aspek yang akan diuraikan di
bawah ini dengan cara memberikan sistem penilaian (scoring) untuk menetukan alternatif
yang paling baik.
Halaman E-50
Usulan Teknis
P T. .................................
• Batas-batas administratif
• Kondisi geografis
• Jenis komoditas, baik yang ada di daerah hinterland, maupun yang dapat ditangani
di pelabuhan sasaran.
Dalam pada ini, perlu pula diperhatikan kebijakan pemerintah setempat, baik tingkat
kabupaten maupun propinsi, yang dianggap dapat berdampak pada pelabuhan
eksisting. Demikian pula peran-peran yang akan dijalankan oleh Pelabuhan eksisting
dengan pelabuhan di sekitarnya. Sehingga pada akhirnya parameter-paramter
tersebut dapat terdefinisikan dengan baik dan dapat membantu perhitungan yang akan
dilakukan pada tahap selanjutnya akan dilakukan peramalan jumlah kargo dan
penumpang yang akan melalui pelabuhan sasaran. Perhitungan diawali dengan
menentukan tingkat pertumbuhan PDRB dan penduduk yang akan terjadi pada setiap
tahapan, baik jangka pendek, dan menengah. Penentuan proyeksi pada tahap pertama
dilakukan dengan menggunakan trend model yang berdasarkan pertumbuhan PDRB
kemudian skenario kedua menggunakan average growth rate. Sementara itu, untuk
penduduk digunakan trend model yang berdasarkan pertumbuhan penduduk untuk
skenario pertama dan menggunakan average growth rate sebagai skenario kedua.
Halaman E-51
Usulan Teknis
P T. .................................
Dilakukan kajian terhadap data bulanan, yang diambil dari pencatatan T.II.DPT;
dilakukan analisis terhadap parameter-parameter,
Namun dalam menggunakan data bulanan, perlu dilakukan dengan hati-hati. Hal ini
disebabkan karena tata cara pencatatan yang berlaku adalah dengan memasukkan
semua pelabuhan yang berada di bawah kantor pelabuhan yang bersangkutan.
Sehingga perlu dilakukan terlebih dahulu pemahaman atas kargo, bagian mana yang
merupakan porsi pelabuhan sasaran, bagian mana yang bukan. Untuk itu diberikan
diagram alir sebagai mana yang tercantum pada Gambar F.26.
Halaman E-52
Usulan Teknis
P T. .................................
• Melakukan analisis data berdasarkan jenis kapal yang ada di dalam laporan bulanan
• Melakukan peramalan arus barang pada tahap sasaran dengan berdasarkan pada,
Halaman E-53
Usulan Teknis
P T. .................................
Analisa Data
Estimasi Kemungkinan
Kontainerisasi
Halaman E-54
Usulan Teknis
P T. .................................
Gambar E.28 Diagram Alir Peramalan Arus Barang dan Jumlah Penumpang
Kajian aspek ekonomi didasarkan pada data-data hasil survei yang telah dilaksanakan.
Dari data-data fasilitas penunjang dan sistem operasi pelabuhan yang sudah ada
diharapkan dapat direncanakan pengembangan pelabuhan dengan fasilitas dan pola
sistem yang paling efisien.
Kajian dilakukan juga untuk mengolah data-data survei menjadi proyeksi kebutuhan
prasarana dan sarana pelabuhan, serta proyeksi peningkatan pendapatan terhadap
pihak Pemilik Pekerjaan. Salah satu bentuk nyata dari hasil proyeksi kebutuhan
prasarana dan sarana penumpang adalah penentuan jenis kapal yang dapat dijadikan
dasar untuk menentukan type bangunan dan jenisnya secara detail.
Halaman E-55
Usulan Teknis
P T. .................................
Setelah jenis kebutuhan prasarana dan sarana teridentifikasi, maka pihak perancana
teknik dapat membuat suatu desain awal yang mengakomodasikan fasiltas-fasilitas
yang telah direncanakan.
Selain itu dalam kajian ekonomi maupun kajian finansial akan turut diperhatikan
masalah lain seperti biaya operasional pelabuhan dan dampak sosial yang ditimbulkan.
Dengan melakukan kajian tata ruang, walaupun hanya secara umum, diharapkan
rencana pembangunan pelabuhan bisa tetap sinkron sesuai dengan perkembangan
lingkungannya
Jalan akses pelabuhan merupakan salah satu faktor penting dalam pemilihan lokasi
pembangunan Pelabuhan. Karena itu, konsutan akan mengadakan kajian jalan akses di
sekitar lokasi pelabuhan sampai ke wilayah-wilayah daerah hinterland pelabuhan.
