Anda di halaman 1dari 125

Usulan Teknis

P T. ..............................................

BAB D

D.1 Pemahaman Terhadap KAK

D.1.1 Pemahaman Terhadap Latar Belakang

Negara Republik Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan banyak diantaranya merupakan
daerah yang terisolir, terpencil, tertinggal dan belum berkembang serta belum terjangkau oleh
sarana transportasi. Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional perlu
dikembangkan dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara yang mempersatukan semua
wilayah Indonesia, di mana transportasi merupakan masalah yang vital dalam mendukung
perekonomian suatu bangsa. Dengan semakin meningkatnya kualitas sistem dan jaringan
transportasi, akan meningkat pula interaksi antar pelaku ekonomi di suatu wilayah yang pada
kelanjutannya akan dapat meningkatkan perekonomian secara keseluruhan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran


mengindikasikan perlunya penyediaan infrastruktur pelabuhan sebagai tempat perpindahan
intra- dan antarmoda transportasi. Pembangunan pelabuhan tersebut harus direncanakan
secara tepat, memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian lingkungan, dan
memperhatikan keterpaduan intra- dan antarmoda transportasi. Pembangunan pelabuhan
dilaksanakan sebagai pengembangan dari fasilitas yang sudah ada untuk mendukung
perkembangan ekonomi setempat, maupun pada lokasi yang baru untuk membuka jalan bagi
kegiatan transportasi warga sehari-hari yang bersifat mendasar. Oleh karena itu,
pembangunan pelabuhan di Indonesia dalam lingkup Sub Sektor Perhubungan akan terus
dilaksanakan dalam rangka menunjang transportasi penumpang, peti kemas, general cargo,
dan barang curah (bulk), dalam skema pelayaran yang bersifat komersial maupun pelayaran
perintis, pelayaran lokal ataupun pelayaran rakyat.

Dalam rangka menunjang kegiatan pembangunan pelabuhan, diperlukan sebuah studi yang
mampu memberikan gambaran secara komprehensif tentang kelayakan pada beberapa aspek

Halaman D-1
Usulan Teknis
P T. ..............................................

yang dianggap penting sebelum dimulainya pembangunan pelabuhan tersebut. Di samping itu,
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Proses
Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan mengamanatkan adanya pelaksanaan
Studi Kelayakan sebagai salah satu syarat pembangunan suatu infrastruktur transportasi,
termasuk dalam hal ini pelabuhan.

Pengembangan sistem jaringan transportasi di Provinsi Banten sebagaimana yang disebutkan


pada Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010 – 2013 meliputi Rencana Pembangunan Pelabuhan
Sungai dan Danau Pengumpan Panimbang, Bojongmanik, Pontang, Tirtayasa, Carenang,
Kragilan, Cikande, Kasemen, Cihara, Pakuhaji dan Sepatan. Pelabuhan Sungai dan Danau
Pengumpan adalah pelabuhan sungai dan danau yang mempunyai cakupan pelayanan dan
mempengaruhi perkembangan ekonomi relatif terbatas, berperan dalam transportasi antar
kabupaten dalam propinsi atau dalam kabupaten.

Dalam rangka mempersiapkan pembangunan pelabuhan yang baik dan memenuhi syarat
untuk operasional kapal-kapal dengan selamat, aman dan lancar, maka Provinsi Banten perlu
mengadakan PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PELABUHAN SUNGAI DAN DANAU
DI WILAYAH PROVINSI BANTEN.

Pekerjaan Studi Kelayakan (Fs) Pembangunan Dan Pengembangan Pelabuhan Sungai Dan
Danau bertujuan untuk mengetahui layak atau tidak dibangunnya suatu pelabuhan laut di
lokasi studi terpilih berdasarkan aspek tata ruang, sosial, ekonomi, finansial, lingkungan, dan
teknis pelabuhan. Kegiatan ini merupakan suatu penilaian (appraisal) guna mengetahui
kelayakan suatu lokasi untuk dilaksanakan pembangunan fasilitas pelabuhan di atasnya.

Berdasarkan hasil Studi Kelayakan yang merupakan bagian dari tahap pra-desain dalam studi
perencanaan, selanjutnya dapat disusun studi lanjutan berupa Rencana Induk Pelabuhan dan
Studi Lingkungan maupun dokumen-dokumen studi Survei, Investigasi dan Rancangan Dasar
maupun Rancangan Rinci yang merupakan tahapan desain dalam pembangunan pelabuhan.

Hasil dari kegiatan ini pada prinsipnya untuk dijadikan acuan bagi para pelaksana studi
lanjutan maupun pelaksana pembangunan serta para pengambil kebijakan. Dalam skala yang
lebih besar, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat sekitar dan para
pelaku usaha dari dampak yang mungkin timbul dari pelaksanaan pembangunan suatu
pelabuhan. Hal ini mengingat untuk dapat dianggap layak, suatu lokasi pembangunan
pelabuhan harus memenuhi berbagai kriteria pada aspek-aspek berikut ini:

Halaman D-2
Usulan Teknis
P T. ..............................................

a. kelayakan teknis;
b. kelayakan ekonomi dan finansial;
c. kelayakan lingkungan;
d. pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial daerah;
e. keterpaduan intra-dan antarmoda;
f. adanya aksesibilitas terhadap hinterland;
g. keamanan dan keselamatan pelayaran; dan
h. pertahanan dan keamanan;
i. aspek tata ruang.

D.1.2 Pemahaman Maksud dan Tujuan

Pekerjaan STUDI KELAYAKAN (FS) PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PELABUHAN


SUNGAI DAN DANAU bertujuan untuk mengetahui layak atau tidak dibangunnya suatu pelabuhan
laut di lokasi studi terpilih berdasarkan aspek tata ruang, sosial, ekonomi, finansial, lingkungan, dan
teknis pelabuhan. Kegiatan ini merupakan suatu penilaian (appraisal) guna mengetahui kelayakan
suatu lokasi untuk dilaksanakan pembangunan fasilitas pelabuhan di atasnya.

Berdasarkan hasil Studi Kelayakan yang merupakan bagian dari tahap pra-desain dalam studi
perencanaan, selanjutnya dapat disusun studi lanjutan berupa Rencana Induk Pelabuhan dan Studi
Lingkungan maupun dokumen-dokumen studi Survey, Investigasi dan Rancangan Dasar maupun
Rancangan Rinci yang merupakan tahapan desain dalam pembangunan pelabuhan.

D.1.3 Pemahaman Acuan Peraturan Perundang-Undangan

Pembuatan Studi Kelayakan (FS) Pelabuhan ini harus mengacu kepada peraturan perundang-
undangan dan standar yang terkait di bidang kepelabuhanan, yaitu:

1. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 2000 tentang Pembentukan
Provinsi Banten;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air;
4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan
Maritim;

Halaman D-3
Usulan Teknis
P T. ..............................................

9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi


Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 91 Tahun 2013;
10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2013;
11. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah beserta Perubahannya;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupatendan Kota;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran (SBNP);
15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 68 Tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di
Laut;
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 34 Tahun 2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Utama;
17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 35 Tahun 2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan Utama;
18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 58 Tahun 2013 tentang Penanggulangan
Pencemaran di Perairan dan Pelabuhan;
19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelabuhan Laut;
20. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2015 tentang Pemanduan dan
Penundaan Kapal;
21. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 130 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 62 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan;
22. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 135 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan
tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan;
23. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 136 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 52 Tahun 2011 tentang
Pengerukan dan Reklamasi;
24. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.117 Tahun 2017 tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;
25. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 129 Tahun 2016 tentang Alur Pelayaran
di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan;
26. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan
Proses Perencanaan Di Lingkungan Kementerian Perhubungan;
27. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 432 Tahun 2017 tentang Rencana Induk

Halaman D-4
Usulan Teknis
P T. ..............................................

Pelabuhan Nasional;
28. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor KP. 227/DJPL/2019 tentang
Pedoman Teknis Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan;

D.1.4 Pemahaman Maksud dan Tujuan

Pekerjaan perencanaan yang harus dilaksanakan ini merupakan proses perencanaan Studi
Kelayakan dan Pemilihan Lokasi Pelabuhan.

Maksud dilaksanakannya pekerjaan Studi Kelayakan (FS) Pembangunan dan Pengembangan


Pelabuhan Sungai dan Danau di Wilayah Provinsi Banten, adalah mengidentifikasi potensi dan
menentukan titik lokasi rencana pembangunan dan pengembangan pelabuhan sungai dan
danau di wilayah Provinsi Banten sebagai alternatif untuk mengurangi pembebanan
transportasi darat untuk melayani penyeberangan penumpang dan barang sesuai dengan
keamanan dan keselamatan.

Adapun tujuan dari studi ini adalah menyediakan pedoman berupa informasi yang diperlukan
bagi studi kelayakan pelabuhan yang mencakup analisis tentang kelayakan, sampai seberapa
jauh (target year) pelabuhan tersebut dapat dimanfaatkan/dikembangkan guna melayani
permintaan kebutuhan jasa pelayanan pelabuhan pada saat ini dan pada masa yang akan
datang sesuai dengan ketentuan yang telah dipersyaratkan untuk mewujudkan pelabuhan
ideal sehingga dapat mencapai pelayanan laut yang lancar, aman, nyaman, efektif dan optimal.
Serta untuk memperoleh manfaat atau keuntungan bagi masyarakat dan pemeritah daerah
khususnya di wilayah Provinsi Banten.

D.1.5 Pemahaman Tahapan Pekerjaan

a. Tahapan Persiapan

Pekerjaan persiapan ini meliputi:

1) Tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Konsultan harus mempelajari secara


seksama Kerangka Acuan Kerja sebagai pedoman pekerjaan, dan selanjutnya
membuat tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini serta menyusun
Rencana Kerja yang mencakup:

a) Penjabaran maksud dan tujuan pekerjaan secara lebih detail.

b) Penyusunan keterangan secara rinci mengenai metode pelaksanaan pekerjaan.

Halaman D-5
Usulan Teknis
P T. ..............................................

c) Pembuatan program kerja, meliputi: urutan kegiatan, jadwal pelaksanaan


pekerjaan, organisasi pelaksana pekerjaan, penyediaan tenaga ahli, penyediaan
perlengkapan/ peralatan kerja.

d) Studi literatur/kepustakaan.

e) Penyusunan daftar kebutuhan data, rencana survey lapangan, dan formulir-


formulir yang diperlukan.

2) Tahapan Pengumpulan Data Sekunder

a) Tujuan

Mengumpulkan semua data yang ada (data sekunder), yang berkaitan dengan
kondisi fisik teknis, sosial ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah, untuk
selanjutnya dianalisa guna memperoleh gambaran tentang daya dukung terhadap
pembangunan Pelabuhan.

b) Ruang Lingkup

Ruang lingkup pekerjaan pengumpulan data sekunder ini adalah sebagai berikut:

- Rangkuman studi terdahulu yang terkait (bila ada);

- Letak dan administrate wilayah;

- Data kependudukan (demografi);

- Data sarana dan prasarana pendukung wilayah yang ada (jaringan


transportasi);

- Data fasilitas dan utilitas yang tersedia;

- Data potensi sumber daya alam;

- Data pendapatan ekonomi wilayah (PDRB/GDP/GRDP);

- Data perdagangan dan industri;

- Data eksisting pelabuhan terdekat, antara lain:

• Data pergerakan serta jenis kapal yang ada

• Data jenis dan jumlah komoditas/barang yang dilayani;

• Data fasilitas sarana dan prasarana yang ada;

• Data kepelabuhan lainnya.

- Data kebijakan/Peraturan Pemerintah

Halaman D-6
Usulan Teknis
P T. ..............................................

• Rencana Umum Tata Ruang (RUTR);

• Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);

• Rencana Strategis (RENSTRA) pemerintah provinsi;

• Rencana kawasan pertumbuhan ekonomi propinsi, kabupaten, kota;

• Rencana strategi pengembangan pemerintah pusat/propinsi/


kabupaten/kota dalam bidang transportasi laut;

• Peraturan-peraturan/kebijakan-kebijakan lain yang terkait.

b. Tahapan Pelaksanaan Survei Teknis

1) Survei Sosial Ekonomi

Mengumpulkan data primer tentang aspek sosial ekonomi yang berkaitan dengan
perencanaan kepelabuhan baik mikro (masyarakat sekitar) maupun makro (pengguna
jasa dan pihak pengelola), dengan melakukan survei langsung di lapangan, dengan
ruang lingkup antara lain:

- Masyarakat di sekitar lokasi rencana;

- Instansi yang terkait (Syah Bandar Pelabuhan, Perhubungan Laut, Bappeda,


Industri dan Perdagangan);

- Pihak-pihak pengguna jasa (pengusaha angkutan, industri, pedagang, dll).

2) Survei Topografi dan Bathimetri

Survei topografi dan bathimetri ini adalah memperoleh data lapangan sebagai
gambaran bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi
kenampakan yang ada baik untuk area darat maupun area perairan laut di depan calon
pelabuhan.

a) Survei Topografi

Ruang lingkup survei topografi antara lain:

- Pemasangan Bech Mark (BM) dan patok kayu;

- Pengukuran poligon (kerangka dasar horizontal);

- Pengukuran sipat datar (kerangka dasar vertikal);

- Pengukuran situasi detail;

Halaman D-7
Usulan Teknis
P T. ..............................................

- Perhitungan hasil pengukuran.

b) Survei Bathimetri:

Ruang lingkup survei bathimetri antara lain:

- Menentukan patok-patok tetap referensi;

- Pengukuran kedalaman menggunakan echosounder dan pengukuran posisi


menggunakan satelit GPS (Global Positioning System);

- Perhitungan dan pengolahan hasil pengukuran.

Output survei topografi dan bathimetri:

- Data pengukuran asli dan perhitungan semua hasil pengukuran di lapangan


baik topografi maupun bathimetri;

- Daftar koordinat dan ketinggian dari semua patok BM yang dipasang di


lapangan dan berikut data triangulasi yang dipakai sebagai titik ikat
pengukuran.

3) Survei Hidro-Oceanografi

Tujuan dari survei hidro-oceanografi adalah Mendapatkan data pengukuran,


pengamatan dan sampel sebagai gambaran yang sebenarnya tentang kondisi
oceanografi dari perairan di sekitar lokasi yang meliputi kondisi pasang surut, arus,
gelombang dan sedimen.

Ruang lingkup survei hidro-oceanografi adalah sebagai berikut:

- Pengamatan pasang surut (15 hari);

- Pengukuran arus;

- Pengamatan gelombang;

- Pengambilan contoh air;

- Pengambilan contoh sedimen.

Output survei hidro-oceanografi antara lain:

- Data pengamatan pasang surut 15 hari;

- Data kecepatan dan arah arus;

- Data pengamatan gelombang;

- Sampel air dan sedimen.

Halaman D-8
Usulan Teknis
P T. ..............................................

c. Tahapan Analisa Data

1) Analisa dan evaluasi kelayakan

a) Analisa aspek tata ruang.

Tata ruang merupakan suatu input utama timbulnya pergerakan. Perkembangan


tata ruang dapat menghasilkan pergerakan yang lebih besar, semakin besar
intensitas ekonomi suatu wilayah maka semakin besar pula bangkitan dan tarikan
yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Bangkitan dan tarikan tersebut akan
menghasilkan suatu distribusi pergerakan ke wilayah- wilayah lain yang
mempunyai hubungan ekonomi dengan wilayah studi. Hambatan ruang
merupakan suatu masalah besar dalam menghubungkan ruang dan aktifitas.
Prasarana transportasi digunakan untuk mengatasinya. Perbedaan ruang,
hambatan antar ruang, perbedaan waktu dan jarak dapat diatasi dengan
penyediaan prasarana transportasi dengan jenis moda tertentu.

Analisa struktur ruang pelabuhan itu sendiri akan melihat pada struktur ruang
pelabuhan, penataan ruang kawasan pelabuhan akan lebih' diarahkan pada
optimalisasi lahan. Fungsi kegiatan dan fungsi masing-masing bagian yang
mendukung kelancaran kegiatan pelabuhan perlu diperhitungkan sedemikian
rupa dan lebih diarahkan pada optimalisasi lahan.

Hasil analisis tata ruang wilayah studi dapat memberikan arahan terhadap pola
penataan pengembangan kawasan pelabuhan pada wilayah studi dengan tujuan
meminimalisir dampak lingkungan yang negatip seperti terhadap lingkungan fisik,
sosial dan ekonomi. Termasuk juga analisis terhadap kesesuaian peruntukan
lokasi dengan tata ruang secara nasional (mengacu pada Rencana Induk Pelabuhan
Nasional - RIPN) dan tata ruang pada wilayah studi (kabupaten/kota dan provinsi)
serta kesiapan dan status lahan yang akan dijadikan pelabuhan;

b) analisis kelayakan untuk mendukung kajian aspek teknis kepelabuhanan; antara


lain berdasarkan hasil Survey Hidrografi dan topografi berupa:

- Membuat 1 (satu) buah Centerpoint (CP) dengan pipa PVC 12 di cor dan dicat
warna biru. Tinggi dari permukaan tanah 50cm ditanam minimal 60cm dan
dipasang telapak agar tidak mudah hilang. Fungsinya sebagai benchmark
dalam melaksanakan Survey Batimetri.

Halaman D-9
Usulan Teknis
P T. ..............................................

- Melaksanakan pemeruman pada ketiga lokasi alternative seluas minimum


40Ha dengan luas pemeruman pada masing-masing lokasi disesuaikan dengan
kebutuhan lapangan, interval pemeruman 50m, kecuali pada spot yang
dianggap penting untuk diinformasikan, misal: dicurigai adanya rintangan
navigasi berupa bangkai kapal yang tenggelam dan atau karang dll.,
intervalnya dibuat lebih rapat.

- Pengamatan pasang surut selama 15 hari piantan pada salah satu dari 3 (tiga)
calon alternatif lokasi.

- Pengukuran arus di 3 alternatif lokasi masing-masing 1 (satu) titik;

- Pengukuran topografi seluas minimum 3 Ha di ketiga alternatif lokasi.

c) analisa kalayakan ekonomi dan finansial

Analisis kelayakan ekonomi menitik beratkan pada manfaat ekonomi sekunder,


meliputi dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan optimalisasi dan
pengembangan/pembangunan pelabuhan.

Yang menjadi arah sasaran kajian analisis ekonomi meliputi antara lain:

- Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

- Pendapatan Asli Daerah

- Terbukanya kesempatan berusaha

- Berkembangnya sektor dan sub sektor ekonomi

- Terbukanya pasar.

Kelayakan ekonomi dihitung minimal dengan metode Benefit-Cost Ratio (BCR)


dengan memperhitungkan multiplier effect keberadaan pelabuhan terhadap
kegiatan ekonomi wilayah.

Sedangkan analisis kelayakan finansial diperlukan untuk melihat apakah rencana


investasi suatu proyek kawasan pelabuhan secara finansial cukup layak atau
menguntungkan.

Kelayakan finansial ditentukan dengan sekurang-kurangnya memperhitungkan


Net Present Value (NPV) dan Financial Internal Rate of Return (IRR) dari kebutuhan
investasi pembangunan dan operasional pelabuhan dibandingkan pendapatan
(revenue) yang akan diperoleh.

Halaman D-10
Usulan Teknis
P T. ..............................................

Dari analisa yang dilakukan dapat diketahui tingkat kelayakan terhadap rencana
pembangunan pelabuhan.

d) analisa kelayakan lingkungan;

Aspek lingkungan hams memperhatikan daya dukung lokasi, zona pemanfaatan


lahan dan perairan (apakah rencana lokasi telah sesuai untuk pemanfaatannya),
tidak berlokasi di hutan lindung, daerah konservasi fauna dan flora, bukan
merupakan zona perlindungan pesisir dan laut yang terdiri dari:

- Kawasan pelestarian alam (taman nasional dan taman wisata alam)

- Kawasan suaka alam (cagar alam dan suaka margasatwa)

- Kawasan perlindungan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil (taman laut,


kawasan perlindungan bagi mamalia laut, suaka perikanan, daerah migrasi
biota laut dan daerah perlindungan laut, terumbu karang, kawasan pemilahan
dan perlindungan biota lainnya).

Komponen lingkungan yang perlu dipertimbangkan akan terkena dampak oleh


kegiatan kepelabuhanan antara lain: air dan kondisi dasar perairan, hidrologi
pantai, topografi, kualitas udara, kebisingan dan getaran, bau, fauna dan flora,
pemandangan alam (view), sampah dan limbah, sosial budaya, sosio-ekonomi
masyarakat. Di samping itu, perlu dikaji kemungkinan pemindahan (relokasi)
penduduk terkait dengan pembebasan lahan ataupun perlunya pengadaan lahan
kompensasi untuk mengganti lahan konservasi yang akan digunakan untuk
aktivitas kepelabuhanan.

Kajian terhadap aspek lingkungan dalam Studi Kelayakan hanya bersifat indikatif
dan tetap harus ditindaklanjuti dengan studi lingkungan seperti AMDAL atau
UKL/UPL sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup.

e) analisa pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial daerah;

Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial yang berdampak pada


peningkatan aktifitas penumpang, barang dan hewan dari dan ke luar pelabuhan,
serta hubungan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan kegiatan
kepelabuhanan yang telah berjalan di sekitarnya.

f) analisa keterpaduan intra-dan antarmoda;

Halaman D-11
Usulan Teknis
P T. ..............................................

Keberadaan pelabuhan harus didukung keterpaduan dengan moda transportasi


lainnya seperti angkutan darat, kereta api, angkutan sungai dan sebagainya yang
menghubungkan pelabuhan dengan pusat-pusat distribusi dan konsumsi di
sekitarnya.

g) analisa adanya aksesibilitas terhadap hinterland;

Adanya aksesibilitas terhadap hinterland, seperti ketersediaan jalan darat yang


memadai untuk kelancaran distribusi serta aksesibilitas dari dan menuju
pelabuhan dari arah perairan (alur pelayaran dan daya dukung alamiah
mencukupi). Di samping itu, keberadaan industri di sekitar pelabuhan juga
merupakan potensi yang harus diperhitungkan untuk kebutuhan fasilitas
pelabuhan.

h) analisa keamanan dan keselamatan pelayaran

Keselamatan pelayaran pada pelabuhan merupakan aspek penting guna


mewujudkan terpenuhinya keselamatan pelayaran pada pelabuhan yang
bersangkutan.

Lokasi pelabuhan harus dapat menjamin keamanan dan keselamatan pelayaran


sehingga kegiatan kepelabuhanan dapat berjalan dengan aman, nyaman, dan
lancar. Setiap halangan dan rintangan navigasi yang ada harus ditandai dengan
sarana bantu navigasi sesuai ketentuan yang berlaku secara nasional dan
internasional.

i) analisa pertahanan dan keamanan;

Fasilitas pelabuhan dalam kondisi darurat dapat dimanfaatkan untuk pertahanan


dan keamanan Negara, dalam kondisi damai dapat dimanfaatkan untuk
mendukung kesejahteraan masyarakat sehingga keamanan dan pertahanan
Negara senantiasa terjamin.

D.1.6 Pemahaman Keluaran (Produk) yang di Harapkan

Keluaran (produk) yang diharapkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

Halaman D-12
Usulan Teknis
P T. ..............................................

a. Hasil evaluasi dan analisis kapasitas fasilitas pelabuhan, meliputi aspek teknis,
operasional, permintaan jasa angkutan laut, lingkungan serta aspek ekonomi dan finansial
pengembangan pelabuhan.

b. Dokumen Studi Kelayakan (FS) Pelabuhan.

D.1.7 Pemahaman Pelaksanaan Pekerjaan

Perencanaan suatu pelabuhan merupakan suatu pekerjaan kompleks yang membutuhkan


integrasi dari berbagai bidang dan tingkat keahlian yang benar-benar qualified karena
ketatnya acuan standar dan peraturan yang dibakukan secara nasional maupun internasional.
Dalam perencanaan pelabuhan, paling tidak harus memiliki 6 (enam) aspek, yaitu: strategi
wilayah, aspek teknik, aspek ekonomi, aspek keselamatan dan operasi pelayaran, aspek
lingkungan, aspek pertahanan dan keamanan untuk jangka pendek, menengah dan panjang.

Dalam aspek strategi wilayah, perencana harus melakukan identifikasi potensi studi
kelayakan dan pemilihan lokasi ekonomi dan sosial budaya Kabupaten Kupang yang akan
membangun pelabuhan yang telah memilih lokasi pelabuhan baru sebagai alternatif terpilih.
Pemilihan lokasi alternatif pelabuhan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah dengan
mempertimbangkan berbagai aspek (kawasan keamanan dan keselamatan operasi pelayaran,
kesesuaian dengan tata ruang, estimasi dampak yang terjadi, penerapan batas

(obstacle) pelayaran dan rekayasa engineering) serta hasil diskusi dengan pihak pemerintah,
swasta dan masyarakat yang berkepentingan dengan keberadaan bandar udara.

Aspek teknis terkait dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Inventarisasi informasi dan data teknik (topografi, tanah, hidrologi, geologi/ fisiografi dan
meteorologi)

2. Peramalan lalu lintas angkutan laut yang meliputi:

- Arus pergerakan penumpang dan barang tahunan

- Arus pergerakan kapal

3. Analisis kebutuhan studi kelayakan dan pemilihan lokasi, meliputi:

- Kebutuhan fasilitas sisi laut dan sisi darat

- Kebutuhan fasilitas telekomunikasi, navigasi laut, elektronika dan listrik.

- Kebutuhan fasilitas utilitas dan jalan akses serta tempat parkir.

Halaman D-13
Usulan Teknis
P T. ..............................................

4. Ketersediaan lahan dan kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah

Dalam aspek ekonomi, antara lain menentukan kebutuhan investasi dan melakukan kelayakan
pengoperasian pelabuhan dengan menggunakan berbagai metode yang telah dikenal,
misalnya: Ekonomic Internal Rate of Return (EIRR), Financial Internal Rate of Return (FIRR),
Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR).

Aspek keselamatan operasi pelayaran, perencana harus mendasarkan analisisnya pada


ketentuan-ketentuan yang berlaku secara nasional maupun internasional. Kajian ini juga akan
mencakup penetapan kawasan keselamatan operasi pelayaran, kapasitas dan potensi ruang
laut serta fasilitas navigasi laut.

Dalam aspek lingkungan, perencana harus melakukan identifikasi awal implikasi / dampak
yang timbul pada setiap tahapan kegiatan pengmebangan terhadap kondisi sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat setempat serta dampaknya terhadap kondisi fisik-kimia, flora dan
fauna terutama yang dilindungi oleh undang-undang dengan mendasarkan kepada peraturan
perundangan yang berlaku.

Dalam aspek pertahanan dan keamanan wilayah ini perencana harus melakukan kajian
peranan keberadaan pelabuhan dalam mendukung sistem pertahanan dan keamanan di
wilayah studi secara luas

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Konsultan harus mempelajari secara seksama


Kerangka Acuan Kerja sebagai pedoman pekerjaan, dan selanjutnya menyusun Rencana Kerja
yang mencakup :

a. Penjabaran maksud dan tujuan pekerjaan secara lebih detail.

b. Penyusunan keterangan secara rinci mengenai metode pelaksanaan pekerjaan.

c. Pembuatan program kerja, meliputi: urutan kegiatan, jadwal pelaksanaan pekerjaan,


organisasi pelaksana pekerjaan, penyediaan tenaga ahli, penyediaan perlengkapan/
peralatan kerja.

d. Studi literatur/kepustakaan.

e. Penyusunan daftar kebutuhan data, rencana survey lapangan, dan formulir- formulir
yang diperlukan.

Halaman D-14
Usulan Teknis
P T. ..............................................

D.1.8 Pemahaman Terhadap Inventarisasi Data Dan Informasi Terkait

Inventarisasi data dan informasi meliputi data yang diperoleh melalui studi kepustakaan/
literatur (data sekunder) dan melalui survey lapangan (data primer) berdasarkan hasil
koordinasi dengan instansi terkait maupun masyarakat di lokasi pekerjaan, meliputi:

a. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah yang berkaitan dengan program


pemerintah dalam rangka mewujudkan Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS),
Tatrawil dan Tatralok, dimaksudkan untuk mendapatkan suatu tatanan transportasi yang
terorganisasi secara kesisteman dalam lingkup wilayah nasional, provinsi,
kabupaten/kota yang mencakup transportasi jalan raya, transportasi jalan rel dan
transportasi udara yang masing-masingnya terdiri dari sarana dan prasarana yang saling
berinteraksi membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien,
terpadu dan harmonis, guna menunjang serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerah.

b. Rencana Tata Guna Lahan dan Prasarana Fisik Wilayah yang ada, meliputi:

1) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota

2) Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pelabuhan (jika telah ada)

3) Jaringan prasarana transportasi dan rencana pengembangannya (jika telah ada)

4) Jaringan utilitas dan rencana pengembangannya (jika telah ada).

c. Data Sosial Ekonomi Wilayah, meliputi:

1) Kependudukan

2) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

3) Profil Potensi Investasi di Daerah

4) Potensi Pariwisata

5) Kondisi Sosial Ekonomi lingkungan masyarakat setempat

6) Potensi/Sumber Bahan Bangunan berikut harga bahan/upah.

d. Fisiografi, Topografi, dan Meteorologi

1) Peta topografi pada lokasi dan kawasan di sekitar rencana pengembangan pelabuhan.

2) Peta geologi dan kondisi tanah pada kawasan rencana pengembangan pelabuhan.

3) Peta tata guna lahan di sekitar lokasi rencana pengembangan pelabuhan.

Halaman D-15
Usulan Teknis
P T. ..............................................

4) Peta tematik wilayah perencanaan yang terkait dengan rencana pengembangan


pelabuhan.