Untuk keperluan ini, konsultan akan mengumpulkan data sekunder (bahan melalui
pengamatan lapangan apabila diperlukan) atas kondisi dan dimensi jalan umum yang
terhubungkan dengan rencana jalan akses, sehingga dapat diestimasikan kapasitas
jaringan jalan di sekitar pelabuhan.
Sampai sejauh mana pelayanan jalan akses darat dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat daerah hinterland, merupakan jastifikasi terhadap kelayakan
pembangunan pelabuhan.
Halaman E-56
Usulan Teknis
P T. .................................
Halaman E-57
Usulan Teknis
P T. .................................
Halaman E-58
Usulan Teknis
P T. .................................
2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi;
3. keamanan dan keselamatan pelayaran;
4. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain terkait di lokasi pelabuhan;
5. kelayakan teknis, ekonomis dan lingkungan; dan
6. perizinan terkait yang telah diperoleh.
Halaman E-59
Usulan Teknis
P T. .................................
Halaman E-60
Usulan Teknis
P T. .................................
Kawasan pelabuhan harus berada pada daerah yang mudah diakses dan pada
simpul sirkulasi distribusi hasil industri dan komoditas lainnya.
Kegiatan pelabuhan sebagai pelaksanaan dari Organisasi Kelembagaan yang telah
ditetapkan sesuai dengan kelas Pelabuhan, sebagai dasar pembuatan zonasi
kegiatan.
Pengelompokan kegiatan yang berbeda untuk mengkaji zonasi dengan
membandingkan hubungan fungsional tiap zonasi yang ada dengan zonasi ideal
pelabuhan, meliputi :
– Turap
– Pemecah gelombang
– Kolam pelabuhan
– Alur pelayaran
– Sarana bantu navigasi
– Demaga
– Open storage (container yard)
– Gudang
– Kantor
– Bengkel
– Ruang Generator
– Ruang tangki air
– Komplek Rumah Dinas
– Rumah Ibadah
– Pos Penjagaan
– Jalan lingkungan
– Pagar kompleks
Halaman E-61
Usulan Teknis
P T. .................................
1. Lay out
Dalam proses ini akan ditentukan :
Lokasi lahan yang akan segera dikembangkan yang termasuk dalam Rencana
Pembangunan Jangka Pendek
Penyiapan lahan termasuk terassering
Jaringan jalan dan drainase
Jaringan listrik dan air bersih dan air limbah
Tempat parkir, taman dan sebagainya
Sea Side
Pola Sirkulasi
Zona Pelayaran
Fasilitas Pelabuhan :
– Fasilitas Pokok Pola Zonasi
Tata Latak
– Fasilitas Fungsional
– Fasilitas Pendukung
Land Side
Pola
Koordinasi/Grid
Zona Bongkar Muat
Orientasi
Zona Pengelola
Open Storage
Gudang tertutup
Halaman E-62
Usulan Teknis
P T. .................................
4. Fasilitas Pendukung
Sesuai dengan kebutuhan, fasilitas ini akan terdiri dari :
Untuk itu, aspek tata ruang menjadi hal penting dalam merencanakan sebuah pelabuhan
dan dalam kajian ini terbagi dalam 3 (tiga) sub kriteria, yaitu :
Halaman E-63
Usulan Teknis
P T. .................................
nasional yang memuat tentang kebijakan pelabuhan, rencana lokasi dan hierarkhi
pelabuhan nasional yang merupakan pedoman dalam menetapkan lokasi,
pembangunan, pengoperasian dan pengembangan pelabuhan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Banten menjadi salah satu pedoman dalam
cakupan wilayah regional dalam penataan kawasan. Di dalam RTRW Provinsi ini juga
termuat secara garis besar kebijakan pengembangan moda transportasi wilayah yang
terintegrasi dengan wilayah lainnya.Secara lebih spesifik lagi, kebijakan transportasi
baik menyangkut sarana dan prasarana tertuang dalam Tatanan Transportasi
Wilayah (Tatrawil).
Cakupan luas wilayah layanan pelabuhan, bisa juga disebut sebagai daerah hinterland
pelayanan akan sangat mempengaruhi terhadap besarnya jumlah pengguna kapal
yang akan berlabuh di pelabuhan tersebut. Semakin luas wilayah layanan, maka akan
semakin besar pula potensi pergerakan penumpang dan barang yang akan
menggunakan pelabuhan tersebut.
Halaman E-64
Usulan Teknis
P T. .................................
Sebuah pelabuhan yang ideal tentunya harus memenuhi seluruh aspek ini tanpa
terkecuali.Pemenuhan aspek ini bisa saja bersifat alamiah atau dengan upaya teknis
tertentu sesuai dengan kaidah perencanaan pelabuhan.
Secara lebih terinci aspek keselamatan pelabuhan yang terdiri dari 4 (empat) sub
kriteria yakni ;
1. Alur Pelayaran
Alur pelayaran merupakan area bebas bagi keluar masuknya kapal ke area
pelabuhan. Alur pelayaran ini mencakup syarat kedalaman dan lebar dengan
mempertimbangan kapal terbesar yang ditentukan pada saat menyusun desain
kriteria.
2. Kebutuhan SBNP
3. Rintangan Navigasi
Keberadaan rintangan navigasi baik yang alamiah seperti pulau tenggelam, karang,
gosong ataupun buatan seperti kapal tenggelam, perlu dihindarkan terutama pada
alur pelayaran dan kolam putar pelabuhan.
Halaman E-65
Usulan Teknis
P T. .................................
C. Aspek Ekonomi
Salah satu criteria penilaian kelayakan pelabuhan adalah aspek ekonomi.Aspek ini
mengandung pemahaman bahwa keberadaan pelabuhan dapat mendukung dan
membangkitkan perekonomian daerah setempat serta wilayah hinterlandnya. Dengan
bangkitnya perekonomian, maka secara langsung akan berdampak positif terhadap
tingkat kehidupan masyarakat. Hal ini juga ditunjukan dengan akan meningkatnya
PDRB dari tahun ketahun. Apabila aspek ekonomi ini dikaitkan dengan investasi
pembangunan pelabuhan, maka dapat dihitung EIRR nya apakah positif atau negative.
Meskipun demikian, untuk kasus tertentu dimana wilayah rencana merupakan wilayah
perbatasan, pulau terpencil, pulau terluar atau daerah perbatasan, maka aspek ini boleh
jadi tidak menjadi aspek penting yang harus dikaji.
Ada 3 (tiga) sub kriteria yang akan ditinjau dalam aspek ini, yaitu :
2. PDRB
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan disuatu daerah adalah dengan
semakin tingginya PDRB daerah yang bersangkutan.PDRB yang merupakan
representasi dari pendapatan asli daerah berbanding lurus dengan peningkatan
infrastruktur khususnya sarana dan prasarana transportasi.
3. EIRR
D. Aspek Finansial
Halaman E-66
Usulan Teknis
P T. .................................
E. Aspek Teknis
1. Kedalaman Perairan
Kedalaman perairan sangat terkait dengan aspek keselamatan pelayaran dan hal
yang perlu diperhatikan adalah sedimentasi serta keterlindungan lokasi pelabuhan
baik secara alamiah maupun buatan. Kondisi awal dari potensi perairan perlu
menjadi perhatian apakah diperlukan pengerukan atau tidak, hal ini penting dalam
mengestimasi perhitungan biaya konstruksi.
2. Gelombang
3. Sedimentasi
4. Luas Peraian
Luas perairan di muka dermaga minimal memenuhi syarat sebagai turning basin
area yaitu 2xLoa atau 2 kali panjang kapal maksimum sesuai disain kriteria. Area ini
harus terbebas dari rintangan navigasi dan mempunyai kedalaman yang memenuhi
syarat.
Halaman E-67
Usulan Teknis
P T. .................................
E. Arus
Kondisi arus baik itu kecepatan maupun arah arus sangat berpengaruh terhadap
olah gerak kapal di pelabuhan khususnya pada saat akan sandar. Dengan demikian,
semakin kecil kecepatan arus maka akan lebih mudah bagi kapal untuk melakukan
sandar di dermaga.
5. Pasang Surut
7. Topografi
Kondisi topografi daratan sekitar rencana pelabuhan idealnya berupa dataran agar
biaya penyiapan lahan relative lebih murah.Bandingkan dengan kondisi lahan yang
berbukit tentunya dibutuhkan pekerjaan galian dan timbunan terlebih dahulu.
Aksesibilitas yang baik tentunya akan memudahkan para pengguna jasa pelabuhan
untuk melakukan aktifitasnya. Demikianhalnya keberadaan infrastruktur
penunjang pelabuhan menjadi pelengkap bagi operasionalnya suatu
pelabuhan.Untuk itu perlu adanya sinergi dengan pemerintah daerah setempat agar
keberadaan infrastruktur penunjang ini dapat terpenuhi.