5) Data status dan harga tanah untuk berbagai peruntukan lahan di lokasi rencana
pengembangan pelabuhan.

6) Data meteorologi dan klimatologi (suhu udara, kelembaban, arah angin dan kecepatan
angin, curah hujan, arus/gelombang).

e. Dokumen/hasil studi studi terkait

1) Hasil studi atau perencanaan pengembangan pelabuhan yang terkait.

2) Hasil studi atau rencana pihak-pihak swasta/investor terhadap area tertentu di


kawasan pelabuhan.

3) Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan rencana
pengembangan pelabuhan.

D.1.9 Pemahaman Terhadap Telaah Awal (Desk Study)

Konsultan harus melakukan telaah awal sebelum peninjauan lapangan dan hasil telaah awal
tersebut harus dilengkapi kembali setelah peninjauan lapangan. Dalam telaah awal ini harus
telah diperoleh gambaran umum wilayah perencanaan sehingga dalam pelaksanaan
peninjauan lapangan telah terdapat gambaran umum rencana pengembangan pelabuhan dan
tatanan pelabuhan di wilayah terkait. Dalam hal ini, Konsultan juga harus melakukan telaah
awal beberapa aspek teknis yang paling mendasar, yaitu: topografi lokasi/kawasan,
arus/gelombang, cuaca, arah dan kecepatan angin, dan kawasan alur pelayaran.

D.1.10 Pemahaman Terhadap Survey Lapangan

Survey lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data-data baik data sekunder maupun data
primer. Data sekunder diambil dari instansi-instansi terkait sehingga disebut survey
instansional, sedangkan survey data primer terdiri dari: survey visual lapangan, survey
pengukuran topografi dan bathymetri.

a. Survey Instansional

Pengambilan data dari instansi terkait sangatlah penting dilakukan karena data
tersebut merupakan bahan atau catatan yang bersifat historis dan merupakan catatan
kebijaksanaan baik dari pemerintah daerah maupun dari hasil penelitian dan data

Halaman D-16
Usulan Teknis
P T. ..............................................

potensi ataupun kegiatan yang telah dilakukan. Instansi yang perlu dikunjungi
meliputi:

• Sekretariat daerah Provinsi Banten dan Kabupaten

• Bappeda Tingkat Provinsi Banten dan Kabupaten

• Dinas Pekerjaan Umum Prov. Banten dan Kabupaten

• Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

• Dinas Perhubungan Prov. Banten dan Kabupaten

• Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)

• Badan Pertanahan Nasional (BPN)

• Instansi lainnya yang diperkirakan berhubungan dan ditentukan di lapangan.

b. Survey Pengukuran Topografi dan Bathymetri

Data hasil survey lapangan digunakan sebagai dasar perencanaan dan masukan untuk
perhitungan. Data yang didapat dari lapangan disamping data primer dan juga
sekunder yang meliputi data hasil pengukuran situasi topografi dan bathymetri yang
meliputi:

1. Tahap Persiapan

a. Survey Pendahuluan

Orientasi lapangan diperlukan untuk pengenalan lebih jauh tentang kondisi area
survey, mengumpulkan berbagai data dan informasi tentang kondisi lapangan
yang akan disurvey beserta perubahan- perubahan yang ditemui di lapangan,
sebagai masukan dalam penyempurnaan peta rencana kerja.

b. Pemasangan Patok Tetap/Bench Mark (BM)

Bench Mark (BM) dipasang pada lokasi yang sesuai dengan rencana perletakan
yang telah direncanakan di atas peta dasar.

2. Tahap Pengukuran

a. Pengukuran kerangka dasar horizontal menggunakan metoda poligon


Pengukuran poligon bertujuan untuk membuat atau menambah titik-titik
kerangka horisontal. Pengukuran poligon diikatkan pada titik-titik kerangka

Halaman D-17
Usulan Teknis
P T. ..............................................

dasar horisontal nasional yang terdekat atau Bench Mark yang sudah ada hasil
studi yang pernah dilaksanakan sebelumnya.

Apabila tidak ada titik kerangka dasar horisontal nasional, atau letaknya relatif
jauh dari lokasi pengukuran, maka dapat digunakan titik yang ada di sekitar
pelabuhan laut yang bersangkutan misalnya Bench Mark milik Departemen
Pekerjaan Umum, Bappeda, atau hasil studi sebelumnya, dan sebagainya.

Pengukuran poligon terdiri dari poligon utama dan poligon sekunder.

1. Poligon Utama

Jalur poligon utama membentuk jaringan loop yang tertutup melalui kedua
ujung titik as pelabuhan atau Bench Mark yang sudah ada pada studi
terdahulu

• Pengukuran Sudut

- Theodolit yang akan digunakan adalah Electronic Total Station (ETS)

- Sebelum dilakukan pengukuran ETS terlebih dahulu dilakukan


pengecekan diantaranya salah kolimasi dan salah indeks

- Sebagai titik bantu akan dipasang patok kayu ukuran (5 cm x 5 cm x


50 cm), ditengahnya dipasang paku payung sebagai titik sentring,
dicat merah dan diberi nomor/kode pengenal bagian patok kayu
ditanam sedalam 35 cm.

- Pembacaan dilakukan double seri dengan ketelitian 1”

- Salah penutup yang diijinkan 10”√n, n = jumlah titik

- Pengamatan sudut vertikal dilakukan 2 seri pada setiap ujung


poligon, untuk reduksi jarak datar

• Pengukuran Jarak

- Alat yang digunakan adalah Thedolit/TS, yang telah dicek (kalibrasi)


terhadap jarak basis yang telah diketahui jaraknya

- Setiap pengamatan jarak paling sedikit 3 kali pembacaan dan


kemudian diratakan

- Temperatur dan tekanan laut dicatat untuk hitungan koreksi refraksi

- Ketelitian alat ukur jarak yang digunakan + (5mm + 5mm/km)

Halaman D-18
Usulan Teknis
P T. ..............................................

• Pengamatan Matahari

- Pengamatan matahari minimal 2 seri untuk pagi dan 2 seri sore hari

- Pengamatan dilakukan pada saat tinggi matahari 20º - 40º

- Pengamatan dilakukan setiap jarak + 1 km, pada titik sim-pul dan di


ujung as pelabuhan serta dilakukan di atas titik-titik tetap (Bench
Mark) dengan titik target diusahakan ke BM yang lain

- Pengamatan sudut dengan kesalahan maks 30” (detik)

2. Poligon Sekunder (Cabang)

• Pengukuran Sudut

- Jalur pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik poligon utama

- Pengukuran sudut dilakukan satu seri, dengan ketelitian sudut 2’


(menit)

- Alat theodolit yang digunakan adalah jenis Wild T-0

- Salah penutup sudut maksimum 2’√n, dimana n = jumlah titik poligon

• Pengukuran Jarak

- Jarak setiap sisi poligon diukur dengan pita ukur minimal 2 kali
pembacaan dan hasilnya diratakan

- Salah penutup jarak linier maksimum 1:5.000

b. Pengukuran kerangka dasar vertikal menggunakan metoda sipat datar


Pengukuran sipat datar meliputi pengukuran sipat datar utama dan sipat datar
sekunder.

1. Pengukuran Sipat Datar Utama

Titik referensi tinggi ditentukan terhadap Titik Tinggi Geodesi (TTG) atau
titik-titik lain yang ketinggiannya dalam sistem nasional/MSL. Jalur
pengukuran sipat datar primer akan mengikuti jalur pengukuran poligon
primer.

Adapun spesifikasi teknis pengukurannya adalah:

- Alat sipat datar yang digunakan adalah jenis Wild NAK-2

- Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon utama

Halaman D-19
Usulan Teknis
P T. ..............................................

- Pembacaan dilakukan terhadap 3 (tiga) benang (atas, tengah, bawah)

- Pemeriksaan garis bidik dilakukan tiap hari, sebelum peng- ukuran dan
sore hari sesudah pengukuran

- Jumlah slag tiap seksi harus genap

- Pada waktu pembidikan diusahakan agar jarak belakang (DB) sama


dengan jarak muka (DM) apabila Σdb ≠ Σ dm hasil hitungan beda tinggi
perlu dikorelasi terhadap faktor koreksi garis bidik

- Jarak pembacaan dari alat waterpas ke rambu maks 50 m

- Pengukuran per seksi dilakukan pergi dan pulang

- Rambu harus diberi alas atau straatpot, kecuali pada patok kayu atau BM

- Dalam pengukuran sipat datar, rambu-rambu harus digunakan secara


selang seling sehingga rambu yang diamati pada titik awal akan menjadi
rambu titik akhir pada setiap seksi

- Tinggi patok kayu dan BM dari permukaan tanah harus diukur

- Selisih bacaan antara 2 stand tidak lebih dari 2 mm

- Selama pengukuran alat selalu dipayungi untuk menghindari sengatan


matahari

- Kesalahan penutup maksimum 8√D mm, dimana D = jarak dalam km

2. Pengukuran Sipat Datar Cabang (Sekunder)

Jalur pengukuran sipat datar cabang akan meliputi jalur pengukur-an


poligon cabang.

Adapun spesifikasi teknis pengukurannya sebagai berikut:

- Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon cabang (sekunder) dan


menggunakan Automatic Levelling Wild NAK-2

- Pengukuran perseksi dilakukan untuk arah pergi saja dan dila- kukan
dengan double stand dengan pembacaan rambu lengkap (BT, BA, BB)

- Toleransi salah penutup beda tinggi (T) T = (12√D) mm

D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan kilometer

- Ketentuan lain sama seperti pada sipat datar utama

Halaman D-20
Usulan Teknis
P T. ..............................................

c. Pengukuran detail situasi

1. Pengukuran detail situasi dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran


permukaan bumi/peta situasi lokasi pelabuhan laut yang dilengkapi dengan
garis-garis kontur ketinggian

2. Semua tampakan yang ada, baik yang alamiah maupun buatan manusia
diukur dengan teliti dan benar

3. Pengukuran detail situasi dilakukan dengan metode tachimetri

4. Alat yang digunakan Theodolit Wild T-0

5. Pengukuran situasi dilakukan pada kawasan pelabuhan laut

c. Survey Bathymetri

Pemetaan batimetri adalah proses pemetaan kedalaman laut yang dinyatakan dalam
angka kedalaman atau kontur kedalaman yang diukur terhadap datum vertikal.
Batimetri (dari bahasa Yunani: berarti “kedalaman” dan “ukuran”) adalah ilmu yang
mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensilantai samudra
atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran
dengan garis-garis kontor (contour lines) yang disebut kontor kedalaman (depth
contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi
navigasi permukaan. Alat yang digunakan dalam pemetaan batimetri adalah :

1. Echosounder Single Frequency, menggunakan frekuensi Tinggi saja (kedalaman


hanya sampai lapisan paling atas dari tanah ) , artinya kedalaman tidak bisa
menembus lumpur (Contoh alat : Echosounder Hydrotrac ODOM).

2. Echosounder Double Frequency, terdapat 2 frekuensi yang digunakan sekaligus,


yaitu frekuensi tinggi ( untuk pengukuran kedalaman dasar laut teratas ) dan
frekuensi rendah ( untuk pengukuran kedalaman dasar laut yang dapat menembus
lumpur ), sehingga ada 2 data kedalaman sekaligus yang didapatkan.( Contoh alat :
Echosounder MK III).

Spesifikasi alat survey pemetaan Bathimetri dan prinsip kerjanya

1. Echosounder : Peralatan echosounder digunakan untuk mendapatkan data


kedalaman optimum mencakup seluruh kedalaman dalam area survei. Agar tujuan
ini tercapai, alat echosounder dioperasikan sesuai dengan spesifikasi pabrik.

Halaman D-21
Usulan Teknis
P T. ..............................................

Prosedur standar kalibrasi dilaksanakan dengan melakukan barcheck atau koreksi


Sound Velocity Profile (SVP) untuk menentukan transmisi dan kecepatan rambat
gelombang suara dalam air laut, dan juga untuk menentukan index error correction.
Kalibrasi dilaksanakan minimal sebelum dan setelah dilaksanakan survei pada hari
yang sama. Kalibrasi juga selalu dilaksanakan setelah adanya perbaikan apabila
terjadi kerusakan alat selama periode survei. Pekerjaan survei Batimetri tidak
boleh dilaksanakan pada keadaan ombak dengan ketinggian lebih dari 1,5m bila
tanpa heave compensator, atau hingga 2,5m bila menggunakan heave compensator.

2. GPS Antena : Untuk mendapatkan data posisi koordinat

3. Tranducer : Alat yang memancarkan sinyal akustik ke dasar laut untuk data
kedalaman

4. Laptop : Untuk pengoperasian yang mengintegrasikan GPS, tranducer, dan


echosounder.

Data perekaman atau hasil kedalaman Harus dikoreksi dengan kondisi pasang surut
di area survey. Pengamatan pasang surut dilaksanakan dengan tujuan untuk
menentukan Muka Surutan Peta (Chart Datum), memberikan koreksi untuk reduksi
hasil survei Batimetri, juga untuk mendapatkan korelasi data dengan hasil
pengamatan arus. Stasiun pasang surut dipasang di dekat/dalam kedua ujung koridor
rencana jalur survey dan masing-masing diamati selama minimal 15 hari terus-
menerus dan pengamatan pasang surut dilaksanakan selama pekerjaan survei
berlangsung. Secepatnya setelah pemasangan, tide gauge/staff dilakukan pengikatan
secara vertikal dengan metode levelling (sipat datar) ke titik kontrol di darat yang
terdekat, sebelum pekerjaan survei dilaksanakan dan pada akhir pekerjaan survey
dilakukan. Bentuk koreksi nilai pasang surut terhadap data batimetri adalah sebagai
berikut :

rt = (TWLt – (MSL + Zo))

Setelah itu menentukan nilai kedalaman sebenarnya

D = dT – rt

Keterangan :

rt : Reduksi (Koreksi) Pasut pada waktu t

TWLt : True Water Level pada waktu t

MSL : Mean Sea Level atau rerata tinggi permukaan laut

Halaman D-22
Usulan Teknis
P T. ..............................................

Zo : Kedalaman muka surutan di bawah MSL

dT : Kedalaman yang terukur transduser

D : Kedalaman sebenarnya

d. Survey hidrooceanografi, meliputi:

• Pengukuran pasang surut

• Arus

• Gelombang

D.1.11 Pemahaman Terhadap Pekerjaan Penyusunan Studi Kelayakan (Fs)

Dalam tahap ini Konsultan harus menyusun/mengkaji kelayakan dengan mengacu kepada
hasil evaluasi dan analisis kapasitas fasilitas lokasi eksisting yang di rencanakan, hasil kajian
perencanaan pendahuluan (preliminary planning) yang telah disusun dengan
mempertimbangkan kondisi lahan yang ada, tata guna tanah dan ruang pelayaran, prosedur
operasi pelayaran serta identifikasi dampak lingkungan. Penyusunan kelayakan meliputi:

a. Penyusunan alternatif konsep rencana tata letak fasilitas pelabuhan berdasarkan


kriteria/standardisasi perencanaan bandar udara yang berlaku dengan
memperhatikan aspek kelancaran, keselamatan, keamanan serta aspek lingkungan.

b. Melakukan pengkajian terhadap alternatif rencana tata letak fasilitas pelabuhan yang
telah disusun, guna menentukan alternatif terpilih.

c. Penyusunan tahapan pembangunan pelabuhan sesuai kebutuhan untuk masing-


masing fasilitas dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomis dan operasional.

d. Penyusunan luas kebutuhan tanah untuk setiap tahapan pengembangan/


pembangunan pelabuhan.

e. Penyusunan koordinat lokasi perletakan masing – masing fasilitas pelabuhan.

f. Gambar hasil analisis pendahuluan Kawasan Keselamatan Operasi Alur Pelayaran di


sekitar pelabuhan.

g. Konsep awal Rencana Tata Guna Tanah di sekitar pelabuhan.

Dalam penyusunan dokumen kelayakan ini Konsultan harus menyusun tata letak, konsep
tahapan pembangunan serta rancangan dasar (preliminary design) masing- masing fasilitas
pelabuhan tersebut setidaknya harus meliputi:

Halaman D-23
Usulan Teknis
P T. ..............................................

a. Fasilitas Pelabuhan Di Perairan

Alur pelayaran, pemecah gelombang, kolam pelabuhan, dermaga, fender dan alat tambat.

b. Fasilitas Yang Ada Di Darat

Gudang laut, gudang, bangunan pendingin, apron gedung administrasi, gedung


perkantoran pemerintah maupun swasta pengelola pelabuhan, kantor polisi, kantor
keamanan, ruang untuk buruh/pekerja pelabuhan, bengkel, garasi, rumah pemadam
kebakaran, elevator dan sebagainya.

D.1.12 Pemahaman Terhadap Persyaratan Umum

a. Usulan Teknis

Usulan teknis wajib dibuat oleh konsultan untuk menjelaskan pandangan dan
rencana pelaksanaan pekerjaan secara rinci dan jelas serta mudah dimengerti,
yang isinya mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Tanggapan dan saran mengenai lingkup pekerjaan konsultan sesuai


Kerangka Acuan Kerja (Terms of Reference)

2. Pendekatan teknis dan metodologi yang akan diterapkan dalam pelaksanaan


pekerjaan

3. Rencana kerja dan susunan organisasi pelaksanaan serta jadwal pelaksanaan


pekerjaan yang akan dilakukan oleh konsultan

4. Daftar personalia dan rencana penugasan untuk kegiatan di kantor maupun


di lapangan serta prakiraan kebutuhan “Man Month“ yang disajikan dalam
bentuk “diagram“ atau “barchart“

5. Perencanaan tugas masing-masing personil dalam pelaksanaan pekerjaan

6. Daftar riwayat hidup personil yang diusulkan dengan mencantumkan nama,


tempat dan tanggal lahir, pendidikan terakhir disertai lampiran foto copy
ijazah, pengalaman kerja, jabatan dalam perusahaan dan ditandatangani yang
bersangkutan serta diketahui oleh pimpinan perusahaan

7. Surat pernyataan bersedia ditugaskan sabagai tenaga ahli untuk pekerjaan


tersebut dan sanggup melaksanakan tugas yang diberikan sampai dengan
pekerjaan dimaksud selesai, yang dibuat di atas kop surat dan ditandatangani
oleh yang bersangkutan serta distempel perusahaan

Halaman D-24
Usulan Teknis
P T. ..............................................

8. Daftar peralatan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan dan status


kepemilikannya

9. Daftar pengalaman perusahaan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir,


dengan mencantumkan nama pekerjaan, lokasi pekerjaan, nilai kontrak,
lingkup pekerjaan, pemberi tugas dan waktu pelaksanaan pekerjaan

10. Daftar pekerjaan yang sedang dan akan dilaksanakan dengan mencantumkan
perincian sebagaimana dimaksud dalam butir 9).

b. Pemahaman Terhadap Usulan Biaya

Usulan biaya berupa penjelasan secara rinci mengenai usulan biaya yang
diperlukan untuk pekerjaan studi serta syarat – syarat pembayaran wajib dibuat
oleh konsultan, yang mencakup:

1. Biaya Langsung Personil, meliputi Tenaga Ahli dan Tenaga Penunjang yang
besarnya ditentukan berdasarkan usulan kebutuhan Man Month dan Billing
Rate masing-masing jabatan personil yang diusulkan untuk pelaksanaan
pekerjaan

2. Biaya Langsung Non-Personil, meliputi biaya transportasi, pekerjaan survey


lapangan, penyedia bahan terpakai, pelaporan dan lain-lain yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan

3. Total biaya pelaksanaan pekerjaan termasuk pajak.

c. Pemahaman Terhadap Kebutuhan dan Persyaratan Tenaga Ahli

Persyaratan Tenaga Ahli yang diusulkan harus mengacu kepada pesyaratan


nasional yang berlaku. Kebutuhan tenaga untuk layanan jasa konsultansi dengan
kualifikasi keahlian dan pengalaman profesional di bidangnya masing-masing
adalah sebagai berikut:

1. Penanggung jawab pekerjaan (Ketua Team/Ahli Sumber Daya Air), dengan


persyaratan: Memiliki Ijazah Minimal S1 Teknik Sipil/Teknik Pengairan, dari
perguruan tinggi negeri atau swasta yang telah lulus ujian Negara atau yang
telah terakreditasi, atau perguruan tinggi luar negeri yang telah terakreditasi,
dibuktikan dengan salinan ijazah; Mempunyai SKA Ahli Madya – Sumber
Daya Air yang masih berlaku. Sertifikat keahlian/profesi yang dikeluarkan
oleh pihak berwenang harus sesuai dengan keahlian/profesi yang
disyarakatkan.
2. Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota, 1 (satu) orang dengan Persyaratan:
Memiliki ijazah minimal S1 Teknik Planologi dari Perguruan tinggi negeri
atau swasta yang telah lulus ujian Negara tau yang telah terakreditasi atau

Halaman D-25
Usulan Teknis
P T. ..............................................

perguruan tinggi luar negeri yang telah terakreditasi di buktikan dengan


salinan ijazah. Mempunyai SKA Ahli Perencanaan Wilayah - Muda yng masih
berlaku. Sertifikat keahlian/profesi yang dikeluarkan oleh pihak berwenang
harus sesuai dengn keahlian/profesi yang diisyarakatkan;
3. Ahli Geodesi, 1(satu) orang dengan persyaratan:
Memiliki ijazah S1 Teknik Geodesi dari Perguruan tinggi negeri atau swasta
yang telah lulus ujian Negara atau yang telah terakreditasi atau perguruan
tinggi luar negeri yang telah terakreditasi di buktikan dengan salinan ijazah.
Mempunyai SKA Ahli Muda - Geodesi yang masih berlaku. Sertifikat
keahlian/profesi yang dikeluarkan oleh pihak berwenang harus sesuai
dengan keahlian/profesi yang diisyarakatkan. Memiliki dasar yang kuat dan
berpengalaman dalam menangani pemetaan dalam kegiatan perencanaan
pelabuhan serta pengembangan kawasan;
4. Ahli lingkungan 1(satu) Orang dengan persyaratan:
Memiliki ijazah minimal S1 Teknik Lingkungan dari Perguruan tinggi negeri
atau swasta yang telah lulus ujian Negara tau yang telah terakreditasi atau
perguruan tinggi luar negeri yang telah terakreditasi di buktikan dengan
salinan ijazah. Mempunyai SKA Ahli Muda - Lingkungan yang masih berlaku.
Sertifikatkeahlian/profesi yang dikeluarkan oleh pihak berwenang harus
sesuai dengn keahlian/profesi yang diisyarakatkan; Memiliki dasar kuat
dalam kajian aspek lingkungan untuk pembangunan dan operasional
pelabuhan; Berpengalaman dibidangnya minimal 3 (tiga) tahun dibuktikan
dengan Curriculum Vitae yang di ketahui oleh perusahaan tempat tenaga ahli
bekerja dan dilampiri Surat Keterangan Pekerjaan Terakhir (Referensi).
5. Ahli Kelautan
Memiliki ijazah minimal S1 Teknik Kelautan/Teknik Sipil/Oceanografi dari
perguruan tinggi negeri atau swasta yang telah lulus ujian Negara atau yang
telah terakreditasi atau perguruan tinggi luar negeri yang telah terakreditasi
dibuktikan dengan salinan ijazah. memiliki dasar yang kuat dalam analisa
transformasi gelombang; Berpengalaman dibidangnya minimal 4 (empat)
tahun dibuktikan dengan Currilum Vitae yang diketahui oleh perusahaan
tempat tenaga ahli bekerja yng dilampiri Surat Keterangan Pekerjaan
terakhir (Referensi);
6. Ahli Ekonomi
Memiliki ijazah minimal S1 Ekonomi dari Perguruan tinggi negeri atau swasta
yang telah lulus ujian Negara tau yang telah terakreditasi atau perguruan
tinggi luar negeri yang telah terakreditasi di buktikan dengan salinan ijazah.
Memiliki dasar yang kuat dalam mengkaji aspek sosialekonomi
pembangunan kawasan pelabuhan;. Berpengalaman dibidangnya minimal 4
(empat) tahun dibuktikan dengan Curriculum Vitae yang di ketahui
olehperusahaan tempat tenaga ahli bekerja dan dilampiri Surat Keterangan
Pekerjaan Terakhir (Referensi).

Halaman D-26
Usulan Teknis
P T. ..............................................

Untuk mendukung pekerjaan ini, Konsultan harus melengkapi dengan layanan


tenaga pendukung sekurang-kurangnya:
1. Surveyor
2. (CAD) Operator
3. Operator Komputer
4. Surveyor Lokal

d. Pemahaman Terhadap Persyaratan Penyedia Jasa Konsultan

1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini dibutuhkan penyedia jasa yang memiliki


Sertifikat Badan Usaha Sertifikat Badan Usaha ( SBU ) Jasa Desain Rekayasa
untuk pekerjaan Teknik Sipil Transportasi (RE 103) dengan Kualifikasi
Perusahaan Usaha Kecil

2. Peserta harus memiliki surat izin usaha (SIUP/SIUJK/TDP);

3. Memiliki pengalaman pada pekerjaan dalam bidang perencanaan


pembangunan dan pengembangan pelabuhan atau pekerjaan konstruksi sipil
air lainnya.

D.1.13 Pemahaman Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Keseluruhan pekerjaan ini harus dapat diselesaikan selama 150 hari kalender, 5 (lima) bulan.

D.1.14 Pemahaman Terhadap Pelaporan

a. Laporan Pendahuluan

Tim pelaksana dalam tahap ini harus menyusun Laporan Pendahuluan sebanyak 5
(sepuluh) eksemplar, yang diserahkan kepada pemberi tugas 45 (empat puluh lima) hari
setelah berlakunya SPMK untuk pembahasan laporan pendahuluan dengan tim evaluasi.

Laporan Pendahuluan mencakup pemahaman konsultan tentang kerangka acuan yang


diberikan, tanggapan terhadap Kerangka Acuan Pekerjaan yang berisi masukan untuk
penyempurnaannya, metodologi pendekatan yang digunakan, produk akhir kegiatan,
ruang lingkup, jadwal rencana kegiatan maupun jadwal diskusi/ pembahasan dan
koordinasi dengan masyarakat dan pemerintah daerah serta tugas dan tanggung jawab
tenaga ahli yang terlibat dalam kegiatan. Laporan ini merupakan acuan dalam
pengendalian kegiatan secara keseluruhan. Selain itu, pada tahap ini diharapkan konsultan

Halaman D-27
Usulan Teknis
P T. ..............................................

telah merumuskan informasi dan data yang perlu di-inventarisir serta konsep kuesioner
yang akan digunakan dalam kegiatan selanjutnya.

b. Laporan Antara (Interim Report)

Laporan ini diselesaikan 110 hari kerja setelah berlakunya SPMK dan diserahkan sebanyak
5 (sepuluh) eksemplar, dan 3 eksmplar (Laporan Hasil Survei)

Laporan Antara memuat seluruh data sekunder dan informasi lainnya yang diperoleh dari
hasil kunjungan lapangan serta analisis sementara study kelayakan berdasarkan data yang
diperoleh terhadap alternative lokasi yang telah ditinjau. Laporan ini dilengkapi dengan
sketsa awal lokasi dan foto dokumentasi yang menggambarkan kondisi daratan dan
perairan pada seluruh alternative lokasi (minimal 3 alternatif lokasi).

Didalam Laporan Antara juga telah dikeluarkan kesimpulan sementara tentang kelayakan
lokasi berdasarkan kajian matrik penilaian lokasi pelabuhan.

c. Laporan Semi Rampung (Draft Final Report)

Laporan ini diselesaikan 130 (seratus tiga puluh hari) setelah berlakunya SPMK dan
diserahkan sebanyak 5 (Lima) eksemplar. Konsep laporan akhir memuat hasil analisis,
rangkuman potensi permasalahan dan rancangan rekomendasi.

d. Laporan Akhir (Final Report)

Laporan ini lebih bersifat penyempurnaan maupun pemantapan dari konsep laporan akhir.
Penyempurnaan laporan ini didasarkan pada beberapa masukan dari berbagai pihak di
tingkat pusat dan daerah, swasta maupun masyarakat yang telah dilibatkan dalam
pembahasan sebelumnya. Laporan ini harus diselesaikan oleh Tim Konsultan dalam waktu
150 (seratus lima puluh) hari kerja setelah berlakunya SPMK dengan jumlah Laporan Akhir
yang harus diserahkan kepada pemberi tugas sebanyak 5 (lima) eksemplar dan berisi:

1) Penjelasan keseluruhan hasil studi berdasarkan analisis gabungan dari aspek-aspek


kelayakan teknis, kelayakan ekonomi dan finansial, kelayakan lingkungan,
pertumbuhan ekonomi dan perkembangan soaial daerah, keterpaduan intra-dan
antarmoda, aksesibilitas terhadap hinterland, keamanan dan keselamatan pelayaran,
pertahanan dan keamanan, dan aspek tata ruang.

2) Tanggapan terhadap hasil-hasil analisis.

3) Rekomendasi layak atau tidaknya dibangun pelabuhan laut di wilayah studi.

Halaman D-28
Usulan Teknis
P T. ..............................................

D.1.15 Pemahaman Terhadap Lain-Lain

Petunjuk dan ketentuan-ketentuan lain yang belum tercakup dan merupakan tambahan/
pelengkap akan diberikan kepada konsultan sebagai pelengkap petunjuk pelaksanaan
pekerjaan ini apabila diperlukan.