F. Aspek lingkungan
Sejalan dengan itu, daya dukung lingkungan dapat terganggu dan kualitas lingkungan
hidup dapat menurun jika tidak dikelola dengan baik. Pelaksanaan pembangunan
Halaman E-68
Usulan Teknis
P T. .................................
Halaman E-69
Usulan Teknis
P T. .................................
Parameter Bobot
No Kriteria Sub Kriteria Parameter
Nilai (Max)
Halaman E-70
Usulan Teknis
P T. .................................
Parameter Bobot
No Kriteria Sub Kriteria Parameter
Nilai (Max)
Halaman E-71
Usulan Teknis
P T. .................................
Parameter Bobot
No Kriteria Sub Kriteria Parameter
Nilai (Max)
Halaman E-72
Usulan Teknis
P T. .................................
Parameter Bobot
No Kriteria Sub Kriteria Parameter
Nilai (Max)
Halaman E-73
Usulan Teknis
P T. .................................
Parameter Bobot
No Kriteria Sub Kriteria Parameter
Nilai (Max)
Sub Total IV
Halaman E-74
Usulan Teknis
P T. ...............................
Rencana kerja ini disusun dalam rangka pelaksanaan pekerjaan baik di lapangan maupun di
kantor, mencakup keseluruhan tahapan pekerjaan.
Dalam rencana kerja ini diuraikan kegiatan pengumpulan data, survey lapangan, analisis
kajian dan penyusunan rencana layout dan basic desain serta penyusunan analisis kelayakan.
1. Pekerjaan Persiapan
2. Survey Pengumpulan Data
3. Analisis Kajian Studi
4. Penyusunan Rencana Lay Out dan Basic Disain
5. Penyusunan Analisis Kelayakan
6. Pembuatan Laporan
Langkah persiapan akan dilakukan seteliti mungkin untuk menghindari terjadinya perbedaan
penafsiran, terlupakannya hal-hal yang penting ataupun tumpang tindih kegiatan yang tidak
perlu.
Survey lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dan sekunder melalui studi
pustaka dan wawancara langsung. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung
dengan para pejabat setempat yang terkait dengan pekerjaan studi serta pengamatan
lapangan secara langsung untuk memperoleh data kondisi fisik daerah studi. Pengumpulan
data sekunder diperoleh dari instansi terkait, seperti BPS (Biro Pusat Statistik), Bappeda,
PUPR, Dinas Perhubungan, Kementrian Perhubungan (Ditjen Perhubungan Laut) dsb.
Data /informasi primer dapat terdiri dari hasil wawancara secara langsung dengan responden
dan data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran/pengamatan lapangan. Untuk keperluan
wawancara langsung dengan responden akan dipersiapkan daftar pertanyaan/questioner dan
yang akan dijadikan responden sudah ditentukan/dirancang sebelumnya.
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan para pejabat
Dinas/Instansi/Lembaga terkait dan para tokoh masyarakat serta penduduk pengguna
jasa transportasi laut. Pengamatan secara visual terhadap rencana lokasi wilayah studi,
penjaringan data/informasi primer difokuskan terhadap rencana pembangunan
pelabuhan.
a. Pengamatan lapangan secara visual :
1) Kondisi daerah lokasi studi (wawancara dengan pejabat setempat dan penduduk
serta pengguna jasa pelabuhan )
2) Dokumentasi foto-foto mengenai keadaan lapangan/daerah studi
3) Pemanfaatan daratan dan perairan
4) Kondisi fasilitas pelabuhan yang ada
5) Kondisi rencana pelabuhan
6) Ketersediaan lahan untuk rencana pembangunan pelabuhan
Halaman F-2
Usulan Teknis
P T. ...............................
e. Pengisian Questioner
Berikut ini contoh questioner/daftar pertanyaan yang akan digunakan untuk
menjaring informasi langsung dari para responden. Form questioner dapat dilihat di
lampiran.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui Dinas/Instansi terkait yang ada relevansinya dengan
rencana studi. Data sekunder serta informasi yang akan dikumpulkan untuk keperluan
studi ini antara lain meliputi :
Halaman F-3
Usulan Teknis
P T. ...............................
Halaman F-4
Usulan Teknis
P T. ...............................
Analisis kajian studi kelayakan pembangunan pelabuhan akan meliputi pada aspek-aspek
kajian teknis dan non teknis terhadap pembangunan pelabuhan, antara lain sebagai berikut :
Kondisi yang perlu diperhatikan pada pendalaman lokasi studi terpiih ini adalah meliputi
wilayah darat, wilayah perairan, keselamatan pelayaran, operasional pelabuhan dan
lingkungan serta ekosistem pesisir. Kondisi-kondisi tersebut dituangkan dalam beberapa
parameter penilaian yang terangkum dalam sebuah matrik kajian. Matrik kajian ini
mengelompokkan seluruh parameter kedalam 2 (dua) kriteria utama yaitu Kriteria Teknis
dan Non Teknis.
Halaman F-5
Usulan Teknis
P T. ...............................
Analisis/kajian operasional ini meliputi antara lain terkait dalam hal-hal sebagai berikut :
Lingkup kegiatan ini merupakan pendalaman terhadap potensi daerah hinterland yang akan
dipengaruhi oleh prospek potensi pelabuhan yang akan dibangun, ditinjau dari berbagai aspek
antara lain dari aspek potensi daerahnya, komoditas unggulan, karakteristik dan pola
perdagangan komoditas, pergerakan barang dan penumpang, kebijakan pemerintah dibidang
transportasi laut dan pertumbuhan ekonomi kawasan.
Halaman F-6
Usulan Teknis
P T. ...............................
Dalam kegiatan ini akan dilakukan analisis proyeksi terhadap pola pergerakan arus lalu lintas
barang dan penumpang, baik arus penumpang dan barang yang masuk maupun yang keluar
wilayah studi.
Proyeksi arus lalu lintas barang dan penumpang akan dilakukan berdasarkan prediksi jangka
pendek 5 (lima) tahunan dan proyeksi jangka menengah 10 (sepuluh) tahunan.
Metode proyeksi yang akan dilakukan akan menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu dengan
pendekatan tanpa adanya pengaruh fungsi fasilitas Pelabuhan Sungai Dan Danau dan dengan
pendekatan setelah adanya pengaruh fungsi fasilitas Pelabuhan Sungai Dan Danau.
Tata ruang merupakan suatu input utama timbulnya paergerakan. Perkembangan tata ruang
dapat menghasilkan pergerakan yang lebih besar, semakin besar intensitas ekonomi suatu
wilayah maka semakin besar pula bangkitan dan tarikan yang dihasilkan oleh suatu wilayah.
Bangkitan dan tarikan tersebut akan mengnhasilkan suatu distribusi pergerakan ke wilayah-
wilayah lain yang mempunyai hubungan ekonomi dengan wilayah studi.
Hambatan ruang merupakan suatu masalah besar dalam menghubungkan ruang dan aktifitas.
Prasarana transportasi digunakan untuk mengatasinya. Perbedaan ruang, hambatan antar
ruang,perbedaan waktu dan jarak dapat diatasi dengan penyediaan prasarana transportasi
dengan jenis moda tertentu.
Analisa struktur ruang pelabuhan itu sendiri akan melihat pada struktur ruang pelabuhan,
penataan ruang kawasan pelabuhan akan lebih diarahkan pada optimalisasi lahan. Fungsi
kegiatan dan fungsi masing-masing bagian yang mendukung kelancaran kegiatan pelabuhan
perlu diperhitungkan sedemikian rupa dan lebih diarahkan pada optimalisasi lahan.
Analisis tata ruang dapat memberikan arahan terhadap pola penataan pengembangan
kawasan pelabuhan pada wilayah studi dengan tujuan meminimalisir dampak lingkungan
yang negatip seperti terhadap lingkungan fisik, sosial dan ekonomi.
Halaman F-7
Usulan Teknis
P T. ...............................
a. Kondisi alam seperti lokasi, angin, ombak, arus, pasang surut dan sedimentasi.
b. Kondisi kelengkapan dan fungsi fasilitas pelabuhan termasuk tempat sandar kapal, kolam
pelabuhan, areal labuh, perairan untuk alur penghubung dalam pelabuhan, alur pelayaran
dan perairan khusus.
c. Kondisi fasilitas keselamatan pelayaran berupa rambu-rambu laut dan telekomunikasi.
Kondisi struktur sarana prasarana keselamatan pelayaran pada wilayah studi perlu dianalisis
dalam rangka pemenuhan kebutuhan keselamatan pelayaran pelabuhan.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan arahan
ruang lingkup pekerjaan, kesimpulannya akan digunakan sebagai dasar konsepsi
pengembangan pelabuhan meliputi :
1. Kawasan pelabuhan harus berada pada daerah yang mudah diakses dan pada simpul
sirkulasi distribusi hasil industri dan komoditas lainnya.