D.2 Tanggapan Terhadap KAK

Secara umum Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan Fisibility Study (Fs) Pelabuhan
Sungai Dan Danau Di Kabupaten sudah cukup memberikan gambaran dan arahan mengenai
pekerjaan yang akan dilakukan. Hal ini tercermin dari kedalaman pembahasan mengenai latar
belakang pekerjaan, Gambaran Umum Lokasi Studi, Peraturan Perundangan, Maksud dan
tujuan, lingkup pekerjaan, keluraran produk yang diharapkan, pelaksanaan pekerjaan,
inventarisasi data dan informasi terkait, telaah awal, Survey Lapangan, Pekerjaan Penyusunan
Studi Kelayakan (Fs), Persyaratan umum, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, pelaporan,
dan lain-lain. Dengan demikian, hasil akhir yang diinginkan dari pekerjaan Fisibility Study (FS)
Pelabuhan Sungai Dan Danau Di Provinsi Banten ini dapat di mengerti dengan baik sehingga
kemungkinan kesalahan dalam menafsirkan hasil yang ingin dicapai dari pemberi tugas dapat
diminimalkan.

Tanggapan terhadap KAK pada bagian ini lebih kepada penekanan terhadap hal-hal yang
penting dan perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pelaksanaan pekerjaan Fisibility
Study (Fs) Pelabuhan Sungai Dan Danau di Provinsi Banten .

Ringkasan tanggapan terhadap KAK dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel D.1 Ringkasan Tanggapan Terhadap KAK

Materi Penjelasan
No Tanggapan
Pembahasan dalam KAK
Pengembangan sistem jaringan transportasi di Provinsi
Banten sebagaimana yang disebutkan pada Peraturan
Daerah Provinsi Banten Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Banten
Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010 – 2013 meliputi
Rencana Pembangunan Pelabuhan Sungai dan Danau
1. Latar belakang Cukup jelas Pengumpan Panimbang, Bojongmanik, Pontang,
Tirtayasa, Carenang, Kragilan, Cikande, Kasemen, Cihara,
Pakuhaji dan Sepatan. Pelabuhan Sungai dan Danau
Pengumpan adalah pelabuhan sungai dan danau yang
mempunyai cakupan pelayanan dan mempengaruhi
perkembangan ekonomi relatif terbatas, berperan dalam
transportasi antar kabupaten dalam propinsi atau dalam
kabupaten.

Halaman D-29
Usulan Teknis
P T. ..............................................

Materi Penjelasan
No Tanggapan
Pembahasan dalam KAK
Gambaran umum lokasi studi sudah dapat dipahami
oleh pihak konsultan dimana lokasi kajian berada di
wilayah provinsi Banten, secara spesifikasi masih
Gambaran Umum belum dapat di gambarkan berada di lokasi atau
2. Belum jelas
Lokasi Studi kabaupaten. Karena Dalam Studi Kelayakan Memilih
Alternatif 3 Lokasi, dan terpilih 1 Alterbatif Lokasi
yang Paling Layak untuk dikembangkan dan di
bangun.
Acuan Peraturan Dalam konteks ini menjadikan suatu dasar hukum
3. Cukup Jelas
Perundangan yang akan di gunakan dalam penyusunan studi ini.
4. Maksud dan Tujuan Cukup Jelas Maksud dan tujuan dapat dipahami dengan baik,
dimana maksud dan tujuan pembangunan pelabuhan
adalah untuk dapat dimanfaatkan/dikembangkan
guna melayani permintaan kebutuhan jasa pelayanan
pelabuhan pada saat ini dan pada masa yang akan
datang sesuai dengan ketentuan yang telah
dipersyaratkan untuk mewujudkan pelabuhan ideal
sehingga dapat mencapai pelayanan laut yang lancar,
aman, nyaman, efektif dan optimal.
5. Lingkup Pekerjaan Cukup Jelas Lingkup pekerjaan yang dijelaskan didalam KAK
sudah dapat dipahami ddengan baik oleh konsultan
dimana lingkup pekerjaan tersebut merupakan
batasan terhadap pekerjaan Fisibility Study (Fs)
Pelabuhan Sungan dan danau sebagai berikut;
1. Inventarisasi data dan informasi
2. Telaah awal (desk study) terhadap faktor–faktor
terkait dengan rencana pengembangan pelabuhan
laut.
3. Survey pendahuluan
4. Survey Lapangan, pengukuran topografi,
bothometri pada lokasi rencana pengembangan
pelabuhan
5. Analisis data dan informasi berdasarkan hasil
inventarisasi data dan survey lapangan:
6. Keluaran Produk yang Cukup Jelas Kelauran produk yang diharapakan sebagaimanan
di harapkan tercantum dalam KAK sudah dapat dipahami dengan
baik oleh konsultan dimana terdapat dua produk yang
harus di keluarkan yaitu
1. Hasil evaluasi dan analisis kapasitas fasilitas
Pelabuhan, meliputi aspek teknis, operasional,
permintaan jasa angkutan laut, lingkungan serta
aspek ekonomi dan finansial pengembangan
pelabuhan
2. Dokumen Studi Kelayakan (FS) Pelabuhan
7. Pelaksanaan Pekerjaan Cukup Jelas Secara keseluruhan pelaksanaan pekerjaan yang
tercantum didalam KAK sudah dapat dipahami dengan
baik dimana konsultan akan melakukan tahapan
sesuai yang tercantum didalam KAK agar
mendapatkan hasil alternatif lokasi pelabuahan yang
sesuai dengan kriteria teknis maupun non teknis.
8. Inventarisasi data dan Cukup Jelas Data-data sebagaimana tersebut didalam KAK sudah
informasi terkait dapat dipahami oleh konsultan. Akan tetapi konsultan
mengusulkan adanya penambahan data tentang Status
Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) untuk melihat

Halaman D-30
Usulan Teknis
P T. ..............................................

Materi Penjelasan
No Tanggapan
Pembahasan dalam KAK
karakteristik fisik, flora dan fauna dalam konstelasi
lingkungan hidup.
9. Telaah awal (desk Cukup Jelas Secara keseluruhan tahapan telaah awal desk study
study) sudah dapat dipahami oleh konsultan dimana
konsultan akan berusaha mencari informasi guna
menggambarkan karakteristik serta potensi dan
permasalahan di wilayah kajian
10. Survey pendahuluan Cukup Jelas Survey pendahuluan akan dilaksanakan sebaik
(reconnaissance mungkin dengan memanfaatkan waktu yang ada
survey) untuk menggali informasi yang berkaitan dengan
potensi wilayah serta aspek teknis pelabuhan agar
informasi yang didapatkan sesuai dengan analisis
yang diinginkan.
11. Survey lapangan Cukup Jelas Secara keseluruhan survey lapangan sebagaimana
tercantum dalam KAK dapat dipahami oleh konsultan,
dimana survey mengenai aspek teknis pelabuhan akan
dilakukan oleh ahli di bidangnya mengingat survey
lapangan adalah kunci didalam pembangunan yang
berkaitan dengan aspek teksnis pelabuhan.
12. Pekerjaan penyusunan Cukup Jelas Secara keseluruhan tahapan ini sudah diapahami oleh
Studi Kelayakan (FS) konsultan dimana penyusunan Studi Kelayakan (FS)
mengacu kepada beberapa tahapan analisis yang telah
dilakukan sebelumnya agar dapat sinkron dan
terintegrasi dengan aspek spasial, sektoral dan teknis
kepelabuhanan.
13. Persyaratan umum Cukup Jelas Persayaratan umum sebgaimana tercantum dalam
KAK sudah dapat dipahami dengan baik oleh
konsultan, dimana dalam persyaratan umum
konsultan akan menjabarkan usulan teknis, usulan
biaya, Kebutuhan Dan Persyaratan Tenaga Ahli,
Persyaratan Kualifikas Penyedia Jasa Konsultan akan
dijelaskan secara rinci dan menyediakan kualifikasi
tenaga ahli yang sesuai dengan kebutuhan.
14. Jangka waktu Cukup Jelas Jangka Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah
pelaksanaan pekerjaan 150 hari kalender (5 bulan), dengan tenggat waktu
tersebut konsultan akan menyelesaian pekerjaan
dengan tepat waktu dan kualitas yang baik.
15. Pelaporan Cukup Jelas Sistem laporan sebagaimana tercantum dalam KAK
sudah dapat di pahami dengan baik oleh pihak
konsultan.
16. Asistensi dan Cukup Jelas asistensi dan pembahasan sebagaimana tercantum
pembahasan dalam KAK sudah dapat di pahami dengan baik oleh
pihak konsultan.
17. Lain-lain Cukup Jelas Lain-lain sebagaimana tercantum dalam KAK sudah
dapat di pahami dengan baik oleh pihak konsultan.

Halaman D-31
Usulan Teknis
P T. .................................

BAB E

E.1 Metoda Pendekatan


E.1.1 Umum
Transportasi laut, Sungai dan Danau sebagai bagian dari sistem transportasi nasional perlu
dikembangkan dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara yang mempersatukan
semua wilayah Indonesia, di mana transportasi merupakan masalah yang vital dalam
mendukung perekonomian suatu bangsa. Dengan semakin meningkatnya kualitas sistem
dan jaringan transportasi, akan meningkat pula interaksi antar pelaku ekonomi di suatu
wilayah yang pada kelanjutannya akan dapat meningkatkan perekonomian secara
keseluruhan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
mengindikasikan perlunya penyediaan infrastruktur pelabuhan sebagai tempat
perpindahan intra- dan antarmoda transportasi. Pembangunan pelabuhan tersebut harus
direncanakan secara tepat, memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian
lingkungan, dan memperhatikan keterpaduan intra- dan antarmoda transportasi.
Pembangunan pelabuhan dilaksanakan sebagai pengembangan dari fasilitas yang sudah
ada untuk mendukung perkembangan ekonomi setempat, maupun pada lokasi yang baru
untuk membuka jalan bagi kegiatan transportasi warga sehari-hari yang bersifat mendasar.
Oleh karena itu, pembangunan pelabuhan di Indonesia dalam lingkup Sub Sektor
Perhubungan akan terus dilaksanakan dalam rangka menunjang transportasi penumpang,
peti kemas, general cargo, dan barang curah (bulk), dalam skema pelayaran yang bersifat
komersial maupun pelayaran perintis, pelayaran lokal ataupun pelayaran rakyat.
Dalam rangka menunjang kegiatan pembangunan pelabuhan, diperlukan sebuah studi yang
mampu memberikan gambaran secara komprehensif tentang kelayakan pada beberapa
aspek yang dianggap penting sebelum dimulainya pembangunan pelabuhan tersebut.
Dalam rangka mempersiapkan pembangunan pelabuhan yang baik dan memenuhi syarat

Halaman E-1
Usulan Teknis
P T. .................................

untuk operasional kapal-kapal dengan selamat, aman dan lancar, maka Provinsi Banten
perlu mengadakan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau.
Pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau bertujuan untuk
mengetahui layak atau tidak dibangunnya suatu Pelabuhan Sungai Dan Danau di lokasi
studi terpilih berdasarkan aspek tata ruang, sosial, ekonomi, finansial, lingkungan, dan
teknis pelabuhan. Kegiatan ini merupakan suatu penilaian (appraisal) guna mengetahui
kelayakan suatu lokasi untuk dilaksanakan pembangunan fasilitas pelabuhan di atasnya.
Berdasarkan hasil Studi Kelayakan yang merupakan bagian dari tahap pra-desain dalam
studi perencanaan, selanjutnya dapat disusun studi lanjutan berupa Rencana Induk
Pelabuhan dan Studi Lingkungan maupun dokumen-dokumen studi Survei, Investigasi dan
Rancangan Dasar maupun Rancangan Rinci yang merupakan tahapan desain dalam
pembangunan pelabuhan.
Hasil dari kegiatan ini pada prinsipnya untuk dijadikan acuan bagi para pelaksana studi
lanjutan maupun pelaksana pembangunan serta para pengambil kebijakan. Dalam skala
yang lebih besar, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat sekitar dan
para pelaku usaha dari dampak yang mungkin timbul dari pelaksanaan pembangunan suatu
pelabuhan. Hal ini mengingat untuk dapat dianggap layak, suatu lokasi pembangunan
pelabuhan harus memenuhi berbagai kriteria pada aspek-aspek berikut ini:
a. kelayakan teknis;
b. kelayakan ekonomi dan finansial;
c. kelayakan lingkungan;
d. pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial daerah;
e. keterpaduan intra-dan antarmoda;
f. adanya aksesibilitas terhadap hinterland;
g. keamanan dan keselamatan pelayaran; dan
h. pertahanan dan keamanan;
i. aspek tata ruang.

1) Kebutuhan Pelayanan Transportasi Dalam Pembangunan Nasional


Dalam rangka program pembangunan nasional, pembangunan transportasi mempunyai
peran sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik dan pertahanan
keamanan yang diarahkan pada terwujudnya sistem transportasi nasional yang handal,
berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman
dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan,

Halaman E-2
Usulan Teknis
P T. .................................

mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung pola distribusi regional dan
nasional, serta mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan
internasional.

Sistem transportasi merupakan prasarana yang bertindak sebagai prasyarat terjadinya


suatu perpindahan, baik penumpang dan barang dari asal ke tujuan, system ini meliputi
beberapa elemen antara lain jalan , jembatan, moda, terminal dan system operasi.

Untuk itu sistem transportasi regional dan nasional perlu ditata dan terus
disempurnakan serta didukung oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia
sehingga terwujud keandalan untuk pelayanan maupun keterpaduan antar dan inter
moda transportasi, serta disesuaikan dengan perkembangan ekonomi, kebijaksanaan
tata ruang agar selalu dapat memenuhi kebutuhan pembangunan, tuntutan masyarakat,
serta kebutuhan perdagangan regional, nasional dan internasional dengan
memperhatikan kendala maupun kelaikan sarana transportasi.

Pembangunan transportasi ke dan di pedesaan, daerah dan pulau terpencil, daerah


transmigrasi, daerah terbelakang dan daerah perbatasan, perlu terus dibangun,
dikembangkan, dilembagakan dan ditangani secara khusus dalam rangka menunjang
pengembangan wilayah agar hasilnya dapat dirasakan masyarakat secara lebih meluas.
Sasaran pembangunan transportasi adalah meningkatkan peranan sistem transportasi
nasional dalam memenuhi kebutuhan mobilitas manusia, barang dan jasa, terwujudnya
sistem transportasi regional dan nasional yang makin efisien yang didukung oleh
kemampuan penguasaan teknologi dan sumber daya manusia yang berkualitas,
meluasnya jaringan transportasi yang menjangkau daerah terpencil dan perbatasan.

Untuk dapat mewujudkan sasaran tersebut di atas, maka disusun kebijaksanaan


pembangunan transportasi yang meliputi pengembangan Sistem Transportasi Nasional
yang andal, berkemampuan tinggi, terpadu dan efisien serta mengacu pada pola tata
ruang. Selain itu juga disusun kebijaksanaan pengembangan transportasi regional
dengan perhatian khusus pada daerah terbelakang.

Dalam rangka mengembangkan transportasi regional, terutama daerah yang


terbelakang diambil kebijaksanaan mengembangkan fasilitas pelayanan transportasi
yang menghubungkan daerah-daerah pedesaan, pulau terpencil, daerah transmigrasi
dan daerah perbatasan ke pusat-pusat kegiatan ekonomi di sekitar daerah-daerah
tersebut.

Halaman E-3
Usulan Teknis
P T. .................................

Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional dikembangkan dalam
rangka mewujudkan Wawasan Nusantara untuk mempersatukan seluruh wilayah
Indonesia, oleh karena itu pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau di Indonesia
dalam lingkup Sub Sektor Perhubungan Laut akan terus dilaksanakan dalam rangka
menunjang angkutan/transportasi penumpang, peti kemas, general cargo, pelayaran
perintis, pelayaran lokal maupun pelayaran rakyat, baik berupa pembangunan baru
maupun peningkatan fasilitas yang telah ada.

2) Pembangunan Transportasi Dalam Sistem Tata Ruang Nasional

Tata ruang merupakan suatu input utama timbulnya pergerakan, perkembangan tata
ruang dapat menghasilkan pergerakan yang lebih besar. Semakin besar intensitas
ekonomi suatu wilayah, maka semakin besar pula bangkitan dan tarikan perjalanan dari
suatu wilayah, bangkitan dan tarikan tersebut akan menghasilkan suatu distribusi
pergerakan ke wilayah-wilayah lain yang mempunyai hubungan ekonomi dengan
wilayah ini.

Pola tata ruang nasional digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan, dengan
demikian semua pengembangan kegiatan produksi, pemanfaatan sumber daya alam dan
pengembangan transportasi serta infrastruktur lainnya harus saling terkait, selaras dan
saling menguatkan dalam ruang nasional. Kebijaksanaan ini memberikan implikasi
perlunya menjabarkan suatu sistim transportasi nasional dari rencana tata ruang
nasional. Penataan ruang yang terdiri dari pada perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian ruang dilakukan secara sistematis dan konsisten.

Dalam tahapan perencanaan, pendekatan dilakukan dengan pendekatan wilayah dalam


arti aspek-aspek yang terkait dengan perwujudan tata ruang seperti sumber daya alam,
sumber daya manusia, pola kegiatan produksi pada kawasan-kawasan, keterkaitan kota-
kota atau sistem kota serta kondisi infrastruktur wilayah dikaji bersama-sama dengan
perkiraan-perkiraan kondisi yang akan datang. Keseluruhan hasil tersebut dipadukan
dengan permasalahan dan tujuan pembangunan untuk menghasilkan suatu rencana tata
ruang.

Pola tata ruang wilayah telah menentukan kawasan-kawasan baik yang berfungsi
sebagai kawasan lindung, maupun kawasan budidaya yang diperuntukan bagi kegiatan
sosial-ekonomi serta arahan sektor-sektor unggulan dalam kawasan andalan, sistem
kota-kota yang menjadi pusat pelayanan dan simpul transportasi untuk kawasan-

Halaman E-4
Usulan Teknis
P T. .................................

kawasan. Pada tahap pemanfaatan ruang, pembangunan Infrastruktur wilayah seperti


pola transportasi, dilaksanakan melalui pembangunan sektor-sektor, pemogramannya
dijabarkan sesuai dengan arahan rencana tata ruang untuk menjaga konsistensi antar
kegiatan.

Perubahan lingkungan sosial-ekonomi akan sangat mempengaruhi terhadap pola


pemanfaatan ruang, agar selalu kondusif dalam mendorong tujuan pengembangan
wilayah, maka keselarasan antar kegiatan dan kelestarian lingkungan harus selalu
diperhatikan. Rencana Tata Ruang merupakan dasar dalam perencanaan pembangunan
dan Rencana Tata Ruang tersebut disusun secara berjenjang dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dan Kabupaten/Kota.

3) Kebijaksanaan Pembangunan Transportasi Nasional

Penyediaan sarana dan prasarana transportasi merupakan infrastruktur dasar bagi


kegiatan masyarakat disegala bidang, baik yang menyangkut kegiatan ekonomi maupun
sosial. Perkembangan perekonomian wilayah sangat ditentukan oleh bagaimana system
distribusi penumpang dan barang dapat dioperasikan dan tersedia disuatu wilayah,
karena efisiensi distribusi akan menentukan biaya produksi, tingkat harga dan daya
saing suatu komoditi pasar.

Ditinjau dari aspek pembangunan nasional, maka pembangunan transportasi adalah


merupakan bagian yang amat penting, oleh karena itu, transportasi merupakan unsur
vital dalam kehidupan bangsa dan dalam memupuk kesatuan dan persatuan bangsa,
pembangunan transportasi sebagai pendukung pembangunan sektor-sektor lainnya
diarahkan secara terpadu dan berlangsung secara terus menerus.

Kebijaksanaan pengembangan sistem transportasi nasional, ditempuh melalui pola


keterpaduan antarmoda dan intermoda dengan mempertimbangkan karakteristik tiap
moda transportasi, pola pengembangan wilayah, aspek geografis, faktor spesifik wilayah
dan pemilihan teknologi yang tepat. Kebijaksanaan lainnya adalah memantapkan
hierarki pelayanan lokal dalam wilayah terbatas, pelayanan antar kawasan, antar kota
dan antar pulau, dengan jenis moda transportasi yang berbeda, sehingga sistem jaringan
transportasi dapat menghubungkan simpul-simpul produksi, distribusi dan daerah
pemasaran dengan pelabuhan-Pelabuhan Sungai Dan Danau dan udara serta
memantapkan hierarki Pelabuhan Sungai Dan Danau dalam struktur pelabuhan utama

Halaman E-5
Usulan Teknis
P T. .................................

yang berfungsi sebagai pengumpul dan pendistribusian serta pelabuhan pengumpan


yang berfungsi sebagai pendukung pelabuhan utama.

Dalam rangka mengembangkan transportasi regional, diambil kebijaksanaan


pengembangan fasilitas pelayanan transportasi di daerah pedesaan, pulau terpencil,
daerah transmigrasi dan daerah perbatasan. Kebijaksanaan lainnya adalah
mengembangkan pelabuhan strategis di kawasan Timur dan kawasan Barat Indonesia
yaitu pada daerah-daerah yang tertinggal dalam rangka memacu pemerataan
pertumbuhan ekonomi.

Dalam rangka mendorong peran serta swasta dalam pembangunan transportasi


ditempuh kebijaksanaan dengan menciptakan iklim berusaha yang sehat dan saling
menghidupi serta memberikan kemudahan dan fasilitas bagi investor swasta di bidang
transportasi yang umumnya memerlukan dana yang besar, mengandung resiko serta
waktu pengembalian yang lama.

Tantangan dan masalah utama sampai dengan tahun 2008 pada subsektor transportasi
laut adalah upaya untuk meningkatkan aksesibilitas pada daerah tertinggal dan wilayah
terpencil, terutama pada kawasan Timur Indonesia. Hal ini dilakukan dengan
menyelenggarakan angkutan laut perintis dan meningkatkan pembangunan fasilitas
pelabuhan di wilayah tersebut, dan menciptakan kondisi agar keselamatan pelayaran di
Indonesia semakin baik dan kegiatan bongkar muat di pelabuhan dapat dilakukan secara
lebih cepat sehingga tidak terjadi penumpukan barang di pelabuhan.

Sasaran pembangunan Kementrian Perhubungan diarahkan kepada upaya


penyelenggaraan transportasi guna mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman
dan damai serta adil dan demokratis. Guna mendukung perwujudan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan transportasi difungsikan melalui penyediaan jasa transportasi
guna mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat luas
dengan harga terjangkau, baik di perkotaan maupun di perdesaan, mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah pedalaman dan terpencil, serta untuk
memperlancar mobilitas orang, distribusi barang dan jasa serta mendorong
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi nasional. Dalam rangka mendukung perwujudan
Indonesia yang aman dan damai, diupayakan penyediaan aksesibilitas transportasi di
wilayah konflik, wilayah perbatasan dan wilayah terisolasi untuk mendorong kelancaran
mobilitas orang, distribusi barang dan jasa, serta mempercepat pengembangan wilayah
dan mempererat hubungan antar wilayah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Halaman E-6
Usulan Teknis
P T. .................................

Guna mendukung Indonesia yang adil dan demokratis, pembangunan transportasi pada
tahun 2009 diarahkan untuk menjembatani kesenjangan antar wilayah dan mendorong
pemerataan hasil-hasil pembangunan. Transportasi antar wilayah akan membuka
peluang kegiatan perdagangan antar wilayah dan mengurangi perbedaan harga antar
wilayah, meningkatkan mobilitas tenaga kerja untuk mengurangi konsentrasi keahlian
dan keterampilan pada wilayah-wilayah tertentu, sehingga mendorong terciptanya
kesempatan melaksanakan pembangunan antar wilayah. Pemerataan pelayanan
transportasi secara adil dan demokratis terkait dengan peluang yang sama bagi setiap
orang untuk berperanserta dalam penyelenggaraan transportasi.

a. Sasaran

Sasaran pembangunan transportasi laut tahun 2009 diarahkan untuk meningkatkan


aksesibilitas pelayanan transportasi laut yang terjangkau melalui pembangunan
sarana dan prasarana di daerah terpencil, pedalaman, perbatasan, pulau-pulau kecil
dan terluar dalam rangka mempertahankan kedaulatan NKRI dan mendukung
peningkatan perekonomian daerah serta pemberian subsidi keperintisan dan PSO.

b. Strategi kebijakan pembangunan transportasi laut tahun 2009

Pembangunan transportasi laut tahun 2010 dilaksanakan dengan strategi sebagai


berikut :

1. Meningkatkan peran transportasi laut dalam mendorong pertumbuhan ekonomi


nasional melalui kegiatan-kegiatan yang dapat memperluas kesempatan kerja
dan menciptakan peluang ekonomi lainnya.

2. Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan sarana dan


prasarana transportasi laut.

3. Meningkatkan pelayanan angkutan laut perintis serta pembangunan fasilitas


pelabuhan dan keselamatan pelayaran di daerah tertinggal dan belum
berkembang.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan jasa transportasi laut dan kepelabuhanan di


seluruh wilayah secara efektif dan efisien.

5. Melanjutkan penataan kelembagaan dan kebijakan di bidang transportasi laut


sesuai UU No. 17/2008 tentang Pelayaran.

Halaman E-7
Usulan Teknis
P T. .................................

c. Program Pembangunan

Program pembangunan transportasi laut bertujuan untuk mendukung


pengembangan transportasi laut yang lancar, terpadu, aman dan nyaman, sehingga
mampu meningkatkan efisiensi pergerakan orang dan barang, memperkecil
kesenjangan pelayanan angkutan antar wilayah serta mendorong ekonomi nasional,
meliputi :

1. Program Pembangunan Prasarana Transportasi Laut;

2. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Trans-portasi Laut;

3. Program Kegiatan Dasar dan Keperintisan;

4. Program Restrukturisasi Kelembagaan dan Peraturan Transportasi Laut;

5. Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan.

E.1.2 Pendekatan Teknis Pelaksanaan

Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan Studi Kelayakan Dalam Rangka


Pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau adalah dengan memperhatikan keberadaan
pelabuhan lain yang sudah ada di daerah Provinsi Banten dan Kabupaten serta kebutuhan
daerah akan jasa pelabuhan sehingga peran dan fungsi pelabuhan di masa mendatang dapat
ditetapkan dan besaran pengembangan pelabuhan maupun tahapannya dapat
direncanakan sejak awal. Pola pendekatan dilakukan dengan prinsip " ship follows the trade
"dan atau " trade follows the ship'. Selanjutnya studi ini akan meneliti dan melihat perlunya
keberadaan pelabuhan ini secara makro dan mikro sehingga dapat dirumuskan strategi
pengembangannya untuk dapat diimplementasikan pada masa mendatang.

Pendekatan pengembangan pelabuhan disesuaikan dengan kondisi kebutuhan wilayah dan


masyarakat dengan harapan dapat memberikan hasil yang optimal bagi kepentingan
pembangunan wilayah dan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana umumnya studi
kelayakan, maka dalam proses penyusunan studi ini akan dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :

a. Tahap investigasi dan inventarisasi data/informasi primer dan sekunder,

b. Perumusan data dan informasi seperti kompilasi, analisis dan proyeksi kecenderungan
perkembangan, perumusan alternatif rencana dan penetapan rencana yang dipilih

Halaman E-8
Usulan Teknis
P T. .................................

c. Penyusunan Layout dan Basic Desain.

Pendekatan pengembangan pelabuhan disesuaikan dengan kondisi kebutuhan wilayah dan


masyarakat dengan harapan dapat memberikan hasil yang optimal bagi kepentingan
pembangunan wilayah dan kesejahteraan masyarakat.

Sebagaimana umumnya studi kelayakan, maka dalam proses penyusunan studi ini akan
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Tahap investigasi dan inventarisasi data/informasi primer dan sekunder,

b. Perumusan data dan informasi seperti kompilasi, analisis dan proyeksi kecenderungan
perkembangan, perumusan alternatif rencana dan penetapan rencana yang dipilih

c. Penyusunan Layout dan Basic Desain.

Secara garis besar pendekatan ini digambarkan dalam kerangka pemikiran pada Gambar
berikut.

Gambar E.1 Kerangka Pemikiran Studi

Halaman E-9
Usulan Teknis
P T. .................................

Sebagaimana umumnya studi kelayakan, maka dalam proses penyusunan studi ini akan
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Tahap investigasi dan inventarisasi data/informasi primer dan sekunder,

b. Perumusan data dan informasi seperti kompilasi, analisis dan proyeksi kecenderungan
perkembangan, perumusan alternatif rencana dan penetapan rencana yang dipilih
Penyusunan Layout dan Besik Desain.

Pada analisis kelayakan ini akan dikaji pola pendanaan dan kelembagaan yang terlibat
sekitar pengoperasian pelabuhan beserta lingkungannya sebagai dasar pembuatan analisa
ekonomi dan finansial untuk pertimbangan kelayakan rencana pelabuhan.

Kriteria penentuan kelayakan lokasi terutama dilihat dari segi fisik baik sisi perairan
maupun sisi darat, segi keselamatan pelayaran, segi operasional pelabuhan dan segi
lingkungan ekosistem pesisir.

Perencanaan pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau berawal dari latar belakang studi
dimulai dengan mengindentifikasi potensi daerah yang ada dengan proyeksi
pertumbuhannya dimasa mendatang. Pendekatan pelaksanaan Studi Kelayakan Dalam
Rangka Pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau dilakukan dengan melakukan
identifikasi potensi daerah yang memerlukan jasa pelabuhan, meneliti pola pergerakan
komoditi yang ada, meneliti pergerakan komoditi yang menggunakan jasa pelabuhan yang
sudah ada serta mempelajari karakteristik tiap komoditi dan pola perdagangan komoditi
tersebut. Perhitungkan keunggulan dan kelemahan rencana lokasi pelabuhan dibandingkan
dengan pelabuhan yang ada disekitamya, termasuk aksesibilitas dari sentra-sentra industri
dan perdagangan yang ada, nilai tambah yang diperoleh pengguna jasa pelabuhan.