2. Kegiatan pelabuhan ditetapkan sesuai dengan kelas Pelabuhan, sebagai dasar pembuatan
zonasi kegiatan.
3. Pengelompokan kegiatan yang berbeda untuk mengkaji zonasi dengan membandingkan
hubungan fungsional tiap zonasi yang ada dengan zonasi ideal pelabuhan, meliputi :
a. Fasilitas Utama daerah pada Sea Side dan Land Side
1) Turap
2) Pemecah gelombang
3) Kolam pelabuhan
4) Alur pelayaran
5) Sarana bantu navigasi
b. Fasilitas fungsional dan penunjang berada pada Land Side :
1) Demaga
2) Open storage (container yard)
Halaman F-8
Usulan Teknis
P T. ...............................
3) Gudang
4) Kantor
5) Bengkel
6) Ruang Generator
7) Ruang tangki air
8) Komplek Rumah Dinas
9) Rumah Ibadah
10) Pos Penjagaan
11) Jalan lingkungan
12) Pagar kompleks
4. Kebutuhan kawasan pelabuhan dan kebutuhan ruang untuk infrastruktur didasarkan
atas "Standar Teknis Pelabuhan Sungai Dan Danau" yang berlaku.
5. Tata letak tiap zona maupun fasilitas-fasilitas tiap zona akan merujuk kepada
karakteristik kawasan, persyaratan kemiringan lahan dan pola tata letak yang sesuai
dengan kondisi lahan.
Konsep pengembangan yang muncul sebagai hasil analisis terhadap berbagai aspek yang
ditinjau, dituangkan dalam bentuk dan lingkup penanganan yang selaras dengan lingkup tugas
konsultan dalam pelayanan konsultan.
Dalam tahap ini akan dirumuskan fasilitas-fasilitas yang diperlukan secara teknis, rumusan ini
akan dipakai sebagai bahan untuk pembuatan master plan dan basic desain.
Dalam pekerjaan ini perencanaan fasilitas yang diperlukan diwujudkan dengan pembuatan
layout dan basic desain, yang terdiri dari :
1. Lay out
Dalam proses ini akan ditentukan :
a. Lokasi lahan yang akan dikembangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Pendek
b. Penyiapan lahan termasuk terassering
c. Jaringan jalan dan drainase
d. Jaringan listrik dan air bersih serta air limbah
e. Tempat parkir, taman dan sebagainya
Halaman F-9
Usulan Teknis
P T. ...............................
Terdiri dari kolam pelabuhan, dermaga, tembok penahan tanah dan sebagainya,
konstruksi yang akan dibangun bersifat permanen dengan mempertimbangkan kondisi
lahan setempat, peralatan dan kemampuan kontraktor.
3. Fasilitas Fungsional
Sesuai dengan kebutuhan, fasilitas ini akan terdiri dari :
a. Open Storage
b. Gudang tertutup
c. Tangki BBM dan jaringan distribusinya
d. Penampung/menara air serta jaringan distribusinya
e. Fasilitas telekomunikasi intern/keluar
f. Jaringan Jalan dan Drainase Lingkungan
4. Fasilitas Pendukung
Sesuai dengan kebutuhan, fasilitas ini akan terdiri dari :
a. Kantor pengelola pelabuhan
b. Bengkel
c. WC Umum / Kamar mandi
d. Musholla
e. Gardu jaga
Dalam tahap ini akan dilakukan penilaian secara internal terhadap usulan proyek yang
diusulkan pendanaannya ditinjau dari aspek kelayakan teknis, ekonomis dan finansial.
Selain itu perhitungan dilakukan atas dasar penyesuaian nilai rupiah pada tahun dasar.
Tiga scenario tingkat bunga akan diuji, yang masing-masing merefleksikan kondisi
ekonomi makro.
Analisa akan meliputi dua pendekatan, yaitu analisis financial dan analisis ekonomi,
keduanya akan merefleksikan kinerja proyek dilihat dari perspektif yang berbeda, yaitu
dari sisi ekonomi (analisis financial) dan sisi kesejahteraan masyarakat.
n Bt
(1+i)1
t=0
BCR =
n Ct
(1+i)1
t=0
Dimana :
BCR = Benefit Cost Ratio
Bt = nilai manfaat atau penerimaan pada tahun ke – t
Ct = nilai biaya investasi pada tahun ke – t
i = tingkat bunga
Halaman F-11
Usulan Teknis
P T. ...............................
Dengan menggunakan tingkat bunga (i) sebesar 10% sesuai dengan bunga pinjaman
pemerintah yang diindikasikan dengan bunga surat utang negara (SUN) untuk
kelayakan ekonomi, sedangkan untuk analisa finansial menggunakan tingkat bunga
(i) sebesar bunga bank yang berlaku yaitu sekitar 18%. Besarnya Net Present Value
atau NPV pada akhir umur rencana proyek harus lebih besar dari nol.
n Bt n Ct
NPV = (1+i)1 – (1+i)1
t=0 t=0
Dimana :
NPV = Net Present Value
Bt = nilai manfaat atau penerimaan pada tahun ke – t
Ct = nilai biaya investasi pada tahun ke – t
i = tingkat bunga atau discount factor yang berlaku
Dengan membandingkan nilai IRR dengan tingkat bunga saat ini dan
kecenderungannya di masa datang maka dapat diambil keputusan tentang investasi
atau penanaman modal pada suatu pelabuhan. Jika nilai IRR lebih tinggi dari tingkat
bunga maka investasi akan memberikan manfaat atau keuntungan sehingga layak
dilakukan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih rendah dari tingkat bunga maka investasi
tidak layak dilakukan karena akan memberikan kerugian.
Perhitungan IRR diberikan pada rumus berikut ini. Dengan nilai t, Bt dan Ct yang
tetap nilai IRR ( i dalam rumus) dapat dihitung secara coba banding (iterasi).
n Bt n Ct
(1+i)1 – (1+i)1
t=0 t=0
Dimana :
Halaman F-12
Usulan Teknis
P T. ...............................
2. Kajian kelayakan ekonomi pada prinsipnya menghitung besaran manfaat ekonomi makro
yang diperoleh pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota setempat dari akibat
pembangunan pelabuhan, yang meliputi :
• Kajian perbandingan kondisi pertumbuhan ekonomi di wilayah perencanaan apabila
ada dan atau tidak ada pelabuhan.
• Kajian biaya yang akan dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh pemerintah
dan masyarakat setempat apabila dibangun pelabuhan.
• Kajian EIRR (Economics Internal Rate of Return) terhadap rencana pembangunan
pelabuhan.
Potensi pelabuhan dalam mendukung aktivitas ekonomi maupun para pelaku ekonomi
perlu dimanfaatkan secara optimal sejalan dengan konsep kemandirian pelabuhan
maupun peran aktivitasnya dalam turut serta membiayai pembangunan nasional.
Aplikasi hal tersebut antara lain diupayakan melalui konsep menjadikan pelabuhan
sebagai sentra bisnis (business centre).
Untuk mengantisipasi hal ini, Konsultan akan melaksanakan analisis terhadap potensi
yang ada dalam rangka menentukan peluang-peluang usaha yang dapat diselenggarakan
oleh pelabuhan tanpa meninggalkan aspek operasional dan pelayanan utama pelabuhan.
Analisis ini akan dilakukan dengan mengamati kondisi peluang usaha di pelabuhan saat
ini dan untuk masa mendatang. Perkiraan peluang usaha dapat diperoleh melalui
penggunaan metode analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, and threats).
Dalam melakukan analisis peluang usaha, hal-hal yang akan menjadi pertimbangan pokok
adalah sebagai berikut :
a. Hasil peramalan lalu lintas laut (proyeksi permintaan jasa angkutan laut)
b. Perkembangan pola industri dengan memanfaatkan global sourcG.
c. Kebutuhan penunjang penggunaan jasa pelabuhan, seperti hotel, transit, trade centre,
dan duty freG.
d. Potensi pelabuhan sebagai bagian tempat rekreasi terbuka dan sarana pendidikan.
Halaman F-13
Usulan Teknis
P T. ...............................
Proyeksi permintaan jasa angkutan laut (traffic forecasting) direncanakan untuk masa 20
(dua puluh) tahun ke depan.
Kelayakan teknis terhadap suatu rencana pembangunan pelabuhan sangat dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi faktor alam dan lingkungan fisik, biologi, sosial-ekonomi-budaya di wilayah
studi. Berdasarkan analisis terhadap data-data yang relevan terhadap pengembangan suatu
pelabuhan, akan memberikan arahan teknis terhadap suatu rencana pembangunan pelabuhan
baik menurut kapasitasnya maupun jenis pelabuhan yang akan dikembangkan.