Berdasarkan analisa kebutuhan, dirumuskan fasilitas pelabuhan apa saja yang perlu
dibangun untuk menunjang rencana keberadaan Pelabuhan Sungai Dan Danau tersebut dan
seberapa besar aliran komoditi yang akan menuju ke pelabuhan baru yang akan dibangun.
Selanjutnya menentukan peran dan fungsi pelabuhan untuk jangka pendek, menengah dan
panjang.Basic desain pelabuhan dibuat berdasarkan hasil studi hidrografi, topografi dan
soil investigation. Kelayakan rencana pelabuhan diperhitungkan secara teknis, ekonomis,
keuangan, lingkungan dan operasional. Perlu dihitung biaya yang diperlukan dan manfaat
yang akan diperoleh pada rentang waktu tertentu.

Jika hasil studi menyatakan layak, maka proses berikutnya perlu dilanjutkan dengan
penyusunan Rencana Induk, dan jika hasil studi menunjukkan tidak memenuhi kelayakan,

Halaman E-10
Usulan Teknis
P T. .................................

maka perlu dirumuskan hal-hal apa yang menyebabkan ketidak layakan tersebut, termasuk
dasar pertimbangan dari aspek-aspek kebijakan Pemerintah Daerah dan Nasional (Pusat).

E.2 Metoda Survei

Kebutuhan data untuk keperluan studi ini dikumpulkan melalui pengumpulan data primer
dan data sekunder, metoda survey yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan data
tersebut.

E.2.1 Survei Primer

Untuk survey primer digunakan dengan metoda wawancara dan kuesioner kepada
sejumlah responden secara proporsif kepada masyarakat umum, tokoh masyarakat,
pengusaha, pejabat pemerintah Desa, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Nasional (Pusat)
sekitar aspirasi mengenai rencana studi kelayakan pembangunan Pelabuhan Sungai Dan
Danau di lokasi kajian

Survey primer juga dilakukan dengan melakukan pengamatan lapangan secara visual
terhadap rencana lokasi serta pengambilan titik ordinat daerah studi dan pengambilan
sampel air.

E.2.2 Survei Sekunder

Survey sekunder dilakukan untuk memperoleh data-data historis wilayah studi melalui
studi pustaka dan pengumpulan data dari berbagai dinas/instansi terkait, seperti BPS (Biro
Pusat Statistik), Bappeda, Dinas Perhubungan, Kantor Pelabuhan setempat baik di Tingkat
Provinsi dan Kabupaten, Kementrian Perhubungan (Ditjen Perhubungan Laut) dsb.

Data yang dikumpulkan antara lain :

1. Sistem Transportasi Nasional (Tatanan Transportasi Nasional)


2. Tatrawil dan Tatralok.
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
4. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
5. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
6. Rencana Induk Pelabuhan Provinsi Banten
7. RZWP3K Provinsi Banten
8. Provinsi Banten dalam angka (sekurang-kurangnya sampai dengan 5 tahun terahir)

Halaman E-11
Usulan Teknis
P T. .................................

9. Kabupaten dalam angka (sekurang-kurangnya sampai dengan 5 tahun terahir)


10. Produk Domestik Regional Bruto Kab. dalam 5 (lima) tahun terakhir
11. Kebijakan Rencana Pembangunan Daerah 5 – 20 tahun.
12. Rencana Program Pengembangan Wilayah Provinsi Banten dan Kabupaten .
13. Data / Peta Potensi Unggulan Daerah.
14. Perkembangan PAD dan sumber PAD potensial
15. Data / informasi kondisi & kualitas lingkungan awal daerah studi
16. Kebijakan Pengembangan Transportasi.
17. Rencana Umum Pengembangan Transportasi.
18. Data Pelabuhan yang ada di Kabupaten .
19. Data/Peta Jaringan Transportasi Kabupaten
20. Infrastruktur transportasi disekitar lokasi studi
21. Data pergerakan barang dan penumpang 5 tahun terakhir.
22. Data kunjungan kapal dalam 5 tahun terakhir
23. Permintaan kebutuhan transportasi laut.
24. Kondisi kegiatan Pelabuhan yang ada :
a. Kunjungan Kapal, ( asal dan tujuan ), harian, bulanan tahunan
b. Arus barang dan penumpang ( asal dan tujuan ), harian, bulanan, tahunan
c. Data Kepelabuhanan di Provinsi Banten
25. Data-data sekunder lainnya yang harus dikumpulkan meliputi :
a. Perkembangan kondisi pasang surut
b. Data curah hujan minimum dalam 5 (lima) tahun terakhir
c. Data/peta topografi
d. Data/peta bathimetry
e. Data angin dan gelombang
f. Data iklim
g. Data flora dan fauna
h. Peta geologi
i. Data kondisi sungai dan muara
j. Data kondisi jaringan transportasi
k. Laporan studi terkait yang pernah dilaksanakan

E.2.2.1 Survey Topografi

A. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal

Halaman E-12
Usulan Teknis
P T. .................................

Kerangka dasar horisontal merupakan pekerjaan untuk menetapkan posisi dari semua
titik yang terletak di daerah survei serta harus dipetakan dalam peta batimetri. Untuk
itu dibangun suatu jaringan titik kontrol, yang biasa disebut dengan jaringan poligon.
Titik-titik kontrol dari jaringan poligon dibangun sepanjang pantai serta di pedalaman
(untuk topografi pinggir pantai). Posisi setiap titik kontrol di tetapkan berdasarkan
pengukuran jarak dan sudut dengan metode Traverse. Pengukuran sudut dan jarak
dilaksanakan dengan Teodolith Wild T2. Titik-titik kontrol pada jaringan poligon ini
ditandai dengan patok, sebagian besar diantaranya berupa patok beton pralon, dan
sebagian lagi dengan patok kayu.

Pengukuran kerangka dasar horisontal (KDH) dilakukan dengan menggunakan metode


pengukuran poligon dengan menggunakan Teodolith Wild T2. Metode poligon yang
digunakan yaitu metode poligon terikat. Pada metode ini awal dan akhir pengukuran
terikat pada BM yang sudah diketahui koordinatnya sehingga untuk arah awal
pengukuran bisa menggunakan nilai sembarang dan nantinya arah awal tersebut akan
dikoreksi dengan sendirinya melalui proses iterasi pada pengolahan datanya.
Perangkat yang digunakan adalah:
• Teodolith Wild T2
• Rambu ukur
• Statif
• Meteran
Pengukuran kerangka dasar horizontal (KDH) dilakukan dengan menggunakan metode
pengukuran poligon dengan menggunakan Teodolith Wild T2. Metode poligon yang
digunakan yaitu metode poligon terikat. Pada metode ini awal dan akhir pengukuran
terikat pada BM yang sudah diketahui koordinatnya sehingga untuk arah awal
pengukuran bisa menggunakan nilai sembarang dan nantinya arah awal tersebut akan
dikoreksi dengan sendirinya melalui proses iterasi pada pengolahan datanya.

B. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal

Pengukuran kerangka dasar vertikal dilakukan menggunakan cara yang sama dengan
pengukuran kerangka dasar horizontal dan menggunakan perhitungan trigonometris.
Sehingga dapat diketahui beda tinggi pergi dan pulang. Peralatan yang digunakan sama
seperti pengukuran kerangka dasar horizontal. Dalam pengukuran ini dilakukan
pengikatan beda tinggi antara Bench Mark dengan ketinggian di stasiun pasang surut
sebagai referensi elevasi yang akan digunakan.

Halaman E-13
Usulan Teknis
P T. .................................

E.2.2.2 Survey Batimetri

Survei batimetri atau sering kali disebut dengan pemeruman (sounding) dimaksudkan
untuk mengetahui keadaan topografi laut. Cara yang dipakai dalam pengukuran ini adalah
dengan menentukan posisi-posisi kedalaman laut pada jalur memanjang dan jalur
melintang untuk cross check. Penentuan posisi-posisi kedalaman dilakukan menggunakan
GPS MAP.

A. Penentuan Jalur Sounding

Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan sounding dari titik awal
sampai ke titik akhir dari kawasan survei. Jarak antar jalur sounding yang digunakan
adalah 100 m. Pada bagian kelokan sungai dan lokasi-lokasi kajian tertentu, jalur
sounding dibuat dengan jarak 50m. Untuk tiap jalur sounding dilakukan pengambilan
data kedalaman perairan setiap jarak 25 m. Titik awal dan akhir untuk tiap jalur
sounding dicatat dan kemudian di-input ke dalam alat pengukur yang dilengkapi dengan
fasilitas GPS, untuk dijadikan acuan lintasan perahu sepanjang jalur sounding. Contoh
jalur sounding pada kawasan pengukuran dapat dilihat pada Gambar berikut

Gambar E.2 Pergerakan Perahu Dalam Menyusuri Jalur Sounding

B. Peralatan Survei

Peralatan survei yang diperlukan pada pengukuran batimetri adalah:

a. Echo Sounder GPS Map dan perlengkapannya. Alat ini mempunyai fasilitas GPS
(Global Positioning System) yang akan memberikan posisi alat pada kerangka

Halaman E-14
Usulan Teknis
P T. .................................

horizontal dengan bantuan satelit. Dengan fasilitas ini, kontrol posisi dalam
kerangka horisontal dari suatu titik tetap di darat tidak lagi diperlukan. Selain
fasilitas GPS, alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur kedalaman perairan
dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan ke dasar perairan.
Gambar alat ini disajikan pada Gambar E.2, sedangkan penempatan alat ini dan
perlengkapannya pada perahu dapat dilihat di Gambar E.3.
b. Notebook. Satu unit portable computer diperlukan untuk menyimpan data yang di-
download dari alat GPSMap setiap 300 kali pencatatan data.
c. Perahu. Perahu digunakan untuk membawa Surveyor dan alat-alat pengukuran
menyusuri jalur-jalur sounding yang telah ditentukan. Dalam operasinya, perahu
tersebut harus memiliki beberapa kriteria, antara lain:
1) Perahu harus cukup luas dan nyaman untuk para Surveyor dalam melakukan
kegiatan pengukuran dan downloading data dari alat ke komputer, dan lebih baik
tertutup dan bebas dari getaran mesin.
2) Perahu harus stabil dan mudah bermanuver pada kecepatan rendah.
d. Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur sounding.
e. Papan duga. Papanduga digunakan pada kegiatan pengamatan fluktuasi muka air di
laut.

Peralatan keselamatan. Peralatan keselamatan yang diperlukan selama kegiatan survei


dilakukan antara lain life jacket.

Gambar E.3 Reader Alat GPSMap Yang Digunakan Dalam Survei Batimetri.

Halaman E-15
Usulan Teknis
P T. .................................

Gambar E.4 Penempatan GPSMap (Transducer, Antena, Dan Reader) Di Perahu.

SATELIT

TAMPAK SAMPING TAMPAK BELAKANG

READER
ANTENA ANTENA

Permukaan Air Laut

TRANDUSER TRANDUSER

DASAR LAUT

C. Pengolahan Data Batimetri

Data yang tercatat pada alat GPSMap adalah jarak antara transducer alat ke dasar
perairan. Transducer tersebut diletakkan di bagian belakang kapal, di bawah permukaan
air yang terpengaruh oleh pasang surut. Oleh sebab itu diperlukan suatu koreksi
kedalaman terhadap jarak transducer ke permukaan air dan koreksi kedalaman
terhadap pasang surut. Menampilkan sketsa definisi besaran-besaran panjang yang
terlibat dalam proses koreksi tersebut.

Gambar E.5 Sketsa Definisi Besaran-Besaran Yang Terlibat Dalam Koreksi Kedalaman.

PAPAN DUGA

TAMPAK SAMPING
READER
ANTENA

Permukaan Air Laut


A
EMA

TRANDUSER
0.00

DASAR LAUT

Keterangan gambar:

EMA = Elevasi muka air diukur dari nol papan duga.

Halaman E-16
Usulan Teknis
P T. .................................

Z = Kedalaman air hasil sounding (jarak dasar perairan ke transducer).


A = Jarak transducer ke muka air.

Dari definisi di atas maka elevasi dasar saluran dihitung air on papan duga adalah (ED):

𝐸𝐷 = 𝑍 + 𝐴 − 𝐸𝑀𝐴

Setelah itu dilakukan pengikatan terhadap elevasi rencana. Hasil dari koreksi pertama
(koreksi terhadap jarak transducer ke muka air dan terhadap pasang surut)
menghasilkan elevasi dasar perairan terhadap nol papan duga. Elevasi ini kemudian
diikatkan kepada elevasi LLWL yang dihitung pada pengolahan data pasang surut.

Pengikatan terhadap LLWL dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut ini:

𝐸𝐷𝐿𝑊𝑆 = 𝐸𝐷 − 𝐸𝐿𝑊𝑆

dimana:

EDLWS = Elevasi dasar perairan relatif terhadap LLWL.


ED = Elevasi dasar perairan relatif terhadap nol papan duga.
ELWS = Elevasi LWS relatif terhadap nol papan duga.

Dengan demikian LLWL berada pada elevasi +0.00 m.

E.2.2.3 Survei Hidro Oseanografi

Survei hidro-oseanografi dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi


perairan setempat yaitu kondisi pasang surut, arus, dan sedimen.

Sehubungan hal tersebut maka pekerjaan yang dilakukan dalam survei hidro-oseanografi
ini meliputi pengamatan pasang surut, pengukuran arus, dan pengambilan contoh sedimen.

A. Pengamatan Pasang Surut

Sesuai dengan KAK Pengamatan pasang surut akan dilaksanakan selama 15 hari
berturut-turut dengan interval pembacaan setiap jam. Pengukuran dilakukan pada
satu tempat yang secara teknis memenuhi syarat. Pengamatan pasut dilaksanakan
menggunakan peilschaal dengan interval skala 1 (satu) cm.

Hasil pengamatan pada papan peilschaal dicatat pada formulir pencatatan elevasi air
pasang surut yang telah disediakan. Kemudian diikatkan (levelling) ke satu patok
seperti Gambar E.5, untuk mengetahui elevasi nol peilschaal dengan menggunakan

Halaman E-17
Usulan Teknis
P T. .................................

Zeiss Ni-2 Waterpass. Sehingga pengukuran batimetri dan pasang surut mempunyai
datum (bidang referensi) yang sama.

Elevasi Nol Peischaal = 𝑇. 𝑃 + 𝐵𝑇. 1 + 𝐵𝑇. 2

dimana:

T.P = Tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal.


BT.1 = Bacaan benang tengah di patok.
BT.2 = Bacaan benang tengah di peilschaal.

Gambar E.6 Pengikatan (levelling) Peilschaal

BT. 2 BT. 1

Patok

Peilschaal

Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana bagi
perencanaan fasilitas laut, mengetahui tipe pasang surut yang terjadi dan meramalkan
fluktuasi muka air. Urutan analisa pasang surut adalah sebagai berikut:

a. Menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah menguraikan fluktuasi


muka air akibat pasang surut menjadi 9 (sembilan) komponen-komponen harmonik
penyusunnya.
b. Besaran yang diperoleh adalah amplitudo dan fase setiap komponen. Metode yang
biasa digunakan untuk menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah
metode Admiralty.
c. Sebelum dilakukan perhitungan, data hasil pengamatan terlebih dahulu diikatkan
pada referensi topografi yang ada, adapun deskripsi komponen harmonik pasang
surut adalah seperti pada tabel berikut:

Tabel E.1 Deskripsi Komponen Harmonik Pasang Surut

Halaman E-18
Usulan Teknis
P T. .................................

Periode
Komponen Simbol Keterangan
(jam)

Utama bulan M2 12.4106


Utama matahari S2 12.0000
Pasang Surut Semi Diurnal
Bulan akibat variasi bulanan jarak bumi-bulan N2 12.6592
Matahari-bulan akibat perubahan sudut deklinasi matahari-bulan K2 11.9673

Matahari-bulan K1 23.9346
Utama bulan O1 25.8194 Pasang Surut Diurnal
Utama matahari P1 24.0658

Utama bulan M4 6.2103


Perairan Dangkal
Matahari-bulan MS4 6.1033

Tabel E.2 Tipe Pasang Surut

Bilangan Formzall
Tipe Pasang Surut Keterangan
(F)

Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
F < 0.25 Pasang harian ganda (semidiurnal) ketinggian yang hampir sama dan terjadi berurutan secara teratur.
Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.

Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
0.25 < F < 1.5 Campuran, condong ke semi diurnal
ketinggian dan periode yang berbeda.

Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut dengan
1.5<F<3.0 Campuran, condong ke diurnal ketinggian yang berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali air pasang
dalam 1 hari dengan perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu.

Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut. Periode
F < 3.0 Pasang harian tunggal (diurnal)
pasang surut adalah 24 jam 50 menit

Selanjutnya dilakukan pengolahan data pasang surut dengan alur sebagaimana


disajikan oleh Gambar E.6. Perhitungan konstanta pasang surut dilakukan dengan
menggunakan metode Admiralty. Hasil pencataan diambil dengan interval 1 jam
sebagai input untuk Admiralty dan konstanta pasang surut.

Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses sebelumnya dilakukan
penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut:

𝐾1 + 𝑂1
𝑁𝐹 =
𝑀2 + 𝑆2

dimana jenis pasang surut untuk nilai NF antara lain:


0 – 0.25 = Semi Diurnal
0.25 – 1.5 = Mixed Type (Semi Diurnal Dominant)
1.5 – 3.0 = Mixed Type (Diunal Dominant)
>3.0 = Diurnal.

Halaman E-19
Usulan Teknis
P T. .................................

Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut untuk 15 hari yang dipilih bersamaan
dengan masa pengukuran yang dilakukan. Hasil peramalan tersebut dibandingkan
dengan pembacaan elevasi di lapangan untuk melihat kesesuaiannya. Dengan
konstanta yang didapatkan dilakukan pula peramalan pasang surut untuk masa 20
tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan
elevasi-elevasi penting pasang surut yang menjadi ciri daerah tersebut sebagaimana
disajikan pada Tabel V.2.
Dari elevasi penting pasang surut yang ada maka ditetapkan nilai LLWL sebagai elevasi
nol acuan. Disamping itu dari peramalan untuk masa 20 tahun ke depan akan
didapatkan nilai probabilitas dari masing-masing elevasi penting di atas.

Gambar E.7 Bagan Alir Perhitungan Dan Peramalan Perilaku Pasang Surut Laut.

Data Pasut

Admiralty

Komponen Pasang
Surut Jenis Pasang Surut

Peramalan Pasang Peramalan Pasang


Surut 15 Hari Surut 20 Tahun

Perbandingan Hasil Elevasi Penting Probabilitas Kejadian


Ramalan dengan Pasang Surut Tiap Elevasi Penting
Pengukuran Lapangan Pasang Surut

Tabel E.3 Bagan Alir Perhitungan Dan Peramalan Perilaku Pasang Surut Laut.
No Jenis Elevasi Penting
1 HHWL, Highest High Water Level
2 MHWS, Mean High Water Spring
3 MHWL, Mean High Water Level
4 MSL, Mean Sea Level
5 MLWL, Mean Low Water Level
6 MLWS, Mean Low Water Spring
7 LLWL, Lowest Low Water Level

Halaman E-20
Usulan Teknis
P T. .................................

B. Pengukuran Kecepatan Arus

Tujuan pengukuran arus adalah untuk mendapatkan besaran kecepatan dan arah arus
yang akan berguna dalam penentuan sifat dinamika perairan lokal. Metode
pelaksanaan pengukuran ini dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengukuran arus dilakukan di tiga kedalaman yaitu 0,2d, 0,6d dan 0,8d. Pengukuran
arus dilakukan selama 1 x 24 jam secara terus menerus. Penempatan titik
pengamatan ini disesuaikan dengan kondisi oceanography lokal dan ditentukan
hasil studi pengamatan/survei pendahuluan (reconnaissance survei). Yang
dilakukan adalah: pengukuran distribusi kecepatan, dalam hal ini pengukuran
dilakukan di beberapa kedalaman dalam satu penampang. Berdasarkan teori yang
ada, kecepatan arus rata-rata pada suatu penampang yang besar adalah:

𝑉 = 0.25 (𝑉0.2𝑑 + 2. 𝑉0.6𝑑 + 𝑉0.8𝑑

dimana:

D = kedalaman lokasi pengamatan arus.

b. Pengamatan kecepatan arus dilakukan pada kedalaman 0.2d, 0.6d, 0.8d seperti yang
ditampilkan pada Gambar E.7.

c. Pengukuran arus akan dilakukan pada 2 saat, yaitu pada saat pasang tertinggi
(spring tide) dan surut terendah (neap tide). Lama pengukuran masing-masing
selama 24 jam dengan interval waktu tertentu, yaitu dari saat surut sampai dengan
saat surut berikutnya atau pada saat pasang ke saat pasang berikutnya atau disebut
1 siklus pasang surut.

d. Di samping mengetahui besar arus, arah arus juga diamati.

Halaman E-21
Usulan Teknis
P T. .................................

Gambar E.8 Arus Diukur Pada Tiga Kedalaman Laut.

C. Pengambilan Contoh Sedimen

Pekerjaan ini mencakup pengambilan contoh sedimen suspensi dan dasar. Peralatan
pengambilan contoh air (sedimen suspensi) menggunakan satu unit botol yang
dilengkapi dengan katup-katup pemberat. Botol yang digunakan, dimasukkan pada
kedalaman yang dikehendaki di titik pengambilan sampel air. Sampel air yang didapat,
disimpan dalam botol plastik untuk di tes di laboratorium.

Dalam pengambilan sampel air, terdapat dua metode pengambilan yaitu grab sample
dan composite sample. Grab sample adalah pengambilan sampel dilakukan dengan
sekali ambil pada kedalaman tertentu. Sementara composite sample adalah
pengambilan sampel pada kedalaman air yang berbeda dan kemudian digabung
menjadi satu sampel. Metode yang dipilih untuk diterapkan dalam pekerjaan ini adalah
composite sample.

Pengambilan contoh sedimen suspensi dilakukan pada kedalaman yang sama dengan
pengukuran arus seperti yang ditampilkan sebelumnya pada gambar.

Sementara pengambilan sampel sedimen dasar menggunakan satu unit grabber seperti
yang diilustrasikan pada gambar. Grabber dengan kondisi “mulut” terbuka diturunkan
dengan mengulur tali hingga membentur tanah dasar laut/sungai. Saat tali ditarik
kembali, secara otomatis mulut grabber akan menggaruk material di bawahnya hingga
tertutup. Dengan demikian grabber yang telah memuat material dasar ditarik ke atas.
Sampel material dasar tersebut dimasukkan ke dalam wadah plastik yang diberi tanda
untuk dites di laboratorium.

Halaman E-22
Usulan Teknis
P T. .................................

Gambar E.9 Metode Pengambilan Sedimen Dasar.

E.2.2.4 Pembentukan Gelombang

Angin mengakibatkan gelombang laut, oleh karena itu data angin dapat digunakan untuk
memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi kajian. Data angin diperlukan sebagai
data masukan dalam peramalan gelombang sehingga diperoleh tinggi gelombang rencana.
Data angin yang diperlukan adalah data angin setiap jam berikut informasi mengenai
arahnya.

Arah angin dinyatakan dalam bentuk delapan penjuru arah angin (Utara, Timur Laut, Timur,
Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Barat Laut). Kecepatan angin disajikan dalam
bentuk satuan knot, di mana:

• 1 knot = 1 mil laut/jam


• 1 mil laut = 6080 kaki (feet) = 1853.18 meter
• 1 knot = 0.515 meter/detik

Angka-angka statistik tersebut dapat disajikan secara visual dalam bentuk Windrose seperti
yang ditunjukkan pada gambar.

Analisis pola distribusi angin rencana pada kawasan kajian dilakukan pula dengan
menggunakan berbagai distribusi yaitu distribusi Log Normal, Pearson, Log Pearson dan
Gumbel. Selanjutnya akan diperoleh distribusi yang paling cocok untuk diterapkan pada
pola angin yang terjadi di kawasan kajian. dengan kecepatan angin maksimum pada lokasi
pekerjaan.

Halaman E-23
Usulan Teknis
P T. .................................

Untuk mendapatkan gelombang rencana, Konsultan akan melakukan pasca-kiraan


gelombang berdasarkan data angin jangka panjang dengan program Dina-Hindcast yang
dikembangkan oleh Konsultan sendiri. Metode yang dierapkan mengikuti Metode yang
diberikan dalam Shore Protection Manual (Coastal Engineering Research Center, US Army
Corp of Engineer) edisi 1984 yang merupakan acuan standar bagi praktisi pekerjaan-
pekerjaan pengembangan, perlindungan, dan pelestarian pantai.

Data angin jangka panjang, minimum 10 tahun, memberikan data statistik yang lebih
meyakinkan untuk metode hindasting ini. Diagram proses hindasting ditampilkan pada
Gambar selanjutnya.

Untuk melakukan peramalan gelombang di suatu perairan diperlukan masukan berupa data
angin dan peta batimetri. Interaksi antara angin dan permukaan air menyebabkan
timbulnya gelombang (gelombang akibat angin atau wind induced wave). Peta perairan
lokasi dan sekitarnya diperlukan untuk menentukan besarnya “fetch” atau kawasan
pembentukan gelombang. Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan
memiliki kecepatan dan arah angin yang relatif konstan. Adanya kenyataan bahwa angin
bertiup dalam arah yang bervariasi atau sembarang, maka panjang fetch diukur dari titik
pengamatan dengan interval 50.

Panjang fetch dihitung untuk 8 arah mata angin dan ditentukan berdasarkan rumus berikut:

∑ 𝐿𝑓𝑖 . cos ∝𝑖
𝐿𝑓𝑖 =
∑ cos ∝𝑖

dimana:
Lfi = panjang fetch ke-i
α1 = sudut pengukuran fetch ke-i
i = jumlah pengukuran fetch

Jumlah pengukuran “i” untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi pengukuran-
pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (22,50 searah jarum jam dan 22,50 berlawanan
arah jarum jam). Contoh peta fetch pada sebuah kawasan perairan ditampilkan pada
selanjutnya.

Pembentukan gelombang di laut dalam dianalisa dengan formula-formula empiris yang


diturunkan dari model parametrik berdasarkan spektrum gelombang JONSWAP (Shore
Protection Manual, 1984). Prosedur peramalan tersebut berlaku baik untuk kondisi fetch

Halaman E-24
Usulan Teknis
P T. .................................

terbatas (fetch limited condition) maupun kondisi durasi terbatas (duration limited
condition) sebagai berikut:

1. Terbatas Waktu (Time Limited)

Pada pembentukan gelombang terbatas waktu, waktu angin bertiup kurang lama.
Kondisi gelombang yang terbentuk adalah fungsi dari kecepatan angin dan durasi.
Penghitungan parameter gelombang untuk jenis ini menggunakan bantuan grafik.

2. Terbatas Fetch (Fetch Limited)

Pada pembentukan gelombang terbatas fetch, angin bertiup cukup lama dan kondisi
gelombang yang terbentuk adalah fungsi dari kecepatan dan panjang fetch.
Penghitungan parameter gelombang terbatas fetch ini dapat menggunakan persamaan
berikut ini:

𝑔𝐻𝑠 𝑔𝐹 0.42 𝑔𝑇𝑠 𝑔𝐹 0.42


= 0.283 tanh {0.0125 ( ) } ; = 1.2 tanh {0.077 ( ) }
𝑣2 𝑣2 2𝜋𝑣 𝑣2

dimana:
Hs = tinggi gelombang signifikan (m)
Ts = periode gelombang signifikan (s)
V = kecepatan angin (m/s)

3. Pembentukan Sempurna

Gelombang ini terbentuk bila angin bertiup cukup lama dan dengan kecepatan yang
cukup besar. Persamaan-persamaan yang digunakan untuk kondisi pembentukan
gelombang sempurna adalah:

𝑔𝐻𝑠 𝑔𝑇𝑠
2 = 0.283; = 1.2
𝑣 2𝜋𝑣

Untuk menentukan kondisi pembentukan gelombang di lokasi, dilakukan prosedur


perhitungan sebagai berikut:

1. Gunakan data kecepatan angin maksimum.

2. Tentukan durasi x (untuk Indonesia diambil t = 3 jam).

3. Hitung kecepatan angin untuk durasi 3 jam dengan langkah sebagai berikut:

Halaman E-25
Usulan Teknis
P T. .................................

1609
𝑡=
𝑈𝑡
𝑈𝑡 45
= 1.277 + 0.296 tanh {0.9 log ( )}
𝑈3600 𝑡
𝑈𝑥
= −0.15 log 𝑥 + 1.5334
𝑈3600

dimana:
Ux = kecepatan angin 3 jam
Ut = kecepatan angin dari data angina

4. Hitung durasi minimum (min).


1/2
𝑔𝐹 2 𝑔𝐹 𝑔𝐹
𝑉 {[0.0161(ln 2 ) −0.3692 ln(ln 2 )+2.2024] +0.8798( 2 )}
𝑣 𝑣 𝑣
𝑡𝑚𝑖𝑛 = 6.5882𝑒
𝑔

dimana:
v = kecepatan angin = Ux
g = percepatan gravitasi
F = panjang fetch efektif

5. Periksa harga dari tmin.

a. Jika x > tmin : gelombang terbatas fetch

b. Jika x < tmin : gelombang terbatas waktu

c. Hitung tinggi dan periode gelombang signifikan berdasarkan kondisi yang ada.

d. Dari tinggi dan periode gelombang (HS dan TS) yang didapatkan dari perhitungan
masing-masing data angin kemudian dilakukan analisa frekuensi dengan
menggunakan metode Gumbell untuk memperoleh tinggi dan periode gelombang
untuk periode ulang H2, H5, H10, H25, H50 dan H100 menurut arah datang
gelombang. Hasil penentuan gelombang berdasarkan analisa frekuensi ini yang
digunakan untuk perencanaan teknis fasillitas selanjutnya.