Analisis/kajian teknis ini antara lain terkait dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Kajian kondisi kelautan meliputi analisis kedalaman dan perlindungan kolam pelabuhan.
2. Kajian alur pelayaran dalam rangka memenuhi aspek keselamatan pelayaran.
3. Prakiraan kebutuhan fasilitas dan kebutuhan luas pelabuhan.
4. Kondisi daya dukung dan ketersediaan lahan untuk rencana lokasi pelabuhan
5. Ketersediaan utilitas dan bahan bangunan di lokasi pelabuhan
6. Keterpaduan rencana pembangunan pelabuhan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Propinsi dan Kabupaten dan RZWP3K.
7. Keterpaduan dengan TATRAWIL & TATRALOK
8. Jarak dengan pelabuhan terdekat
9. Akses ke lokasi pelabuhan (sistem jaringan jalan dari pelabuhan ke kota terdekat, system
angkutan penumpang/barang, moda angkutan umum yang tersedia).
Analisis kelayakan lingkungan diarahkan dalam rangka upaya meminimalisir dampak negatif
yang mungkin bakal terjadi sebagai konsekwensi adanya pembangunan pelabuhan. Pada
dasarnya analisis kelayakan lingkungan diarahkan untuk :
Halaman F-14
Usulan Teknis
P T. ...............................
Dampak yang telah dan mungkin akan timbul sehubungan dengan kegiatan prakiraan dan
evaluasi dampak sebagai berikut :
Halaman F-15
Usulan Teknis
P T. ...............................
Setiap kesimpulan hasil pendugaan dampak lingkungan didukung oleh data primer maupun
sekunder.
1. Komponen Fisik
2. Komponen Biologi yaitu Flora dan Fauna Darat
3. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
4. Komponen Fisik-Kimia seperti Kualitas Air Laut.
Sebagaimana diisaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja, bahwa pekerjaan ini akan diselesaikan
selama 5 (lima) bulan atau 150 hari kalender. Maka untuk penyelesaian pekerjaan ini perlu
disusun perencanaan waktu penyelesaian pekerjaan (Time Schedule) agar pekerjaan dapat
diselesaikan tepat waktu dan tepat sasaran.
Halaman F-16
Usulan Teknis
P T. ...............................
6 Pembahasan Laporan
a. Laporan Pendahuluan X
b. Laporan Antara X
c. Laporan Draft Akhir X
d. Laporan Akhir (Penyusunan) X X X X
Halaman F-17
Usulan Teknis
P T.....................................
Pihak Konsultan “PT. ................“ akan membentuk suatu tim pelaksana untuk
melakukan seluruh Pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Posi-Posi di
Kabupaten Morotai Provinsi Maluku Utara seperti yang telah diuraikan di atas,
berdasarkan tenaga ahli dan personalia yang ada dalam perusahaan. Kualifikasi
tenaga ahli yang terlibat adalah senior expert dan expert dengan latar belakang
pendidikan dan pengalaman di berbagai bidang keahliannya, Daftar tenaga ahli
tersebut dapat dilihat pada lampiran dokumen teknis ini.
“PT. ...........................“ akan mengambil posisi sebagai penanggung jawab dan seluruh
kegiatan yang dilakukan oleh tim pelaksana hingga diperoleh laporan tertulis
pekerjaan yang dapat diterima oleh seluruh pihak yang berkepentingan.
Tenaga ahli yang dilibatkan untuk pekerjaan Pengawasan ini adalah tenaga ahli inti
sebagai berikut :
Halaman G-1
Usulan Teknis
P T. .............................
Dalam menjalankan tugasnya masing-masing dan mudah dalam berkoordinasi maka disusunlah
jadwal penugasan Tim konsultan yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan Studi Kelayakan
Pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau di Provinsi Banten. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel H.1 berikut;
Halaman H-1
Usulan Teknis
P T. .............................
Tabel Error! No text of specified style in document..1 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli
Bulan
Jumlah
No. Uraian I II III IV V
OB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I. Tenaga Ahli
1. Team Leader/ Ahli Perencana Pelabuhan 5 OB
2. Ahli Perencana Wilayah Kota dan Regional 5 OB
3. Ahli Kelautan 3 OB
4. Ahli Geodesi 3 OB
5. Ahli Teknik Lingkungan 3 OB
6. Ahli Sosial Ekonomi 2 OB
II. Tenaga Pendukung
1. Surveyor #1 2 OB
2. Surveyor #2 2 OB
3. Drafter 3 OB
4. Administrasi Proyek 5 OB
Halaman H-2