Tinggi gelombang rencana yang diperlukan sebagai data input dalam analisis
gelombang selanjutnya diperoleh dengan cara sebagai berikut:

• Dari hasil pasca - kiraan gelombang, diambil tinggi gelombang yang terbesar
dengan periodenya untuk tiap arah yang mendatangkan gelombang, tiap tahun.

Halaman E-26
Usulan Teknis
P T. .................................

• Dari tabel tersebut untuk tiap tahun diambil gelombang terbesar, tidak peduli
arahnya. Hasil inventarisasi gelombang terbesar selama 18 tahun ini disajikan
dalam bentuk tabel dengan informasi mengenai arah gelombang sudah hilang
dalam analisis selanjutnya.

• Dilakukan analisis harga ekstrim berdasarkan data gelombang terbesar tahunan


yang telah tersusun dari langkah sebelumnya. Dengan cara analisis harga ekstrem
yang didasarkan pada tinggi gelombang ini, maka informasi mengenai periode
gelombang hilang dalam langkah selanjutnya.

• Analisis frekuensi gelombang rencana dengan metode yang digunakan terdiri dari
beberapa distribusi yaitu Log Normal, Log Pearson III, Pearson III dan Gumbell.
Analisis frekuensi adalah kejadian yang diharapkan terjadi, rata-rata sekali setiap
N tahun atau dengan perkataan lain tahun berulangnya N tahun. Kejadian pada
suatu kurun waktu tertentu tidak berarti akan terjadi sekali setiap 10 tahun akan
tetapi terdapat suatu kemungkinan dalam 1000 tahun akan terjadi 100 kali
kejadian 10 tahunan.

• Pemilihan distribusi yang sesuai dari beberapa distribusi tersebut untuk


memberikan nilai gelombang rencana.

Setelah mendapatkan tinggi gelombang rencana untuk periode ulang tertentu tersebut
kemudian dianalisis periode gelombang yang sesuai melalui sebuah grafik hubungan
antara tinggi gelombang dengan periode gelombang seperti yang diperlihatkan pada
Gambar berikut

Gambar E.10 Contoh windrose stasiun angin Ujung Pandang

Halaman E-27
Usulan Teknis
P T. .................................

Gambar E.11 Diagram Alir Proses Peramalan Gelombang Berdasarkan Data Angin.

Gambar E.12 Contoh Penentuan Daerah Pembentukan Gelombang Untuk Keperluan


Hindcasting

Halaman E-28
Usulan Teknis
P T. .................................

Gambar E.13 Contoh Waverose Perairan Ujung Pandang.

Gambar E.14 Contoh Grafik Periode Ulang Dari Berbagai Jenis Distribusi

Halaman E-29
Usulan Teknis
P T. .................................

E.2.2.5 Transformasi Gelombang

A. Teori Dasar

Gelombang pada kawasan pantai (coastal area) berasal dari laut lepas pantai.
Penyebaran gelombang dipengaruhi oleh kontur dasar perairan dimana pergerakan
gelombang ditransformasikan menurut variasi topografi dasar perairan tersebut. Ada
beberapa tipe transformasi gelombang, di antaranya: pendangkalan (shoaling), pecah
(breaking), refraksi (refraction), difraksi (difraction) dan lain-lain. Untuk keperluan
perencanaan ini lebih ditekankan pada analisa refraksi/difraksi saja.

Refraksi adalah peristiwa berubahnya arah perambatan dan tinggi gelombang akibat
perubahan kedalaman dasar laut. Gelombang akan merambat lebih cepat pada
perairan yang dalam dari pada perairan yang dangkal. Hal ini menyebabkan puncak
gelombang membelok dan menyesuaikan diri dengan kontur dasar laut.

Parameter-parameter yang penting pada analisa refraksi gelombang adalah:

Ks = koefisien pendangkalan

Kr = koefisien refraksi

dimana:

𝐶𝑔𝑜
𝐾𝑠 = √
𝐶𝑔

𝑏𝑜
𝐾𝑟 = √
𝑏

Cg = kecepatan grup gelombang (indeks “o” menyatakan daerah laut dalam).

Sementara, tinggi gelombang yang terjadi pada perairan dangkal (H) dapat dihitung
sebagai berikut:

𝐻 = 𝐻𝑜. 𝐾𝑠. 𝐾𝑟

Perubahan arah gelombang karena refraksi menghasilkan konvergensi (penguncupan)


atau divergensi (penyebaran) energi gelombang seperti yang ditunjukkan pada gambar
berikut.

Halaman E-30
Usulan Teknis
P T. .................................

Gambar E.15 Refraksi Gelombang.

Penurunan persamaan refraksi gelombang dengan menganggap dua garis ortogonal yang
melintas dari laut dalam menuju pantai dan dianggap tidak ada energi gelombang yang
keluar dari lintasan tersebut sehingga dianggap konstan (Gambar E.16). Besarnya tinggi
gelombang yang terjadi akibat pengaruh refraksi adalah:

𝑛𝑜 𝐿𝑜 𝑏𝑜
𝐻=√ √ 𝐻𝑜
𝑛𝐿 𝑏

𝐻 = 𝐾𝑠. 𝐾𝑟. 𝐻𝑜

dengan:

Ks = koefisien pendangkalan

Kr = koefisien refraksi

Koefisien pertama adalah pengaruh pendangkalan sedangkan yang kedua adalah pengaruh
garis ortogonal konvergen atau divergen yang disebabkan oleh refraksi gelombang.

Halaman E-31
Usulan Teknis
P T. .................................

Gambar E.16 Refraksi Gelombang Pada Kontur Lurus Dan Sejajar.

Ortogonal gelombang

L0
b0
0
x

L
Kontur kedalaman b

x

Pantai

Untuk gelombang yang tidak mengalami shoaling, dengan Ks = H/H’ 0, maka persamaan
tinggi gelombang menjadi:

𝐻′𝑜 = 𝐾𝑟. 𝐻𝑜

dimana:

H’o = tinggi gelombang dalam ekivalen

Penyelesaian masalah refraksi gelombang karena perubahan kedalaman dapat


menggunakan hukum Snell seperti dilihat pada gambar berikut.

Halaman E-32
Usulan Teknis
P T. .................................

Gambar E.17 Hukum Snell untuk refraksi gelombang.

Garis puncak gelombang


Ortogonal gelombang

T
C1
1
=
L

1 d1
x
2 d2

C 2T
2

L2 =
d1 > d2
C1 > C2
L1 > L 2

Gelombang menjalar dari laut dengan kedalaman d1 menuju kedalaman d2 dengan


perubahan kedalaman mendadak (seperti anak tangga) dan dianggap tidak ada refleksi
gelombang. Karena adanya perubahan kedalaman maka cepat rambat dan panjang
gelombang berkurang dari C1 dan L1 menjadi C2 dan L2. Berdasarkan Hukum Snell,
berlaku:

𝐶2
sin 𝛼2 = ( ) sin 𝛼1
𝐶1

dimana:
α1 = sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar di mana gelombang
melintas.
α2 = sudut yang sama diukur saat garis puncak gelombang melintas dasar kontur
berikutnya.
C1 = kecepatan gelombang pada kedalaman kontur pertama.
C2 = kecepatan gelombang pada kedalaman kontur kedua.

Apabila ditinjau di laut dalam dan pada titik yang ditinjau, maka persamaan di atas
menjadi:
𝐶
sin 𝛼 = ( ) sin ∝0
𝐶0

Jarak ortogonal di laut dalam dan di suatu titik yang ditinjau adalah b 0 dan b. Apabila
kontur dasar laut lurus dan sejajar maka jarak x di titik O dan titik berikutnya adalah:

Halaman E-33
Usulan Teknis
P T. .................................

𝑏𝑜 𝑏
𝑥= =
cos 𝛼0 cos 𝛼

Sehingga koefisien refraksi menjadi:

𝑏𝑜 cos 𝛼0
𝐾𝑟 = √ = √
𝑏 cos 𝛼

Difraksi adalah peristiwa transmisi energi gelombang dalam arah ke samping (lateral)
dari arah perambatan gelombang. Peristiwa ini terjadi apabila terdapat bangunan laut
yang menghalangi perambatan gelombang. Pada bagian yang terlindung oleh
bangunan laut, tetap terbentuk gelombang akibat transmisi lateral tadi. Fenomena
difraksi tidak terbatas pada perairan dangkal saja karena difraksi terjadi di mana
terdapat bangunan laut yang menghalangi perambatan gelombang.

Pada Gambar E.18a menunjukkan apabila tidak terjadi difraksi gelombang maka
daerah di belakang rintangan akan tenang. Bila terjadi difraksi (Gambar E.18b), maka
daerah di belakang rintangan akan terpengaruh oleh gelombang datang. Garis puncak
gelombang di belakang rintangan akan membelok dan mempunyai busur lingkaran
dengan pusatnya pada ujung rintangan. Pada daerah ini, tinggi gelombang akan
berkurang, semakin jauh dari ujung rintangan maka berkurangnya tinggi gelombang
akan semakin besar. Sedangkan untuk daerah di depan rintangan akan terjadi
superposisi antara gelombang datang dan gelombang balik yang dikenal dengan short
crested waves (gelombang hasil superposisi beberapa gelombang yang sudut
datang/perginya tidak sama).

Gambar E.18 Pola Gelombang Di Belakang Rintangan.

Puncak gelombang Puncak gelombang

Arah Gelombang Arah Gelombang

K'
r Titik tinjau

L Perairan tenang L 

P P

Rintangan Rintangan

a. Tidak Terjadi Difraksi b. Terjadi Difraksi

Halaman E-34
Usulan Teknis
P T. .................................

Perhitungan difraksi gelombang berdasarkan jenis rintangan yang dilalui dapat


dibedakan menjadi:

1. Difraksi gelombang melewati celah tunggal.

Tinggi gelombang di suatu tempat di daerah terlindung tergantung kepada:

• Jarak titik tersebut terhadap ujung rintangan r.

• Sudut antara rintangan dan garis yang menghubungkan titik tersebut dengan
ujung rintangan β.

• Sudut antara arah penjalaran gelombang dan rintangan θ.

Dengan demikian koefisien difraksi dapat didefinisikan sebagai:

𝐻 = 𝐾 ′ . 𝐻𝑖

dimana:

H = tinggi gelombang setelah difraksi.

Hi = tinggi gelombang datang.

K’ = koefisien difraksi = f’(θ, β, r/L)

Nilai K’ untuk θ, β, r/L tertentu dapat dicari dengan menggunakan diagram difraksi.
Langkah-langkah untuk menggunakan diagram difraksi adalah:

• Hitung panjang gelombang (L).

• Hitung jarak lokasi dari ujung rintangan (r).

• Hitung r/L.

• Tentukan arah gelombang.

• Gunakan diagram difraksi untuk arah gelombang yang sesuai.

• Bila arah gelombang tidak sama dengan yang ada pada diagram, lakukan
interpolasi.

2. Difraksi gelombang melewati dua celah.

Untuk menentukan koefisien difraksi gelombang yang melewati dua celah


digunakan grafik yang dikembangkan oleh Jonhson (1952, 1953; dalam Wiegel
1964) yang menunjukkan kurva difraksi yang sama untuk arah gelombang datang
tegak lurus sisi celah dan untuk berbagai perbandingan antara lebar celah B dan

Halaman E-35
Usulan Teknis
P T. .................................

panjang gelombang L (B/L). Apabila lebar celah sama dengan lima kali panjang
gelombang atau lebih, maka difraksi oleh kedua ujung celah tidak saling
mempengaruhi sehingga teori difraksi untuk gelombang melewati celah tunggal
dapat digunakan untuk kedua sisi.

B. Pemodelan Refraksi dan Difraksi Gelombang

Simulasi perambatan gelombang menggunakan aplikasi program REF/DIF Versi 2.04.


Program ini mengadopsi basis finite difference dalam algoritma numeriknya dengan
input tinggi gelombang jam-jaman dengan arah tertentu.

Untuk eksekusi model refraksi/difraksi gelombang dibutuhkan masukan data sebagai


berikut:

1. Batimetri Perairan

Analisis refraksi/difraksi memerlukan kawasan perairan yang agak luas. yang dapat
diperoleh dari Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL (DISHIDROSAL). Batas laut paling
luar dari perairan diambil suatu anggapan bahwa gelombang yang ada atau
terbentuk berupa gelombang sempurna yang belum mengalami refraksi/difraksi.
Sedang pada kawasan di sebelah dalam (dekat pantai) dilakukan simulasi yang lebih
teliti dengan peta batimetri dengan ruang lingkup lebih kecil.

2. Tinggi Gelombang

Tinggi gelombang yang digunakan sebagai data masukan model numerik ini adalah
tinggi gelombang yang diperoleh dari hasil pasca-kiraan gelombang berdasarkan
data angin jangka panjang.

3. Arah Datangnya Gelombang

Arah datangnya pergerakan gelombang yang ditinjau dalam simulasi ini adalah
arah-arah yang menghadap ke laut bebas atau relatif bebas.

4. Periode Gelombang

Dalam proses perhitungan tinggi gelombang rencana, informasi mengenai periode


(dan arah) gelombang telah “hilang” karena besaran yang menjadi obyek
perhitungan adalah tinggi gelombang. Hasil dari simulasi refraksi/difraksi di atas
diperlihatkan dalam sebuah contoh pada Gambar F.19 dan F.20.

Halaman E-36
Usulan Teknis
P T. .................................

Gambar E.19 Contoh Kontur Gelombang Hasil Refraksi Difraksi.

Gambar E.20 Contoh Vektor Gelombang Hasil Refraksi Difraksi.

E.2.2.6 Pemilihan Gelombang Rencana

Bangunan pantai harus direncanakan untuk mampu menahan gaya-gaya gelombang yang
bekerja padanya. Hitungan stabilitas bangunan biasanya didasarkan pada kondisi ekstrem,
di mana dengan kondisi tersebut bangunan harus tetap aman. Biasanya untuk perencanaan
bangunan pantai digunakan gelombang representatif dengan periode ulang tertentu.
Gelombang representatif dan periode ulang gelombang telah diberikan dalam pembahasan
sebelumnya. Penentuan gelombang rencana harus mempertimbangkan tipe bangunan, nilai
daerah yang dilindungi, dan juga biaya pelaksanaan pekerjaan. Semakin penting bangunan

Halaman E-37
Usulan Teknis
P T. .................................

semakin besar periode ulang gelombang rencana. Biasanya periode ulang ditetapkan antara
10 dan 100 tahun.

Gelombang representatif yang dipilih tergantung pada apakah bangunan kaku, semi kaku,
atau fleksibel. Untuk bangunan kaku, seperti dinding beton atau kaison, di mana tinggi
gelombang di dalam deretan gelombang dapat menyebabkan runtuhnya seluruh bangunan,
maka tinggi gelombang representatif biasanya diambil H1. Untuk bangunan semi kaku,
seperti sel turap baja, tinggi gelombang representatif dipilih antara H10 sampai H1. Untuk
bangunan fleksibel, seperti bangunan dari tumpukan batu, tinggi gelombang representatif
bervariasi dari H5 sampai Hs. Kerusakan yang terjadi pada bangunan tumpukan batu,
apabila gelombang yang terjadi lebih besar dari gelombang rencana, tidak akan berakibat
fatal. Walaupun bangunan telah rusak tetapi masih bisa berfungsi, dan batu-batu yang
tergeser dari tempatnya akan mudah diperbaiki.

A. Kondisi Gelombang Rencana

Dalam perencanaan bangunan pantai biasanya karakteristik gelombang di laut dalam


ditetapkan berdasarkan pengukuran gelombang di lapangan atau berdasar hasil
peramalan gelombang dengan menggunakan data angin dan fetch. Dengan
menggunakan analisis deformasi gelombang (refraksi dan pendangkalan, difraksi dan
gelombang pecah), data gelombang tersebut beserta data elevasi muka air rencana dan
pcta bathimetri (kontur kedalaman laut) digunakan untuk memprediksi karakteristik
gelombang di lokasi bangunan.

Kondisi gelombang di lokasi bangunan pada setiap saat tergantung pada elevasi muka
air, yang selalu berubah karena pasang surut. Bangunan bisa mengalami serangan
gelombang dengan bentuk yang berbeda karena adanya perubahan elevasi muka air,
yaitu apakah gelombang tidak pecah, pecah, atau telah pecah. Oleh karena itu perlu
ditentukan kondisi gelombang di lokasi bangunan untuk berbagai elevasi muka air. Hal
ini mengingat bahwa gaya gelombang yang ditimbulkan oleh gelombang tidak pecah,
pecah dan telah pecah adalah berbeda.

B. Gelombang Tidak Pecah

Apabila bangunan berada pada kedalaman yang cukup besar, yaitu lebih besar dari 1,5
kali tinggi gelombang maksimum yang terjadi, maka gelombang di lokasi tersebut tidak
pecah. Kondisi tersebut diperhitungkan untuk berbagai elevasi muka air. Kondisi
gelombang di lokasi tersebut dapat dihitung berdasar gelombang rencana di laut dalam
dengan menggunakan analisis refraksi dan pendangkalan gelombang.

Halaman E-38
Usulan Teknis
P T. .................................

Mengingat gelombang di suatu lokasi terdiri dari berbagai macam tinggi, periode dan
arah gelombang, maka karakteristik gelombang di lokasi bangunan adalah gelombang
terbesar yang diperoleh dari berbagai karakteristik gelombang tersebut.

Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan
bentuk dengan puncak gelombang semakin tajam sampai akhirnya pecah pada suatu
kedalaman tertentu. Proses gelombang pecah, yaitu sejak gelombang mulai tidak stabil
sampai pecah sepenuhnya terbentang pada suatu jarak xp. Galvin (1969, dalam CERC,
1984) memberikan hubungan antara jarak yang dilempuh selama proses gelombang
pecah (xp) dan tinggi gelombang saat mulai pecah Hb, yang tergantung pada
kemiringan dasar pantai (Gambar F.21).

Gambar E.21 Proses Gelombang Pecah.

Galvin juga menunjukkan bahwa perbandingan db/Hb berubah dengan kemiringan


dasar m dan kemiringan gelombang dalam Hb/gt2 seperti ditunjukkan dalam Gambar
E.22. Dalam percobaan yang dilakukan penyebaran titik data cukup besar, sehingga
pada gambar tersebut dibuat dua sel kurva. Kurva a adalah batas alas dari nilai db/Hb;
sehingga a = (db/Hb)maks. Sedangkan β adalah batas bawah dari nilai db/Hb, sehingga
β = (db/Hb)min.

Halaman E-39
Usulan Teknis
P T. .................................

Gambar E.22 Hubungan antara α dan β dengan H/gt2.

Gambar E.23 Hubungan antara Hb/H’0 dengan H’0/gT2.

Halaman E-40
Usulan Teknis
P T. .................................

C. Gelombang Pecah Rencana

Tinggi gelombang pecah rencana Hb tergantung pada kedalaman air pada suatu jarak
di depan kaki bangunan di mana gelombang pertama kali mulai pecah. Kedalaman
tersebut berubah dengan pasang surut. Tinggi gelombang pecah rencana mempunyai
𝑑𝑠 𝑑𝑏 𝑋𝑏
bentuk berikut: 𝐻 𝑏 = 𝛽= 𝜏𝑏 =
𝛽−𝑚𝜏𝑏 𝐻𝑏 𝐻𝑏

ds = kedalaman air di kaki bangunan.

m = kemiringan dasar pantai.

Nilai β yang digunakan dalam Persamaan di atas tidak dapat langsung digunakan
sebelum nilai Hb diperoleh. Untuk menghitung nilai Hb telah disediakan Gambar E.24.
Apabila kedalaman rencana maksimum pada bangunan dan periode gelombang datang
diketahui, maka dapat dihitung tinggi gelombang pecah rencana.

Sering kali perlu diketahui gelombang di laut dalam yang menyebabkan gelombang
pecah rencana tersebut. Dengan membandingkan tinggi gelombang di laut dalam
tersebut dengan hasil analisis statistik gelombang di laut dalam akan dapat diketahui
seberapa banyak gelombang pecah rencana tersebut bekerja pada bangunan. Tinggi
gelombang laut dalam dapat dihitung dengan menggunakan Gambar E.25 dan hasil
analisis refraksi.

Gambar E.24 Tinggi Gelombang Pecah Rencana Di Kaki Bangunan.

Halaman E-41
Usulan Teknis
P T. .................................

Gambar E.25 Hubungan antara Hb/Ho dan H/gT2.

E.3 Metoda Analisis

E.3.1 Metoda Analisis Prakiraan Permintaan Jasa Angkutan Laut

Analisis Prakiraan Permintaan Angkutan merupakan dasar utama dalam analisis rencana
pembangunan pelabuhan ini. Beberapa metode yang dapat diterapkan adalah:

a. Metoda Langsung

Prakiraan hanya memperhitungkan demand tanpa mempertimbangkan pangsa


permintaan,

Contoh:

1. Metode forecasting menggunakan VAR (Vector Auto Regresive), di mana


demand merupakan fungsi dari beberapa variable penentu lainnya, dan
dipengaruhi pula oleh demand pada periode sebelumnya, secara umum,
model VAR dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :

Halaman E-42
Usulan Teknis
P T. .................................

Demand it =  + Demandt −1 + (matasiri) t  + X(pelabuhan lain) t  + 

Di mana :
Demand = Permintaan moda angkutan laut dipelabuhan tertentu
Demandt-1 = Permintaan moda angkutan laut dipelabuhan tertentu
periode sebelumnya.
X = Vektor dari variabel-variabel yang mempengaruhi
permintaan moda angkutan laut dipelabuhan tertentu.
ε = residual atau faktor-faktor yang tak terjelaskan dalam model
Sebagai model time series, VAR membutuhkan jumlah observasi (unit
waktu) yang cukup panjang.

2. Jika kondisi data yang tersedia tidak memenuhi kelayakan dari VAR, maka
alternatif yang akan digunakan adalah model regresi panel data.
Demand it =  + it  + 
Di mana :
Demand = Permintaan moda angkutan laut
X = Vektor dari variabel-variabel yang mempengaruhi
permintaan moda angkuta laut.
ε = residual atau faktor-faktor yang tak terjelaskan dalam model.
Dari koefisien α dan β, kita mendapatkan fungsi permintaan yang kemudian
kita substitusikan dengan data actual untuk mendapatkan perkiraan jumlah
permintaan moda angkutan laut.

b. Metode Tidak Langsung

Prakiraan mempertimbangkan sistem transportasi secara keseluruhan dan pangsa


permintaan moda transportasi laut dari keseluruhan permintaan akan jasa
transportasi.

Contoh :

"Comprehensive Traffic Model" dimana :

1. diperlukan aliran penumpang antar daerah dengan mendasarkan pada potensi


daerah seperti pendapatan (income) dan jumlah penduduk (populasi)

2. digunakan model gravitasi dengan variabel jarak sebagai indikator

Halaman E-43
Usulan Teknis
P T. .................................

3. digunakan model "time value" dengan variabel tarif dan waktu, untuk
memperkirakan volume aliran untuk tiap mode transportasi.

Didalam melakukan kajian analisis prakiraan permintaan angkutan laut ini,


dilakukan dengan menggunakan 3 (tiga) metoda pendekatan;

1. Pertama terkait dengan aspek rentang waktu prakiraan yang disusun;

2. Kedua aspek eksplanatori yakni yang terkait dengan model-model prakiraan


yang dilakukan,

3. Ketiga adalah terkait dengan langkah pelaksanaan prakiraan itu sendiri.

Secara rinci kaidah-kaidah dan metoda pendekatan pelaksanaan analisis prakiraan


permintaan perangkutan ini dijelaskan sebagai berikut :
1. Periode Prakiraan

Dalam pekerjaan studi ini, periode prakiraan hanya menggunakan 2 (dua)


pendekatan yaitu pendekatan jangka pendek dan jangka menengah.

a) prakiraan jangka pendek (5 tahun)


b) prakiraan jangka menengah (10 tahun)
2. Faktor Eksplanatori

Cara mengungkap suatu potensi, khususnya potensi daerah menjadi suatu model
pendekatan prakiraan permintaan perangkutan (laut) menjadi sangat penting,
mengingat suatu daerah/kasus, mempunyai karakteristik perilaku khas. Untuk
itu, penetapan salah satu atau beberapa metoda cara mengungkap (eksplanatori)
menjadi hal yang sangat penting. Pada kajian ini dilakukan 3 (tiga) cara
pendekatan, yakni:

a) Proyeksi kecenderungan
Proyeksi kecenderungan adalah sebuah prakiraan yang menentukan
prakiraan yang akan datang sebagai sebuah fungsi waktu. Walaupun,
proyeksi ini mengatakan bahwa waktu bukan merupakan faktor
pertumbuhan dari permintaan yang akan datang, proyeksi kecenderungan
masih memiliki kecenderungan untuk digunakan dalam estimasi yang tidak
beraturan.

Halaman E-44
Usulan Teknis
P T. .................................

b) Model ekonometri
Model ekonometri menggunakan indikator-indikator social-ekonomi (PDRB
dan penduduk) sebagai suatu faktor pertumbuhan dari permintaan lalu
lintas. Prakiraan jangka pendek dan jangka menengah merupakan bagian
dari model ini. Pendekatan model ekonometri adalah pendekatan yang
paling logis untuk membuat prakiraan secara riil yang paling mendekati,
dengan angka-angka yang dijadikan dasar pembuatan prakiraan permintaan
perangkutan, meskipun pada akhirnya harus tetap memasukkan aspek-
aspek penting yang sangat berperan yang sulit untuk diformulasi ke dalam
model ekonometri tersebut, seperti misalnya: tingkat pergerakan barang,
kepentingan-kepentingan individu (investor) dan sebagainya.
c) Penilaian atas pengalaman
Penilaian atas pengalaman seringkali berdasarkan atas pertimbangan
dengan atau tanpa hasil yang diperoleh dari metode lain sebelumnya yang
sudah dijelaskan. Hal ini merupakan sebuah penilaian dari ahli yang
berpengalaman dalam pandangan jangka panjang dan keterlibatan dalam
pekerjaan lalu lintas laut, sektor-sektor ekonomi lain yang berhubungan
dengan perangkutan laut, analisis informasi secara statistik dan
pertimbangan pendapat dari para ahli pemasaran. Hal ini merupakan
sintesa dari bermacam teknis dan merupakan metode untuk menjamin
bahwa prakiraan-prakiraan yang dilakukan oleh metode-metode lain yang
telah disebutkan berada dalam batasan sebenarnya.
3. Prakiraan Berdasarkan Moda Transportasi

Pada akhirnya upaya memperoleh gambaran perilaku prakiraan permintaan


perangkutan laut yang perlu dilaksanakan adalah dengan mempergunakan
metoda prakiraan berdasarkan moda transportasi yang saat ini dilakukan
dengan 2 (dua) metoda pendekatan, yakni:

a) Metode Prakiraan Langsung


Prakiraan langsung merupakan sebuah prakiraan yang diterapkan hanya
untuk transportasi laut dan tidak terkait dengan moda transportasi lain
seperti kereta api, bus, dan lain-lain. Akan tetapi sebagaimana difahami,
kesulitan penerapan model ini adalah karena di daerah studi ini belum ada
model perangkutan laut, bahkan Pelabuhan Sungai Dan Danau yang akan

Halaman E-45
Usulan Teknis
P T. .................................

dibangun adalah pelabuhan model yang diharapkan menjadi pemacu


pertumbuhan sektor-sektor perangkutan lainnya di daerah ini.
b) Metode Prakiraan Tidak Langsung
Prakiraan tidak langsung mengarah kedalam pertimbangan kondisi
persaingan dengan moda transportasi lainnya. Permintaan lalu lintas laut
akan diestimasi dengan model split moda setelah estimasi permintaan lalu
lintas keseluruhan, termasuk didalamnya permintaan moda transportasi
lain.

E.3.2 Metoda Analisis Ekonomi Wilayah


Untuk mengetahui potensi dan permasalahan mengenai aktivitas ekonomi di wilayah
perencanaan sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan aktivitas ekonomi wilayah
di masa yang akan datang akan dilakukan kajian terhadap potensi ekonomi wilayah, potensi
ekonomi masyarakat, dan potensi dan permasalahan ekonomi wilayah.

Kajian terhadap potensi ekonomi wilayah dilakukan dengan mengkaji potensi ekonomi
wilayah dengan menggunakan berbagai teknik analisis. Teknik analisis yang dilakukan
adalah Teknik Analisis Location Quetient:

Untuk mengetahui kemampuan dan potensi ekonomi di kawasan perencanaan digunakan


teknik analisis LQ yaitu merupakan teknik perhitungan untuk menghitung konsentrasi
kegiatan ekonomi atau untuk menentukan perbedaan kemampuan ekonomi masyarakat
dalam hal ini di kawasan pesisir, dengan cara membandingkan peranan ekonomi daerah
tersebut dengan skala yang lebih luas. LQ banyak digunakan sebagai alat yang sederhana
untuk mengukur spesialisasi relatif suatu daerah pada sektor-sektor tertentu, sehingga
dalam suatu daerah akan diketahui kegiatan-kegiatan ekonomi mana yang menjadi
kegiatan ekonomi yang termasuk dalam kategori kegiatan ekonomi mampu dan potensi
yang hasil kegiatan ekonominya dapat melayani daerahnya sendiri maupun daerah yang
ada di sekitarnya, juga diketahui kegiatan ekonomi yang termasuk dalam kategori belum
mampu namun potensi untuk dikembangkan di mana hasil kegiatan ekonominya hanya
dapat digunakan untuk melayani daerahnya sendiri atau lokal.

LQ memberikan penilaian kriteria analisis sbb:

1. LQ < 1, maka:

Halaman E-46
Usulan Teknis
P T. .................................

Sektor ini merupakan sektor nonmampu namun berpotensi untuk dikembangkan dan
memilki negatif export employment, artinya wilayah dalam keadaan minus untuk sektor
ini, sehingga daerah tersebut cenderung mengambil dari luar daerah.

2. LQ = 1, maka:

Sektor ini dapat mencukupi kebutuhan di daerahnya sendiri dan sisanya merupakan
kemampuan ekspor sektor tersebut, atau dengan kata lain terdapat keseimbangan
antara ekspor dan impor.

3. LQ > 1, maka:

Sektor ini merupakan sektor mampu dan potensi sehingga memiliki sifat positif export
employment, artinya wilayah dalam keadaan surplus untuk sektor ini sehingga daerah
tersebut cenderung mengirim ke luar daerah (mengekspor)

Analisis ini menggunakan variabel tenaga kerja di wilayah perencanaan dengan


membandingkannya dengan variabel jumlah tenaga kerja di wilayah yang lebih luas seperti
wilayah kecamatan/ kabupaten

Formula yang digunakan meliputi :


Si / Ni Si / S
LQi = =
S/N Ni / N

Dimana :

Si = Jumlah buruh industri I di daerah yang diselidiki


S = Jumlah buruh seluruhnya di daerah yang diselidiki
Ni = Jumlah buruh industri I di seluruh negara, atau daerah yang lebih luas dimana
daerah yang diselidiki menjadi bagiannya
N = Jumlah seluruh buruh di seluruh negara, atau daerah yang luas,dimana daerah
yang menjadi bagiannya.

E.3.3 Metoda Analisis Kelayakan Ekonomi

Metode yang akan digunakan untuk melakukan analisis kelayakan ekonomi adalah metode
yang sudah lazim dipakai dalam analisis ekonomi antara lain :

a. Benefit Cost Ratio,

Halaman E-47
Usulan Teknis
P T. .................................

Gross B / C Ratio
Membandingkan antara discounted gross benefit dengan discounted gross cost.

Gross B/C = t =n
Bt
 (1 + i)
t =1
t

t =n
Ct
 (1 + i)
t =1
t

Suatu kegiatan/proyek dianggap layak untuk dilaksanakan apabila nilai Gross


B/C lebih besar dari satu.

b. Incremental Benefit

Dalam melakukan evaluasi kelayakan dari aspek ekonomi yang ditinjau adalah
manfaat tambahan (incremental benefit) yang diperoleh jika pengembangan
pelabuhan dilaksanakan.

Manfaat tambahan yang dievaluasi adalah manfaat yang bisa dinilai dengan
uang (tangible benefit) dan manfaat yang tidak bisa dinilai dengan uang
(intangible benefit)

Kriteria evaluasi kelayakan ekonomi (incremental benefit) antara lain :

1. Terhadap PDRB
Parameter yang merupakan ukuran perkembangan dalam suatu daerah

2. ICOR
Peluang investasi ditentukan dengan tingkat efisiensi suatu usaha yang
diukur dengan nilai indeks ICOR, dimana apabila :

a. ICOR ½ ≥ 4, menunjukan investasi tidak menguntungkan


b. ICOR < 4, menunjukkan investasi efisien (menguntungkan)

E.3.4 Metoda Analisis Kelayakan Finansial

Metode yang akan digunakan untuk melakukan analisis kelayakan finansial adalah
metode yang sudah lazim dipakai dalam analisis finasial antara lain :

a. Benefit cost ratio,


Net b / c ratio

Halaman E-48
Usulan Teknis
P T. .................................

Membandingkan antara discounted net benefit yang positif dengan discounted


net benefit yang negatif.

t =n
Bt − C t
 (1 + i)
t =1
t
positif
t =n
Bt − C t
net b/c  (1 + i)
t =1
t
negatif =

Di mana :

Bt = benefit pada periode “t”

Ct = cost pada periode “t”

Suatu kegiatan/proyek dianggap layak untuk dilaksanakan apabila nilai net b/c
lebih besar dari satu.

Benefit di sini dapat dihitung sebagai :

• Penurunan biaya (costs) yang disebabkan oleh adanya mekanisasi.


• Penurunan biaya (costs) yang disebabkan oleh penurunan biaya
pengangkutan.
• Penurunan biaya (costs) yang disebabkan terhindar dari adanya kerugian,
seperti kerusakan dan lain sebagainya.

b. Net present value,


Pada bagian ini sebagai salah metode analisis, kita menghitung npv
menggunakan persaman berikut:
CF1 CF2 CF3 CFN
NPV = CF0 + + + + ... +
(1 + r ) (1 + r ) 2 (1 + r ) 3 (1 + r ) N
di mana :
npv = net present value
cf0 = cash flow pada tahun pertama investasi
cfn = cash flow pada tahun ke-n
r = discount rate (dapat menggunakan tingkat suku bunga sbi yang
berlaku)
Di sini npv merupakan indikator dari nilai cashflow suatu proyek jika dibanding
dengan nilai dari investasi jika dikonsumsi pada saat ini atau dialihkan ke
proyek alternatif.
Suatu proyek dikatakan layak jika npv dari proyek tersebut lebih dari 0.

Halaman E-49
Usulan Teknis
P T. .................................

c. Economic internal rate of return.


Irr digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian yang dibutuhkan untuk
menghasilkan npv = 0. Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung
irr adalah sebagai berikut :

CF1 CF2 CF3 CFN


NPV = 0 = CF0 + + + + .... +
(1 + r ) (1 + r ) (1 + r )
2 3
(1 + r ) N

E.3.5 Metoda Analisis Kelayakan Lingkungan

Dalam analisis kelayakan lingkungan terkait dengan identifikasi dampak besar dan
penting yang mungkin timbul sehubungan dengan rencana pembangunan pelabuhan
yang dihubungkan dengan kebijakan pemerintah yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW).

E.3.6 Metoda Pengambilan Keputusan

Dalam analisis pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif biasanya dilakukan jika masalah yang
dihadapi relatif sederhana dan pengambil keputusan memiliki pengalaman akan masalah
sejenis. Jika masalah yang dihadapi cukup rumit dan pengambil keputusan belum memiliki
pengalaman, maka analisis kuantitatif patut dipertimbangkan dalam analisis pengambilan
keputusan.

Metoda Pengambilan Keputusan yang lazim digunakan adalah :

a. Analytical Hierarchy Process (AHP)

b. Metoda Delphi (Expert Choice)

E.3.7 Kajian Terhadap Pelabuhan Eksisting

Kajian awal dilakukan pada semua aspek yang terkait dengan Kondisi pelabuhan eksisting
, Kajian ini tidak bersifat detail namum harus memadai untuk mencapai tujuan tahap ini,
yaitu menentukan bagaimana pengembangan pelabuhan kelak dapat dilaksanakan atau
tidak. Penentuan dilakukan berdasarkan masing-masing aspek yang akan diuraikan di
bawah ini dengan cara memberikan sistem penilaian (scoring) untuk menetukan alternatif
yang paling baik.

Halaman E-50
Usulan Teknis
P T. .................................

A. Kajian Potensi Ekonomi

Kajian potensi ekonomi diawali dengan mempelajari daerah hinterland pelabuhan.


Hinterland pelabuhan ditentukan dengan batasan-batasan di antaranya adalah :

• Arus barang melalui laut yang disalurkan melalui pelabuhan sasaran

• Hinterland dan pelabuhan sekitarnya

• Batas-batas administratif

• Jaringan transportasi di darat dan udara

• Kondisi geografis

• Jenis komoditas, baik yang ada di daerah hinterland, maupun yang dapat ditangani
di pelabuhan sasaran.

Setelah ditentukan hinterland dan pelabuhan, perlu ditentukan indikator ekonomi


yang ada di wilayah-wilayah tersebut. Indikator ekonomi utama yang dipergunakan
adalah Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) serta jumlah penduduk. Data lain
yang dianggap perlu adalah perkembangan produksi dari komoditas di daerah
hinterland yang akan ditangani di pelabuhan sasaran. Juga perlu dilengkapi dengan
adanya data tenaga kerja, baik kuantitas dan kualitasnya, meliputi latar belakang
pendidikan.

Dalam pada ini, perlu pula diperhatikan kebijakan pemerintah setempat, baik tingkat
kabupaten maupun propinsi, yang dianggap dapat berdampak pada pelabuhan
eksisting. Demikian pula peran-peran yang akan dijalankan oleh Pelabuhan eksisting
dengan pelabuhan di sekitarnya. Sehingga pada akhirnya parameter-paramter
tersebut dapat terdefinisikan dengan baik dan dapat membantu perhitungan yang akan
dilakukan pada tahap selanjutnya akan dilakukan peramalan jumlah kargo dan
penumpang yang akan melalui pelabuhan sasaran. Perhitungan diawali dengan
menentukan tingkat pertumbuhan PDRB dan penduduk yang akan terjadi pada setiap
tahapan, baik jangka pendek, dan menengah. Penentuan proyeksi pada tahap pertama
dilakukan dengan menggunakan trend model yang berdasarkan pertumbuhan PDRB
kemudian skenario kedua menggunakan average growth rate. Sementara itu, untuk
penduduk digunakan trend model yang berdasarkan pertumbuhan penduduk untuk
skenario pertama dan menggunakan average growth rate sebagai skenario kedua.

Halaman E-51
Usulan Teknis
P T. .................................

Hasil proyeksi PDRB dan penduduk, merupakan pendekatan terhadap penggerakan


proyeksi kargo dan penumpang yang akan membutuhkan fasilitas pelayanan
Pelabuhan. Prosedur peramalan dilakukan sebagai berikut :

Dilakukan kajian terhadap data bulanan, yang diambil dari pencatatan T.II.DPT;
dilakukan analisis terhadap parameter-parameter,

o Jumlah kunjungan kapal (ship call)

o Dimensi kapal yang berlabuh (melipuii GT, LOA)

o Catatan waktu (meliputi lama bersandar, waktu tunggu/antri)

o Jumlah penumpang dan barang/kargo

Namun dalam menggunakan data bulanan, perlu dilakukan dengan hati-hati. Hal ini
disebabkan karena tata cara pencatatan yang berlaku adalah dengan memasukkan
semua pelabuhan yang berada di bawah kantor pelabuhan yang bersangkutan.
Sehingga perlu dilakukan terlebih dahulu pemahaman atas kargo, bagian mana yang
merupakan porsi pelabuhan sasaran, bagian mana yang bukan. Untuk itu diberikan
diagram alir sebagai mana yang tercantum pada Gambar F.26.

Gambar E.26 Pemisahan Kargo dari Pelabuhan Sekitar

DATA BULANAN (T.ILUPT)


BERDASARKAN KOMODITAS
DATA PELABUHAN KHUSUS DATA PELABUHAN KHUSUS

DATA PELABUHAN KHUSUS DATA PELABUHAN KHUSUS

DATA PELABUHAN DIMAKSUD

TUG BOAT TONGKAR LCT

DATA BULANAN (T.ILUPT)


BERDASARKAN JENIS KAPAL

Halaman E-52
Usulan Teknis
P T. .................................

• Diakukan kajian terhadap data tahunan; meliputi data tahunan untuk :

o Jumlah kunjungan kapal (ship call & GT)


o Jumlah penumpang dan barang/kargo

• Melakukan analisis data berdasarkan jenis kapal yang ada di dalam laporan bulanan

• Melakukan peramalan arus barang pada tahap sasaran dengan berdasarkan pada,

o Perkembangan arus barang


o Pertumbuhan PDRB
o Pertumbuhan penumpang

• Metoda yang dapat dipergunakan di antaranya adalah

o Model regresi liner 𝐲(𝐭) = 𝐚 ∙ 𝐱 (𝐭) + 𝐛


o Average growth rate. 𝒚(𝒕 + 𝟏) = 𝑨𝑮𝑹 ∙ 𝒙 (𝒕) + 𝒃
Dimana;

o Model moving average (MA)


o Model auto regressive (AR)
o Model auto regressive moving average (ARMA)
MA model 𝒚(𝒕) = 𝜽𝟎 + 𝜺𝒕 − 𝜽𝟏 𝜺𝒕−𝟏 ∙∙∙ − 𝜽𝒒 𝜺𝒕−𝒒
AR model 𝒚(𝒕) = ∅𝟎 + ∅𝒍 𝒚𝒕−𝟏 +∙∙∙ + ∅𝒑 𝒚𝒕−𝒑 + 𝜺𝒕
ARMAmodel𝒚(𝒕) = 𝝁 + ∅𝒍 𝒚𝒕−𝟏 +∙∙∙ + ∅𝒑 𝒚𝒕−𝒑 + 𝜺𝒕 − 𝜽𝒍 𝜺𝒕−𝟏 −∙∙∙ −𝜽𝒑 𝜺𝒕−𝒒
Where,
y(t) : Depent Variable (ex: carggo throughput)
x(t) : Independnt Variable (ex: GRDP)
t : Time Series Variable (ex: year)
a,b,𝜽, ∅, : Parameter
𝜺 : White Noise

Setelah diperoleh jumlah barang, maka langkah selanjutnya adalah mengalokasikan


jumlah barang tersebut pada jenis kapal yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal
tersebut berlaku pula bagi penumpang.

• Langkah terakhir adalah penentuan jumlah kunjungan kapal berdasarkan hasil


peramalan jumlah barang dan penumpang.

Halaman E-53
Usulan Teknis
P T. .................................

Langkah-langkah tersebut disarikan pada diagram alir pada Gambar F.3.

Gambar E.27 Diagram Alir Penentuan Tingkat Keutuhan Masa datang

Analisa Data

Penentuan Wilayah Hinterland


dan Objective Port

Proyeksi Indikator Sosio-


ekonomi (PDRB & Populasi)

Faktor - Faktor Khusus yang


diperhatikan (jika ada)

Proyeksi Arus Barang Proyeksi Arus Penumpang

Estimasi Kunjungan Kapal

Estimasi Kemungkinan
Kontainerisasi

Hasil Proyeksi Arus Barang


di Objective Port

Halaman E-54
Usulan Teknis
P T. .................................

Gambar E.28 Diagram Alir Peramalan Arus Barang dan Jumlah Penumpang

LAPORAN BULANAN LAPORAN TAHUNAN

Data Kunjungan Kapal GT, Data Kunjungan Kapal GT


Loa, BT, Arus Barang, Arus Arus Barang, Arus
Penumpang Penumpang

Proyeksi Arus Barang dan


Penumpang di Pelabuhan
untuk Jangka Pendek dan
Jangka Panjang
Analisis Berdasarkan Alternatif Metode Proyeksi
Kategori Ukuran Kapal / Proyeksi dengan :
Jenis Pelayaran - Model Regresi Linier
- Trend Arus Barang - Model Rata – rata Laju
- Trend PDRB Pertumbuhan

Alokasi Proyeksi Arus


Barang Ke Masing-masing Hasil Proyeksi Arus Barang
Ukuran Kapal / Jenis untuk Jangka Pendek &
Pelayaran Menengah

Estimasi Kunjungan Kapal


Berdasarkan Arus Barang

Kajian aspek ekonomi didasarkan pada data-data hasil survei yang telah dilaksanakan.
Dari data-data fasilitas penunjang dan sistem operasi pelabuhan yang sudah ada
diharapkan dapat direncanakan pengembangan pelabuhan dengan fasilitas dan pola
sistem yang paling efisien.

Kajian dilakukan juga untuk mengolah data-data survei menjadi proyeksi kebutuhan
prasarana dan sarana pelabuhan, serta proyeksi peningkatan pendapatan terhadap
pihak Pemilik Pekerjaan. Salah satu bentuk nyata dari hasil proyeksi kebutuhan
prasarana dan sarana penumpang adalah penentuan jenis kapal yang dapat dijadikan
dasar untuk menentukan type bangunan dan jenisnya secara detail.

Dalam analisa kelayakan pembangunan pelabuhan bahwa lokasi rencana


pengembangan tidak boleh menyalahi ketentuan peraturan daerah mengenai sistem
tata ruang kota dan wilayah. Hal lain yang akan dianalisis adalah kemungkinan

Halaman E-55
Usulan Teknis
P T. .................................

pengembangan industri, berkaitan dengan adanya peningkatan kapasitas pelayanan


pelabuhan, sehingga secara otomatis turut mengingkatkan pendapatan wilayah di
masa mendatang. Hasil dari masing-masing analisa akan diwujudkan dalam penetapan
kebutuhan sarana dan prasarana pelabuhan.

Setelah jenis kebutuhan prasarana dan sarana teridentifikasi, maka pihak perancana
teknik dapat membuat suatu desain awal yang mengakomodasikan fasiltas-fasilitas
yang telah direncanakan.

Selain itu dalam kajian ekonomi maupun kajian finansial akan turut diperhatikan
masalah lain seperti biaya operasional pelabuhan dan dampak sosial yang ditimbulkan.

B. Kajian Tata Ruang

Kajian tata raung dibutuhkan untuk mensingkronkan pembangunan pelabuhan dengan


arah perkembangan kota. Perkembangan yang aktual ini sampai batas tertentu dapat
"memaksa" dilakukan penyesuaian atau revisi RUTR kota.

Dengan melakukan kajian tata ruang, walaupun hanya secara umum, diharapkan
rencana pembangunan pelabuhan bisa tetap sinkron sesuai dengan perkembangan
lingkungannya

C. Kajian Jalan Akses

Jalan akses pelabuhan merupakan salah satu faktor penting dalam pemilihan lokasi
pembangunan Pelabuhan. Karena itu, konsutan akan mengadakan kajian jalan akses di
sekitar lokasi pelabuhan sampai ke wilayah-wilayah daerah hinterland pelabuhan.
Untuk keperluan ini, konsultan akan mengumpulkan data sekunder (bahan melalui
pengamatan lapangan apabila diperlukan) atas kondisi dan dimensi jalan umum yang
terhubungkan dengan rencana jalan akses, sehingga dapat diestimasikan kapasitas
jaringan jalan di sekitar pelabuhan.

Sampai sejauh mana pelayanan jalan akses darat dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat daerah hinterland, merupakan jastifikasi terhadap kelayakan
pembangunan pelabuhan.

D. Kajian Performa Pelabuhan

Halaman E-56
Usulan Teknis
P T. .................................

Setelah memperoleh volume barang dan jumlah penumpang untuk masing-masing


tahapan pembangunan, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap performa pelabuhan
yang meliputi,

• Berth throughput (BT)

• Turn round time (TRT)

o Berth occupancy time

o Waiting time/berth occupancy time ratio

• Berth occupancy ratio (BOR)

Setelah parameter-parameter tersebut diperoleh, selanjutnya dilakukan pemeriksaan


terhadap standar, sebagaimana yang tercantum pada Tabel E.1

Tabel E.4 Kriteria Pengembangan Pelabuhan


PARAMETER SATUAN Nilai Standar
1. Daya Lalu Tambatan (Berth Thoughput)
Evaluasi kapasitas umum per panjang dermaga
ton/m/thn 300 ~ 600
V : Arus kargo tahunan (ton)
L : Panjang Dermaga (m)
DWT Jam
2. Turn Round Tim (TRT) -untuk kapal
a. Berth Occupancy Time (BT) penuh 10~13
Evaluasi Terhadap Performa dari Operasional 100 21~29
Pelabuhan 500 38~55
1.000 50~73
2.000 57~82
Jam 3.000
-untuk kapal setengah
penuh-
100 6~8
500 12~17
1.000 22~30
2.000 28~39
3.000 32~45
b. Waiting-Time/Berth Occupancy Time Ratio
Evaluasi tingkat kesibukan dermaga
WT : Waktu tunggu untuk bersandar (jam) % 30
BT : Berth occupancy time untuk setiap kapal
(jam TRT – WT
3. Berth Occupancy Ratio (BOR) Jumlah Tambatan
Evaluasi Kesibukan dermaga secara menyeluruh 1 %
BT : Berth Occupancy Time untuk setiap kapal (jam) % 2 40
C’ : Kunjungan kapal per tahun (jumlah/tahun) 3 50

Halaman E-57
Usulan Teknis
P T. .................................

PARAMETER SATUAN Nilai Standar


D : Rata – rata waktu operasional per tahun (hari) 4 55
t : rata – rata waktu opersional per hari (jam) 5 60
6~10 65
70

Rata – Rata Tambatan (N)


L : Total Panjang Dermaga (m)
LOA : Rata – rata LOA untuk semua kapal yang berkunjung
n : Kapal kecil yang bersandar tegak lurus (perpendicular berthing)

Tabel E.5 Contoh Spread Sheet Perhitungan Performa Pelabuhan

E.3.8 Penyusunan Kebutuhan Ruang Darat dan Laut


A. Umum
Untuk kepentingan penyelenggaraan pelabuhan umum, pada lokasi yang akan ditetapkan
sebagai pelabuhan harus memperhatikan beberapa hal tersebut :

1. Tatanan Kepelabuhanan Nasional;

Halaman E-58
Usulan Teknis
P T. .................................

2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi;
3. keamanan dan keselamatan pelayaran;
4. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain terkait di lokasi pelabuhan;
5. kelayakan teknis, ekonomis dan lingkungan; dan
6. perizinan terkait yang telah diperoleh.

Dalam perencanaan pelabuhan itu kondisi akan mencakup :

1. rencana peruntukan lahan; dan


2. rencana peruntukan perairan.

Rencana peruntukan lahan dan perairan pelabuhan dimaksud untuk menentukan


kebutuhan penempatan fasilitas dan kegiatan operasional pelabuhan meliputi :

1. kegiatan jasa kepelabuhanan;


2. kegiatan pemerintahan;
3. kegiatan jasa kawasan;
4. kegiatan penunjang kepelabuhanan.

Rencana peruntukan lahan dimaksud untuk penyediaan/menempatkan kegiatan:

a. fasilitas pokok, antara lain :


1) Dermaga;
2) Gudang lini 1;
3) Lapangan penumpukan lini 1;
4) Terminal penumpang;
5) Terminal peti kemas;
6) Terminal ro-ro;
7) Fasilitas penampungan dan pengolahan limbah;
8) Fasilitas bunker;
9) Fasilitas pemadam kebakaran;
10) Fasilitas gudang untuk bahan/barang berbahaya dan beracun (B3);
11) Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran (SBNP).
b. fasilitas penunjang, antara lain :
1) kawasan perkantoran;
2) fasilitas pos dan telekomunikasi;
3) fasilitas pariwisata dan perhotelan;

Halaman E-59
Usulan Teknis
P T. .................................

4) instalasi air bersih, listrik dan telekomunikasi;


5) jaringan jalan dan rel kereta api;
6) jaringan air limbah, drainase dan sampah;
7) areal pengembangan pelabuhan;
8) tempat tunggu kendaraan bermotor;
9) kawasan perdagangan;
10) kawasan industri;
11) fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, tempat rekreasi, olahraga, jalur
hijau dan
12) kesehatan).

Rencana peruntukan perairan dimaksud untuk penyediaan kegiatan :

a. fasilitas pokok, antara lain :


1) alur pelayaran;
2) perairan tempat labuh;
3) kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal;
4) perairan tempat alih muat kapal;
5) perairan untuk kapal yang mengangkut bahan/barang berbahaya;
6) perairan untuk kegiatan karantina;
7) perairan alur penghubung intra pelabuhan;
8) perairan pandu;
9) perairan untuk kapal pemerintah.

b. fasilitas penunjang , antara lain:


1) perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang;
2) perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal;
3) perairan tempat uji coba kapal (percobaan berlayar);
4) perairan tempat kapal mati;
5) perairan untuk keperluan darurat;
6) perairan untuk kegiatan rekreasi (wisata air).

B. Konsepsi Pengembangan Pelabuhan


Berdasarkan pengolahan data (analisis) yang dilakukan, diambil kesimpulan sebagai
dasar konsepsi pengembangan pelabuhan meliputi :

Halaman E-60
Usulan Teknis
P T. .................................

Kawasan pelabuhan harus berada pada daerah yang mudah diakses dan pada
simpul sirkulasi distribusi hasil industri dan komoditas lainnya.
Kegiatan pelabuhan sebagai pelaksanaan dari Organisasi Kelembagaan yang telah
ditetapkan sesuai dengan kelas Pelabuhan, sebagai dasar pembuatan zonasi
kegiatan.
Pengelompokan kegiatan yang berbeda untuk mengkaji zonasi dengan
membandingkan hubungan fungsional tiap zonasi yang ada dengan zonasi ideal
pelabuhan, meliputi :

1. Fasilitas Utama daerah pada Sea Side dan Land Side

– Turap
– Pemecah gelombang
– Kolam pelabuhan
– Alur pelayaran
– Sarana bantu navigasi

2. Fasilitas fungsional dan penunjang berada pada Land Side :

– Demaga
– Open storage (container yard)
– Gudang
– Kantor
– Bengkel
– Ruang Generator
– Ruang tangki air
– Komplek Rumah Dinas
– Rumah Ibadah
– Pos Penjagaan
– Jalan lingkungan
– Pagar kompleks

Kebutuhan kawasan pelabuhan dan kebutuhan ruang untuk infrastruktur


didasarkan atas "Standar Teknis Pelabuhan Sungai Dan Danau" yang berlaku.
Tata letak tiap zona maupun fasilitas-fasilitas tiap zona akan merujuk kepada
karakteristik kawasan, persyaratan kemiringan lahan dan pola tata letak yang
sesuai dengan kondisi lahan.

Halaman E-61
Usulan Teknis
P T. .................................

C. Pembuatan Layout dan Basic Desain


Dalam pekerjaan ini, kegiatan yang akan dilaksanakan, khususnya dalam hal
perencanaan fasilitas yang diperlukan pembuatan layout dan basic desain, terdiri dari:

1. Lay out
Dalam proses ini akan ditentukan :

 Lokasi lahan yang akan segera dikembangkan yang termasuk dalam Rencana
Pembangunan Jangka Pendek
 Penyiapan lahan termasuk terassering
 Jaringan jalan dan drainase
 Jaringan listrik dan air bersih dan air limbah
 Tempat parkir, taman dan sebagainya

Sea Side

Pola Sirkulasi
Zona Pelayaran

Fasilitas Pelabuhan :
– Fasilitas Pokok Pola Zonasi
Tata Latak
– Fasilitas Fungsional
– Fasilitas Pendukung
Land Side
Pola
Koordinasi/Grid
Zona Bongkar Muat

Orientasi
Zona Pengelola

Zona Pendukung Pola Tata Letak

2. Fasilitas Pokok Pelabuhan


Terdiri dari kolam pelabuhan, dermaga, tembok penahan tanah dan sebagainya
sesuai dengan rencana kebutuhan yang telah disetujui dalam tahap sebelumnya.
Konstruksi yang akan dibangun bersifat permanen dengan mempertimbangkan
kondisi lahan setempat, peralatan dan kemampuan kontraktor.
3. Fasilitas Fungsional
Sesuai dengan kebutuhan, fasilitas ini akan terdiri dari :

 Open Storage
 Gudang tertutup

Halaman E-62
Usulan Teknis
P T. .................................

 Tangki BBM dan jaringan distribusinya


 Penampung/menara air serta jaringan distribusinya
 Fasilitas telekomunikasi intern/keluar
 Jaringan Jalan dan Drainase Lingkungan

4. Fasilitas Pendukung
Sesuai dengan kebutuhan, fasilitas ini akan terdiri dari :

 Kantor pengelola pelabuhan


 Bengkel
 WC Umum / Kamar mandi
 Musholla
 Gardu jaga

E.3.9 Metoda Analisis Penentuan Kelayakan Pelabuhan

Untuk mendapatkan gambaran mengenai kelayakan suatu lokasi peruntukan pelabuhan,


digunakan beberapa indikator pembatas yang menjadi kriteria penentu terhadap layak
tidaknya suatu pelabuhan dibangun pada lokasi tertentu. Dari masing-masing kriteria
tersebut selanjutnya dijabarkan dalam beberapa sub kriteria atau parameter. Beberapa
kriteria yang akan menjadi faktor pembatas terhadap kelayakan suatu lokasi pelabuhan
adalah sebagai berikut :

A. Aspek Tata Ruang

Keberadaan sebuah pelabuhan tentunya harus sesuai dengan peruntukan kawasannya,


baik dalam tatanan regional maupun local. Selain itu perlu juga dilakukan pengecekan
apakah lokasi rencana pelabuhan sudah masuk kedalam system kepelabuhan nasional,
karena keberadaan sebuah pelabuhan tidaklah bisa berdiri sendiri tapi harus
terintegrasi dengan pelabuhan lain dan juga moda transportasi yang berbeda.

Untuk itu, aspek tata ruang menjadi hal penting dalam merencanakan sebuah pelabuhan
dan dalam kajian ini terbagi dalam 3 (tiga) sub kriteria, yaitu :

1. Rencana Induk Pelabuhan Nasional

Perlu dilakukan pengecekan terhadap lokasi rencana pelabuhan apakah sudah


termasuk ke dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) atau belum.
Sebagaimana diketahui RIPN merupakanpedoman pengaturan ruang kepelabuhanan

Halaman E-63
Usulan Teknis
P T. .................................

nasional yang memuat tentang kebijakan pelabuhan, rencana lokasi dan hierarkhi
pelabuhan nasional yang merupakan pedoman dalam menetapkan lokasi,
pembangunan, pengoperasian dan pengembangan pelabuhan.

Pertimbangan lain adalah manfaat ekonomi karena pembangunan pelabuhan di


wilayah dengan luas layanan yang besar akan lebih besar kebutuhan pelabuhannya
dari pada wilayah yang luas layanannya kecil. Pertimbangan ini akan menentukan
efektif atau tidaknya pembangunan pelabuhan di suatu daerah. Sehingga dengan
demikian, luas wilayah layanan merupakan pertimbangan penting yang harus
dimasukkan kedalam perencanaan pemilihan lokasi pelabuhan di Kabupaten .

2. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi & Tatrawil

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Banten menjadi salah satu pedoman dalam
cakupan wilayah regional dalam penataan kawasan. Di dalam RTRW Provinsi ini juga
termuat secara garis besar kebijakan pengembangan moda transportasi wilayah yang
terintegrasi dengan wilayah lainnya.Secara lebih spesifik lagi, kebijakan transportasi
baik menyangkut sarana dan prasarana tertuang dalam Tatanan Transportasi
Wilayah (Tatrawil).

Cakupan luas wilayah layanan pelabuhan, bisa juga disebut sebagai daerah hinterland
pelayanan akan sangat mempengaruhi terhadap besarnya jumlah pengguna kapal
yang akan berlabuh di pelabuhan tersebut. Semakin luas wilayah layanan, maka akan
semakin besar pula potensi pergerakan penumpang dan barang yang akan
menggunakan pelabuhan tersebut.

3. Rencana Tata Ruang Kabupaten & Tatralok

Konsep pengembangan sistem transportasi wilayah Kabupaten mengarah pada


pengembangan sistem transportasi laut. Pembangunan fasilitas infrastruktur akan
terkait dengan kepentingan orang banyak dan yang lebih penting lagi adalah dari
perhatian terhadap kebijakan makro. Sebagaimana diketahui bahwa prinsip dasar
transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan orang dan barang dari suatu
tempat ke tempat lain.

Dalam kaitannya dengan aspek pengembangan wilayah, sistem transportasi


berfungsi untuk menjembatani keterkaitan fungsional antar wilayah dan antar
kegiatan sosial ekonomi Kabupaten .

Halaman E-64
Usulan Teknis
P T. .................................

B. Aspek Keselamatan Pelayaran

Penyelenggaraan pelabuhan sangat mempertimbangkan aspek keselamatan pelayaran,


karena ini menyangkut keselamatan penumpang dan barang serta keberlangsungan
kegiatan pelabuhan itu sendiri.

Sebuah pelabuhan yang ideal tentunya harus memenuhi seluruh aspek ini tanpa
terkecuali.Pemenuhan aspek ini bisa saja bersifat alamiah atau dengan upaya teknis
tertentu sesuai dengan kaidah perencanaan pelabuhan.

Secara lebih terinci aspek keselamatan pelabuhan yang terdiri dari 4 (empat) sub
kriteria yakni ;

1. Alur Pelayaran

Alur pelayaran merupakan area bebas bagi keluar masuknya kapal ke area
pelabuhan. Alur pelayaran ini mencakup syarat kedalaman dan lebar dengan
mempertimbangan kapal terbesar yang ditentukan pada saat menyusun desain
kriteria.

2. Kebutuhan SBNP

Sarana bantu navigasi pelayaran sangat dibutuhkan sebagai prasyarat keberadaan


dan operasional sebuah pelabuhan. SBNP telah ditetapkan secara standar sesuai
peruntukannya demi tercapainya keselamatan dan keamanan pelayaran.
Kebutuhan SBNP tentunya menyesuaikan dengan kondisi lapangan.

3. Rintangan Navigasi

Keberadaan rintangan navigasi baik yang alamiah seperti pulau tenggelam, karang,
gosong ataupun buatan seperti kapal tenggelam, perlu dihindarkan terutama pada
alur pelayaran dan kolam putar pelabuhan.

4. Tingkat Kerawanan Bencana

Sebagai pendekatan dalam mengukur tingkat kerawanan bencana digunakan peta


zonasi wilayah kegempaan.

Halaman E-65
Usulan Teknis
P T. .................................

C. Aspek Ekonomi

Salah satu criteria penilaian kelayakan pelabuhan adalah aspek ekonomi.Aspek ini
mengandung pemahaman bahwa keberadaan pelabuhan dapat mendukung dan
membangkitkan perekonomian daerah setempat serta wilayah hinterlandnya. Dengan
bangkitnya perekonomian, maka secara langsung akan berdampak positif terhadap
tingkat kehidupan masyarakat. Hal ini juga ditunjukan dengan akan meningkatnya
PDRB dari tahun ketahun. Apabila aspek ekonomi ini dikaitkan dengan investasi
pembangunan pelabuhan, maka dapat dihitung EIRR nya apakah positif atau negative.
Meskipun demikian, untuk kasus tertentu dimana wilayah rencana merupakan wilayah
perbatasan, pulau terpencil, pulau terluar atau daerah perbatasan, maka aspek ini boleh
jadi tidak menjadi aspek penting yang harus dikaji.

Ada 3 (tiga) sub kriteria yang akan ditinjau dalam aspek ini, yaitu :

1. Potensi hinterland dan foreland

Pelabuhan merupakan salah satu prasarana moda transportasi laut dengan


keunggulan dapat menjadi pintu keluar bagi komoditas unggulan dari wilayah
hinterland dalam skala besar.Daya muat kapal laut yang besar menjadi daya tarik
tersendiri dari pelaku ekonomi karena biaya transportasi bisa mejadi lebih murah.

2. PDRB

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan disuatu daerah adalah dengan
semakin tingginya PDRB daerah yang bersangkutan.PDRB yang merupakan
representasi dari pendapatan asli daerah berbanding lurus dengan peningkatan
infrastruktur khususnya sarana dan prasarana transportasi.

3. EIRR

EIRR digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian yang dibutuhkan untuk


menghasilkan NPV = 0, yaitu membandingkan antara pendapatan pelabuhan
terhadap nilai investasi pembangunan pelabuhan dengan tentunya
memperhitungkan beberapa tingkat suku bunga tertentu.

D. Aspek Finansial

Kriteria yang ditinjau adalah FIRR (Financial Internal Rate of Return).

Halaman E-66
Usulan Teknis
P T. .................................

E. Aspek Teknis

Pertimbangan aspek teknis meliputi: kedalaman perairan, gelombang, sedimentasi, luas


perairan, arus, pasang surut, topografi, aksesibilitas dan infrastruktur penunjang. Dalam
menyusun suatu rencana pembangunan pelabuhan yang baik dan terarah, pertimbangan
aspek teknis sangat penting untuk diperhatikan dalam upaya meminimalisir kesalahan
perencanaan.

Beberapa aspek teknis yang dipertimbangkan adalah :

1. Kedalaman Perairan

Kedalaman perairan sangat terkait dengan aspek keselamatan pelayaran dan hal
yang perlu diperhatikan adalah sedimentasi serta keterlindungan lokasi pelabuhan
baik secara alamiah maupun buatan. Kondisi awal dari potensi perairan perlu
menjadi perhatian apakah diperlukan pengerukan atau tidak, hal ini penting dalam
mengestimasi perhitungan biaya konstruksi.

2. Gelombang

Kondisi gelombang tinggi sedapat mungkin tidak sampai di kawasan dermaga,


karena akan menyulitkan proses olah gerak kapal dan sandar di dermaga. Sebaiknya
dermaga terlindung dari gelombang baik pada saat angin musim barat maupun
timur.

3. Sedimentasi

Kondisi kedalaman diharapkan tetap stabil selama masa pengoperasian pelabuhan.


Sebagaimana diketahui pada beberapa wilayah perairan Indonesia, potensi
sedimen transport sangat tinggi baik itu berupa sedimen sejajar garis pantai
maupun bawaan malalui aliran sungai hingga ke muara. Semakin besar potensi
sedimentasi, maka biaya pemeliharaan pelabuhan akan semakin meningkat karena
keharusan untuk melakukan pengerukan secara rutin untuk mempertahankan
kedalaman.

4. Luas Peraian

Luas perairan di muka dermaga minimal memenuhi syarat sebagai turning basin
area yaitu 2xLoa atau 2 kali panjang kapal maksimum sesuai disain kriteria. Area ini
harus terbebas dari rintangan navigasi dan mempunyai kedalaman yang memenuhi
syarat.

Halaman E-67
Usulan Teknis
P T. .................................

E. Arus

Kondisi arus baik itu kecepatan maupun arah arus sangat berpengaruh terhadap
olah gerak kapal di pelabuhan khususnya pada saat akan sandar. Dengan demikian,
semakin kecil kecepatan arus maka akan lebih mudah bagi kapal untuk melakukan
sandar di dermaga.

5. Pasang Surut

Kondisi pasang surut sebuah perairan akan berpengaruh terhadap penentuan


elevasi dermaga. Semakin tinggi posisi pasang surut, maka akan semakin tinggi juga
elevasi dermaga dan akan semakin tinggi juga biaya konstruksinya.

7. Topografi

Kondisi topografi daratan sekitar rencana pelabuhan idealnya berupa dataran agar
biaya penyiapan lahan relative lebih murah.Bandingkan dengan kondisi lahan yang
berbukit tentunya dibutuhkan pekerjaan galian dan timbunan terlebih dahulu.

8. Aksesibilitas dan Infrastruktur Penunjang

Aksesibilitas yang baik tentunya akan memudahkan para pengguna jasa pelabuhan
untuk melakukan aktifitasnya. Demikianhalnya keberadaan infrastruktur
penunjang pelabuhan menjadi pelengkap bagi operasionalnya suatu
pelabuhan.Untuk itu perlu adanya sinergi dengan pemerintah daerah setempat agar
keberadaan infrastruktur penunjang ini dapat terpenuhi.

F. Aspek lingkungan

Kegiatan pembangunan pelabuhan akan membawa dampak terhadap lingkungan


sekitarnya, baik pada masa persiapan, masa pembangunan dan masa penggunaan. Pada
masa persiapan bisa timbul pembentukan suatu persepsi, baik yang mendukung
maupun yang menolak. Pada masa konstruksi, selain terjadi alih fungsi lahan, juga akan
terjadi dampak bising dan debu yang mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Sedangkan pada masa operasi, akan terjadi kegiatan lalu-lintas kapal dan keramaian di
wilayah sekitar pelabuhan.

Sejalan dengan itu, daya dukung lingkungan dapat terganggu dan kualitas lingkungan
hidup dapat menurun jika tidak dikelola dengan baik. Pelaksanaan pembangunan

Halaman E-68
Usulan Teknis
P T. .................................

sebagai kegiatan yang semakin meningkat mengandung resiko terhadap perubahan


kualitas lingkungan, hal tersebut dapat mengganggu fungsi ekosistem dan sosial.

Aspek lingkungan diperlukan untuk mengidentifikasi hal-hal sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang mungkin terjadi sebagai akibat


pembangunan dan pengoperasian pelabuhan yang menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup;

b. Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup terutama yang akan terkena dampak


besar dan penting;

c. Memprakirakan dampak dan mengevaluasi dampak besar dan penting terhadap


lingkungan hidup.

Tabel E.6 Pembobotan Kriteria Kelayakan Pelabuhan


NO KRITERIA SUB KRITERIA BOBOT
Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
1 Tata Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan tatrawil 20%
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kotai dan tatralok
Prastudi Kelayakan
Jarak Mencapai kedalaman perairan rencana (diukur dari
garis pantai alami pada kondisi surut terendah/LWS)
Aksesibilitas
Infrastruktur penunjang utama
Tinggi gelombang alami (tanpa perlu breakwater)
Waktu operasional pelabuhan dalam 1 tahun
2 Teknis 30%
Sedimentasi
Luas perairan untuk olah gerak kapal (disesuaikan dengan
hierarki pelabuhan rencana
Arus
Pasang surut (asumsi bukan pasut ekstrim)
Topografi
Potensi Hinterland dan Foreland
Ekonomi, Finansial
PDRB
3 dan Biaya 15%
EIRR
Pembangunan
FIRR
Status Lahan
4 Lingkungan 15%
Jumlah penduduk di wilayah hinterland
Alur Pelayaran dan kebutuhan SBNP
Keselamatan
5 20%
Pelayaran Tingkat Kerawanan Bencana
TOTAL 100%

Halaman E-69
Usulan Teknis
P T. .................................

Tabel E.7 Kriteria Sub Unsur Penilaian (Umum)

Parameter Bobot
No Kriteria Sub Kriteria Parameter
Nilai (Max)

Tertera dalam Rencana Induk


Pelabuhan Nasional (RIPN) dan sesuai 100
Hierarkinya
Tertera dalam Rencana Induk
Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) dan belum 90
Pelabuhan sesuai Hierarkinya
Nasional (RIPN) Belum tertera dalam RIPN tetapi sudah
masuk dalam usulan Pemerintah 70
Daerah
Tidak Tertera dalam RIPN 0
Rencana Lokasi berada didalam
100
RZWP3K yang sudah di Perda-kan
Rencana Lokasi berada dalam zona
Rencana Zonasi pelabuhan di kawasan pemanfaatan
90
Wilayah Pesisir umum dan zona alur pada RZWP3K
dan Pulau-Pulau yang belum di Perda-kan
Kecil Rencana Lokasi berada diluar Kawasan
70
Konservasi Laut
Rencana Lokasi berada didalam
0
Kawasan Konservasi Laut
Tertera dalam RTRW Provinsi yang
sudah di Perda-kan dan sesuai 100
Tata Ruang hierarkinya
1
( 20% ) Tertera dalam RTRW Provinsi dan
90
belum sesuai Hierarkinya
Rencana Tata
Belum Tertera dalam RTRW Provinsi,
Ruang Wilayah
tetapi sudah ada usulan/rencana revisi 70
Provinsi
RTRW yang sesuai
Tidak Tertera dalam RTRW Provinsi
50
tetapi di luar kawasan lindung
Tidak Tertera dalam RTRW Provinsi,
0
berada di dalam kawasan lindung
Tertera dalam RTRW Kabupaten/Kota
yang sudah di Perda-kan dan sesuai 100
Hierarkinya
Tertera dalam RTRW Kabupaten/Kota
90
dan belum sesuai Hierarkinya
Belum Tertera dalam RTRW
Rencana Tata
Kabupaten/Kota, tetapi sudah ada
Ruang Wilayah 70
usulan/rencana revisi RTRW yang
Kabupaten/Kota
sesuai
dan tatralok
Tidak Tertera dalam RTRW
Kabupaten/Kota tetapi di luar kawasan 50
lindung
Tidak Tertera dalam RTRW Kabupaten
Kota, berada di dalam kawasan 0
lindung

Halaman E-70
Usulan Teknis
P T. .................................

Parameter Bobot
No Kriteria Sub Kriteria Parameter
Nilai (Max)

Prastudi Kelayakan menyatakan


dibutuhkan dengan aspek dominan 100
sosial/politik/hankam
Prastudi Kelayakan menyatakan
Prastudi dibutuhkan dengan aspek dominan 80
Kelayakan ekonomi
Tidak ada dokumen Prastudi Kelayakan 50
Prastudi Kelayakan menyatakan tidak
0
diperlukan pelabuhan baru
Sub Total I

Jarak Mencapai Jarak <100m terhadap garis pantai 100


Kedalaman
Perairan rencana
Jarak 100-500m terhadap garis pantai 70
(diukur dari garis
pantai alami
Jarak 500-1000m terhadap garis pantai 50
pada kondisi
surut
terendah/LWS ) Jarak > 1000m terhadap garis pantai 0
Sudah Memiliki Jalan Akses, Sudah
Perkerasan, Cukup 2 atau Lebih 100
Kendaraan R-4
Sudah Memiliki Jalan Akses, Sudah
90
Perkerasan, Cukup 2 Kendaraan R-4
Sudah Memiliki Jalan Akses, Belum
80
Perkerasan, Cukup 2 Kendaraan R-4
Sudah Memiliki Jalan Akses, Sudah
70
Perkerasan, Cukup 1 Kendaraan R-4
Sudah Memiliki Jalan Akses, Belum
Teknis Aksesbilitas 60
2 Perkerasan, Cukup 1 Kendaraan R-4
( 30% )
Belum Memiliki Jalan Akses Jalan 0
Belum Memiliki Jalan Akses, Jarak Ke
50
Jar. Jalan 100 - 250 M
Belum Memiliki Jalan Akses, Jarak Ke
40
Jar. Jalan 250 - 500 M
Belum Memiliki Jalan Akses, Jarak Ke
30
Jar. Jalan 500 – 1.000 M
Belum Memiliki Jalan Akses, Jarak Ke
20
Jar. Jalan > 1.000 M
Tersedia Jaringan Listrik dan Air Bersih 100
Infrastruktur
Tersedia Jaringan Listrik 90
penunjang
Tidak Tersedia Jaringan Listrik dan Air
utama 0
Bersih
Tinggi ≤ 0.5 m di depan dermaga 100
Gelombang
Alami (tanpa
> 0.5 m dari hasil perhitungan 0
perlu
breakwater)

Halaman E-71
Usulan Teknis
P T. .................................

Parameter Bobot
No Kriteria Sub Kriteria Parameter
Nilai (Max)

Sepanjang Tahun 100


Waktu
8-12 bulan 80
Operasional
6-8 bulan 60
Dalam 1 Tahun
< 6 bulan 0
Tidak Perlu Pengerukan 100
Capital Dredging (tanpa pemeliharaan) 50
Sedimentasi
Capital Dredging (dengan
0
pemeliharaan)
Luas perairan cukup tersedia,
terlindung dan memenuhi syarat untuk
100
olah gerak kapal (kedalaman,
keamanan dan keselamatan)
Luas perairan cukup tersedia, tidak
terlindung tetapi memenuhi syarat
90
untuk olah gerak kapal (kedalaman,
Luas Perairan
keamanan dan keselamatan)
untuk olah gerak
Luas perairan kurang dari kebutuhan,
kapal
terlindung dan memenuhi syarat
(disesuaikan 80
untuk olah gerak kapal (kedalaman,
dengan hierarki
keamanan dan keselamatan)
pelabuhan
Luas perairan kurang dari kebutuhan,
rencana)
tidak terlindung tetapi memenuhi
syarat untuk olah gerak kapal 50
(kedalaman, keamanan dan
keselamatan)
Luas perairan tidak memenuhi syarat
untuk olah gerak kapal (kedalaman, 0
keamanan dan keselamatan)
kecepatan arus kurang dari 1 m/detik 100
Arus kecepatan arus 1 - 5 m/detik 50
kecepatan arus lebih dari 5 m/detik 0
Tunggang pasang kurang dari 100 cm 100
Pasang Surut
Tunggang pasang 100 - 200 cm 80
(asumsi bukan
Tunggang pasang 200 - 500 cm 50
pasut ekstrim)
Tunggang pasang lebih dari 500 cm 0
Daerah daratan landai < 15° atau
kelandaian kontur < 8%, cukup luas,
100
tidak tergenang pada saat pasang &
tidak ada pemukiman
Daerah daratan landai < 15° atau
kelandaian kontur < 8%, cukup luas,
Topografi tetapi tergenang pada saat pasang 70
(daerah rawa) serta harus pematangan
lahan
Daerah daratan landai < 15° atau
kelandaian kontur < 8%, cukup luas,
50
tidak tergenang pada saat pasang &
ada pemukiman (relokasi)

Halaman E-72
Usulan Teknis
P T. .................................

Parameter Bobot
No Kriteria Sub Kriteria Parameter
Nilai (Max)

Daerah daratan berbukit >15° atau


kelandaian kontur > 8%, ada 30
pemukiman
Lahan Tidak tersedia dan
0
membutuhkan Reklamasi
Sub Total II

Memiliki potensi daerah / komoditias


unggulan / potensi demand (cargo
surplus atau cargo defisit) sesuai
dengan hierarki pelabuhan yang
100
direncanakan (PL >10.000Ton/Tahun,
PR > 100.000 Ton/Tahun, PP >500.000
Ton/Tahun, PU > 1.000.000
Ton/Tahun)
Potensi
Memiliki potensi daerah / komoditias
Hinterland dan
unggulan/ potensi demand (cargo
Foreland
surplus atau cargo defisit) kurang
sesuai dengan hierarki pelabuhan yang 60
direncanakan (PL <10.000Ton/Tahun,
PR < 100.000 Ton/Tahun, PP <500.000
Ton/Tahun, PU <1.000.000 Ton/Tahun)
Tidak memiliki potensi daerah /
komoditias unggulan / potensi demand 0
(cargo surplus atau cargo defisit)
Rata-rata Pertumbuhan PDRB 5 Tahun
Ekonomi, 100
Terakhir >5%
Finansial dan Produk Domestik
Rata-rata Pertumbuhan PDRB 5 Tahun
3 Biaya Regional Bruto 70
Terakhir 1 - 5%
Pembangunan (PDRB)
Rata-rata Pertumbuhan PDRB 5 Tahun
( 15% ) 50
Terakhir 0 - 1%
Rata-rata Pertumbuhan PDRB 5 Tahun
0
Terakhir <0%
EIRR > 10% (layak secara ekonomi) 100
Economic
EIRR 5 - 10% (kurang layak secara
Interest Rate 70
ekonomi)
Return (EIRR)
EIRR 0 - 5% (sangat kurang layak
(jumlah laba 50
secara ekonomi)
kembali)
EIRR < 0% (tidak layak secara ekonomi) 0
FIRR > 15% (sangat layak secara
100
Financial Internal finansial)
Rate of Return
FIRR 10 - 15% (layak secara finansial) 70
(FIRR) (lihat
konsep FIRR 0 - 10% (kurang layak secara
50
pemilihan lokasi finansial)
jika diperlukan)
FIRR < 0% (tidak layak secara finansial) 0

Halaman E-73
Usulan Teknis
P T. .................................

Parameter Bobot
No Kriteria Sub Kriteria Parameter
Nilai (Max)

Sub Total III

Lahan Sudah dibebaskan 100


Lahan Belum dibebaskan (ada surat
kesediaan dibebaskan dari pemilik
Status Tanah 50
tanah dan diketahui oleh pemerintah
daerah)
Lahan Tidak Dapat dibebaskan 0
memiliki jumlah penduduk sesuai
Lingkungan dengan hierarki pelabuhan yang
4
( 15% ) direncanakan (PL >1000 jiwa, PR > 100
jumlah 100.000 jiwa, PP >500.000 jiwa, PU >
penduduk di 1.000.000 jiwa)
wilayah memiliki jumlah penduduk kurang
hinterland sesuai dengan hierarki pelabuhan yang
direncanakan (PL <1000 jiwa, PR < 50
100.000 jiwa, PP <500.000 jiwa, PU <
1.000.000 jiwa)

Sub Total IV

Alur pelayaran cukup dan tidak ada


rintangan navigasi (areal MIGAS, 100
Alur Pelayaran ranjau, kabel laut, kapal karam)
dan Kebutuhan Alur pelayaran cukup tetapi ada
Keselamatan
SBNP rintangan navigasi (areal MIGAS, 50
5 Pelayaran
ranjau, kabel laut, kapal karam)
( 20% )
Alur pelayaran tidak cukup 0
Tingkat Termasuk dalam zona kategori kecil 100
Kerawanan Termasuk dalam zona kategori sedang 50
Bencana Termasuk dalam zona kategori tinggi 0
Sub Total V
PASSING GRADE TOTAL #REF!

Tabel E.8 Passing Grade Kelayakan Pelabuhan


Passing
No Status Kelayakan Keterangan
Grade
tidak dilanjutkan dengan studi
D Tidak layak dibangun < 60
berikutnya
tidak dilanjutkan kecuali sudah selesai
C Kurang layak dibangun 60 - 79
permasalahannya
B Layak dibangun 80 - 89 dapat dilanjutkan ke studi berikutnya
Sangat layak dibangun dan prioritas untuk dilanjutkan ke studi
A 90
prioritas utama berikutnya

Halaman E-74
Usulan Teknis
P T. ...............................

Rencana kerja ini disusun dalam rangka pelaksanaan pekerjaan baik di lapangan maupun di
kantor, mencakup keseluruhan tahapan pekerjaan.

Dalam rencana kerja ini diuraikan kegiatan pengumpulan data, survey lapangan, analisis
kajian dan penyusunan rencana layout dan basic desain serta penyusunan analisis kelayakan.

Tahapan rencana kegiatan Konsultan meliputi 6 (enam) tahapan kegiatan, meliputi :

1. Pekerjaan Persiapan
2. Survey Pengumpulan Data
3. Analisis Kajian Studi
4. Penyusunan Rencana Lay Out dan Basic Disain
5. Penyusunan Analisis Kelayakan
6. Pembuatan Laporan

Penjabaran dari masing-masing kegiatan akan diuraikan dibawah ini:

F.1. Pekerjaan Persiapan


Sebagai langkah awal dalam melaksanakan pekerjaan Study Kelayakan Pembangunan
Pelabuhan Sungai Dan Danau ini adalah melakukan langkah-langkah persiapan yang meliputi
:

1. Penyelesaian masalah Administrasi.


Masalah administrasi yang harus diselesaikan terutama yang meliputi administrasi
kontrak dan legalitas personil yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan.
2. Persiapan personil dan peralatan
3. Informasi moda transportasi.
a. Menyusun rencana kebutuhan moda dan informasi jadwal transportasi.
4. Penyusunan rencana survey
5. Penyusunan rencana pengumpulan data.
Halaman F-1
Usulan Teknis
P T. ...............................

6. Penyusunan daftar pertanyaan / questioner.


7. Pengadaan peta dan gambar lokasi
8. Penyusunan rencana kerja
9. Penyusunan Laporan Pendahuluan
10. Diskusi awal dengan pemberi tugas.

Langkah persiapan akan dilakukan seteliti mungkin untuk menghindari terjadinya perbedaan
penafsiran, terlupakannya hal-hal yang penting ataupun tumpang tindih kegiatan yang tidak
perlu.

F.2. Pengumpulan Data Dan Informasi

Survey lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dan sekunder melalui studi
pustaka dan wawancara langsung. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung
dengan para pejabat setempat yang terkait dengan pekerjaan studi serta pengamatan
lapangan secara langsung untuk memperoleh data kondisi fisik daerah studi. Pengumpulan
data sekunder diperoleh dari instansi terkait, seperti BPS (Biro Pusat Statistik), Bappeda,
PUPR, Dinas Perhubungan, Kementrian Perhubungan (Ditjen Perhubungan Laut) dsb.

Data /informasi primer dapat terdiri dari hasil wawancara secara langsung dengan responden
dan data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran/pengamatan lapangan. Untuk keperluan
wawancara langsung dengan responden akan dipersiapkan daftar pertanyaan/questioner dan
yang akan dijadikan responden sudah ditentukan/dirancang sebelumnya.

1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan para pejabat
Dinas/Instansi/Lembaga terkait dan para tokoh masyarakat serta penduduk pengguna
jasa transportasi laut. Pengamatan secara visual terhadap rencana lokasi wilayah studi,
penjaringan data/informasi primer difokuskan terhadap rencana pembangunan
pelabuhan.
a. Pengamatan lapangan secara visual :
1) Kondisi daerah lokasi studi (wawancara dengan pejabat setempat dan penduduk
serta pengguna jasa pelabuhan )
2) Dokumentasi foto-foto mengenai keadaan lapangan/daerah studi
3) Pemanfaatan daratan dan perairan
4) Kondisi fasilitas pelabuhan yang ada
5) Kondisi rencana pelabuhan
6) Ketersediaan lahan untuk rencana pembangunan pelabuhan

Halaman F-2
Usulan Teknis
P T. ...............................

b. Survey data lingkungan :


1) Data flora dan fauna
2) Kualitas air
3) Karakteristik Sosial-budaya

c. Pengambilan Sample Air


Dilaksanakan untuk mengetahui data kadar sedimen melayang dan kadar garam di
lokasi survey.
Untuk pengambilan sampel air ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1) Menggunakan alat water sampler
2) Pengambilan contoh air dilakukan pada posisi sesuai dengan pengamatan arus.
3) Dilakukan pada saat pasang tertinggi (spring tide) dan surut terendah (neap
tide).
4) Contoh air kemudian ditest di Laboratorium mengenai keadaan endapan/
sedimen melayang, kadar garam/salinity.

d. Sumber daya bahan dan peralatan :


1) Ketersediaan sumber material
2) Kebutuhan penyediaan peralatan

e. Pengisian Questioner
Berikut ini contoh questioner/daftar pertanyaan yang akan digunakan untuk
menjaring informasi langsung dari para responden. Form questioner dapat dilihat di
lampiran.

2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui Dinas/Instansi terkait yang ada relevansinya dengan
rencana studi. Data sekunder serta informasi yang akan dikumpulkan untuk keperluan
studi ini antara lain meliputi :

Halaman F-3
Usulan Teknis
P T. ...............................

Tabel. G.1. Daftar Kebutuhan Data

No. Dinas / instansi Jenis Data


1. Bappeda Provinsi Banten / a. Kebijakan Rencana Pembangunan Daerah 5 – 20 tahun.
Kabupaten b. Rencana Program Pengembangan Wilayah Provinsi dan
Kabupaten.
c. RTRW Prov. BANTEN, RTRW, RUTR, RDTR Kab.
(Dengan Peta SHP)
d. RZWP3K
e. Tata Guna Lahan.
f. Renstra Daerah Kabupaten.
g. Data / Peta Potensi Unggulan Daerah.
h. Laporan Studi terkait, sejenis.
i. Perkembangan PAD dan sumber PAD potensial
j. Data / informasi kondisi & kualitas lingkungan awal
daerah studi
2. Dinas Perhubungan dan a. Tatrawil, Tatralok.
Pekerjaan Umum Prov. b. Kebijakan Pengembangan Transportasi.
Banten / Kabupaten c. Rencana Umum Pengembangan Transportasi.
d. Data Pelabuhan yang ada di Kabupaten.
e. Data/Peta Jaringan Transportasi Kabupaten.
f. Infrastruktur transportasi disekitar lokasi studi.
g. Data pergerakan barang dan penumpang 5 tahun
terakhir.
h. Data kunjungan kapal dalam 5 tahun terakhir
i. Permintaan kebutuhan transportasi laut.
j. Ketersediaan lahan untuk rencana pembangunan
pelabuhan
3. Kantor Pelabuhan Terdekat a. Kondisi kegiatan Pelabuhan yang ada
– Kunjungan Kapal, (asal dan tujuan), harian, bulanan
tahunan
– Arus barang dan penumpang ( asal dan tujuan ),
harian, bulanan, tahunan
– Data Kepelabuhanan Kab.
b. Rencana Pengembangan Pelabuhan.
c. Kebutuhan fasilitas Pelabuhan
d. Persepsi rencana pengembangan / pembangunan
Pelabuhan
e. Informasi terkait lainnya.
f. Jenis, jumlah barang/komoditas yang melakukan
bongkar muat.
g. Fasilitas pelabuhan yang ada
h. Dimensi kapal yang berlabuh
i. Daerah hinterland rencana lokasi pelabuhan
j. Perkembangan kondisi pasang surut
4. Biro Pusat Statistik Nasional, a. SUSEDA, SAKERDA
Provinsi dan Kabupaten b. PDRB Kabupaten 5 tahun terakhir
c. Kabupaten Dalam Angka tahun terakhir.
d. Data Kependudukan.
5. Data / informasi lain yang a. Data / peta topografi
dibutuhkan dari b. Posisi geografis wilayah studi
Dinas/Instansi lainnya c. Data Hidrologi;
seperti : d. Data/peta bathimetry
Dinas Pertanian dan e. Data angin dan gelombang
Kelautan, Stasiun BMG, f. Data iklim
Bakosurtanal, Dishidros. g. Data flora dan fauna

Halaman F-4
Usulan Teknis
P T. ...............................

No. Dinas / instansi Jenis Data


h. lnfrastruktur Transportasi di sekitar lokasi wilayah
studi seperti jalan, jembatan, terminal, pelabuhan,
bandara.
i. Sistem transportasi
– Transportasi darat, aksesibilitas, jaringan jalan, kondisi
perkerasan, lebar jalan, tingkat arus lalulintas, rencana
pengembangan.
– Transportasi laut, pelabuhan di sekitar, jenis
pelayaran, jaringan transportasi, tingkat pelayanan,
fasilitas yang ada, rencana pengembangan
– Transportasi udara, bandara terdekat, jaringan
penerbangan, fasilitas yang ada, rencana
pengembangan
j. Utilitas Wilayah Lainnya :
- Air Bersih
- Listrik
- Telekomunikasi
- Sampah
- Drainase
k. Mengumpulkan Laporan/Dokumen pekerjaan
terdahulu yang berkaitan dengan pekerjaan
penyusunan studi kelayakan pelabuhan yang akan
disusun
l. Data pelabuhan eksisting yang ada disekitar wilayah
studi (aktivitas, fasilitas, volume dan jenis barang-
barang dan penumpang, metoda penanganan barang-
barang, dll).

Dalam pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau di


Kabupaten Provinsi Banten, terhadap kebutuhan data topografi dan data hydro-
oceanografi akan memanfaatkan data sekunder yang telah ada pada instansi terkait.

F.3. Analisis Kajian Studi

Analisis kajian studi kelayakan pembangunan pelabuhan akan meliputi pada aspek-aspek
kajian teknis dan non teknis terhadap pembangunan pelabuhan, antara lain sebagai berikut :

F.3.1. Penilaian Lokasi Studi Terpilih

Kondisi yang perlu diperhatikan pada pendalaman lokasi studi terpiih ini adalah meliputi
wilayah darat, wilayah perairan, keselamatan pelayaran, operasional pelabuhan dan
lingkungan serta ekosistem pesisir. Kondisi-kondisi tersebut dituangkan dalam beberapa
parameter penilaian yang terangkum dalam sebuah matrik kajian. Matrik kajian ini
mengelompokkan seluruh parameter kedalam 2 (dua) kriteria utama yaitu Kriteria Teknis
dan Non Teknis.

a. Kriteria Teknis, antara lain :

Halaman F-5
Usulan Teknis
P T. ...............................

1) Kondisi topografi dan ketersediaan lahan


2) Kondisi Hydrografi
3) Tinggi Gelombang
4) Pengaruh Sedimentasi
5) Kecepatan arus
6) Alur dan kolam pelayaran
7) Rintangan navigasi

b. Kriteria Non Teknis, antara lain :


1) Potensi Hinterland
2) Jaringan pelabuhan terdekat
3) Produktivitas pelabuhan
4) Aksesibilitas dan sistem transportasi penunjang
5) Ketersediaan sumber material
6) Biaya pelaksanaan dan pemeliharaan
7) Ketersediaan lahan untuk pengembangan
8) Kesesuaian dengan Tata Ruang

F.3.2. Persyaratan/Ketentuan Operasional

Analisis/kajian operasional ini meliputi antara lain terkait dalam hal-hal sebagai berikut :

a. Prakiraan jenis kapal yang diperkirakan akan beroperasi.


b. Kajian pengaruh cuaca terhadap operasi pelabuhan
c. Prakiraan jalur pelayaran (rute) terjauh.
d. Kajian penggunaan lalu lintas dan alur pelayaran.
e. Kajian dukungan peralatan komunikasi dan navigasi pelayaran.

F.3.3. Pendataan Daerah Hinterland (potensi wilayah belakang-sekitar) dan


Forecasting, Potensi Hinterland Terhadap Permintaan Transportasi Laut.

Lingkup kegiatan ini merupakan pendalaman terhadap potensi daerah hinterland yang akan
dipengaruhi oleh prospek potensi pelabuhan yang akan dibangun, ditinjau dari berbagai aspek
antara lain dari aspek potensi daerahnya, komoditas unggulan, karakteristik dan pola
perdagangan komoditas, pergerakan barang dan penumpang, kebijakan pemerintah dibidang
transportasi laut dan pertumbuhan ekonomi kawasan.

Halaman F-6
Usulan Teknis
P T. ...............................

F.3.4. Analisis Traffic Projection

Dalam kegiatan ini akan dilakukan analisis proyeksi terhadap pola pergerakan arus lalu lintas
barang dan penumpang, baik arus penumpang dan barang yang masuk maupun yang keluar
wilayah studi.

Proyeksi arus lalu lintas barang dan penumpang akan dilakukan berdasarkan prediksi jangka
pendek 5 (lima) tahunan dan proyeksi jangka menengah 10 (sepuluh) tahunan.

Metode proyeksi yang akan dilakukan akan menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu dengan
pendekatan tanpa adanya pengaruh fungsi fasilitas Pelabuhan Sungai Dan Danau dan dengan
pendekatan setelah adanya pengaruh fungsi fasilitas Pelabuhan Sungai Dan Danau.

F.3.5. Analisis Terhadap Tata Ruang Wilayah Studi

Tata ruang merupakan suatu input utama timbulnya paergerakan. Perkembangan tata ruang
dapat menghasilkan pergerakan yang lebih besar, semakin besar intensitas ekonomi suatu
wilayah maka semakin besar pula bangkitan dan tarikan yang dihasilkan oleh suatu wilayah.
Bangkitan dan tarikan tersebut akan mengnhasilkan suatu distribusi pergerakan ke wilayah-
wilayah lain yang mempunyai hubungan ekonomi dengan wilayah studi.

Hambatan ruang merupakan suatu masalah besar dalam menghubungkan ruang dan aktifitas.
Prasarana transportasi digunakan untuk mengatasinya. Perbedaan ruang, hambatan antar
ruang,perbedaan waktu dan jarak dapat diatasi dengan penyediaan prasarana transportasi
dengan jenis moda tertentu.

Analisa struktur ruang pelabuhan itu sendiri akan melihat pada struktur ruang pelabuhan,
penataan ruang kawasan pelabuhan akan lebih diarahkan pada optimalisasi lahan. Fungsi
kegiatan dan fungsi masing-masing bagian yang mendukung kelancaran kegiatan pelabuhan
perlu diperhitungkan sedemikian rupa dan lebih diarahkan pada optimalisasi lahan.

Analisis tata ruang dapat memberikan arahan terhadap pola penataan pengembangan
kawasan pelabuhan pada wilayah studi dengan tujuan meminimalisir dampak lingkungan
yang negatip seperti terhadap lingkungan fisik, sosial dan ekonomi.

Halaman F-7
Usulan Teknis
P T. ...............................

F.3.6. Analisis Keselamatan Pelayaran Terhadap Wilayah Studi

Keselamatan pelayaran pada pelabuhan merupakan aspek penting guna mewujudkan


terpenuhinya keselamatan pelayaran pada pelabuhan yang bersangkutan. Kondisi
keselamatan pelayaran sangat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Kondisi alam seperti lokasi, angin, ombak, arus, pasang surut dan sedimentasi.
b. Kondisi kelengkapan dan fungsi fasilitas pelabuhan termasuk tempat sandar kapal, kolam
pelabuhan, areal labuh, perairan untuk alur penghubung dalam pelabuhan, alur pelayaran
dan perairan khusus.
c. Kondisi fasilitas keselamatan pelayaran berupa rambu-rambu laut dan telekomunikasi.

Kondisi struktur sarana prasarana keselamatan pelayaran pada wilayah studi perlu dianalisis
dalam rangka pemenuhan kebutuhan keselamatan pelayaran pelabuhan.

F.4. Penyusunan Rencana Layout Dan Basic Desain

F.4.1. Konsepsi Pengembangan Pelabuhan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan arahan
ruang lingkup pekerjaan, kesimpulannya akan digunakan sebagai dasar konsepsi
pengembangan pelabuhan meliputi :

1. Kawasan pelabuhan harus berada pada daerah yang mudah diakses dan pada simpul
sirkulasi distribusi hasil industri dan komoditas lainnya.
2. Kegiatan pelabuhan ditetapkan sesuai dengan kelas Pelabuhan, sebagai dasar pembuatan
zonasi kegiatan.
3. Pengelompokan kegiatan yang berbeda untuk mengkaji zonasi dengan membandingkan
hubungan fungsional tiap zonasi yang ada dengan zonasi ideal pelabuhan, meliputi :
a. Fasilitas Utama daerah pada Sea Side dan Land Side
1) Turap
2) Pemecah gelombang
3) Kolam pelabuhan
4) Alur pelayaran
5) Sarana bantu navigasi
b. Fasilitas fungsional dan penunjang berada pada Land Side :
1) Demaga
2) Open storage (container yard)
Halaman F-8
Usulan Teknis
P T. ...............................

3) Gudang
4) Kantor
5) Bengkel
6) Ruang Generator
7) Ruang tangki air
8) Komplek Rumah Dinas
9) Rumah Ibadah
10) Pos Penjagaan
11) Jalan lingkungan
12) Pagar kompleks
4. Kebutuhan kawasan pelabuhan dan kebutuhan ruang untuk infrastruktur didasarkan
atas "Standar Teknis Pelabuhan Sungai Dan Danau" yang berlaku.
5. Tata letak tiap zona maupun fasilitas-fasilitas tiap zona akan merujuk kepada
karakteristik kawasan, persyaratan kemiringan lahan dan pola tata letak yang sesuai
dengan kondisi lahan.

Konsep pengembangan yang muncul sebagai hasil analisis terhadap berbagai aspek yang
ditinjau, dituangkan dalam bentuk dan lingkup penanganan yang selaras dengan lingkup tugas
konsultan dalam pelayanan konsultan.

Dalam tahap ini akan dirumuskan fasilitas-fasilitas yang diperlukan secara teknis, rumusan ini
akan dipakai sebagai bahan untuk pembuatan master plan dan basic desain.

F.4.2. Pembuatan Layout dan Basic Desain

Dalam pekerjaan ini perencanaan fasilitas yang diperlukan diwujudkan dengan pembuatan
layout dan basic desain, yang terdiri dari :

1. Lay out
Dalam proses ini akan ditentukan :
a. Lokasi lahan yang akan dikembangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Pendek
b. Penyiapan lahan termasuk terassering
c. Jaringan jalan dan drainase
d. Jaringan listrik dan air bersih serta air limbah
e. Tempat parkir, taman dan sebagainya

2. Fasilitas Pokok Pelabuhan

Halaman F-9
Usulan Teknis
P T. ...............................

Terdiri dari kolam pelabuhan, dermaga, tembok penahan tanah dan sebagainya,
konstruksi yang akan dibangun bersifat permanen dengan mempertimbangkan kondisi
lahan setempat, peralatan dan kemampuan kontraktor.

3. Fasilitas Fungsional
Sesuai dengan kebutuhan, fasilitas ini akan terdiri dari :
a. Open Storage
b. Gudang tertutup
c. Tangki BBM dan jaringan distribusinya
d. Penampung/menara air serta jaringan distribusinya
e. Fasilitas telekomunikasi intern/keluar
f. Jaringan Jalan dan Drainase Lingkungan

4. Fasilitas Pendukung
Sesuai dengan kebutuhan, fasilitas ini akan terdiri dari :
a. Kantor pengelola pelabuhan
b. Bengkel
c. WC Umum / Kamar mandi
d. Musholla
e. Gardu jaga

F.5. Penyusunan Analisis Kelayakan

F.5.1. Analisis Kelayakan Ekonomi dan Finansial

Dalam tahap ini akan dilakukan penilaian secara internal terhadap usulan proyek yang
diusulkan pendanaannya ditinjau dari aspek kelayakan teknis, ekonomis dan finansial.

Analisa kelayakan ekonomi dan finansial meliputi :

1. Kajian kelayakan finansial pada prinsipnya menghitung besaran tingkat pengembalian


dana yang akan diinvestasikan dalam pembangunan pelabuhan, yang mencakup
parameter :
• NPV (Net Present Value) atau Nilai bersih saat ini
• FIRR (Financial Internal Rate of Return)
• PI (Profitability Index) atau BCR (Benefit Cost Ratio) atau Rasio Manfaat Biaya.
• Periode pencapaian pengembalian investasi (Payback Period)

Perhitungan kelayakan pelabuhan akan dilakukan dengan mengkaji beberapa parameter


analisis kelayakan, meliputi :
Halaman F-10
Usulan Teknis
P T. ...............................

• Benefit Cost Ratio (BCR)


• Net Present Value (NPV)
• Internal Rate of Return (IRR)
Pada prinsipnya perhitungan kelayakan pelabuhan mengacu pada perbandingan antara
kegiatan do nothing dan kegiatan do something sehingga akan diketahui nilai keuntungan
yang bakal timbul karena adanya investasi fasilitas pelabuhan.

Selain itu perhitungan dilakukan atas dasar penyesuaian nilai rupiah pada tahun dasar.
Tiga scenario tingkat bunga akan diuji, yang masing-masing merefleksikan kondisi
ekonomi makro.

Analisa akan meliputi dua pendekatan, yaitu analisis financial dan analisis ekonomi,
keduanya akan merefleksikan kinerja proyek dilihat dari perspektif yang berbeda, yaitu
dari sisi ekonomi (analisis financial) dan sisi kesejahteraan masyarakat.

a. Benefit Cost Ratio (BCR)


Metode BCR secara ringkas membandingkan besarnya perbandingan keuntungan
dengan biaya yang dikeluarkan pada akhir umur rencana. BCR dengan nilai lebih dari
1 menunjukkan bahwa program investasi fasilitas pelabuhan akan menguntungkan,
sebaliknya BCR kurang dari 1 menunjukkan bahwa proyek tresebut tidak layak.
Perhitungan biaya dan keuntungan dilakukan memberikan factor diskon sesuai
dengan tingkat bunga yang berlaku.

Proyek dinyatakan layak, bila BCR > 1


Proyek dinyatakan tidak layak, bila BCR < 1

n Bt
 (1+i)1
t=0
BCR =
n Ct
 (1+i)1
t=0
Dimana :
BCR = Benefit Cost Ratio
Bt = nilai manfaat atau penerimaan pada tahun ke – t
Ct = nilai biaya investasi pada tahun ke – t
i = tingkat bunga

b. Net Present Value (NPV)

Halaman F-11
Usulan Teknis
P T. ...............................

Dengan menggunakan tingkat bunga (i) sebesar 10% sesuai dengan bunga pinjaman
pemerintah yang diindikasikan dengan bunga surat utang negara (SUN) untuk
kelayakan ekonomi, sedangkan untuk analisa finansial menggunakan tingkat bunga
(i) sebesar bunga bank yang berlaku yaitu sekitar 18%. Besarnya Net Present Value
atau NPV pada akhir umur rencana proyek harus lebih besar dari nol.

NPV > 0, proyek dinyatakan layak


NPV < 0, proyek dinyatakan tidak layak

n Bt n Ct
NPV =  (1+i)1 –  (1+i)1
t=0 t=0

Dimana :
NPV = Net Present Value
Bt = nilai manfaat atau penerimaan pada tahun ke – t
Ct = nilai biaya investasi pada tahun ke – t
i = tingkat bunga atau discount factor yang berlaku

c. Internal Rate of return (IRR)


Adalah tingkat bunga yang memberikan nilai impas antara biaya investasi yang
dikeluarkan dengan manfaat atau penerimaan yang diperoleh. Jika tingkat bunga
yang berlaku sama dengan IRR maka nilai NPV akan sama dengan nol dan nilai BCR
akan sama dengan satu.

Dengan membandingkan nilai IRR dengan tingkat bunga saat ini dan
kecenderungannya di masa datang maka dapat diambil keputusan tentang investasi
atau penanaman modal pada suatu pelabuhan. Jika nilai IRR lebih tinggi dari tingkat
bunga maka investasi akan memberikan manfaat atau keuntungan sehingga layak
dilakukan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih rendah dari tingkat bunga maka investasi
tidak layak dilakukan karena akan memberikan kerugian.

Perhitungan IRR diberikan pada rumus berikut ini. Dengan nilai t, Bt dan Ct yang
tetap nilai IRR ( i dalam rumus) dapat dihitung secara coba banding (iterasi).

n Bt n Ct
 (1+i)1 –  (1+i)1
t=0 t=0

Dimana :

Halaman F-12
Usulan Teknis
P T. ...............................

Bt = nilai manfaat atau penerimaan pada tahun ke – t


Ct = nilai biaya investasi pada tahun ke – t
N = jangka waktu yang ditinjau sejak investasi awal
i = tingkat bunga atau discount factor yang berlaku

Suatu proyek pelabuhan di anggap layak apabila IRR > 0

2. Kajian kelayakan ekonomi pada prinsipnya menghitung besaran manfaat ekonomi makro
yang diperoleh pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota setempat dari akibat
pembangunan pelabuhan, yang meliputi :
• Kajian perbandingan kondisi pertumbuhan ekonomi di wilayah perencanaan apabila
ada dan atau tidak ada pelabuhan.
• Kajian biaya yang akan dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh pemerintah
dan masyarakat setempat apabila dibangun pelabuhan.
• Kajian EIRR (Economics Internal Rate of Return) terhadap rencana pembangunan
pelabuhan.

Potensi pelabuhan dalam mendukung aktivitas ekonomi maupun para pelaku ekonomi
perlu dimanfaatkan secara optimal sejalan dengan konsep kemandirian pelabuhan
maupun peran aktivitasnya dalam turut serta membiayai pembangunan nasional.
Aplikasi hal tersebut antara lain diupayakan melalui konsep menjadikan pelabuhan
sebagai sentra bisnis (business centre).

Untuk mengantisipasi hal ini, Konsultan akan melaksanakan analisis terhadap potensi
yang ada dalam rangka menentukan peluang-peluang usaha yang dapat diselenggarakan
oleh pelabuhan tanpa meninggalkan aspek operasional dan pelayanan utama pelabuhan.
Analisis ini akan dilakukan dengan mengamati kondisi peluang usaha di pelabuhan saat
ini dan untuk masa mendatang. Perkiraan peluang usaha dapat diperoleh melalui
penggunaan metode analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, and threats).

Dalam melakukan analisis peluang usaha, hal-hal yang akan menjadi pertimbangan pokok
adalah sebagai berikut :

a. Hasil peramalan lalu lintas laut (proyeksi permintaan jasa angkutan laut)
b. Perkembangan pola industri dengan memanfaatkan global sourcG.
c. Kebutuhan penunjang penggunaan jasa pelabuhan, seperti hotel, transit, trade centre,
dan duty freG.
d. Potensi pelabuhan sebagai bagian tempat rekreasi terbuka dan sarana pendidikan.

Halaman F-13
Usulan Teknis
P T. ...............................

Proyeksi permintaan jasa angkutan laut (traffic forecasting) direncanakan untuk masa 20
(dua puluh) tahun ke depan.

Dalam penyusunan proyeksi ini dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :

a. Status pelayaran dalam system jaringan pelayaran.


b. Kecenderungan pelayaran regional/nasional.
c. Dampak pelaksanaan otonomi daerah dan globalisasi (AFTA, AFAS, APEC, dsb)
d. Kecenderungan perkembangan arus barang ekspor dan impor.
e. Asal/tujuan perjalanan penumpang dan barang
f. Pergantian antar moda transportasi

F.5.2. Analisis Kelayakan Teknis Terhadap Wilayah Studi.

Kelayakan teknis terhadap suatu rencana pembangunan pelabuhan sangat dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi faktor alam dan lingkungan fisik, biologi, sosial-ekonomi-budaya di wilayah
studi. Berdasarkan analisis terhadap data-data yang relevan terhadap pengembangan suatu
pelabuhan, akan memberikan arahan teknis terhadap suatu rencana pembangunan pelabuhan
baik menurut kapasitasnya maupun jenis pelabuhan yang akan dikembangkan.

Analisis/kajian teknis ini antara lain terkait dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Kajian kondisi kelautan meliputi analisis kedalaman dan perlindungan kolam pelabuhan.
2. Kajian alur pelayaran dalam rangka memenuhi aspek keselamatan pelayaran.
3. Prakiraan kebutuhan fasilitas dan kebutuhan luas pelabuhan.
4. Kondisi daya dukung dan ketersediaan lahan untuk rencana lokasi pelabuhan
5. Ketersediaan utilitas dan bahan bangunan di lokasi pelabuhan
6. Keterpaduan rencana pembangunan pelabuhan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Propinsi dan Kabupaten dan RZWP3K.
7. Keterpaduan dengan TATRAWIL & TATRALOK
8. Jarak dengan pelabuhan terdekat
9. Akses ke lokasi pelabuhan (sistem jaringan jalan dari pelabuhan ke kota terdekat, system
angkutan penumpang/barang, moda angkutan umum yang tersedia).

F.5.3. Analisis Kelayakan Lingkungan Terhadap Wilayah Studi.

Analisis kelayakan lingkungan diarahkan dalam rangka upaya meminimalisir dampak negatif
yang mungkin bakal terjadi sebagai konsekwensi adanya pembangunan pelabuhan. Pada
dasarnya analisis kelayakan lingkungan diarahkan untuk :

Halaman F-14
Usulan Teknis
P T. ...............................

1. Mengidentifikasi rencana pengembangan pelabuhan yang mungkin akan menimbulkan


dampak terhadap lingkungan;
2. Menyajikan rona lingkungan pada saat studi dilakukan terutama komponen lingkungan
yang diduga akan memberikan dampak;
3. Memperkirakan dan menganalisis dampak terhadap lingkungan fisik, kimia, biologi serta
sosio ekonomi dan budaya di lokasi studi dan daerah sekitarnya;
4. Melakukan penapisan (Screening) apakah studi lanjutan diperlukan untuk eperluan
proyek;
5. Merumuskan saran tindak bagi kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

Pengembangan kawasan pelabuhan menyangkut aktifitas konstruksi meliputi mobilisasi


tenaga kerja dan alat konstruksi, pengangkutan material, pembangunan dermaga,
pembangunan gudang dan pembangunan prasarana lainnya, kegiatan-kaegiatan tersebut
sudah dapat diperkirakan akan menimbulkan dampak baik langsung maupun tidak langsung.

Dampak yang telah dan mungkin akan timbul sehubungan dengan kegiatan prakiraan dan
evaluasi dampak sebagai berikut :

1. Metode Identifikasi Dampak


Identifikasi dampak lingkungan yang mungkin akan terjadi dilakukan dengan
menggunakan matrik, sehingga laporan kajian lingkungan dapat dilaksanakan secara
sistematis dengan mengacu kepada matrik tersebut.
2. Metode Prakiraan Dampak
Prakiraan dampak ditujukan untuk memperoleh gambaran kuantitatif terhadap
intensitas atau besarnya dampak yang diperkirakan akan terjadi.

Model-model untuk perkiraan dampak dipilih sesuai pendekatan berikut:


a. Metode Eksperimental
b. Metode-Metode Survei
c. Metode Evaluasi Dampak

Penilaian pentingnya dampak lingkungan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan


sebagai berikut :

1. Jumlah manusia terkena dampak


2. Luas wilayah yang langsung dan tidak langsung terkena dampak
3. Lamanya dampak berlangsung
4. Intensitas dampak
5. Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak pada saat yang sama

Halaman F-15
Usulan Teknis
P T. ...............................

6. Sifat kumulatif dampak


7. Berbalik atau tidaknya dampak

Setiap kesimpulan hasil pendugaan dampak lingkungan didukung oleh data primer maupun
sekunder.

Kegiatan informasi lingkungan pada lokasi Studi dilakukan terhadap komponen-komponen


lingkungan hidup sebagai berikut :

1. Komponen Fisik
2. Komponen Biologi yaitu Flora dan Fauna Darat
3. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
4. Komponen Fisik-Kimia seperti Kualitas Air Laut.

F.6. Jadwal Pelaksanaan

Sebagaimana diisaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja, bahwa pekerjaan ini akan diselesaikan
selama 5 (lima) bulan atau 150 hari kalender. Maka untuk penyelesaian pekerjaan ini perlu
disusun perencanaan waktu penyelesaian pekerjaan (Time Schedule) agar pekerjaan dapat
diselesaikan tepat waktu dan tepat sasaran.

Halaman F-16
Usulan Teknis
P T. ...............................

Tabel G.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau
Provinsi Banten (150 hari kalender)

Bulan ke 1 Bulan ke 2 Bulan ke 3 Bulan ke 4 Bulan ke 5


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan X
a. Penyusunan Rencana Survey X
b. Penyusunan Rencana Pengumpulan
Data X
c. Pembuatan Daftar
Pertanyaan/Kuesioner X
d. Penyusunan Rencana Kerja X
e. Penyusunan Laporan Pendahuluan X X

2 Survey Pengumpulan Data Primer dan


Sekunder X X X
a. Pengumpulan Data Sekunder X X X
b. Survey Primer (Topografi, Bathymetri
& Oceanografi) X
c. Data Daerah Hynterland X
d. Pengamatan Fisik Lokasi X
e. Data Sarana dan Prasarana X
f. Evaluasi dan Rekomendasi Sementara X
g. Penyusunan Laporan Antara X X X X X X X X X

3 Analisis Kajian Studi X X


a. Analisis Kebijakan (RIPN, RTRW,
RZWP3K) X
b. Analisis Operasional Pelabuhan X
c. Analisis Kebutuhan Sarana &
Prasarana Pelabuhan X
d. Analisis Keselamatan Pelayaran X

4 Penyusunan Rencana Layout Basic


Design X
a. Penyusunan Konsep Layout X
b. Penyusunan Basic Design X

5 Analisis Kelayakan Lokasi Pelabuhan X X X X X X X X


a. Analisis Kelayakan Teknis X X X X X X
b. Analisis Kelayakan Ekonomi &
Financial X
c. Analisis Perkiraan Pembiayaan
Pembangunan X
d. Analisis Kelayakan Lingkungan X
e. Penyusunan Laporan Draft Akhir X X X X

6 Pembahasan Laporan
a. Laporan Pendahuluan X
b. Laporan Antara X
c. Laporan Draft Akhir X
d. Laporan Akhir (Penyusunan) X X X X

Halaman F-17
Usulan Teknis
P T.....................................

Pihak Konsultan “PT. ................“ akan membentuk suatu tim pelaksana untuk
melakukan seluruh Pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Posi-Posi di
Kabupaten Morotai Provinsi Maluku Utara seperti yang telah diuraikan di atas,
berdasarkan tenaga ahli dan personalia yang ada dalam perusahaan. Kualifikasi
tenaga ahli yang terlibat adalah senior expert dan expert dengan latar belakang
pendidikan dan pengalaman di berbagai bidang keahliannya, Daftar tenaga ahli
tersebut dapat dilihat pada lampiran dokumen teknis ini.

“PT. ...........................“ akan mengambil posisi sebagai penanggung jawab dan seluruh
kegiatan yang dilakukan oleh tim pelaksana hingga diperoleh laporan tertulis
pekerjaan yang dapat diterima oleh seluruh pihak yang berkepentingan.

Serta bersama-sama dengan manajemen perusahaan “PT. ..........................“


mengendalikan kelangsungan hubungan kerja sama yang harmonis antara Tim Ahli
dan Tim Pendukung.

Tenaga ahli yang dilibatkan untuk pekerjaan Pengawasan ini adalah tenaga ahli inti
sebagai berikut :

Halaman G-1
Usulan Teknis
P T. .............................

Dalam menjalankan tugasnya masing-masing dan mudah dalam berkoordinasi maka disusunlah
jadwal penugasan Tim konsultan yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan Studi Kelayakan
Pembangunan Pelabuhan Sungai Dan Danau di Provinsi Banten. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel H.1 berikut;

Halaman H-1
Usulan Teknis
P T. .............................

Tabel Error! No text of specified style in document..1 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

Bulan
Jumlah
No. Uraian I II III IV V
OB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I. Tenaga Ahli
1. Team Leader/ Ahli Perencana Pelabuhan 5 OB
2. Ahli Perencana Wilayah Kota dan Regional 5 OB
3. Ahli Kelautan 3 OB
4. Ahli Geodesi 3 OB
5. Ahli Teknik Lingkungan 3 OB
6. Ahli Sosial Ekonomi 2 OB
II. Tenaga Pendukung
1. Surveyor #1 2 OB
2. Surveyor #2 2 OB
3. Drafter 3 OB
4. Administrasi Proyek 5 OB

Halaman H-2

Anda mungkin juga menyukai